laporan tpt aspek bp kapas
Post on 31-Oct-2015
207 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS KAPAS
OLEH :
BINTI SAADAH 115040101111120
DESIRE NADIRA AZIES 115040107111010
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KELAS U
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2012
-
Lembar Persetujuan
Judul Laporan : Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Kapas
Nama dan NIM : 1. Binti saadah 115040101111120
2. Desire Nadira Azies 115040107111010
Menyetujui,
Asisten Kelas, Asisten Lapang
Muhamad Syaifudin Yanik
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa
disebut pohon/tanaman kapas), tumbuhan semak yang berasal dari daerah tropika dan
subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal
menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut
sebagai katun (benang maupun kainnya). Produksi serat kapas dalam negeri baru dapat
memenuhi 5% dari kebutuhan, sedangkan 95% harus diimpor dari luar negeri.
Tanaman kapas dapat tumbuh dengan optimal pada daerah dengan ketinggian kurang
dari 300 m dpl, dengan keadaan tanah lempung, lempung berpasir dan lempung liat dengan
struktur remah sampai liat, sedangkan curah hujan yang diperlukan rata-rata 1.500-1.800
mm/thn, dan sinar matahari yang cukup banyak yaitu lebih dari 50 %, serta angin yang tidak
terlalu kencang agar ketika tanaman kapas telah berproduksi, serat kapas tidak kotor.
Untuk dapat membudidayakan tanaman kapas dengan baik sehingga mendapatkan
hasil produksi yang maksimal, maka diperlukan ilmu pengetahuan kaitannya dengan
tindakan-tindakan yang harus dilakuan untuk dapat membdidayakan tanaman kapas tersebut,
mulai dari pengetahuan tentang syarat tumbuh tanaman kapas, bagaimana tanah yang tepat
untuk ditanami kapas, pembibitan dan penanaman, pemeliharaan tanaman kapas dari hama
dan penyakit, hingga proses pemanenan yang tepat.
Dengan adanya praktikum tersebut, praktikan dapat mempelajari cara budidaya
tanaman kapas yang baik dan benar, serta mempraktikan teori penanaman yang ada dan
disarankan, apakah sesuai atau tidak dengan daerah yang ditempati untuk pembudidayaan
tanaman kapas tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk Mengetahui Teknik Budidaya Kapas
Untuk Mengetahui Pengaruh Perlakuan yang digunakan pada Pertumbuhan Kapas
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kapas
Klasifikasi :
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Sub Divisi : Angiospermae (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Dicotyledoneae (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium obtusifolium var. wightianum Roxb.
Morfologi Kapas
KAPAS (Gossypium herbaceum L.)
Secara garis besar, jenis kapas yang ditanam di Indonesia antara lain :
Jenis kapas lama
Kapas Jawa atau Pandak (G. Obtusifolum), yang telah ditanam di daerah Demak, Pati,
Banten, dengan ciri-ciri serat pendek kaku, kurang halus dan kurang tahan terhadap hama ulat
Empoasca.
Kapas Palembang atau Kapas Ulu (G. Obtusifolum) dengan cirri-ciri ukuran kapas kecil,
tinggi tanaman lebih kurang 1 m, serat pendek, mutunya agak rendah dan serat seperti bulu
kucing.
Kapas Lombok atau Kapas Jantuk, kapas ini dapat tumbuh di sembarang tempat, tetapi mutu
kapasnya kurang baik.
Jenis kapas baru
Jenis kapas baru merupakan jenis kapas yang dianjurkan untuk ditanam, yaitu G. Hirsutum
dengan ciri-ciri :
T. GHs-25 (dulu Kamboja 80)
- Tanaman tetap tinggi, daun berbulu dan berlekuk
- Bentuk buah bulat dan besar
-
- Umur lebih 6 bulan
- Panjang serat 25 cm, rendemen 33%
- Indek serat 5 (100 biji kapas hasil serat = 5 gram)
T. GHs-44 (dulu Sind Sudhar 134) Tinggi tanaman sedang, daun kecil, berlekuk dan
berbulu banyak.
