lapres fix
Post on 26-Jul-2015
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
Laporan Resmi Praktikum Akustik dan Fisika Bangunan
Getaran dan Tingkat Kebisingan Mesin Pompa Air
Rizky Primachristi Ryantira Pongdatu 2410100080Elysa Margaret 2410100084
Asisten PraktikumBatara Sakti Sinaga 2408100036
JURUSAN TEKNIK FISIKAFakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2012
ABSTRAK
Kebisingan merupakan proses terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi
dan industry. Menurut definisi kebisingan apabila suatu suara mengganggu orang
yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah
kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu
oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-
faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius
seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara
pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang
terhadap kebisingan. Tingkat tekanan suara (bunyi) merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kebisingan. Tingkat kebisingan dalam suatu ruangan dapat
dikendalikan atau dikurangi apabila kita mampu mengatur tingkat tekanan bunyi
dalam ruangan tersebut.
Kata kunci : tingkat tekanan bunyi, kebisingan, dan suara.
ii
ABSTRACT
Noise is the occurrence of unwanted noise, including noise and irregular noise
issued by transportation and industry. According to the definition of noise when a
voice interrupt the person reading or listening to music, the sound is noise for him
even though others may not be disturbed by the noise. Although it sounds a lot to
do with the influence of psychological factors and emotional, there are cases
where serious consequences like loss of hearing due to the high level of loudness
on A-weighted sound pressure level or because the length of the ear is attached to
the noise. Sound pressure level (noise) is a factor that greatly affects the noise.
The noise level in a room can be controlled or reduced if we are able to adjust the
sound pressure level in the room.
Key words: sound pressure level, noise, and, sound
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan petunjuk-Nya proses penulisan laporan resmi ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Dosen Mata Kuliah Akustik dan Fisika Bangunan yang telah memberikan
ilmunya kepada penyusun2. Para asisten praktikum yang dengan sabar membimbing dalam praktikum3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu proses penulisan laporan
resmi inisehingga laporan ini bisa menjadi pelajaran bagi praktikum-praktikum
selanjutnya. Penulis menyadari dalam penulisan laporan resmi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga penulisan laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri pada khususnya dan pembaca bagi umumnya.
Surabaya, 17 Mei 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iAbstrak iiAbstract iiiDaftar Isi ivDaftar Gambar vDaftar Tabel vi
Bab I Pendahuluan 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah `11.3 Tujuan 21.4 Sistematika Laporan 2Bab II Dasar Teori 32.1 Tingkat Tekanan Bunyi, RPM, dan Frekuensi 32.2 Stroboskop 42.3 Tekanan, Daya, dan Intensitas Bunyi 62.4 Pompa 7Bab III Metodologi Percobaan 123.1 Alat dan Bahan 123.2 Prosedur Percobaan 12BAB IV Analisa Data dan Pembahasan 134.1 Analisa Data 134.2 Pembahasan 16BAB V Kesimpulan dan Saran 195.1 Kesimpulan 195.2 Saran 19Daftar Pustaka 20
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mesin Pompa Air dengan Bantalan 3Gambar 2.2 Stroboscope 5Gambar 2.3 Stroboscope saat menghitung rpm sebuah generator 5Gambar 2.4 Pompa Sentrifugal 8Gambar 2.5 Pompa Aksial 8Gambar 2.6 Pompa Reciprocating 9Gambar 2.7 Metering Pump 10Gambar 2.8 Prinsip Gear Pump 11Gambar 2.9 Prinsip Screw Pump 11Gambar 2.10 Prinsip Rotary Vane Pump 11Gambar 4.1 Grafik RPM pompa dengan alas karpet 13Gambar 4.2 Grafik TTB pada pompa dengan alas karpet 14Gambar 4.3 Grafik RPM pada pompa dengan alas kardus 14Gambar 4.4 Grafik TTB dengan alas kardus 14Gambar 4.5 Grafik RPM pada pompa beralas busa 15Gambar 4.6 Grafik TTB pada pompa beralas busa 15Gambar 4.7 Grafik RPM ketiga alas 15Gambar 4.8 Grafik TTB ketiga alas 16
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel hasil percobaan 13
vii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali terdengar bunyi, seperti bunyi
mesin, bunyi HP, bunyi kipas dll. sebenarnya bunyi adalah getaran yang
dirambatkan melalui medium udara. Karakteristik yang dimiliki bunyi adalah
frekuensi, periode, amplitude dan fasa. Frekuensi bunyi merupakan jumlah
getaran dari sebuah benda per detik. Periode adalah waktu yang digunakan
untuk melakukan satu getaran. Amplitude adalah simpangan terbesar. Fasa
adalah simpangan pada awal rambatan getaran.
