lp di ruang melati
Post on 11-Jan-2016
36 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu proses yang ada di pendidikan klinik dan
suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan
wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan
pengetahuan teoritis ke dalam pembelajaran (Emilia, 2008).
Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti (2007) tujuan
pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan praktik. Hal senada yang
di ungkapkan oleh Munthe (2009) pembelajaran klinik tidak hanya memberikan
kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dikelas sebelumnya.
Selain itu, menurut Oermann (1997) pembelajaran klinik juga memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis.
Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai
kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut (Syahreni &
Waluyanti, 2007).
Dalam proses pencapaian kompetensi tidak dapat dipisahkan dari rumah sakit
pendidikan sebagai wahana pembelajaran klinik. Pengertian wahana mempunyai
konotasi wadah atau tempat dengan seluruh sumber daya yang secara dinamis ikut
berperan, serta sebagai lingkungan belajar klinik yang kondusif bagi pencapaian
kompetensi bagi para mahasiswa. Lingkungan klinik yang dipilih penting untuk
mencapai objektif dan tujuan praktik klinik dalam sebuah program pendidikan
keperawatan (Emilia, 2008).
Rumah sakit merupakan fasilitas yang mutlak yang harus ada karena menjadi
tempat mengembangkan pengalaman belajar klinik (Emilia, 2008). Lingkungan
belajar klinik di rumah sakit merupakan konteks sosial yang unik dengan kondisi
khusus untuk pembelajaran kegiatan dan sumber belajar kesempatan untuk praktik
dan aplikasi pengetahuan dan evaluasi (Emilia, 2008). Hal senada di ungkapkan oleh
Reilly dan Oermann (2002) pada lingkungan klinik, peserta didik belajar untuk
menerapkan teori tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata, mempelajari cara
belajar, mengembangkan keterampilan dalam mengatasi ambiguitas, dan
bersosialisai ke dalam profesi. Belajar sangatlah penting karena mempengaruhi
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
1
pendekatan belajar yang di ambil oleh mahasiswa dan akhirnya akan mempengaruhi
pencapaian kompetensi mahasiswa.
Praktik Clinical Instruktur program studi D-III Akademi Kebidanan Mandiri
Gresik di selenggarakan dalam rangka untuk menciptakan bidan pendidik profesional
yang disiapkan untuk mendapatkan lulusan bidan yang berkualitas, hal ini
dikarenakan masih banyak ditemui dosen pendidik yang kurang berpengalaman
dalam membimbing mahasiswa di lahan praktek.
Seiring dengan berkembangnya pendidikan kesehatan di Indonesia khususnya
di bidang kebidanan. Pendidikan kebidanan mulai mengalami perkembangan yang
sangat pesat dengan lahirnya akademi-akademi kebidanan baru baik yang dikelola
oleh Departemen Kesehatan maupun oleh yayasan atau swasta dalam strata Diploma
III.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat diperlukan sarana/lahan praktek
pembelajaran klinik. Diharapkan dengan penerapan ilmu pembelajaran kebidanan
secara nyata di rumah sakit, mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan baik
knowledge, skill, maupun attitude.
D-III Akademi Kebidanan Mandiri Gresik mempercayakan RSUD dr. Soegiri
Lamongan sebagai lahan praktik bagi mahasiswa D-III kebidanan dalam
melaksanakan Praktik Bimbingan Klinik (CI) yang berjumlah 28 mahasiswa dibagi
dalam 7 kelompok dan tersebar dalam 7 ruangan, yang terdiri dari: Ruang Anggrek,
Ruang Teratai 1, Ruang Teratai 2, Ruang Bougenvile, Ruang Dahlia, Ruang Melati,
dan Ruang Paru. Adapun mahasiswa yang menjadi bimbingan dalam praktik CI ini
adalah mahasiswa Program Studi Akademi Kebidanan Mandiri Gresik Semester II.
Praktik bimbingan klinik (CI) ini berlangsung mulai tanggal 03 Agustus 2015 – 30
Agustus 2015. Mahasiswa Program D-III Kebidanan yang melaksanakan praktik
bimbingan klinik (CI) ini juga mendapat bimbingan dari pembimbing institusi dan
pembimbing-pembimbing di lahan praktik.
1.2 Tujuan
1.2.1 Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam kasus penyakit di
ruangan Nifas (Melati).