- Buah kecil agak lonjong dan ujungnya berkenop
- Umur 51/2 bulan
- Panjan serat 27 cm, rendemen 30%
- Indek serat 4 (100 biji kapas hasil serat = 4 gram)
2.2 Syarat Tumbuh Kapas
Berbeda dengan tanaman lainnya, tanaman kapas membutuhkan perhatian yang cukup
cermat dan teliti terhadap faktor iklim. Syarat-syarat tumbuh tanaman kapas antara lain :
Curah hujan
Curah hujan yang diperlukan oleh tanaman kapas rata-rata 1.500 sampai dengan 1.800
mm/tahun (minimum 175 sampai dengan 200 mm/bulan) yang terbagi atas :
Masa persiapan memerlukan air dengan hujan ringan. Waktu umur 1 sampai dengan 3
bulan perlu hujan ringan untuk pembungaan dan pembuahan. Disamping itu
diperlukan kelembaban yang tinggi, sebaiknya ada irigasi. Waktu siap untuk berbuah
(umur 5 sampai dengan 7 bulan) tidak memerlukan hujan. Curah hujan dapat
berpengaruh langsung terhadap jumlah dan kualitas kapas yang dihasilkan. Hujan
yang terlalu lebat dapat mengganggu pertumbuhan kecambah, kapas yang telah
dewasa bias roboh. Disamping itu, hujan yang terus-menerus selama masa
pembungaan akan menghambat proses persarian sehingga menghambat proses
persarian sehingga proses pembuahan terhenti pada saat mulai pecah dan buah
menjadi busuk. Selain itu, buah yang telah mekar bila terus disiram hujan, warna
seratnya menguning dan kualitas kapas turun.
Sinar matahari dan angin
Untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman kapas membutuhkan sinar
matahari yang cukup banyak. Bila sinar matahari kurang, dapat memperlambat
masaknya buah dan masaknya tidak seragam. Dengan adanya sinar yang cukup, buah
dapat masak antara 70 sampai dengan 90%. Dengan demikian, daerah-daerah yang
-
selama musim tanam hanya mendapat sinar matahari kurang dari 50% tidak baik
untuk tanaman kapas.
Arus angin yang berlebihan dapat menjadi gangguan bagi tanaman kapas. Angin juga
dapat menurunkan kualitas kapas, karena mengotori serat buah yang belum dipetik.
Disamping itu angin yang mengandung uap air, sangat baik untuk pertumbuhan
kapas. Angin kencang dapat menyebabkan tanaman roboh dan menghambat usaha
pemberantasan hama serta hama serta penyakit.
Suhu dan lokasi
Kapas adalah tanaman yang cocok ditanam di daerah dataran rendah dengan
ketinggian kurang dari 300 m dari permukaan laut. Dalam pertumbuhannya, tanaman
kapas membutuhkan suhu yang tinggi. Untuk pertumbuhan kapas yang optimal, kapas
memerlukan suhu antar 30 sampai dengan 34 C.
Keadaan tanah
Kapas dapat ditanam di berbagai jenis tanah. Untuk memeperoleh hasil yang baik,
syarat-syarat tanah yang dianjurkan antara lain tanah lempung, tanah-tanah lempung
berpasir, dan tanah lempung liat.
Struktur tanah yang baik untuk tanaman kapas adalah remah sampai liat, serta
mengandung humus.
2.3 Teknik Budidaya Kapas
2.3.1 Penyiapan Lahan dan Pembibitan
Penyiapan lahan
Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu perlu disiapkan lahan yang baik
melalui pengolahan tanah yang sempurna.
Adapun cara pengolahan tanah untuk tanaman kapas adalah sebagai berikut :
Tanah dibajak dengan kedalaman 20 sampai dengan 30 cm dengan frekuensi 1 sampai
dengan 2 kali.
Tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman terdahulu.
-
Tanah untuk tanaman kapas sebaiknya bekas tanaman padi/palawija, sehingga ada
pergiliran tanaman untuk menghindari berjangkitnya hama hama dan penyakit kapas.
Pemilihan bibit kapas
Seleksi bibit merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dalam bercocok tanam
kapas. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan serta kualitas yang dihasilkan.
Ciri-ciri bibit yang baik adalah :
Berasal dari buah yang kering dan tua serta mempunyai daya kecambah lebih 80%.
Bibit harus murni, bersih dan berasal dari varietas unggul. Bebas dari hama dan
penyakit. Sebelum ditanam sebaiknya diaduk dengan pestisida atau fungisida.
Penanaman
Dalam penanaman kapas perlu diperhatikan waktu tanam, jarak tanam serta cara
penanamannya.
a. Waktu tanam
Kapas memerlukan banyak air selama 3 sampai dengan 4 bulan sejak dari penanaman.
