larisa sabrina rahadiyanti-fkik
Post on 29-Mar-2016
252 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI
DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Larisa Sabrina Rahadiyanti
NIM: 110103000081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
-
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan nikmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini yang berjudul HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA
JALAN KAKI DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis
mengucapkan terima kasih khususnya kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,
Dr.Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan
Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di PSPD
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Dede Moeswir SpPD selaku pembimbing 1 yang telah banyak mencurahkan
waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan
penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
4. dr. Ahmad AzwarHabibi M.Biomed selaku pembimbing 2 yang telah banyak
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
5. dr. Femmy Nurul Akbar SpPD(K) selaku dosen penguji 1 sidang skripsi atas
kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah diberikan
agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.
-
vi
6. Ibu Nurlaely mida R, S.Si, M.Biomed,Ph.D selaku dosen penguji 2 sidang
skripsi atas kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah
diberikan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.
7. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang
tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
penelitian.
8. Prof. Dr.dr.Rianto Setiabudy,SpFK selaku Ketua Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberikan
izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
9. Dr.dr.Jusuf Rachmat, SpB, SpBTKV, MARS selaku Kepala Unit Pelayanan
Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan
izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
Unit Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo.
10. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis
11. Papa Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR dan Mama dr.Trisepta Saraswati atas
limpahan kasih sayang dan bantuan yang telah diberikan, pengorbanan tanpa
pamrih dan doa-doa panjang yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas segala
kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga kini penulis telah beranjak
dewasa.
12. Adik Risyad dan Adik Sasha Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah
diberikan.
13. Lettu Mar Huda Prawira yang selalu memberikan dukungan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
14. Teman-teman satu kelompok penelitian, Anissa, Almira dan Puspa. Terimakasih
atas kerja sama yang luar biasa 1 tahun belakangan. Semoga kerja sama kita
dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
15. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, dan teman-teman lain yang
penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.
-
vii
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.Demikian
laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai amal jariyah
di Akhirat kelak. Amiin.
Ciputat, 20 September 2013
Penulis
-
viii
ABSTRAK
Larisa Sabrina Rahadiyanti. Program studi Pendidikan dokter. Hubungan Kebiasaan
Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi.
Latar Belakang : Jalan kaki merupakan olah raga yang bersifat aerobik dan mampu
laksana dilakukanuntuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular. Metode: Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di unit pelayanan jantung terpadu yang
menjadi anggota kelompok senam jantung sehat di RSUPN Cipto mangunkusumo
Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain potong
lintang yang menggunakan sampel sebanyak 102 pasien di Unit Pelayanan Jantung
Terpadu RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta. Hasil:Hasil penelitian didapatkan
sebanyak 63 orang responden memiliki tekanan darah terkontrol dengan presentase
61,8 % ,dan 39 orang responden dengan tekanan darah tidak terkontrol dengan
presentase 38,2 %. Pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan
berolah raga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.(p=0,001).
Kata kunci :jalan kaki, tekanan darah.
ABSTRACT
Larisa Sabrina Rahadiyanti. Medical Study Program Islamic State University Syarif
Hidayatullah Jakarta. The relation between walking excercise habitation with
controlled blood pressure in hypertensive patients.
Bacground: Walking is an aerobic exercise and it is easy to do to improve the
cardiovascular endurance. Methods :The aim of this research is to know the
relationship between walking exercise habitation and hypertensive in cardiac care
clinic patient who was a member of gymnastics healthy heart group at RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta. This research was used analytic research with cross sectional
approach by gaining 102 sample of patients in cardiac care polyclinic RSPUN Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Results : The result showed that 63 people have controlled
blood pressure (61,8%) and 39 people with uncontrolled blood pressure (38,2%). This
research proves that there is a relationship between walking exercise habitation and
controlled blood presure in hypertensive patients. (p = 0,001)
Keywords : walking exercise, blood pressure
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 1.3 Hipotesis.............................................................................................
Tujuan penelitian .........................................................................................
1.3.1 Tujuan umum .................................................................................. 1.3.2 Tujuan khusus .................................................................................
1.4 Manfaat penelitian .................................................................................... 1.4.1 Bagi peneliti ..................................................................................... 1.4.2 Bagi masyarakat ............................................................................. 1.4.3 Bagi instansi ................................................................................... 1.4.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .............................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori ........................................................................................... 2.1.1 Tekanan darah.................................................................................. 2.1.2 Hipertensi ........................................................................................ 2.1.3 Klasifikasi hipertensi ....................................................................... 2.1.4 Epidemiologi hipertensi ................................................................... 2.1.5 Jenis-jenis hipertensi ....................................................................... 2.1.6 Patofisiologi hipertensi .................................................................... 2.1.7 Diagnosis hipertensi ........................................................................ 2.1.8 Definisi tekanan darah terkontrol pada hipertensi ........................... 2.1.9 Definisi aktivitas fisik ...................................................................... 2.1.10 Definisi olahraga ........................................................................... 2.1.11 Latihan dengan berjalan kaki ....................................................... 2.1.12 Siklus berjalan ............................................................................... 2.1.13 Efek latihan berjalan kaki .............................................................. 2.1.14 Efek latihan berjalan kaki terhadap hipertensi .............................
2.2 Kerangka teori ...........................................................................................
I
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xii
xiii
1
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
6
6
9
9
10
11
12
14
15
17
18
21
21
23
23
25
26
-
x
2.3 Kerangka konsep ...................................................................................... 2.4 Definisi operasional ..................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
1.1 Desain penelitian ....................................................................................... 1.2 Lokasi dan waktu penelitian. .................................................................... 1.3 Populasi penelitian. ................................................................................... 1.4 Sampel dan cara pemilihan sampel ........................................................... 1.5 Kriteria sampel ..........................................................................................
1.5.1 Kriteria inklusi ................................................................................. 1.5.2 Kriteria Eksklusi. .............................................................................
1.6 Besar sampel ............................................................................................. 1.7 Alur penelitian .......................................................................................... 1.8 Variabel yang diteliti ................................................................................. 1.9 Cara kerja penelitian ................................................................................. 1.10 Pengolahan data ...................................................................................... 1.11 Analisis data .............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis univariat ...................................................................................... 4.1.1 Distribusi sampel berdasarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ... 4.1.2 Distribusi sampel berdasarkan kontrol tekanan darah .....................
4.2 Analisis bivariat ........................................................................................ 4.3 Keterbatasan penelitian .............................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................
5.2 Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................................
27
28
28
28
28
29
29
29
30
32
32
33
34
34
40
40
41
43
46
47
48
49
54
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total .......................
Tabel 2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri .........................
Tabel 2.3 Klasifikasi hipertensi ..............................................................................
Tabel 2.4 Patofisiologi hipertensi ...........................................................................
Tabel 2.5 Definisi kontrol tekanan darah ...............................................................
Tabel.2.6 Perbedaan sistem penyediaan energi olahraga aerobik dan
anaerobik ................................................................................................
Tabel 2.7 Perbedaan aerobik dan anaerobik ...........................................................
Tabel 2.8 Perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik ............................................
Tabel 4.1 Karakteristik demografis subjek penelitian ............................................
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdsarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ............
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kontrol tekanan darah ............................
Tabel4.5 Hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah .............................................................................
.
7
8
9
14
16
19
20
20
36
40
41
43
.
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Siklus berjalan pada manusia.................................................................. 22
-
xiii
. DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan jenis kelamin ............
37
Grafik 4.2 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan usia ...........................
38
Grafik 4.3 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan kebiasaan
berolahraga jalan kaki ..........................................................................
41
Grafik 4.4 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan kontrol
tekanan darah ........................................................................................
