makalah blok 12
Post on 13-Oct-2015
78 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
1/23
Demam Berdarah Dengue
Rence Pietersz*
102011171
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
*Alamat Korespendensi:
Rence Pietersz
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061,
e-mail: pietersz_rence@yahoo.com
PENDAHULUAN
Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes
aegyptidanAedes albopictussebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
manifestasi klinik dari DF dan DBD yaitu : demam, nyeri otot dan / atau nyeri sendi yang
disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau
pengumpulan cairan di rongga tubuh . sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan / syok.1
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
2/23
PEMBAHASAN
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau keluarga pasien atau
dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara
biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit
dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari
masalah yang dikeluhkan oleh pasien.2
Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal
berikut :2
1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinandiagnosis)
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhanpasien (diagnosis banding)
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktorpredisposisi dan faktor risiko)
4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukandiagnosisnya
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan
untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan datayang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semuadata yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan
ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.2
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
3/23
Dalam anamnesis yang harus ditanya oleh dokter ke pasien DBD adalah:
a. Sudah demam berapa lama?b. Apakah panasnya naik turun?c. Apa ada rasa pegal dan mual?d. Apakah saat demam disertai mimisan?e. Disekitar rumah apa ada yang terkena demam berdarah juga?f. Sudah diberi obat apa?
Melalui keluhan pasien yang terdapat pada scenario didapatkan informasi bahwa pasien
menderita demam sejak 3 hari yang lalu . disertai dengan adanya pegal, mual-mual dan mimisan.
Dari keluhan-keluhan tersebut dan dasar teori dari anamnesis, maka dapat kita ketahui data-data
sebagai berikut :
Keluhan utamaDemam tinggi sejak 5 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarangDemam disertai pegal, mual dan mimisan
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien DBD hampir tidak ditemukan kelainan secara fisik. Namun, pada pemeriksaan
nadi pasien didapati, pada mulanya nadi cepat kemudian menjadi normal dan melambat pada hari
ke 4 dan ke 5. Bradikardi dapat menetap selama beberapa hari selama penyembuhan. Selain itu,
dapat ditemukan juga pada pasien DBD, lidah yang kotor dan kesulitan membuang air besar.
Pada mata pasien dapat ditemukan pembengkakan, infeksi konjungtiva, lakrimasi dan fotofobia.
Eksantem juga dapat muncul di awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada. Eksantem ini
berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke 3 hingga ke 6 yang berupa
bercak ptekiae di lengan dan kaki lalu seluruh tubuh. Hati pasien umumnya membesar dan
terdapat nyeri tekan yang tak sesuai dengan beratnya penyakit.3
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
4/23
Pemeriksaan Penunjang
1. DarahPada DBD terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai
trombositopenia. Dan hemokosentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan
biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII. Pada
pemerksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hipokloremia. SGOT, serum glutamik
piruvat transminase (SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali
menurun.3
2. UrinMungkin ditemukan albuminuria ringan.
3
3. Sum-sum tulang.Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua sistem.3
4. Uji serologi 3a. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan konvalesen,
yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), dan uji dengue blot. Pada uji
ini dicari kenaikan antibody sebanyak minimal 2 kali.
b. Uji serologi memakai serum tangga, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibodyantidengue tanpa memandang kelas antibodinya. Uji IgG dan IgM antidengue yang
mengukur hanya antibody antidengue dari kelas IgG dan IgM. Pada uji ini yang dicari
ada tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue.
IgM : terdeteksi mulai hari ke-3-5, meningkat sampai minggu ke-3 , menghilang setelah
60-90 hari.
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder
IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
5. Isolasi virus yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
5/23
Diagnosis Kerja (Working Diangnosis)
Pedoman yang dipakai dalam menegakkan diagnosis DBD ialah kriteria yang disusun oleh WHO
(1999) . Kriteria tersebut terdiri atas kriteria klinis dan laboratorium.3
Kriteria klinis terdiri atas:3
1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demamdisretai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala.
2. Manifestasi peradarahan, seperti uji truniket positif, petekie, purpura, ekimosis, epitaksis,perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.4. Dengan / tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai
prognosis yang buruk
5. Kenaikan nilai Ht / hemokosentrasi, yaitu sedikitnya 20 %Dengan beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut :
3
1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis laindengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif.
2. Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan /4. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur.
