makalah halusinasi
Post on 15-Apr-2016
76 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal
dan eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu
obyek tanpa adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini
meliputi seluruh panca indra.
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa
terganggu dalam interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan
berhubungan sosial, komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan
diri klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien
memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan
komprenhensif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat ± 70
% (dari 24 klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang
ada, yakni klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien
menunjukan perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi
kurang sebagai dampak dari timbulnya halusinasi.
Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik
“Asuhan Keperawatan Klien S. dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar “
dengan harapan dapat bersama-sama tim keperawatan lainnya pada
khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan klien halusinasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Bagaimana faktor predisposisi dan faktor presipitasi halusinasi?
3. Bagaimana tanda dan gejala halusinasi?
4. Bagaimana akibat halusinasi?
5. Bagaimana proses terjadinya masalah pada pasien halusinasi?
1 | P a g e
6. Bagaimana penatalaksanaan pasien halusinasi?
7. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan halusinasi?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien dengan halusinasi.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi halusinasi
2. Mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi halusinasi
3. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
4. Mengetahui akibat halusinasi
5. Mengetahui proset terjadinya halusinasi
6. Mengetahui penatalaksanaan pasien halusinasi
7. Mengetahui asuhan keperawatan halusinasi
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan klien
dengan halusinasi.
2 | P a g e
BAB II
TIJNJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Varcarolis, Halusinasi adalah sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apa
pun pada pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis,
1990).
oleh karena itu, secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan
palsu.
jenis jenis halusinasi :
a. halusinasi penglihatan (halusinasi optik) :
1. apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang, barang atau
benda.
2. apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar, kilatan, atau pola
cahaya.
3. apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
b. halusinasi auditif / halusinasi akustik
halusinasi yang seolah0olah mendengar suara manusia, suara hewan,
suara barang, suara mesin, suara musik dan suara kejadian alami.
c. halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
halusinasi yang seolah-olah mencium bau tertentu.
d. halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap)
halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang
sesuatu yang dimakan.
e. halusinasi taktil (halusinasi peraba)
halusinasi yang seolah-olah merasa diraba-raba, disentuh, dicolek-
colek, ditiup, dirambati ulat dan disinari.
f. halusinasi kinestik (halusinasi gerak)
3 | P a g e
halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang
tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
g. halusinasi viseral
halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada perasaan
tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam (mis. lambung seperti
ditusuk-tusuk jarum).
h. halusinasi hipnagogik
persepsi sensori bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal,
terjadi sebelum tidur.
i. halusinasi hipnopompik
persepsi sensori bekerja yang salah, pada orang normal, terjadi tepat
sebelum bangun tidur.
j. halusinasi histerik
halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
2.2 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi yaitu:
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat bersifat halusinogenik neurokimia.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia.
4 | P a g e
2.3 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi halusinasi yaitu:
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasinya dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, merusak diri, bingung, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan yang nyata dan tidak nyata. Halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu:
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi.
3. Dimensi inetelktual
Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego.
4. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan
conforting.
5. Dimensi spritiual
Klien halusinasi mulai dengan kehampaaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas beribadah.
2.4 Tanda dan Gejala
Dalam bentuk tahap :
1. Tahap 1 : Halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala Klinis :
a. Menyeringai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
5 | P a g e
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : Halusinasi bersifat menjijikan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata (Keliat, 2009).
3. Tahap 3 : Halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
4. Tahap 4 : Halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2009).
2.5 Proses Terjadinya Masalah
Halusinasi terdiri dari beberapa fase. Fase-fase halusinasi dapat dibedakan kedalam empat fase. Berdasarkan intensitas dan keparahannya, halusinasi yang dialami oleh klien menurut Stuart and Larai (2005) membagi halusinasi dari yang masih bisa mengendalikan dirinya ke yang semakin berat fase tingkat halusinasinya.Fase-fase halusinasi seperti yang akan dijelaskan dibawah
ini:a. FASE 1. Comforting (ansietas sebagai halusinasi
menyenangkan)
6 | P a g e
Karaktersitik: Klien mengalami perasaan seperti ansietas,kesepian,rasa bersalah dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani (nonpsikotik).