42
.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak
diderita di seluruh dunia. Data dari The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi
di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.1
WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang diakibatkan oleh
hipertensi,sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan menyumbang sekitar 57 juta
angka kecacatan hidup.2
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.3,4
Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi
dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.3
Pada tahun 2000 dilaporkan prevalensi
hipertensi di daerah urban mencapai 31,7%.4
The World Health Organization (WHO) pada awal tahun 1983
merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi dalam pengobatan primer
untuk hipertensi.5
Diperlukan pengendalian faktor resiko hipertensi, modifikasi gaya
hidup pada penderita hipertensi sangat diperlukan salah satunya adalah melakukan
kebiasaan berolahraga.5,6
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nicholles di
Hongkong menyatakan bahwa pengobatan non farmakologi yang paling tepat untuk
penderita hipertensi adalah latihan atau berolahraga.7
Pengaruh berolahraga terhadap penurunan tekanan darah dapat mencegah dan
mengurangi komplikasi kardiovaskular,beberapa organisasi termasuk didalamnya the
American Heart Association8, the American College of Sports Medicine
9,the Surgeon
General of the Unit-cardiorespied States10
, The National Institutes of Health11
, dan the
-
2
Centers for Disease Control12
telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran
aktivitas fisik atau olahraga sebagai pengobatan non farmakologis pada hipertensi.
Telah banyak penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan bahwa
aktivitas fisik berpengaruh terhadap tekanan darah pada hipertensi. Seperti penelitian
oleh J E Martin dkk yang menyatakan bahwa latihan aerobik ringan dapat mengurangi
tekanan darah sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg tekanan sistolik pada
penderita hipertensi tanpa pengobatan.13
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fernando dimeo dkk di Brasil tahun 2012
yang menyatakan bahwa berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah
sistolik sebesar 612 mmHg dan diastolik sebesar 37 mmHg pada penderita hipertensi
yang resisten.14
. Kelley dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan resistensi
progresif bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 2%
dan 4%.15
Sedangkan menurut Augustine J. Sohn dkk di Afrika didapatkan penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi
yang mendapatkan intervensi berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya, dan proporsi
pada kelompok yang tidak melakukan berjalan kaki sebesar 0,5.16
Penelitian lain
dilakukan oleh Mughal dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan aerobik berupa
berjalan kaki cepat selama 30 menit 3 sampai 5 kali perminggu pada penderita
hipertensi primer dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik istirahat sebesar
1,4 mmHg.17
Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, terdapat satu penelitian yang
kontraproduktif, yaitu penelitian yang Emmanuel di Brasil pada tahun 2012 mengatakan
bahwa latihan berintensitas sedang tidak terlalu berpengaruh dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.18
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) kunci dari
pengobatan hipertensi adalah modifikasi gaya hidup, salah satunya dengan cara
berjalan kaki santai selama minimal 30 menit sehari dan dilakukan beberapa kali
perminggu.12
Berjalan kaki merupakan olahraga yang yang bersifat ringan, sederhana,
murah dan mampu laksana yang dapat dilakukan oleh pasien hipertensi di semua
-
3
usia.16,19
Dalam penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa olahraga yang paling
tepat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah kombinasi antara
berjalan kaki, jogging dan bersepeda.19
Tetapi terdapat beberapa resiko mungkin terjadi
apabila melakukan olahraga yang seperti jogging dan bersepeda.20
Selain itu
kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih sehingga untuk
melakukan olahraga berat bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.21
Oleh karena beberapa hal di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Dimana penelitian tentang hubungan kebiasaan
berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada penderita hipertensi belum banyak
dilakukan di Indonesia, terutama di Jakarta yang mana merupakan daerah urban yang
masyarakatnya memiliki keterbatasan waktu dan ruang untuk melakukan olahraga.
1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan kebiasaan
berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.?.
1.3.Hipotesis
Terdapat hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan
darah pada pasien hipertensi.
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1 TujuanUmum
Mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan
darah pada pasien hipertensi.
-
4
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui prevalensi kebiasaan berjalan kaki pada pasien hipertensi.
Mengetahui kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi yang memiliki
kebiasaan berolahraga jalan kaki.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi peneliti :
1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang
kesehatan.
3. Menambah wawasan ilmu tentang hubungan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.
1.5.2 Bagi Masyarakat :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan
kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien
hipertensi, sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya berolahraga
terutama berjalan kaki.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan hubungan antara berolahraga
jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, sehingga dapat
digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien hipertensi yang pada akhirnya
mampu untuk menurunkan angka kejadian hipertensi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.
-
5
1.5.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Referensi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan
penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tekanan Darah
Darah berfungsi sebagai pengangkut masal jarak jauh berbagai bahan antara sel
dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah sangat diperlukan untuk
homeostasis tubuh. Darah terdiri dari cairan yang kompleks, yaitu plasma tempat
unsur-unsur sel eritrosit, leukosit dan trombosit terbenam di dalamnya. Darah
membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada
wanita dan 5,5 liter pada pria.22
Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrien, menyingkirkan zat-zat
sisa dan menyampaikan sinyal hormon. Darah diangkut dari jantung ke berbagai
jaringan melalui pembuluh darah arteri yang sangat elastis. Tekanan darah arteri rata-
rata diatur sedemikian rupa agar penyampaian darah ke jaringan adekuat.23
Laju aliran darah yang melintasi suatu pembuluh berbanding lurus dengan
gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler. Apabila pembuluh
darah memberikan suatu resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, maka jantung
harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat. Terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah, yaitu : (1) kekentalan darah;
(2) panjang pembuluh darah; (3) jari-jari pembuluh.23
Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total.
Cardiac output merupakan hasil dari volume sekuncup (stroke volume) dan denyut
jantung. Stroke volume ditentukan oleh tiga hal yaitu kontraktilitas jantung, preload dan
afterload.23
-
7
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total
Sumber : Lauralee, Sherwood; 2010.23
Resistensi perifer total
Jari-jari arteriol Viskositas darah
Jumlah sel
darah
merah
Konsentrasi
protein
plasma
Kontrol
ekstrinsik
(penting
untuk
mengatur
tekanan
darah)
Kontrol lokal
( perubahan
lokal yang
bekerja pada
otot polos
arteriol dan
sekitarnya)
Respons
miogenik
terhadap
peregangan
Pengeluaran
Histamin (berperan
pada cedera dan
respons alergi)
Perubahan
metabolik lokal
menyangkut O2,
CO2, dan
metabolik lain
Kompres panas,
dingin
(pemakaian
terapetik)
Vasopresin
Epinefrin dan
norepinefrin
Angiotensin II
Aktivitas
simpatis
-
8
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh darah
dan daya regang dinding pembuluh darah tersebut.22
Selama sistol ventrikel, volume
sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga
darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol.
Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke arteri-arteri, sementara darah terus
meninggalkan mereka terdorong oleh daya regang pada arteri.23
Tekanan maksimum
yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama
sistol, atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam
arteri sewaktu darah mengalir keluar pembuluh di hilir selama diastol, yakni tekanan
diastolik, rata-rata 80 mmHg. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena
timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah
keluar.22,23
Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri
Sumber : Lauralee, Sherwood; 2010.23
-
9
2.1.2 Hipertensi
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang yang berusia lebih atau sama dengan 18 tahun terbagi
menjadi kelompok normal, prahipertensi, Hipertensi derajat 1 dan derajat 2 .12
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
< 120
120-139
140-159
160
dan
atau
atau
atau
< 80
80-89
90-99
100
Sumber : The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA
2003;289:2560-71.12
-
10
Pada prehipertensi bukan termasuk kategori penyakit melainkan sebagai
identifikasi seseorang berisiko tinggi menjadi hipertensi tetapi tidak termasuk dalam
indikasi terapi obat sehingga harus dilatih untuk merubah gaya hidup dan
mengurangi faktor risiko hipertensi.12
2.1.4 Epidemiologi Hipertensi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.24
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65
juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES
III tahun 1988-1991.1,25
WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang
diakibatkan oleh hipertensi, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan
menyumbang sekitar 57 juta angka kecacatan hidup.2
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure terdapat 50 juta
orang di Amerika dan 1 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi.