Diagnosis diferensiasi (Diagnosis Pembanding)
Demam TifoidPada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk,dan
epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam
adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu
kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relative, lidah yang
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
6/23
berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,
stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseola spot jarang terjadi pada orang Indonesia.3
ChikungunyaChikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang disebarkan
oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Gejala utama terkena penyakit chikungunya
adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan karena salah
satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada
tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-
gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal
tertentu. Virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara
lain aedes agepti . Virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes agypti ini akan berkembang
biak di dalam tubuh manusia. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa
di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima
hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam
mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari hari. Mata
biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada
anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta tejadi
pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri dan otot sangat dominandan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-
kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya
berlangsung selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun
syok. Meskipun sama-sama disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk aedes agypti
pula, tetapi berbeda dengan demam berdarah dengue. Pada chikungunya tidak ada
perdarahan hebat, renjatan, maupun kematian . dengan istirahat cukup, obat demam,
kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri
dalam 7 hari.4
LeptospiraMasa inkubasi 2-26 hari (kebanyakan 7-13 hari dengan rata-rata 10 hari). Pada
leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospira di dalam darah dan
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
7/23
cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya
di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai
nyeri tekan. pada fase yang berlangsung 4-9 hari ini juga dapat ditemui gejala menggigil dan
demam tinggi, mual muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesadaran, dan
injeksi konjungtiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam berbentuk macular / makulopapular
/ urtikaria yang tersebar pada badan, splenomegali, dan hepatomegali. Fase berikutnya
adalah fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibody IgM sementara kosentrasi C3
tetap normal. Manifestasi fase ini lebih bervariasi dibandingkan pada fase leptospiremia.
Setelah gejala asimtomatik selama 1-3 hari, gejala kklinis pada fase leptospiremia yang
sudah menghilang akan muncul kembali dan kadang disebut meningismus. Pada fase ini
demam jarang melebihi 39oC dan berlangsung selama 1-3 hari. Gejala lain yang muncul
pada fase imun ini adalah iridoksilitis, neuritis optic, mielitis, ensefalitis, serta neutropi
perifer.3
Etiologi
Jenis Virus DengueDemam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter
30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.Terdapat
empat serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang anatara
serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encehphalitis, dan
West Nile virus. Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia
seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak
didapatkan antibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian padaantropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes
(Stegomyia) dan Toxorhynchites.1
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
8/23
PatogenesisPatogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.1
Respons imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah: a) respons
humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis
yang di mediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent
enchancement (ADE); b) limfositT baik T-helper (CD4) dan T- sitotoksik (CD8) berperan
dalam respon imum seluler terhadap virusdengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH-2 memproduksi IL-4,
IL-5, IL-6 dan IL-10; c) monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi. Namun, proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan sekresi sitokin oleh makrofag; d) selain itu, aktivasi komplemenoleh kompleks imun
menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.1
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe
yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga mengakibatkan
konsentrasi kompleks imun yang tinggi.1
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain;
menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus antibodi non netralisasi shingga virus bereplikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-helper
dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma
akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-,
IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6, dan histamin yang mengakibatkan terjadinya
disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.1
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
9/23
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1) supresi sumsum
tulang dan 2) destruksi dan pemendekan massa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang
pada fase awalinfeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit.
Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk
megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi
melalui peningkatan fragmen C3g, terdapatnyaantibodi VD, konsumsi trombosit selama
proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan petanda degranulasi trombosit.1
Koagulapati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan
disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada
demam berdarahdengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah
dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga
berperan melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).1
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.Insiden DBD
di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk dan pernah meningkat tajam saat kejadian
laur biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD
cenderung menurun hingga mencapai 2% pada 1999.1
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes terutama Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah antara vector yang paling effisien sebagai
vector karena habitat domestiknya. Nyamuk betina akan menggigit manusia pada siang hari.
Setelah menghisap darah penderita yang mempunyai virus dengue dalam badannya, nyamuk
Aedes aegypti betina ini bisa mentransmisikan dengue karena pertukaran host tatkala proses
menghisapnya diganggu ataupun setelah waktu inkubasi yaitu selama 8 hingga 10 hari di mana
virus memperbanyakkan diri dalam kelenjar air liur. Sekali diinfeksi, host nyamuk ini kekal
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
10/23
bersifat infektif seumur hidupnya yaitu selama 35 hingga 45hari. Peningkatan kasus setiap
tahunnya terkait dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perinduksi bagi nyamuk
betina yaitu bejana yang berisi air jernih bekas mandi dan tempat penampung air yang lainnya.
