laporan reaksi-reaksi trigliserida
Post on 29-Dec-2015
253 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA
NAMA : RACHMA SURYA M
NIM : H311 12 267
KELOMPOK : III (TIGA)
HARI/TGL PERC. : RABU/ 5 MARET 2014
ASISTEN : SARTIKA
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid lebih jarang diketahui oleh orangawam dibanding dengan karbohidrat
dan protein. Lipid memiliki banyak peranan penting dalam hal biologis, seperti
sebagai sumber penyedia energi, sebagai jaket pelindung pada tumbuhan dan
serangga, serta sebagai komponen utama membran yang mengelilingi semua sel
hidup. Secara kimia lipid adalah molekul organik yang terbentuk secara alami yang
larut di dalam pelarut organik non polar (McMurry dan Castellion, 1994).
Trigliserida adalah triester asam lemak dan gliserol. Trigliserida memiliki
struktur yang sangat beragam. Keragaman jenis trigliserida ini bersumber dari
kedudukan dan jenis asam lemaknya. Trigliserida sederhana adalah triester yang
terbuat dari gliserol dan tiga asam lemak yang sama. Trigliserida yang berbentuk
sederhana ini sangat jarang ditemui. Trigliserida campuran adalah triester dengan
asam lemak yang berbeda (Thenawijaya, 1982).
Trigliserida dapat menjadi tengik dan menimbulkan bau dan cita rasa yang
tidak enak bila dibiarkan pada udara lembab. Hal ini disebabkan karena lepasnya
asam lemak yang mudah menguap menyebabkan bau tengik. Adapun asam lemak
terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi ikatan ganda dua. Lipid adalah
salah satu senyawa organik yang berguna bagi kehidupan manusia (Hart dkk., 2003).
Berdasarkan teori di atas, maka percobaan reaksi-reaksi trigliserida ini
dilakukan. Percobaan ini dilakukan dengan mengidentifikasi keberadaan gliserol
melalui tes akrolein yang ditandai dengan terbentuknya bau khas serta tes kolorimetri
dengan melihat adanya warna hijau zamrud pada sampel mengandung gliserol.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara
mengidentifikasi adanya gliserol pada senyawa lipid dengan menggunakan metode
tertentu.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak dengan tes
akrolein.
2. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak dengan tes
kolorimetri.
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Tes Akrolein
Gliserol dalam sampel diidentifikasi dengan menambahkan KHSO4 ke dalam
sampel kemudian dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau tengik yang
menandakan sampel mengandung gliserol.
1.3.2 Tes Kolorimetri
Gliserol dalam sampel diidentifikasi dengan menambahkan larutan
NaOCl 2%, HCl pekat, kemudian didihkan untuk membuang kelebihan asam.
Setelah itu ditambahkan α-naftol dan H2SO4 pekat. Adanya gliserol ditandai dengan
terbentuknya warna hijau zamrud.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid
adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam, tetapi
lipid cenderung larut di dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Inilah salah
satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan
kebanyakan molekul hayati lainnya (Wilbraham dan Matta, 1992).
Lipid memiliki struktur yang sangat beragam, sekalipun sifat kelarutan dari
setiap sturuktur mirip. Beberapa struktur dari lipid dapat berupa ester, lainnya berupa
hidrokarbon sebagian asiklik dan lainnya siklik, bahkan ada yang berupa polisiklik
(Hart dkk., 2003).
Triasilgliserol adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak
mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya. Triasil gliserol juga sering
dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari
alkohol gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol merupakan
komponen utama dari lemak penyimpan pada seluruh tumbuhan dan hewan, tetapi
umumnya tidak dijumpai pada membran. Trigliserida adalah molekul hidrofobik non
polar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional
dengan polaritas tinggi (Thenawijaya, 1982).