Amplitude bunyi dipengaruhi oleh medium yang dirambati oleh bunyi
tersebut. Jika sebuah gelombang bunyi merambat dalam medium, maka
tekanan bunyi dalam medium tersebut akan berubah. Selisih perubahan ini
disebut tingkat tekanan bunyi (kebisingan). Tingkat tekanan bunyi dalam
sebuah mesin harus dikontrol karena tingkat tekanan bunyi (kebisingan) tidak
boleh lebih dari batas toleransi.Tingkat tekanan bunyi dari sebuah mesin
dipengaruhi oleh dua hal yaitu perubahan frekuensi getaran dan bantalan
(bearing). Agar mahasiswa lebih jelas dalam memahami pengaruh perubahan
frekuensi getaran dan bantalan (bearing) terhadap tingkat tekanan bunyi dari
sebuh mesin, maka diadakan percobaan tentang getaran dan tingkat kebisingan
mesin pompa air di laboratorium akustik jurusan teknik fisika ITS.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam percobaan kali ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh bantalan mesin terhadap perubahan tingkat tekanan
bunyi ?
2. Bagaimana pengaruh perubahan frekuensi getaran terhadap perubahan
tingkat tekanan bunyi ?
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan kali ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh bantalan mesin terhadap perubahan tingkat
tekanan bunyi.
2. Untuk mengetahui pengaruh perubahan frekuensi getaran terhadap
perubahan tingkat tekanan bunyi.
1.4 Sistematika Laporan
Sistematika laporan pada percobaan getaran dan tingkat kebisingan
mesin pompa air adalah Bab I yang terdiri dari latar belakang, permasalahan,
tujuan percobaan, dan sistematika laporan. Bab II yang berisi dasar teori. Bab
III yang berisi peralatan dan prosedur percobaan. Bab IV analisis data dan
pembahasan yang berisi hasil percobaan, perhitungan, grafik, dan pembahasan
hasil percobaan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tingkat Tekanan Bunyi, RPM, dan Frekuensi
Tingkat tekanan bunyi didefinisikan sebagai :
Lp = 10 log
..... [1]
Dengan : P = tekanan bunyi rms (Pa) = Prms
Pref = tekanan bunyi referensi (Pa) = 2.10-5 Pa
Dalam praktek, besaran tingkat tekanan bunyi ini disebut sebagai tingkat
kebisingan.
Gambar 2.1 Mesin Pompa Air dengan Bantalan[1]
Benda yang berputar, mempunyai besaran yang menyatakan berapa
banyak putaran yang dilakukan setiap menit dan disingkat RPM (Revolution
per minute) Besaran ini disebut kecetapan putar dari benda yang berputar.
Jadi satuan kecepatan putar dari benda yang berputar dinyatakan dalam
RPM. [1]
Kalau gerakan perputaran benda tersebut menyebabkan turbulensi udara
disekitar bodi bagian tepi atau menyebabkan bergetarnya bodi atau
landasannya, maka perputaran benda tersebut akan menimbulkan getaran
dengan frekuensi :
f = RPM/60 ..... [2]
(dengan satuan Hz = getaran per detik)
3
Dengan f = frekuensi getar.
Turbulensi udara sekitar bodi dan getaran yang diteruskan ke bodi dan
landasan ini selanjutnya dirambatkan diudara di sekitarnya sebagai
gelombang dan disebut gelombang mekanis (karena berasal dari
getaran/perputaran benda mekanis). Gelombang ini disebut gelombang
bunyi bila frekuensi getarnya 20 Hz < f < 20.000 Hz dan amplitudonya > 2.
10-5 Pa (Pascal).
Frekuensi gelombang yang timbul tidaklah tunggal atau sama dengan f
tetapi akan berharga luas (banyak). Semakin tinggi putaran benda maka
semakin tinggi turbulensi udara atau getaran yang di teruskan ke bodi dan
landasan dan dapat pula menyebabkan bertambahbesarnya amplitudo
getaran yang terjadi. [1]
2.2. Stroboskop
Stroboscope merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan tanpa adanya kontak langsung dengan benda yang diukur.