Dengan demikian sebaiknya penanaman dapat ditentukan 5 bulan sebelum musim
kemarau, sehingga kapas dapat tumbuh baik dan mendapat air yang cukup. Untuk
mendapatkan pertumbuhan kecambah yang baik, pada saat benih akan ditanam, tanah
harus cukup basah dan lembab. Waktu penanaman hendaknya dilakukan serentak,
sehingga dapat mencegah penyebaran hama dan penyakit serta memudahkan
pemerantasan.
b. Jarak tanam
Jumlah tanaman yang akan ditanam sebaiknya 50.000 sampai dengan 60.000 setiap
hektar. Hal ini dimaksudkan agar setiap tanaman memperoleh sinar matahari,
peredaran udara dan ruang tumbuh yang cukup, sehingga akan memperoleh hasil yang
baik. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam antara barisan 90 sampai dengan 120
cm, sedang jarak tanam dalam barisan berkisar antara 20 atau 25 cm
-
Sifat tanah Jarak tanam antar baris Jarak tanam dalam baris Jumlah pohon/Ha
Subur 100 cm 40 cm 25.000
Subur 100 cm 30 cm 33.000
Kering subur 100 cm 20 cm 50.000
Kering subur 90 cm 25 cm 44.000
Kering subur 90 cm 30 cm 36.000
Cara penanaman
Penanaman kapas dilakukan dengan langkah-langkah seperti dibawah ini :
Benih ditanam dengan tugal, yaitu dengan menugal (melubangi tanah dengan
mempergunakan kayu atau bambu) dan dalamnya lebih kurang 5 cm, sedang untuk
tanah berlempung agar lubangnya dibuat lebih dangkal. Tiap lubang diisi dengan 4
sampai dengan 5 biji benih, sedangakan pada tanah yang tidak subur atau agak liat
sehingga sulit ditembus kecambah sebaiknya diisi sebanyak 8 sampai dengan 10 biji
yang diletakkan secara bergerombol, agar ketika mulai berkecambah dapat dengan
mudah bersama-sama menembus lapisan tanah. Penanaman dilakukan secara teratur
dalam barisan, agar mudah dalam pemeliharaan selanjutnya.Lubang yang telah diisi
biji benih, ditutup dengan tanah gembur, atau pupuk kandang yang masak.
2.3.2 Pemeliharaan Tanaman
Tanaman kapas memerlukan pemeliharaan yang meliputi kegiatan-kegiatan
:penjarangan, penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pemangkasan pohon dan
pencegahan hama serta penyakit:
Penjarangan
Penjarangan bertujuan untuk mengurangi tanaman yang tumbuh terlalu padat dalam satu
lubang, sehingga diberi kesempatan kepada tanaman yang tinggal untuk tumbuh subur dan
menghasilakn sesuai dengan tingkat produksi yang diharapkan. Beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam kegiatan penjarangan antara lain :
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 sampai dengn 3 minggu.
Tanaman yang tumbuh cacat dicabut.
-
Tiap lubang sebaiknya dipelihara 1 atau 2 pohon, atau tergantung keadaan tanah.
Bagi tanah yang subur sebaiknya cukup 1 pohon saja, agar tidak terlalu rimbun.
Penyulaman
Penyulaman diperlukan apabila tanaman tumbuh kurang dari 80%, diganti dengan
tanaman kapas yang baru, sehingga jumlah pohon sesuai yang diinginkan. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih daru 10 hari. Hal ini untuk
menjaga agar pertumbuhan tanaman serempak dan mudah dalam pemeliharaan. Bibit
tanaman yang akan disulam dapat diambil dari lubang lain yang jumlahnya berlebihan,
dengan mencabut secara hati-hati agar akar tunggang tidak putus.
Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan dilakukan dengan membuang rumput-rumput sekitar tanaman kapas agar
pertumbuhannya tidak terhambat. Rumput-rumput yang tidak dicabut dapat menjadi sarang
hama dan penyakit serta dapat mengurangi hasil maupun mutu kapas sampai 50%.
Penyiangan dilakukan sebaiknya tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 2 sampai dengan
3 minggu (penyiangan pertama), berumur 5 minggu (penyiangan kedua) dan ketika berumur
7 minggu (penyiangan ketiga). Bersamaan dengan penyiangan, perlu dilakukan pembubunan,
yaitu menguruk atau membumbun tanah di sekitar pohon sedemikian rupa untuk memberi
kesempatan pada tanaman kapas tumbuh subur.
Khusus untuk daerah datar, pembumbunan pertama dilakukan mengikuti barisan,
pembumbunan kedua menyilang barisan. Sedang untuk daerah miring, pembumbunan
dilakukan sesuai dengan tingkat kemiringan tanah.