Trigliserol dibedakan berdasarkan jenis asam lemak yang terikat dengan
ikatan ester oleh gliserol. Trigliserida yang mengandung satu jenis asam lemak pada
ketiga posisi disebut trigliserida sederhana, contohnya adalah tristeroilgliserol,
tripalmitoilgliserol dan trioleilgliserol. Trigliserida yang mengandung dua atau lebih
asam lemak yan berbeda disebut trigliserida campuran. Kebanyakan jenis trigliserida
ini adalah lemak alami seperti minyak zaitun, mentega dan lemak makanan yang
merupakan campuran dari trigliserida sederhana dan campuran yang mengandung
berbagai jenis asam lemak yang berbeda dalam panjang rantai dan derajat kejenuhan
(Thenawijaya, 1982).
Gambar 1. Struktur umum triasilgliserol; R1, R2 dan R3 ekor hidrokarbon asam lemak
Lemak adalah campuran trigliserida yang padat akibat kandungan asam
lemak jenuhnya yang tinggi. Minyak adalah campuran trigliserida yang berbentuk
padat karena mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi. Lemah hewan dan
minyak tumbuhan adalah lipid yang paling berlimpah di alam. Struktur dari lemak
dan minyak mirip walaupun bentuk mereka berbeda. Semua lemak dan minyak
adalah triasilgliserol atau trigliserida (McMurry dan Castellion, 1994).
Gambar 2. Struktur umum lemak atau minyak
Meskipun secara umum lemak berasal dari sumber hewani dan minyak dari
sumber nabati, hal ini tidak selalu demikian. Contohnya, minyak ikan tinggi akan
asam lemak tak jenuhnya. Demikian pula tidak semua lemak berasal dari sumber
hewani. Titik leleh dari asam lemak tak jenuh lebih rendah dibanding asam jenuh.
Perbedaan titik jenuh ini disebabkan oleh keberadaan ikatan rangkap dari
strukturnya. Semakin banyak ikatan rangkap dalam porsi asam lemak dari triester,
semakin rendah titik lelehnya (Hart dkk., 2003).
Lilin masih termasuk dalam golongan lipid. Lilin merupakan ester dari asam
lemak berantai panjang dan alkohol berantai panjang. Lilin adalah padatan mantap
bertititk leleh rendah yang dapat ditemukan di dalam tumbuhan maupun hewan. Pada
tumbuhan, lapisan lilin akan melindungi permukaan daun dari penguapan air dan
serangan mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut, dan bulu unggas, lilin ini
menjaganya agar tetap lentur dan kedap air (Wilbrahan dan Matta, 1992).
Gambar 3. Struktur lilin
Pada hewan vertabrata, lilin disekresi oleh kelenjar kulit sebagai kulit
pelindung untuk membuat kulit bersifat fleksibel, berminyak, dan tahan air. Rambut,
wol dan bulu juga dilapisi oleh sekresi berlilin. Pada organisme laut seperti plankton,
lilin digunakan sebagai bentuk penyimpan utama dari bahan bakar penghasil kalori.
Lilin juga merupakan makanan utama dan lipida penyimpanan pada rantai
sumber-sumber laut (Thenawijaya, 1982).
Salah satu komponen utama di dalam lilin lebah adalah triakontil
heksadekanoat. Lilin ini tersusun atas rantai ester dari 30 karbon alkohol
(triakontanol) dan 16 karbon asam (asam heksadekanoit yang dikenal sebagai asam
palmitat). Lilin adalah jaket pelindung dari buah, beri, daun, dan bulu hewan yang
memiliki struktur yang sama (McMurry dan Castellion, 1994).
Menurut Aziz dkk. (2013), gliserol merupakan senyawa kimia yang banyak
digunakan pada industri farmasi dan kosmetik. Pembuatan gliserol dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantaranya melalui reaksi transesterifikasi, saponifikasi
dan hidrolisis minyak. Pembuatan gliserol dengan cara hidrolisis dapat dilakukan
dengan bantuan katalis atau tanpa katalis. Hidrolisis tanpa katalis dilakukan pada
suhu 373 oC, sedangkan dengan katalis dapat dilakukan pada suhu 100 oC. Katalis
yang dapat digunakan bisa berupa katalis homogen (HCl dan H2SO4) dan katalis
heterogen berupa resin. Keunggulan katalis homogen adalah konversi reaksi yang
dihasilkan lebih besar dibandingkan katalis heterogen. Bahan baku utama yang
digunakan dalam pembuatan gliserol adalah minyak diantaranya minyak sawit,
minyak biji kapuk dan minyak biji karet.