Perilaku klien: Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara menggerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat
b. FASE II Condemning (Ansietas berat halusinasi memberatkan)
Karaktersitik: Pengalaman sensasi menjijikan dan Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin menciba untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di persepsikan,individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain(nonpsikotik).
Perilaku klien: Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas,peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan, penyempitan kemampuan konsentrasidan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita
c. FASE III Controling (Anxietas berat, pengalaman sensori menjadi penguasa)
Karaktersitik: Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya,individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berahir(psikotik).
Perilaku klien: Kemampuan dikendalikan hlusinasi akan lebih di takuti,kerusakan berhubungan dengan orang
7 | P a g e
lain,rentang perhatian hanya beberapa detik/menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat,tremor, tidak mampu memahamiperaturan
d. FASE IV Conquering/panic (Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya)
Karaktersitik: Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berahir dari beberapa jam/hari jika intervensi terapeutik(psikotik berat).
Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panic,potensi berat suicida/nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitasi, agitas menarik diri, tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
2.6 Akibat dari Halusinasi
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang
meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara:
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di
sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
8 | P a g e
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan
pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
9 | P a g e
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Kasus
Tn. H 28 tahun datang dengan keluhan mendengar suara-suara mengancam,
bicara sendiri, tanpa sebab menutup telinga, mulut komat-kamit, klien
mencoba melawan sensory abnormal yang datang, klien merasa terancam
dengan datanngya suara terutama bila tidak dapat menuruti perintah dari
halusinasinya. Sebelumnya ia seing merasakan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas ibadah. Menurut pengkajianmasa lalu
klien, ia merupakan anak yang tidak dikehendaki kelahirannya akibat gagal
KB. Perawat mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami klien.
Data yang perlu dikaji pada pasien halusinasi adalah:
1. Jenis dan Isi Halusinasi
a. Jenis halusinasi Data obyektif Data Subyektif
b. Halusinasi dengar / suara - Bicara atau tertawa sendiri
a) Marah-marah tanpa sebab
b) Menyondongkan telinga ke arah tertentu
10 | P a g e
c) Menutup telinga - Mendengar suara atau kegaduhan
d) Mendengar suara mengajak bercakap-cakap
e) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
c. Halusinasi penglihatan / visual - Menunjuk-nunjuk ke arah sesuatu
a) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas - Melihat bayangan,
sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu / monster.
d. Halusinasi penghidu - Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu
1) Menutup hidung - Membaui bau-bauan seperti darah, urin,
feses, kadang-kadang bau yang menyenangkan
Halusinasi pengecapan - Sering meludah.
2) Muntah - Merasakan rasa seperti darah, feses, urin
e. Halusinasi perabaan / taktil - Menggaruk-garuk permukaan kulit -
Mengatakan ada serangga di permukaan kulit.
1) Merasa seperti tersengat listrik
2. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi
a. Kapan halusinasi terjadi : pagi, siang, sore, malam. Jika memungkinkan :
jam berapa.
b. Frekuensi : terus-menerus atau hanya sesekali
c. Situasi : apakah saat sendiri, bersama orang lain atau setelah mengalami
situasi tertentu
3. Respon halusinasi
Apa yang dirasakan atau dilakukan saat halusiansi timbul
3.2 Analisa Data
a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran
Data Subjektif :
1) Pasien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
2) Pasien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
11 | P a g e
Perubahan Sensori perseptual: Halusinasi
3) Pasien ingin memukul/melempar barang-barang (Keliat, 2009).
Data Objektif :
1) Pasien berbicara dan tertawa sendiri
2) Pasien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Pasien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4) Marah – marah tanpa sebab
5) Menutup telinga
6) Ada gerakan tangan (Yosep, 2009).
b. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Pasien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Pasien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya(Azizah, 2011).
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang (Stuart, 2009).
c. Menarik diri
Data Subyektif :
Pasien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri, pasien merasa tidak berguna, pasien merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu (Yosep, 2009).
Data Obyektif :
Pasien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
12 | P a g e
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
(Keliat, 2009).
d. Harga diri rendah
Data Subyektif :
Mengungkapkan ketidakmampuan dalam meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan rasa malu serta tidak bisa jika diajak melakukan sesuatu
(Videbeck, 2008).
