laporan resmi praktikum arus
Post on 29-Nov-2015
467 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ARUS LAUT
Oleh :
Kelompok 22
Sigit K Jati Wicaksana K2E009037
Ulha Fadika K2E009049
Lucky Kristi C K2E009061
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
KELOMPOK : 22
No Keterangan Nilai
1 Tujuan Praktikum
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil dan Pembahasan
5 Kesimpulan
6 Daftar Pustaka
Nilai Akhir
Semarang, 1 Juli 2011
Koordinator Asisten
Fabian Doko Raditya
K2E 008 017
Mengetahui,
Dosen Praktikum
Arus Laut
Indra Budi Prasetyawan
1979 1003 2002 121002
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan Pada Praktikum Lapangan Arus Laut di Teluk Awur,
Jepara sebagai berikut:
1. Mengetahui pengukuran arus laut dengan menggunakan metode Euler dan
Lagrange
2. Mengenal dan dapat menggunakan peralatan lapangan seperti theodolit,
refraktometer, sedimen grab, sechi disc, botol nansen, horiba
3. Mengetahui besarnya kondisi perairan Jepara dengan melihat salinitas,
tingkat kecerahan, dan suhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Arus
Arus dapat artikan sebagai pergerakan massa air secara vertikal dan
horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat
luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir
suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau
pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya
Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng ,
downwelling.
Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal
dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan
yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja
pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air
adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya
yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah
gradien densitas air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air
(Gross,1990).
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga
komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang
hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan
bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain
tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal,
gaya yang menghasilkan pasut.
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang
gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah
perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat
kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan
laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin
dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air
laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Arus laut akan juga dipengaruhi oleh :
1. Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada
disekitarnya
Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan
dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat.
Batas – batas ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup dan
cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan.
2. Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking
Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari
laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah
tropik.Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien
densitas dalam arah horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk
oleh variasi salinitas, suhu atau kandungan sedimen. Arus densitas ini
umumnya terjadi didaerah pantai dan estuari dimana terdapat fluks air
tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan mengakibatkan adanya variasi
atau gradien densitas dalam arah horizontal yang bertambah besar ke
arah laut.
Gradien densitas horizontal ini mengakibatkan gradien tekanan horizonal
yang akhirnya menimbulkan arus densitas. Didalam arus densitas di estuari
terjadi keseimbangan antara gradien tekanan dan gesekan internal (gesekan
viskos), sementara didalam arus densitas di daerah pantai terjadi keseimbangan
antara gradien tekanan, gesekan internal, dan gaya coriolis atau hanya
keseimbangan antara gradien tekanan dan coriolis (gesekan internal diabaikan).
2.2 Macam-macam arus
Adapun jenis – jenis arus dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Berdasarkan penyebab terjadinya
Arus Ekman : Arus yang dipengaruhi oleh angin.
Arus Termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan
gravitasi.
Arus Pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.
Arus Geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien
tekanan mendatar dan gaya coriolis.
Wind driven current: Arus yang dipengaruhi oleh pola
pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan.
2. Berdasarkan Kedalaman
Arus Permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari
permukaan, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi
oleh pola sebaran angin.
Arus Dalam : Terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah
pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan
mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.
Macam-macam Arus berdasar proses pembentukannya
1. Arus Permukaan Laut di Samudera (Surface
Circulation)
Penyebab utama arus permukaan laut di samudera adalah tiupan angin
yang bertiup melintasi permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang
berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut
tertekan sesuai dengan arah angin.
Pola umum arus permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik
dan berbagai variabel seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, konfigurasi
benua, topografi dasar laut, dan angin lokal. Interaksi berbagai variabel itu
menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit.
Arus di samudera bergerak secara konstan. Arus tersebut bergerak
melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah gerak
jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere), dan berlawanan arah
gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern Hemisphere). Pola umum
sirkulasi arus global dapat dilihat dalam Gambar 1. Karena gerakannya yang
terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi massa udara yang ditemuinya
dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia.
Gambar 1. Pola sirkulasi arus global.
2. Arus di Kedalaman Samudera (Deep-water
Circulation)
Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman
samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air
laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan
gerakan massa air laut-dalam (deep-water masses) yang bergerak melintasi
samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang
mempengaruhi sirkulasi permukaan.
Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan
temperatur dan salinitas air laut. Oleh karena itu gerakan massa air laut-dalam
tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin (thermohaline circulation).
Model sirkulasi termohalin secara global dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Model pola sirkulasi termohalin global.
3. Arus Pasang Surut (Tidal Current)
Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut.
Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut bergerak
menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk ke dalam estuari
atau alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak menuju surut, maka terlihat
gerakan arus laut mengalir ke luar.
4. Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (rip current)
Kedua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi
karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang muring
atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak menyusuri pantai,
sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah tegak lurus atau miring
terhadap garis pantai. Pola kedua macam arus ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Arus sepanjang pantai dan arus rip.
2.3 Alat dan Metode Pengukuran Arus
Gerakan massa air di laut dapat diketahui dengan tiga cara, yakni
melakukan pengukuran langsung di laut, melalui pengamatan topografi muka laut
dengan satelit, dan model hidrodinamik .
2.3.1 Pengukuran arus secara insitu
Pengukuran arus secara insitu dapat dilakukan dengan dua metode,
yakni metode Lagrangian dan Euler. Metode Lagrangian adalah suatu cara
mengukur aliran massa air dengan melepas benda apung atau drifter ke laut,
kemudian mengikuti gerakan aliran massa air laut.
Gambar 4. menunjukkan salah satu alat ukur atau drifter yang ditaruh di
laut, pada bagian atas dilengkapi seperangkat elektronik yang mampu
mentranfer data posisi ke stasiun kontrol di darat melalui satelit. Sehingga secara
terus menerus posisinya dapat diplotkan dan akhirnya lintasan arus dapat
diketahui.
Gambar 4.
Salah satu contoh alat ukur arus dengan menggunakan metode Euler, panel
sebelah kiri merupakan salah satu contoh lintasan arus yang bergerak dari
Samudera Pasifik bergerak memasuki perairan Indonesia.
Cara lain mengukur arus insitu adalah dengan metode Euler. Pengukuran
arus yang dilakukan pada satu titik tetap pada kurun waktu tertentu. Cara ini
biasanya menggunakan alat yang disebut dengan Current Meter. Salah satu alat
ukur arus dengan metode Euler ditampilkan pada Gamb 5. Pada alat tersebut
dilengkapi dengan sensor suhu, conductivitas untuk mengukur salinitas, rotor
untuk kecepatan dan kompas magnetik untuk menentukan arah.
Gambar 5.
Current Meter Aandera Type RCM-7
Gambar 6. menunjukkan salah satu contoh hasil rekaman arus di tiga
lapisan kedalaman pada periode 15 April-15 Juni 1997 di perairan lepas pantai
Cilacap. Panel (a) paling atas merupakan stik plot data angin rata-rata harian
selama periode yang sama seperti pengukuran arus. Panel (b) sampai (d)
merupakan vektor arus pada kedalaman 55m, 115m dan 175m. Secara umum
kecepatan arus semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman. Panel (e)
paling bawah merupakan plot data salinitas pada lapisan kedalaman 55m (garis
utuh), 155m (garis putus-putus) dan 175m (garis titik). Pada periode 15 Mei dan
10 Juni nampak perbedaan salinitas yang cukup signifikan, dimana pada lapisan
kedalaman 55m salinitas drop menjadi 34,00 psu.
Gambar 6.
Contoh hasil rekaman mooring dengan alat ukur Current Meter type Aandera
2.3.2 Pengukuran arus dengan satelit altimetri
Adanya perkembangan teknologi satelit dewasa ini sangat
memungkinkan untuk mengetahui tinggi muka laut atau topografi muka laut.
Salah satu satu satelit yang mampu untuk membedakan perbedaan tinggi muka
laut adalah Topex/Poseidon (Gambar. 7a).
Satelit altimetri pada prinsipnya mentransmisikan gelombang dengan
panjang tertentu, kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menempuh
jarak dari satelit ke permukaan laut dan kembali ke reciever di satelit, sehingga
jarak dari lintasa satelit ke muka laut diketahui. Jarak yang lebih dekat saat muka
laut lebih tinggi akan membutuhkan waktu yang lebih pendek bila dibandingkan
dengan saat muka laut lebih rendah. Gambar. 7b menggambarkan tinggi rendah
muka laut dan hasil analisis gerakan massa air permukaan.
(a)
(b)
Gambar 7.
(a) Satelit Topex-Poseidon, (b) hasil rekaman satelit Topex-Posaidon berupa
peta topografi muka laut
2.3.3 Pengukuran arus dengan membangun model hidrodinamika
Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, para pakar
oseanografi fisika mengembangkan model-model hidrodinamika untuk
memprediksi gerak massa air di laut. Dengan memahami prinsip-prinsip fisika
dan dengan alat bantu matematika dan komputer beberapa permasalahan yang
secara analitik sulit dipecahkan dapat dipecahkan dengan metode numerik.