Virus dengue ini ditransmisi kan dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk. Reservoir
bagi virus ini adalah tubuh manusia.1
Beberapa factor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue,
yaitu: (1) Vektor Meliputi perkembangbiakan vector, kebiasaan menggiti, kepadatan vector di
lingkungan,dan transpotasi vector dari satu tempat ke tempat lain. (2) Host Meliputi terdapatnya
penderita di lingkungan, atau keluarga mobilisasai dan pemaparan terhadap vector, usia, dan
jenis kelamin. (3) Lingkungan Meliputi curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.1
1. Faktor VectorVirus dengue ditularkan dari satu orang ke orang lain oleh nyamuk Aedes dari subgenus
Stegomyia. Ae. Aegypti merupakan vector epidemic yang paling penting, sementara spesies
lain seperti Ae. Polymesiensis , anggota kelompok Ae Scutellaris, dan Ae. (finlaya) niveus
juga diputuskan sebagai vector sekunder. Semua spesies tersebut, kecuali Ae. aegepti
memiliki wilayah penyebaran sendiri, walaupun mereka merupakan vector yang sangat baik
untuk virus dengue, epidemic yang ditimbulkannya tidak separah yang diakibatkan oleh Ae.
aegepti.5
2. Faktor PejamuVirus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata yang lebih rendah.
Manusia merupakan reservoir utama virus di wilayah perkotaan. Penelitian yang dilakukan
di Malaysia dan Afrika menunjukan bahwa bangsa kera juga dapat terinfeksi dan
kemungkinan merupakan pejamu reservoir walaupun signifikasi epidemiologic dari
observasi tersebut tetap dibuktikan. Strain virus dengue dapat tumbuh dengan baik padakultur jaringan serangga dan sel mamalia setelah diadaptasikan.
5
3. Faktor lingkunganNyamuk Aedes agepti sangat suka tinggal dan berbiak di genangan air bersih yang tidak
berkontak langsung dengan tanah, vector penyakit DBD ini dikteahui banyak bertelur di
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
11/23
genangan air yang terdapat pada sisa-sisa kaleng bekas, tempat penampung air, bak mandi,
ban bekas, dan sebagainya. Jumlah penderita DBD umumnya meningkat pada awal musim
hujan, yaitu antara September hingga Februari, dimana banyak genangan air bersih di dalam
sisa-sisa kaleng bekas, ban bekas maupun benda-benda lain yang mampu menampung sisa
air hujan. Di daerah urban berpenduduk padat puncak penderita penyakit DBD adalah bulan
Juni atau Juli, bertepatan dengan awal musim kemarau.6
Karena itu kesadaran masyrakat untuk membersihkan lingkungan, mengubur sisa-sisa
barang bekas serta menutup tempat-tempat penampungan air bersih, mejadi salah satu upaya
yang efektif dalam menekan laju penularan penyakit DBD.6
Patofisiologi
Ciri khas patofisiologi utama yang membedakan DHF dengan DF dan penyakit lainnya
adalah adanya hemostatis dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena penglepasan
zat anafilaktoksin, histamine, dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler ke ekstravaskular.5
Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokosentrasi,
hemoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari
saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada penderita dengan
renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30 %.5
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang ada pada autopsy
ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera di atasi dapat
berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolic, dan kematian.5
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastic setelah pemberian
plasma/ekspender plasma yang efektif, sedangkan pada autopsy tidak ditemukan kerusakan
dinding pembuluh darah yangdestruktif atau akibat radang , menimbulkan dugaan bahwa
perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis yang
bekerja singkat.4Sebab lain kematian pada DHF adalah pendarahan hebat, yang biasanya timbul
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
12/23
setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem
koagulasi.5
Trombositepenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam
sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya
destruksi trombosit. Penyelidikan dengan radioisotope membuktikan bahwa penghancuran
trombosit terjadi dalam sistem retikkoloendotelial.5
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan
diantarannya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivasi
sistem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF / DSS, terutama pada penderita
dengan perdarahan hebat, telah lama menjadi bahan perdebatan.5
Gejala klinis
Seseorang yang terinfeksi virus Dengue dapat menunjukan gejala seperti terinfeksi virus
lainnya atau bahkan tampa gejala. Pada anak-anak, sering ditemukan gejala demam tinggi secara
mendadak ditandai dengan wajah yang kemerahan disrertai dengan nafsu makan turun, mual,
muntah, sakit kepala, serta nyeri otot dan persendian. Demam pada umumnya diatas 390C yang
bertahan selama 2-7 hari, bahkan bisa mencapai 40-410C yang disertai kejang khususnya pada
bayi.7
Gejala-gejala infeksi virus dengue secara umum sebagai berikut :7
DemamDemam yang timbul secara mendadak, tinggi (mencapai 39-40
0C), dan kadang-kadang
disertai dengan menggigil. Demam ini hanya berlangsung 5-7 hari. Demam sering berakhirdengan mendadak, disertai keringat yang cukup banya, dan tubuh tampak loyo. Kadang-
kadang dikenal demam biphasic, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari,
sampai turun menjadi normal, naik lagi, dan baru turun lagi saat penderita sembuh.7
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
13/23
Nyeri di seluruh tubuhTimbulnya gejala demam akan segera disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh
tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan adalah nyeri otot, sendi, punggung, dan bola mata.