kejadian Hipertensi akan meningkat jauh lebih banyak pada penduduk berusia
lanjut. Data terbaru dari the Framingham Heart Study, menunjukkan bahwa pada
individu berusia lebih atau sama dengan 55 tahun yang tekanan darahnya normal
akan memiliki 90% resiko untuk terkena hipertensi.12
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk
menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.25
Pada tahun
2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban mencapai 31,7%.4,
-
11
2.1.5 Jenis- jenis Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua,yaitu :
Hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. dan
tidak memiliki penyebab tunggal namun merupakan sebuah interaksi yang
kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan garam,
alkohol dan obesitas.22
Beberapa faktor resiko hipertensi primer antara lain:
a. Usia. Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Orang berusia lanjut dengan hipertensi memiliki resiko tinggi terkena
penyakit kardiovaskular.22
b. Obesitas. Obesitas dan peningkatan berat badan merupakan faktor
resiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, diperkirakan 60%
pasien hipertensi memiliki berat badan berlebih sebanyak 20%.23
c. Asupan garam, kalsium, dan potasium. Prevalensi hipertensi
berhubungan dengan asupan garam dan kalsium. Selain itu, asupan
potasium yang rendah juga berperan dalam resiko terjadinya
hipertensi.22
d. Faktor resiko lainnya seperti konsumsi alkohol, stress psikososial dan
aktivitas fisik yang rendah juga berkontribusi terhadap hipertensi.23
Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang telah diketahui pasti penyebabnya yang
Diakibatkan oleh suatu organ.26
Penyebab hipertensi sekunder dapat
digolongkan menjadi empat kategori :
1) Hipertensi Kardiovaskular biasanya berkaitan dengan
peningkatan kronik resistensi perifer total yang disebabkan oleh
aterosklerosis.26
2) Hipertensi Renal dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi
parsial arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.26
-
12
3) Hipertensi Endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan
endokrin : feokromositoma dan sindrom conn.23
4) Hipertensi Neurogenik terjadi akibat lesi saraf.23
2.1.6 Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi arteri terjadi apabila hubungan antara volume darah dan
resistensi perifer total berubah.26
Tekanan darah, dipercayai merupakan suatu
variabel yang terdistribusi secara kontinyu, dan hipertensi esensial merupakan salah
satu ekstrim dari distribusi ini bukan penyakit tersendiri.26
Faktor genetik jelas berperan dalam menentukan besar tekanan, seperti
yang dibuktikan oleh penelitian yang membandingkan kembar monozigot dan
dizigot dan oleh penelitian yang meneliti penyebaran hipertensi dalam keluarga.
Selain itu, beberapa penyakit gen-tunggal yang mempengaruhi jalur spesifik yang
mengendalikan tekanan darah normal dapat menyebabkan hipertensi. Selain itu,
mutasi di gen tertentu yang tidak secara langsung berperan dalam pengendalian
tekanan darah juga dibuktikan terjadi pada pasien hipertensi esensial. Mutasi ini
mencakup mutasi di gen untuk protein sitoskeleton -adducin dan polimorfisme
pada subunit 3 protein G heterotrimetrik. Dipostulasikan bahwa -adducin
mengatur pemindahan natrium di tubulus ginjal dan bahwa protein G mungkin
merupakan suatu jalur sinyal yang mempertahankan homeostatis natrium. Namun,
kecil kemungkinannya bahwa mutasi di satu lokus gen akan muncul sebagai
penyebab utama hipertensi esensial. Yang lebih mungkin terjadi adalah efek
kombinasi mutasi atau polimorfisme dibeberapa lokus gen mempengaruhi tekanan
darah. Oleh karena itu, hipertensi esensial tampaknya disebabkan oleh berbagai
kombinasi variasi genetik secara sendiri-sendiri tidak menimbulkan konsekuensi
bermakna. Namun, perlu dicatat bahwa walaupun efek genetik penting, faktor
lingkungan yang mempengaruhi curah jantung, dan atau resistensi perifer, juga
berpengaruh.27
-
13
Oleh karena itu,beberapa faktor dapat diduga berperan dalam defek primer
pada hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun
lingkungan.26,27
:
Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal mungkin
merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi
natrium kemudian dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah
jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada
keadaan tekanan darah yang lebih tinggi, ginjal dapat mengekskresikan lebh
banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan.26
Hipotesis alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif
merupakan penyebab primer hipertensi. Selain itu, pengaruh vasokonstriktif
yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan struktural pada
dinding pembuluh resistensi.27
Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan
tekanan. Stress, kegemukan, merokok, aktifitas fisik kurang, dan konsumsi
garam harian dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.27
-
14
Secara singkat, hipertensi primer adalah suatu penyakit multifaktor
kompleks. Faktor lingkungan mempengaruhi variabel yang mengendalikan tekanan
darah pada orang yang secara genetis rentan.27
Tabel 2.4 Patofisiologi hipertensi primer
sumber : Robbins,Kumar ; 2007.27
2.1.7 Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi yang akurat merupakan langkah awal dalam
penatalaksanaan hipertensi.29
Alat ukur tekanan darah yang dipakai harus di
kalibrasi dan di validasi dengan benar. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada
posisi duduk diam pada kursi selama kurang lebih 5 menit, kaki berada di lantai dan
lengan berada pada posisi horisontal dan tertopang sejajar dengan posisi sternum
tengah.29
Pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri atau berbaring dapat
dilakukan pada keadaan tertentu.,30
PENINGKATAN
KETEBALAN DINDING
PEMBULUH
PENINGKATAN
REAKTIVASI VASKULAR
PENGARUH GENETIK FAKTOR LINGKUNGAN
VASOKONSTRIKSI
FUNGSIONAL
DEFEK DALAM
HEMOSTATIS
NATRIUM GINJAL
DEFEK DALAM
PERTUMBUHAN DAN
STRUKTUR OTOT POLOS
PEMBULUH DARAH
EKSKRESI
NATRIUM KURANG
MEMADAI
RETENSI
GARAM
DAN AIR
PENINGKATAN CURAH
JANTUNG (autoregulasi)
PENINGKATAN
VOLUME PLASMA
DAN ECF
PENINGKATAN RESISTENSI
PERIFER TOTAL
HIPERTENSI
-
15
Sebaiknya alat yang dipakai adalah sfigmomanometer air raksa, alat ini terdiri
dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang
terbungkus kain dan pengukur tekanan air raksa.31
Suatu manset yang dapat
disambungkan, dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur
tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian
dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri
brakialis di bawahnya yaitu pembuluh darah utama yang mengangkut darah ke
lengan bawah.23
Balon dipompa 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik yaitu saat
pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian udara dalam maset dikeluarkan secara
perlahan.30
Pengukuran tekanan darah paling tidak dilakukan sebanyak 2 kali.31
Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah peninggian
tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau kembali ke
normal sehingga hanya memerlukan kontrol yang periodik.30
Selain itu diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk menilai adanya faktor resiko kardiovaskular lain.
