makalah analisis standar isi mapel ips
Post on 04-Aug-2015
1.214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 1
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 2
ANALISIS STANDAR ISI
MATA PELAJARAN IPS
MAKALAH
Disusun untuk disampaikan dalam Kegiatan Workshop
“Reaffirmed Social Studies as the Integrated Science”
Oleh:
1. Didi Pramono NIM 0301512007
2. Moh. Saiful Fatwa NIM 0301512010
3. Noviani Achmad Putri NIM 0301512011
4. Agung Nugroho NIM 0301512024
5. Doni Harfiyanto NIM 0301512033
6. Siti Nurindah Sari NIM 0301512041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 3
RANGKUMAN EKSEKUTIF
A. Analisis Kajian Standar Isi Jenjang SMP/MTS
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMP/MTs menghasilkan
permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek. Standar Kompetensi dan
kompetensi dasar lebih banyak dipahami sebagai materi yang harus diberikan di
sekolah tanpa pengembangan lebih lanjut yang disesuaikan dengan kondisi
sekolah. Pemahaman seperti itu berakibat pada pembelajaran guru lebih
berorientasi pada materi, bukan pada kompetensi dan lebih banyak berdasar pada
buku teks, bukan pada dokumen standar isi.
Melihat alokasi Jam Pelajaran untuk mapel IPS tingkat SMP dapat
dikatakan ideal dalam pembagian jam pelajaran IPS jika dibanding dengan mapel-
mapel lain, khususnya rumpun mapel Matematika dan IPA. Alokasi Jam Pelajaran
mapel IPS empat jam per minggu, alokasi ini sama dengan mapel Matematika,
IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Namun jika dibandingkan dengan
materi mapel IPS, alokasi waktu untuk mapel IPS kurang proporsional. Materi
mapel IPS yang mencakup Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, dan Geografi, cukup
banyak.
Terdapat sebaran materi yang tidak merata yang semestinya proporsi
sebaran materi Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi merata pada setiap
semester dan kelas. Dalam penerapannya, pada Standar Isi ditentukan bahwa
substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu”
dan “IPS Terpadu” (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi). Di
beberapa sekolah, mapel IPS diajarkan secara parsial, materi Sosiologi diajarkan
oleh guru dengan latar belakang pendidikan Sosiologi, materi Sejarah diajarkan
oleh guru dengan latar belakang pendidikan Sejarah. Hal ini jelas melanggar
dokumen Standar Isi, IPS tidak lagi diajarkan secara terpadu.
Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) banyak sekali menggunakan kata kerja operasional
mendeskripsikan dan mengidentifikasi. Peserta didik hanya dituntut untuk bisa
mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru akan
memberikan pengalaman belajar yang optimal.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 4
Muatan materi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) ditemui beberapa materi yang tidak runtut dalam penyusunannya, materi pada
kelas VIII Semester 2. Standar kompetensi “memahami kegiatan perekonomian di
Indonesia”, Ketidakruntutan penyampaian materi juga dapat ditemui pada SK dan
KD kelas IX Semester 1. Standar kompetensi menyebutkan “memahami kondisi
perkembangan negara di dunia. Keterkaitan Antara Materi Pelajaran dengan
Tujuan Pendidikan Nasional. Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK
dan KD dapat dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan
nasional. Yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar tidak
yang mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran
(Hamid Hasan, 2008: 110).
Konsep dalam IPS juga tidak jelas apakah konsep Kurikulum IPS terpadu,
korelasi, atau terpisah-pisah. Walaupun diberi nama IPS terpadu akan tetapi dalam
kenyataannya SK dan KD tetap terpisah-pisah antara Sejarah, Ekonomi, Geografi,
dan Sosiologi, sehingga materi yang tercantum dalam SK dan KD tidak berurutan.
Beban belajar juga mencakup pemberian penugasan, baik penugasan
terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur. Waktu untuk penugasan
terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik
SMP/MTs maksimal 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran bersangkutan (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).
B. Analisis Kajian Standar Isi Jenjang SMA/MA
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMA/MA menghasilkan
permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek salah satunya dalam hal kajian
naskah atau dokumen, yaitu sebagai berikut: Pertama, Struktur Kurikulum dan
Beban Belajar dari masing-masing kelas yaitu Kelas X pada mata pelajaran
sejarah dan geografi dengan alokasi waktu hanya 1 jam pelajaran saja. Hal ini tentu
sangat menyulitkan di dalam pengelolaannya. Oleh sebab itulah mata pelajaran
sejarah dan geografi di kelas X direkomendasikan untuk ditambah masing-masing
dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Kelas XI dan XII Program IPA:
mata pelajaran sejarah pada program ini diberi alokasi waktu hanya 1 jam saja,
untuk itu mata pelajaran tersebut pada program ini direkomendasikan juga untuk
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 5
ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Kelas XI dan XII
Program IPS: Mata pelajaran ekonomi pada program ini direkomendasikan
ditambah dari 4 jam menjadi 5 jam. Adanya materi akuntasi dan ekonomi
lingkungan sebagai core program IPS menyebabkan mata pelajaran ini harus
memiliki waktu yang cukup agar kompetensi yang disyaratkan tercapai. Kedua,
Dokumen Kurikulum dari masing-masing jenjang yaitu terkait dengan a) Sequens:
Terdapat sequens materi yang tidak berurutan, baik SK dan KD tingkat SD, SMP
dan SMA. Sequens untuk SMA nampak tidak jelas dalam mata pelajaran Sejarah
di Jurusan IPA dan Bahasa sebaiknya disamakan dengan sequens pada jurusan IPS.
Hal ini penting agar ada penyeragaman materi sebab misi pelajaran sejarah adalah
membangun jati diri bangsa dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan; b) Materi
(content): Pada umumnya materi mata pelajaran IPS dan alokasi waktu yang
disediakan kurang proporsional. Waktu yang diberikan sangat singkat sedangkan
materi yang harus diberikan cukup banyak. Ketiga, Penyusunan Program Silabus
dan RPP: Guru dalam menyusun Silabus dan RPP belum banyak memperlihatkan
kekhasan pada satuan pendidikannya sesuai dengan tuntutan pada kurikulum
KTSP. Keempat, Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD): masih banyak yang
menggunakannya kata kerja operasional berunsur tidak aktif terhadap pembelajaran
di kelas. Implikasinya bagi pembelajaran adalah peserta didik hanya dituntut untuk
bisa mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru akan
memberikan pengalaman belajar yang optimal. Kelima, Muatan Materi dalam
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD: Materi-materi yang
tertuang dalam SK dan KD sarat akan nilai-nilai, dikembangkan dari yang
mudah/sederhana menuju materi yang kompleks. Namun banyak ditemui dalam
penjabaran materi SK dan KD tidak runtut dari hal yang umum ke khusus
melainkan terpencar-pecar penyebarannya. Keenam, Keterkaitan Antara Materi
Pelajaran dengan Tujuan Pendidikan Nasional: Sistem Pendidikan Nasional,
Standar Nasional Pendidikan, dan aturan-aturan lain tentang pendidikan bermuara
pada Tujuan Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 6
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Seyogyanya pengembangan kurikulum juga mengacu pada tujuan
pendidikan nasional. Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK dan KD
dapat dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan nasional.
Hampir seluruh materi dalam IPS memberi pengaruh terhadap perkembangan
individu untuk menjadi warga negara atau masyarakat yang mempunyai potensi
seprti diatas. Yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar
tidak yang mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional diarahkan dapat mengembangkan kemampuan bangsa
Indonesia dan mengembangkan potensi agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang bermutu
mengacu pada kriteria minimal sistem pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam
Satandar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan memiliki tujuan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Terdapat
delapan kriteria mutu pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan yaitu standar
isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan (Mulyasa, 2009:21).
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi kelulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran (Mulyasa, 2009:21). Standar
isi dituangkan dalam peraturan pemerintah (PP) Republik Indonesia nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan/akademik. Kerangka
dasar yang dimuat pada standar isi terdapat lima kelompok mata pelajaran antara
lain mata pelajaran agama dan akhlak mulia, mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, mata pelajaran Ilmu pengetahuan, dan teknologi, mata pelajaran
estetika, dan mata pelajaran jasmani olahraga kesehatan, pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan terdapat beberapa macam ilmu pengetahuan salah satunya adalah ilmu
pengetahuan sosial atau disingkat dengan IPS dan pendidiakan ilmu penegtahuan
sosial.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 8
Ilmu pengetahuan sosial adalah seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Akbar, 2010:84). Mata pelajaran IPS
(ilmu pengetahuan sosial pada jenjang SD/MI) memuat materi mengenai sejarah,
geografi, ekonomi. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS (ilmu pengetahuan
sosial) memuat materi mengenai sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi. Pada
jenjang SMA/MA mata pelajaran IPS (ilmu pengetahuan sosial) memuat materi
mengenai sejarah, sosiologi, geografi, dan ekonomi. Pembelajaran bidang studi IPS
di sekolah-sekolah pada tahun 1950-an tidak terdengar keluh kesah dari kalangan
guru IPS (Ilmu pengetahuan sosial) maupun para siswa jurusan IPS di SMA
(sekolah Menengah Atas) mengenai betapa tersudutnya posisi peserta didik yang
memilih jurusan IPS dalam dunia kerja. Guru IPS juga cukup leluasa melakukan
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS di sekolah-sekolah dalam kedudukan
sebagai guru kelas, namum pada tahun 1970 sampai sekarang ketika setiap sekolah
dituntut harus memiliki jurusan antara lain jurusan Bahasa, jurusan IPA dan
jurusan IPS. Pada peserta didik yang memilih jurusan IPS di sekolahnya muncul
perasaan rendah diri, pada peserta didik yang terpaksa memilih jurusan IPS. Peserta
didik yang memilih jurusan IPS tidak mempunyai persaaan bangga ketika menjadi
siswa jurusan IPS, karena melihat kenyatan bahwa siswa yang memilih jurusan
IPA bisa meneruskan belajar di perguruan tinggi pada fakultas-fakultas manapun,
sementara pada siswa yang memilh jurusan IPS tidak bisa meneruskan belajar di
perguruan tinggi pada fakultas-fakultas teknik maupun kedokteran, kebidanan yang
berbasis ilmu-ilmu pasti alam. Guru yang mengajar bidang studi IPS juga memiliki
perasaan rendah diri dan frustasi karena melihat betapa rendahnya minat siswa
untuk belajar ilmu pengetahuan sosial. Kebanyakan para siswa beranggapan belajar
ilmu pengetahuan sosial itu membosan hanya penuh dengan hafalan dan teori-teori
saja, untuk itu siswa tidak berminat untuk belajar bidang studi IPS apabila dilihat
dari bidang studi IPS yang memuat materi menganai sejarah, sosiologi, geografi
dan ekonomi. Para guru yang mengajar bidang studi IPS juga mengeluh karena
sedikit minat siswa yang mau mengikuti belajar tambahan berupa les mata
pelajaran IPS.