Cara Pemupukan
Untuk menambah tingkat kesuburan tanah, tanaman kapas dapat dipupuk dengan pupuk
anorganik (buatan) yaitu Urea atau ZA, pupuk P (TSP) dan K. Cara pemupukan adalah
sebagai berikut:
- Pupuk Urea atau ZA diberikan sebanyak dua kali, yaitu pemupukan pertama pada saat
tanaman berumur 2 minggu dan pemupukan kedua setelah tanaman berumur 6 sampai
dengan 8 minggu, dengan dosis 100 kg Urea atau 200 kg ZA per hektar. Pupuk kalium Sulfat
-
diberikan dengan dosis 50 kg/ha, bila tanah kekurangan belerang. Pupuk TSP diberikan
dengan dosis 100 kg/ha.
- Pupuk TSP dan kalium Sulfat diberikan bersama-sama pada waktu tanam atau dapat juga
diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk Urea atau ZA yang pertama.
- Pemupukan pertama dilakukan dengan menggali lubang sedalam 5 cm. kemudian pupuk
dimasukkan dan ditutup rapat dengan tanah. Lubang pupuk dapat dibuat dengan tugal atau
alat lain.
- Pemupukan kedua dilakukan dengan membuat alur yang berjarak 10 sampai dengan 15 cm
dari pohon dan perlakuannya sama dengan pemupukan pertama.
Pemotongan dan Pemangkasan Pohon
Pemangkasan tanaman kapas bertujuan untuk menjaga pertumbuhan kapas tidak
terlalu tinggi, untuk mempermudah melakukan penyemprotan dan pemanenan. Pemangkasan
dilakukan pada saat tanaman berumur 110 sampai dengan 120 hari. Pemangkasan dilakukan
dengan pisau atau gunting maupun dengan tangan pada bagian yang lunak.
2.4 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas Kapas
Penggunaan mulsa jerami pada mulanya ditujukan untuk kepentingan agronomi, yaitu
mempertahankan tingkat kelembaban tanah, menjaga suhu permukaan tanah, mengurangi
erosi, memperlambat pemiskinan K dan Si, meningkatkan C-organik, Mg dan KTK,
meningkatkan serapan hara P dan K, dan meningkatkan stabilitas agregat tanah serta
translokasi N dan P (Purwani et al., 2000). Akhir akhir ini dilaporkan bahwa mulsa jerami
bermanfaat dalam kaitannya dengan upaya pengedalian hama. Mulsa jerami padi dapat
menyebabkan peningkatan kelimpahan artropoda predator serangga hama pada tanaman
kedelai, terutama artropoda predator kelompok laba-laba.
Pemberian mulsa jerami padi di pertanaman kapas secara nyata dapat mengurangi
kerusakan persentase kuncup bunga dan buah kapas yang rusak. Pada perlakuan mulsa jerami
padi kuncup rusak rata-rata 1,15% dan buah rusak 0,76%, sedangkan tanpa mulsa kuncup
rusak 1,3% dan buah rusak 0,81% (Gambar 8). Rendahnya persentase kuncup bunga kapas
dan buah kapas yang rusak pada perlakuan mulsa jerami padi disebabkan populasi hama ulat
lebih rendah.
-
Jenis pupuk yang digunakan dalam budidaya kapas Kanesia 10 disini adalah pupuk
Urea dengan rekomendasi pupuk sebesar 150 kg/ha, SP36 dengan rekomendasi pupuk
sebesar 50 kg/ha, dan KCl dengan rekomendasi pupuk sebesar 50 kg/ha. Luas lahan tanaman
kapas kelompok kelas U dan X adalah 2 m x 4 m, dengan jarak tanam sebesar 50 cm x 100
cm.
Keadaan tanaman kapas dengan perlakuan mulsa jerami padi (kelas U dan kelas X)
dibandingkan dengan tanaman kapas tanpa perlakuan mulsa jerami padi (kelas L-
Agroekoteknologi) pertumbuhannya lebih cepat dan produktifitas tanamannya lebih baik,
baik dalam produktifitas daun, cabang produktif maupun pada produktifitas bunga tanaman
kapas.
-
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu praktikum Teknologi Produksi Pertanian dilakukan pada setiap hari Kamis
pada pukul 13.30 16.30 WIB di lahan Ngijo, Karangploso sebagai tempat praktikumnya.