Rasa nyeri semakin terasa apabila bagian tubuh tersebut digerakkan. Gejala nyeri ini sering
disebut masyrakat awam sebagai flu tulang. Setelah penderita sembuh, gejala-gejala nyeri
pada seluruh tubuh juga akan hilang.7
RuamRuam dapat timbul pada saat awal panas, bentuknya berupa flushing, yakni kemerahan
di daerah muka, leher dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari keempat sakit, berupa
bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam yang
seperti campak ini hanya muncul di daerah tangan atau kaos kaki.7
PerdarahanPada infeksi virus dengue dalam bentuk klinis DBD, selalu disertai dengan tanda
perdarahan, baik perdaraan yang tampak dari luar maupun yang tidak tampak (perdarahan
dalam). Namun tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita.
Babhkan, pada sebagian besar penderita, tanda perdarahan ini baru muncul setelah dilakukan
tes tourniquet yang menggunakan alat pengukur tekanan darah.7
Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang terjadi pada penderita demam dengue dapat
berupa munculnya bercak-bercak perdarahan kecil-kecil di kulit (petchiae) dan bercak
perdarahan yang agak besar di kulit (echimosis); perdarahan di gusi, hidung, dan
pencernaan; dan kadang-kadang terjadi perdarahan masif yang dapat berakhir dengan
kematian. Pada anak-anak tertentu juga disertai dengan perdarahan pada hidung (epistaksis).
Hal itu dikenal sebagai habitual epistaksis atau kelainan sementara dari komponen beku
darah yang disebabkan oleh segala bentuk infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Ada juga
pada penderita lainnya. Jika minum obat ketika masih panas, akan disusul dengan terjadinya
perdarahan di hidung.7
Pada penderita DBD, pengobaan pada gjala yang timbul biasanya tak banyak
berpengaruh. Panas tinggi tetap tidak turun meskipun sudah minum obat penurun panas
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
14/23
merupakan gejala yang sering muncul. Ketika pemeriksaan fisik oleh dokter, pada penderita
DBD akan ditemukan keadaan sebagai berikut :7
1. Dengan perabaan mungkin bisa ditemukan pembesaran hati yang ringan2. Adanya cairan dalam rongga paru (pleural effusion)3. Adanya cairan dalam rongga perut (ascites)
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1 %.
Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam
penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral
disarankan. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan homokosentrasi secara
bermakna.1
Perhimpunan Dokter ahli penyakit dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia telah menyusun potocol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa
berdasarkan kriteria:1
Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai atas indikasi. Praktis dalam pelaksanaannya Mempertimbangkan cost effectiveness
Tatalaksana Medikamentosa untuk demam berdarah dengue:1
1. Protokol 1: Penanganan Tersangka DBD dewasa tanpa syokProtokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama pada
penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat dan juga dipakai sebagai
petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat. Seseorang yang tersangka menderita DBD
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
15/23
diruang Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb),hematokrit (Ht) dan
trombosit, bila :1
Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 150.000, pasien dapatdipulangkan dengan anjuran control atau obat jalan ke Poliklinik dalam waktu 24jam
berikutnya atau bila keadaaan penderita memburuk segera kembali Instalasi Gawat
Darurat.