Pada saat sekarang kurikulum sering diartikan dalam artian sempit yaitu
pengaturan mengenai mata pelajaran. Oleh karena itu ketika kurikulum akan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 9
dikembangkan maka yang dipermasalahkan adalah kedudukan suatu mata
pelajaran. Tantangan yang diidentifikasi adalah kekurangan pemahaman atau
penguasaan terhadap materi pelajaran dari suatu mata pelajaran tertentu. Para
pengembang kurikulum berdialog untuk menyelesaikan berapa jam pelajaran untuk
mata pelajaran matematika, IPA, IPS, dan sebagainya. Pertanyaan mengenai
manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya ketika deliberasi dilakukan
untuk menentukan konten kurikulum. Kiranya tidak terlalu slah jika dikatakan
bahwa tujuan pendidikan hanyalah pernyataan yang tertulis secara hukum tanpa
punya kekuatan apapun. Para pengembang kurikulum tidak mengkaji ini ketika
menentukan posisi mata pelajaran ataupun menentukan model kurikulum. Penilaian
hasil belajar tidak juga mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan
mata pelajaran. Tujuan mata pelajaran tidak dikembangkan dari tujuan pendidikan
nasional (Hasan, 2008: 103).
Dokumen Standar Isi menjadi fokus evaluasi kurikulum. Berbagai ketetapan
yang tertuang pada dokumen Standar Isi perlu dikaji dan dievaluasi untuk melihat
kesesuaiannya dengan perkembangan masyarakat, berbagai teori pendidikan, dan
kurikulum. Evaluasi terhadap Standar Isi harus mampu mengungkapkan
konsistensi internal antara berbagai ketetapan seperti pengelompokan mata
pelajaran sebagai indikator dari ide pendidikan dan kurikulum, pikiran tentang
struktur kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang ditetapkan
dengan pengelompokan mata pelajaran dan struktur kurikulum, beban belajar dan
kalender pendidikan. Oleh karena itu, kajian evaluasi kurikulum terhadap dokumen
Standar Isi adalah suatu yang penting (Hasan, 2008: 103).
Disinilah peran strategis mahasiswa dari Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK), untuk melakukan evaluasi dan dilanjutkan dengan
memberikan solusi atas berbagai temuan masalah dalam Standar Isi. Makalah ini
mengupas kelemahan-kelemahan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi, baik dari segi dokumen maupun penerapannya di lapangan.
Tidak berhenti disitu, ide-ide kreatif juga merupakan lahan garapan yang termuat
dalam makalah ini.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 10
B. Rumusan Masalah
1. Apa kelemahan-kelemahan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi?
2. Bagaimana upaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi?
C. Tujuan
1. Menganalisis kelemahan-kelemahan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi.
2. Memberikan solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait,
sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan
kurikulum masa depan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan arahan dan masukan bagi para pengembang kurikulum,
khususnya mata pelajaran IPS.
b. Memberikan acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah
dasar dan menengah.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 11
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi lulusan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender akademik.
Struktur kurikulum untuk pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari: a) kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia; b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian; c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d)
kelompok mata pelajaran estetika; dan e) kelompok mata pelajaran jasmani, olah
raga, dan kesehatan. Beban belajar berisi: a) konsep penyelenggaraan pendidikan
menggunakan sistem paket dan sistem kredit semester; b) alokasi waktu kegiatan
tatap muka per jam, per minggu, dan per tahun pada masing-masing satuan
pendidikan; dan c) jenis penugasan dan proporsi pemberian penugasan dalam
pembelajaran.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dan
penyusunannya berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Kalender
pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
B. Ilmu pengetahuan Sosial
IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi,
Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001 : 9). Materi pelajaran IPS merupakan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 12
penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema
tertentu. Misalkan materi tentang Pasar, maka harus ditampilkan kapan atau
bagaimana proses berdirinya (Sejarah), dimana pasar itu berdiri (Geografi),
bagaimana hubungan antara orang-orang yang berada di pasar (Sosiologi),
bagaimana kebiasaan-kebiasaan orang menjual atau membeli di pasar
(Antropologi) dan berapa atau jenis-jenis barang yang diperjualbelikan (Ekonomi).
IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat
baik dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Interaksi antar individu dalam
ruang lingkup lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga,
rukun tetangga atau rukun warga, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi,
negara dan dunia. Karakteristik tujuan IPS menurut Bruce Joyce (dalam Naskah
Kebijakan Kurikulum IPS, 2007 :14-15) memiliki tiga katagori yaitu :
1. Pendidikan kemanusiaan.
2. Pendidikan kewarganegaraan.
3. Pendidikan intelektual.
Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak
memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya.
Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan nilai. Guru dapat
menyajikan materi IPS dalam tujuan ini misalkan dalam materi lingkungan
keluarga,. ditanyakan kepada siswa mengenai pekerjaan apa yang ia lakukan di
keluarga dan mengapa ia melakukan pekerjaan tersebut. Siswa mungkin akan
menjawab dari pengalamannya sebagai anak yang paling besar harus membimbing
adik-adiknya. Ia melakukan hal tersebut misalkan karena timbulnya rasa tanggung
jawab.
Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus
dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan
masyarakat. Siswa memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya sebagai
bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara. Pendidikan nilai
dalam tujuan ini lebih ditekankan pada kewarganegaraan. Materi yang disajikan,
misalnya ketika berbicara tentang lingkungan sekolah, maka anak diminta untuk
belajar dengan baik. Mereka adalah generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sekarang.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 13
Pendidikan intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan untuk
memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang
dikembangkan dari konsep-konsep ilmu sosial. Dalam memecahkan masalah anak
akan dihadapkan pada upaya mengambil keputusan sendiri. Dengan peningkatan
kematangan, anak harus belajar untuk menjawab pertanyaan dengan benar dan
menguji ide-ide kritis dalam situasi sosial. Misalnya, dalam materi tentang pasar,
siswa dihadapkan pada masalah tentang mana yang lebih baik belanja di pasar
tradisional atau swalayan apabila ibunya ingin membeli sayuran. Dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tersebut siswa akan dihadapkan
berbagai pertimbangan, seperti jarak pasar dari rumah, ongkos yang digunakan,
perbandingan harga sayuran di pasar tradisional dan swalayan, dan lain-lain.
Jack R. Fraenkel (dalam Naskah Kebijakan Kurikulum IPS, 2007 :14-15)
membagi tujuan IPS dalam empat kategori yaitu :
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
3. Sikap
4. Nilai
Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah
informasi dan ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu siswa untuk belajar lebih
banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Misalnya, siswa dikenalkan
dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam, lingkungan buatan,
keluarga, tetangga, dan lain-lain. Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-
kemampuan tertentu sehingga digunakan pengetahuan yang diperolehnya.
Beberapa keterampilan yang ada dalam IPS adalah :
a. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan,
mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi,
membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru.
b. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis,
berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta, membuat garis
besar, membuat grafik dan membuat catatan.
c. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu
hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan masalah,
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 14
menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan, menerima,
menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.
d. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan kontribusi
dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang
disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara menolong masalah yang
lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan orang lain, dan
mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.
Sikap adalah kemahiran mengembangkan dan menerima keyakinan-
keyakinan, interes, pandangan-pandangan, dan kecenderungan tertentu. Sedangkan
nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam,
mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.
C. Kurikulum KTSP
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah
(Muslich 2007, hlm. 17).
Komponen dan Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
diaantaranya:
1. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang
disebut sebagai komponen kurikulum. Komponen tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan dan mendukung yang merupakan dasar
utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana Panduan Penyusunan
KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), KTSP
ada empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2)
struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP (dikutip dari panduan penyusunan
KTSP lengkap 2008, hlm. 148-151).
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 15
Dengan adanya keempat komponen KTSP tersebut, maka tingkat satuan
pendidikan atau sekolah, seperti kepala sekolah dan guru diberikan kewenangan
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolahnya
berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah. Karena masing-masing sekolah
dipandang lebih mengetahui tentang kondisi nyata satuan pendidikannya.
2. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman
muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan
beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang
dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan
kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
D. Jurnal Penelitian
Penelitian Edy Sutrisna, 2012 tentang Strategi guru dalam pembelajaran
IPS (Studi eksploratif pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP wilayah kabupaten
Pati), menyimpulkan bahwa Pemberlakuan KTSP sebagai kurikulum yang berbasis
pada kompetensi menuntut diterapkannya strategi dan metode pembelajaran yang
mampu mengantarkan peserta didik mencapai sejumlah kompetensi tertentu. IPS
sebagai mata pelajaran yang memiliki tujuan mulia, yaitu mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang baik, seharusnya diajarkan kepada siswa melalui
strategi dan metode yang tepat dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media
pembelajaran. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih
cenderung menggunakan strategi pembelajaran ekspositori; penggunaan sumber
dan media pembelajaran yang kurang variatif; dan pendekatan terpadu dalam
pembelajaran IPS tidak dapat direalisasi oleh para guru karena berbagai kendala.
Penelitian Sutimah dan Prof. Ace Suryadi,M.Sc.,Ph.D tentang Dampak
Implementasi Standar Isi dan Standar Proses terhadap hasil UASBN tahun
2009/2010 pada Sekolah Dasar di Jambi, menyimpulkan bahwa standar isi dan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 16
standar proses mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif serta signifikan
terhadap hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. Ujung tombak dalam
mengimplementasikan standar isi dan standar proses adalah guru, karena guru
merupakan elemen yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Kerangka
dasar dan struktur kurikulum harus dipahami, sehingga guru akan dengan mudah
untuk melaksanakan perencanaan pembelajaran. Apabila perencanaan
pembelajaran dilakukan secara tepat, maka proses pembelajaran dan evaluasi dapat
berjalan dengan baik. Untuk menunjang hal tersebut peran pengawas dan kepala
sekolah sangat dibutuhkan untuk memantau dan mensupervisi serta memberikan
arahan dan bimbingan kepada guru, sehingga hasil evaluasi belajar siswa (UASBN)
dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Penelitian Yer J. Thao, Department of Curriculum and Instruction,
Graduate School of Education, Portland State University, Portland, USA tentang
Bicultural Literacy Curriculum yang menyimpulkan bahwa this article examines
the literacy issues in public school in the United States, and points out that current
programs do not have a meaningful cultural connection to bicultural and bilingual
students. The findings indicate that literacy must become part of bicultural and
bilingual students’ reality in order to empower them. The pedagogical content of
literacy must acknowledge bicultural and bilingual students’ culture so they can
make connections to learning literacy. In order to help bicultural and bilingual
students acquire the necessary academic skills to succeed on high-stakes tests that
are demanded by No Child Left Behind Law, public schools need to infuse home
culture literacy as part of literacy programs and practices.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 17
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS KAJIAN STANDAR ISI JENJANG SD/MI
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SD menghasilkan permasalahan-
permasalahan dalam beberapa aspek salah satunya dalam kajian naskah atau
dokumen, diantaranya:
1. Struktur Kurikulum
Berdasarkan analisis terhadap dokumen kerangka dasar dan struktur
kurikulum SD/MI ditemukan ketentuan yaitu pada butir c tertulis : ”Pembelajaran
pada kelas I s.d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik sedangkan pada kelas
IV s.d VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.” Kelas III merupakan
awal untuk pelaksanaan pendekatan mata pelajaran di kelas IV, maka pelaksanaan
pembelajaran tematik di kelas III lebih diorientasikan kepada penguatan dasar dasar
mata pelajaran sebagai persiapan untuk pendekatan mata pelajaran secara utuh di
kelas IV. Hal ini dimungkinkan karena materi pokok bahan ajar kelas III sudah
lebih tinggi untuk dikembangkan melalui tematik (litbang, 2007:11).