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
2
2. Mahasiswa mampu menyelesaikan Laporan Kelompok yang telah
diberikan oleh Institusi Pendidikan.
1.2.2 Praktek
1.2.2.1 Tujuan Umum
Dapat menerapkan teori bimbingan klinik (CI) yang diperoleh di
Institusi Pendidikan ke lahan praktik.
1.2.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian terkait dengan proses bimbingan klinik
(CI) di Ruang Melati RSUD dr. Soegiri Lamongan.
2. Mengkaji dan mengindentifikasi kebutuhan dasar klien terkait
dengan pencegahan infeksi, pemeriksaan fisik, personal
hygiene, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, kenyamanan,
psiko-sosial-spiritual, pemberian obat, peri operatif,
keseimbangan cairan dan elektrolit, pemeriksaan laboratorium,
dan pemberian obat parenteral.
3. Melaksanakan persiapan untuk pemeriksaan diagnosa dan
laboratorium.
4. Melaksanakan berbagai macam tindakan dasar keperawatan
untuk pencegahan infeksi, pemeriksaan fisik, personal hygiene,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, kenyamanan, psiko-
sosial-spiritual, pemberian obat, peri operatif, keseimbangan
cairan dan elektrolit, pemeriksaan laboratorium, dan pemberian
obat parenteral.
1.3 Sistematika Penulisan
Cover
Daftar Isi
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
3
1.2.1. Penulisan
1.2.2. Praktek
1.3. Sistematika Penulisan
Bab II Ruang Lingkup Praktek
1.4. Denah Ruangan
1.5. Kapasitas Ruangan
1.6. Administrasi Pasien di Ruang Rawat Inap
1.7. Macam-macam Kasus di Ruangan
2.4.1 Pengertian Penyakit
2.4.2 Penatalaksanaan
1.8. Macam-macam Keterampilan yang Dilakukan
1.9. Pengalaman Baru
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
4
BAB II
RUANG LINGKUP PRAKTEK KLINIK
2.1 Denah Ruangan + Keterangan
Lampiran
2.2 Kapasitas Ruangan
Ruang Melati terdiri dari 8 ruangan:
Ruang Melati 1 terdiri dari 2 bed
Ruang Melati 2 terdiri dari 3 bed dan 2 kamar mandi
Ruang Melati 3 terdiri dari 2 bed dan 2 kamar mandi
Ruang Melati 4 terdiri dari 5 bed dan 2 kamar mandi
Ruang Melati 5 terdiri dari 3 bed
Ruang Melati 6 terdiri dari 7 bed dan 1 kamar mandi
Ruang Melati 7 terdiri dari 2 bed dan 2 kamar mandi
Ruang Melati 8 terdiri dari 1 bed dan 1 kamar mandi
2.3 Administrasi Pasien Di Ruang Rawat Inap
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
5
2.4 Macam-macam Kasus Di Ruangan
2.4.1 Pengertian Penyakit
1. IUFD
a. Definisi
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau
kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan
dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan (Sarwono, 2005)
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
6
Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian
janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan
atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam
keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau
berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD Adalah
keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan.
Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth
(IUFD), Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan
abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap
tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu
biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu
dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat
disangka terjadi kematian dalam rahim.
b. Etiologi
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
e. Cord accident (kelainan tali pusat)
f. Abruptio Plasenta (lepasnya plasenta)
g. Insufisiensi plasenta
h. Ketuban pecah dini
i. Vasa previa
j. Perdarahan Feto-maternal
2. Faktor ibu (maternal)
a. Diabetes mellitus tidak terkontrol
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
7
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
k. Kehamilan post-term (≥ 42 minggu).
l. Infeksi
m. Hemoglobinopati
n. Ruptura uteri
o. Hipotensi akut ibu
p. Kematian ibu
q. Umur ibu tua
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
e. Kehamilan ganda
f. Intrauterine growth restriction (Perkembangan Janin Terhambat)
g. Kelainan congenital
h. Anomali kromosom
i. Infeksi (Parvovirus B-19, CMV, listeria)
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
8
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan
kematian janin di kandungan, diantaranya:
1. Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin
Akan timbul masalah bila ibu mem iliki rhesus negatif,
sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti
yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan
janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan
mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi
hidrops fetalis (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran
klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat
terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites),
pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga
dada atau rongga jantung, dan lain-lain).
2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi
antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O
atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah
ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah
janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan
membentuk zat antibodinya.