Hb, Ht normal tetapi tombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat. Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat
2. Protokol 2: Pemberian Cairan Pada Tersangkut DBD Dewasa Di Ruang Rawat.Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa syok maka di
ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti berikut:1
Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan, sesuai rumus berikut:1500 + {20 (BB
dalam kg 20)}Setelah pemberian cairan,maka dilakukan pemeriksaan Hb,Ht tiap 24jam:1
Bila Hb,Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah pemberiancairan tetapseperti rumus di atas tetapi pemantauan Hb,Ht trombositdilakuakn tiap 12jam.
Bila Hb,Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka pemberiancairan sesuaidengan protocol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%.
3. Protokol 3: Penatalaksanaan DBD Dengan Peningkatan Ht > 20%.Meningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami deficit cairan sebanyak
5%.Pada keadaan in terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infuse cairan
kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4jam pemberian
cairan. Bila terjadi pembaikan yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi
nadi turun,tekanan darah stabil,produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi
menjadi 5 ml/kg/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila tekanan tetap
menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infuse dikurangi menjadi 3ml/kg/jam. Bila ada
pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan infuse dapatdihentikan 24-48
jam kemudian.1
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
16/23
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kg/jam tadi keadaan tetap tidak
membaik, yang ditandai dengan Ht dan nadi meningkat, tekanan nadi < 20 mmHg, produksi
urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10 ml/kg/jam. 2 jam
kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan menunjukkan perbaikan maka
jumlah cairan dikurangi 5 ml/kg/jam tetapi bila dalam keadaan tidak menunjukkan
perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi 15 ml/kg/jam dan bila dalam
perkembangannya menjadi memburuk dan didapatkan tanda-tanda syok maka pasie
ditangani sesuai protocol tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa.Bila syok telah
teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi pemberian cairan awal.1
4. Protokol 4: Penatalaksanaan Perdarahan Spontan Pada DBD Dewasa.Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: Perdarahan hidung /
epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan
saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia), Perdarahan saluran kencing
(hematuria), perdarahan otak Pada keadaan ini, jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap
seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan
jumlah urin dilakukansesering mungkin dengan kewaspadaan Hb,Ht dan trombosit serta
hemostase harus segeradilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang
4-6 jam.
1
Pemberian heparin diberikan apabila secra klinis dan laboratoris didapatkan tanda-tanda
koagulasi intravascular diseminta (KID). Transfusi komponen darah diberikan sesuai
indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi factor pembekuan, PRC diberikan bila
nilai Hb kurang dari 10 g/dl. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
perdarahan spontan dan massif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm3
disertai atau tanpa
KID.1
5. Protokol 5:Tatalaksana Sindrom Syok Dengue Pada DewasaBila kita berhadapan dengan Sindrom Syok Dengue (SSD) maka hal pertama yang harus
diingat adalah bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan
intravascular yang hilang harus segera dilakukan. Angka kematian SSD sepuluh kali lipat
dibandingkan dengan penderita DBD tanpa renjatan, dan renjatan dapat terjadi karena
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
17/23
keterlambatan penderita DBD mendapatkan pertolongan, penatalaksanaan yang tidak tepat
termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda-tanda renjatan dini, dan penatalaksanaan
renjatan yang tidak adekuat.1
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan.Selain resusitasi
cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan yang harus dilakukan
adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisi gas darah, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.1
Pada fase awal,cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kg/BB dan dievaluasi setelah
15-30 menit.Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan tekanan sistolik 100 mmHg dan
tekanan nadi lebih dari 20 mmHg, frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan
volume yang cukup, akral teraba hangat dan kulit tidak pucat serta dieresis 0.5-
1ml/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml/kg/jam. Bila dalam waktu 60-120
menit, keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 5 ml/kg/jam. Bila dalam waktu 60-120
menit kemudian keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3 ml/kg/jam. Bila 24-48 jam
setelah renjatan teratasi dengan tanda-tanda vital dan Ht tetap stabil serta dieresis cukup
maka pemberian cairan perinfus harus dihentikan (karena jika reabsorbsi cairan plasma yang
mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan infuse
terus diberikan maka keadaan hipovalemi, edema paru atau gagal jantung dapat terjadi).
