lembar pengesahan - big.go.id · lembar pengesahan laporan hasil survei persepsi korupsi badan...
Post on 23-Mar-2019
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL SURVEI PERSEPSI KORUPSI
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
TAHUN 2016
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
Kegiatan Pengawasang Pendayagunaan Aparatur Negara
Sub Output Laporan Hasil Pemantauan Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
Cibinong, 13 April 2016 Badan Informasi Geospasial
Inspektur,
Sugeng Prijadi
PENDAHULUAN
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: comtptio dari kata kerja cot771mpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi
maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
• perbuatan melawan hukum,
• penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
• memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
• merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi ill antaranya, namun bukan semuanya, adalah
• memberi atau menerima haillah atau janji (penyuapan),
• penggelapan dalam jabatan,
• pemerasan dalam jabatan,
• ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/ penyelenggara negara), dan
• menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintan/ pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, ill mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sarna sekali.
Korupsi yang muncul ill bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kejahatan.
Jeremy Pope dalam bukunya Confronting Coruption: The Element of National Integrity
System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjaill
keprihatinan semua pribaill orang. Praktik korupsi biasanya hampir sarna dengan dengan konsep
pemerintahan totaliter, "diktator" yang meletakkan kekuasaan ill tangan segelintir orang. Namun,
tidak berarti dalam sistem sosial-politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa hampir
lebihparah praktek korupsinya, jikalau kehidupan sosial-politiknya tolerasi bahkan memberikan ruang
terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggaran hak asasi manusia.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Menurut Dieter Frish, mantan Direktur Jenderal Pembangunan Eropa. Korupsi merupakan
tindakan memperbesar biaya untuk sebuah barang dan jasa, memperbesar utang suatu Negara, dan
menurunkan standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alasan
keterlibatan modal besar, bukan pad a urgensi kepentingan publik. Korupsi selalu menyebabkan
situasi sosial-ekonomi tak pasti. Ketidakpastian ini tidak menguntungkan bagi pertumbuhan
ekonomi dan peluang bisnis yang sehat. Selalu terjadi asirnetris informasi dalam kegiatan ekonomi
dan bisnis. Sektor swasta sering melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam
menjalankan bisnis, sulit diprediksi berapa Return of Investment (ROJ) yang dapat diperoleh karena
biaya yang harus dikeluarkan akibat praktek korupsi,karena mungkin juga sangat sulit untuk
diprediksi. Akhiar Salmi dalam makalahnya menjelaskan ten tang bahwa korupsi merupakan
perbuatan buruk, seperti penggelapan uang, penerirnaan uang sogok dan lain sebagainya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersill dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 1 menjelaskan bahwa tindak
pidana korupsi sebagairnana maksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang tindak pidana korupsi. Jadi perundang-undangan Republik Indonesia
mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak pidana. Mubaryanto, Penggiat ekonomi Pancasila,
dalam artikelnya menjelaskan ten tang korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan dengan
keadilan adalah korupsi, yang kini kita lunakkan menjadi "KKN". Perubahan nama dari korupsi
menjadi KKN ini barangkali beralasan karena praktek korupsi memang terkait koneksi dan
nepotisme. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak "penggantian" ini tidak baik karena KKN
ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah diteleransi dibandingkan dengan
penggunaan kata korupsi secara gamblang dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
BASIL SURVEI
Badan Informasi Geospasial dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi telah membentuk
Tim Pelaksana Reformasi di Badan Informasi Geospasial. Untuk melakukan Pengukuran dari hasil
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, terutama pada Komponen Hasil Pemerintah yang bersih dan
bebas dari KKN, Badan Informasi Geospasial melaksanakan Survei yang ditujukan kepada Orang
Luar BIG (Survei Eksternal). Dalam Survei ini dilakukan pengukuran terhadap Persepsi Korupsi.
Sehingga pada hasil survei ini nantinya diperoleh suatu Indeks yang menggambarkan Persepsi
Korupsi dari Pemangku Kepentingan terhadap BIG, atau lebih dikenal dengan Indeks Persepsi
Korupsi. Survei Persepsi Korupsi ini diselenggarakan oleh Tim Survei Eksternal Persepsi Korupsi
Badan Informasi Geospasial sebagai bagian dari Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi BIG.
Survei ini dilakukan dengan Judgemental Sampling atau yang juga dikenal dengan istilah Purposive
Sampling. Teknik penarikan sampel ini dilakukan karena karakteristik yang ditetapkan terhadap
elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan dari survei ini. Karakteristik Responden ini
adalah Eksternal BIG dan memiliki hubungan kerjasama dengan BIG.
1. PROFIL RESPONDEN
Dalam pelaksanaannya survei ini melibatkan 107 Responden yang terdiri dati berbagai latar
belakang Institusi, mulai dari Aparatur Sipil Negara di Kementerin Negara, Aparatur Sipil
Negara di Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Aparatur Sipil Negara di Pemerintah Daerah,
Media, hingga dari Pihak U rllversitas.
Media 1.9%
Gambar 1. Proftl Responden berdasarkan Institusi Asal.
Dari hasil survel diketahui bahwasanya dari 107 orang Responden yang mengisi kuesioner,
49,5% Responden yang bekerja pada Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang bekerjasama dengan Badan Informasi Geospasial, 34,6% Responden berkerja
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
di Pemerintah Daerah baik Pemerintah Daerah Tingkat I (provinsi), Pemerintah Daerah Tingkat
II (Kabupaten/Kota), maupun pad a Kecamatan hingga Desa, hal ini wajar mengingat salah satu
Keluaran dari Bachn Informasi Geospasial di Pusat Pemetaan Batas Wilayah adalah Peta Desa
yang sangat dibutuhkan oleh Pemerintah Desa dan sangat melibatkan Pemerintah Desa dan
Kecamatan dalam pembuatan Peta Desa tersebut. Sementara itu, 15,9% Responden lainnya
adalah tercliri dari Akademisi (perwakilan Universitas) yaitu sebesar 11,2%, Swasta yaitu sebesar
2,8% dan Media 1,9%.