Sampai saat ini banyak sekali model dikembangkan, misalnya POM (Princeton
Ocean Modeling). Bahkan beberapa institusi kelautan dunia membuat paket-
paket model yang bisa di-running dalam personal komputer berbasis windows,
misalnya SMS 8.0 (Surface water Modelling System).
Gambar 8. merupakan salah satu contoh model arus yang dihasilkan dari
program SMS 8.0 dengan memasukkan data kedalaman, komponen pasang-
surut M2, S2, N2. O1 dan K1.
Gambar 8.
Pola arus di pantai Aceh Timur, hasil simulasi dengan SMS 8.0
2.4 Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)
Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara
horizontal maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung
kecepatan radial relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam
akustik yang berbeda arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga
komponen kecepatan. Beam ke empat menambah pemborosan energi dan
perhitungan yang error. ADCP mentransmisikan ping, dari tiap elemen
transducer secara kasar sekali tiap detik. Echo yang tiba kembali ke instrumen
tersebut melebihi dari periode tambahan, dengan echo dari perairan dangkal tiba
lebih dulu daripada echo yang berasal dari kisaran yang lebih lebar. Profil dasar
laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada akhirnya, kecepatan relatif, dan
parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal menggunakan Data Acquisition
System (DAS) yang juga secara optional merekam informasi navigasi, yang
diproduksi oleh GPS.
Prinsip Kerja:
Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali
secara lengkap. Arus absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman
referensi didapatkan dari rata-rata kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada
setiap kedalaman dapat dibedakan dari data terakhir dari kapal navigasi dan
perhitungan relatif ADCP
Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu
kecepatan orbit gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari
keakuratan ADCP. ADCP mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai
sensor tekanan untuk mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut.
Time series dari kecepatan, terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan
spektral dapat dihitung. Untuk mendapatkan ketinggian diatas permukaan,
kecepatan spektrum dierjemahkan oleh pergeseran permukaan menggunakan
kinematika linear gelombang. Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :
1. Perlindungan pesisir dan teknik pantai.
2. Perancangan pelabuhan dan operasional
3. Monitoring Lingkungan
4. Keamanan Perkapalan
ADCP dapat menghitung secara lengkap, arah frekuensi gelombang
spektrum, dan dapat dioperasikan di daerah dangkal dan perairan dalam. Salah
satu keuntungan ADCP adalah, tidak seperti directional wave buoy, ADCP dapat
dioperasikan dengan resiko yang kecil atau kerusakan. Sebagai tambahan untuk
frekuensi gelombang spektal, ADCP juga dapat digunakan untuk menghitung
profil kecepatan dan juga level air.
Keuntungan ADCP:
1. Definisi yang tinggi dari arah arus/gelombang pecah.
2. Logistik yang sederhana dengan bagian bawah yang menjulang
3. Kerusakan yang kecil, dan resiko yang kecil.
4. Kualitas perhitungan permukaan yang tinggi yang berasal dari dasar laut.
ADP/ADCP keistimewaannya meliputi
Dapat bekerja di kapal dengan penentuan posisi yang lengkap termasuk
bottom-tracking dan permukaan laut untuk transek dengan menggunakan
GPS.
ADCP memberikan sistem real-time untuk pesisir pantai, dan monitoring
pelabuhan.
ADCP mudah digunakan untuk mengukur arus
Mempunyai system otomatik yang dilengkapi dengan baterai dan
perekam untuk buoy lepas pantai atau bottom-mounting.
2.5 Parameter perairan laut
2.5.1 Parameter Fisika
2.5.1.1 Suhu
Suhu merupakansalah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab
jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang
nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang
sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal
pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain
(Bayard,1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran
zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat
dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak
daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi,1986).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi
kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi
organisme perairan karena berpengaruh terhadap laju metabolisme dan
pertumbuhan. Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol
(controlling factor) yaitu pengendali kecepatan reaksi kimia didalam tubuh
termasuk prosses metabolisme. Foresberg dan summerfelt (1998) menyatakan
bahwa meningkatkannya suhu akan mempercepat kelangsungan proses
metabolisme (Widiyati, 2005).
2.5.1.2 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui
sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air.
Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling
keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak
terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah
kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan
yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau
lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi,1986).
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus
oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung
pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat
kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi secara alami. Menurut
Nybakken (1992),fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya
yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan
(Anonymous a,2009).
2.5.1.3 Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar
pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut,khususnya diwilayah pantai. Pasang
surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan. Bumi
berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua
kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola gerakan
pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan karena
berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi
(Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval
waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan
yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa
adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya
permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor
lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada
banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan
terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang
surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken,1988).
