lembaga perlindungan saksi dan korbanbirohukum.pu.go.id/pustaka/arsip_makalah/34.pdf · khusus,...
Post on 04-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban
Dalam Lingkup Kerja Lpsk
Disusun Oleh:
Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.
VISI DAN MISI
1
Visi
Terwujudnya
perlindungan saksi
dan korban dalam
sistem peradilan
pidana.
Misi
1. Mewujudkan perlindungan dan
pemenuhan hak-hak bagi saksi dan
korban dalam peradilan pidana.
2. Mewujudkan kelembagaan yang
profesional dalam memberikan
perlindungan dan pemenuhan hak-
hak bagi saksi dan korban.
3. Memperkuat landasan hukum dan
kemampuan dalam pemenuhan
hak-hak saksi dan korban.
4. Mewujudkan dan mengembangkan
jejaring dengan para pemangku
kepentingan dalam rangka
pemenuhan hak asasi dan korban.
5. Mewujudkan kondisi yang kondusif
serta partisipasi masyarakat dalam
perlindungan saksi dan korban.
Menerima permohonan perlindungan saksi dan korban.
Memeriksa permohonan perlindungan yang diajukan.
Memutuskan menerima atau menolak permohonan dalam
waktu 7 hari sejak berkas permohonan lengkap.
Memberikan perlindungan sejak ditandatanganinya
pernyataan kesediaan (Perjanjian Perlindungan).
Menghentikan perlindungan dalam hal saksi dan korban tidak
lagi memerlukan perlindungan dan/atau berdasarkan alasan
yang diatur dalam undang-undang.
Menentukan kelayakan diberikannya bantuan kepada saksi
dan/atau korban.
Bekerjasama dengan instansi terkait sesuai kewenangannya.
KEWENANGAN
2
Perkara Alat-alat
Bukti
Ket. Saksi
Saksi
Pentingnya
Kepentingan
Mencabut Menghilang Menghindar
Keamanan Keselamatan
Tanpa Tekanan (117 KUHAP)
Tidak Menjerat (166 KUHAP)
Saksi
Saksi
Saksi
Saksi
Saksi
Jaminan
P E R L I N D U N G A N
HAK (Pasal 5
PSK)
KEWAJIBAN (Pasal 28 &
29 PSK)
-Fisik -Hukum
-Hak Prosedural
Pernyataan Kesediaan mengikuti syarat (Pasal 30 ayat (2) PSK)
L P S K
TUPOK
FUNGSI
KEWAJIBAN beri
Perlindungan (Pasal 31 PSK)
Dalam memberikan perlindungan
(justice collaboration
apgakum) Pasal 36 PSK
2 A
Mewujudkan Hak Saksi dan
Korban (Pasal 5 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2006)
Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman
yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah
diberikannya
-Merupakan perlindungan utama untuk Saksi dan Korban. -Penempatan di Rumah Aman
Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan
Memberikan keterangan tanpa tekanan
Mendapat penterjemah (bagi Saksi dan Korban yg tidak lancar berbahasa Indonesia dan dilakukan untuk memperlancar persidangan)
Bebas dari pertanyaan yang menjerat
Mendapatkan informasi mengenai
perkembangan kasus
Selama ini Saksi atau Korban hanya berperan dan berkewajiban utk memberi kesaksian, tetapi tdk pernah mendapatkan hak utk
mengetahui info proses kasusnya (hak)
3
Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan
Mrpkn tanda penghargaan negara atas kesediaan Saksi dan Korban
memberikan keterangannya dalam proses peradilan
Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan
Utk meredam ketakutan Saksi krn dimungkinkan adanya balas dendam dari
pihak Terdakwa
Mendapat identitas baru Dalam kasus yg menyangkut kejahatan yg
terorganisasi, keberadaan Saksi dan Korban dpt terancam walaupun pelakunya sdh
dihukum
Mendapat tempat kediaman baru
-Utk menjamin keamanan Saksi dan Korban agar dpt melanjutkan kehidupannya tanpa rasa takut -Tempat itu adalah tempat tertentu yang sifatnya sementara dan dianggap aman
Mewujudkan Hak Saksi
dan Korban
(Pasal 5 ayat (1) No. 13
Tahun 2006)
4
Memperoleh penggantian biaya
transportasi sesuai dgn kebutuhan
Terhadap Saksi dan Korban yg tidak mampu membiayai dirinya utk datang ke lokasi,
pemeriksaan ini perlu mendapat bantuan biaya dari negara
Mendapat nasihat hukum
Nasihat hukum yg diberikan kepada Saksi dan Korban apabila ybs diperlukan