1
Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang harus dilakukan terutama
dalam waktu 48 jam pertama sejak terjadi renjatan. Oleh karena untuk mengetahui apakah
renjatan telah teratasi dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status
kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi jantung dan napas, pembesaran hati,
nyeri tekan daerah hipokondrium kanan dan epigastrik seta jumlah dieresis. Pemantauan
kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah trombosit daapat dipergunakan untuk pemantauan
perjalanan penyakit. Bila fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, makapemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kg BB dan kemudian
dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila tekanan tetap meningkat berarti perembesan plasma
masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai Ht
menurun, berate terjadi perdarahan maka pada penderita diberikan tranfusi darah segar
10ml/kgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan.1
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
18/23
Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus mengetahui sifat-sifat cairan
tersebut, Pemberian koloid sendiri mula-mula diberikan dengan tetesan cepat 10-20 ml/kg
BB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk
memantau kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral dan pemberian
koloid dapat ditambah hingga jumlah maksimum 30 ml/kgBB dengan sasaran tekanan vena
sentral 15-18 cmH2O. Bila keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan dan dilakukan
koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID, infeksi
sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target tetapi renjatan
tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik / vasopresor.1
Tatalaksana Non-medikamentosa untuk demam berdarah dengue:7
1. Tirah baring (bed rest).2. Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi karena demam. Diberikan minum
1,5-2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah
garam.
3. Makan makanan yang bergizi, rendah lemak dan lunak agar tidak memberatkan kerjausus.
4. Jaga higiene dan kebersihan diri maupun orang yang merawat untuk menghindaripenularan.
5. Monitoring keadaan klinis dan waspadai tanda-tanda perburukan atau komplikasiKomplikasi
Sindrom Syok DengueSindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan
mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah
klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluhdarah, pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya
setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah
tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok. Dimana pasien yang shok bila tidak
segera ditangani akan dapat berakibat pada kematian. Biasanya bila tidak ditangani 12-24
jam maka akan menimbulkan kematian.1,5
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
19/23
Ensefalopati denguePada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
pendarahan berat pada berbagai organ termasuk otak. Intoksikasi air, akibat penggunaan
larutan hipotonik yang tidak tepat untuk terapi pasien DHF yang mengalami hiponatremia,
merupakan satu komplikasi iatrogenic yang relative umum dapat menyebabkan ensepalopati.
Selain hiponatremia ada gangguan metabolik seperti hipoksemia, atau perdarahan berat,
dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat
sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah-otak,
sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. dikatakan pula
ensefalopati berhubungan dengan gagal hati akut umumnya terlihat sementara gagal ginjal
biasanya terjadi pada tahap terminal.5
Prognosis
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD / DSS mortalitasnya cukup
tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukan bahwa
prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak.3
Pencegahan dan Pengendalian
Tubuh seseorang yang pernah terinfeksi virus dengue akan timbul kekebalan untuk virus
tertentu yang terbagi lagi menjadi beberapa jenis atau tipe, sehingga pada umumnya tidak akan
terserang lagi untuk serotype yang sama. Namun masih ada kemungkinan untuk terserang virus
dengan serotype yang berbeda. Oleh karena itu pembuatan vaksin untuk virus tersebut masih
sulit dilakukan karea adanya perkembangan serotype virus dari waktu ke waktu.7
Belum ada vaksin yang dapat menyebmbuhkan DBD secara langsung meskipun saat ini
sedang dikembangkan penelitian untuk menemukan vaksin tersebut. Oleh karena itu
pencegahan terhadap virus dengue lebih diutamakan dengan membasmi pembawa virus, yaitu
nyamuk pembawaAedes aegypti.7
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang
tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu:5
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
20/23
a. LingkunganMetode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan modifikasi
dan manipulasi tempat perkembangbiakan nyamuk, yaitu sebagai berikut :5
1. Modifikasi Lingkungan Perbaikan Persediaan Air Jika persediaan air berpipa tidak adekuat dan hanya
keluar pada jam-jam tertentu atau tekanan airnya rendah, ada anjuran untuk
menyimpan air dalam berbagai jenis wadah. Hal ini akhirnya akan memperbanyak
tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti. Sebagian besar wadah yang
digunakan memiliki ukuranyang besar dan berat (misal : gentong air) dan tidak
mudah untuk dibuang atau dibersihkan. Di daerah pedesaan, sumur tidak terpakai
dan tidak tercemar akan menjadi tempat perkembangbiakan Aedes aegypti. Dengan
demikian, sangatlah penting apabila persediaan air minum dialirkan dalam jumlah,
mutu, dankonsistensi yang layak untuk mengurangi keharusan dan penggunaan
wadah penyimpanan air yang dapat berfungsi sebagai habitat larva yang paling
produktif.5
Tangki atau Reservoir diatas atau bawah Tanah Anti-NyamukJika habitat larva juga mencakup tanki atau bangunan pelindung jaringan pipaair,
bangunan atau benda tersebut harus anti-nyamuk. Demikian pula, sumur atautankipenyimpanan di bawah harus memiliki struktur yang anti-nyamuk.