2.5.1.4 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan
laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang
bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika
kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan
permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak
gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin
ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian
anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan
angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto,
2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa
henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali
diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun
sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam
keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang
besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau
daerah-daerah pantai (Hutabarat,1985).
Secara ekologis gelombang paling penting dimintakan pasang surut
dibagian yang agak dalam pengaruhnya menggurang sampai kedasar,dan
diperaiaran oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam
gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh
gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai
sifat penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai
daya tahan terhadap pukulan gelombang (Anonymous b, 2009).
2.5.1.5 Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang
bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan
bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan
oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan
dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap kehidupan
biota perairan. Arus dapat mengakibatkan luasnya jaringan. Jaringan jasad hidup
yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat
menghasilkan pengkikisan. Diperairan dengan dasar Lumpur arus dapat
mengaduk endapan Lumpur-lumpuran sehinga mengakibatkan kekeruhan air
dan mematikan binatang juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi
penetrasi sinar matahari dan karenanya mengurangi aktivitas
fotosistesis.manfaat dari arus bagu banyak biota adalah menyangkut
penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembunggan kotoran-
kotoranya (anonymous c, 2009).
2.5.1.6. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini
berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba
dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada
perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan,
sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2009).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin
lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin
besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi
(Nybakken, 1988).
2.5.2 Parameter Kimia
2.5.2.1 pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk
mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia
umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).
pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di
dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H.
Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam
telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau
terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai
kapasitas pem-buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air.
Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam
air (Anonymous c, 2009).
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada
konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan
hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan
bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih
kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan
kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).
2.5.2.2 Salinitas
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah salinitas.
Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00) dan
simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat
terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan sampai
bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti
dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida yang hilang.
Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air laut.
Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas,
dengan rumus :
S 0/00 = 0,03 + 1,805 CI 0/00
(Romimohtarto, 2001).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya,
sebagai berikut :
1.) Pola sirkulasi air
2.) Penguapan
3.) Curah hujan
4.) Arah aliran sungai
(Nontji, 1986)
2.5.2.3. DO
DO (Disolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam
air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan
banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak
pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous c , 2009).
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik
untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun beberapa
binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup
dalam keadaan anaerobic hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2
yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan
O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous b,
2009).
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang penting bagi kehidupan.
Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses
respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikrorganisme. Oksigen terlarut juga
sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan.
Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan.
Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas
yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya senyawa atau
unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan gas
yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan
oksigen terlarut ideal bagi biota diperairan adalah mencapai antara 4,0 – 10,5
mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter
(Supriyadi, 2002).
2.6 Alat-alat pengukuran
2.6.1 Sechi disc
Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman)
penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan. Caranya, piringan
diturunkan ke dalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali sampai
pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan pringan sudah tidak
tampak, tali ditahan/ berhenti diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan
diangkat kembali sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air dimana
piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat
ini. Dengan kata lain, kedalaman kecerahan oleh pembacaan piringan secchi
adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak bayangan
secchi dibagi dua.
Piringan secchi. Penamaan untuk menghargai nama penemunya. Lantas
mengapa warna yang dipilih Prof Secchi adalah hitam dan putih. sedangkan, di
alam begitu banyak jenis warna yang dapat dijumpai. Saat itu tidak ada alasan
yang ilmiah perihal pemilihan kedua warna ini. Tapi, mengapa pada secchi disk
warna yang digunakan adalah hitam dan putih ?. Menurut ilmu fisika, warna
adalah sifat cahaya yang bergantung pada panjang gelombang yang dipantulkan
benda tersebut. Benda yang memantulkan semua panjang gelombang terlihat
putih, benda yang sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Jadi, hitam dan
putih digunakan karena hitam adalah warna yang dapat mewakili warna gelap
dan putih mewakili warna cerah.
2.6.2 Refraktometer
Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indek bias suatu zat.
Definisi indek bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa
dibagi dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang
dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita. Pada
pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah, disebut
pantulan baur. Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar saaja,
mustahil ada atau hanya merupakan abstrasi geometrical saja (Sear,1994).
Standar ini berisi antara lain prosedur penentu indeks bias (n) relative
mineral transparan dalam bentuk butiran atau pecahan mineral transparan
berukuran (+/-) 0,6 mm atau berat kira-kira 0,01 gr dalam bentuk medium rendam
yang diketahui indeks biasnya dengan menggunakan mikroskop dan ilminasi
piring (Badan Standarisasi Nasional, 2008).
Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks bias cairan atau
padat, bahan transparan dan refractometry. Prinsip pengukuran dapat
dibedakan, oleh cayaha, penggembalaan kejadian, total refleksi, ini adlah
pembiasan (refraksi) atau reflaksi total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma
umum menggunakan semua tiga prinsip, satu dengan insdeks bias dikenal
(Prisma). Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan media
sampel (n cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari
media sampel diukur dengan defleksi cahaya (Wikipedia Commons, 2010).
2.6.3 Sedimen Grab
Sedimen grap berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang
ketebalannya tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan
sedimen. Alat ini biasa digunakan untuk mengambil sampel sedimen pada
perairan dangkal. Berdasarkan ukuran dan cara operasional, ada dua jenis
sedimen grap yaitu sedimen grap berukuran kecil dan besar.
Sedimen grap yang berukuran kecil dapat digunakan dan
dioperasionalkan dengan mudah, hanya dengan menggunakan boat kecil alat ini
dapat diturunkan dan dinaikkan dengan tangan. Pengambilan sampel sedimen
dengan alat ini dapat dilakukan oleh satu orang dengan cara menrunkannya
secara perlahan dari atas boat agar supaya posisi grab tetap berdiri sewaktu
sampai pada permukaan dasar perairan. Pada saat penurunan alat, arah dan
kecepatan arus harus diperhitungkan supaya alat tetap konstant pada posisi titik
sampling.
Sedimen grap yang berukuran besar memerlukan peralatan tambahan
lainnya seperti winch (kerekan) yang sudah terpasang pada boat/kapal survey
berukuran besar. Alat ini menggunakan satu atau dua rahang/jepitan untuk
menyekop sedimen. Grab diturunkan dengan posisi rahang/jepitan terbuka
sampai mencapai dasar perairan dan sewaktu diangkat keatas rahang ini
tertutup dan sample sedimen akan terambil.
Keuntungan pemakaian sedimen grap adalah lokasi sampel dapat
ditentukan dengan pasti, prakiraan kedalam perairan dapat diketahui, sedangkan
kerugiannya adalah kapal harus berhenti sewaktu alat dioperasikan, sampel
teraduk, dan beberapa fraksi sedimen yang halus mungkin hilang.
2.6.4 Theodolit
Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran
sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut
berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah
titik lapangan.
Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1. Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.
Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup
pengunci plat nonius.
2. Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros
sebagai sumbu putar.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
3. Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara
theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop
pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma
lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro
optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system
analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses
penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka
decimal.
2.6.5 Botol Nansen
Botol Nansen adalah alat untuk mendapatkan sampel air laut pada
kedalaman tertentu. Ini dirancang pada 1910 oleh penjelajah awal abad ke-20
dan ahli kelautan Fridtjof Nansen dan dikembangkan oleh Shale Niskin .
Botol, lebih tepatnya disebut silinder logam atau plastik, diturunkan
dengan tali ke dalam laut dan ketika telah mencapai kedalaman yang diperlukan,
berat kuningan atau disebut pemberat (messenger) terjatuh ke tali pemberat
(messenger) mencapai botol, maka botol akan tertutup oleh sebuah pegas katup
di bawah dan diatas botol lalu menjebak sampel air di dalamnya. Botol dan
sampel kemudian diambil oleh surveyor menggunakan kabel atau tali. sampel air
yang ada didalam botol ini lah yang akan digunakan nantinya untuk diteliti lebih
lanjut.
Messenger dapat diatur ketika akan dijatuhkan, dan diturunkan ke bawah
kabel / tali sampai mencapai botol Nansen. Dengan memperbaiki kedalaman dan
messenger yang akan dijatuhkan ke botol menggunakan kabel/tali, serangkaian
sampel air pada kedalaman tertentu dapat diambil.
Untuk mengukur suhu air laut di kedalaman air sampling dicatat melalui
suatu termometer reversing tetap ke botol Nansen. Ini adalah air raksa
termometer dengan penyempitan dalam tabung kapiler yang ketika termometer
tersebut terbalik, menyebabkan benang terperangkap air raksa dan dapat
menunjukkan berapa derajat suhunya. Termometer non-dilindungi dipasangkan
dengan yang dilindungi, dan perbandingan kedua pembaca suhu secara baik
dapat memungkinkan dan tekanan pada titik sampling dapat ditentukan.
Sampling menggunakan Van Dorn/ Nansen Bottle Sampler (Omori dan
Ikeda,1992 )
Tabung Van Dorn atau Nansen Bottle Sampler terbuka diturunkan pada
kedalaman tertentu. Tabung Van Dorn atau Nansen Bottle Sampler akan ditutup
dengan meluncurkan ring atau besi pemberat sehingga bagian atas dan bawah
akan tertutup.