2. IDENTIFIKASI KATEGORI PERBUATAN KORUPSI
Jenis-jenis korupsi berdasarkan perundangan dipaparkan secara tidak langsung dengan
menggunakan contoh perilaku yang masuk kategori pada tindak pidana korupsi
tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku. Responden kemudian climinta
pendapatnya mengenal apakah tindakan tersebut masuk dalam kategori korupsi atau tidak.
Pendekatan llU lebih seSUal digunakan dibancling jika responden ditanyakan mengenai
apakah mereka mengetahui mengenal defrnisi korupsi sesuai dengan peraturan yang
ada atau menanyakan mengenai apakah mereka mengetahui mengenai peraturan tersebut.
Survei ini mengelompokkan dan memberikan contoh tindak pidana korupsi kedalam
beberapa kelompok yaitu:
• korupsi yang menyangkut kerugian keuangan negara,
• korupsi yang menyangkut suap menyuap,
• korupsi yang menyangkut penggelapan dalam jabatan,
• korupsi yang menyangkut pemerasan,
• korupsi yang menyangkut perbuatan curang
• korupsi yang menyangkutbenturan kepentingan dalampengadaan, dan
• korupsi terkait gratiflkasi.
Berikut hasil identifikasi kategori perbuatan korupsi, berdasarkan peraturan perundangan oleh
Responden.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Tabe11
Identifikasi Kategori Perbuatan Korupsi berdasarkan Peraturan Perundangan
olehResponden
Responden (%)
No Jenis Korupsi Kasus Ya Tidak
Tidak
Tahu
Korupsi yang Pejabat Pengadaan barang dan Jasa di
1.
menyangkut kerugian Instansi Pemerintah mema1sukan dokumen
Negara pertanggungjawaban untuk kepentingan 95.33% 2.80% 1.87%
pribadi.
Korupsi yang Peserta Tes Ca10n Pegawai Negeri Spil
2. menyangkut
menyuap
suap memberikan sejumlah uang kepada Panitia
Seleksi agar 1010s seleksi.
91.51% 6.60% 1.89%
Korupsi yang Bendahara mema1sukan
3. menyangkut
penggelapan da1am
pertanggungjawaban keuangan yang tidak
sesuai dengan pengeluaran sebenarnya. 92.52% 0.93% 6.54%
jabatan
Korupsi yang Panitia Le1ang/ ULP memenangkan
menyangkut Perusahaan/ Penyedia Barang dan Jasa yang
4. benturan
kepentingan da1am
dimiliki oleh kerabatnya, meskipun
penawarannya bukan yang terbaik. 85 .05% 7.48% 7.48%
pengadaan barang
dan jasa
Korupsi yang Pejabat pemerintah memmta tips/ fasilitas
5. menyangkut
pemerasan
kepada Perusahaan Pemenang Lelang di 90.57%
Instansinya.
5.66% 3.77%
Korupsi yang Panitia Penerima Hasil Pekerjaan, sudah
6.
menyangkut menandatangani berita acara serah terima
perbuatan curang hasil pekerjaan, wa1aupun pekerjaan 72.90% 8.41% 18.69%
tersebut be1um dise1esaikan.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016 _
No Jenis Korupsi Kasus
Responden (%) •
Ya Tidak Tidak
Tahu
7.
Korupsi terkait
Gratifikasi
Seorang Pegawai Negeri Sipil menerlllla
pemberian haeliah atau uang sebagai ucapan
terima kasih atas jasa yang eliberikan. 71.03% 14.02% 14.95%
a. Korupsi yang Menyangkut Kerugian Negara,
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentifikasi mengenal )erus korupsi yang
menyangkut kerugian keuangan Negara, pertanyaan yang eliajukan adalah :
Kasus : "Pejabat Pengadaan barang dan jasa eli Instansi Pemerintah memalsukan
dokumen pertanggungjawaban untuk kepentingan pribaeli."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan pejabat tersebut dapat dikategorikan korupsi?"
Tidak Tahu
Gambar 2. Jawaban atas Korupsi terkait Kerugian Keuangan Negara
Jawaban dari Responden terkait dengan Kasus tersebut adalah 95.3% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 2.8% responden
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, semen tara
1.9% responden lainnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak pidana
korupsi atau bukan.
Kemuelian ketika dilakukan analisis lebih mendalam terhadap Perbandingan J awaban
Responden jika elibandingkan dengan asal Institusinya, sebagaimana tampak pada Tabel 2
berikut ini.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Tabel2. Korupsi terkait Kerugian Keuangan Negara
INSTITUSI RESPONDEN
BASE KORUPSI TERKAIT
KERUGIAN NEGARA Ya Tidak Tidak Tahu
K/ L 49,5% 94,3% 1,9% 3,8% Pemerintah Daerah 34,6% 97,3% 2,7% 0,0% Universitas/Swasta/Media 15,9% 94,1% 5,9% 0,0%
Tampak dari Tabel 2, bahwasanya seluruh Responden walaupun terdapat perbedaan latar
belakang sepakat bahwa pada kasus di atas adalah termasuk tindak pidana korupsi, terbukti
mayoritas Responden dari masing-masing latar belakang menjawab lebih dari 90% untuk tiap
latar belakang institusi.
b. Korupsi yang Menyangkut Suap Menyuap,
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentifikasi mengenai jenis korupsi yang
menyangkut Suap Menyuap, pertanyaan yang diajukan adalah :
Kasus : "Peserta Tes Calon Pegawai Negeri Sipil memberikan sejumlah uang kepada
Panitia Seleksi agar lolos seleksi."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan peserta tes tersebut dapat dikategorikan korupsi?"
