makalah ca tiroid
Post on 26-Oct-2015
313 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
ANATOMI FISIOLOGI CA TIROID
A. ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan
fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus,
pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan
fascia pretrachealis, dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga
perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada
permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini
dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus
vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di laterodorsal tiroid.
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus
frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber; arteri
karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan
kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri
brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus
brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang
berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral, dan vena
tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan
pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus
laringeus superior.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin
(T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin
(T3). Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan
baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali
sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid.
T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk
koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke
sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh
protein yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau
prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding prealbumine, TBPA).
Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang
peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal
sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran
hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel
parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk
mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang.
B. DEFINISI
Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4
tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang
menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid
bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium
dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang
menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi
hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel kelenjar tiroid (organ
berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkal leher), yang berfungsi
memproduksi hormon untuk mengatur kecepatan jantung berdetak,
tekanan darah, suhu tubuh dan berat badan.
C. KLASIFIKASI
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :
1. Karsinoma Folikuler.
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada,
terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang
pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru.
Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel
di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian
menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The
Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya
baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papilar.
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada
wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar
merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul
bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika
tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila
dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3. Karsinoma Medular.
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari
seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia
diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang
struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan
bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga
bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang
berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa
agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang
berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-
kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa
karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif,
radiasi dan kemoterapi.
D. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya
untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan
goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor genetic. Belum
diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan
meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan
kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan
kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak
kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala
dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25
tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga
merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya
adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok
menahun.
Ada juga faktor predisposisilainnya seperti kelainan genetik, usia,
jenis kelamin, ras, dan tempat tinggal (daerah pantai).
E. TANDA DAN GEJALA
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada
observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi
dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan
tinggi adalah:
- Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Nodul teraba keras.
- Fiksasi daerah sekitar.
- Paralisis pita suara.
- Pembesaran kelenjar limpa regional.
- Adanya metastasis jauh
Kecurigaan sedang adalah :
- Usia kurang atau lebih dari 60 tahun.
- Riwayat radiasi leher.
- Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
- Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
- Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Skin test : menggunakan radio isotop
Lab : pemeriksaan T3& T4
Kadar kalsitonin
USG : menentukan kadar nodul padat, keras, dan kistis
MRI
Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan potongan beku : untuk membedakan tumor ganas atau
jinak sebelum dilakukan pembedahaan.
SGOT & SGPT
Foto X-Ray
Ultrasound
CT-Scan : melihat perluasan tumor
Biopsy aspirasi
Pemeriksaan sidik tiroid
Pemeriksaan Histopatologi
G. KOMPLIKASI
Paralisis pita suara
Metastasis jauh
Pendarahan
Trauma nervus langerhan
Abses
Hipokalsemia
Infeksi sebsis
H. PENATALAKSANAAN
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan
apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila
nodul tersebut suspek maligna dibedakan atas apakah kasus
tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel
maka dilakukan tindakan biopsy insisi dengan pemeriksaan histopatologi
secara blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi
eksterna atau khemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek maligna
tersebut operabel dilakukan tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan
potong beku (VC ). Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna
dilakukan tindakan FNAB ( Biopsi Jarum Halus ). Ada 2 kelompok hasil
yang mungkin didapat yaitu :
Hasil FNAB suspek maligna, “foliculare Pattern” dan “Hurthle
Cell”. Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong
beku seperti diatas. Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax
selama 6 bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti
dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan
atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi
dengan pemeriksaan potong bekuseperti diatas.
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metastasis Regional.