Trigliserida cepat menjadi tengik, menimbulkan bau dan cita rasa tak enek
apabila dibiarkan di udara lembab suhu kamar. Hal yang menyebabkan bau tengik
pada mentega adalah karena lepasnya asam lemak yang mudah menguap dari lemak.
Asam-asam ini terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi dari ikatan
rangkap dua. Hidrolisis dari lemak atau minyak biasanya dikatalis oleh enzim lipase
yang berada dalam lemak di udara. Ketengikan ini dapat dicegah dengan menyimpan
bahan pangan di dalam lemari pendingin (Wilbrahan dan Matta, 1994).
Tetapi penyebab utama ketengikan dari bahan pangan adalah proses oksidasi.
Udara yang hangat dan membiarkan bahan pangan di udara terbuka merangsang
terjadinya ketengikan oksidatif. Pada ketengikan oksidatif ini, ikatan rangkap dari
asam lemak tidak jenuh dari trigliserida terputus kemudian membentuk aldehida
berbobot molekul rendah dengan bau tak sedap. Aldehid kemudian dioksidasi
menjadi asam lemak berbobot molekul rendah yang berbau tidak enak. Ketengikan
trigliserida menyebabkan perpendekan masa simpan bahan pangan yang
mengandung gliserol (Wilbrahan dan Matta, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain adalah minyak
kopra, minyak sawit, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak wijen, gliserol, margarin,
lilin, akuades, NaOCl 2%, HCl pekat, H2SO4 pekat, α-naftol 0,1%, KHSO4, spiritus
dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain adalah tabung reaksi,
rak tabung, pipet tetes, gegep, hotplate, gelas kimia 500 mL, pembakar spirtus, sikat
tabung, dan sendok tanduk.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Tes Akrolein
Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan
masing-masing 1 mL larutan sampel yaitu minyak sawit, minyak kopra, VCO,
minyak wijen, gliserol, margarin dan lilin ke dalam tabung. Ditambahkan ± 0,5 gram
KHSO4 pada masing-masing tabung lalu dipanaskan. Diamati adanya kandungan
gliserol yang ditandai dengan adanya bau tengik pada larutan sampel.
3.3.2 Tes Kolorimetri
Disiapkan 8 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan
masing-masing 1 mL larutan sampel yaitu minyak sawit, minyak kopra, VCO,
minyak wijen, gliserol, margarin dan lilin ke dalam tabung serta 1 mL akuades ke
dalam tabung reaksi yang berfungsi sebagai larutan blanko. Ditambahkan 1 mL
NaOCl 2% pada masing-masing tabung kemudian didiamkan selama 2-3 menit.
Setelah 3 menit ke dalam tabung ditambahkan 4 tetes HCl pekat lalu didihkan untuk
membuang kelebihan asam. Selanjutnya ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1% dan
4 mL H2SO4 pekat pada masing-masing tabung. Diamati, adanya kandungan gliserol
ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud pada larutan sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Tes Akrolein
Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel lemak adalah
dengan tes akrolein. Pada tes ini gliserol didentifikasi dengan cara penambahan
KHSO4 serta pemanasan. Adanya gliserol ditandai dengan bau tengik pada sampel
yang diuji. Sampel yang digunakan adalah minyak sawit, minyak kopra, VCO
(Virgin Coconut Oil), minyak wijen, gliserol, margarin, dan lilin.