Stroboskop menggunakan sumber cahaya yang dapat disinkronisasi dengan
setiap kecepatan dan pengulangan gerakan sehingga benda yang berpindah
sangat cepat terlihat tidak bergerak atau berpindah perlahan.
Untuk menggambarkan prinsip ini, diambil sebuah contoh berikut:
Diasumsikan sebuah disket putih dengan titik hitam terpasang pada as dari
motor 1800 rpm. Bila disket berputar pada 1800 rpm, mata tidak akan dapat
melihat gambaran titik tersebut. Bila diterangi oleh sinar cahaya
stroboscope yang telah disinkronkan dengan cahaya untuk setiap putaran
disket (bila titik berada pada jam tiga, sebagai contoh), titik akan terlihat
pada posisi ini dan hanya pada posisi ini. Oleh karena itu, titik akan nampak
membeku atau diam.
Jika laju sinar dari stroboscope diperlambat menjadi 1799 sinar per
menit, titik akan teriluminasi pada posisi cahaya yang berbeda setiap kali
4
piringan berputar. Titik akan tampak berpindah perlahan dalam arah putaran
360° dan tiba pada posisi sebenarnya 1 menit kemudian. [1]
Gambar 2.2 Stroboscope [2]
Perpindahan yang sama, tetapi di arah yang berlawanan rotasi akan
diobservasi jika laju sinar dari stroboscope ditingkatkan menjadi 1801 fpm.
Jika diinginkan, laju perpindahan yang tampak dapat dipercepat dengan
meningkatkan atau menurunkan laju sinar pada stroboscope. Bila bayangan
dihentikan, laju sinar strobo setara dengan kecepatan perpindahan obyek.
Karena laju sinar diketahui, maka kecepatan obyek juga diketahui. Oleh
karena itu stroboscope mempunyai dua tujuan yaitu mengukur kecepatan dan
pengamatan penurunan kecepatan atau pemberhentian gerakan cepat.
Stroboscope memancarkan cahaya intensitas tinggi dan dalam waktu
yang pendek. Hal ini disebabkan dari peralatan elektronik yang memberi
pulsa elektronik dari generator yang mengkontrol laju sinar. Cahaya dapat
ditujukan pada hampir semua obyek berpindah, termasuk pada area yang
tidak dapat diakses. [1]
Gambar 2.3 Stroboscope saat menghitung rpm sebuah generator [3]
5
Bila mengukur kecepatan perputaran obyek, atur laju cahaya awal
mendekati yang tertinggi dari perkiraan kecepatan obyek. Kemudian,
perlahan mengurangi laju cahaya sampai dengan satu gambar tampak. Pada
titik ini, laju cahaya stroboscope setara dengan putaran kecepatan obyek, dan
kecepatan dapat dibaca secara langsung dari tampilan digital. [1]
2.3. Tekanan, Daya, dan Intensitas Bunyi
Apabila ada gelombang bunyi yang melewati suatu medium, maka
tekanan di dalam medium tersebut akan berubah. Perbedaan atau selisih
perubahan ini disebut sebagai tekanan bunyi. Di dalam medium udara,
tekanan bunyi terendah yang dapat diindera oleh telinga manusia (dewasa
muda pada frekuensi bunyi 1000 Hz) adalah 20 Pa dan tekanan bunyi yang
dapat menyebabkan telinga terasa sakit adalah 200 Pa. Tekanan bunyi dengan
tekanan lebih kecil dari 20 Pa tidak dapat dirasakan atau diindera oleh
telinga manusia, sedangkan tekanan bunyi diatas 200 Pa dapat merusakkan
syaraf indera pendengaran atau dapat menyebabkan tuli permanen. Dengan
demikian tekanan bunyi yang dapat ditoleransi oleh indera telinga manusia
adalah 20 Pa sampai dengan 200 Pa atau 2.10-5 Pa sampai dengan 2.102 Pa.
(Pa atau N/m2).
Daya bunyi merupakan karakteristik (sifat yang dipunyai individu) dari
suatu sumber bunyi sehingga tidak dipengaruhi faktor luar, seperti kondisi
medium atau jarak dari sumber bunyi. Daya bunyi tidak tergantung pada
dekat atau jauhnya letak titik dari sumber. Daya bunyi atau disebut juga daya
akustik mempunyai definisi seperti definisi daya pada umumnya, yaitu energi
bunyi yang dikeluarkan atau dipancarkan oleh suatu sumber bunyi setiap
satuan waktu, dan mempunyai satuan Joule per detik atau Watt.