Dipastikan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi operabel
atau inoperabel. Bila inoperabel tindakan yang dipilih adalah dengan
radioterapi eksterna atau dengan khemoradioterapi dengan memakai
Adriamicin. Dosis 50-60mg/m2 luas permukaan tubuh ( LPT ). Bila
kasus tersebut operabel dilakukan penilaian infiltrasi kelenjar getah
bening terhadap jaringan sekitar. Bila tidak ada infiltrasi dilakukan
tiroidektomi total( TT) dan “ Functional RND”. Bila ada infiltrasi
pada nodul ascesorius dilakukan TT + RND standar. Bila ada infiltrasi
pada vena Jugularis interna tanpa infiltrasi pada nodul ascesorius
dilakukan TT + RND modifikasi 1. Bila ada infiltrasi hanya pada
nodul sternocleidomastoideus dilakukan TT + RND modifikasi 2.
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metasasis Jauh
Dibedakan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi
berdiferensiasi baik atau buruk. Bila berdiferensiasi buruk dilakukan
khemoterapi dengan adriamicin. Bila berdiferensiasi baik dilakukan
TT + radiasi interna dengan I 131 kemudian dinilai dengan sidik
seluruh tubuh, bila respon (+) dilanjutkan dengan terapi supresi /
subtitusi. Syarat untuk melakukan radiasi interna adalah : tidak boleh
ada jaringan tiroid normal yang akan bersaing dalam afinitas terhadap
jaringan radioaktif. Ablatio jaringan tiroid itu bisa dilakukan dengan
pembedahan atau radio ablatio dengan jaringan radioaktif . Bila respon
(-) diberikan khemoterapi adriamicin. Pada lesi metastasisnya, bila
operabel dilakukan eksisi luas.
Empat minggu setelah tindakan TT dilakukan pemeriksaan sidik seluruh
tubuh.
- Bila masih ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan ablasio
dengan I131 kemudian dilanjutkan dengan terapi substitusi
/supresi dengan Thyrax sampai kadar TSHs ≤ 0,1.
- Bila tidak ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan terapi
substitusi/supresi. Setelah 6 bulan terapi substitusi / supresi
dilakukan pemeriksaan sidik seluruh tubuh dengan terlebih
dahulu menghentikan terapi substitusi selama 4 minggu
sebelum pemeriksaan.
- Bila terdapat metastasis jauh, dilakukan radiasi interna I131
dilanjutkan terapi substitusi/supresi.
- Bila tidak ada metastasis terapi substistusi /supresi dilanjutkan dan
pemeriksaan sidik seluruh tubuh diulang setiap tahun selama 2 -
3 tahun dan bila 2 tahun berturut –turut hasilnya tetap negatif
maka evaluasi cukup dilakukan 3-5 tahun sekali.
Dalam follow up KT diferensiasi baik, pemeriksaan kadar human
tiroglobulin dapat dipakai sebagai petanda tumor untuk mendeteksi
kemungkinan adanya residif tumor.
Tiga bulan setelah tindakan tiroidektomi total atau tiroidektomi
total + diseksi leher sentral, dilakukan pemeriksaan kalsitonin.
- Bila kadar kalsitonin rendah atau 0 ng/ml dilanjutkan dengan
observasi.
- Bila kadar kalsitonin ≥ 10 ng/ml dilakukan pemeriksaan CT scan,
MRI untuk mencari rekurensi lokal atau dilakukan SVC ( Selecture
Versus Catheterition) pada tempat-tempat yang dicurigai
metastasis jauh yaitu paru-paru dan hati.
Ada 3 rangkaian yang diteruskan :
1. Tidak didapatkan tanda-tanda residif, maka cukup di observasi
untuk 3 bulan kemudian diperkirakan kadar kalsitenin.
2. Terdapat residif lokal, maka harus dilakukan re eksisi.
3. Terdapat metastasis jauh harus dinilai apakah operabel atau
inoperabel. Bila operabel dilakukan eksisi, bila inoperbel tindakan
yang dilanjutkan hanya paliatif.
I. EPIDEMOLOGI
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan
tersering. Lebih banyak pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1
sampai 3 : 1. Insidensnya berkisar antara 5,4-30%. Berdasarkan jenis
histopatologi, sebarannya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%);
kanker tiroid jenis folikular ( 16,7%); kanker tiroid jenis anaplastik
(8,4%); dan kanker tiroid jenis medular (1,4%). Berdasarkan usia kanker
tiroid jenis papilar biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40
tahun, berbeda dengan kanker tiroid folikular yang banyak pada usia di
atas itu. Sedangkan kanker jenis medular sering ditemukan pada usia tua
(50-60 tahun).
Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia,
yaitu dari 0,5-10 per 100.000 populasi. Karsinoma tiroid mempunyai
angka prevalensi yang sama dengan multipel mieloma. Karsinoma tiroid
ini merupakan jenis keganasan jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu
90% dari seluruh kanker endokrin.
American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 17.000
kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1.300
diantaranya mengakibatkan kematian. Tetapi dengan pengobatan yang
adekuat, sekitar 190.000 penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa
dapat bertahan lebih dari 40 tahun.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN PERAWATAN CA TIROID
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari
Seperti pola makan, pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu
untuk tidur), pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
Sistem pulmonary
Sistem pencernaan
Sistem kardiovaskuler
Sistem musculoskeletal
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
Sistem reproduksi
Metabolik
e. Pemeriksaan fisik mencakup.
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya
edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar
leher.
Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan
fisik.
Parastesia dan reflek tendon menurun.
Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara.
Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas.
f. Pengkajian psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri bahkan mania.
Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur
sepanjang hari.
Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trachea akibat
desakan massa tumor
b. Nyeri berhubungan dengan adanya desakan atau pembengkakan oleh
nodule tumor
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara
d. Gangguan kenyamanan berhubungan dengan kesulitan menelan
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan kesehatan
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
menelan
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka insisi sekunder akibat
operasi kanker tiroid
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Tindakan Rasional
Bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan
obstruksi
trachea akibat
desakan massa
tumor
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam, diharapkan
jalan nafas
efektif.
Mandiri :
Pantau
frekuensi
pernafasan,
kedalaman
dan kerja
pernafasan.
Auskultasi
suara nafas,
Untuk
mengetahui
adanya
komplikasi
secara dini.
Untuk
mengetahui
adanya ronchi
atau tidak.
Kriteria hasil :
Tidak ada
kesulitan
pernafasan.
Secret
mudah
keluar.
Tidak
mengeluh
sesak nafas.
Respirasi
dalam batas
normal (16-
20)
catat adanya
ronchi.
Kaji adanya
dyspneu,
stridor dan
cianosis.
Perhatikan
kualitas
pernafasan.
Kolaborasi :
Pemberian
terapi
oksigen bila
perlu
Mengetahui
pernafasan
klien.
Mencegah
terjadinya
dispnea.
Membantu
pernafasan
klien
Nyeri
berhubungan
dengan adanya
desakan atau
pembengkakan
oleh nodule
tumor
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam, diharapkan
nyeri
berkurang.
Kriteria hasil :
Melaporkan
nyeri hilang
atau
berkurang.
Skala nyeri
menurun.
Mandiri :
Observasi
adanya
tanda-tanda
nyeri baik
verbal
maupun
nonverbal.
Ajarkan dan
anjurkan
pasien untuk
menggunaka
n tehnik
relaksasi.
Kolaborasi :
Pemberian
Mengantisipasi
jika timbu
nyeri.
Memberikan
kenyamanan
pada klien.
Untuk
mengurangi
nyeri.
Tampak
rilek.
Tidak ada
keluhan
menelan.
analgetik
Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan cedera
pita suara
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam, diharapkan
kerusakan
komunikasi
verbal teratasi
dengan.
Kriteria hasil :
Mampu
menciptakan
metode
komunikasi
dimana
kebutuhan dapat
dipahami
Kaji fungsi
bicara secara
periodic.
Pertahankan
komunikasi
sederhana.
Memberikan
metode
komunikasi
alternative
yang sesuai.
Untuk
mengetahui
kondisi klien.
Agar tidak
terlalu
memaksa klien
untuk
berbicara.
Menyesuaikan
dengan kondisi
klien
BAB III
WOC TEORI
top related