3.2. Alat dan Bahan + Fungsi
3.2.1. Alat
Bambu : sebagai penanda lahan
Tali Rafia : sebagai pembatas lahan
Cangkul : Untuk mengolah tanah
Gembor : Untuk menyiram tanaman
Cetok : Untuk membalik tanah
Penggaris : sebagai pengukuran pertumbuhan tanaman
Kamera : sebagai dokumentasi tanaman
Alat tulis : sebagai alat pencatat hasil pengukuran
3.2.2. Bahan
Benih tanaman kapas : sebagai bahan tanam
Pupuk
o kandang : sebagai penambah unsur hara dalam
tanah dan penambah nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan
awal tanaman kapas. Sesuai kebutuhan petak lahan.
o Urea : sebagai zat yang mempercepat
pertumbuhan tanaman. Rekomendasi 150 kg/ha.
o SP36 : sebagai penambah unsur hara dalam
tanah dan penambah nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kapas. Rekomendasi 50 kg/ha.
o KCl : sebagai penambah unsur hara dalam
tanah dan penambah nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kapas. Rekomendasi 50 kg/ha.
-
3.3. Cara Kerja (Diagram Alir + Penjelasan)
Penanaman Tanaman Kapas
Pengolahan lahan dengan cara pembersihan gulma
Memberikan batas antar lahan dengan menggunakan bamboo sebagai penegak dan tali raffia
sebagai pembatas lahan
Menambahkan pupuk kandang di lahan
Melakukan irigasi sebelum dilakukan penanaman benih kapas
Melakukan penanaman dengan jarak tanam (100 x 50) cm
Kemudian dilakukan pemeliharaan dengan cara penyiangan, penjarangan, dan penyulaman
apabila diperlukan dengan benih yang baru jika tanaman yang tumbuh kurang dari 80%
Melakukan pemupukan dengan Urea, SP36 dan KCl setelah tanaman berusia 21 hst dengan
cara meletakkan pupuk disamping kiri/kanan lubang tanaman kemudia ditimbun dengan
sedikit tanah
Dilakukan pemeliharaan setiap 1 minggu sekali dengan mengontrol penyediaan air dan
penyiangan gulma
-
Penanaman tanaman kapas dilakukan dengan cara melakukan pengolahan lahan dan
pembersihan gulma, membuat petak lahan dengan memberikan batas antar lahan dengan
menggunakan bamboo sebagai penegak dan tali rafia sebagai pembatas lahan, menambahkan
pupuk kandang pada petak lahan, melakukan irigasi sebelum dilakukan penanaman benih
kapas, penanaman dilakukan pada jarak 100 cm x 50 cm, pemeliharaan dilakukan dengan
cara penyiangan bila banyak gulma yang tumbuh pada lahan, penjarangan yang dilakukan
apabila terlalu banyak tanaman yang tumbuh pada satu lubang tanam, dan penyulaman yang
dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati pada lubang tanam, pemupukan dengan
pemberian pupuk kimia setelah usia tanaman kapas 21 hst dengan cara meletakkan pupuk
disekitar lubang tanam tanaman kapas, kemudian ditimbun sedikit tanah, pemeliharaan
lanjutan dilakukan dengan cara pemeliharaan setiap satu minggu sekali dengan mengontrol
penyediaan air dan penyiangan gulma.
Adapun besarnya pupuk yang digunakan adalah: pupuk Urea sebesar 120 gr/bedeng,
pupuk SP36 sebesar 40 gr/bedeng, dan pupuk KCl sebesar 40 gr/bedeng. Jumlah tersebut
adalah jumlah pupuk yang dipakai untuk penanaman kapas dengan luas lahan 2 m x 4 m, baik
dengan perlakuan mulsa jerami maupun tanpa mulsa jerami.
-
Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kapas
Pertama-tama siapkan alat penggaris, tali raffia, dan bambu
Kemudian pilih tanaman Kapas yang ada di dalam tanaman pagar/border untuk
dijadikan sebagai sampel percobaan
Kemudian memilih tanaman Kapas sampel sebanyak 8 lubang tanam Kapas
Setelah memilih sampel tanaman Kapas hitung tinggi, jumlah daun, dan jumlah
cabang tanaman Kapas sample sebagai hasil pertumbuhan dan perkembangannya
Kemudian catat hasil dari pengamatan yang dilakukan
Dokumentasikan
Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman kapas dilakukan dengan
cara mengukur pertumbuhan tanaman contoh pada setiap minggunya dengan penggaris,
dimana yang diamati dan dihitung adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
(jumlah cabang keseluruhan), jumlah cabang produkif (jumlah cabang tempat bunga/calon
bunga tumbuh), dan jumlah bunga (baik bunga yang masih kuncup/calon bunga maupun
bunga yang sudah mekar), kemudian catat dan dokumentasikan.