3. Gerakan janin berlebihan
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama
jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan,
terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan
janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir,
maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi
tersumbat.
4. Berbagai penyakit pada ibu hamil
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah
mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG)
untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
9
5. Kelainan kromosom
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik
berat trisomy. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya
baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.
6. Trauma saat hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma
terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, karena kecelakaan
atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di
plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
7. Infeksi maternal
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti
infeksi akibat bakteri maupun virus. Demam tinggi pada ibu
hamil bisa menyebabkan janin mati.
8. Kelainan bawaan bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-
paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.
c. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa
factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal
tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi
ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia
disebabkan kekurangan FE maka dampak pada janin adalah irefersibel.
Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuh janin.
d. Manifestasi Klinis
1. DJJ tidak terdengar
2. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3. Pergerakan anak tidak teraba lagi
4. Palpasi anak tidak jelas
5. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10
hari
6. Pada rongen dapat dilihat adanya:
tulang-tulang tengkorak tutup menutupi
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
10
tulang punggung janin sangat melengkung
hiperekstensi kepala tulang leher janin
ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih,
kemungkinan Hypofibrinogenemi 25%
e. Klasifikasi
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian
janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu
penuh (early fetal death)
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate
fetal death)
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late
fetal death)
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah
perubahan- perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) :
Kulit kemerahan ‘setengah matang’
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) :
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih
tapi kemudian menjadi merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) :
Kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan
abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat.
5. Maserasi grade III (durasi >8 hari)
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
11
Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi
mumifikasi. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-
tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
f. Pathway IUFD
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
12
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
13
g. Manifestasi Klinis dan Diagnosis IUFD
1. Anamnesis :
• Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
• Perut tidak bertambah besar, bahkan mungkin mengecil
(kehamilan tidak seperti biasanya)
• Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti ingin
melahirkan
• Penurunan berat badan
2. Pemeriksaan Fisik :
• Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah
dari usiaa kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin
yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.
• Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid. Tidak
teraba gerakan-gerakan janin.
• Auskultasi : Tidak terdengarnya denyut jantung janin
setelah usia kehamilan 10-12 minggu pada pemeriksaan
ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian janin yang kuat.
3. Pada foto radiologik dapat dilihat adanya :
a. Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi (tanda Spalding)
yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang
tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi massa otak dan
melemahnya struktur ligamentosa yang membentuk tengkorak.
Biasanya tanda ini muncul 7 hari setelah kematian. Namun
ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada kehamilan
ekstrauterin dengan janin hidup.
b. Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda Naujokes)
c. Hiperekstensi kepala tulang leher janin (tanda Gerhard)
d. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin (tanda
Robert)
e. Femur length yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan adanya
kelainan dari system skelet
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
14
4. Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan
hypofibrinogenemia 25%.
5. Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan
otopsi janin, pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan
evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian
janin termasuk hal-hal yang berhubungan dengan penyakit
maternal, yaitu perlunya diperiksa kadar TSH, HbA1c dan
TORCH. Sehingga dapat mengantisipasi pada kehamilan
selanjutnya.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut
Cunningham dan Hollier (1997):
1. Deskripsi bayi
Malformasi
bercak/ noda
warna kulit – pucat, pletorik
derajat maserasi
2. Tali pusat
Prolaps
pembengkakan - leher, lengan, kaki
hematoma atau striktur
jumlah pembuluh darah
panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
warna – mekoneum, darah
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
bercak/noda
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
15
ketebalan
Tabel . Diagnosis dan Diagnosis Banding IUFD
Gejala dan Tanda
yang Selalu Ada
Gejala dan Tanda
yang Kadang-
Kadang Ada
Kemungkinan
Diagnosis
Gerakan janin
berkurang atau hilang,
nyeri perut hilang
timbul atau menetap,
perdarahan
pervaginam sesudah
hamil 22 minggu
Syok, uterus
tegang/kaku, gawat
janin atau DJJ tidak
terdengar
Solusio
Plasenta
Gerakan janin dan DJJ
tidak ada, perdarahan,
nyeri perut hebat
Syok, perut kembung/
cairan bebas intra
abdominal, kontur
uterus abnormal,
abdomen nyeri,
bagian-bagian janin
teraba, denyut nadi
ibu cepat
Ruptur Uteri
Gerakan janin
berkurang atau hilang,
DJJ abnormal
(<100/mnt/>180/mnt)
Cairan ketuban
bercampur mekonium
Gawat Janin
Gerakan janin/DJJ
hilang
Tanda-tanda
kehamilan berhenti,
TFU berkurang,
pembesaran uterus
berkurang
IUFD
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
16
h. Penilaian Klinik
1. Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga TFU
menurun.
2. Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan
Doppler.
3. Tulang kepala kolaps.
4. USG: untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya
menunjukan janin tanpa tanda kehidupan
5. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
i. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun
keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan
berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi.
Terjadi koagulopati bila kematian janin brlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Mioma Uteri
a. Definisi
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos
uteri dan jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut
sebagai fibromioma, leiomioma, fibroid.
b. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui.
Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka
kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya
mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.1
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri,
atau memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana
telah ditemukan banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti
estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 (IGF-1). Awal
mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
17
sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada
kromosom, baik secara parsial maupun secara keseluruhan.
c. Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara
lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan
mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah
jenis intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis
intraligamenter (4, 4%).1,2:
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis
lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa
umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi,
dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
18
Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih
keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja
dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam
satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma
terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti
kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang
mioma ini.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
19
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
20
e. Diagnosis
Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:
i. Anamnesis
- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang
relatif lama.
- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau
buang air besar.
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
ii. Pemeriksaan fisik
- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual
didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi
kavum Douglasi.
- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya
rata.
iii. Gambaran Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala.
Gejala yang terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :
a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
b. Perut terasa penuh dan membesar
c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan
seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi
karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher
rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari
mioma. Gejala lainnya adalah:
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
21
- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan
menekan saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi
(sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang
mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan
gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta
kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan
pelvis (rongga panggul)
iv. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta
pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.
v. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara
kebetulan.
vi. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat
paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus
yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus
menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia
dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap
ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
22
Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena
pola gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi
juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan
berbentuk tak teratur.
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa
di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan
ureter.Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas.Laparaskopi untuk
mengevaluasi massa pada pelvis.
b. Komplikasi
i. Perdarahan sampai terjadi anemia.
ii. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32
– 0,6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua
sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.2,3
iii. Torsi.
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini
dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering
adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.
c. Diagnosis Banding
Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor
ovarium yang solid, atau kehamilan uterus gravidus. Sedangkan pada
mioma submucosum yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah
inversio uteri. Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa
bandingnya adalah adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis
uteri atau sarcoma uteri.
3. Secsio Ceasaria dengan Letak Sungsang
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
23
a. Definisi
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Obstetri Fisiologi hal: 221)
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum
uteri (Sarwono P, 1992 : 606)
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin
berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254)
b. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit.
Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid)
dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak
didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan
fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi
CNS, massa di leher, aneuploid.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam
pintu atas panggul.
Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena
kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada,
misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa,
tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
Gemeli (kehamilan ganda)
Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
24
Janin sudah lama mati.
Sebab yang tidak diketahui.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala
2. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak
sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hidrocephalus atau anencephalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas
sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin
merupakan bagian terbesar dan keras serta palinglambat. Melalui
hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul.
Dengangerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan
kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu
atas panggul. (Manuaba, 1998 : 361 )
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
25
c. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian
dari mereka berada dalam posisi sungsang.
d. Pathway Letak Sungsang
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
26
( Manuaba )
e. Diagnosa
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan
janin oleh ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di
atas umbilikus, pemeriksaan dalam, USG dan Foto sinar-X. Pergerakan
anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu
sering merasa benda keras ( kepala ) mendesak tulang iga.
Antara tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia
anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan kalau oedem tidak
terlalu besar.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
27
Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus
dibedakan dari muka karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera
ossis ischii, dagu menyerupai jung os sacrum sedangkan mulut
disangka anus.
Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang menyerupai
deretan processi spinosi yang disebut crista sacralis media. (Mochtar,
1998 : 352)
f. Pemeriksaan Penunjang
Palpasi
Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada
fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan
bagian – bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas symphyse
teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dan
pusat. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat..
Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii dan anus, kadang-
kadang kaki (pada letak kaki). Kalau pembukaan sudah besar maka
pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera
ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal
sebagai tulang meruncing dengan deretan processi spinosi di tengah –
tengah tulang tersebut.
Pemeriksaan foto rontgen : Bayangan kepala pada fundus.