Tentu saja sebelum melakukan pemeriksaan lain diperlukan anamnesis yang baik
untuk mengetahui riwayat hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat
hipertensi, gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan serta
gaya hidup serta faktor psikososial.31
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) yang
dikatakan hipertensi adalah apabila dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau
sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12
2.1.8 Definisi Tekanan Darah Terkontrol pada Hipertensi
Definisi dari tekanan darah tinggi berubah setiap saat, sehingga sulit untuk
menetapkan suatu tekanan darah terkontrol dan tidak terkontrol.32
The seventh
Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) telah menetapkan bahwa tekanan
sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg merupakan tekanan darah
hipertensi.12
Sedangkan yang disebut dengan tekanan darah terkontol pada pasien
hipertensi berbeda tiap kondisi, pasien hipertensi dengan diabetes melitus dikatakan
-
16
memiliki tekanan darah terkontrol apabila tekanan sistolik dibawah 130 mmHg dan
tekanan diastolik dibawah 85 mmHg.33
The National Committee for Quality Assurance (NCQA) menetapkan titik
potong tekanan darah terkontrol pada pasien dengan diabetes mellitus dan yang
tidak diabetes mellitus yaitu dibawah 140 mmHg sistolik dan dibawah 90 mmHg
diastolik.34
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Wang, definisi
tekanan darah terkontrol adalah bervariasi sesuai guideline yang digunakan.33
seperti yang tertera pada tabel berikut
Tabel 2.5 Definisi Kontrol Tekanan Darah*
Tahun Tanpa
Diabetes
(mmHg)
Dengan
diabetes
(mmHg)
JNC 6 1997
-
17
seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) dan The European
Society of Hypertension/European Society of Cardiology guidelines
merekomendasikan untuk menggunakan ambang-ambang batas untuk pengobatan
pada hipertensi.12
2.1.9 Definisi Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik pada dasarnya adalah segala kegiatan fisik yang dilakukan
seseorang, apakah itu dalam kegiatan yang sifatnya berolahraga, bekerja ataupun
berekreasi.36
Aktivitas fisik apapun hanya dapat dilakukan apabila terdapat energi
yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Makin berat atau makin lama aktivitas
fisik maka makin banyak pula energi yang dibutuhkan, kebalikannya semakin
ringan dan makin singkat aktivitas fisik maka makin sedikit energi yang
dibutuhkan.37
Sebagai kesimpulan untuk menilai aktivitas fisik salah satu caranya
adalah dengan mengukur energi yang diperlukan atau dihasilkan untuk kegiatan
tersebut.37
Aktivitas fisik dikelompokkan dalam 4 katagori.38
, yaitu :
1. Tidak ada kegiatan fisik mingguan (
-
18
2.1.10. Definisi Olahraga
Berdasarkan Declaration on Sport yang dikeluarkan di paris oleh
International Council of Sport and Physycal Education (ICSPE) olahraga
didefinisikan sebagai setiap kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan
berisi perjuangan dengan diri sendiri ataupun orang lain .36
Menurut pembagiannya, olahraga dibagi menjadi olahraga yang bersifat
aerobik dan anaerobik.39
Pembagian ini berdasarkan atas sumber energi yang
dipakai saat berolahraga. Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang kerja
otot atau gerakan ototnya dilakukan menggunakan oksigen untuk melepaskan
energi dari bahan-bahan otot. Penyerapan dan pengangkutan oksigen ke otot-otot
diangkut oleh sistem kerdiorespirasi. Sehingga olahraga yang bersifat aerobik
memperkuat sistem kardiovaskular dan respirasi untuk mempergunakan oksigen di
dalam otot.40
Penyediaan energi saat berolahraga aerobik memerlukan waktu
sebelum benar-benar dapat digunakan, yakni sekitar 2-3 menit.41
Sedangkan yang dimaksud dengan olahraga anaerobik adalah olahraga yang
tidak menggunakan oksigen dalam penyediaan energi selama olahraga berlangsung.
Otot-otot yang bekerja saat olahraga anaerobik menggunakan energi yang telah
tersimpan di dalam. Selama olahraga anaerobik tubuh membuat toleransi untuk
membentuk asam laktat.42
Terdapat dua jenis dalam olahraga anaerobik, yakni
olahraga daya tahan kecepatan dan olahraga daya tahan kekuatan.42
Mengembangkan daya tahan kecepatan membantu individu untuk dapat berlari
dengan kecepatan yang tinggi, meskipun terjadi pembentukan asam laktat.
Sedangkan olahaga daya tahan kekuatan mengijinkan individu tersebut terus
menerus mengeluarkan tenaga meskipun terjadi pembentukan asam laktat.43
Energi
yang dibutuhkan saat berolahraga anaerobik langsung tersedia tanpa perlu
menunggu waktu, tetapi penyediaan energi ini hanya bertahan 6 sampai 8 detik.42
Perbedaan olahraga yang bersifat aerobik dan anaerobik antara lain sebagai
berikut :
-
19
Tabel 2.6.Perbedaan sistem penyediaan energi olahraga aerobik dan anaerobik
Durasi Klasifikasi
(aerobik/anaerobik)
Energi
yang disediakan Observasi
1-4 detik Anaerobik, alaktik ATP
4-20
detik
Anaerobik,alaktik ATP+CP
20-45
detik
Anaerobik,alaktik +
Anaerobik, laktik
ATP+CP+glikogen
otot
Produksi laktat
tinggi
45-120
detik
Anaerobik,laktik Glikogen otot Dengan
meningkatnya
durasi, produksi
laktat menurun
120-140
detik
Aerobik +anaerobik,
laktik
Glikogen otot Dengan
meningkatnya
durasi, produksi
laktat menurun
240-600
detik
Aerobik Glikogen otot +
asam lemak
Dengan
meningkatnya
durasi,
dibutuhkan andil
lemak yang lebih
tinggi
Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40
-
20
Tabel 2.7 Perbedaan aerobik dan anaerobik
Penyediaan
energi
Anaerobik,
alaktik
Anaerobik,
laktik
Aerobik, alaktik
Energi via ATP/CP Glikolisis Pembakaran
dengan oksigen
Hasil langsung Energi langsung
(15 detik)
2-3 mM ATP
(15 detik, 2-3
menit)
36 mM ATP
lebih dari 2-3
menit)
Produk
sampingan
Tanpa laktat Laktat Tanpa laktat
Contoh
olahraga
Lari sprint 100m Balap sepeda
1km, lari 400-
800 m
Berjalan kaki
lama
Kapasitas Kapasitas
bersprint
Kapasitas
toleransi laktat
Kapasitas
endurance
Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40
Tabel 2.8 Perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik
Perbedaan Olahraga Aerobik Olahraga Anaerobik
Intensitas 60-75% 90-100% maksimum
Lama waktu 1-10 menit 10 detik-2 menit
Pemulihan 1-3 menit 2-10 menit
Aktivitas
pemulihan
Lari kecil Lari kecil
Pengulangan Relatif tinggi Relatif rendah
Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40
-
21
2.1.11. Latihan Dengan Berjalan Kaki
Latihan berjalan kaki bersifat dinamis dan berulang-ulang dari beberapa
grup otot, menstimulasi sistem kardiovaskular dan pulmonal untuk mengirim
oksigen ke otot yang sedang bekerja.42
Berjalan kaki termasuk jenis latihan aerobik
yang bersifat Kontinyu dan menyebabkan perubahan pada otot rangka dan
kardiorespirasi.43
Pada otot rangka terdapat peningkatan konsentrasi mioglobin
sebagai senyawa yang dapat mengikat oksigen. Latihan ini meningkatkan
kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi oksigen.42
Selain itu juga terdapat
beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh setelah melakukan latihan dengan
berjalan kaki secara kontinyu antara lain pembesaran ukuran jantung, peningkatan
isi sekuncup, dan peningkatan kapasitas paru serta peningkatan VO2 maks.44
Jenis latihan yang dapat diberikan pada usia di atas 40 tahun adalah latihan
submaksimal.42
Melalui latihan yang bersifat aerobik dan dengan frekuensi 3
sampai 4 kali seminggu, durasi selama 30 sampai 60 menit, dengan intensitas yang
disesuaikan dengan kondisi individual.43
Intensitas latihan submaksimal ditentukan oleh target denyut nadi, yaitu
70% x (220-umur).41
Intensitas latihan dapat ditingkatkan dengan jarak tempuh
yang makin bertambah pada durasi latihan yang tetap.42
Intensitas latihan dapat
ditentukan berdasarkan hasil uji jalan 6 menit. Frekuensi latihan bergantung dengan
tingkat kebugaran seseorang, yang juga dapat ditentukan berdasarkan uji jalan 6
menit. Bila seseorang mampu berjalan sejauh 300 meter per 6 menit, maka
frekuensi latihannya 3 sampai 4 kali perminggu.45
2.1.12 Siklus Berjalan
Suatu siklus berjalan adalah aktivitas yang terjadi antara saat tumit
menyentuh lantai atau heel strike dari suatu ekstremitas dan heel strike berikutnya
pada ekstremitas yang sama.44
Siklus berjalan terdiri dari 2 fase yaitu fase strance
-
22
yang merupakan 60% dari keseluruhan siklus dan fase swing meliputi 40%.
