makalah bayi tabung dan inseminasi
Post on 19-Feb-2016
241 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi kloning, bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan
hasil terapan sains modern yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai
bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi. Sehingga meskipun memiliki
daya guna tinggi, namun juga sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan
kesalahan etika bila dilakukan oleh orang yang tidak beragama, beriman dan
beretika sehingga sangat potensial berdampak negative. Dalam
perkembangan ilmu Pengetahuan dan tekhnologi dalam dunia kedokteran
berkembang proses Kloning, Kloning (klonasi) yaitu teknik membuat
keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk
hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kloning telah
berhasil dilakukan pada tanaman sebagaimana pada hewan belakangan ini,
kendatipun belum berhasil dilakukan pada manusia. Tujuan kloning pada
tanaman dan hewan pada dasarnya adalah untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan mencari obat alami
bagi banyak penyakit manusia terutama penyakit-penyakit kronis guna
menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping
terhadap kesehatan manusia.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi
yang terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode
untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang
pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter
mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang
disebut"laparoscop" ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu
kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan
dengan sperma dari suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam
mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke
dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa kehamilan dan
1
melahirkan anak seperti biasa. Inggris merupakan negara yang menjadi
tonggak awal sejarah bayi tabung di dunia . Di sanalah sejumlah dokter untuk
pertama kalinya menggagas pelaksanaan program bayi tabung. Bayi tabung
pertama yang berhasil dilahirkan dari program tersebut adalah Louise Brown
yang lahir pada tahun 1978.
Inseminasi yaitu temuan kedokteran dengan metode kerja pembuahan
diluar rahim. Inseminasi buatan yang dilakukan untuk menolong pasangan
yang mandul, untuk mengembang biakan manusia secara cepat, untuk
menciptakan manusia jenius, ideal sesuai dengan keinginan, sebagai
alternative bagi manusia yang ingin punya anak tetapi tidak mau menikah dan
untuk percobaan ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun
rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan bayi tabung dan inseminasi?
2. Bagaimana hukum bayi tabung menurut Islam?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan
pembahasan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian bayi tabung dan inseminasi
2. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bayi Tabung
1. Pengertian
Bayi tabung adalah Yang dimaksud dengan bayi tabung (Test
tubebaby) adalah bayi yang di dapatkan melalui proses pembuahan yang
dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio dengan bantuan ilmu
kedokteran. Dikatakan sebagai kehamilan, bayi tabung karena benih laki-
laki yang disedut dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung. ).
Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu
disediakan ovom (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi (bebasnya sel
telur dari kandung telur) terdapat sel-sel yang masak maka sel telur itu di
hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut, kemudian
di taruh dalam suatu taqbung kimia, lalu di simpan di laboratorium yang
di beri suhu seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel kelamin
tersebut bercampur (zygote) dalam tabung sehingga terjadinya fertilasi.
Zygote berkembang menjadi morulla lalu dinidasikan ke dalam rahim
seorang wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil. Inseminasi permainan
(pembuahan) buatan telah dilakukan oleh para sahabat nabi terhadap
pohon korma. Bank sperma atau di sebut juga bank ayah mulai tumbuh
pada awal tahun 1970. Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise
Brown. Ia lahir diManchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr.
Robert G. Edwardsdan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi
tabung berkembangpesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode
yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat
kelainan pada organ reproduksi anak pada wanita.
2. Berbagai masalah yang muncul:
a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari
pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat
dilakukan tanpa persetubuhan. Dengan demikian teknik kedokteran
3
telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam
tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara
persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak
kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu
kedokteran dibidang pro-kreasi manusia.
b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa
dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan
kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan
seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi
pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak
persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.
Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang
sangat besar. Suami istri bisa memilih wanita sewaan yang masih
muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik.
c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri
mandul; dalamarti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak
mengandung benihuntuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang
mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang
donor.Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk
unsur baru,yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan
yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor ituperlu diketahui atau disembunyikan
identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya
untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah
pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan.
Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
d. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya
bank bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang
4
subur dari bank -bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan
benih - benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena
benih dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran,
matematika, dan lain-lain.Praktek bank sperma adalah akibat lebih
jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah
menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih
manusia itu suatu benda ekonomis.
Masalah bayi tabung ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya
secara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam
kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak
dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai
metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad
(mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan
prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber
pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah bayi tabung ini
seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para
ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang
relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar
proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan,
biologi, hukum, agama dan etika.
Masalah bayi tabung ini sejak tahun 1980-an telah banyak
dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun
internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam
Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan
sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi
nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam
Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman
tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau
ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma
suami dan ovum dari istri sendiri.