2. Alokasi waktu
Berdasarkan analisis terhadap dokumen Standar isi SD/MI Dalam
pembagian waktu, mata pelajaran IPS kurang sesuai atau kurang proporsional
dengan materi IPS yang ada. Dengan waktu yang cukup singkat sedangkan
materi yang harus diberikan cukup banyak. Hal ini akan mengakibatkan guru
dalam menyampaikan hanya ingin menghabiskan materi saja,
mengesampingkan paham atau tidaknya peserta didik. Dalam mata pelajaran
IPS antara materi dengan alokasi waktu hendaknya proporsional, mengingat
banyaknya ruang lingkup materi sehingga perlu ditambah alokasi waktunya,
sebaliknya apabila alokasi waktu tetap seperti apa yang ada sekarang perlu
adanya penyederhanaan ruang lingkup materi.
3. Muatan materi dalam SK, KD
Materi-materi yang ada pada SK KD hendaklah berkesesuaian antara KD
yang satu dengan yang lainnya, dalam arti dapat disusun dari tahap yang mudah
kemudian menuju ke yang sulit atau dapat pula bertahap berurutan sesuai tema.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 18
Akan tetapi pada kenyataannya terdapat ketidak runtutuan. Berikut dapat dilihat
beberapa contoh urutan KD yang kurang sesuai urutannya. Misalnya pada SD
Kelas 3 Semester 2 dimana urutannya yang semula menguraikan KD nomor 2.3
“jual beli di lingkungan rumah dan sekolah”, baru kemudian pada KD
selanjutnya dibahas KD nomor 2.4 “sejarah uang.” Alangkah lebih runtut jika
menempatkan “sejarah uang” pada KD nomor 2.3 baru kemudian “jual beli
dilingkungan rumah dan sekolah” pada KD nomor 2.4. Karena dengan begini
peserta didik akan lebih mengetahui bagaimana asal usul sejarah uang dengan
memahami kegunaan, nilai uang, lalu mengetahui contoh-contohnya dengan
kegiatan jual beli disekitar sekolah maupun rumah. Selain itu terdapat sebaran
materi yang tidak merata, yang seharusnya sebaran materinya seimbang terdiri
dari sejarah, geografi, ekonomi pada setiap kelas. Akan tetapi contohnya pada
SD kelas V sebagian besar materinya adalah sejarah.
4. Kaitan materi dengan tujuan nasional pendidikan
Tujuan pendidikan sekolah dasar adalah memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama. Materi yang
disampaikan ditujukan hanya untuk kemampuan yang dipersyaratkan oleh
disiplin ilmu saja.
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SD selanjutnya dpat dikaji
dalam hal pelaksanaan di lapangan, hasil kajian tersebut diantaranya:
a. Keragaman Pelaksanaan
Terdapat beragam pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah, khususnya
keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Ada sekolah yang
melaksanakan sekaligus semua jenjang yaitu di SD langsung dilaksanakan dari
kelas 1 sampai dengan kelas 6 (litbang, 2007:17), ada pula yang berjenjang
dimulai dari kelas dua maupun kelas tiga sampai kelas 6.
b. Struktur Kurikulum
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik di kelas I s.d III tidak berjalan sesuai
dengan ketentuan Standar Isi, karena guru-guru mengalami kesulitan dalam
menyusun silabus sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 19
Dasar (KD) yang ditetapkan dalam Standar Isi. Selain itu guru-guru mengalami
kesulitan dalam mengalokasikan waktu yang harus dipergunakan dalam
seminggu, karena tidak ada ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang
ditetapkan. Hal ini disebabkan guru-guru belum memahami esensi dan praktek
pembelajaran tematik (litbang, 2007:12)
c. Beban belajar
Beban belajar untuk kegiatan tatap muka per minggu bagi kelas IV
sampai dengan kelas VI dirasakan kurang, karena perlu penambahan alokasi
jam belajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Diusulkan agar
jumlah jam tatap muka untuk kelas IV s.d VI menambah lama belajar per jam
pelajaran dari 35 menit menjadi 40 menit tanpa menambah beban belajar
tatap muka per minggu.
B. Analisis Kajian Standar Isi Jenjang SMP/MTS
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMP/MTs menghasilkan
permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek, diantaranya:
1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum
yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip:
a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya; b) beragam dan terpadu; c) tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d) relevan dengan
kebutuhan kehidupan; e) menyeluruh dan berkesinambungan; f) belajar
sepanjang hayat; g) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di atas bukanlah hal yang
bersifat anti kritik, konsep ideal selalu dipertentangkan dengan fakta di
lapangan. Masalah pertama dapat dijumpai pada prinsip poin (a), yang bisa juga
dikaitkan dengan prinsip poin (b) dan (d). Kasus yang terjadi di daerah
perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat menggugurkan dua point di atas.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 20
Daerah perbatasan terdiri dari populasi penduduk yang berasal dari dua
daerah/dua suku yang berbeda, Jawa dan Sunda. Bahkan bisa jadi suatu daerah
di Jawa Tengah perbatasan mayoritas penduduknya adalah Suku Sunda, sebut
saja di Kabupaten Brebes khususnya kecamatan Salem, Bantarkawung, dan
Buaran. Masalah terjadi ketika muatan lokal yang diberikan di sekolah justru
adalah Bahasa Jawa. Masyarakat yang mayoritas Suku Sunda akan mengalami
kesusahan ketika belajar Bahasa Jawa. Kehidupan sehari-hari mereka
menggunakan bahasa ibu, yakni Bahasa Sunda. Secara administratif mereka
memang termasuk penduduk Jawa Tengah, namun secara budaya mereka adalah
orang Sunda. Dengan demikian, apakah kurikulum telah disusun berdasarkan
pada potensi peserta didik, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya? Dan, apakah kurikulum telah disusun secara
seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah? Serta, apakah
kurikulum telah dikembangkan secara relevan dengan kebutuhan kehidupan?
Hamid Hasan (2008: 110) menyatakan bahwa ide untuk kurikulum (dalam hal
ini KTSP) harus pula memperhatikan kebutuhan daerah, keunggulan dan
kelemahan yang ada di sekitar sekolah baik dalam bidang sosial, budaya,
ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, kehidupan keagamaan, dan aspek
kehidupan lainnya. Ditambahkan juga oleh Hamid Hasan (2008: 112) bahwa
prinsip pengembangan kurikulum itu merupakan aplikasi dari prinsip
pendidikan yang menghendai agar pendidikan berdasarkan akar budaya dan
tidak mencabut peserta didik dari lingkungan sosial-budayanya.
Yer J. Thao (2011) menambahkan bahwa:
“Literacy has a very important role in the public school to give power to
bicultural and bilingual students, so they can maintain a sense of
cultural, language, and identity balance between their home culture and
the dominant culture. Bicultural and bilingual students have struggled to
make a connection through public school literacy programs that have
been washed to remove cultural identity”.
Secara garis besar, Yer J. Thao menghendaki bahwa dalam penyusunan
kurikulum juga harus memperhatikan budaya masyarakat setempat. Kurikulum
diharapkan dapat menjadi sarana untuk melestarikan jiwa berbudaya (sense of
culture) yang seimbang antara budaya lokal dan budaya arus utama. Penguasaan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 21
yang baik terhadap budaya masyarakat menjadikan peserta didik memiliki daya
juang untuk melawan budaya-budaya asing yang mengikis budaya lokal.
Standar Kompetensi dan kompetensi dasar lebih banyak dipahami
sebagai materi yang harus diberikan di sekolah tanpa pengembangan lebih lanjut
yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pemahaman seperti itu berakibat pada
pembelajaran guru lebih berorientasi pada materi, bukan pada kompetensi. Hal
ini terjadi disebabkan penyampaian materi IPS di sekolah lebih banyak berdasar
pada buku teks, bukan pada dokumen standar isi. Sehingga KTSP yang
dikembangkan di sekolah belum menggambarkan KTSP yang memiliki ciri khas
sekolah atau daerah tersebut. Sebab buku-buku teks yang digunakan lebih
banyak memaparkan materi yang masih bersifat umum yang bisa berlaku pada
semua sekolah atau daerah (Depdiknas, 2007).
Selain itu, poin (c) juga merupakan wacana yang perlu dikritisi dan di
evaluasi ulang. Kecenderungan di lapangan adalah beberapa guru dengan
tingkat usia lanjut kurang dapat mengikuti perkembangan teknologi, ditambah
dengan kapabilitas sekolah untuk menyediakan pembelajaran berbasis IT yang
tidak merata. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merupakan konsep ideal
yang masih memerlukan upaya serius dalam upaya mewujudkannya. Hal ini
juga didukung oleh penelitian Edy Sutrisna, 2012 tentang Strategi guru dalam
pembelajaran IPS (Studi eksploratif pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP
wilayah kabupaten Pati), menyimpulkan bahwa Pemberlakuan KTSP sebagai
kurikulum yang berbasis pada kompetensi menuntut diterapkannya strategi dan
metode pembelajaran yang mampu mengantarkan peserta didik mencapai
sejumlah kompetensi tertentu. IPS sebagai mata pelajaran yang memiliki tujuan
mulia, yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik,
seharusnya diajarkan kepada siswa melalui strategi dan metode yang tepat
dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran. Hasil kajian
menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih cenderung menggunakan
strategi pembelajaran ekspositori; penggunaan sumber dan media pembelajaran
yang kurang variatif; dan pendekatan terpadu dalam pembelajaran IPS tidak
dapat direalisasi oleh para guru karena berbagai kendala. Hal inilah yang
mengakibatkan pembelajaran IPS untuk beberapa orang mengatakan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 22
membosankan sehingga perlu setrategi-setrategi khusus mengelola pembelajaran
IPS sehingga dapat bervariatif lagi.