Diantara fase stance dan swing, terdapat saat dimana kedua kaki menumpu berat
badan yang disebut sebagai double stance.46
Saat tersebut akan lebih singkat apabila
jalan semakin cepat. Fase stance terbagi atas 15% periode pertama dari siklus
berjalan dimulai saat tumit menyentuh lantai disebut heel strike, diikuti dengan
foot flat dimana seluruh telapak kaki menyentuh lantai. Terlihat fleksi pada lutut
dan pinggul sebagai persiapan untuk fase swing.46
Sebelum fleksi lutut, tungkai
yang berlawanan telah selesai fase swing dan kontak dengan lantai mulai
mempersiapkan untuk transfer berat badan ke tungkai yang lain.44
Lima persen
terakhir fase stance yang disebut sebagai akselerasi, dari fleksi lutut sampai toe off,
dengan demikian fase stance telah selesai dan dimulailah fase swing.44
Fase swing yang merupakan 40% dari siklus berjalan, terbagi atas 3 periode
yaitu initial swing dimulai saat toe off dan dilanjutkan dengan mengangkat kaki
dalam hubungan dengan fleksi lutut dan dilanjutkan dengan gerakan tungkai ke
depan dimulai oleh fleksi pinggul pada periode akselerasi stance, midswing, yang
merupakan 80% fase swing dimulai saat tungkai mengayun ke depan melewati
tungkai yang lain. 10% terakhir terjadi deselerasi, ayunan tungkai yang cepat ada di
depan tubuh dan secara perlahan turun karena gravitasi dan otot tungkai
melengkapi keseluruhan siklus berjalan dengan kontak terhadap lantai pada heel
strike.47
Gambar 2.1. Siklus berjalan pada manusia
Sumber : Hoppenfeld physical examination of the foot and ankle in physical
examination of spine and extremities.47
-
23
2.1.13 Efek Latihan Berjalan Kaki
Respons fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap latihan tergantung dari jenis
intensitas latihan dan keadaan lingkungan.39
Terdapat beberapa adaptasi aerobik yang utama, terjadi pada otot skeletal yang
dihasilkan oleh latihan berjalan kaki.48
yaitu :
Peningkatan kadar mioglobin
Mioglobin merupakan pigmen yang mengikat oksigen dengan hemoglobin.
Mioglobin merupakan tempat persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki
sistim aerobik. Fungsi pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel ke
mitokondria yang digunakan.
Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen)
Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan
glikogen pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain kapasitas otot
menghasilkan energi aerobik yang meningkat. dibuktikan dengan peningkatan
tenaga aerobik maksimal (Vo2 maks)
Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II
Perubahan serabut otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut tipe
I yang mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II.
2.1.14 Efek Latihan Berjalan Kaki Terhadap Hipertensi
Hipertensi memberikan respons positif terhadap aktifitas fisik yang bersifat
aerobik.49
Latihan aerobik tidak menurunkan tekanan darah pada individu dengan
tekanan darah normal tetapi pada individu dengan hipertensi.16
Latihan aerobik
akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan tekanan darah
yang bermakna terlihat setelah latihan sebanyak 14 kali. Dan akan menetap untuk
selanjutnya apabila individu meneruskan kebiasaannya.49
Kegagalan dari latihan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa individu
telah menimbulkan kemungkinan terdapat kelompok individu yang memberikan
respons baik dan kelopok individu yang memberikan respons negatif.17
-
24
Terdapat respons akut tekanan darah saat latihan, respons akut ini tergantung
dari jenis latihan yang digunakan.42
Pada latihan berjalan kaki yang merupakan
latihan aerobik terdapat respons awal berupa peningkatan secara linier tekanan
darah sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan intensitas kerja yang
secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Penurunan resistesi ini
lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik.39
Setelah melakukan latihan
berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertesi akan mengalami penurunan
tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jangtung.49
Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan kaki
disebabkan karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan
aktivitas sistim saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer vaskular,
penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya
volume plasma.50
Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan darah harian baik
pada saat istirahat maupun saat aktivitas.51
-
25
2.2 Kerangka Teori
Hipertensi
Aktivitas
simpatis
Aktivitas
parasimpatis
berkeringat
Berjalan kaki
(olahraga aerobik)
Aktivitas
otot rangka
Denyut
jantung
Curah jantung
Resistensi
otot rangka
Tekanan darah
Resistensi perifer total
Volume
plasma
Resistensi
pada jantung
dan ogan lain
Aktivasi
simpatis
Setelah olahraga teratur
Vasodilatasi
pembuluh darah
Efisiensi
kerja
jantung
Tekanan darah
diastolik
vasopresin
Curah jantung
Tekanan darah
sistolik
Penurunan tekanan
darah pada Hipertensi
-
26
2.3 Kerangka Konsep
Variabel terikat yang diteliti
Variabel bebas yang diteliti
Variabel perancu yang tidak dikontrol
Variabel perancu yang dikontrol
Berolahraga
Jalan kaki
Kontrol tekanan
darah
Terapi
antihipertensi
Usia
obesitas merokok
Jenis kelamin
Asupan
garam
Stress
psikososial
-
27
2.4. Definisi Operasional
No variabel Pengukur Alat ukur Cara pengukuran Skala
pengukuran
1 Usia Peneliti Kuesioner Membaca
hasil kuesioner
Numerik
2 Jenis
kelamin
Peneliti Kuesioner Membaca
hasil kuesioner
Nominal
3 Kontrol
tekanan
darah
Pengukuran
tekanan
darah oleh
perawat di
Unit Jantung
Terpadu
RSCM yang
sudah terlatih
Sfigmomanom
eter air raksa
Terkontrol dan tidak
terkontrol.
Terkontrol apabila
tekanan darah sistolik
dibawah 140 mmHg
dan tekanan darah
diastolik dibawah 90
mmHg12
Ordinal
4 Kebiasaan
berolahraga
jalan kaki
Peneliti Kuesioner Wawancara.
Termasuk kategori
berolahraga jalan kaki
apabila melakukan
olahraga jalan kaki
minimal 3 kali
seminggu dan minimal
30 menit persekali
jalan kaki39
Nominal
-
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorikal tidak
berpasangan dengan desain penelitian potong lintang atau cross sectional untuk
mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah
terkontrol pada pasien hipertensi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo selama bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013.
3.3. Populasi Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah pasien hipertensi. Populasi
terjangkau penelitian ini adalah pasien hipertensi yang termasuk dalam kelompok
senam jantung di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
consecutive sampling, yaitu dengan metode pengambilan sampel non-probabilitas,
cara ini merupakan cara pengambilan sampel yang paling mendekati cara
probabilitas.52
Metode ini dipilih karena metode probabilitas yang terdiri dari
metode random sampling, cluster, dll tidak mungkin dilakukan pada populasi yang
ada.
-
29
3.5. Kriteria Sampel
1.5.1 Kriteria Inklusi :
Pasien hipertensi yang berobat jalan di Pelayanan Jantung
Terpadu.
Pasien memiliki catatan medik yang mencantumkan data control
tekanan darah atau memiliki rata-rata tekanan darah yang
menunjukan hipertensi.
Pasien yang termasuk dalam kategori hipertensi primer
Usia pasien 40 tahun
Pasien mendapatkan terapi antihipertensi
Pasien termasuk dalam kelompok senam jantung di pelayanan
Jantung Terpadu.