Tidak Tahu 6.6% 1.9%
Gambar 2. J awaban atas Korupsi terkait Suap
Jawaban dari Responden terkait dengan Kasus tersebut adalah 91,5% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 6,6% responden
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, semen tara
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
1.9% responden lainnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak pi dana
korupsi atau bukan.
Tabel 3. Korupsi terkait Suap
INSTlTUSI RESPONDEN
BASE KORUPSI TERKAIT SUAP
Ya Tidak Tidak Tabu
K/L 49,5% 92,5% 5,7% 1,9%
Pemetintab Daetab 34,6% 91,7% 5,6% 2,8%
U ruvetsitas /Swasta/Media 15,9% 88,2% 11,8% 0,0%
Tampak dati Tabel 3, bahwa terdapat sedikit perbedaan pada Responden yang berasal dati
Universitas, Swasta, dan Media, terdapat 11,8% dari Responden dengan Latar Belakang
Institusi ini yang menyatakan bahwa dalam kasus di atas tidak termasuk tindak pidana
korupsi.
c. Korupsi yang Menyangkut Penggelapan DalamJabatan,
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentifikasi mengenal Jerus korupsi yang
menyangkut Penggelapan dalam Jabatan, pertanyaan yang diajukan adalah :
Kasus : "Bendahara sengaja memalsukan pertanggungjawaban keuangan yang tidak
sesuai dengan pengeluaran sebenarnya."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan Bendahara tersebut dapat dikategorikan korupsi?"
Gambar 3. Jawaban atas Korupsi terkait Penggelapan dalamJabatan
Jawaban dan Responden terkait dengan Kasus tersebut adalah 92,6% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 0,9% responden
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, sementara
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
6,5% responden lainnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak pidana
korupsi atau bukan.
Tabel 4. Korupsi terkait Penggelapan dalam Jabatan
INSTlTUSI RESPONDEN
BASE PENGGELAPAN DALAMJABATAN
Ya Tidak Tidak Tahu
K/L 49,5% 90,6% 0,0% 9,4%
Pemerintah Daerah 34,6% 91,9% 2,7% 5,4%
Universitas/Swasta/ Media 15,9% 100,0% 0,0% 0,0%
Tampak pada Tabel 4, pada Korupsi terkait Penggelapan dalam Jabatan, 100% Responden
dari Kalangan Universitas, Swasta dan Media seluruhnya menilai bahwa pada kasus tersebut
adalah tindak pidana korupsi. Sementara itu, dari Latar Belakang Aparatur Sipil Negara baik
di Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, lebih
dari 90% yang menilai bahwa kasus di atas adalah termasuk tindak pidana korupsi.
d. Korupsi yang Menyangkut Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentiflkasi mengenai Jerus korupsi yang
menyangkut Benturan Kepentingan dalam Pengadaan, pertanyaan yang diajukan adalah :
Kasus : "Panitia Lelang/ULP memenangkan Perusahaan/Penyedia Barang dan Jasa
yang dimiliki oleh kerabatnya meskipun penawarannya bukan yang terbaik."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan PanitiaLelang tersebut dapat dikategorikan korupsi?"
Gambar 4. Jawaban atas Korupsi terkait Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Jawaban dari Responden terkaitdengan Kasus tersebut adalah 85,0% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 7,5% responden
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, sementara
7,5% responden lainnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak pidana
korupsi atau bukan.
Tabel 5. Korupsi terkait Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
INSTITUSI RESPONDEN
BASE KORUPSI TERKAIT
BENTURAN KEPENTINGAN Ya Tidak Tidak Tahu
K/L 49,5% 86,8% 3,8% 9,4%
Pemerintah Daerah 34,6% 86,5% 5,4% 8,1%
Universitas / Swasta/Media 15,9% 76,5% 23,5% 0,0%
Tampak dari Tabel 5, dengan Responden yang terdiri dari berbagai latar belakang yang
berbeda, seluruhnya menjawab dibawah 90%, bahkan Responden yang berasal dari
Universitas / Swasta/Media terdapat 23,5% yang menyatakan bahwa perbuatan tersebut tidak
termasuk tindak pidana korupsi.
e. Korupsi yang Menyangkut Pemerasan,
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentifikasi mengenal Jews korupsi yang
menyangkut Pemerasan, pertanyaan yang diajukan adalah :
Kasus : "Pejabat pemerintah yang meminta ups atau fasilitas kepada perusahaan
pemenang lelang di instansinya."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan Pejabat Pemerintahtersebut dapat dikategorikan
korupsi?"
Gambar 5. Jawaban atas Korupsi terkait Pemerasan
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Jawaban dati Responden terkait dengan Kasus tersebut adalah 90,5% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 5,7% responden
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, sementara
3,8% responden lainnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak pidana
korupsi atau bukan.