2. Struktur Kurikulum
Alokasi Jam Pelajaran untuk mapel IPS tingkat SMP dapat dikatakan
ideal, ideal dalam arti proporsi pembagian jam pelajaran IPS jika dibanding
dengan mapel-mapel lain, khususnya rumpul mapel Matematika dan IPA.
Alokasi Jam Pelajaran mapel IPS empat jam per minggu, alokasi ini sama
dengan mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Namun
jika dibandingkan dengan materi mapel IPS, alokasi waktu untuk mapel IPS
kurang proporsional. Materi mapel IPS yang mencakup Sosiologi, Ekonomi,
Sejarah, dan Geografi, cukup banyak.
Selain alokasi waktu yang tidak proporsional, terdapat juga sebaran
materi yang tidak merata. Semestinya proporsi sebaran materi Sejarah, Geografi,
Ekonomi, dan Sosiologi merata pada setiap semester dan kelas. Misalnya IPS
SMP, pada kelas VII semester 1 materi Sejarah sangat sedikit, hanya ada dalam
satu KD dan itupun berada dalam SK yang lebih cocok untuk Geografi.
Permasalahan juga muncul dalam penerapannya, dalam Standar Isi ditentukan
bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA
Terpadu” dan “IPS Terpadu” (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi). IPS terpadu terdiri dari beberapa ilmu sosial, diantaranya Sosiologi,
Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Di beberapa sekolah, mapel IPS diajarkan
secara parsial, materi Sosiologi diajarkan oleh guru dengan latar belakang
pendidikan Sosiologi, materi Sejarah diajarkan oleh guru dengan latar belakang
pendidikan Sejarah. Hal ini jelas melanggar dokumen Standar Isi, IPS tidak lagi
diajarkan secara terpadu. Salah satu penyebabnya adalah masih minimnya guru
dengan latar pendidikan sarjana pendidikan IPS, sehingga pembelajaran IPS
harus diampu oleh guru dari masing-masing bidang.
IPS di SMP diorganisasikan menjadi IPS Terpadu, sehingga berimplikasi
pada tugas guru yang mengajar. Dalam hal bagaimana guru IPS di SMP
mengajar terjadi keragaman. Ada sekolah yang mengajarkan IPS di SMP
dipegang oleh satu orang. Konsekuensinya, guru tersebut harus`mengajar
sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Pelaksanaan seperti itu beralasan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 23
bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang satu, bukan mata
pelajaran yang dipisah-pisahkan walaupun materinya bersumber dari sejarah,
ekonomi, geografi dan sosiologi. Selain itu ada pula SMP yang mengajarkan
IPS, dipegang oleh beberapa orang guru sesuai dengan disiplinnya, yaitu
sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Jadi pelaksanaan pengajaran IPS
dibagi ke dalam empat bidang studi. Alasan pelaksanaan yang demikian pertama
untuk pemerataan guru mata pelajaran (sejarah, ekonomi, geografi dan
sosiologi), kedua pentingnya profesionalisme penguasaan materi oleh guru.
Mata pelajaran apabila diajarkan oleh guru yang bukan disiplinnya akan menjadi
kurang berkualitas, misalnya sejarah diajarkan oleh guru yang berlatar belakang
pendidikan geografi atau sebaliknya (Depdiknas, 2007).
3. Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD)
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada jenjang
SMP/MTs banyak sekali menggunakan kata kerja operasional mendeskripsikan
dan mengidentifikasi. Kata “mendeskripsikan” berarti menjelaskan,
memaparkan, menggambarkan, atau menerangkan. Dalam konteks ini berarti
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat memahami
kemudian menjelaskan kepada orang lain tentang materi yang telah
diperolehnya. Kata “mengidentifikasi” berarti mengenali, menentukan, atau
menetapkan ciri/karakteristik atas suatu hal. Dalam konteks ini berarti peserta
didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat mengenali suatu hal,
fenomena, benda-benda tertentu, dan lain sebagainya.
Implikasinya bagi pembelajaran adalah peserta didik hanya dituntut
untuk bisa mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru
akan memberikan pengalaman belajar yang optimal. Tes yang digunakan pun
masih banyak mengukur aspek kognitif pada jenjang yang lebih rendah
misalnya kemampuan untuk menyebutkan. Penggunaan bentuk tes yang
demikian disebabkan oleh pemahaman yang salah tentang materi IPS. Materi
IPS dipahami sebagai materi yang hapalan saja, sehingga tes yang digunakan
pun lebih menekankan pada hapalan (Depdiknas, 2007). Selain itu pembelajaran
yang berlangsung juga tidak memenuhi konsep PAIKEM, karena bisa jadi
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 24
pembelajaran yang diselenggarakan guru akan terjebak pada model
pembelajaran ceramah dengan minim variasi. Ditambah IPS merupakan mapel
memiliki muatan materi yang banyak. Guru akan terfokus pada bagaimana
menyelesaikan penyampaian materi pada peserta didik dengan jatah waktu yang
telah dialokasikan selama masa studi tertentu.
Kondisi tersebut di atas diperparah dengan orientasi guru yang hanya
mengacu pada buku teks, kurikulum hanya wacana sepintas lalu yang diabaikan
begitu saja dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku teks dianggap sudah
mewakili kurikulum, sehingga guru merasa tidak perlu mengkaji lebih dalam
tentang isi dan amanat kurikulum. Kondisi ini jelas salah, karena seharusnya
guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan kurikulum. Perlu
diwaspadai mengenai sistem “kejar tayang” yang kadang dilakukan oleh
beberapa guru, karena ini memungkinkan terjadinya pengabaian terhadap
penangkapan peserta didik atas materi yang disampaikan.
4. Muatan Materi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD)
Materi-materi yang tertuang dalam SK dan KD sarat akan nilai-nilai,
dikembangkan dari yang mudah/sederhana menuju materi yang kompleks.
Namun ditemui beberapa materi yang tidak runtut dalam penyusunannya,
semisal materi pada kelas VIII Semester 2. Standar kompetensi menyebutkan
“memahami kegiatan perekonomian di Indonesia”, kompetensi dasarnya terdiri
dari: a) Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai
sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya
penanggulangannya; b) Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem
perekonomian Indonesia; c) Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian
nasional; dan d) Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya
harga pasar. Perrtanyaan yang muncul, lalu bagian mana yang tidak runtut? Mari
kita cermati poin (a), (c), dan (d). Materi tentang pajak merupakan materi
tingkat lanjut dari kegiatan perekonomian, jika dibandingkan dengan materi
mengenai permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran merupakan
dasar dalam kegiatan perekonomian, yaitu kegiatan yang terjadi dalam pasar.
Seyogyanya materi permintaan dan penawaran diajarkan terlebih dahulu,
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 25
kemudian secara berturut-turut diajarkan materi tentang pelaku-pelaku ekonomi,
pajak, dan permasalahan angkatan kerja dan upaya penanggulangannya.
Ketidak runtutan penyampaian materi juga dapat ditemui pada SK dan
KD kelas IX Semester 1. Standar kompetensi menyebutkan “memahami kondisi
perkembangan negara di dunia”, kompetensi dasarnya terdiri dari: a)
mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju; b)
mendeskripsikan Perang Dunia II (termasuk pendudukan Jepang) serta
pengaruhnya terhadap keadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia. Secara
kasat mata dapat dikatakan bahwa materi pada poin (a) dan (b) tidak runtut,
semestinya poin (b) diajarkan terlebih dahulu dari pada poin (a). Logikanya,
konsep negara berkembang dan negara maju salah satunya disebabkan oleh
Perang Dunia II. Perang Dunia II memberikan dampak multi dimensional
terhadap kehidupan, salah satunya bidang ekonomi. Negara-negara yang kalah
perang kemudian menjadi pailit. Di bidang politik, pasca Perang Dunia II
banyak negara-negara terjajah yang melakukan nasionalisasi/merdeka, karena
negara penjajah kalah dalam Perang Dunia II. Kondisi demikian dimanfaatkan
negara terjajah untuk melakukan perjuangan kemerdekaan secara lebih intensif.
Negara yang baru merdeka merupakan negara-negara yang dapat dikategorikan
negara berkembang.
Lebih lanjut dijabarkan dalam naskah akademik tentang kajian kebijakan
kurikulum mapel IPS (2007), bahwa urutan yang digunakan dalam IPS SMP
tidak jelas konsepnya apakah konsep Kurikulum IPS terpadu, korelasi, atau
terpisah-pisah. Walaupun diberi nama IPS terpadu akan tetapi dalam
kenyataannya SK dan KD tetap terpisah-pisah antara Sejarah, Ekonomi,
Geografi, dan Sosiologi, sehingga materi yang tercantum dalam SK dan KD
tidak berurutan. Ada upaya untuk memadukan dalam suatu tema yang diuraikan
dalam KD yang beragam, misalnya KD tersebut ada aspek sejarah dan Geografi.
Tetapi cara memadukan KD tersebut kurang tepat. Misalnya pada kelas VII
semester 1 KD nomor 1.1. Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi,
proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan dan nomor 1.2.
Mendeskripsikan kehidupan pada masa pra-aksara di Indonesia. Kedua KD
tersebut tidak saling terkait. Jika melihat SK nomor 1, materi lebih dekat dengan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 26
Geografi sedangkan KD nomor 1.2. berisi materi Sejarah. Pada sisi lain ada SK
yang hanya Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Seperti pada Kelas VII
semester 2, SK nomor 4, 5, dan 6. Standar kompetensi nomor 4 berisi materi
Geografi, SK nomor 5 berisi materi Sejarah dan SK nomor 6 berisi materi
Ekonomi.
5. Keterkaitan Antara Materi Pelajaran dengan Tujuan Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional, Standar Nasional Pendidikan, dan aturan-
aturan lain tentang pendidikan bermuara pada Tujuan Pendidikan Nasional.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seyogyanya pengembangan
kurikulum juga mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK dan KD dapat
dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan nasional. Yang
perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar tidak yang
mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran (Hamid
Hasan, 2008: 110).
6. Beban Belajar
Dalam penyelenggaraan pendidikan dikenal istilah sistem paket dan
sistem kredit semester (SKS). Penyelenggaraan pendidikan SMP/MTs memang
belum dikenai kewajiban untuk menerapkan SKS, namun boleh dan bisa saja
menerapkan SKS jika SMP/MTs bersangkutan sudah dapat dikategorikan
sebagai sekolah Mandiri, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), atau
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
banyak sekolah yang sudah menyandang predikat RSBI atau SBI yang belum
siap menyelenggarakan pendidikan dengan sistem SKS.
Beban belajar juga mencakup pemberian penugasan, baik penugasan
terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur. Waktu untuk penugasan
terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik
SMP/MTs maksimal 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran bersangkutan (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 27
Isi). Sekali lagi, ini merupakan konsep ideal yang perlu konsistensi dalam
penerapannya.