Intensitas bunyi didefinisikan sebagai Daya bunyi persatuan luas yang
ditembus oleh gelombang bunyi (satuan watt/m2). Berbeda dengan daya
bunyi, intensitas bunyi sangat tergantung pada jarak dari sumber bunyi dan
luasan dimana intensitas bunyi tersebut dihitung. Semakin jauh dari sumber
atau semakin besar luasan yang ditembus, maka intensitas bunyi semakin
6
kecil. Semakin jauh dari sumber, besarnya daya bunyi selalu tetap, walaupun
intensitas bunyi berubah menjadi semakin kecil. [1]
2.4. Pompa
Secara umum pompa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu dynamic
pump dan positive displacement pump.
2.4.1. Pompa Dinamik
Dynamic pump atau pompa dinamik terbagi menjadi beberapa
macam yaitu pompa sentrifugal, pompa aksial, dan pompa spesial-
efek (special-effect pump). Pompa-pompa ini beroperasi dengan
menghasilkan kecepatan fluida tinggi dan mengkonversi kecepatan
menjadi tekanan melalui perubahan penampang aliran fluida. Jenis
pompa ini biasanya juga memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada
tipe positive displacement pump, tetapi memiliki biaya yang lebih
rendah untuk perawatannya. Pompa dinamik juga bisa beroperasi pada
kecepatan yang tinggi dan debit aliran yang juga tinggi.[6]
2.4.1.1. Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeler
dan saluran inlet di tengah-tengahnya. Dengan desain ini
maka pada saat impeler berputar, fluida mengalir
menuju casing di sekitar impeler sebagai akibat dari gaya
sentrifugal. Casing ini berfungsi untuk menurunkan
kecepatan aliran fluida sementara kecepatan putar impeler
tetap tinggi. Kecepatan fluida dikonversikan menjadi tekanan
oleh casingsehingga fluida dapat menuju titik outletnya.
Beberapa keuntungan dari penggunaan pompa sentrifugal
yakni aliran yang halus (smooth) di dalam pompa dan
tekanan yang seragam pada discharge pompa, biaya rendah,
serta dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi sehingga pada
aplikasi selanjutnya dapat dikoneksikan langung dengan
turbin uap dan motor elektrik. Penggunaan pompa sentrifugal
7
di dunia mencapai angka 80% karena penggunaannya yang
cocok untuk mengatasi jumlah fluida yang besar daripada
pompa positive-displacement. [6]
Gambar 2.4 Pompa Sentrifugal. [4]
2.4.1.2. Pompa Aksial
Pompa aksial juga disebut dengan pompa propeler.
Pompa ini menghasilkan sebagian besar tekanan dari propeler
dan gaya lifting dari sudu terhadap fluida. Pompa ini banyak
digunakan di sistem drainase dan irigasi. Pompa aksial
vertikal single-stage lebih umum digunakan, akan tetapi
kadang pompa aksial two-stage (dua stage) lebih ekonomis
penerapannya. Pompa aksial horisontal digunakan untuk
debit aliran fluida yang besar dengan tekanan yang kecil dan
biasanya melibatkan efek sifon dalam alirannya.[6]
Gambar 2.5 Pompa Aksial [4]
8
2.4.2. Pompa Positive Displacement
Macam-macam pompa positive displacement antara
lain reciprocating, metering, dan rotary. Pompapositive
displacement bekerja dengan cara memberikan gaya tertentu pada
volume fluida tetap dari sisi inlet menuju titik outlet pompa.
Kelebihan dari penggunaan pompa jenis ini adalah dapat
menghasilkanpower density (gaya per satuan berat) yang lebih besar.
Dan juga memberikan perpindahan fluida yang tetap/stabil di setiap
putarannya. [6]
2.4.2.1. Pompa Reciprocating
Pada pompa jenis ini, sejumlah volume fluida masuk ke
dalam silinder melalui valve inlet pada saat langkah masuk
dan selanjutnya dipompa keluar dibawah tekanan positif
melalui valve outlet pada langkah maju. Fluida yang keluar
dari pompa reciprocating, berdenyut dan hanya bisa berubah
apabila kecepatan pompanya berubah. Ini karena volume sisi
inlet yang konstan. Pompa jenis ini banyak digunakan untuk
memompa endapan dan lumpur. [6]
Gambar 2.6 Pompa Reciprocating [7]
2.4.2.2. Metering Pump
Adalah pompa yang digunakan untuk memompa fluida
dengan debit yang dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan.