Memperoleh bantuan biaya hidup sementara
sampai batas waktu perlindungan berakhir
Biaya hidup yg diberikan sesuai dgn situasi yg dihadapi pd waktu itu, termasuk biaya utk
makan sehari-hari
Hal yg dimasud dalam Pasal 5 ayat (1) diberikan kpd Saksi dan Korban dlm tindak pidana kasus-kasus
tertentu yg ditetapkan sesuai dgn keputusan LPSK
Tindak pidana korupsi, narkotika/psikotropika, terorisme, dan tindak pidana lain yg mengakibatkan
posisi Saksi dan Korban dihadapkan pada suatu situasi yg sangat membahayakan
dirinya
Mewujudkan Hak Saksi
dan Korban
(Pasal 5 ayat (1) UU ttg
Perlindungan Saksi dan Korban
5
Pasal 10 UU ttg Perlindungan
Saksi dan Korban
Ayat (1) Saksi, Korban, dan Pelapor tidak dapat dituntut scr
hukum, baik pidana maupun perdata atas laporan, kesaksian
yang akan, sedang atau telah diberikannya
Ayat (2) Saksi yg juga Tersangka dalam kasus yg sama tdk dpt
dibebaskan dari tuntutan pidana. Apabila ia terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah, tetapi kesaksiannya dpt dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidana yg akan dijatuhkan
Ayat (3) Ketentuan pada ayat (1) tidak berlaku pada Saksi, Korban
dan Pelapor yg memberikan keterangan tdk dgn itikad baik
Pelapor adalah org yg memberikan informasi kpd penegak hukum mengenai
terjadinya suatu tindak pidana
“memberikan keterangan tdk dgn itikad baik, antara lain spt:
memberikan keterangan palsu, sumpah palsu, dan dilakukan dlm
permufakatan jahat
“Whistle Blower as a Justice Collabolator”
Untuk meringankan pidananya, dapat diberikan bantuan
prosedural pemenuhan hak-hak dalam peradilan hukumnya berupa restitusi umum dan
khusus, pembebasan bersyarat, dan penempatan di tempat yang
aman, sehingga bebas dari tindakan pembalasan oleh pihak
tersangka utamanya.
6
Syarat Pemberian
Perlindungan dan Bantuan (Pasal 28 UU No. 13 Tahun
2006)
Sifat pentingnya keterangan Saksi dan/atau Korban
Tingkat ancaman yang membahayakan Saksi dan/atau
Korban
Hasil analisis tim medis dan psikolog terhadap Saksi dan/atau
Korban
Rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi
dan/atau Korban
Keterangan yang dilihat, dialami dan didengar sendiri
dengan dilengkapi bukti-bukti yang meyakinkan
Ancaman yg membahayakan berupa ancaman fisik secara langsung maupun ancaman
psikologis yang keadaanya dinilai membahayakan dirinya
Untuk menentukan tindakan dan penanganan lebih lanjut dlm aktivitas perlindungan
terhadap saksi dan/atau korban beserta keluarganya
Sebagai pertimbangan guna pembuatan klausula perjanjian
perlindungan antara LPSK dengan pihak pemohon yang
bersangkutan
7
Kerjasama dalam Aktivitas Perlindungan
Saksi dan Korban (Pasal 36 No. 13 tahun
2006)
Ayat (1) Dalam melaksanakan pemberian perlindungan dan
bantuan, LPSK dapat bekerjasama dengan instansi terkait yang
berwenang
Ayat (2) Dalam melaksanakan perlindungan dan bantuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), instansi terkait sesuai dengan kewenangannya wajib melaksanakan keputusan LPSK sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang
Instansi terkait yg berwenang adalah lembaga
pemerintah/non-pemerintah/lembaga swadaya
masyarakat yg memiliki kapasitas dan
berfungsi/berperan sebagai pemangku kepentingan, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam perlindungan
saksi dan korban
Keputusan LPSK dalam proses kerjasama dengan instansi
terkait diwujudkan dalam bentuk pembuatan naskah kerjasama dan/atau dalam bentuk aturan
turunan dari peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan berkaitan dengan perlindungan saksi dan
8
KETENTUAN PIDANA Pasal 37 : Ketentuan pidana bagi orang yang mengakibatkan Saksi dan/atau
Korban tidak dapat memperoleh perlindungan sesuai Pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf d.