C. ANALISIS KAJIAN STANDAR ISI JENJANG SMA/MA
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMA/MA menghasilkan
permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek salah satunya dalam hal kajian
naskah atau dokumen, yaitu sebagai berikut:
1. Struktur Kurikulum dan Beban Belajar
Struktur program merupakan bagian penting dalam sebuah proses
pembelajaran karena dari sanalah dapat terbentuk sistem kegiatan belajar
mengajar yang diharapkan dapat berhasil secara maksimal. Berdasarkan kajian
yang dilakukan terhadap struktur program SMA, terdapat beberapa temuan.
a. Kelas X
Pada kelas X, terdapat mata pelajaran yang waktunya sangat sempit ,
yaitu mata pelajaran sejarah dan geografi dengan alokasi waktu hanya 1 jam
pelajaran saja. Hal ini tentu sangat menyulitkan di dalam pengelolaannya.
Berbagai persiapan yang harus dilakukan guru, termasuk memberikan
apersepsi kepada siswa dalam sebuah mata pelajaran sungguh tidak
memungkinkan bila hanya dialokasikan dengan 1 jam pelajaran (45 menit).
Mata pelajaran sejarah tidak hanya menginformasikan berbagai fakta dan
kejadian semata. Mata pelajaran ini menuntut siswa selalu mengkaji
informasi/fakta/kejadian secara cerdas dan arif sehingga menghasilkan
kesimpulan dari materi tersebut secara proporsional. Penanaman nilai-nilai
sejarah pada siswa juga harus diberikan mata pelajaran ini melalui KBM
yang variatif dan bermakna. Oleh sebab itulah mata pelajaran sejarah di
kelas ini direkomendasikan untuk ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2
jam pelajaran.
Mata pelajaran geografi juga direkomendasikan untuk menambah
jumlah jam pelajaran dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Selain
persiapan yang harus dilakukann guru dalam sebuah pembelajaran, materi
geografi juga sangat kompleks. Kondisi geografis Indonesia yang sangat
unik menyebabkan kajian geografi menjadi sesuatu yang harus didiskusikan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 28
antara siswa dan guru secara komprehensif sehingga hasil pembelajaran ini
membuat siswa memahami,menghargai, dan mencintai negara mereka.
Peristiwa alam yang banyak terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa
bumi, banjir, gunung meletus, dan longsor mengharuskan mata pelajaran
geografi memberikan informasi kepada siswa dan mendiskusikannya.
b. Kelas XI dan XII Program IPA
Mata pelajaran sejarah pada program ini diberi alokasi waktu hanya 1
jam saja. Untuk itu, mata pelajaran ini pada program ini direkomendasikan
juga untuk ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Program
IPA yang berorientasi pada sains bukan berarti tidak memerlukan mata
pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah pada program IPA atau pada
program lainnya tidak boleh dipandang sebagai sebuah kajian materi yang
hanya menambah beban siswa, melainkan harus menjadi alat perekat bangsa
sebab melalui sejarahlah seseorang atau suatu bangsa dapat belajar dari
kesalahan atau mengacu pada sebuah keberhasilan. Hal yang harus
dilakukan adalah bagaimana menjadikan pelajaran ini sebagai sebuah
pembelajaran yang variatif dan bermakna bagi anak.
c. Kelas XI dan XII Program IPS
Mata pelajaran ekonomi pada program ini direkomendasikan
ditambah dari 4 jam menjadi 5 jam. Adanya materi akuntasi dan ekonomi
lingkungan sebagai core program IPS menyebabkan mata pelajaran ini harus
memiliki waktu yang cukup agar kompetensi yang disyaratkan tercapai.
2. Dokumen Kurikulum
Standar isi Mata Pelajaran IPS yang memuat Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar terdapat dua masalah yaitu sequens dan isi atau content.
a. Sequens
Sequens yang digunakan tidak jelas konsepnya apakah menggunakan
pendekatan kronologis, kausalitas, tematis, dan lainnya. Ketidakjelasan
penggunaan konsep sequens berdampak pada materi yang tidak jelas
urutannya, apakah diurut berdasarkan keluasan ruang lingkup materi, unsur
kronologi waktu atau yang lainnya. Terdapat sequens materi yang tidak
berurutan, baik SK dan KD tingkat SD, SMP dan SMA. Berikut ini beberapa
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 29
contoh urutan SK dan KD yang tidak jelas urutannya. Sequens untuk SMA
nampak tidak jelas dalam mata pelajaran Sejarah di Jurusan IPA dan Bahasa
sebaiknya disamakan dengan sequens pada jurusan IPS. Hal ini penting agar
ada penyeragaman materi sebab misi pelajaran sejarah adalah membangun
jati diri bangsa dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan.
b. Materi (content)
Pada umumnya materi mata pelajaran IPS dan alokasi waktu yang
disediakan kurang proporsional. Waktu yang diberikan sangat singkat
sedangkan materi yang harus diberikan cukup banyak. Misalnya jumlah mata
pelajaran sejarah di Program IPA SMA hanya satu jam sementara materi
yang harus diberikan cukup banyak. Begitu pula pelajaran Geografi pada
kelas 1 hanya diberikan waktu 1 jam. Begitu pula dalam mata pelajaran
Ekonomi, KD pada mata pelajaran ekonomi kelas XII IPS terlalu padat. Pada
Kelas X materi pelajaran ekonomi terlalu banyak, alokasi jamnya tidak
cukup.
3. Penyusunan Program Silabus dan RPP
Guru dalam menyusun Silabus dan RPP belum banyak memperlihatkan
kekhasan pada satuan pendidikannya. Tuntutan KTSP yang harus
memperlihatkan situasi dan kondisi sekolah atau daerah semestinya menjadi
bahan dalam materi pelajaran. Hal ini terjadi dikarenakan perumusan indikator
dan tujuan belum dirumuskan sendiri oleh guru. Ada kecenderungan, guru-guru
membuat indikator mengcopy dari buku teks yang mencantumkan indikator dari
masing-masing materi yang akan disampaikan. Selain itu guru harus bisa
membedakan rumusan indikator dan tujuan, sehingga tidak rancu dalam
merumuskan silabus dan RPP. Pemahaman terhadap perbedaan indikator dan
rumusan tujuan, ada perbedaan antara guru dan pengawas di lapangan. Hal ini
dapat menyulitkan guru dalam merumuskan Silabus dan Indikator, karena
kedudukan pengawas sebagai penilai kinerja guru.
4. Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD)
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada jenjang
SMA/MA banyak sekali menggunakan kata kerja operasional mendeskripsikan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 30
dan mengidentifikasi. Kata “mendeskripsikan” berarti menjelaskan,
memaparkan, menggambarkan, atau menerangkan. Dalam konteks ini berarti
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat memahami
kemudian menjelaskan kepada orang lain tentang materi yang telah
diperolehnya. Kata “mengidentifikasi” berarti mengenali, menentukan, atau
menetapkan ciri/karakteristik atas suatu hal. Dalam konteks ini berarti peserta
didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat mengenali suatu hal,
fenomena, benda-benda tertentu, dan lain sebagainya.
Implikasinya bagi pembelajaran adalah peserta didik hanya dituntut
untuk bisa mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru
akan memberikan pengalaman belajar yang optimal. Berdasarkan hasil analisis
penggunaan kata operasional pada mata pelajaran IPS tingkat SMA masih
sangat sedikit sekali penggunaan kata kerja operasional yang dapat
mengakibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan kata kerja
operasionla yang dapat melibatkan siswa aktif pada mata pelajaran Sosiologi
dari kelas X-XII terdapat tiga indikator yang dapat membuat siswa aktif. Pada
mata pelajaran Ekonomi kata kerja operasional yang digunakan cukup banyak
untuk membuat siswa aktif terutama dalam bab pembahasan memahami
penyususnan siklus akutansi persahaan jasa, hampir semua menggunakan kata
kerja operasional melakukan yang dapat berakibta aktif terhdap kegiatan
pembelajaran. Pada mapel sejarah hampir secara keseluruhan masih
menggunakan kata kerja menganalisis dan mendeskripsikan sehingga kurang
sekali melibatkan siswa katif dalam pembelajaran. Pada mata pelajaran
Antropologi sudah ada beberapa kata kerja operasional yang membuat siswa
aktif diantaranya dengan kata kerja operasional melakukan, menunjukkan sikap,
melakukan studi etnografi, dan mengkomunikasikan hasil studi. Pada mata
pelajaran Geografi masih terhitung sedikit kata kerja yang membuat siswa aktif
yaitu hanya kata kerja operasional yang muncul mempraktikkan pada SK
mempraktikkan ketrampilan dasar membuat peta.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 31
5. Muatan Materi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD)
Materi-materi yang tertuang dalam SK dan KD sarat akan nilai-nilai,
dikembangkan dari yang mudah/sederhana menuju materi yang kompleks.
Namun ditemui beberapa materi yang tidak runtut dalam penyusunannya,
misalnya pada mata pelajaran Sosiologi pada indikator di SK 1 dan SK 2. Pada
indikator SK 2 menerangkan bahwa tentang sosialisasi, harusnya lebih dahulu
diletakkan sebelum indikator nilai dan norma, karena terjadinya sosialisasi
pertama kali terjadi di dalam kelurga sehingga perlu disampaikan sebelam
individu terjun ke masyarakat dan berinteraksi ke lingkungan masyarakat.
6. Keterkaitan Antara Materi Pelajaran dengan Tujuan Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional, Standar Nasional Pendidikan, dan aturan-
aturan lain tentang pendidikan bermuara pada Tujuan Pendidikan Nasional.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seyogyanya pengembangan
kurikulum juga mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK dan KD dapat
dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan nasional. Hampir
seluruh materi dalam IPS memberi pengaruh terhadap perkembangan individu
untuk menjadi warga negara atau masyarakat yang mempunyai potensi seprti
diatas. Yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar tidak
yang mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran
(Hamid Hasan, 2008: 110).
Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMA selanjutnya dpat dikaji
dalam hal pelaksanaan di lapangan, hasil kajian tersebut diantaranya:
a. Pemahaman Standar Isi
Secara teoretis sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No. 22
bahwa standar isi merupakan cakupan lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian sekolah atau satuan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 32
pendidikan diminta untuk menjabarkan materi sebagaimana yang ada dalam
standar isi disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pemahaman standar isi di
lapangan terdapat dua bentuk pelaksanaan. Bentuk pertama yaitu Standar
Kompetensi dan kompetensi dasar lebih banyak dipahami sebagai materi
yang harus diberikan di sekolah tanpa pengembangan lebih lanjut yang
disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pemahaman seperti itu berakibat pada
pembelajaran guru lebih berorientasi pada materi, bukan pada kompetensi.