BAB III
MATERI METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Lapangan Arus Laut ini dilakukan pada :
Hari / Tanggal : Sabtu, 19 Juni 2011
Waktu : 13.00 WIB – Selesai
Tempat : Perairan Teluk Awur, Jepara
3.2 Alat dan Bahan
- Alat Tulis ( Kertas dan Pensil / Pulpen )
- Papan Jalan
- Theodolite
- Refraktometer
- Bola Duga
- Tali
- Sedimen Grab
- Botol Nansen
- Stopwatch
- Thermometer
- Anemometer
- GPS
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Bola Duga
1. Menuju titik pengmatan menggunakan sopek
2. Mencatat koordinator titik pengamatan
3. Mencatat suhu dan kecepatan angin
4. Melepas bola duga ke titik pengamatan dalam kurun waktu
terterntu
5. Mengamati arah aliran dari bola duga
6. Mencatat panjang tali dari kapal ke bola duga
3.3.2 Theodolit
1. Penentuan titik tetap pengamtan di darat
2. Mencatat koordinat titik tetap pengamatan
3. Menembak sudur antara titik-titk tetap pengamatan dengan
target yang diapungkan ke laut pada area pengamatan di laut
4. Penembakan dilakukan dalam kurun waktu tertentu
5. Dari setiap pengamatan dilakukan perhitungan titik
pengamatan di laut
3.3.3 Botol Nansen
1. Set terlebih dahulu Nansen Bottle yang meliputi :
– tutup atas dan bawah (periksa apakah dapat menutup dengan
baik)
– tali (periksa kondisi dan panjang tali)
– messenger (periksa apakah messenger dapat melalui tali dengan
lancar)
2. Pasang tali pada Nansen Bottle, pastikan pada simpul pengikatnya
terikat dengan kuat dan kedua tutupnya terbuka.
3. Bila perlu tambahkan tali pengaman pada badan Nansen Bottle,
namun pastikan tali tersebut tidak mengganggu kerja Nansen Bottle.
4. Turunkan Nansen Bottle perlahan sampai kedalaman yang di
inginkan.
5. Setelah sampai pada kedalaman tertentu, turunkan messenger pada
Nansen Bottle melalui tali.
6. Tunggu beberapa saat sampai messenger mengenai Nansen Bottle
dan dapat mengumpulkan sample air pada kedalaman tersebut.
7. Angkat Nansen Bottle secara perlahan sampai ke permukaan.
8. Buka kran pada Nansen Bottle dan masukkan sample air pada tempat
yang telah disiapkan.
3.3.4 Refraktometer
1. Tetesi refraktometer dengan aquades
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya dan catat hasilnya
5. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan
refraktometer di tempat kering
3.3.5 Sechi Disc
Prosedur memasukkan secchi disk dalam air menurut Davies-Colley
1. Gunakan ukuran disk yang tepat untuk mengukur kecerahan (20 mm
→ 0.15-0.5 m, 60 mm → 0.5-1.5 m, 200 mm → 1.5-5 m, 600 mm →
5-15 m), yang dicat putih / hitam dan putih pada kuadran dan
menggunakan pemberat agar menjaga agar tali tetap lurus.
2. Pengukuran dilakukan disamping kapal yang terkena sinar matahari
3. Waktu pembacaan cukup (minimal 2 menit) ketika disk dekat atau
diangkat
4. Catat kedalaman ketika disk hampir menghilang
5. Angkat perlahan-lahan dan catat kedalaman ketik disk mulai terlihat
kembali. Kedalaman secchi merupakan rata-rata dari hilang dan
muncul kembali
6. Pembacaan dilakukan dimungkinkan pada siang hari
7. Kedalaman sedikitnya 50% lebih besar dibanding kedalaman secchi
3.3.6 Sedimen Grap
1. Renggangkan alat dan kemudian kunci
2. Turunkan secara perlahan dari atas boat agar supaya posisi grab
tetap sewaktu sampai pada permukaan dasar perairan.
3. Pada saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus
diperhitungkan supaya alat tetap konstant pada posisi titik sampling.