Pemeriksaan USG
4. Kista Ovarium
a. Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air,
dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb,
2007).
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
28
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan
dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi,
2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini di
bungkus oleh semacam selaput yang terbentuk radi lapisan terluar
dari ovarium (Agusfarly, 2008)
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium
secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)
b. Etiologi
Kista ovarium terbantuk oleh semacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium
yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel
telur ini terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan telur. Namun
pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang
mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari
perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada
beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tibuh
seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini di sebut dengan Kista Dermoid.
c. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat
dari pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
1. Akibat pertumbuhan
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
29
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila
tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga
perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta
dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit–sedikit sehingga berangsur–angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala
–gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan
terjadi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di
perut.
b) Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal
dan ini menimbulkan rasa sakit.
c) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
d) Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi
yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke
uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.
e) Perubahan keganasan
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
30
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinn perubahan
keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan.
(Smeltzer and Bare, 2001)
d. Pathway kista ovarium
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
31
e. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak
memiliki gejala. Namun kadang–kadang kista dapat menyebabkan
beberapa masalah seperti :
1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
2. Nyeri selama hubungan seksual
3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ
tubuh lainnya sudah terkena.
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
32
5. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria,
konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asietas.
(Wiknjosastro,2005)
f. Tanda Dan Gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau
hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang
berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam.
Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena
mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,
radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista
ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
ke punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada
saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan
kesehatan segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
33
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
d. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul,
dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar
monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter
untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali
lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.
Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material
padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
e. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat
ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan
percontoh untuk biopsi.
f. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
h. Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas
terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme
terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita
yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi
dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan
kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya
ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan
metode konstrasepsi ini alami keluhan pada siklus menstruasi,
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
34
lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
2.4.2 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan IUFD
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan
janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang
tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian
janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping
tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik
untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya
menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut
jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban
berkurang.
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.
Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya.
Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.
4. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi
maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan
keluarganya sebelum keputusan diambil.
5. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu
persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90
% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan
spontan, lakukan penanganan aktif.
7. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
35
a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan
serviks dengan prostaglandin atau kateter foley,
dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena
berisiko infeksi
c. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan
alternatif terakhir
8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu,
trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan
serviks dengan misoprostol:
a. Tempatkan misoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat
diulang sesudah 6 jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol,
naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan
lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
9. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau
bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk
melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang
meninggal tersebut.
12. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk
mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi .
Metode-Metode Terminasi
1. Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-
kasus dimana telah terjadi pematangan serviks.
Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam
500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus
intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
36
yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal,
pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan
pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit
oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan
kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus
pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit. Resiko efek
antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus
dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih
dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume
yang kecil dapat menurunkan resiko tersebut. Apabila
uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang
setelah pemberian prostaglandin per vaginam.
Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus
disingkirkan bila upaya berulang tetap gagal
menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per
vaginam di daerah forniks posterior sangat efektif untuk
induksi pada keadaan dimana serviks belum matang.
Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah
induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
2. Operasi Sectio Caesaria (SC)
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya
dilakukan pada kasus yang dinilai dengan plasenta praevia,
bekas SC (dua atau lebih) dan letak lintang.
2. Penatalaksanaan Mioma Uteri
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien,
paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
37
keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi
serta jenis mioma uteri itu sendiri.
1.Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah
ataupun medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil
dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Penanganan
konservatif, bila mioma yang kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai
berikut :
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara
periodik setiap 3-6 bulan.
Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
Pemberian zat besi.
Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75
mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu
sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.
Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang
serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12
minggu.
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan
sebelum pembedahan, karena memberikan
beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya
darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin
dilaporkan mempunyai efek terapeutik.
Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat
dengan pemberian progestin dan levonorgestrol
intrauterin.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
38
2.Pengobatan Operatif
Penanganan operatif, bila:
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
Pertumbuhan tumor cepat.
Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
Hipermenorea pada mioma submukosa.
Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif,
dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya
tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit
dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio
sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut:
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas
tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab
kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi,
dan pada penderita yang memiliki leiom ioma yang
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
39
simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau
yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau
berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian
bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang
berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi
saluran kemih.
c. Penanganan Radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi
(bad risk patient).
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada
rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat
menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan
perdarahan.