Hal ini terjadi disebabkan penyampaian materi IPS di sekolah lebih banyak
berdasar pada buku teks, bukan pada dokumen standar isi. Sehingga KTSP
yang dikembangkan di sekolah belum menggambarkan KTSP yang memiliki
ciri khas sekolah atau daerah tersebut. Sebab buku-buku teks yang digunakan
lebih banyak memaparkan materi yang masih bersifat umum yang bisa
berlaku pada semua sekolah atau daerah.
Bentuk kedua, sekolah yang mencoba memahami standar isi sebagai
kompetensi yang harus dikembangkan di sekolah. Materi yang ada di dalam
dokumen KTSP hanyalah merupakan materi standar yang harus
dikembangkan oleh guru atau satuan pendidikan. Dalam pengembangannya
ini melihat kekhasan dari satuan pendidikannya atau daerahnya. Model
pengembangan seperti ini berarti sekolah telah mengembangkan KTSP
sebagaimana yang dikehendaki.
b. Keragaman Pelaksanaan
Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya
keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Ada sekolah yang
melaksanakan sekaligus semua jenjang yaitu di SD langsung dilaksanakan
dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 ; di SMP dari kelas VII sampai dengan
kelas IX; dan di SMA dari kelas X sampai dengan kelas XII. Selain itu ada
pula sekolah-sekolah yang melaksaakan secara berjenjang perkelas, misalnya
di SMP pada tahun 2006 dilaksanakan hanya di kelas VII dan di kelas VIII
pada tahun 2007 sedangkan di kelas IX baru akan dilaksanakan pada tahun
2008. Begitu pula halnya di SMA, pelaksanaan di kelas X pada tahun 2006,
kelas XI tahun 2007, dan kelas XII baru tahun 2008.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 33
Keragaman pelaksanaan tersebut memiliki berbagai alasan. Sekolah
yang melaksanakan KTSP secara keseluruhan pada semua jenjang beralasan
agar kurikulum yang dilaksanakan di sekolah tersebut seragam dan merasa
siap untuk melaksanakannya. Sedangkan sekolah yang melaksanakan secara
berjenjang dengan alasan mengkuti peraturan sebagaimana diatur dalam
Permendiknas no. 23 yang mengatakan pelaksanaan KTSP dilakukan secara
berjenjang dan membolehkan bagi sekolah yang siap untuk melaksanakan di
seluruh jenjang. Alasan lainnya adalah ketidaksiapan sekolah-sekolah
tersebut untuk melaksanakan KTSP secara menyeluruh pada semua jenjang.
c. Sosialisasi KTSP belum merata
Berdasarkan temuan di lapangan khususnya ketika dilakukan berbagai
pelatihan yang berkenaan dengan pelaksanaan KTSP baik yang dilaksanakan
oleh Dinas Pendidikan (Propinsi/Kabupaten/Kota) maupun oleh Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) di berbagai daerah, tidak jarang ditemukan
guru yang belum paham tentang KTSP. Bila ditelusuri kegiatan sosialisasi ini
berawal dari beberapa orang guru dari berbagai daerah diundang oleh BSNP.
Kemudian mereka dijadikan penatar KTSP untuk tingkat nasional dan
daerah. Informasi itu diestafetkan kembali di tingkat propinsi sampai daerah.
Di daerah tidak seluruh guru dapat mengikuti kegiatan sosialisasi.
Kalaupun ada, baru pada tataran MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
bagi mereka yang aktif di MGMP. Sebenarnya estafet informasi itu sudah
baik, namun tatkala mereka kembali ke sekolah masing-masing, guru yang
diharapkan jadi mediator untuk guru-gurunya di sekolah tidak dan atau
kurang memberikan informasi yang telah didapatnya itu. Pada akhirnya tidak
sedikit sekolah mengundang para pejabat terkait diundang, mulai dari Kepala
Sekolah, Subdin Dikdasmen, Pengawas, dan Pakar Kurikulum untuk
menjelaskan tentang dokumen KTSP. Tetapi kegiatan ini hanya dilaksanakan
oleh sekolah yang memiliki dana. Bagi sekolah yang tidak memiliki dana,
jelas KTSP hanya sebatas yang mereka dengar sehingga pehamanan pada
KTSP sangat minim. Demikian juga dengan pedoman petunjuk teknis KTSP
yang belum disosialisasikan menambah kaburnya implementasi kurikulum.
Pada akhirnya tidak seluruh sekolah sudah menerapkan KTSP.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 34
d. Tugas Guru Mengajar
Guru yang mengajar IPS di SMA mengikuti pada pengorganisasian
materi kurikulum IPS. Pengajaran IPS di SMA dalam implementasi
penugasan guru tidak terjadi perubahan sebagaimana halnya di SMP, karena
pengorganisasian materi IPS di SMA sudah terpisah-pisah secara disiplin.
Jadi ada guru yang secara khusus`mengajar sejarah, ekonomi, geografi dan
sosiologi.
e. Guru masih berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen
kurikulum
Dokumen kurikulum (KTSP) yang dikeluarkan oleh BSNP melalui
dinas pendidikan, baik tingkat pusat dan daerah telah menyebar ke berbagai
sekolah sebagai pelaksana dan pengembang kurikulum. Berbagai media, cara
dan sarana untuk menyebarkan kurikulum itu telah ditempuh oleh BSNP,
seperti workshop, pelatihan, seminar, dan lain sebagainya. Sasaran dari
penggunaan berbagai media dan kegiatan itu diharapkan agar pelaksana
kurikulum (guru) memahami dan melaksanakan proses belajar mengajar yang
mengacu pada kurikulum. Tetapi berdasarkan penemuan di lapangan ketika
melakukan pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan PBM, masih banyak
guru dalam PBM tidak mengacu pada kurikulum. Mereka lebih memilih pada
buku teks yang dianggap sudah menjabarkan kurikulum. Untuk itu tidak
jarang guru yang tahu kurikulum hanya pada batas wacana, bukan pada
dokumen kurikulum yang sebenarnya. Buku teks menjadi sarana yang
memadai dalam menjabarkan kurikulum. Kondisi ini jelas salah, karena
seharusnya guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan
kurikulum.
D. RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI DAN SBI)
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar
Nasional (SSN) yang menyiapakan peserta didik berdasarkan Standar Nasional
pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasionjal sehingga diharapkan
lulusanya memiliki kemampuan daya saing internasional. Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional merupakan sekolah /madrasah yang sudah memenuhi
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 35
seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar
pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-Operation
and Development dan/atau negara maju lainnya yng memeliki daya saing di forum
internasional. Tujuan program RSBI meliputi:
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat tujuan
Nasional dalam pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No. 20
tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP
(Standar Nasional Pendidikan), dan UU No 17 Tahun 2007 tentang rencana
Pembangunan jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala
prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Ke-1 tahun
2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan.
b. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas
bertaraf nasional pelayanan pendidikan.
c. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
2. Tujuan Khusus
Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam
Standar Kompetensi lulusan yang dipercaya dengan Standar Kompetensi
Lulusan berciri internasional. RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya
Indonesia, karena kurikulumnya ditujukan untuk pencapaiana indikator kinerja
kunci minimal sebagai berikut:
a. Menerapkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b. Menerapakan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK.
c. Memenuhi Standar Isi.
d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
RSBI dalam melaksanakan kurikulum dan proses pembelajaran
menggunakan asas-asas sebagai berikut:
1. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi
pada kurikulum sekolah di negara lain.
2. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahsa Inggris, secara
terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran 2 bahasa ini
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 36
dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yaitu Subtactive Bilingualism (beri
penjelasan oleh penulis) dan Additive Billingualism yang menekankan
pendekatan dua bahasa.
3. Pengajaran dengan pendekatan dual language menekankan perbedaan adanya
bahasa akademik dan bahasa sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat
dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu (beri penjelasan oleh penulis).
4. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif
(intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.
5. Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) termasuk
Emotional Intelligence dan Spritula Intellegence ke dalam kurikulum.
6. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi,
nilai dan sikap serta perilaku (kepribadian)
7. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, keatif dan analitis, memiliki
kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan
dalam belajar penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip “understanding by
design” yang menekankan pemahaman jangka panjang “(enduring
Understanding)’. Pemahaman (Understanding) dilihat dari 6 aspek yaitu:
Explain, Interperet, Apply, Perspective, Empathy, self knowledge
8. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan
kredit semester
9. Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA, dan SMK
10. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication
Technology (ICT) yang terrintegrasi dalam setiap mata pelajaran
Kurikulum, Proses Pembelajaran, dan Penilaian SBI Selain memenuhi
Standar Isi, memenuhi SKL, dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), serta menerapkan sistem satuan kredit semester di SMP/MTs,
model kurrikulum SBI ini memenuhi:
1. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing;
2. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama
pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 37
3. Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari Standar
Kompetensi Lulusan.
Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik yang memenuhi Standar Proses. Selain itu,
proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan
sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi
sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur,
kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa
inovator;
2. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang pendidikan;
3. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
4. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan
menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya,
kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan
5. Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan
matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.
Dalam proses pembelajaran selain menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris, juga bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan
dalam forum internasional, seperti bahasa Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan
China. Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk
akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan yang
memenuhi Standar Penilaian. Selain itu, proses penilaian diperkaya penilaian
kinerja pendidikan dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota
OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan. Pada awalnya sekolah bertaraf internasional diterapkan agar
tercipta para siswa yang memiliki daya saing internasional dan dunia pendidikan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 38
memiliki standar system pendidikan yang sama dan bisa bersaing dengan Negara
lain.
Pentahapan atau fase dalam pengembangan Program rintisan SMA bertaraf
internasional. Tahap pengembangan rintisan SMA berataraf Internasional ada 3
tahap, yaitu:
1. Tahap Pengembangan (3 Tahun Pertama)
No Komponen Profil yang diharapkan
1 Standar isi dan
Kompetensi
lulusan
a. Standar Isi
b. Kompetensi
lulusan
Mengembangkan KTSP dalam bahasa Indonesia dan bahasa
inggris
Melakukan adaptasi dengan kurikulum sekolah salah satu
Negara maju dengan kondisi dan kesiapan sekolah
Hasil pemetaan kurikulum dioperasikan dalam KTSP,
silabus, Rpp, perangkat pembelajaran, media dan sumber
ajar, an perangkat pendudukung internasional
Merintis kemitraan dengan sekolah atau lembaga sertifikasi
pendidikan internasional
Minimal merumuskan SKL sesui standar nasional
Pendidikan (SNP) dan yang tertuang dalam permen diknas
No. 23 tahun 2006
Menambah komponen SKL yang telah ada dengan
mengadaptasi/mengadopsi SKL yang bercirikan
internasional
2. Tahapan Pemberdayaan (2 Tahun, Tahun Ke-4 dan Ke-5)
No Komponen Profil yang diharapkan
1 Kurikulum Sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang
sudah dikembangkan pada tahap pendampingan
Sekolah melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan
untuk keperluan penyempurnaan
Sekolah merealisaikan program kemitraan dengan sekolah
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 39
mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga sertifikasi
pendidikan internasional
3. Tahap Mandiri (Tahun ke-6)
No
1 Kurikulum Sekolah dapat secara mandiri melaksanakan kurikulum program
SMA bertaraf internasional (SMABI) yang dikembangkan pada
tahap sebelumnya
Stereotype sekolah bertaraf internasional saat ini, sekolah dengan level
internasional memiliki kekhasan sendiri bagi setiap orang yang diantaranya adalah:
a. Biaya sekolah yang mahal
Sekolah dengan taraf internasional dilambangkan dengan sekolah yang
mahal karena sekolah-sekolah ini membutuhhkan ssarana yang membutuhkan
biaya besar seperti untuk alat bantu pengajaran yang canggih dan berkualitas.