Tabel 6. Korupsi terkait Pemerasan
INSTITUSI RESPONDEN
BASE KORUPSI TERKAIT PEIvIERASAN
Ya Tidak Tidak Tahu
K / L 49,5% 92,5% 1,9% 5,7%
Pemerintah Daerah 34,6% 91,9% 5,4% 2,7%
Universitas/Swasta/Media 15,9% 81,2% 18,8% 0,0%
Tampak dan Tabel 6, terdapat 18,8% Responden yang dan kalangan
Universitas/Swasta/Media yang menganggap bahwa dalam kasus di atas tidak termasuk tindak
pidana korupsi.
f. Korupsi yang menyangkut Perbuatan Curang,
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentifikasi mengenat Jerus korupsi yang
menyangkut Perbuatan Curang, pertanyaan yang diajukan adalah :
Kasus : "Panitia Penerima Hasil Pekerjaan, sudah menandatangani berita acara serah
terima hasil pekerjaan, walaupun pekerjaan tersebut belum diselesaikan."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan tersebut dapat
dikategorikan korupsi?"
Tidak 8.4%
Gambar 6. Jawaban atas Korupsi terkait Perbuatan Curang
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Jawaban dari Responden terkait dengan Kasus tersebut adalah 72,9% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 8,4% responden
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, sementara
18,7% responden lamnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak
pidana korupsi atau bukan.
Tabel 7. Korupsi terkait Perbuatan Curang
INSTITUSI RESPONDEN
BASE KORUPSI TERKAIT
PERBUATAN CURANG
Ya Tidak Tidak Tahu
K/L 49,5% 73,6% 7,5% 18,9%
Pemerintah Daerah 34,6% 78,4% 2,7% 18,9%
Universitas/Swasta / Media 15,9% 58,8% 23,5% 17,6%
Dari Tabel 7. Dapat dilihat bahwasanya beberapa Responden dari berbagai latar belakang
banyak yang tidak tahu apakah perbuatan pad a kasus di atas termasuk Korupsi atau bukan.
g. Korupsi terkait Gratiftkasi
Untuk menilai apakah masyarakat dapat mengidentifikasi mengenal Jews korupsi yang
menyangkut Gratiftkasi, pertanyaan yang diajukan adalah :
Kasus : "PNS menerima pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih
atas jasa yang diberikan."
Pertanyaan : "Apakah perbuatan PNS tersebut dapat dikategorikan korupsi?"
Gambar 7. Jawaban atas Korupsi terkait
J awaban dari Responden terkait dengan Kasus terse but adalah 71,0% responden menyatakan
bahwa tindakan tersebut adalah termasuk tindak pidana korupsi, 14,0% responden
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah termasuk tindak pidana korupsi, sementara
15,0% responden lainnya tidak mengetahui apakah tindakan tersebut termasuk tindak
pidana korupsi atau bukan.
Tabel 8. Korupsi terkait Gratiflkasi
INSTITUSI RESPONDEN
BASE KORUPSI TERKAIT GRATIFlKASI
Ya Tidak Tidak Tahu
K / L 49,5% 77,4% 11,3% 11,3%
Pemerintah Daerah 34,6% 64,9% 10,8% 24,3%
Universitas/Swasta/ Media 15,9% 64,7% 29,4% 5,9%
Tampak dari Tabel 9, dati berbagai latar belakang terutama dari Universitas/Swasta/ Media
sebanyak 29,4% menyatakan bahwa perbuatan pada kasus di atas, tidak termasuk tindak
pidana korupsi.
3. KEBERADAA N BADAN IN FORMASI GEOSPASIAL
Badan Informasi Geospasial sebagai salah satu dari Lembaga Pemerintah Non Kementerian
di Indonesia memiliki tugas melaksanakan tugas pemerintahan di Bidang Informasi
Geospasial, termasuk namun tidak terkecuali di Penyediaan Informasi Geospasial Dasar,
Pembinaan Penyelenggaraan Informasi Geospasial Tematik serta Penyebarluasan Informasi
Geospasial sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomer 4 Tahun 2011
ten tang Informasi Geospasial dan Peraturan Presiden N o 94 Tahun 2011 tentang Badan
Informasi Geospasial. Dengan demikian telah hampir 5 tahun Badan Informasi Geospasial
berdiri. Untuk mengukur kesadaran masyarakat akan sumber informasi utama masyarakat
khususnya respond en mengenai Badan Informasi Geospasial, di ajukan pertanyaan
mengenai darimana Masyarakat pada umumnya, dan Responden dalam survey ini pada
khususnya, mengetahui Badan Informasi Geospasial.
~iiiii__iiiiiiiiiiiiiiiii____iiiiiiiiI 53.3%INTERNET
TELEVISI 22.4%
POSTE R/S PAN DU K/BOOK LET/STICKE R 22.4%
KORAN 19.6%
RADIO ~ 4.7%
LAINNYA "'iliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii_iiiiiii~4 .2%
Gambar 8. Sumber Informasi Masyarakat mengenai Badan Informasi Geospasial
laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Dalam pertanyaan ini, Responden diperkenankan untuk memilih lebih dari satu jawaban, hal
ini dikarenakan sumber informasi mengenai Badan Informasi Geospasial tidaklah tunggal,
bisa melalui berbagai media informasi. Hal inilah yang menyebabkan total jawaban
responden pada Gambar 8 melebih 100%. Lebih dari 50% Responden, yaitu tepatnya 53,3%
Responden mengakui bahwa mereka mendapat Informasi mengenai Badan Informasi
Geospasial melalui Internet. Sementara itu 22,4% Responden mendapat Informasi mengenai
BIG melalui Televisi, angka serupa (22,4%) didapat pada sumber informasi mengenai BIG
yaitu ; Poster, Spanduk, Booklet, dan Sticker. Untuk media cetak berupa Koran, 19,6%
Responden menjawab bahwa mereka mengenal Badan Informasi Geospasial melalui media
ini. Untuk Responden yang mendapat Informasi mengenai BIG dari media Radio, hanya
4,7% saja. Sementara itu, ada 54,2% Responden yang memilih opsi sumber informasi lainnya
dalam pertanyaan ini.
