makalah kelompok a5
Post on 12-Dec-2015
278 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Infeksi Saluran Kemih
PENDAHULUAN 1,2
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang
biaknya kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi
saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang
menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang
menyerang uretra, kandung kemih dan prostat.
Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan
membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan
simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 105/ml urin.
Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, pada wanita
dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di bawah umur 50 tahun
jarang terjadi.
Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang
ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar
sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran
kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah yang menyebabkan ISK.
Biasanya proses ISK tanpa gejala dan tanda yang spesifik, namun apabila kandung
kemih telah terinfeksi maka mulai timbul gejala seperti nyeri di bawah perut dan
susah kencing atau keluar hanya sedikit.
PEMBAHASAN
Kasus :
Seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan dibawa ibunya ke poliklinik karena
demam sejak 3 hari yang lalu. Anaknya suka rewel dan malas minum susu.
Pemeriksaan lab : Hb: 14 mg/dl, Ht: 14%, Leukosit: 20.000, LED: 8 mm, Urin:
kuning tua agak keruh, Trombosit: 385.000, Eritrosit: 5,5 juta/ml, Hitung jenis:
Page 1 of 30
1/2/80/15/2, MCV: 90, MCH: 30 Hp, MCHV: 35%, PH: 6, BJ: 1,030, Protein: - ,
Keton: - , Darah samar: - , Bilirubin: - , Nitrit: + , Leukosit esterase: + .
ANAMNESIS 3
Pemeriksaan anamnesa merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang
dokter dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
penyakit yang dikeluhkan oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah usaha dari
dokter untuk menggali informasi tentang penyakit pasien sehingga di dapat
mendiagnosa penyakit tersebut.
Anamnesis di bedakan atas dua yaitu: anamnesis secara langsung dilakukan
kepada pasien (auto-anamnesis). sedangkan anamnesis yang dilakukan terhadap pihak
keluarga, orang tua wali dari pasien atau orang yang mengantar pasien tersebut (alo-
anamnesis). Alo-anamnesis dilakukan bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai oleh dokter.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:
Identitas – nama lengkap pasien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab,
alamat tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan
agama. Dalam kasus, umur bayi 6 bulan.
Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa
pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam kasus ini
seorang bayi laki-laki datang dengan demam sejak 3 hari yang
lalu, rewel dan malas untuk minum susu.
Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit
merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai
pasien datang berobat.
Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-
kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah
diderita dengan penyakitnya sekarang.
Page 2 of 30
Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari
kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.
Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi,
pendidikan dan kebiasaan dari pada pasien.
Selain menanyakan identitas pasien dan lainnya, dapat juga
ditanyakan beberapa pertanyaan yang menyangkut keluhan pasien,
seperti:
- Apakah ada kesulitan saat pasien berkemih?
- Berapa kali pasien berkemih dalam 1 hari?
- Apakah pasien ada rasa nyeri waktu berkemih (disuria)?
- Apakah pasien waktu berkemih tidak puas dan urin menetes
(intkontinensia)?
- Apakah pasien ada rasa nyeri suprapubik atau nyeri dibagian
bawah perut?
- Apakah urin pasien berwarna merah, keruh atau jernih?
- Apakah disertai kolik atau tidak?
- Nafsu makan?
- Baik atau buruk?
- Perubahan yang baru terjadi atau sudah lama?
- Ada intoleransi makanan spesifik?
- Berat badan?
- Berkurang atau bertambah atau tetap?
- Berapa banyak dan berapa lama?
PEMERIKSAAN 4-6
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan antripometri. Ini pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada
pasien dalam keadaan berbaring dan relaks, kedua lengan berada disamping, dan
pasien bernapas melalui mulut. Pasien diminta untuk menekukkan kedua lutut
sehingga otot-otot abdomen menjadi relaks. Tangan pemeriksa harus hangat untuk
menghindari terjadinya refleks tahanan otot oleh pasien.
Pemeriksaan melihat (Inspeksi)
Page 3 of 30
Melihat pada kulit dan kedua sklera, pernapasan, bentuk torak simetris
atau tidak, dll.
