laporan praktikum pengenalan biologi dasar opt …...dan serangga mengalami siklus hidup mulai dari...
Post on 27-Dec-2020
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT
(SERANGGA)
Oleh:
Golongan A/Kelompok 2/B
1. Sallindri Apalle (161510501100)
2. Moh. Nuri Antono (161510501110)
3. Helmi Faghi S. (161510501113)
4. M. Astaf Tiyan (161510501115)
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk memanfaatkan
sumber daya hayati sehingga dapat menghasilkan bahan pangan, bahan papan,
bahan sandang, bahan baku industri, dll. Kebutuhan akan bahan pangan yang
semakin meningkat seiringan dengan bertambahnya penduduk. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan tersebut, petani perlu meningkatkan produktivitas tanaman
dengan menggunakan teknik budidaya yang tepat. Selain itu, teknik budidaya
yang digunakan harus mempertimbangkan dampak bagi lingkungan disekitar
tempat budidaya. Masalah terbesar yang dihadapi dalam melakukan peningkatan
produktivitas tanaman adalah terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT), bisa berupa hama dan penyakit ataupun penyebab penyakit (vektor
penyakit) yang dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil pertanian.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan organisme yang dapat
menyebabkan penurunan potensi hasil secara langsung karena menimbulkan
kerusakan fisik, gangguan fisiologis dan biokimia atau kompetisi hara antar
tanaman budidaya. Salah satu faktor pembatas dalam upaya mempertahankan
produktivitas tanaman dengan angka terbesar biasanya dapat dilihat dengan
berkurangnya jumlah hasil budidaya tanaman. Organisme dapat berupa hewan
atau tumbuhan. Organisme pengganggu tanaman terdiri dari tiga kelompok
meliputi hama (binatang vertebrata dan invertebrata), vektor penyakit
(mikoplasma, virus, jamur dan bakteri) dan gulma (rumput – rumputan dan gulma
berdaun lebar). Organisme pengganggu tanaman (OPT) disini ialah serangga.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi
dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi.
Serangga dalam dunia pertanian lebih banyak dikenal sebagai hama yang bersifat
sebagai predator, parasitoid ataupun musuh alami. Serangga termasuk dalam
phylum arthropoda, sub phylum mandibulata kelas insecta, bagian tubuh terdiri
atas 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Bagian kepala terdapat (alat
mulut, antenna, dan mata), di thorax terdapat (tungkai dan sayap), sedangkan pada
3
abdomen terdapat alat reproduksi, alat pencernaan, dan alat peredaran darah. Pada
masing – masing alat mulut, antenna, tungkai dan sayap memiliki tipe – tipe
khusus yang membedakan antara serangga satu dengan serangga lainnya atau
sebagai penciri antar serangga. Ciri – ciri yang dimiliki serangga selain perbedaan
tipe alat mulut, antenna, tungkai dan sayap yaitu mempunyai eksoskeleton,
umumnya mempunyai 2 pasang sayap, sexual dimorfisme, mempunyai 3 tungkai,
dan serangga mengalami siklus hidup mulai dari telur, larva, pupa dan serangga
dewasa disebut juga metamorfosis. Oleh karena itu, laporan praktikum dilatar
belakangi oleh permasalahan “Biologi Dasar OPT (Serangga)”.
1.2 Tujuan
1. Memahami dan mengenal struktur dasar tubuh serangga.
2. Memahami metamorfosis.
3. Memahami tipe larva dan tipe pupa.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Organisme yang mengakibatkan gangguan pada proses budidaya salah
satunya adalah hama. Hama dalam melakukan aktivitas hidupnya merusak dan
membuat luka pada tanaman budidaya. Siklus hidup serangga dalam satu kali
masa hidup dapat merusak tanaman budidaya, baik mulai dari larva hingga
menjadi serangga dewasa. Serangga akan berkembang biak dengan baik jika
ketersediaan makanan yang ada melimpah untuk siklus hidupnya (Suwondo dkk,
2015).
Serangga di alam terdapat beberapa jenis dari efek yang diberikan oleh
serangga tersebut, seperti serangga predator. Ada juga serangga yang sangat
membantu manusia yaitu serangga penyerbuk. Serangga ini tidak membahayakan
bagi tumbuhan maupun manusia, perannya sangat penting untuk mengawinkan
antara putik dengan benang sari yang secara tidak sengaja tersentuh saat serangga
ini mengambil polen dari bunga tersebut (Muhamat dkk, 2015). Serangga
penyerbuk ini biasanya memiliki tipe mulut penghisap karena makanannya
terdapat dibunga dan menjulurkan mulutnya ketika mengambil makanan.