Pasal 38 : Ketentuan pidana bagi orang yang menghalang-halangi sehingga Saksi dan/atau Korban tidak bisa memperoleh perlindungan dan bantuan LPSK.
Pasal 39 : Ketentuan pidana bagi orang yang menghilangkan pekerjaan Saksi dan/atau Korban yang sedang menjalani pemberian keterangan dalam proses peradilan.
Pasal 40 : Ketentuan pidana bagi orang yang menyebabkan kerugian Saksi dan/atau Korban.
Pasal 41 : Ketentuan pidana bagi orang yang memberitahukan keberadaan Saksi dan/atau Korban.
Pasal 42 : Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 41 dilakukan oleh pejabat publik (Pejabat Negara dan/atau Penyelenggara Negara dlm aktivitas sbg pelaksana tugad di bidang Eksekutif, Yudikatif, Legislatif dan atau pejabat lainnya).
Pasal 43 : Ketentuan pidana bagi Terpidana yang tidak mampu membayar pidana denda.
Catatan: Sampai saat ini, LPSK belum dimandatkan untuk melakukan aktivitas penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan dalam kasus yang melanggar ketentuan pidana tersebut di
atas.
9
KENDALA YANG DIHADAPI LPSK
1. Sesuai amanat dan mandat Undang-Undang Perlindungan Saksi dan
Korban, aktivitas LPSK bersifat pasif, karena permohonan
perlindungan dimintakan oleh para pemohon yg dikategorikan
sebagai “aktivitas voluntari”, sedangkan “aktivitas perlindungan yang bersifat mandatori” permohonan perlindungannya yg diajukan
oleh instansi penegak hukum dalam kasus masalahnya.
2. Aktivitas perlindungan merupakancost negara yang bersifat
unlimited budgeting, sehingga perlindungan terhadap saksi dan
korban hrs ditentukan secara selektif dan prioritas, serta
membutuhkan tindakan dan aktivitas perlindungan yang sangat
terencana.
3. Keterbatasan kemampuan SDM dan fasilitas serta kemampuan
LPSK dalam melakukan aktivitas perlindungan saksi dan korban
sangat memerlukan perhatian dari berbagai pihak pemangku
kepentingannya.
10
MANFAAT PELIBATAN LPSK DALAM PENANGANAN KASUS NAZARUDIN
Meningkatkan kredibilitas para pihak dalam proses penegakan
hukum maupun pengambilan keputusan.
Terbentuknya suasana fairnesly, kenetralan, penegakan HAM,
dan equality before the law.
Memberikan Added Value dalam upaya menegakkan
kebenaran dan keadilan.
Dapat dijadikan media penyaluran aspirasi masyarakat
maupun kontrol sosial.
Oleh karena itu, kehendak upaya melindungi Nazarudin oleh LPSK “tidak bisa dilakukan
hanya berdasarkan norma atau ketentuan yg berlaku maupun opini publik yg disampaikan oleh para pihak saja”, tetapi perlindungan yg dilakukan LPSK tersebut dilakukan dgn dukungan “politik hukum” yg dinyatakan oleh para Pemimpin Negara dan ditunjang dgn komitmen dari Pemerintah maupun Lembaga-lembaga Masyarakat.
top related