5
2. Manipulasi Lingkungan Drainase Instalasi persediaan Air Tumpah atau bocornya air dalam bangunan
pelindung, dari pipa distribusi, katupair, pintu air, hidran kebakaran, meteran air,
dan sebagainya. menyebabkan air menggenang dan dapat menjadi habitat yang
penting untuk larva Aedes aegyptijika tindakan pencegahan tidak dilakukan.5
Penyimpanan Air Rumah Tangga Sumber utama perkembangbiakan Aedes aegyptisebagian besar daerah perkotaan di Asia Tenggara adalah wadah penyimpanan air
untuk kebutuhan rumah tanggayang mencakup gentong air untuk kebutuhan rumah
tangga yang mencakup gentong air dari tanha liat, keramik serta teko semen yang
dapat menampung 200 liter air, drum logam berkapasitas 210 liter (50 galon), dan
wadah yang berukuran lebih kecil untuk menampung air bersih atau air hujan.
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
21/23
Wadah penyimpan air harus ditutup dengan tutup yang pas dan rapat yang harus
ditempatkan kembali dengan benar setelah mengambil air. Salah satu mengenai
keefektifan metode tersebut baru-baru ini diperlihatkan di Thailand.5
Bagian Luar Bangunan Desain bangunan penting untuk mencegahperkembangbiakan nyamuk Aedes . Pipa aliran dari talang atap sering tersumbat
dan menjadi lokasi perkembangbiakan nyamuk Aedes. Dengan demikian perlu
dilakukan pemeriksaan berkala terhadap bangunan selama musim hujan untuk
menemukan lokasi potensial perkembangbiakan.5
Pembuangan Sampah PadatSampah padat, seperti kaleng, botol, ember, atau benda tak terpakai lainnya yang
berserakan di sekelilimg rumah harus dibuang dan dikubur di tempat penimbunan
sampah. Barang-barang pabrik dan gudang yang tak terpakai harus disimpan
dengan benar sampai saatnya dibuang. Peralatan rumah tangga dan kebun (ember,
mangkuk, dan alat penyiram tanaman) harus disimpan dalam kondisi terbalik untuk
mencegah tergenang air hujan. Demikian pula, kano dan perahu harus diletakkan
terbalik jika tidak digunakan. Sampah tanaman (batok kelapa, pelepah kakao) harus
dibuang dengan benar tanpa meunda-nunda.5
b. BiologisPengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya
dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam
atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14.5
c. KimiawiPengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta
jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain
dengan:5
Pengasapan / fogging dengan menggunakan : malathion dan fenthion yang bergunauntuk mengurangi kemungkinan penularanAedes aegyptisampai batas tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan airseperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
22/23
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu
dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan
air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-
lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain
itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik-jentik nyamuk, menurlarvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi
setempat.5,7,8
KESIMPULAN
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.
Seorang dokter harus memahami patogenesis Demam Berdarah Dengue untuk bisa
menatalaksana kasus DBD dengan baik dan optimal. Ketrampilan untuk menegakkan diagnosis
secara dini dan pengambilan keputusan yang tepat akan menentukan keberhasilan pengobatan
DBD serta program penanggulangannya. Sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah
Dengue dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
-
5/24/2018 Makalah Blok 12
23/23
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam: SudoyoAW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-5. Jakarta : Interna Publishing; 2009. h. 2773-9 .
2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a Glance Anamnesis danPemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.7-8.
3. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius FakultasKedokteran Universitas Indonesia; 2002. h.422-33.
4. Anies. Manajemen berbasis lingkungan : Solusi mencegah dan menanggulangi penyakitmenular. Jakarta : PT Elex Media Komputindo;2006.h.72-4.
5. WHO. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue. Jakarta :EGC;2004.h.4-77.
6. Ginanjar G. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Yogyakarta : Bfirst ; 2006.h.26-7.
7. Suharmiati, Handayani L. Tanaman obat dan ramuan tradisional untuk mengatasi demamberdarah dengue. Jakarta : Agromedia;2006.h.5-13.
8. Natadisastra D. Parasitologi kedokteran : Ditinjau dari organ tubuh yang diserang.Jakarta:EGC;2009.h.317.
top related