Masa hidup serangga adalah masa hidup yang komplek yakni melalui
metamorfosis, namun memiliki siklus hidup yang menghasilkan keturunan yang
banyak. Serangga merupakan suatu organisme yang paling adaptif terhadap
lingkungan dan memiliki kekuatan dalam menghadapi cekaman yang dapat
mengancam hidupnya (Khaliq et al, 2014). Siklus hidup yang pendek dan
menghasilkan keturunan yang banyak dapat menyebabkan lonjakan populasi suatu
serangga. Melonjaknya siklus hidup serangga dapat merusak ekosistem terutama
jika musuh alaminya tidak ada.
Predator dalam hal ini sangat penting adanya karena dapat mumutus rantai
serta dapat menjadi musuh alami berbagai hama. Sebagian serangga primitif
memiliki tipe metamorfosis holometabola karena serangga pradewasa dengan
serangga dewasa memiliki tubuh yang sama hanya sedikit perkembangan yang
terjadi terhadap tubuh serangga tersebut. Tipe metamorfosis tidak hanya
holometabola masih ada beberapa tipe metamorfosis (Purnomo, 2010).
5
Siklus hidup dari serangga biasa disebut sebagai metamorfosis. Terdapat
beberapa tipe metamorfosis, yang biasa dikenal oleh masyarakat awam yaitu
metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis
sempurna atau holometabola yaitu perkembangan dari satdium telur hingga
menjadi serangga dewasa yang bentuk tubuhnya sangat berbeda dari stadium pupa
atau larvanya. Tidak semua serangga memiliki tipe metamorfosis ini, namun dapat
ditemukan disekitar kita dengan mudah (Husni dkk, 2012).
Serangga – serangga di alam bebas dalam mencari makanannya mayoritas
dalam jumlah yang banyak atau membawa koloni. Beberapa dari serangga juga
mencari makan dengan cara sendiri atau soliter. Kerusakan yang diakibatkan oleh
serangga dalam jumlah yang besar sangat merugikan karena serangga yang
bersifat sebagai hama biasanya menyerang saat tanaman masak fisiologis.
Melimpahnya serangga serta tipe dari serangga tersebut berbeda – beda maka
akan mengakibatkan kesusahan dalam hal mengendalikannya (Gimenez et al,
2015).
Peningkatan produksi serangga khususnya hama yang berskala besar akan
menimbulkan beberapa tantangan baru. Timbulnya masalah pangan yang
menurun derastis dikarenakan serangan hama juga menyebabkan masalah
penyakit baik pada hewan maupun manusia (Eilenberg et al, 2015). Penanganan
masalah hama dirasa harus segera dilakukan mengingat permasalahan yang
ditimbulkan tidak hanya menyerang pembudidaya melainkan dapat menimbulkan
masalah sosial.
6
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT acara 1 tentang “Pengenalan Biologi Dasar
OPT” dilaksanakan pada hari Senin, 02 Oktober 2017 pukul 06.30- 08.30 WIB di
Laboratorium Hama Fakultas Pertanian-Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pinset
2. Loup
3. Mikroskop
4. Stereo
5. Kuas
6. Cawan Petri plastik
3.2.2 Bahan
1. Belalang kayu
2. Kupu- kupu
3. Kepik
4. Lalat
5. Nyamuk
6. Lebah
7. Larva kupu- kupu
8. Larva lalat
9. Larva kumbang
10. Pupa kupu- kupu
11. Pupa lalat
12. Pupa kumbang
3.3 Pelaksanaan Praktikum
Struktur Tubuh Serangga
1. Mengamati belalang untuk memahami tubuh serangga, silahkan memfoto dari
samping (lateral) menggunakan kamera mobilephone (ada tanda makro),
kemudian mengamati segmentasi tubuh belalang dengan seksama (kepala,
thorax, dan abdomen).
7
2. Mengamati alat tambahan (appendages) pada masing- masing segmen atau ruas
tubuh.
3. Mengamati tipe alat mulut pada masing- masing serangga (belalang, kupu-
kupu, kepik) yang dibawa dengan memisahkan kepala dari tubuh serangga,
kemudian pisahkan bagian- bagian alat mulut tersebut dan memfoto secara
close up dan pelajari perbedaan masing- masing alat mulut serangga.