Data Obyektif :
Tampak ketergantungan dengan orang lain, tampak sedih serta tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak
murung (Keliat, 2009).
3.3 Pohon Masalah
Efect
Core problem
Causa
3.4 Diagnosa Keperawatan
Masalah utama: Perubahan persepsi sensori halusinasi
Diagnosa keperawatan:
1. Resiko tinggi menciderai orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan persepsi sensori halusinasi
13 | P a g e
Harga diri rendah kronis
Isolasi sosial: menarik diri
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
kronis
3.5 Intervensi dan Rasional
No
Diagnosa
Keperawat
an
TujuanKriteria Evaluasi Intervensi
1. Resiko
tinggi
mencederai
(pada diri
sendiri/
orang lain/
lingkungan)
berhubunga
n dengan
halusinasi
TUM :
Klien tidak
menciderai diri
sendiri, orang lain
dan lingkungan.
TUK 1 :
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
1. Ekspresi wajah
bersahabat,
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab salam,
klien mau duduk
Bina hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan
ramah, baik verbal
maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri
dengan sopan.
14 | P a g e
TUK 2 :
Klien dapat
menyebutkan
halusinasinya
TUK 3 :
Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi.
2. Klien dapat
menyebutkan :
- Waktu
- Isi
- Frekuensi timbulnya
halusinansi
1.Klien dapat
menyebutkan tindakan
yang dilakukan untuk
mengontrol
c. Tanyakan nama
lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai
klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan menepati
janji.
f. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya.
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
1. Adakan kontak sering
dan singkat secara
bertahap.
2. Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinansinya :bicara dan
tertawa tanpa stimulus,
tiba-tiba menganggap
orang lain mencemooh
dirinya
3. Bantu klien mengenal
halusinasinya,
4. Diskusikan dengan
klien situsi yang
menimbulkan
halusinasinya dan waktu
15 | P a g e
halusinasinya
2. Klien dapat
menyebutkan cara baru
mengatasi halusinasi.
3. Klien dapat
mengikuti terapi
kelompok
timbul halusinasinya.
5. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
1. Identifikasi bersama
klien cara/tindakan yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi
2. Diskusikan manfaat
cara yang digunakan klien
3. Diskusikan cara baru
untuk memutus/
mengontrol timbulnya
halusinasi
4. Katakan “saya tidak
mau dengan anda” (saat
halusinasi terjadi)
5. Menemui orang lain
untuk bercakap-cakap atau
mengatakan halusinasi
yang dialaminya.
6. Membuat jadwal harian
agar halusinasi tidak
sempat muncul
7. Meminta keluarga/
teman/ perawat, menyapa
jika tampak bicara sendiri.
8. Bantu klien memilih
dan berlatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
16 | P a g e
9. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang telah
dipilih
10. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulai sensori
2. Halusinasi
berhubunga
n dengan
menarik diri
TUM:
Klien mampu
mengontrol
halusinasinya
TUK 1:
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
TUK 2:
Klien dapat
mengenal
penyebab menarik
diri.
TUK 3:
Klien dapat
mengetahui
manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
1. Klien dapat dan
mau berjabat tangan.
Dengan perawat mau
menyebutkan nama,
mau memanggil nama
perawat dan mau
duduk bersama
2.Klien dapat
menyebutkan
penyebab klien
menarik diri
3. Klien mau
berhubungan dengan
orang lain
4. Setelah
1. Bina hubungan saling
percaya
2. Kaji pengetahuan
klien tentang perilaku
menarik diri dan tanda-
tandanya serta beri
kesempatan pada klien
mengungkapkan
perasaan penyebab
klien tidak mau bergaul
atau menarik diri
3. Diskusikan
tentang keuntungan dari
berhubungan
4. Perlahan-lahan
serta klien dalam
kegiatan ruangan
dengan melalui tahap-
tahap yang ditentukan
5. Beri pujian atas
keberhasilan yang telah
dicapai
6. Anjurkan klien
17 | P a g e
TUK 4:
Klien dapat
berhubungan
dengan orang lain
secara bertahap.