-
IV. PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Tabel, Grafik+foto Pengamatan)
Tabel Pengamatan Kelas U dengan Mulsa Jerami
Tanaman Sample 1
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 35 4 27 0 0
28 hst 39 4 39 0 0
35 hst 64 13 75 13 22
42 hst 82 30 99 30 30 (berbunga 1)
Tanaman Sample 2
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 34 2 18 0 0
28 hst 37 3 25 0 0
35 hst 59 12 70 10 15
42 hst 77 19 92 19 21
Tanaman Sample 3
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 44 11 35 0 0
28 hst 60 12 82 0 0
35 hst 75 41 95 33 34
42 hst 87 42 102 41 41 (berbunga 1)
Tanaman Sample 4
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 42 9 49 0 0
28 hst 48,5 10 73 0 0
35 hst 70 15 85 15 15
42 hst 82 26 91 23 25
-
Tanaman Sample 5
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 50 11 50 0 0
28 hst 53 11 57 0 0
35 hst 61 25 63 23 23
42 hst 63 34 80 34 34 (berbunga 1)
Tanaman Sample 6
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 32 10 24 0 0
28 hst 49 11 29 0 0
35 hst 66 36 41 33 33
42 hst 81 43 62 43 43 (berbunga 1)
Tanaman Sample 7
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 40 10 44 0 0
28 hst 55 11 69 0 0
35 hst 75 37 77 36 36
42 hst 88 42 90 41 41 (berbunga 2)
Tanaman Sample 8
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 36 15 51 0 0
28 hst 50 16 73 0 0
35 hst 83 47 88 44 44
42 hst 101 62 117 59 60 (berbunga 2)
-
Tabel Pengamatan Kelas X dengan Mulsa Jerami
Tanaman 1
Pengamatan tinggi (cm) Cabang Daun Cabang Produktif bunga Bunga
21 hst 21 3 24 0 0
28 hst 36 4 35 0 0
35 hst 57 11 73 4 1
42 hst 78 27 97 24 3
tanaman 2
Pengamatan Pertambahan Tingggi (cm) Cabang Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 30 2 18 0 0
28 hst 35 3 23 0 0
35 hst 55 11 68 9 1
42 hst 75 22 90 18 2
tanaman 3
Pengamatan Pertambahan Tingggi (cm) Cabang Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 32 9 35 0 0
28 hst 56 12 82 0 0
35 hst 70 28 96 24 1
42 hst 85 42 105 38 4
tanaman 4
Pengamatan Pertambahan Tingggi (cm) Cabang Daun
Cabang
Produktif Bunga
21 hst 33 8 44 0 0
28 hst 66 17 71 0 0
35 hst 75 21 89 11 1
42 hst 88 36 104 30 3
tanaman 5
Pengamatan Pertambahan Tingggi (cm) Cabang Daun
Cabang
Produktif
Calon
Bunga
21 hst 32 10 32 0 0
28 hst 55 16 55 0 0
-
35 hst 61 27 66 22 2
42 hst 78 36 98 31 4
tanaman 6
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif
Calon
Bunga
21 hst 31 10 29 0 0
28 hst 46 14 38 0 0
35 hst 63 26 41 20 1
42 hst 79 39 69 31 3
tanaman 7
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif
Calon
Bunga
21 hst 35 8 23 0 0
28 hst 47 14 37 0 0
35 hst 68 28 72 17 1
42 hst 87 43 83 36 2
tanaman 8
Pengamatan
Pertambahan Tingggi
(cm)
Cabang
Daun
Cabang
Produktif
Calon
Bunga
21 hst 35 9 56 0 0
28 hst 56 17 76 0 0
35 hst 85 37 89 48 2
42 hst 104 64 108 59 4
Tabel Pengamatan Kelas L Tanpa Mulsa Jerami
Pada Tanggal 06 November 2012 (21 hst)
Tanaman Jumlah daun Jumlah cabang
Tingg
i Cabang produktif
LUBANG I
Tanaman I 21 4 29 cm belum ada
Tanaman II 18 4 28 cm belum ada
LUBANG II
Tanaman I 22 4 23 cm belum ada
-
Tanaman II 12 1 24 cm belum ada
LUBANG III
Tanaman I 11 1 22 cm belum ada
Tanaman II 12 1 20 cm belum ada
LUBANG IV
Tanaman I 10 0 14 cm belum ada
Tanaman II 8 0 17 cm belum ada
LUBANG V
Tanaman I 18 4 19 cm belum ada
Tanaman II 8 0 12 cm belum ada