4. KINERJA PELAYANAN BADAN INFOIUv1ASI GEOSPASIAL
Pemahaman masyarakat akan Kinerja Pelayanan Badan Informasi Geospasial dalam
pelayanan terhadap publik ditanyakan juga dalam survey ini. Badan Informasi Geospasial
sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang salah satunya bersumber dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat,
tentunya memiliki kewajiban dalam pelayanan baik terhadap publik maupun kepada
Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Kementerian lainnya, dan Pemerintah
Daerah baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota/ Kabupaten. Ada empat hal
terkait Kinerja Pelayanan BIG yang ditanyakan dalam survei ini, yaitu :
a. Kinerja Pelayanan BIG terkait penyampaian layanan dan informasi dengan cepat dan
mudah.
b. Kinerja Pelayanan BIG terkait aktivitas pelayanan secara on fine.
c. Kinerja Pelayanan BIG terkait sosialiasi dan edukasi publik.
d. Kinerja Pelayanan BIG terkait proses pengadaan barang dan jasa secara transparan.
Hasil dari penilaian ini, sebagaimana tercantum pada Tabel 9 berikut akan sangat bermanfaat
bagi Badan Informasi Geospasial sendiri dalam melakukan evaluasi dan perbaikan pelayanan
yang diberikan oleh BIG.
Tabel 9. Kinerja Pelayanan Badan Informasi Geospasial
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
K1NERJA PELA YANAN BADAN INFORMASI GEOSPASw.. BAlK CUKUP BURUK TIDAKTAHU
terkait penyampaian layanan dan informasi dengan cepat dan mudah
53.3% 42.1% 0.9% 3.7%
terkait aktivitas pelayanan secara on line. 40.2% 46.7% 1.9% 11.2%
terkait sosialiasi dan edukasi publik. 38.3% 47.7% 2.8% 11 .2%
terkait proses pengadaan barang dan jasa secara transparan
31.7% 28.8% 0.0% 39.4%
Dan Tabel 9 dapat diketahlli bahwa Kineqa Pelayanan BIG yang mendapat nilal paling baik
yaitu pada Kinerja Pelayanan yang terkait penyampaian layanan dan informasi dengan cepat
dan mudah, yaitu 53,3% responden menilai BAlK dan 42,1% menilai CUKUP. Untuk
Kinerja Pelayanan BIG terkait aktivitas pelayanan secara on line, 40,2% responden menjawab
BAlK dan 46,7% responden menjawab CUKUP. Untuk Kinerja Pelayanan terkait sosialisasi
dan edukasi publik, 38,3% responden menjawab BAlK dan 47,7% responden menjawab
CUKUP. Sementara itu, untuk Kinerja Pelayanan BIG terkait proses pengadaan barang dan
jasa secara transparan, 31,7% responden menilai BAlK dan 28,8% menilai CUKUP, namun
ada 39,4% responden yang menjawab TIDAK TAHU. Hal ini wajar, mengingat tidak semua
responden mengikuti perkembangan pada proses pengadaan Barang dan Jasa di Badan
Informasi Geospasial.
Sementara itu, untuk mengetahui apakah perbedaan latar belakang intitusi responden
mempengaruhi jawaban responden atas pertanyaan mengenai Kinerja Pelayanan Badan
Informasi Geospasial, berikut ditampilkan Tabell0, Tabelll, Tabel 12 dan Tabel13.
Tabell0. Kinerja Pelayanan terkait penyampaian layanan dan informasi dengan cepat dan mudah.
INSTITUSI LAYANAN CEPAT MUDAH RESPONDEN
BASE Baik Cukup Buruk Tidak Tahu
K/L 49.5% 43.4% 52.8% 1.9% 1.9%
Pemerintah Daerah 34.6% 59.5% 35.1% 0.0% 5.4%
Universitas/Swasta/ Media 15.9% 70.6% 23.5% 0.0% 5.9% . .
Tabel 11. KinerJa Pelayanan terkalt terkalt aktlV1tas pelayanan secara on line.
INSTITUSI BASE
LAYANAN ONUNE RESPONDEN Baik Cukup Buruk Tidak Tahu
K/L 49.5% 32.1 % 58.5% 1.9% 7.5%
Pemerintah Daerah 34.6% 56.8% 32.4% 2.7% 8.1 %
Universitas/Swasta/ Media 15.9% 29.4% 41.2% 0.0% 29.4%
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Tabel12. Kinerja Pelayanan terkait sosialiasi dan edukasi publik.
INSTITUSI RESPONDEN
BASE SOSIALISASI EDUKASI
Baik Cukup Buruk Tidak Tahu
K / L 49.5% 26.4% 56.6% 3.8% 13.2%
Pemerintah Daerah 34.6% 56.8% 40.5% 0.0% 2.7%
Universitas / Swasta/ Media 15.9% 35.3% 35.3% 5.9% 23.5%
Tabel 13. Kinerja Pelayanan terkalt proses pengadaan barang dan jasa secara transparan.
INSTITUSI BASE
PEN GADAAN TRANSPARAN
RESPONDEN Baik Cukup Buruk Tidak Tahu
K/L 49.5% 19.2% 34.6% 0.0% 46.2%
Pemerintah Daerah 34.6% 42.9% 22.9% 0.0% 34.3%
Universitas/Swasta/ Media 15.9% 47.1% 23.5% 0.0% 29.4%
5. POSISI STRATEGIS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Badan Informasi Geospasial sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang memiliki
kewenangan strategis sebagai Penyedia satu-satunya Informasi Geospasial Dasar resmi di
Indonesia tentunya memiliki posisi yang sangat strategis dalam pengambilan kebijakan dan
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam koridor Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu, dalam survei ini ditanyakan mengenai beberapa pernyataan terkait
Posisi Badan Informasi Geospasial di mata responden, dan bagaimana BIG selama ini.