Tabel 1. Data Pengamatan Tes Akrolein
Contoh 0,5 gram KHSO4 Panaskan (Bau)
Minyak Wijen Larutan coklat ++++
Gliserol Larutan tidak berwarna ++
Minyak Sawit Larutan kuning kecoklatan ++++
Minyak Kopra Larutan coklat ++++
VCO Larutan tidak berwarna +++
Margarin Larutan kuning +
Lilin Larutan tidak berwarna -
Keterangan :
+++++ : sangat berbau
++++ : berbau
+++ : cukup berbau
++ : agak berbau
+ : kurang berbau
- : tidak berbau
b. Tes Kolorimetri
Selain tes akrolein, cara lain untuk mengidentifikasi gliserol di dalam lemak
adalah dengan uji kolorimeter. Keberadaan gliserol dalam sampel ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud. Pada tes kolorimetri ini sampel yang
digunakan sama dengan tes akrolein dan ditambahkan larutan blanko (akuades).
Tabel 2. Data Pengamatan Tes Kolorimetri
Contoh Warna yang terbentukMinyak Wijen Hijau zamrud
Gliserol Hijau zamrudMinyak Sawit Hijau zamrudMinyak Kopra Hijau zamrud
VCO Hijau zamrudMargarin Hijau zamrud
Lilin Hijau zamrudBlanko Hijau zamrud
4.2 Reaksi
a. Tes Akrolein
1. Minyak Wijen
2. Gliserol
3. Minyak Sawit
4. Minyak Kopra
5. VCO (Virgin Coconut Oil)
6. Margarin
7. Lilin
b. Tes Kolorimeter
1. Minyak Wijen
2. Gliserol
3. Minyak Sawit
4. Minyak Kopra
5. VCO (Virgin Coconut Oil)
6. Margarin
7. Lilin
8. Blanko
4.3 Pembahasan
Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel lemak adalah
dengan tes akrolein. Sampel yang digunakan adalah minyak sawit, minyak kopra,
VCO (Virgin Coconut Oil), minyak wijen, gliserol, margarin, dan lilin. Pada tes ini
gliserol didentifikasi dengan cara penambahan KHSO4 ke dalam tabung reaksi yang
berisi sampel. Penambahan KHSO4 berfungsi sebagai senyawa pengkatalis dalam
proses hidrolisis trigliserida atau lipid. Dengan penambahan KHSO4 lipid akan
terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, reaksi hidrolisis ini mengakibatkan
kerusakan trigliserida. Setelah penambahan KHSO4 kemudian dilakukan pemanasan
yang bertujuan untuk mengoksidasi gliserol menjadi akrolein serta untuk
menghilangkan air. Akrolien yang terbentuk ditandai dengan adanya bau tengik.
Bedasarkan hasil percobaan dapat diketahui sampel yang mengandung
gliserol dan yang tidak mengandung gliserol berdasarkan ketajaman bau yang
dihasilkan. Dari hasil percobaan di dapatkan urutan ketajaman bau dari sampel yang
di uji adalah minyak wijen = minyak sawit = minyak kopra > VCO > gliserol >
mentega > lilin. Kekuatan bau tersebut tercium berdasarkan kandungan gliserol dari
masing-masing sampel, semakin banyak kandungan gliserol maka sampel tersebut
akan berbau semakin kuat. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa gliserol tidak
terlalu berbau tengik, hal ini bertentangan dengan teori dimana seharusnya gliserol
yang memiliki bau yang paling kuat. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa
kesalahan seperti sampel gliserol yang telah terkontaminasi sehingga sampel gliserol
tidak murni lagi, ataupun kesalahan pada saat pengujian dimana jumlah penambahan
KHSO4 mungkin terlalu sedikit dan KHSO4 tidak larut sempurna sehingga reaksi
tidak berjalan sempurna.
Sama halnya dengan tes akrolein, tes kolorimetri juga digunakan untuk
menguji adanya kandungan gliserol pada sampel. Keberadaan gliserol dalam sampel
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud. Pada tes kolorimetri
ini sampel yang digunakan sama dengan tes akrolein dan ditambahkan akuades yang
berfungsi sebagai blanko.