1.5.2 Kriteria Ekslusi :
Pasien hipertensi dengan komplikasi yang dilihat berdasarkan
rekam medik
Hipertensi dengan gangguan pada ginjal (seperti parenchimal
renal, obstruksi ureter atau kandung kemih)
Hipertensi dengan gangguan pada pembuluh darah ginjal (seperti
hipertensi renovaskular, displasia fibromuskular, penyakit
atherosklerosis, pheochomocytoma, stroke)
Hipertensi dengan gangguan endokrin (seperti penyakit cushing,
hipotiroidism,hipertiroidism, hiperparatiroidism, dan akromegali)
Hipertensi dengan penyakit neurologi (seperti peningkatan
tekanan intrakranial)
Pasien hipertensi dengan obesitas yang dilihat berdasarkan
kuesioner
Pasien hipertensi yang tidak diet rendah garam yang dilihat
berdasarkan kuesioner
Pasien hipertensi yang aktif merokok yang dilihat berdasarkan
kuesioner
-
30
Pasien hipertensi dengan stress psikososial yang dilihat
berdasarkan kuesioner
3.6. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar
sampel penelitianan alitik kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian
potong lintang.53
yakni sebagai berikut:
N =( 2 + 11 + 22)
2
(1 2)2
Keterangan:
Z : deviat baku alpha
Z : deviat baku beta
P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau
kontrol
Q2 : 1-P2
Q1 : 1-P1
P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P : proporsi total = 2
21 PP
Q : 1-P
P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus,
Nilai Z= 1,96 dengan kesalahan tipe 1 =5%, dan untuk power tes 80% (Z=
0,84), dengan effect size 20% dan P2 sebesar 0,5.16
P1-P2 ditetapkan sebesar
20%. Maka:
N =(1,96 2 0,6 0,4 + 0,84 0,7 0,3 + 0,5 0,5)2
(0,2)2
N= 92,5
N= 93
-
31
Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out maka ditentukan penambahan
besar sampel dengan rumus.52
:
=
(1 )
n : Besar sampel yang dihitung.
f : Perkiraan proporsi drop out.
Maka :
= 93
(1 0,1)
n = 102
Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 102
orang .
-
32
3.7.Alur Penelitian
3.8. Variabel yang Diteliti
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan berolahraga jalan kaki.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kontrol tekanan darah.
Menyaring rekam medis pasien yang memiliki riwayat
hipertensi primer atau sedang didiagnosis hipertensi
dengan usia 40 tahun
Persiapan penelitian
Kriteria Eksklusi
Inform consent
Melihat tekanan darah pasien
Tekanan darah
terkontrol
Diberi kuesioner untuk mengetahui kebiasaan
berolahraga jalan kaki
Tekanan darah
tidak terkontrol
Kesimpulan
Analisis penelitian
-
33
3.9. Cara Kerja Penelitian
1. Persiapan penelitian
a. Izin dan etika penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui proses perizinan direktur rumah sakit
dan komisi etik FK UI, setelah mendapatkan perizinan dari direktur rumah
sakit dan komisi etik FK UI, peneliti mempresentasikan proposal penelitian
kepada kepala Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Segala perizinan dilakukan di awal penelitian, dan
diselesaikan dalam jangka waktu 2 bulan.
b. Pengembangan kuesioner
Untuk mengukur variabel penelitian, Peneliti membuat sendiri kuesioner
untuk memgetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol
tekanan darah pada hipertensi. Konten daripada kuesioner ini dibuat sesuai
dengan teori dan penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya hubungan
antara kebiasaan berolahraga jalan kaki, menurut durasi, frekuensi dan
intensitasnya dengan tekanan darah pada hipertensi. kemudian peneliti
menyebarkan kuesioner terlebih dahulu kepada 30 responden lalu diuji
validitasnya.
2. Identifikasi subjek
Identifikasi subjek dilakukan oleh peneliti telah disesuaikan dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah dibuat, apabila subjek memenuhi kriteria maka
dilanjutkan oleh peneliti untuk prosedur inform consent.
3. Inform consent dilakukan oleh peneliti, subjek akan menandatangani formulir
persetujuan yang sudah lulus kaji etik oleh FK UI.
4. Pengukuran variabel : untuk memperoleh data tekanan darah digunakan
sfigmomanometer air raksa yang dilakukan oleh perawat rumah sakit yang sudah
terlatih, pengukuran tekanan dilakukan saat pasien duduk di atas kursi selama
minimal 5 menit , lengan tidak tertekan dan lengan berada di atas meja sejajar
jantung. Sedangkan untuk memperoleh data mengenai kebiasaan berolahraga
jalan kaki digunakan kuesioner jalan kaki dan untuk menyingkirkan variabel
-
34
perancu digunakan kuesioner demografis oleh peneliti secara langsung bertanya
kepada pasien.
3.10. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a) Menyunting data
Menyunting data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data.
Proses menyunting data dilakukan tiap kali selesai memperoleh data dari
kuesioner yang telah diisi oleh responden. Apabila terdapat data yang tidak
lengkap maka peneliti akan menemui responden kembali untuk melengkapi data.
b) Mengkode data
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan,
dilakukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.
c) Memasukkan data
Memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam program statistik pada
software komputer.
d) Membersihkan data
Setelah data dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan data
tersebut tidak ada yang salah.
e) Memberikan nilai data
Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap jawaban yang
menyangkut variabel dependen dan variabel independen.
3.11 Analisis data
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden yang
meliputi kebiasaan berolahraga jalan kaki dan kontrol tekanan darah.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang
bermakna secara statistik antara variabel dependen dan variabel independen. Karena
penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan
maka analisnya menggunakan uji Chi-Square54
dengan SPSS 16.0 for Windows. Uji
Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen yaitu
-
35
kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan variabel dependen yaitu kontrol tekanan darah,
yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik.52,54
Uji Chi-Square menggunakan
tabel 2x2 yang mana pada baris ditempatkan variabel independen dan pada kolom
ditempatkan variabel dependen. Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p
(p value) dengan tingkat kemaknaan 0,005. Jika nilai p 0,005 maka Ho ditolak dan Ha
diterima, dengan kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang
diuji. Sedangkan jika nilai p> 0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain
tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.52
Terdapat syarat untuk mengetahui hubungan dari variabel dependen dan
independen menggunakan uji Chi-Square.SyaratChi-Square adalah jumlah sel yang
mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel yang
ada. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat dilakukan
adalah menggunakan uji Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel 2x2.54
-
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian ini diambil dari Bagian Rekam Medis kelompok senam jantung
sehat di Unit Pelayanan jantung terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan
melihat data pasien yang sudah didiagnosis hipertensi dan memenuhi kriteria. Jumlah
total sampel yang diambil yakni sebanyak 102 sampel dengan metode pengambilan
sampel consecutive sampling. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan
tekanan darah.
Karakteristik Demografis Subjek Penelitian
4.1. Karakteristik Demografis Subjek Penelitian
Tabel 4.1KarakteristikDemografisSubjekPenelitian.
Karakteristik Frekuensi Persentase Rerata
Jenis kelamin
Pria
Wanita
Usia
Kebiasaan Berjalan Kaki
Iya
Tidak
TekananDarah
Terkontrol
Tidakterkontrol
68
34
72
30
63
39
66.7
33.3
70.6
29.4
61.8
38.2
59,73
-
37
Tabel4.1 menunjukan karakteristik demografis subjek penelitian ini yang
meliputi jenis kelamin, usia, kebiasaan berjalan kaki dan control tekanan darah.