Empat hal yang ditanyakan terkait Posisi BIG dalam survei ini adalah :
a. Pemberian layanan dan informasi BIG sudah sesuai dengan tugas dan fungsinya
b. Masyarakat semakin paham akan pentingnya informasi dan layanan BIG
c. Semakin banyak orang yang tahu dan aktif meminta informasi dan layanan BIG
d . Informasi dan layanan BIG sangat dibutuhkan masyarakat
Pada Gambar 9 berikut ditampilkan jawaban dari Responden.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
27.1% 27.1%
Pemberian layanan dan Masyarakat semakin paham Semakin banyak orang yang Informasi dan layanan BIG informasi BIG sudah sesuai akan pentingnya informasi dan tahu dan aktif meminta sangat dibutuhkan masyarakat dengan tugas dan fungsinya layanan BIG informasi dan layanan BIG
. Va . Tidak TidakTahu
Gambar 9. Posisi Strategis BIG
Dalam Pemberian Layanan dan Informasi, 85,0% responden menilai bahwa Badan Informasi
Geospasial telah melaksanakannya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk masyarakat
sendiri, baru 66,4% responden yang menilai bahwa masyarakat sudah memahami akan
pentingnya informasi dan layanan yang disediakan oleh Badan Informasi Geospasial. Untuk
penilaian mengenai apakah semakin banyak orang yang tahu dan aktif meminta terhadap
informasi dan layanan BIG, terdapat 71,0% yang menjawab YA. Sementara itu, ketika
masyarakat ditanyakan apakah Informasi dan Layanan di Badan Informasi Geospasial sangat
dibutuhkan masyarakat, 87,7% responden menjawab YA, bahwa Informasi dan Layanan
BIG sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Sementara itu, untuk mengetahui apakah perbedaan latar belakang in titu si responden
mempengaruhi jawaban responden atas pertanyaan mengenai Posisi Strategis Badan
Informasi Geospasial, berikut ditampilkan Tabel14, Tabel15, Tabel16 dan Tabel17.
Tabel14. Posisi Strategis BIG dalam Pemberian Layanan dan Informasi
INSTITUSI BASE
Pemberian layanan dan informasi BIG sudah sesuai dengan tugas dan
fungsinya RESPONDEN
Ya Tidak Tidak Tahu
K/L 49.5% 77.4% 5.7% 17.0%
Pemerintah Daerah 34.6% 94.6% 0.0% 5.4%
Universitas/Swasta/ Med1a 15.9% 88.2% 0.0% 11.8%
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Tabel15. Posisi Strategis BIG terkait pemahaman Masyarakat akan pentingnya Informasi
dan Layanan Badan Informasi Geospasial
INSTITUSI BASE
Masyarakat semakin paham akan pentingnya informasi dan layanan
BIG RESPONDEN
Ya Tidak Tidak Tahu
K/L 49.5% 60.4% 9.4% 30.2%
Pemerintah Daerah 34.6% 75.7% 5.4% 18.9%
Universitas/Swas ta / Media 15.9% 64.7% 0.0% 35.3%
Table 16. POSlSl StrategIs BIG terkalt Pengetahuan dan Keaktifan masyarakat dalam meminta
Informasi dan Layanan Badan Informasi Geospasial
INSTITUSI BASE
Semakin banyak orang yang tahu dan aktif meminta informasi dan layanan
BIG RESPONDEN
Ya Tidak Tidak Tabu
K/ L 49.5% 71.7% 3.8% 24.5%
Pemerintah Daerah 34.6% 73.0% 0.0% 27.0%
U niversi tas/ Swas ta/Media 15.9% 64.7% 0.0% 35.3% . .
Tabel 17. POS1Sl StrategIs BIG terkalt Masyarakat yang sangat membutuhkan Informasi dan
Layanan Badan Informasi Geospasial
INSTITUSI
Informasi dan layanan BIG sangat dibutuhkan masyarakat
RESPONDEN BASE
Ya Tidak Tidak Tabu
K/ L 49.5% 84.9% 3.8% 11.3%
Pemerintah Daerah 34.6% 88.9% 2.8% 8.3%
Universitas / Swasta/Media 15.9% 94.1% 5.9% 0.0%
6. PERSEPSI KORUPSI EKSTERNAL TERHADAP BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Guna mengetahui sejauh mana para pemangku kepentingan telah mengetahui dan
memahami komitmen tindakan-tindakan penegakan anti korupsi di Badan Informasi
Geospasial, diajukan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menghitung Indeks
Persepsi Korupsi di Badan Informasi Geospasial. Para pemangku kepentingan yang terpilih
sebagai salah satu dari 107 responden dalam survei ini terdiri dari berbagai latar belakang,
mulai dari Aparatur Sipil Negara di Kementerian Negara, Aparatur Sipil Negara di Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Aparatur Sipil Negara di Pemerintah Daerah, baik Provinsi
maupun Kota/ Kabupaten, Akademisi sebagai perwakilan universitas, Swasta yang
berkecimpung di Industri Geospasial maupun Wartawan sebagai perwakilan dari Media.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
a. Pencegahan Korupsi eli Badan Informasi Geospasial
Pada pertanyaan ini pelaksanaan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi eli
BIG, elitanyakan kepada Responden, melalui pertanyaan :
"(Sejauh ini bagaimana) Upaya Pencegahaan Korupsi di Badan Informasi Geospasial"
• Gambar 10. Jawaban Responden atas pertanyaan terkait Upaya Pencegahan Korupsi eli
Badan Informasi Geospasial.