Pompa ini biasanya digunakan untuk memompa bahan aditif
yang dimasukkan ke dalam suatu aliran fluida tertentu. [6]
9
Gambar 2.7 Metering Pump [8]
2.4.2.3. Rotary Pump
Adalah pompa yang menggerakkan fluida dengan
menggunakan prinsip rotasi. Vakum terbentuk oleh rotasi
dari pompa dan selanjutnya menghisap fluida masuk.
Keuntungan dari tipe ini adalah efisiensi yang tinggi karena
secara natural ia mengeluarkan udara dari pipa alirannya, dan
mengurangi kebutuhan pengguna untuk mengeluarkan udara
tersebut secara manual.
Bukan berarti pompa jenis ini tanpa kelemahan, karena
sifat alaminya maka clearence antara sudu putar dan sudu
pengikutnya harus sekecil mungkin, dan mengharuskan
pompa berputar pada kecepatan yang rendah dan stabil.
Apabila pompa bekerja pada kecepatan yang terlalu tinggi,
maka fluida kerjanya justru dapat menyebabkan erosi pada
sudu-sudu pompa.
Pompa rotari dapat diklasifikasikan kembali menjadi
beberapa tipe yaitu:
• Gear pumps – sebuah pompa rotari yang simpel dimana
fluida ditekan dengan menggunakan dua roda gigi. [6]
10
Gambar 2.8 Prinsip Gear Pump [9]
• Screw pumps – pompa ini menggunakan dua ulir yang
bertemu dan berputar untuk menghasilkan aliran fluida
sesuai dengan yang diinginkan. [6]
Gambar 2.9 Prinsip Screw Pump [10]
• Rotary Vane Pump – memiliki prinsip yang sama
dengan kompresor scroll, yang menggunakan rotor
silindrik yang berputar secara harmonis menghasilkan
tekanan fluida tertentu. [6]
Gambar 2.10 Prinsip Rotary Vane Pump [11]
11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Pompa air yang telah diambil impelernya.
2. Stroboscop (alat pengukur putaran/frekuensi benda yang berputar).
3. Sound Level Meter (SLM)
4. Landasan/bantalan mesin ( kardus, karpet dan sponge ).
5. Regulator tegangan.
3.2 Prosedur Percobaan
Langkah-langkah untuk melakukan percobaan ini adalah :
1. Meletakkan pompa air diatas karpet (bantalan mesin).
2. Memberikan variasi tegangan pada pompa sebesar 25 V, 50V dan 100 V.
3. Mengarahkan dan On-kan stroboscop pada As pompa yang telah ditandai
dengan warna hitam, putar knop stroboscop sehingga terlihat bahwa As tidak
berputar (stasioner) dan catat angka yang ditunjukkan stroboscop. Lakukan
sebanyak 3 kali untuk masing-masing tegangan yang diberikan.
4. Mengukur tingkat tekanan bunyi terhadap frekuensi sebanyak 3 kali untuk
masing-masing tegangan yang diberikan.
5. Mengulangi langkah ke 1 s/d 4 dengan menganti bantalan mesin berupa
kardus dan sponge.
12
BAB IV
Analisa Data dan Pembahasan
4.1. Analisis Data
Setelah dilakukan percobaan maka didapatkan :
Tabel 4.1 Tabel hasil percobaan
TeganganKardus Karpet Busa
RPM TTB RPM TTB RPM TTB
Rendah720,9 91,6 719,0 90,9 724,8 86,0722,1 90,5 717,9 91,9 726,2 84,1722,1 91,2 720,1 92,3 725,1 84,7
Rata-rata 721,7 91,1 719,0 91,7 725,4 84,9
Sedang730,3 90,9 730,7 93,4 738,1 86,6734,2 91,0 728,7 94,6 739,6 86,3733,4 90,4 728,0 94,2 740,1 86,7
Rata-rata 732,6 90,8 729,1 94,1 739,3 86,5
Tinggi740,3 91,7 737,3 94,2 746,0 89,7740,9 91,6 738,2 93,9 746,4 88,1741,4 91,4 738,7 92,2 746,0 89,1
Rata-rata 740,9 91,6 738,1 93,4 746,1 89,0
Lalu yang dibuat grafik dari masing-masing hasil yang didapat dari praktikum
ini.