4. Mengamati tipe antenna pada masing- masing serangga (kumbang, lalat, kupu-
kupu, belalang) yang dibawa dengan mengambil menggunakan pinset antenna
pada masing- masing serangga kemudian memfoto secara close up dan amati
serta pelajari perbedaan masing- masing tipe antenna serangga dan definisikan
tipe antennanya.
Metamorfosis Serangga
1. Mengamati tipe metamorfosis pada serangga yang di koleksi (kupu- kupu/
kumbang, kepik dengan memfoto dan mempelajari perbedaannya).
2. Mengamati tipe larva (ulat, uret, set) dengan teliti perbedaannya dengan
melihat bentuk tubuh, kepala, tungkai thorakal, tungkai abdominal.
3. Mengamati tipe pupa (pupa kupu- kupu, pupa lalat rumah, dan pupa kumbang)
pelajari apakah alat tambahan (appendages) melekat atau tidak pada pupa.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Tipe alat mulut
2. Tipe antenna
3. Tipe tungkai
4. Tipe sayap
5. Tipe larva
6. Tipe pupa
7. Tipe metamorfosis serangga
8. Bagian utuh serangga
9. Bagian kepala serangga
10. Bagian thorax serangga
11. Bagian abdomen serangga
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif kualitatif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Kelompok
NO GAMBAR KETERANGAN
1. Gambar serangga utuh
Ordo : Orthoptera
Kelas : Insecta
Spesies : Valanga nigirdcornis
Metamorfosis : Hemimetabola
Telur >> Nimfa >> Belalang dewasa
Termasuk hewan yang memiliki
kerangka luar yang keras
(eksoskeleton) dan tubuh berbuku –
buku.
2. Kepala Tipe antenna : filiform (seperti
benang)
Tipe alat mulut : Penggigit
pengunyah
Tipe mata : Majemuk (faset),
berfungsi untuk mendeteksi
perbedaan objek berdasarkan
intensitas cahaya
Tipe kepala : berdasarkan posisi
mulut yaitu hypognateus (menghisap
ke bawah)
3. Thorak Tipe Tungkai : Tipe saltatorial (3
pasang tungkai)
Tipe sayap : Tekmina (2 pasang
sayap)
Kaki bagian belakang untuk
melompat, 2 pasang kaki depan
untuk berjalan
4. Abdomen Cerci seperti penjepit
Bernafas menggunakan trakea
terdapat tympanur didekat sayap
berbentuk disk bulat besar.
Organ reproduksi belalang jantan
disebut aedeogus
9
NO GAMBAR KETERANGAN
1. Gambar serangga utuh
Ordo : Diptera
Spesies : Musca dominica
Metamorfosis : Hemimetabola
Telur>> Larva >> Pupa >> Imago
2. Kepala
(Lalat terlalu kecil susah dipidah)
Tipe antenna : Aristat (berbentuk
seperti gada)
Tipe alat mulut : Penjilat
Tipe mata : Majemuk (faset),
terdapat 2 buah ocdli
3. Thorak
(Lalat terlalu kecil susah dipidah)
Tipe Tungkai : cursorial
Tipe sayap : halter
Tipe pernafasan: trakea
4. Abdomen (Lalat terlalu kecil susah
dipidah)
Cerci (jantan)
4.1.2 Data Golongan
No Kel Gambar Keterangan
1 3 Larva kupu – kupu (ulat) Ordo: Lepidoptera
Famili: Lasiocampicloe
Spesies: Marcohaylaciareti
Larva kupu – kupu terdapat
mandibulata. Pada imago tidak
sama dengan bagian tubuh pada
lalat yang terdapat bulu halus dan
pendek tipe larvanya eruciform
terdiri dari 13 ruas, mempunyai 3
kaku thorakal 2 kaki abdominal
5 Larva kupu – kupu (ulat) Tipe larva : Eruciform > ulat
dengan ciri tubuh silindrik, tungkai
thorakal yang pendek dan
mempunyai tungkai semu atau
tungkai abdominal
10
Tipe metamorfosis: holometabola,
karena mempunyai serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga
dewasanya
2 6 Larva lalat (set) Tipe larva: Vermiform, larva yang
tidak mempunyai tungkai, tubuh
elongate
Tioe metamorfosis: Holometabola,
karena mempunyai serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga
dewasanya
1 Larva lalat (set) Metamorfosis holometabola
Metamorfosis sempurna dimulai
dari telur>>larva>>pupa>>imago
Telur menetas setelah 12 jam
Larva memiliki 3 tingkatan
berdasarkan hari yaitu tingkat 1 (1-
4 hari), tingkat 2 (1-beberapa hari),
tingkat 3 (3-9 hari)
Pupa: berlangsung 3-9 hari dan
temperatur sekitar 35oC
Imago: proses pematangan 15 jam,
umur lalat 2-4 minggu.