Pemeriksaan meraba (Palpasi)
Palpasi mencari pembesaran organ-organ didalam abdomen dari RLQ
menuju kearah inferior arcus costae dextra saat pasien inspirasi.
Pemeriksaan mengetuk (Perkusi)
Perkusi mencari batas-batas organ didalam abdomen anterior dan
posterior.
Pemeriksaan mendengar (Auskultasi)
Melakukan auskultasi secara sistematis (RLQ, RUQ,LUQ, LLQ) dan
mendengarkan adanya bising usus apakah normal atau terdengar bunyi
patologis seperi bruit hepar pada kasus hepatoma.
Pemeriksaan antropometri anak :
a. Berat badan
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan
kembali pada hari ke 10. Umur 5 bulan berat badan menjadi 2 kali
berat badan waktu lahir, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur
satu tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun.
b. Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50cm. Secara garis
besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut : 1
tahun ,1,5 x TB lahir, 4 tahun 2 x TB lahir, 6 tahun 1,5 x TB setahun,
13 tahun 3 x TB lahir, Dewasa 3,5 x TB lahir (2x TB setahun).
Pemeriksaan penunjang
A.Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
B.Urinalisis
Page 4 of 30
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui
urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk
anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara
pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk
bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada
genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan
cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding
cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk
memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti
batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak
disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada
urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat
leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
1. infeksi tuberkulosis;
2. urin terkontaminasi dengan antiseptik;
3. urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;
4. nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);
Page 5 of 30
5. nefrolitiasis;
6. tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara
lain:
1. silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis
ginjal;
2. silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis;
3. silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut;
4. silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
C.Bakteriologis
a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar
tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai
satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
Page 6 of 30
b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna, yaitu:
Tabel 1. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak
sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per
ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan
bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu
per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari
luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum
diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
D. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.
E. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan
plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan
padat khusus.
Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
Page 7 of 30
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama
satu malam.
Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per
mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.
Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui .
Menurut AAP, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada kultur urin untuk
dapat dikategorikan positif adalah sebagai berikut :
Table 2. Kriteria Diagnosis ISK
Kriteria diagnosis ISK
Pengambilan urin Jumlah koloni Kemungkinan infeksi (%)
Aspirasi suprapubik Gram-negatif : berapa pun >99%
Gram-positif : > beberapa ribu
Kateterisasi >105 95%
Kemungkinan besar infeksi
Meragukan, ulangi
Kemungkinan tidak infeksi
104-105
103-104
<103>
Mid-stream / kantung
Anak laki-laki >104 Kemungkinan besar infeksi
Anak perempuan
3 sediaan = "
v:shapes="_x0000_i1025"
width="9" height="12">105
95%
2 sediaan = "
v:shapes="_x0000_i1026"
90%
Page 8 of 30
width="9" height="12">105
1 sediaan = "
v:shapes="_x0000_i1027"
width="9" height="12">105
80%
5 × 104 105Meragukan, ulangi
104 5 × 104+ gejala : meragukan, ulangi
- gejala : kemungkinan tidak infeksi
<104> Kemungkinan tidak infeksi
F. Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan
Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya batu atau kelainan lainnya.
Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi
saluran kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau
hal – hal yang menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan
tersebut antara lain berupa:
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
b. Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi
system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode
infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi,
pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma
sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3
episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi
adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu
Page 9 of 30
radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh,
dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM,
penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral,
terutama pada anak – anak.
d. Ultrasonografi ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran
dan bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
e. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan
mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada
refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari
factor predisposisi infeksi saluran kemih.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim
ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat
membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal
polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika
memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat
dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic
acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan
infeksi saluran kemih akut dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi
saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi
korteks ginjal dibanding ultrasonografi.
GEJALA KLINIS1,7
Page 10 of 30
Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan seperti telah
diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam sebagai gejala.