Percobaan tes kalorimetri dilakukan menambahkan 1 mL NaOCl 2% dan 2-3
tetes HCl pekat kedalam sampel kemudian dipanaskan. Penambahan NaOCl pada
larutan berfungsi untuk mereduksi kelebihan lemak sehingga gliseril terbentuk.
Penambahan HCl berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi, maka setelah
penambahan HCl pekat dilakukan pemanasan untuk membuang kelebihan asam.
Setelah pemanasan, ke dalam sampel ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1% dan 4 mL
H2SO4 pekat. Penambahan H2SO4 mampu memisahkan gugus yang terikat pada –OH
sehingga gugus benzena yang terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan gugus –OH
yang ada pada gliserol dan menghasilkan senyawa yang berwarna hijau zamrud.
Dari hasil percobaan ini diketahui semua sampel yang di uji serta akuades
yang berfungsi sebagai larutan blanko mengandung senyawa gliserol hal ini ditandai
dengan terbentuknya larutan berwarna hijau setelah penambahan α-naftol dan H2SO4
pekat. Hal ini tidak sesuai teori dimana seharusnya sampel lilin dan larutan blanko
(akuades) tidak berwarna hijau zamrud, karena lilin dan larutan blanko sebenarnya
tidak mengandung gliserol. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor kesalahan
dalam pengujian seperti sampel lilin dan air terkontaminasi oleh sampel yang
mengandung gliserol ataupun penggunaan alat yang tidak bersih sehingga
menyebabkan terbentuknya warna hijau zamrud.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil tes akrolein menunjukkan bahwa lilin (wax) tidak mengandung
gliserol sedangkan minyak sawit, minyak kopra, VCO (Virgin Coconut Oil),
minyak wijen, dan margarin mengandung gliserol.
2. Dari hasil tes kolorimetri menunjukkan bahwa minyak sawit, minyak kelapa
kopra, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak wijen, margarin, lilin dan larutan
blanko mengandung gliserol dengan terbentuknya warna hijau zamrud.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium supaya setiap bahan dan pereaksi yang akan dipakai
selalu diperbaharui agar mengurangi terjadinya kesalahan dalam percobaan.
5.2.2 Saran untuk Percobaan
Saran untuk percobaan agar sampel untuk percobaan ditambah lagi agar
wawasan praktikan tentang reaksi-reaksi trigleserida dan bahan yang mengandung
gliserol bertambah.
5.2.1 Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten cara asisten membimbing dan menjelaskan percobaan
sudah baik sehingga praktikan dapat menjalankan praktikum dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, I., Nurbayti, S., dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol Dengan Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6 (1): 19-25.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.
McMurry, J., dan Castellion, M.E., 1994 Fundamental of Organic an Biological Chemistry, Prentice Hall, New Jersey.
Thenawijaya, M., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Tim Dosen Biokimia, 2014, Penuntun Praktikum Biokimia Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wilbraham, A.C., dan Matta, M.S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, Penerbit ITB, Bandung.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 10 Maret 2014
Asisten Praktikan
(SARTIKA) (RACHMA SURYA M.)
Lampiran 1. Bagan Kerja
1. Tes Akrolein
–Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL
–Ditambahkan ± 0,5 gram KHSO4
–Dipanaskan dengan api kecil
–Diamati baunya
Catatan : sampel berupa minyak sawit, minyak kelapa kopra, VCO, minyak wijen,
gliserol, margarin, lilin, dan akuades.
2. Tes Kolorimetri
– Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL
– Ditambahkan 1 mL NaOCl 2%
– Setelah 3 menit, ditambahkan 4 tetes HCl pekat
– Dipanaskan untuk membuang kelebihan asam
– Ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1%
– Ditambahkan 4 mL H2SO4 pekat
– Diamati warnanya.
Catatan : sampel berupa minyak sawit, minyak kelapa kopra, VCO, minyak wijen,
gliserol, margarin, lilin, dan akuades.
Data
Larutan sampel
Larutan sampel Blanko
Data
Lampiran 2. Foto Percobaan
Gambar 1. Tes Akrolein
Gambar 2. Tes Kolorimetri
top related