3 2 Larva kumbang (uret) Tipe larva : scarabaeform, tipe
larva pada uret/gayas, embuk
dengan ciri bentuk seperti huruf C
mempunyai kepala berkembang
sempurna mempunyai kaki
thorakal dan tidak hanya proleg
abdominal.
Tipe metamorfosis holometabola
karena memiliki serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga dewasa
(imago)
4 Larva kumbang (uret)
Mrtamorfosis sempurna
(holometabola)
Telur >> larva >> pupa >>
kumbang.
11
4 2 Pupa lalat Tipe pupa koartata > tipe yang
kulit larva instar terakhirnya
mengeras puparium/kokon
Tipe metamorfosisi holometabola
karena memiliki serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga dewasa
(imago)
6 Pupa lalat Tipepupa koartata, tipe yang kulit
larva instar terakhirnya mengeras
puparium/kokon
Tipe pupa ekstarta adekticave>
mandibel tidak berfungsi dan tidak
dapat digerakkan, menempel pada
kepala, namun tetap terbungkus
dalam eksuvilum yang mengeras.
Eksuvium pembungkus pupa
dinamakan puparium
5 5 Pupa kupu - kupu Tipe pupa object pupa yang
memiliki antena, sayap dan tungkai
melekat pada tubuh pupa.
Tipe metamorfosis holometabola
karena mempunya serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga dewasa
(imago)
1 Pupa kupu - kupu Tipe pupa object pupa yang
memiliki antena, sayap dan tungkai
melekat pada tubuh pupa.
Tipe metamorfosis holometabola
karena mempunya serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga dewasa
(imago)
6 3 Pupa kumbang Ordo: Coleoptera (kumbang)
Spesies : Convergens (Lady bug
tertentu)
Tipe pupa eksorata: tipe pupa yang
semua embelannya tidak melekat
pada tubuh pupa
4 Pupa kumbang Tepe pupa object, pupa yang
memiliki antena, sayap dan tungkai
12
melekat pada tubuh pupa.
Tipe metamorfosis holometabola
karena mempunya serangga
pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dengan serangga dewasa
(imago)
4.2 Pembahasan
Belalang sebagai OPT memiliki tanaman inang. Tanaman inangnya adalah
kapas, jati, kelapa, kopi, coklat, jagung, ketela, waru, mangga, nangka, karet, dan
pisang. Belalang menjadi OPT pada saat memasuki fase nimfa hingga sampai
menjadi belalang dewasa atau yang disebut dengan metamorfosis sempurna,
dengan memakan dedaunan untuk mempertahankan hidupnya sehingga
menyebabkan dedaunan berlubang- lubang. Apabila serangan belalang sangat
tinggi dapat menyebabkan daun habis bahkan menyebabkan kematian pada daun
tersebut dikarenakan daunnya habis tidak dapat melakukan fotosintesis (Latifah,
dkk. 2015). Serangga yang memiliki tipe mulut penggigit pengunyah ini biasanya
memakan dedaunan dari pinggir menuju ke tengah namun tidak berpola, dengan
begitu proses fotosintesis dari tanaman tersebut sangat terganggu bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Serangga pada umumnya memiliki kerangka tubuh bagian luar yang keras
dan sewaktu – waktu terjadi pergantian kulit. Bagian tubuh yang keras tersebut
biasa disebut dengan eksoskeleton. Pergantian kulit juga tergantung oleh faktor
umur serangga tersebut, umur yang telah dewasa memiliki tubuh yang besar
daripada serangga yang baru menetas. Begitu juga dengan belalang (Valanga
nigricornis) yang memiliki kulit luar keras (eksoskeleton) dan tubuhnya berbuku
– buku.