TUK 5 :
Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
setelah
berhubungan
dengan orang lain.
TUK 6:
Klien dapat
memberdayakan
sistem pendukung
atau keluarga.
dilakukan kunjungan
rumah klien dapat
berhubungan secara
bertahap dengan
keluarga
mengevaluasi secara
mandiri manfaat dari
berhubungan
7. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan klien
mengisiwaktunya
8. Motivasi klien
dalam mengikuti
aktivitas ruangan
9. Beri pujian atas
keikutsertaan dalam
kegiatan ruangan
10. Lakukan
kungjungan rumah, bina
hubungan saling
percaya dengan
keluarga
11. Diskusikan dengan
keluarga tentang
perilaku menarik diri,
penyebab dan cara
keluarga menghadapi.
12. Dorong anggota
keluarga untuk
berkomunikasi
13. Anjurkan
anggotakeluarga secara
rutin menengok klien
minimal sekali
seminggu
3. Isolasi TUM :
18 | P a g e
sosial:
Menarik
diri
berhubung
an dengan
harga diri
rendah
kronis
Klien dapat
berhubungan
dengan orang lain
secara optimal.
TUK 1 :
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek yang
dimiliki.
TUK 3 :
Klien dapat menilai
kemampuan yang
digunakan.
TUK 4 :
Klien dapat
(menetapkan)
merencanakan
kegiatan sesuai
Klien mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki:
- kemampuan yang
dimiliki
- aspek positif
keluarga
- aspek positif
lingkungan yang di
miliki klien.
- Klien menilai
kemampuan yang dapat
digunakan.
-Klien membuat
rencana kegiatan
harian.
1. Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki klien.
2. Setiap bertemu klien
hindarkan dari memberi
penilaian negatif.
3. Utamakan memberi
pujian yang realistik.
1. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang masih
dapat digunakan selama
sakit.
2. Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
1. Rencanakan bersama
klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
19 | P a g e
dengan
kemampuan yang
dimiliki.
TUK 5 :
Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuannya.
TUK 6 :
Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada di
keluarga
- Klien melakukan
kegiatan sesuai kondisi
sakit dan
kemampuannya.
Klien memanfaatkan
sistem pendukung yang
ada di keluarga.
- kegiatan mandiri
- kegiatan dengan bantuan
sebagian
- kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total.
2.Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien.
3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan
1. Beri kesempatan pada
klien untuk mencoba
kegiatan yang telah
direncanakan.
2. Beri pujian atas
keberhasilan klien.
3. Diskusikan
kemungkinan, pelaksanaan
di rumah.
1. Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga
20 | P a g e
menyiapkan lingkungan di
rumah.
3.6 Evaluasi
1. Tidak terjadi resiko cidera
2. Klien dapat mengontrol dan mengenal halusinansinya
3. Klien dapat berinteraksi dengan lingkunganya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai tergangguanya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi cukup banyak
namun yang paling sering terjadi adalah halusinasi pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecapan. Fase-fase terjadinya halusinasi yaitu: Comforting,
Condemning, Controlling, dan Conquering panic.
Akibat yang muncul akibat halusinasi adalah adanya resiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan karena klien berada di bawah
halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar
kesadarannya.
4.2 Saran
Penulis menyarankan agar perawat mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan klien dengan halusinasi sehingga pasien dengan
halusinasi mampu mengontrol dan mengenal halusinasinya dan tercipta
hubungan saling percaya antara klien dan perawat demi tercapainya asuhan
keperawatan klien dengan halusinasi.
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3. Jakarta: EGC
Sunaryo.2004.Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC
Yosep, Iyus.2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
http://kusnadijaya.wordpress.com/category/askep-jiwa/halusinasi/ diakses
pada tanggal 16/05/2013 pada pukul 21.30 WIB
http://andrihernadez.blogspot.com/2012/12/askep-halusinasi.html diakses
tanggal 16 Mei 2013 pkl 11:44 am
http://hermankampus.blogspot.com/2013/04/laporan-pendahuluan-harga-diri-
rendah.html diakses tanggal 16 Mei 2013 pkl 13:25 am
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/ diakses
tanggal 16 Mei 2013 pkl 13:27 am
22 | P a g e
23 | P a g e
top related