3. Penatalaksanaan Letak Sungsang
Kurangnya volume darah sampai dengan perdarahan
pervaginaan
Intervensi :
a. Kaji pengeluaran darah
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
40
R/ Memantau jumlah perdarahan yang keluar sehingga
dapat ditentukan tindakan selanjutnya Anjurkan px
mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi.
R/ Membantu pembentukan sel darah merah
b. Periksa kadar hb
R/ deteksi terhadap petunjuk dan perhubungan
sehingga menentukan tindakan keperawatan
selanjutnya.
c. Kolaborasi dalam pemberian
o Infus rl
R/ Mengganti cairan dan melancarkan aliran
darah sebelum tranfusi
o Transfusi darah
R/ Untuk memenuhi jumlah darah yang hilang
dan periksa kadar hb
Rasa nyaman (nyeri) sampai dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
Tujuan : klien mengalami penurunan nyeri
Ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks
Aktivitas meningkat
Intervensi :
Lakukan pendekatan pada px dan keluarga
Ajarkan tehnik destraksi
Kaji kembali terhadap:
Adanya nyeri (verbal maupun norverbal)
Keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri
Berikan analgesic sesuai order dokter
Psikologi (cemas) sampai dengan kurangnya pengetahuan
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ Pasien dan keluarga kooperative
b. Kaji tingkat penyebab dan anxietas
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
41
R/ Dapat memudahkan dalam menentukan
intervensi
c. Beri informasi secara lengkap tentang proses, penyebab
dan akibat dari penyakitnya
R/ Pasien akan memahami dan menerima
penyakitnya
d. Anjurkan pasien banyak berdo’a
R/ Mendekatkan diri kepada Tuhan dapat
mengurangi beban
e. Tunjukkan rasa empati dan beri motivasi
R/ Memberi ketenangan pada pasien
Ketidakmampuan merawat diri sampai dengan kelemahan
fisik.
Intervensi :
o Kaji tingkat perkembangan pasien
R/ Mengetahui sejauh mana pasien dapat melakukan
aktivitas
o Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya
R/ Untuk memenuhi kebutuhan pasien
o Ajarkan mobilisasi secara bertahap
R/ Mencegah kontraktur, spasme otot dan meningkatkan
sirkulasi darah
o Latih pasien melakukan aktivitas
R/ Pasien mampu melakukan aktivitas dan merawat diri
secara mandi.
Istirahat tidur sampai dengan nyeri pada luka operasi
Intervensi :
a. Kaji pola tidur pasien
R/ Mengetahui kebiasaan tidur pasien
b. Ajarkan tehnik destraksi dan relaksasi
R/ Mengetahui kebiasan tidur pasien
c. Ciptakan lingkungan yang tenang
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
42
R/ Memberi kesempatan bagi pasien untuk tidur/istirahat
d. Kaji kebiasaan yang dapat menjadi pengatur tidur
R/ Mengetahui hal-hal yang mempermudah untuk tidur
e. Observasi TTV
R/ Mengetahui perkembanagan pasien
4. Penatalaksanaan Kista Ovarium
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah
melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau
laparatomi salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk
mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien
tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan
analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi
(Lowdermilk.dkk. 2005).