Infeksi saluran kemih sulit didiagnosis pada anak kecil dimana gejala klinis yang dijumpai
tidak spesifik. Walaupun beberapa anak mempunyai gejala klinis seperti demam >380C,
muntah, letargi, nafsu makan berkurang, nyeri perut, sakit pinggang, disuria, enuresis diurnal
atau nokturnal. Namun kebanyakan tidak mempunyai gejala klinis yang begitu spesifik.
Dua kategori klinis dari ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan sistitis akut atau ISK
bawah. Dengan gejala yang bervariasi sesuai usia.
Anak baru lahir sampai berumur 2 bulan :
- sering tak ada gejala di saluran kemih. ISK ditemukan dengan
adanya sepsis neonatus, kuning berkepanjangan, gagal tumbuh,
tak mau menyusu.
Anak 2 bulan - 2 tahun :
- Bayi dan anak-anak pada usia ini memiliki gejala demam yang
tidak diketahui sebabnya ( >38oC)
- Usia ini memiliki resiko tinggi luka pada ginjal dibanding usia
yang lebih tua, karena tanda atau gejala klinis yang kurang
menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik.
- Bayi sering mendapat demam dan gejala lainnya, seperti rewel,
tak mau menyusu, nyeri perut, muntah dan diare.
Anak dengan usia 1-2 tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut. Gejala
biasanya menangis saat berkemih atau kencing yang berbau busuk tanpa adanya
demam (suhu <38oc).
Anak usia 2-6 tahun
- Pada kelompok dengan demam ISK sering memiliki gejala
sistemik yaitu tak nafsu makan, rewel dan nyeri pada perut,
panggul dan punggung dengan atau tanpa kelainan berkemih.
Page 11 of 30
- Pasien dengan sistitis akut memiliki gejala berkemih dengan
sedikit atau tanpa peningkatan suhu. Disfungsi berkemih
termasuk urgensi, frekuensi, hesistensi, disuria dan
inkontinensia urine.
- Nyeri suprapubis atau perut dapat ditemukan dan adanya bau
busuk pada urine.
Penyebabnya adalah : Proliferasi kuman dalam saluran kemih menyebabkan ISK.
Infeksi hampir selalu asenden dan disebabkan kehadiran bakteri di distal uretra. E coli
umumnya menyebabkan infeksi awal, tapi basil gram negatif lain dan enterococci
dapat juga menyebabkan infeksi. Masuknya bakteri ke kandung kemih merupakan
hasil dari aliran turbulen pada saat berkemih normal, gangguan berkemih, atau
kateterisasi.
DIAGNOSIS1,2,7
Diagnosis kerja
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni
kuman di saluran kemih. Beberapa istilah penting yang sering dipergunakan dalam
klinis mengenai ISK adalah:
1. ISK sederhana, yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun
kelainan struktur saluran kemih.
2. ISK kompleks, yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini
akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
3. First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru
pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurangkurangnya 6
bulan bebas dari ISK.
4. Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat
dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya
infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada
re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten
5. bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri.
Page 12 of 30
Klasifikasi2
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih atas
1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang
spesifik.
b. Infeksi saluran kemih bawah
1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria
bermakna.
2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril).
Diagnosis banding
1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan.
Klasifikasi :
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis
Page 13 of 30
ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.
Etiologi
1. Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus
aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah :
Mycoplasma pneumonia.
Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul ialah :
Demam
Meningismus
Anorexia
Muntah
Diare
Abdominal pain
Sumbatan pada jalan nafas
Batuk
Suara nafas (wheezing, stridor, crackles)
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab)
- Pemeriksaan hitung darah : LED meningkat, leukositosis, trombositopenia
2. OMA (Otitis Media Akut)
Otitis media adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah.
Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,
staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli,
streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
Patofisiologi
Page 14 of 30
Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan /
pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran,
dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan
sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah
bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-
tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam
bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang
telinga karena tekanannya.
Gejala Klinis
Gejala klinis otitis media tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :
1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50
Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.
4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih
dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).
6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.
7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak
yang belum dapat bicara.
8. Anoreksia (umum).
Pemeriksaan Penunjang
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
Page 15 of 30
2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga
terhadap perubahan tekanan udara.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.
Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.