Tetapi, hal tersebut mengakibatkan tidak semua anak bisa masuk sekolah ini,
yang pintar tetapi bukan dari kelas atas menjadi tidak bisa mendapatkan
pendidikan dari sekolah dengan konsep iinternasional.
b. Hanya orang kaya yang bisa masuk
Dengan biaya sekola yang mahal berarti hany aorang kaya saja yang bisa
menjadi siswa di sekolah ini. Walaupun ada yang mendapat besiswa, para siswa
dari kalangan biasa akan terpengaruh dari lingkungan yang sangat berkelas ini
dan akan mempengaruhi dalam kegiatan belajar. Bukannya focus pada pelajaran
tetapi bisa saja para siswa sibuk saling menunjukkan kekayaan orang tuanya.
c. Sarana sekolah yang nyaman
Biaya yang mahal akan berbanding lurus dengan sarana sekolah yang
nyaman sperti adanya AC, jumlah siswa yang tidak banyak sehingga kegiatan
belajar mengajar akan nyaman dan kondusif.
d. Bahasa pengantar bahasa Inggris
Ketika sekolah memiliki konsep internasional maka bahasa yang
digunakan adalah bahsa internasional yaitu bahsa inggris. Hal ini akan dianggap
para pendidik di sekolah tersebut ahli mengajar dengan bahsa internasional dan
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 40
para siswa jago berbahasa inggris. Karena sampai saat ini bahsa internasional
terkesan membanggakan.
Sekolah bertaraf internasional menjadi sekolah penuh prestise bukan fokus
pada pendidikan, tetapi pada nilai-nilai material dan terkadang menjadi lupa akan
nilai-nilai nasional atau bahkan nilai kedaerahan karena sekolah dengan konsep ini
seperti sangat bertujuan pada ke-global-an tanpa mempedulikan nilai-nilai
tardisional. Orang-orang yang sebagian besar dari kalangan atas akan menjadi
kurang fokus pada pendidikan melainkan kebanggaan dari alamamter sekolah
tersebut.
Kelebihan Sekolah Bertaraf Internasional
Dimulai dengan pikiran orang-orang terhadap sekolah dengan taraf
internasional ini setidaknya terdapat beberapa kelebihan yaitu:
a. Tujuan
Dasar dari tujuan ini sangat bagus, membuat hasil lulusannya berdaya
saing internasional dan berpikir secara global juga tidak akan kalah saing
dengan Negara lain.
b. Sekolah menjadi kreatif
Dengan menjadikan sekolah menjadi sekolah bertaraf internasional
membuat sekolah ini harus memikirkan konsep yang diusung dengan taraf
internasional dan berdaya saing tinggi. Hal ini membuat para sekolah menjadi
kreatif untuk membentuk suatu konsep yang bertaraf internasional, entah itu
sertifikasi keterampilan yang diakui oleh beberapa Negara, kerja sama dengan
sekolah yang ada di luar negeri, perpustakaan yang lengkap dan maju, dan hal
lainnya yang bisa dibanggakan dan sesuai dengan konsep sekolah tersebut.
c. Bahasa pengantar adalah bahasa internsional
Tidak seperti sekolah dengan konsep yang sebelumnya, bahasa
pengantar ketika kegiatan belajar mengajar adalah bahasa inggris. Hal ini
membuat para siswa dapat menghadapi dunia global dan mendapat persiapan
karena terbiasa menggunakan bahasa internasional.
d. Guru yang kreatif
Dengan adanya sekolah dengan konsep internasional membuat para guru
tidak bisa tetap dengan konsep pengajaran yang dulu. Para guru harus lebih
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 41
kreatif lagi agar sesuai dengan konsep sekolah yang ada. Para guru harus bisa
menggunakan alat bantu ajar yang canggih.
Para guru harus membuat suasana belajar tidak biasa sehingga harus
benar-benar mempersiapkan materi ajar yang akan diajarkan setiap harinya. Para
guru tidak bisa hana dengan mengajar secara terpusat dan para siswa yang
mendengarkan seharian penuh. Para guru harus melibatkan para siswanya dalam
kegiatan belajar mengajar agar siswa menjadi aktif.
e. Menggunakan alat bantu pengajaran yang canggih
Dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang canggih seperti laptop,
lcd, infocus sehingga dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Para siswa
dapat lebih mudah memahami dan kegiatan belajar mengjar pin menjadi tidak
membosankan. Kegiatan belajar mengajar tidak akan hanya berkutat dengan
buku dan apapn tulis tetapi aka lebih dinamis.
f. Siswa yang cerdas
Apabila sarana ini dapat digunakan dan dianfaatkan dengan benar maka
hasilnya siswa akan memiliki lingkungan yang kondusif dan emndukung untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Asalkan para siswa benar-benar
dapat menyerap semua hal-hal baik di sekolah dengan konsep internasional.
Bukannya sibk dengan nilai prestise yang ada dalam sekolah ini.
Kekurangan sekolah bertaraf internasional
Ketika ada kelebihan pasti selalu ada kekurangan seperti sekolah bertaraf
internasional ini yaitu sebagai berikut :
a. Bahasa pengantar bahsa Inggris
Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah bertaraf internasional
adalah bahsa inggris. Hal ini dapat membuat para siswa lupa akan nilai-nilai
keIndonesiaan dan lebih bangga apabila bisa berkomunikasi dengan bahasa
asing dibandingkan bahasa Indonesia. Padahal mampu menguasai bahasa asing
belum tentu menguasai ilmu yang lainnya. Terkadang penguasaaan yangmasih
rendah tetapi kebanggaannya sudah melebihi kemampuan yang ada. Para siswa
tidak akan berkurang nilai cintanya terhadap negeri sendiri.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 42
b. Guru yang kurang maksimal dalam pengajaran
Para guru harus siap dan mampu untuk mengajarkan setiap pelajaran
menggunakan bahasa inggris. Hal ini belum tentu para guru bisa dengan
mudahnnya menyampaikan materi yang seharusnya diajarkan tidak sperti jika
menggunakan bahasa Indonesia.
Para guru tidak bisa dengan cepat mempelajari bahasa asing yang jarang
mereka gunakan apalagi untuk mengajar. Hal seperti ini dapat mengakibatkan
para siswa tidak bisa menangkap dengan baik isi dari pelajaran tersebut.
Mengunakan bahasa Indonesia saja sudah cukup sulit dimengerti ditambah
apabila belajar dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa inggris.
Alasan kenapa Sekolah Bertaraf Internasional lebih baik dihentikan
Dengan stereotype yang ada dankekurangan yang muncul dari sekolah
dengan system seperti ini mengakibatkan sekolah bertaraf internasional lebih baik
dihentikan sampai semuanya benar-benar disiapkan dan sesuai target dan sasaran.
Alasannya sebagai berikut :
a. Persiapan menuju SBI yang kurang
Penelitian, persiapan yang kurang dalam membentuk sekolah ini akan
membuat pelaksanaannya pun kurang maksimal. Karena acuannya pun seperti
tidak ada sehingga para pihak yang terlibat kurang memahami dengan benra
konsep ini. Sehingga sesuatu yang kurang disiapkan tidak akan bagus hasilnya.
b. Diskriminasi sekolah
Sekolah baertaraf internasional dengan berbagai hal-hal prestise
membuat sekolah memiliki kasta dengan sekolah yang belum bisa bertaraf
internasional, yang ditakutkn adalah bukan bersaing secara kualitas pendidikan
tetapi malah bersaing secara kualitas sarana dan prsarana.
c. Persyaratan TOEFL untuk para pengajar
Karena bahasa pengantarnya adalah bahasa inggris maka para pengajat
diharuskan memiliki nilai TOEFL lebih atau sama dengan 300 sedangkan
pengaruhnya kecil bila dihubungkan dengan kemampuan mengajar dalam bahsa
inggris.
Sekolah bertaraf internasional yang seharusnya benar-benar disiapkan
sehingga tidak ada kebingungan dlam penerapannya apalagi jika sudah
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 43
dilaksanakan setengah jalan. Banyak yang akan terbuang dengan sia-sia mulai
dari pengadaan peralatan, persiapan dari sekolah sehingga para siswa yang
menjadi kebingungan dengan system pengajaran yang ada.
Padahal sebenarnya sekolah yang tetap memegang konsep nasional dan
kedaerahan tetap bisa bersaing dengan Negara ain karena nila-nilai nsional tidak
kalah bagusnya diabndingkan nilai-nilai yang bersifatglobal. Bahkan,
sebenarnya banyak dari Negara asing yang tertarik dengan nilai-nilai
kedaerahan. Yang diperlukan adalah meningkatkan kualitas agar lebih baik lagi
dengan tetap menjunjung nilai kedaerahan, local soul, global power.
E. SOLUSI TERHADAP KAJIAN KELEMAHAN-KELEMAHAN PERMEN
NOMOR 22 TAHUN 2006 TERHADAP STANDAR ISI
Berdasarkan uraian masalah terhadap pelaksanaan standar isi IPS, maka
perlu dilakukan berbagai pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Sosialisasi KTSP
Sosialisasi KTSP hendaknya tidak hanya mengandalkan pada instansi
yang bersifat struktural seperti BSNP, Dinas Pendidikan (Propinsi, Kabupaten,
Kota), dan lain-lain. Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah lebih bersifat pro
aktif dalam melaksanakan sosialisasi. Hendaknya sekolah sendiri secara internal
melakukan sosialisasi KTSP. Sekolah dapat menggunakan guru yang telah
dilatih untuk menjadi instruktur di sekolahnya dalam pelatihan KTSP. Hal
terpenting adalah adanya kepedulian dari Kepala Sekolah untuk melakukan
pelatihan KTSP di sekolahnya. Dengan cara demikian maka sosialisasi KTSP
akan semakin merata.