4. Kendurkan tali sehingga grap menutup
5. Angkat alat ke permukaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Theodolit
Pada praktikum pengukuran kecepatan arus menggunakan metode lagrange
(theodolit) di dapat koordinat Horizontal di tiap pengukuran 5 menit sekali :
- 09.10 WIB
H 142° 27’ 30’’
- 09.15 WIB
H 137° 20’ 22’’
- 09.20 WIB
H 132° 24’ 47’’
4.1.2 Pengukuran parameter perairan
4.1.2.1 Stasiun 1
Koordinat : S : 06° 36’ 44,6”
E : 110° 38’ 10,2”
Kecerahan
- Pengukuran 1 : 135 cm
- Pengukuran 2 : 160 cm
- Pengukuran 3 : 145 cm
Salinitas
- Pengukuran 1 : 35 ‰
- Pengukuran 2 : 35 ‰
- Pengukuran 3 : 35 ‰
Kecepatan arus permukaan (di hitung tiap 3 menit)
- Pengukuran 1 : 9 m 0,05 m/s
- Pengukuran 2 : 13 m 0,072 m/s
- Pengukuran 3 : 13 m 0,072 m/s
4.1.2.2 Stasiun 2
Koordinat : S : 06° 36’ 39,4”
E : 110° 38’ 9,4”
Kecerahan
- Pengukuran 1 : 150 cm
- Pengukuran 2 : 125 cm
- Pengukuran 3 : 130 cm
Salinitas
- Pengukuran 1 : 35 ‰
- Pengukuran 2 : 35 ‰
- Pengukuran 3 : 35 ‰
Kecepatan arus permukaan (di hitung tiap 3 menit)
- Pengukuran 1 : 6 m 0,033 m/s
- Pengukuran 2 : 5 m 0,027 m/s
- Pengukuran 3 : 10 m 0,055 m/s
4.1.2.3 Stasiun 3
Koordinat : S : 06° 36’ 46,5”
E : 110° 38’ 12,6”
Kecerahan
- Pengukuran 1 : 180 cm
- Pengukuran 2 : 190 cm
- Pengukuran 3 : 195 cm
Salinitas
- Pengukuran 1 : 34 ‰
- Pengukuran 2 : 35,5 ‰
- Pengukuran 3 : 35 ‰
Kecepatan arus permukaan (di hitung tiap 3 menit)
- Pengukuran 1 : 5 m 0,027 m/s
- Pengukuran 2 : 3 m 0,016 m/s
- Pengukuran 3 : 4 m 0,022 m/s
4.2 Pengolahan Data Theodolit
a. Perhitungan Koordinat C dengan Metode Ikatan ke Muka
Langkah-langkah metode ikatan ke muka antara lain sebagai berikut:
1. Perhitungan koordinat C dari titik A
a. Menghitung Azimuth AB (
-0,37239845
Karena kuadran IV dilakukan perhitungan sebagai berikut:
b. Menghitung jarak AB ( )
c. Menghitung sudut C (γ)
d. Menghitung Azimuth AC ( )
e. Menghitung jarak AC ( )
f. Menghitung koordinat titik C
Menghitung absis C dari titik B
Menghitung ordinat C dari titik B
2. Perhitungan koordinat C dari titik B
a. Menghitung Azimuth AB (
-0,37239845
Karena kuadran II maka
b. Menghitung jarak BA ( )
c. Menghitung sudut C (γ)
d. Menghitung Azimuth BC ( )
e. Menghitung jarak BC ( )
f. Menghitung koordinat titik C
Menghitung absis titik C dari titik B
Menghitung ordinat titik C dari titik B
3. Menghitung koordinat C rata-rata
b. Perhitungan Kecepatan Arus
Kecepatan arus dapat dihitung dengan mengukur jarak antar posisi C
dengan interval waktu tertentu (5 menit). Untuk menghitung kecepatan arus
dibutuhkan data jarak dan selang waktu. Maka untuk mendapatkan data di
AutoCad 2007 maka dilakukan langkah sebagai berikut:
1. Pilih Dimension
2. Kemudian klik Aligned
3. Klik start point dan klik end point
Gambar 4.1. Jendela Dimension-Aligned
Gambar 4.2. Perhitungan Jarak dengan AutoCad 2007
Pada gambar terlihat jarak titik C pada posisi 1 dan posisi 2 sebesar
21,6320 m. Sedangkan selang waktu pengukuran 5 menit(300 sekon).
Kecepatan arus dapat dihitung dengan rumus:
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan alat yang digunakan adalah secchidisk.
Secchidisk dicelupkan kedalam air, terus dimasukkan hingga tidak terlihat untuk
pertama kali, dicatat kedalamannya proses di lakukan dengan tiga kali
pengukuran
Dari hasil pengamatan diperairan Teluk awur menggunakan secchi disk
didapatkan hasil dari pengukuran semua stasiun didapatkan kedalaman tak lebih
dari 2 m. Dapat disimpulkan bahwa kecerahan pada daerah tersebut adalah
kurana atau buruk.
Sri Andayani (2005) penetrasi cahaya dalam perairan dipenguhi oleh
besarnya tingkat partikel koloid terlarut (kekeruhan), dan umumnya plankton
merupakan penyebab utama kekeruhan.