Table 3. Perbedaan OMA dan OMA dengan efusi
Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi
Nyeri telinga, demam, rewel
+ -
Efusi telinga tengah + +Gendang telinga suram + +/-Gendang yang menggembung
+/- -
Gerakan gendang berkurang
+ +
Berkurangnya pendengaran
+ +
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak, pemberian ASI minimal selama 6 bulan,
penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring, dan penghindaran pajanan
terhadap asap rokok.
ETIOLOGI8
Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti
Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp.
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai pada
bayi dan anak dengan gejala demam. Prevalensi infeksi saluran kemih menyerang ≤
5% wanita dan 1 sampai 2% laki-laki dengan prevalensi 5,3% pada bayi-bayi yang
demam di gawat-darurat.
Page 16 of 30
Escherichia coli adalah penyebab paling umum pada anak-anak, hingga
80%. Pada bayi baru lahir (0-28 hari), infeksi diperantarai oleh aliran darah.
Sedangkan setelah usia itu, ISK umumnya terjadi dengan naiknya bakteri ke
saluran kemih.
Staphylococcus saprophyticus. Proteus mirabilis. Selain menyebabkan
infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat yang dapat memfasilitasi pembentukan batu
di saluran kemih.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan ISK adalah beberapa
bakteri yang umumnya menginfeksi saluran cerna dan Candida albicans, jamur
yang umumnya menginfeksi pasien dengan kateter (kateter : semacam selang)
pada saluran kemihnya, kekebalan tubuh yang rendah, diabetes mellitus, atau
pasien dalam terapi antibiotik.
Sebagian besar ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu.
Namun pada ISK berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :
Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih, gangguan pengosongan
kandung kemih (incomplete bladder emptying), konstipasi, operasi saluran kemih
dan kekebalan tubuh yang rendah.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI1,2,7
Saluran kemih merupakan area yang seharusnya bebas dari mikroorganisme
atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Kuman penyebab ISK pada
umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara
komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu:5
1. ascending;
2. hematogen;
3. limfogen;
Page 17 of 30
4. langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian instrumen.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah ascending dan hematogen. Namun,
secara umum, infeksi paling sering terjadi dengan cara ascending, walapupun infeksi
secara hematogen dapat terjadi pada anak usia infant.
Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina;
b. masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli;
c. multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih;
d. naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh pertahanan
tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.6
1. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Pertahanan lokal dari host;
b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral.
Tabel 4. Pertahanan lokal terhadap infeksi.
No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi
1. Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik ureter
(wash out mechanism)
Page 18 of 30
2. Derajat keasaman (pH) urin
3. Osmolaritas urin yang cukup tinggi
4. Panjang uretra pada pria
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme
wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada
di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali
untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Mekanisme wash out dapat berjalan
dengan baik dengan aliran urin yang adekuat adalah jika:6
a. Jumlah urin cukup;
b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih.
Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme
wash out adalah adanya:
1. Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau
refluks sistem urinaria.
2. Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.
2. Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya.
Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada
dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang
mempunyai virulensi berbeda, yaitu :
a. Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.
b. Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Page 19 of 30
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,
menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat
merubah suasana urin menjadi basa.
Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan
daya tahan tubuh yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada
anak yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga
timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada
ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit,
endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida
albicans, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara
hematogen. Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan
infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada
ginjal .7
PENCEGAHAN 2
Hindari penggunaan antibiotik spektrum luas (cth. Amoxicillin, cephalexin),
yang dapat melemahkan pertahanan alami melawan kolonisasi. Atasi konstipasi bila
pasien terdapat disfungsi berkemih yang terkait dengan pelebaran kronik rektum
dengan feses. Bila disfungsi berkemih menjadi faktor pencetus, perintahkan pasien
untuk kencing secara teratur.
Pertimbangkan khitan atau sunat pada neonatus laki-laki. Bagi perempuan,
membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced
(seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak
lembab. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
PENATALAKSANAAN 9
Page 20 of 30
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi,
namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika. Antibiotika
yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi
ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk
mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:
pengobatan dosis tunggal
pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
pengobatan profilaksis dosis rendah
pengobatan supresif (1)
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :
1. eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dan
2. mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,
serta faktor-faktor penyerta lainnya.
Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu
daerah. Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk ISK
pada anak-anak. Namun, peningkatan angka resistensi E.coli terhadap antibiotik ini
menjadikan angka kegagalan kesembuhan ISK yang diterapi dengan antibiotik ini
menjadi tinggi. Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama dalam penentuan
Page 21 of 30
antibiotik yang dipergunakan. Antibiotik yang sering dipergunakan untuk terapi ISK,
yaitu:
1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab
ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada
ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4,
sedangkan untuk bayi premature adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam
dosis terbagi 4.
3. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2
dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan
cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar
pada pengobatan dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal
atau dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah
(sistitis) sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole,
namun lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu
bakteri normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.)
pada anak perempuan.
Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan pada
anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu
nitrofurantoin juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti
mual dan muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada pasien dewasa
tidak pernah dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu perkembangan pada
sistem muskuloskeletal dan sendi .
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi kontroversi.
Pada pasien dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah menunjukkan
perbaikan berarti, namun dari berbagai penelitian, lamanya antibiotik diberikan pada
anak adalah sebaiknya 7-14 hari.
Page 22 of 30
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus
kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan
umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur
sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi
sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.Antibiotik
profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK. Dalam penelitiannya,
Conway et al. menyatakan bahwa pemberian antibiotik profilaksis berkaitan erat
dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan tidak adanya pengurangan
dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal scarring. Pada anak penderita
refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak memberikan efek berarti dalam
pengurangan risiko terjadinya ISK berulang, sehingga pemberian antibiotik
profilaksis tidaklah diperlukan.
Sulfonamide
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif.
Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya diberikan
per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di
ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih
dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA
berlebihan.
Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash,
fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity
(granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. Mempunyai 3
jenis berdasarkan waktu paruhnya :
Short acting
Intermediate acting
Long acting
Trimethoprim
Page 23 of 30
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat
enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk
aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari
usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali
Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih.
Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran
kemih akut
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.
Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat,
mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati
infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan
oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Karena Trimethoprim lebih
bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki
volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua
tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang
diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian
atas atau bawah. Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu
lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali
seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang
berulang-ulang pada beberapa wanita.
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan
demam, kemerahan, leukopenia dan diare.
Fluoroquinolones
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan
menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA
gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan
replikasi normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif termasuk
enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral,
Page 24 of 30
Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan
tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon
terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi
glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.
Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak
diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.
Norfloxacin
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat
baik untuk infeksi saluran kemih.
Ciprofloxacin
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang
bagus dalam melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus,
mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumoniae.
Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya
dengan generasi kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.
Nitrofurantoin
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan
gram negatif. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan
cepat di metabolisasi dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan
kerja antibakteri sistemik. Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-
rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali
sehari dalam 7 hari setelah makan.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama.
Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-
fosfat dehidrogenase.
Page 25 of 30
Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat
sehingga gangguan yang terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan
eliminasi dan mempermudah terjadinya akumulasi dan intoksikasi obat.
Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah
menentukan dosis obat agar dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek
toksik. Pada gagal ginjal, farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan terganggu
sehingga diperlukan penyesuaian dosis obat yang efektif dan aman bagi tubuh. Bagi
pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis, beberapa obat dapat mudah terdialisis,
sehingga diperlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai dosis terapeutik.
Gagal ginjal akan menurunkan absorpsi dan menganggu kerja obat yang diberikan
secara oral oleh karena waktu pengosongan lambung yang memanjang, perubahan pH
lambung, berkurangnya absorpsi usus dan gangguan metabolisme di hati. Untuk
mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya antara lain dengan mengganti cara
pemberian, memberikan obat yang merangsang motilitas lambung dan menghindari
pemberian bersama dengan obat yang menggangu absorpsi dan motilitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan
fungsi ginjal adalah :
penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat
pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida,
Amphotericine B, Siklosporin.
Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan
kelainan fungsi ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di
ginjal. Beberapa jurnal dan text book dikatakan penggunaan Trimethoprim +
Sulfamethoxazole (TMP-SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal
gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil
dan waktu yang lebih lama. Pada pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30
ml/menit, dosis yang diberikan adalah setengah dari dosis Trimethoprim 80 mg +
Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12 jam. Cara pemberiannya dapat
dilakukan secara oral maupun intravena.
Page 26 of 30
Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 – umur) x berat badan
72 x kreatinin serum
KOMPLIKASI 1
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran
kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan
gangguan fungsi ginjal.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka
panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya
hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria
Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-
induced hypertension
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral
palsy, fetal death.
Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa à syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
PROGNOSIS 2
Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG saluran
kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus menyebutkan
bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar kandung kemih atau
hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat.
Anak ini mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari
infeksi, tetapi ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi renal. Hipertensi, fungsi
ginjal terganggu, ESRD sekarang sering didapatkan pada bayi dengan kerusakan
ginjal intrauterine.
Page 27 of 30
EPIDEMIOLOGI7
Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun pertama pada anak.
Selama tahun pertama kehidupan, prevalensi bakteriuria 0,9% pada anak perempuan
dan 2,5% pada anak laki-laki. Prevalensi ISK pada anak usia 2 bulan sampai 2 tahun
adalah 5%. Suatu penelitian mendapatkan prevalensi yang lebih tinggi terjadi pada
anak malnutrisi yaitu sekitar 8-35%.
Penyebab terbanyak ISK baik yang simtomatik maupun yang asimtomatik
termasuk pada neonatus adalah Escherichia coli (70-80%).
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian
ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar
dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi
pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana ISK pada
perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya 0,2%. Dan rasio ini terus
meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih
besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK
menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:
o Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek
dibandingkan pria sehingga lebih mudah
o Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia
yang lebih muda.
o Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena penaruh hormonal
ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal
dibandingkan sebelum kehamilan.
o Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih
rentan terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen
yang dapat berfungsi sebagai pelindung.
Page 28 of 30
o Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat
menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat
menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.
o Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau
menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko
tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan
faktor risiko seperti :
Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)
Konstipasi
Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.
Kekebalan tubuh yang rendah
PENUTUP
Kesimpulan
ISK merupakan suatu infeksi pada saluran kemih yang ditandai dengan adanya
bakteri patogen, yang sering terjadi pada anak dan memberi gejala yang samar dengan
resiko kerusakan ginjal dan komplikasi lain yang berat.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain USG dan VCUG.
Pemberian antibiotika yang tepat pada ISK sangat penting untuk mengeradikasi
kuman dan mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat, selain pemberian terapi
simptomatik terhadap gejala lain yang timbul.
Pencegahan ISK dapat dilakukan dengan menjaga higiene saluran kemih,
kencing teratur, serta sirkumsisi pada anak laki-laki.
Page 29 of 30
Dengan demikian kasus yang dibahas yaitu bayi 6 bulan mengalami ISK
(infeksi saluran kemih).
Daftar pustaka
1. Behrman Richard E, Kliegman Robert M, Arvin Ann M. Nelson
ilmu kesehatan anak. Ed 15th Vol 3. Jakarta : EGC, 2002.hlm 1028-
43.
2. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3rd edition. Jakarta, FKUI. 2001.
3. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Balai penerbit FKUI 2003. h.7-19.
4. Schwartz M. William. Pedoman klinis pediatric. Jakarta: EGC;
2005.
5. Hull David. Johnston Derek I. Dasar-dasar pediatric. Ed 3. Jakarta:
EGC; 2008. h.101-4.
6. Sacher RA, Richard A. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.
Jakarta: EGC; 2004. h.590-3,609-88.
7. Trevor AJ, Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s
Pharmacology Examination and Board Review 7th Edition.
Newyork, Mcgrtaw-hill.2005.
8. Nugroho E, Maulany RF. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20.
Jakarta : EGC; 2008. Halm 302-9.
9. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5.
Jakarta: Balai penerbit FKUI 2001. Hal 613-33.
Page 30 of 30
top related