Dari Gambar 10, diketahui bahwa 14,6% Responden bahwa Upaya Pencegahan Korupsi eli
Big sudah SANGAT BAlK, sementara itu 50% Responden menilai bahwa Upaya itu sudah
BAlK. Ada 35,4% Responden yang menilai bahwa Upaya Pencegahan Korupsi baru pada
tataran CUKUP.
b. Keterbukaan Akses atas Pengaduan/ Laporan terkait Korupsi dari Masyarakat
Upaya pencegahan Korupsi tidak hanya dati Internal Badan Informasi Geospasial semata,
melainkan juga bisa dari luar BIG. Terhadap laporan/ pengaduan yang telah masuk ke BIG,
elitanyakan kepada Responden, apakah selama ini BIG telah terbuka dengan laporan dan
pengaduan terkait korupsi, melalui pertanyaan :
"(Bagaimana) Keterbukaan BIG terhadap pengaduan/laporan masyarakat terkait
korupsi (selama ini)"
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Gambar 11 .Jawaban Responden atas pertanyaan terkait Keterbukaan BI G terhadap
pengaduan/iaporan Masyarakat terkait korupsi.
Dari Gambar 11 diketahui bahwasanya 7,3% Responden menilai bahwa keterbukaan BIG
terhadap pengaduan/iaporan Masyarakat terkait korupsi sudah SANGAT BAlK. Sebanyak
47,9% Responden menilai bahwa keterbukaan BIG adaiah BAlK. Sementara itu ada 42,7%
yang menilai upaya BIG daiam Keterbukaan atas pengaduan dan Laporan Masyarakat adaiah
CUKUP. Namun, dibalik semua BIG daiam keterbukaannya, masih ada 1 % Responden yang
menilai BURUK dan 1 % Responden yang menilai SANGAT BURUK.
c. Respon/Tanggapan Badan Informasi Geospasiai atas Pengaduan/ Laporan Masyarakat
Dengan adanya partisipasi masyarakat daiam tindakan dan upaya pencegahan korupsi di
Badan Informasi Geospasial, periu kiranya dilakukan respon dan tanggapan atas iaporan dan
pengaduan dari masyarakat yang telah masuk ke BIG. Untuk itu ditanyakan kepada
responden, meiaiui pertanyaan :
"(Bagaimana) Respons BIG terhadap pengaduan/laporan masyarakat (terkait tindak
pidana korupsi)."
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
•',:, ,
Gambat 12. Jawaban Responden atas pettanyaan tetkait Respon BIG tethadap
pengaduan/lapotan Masyatakat.
Dati Gambar 12 c1iketahui bahwasanya 7,4% Responden menilai bahwa tespon dan
tanggapan BIG tethadap pengaduan/lapotan Masyatakat tetkait korupsi sudah SANGAT
BAlK. Sebanyak 43,2% Responden menilai bahwa tespon BIG adalah BAlK Sementara itu
ada 48,4% yang menilai upaya BIG dalam respon atas pengaduan dan Laporan Masyatakat
adalah CUKUP. Namun, dibalik semua BIG dalam upaya metespon dan membeti
tanggapan, masih ada 1,1% Responden yang menilai BURUK.
d. Integtitas Pegawai Badan Informasi Geospasial
Dalam pelaksanaan baik opetasional maupun dalam membetikan pelayanan oleh pegawai
Badan Infotmasi Geospasial dipetlukan integritas sehingga tidak terjebak dalam tindak
pidana korupsi. Oleh katena itu, dalam survei ini ditanyakan kepada tesponden mengenai
integtitas pegawai terutama ketika melakukan pelayanan, melalui pertanyaan :
H(Bagaimanakah) Integritas pegawai BIG dalam memberikan pelayanan"
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Gambar 13. Jawaban Responden atas pertanyaan terkait Integritas Pegawai Badan Informasi
Geospasial dalam memberikan pelayanan.
Dari Gambar 13 diketahui bahwasanya 16,3% Responden menilai bahwa Integritas Pegawai
BIG dalam memberikan pelayanan sudah SANGAT BAlK. Sebanyak 55,2% Responden
bahwa Integritas Pegawai BIG adalah BAlK. Sementara itu ada 26,2% yang menilai integritas
pegawai BIG dalam memberikan pelayanan adalah CUKUP. Namun, dibalik semua BIG
dalam upaya menjaga integritas dalam pemberian pelayanan, masih ada 1 % Responden yang
menilai BURUK dan 1% lainnya men.ilai SANGAT BURUK.
e. Badan Informasi Geospasial dan Korupsi di Mata Masyarakat
1. Indikasi Korupsi di Badan Informasi Geospasial
Dalam pelaksanan upaya-upaya pencegahan korupsi eli Badan Informasi Geospasial,
tidak luput dari berbagai penilaian oleh masyarakat luas. Oleh karena itu ditanyakan
kepada responden untuk memberikan penilaian apakah terdapat indikasi korupsi di
Badan Informasi Geospasial, melalui pertanyaan :
"Secara umum, saat ini tidak terdengar indikasi korupsi di BIG"
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Gambat 14. Jawaban Responden atas pettanyaan tetkait TIDAK adanya indikasi korupsi eli
Badan Informasi Geospasial.