Grafik 4.1.Gambaran Karakteristik Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1.dapat dilihat gambaran karakteristik
penelitian berdasarkan jenis kelamin. Pada kelompok senam jantung sehat Unit
Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo lebih banyak responden
pria yang mengalami atau memiliki riwayat hipertensi yaitu berjumlah 68 orang
dengan presentase 66.7% dibandingkan dengan wanita yang hanya berjumlah 34 orang
dengan presentase 33.3%. Hal ini sesuai dengan laporan penelitian anjum et al juga
menyebutkan bahwatedapat 655 reponden yang mengalami hipertensi dimana 340
responden berjenis kelamin pria dan 315 responden berjenis kelamin wanita
sehinggadidapatkan bahwa jumlah responden yang hipertensi didominasi oleh pria.55
Penelitian yang dilakukan oleh Tiwari sushma et al mengenai jalan kaki dan hipertensi
di India juga menunjukkan angka karkteristik yang sama dimana dari total 84
responden, terdapat 55 responden berjenis kelamin pria dan 29 responden berjenis
kelamin wanita. Sehingga pada pasien hipertensi didapatkan lebih banyak pria dari
wanita.51
-
38
Grafik 4.2GambaranKarakteristik Penelitian BerdasarkanUsia
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 dapat dilihat gambaran karakteristik
penelitian berdasarkan usia. Pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan
Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan pasien yang terdiagnosis
hipertensi primer terbanyak terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah10orang (9,8%)
usia pasien tertinggi yaitu berusia 84 tahun dan usia terendah yaitu 42 tahun dengan
rata rata usia responden hipertensi pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan
Jantung Terpadu RSUPN CiptoMangunkusumo adalah 59.73. Setelah dilakukan uji
normalitas terhadap usia responden, diperoleh nilai p = 0,200 . Karena nilai p > 0,05
maka diambil kesimpulan bahwa distribusi usia normal.54
Hal ini sesuai dengan pendapat Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, pada
buku Harrisons Principles of Internal Medicine yang menyatakan bahwa semakin
tinggi usia seseorang semakin tinggi pula tekanan darahnya, hal ini disebabkan karena
semakin bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami kekurangan elastisitas
sehingga tekanan pada darah akan meningkat, hal ini dapat diibaratkan seperti pipa air
yang mengalami penyempitan tekanan pada air akan meningkat.28
Hal ini juga sejalan
dengan hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa usia responden
hipertensi terbanyak adalah yang berusia diatas 50 tahun. Disebabkan karena semakin
bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami penurunan kelenturan atau
-
39
elastisitasnya. Sehingga volume darah yang mengalir menjadi kurang lancar.17
Penelitian lain juga menyatakan hal yang sama, penelitian yang dilakukan Stacey et al
mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia makan terjadi beberapa penurunan
proses metabolisme dalam tubuh salah satunya adalah metabolisme kalsium yang pada
akhirnya akan terjadi beredarnya banyak kalsium dalam darah dan terjadi pengendapan
kalsium di dinding pembuluh darah dan terjadi penyempitan pada pembuluh darah
sehingga darah yang melewati arteri tersebut tekanannya meningkat.56
Selain itu
semakin tua usia maka jumlah responden semakin sedikit hal ini sesuai dengan data
WHO pada tahun 2009 yang menunjukan angka harapan hidup warga Indonesia adalah
68 tahun.2
Pada penelitian ini subjek penelitian yang memiliki kebiasaan berjalan kaki
lebih banyak yaitu 72 orang dengan presentase 70.6% dan yang tidak memiliki
kebiasaan berjalan kaki 30 orang dengan presentase 29.4% sehingga diketahui pada
pasien hipertensi pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki kebiasaan berolahraga
jalan kaki.
Gambaran tekanan darah pada pasien menunjukan pasien hipertensi dengan
tekanan darah terkontrol yaitu tekanan darah sistol kurang dari 140 mmHg dan diastol
kurang dari 90 mmHg lebih banyak daritekanan darah yangtidak terkontrol. Jumlah
pasien dengan kontrol tekanan darah sebanyak 63 orang dengan persentase 61.8% dan
pasien dengan tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 39 orang dengan persentase
38.2%.
-
40
4.1 Analisis Univariat
Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Adapun hasil
analisis univariat pada penelitian ini akan dijelaskan pada sub-bab berikut
4.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan kebiasaan
berolahraga jalan kaki. Pada penelitian ini, yang termasuk ke dalam kriteria
berolahraga jalan kaki adalah pasien hipertensi yang melakukan olahraga jalan kaki
berdurasi minimal 30 menit persekali jalan dan dengan frekuensi diatas 3 kali
perminggu.39
Didapatkan dari total sampel sebanyak102 orang, terdapat 72 orang yang
berolahraga jalan kaki dengan persentase70,6%, 30 orang tidak berolahraga jalan
kakidengan presentase (29,4%).
Berolahraga Jalan Kaki Frekuensi Presentase
Ya 72 70.6
Tidak 30 29.4
-
41
Grafik 4.3.Gambaran Karakteristik Penelitiain Berdasarkan Kebiasaan
Berolahraga Jalan Kaki.
4.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah
TekananDarah Frekuensi Persentase
Terkontrol 63 61.8
TidakTerkontrol 39 38.2
Dari tabel 4.3 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan Kontrol tekanan
darah, yang termasuk kedalam kriteria kontrol tekanan darah adalah pasien hipertensi
tanpa komplikasi yang memiliki tekanan darah
-
42
Grafik 4.4.Gambaran Karakteristik Penelitiain Berdasarkan Kontrol Tekanan
Darah
Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.4 dapat dilihat gambaran karakteristik
penelitian berdasarkan kontrol tekanan darah. Pada kelompok senam jantung sehat
Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan 63
responden yang tekanan darahnya terkontrol dengan presentase (61,8%), dan 39
responden tekanan darahnya tidak terkontrol dengan presentase (38,2%). Pemeriksaan
tekanan darah yang teratur pada pasien hipertensi sangat dibutuhkan untuk mengetahui
tekanan darahnya terkontrol atau tidak. Karena apabila tekanan darah pada pasien
hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko tinggi terjadinya komplikasi
kardiovaskular.3
-
43
4.2 Analisis Bivariat
Tabel 4.4 Hubungan antara Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan
Kontrol tekanan darah.
Jalan
Kaki
Kontrol Tekanan
Darah
Ya Tidak
N (%) N (%)
Total
N(%)
Rasio
Prevalens
IK 95 % p-
value
Ya 54(52,9) 18 (17,6) 72(70,6) 0.4 0.055-
0.368
0,001
Tidak 9(8,8) 21(20,6) 30(8,8)
Total 63(61,8) 39(38,2)
Tabel 4.4 menunjukkan Hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki
dengan kontrol tekanan darah. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 72 pasien
(70,6%) yang melakukan olahraga jalan kaki, 54 pasien (52,9%) tekanan darahnya
terkontrol, dan 18 pasien (17,6%) tekanan darahnya tidak terkontrol. Sedangkan dari
30 pasien (29,4%) yang tidak melakukan olahraga jalan kaki, 9 pasien (8,8%) tekanan
darahnya terkontrol dan 21 pasien (20,6%) tekanan darahnya tidak terkontrol.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorikal tidak
berpasangan sehingga untuk uji hipotesisnya menggunakan uji chi-square.52
Dan
menggunakan tabel 2x2 pada baris ditempatkan variabel independen yaitu jalan kaki
sementara pada kolom ditempatkan variabel dependen yaitu tekanan darah.54
Hasil
dari uji hipotesisnya menunjukan sel yang memiliki nilai observed dan expected lebih
dari 5. Sehingga telah memenuhi syarat uji chi-square.54
Pada hasil uji chi-square
diperoleh nilai p = 0.001 yang berarti P < 0.05 sehingga hasilnya bermakna. Dapat
-
44
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.
Oleh karena terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, peneliti mengukur estimasi resiko relatif
hubungan tersebut dengan menggunakan rasio prevalens (RP). Rasio prevalens (RP)
dapat dihitung dengan rumus RP= a/(a+b) : c/(c+d).52
Diketahui nilai rasio
prevalens(RP) pada penelitian ini adalah sebesar 0.4 dengan IK 95% (0,055-0,368)
dimana pada nilai RP
-
45
perubahan yang terjadi pada tubuh. Hal tersebut dapat berupa perubahan pada frekuensi
jantung, isi sekuncup, dan curah jantung.50
Saat melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki,
tekanan darah akan naik cukup banyak. Seperti pada saat melakukan olahraga aerobik
yang bersifat keras, tekanan darah sistolik akan naik mejadi 150-200 mmH dari tekanan
darah sistolik ketika istirahat sebesar 110-120 mmHg. sebaliknya, segera setelah latihan
aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung
selama 30-120 menit.38
Jika aktivitas fisik yang bersifat aerobik ini dilakukan secara
berulang, penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya
berolahraga secara terarur akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang
dengan frekuensi 3-5 kali perminggu dengan durasi latihan minimal 30 menit sekali
latihan.49
Tekanan darah yang terkontrol pada hipertensi ini terjadi lantaran adanya
penurunan tekanan darah karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi
relaksasi pembuluh darah. Sehingga terjadi penurunan tekanan darah seperti halnya
melebarnya pipa air yang akan menurunkan tekanan pada aliran air. Dalam hal ini
olahraga aerobik yang bersifat kontinyu dapat mengurangi tahanan perifer pembuluh
darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga diakibatkan oleh aktivitas memompa
jantung yang berkurang.49
Otot jantung individu yang berolahraga secara rutin lebih
kuat dibandingkan dengan individu yang jarang berolahraga. Pada individu yang rutin
berolahraga jantungnya berkontraksi lebih sedikit untuk memompakan darah dengan
volume yang sama.39
Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung,
maka olahraga secara kontinyu akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya
akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.49
Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan darah
sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan
diastolik.23
-
46
4.3 Keterbatasan penelitian
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian seteliti mungkin, serta menjabarkan
hasil penelitian.Namun demikian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat
keterbatasan ataupun kelemahan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Dikarenakan belum adanya kuesioner yang baku, untuk mengukur variabel
independen yaitu berjalan kaki, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner
yang dibuat sendiri oleh peneliti.