4.3.2 Kecepatan Arus permukaan
Pada pengukuran kecepatan arus, alat yang digunakan adalah bola
plastic ukuran , tali rafia, dan stopwatch. Pertama-tama bola diikat dengan tali
rafia yang panjangnya 12 m. Panjang tali rafia merupakan jarak tempuh arus.
Bola dimasukkan kedalam perairan bersamaan dengan diaktifkannya stopwatch,
botol dibiarkan terbawa arus hingga tali meregang, waktu dari pencelupan botol
hingga tali meregang merupakan waktu tempuh arus. Kecepatan arus dapat
diketahui dengan cara membagi jarak (panjang tali) dengan waktu (selang waktu
yang dibutuhkan tali hingga meregang).
Dari hasil pengamatan diperairan Teluk Awur didapatkan data panjang tali
- Pengukuran 1 : 9 m 0,05 m/s
- Pengukuran 2 : 13 m 0,072 m/s
- Pengukuran 3 : 13 m 0,072 m/s
Menurut Hinckteg Etall (1991) diacu dalam Zottoli (2000) arus selalu
berhungan dengan kedalaman. perubahan arah arus yang kompleks susunannya
terjadi sesuai dengan makin beramtahnya kedalaman perairan.
Dari hasil pengolahan terdapat perbedaan antara kecepatan arus bola
duga dan theodolite. Untuk kecepatan arus dengan Bola Duga diperoleh hasil
kecepatan sekitar 0,12 m/s-0,2 m/s, sedangkan dengan menggunakan
Theodolite diperoleh m/s. Namun hasil yang lebih akurat didapatkan dari
hasil penggunaan Theodolite, karena pada cara ini, diperhitungkan setiap sudut
pengamatan dan koordinat pengamatan yang pasti. Data yang didapat diolah
menggunakan komputer. Sedangkan dengan menggunakan cara Bola Duga
memiliki tingkat ketelitian yang rendah, karena pastinya terjadi error baik dari
pengamat ataupun dari alat yang dibuat. Kesalahan dari pengamat misalnya
ketika membaca jarak ukur pada tali duga yang dibaca secara relatif. Sedangkan
kesalahan alat misalnya pembuatan skala pada tali bola duga yang tidak sesuai
menyebabkan kesalahan pada perhitungan.
4.3.3 Salinitas
Alat yang digunakan dalam pengukuran salinitas ini adalah
refraktrometer. Sebelum digunakan refraktometer dikalibrasikan dulu dengan
menggunakan aquades. Sampel diambil menggunakan pipet tetes, sampel
diteteskan pada permukaan membran ± 2 tetes, kemudian membran ditutup
dengan kaca penutup. Refraktometer dihadapkan pada sumber cahaya dan
diintip lewat lubang lensa, dicatat nilai salinitas yang tertera pada skala sebelah
kanan. Setelah itu membran refraktometer dicuci kembali menggunakan aquades
dan dikeringkan menggunakan tissue. Dari hasil pengamatan di perairan teluk
awur di dapatkan refraksi cahaya perairan tersebut adalah 35 ‰
BAB V
KESIMPULAN
1. Pengukuran kecepatan arus di lakukan dengan metode lagrange,
yaitu dengan mengamati pergerakan bola duga menggunakan theodolit
2. Kecepatan arus di perairan jepara khususnya teluk awur tergolong
kecil
3. Refraktometer adalah alat untuk mengukur salinitas berdasarkan
bias larutan
4. Kecerahan perairan di perairan jepara sangat kurang, dari hasil
praktikum kedalaman kecerahan max 2 m
DAFTAR PUSTAKA
Andayani S. 2005. Kualitas Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya.
Malang.
Nontji, A. 1986. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Open University Team. 1989. Ocean Circulation. Pergamon Press.
Pinet, P.R. 2000. Invitation to Oceanography. 2nd Edition. Jones and Bartlett
Publishers. Sudbury, Massachuesetts.
http://kuliahitukeren.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org. Arus air laut-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas. 31 Juni 2011.
http://namce8081.wordpress.com. Arus Laut « Namce8081’s Weblog. 31 Juni
2011.
http://oseanografi.blogspot.com.oseanografi. Air Laut yang Selalu Bergerak. 31
Juni 2011.
http://www.ilmukelautan.com. Arus Laut. 31 Juni 2011.
http://www.ilmukelautan.com. Faktor Penyebab Terjadinya Arus. 31 Juni 2011
http://cwienn.wordpress.com/
http://vandef.blogspot.com/2009/11/pelarutan-dan-pengenceran.html
http://k-o-n-inews.blogspot.com/2010/04/praktikum-mata-kuliah-
sedimentologi.html
http://randykundiarto.wordpress.com/2010/05/10/botol-nansen-nansen-bottle-
sampler/
top related