LUBANG VI
Tanaman I 11 3 12 cm belum ada
Tanaman II 13 2 29 cm belum ada
Pada Tanggal 20 November 2012 (28 hst)
Tanaman Jumlah daun Jumlah cabang
Tingg
i Cabang produktif
LUBANG I
Tanaman I 51 14 70 cm 10
Tanaman II 37 12 65 cm 9
LUBANG II
Tanaman I 62 12 60 cm 11
Tanaman II 30 9 50 cm 4
LUBANG III
Tanaman I 22 9 48 cm 4
Tanaman II 26 8 45 cm 3
LUBANG IV
Tanaman I 29 7 34 cm 5
Tanaman II 17 7 35 cm 3
LUBANG V
Tanaman I 41 15 56 cm 10
Tanaman II 12 4 35 cm 2
LUBANG VI
-
Tanaman I 33 10 48 cm 6
Tanaman II 24 9 44 cm 5
Pada Tanggal 27 November 2012 (35 hst)
Tanaman Jumlah daun Jumlah cabang
Tingg
i Cabang produktif
LUBANG I
Tanaman I 77 17 91 cm 24
Tanaman II 56 26 85 cm 21
LUBANG II
Tanaman I 98 31 80 cm 20
Tanaman II 24 13 63 cm 11
LUBANG III
Tanaman I 26 12 62 cm 6
Tanaman II 28 9 65 cm 4
LUBANG IV
Tanaman I 34 15 54 cm 6
Tanaman II 24 10 55 cm 5
LUBANG V
Tanaman I 56 19 73 cm 23
Tanaman II 14 6 42 cm 3
LUBANG VI
Tanaman I 40 15 60 cm 8
Tanaman II 41 14 63 cm 9
Grafik Pengamatan seluruh kelas setelah dirata-rata setiap minggu:
a. Daun
37,25 32,625 13,667
55,875 52,125 32
74,25 74,25
43,1667
90,75 94,25
0
0
50
100
150
200
250
300
Kelas U Kelas X Kelas L
Daun
42 HST
35 HST
28 HST
21 HST
-
b. Cabang
c. Cabang produktif
d. Tinggi
e. Bunga
9 7,275 2
9,75 12,125 9,667
28,25 23,625
15,583
37,125 38,625
0
0
20
40
60
80
100
Kelas U Kelas X kelas L
Cabang
42 HST
35 HST
28 HST
21 HST
0 0 0 0 0 6
25,875 19,375 11,667
35,25 33,375
0
0
20
40
60
80
Kelas U Kelas X kelas L
Cabang Produktif
42 HST
35 HST
28 HST
21 HST
39,125 31,125 20,75
48,9375 49,625 49,1667
69,125 66,75 60,083
81,125 84,25
0
0
100
200
300
Kelas U Kelas X Kelas L
Tinggi Tanaman Kapas
42 HST
35 HST
28 HST
21 HST
0 0 0 0 0 0
22
1,25 0
36
3,125 0 0
20
40
60
80
Kelas U Kelas X Kelas L
Bunga
42 HST
35 HST
28 HST
21 HST
-
Foto Pengamatan Komoditas Kapas Kelas U
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3
Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6
Tanaman 7 Tanaman 8
-
Foto Pengamatan Komoditas Kapas Kelas X
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3
Tanaman 4 Tanaman 5
Foto Pengamatan Kapas Agoekoteknologi Kelas L
(Tidak ada Dokumentasi dari Kelas L)
-
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pertumbuhan tanaman kapas
dengan perlakuan mulsa jerami lebih cepat pertumbuhannya bila dibandingkan dengan
tanaman kapas tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan fungsi dari mulsa jerami sendiri
adalah sebagai salah satu bahan penambah unsur hara organik selain dari pupuk kimia
yang telah diberikan.
Berdasarkan jurnal yang kami dapatkan, pemberian mulsa jerami padi dapat
memperbaiki agroekosistem karena menciptakan iklim mikro yang kondusif untuk
perkembangan mikroarthropoda tanah dan pertumbuhan tanaman (Subiyakto et al. 2005c;
Subiyakto dan Indrayani 2008). Pemberian mulsa jerami juga akan menambah bahan
organik ke dalam tanah dan sebagai pemicu utama berfungsinya suatu komponen
penyusun habitat (Hattenschwiler et al. 2005; Subiyakto et al. 2005b).
Tanaman kapas dengan pertumbuhan terbaik terdapat pada kelas U, dengan rata-rata
jumlah daun pada pengamatan akhir (42 hst) sebanyak 90,75, jumlah cabang sebanyak
37,125, jumlah cabang produktif sebanyak 35,25, tinggi tanaman kapas sebesar 81,125
cm, dan jumlah bunga sebanyak 36.