Gambar 4.1 Grafik RPM pompa dengan alas karpet.
13
Gambar 4.2 Grafik TTB pada pompa dengan alas karpet
Gambar 4.3 Grafik RPM pada pompa dengan alas kardus
Gambar 4.4 Grafik TTB dengan alas kardus
14
Gambar 4.5 Grafik RPM pada pompa beralas busa
Gambar 4.6 Grafik TTB pada pompa beralas busa
Gambar 4.7 Grafik RPM ketiga alas.
15
Gambar 4.8 Grafik TTB ketiga alas.
4.2. Pembahasan
Rizky Primachristi Ryantira Pongdatu 24101000080
Percobaan Getaran dan Tingkat Kebisingan Mesin Pompa Air. Praktikum
Akustik dan Getaran ini bertujuan untuk mengetahui pola RPM (Rotation Per
Minute) dan TTB (Tingkat Tekanan Bunyi) pada motor pompa jika diberi
bantalan yang berbeda. Praktikan akan mengamati dan mengolah hasil
percobaan terhadap vibrasi yang terjadi dan bising yang dihasilkkan pada
pompa. Praktikan memulai mengambil data dengan memberi sumber tiga
tegangan yang berbeda, yaitu mulai dari 25 V, 50 V, dan 100 V. Pompa akan
diletakkan pada tiga alas yaitu karpet,kardus bantalan busa. Kemudian
praktikan menyalakan pompa dan mengarahkan sinar stroboskop ke arah
piringan dalam pompa yang telah ditandai titik kecil. Praktikan harus
mengatur kedipan cahaya stroboskop dengan menggunakan tombol yang ada,
kedipan harus disesuaikan sedemikian rupa sampai seolah piringan yang
berputar tersebut terlihat diam. Lalu angka yang tertera pada stroboskop
dicatat sebagai RPM pompa. Kemudian tegangan yang mengalir ke pompa
pun diubah besarannya menjadi lebih besar. Selain mengambil data
pengukuran RPM, praktikan juga mengambil data tingkat tekanan bunyi (dB)
yang dihasilkan oleh pompa tersebut diukur menggunakan SLM (Sound Level
16
Meter). Berdasarkan tabel hasil praktikum, untuk semua variabel bantalan,
dapat disimpulkan bahwa didapatkan bahwa bahwa pada saat tegangan
mengalir makin besar maka RPM dan frekuensi pada pompa juga semakin
besar . Untuk kategori RPM, terjadi perbedaan yang tidak terlalu mencolok.
Dapat dilihat dari plotingan grafik bahwa bantalan jenis busa menghasilkan
RPM tertinggi untuk setiap tegangan, lalu diikuti oleh kardus dan yang
terakhir adalah karpet. Hal ini sudah sesuai dengan teori karena busa memang
mampu meredam suara dengan baik yang secara otomatis dapat
memaksimalkan jumlah rotasi. Untuk karpet dan kardus, keduanya memiliki
permukaan yang cukup kasar dan tidak teratur. Tentu saja hal ini
mengakibatkan redamna suara kurang maksimal sehingga RPM yang
dihasilkan juga tidak setinggi RPM yang dihasilkan busa. Lalu untuk TTB,
secara teori, perbandingan ketiga alas juga sudah benar. Busa mampu
meredam suara dengan baik sehingga otomatis TTB yang dihasilkan lebih
kecil. Kemudian berturut-turut kardus dan karpet. Hanya saja, untuk masing-
masing alas, nilai TTB yang dihasilkan cenderung tidak stabil. Hal ini
disebabkan karena bunyi motor pada pompa cenderung berubah-ubah. Selain
itu, suara noise yang dihasilkan oleh para praktikan juga mempengaruhi nilai
dari TTB masing-masing alas.