2. Penelitian ini menggunakan desainstudi cross sectional atau desain potong
lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen
maupun dependen padawaktu yang sama sehinggapenelitian kurang ideal dan
akurat untuk menggambarkan hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki
dengan tekanan darah pada hipertensi.
-
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
a) Pada penelitian ini diketahui bahwa dari total 102 responden, jumlah terbanyak
terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah 10 orang (9,8%) dan usia tertinggi
yaitu 84 tahun serta usia terendah 42 tahun.Jumlah pasien laki-laki adalah
sebanyak 68 orang (66,7%) sedangkan perempuan (sebanyak 34 orang atau
33,3%). Jumlah responden yang Berolahraga Jalan Kaki terdapat 72 orang
dengan persentase (70,6%), dan 30 orang tidak Berolahraga Jalan Kaki dengan
presentase (29,4%).
b) Dari total 102 responden, sebanyak 63 orang memiliki kontrol tekanan darah
dengan presentase (61,8%), dan 39 orang tekanan darahnya tidak terkontrol
dengan presentase (38,2%).
c) Berdasarkan hasil dari penelitian hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan
kaki dengan kontrol tekanan darah, disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada
pasien hipertensi. nilai (p = 0.001, PR = 0,4, IK = 0.055-0.368 )
-
48
5.2 Saran
a). Masyarakat umum
Untuk pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular dan untuk membantu
penurunan tekanan darah pada hipertensi disarankan kepada pasien untuk selalu
melakukan kebiasaan berolahraga jalan kaki sebagai olahraga yang murah, mudah dan
mampulaksana dilakukan pada masyarakat.
b). Rumah sakit
Aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki pada pasien hipertensi
sangat penting dilakukan, hal ini merupakan salah satu upaya untuk membantu
menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan akhirnya didapatkan tekanan darah yang
terkontrol selain melakukan tatalaksana secara medikamentosa. Dan juga sebagai
pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular lebih lanjut dari hipertensi .
c). Peneliti
Penelitian tentang hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol
tekanan darah pada penderita hipertensi sebaiknya menggunakan desain penelitian
eksperimental atau uji klinis, karena studi eksperimental atau uji klinis merupakan
metode yang paling baik untuk menerangkan pengaruh dari berolahraga jalan kaki
dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan demikian keterbatasan
penggunaan kuesioner dalam pengukuran kebiasaan responden dapat diminalisir.
-
49
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association. Medical statements, statement on exercise: bene
fits and recommendations for physical activity programs for all Americans: a
statement for health professionals by the Committee on Exercise and Cardiac
Rehabilitation of the Council on Clinical Cardiology. Circulation 1992; 86: 340
2. WHO.World Health Organization [online].; 2011 [citied 2012 Desember 15.
3. Hipertensi di indonesia. In : Mansjoer A, ed.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media aesculapius;1999.p.518-21.
4. Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional. Laporan Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. 2004
5. World Health Organization. Primary prevention of essential hypertension.
World Health Organization Technical Report Series 686. Geneva: World Health
Organization, 1983
6. Fisher NLD, Williams GH. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper DL,
Fauci AS, Longo DL.2005; 365: 21723.
7. Nicholls MG. Effects of non-pharmacologic therapy. Clin Exp Hypertensions A
1990; 12: 709-28
8. American College of Sports Medicine. Position stand: physical activity, physical
fitness and hypertension. Med Sci Sports Exerc 1993; 25: i-x
9. United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease
Control and Prevention, and National Center for Chronic Disease Pre vention
and Health Promotion, editors. Physical activity and health: a report of the
surgeon general. Atlanta (GA): United States Department of Health and Human
Services, 1996
10. The sixth report of the Joint National Commit tee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. Arch Intern Med 1998; 157:
2413-6
11. Pate RR, Pratt M, Blair SN. Physical activity and public health. JAMA 1995;
273: 402-7
-
50
12. Aram V. Chobanian et al. Seventh report of the Joint National Committee
(JNC 7) on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure. Hypertension. 2003;42:12061252.
13. J E Martin, P M Dubbert. Controlled trial of aerobic exercise in Hypertension.
Dallas,1990
14. Fernando dimeo. Effect of aerobic exercise in hypertension. Brasil,2004
15. George A. Kelley. Progressive Resistance Exercise and Resting Blood Pressure:
A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Dallas,2000
16. Augustine J. Sohn, MD, MPH; Memoona Hasnain, MD, MHPE, PhD;James M.
Sinacore, PhD . impact of exercise (walking) on blood pressure levels in
Hypertension in african american adults with newly diagnosed Hypertension.
African,2008
17. M. A. Mughal. The effects of Aerobic Exercise Training on resting Blood
Pressure in Hypertensive Patients. 1990
18. Emmanuel Gomes Ciola. High-intensity interval training and hypertension.
Brazil,2012
19. Hagburg JM. Exercise, fitness, and hypertension.In: Exercise, Fitness, and
Health: A Consensus of Current Knowledge, Bouchard C,ed. Champaign, IL:
Human Kinetics,1990;455466.
20. RogersMW, Probst MM, Gruber JJ, Berger R, Boone JB Jr. Differential effects
of exercise training intensity on blood pressure andcardiovascular responses to
stress in borderline hypertensive humans. J Hypertens. 1996; 14(11):13691375.
21. Urata H, Tanabe Y, Kiyonaga A, Ikeda M,Tanaka H, Shindo M, Arakawa K.
Antihypertensiveand volume-depleting effects of mild exercise on essential
hypertension.
22. Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, eds. Harrisons Principles OF Internal
Medicine.16th ed.New York,NY:Mc Graw- Hill;2005:1463-1480
23. Lauralee Sherwood Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. USA:
Brooks/Cole; 2010
24. DEPKES.Departemen Kesehatan RI Data Kesehatan Indonesia [online].; 2011
[citied 2012 november 24.
-
51
25. Bustan,M.N: Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Rineka Cipta:2007. Hal
60,63,204-5.
26. Sylvia A.Price: Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.6th ed.
Jakarta:penerbit buku kedokteran EGC;2003.
27. Robbins, kumar: Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC; 2007
28. Dan L. Longo, Dennis L. Kasper, J. Larry Jameson, Anthony S. Fauci, Stephen
L. Hauser, Joseph Loscalzo. Harrisons Principles of Internal Medicine. 18th ed.
USA: McGraw Hill; 2012.
29. Edouard J. Battegay, Gregory Y. H, George L. Bakris. Hypertension: Principles
and Practice. USA: Taylor & Francis Group; 2005.
30. Norman M. Kaplan M.D., Joseph T. Flynn M.D. Kaplan's Clinical
Hypertension. 9th
ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2006
31. Sudoyo d:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FKUI; 2010. p. 1080-1081.
32. European Society of HypertensionEuropean Society of Cardiologyguidelines
for the management of arterial hypertension. J Hypertens. 2003;21:10111053.
33. Thomas J. Wang, Ramachandran. Epidemiology of Uncontrolled Hypertension
in the United States. Circulation. 2005;112:1651-1662.
34. The State of Health Care Quality 2004. Washington, DC: National Committee
for Quality Assurance; 2004.
35. Singer GM, Izhar M, Black HR. Guideline for hypertension: are quality-
assurance measu
top related