Bagian kepala dari serangga khususnya belalang terdiri atas alat mulut,
antena dan mata. Bagian – bagian tersebut memiliki fungsinya tersendiri untuk
antena pada belalang digunakan untuk mendeteksi adanya predator disekitar
mereka atau tidak yang bisa jug disebut sebagai indera sensori. Sensor yang
13
diterima oleh antena biasanya langsung disalurkan sehingga belalang menjadi
peka terhadap lingkungan sekitar. Tipe antena dari belalang adalah filiform
dimana tipe ini berbentuk seperti benang yang tipis namun kuat. Tak kalah
pentingnya dengan antena adalah mata dari belalang. Mata belalang memang
terlihat dua buah namun dalam mata besar tersebut tersebar mata – mata majemuk
sehingga jangakuan penglihatan belalang lebih luas dan bisa melihat kebelakang
dengan mata tersebut. Oceli atau mata tunggal dalam belalang berjumlah 3 dengan
fungsi untuk mendeteksi perbedaan objek berdasarkan intensitas cahaya yang
diterima oleh mata tersebut. Makanan utama dari belalang adalah dedaunan
dimana struktur daun sendiri memiliki lapisan yang bisa dibilang keras untuk
hewan sekelas serangga, makadari itu mulut serangga memiliki tipe penggigit
pengunyah untuk mempermudah dalam hal memperoleh makanan di alam bebas.
Mulut belalang yang menghadap kebawah menyebabkan tipe kepala dari belalang
itu sendiri menjadi tipe hypognales, dimana tipe ini lebih condong ke merunduk
karena dari posisi makan yaitu merunduk agar meperoleh makanan yang
maksimal.
Bagian serangga terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, thorak atau dada,
dan abdomen. Ketiga bagian tersebut memiliki peran yang sangat vital dalam
mejalankan metabolisme dari serangga. Umumnya serangga memiliki sayap
berjumlah 2 atau 3 pasang hal tersebut terlihat pada belalang yang memiliki 2
pasang sayap (tekmina). Tempat sayap pada bagian tubuh belalang adalah melekat
pada bagian thorak (dada), selain sayap yang melekat pada thorak ada juga
tungkai kaki melekat juga pada bagian thorak. Sayap sendiri berguna untuk
terbang dari incaran predator, namun biasanya didahulu dengan lompatan yang
tinggi. Lompatan yang tinggi dari belalang dikarenakan sepasang kaki belakang
belalang termodifikasi untuk melompat berbeda dengan dua pasang kaki depan
belalang yang digunakan untuk berjalan. Modifikasi dari kaki belakang
menghasilkan kaki belakang belalang lebih panjang daripada kaki depan belalang.
Bagain lainnya dari belalang adalah abdomen. Abdomen sendiri terdiri
atas beruas – ruas dan 3 ruas terakhir umumnya terdapat alat kelamin dari
belalang. Organ reproduksi jantan dan betina pada belalang memiliki perbedaan
14
yaitu jika organ jantan dinamakan cerci cirinya terdapat seperti penjepit dibagian
paling belakang dari abdomen sedangkan pada organ betina dinamakan ovipositor
yang berguna untuk mengeluarkan telur. Belalang bernafas menggunakan trakea.
Perkembangbiakannya lalat termasuk ke dalam metamorfosis sempurna
dimulai dari fase telur, larva, pupa dan imago. Tipe metamorfosisnya adalah
holometabola, dimana masa istirahat lalat adalah pada fase pupa. Lalat betina
setelah melakukan perkawin akan menyimpan sperma di kantung sperma atau
Spermatheca.
Sama halnya dengan belalang, lalat juga terdiri atas 3 bagian utama yaitu
kepala, thorak dan abdomen. Pembedanya adalah tipe – tipe baik tipe antena tipe
alat mulut maupun tipe sayap. Tipe antena dari lalat merupakan tipe aristat
dimana bentuk antena tipe ini seperti sebuah gada namun tidak sepanjang tipe
antena milik belalang. Umumnya antena adalah sebagai alat sensor dari predator
maupun sensor yang menunjukan makanan dari serangga tersebut, hal ini juga
berlaku untuk antena lalat yang sangat peka terhadap lingkungan sekitar. Antena
juga berhubungan langsung dengan mata, dengan mata majemuk lalat dapat
melihat seluas 360o dan akan menghindar sangat cepat ketika ada predator datang
mengganggu.