Dati Gambat 14 diketahui bahwasanya 15,3% Responden SANGAT SETUJU bahwa
selama ini eli BIG tidak ada Indikasi Korupsi. Sebanyak 56,2% Responden SETUJU
bahwa eli BIG tidak ada Indikasi Korupsi. N amun, ada 6,1% Responden yang menilai
ada Indikasi Korupsi eli Badan Infotmasi Geospasial.
11. Badan Informasi Geospasial sebagai Intansi yang bebas dati Korupsi
Dalam petjalanan dalam upaya pencegahan Korupsi, tentunya cita-cita yang eli idam
idamkan adalah Badan Infotmasi Geospasial sebagai Instansi Pemetintah yang bebas dati
Korupsi, dalam survei elitanyakan bagaimana penilaian / petsepsi Responden tethadap
kemungkinan BIG menjadi instansi yang bebas dati Korupsi.
Gambat 15. J awaban Responden atas pettanyaan bahwa Badan Infotmasi Geospasial dapat
menjaeli Instansi Pemetintah yang bebas dati Korupsi.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Dari Gambar 15 diketahui bahwasanya 22,2% Responden SANGAT SETUJU bahwa
BIG dapat menjaeli Instansi yang bebas dari Korupsi. Sebanyak 55,6% Responden
SETUJU bahwa eli BIG dapat menjaeli Instansi yang bebas dari Korupsi. Namun, ada
3,0% Responden yang menilai Badan Informasi Geospasial tidak dapat bebas dari
korupsi.
f. Peran Serta Masyarakat dalam Penegakan Anti Korupsi eli Badan Informasi Geospasial.
Peran serta masyarakat pada umumnya sangat eliperlukan dalam upaya-upaya anti korupsi eli
Badan Informasi Geospasial. Hal ini bisa dilakukan melalui melaporkan kepada BIG apabila
ada indikasi jika ada pegawai BIG yang melakukan tindak pidana korupsi. Hal ini elitanyakan
melalui pertanyaan :
"Jika ada indikasi korupsi di lingkungan BIG, apakah anda akan melaporkan atau mengadukan
hal tersebut melalui media yang sudah disediakan, antara lain e-Japor atau surat
beridentitas?"
Gambar 16. Jawaban Responden atas pertanyaan terkait Partisipasi Responden untuk ikut
memberikan laporan/pengaduan ke BIG bila ada indikasi korupsi.
Dari Gambar 16 diketahui bahwasanya 24,2% Responden SANGAT SETUJU bahwa
akan melakukan laporan atau pengaduan terhadap BIG. Sebanyak 55,6% Responden
SETUJU akan melakukan laporan atau pengaduan terhadap BIG. Namun, ada 4,0%
Responden yang tidak akan melakukan laporan ataupun pengaduan bila mengetahui ada
tindak pidana korupsi eli BIG.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
7. INDEKS PERSEPSI KORUPSI BIG
Indeks Persepsi Korupsi eli BIG dapat dihitung melalui hasil survei eli atas dengan melakukan
koeliftkasi pada nilai-nilai jawaban eli atas, dimana nilai paling positif akan eliberi poin 5,
sementara nilai paling negatif eliberikan poin 1. Sebagaimana terlampir pada tabel eli bawah
uu.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Tabel 18. Indeks Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial dalam Skala 5.
KODIFIKASI
5 Poin 4 Poin 3 Poin 2 Poin 1 Poin INDEKS
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk TOTAL PERSEPSI
PERTANYAAN INDEKS KORUPSI
Prosentase HasH Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase HasH Kodifikasi ( Skala 5)
Upaya BIG untuk pencegahan 14,6% 0,73 50 ,0% 2,00 35.4% 1,06 0,0% 0,00 0,0% 0,00 3,79 korupsi Keterbukaan BIG terhadap pengaduan/laporan 7.3% 0,37 47,9% 1,92 42,7% 1,28 1,0% 0,02 1,0% 0,01 3,59 masyarakat terkait korupsi Respons BIG terhadap
7,4% 0,37 43,2% 1,73 48 ,4% 1.45 0,0% 0,00 1,1% 0,01 3,5 6pengaduan/laporan masyarakat. Integritas pegawai BIG dalam
16,3% 0,82 55,1% 26,5% 0,80 1,0% 1,0% 3,84memberikan 2,20 0,02 0,01
pelayanan
Sangat Setuju Setuju Cukup Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi Prosentase Hasil Kodifikasi
Secara umum, saat 3,79ini tidak terdengar
15,3% 0,77 56,1% 2,24 22,4% 0,67 5,1% 0,10 1,0% 0,01 3,79indikasi korupsi di BIG Apakah anda percaya bahwa BIG dapat menjadi
22,2% 1,11 55,6% 2,22 19,2% 0,58 2,0% 0,04 1,0% 0,01 3,96Instansi Pemerintah yang bebas dari korupsi? Jika ada indikasi korupsi di lingkungan BIG, apakah anda akan melaporkan atau mengadukan hal 24,2% 1,21 55,6% 2,22 16,2% 0.49 4,0% 0,08 0,0% 0,00 4,00 tersebut melalui media yang sudah disediakan, antara lain e·lapor atau surat beridentitas?
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
Setelah melalui perhitungan, diketahui bahwasanya Indeks Persepsi Korupsi eli BIG adalah
3,79 pada Skala 5 atau 75,83 pada Skala 100. Untuk menyesuaikan pada Indeks Persepsi
Korupsi yang eligunakan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Transparansi Internasional
Indonesia, serta kebutuhan atas data reformasi birokrasi elitransformasi ke Skala 4. Oleh
karena itu IPK BIG (3,79) * 4/5 = 3,03 pada Skala 4.
Laporan Hasil Survei Persepsi Korupsi Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
top related