Elysa Margaret 2410100084
Pada praktikum P1 ini, kami melakukan percobaan untuk mengetahui
hubungan antara frekuensi putaran dari sebuah pompa dengan dengan tingkat
tekanan bunyi yang dihasilkannya dan juga pengariuh pemberian bantala
terhadap tekana bunyi yang dihasilkan oleh pompa tersebut. Dari percobaan
yang dilakukan, tersdapat 3 bantalan yang digunakan yaitu kardus , busa, dan
karpet. Untuk percobaan menggunakan bantalan kardus, didapatkan data yang
menunjukkan bahwa tingkat tekanan bunyi yang dihasilkan mempunyai rata-
rata 91 dB. Hal ini menunjukkan kemampuan dari kardus untuk meredam
tekanan bunyi yang dihasilkan oleh pompa cukup bagus jika dilihat dari
struktur kadus itu sendiri yang padat dan berongga sebagai isolasi bunyi.
17
Untuk percobaan kedua menggunakan bantalan karpet, didapatkan data yang
menunjukkan bahwa tingkat tekanan bunyi yang dihasilkan mempunyai rata-
rata 93 dB. Hal ini menunjukkan kemampuan dari karpet untuk meredam
tekanan bunyi dari pompa cukup buruk, karena menghasilkan tingkat tekanan
bunyi yang lebih besar daripada saat diberi bantalan karpet. Jika dilihat dari
struktur karpet itu sendiri yang tipis serta padat dan memerlukan bantalan
tambahan agar bisa berfungsi sebagai peredam isolasi yang baik. Lalu pada
percobaan ketiga menggunakan bantalan busa didapatkat data yang
menunjukkan bahwa tingkat tekanan bunyi rata-rata 86 dB. Hal ini
menunjukkan kemampuan dari busa untuk meredam tingkat tekanan bunyi
yang dihasilkan oleh pompa sangat baik jika dibandingkan dengan kardus dan
karpet. Karena jika dilihat dari struktur karpet itu sendiri, karpet memiliki
struktur kasar yang tidak paat dan berongga, sehingga sangat baik untuk
isolasi bunyi. Untuk bantalan kardus, dari plot grafik hubungan tegangan
dengan tingkat tekanan bunyi, dapat dilihat bahwa tingkat tekanan bunyi yang
dihasilkan cenderung tidak berubah dan stabil. Namun untuk busa, nilai
tingkat tekanan bunyi yang dihasilkan berbanding lurus dengan tegangannya,
sehingga jika tegangan besar maka tingkat tekanan bunyi juga jadi besar. Lalu
dari plot grafik hubungan antara tegangan dan frekuensi dapat diliha bahwa
utnuk setiap bantalan yang diberikan, nilai frekuensi dan tegangan memilki
hubungan yang linier. Sehingga perbandingan yang dihasilkan antara tegangan
dan tingkat tekanan bunyi dengan frekuensi dan tingkat tekanan bunyi
memilki bentuk plot grafik yang hampir sama.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :
1. Bantalan Busa menghasilkan TTB terendah, tetapi menghasilkan RPM
tertinggi
2. Bantalan Kardus menghasilkan TTB terendah kedua, tetapi menghasilkan
RPM tertinggi kedua.
3. Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa peredaman yang baik adalah
bantalan dari busa karena strukturnya yang dapat meredam dan tingkat
frekuensi getaran berubah tergantung masukan tegangannya.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya:
1. Menyiapkan alat dengan baik agar tidak terlalu lama menunggu.
2. Praktikan tidak boleh mengeluarkan suara sedikitpun saat pengukuran
TTB
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo, Gyan Yusuf, dkk. 2012. Laporan Resmi Praktikum Akustik dan
Vibrasi : Getaran dan Tingkat Kebisingan Mesin Pompa Air. Surabaya :
Teknik Fisika FTI ITS
2. http://www.aevas-sono.com/evas/images/dance-strobe-2-starway.jpg
(diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.02 WIB)
3. http://img.directindustry.com/images_di/photo-g/hand-held-digital-
stroboscope-357348.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.10 WIB)
4. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/09/20110925-
002325.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.14 WIB)
5. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/09/20110925-
011114.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.17 WIB)
6. http://onnyapriyahanda.com/pompa-2-macam-macam-pompa/
7. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/09/20110925-
032500.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.22 WIB)
8. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/09/20110925-
035913.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.27 WIB)
9. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/10/20111003-
073104.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.30 WIB)
10. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/10/20111003-
073221.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.36 WIB)
11. http://onnyapriyahanda.com/wp-content/uploads/2011/10/20111003-
073412.jpg (diakses pada 17 Mei 2012 pukul 15.42 WIB)
top related