Sedangkan tanaman kapas dengan pertumbuhan terburuk terdapat pada kelas L,
dengan rata-rata jumlah daun pada pengamatan akhir (35 hst) sebanyak 43,167, jumlah
cabang sebanyak 15,625, jumlah cabang produktif sebanyak 11,67, tinggi tanaman kapas
sebesar 60,08, dan jumlah bunga masih kosong, karena tanaman belum berbunga.
Adapun pemakaian pupuk pada tanaman kapas dengan perlakuan mulsa jerami padi
dan tanpa perlakuan adalah sama, dengan rekomendasi pupuk yang ada yaitu, pupuk Urea
sebesar 150 kg/ha, pupuk SP36 sebesar 50 kg/ha, dan pupuk Kcl sebesar 50 kg/ha.
Perhitungan pupuk :
Diketahui luas lahan = 2 m x 4 m = 8 meter
o Pupuk Urea yang direkomendasikan = 150 kg/ha
o Pupuk SP36 yang direkomendasikan = 50 kg/ha
o Pupuk KCl yang direkomendasikan = 50 kg/ha
Pupuk Urea per bedeng =
150 = 0,12/ 120
Pupuk SP36 per bedeng =
50 = 0,04/ 40
Pupuk KCl per bedeng =
50 = 0,04/ 40
-
Jadi, besarnya pupuk yang digunakan setelah melalui perhitungan pupuk adalah
pupuk Urea sebesar 120 gr/bedeng, pupuk SP36 sebesar 40 gr/bedeng, dan pupuk KCl
sebesar 40 gr/bedeng. Adapun untuk pupuk kandang yang diberikan pada awal
penanaman, besarnya disesuaikan dengan kebutuhan petak lahan yang ada pada masing-
masing bedengan. Dengan pemakaian pupuk yang benar, sesuai perhitungan pupuk ada,
maka tanaman akan tumbuh lebih baik/optimal.
-
4.3 Dokumentasi Praktikum
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3
Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6
Tanaman 7 Tanaman 8
-
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, tanaman kapas yang menggunakan
perlakuan mulsa jerami padi tumbuh lebih optimal, dibandingkan dengan pertumbuhan
tanaman kapas yang tanpa perlakuan mulsa jerami padi.
Mulsa jerami padi disini berfungsi menjaga kelembaban tanah, menambah unsur
hara tanah, dan mencegah pertumbuhan gulma.
Pemupukan dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman kapas, adapun jenis
pupuk yang dipakai adalah pupuk kandang, Urea, SP36, dan Kcl. Besarnya pupuk Urea yang
direkomendasikan adalah sebesar 150 kg/ha, SP36 adalah sebesar 50 kg/ha, dan Kcl sebesar
50 kg/ha. Besarnya pupuk yang dipakai oleh setiap praktikan, baik kapas dengan perlakuan
mulsa jerami maupun tidak adalah sama, sesuai dengan perhitungan rumus perhitungan
pupuk yang telah diajarkan.
5.2 Saran
Dalam pembudidayaan tanaman kapas, disarankan untuk menggunakan mulsa
jerami padi agar pertumbuhan tanaman lebih optimal.
-
DAFTAR PUSTAKA
Asmin, Baso Aliem Lologau dan Basir Yaha. Pengaruh Pemupukan Fosfat dan Penggunaan
Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kapas di Lahan Sawah sesudah Padi..
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21962735.pdf. Diakses Tanggal 5 Desember
2012
Dahlan, Dahliana. 2011. Buku Ajar: Mata Kuliah Budidaya Tanaman Industri.
http://www.unhas.ac.id/lkpp/tani/BUKU%20ajar%20lengkap%20_Prof.Dr.Ir.pdf.
Diakses Tanggal 5 Desember 2012
Simanjuntak. 2000. Musuh Alami dan Hama pada Kapas.
http://www.mamud.com/Docs/musuh_alami_kapas.pdf. Diakses pada 5 Desember
2012
Subiyakto. 2010. Teknologi Pengendalian Hama Berbasis Ekologi dalam Mendukung
Pengembangan Kapas. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3303111.pdf.
Diakses Tanggal 5 Desember 2012
Subiyakto dan I G.A.A Indrayani.2008. Pengendalian Hama Kapas Menggunakan Mulsa
Jerami Padi.
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/Vol%
207%20No%202%202008/perspektif%207%20(2)%202008%20-%20Subiyakto.pdf.
Diakses Tanggal 1 Desember 2012
Tirtosuprobo, Supriyadi, Suko Adi Wahyuni. 2006. Penerapan Teknologi Pengendalian
Hama Terpadu untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Usahatani Kapas di
Sulawesi
Selatan.http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/P
erspektif_vol_5_No_1_4_Supriyadi.pdf. Diakses Tanggal 5 Desember 2012
top related