2.5 Macam-macam Keterampilan yang Dilakukan
1. Mencuci Tangan (7 Langkah)
2. Mencuci Tangan Dengan Larutan Desinfektan
3. Mengukur Suhu Tubuh Axila
4. Mengukur Tekanan Darah
5. Memandikan Klien Posisi Berbaring
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
43
6. Merapikan Tempat Tidur Dengan Pasien Diatasnya
7. Merapikan Tempat Tidur Tanpa Pasien Diatasnya
8. Mengganti alat tenun tempat tidur tanpa pasien di atasnya
9. Vulva hygine
10. Membantu pasien BAK dan BAB
11. Memiringkan Pasien
12. Menyiapkan Injeksi Dari Vial
13. Menyiapkan Injeksi Dari Ampul
14. Menyiapkan injeksi intra vena
15. Menyiapkan infus
16. Memberikan tranfusi darah
17. Melakukan Injeksi Intravena
18. Memasang Kateter sementara
19. Melepas Kateter menetap
20. Memasang Infus
21. Melepas InfusPerawatan Payudara
22. Membantu Pasien Makan dan Minum
23. Huknah Tinggi
24. Pemeriksaan Fisik Dewasa
25. Menghitung DJJ
26. Menentukan TFU
27. Memberikan posisis fowler
28. Memberikan posisis sims
29. Memberikan posisi dorsal recumbent
30. Memindah pasien dari tempat tidur ke kereta dorong
31. Memberikan obat melalui oral
32. Memberikan oksigen
33. Perawatan luka
34. Menghitung tetesan infus
35. Mengambil darah vena
36. Perawatan payudara
37. Perawatan payudara ibu nifas
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
44
2.6 Pengalaman Baru
1. Melakukan tes doppler
2. Menentukan TFU
3. Melakukan perawatan payudara
4. Melakukan senam nifas
5. Menganamnesa pasien
6. Melakukan palpasi pada pasien yang terkena kista
7. Melakukan red blue
8. Menangani infus yang macet
9. Memasang dan melepas kateter pada pasien
10. Mengoplos obat vial dan ampul
11. Menghitung tetesan infus
12. Melakukan tindakan huknah tinggi pada pasien
13. Mengambil sampel darah
14. Membantu pasien makan, minum, dan minum obat
15. Menyeka ibu nifas
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari laporan yang penulis buat, penulis dapat menyimpulakan bahwa masih
terdapat perbedaan antara prosedur tindakan dan teori dengan praktek langsung
dilapangan. Misalnya sebelum dan sesudah melakukan tindakan di haruskan mencuci
tangan selain itu persiapan alat yang disebutkan dalam teori sebagian belum
dilaksanakan nyata di lapangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat di Rumah sakit
serta penggunaan waktu secara tepat agar pasien dapat segera ditangani. Selain hal-
hal yang disebutkan di atas juga masih terdapat hal-hal yang belum dilakukan dalam
praktek langsung yaitu untuk alat yang bersifat disposable. Tapi dalam pelaksanaan
praktek di lapangan tidak bersifat disponsible.
Meskipun begitu petugas kesehatan sangat memperhatikan pensterilan alat
yang digunakan, sehingga pasien tidak mengalami hal-hal yang tidak di inginkan.
Misalnya terlular penyakit dari pasien lain selain itu pasien merasa nyaman.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
46
3.2 Saran
3.2.1 Untuk Rumah Sakit dan pembimbing lahan.
Diharapkan meningkatkan fasilitas dan kualitas Rumah sakit sehingga
tidak terjadi kendala dalam melayani pasien.
Upayakan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan Rumah Sakit.
Hendaknya pembimbing lahan membimbing mahasiswa agar mengetahui
tindakan perawatan.
Hendaknya pembimbing lahan memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melakukan tindakan perawatan.
3.2.2 Untuk Pembimbing Akademik
Hendaknya pembimbing akademik membantu mahasiswa dalam
pembuatan laporan secara benar.
Lebih meningkatkan pembimbingan pada mahasiswa dalam praktek
kebidanan.
3.2.3 Untuk Mahasiswa
Hendaknya serius dalam pelaksanaan keperawatan dan jangan bergurau.
Hendaknya mahasiswa saling bekerja sama dengan mahasiswa lainnya
meskipun berbeda instansi dalam menghadapi pasien.
Hendaknya mahasiswa mampu menjaga nama baik Rumah Sakit dan
Institusi.
Dalam melaksanakan tindakan, hendaknya mahasiswa mengacu pada teori
yang ada.
Disiplin menggunakan waktu secara efisien dalam pelaksanaan praktek
maupun pembuatan laporan.
Lebih tanggap dan terampil dalam melakukan tindakan di lahan praktek.
Dalam pemberian obat hendaknya memperhatikan prinsip 6 Benar (benar
obat, benar dosis, benar klien, benar rute pemberian, benar waktu, benar
pendokumentasian)
3.2.4 Untuk Akademik
Diharapkan dapat melengkapi alat-alat di laboratorium
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
47
Diharapkan buku perpustakaan lebih di lengkapi, agar mahasiswa lebih
mudah mencari informasi atau referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Holingwor, Tony. 2002. Diagnosis Banding Dalam Obstetri dan Ginekologi A-Z.
Jakarta: EGC.
Mukhtar, Roestam. 2002. Sinopsis Obstetri Edisi 4
Winknjosastro H. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan enam. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Balai Penerbit FK UI.
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Hanifa, dr. Wikjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
48
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung . 1984.
Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal
LAPORAN PENDAHULUAN RUANG MELATI (NIFAS)
49
top related