Tipe alat mulut dari lalat adalah penghisap, dimana lalat menghinggapi
makanan mereka lalu menghisap. Cara seperti itulah yang dapat menyebabkan
penyakit tertular dengan tidak kita sadari. Selanjutnya bagian thorak sama seperti
belalang dimana terdapat sayap dan tungkai kaki, yang membedakan adalah kaki
dari lalat tidak ada modifikasi karena kakinya hanya digunakan untuk berjalan.
Sayap dari lalat sendiri memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan
tubuh mereka dan sayap lalat sangat tipis. Bagian terakhir adalah abdomen yang
persis dengan aabdomen belalang yaitu terdapat ovipositor untuk lalat beitna dan
cerci untuk lalat jantan..
Serangga memiliki metamorfosis yang sangat dominan mengarah ke
metamorfosis sempurna karena baik larva maupun pupa akan berkembang
menjadi hewan sangat berbeda dengan awalnya. Contohnya adalah larva kupu –
kupu atau yang dikenal sebagai ulat. Ciri dari larva kupu – kupu adalah memiliki
15
mandibulata dan memiliki tipe larva erucuform ulat dengan tipe ini biasanya
memiliki tubuh yang silindrik, tungkai thorakal pendek dan mempunyai tungkai
semu atau tungkai abdominal. Tipe metamorfosis dari ulat sendiri adalah
holometabola karena mempunyai serangga pradewasa yang disebut larva serta
mempunyai bentuk yang sangat berbeda dengan serangga dewasanya (imago).
Perbedaan pupa dengan larva adalah larva merupakan serangga menuju
masa dewasa namun mereka dapat hidup bebas sedangkan pupa adalah serangga
pradewasa namun terbungkus oleh kokon sebab itulah pupa diam namun tidak
berarti mati. Pupa yang mudah diamati adalah pupa kupu – kupu karena mudah
ditemukan biasanya berada di daun pisang yang menggulung. Tipe pupa kupu –
kupu adalah object yaitu pupa yang mempunyai antena, sayap, dan tungkai
melekat pada tubuh pupa tersebut sedangkan untuk tipe metamorfosisnya adalah
holometabola.
16
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Struktur dasar serangga meliputi kepala, thorax dan abdomen. Serangga yang
diamati struktur tubuhnya adalah belalang dan lalat rumah. Struktur tubuh
belalang meliputi kepala (antenna tipe filiform, mata majemuk/faset, dan alat
mulut tipe penggigit pengunyah), thorax (sayap tipe tegmina dan tungkai tipe
saltatorial) dan abdomen (peredaran darah, reproduksi dengan cerci dan
aedeagus, serta sistem pernafasan dengan trakea).
2. Metamorfosis hasil pengamatan kali ini meliputi metamorfosis hemimetabola
untuk belalang dan holometabola untuk lalat rumah, larva dan pupa kumbang,
larva dan pupa kupu- kupu, larva dan pupa lalat. Metamorfosis hemimetabola
dimulai dari telur menjadi nimfa, nimfa menjadi belalang dewasa.
Metamorfosis holometabola dimulai dari telur menjadi larva, larva menjadi
pupa, pupa menjadi imago.
3. Tipe larva pada masing- masing larva kupu- kupu (ulat), larva kumbang
(uret), dan larva lalat (set) adalah Eruciform, Scarabaeiform, dan Vermiform.
Sedangkan, tipe pupa pada masing- masing pupa kupu- kupu, pupa kumbang,
dan pupa lalat adalah Obtect, Obtect, dan Koartata.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar namun kelengkapan praktikum
kurang memadai dikarenakan jumlahnya yang terbatas. Penggunaan alat- alat
praktikum tersebut secara bergantian dengan kelompok lain sehingga, kurang
efektif dan efisien dalam harus melakukan pengamatan. Seharusnya untuk alat-
alat pendukung praktikum disediakan sebanyak jumlah kelompok agar praktikum
berjalan lebih cepat dan kondusif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Eilenberg, J., J. M. Vlak, C. Neilsen-LeRoux, S. Cappellozza, and A. B. Jensen.
Diseases in Insect Produced for Food and Feed. Insect as Foot and Feed,
1(2): 87-102.
Gimenez, B. C. G., F. A. Lansac-Toha, and J. Higuti. 2015. Effect of Land Use on
the Compositio, Diversity and Abundance of Insect Drifting in
Neotropucal Steams. Biol, 75(4): 52-59.