5
Dengan demikian, mengenai hukum bayi tabung pada
manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila
dilakukan dengan sperma atau ovum suami istri sendiri, baik dengan
cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam
vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara
pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum)
ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan
suami istri tersebut benar-benar memerlukan proses inseminasi
buatan untuk membantu pasangan suami istri tersebut memperoleh
keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah
al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak
diperlakukan seperti keadaan darurat).
Sebaliknya, kalau proses inseminasi buatan itu dilakukan
dengan bantuan donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan
hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut dalil-
dalil syar’i hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya,
anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya yang dapat
dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan
dengan donor ialah Pertama; firman Allah SWT dalam surat al-
Isra:70 dan At-Tin:4. Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa
manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai
kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka
sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri
serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini
inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat
merendahkan harkat manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang diinseminasi.
Kedua; hadits Nabi Saw yang mengatakan, “tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan
6
airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain).” (HR.
Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).
Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada
manusia dengan donor sperma dan/atau ovum lebih banyak
mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa
inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik
keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau
yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat
dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa:
1) percampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga
kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena
nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
2) Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
3) Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena
terjadi percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa
perkawinan yang sah.
4) Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik
dalam rumah tangga.
5) Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada
anak adopsi.
6) Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami,
terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan
bayinya kepada pasangan suami-isteri yang punya benihnya
sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara
alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
7) Adapun mengenai status anak hasil proses bayi tabung dengan
donor sperma atau ovum menurut hukum Islam adalah tidak sah
dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi atau hubungan
perzinaan.
7
B. Inseminasi Buatan
a. Pengertian
Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial
insemination. Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan
insemination berasal dari kata latin. Inseminatus artinya pemasukan atau
penyampaian. artificial insemination adalah penghamilan atau
pembuahan buatan.
Jadi, inseminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan
terhadap wanita dengan cara memasukan sperma laki-laki ke dalam
rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lain yang
semakna adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan permainan buatan
(PB ).
b. Motivasi di lakukan inseminasi buatan
Inseminasi buatan yang dilakukan untuk menolong pasangan yang
mandul, untuk mengembang biakan manusia secara cepat, untuk
menciptakan manusia jenius, ideal sesuai dengan keinginan, sebagai
alternative bagi manusia yang ingin punya anak tetapi tidak mau menikah
dan untuk percobaan ilmiah
c. Hukum inseminasi buatan
Inseminasi buatan dilihat dari asal sperma yang dipakai dapat
dibagi dua:
1. Inseminasi buatan dengan sperma sendiri atau AIH (artificial
insemination husband)
2. Inseminasi buatan yang bukan sperma suami atau di sebut donor atau
AID (artificial insemination donor)
Untuk inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri di bolehkan
bila keadaannya benar-benar memaksa pasangan itu untuk melakukannya
dan bila tidak akan mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadinya
perceraian) sesuai dengan kaidah usul fiqh.
الضرورة منزلة تنزل الحاجة“hajat itu keperluan yang sangat penting dilakukan seperti keadaan darurat”.
8
Adapun tentang inseminasi buatan dengan bukan sperma suami
atau sperma donor para ulama mengharamkannya seperti pendapat Yusuf
Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga mengharamkan
pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila pencakukan itu bukan dari
sperma suami.
Mahmud Syaltut mengatakan bahwa penghamilan buatan adalah
pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina, karena
memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada
hubungan nikah secara syara’, yang dilindungi hukum syara’.
Pada inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri tidak
menimbulkan masalah pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi
buatan dengan sperma donor banyak menimbulkan masalah di antaranya
masalah nasab.
C. Proses Pembentukan Bayi Tabung (IVF)
Cara pembuatan bayi tabung atau proses terjadinya bayi tabung, untuk
memulai proses bayi tabung dibutuhkan tekad yang kuat mengingat prosesnya
yang tidak mudah. Berikut ini adalah tahap-tahap proses bayi tabung:
1. Dokter akan melakukan seleksi pasien terlebih dahulu, apakah masih
layak untuk mengikuti program bayi tabung atau tidak. Bila layak,
barulah pasien bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
2. Isteri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang
indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak
permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang
3. Kemudian, dilakukan stimulasi dengan merangsang indung telur si calon
ibu untuk memastikan banyaknya sel telur. Karena secara alami, sel telur
hanya satu. Namun untuk bayi tabung, diperlukan sel telur lebih dari satu
untuk memperoleh embrio. Pematangan sel – sel telur di pantau setiap
hari melalui pemeriksaan darah isteri dan pemeriksaan ultrasonografi.
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya.
Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi.
9
pada proses ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah
produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel
telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat
mengakibatkan adanya efek samping.
4. Pemantauan pertumbuhan folikel berupa suatu cairan berisi sel telur di
indung telur yang bisa dilihat dengan USG. Pemantau tersebut bertujuan
untuk melihat apakah sel telur tersebut sudah cukup matang untuk
dipanen.
5. Menyuntikkan obat untuk mematangkan sel telur yang belum dipanen
agar siap.