2. Dokumen
Dokumen standar isi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar perlu ditata kembali. Dalam penataan tersebut harus memperhatikan
landasan-landasan kurikulum yang akan dipakai. Sequens materi harus jelas
landasan konsepnya. Misalnya pada tingkat SD diorganisasikan secara terpadu.
Sedangkan pada tingkat SMP ada dua pilihan, yaitu pertama, kalau ingin
mengembangkan IPS Terpadu, maka SK dan KD yang dikembangkan harus
lebih menggunakan pendakatan tematis. Kedua, apabila disiplin pada masing-
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 44
masing ilmu sosial masih nampak maka menggunakan model pengorganisasian
yang korelasi. Sedangkan untuk tingkat SMA pengorganisasian materi
digunakan dengan pendekatan terpisah-pisah, artinya sejarah diajarkan sebagai
sejarah, ekonomi sebagai ekonomi, sosiologi sebagai sosiologi, dan geografi
sebagai geografi. Selain pengorganisasian materi yang jelas, hal yang harus
dilakukan adalah sequens dan content harus jelas. Materi yang dicantumkan
harus disederhanakan dan proporsional. Tidak ada pengulangan materi pada
jenjang berikutnya dan tidak ada penumpukkan materi pada semester-semester
tertentu. Sequens bisa dilihat dari aspek kronologi, tingkat kesulitan, dan
keluasan materi. Mulai dari penyajian materi yang mudah, sedang hingga sulit
dipahami. Begitu pula dalam keluasan materi, mulai dari ruang lingkup yang
kecil hingga ke ruang lingkup yang meluas.
3. Penyusunan Program Silabus dan RPP
Untuk mengatasi kesulitan guru dalam merumuskan Silabus dan RPP,
hendaknya perlu dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai bagaimana menyusun
Silabus dan RPP yang baik. Agar guru dapat menyusun Silabus dan RPP yang
baik hendaknya guru dapat mengenal dan mengidentifikasi apa yang menjadi
ciri khas sekolah dan daerahnya. Harus ada pedoman penyusunan Silabus dan
RPP baik yang bersifat umum maupun yang bersifat lokal. Pemahaman guru
terhadap kekhasan lokal perlu adanya sosialisasi dengan pihak pemda, dinas
pendidikan dan sekolah. Pemda harus`menetapkan apa yang menjadi
keunggulan lokal dari daerah tersebut yang akan dituangkan dalam program
pendidikan. Program pemda tersebut kemudian disosialisasikan kepada sekolah
melalui dinas pendidikan.
4. Struktur Program
Struktur program mata pelajaran IPS hendaknya proporsional antara
lingkup materi dengan alokasi waktu yang disediakan. Perlu ditata ulang
struktur program mata pelajaran IPS. Apabila ruang lingkup materi akan tetap
seperti sekarang maka perlu ditambah alokasi waktunya. Sebaliknya apabila
alokasi waktu tetap seperti yang tercantum sekarang maka sebaiknya ruang
lingkup materi disederhanakan. Penyederhanaan materi harus menekankan pada
materi-materi yang bersifat esensial.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 45
5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran
IPS hendaknya lebih menekankan pada aktivitas siswa. Metode pembelajaran
yang dilakukan hendaknya yang menuntut berbagai jenjang kemampuan siswa.
Jenjang kemampuan siswa yang dituntut tidak hanya pada level yang rendah,
misalnya kemampuan menghafal. Berbagai keterampilan berpikir dapat
dikembangkan, misalnya kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan metode
diskusi, kemampuan melakukan penelitian atau obserbasi menggunakan metode
proyek, kemampuan afektif menggunakan metode role playing atau sosio drama,
dan contoh-contoh yang lainnya. Agar guru dapat menguasai berbagai metode
mengajar maka perlu dilakukan pelatihan tentang berbagai metode mengajar
dalam mata pelajaran IPS.
6. Penilaian
Penilaian berfungsi untuk mengukur ketercapaian kompetensi, indikator
dan tujuan yang telah ditetapkan dalam silabus dan RPP. Penilaian yang
dikembangkan hendaknya tidak terbatas pada penggunaan tes saja. Guru harus
menggunakan berbagai model alat penilaian, seperti asesmen kinerja, portofolio,
dan jenis-jenis penilaian non tes. Penetapan penggunaan alat penilaian
tergantung kepada rumusan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mata pelajaran
IPS berbagai keterampilan dapat dikembangkan, misalnya keterampilan sosial
menggunakan alat penilaian skala sikap, keterampilan penelitian menggunakan
asesmen portofolio, dan yang lainnya. Pembuatan RPP dan Silabus yang sesuai
dengan standar isi dapat menghasilkan suatu evalaluasi dalam pembelajaran
tersebut menjadi optimal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sutimah dan
Prof. Ace Suryadi,M.Sc.,Ph.D tentang Dampak Implementasi Standar Isi dan
Standar Proses terhadap hasil UASBN tahun 2009/2010 pada Sekolah Dasar di
Jambi, menyimpulkan bahwa standar isi dan standar proses mempunyai
hubungan dan pengaruh yang positif serta signifikan terhadap hasil Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional. Ujung tombak dalam mengimplementasikan
standar isi dan standar proses adalah guru, karena guru merupakan elemen yang
terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Kerangka dasar dan struktur
kurikulum harus dipahami, sehingga guru akan dengan mudah untuk
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 46
melaksanakan perencanaan pembelajaran. Apabila perencanaan pembelajaran
dilakukan secara tepat, maka proses pembelajaran dan evaluasi dapat berjalan
dengan baik. Untuk menunjang hal tersebut peran pengawas dan kepala sekolah
sangat dibutuhkan untuk memantau dan mensupervisi serta memberikan arahan
dan bimbingan kepada guru, sehingga hasil evaluasi belajar siswa (UASBN)
dari tahun ke tahun semakin meningkat.
7. Sarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran sangat penting dalam menunjang ketercapaian
tujuan pembelajaran. Pada umumnya sarana pembelajaran IPS sangat penting.
Untuk memecahkan hal demikian maka sebaiknya guru menggunakan sarana
pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Misalnya apabila sekolah tersebut
dekat dengan pasar maka gunakanlah untuk mempraktekan pelajaran ekonomi
dan sosiologi. Dalam mata pelajaran ekonomi guru dapat menugaskan kepada
siswa untuk mempraktekan bagaimana jual beli dan pertukaran barang.
Pelajaran sosiologi dapat mempraktekan materi bagaimana interaksi sosial yang
terjadi di pasar. Begitu pula apabila ada situs-situs sejarah yang dekat guru dapat
menjadikan sarana pembalajaran mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran
Geografi dapat melihat bagaimana kondisi geografis yang dekat dengan sejarah.
Misalnya apabila di dekat sekolah ada kawasan yang penuh dengan batuan-
batuan maka guru dapat menggunakan daerah tersebut untuk praktek mengenal
berbagai jenis batuan. Dengan cara penggunaan sarana yang demikian, maka
model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih melihat kepada apa yang
dapat dilihat langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model seperti ini
dikenal dengan istilah Contextual Teaching Learning (CTL).
8. Kualifikasi Guru
Kurangnya guru yang berkualifikasi dalam mata pelajaran IPS dapat
dilakukan melalui pengangkatan guru yang sesuai dengan bidangnya. Selain itu,
guru yang ada dan berlatar belakang bukan IPS dapat diberikan semacam
pelatihan secara intensif mengenai materi IPS dan bagaimana cara
pembelajarannya. Cara seperti ini dilakukan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme guru IPS.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 47
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari hasil kajian konsep dan implementasai kurikulum IPS jenjang
pendidikan dasar dan menengah, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Konsep pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS sebaiknya
isinya lebih menekankan pada muatan materi kurikulum yang berlandaskan pada
konsep multikultur dan nilai-nilai humanistik. Konsep tersebut menonjolkan
prinsip keadilan sosial, pembebasan, kearifan lokal, ekonomi rakyat,
nasionalisme, dan kearifan masa lampau untuk melangkah ke masa depan.
2. Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran IPS, masih ditemukan berbagai
permasalahan, yaitu yang berkaitan dengan isi dokumen kurikulum, utamanya
tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Selain
permasalahan dokumen kurikulum, permasalahan dalam implementasi
kurikulum terutama masalah belum optimalnya guru dalam menyusun program
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), struktur program yang
tidak seimbang antara alokasi waktu dengan jumlah Kompetensi Dasar (KD),
strategi pembelajaran yang masih satu arah, penilaian berbasis kelas yang
kurang variatif, dan sarana pembelajaran yang masih minim, serta kualifikasi
guru yang masih rendah.
B. REKOMENDASI
Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi untuk
kebijakan pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS, yaitu:
1. Jangka Pendek
a. Perlu menata ulang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
sesuai dengan proporsi dan pemerataan distribusi pada tiap jenjang serta
dipergunakan lagi lebih banyak kata kerja operasional yang dapat membuat
siswa lebih aktif lagi.
b. Perlu pelatihan dan sosialisasi untuk peningkatan kualifikasi dan kompetensi
guru di berbagai jenjang pendidikan.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 48
c. Perlu ada konsistensi antara pengembangan kurikulum mata pelajaran IPS
dengan penilaian hasil belajar.
d. Pemerintah diharapkan memperluas akses bagi setiap satuan pendidikan
untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran IPS yang memadai dan
berkesinambungan.
2. Jangka Panjang
Pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS harus
memiliki landasan filosofi yang jelas dengan berlandaskan aspek-aspek
multikultur, nilai-nilai humanis, prinsip keadilan dan pembebasan, serta
terjaganya kearifan lokal.
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 49
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS.
Jakarta: 2007.
Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Krisbiyanto Jujuk. 2011. Model pembelajaraan IPS terpadu di Sekolah Menengah
Pertama Kesatrian 1 Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 Semarang. (Tesis).
Semarang: UNNES.
Mulyasa, E. 2009. Implentasi kurikulum tingkat satuan pendidikan kemandirian guru
dan kepala sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Diperbanyak oleh Biro Hukum dan Organisasi.
Su’ud, Abu. 2008. Revitalisasi Pendidikan IPS. Semarang: UNNES.
Suryadi A dan Sutimah. 2010. Dampak Implementasi Standar Isi dan Standar Proses
terhadap Hasil UASBN 2009/2010 pada Sekolah Dasar di Kota Jambi. Dalam
Jurnal Pendidikan. No.1. Halaman 1-11.
Sutrisno, Edy. 2012. Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif
Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP – Wilayah Kabupaten Pati). Dalam
Jurnal Pendidikan. No.1. Halaman 1-54.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 T entang Sistem
Pendidikan Nasional.
www.artikata.com diakses pada Hari Sabtu, 8 September 2012 pukul 15.00 WIB.
Thao, Yer J. 2012. Bicultural Literacy Curriculum (1-5). Portland, USA: Creative
Education Department of Curriculum and Instruction, Graduate School of
Education Portland USA.
top related