Husni, N. Pramayudi, dan M. Faridah. 2012. Biology of Papaya Mealy Bug
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) in Cassava (Manihot
utilissima Pohl). Natural, 12(2): 9-17.
Khaliq, A., M. Javed, M. Sohail, and M. Sagheer. 2014. Environmental Effects on
Insects and Their Population Dynamics. Entomology and Zoology Studies,
2(2): 1-7.
Latifah, N., Dharmono, dan A. Naparin. 2015. Inventarisasi Spesies Belalang di
Kawasan Hutan Galam Desa Tabing Rimbah Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala. Wahana-Bio, 14 (1) : 92-116.
Muhamat, Hidayaturrahmah, dan A. Nurliani. 2015. Serangga – Serangga pada
Tanaman Zodia (Evodia suaveolens). Biodiv Indon, 1(5): 1040-1044.
Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Andi Offset.
Suwondo., E. Febrita, dan A. Hendrizal. 2015. Komposisi dan Keanekaragaman
Serangga Tanah di Arboretum Universitas Riau Sebagai Sumber Belajar
Melalui Model Inkuiri. Biogenesis, 11(2): 93-98.
18
19
LAMPIRAN
Data
Flowchart
Gambar 1. Flowchart Strukur Tubuh Serangga Sallindri Apalle
20
Gambar 2. Flowchart Morfologi Serangga Sallindri Apalle
21
Gambar 3. Flowchart Strukur Tubuh Serangga M. Nuri Antono
22
Gambar 4. Flowchart Morfologi Serangga M. Nuri Antono
23
Gambar 5. Flowchart Strukur Tubuh Serangga Helmi Faghi Setiawan
24
Gambar 6. Flowchart Morfologi Serangga Helmi Faghi Setiawan
25
Gambar 7. Flowchart Strukur Tubuh Serangga M. Astaf Tiyan
26
Gambar 8. Flowchart Morfologi Serangga M. Astaf Tiyan
27
Data (Tabel Lembar Kerja)
Gambar 9. Cover Lembar Kerja
28
Gambar 10. Data Kelompok (Belalang)
29
Gambar 11. Data Kelompok (Lalat)
30
Gambar 12. Data Golongan A
31
Gambar 13. Data Golongan A
32
Gambar 14. Data Golongan A
33
Dokumentasi
Gambar 15. Foto Belalang Utuh
Gambar 16. Foto bagian kepala belalang
34
Gambar 17. Foto bagian thorak belalang
Gambar 18. Foto bagian abdomen belalang
35
Gambar 19. Foto untuh lalat
36
Literatur
Eilenberg, J., J. M. Vlak, C. Neilsen-LeRoux, S. Cappellozza, and A. B. Jensen.
Diseases in Insect Produced for Food and Feed. Insect as Foot and Feed,
1(2): 87-102.
37
38
Gimenez, B. C. G., F. A. Lansac-Toha, and J. Higuti. 2015. Effect of Land Use on
the Compositio, Diversity and Abundance of Insect Drifting in
Neotropucal Steams. Biol, 75(4): 52-59.
39
40
Husni, N. Pramayudi, dan M. Faridah. 2012. Biology of Papaya Mealy Bug
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) in Cassava (Manihot
utilissima Pohl). Natural, 12(2): 9-17.
41
Khaliq, A., M. Javed, M. Sohail, and M. Sagheer. 2014. Environmental Effects on
Insects and Their Population Dynamics. Entomology and Zoology Studies,
2(2): 1-7.
42
43
Latifah, N., Dharmono, dan A. Naparin. 2015. Inventarisasi Spesies Belalang di
Kawasan Hutan Galam Desa Tabing Rimbah Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala. Wahana-Bio, 14 (1) : 92-116.
44
45
Muhamat, Hidayaturrahmah, dan A. Nurliani. 2015. Serangga – Serangga pada
Tanaman Zodia (Evodia suaveolens). Biodiv Indon, 1(5): 1040-1044.
46
47
Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Andi Offset.
48
49
Suwondo., E. Febrita, dan A. Hendrizal. 2015. Komposisi dan Keanekaragaman
Serangga Tanah di Arboretum Universitas Riau Sebagai Sumber Belajar
Melalui Model Inkuiri. Biogenesis, 11(2): 93-98.
top related