6. Setelah itu dokter atau tenaga medis akan melakukan proses pengambilan
sel telur untuk di proses di laboratorium. Pengambilan sel telur dilakukan
dengan penusukan jarum (pungsi) melalui vagina dengan tuntunan
ultrasonografi. Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau
dua sel telur. Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan
kemudian bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal. http
7. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur,
8. Pengambilan sperma dari suami pada hari yang sama. Bagi suami yang
tidak memiliki masalah dengan spermanya, maka pengambilan sperma
umumnya dilakukan dari hasil masturbasi. Tapi jika ternyata ada masalah
dengan sperma atau masturbasi, sperma diambil dengan cara operasi
untuk mengambil sperma langsung dari buah zakar.
9. kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sperma suaminya yang telah
diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik. Untuk mendapatkan
kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel sperma yang lain.
Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk meneronos sel telur
merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
10. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri
kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan
18 – 20 jam kemudian dan kemudian keesokan harinya diharapkan sudah
10
terjadi pembuahan sel. Baru dilakukan proses pembuahan (fertilisasi) di
dalam media kultur di laboratorium untuk menghasilkan embrio.
a. Embrio b. Embrio Berumur 2 hari
11. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian
diimplantasikan ke dalam rahim isteri. Pada periode ini tinggal
menunggu terjadinya kehamilan. Dokter kemudian memilih 3 embrio
terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.
12. Penunjang fase luteal untuk mempertahankan dinding rahim. Pada tahap
ini, biasanya dokter akan memberikan obat untuk mempertahankan
dinding rahim si ibu supaya bisa terjadi kehamilan.
13. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi
menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan
seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
14. Yang terakhir, proses simpan beku embrio untuk waktu tertentu.
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan
disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para
tenaga medis. Hal ini dilakukan jika ada embrio yang lebih, sehingga bisa
dimanfaatkan kembali bila diperlukan untuk kehamilan selanjutnya.
D. Dampak Positif Dan Negative Bayi Tabung
1. Dampak Positif
a. Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak
atau mandul.
b. Membantu orang lain yang mengidap penyakit.
c. Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak bagi
penderita kelainan organ reproduksi ataupun lainnya
d. Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
11
e. Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga
untuk kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari
penyakit keturunan.
f. Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.
g. Tidak perlu melakukan hubungan suami istri berulang kali untuk
mendapatkan anak, melainkan hanya cukup memberikan sel telur
dari sang wanita dan sperma dari sang pria
2. Dampak Negative
a. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga
kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu
ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
b. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
c. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi
percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan
yang sah.
d. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam
rumah tangga.
e. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak
adopsi.
f. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami
g. Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.
h. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk
tuhan.
i. Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.
E. Resiko bayi tabung:
Pertama, terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan
memungkinkan terjadinya penumpukan cairan di rongga perut dan
memberikan beberapa keluhan, seperti rasa kembung, mual, muntah, dan
hilangnya selera makan.
12
Kedua, saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko
terjadinya perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung
kemih, usus, dan pembuluh darah. Dengan persiapan yang baik dan panduan
teknologi ultrasonografi, keadaan tersebut umumnya dapat dihindari.
Ketiga, risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat
dengan banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan
memberikan risiko akan persalinan prematur yang memerlukan perawatan
lama. Dengan mempertimbangkan usia istri dan pembatasan jumlah embrio
yang akan dipindahkan ke dalam rahim dapat mengurangi risiko tersebut.
Keempat, risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan.
Melalui pemberian hormon dan pemindahan embrio dengan panduan
ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi.
Kelima, risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan,
kelelahan fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan
kenyataan yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.
F. Hukum Bayi Tabung Menurut Islam
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum
Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh
para ahli ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-
Qur’an dan Sunah yang menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama
yang melaksanakan ijtihad tentang masalah ini, memerlukan informasi yang
cukup tentang teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari cendekiawan
Muslim yang ahli dalam bidang studi yang relevan dengan masalah ini,
misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan pengkajian secara
multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan
mendasar.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma
dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim
wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami),
maka Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami,
13
kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara
pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum)
ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak
berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam“
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam
keadaan terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu
membolehkan melakukan hal-hal terlarang ”
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan
donor spermadan atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan
zina (prostitusi). Dan sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi
landasan hukum untukmengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah
sebagai berikut :
1. Al-Qur’an
Surat Al-Isra ayat 70 :
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Surat At-Tin ayat 4 :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan
sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri
berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa
menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat
sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada
14
hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan
hewan yang diinseminasi.
2. Hadits Nabi :“
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain)’’. (Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban)
3. Hasil Ijtihad Para Ulama’
a. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan
sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-
kaidah agama. Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi
bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim
perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya.
Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan
menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi
tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah
yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun
dalam hal kewarisan," tulis fatwa itu.Lalu bagaimana dengan proses
bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan
hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis di luar penikahan yang sah alias
zina.
b. Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait
masalah ini dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang,
15
Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama
NU terkait masalah bayi tabung:
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam
rahim wanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah,
maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah
hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan
Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan
spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal
baginya”.
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-
istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya
juga haram. “Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara”, papar ulama NU dalam
fatwa itu. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para
ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113.
"Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya
(dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut
diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang
diperbolehkan untuk bersenang-senang” Ketiga, apabila mani yang
ditabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk
muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka
hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
c. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah
menetapkan fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-
istri di rahim istri kedua. Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid
mengungkapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para
ahli fikih dari berbagai pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia
yang diwakili Muhammadiyah, hukum inseminasi buatan seperti itu
termasuk yang dilarang. “Hal itu disebut dalam ketetapan yang
16
keempat dari sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil Islamy
dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung),” papar fatwa
Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Rumusannya, “cara kelima
inseminasi itu dilakukan di luar kandungan antara dua biji suami-
istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari suami
itu) ... hal itu dilarang menurut hukum Syara”.
d. Lembaga Fiqh Islam OKI(Organisasi Konferensi Islam)
Lembaga Fiqh Islam OKI(Organisasi Konferensi Islam)
mengadakan sidang di Amman pada tahun 1986untuk membahas
beberapa teknik inseminasi buatan / bayi tabung, dan mengharamkan
bayi tabung dengan sperma dan/atau ovum donor.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kami gali, kaji, dan paparkan maka kami dapat memberikan
kesimpulan bahwa :
Bayi tabung (Test tubebaby) adalah bayi yang di dapatkan melalui
proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio
dengan bantuan ilmu kedokteran.
Inseminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan terhadap
wanita dengan cara memasukan sperma laki-laki ke dalam rahim wanita
tersebut dengan pertolongan dokter
Bayi tabung/ insemni buatan dengan sel sprema dan ovum dari suami
istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu
titipan) diperbolehkan Islam, jika keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk
kelinci percobaan atau main-main). Dan status anak hasil inseminasi macam
ini sah menurut Islam.
Bayi tabung Inseminasi buatan dengan sperma dan/atau ovum donor
diharamkan (dilarang keras) Islam. Hukumnya sama dengan zina dan anak
yang lahir dari hasil inseminasi macam ini / bayi tabung ini statusnya sama
dengan anak yang lahir di luar perkawinan yang sah.
B. Saran
Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan
BankOvum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan
denganPancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan
moral, serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang
diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.
Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan
bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
18
ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah
hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada
dokter dan siapa yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan
spermadan/atau ovum donor.
19
DAFTAR PUSTAKA
Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema Insani Press, Jakarta
Hakim, Abdul Hamid,1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa'id Al Fiqhiyah, Sa'adiyah Putera, Jakarta
Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, Darul Kitab, Surabaya.
Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta
Uman, Cholil, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya
Zallum, Abdul Qadim, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam : Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, Al-IAzzah, Bangil
20
MAKALAH
INSIMINASI DAN BAYI TABUNG
Dosen Pengampu:
Muh. Tang. S., S.Pd.I., M.Pd.I
Di Susun Oleh :
Kelompok 4
Retno Anggraeni
Sulamiasih
Suryono Ali
Karmila
Roja’i
Nur Laila
Nur Widayati
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
2015
21
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb
Alhamdulillah...
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
anugerah, petunjuk serta Hidahayah-NYA lah sehingga Makalah ini dapat
terselesaikan meskipun memiliki banyak sekali kekurangan.
Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada guru pembimbing mata
Kuliah Masa’il Fiqih Al Haditsah yang tiada henti-hentinya memberikan suport,
dukungan dan telah membantu memberikan arahan demi terselesaikannya
pembuatan makalah ini. Diharapkan dengan adannya makalah ini dapat
memberikan pengetahuan tentang Bayi Tabung dan Inseminasi .
Tentunya masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan di dalam
pembuatan makalah ini, Oleh karena keterbatasan ilmu dan referensi yang kami
jadikan sebagai acuan untuk menyusun makalah ini ataupun karena hal-hal lain.
Namun, karena adanya niat untuk belajar, maka dengan antusias dan semangat
yang tinggi, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penyusunan makalah ini, serta kepada teman-teman yang telah
memberikan dukunganya yang sangat berharga bagi penulis untuk dapat
menyelesaiakan makalah ini.
22ii
DAFTAR ISI
HALAMN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penulisan ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Bayi Tabung ...............................................................................
B. Inseminasi Buatan ......................................................................
C. Proses Pembentukan Bayi Tabung (IVF) ...................................
D. Dampak Positif Dan Negative Bayi Tabung ..............................
E. Resiko bayi tabung .....................................................................
F. Hukum Bayi Tabung Menurut Islam ..........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
23iii
top related