makalah nusa-tenggara-barat
Post on 13-Feb-2017
3.410 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang dimana modernisasi serta globalisasi demikian
kuat mempengaruhi peri kehidupan dan merubah kebudayaan masyarakat,
masihkan aturan-aturan yang bersumber dari kebudayaan setempat tersebut
diikuti?. Adalah suatu kondisi alamiah bahwa suatu kebudayaan pasti akan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Namun perubahan yang
diinginkan adalah perubahan yang tetap memelihara karakter inti dan
menyesuaikannya dengan kondisi saat ini. Sehingga tetap terjaga benang
merah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai
dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa
Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di
barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota
Mataram yang berada di Pulau Lombok.
Provinsi Nusa Tenggara barat 5 10 9 5 Bujur Timur dan 8 46 119
secara geografis terletak pada 115 Lintang Selatan, dengan batas wilayahnya
di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok, Provinsi Bali, sebelah
Timur dengan Selat Sape, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebelah Utara
dengan Laut Jawa dan laut Flores dan sebelah Selatan dengan Samudera
Indonesia.
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beribukota di Mataram
terbagi dalam 8 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten
Dompu, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten
Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
Sumbawa Barat, Kota Bima dan Kota Mataram. Kabupaten Sumbawa
merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 6.643,98 Km2 (32,97%),
sementara Kota Mataram merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu 61,30
Km2 (0,30%).
Lilis Febriani Supomo
2
Pengertian suku bangsa dengan simpel adalah kelompok spesifik yang
mempunyai kesamaan latar belakang. Selanjutnya diterangkan bahwa
pengertian suku bangsa, atau kelompok etnik adalah perkumpulan orang
yang mempunyai latar belakang budaya, bahasa, rutinitas, style hidup, dan
ciri-ciri fisik yang sama. Masing-masing mereka mengidentifikasikan diri
pada satu dengan yang lain
Sebagian besar dari penduduk pulau Lombok berasal dari suku Sasak,
sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di
pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam
(96%).
Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus
bangsa tidak mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada.
Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang
kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena
pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-
itu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah agama dan kepercayaan yang di anut dalam suku Nusa Tenggara
Barat?
2. Bagaimana system sistem upacar dan sistem kekerabatan pada
masyarakat Nusa Tenggara Barat?
3. Apa saja tarian, baju adat, pakaian adat, tari tradisional, kerajinan khas
NTB, upacara adat, dan alat musik masyarakat Nusa Tenggara Barat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui agama dan kepercayaan yang di anut dalam suku
Nusa Tenggara Barat.
2. Untuk mengetahui sistem upacar dan sistem kekerabatan pada
masyarakat Nusa Tenggara Barat.
3. Untuk mengetahui tarian, baju adat, pakaian adat, tari tradisional,
kerajinan khas NTB, upacara adat, dan alat musik.
Lilis Febriani Supomo
3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai
dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa
Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di
barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota
Mataram yang berada di Pulau Lombok.Sebagian besar dari penduduk
Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima dan Sumbawa
merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk
Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).
Arti lambing berlatar belakang perisai sebagai gambaran jiwa
pahlawan, lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: Bintang,
Kapas dan Padi, Menjangan Gunung dan Kubah.
B. Rumah Adat
Rumah adat NTB bernama Dalam Loka Samawa. Berupa rumah
panggung yang dibuat dari kayu jati. Terdiri dari dua lantai dengan beberapa
ruangan seperti balairung, serambi depan, ruang keluarga sultan dan dapur.
Jika di daerah lain mengenal Desa Wisata, maka di Pulau Lombok juga
dapat ditemui hal serupa yakni di Dusun Sade, Desa Rambitan, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).Dusun
Sade dapat mewakili untuk disebut sebagai Desa Wisata di NTB ,layaknya
Desa Wisata di daerah lain. Sebab, masyarakat yang tinggal di dusun tersebut
Lilis Febriani Supomo
4
semuanya adalah Suku Sasak. Mereka hingga kini masih memegang teguh
adat tradisi. Bahkan, rumah adat khas Sasak juga masih terlihat berdiri kokoh
dan terawat di kawasan ini.
Suku Sasak adalah penduduk asli dan mayoritas di Pulau Lombok,
NTB. Konon, kebudayaan masyarakat terekam dalam kitab Nagara Kartha
Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab itu, Suku Sasak
disebut “Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi”. Sedangkan kebudayaan Suku Sasak
itu diantaranya terekam dalam rumah adat Suku Sasak.
Alasannya, rumah memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia,
tidak hanya sebagai tempat secara individu dan keluarga secara jasmani,
tetapi juga dalam pemenuhan kebutuhan jiwa atau spiritual. Rumah adat Suku
Sasak, jika diperhatikan dibangun berdasarkan nilai estetika dan kearifan
lokal. Orang sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat yang menjadi
Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman
bambu (bedek). Lantai dari tanah liat yang dicampur kotoran kerbau dan abu
jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah
mengeras, sekeras semen. Cara membuat lantai seperti itu sudah diwarisi
sejak nenek moyang mereka.
Bahan bangunan seperti kayu dan bambu didapatkan dari lingkungan
sekitar. Untuk menyambung bagian-bagian kayu, mereka menggunakan paku
dari bambu. Rumah suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit
dan rendah, tidak memiliki jendela.
Dalam masyarakat Sasak, rumah memiliki dimensi kesakralan dan
keduniawian. Rumah adat Sasak selain sebagai tempat berlindung dan
berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat ritual sakral sebagai
manifestasi keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang, penunggu rumah
dan sebagainya.
Lilis Febriani Supomo
5
C. Pakaian Adat
Pakaian adat Sasak bagi perempuan disebut Lambung. Yaitu baju tanpa
lengan dengan kerah berbentuk hurup “V” dan sedikit hiasan di bagian gigir
baju. Pakaian ini menggunakan bahan kain pelung. Sabuk anteng (ikat
pinggang) yang dililitkan dan bagian ujungnya yang berumbai dijuntaikan di
pinggang sebelah kiri. Bawahannya memakai kain panjang sampai lutut atau
mata kaki dengan bordiran di tepi kain dengan motif kotak-kotak atau
segitiga. Sebagai tambahan aksesoris, ditambahkan sepasang gelang dan
gelang kaki berbahan perak. Sowang (anting-anting) berbentuk bulat terbuat
dari daun lontar. Rambut diikat rapi dan sebagai aksen diselipkan bunga
cempaka dan mawar, atau bisa juga disanggul dengan model punjung pliset.
Untuk pakaian adat pria dari mulai kepala mengenakan ikat kepala yang
disebut capuq atau sapuk, sekilas melihat bentuk sapuk sasak tidak jauh
berbeda dengan ikat kepala dari Bali. Sapuk untuk penggunaan sehari-hari
selembar kain tenun berbentuk segitiga sama kaki, sedangkan untuk
keperluan upacara adat atau ritual khusus biasanya menggunakan sapuk jadi
atau perade yang berbahan Songket Benang Mas.Kemudian pria Sasak
mengunakan pegon sebagai baju. Pegon merupakan variasi dari jas Eropa
D. Tari Tradisional
Banyak tari tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat,
diantaranya yaitu Tari Lenggo dan Taro Batu Nganga. Tari Lenggo ada dua
jenis yaitu Tari Lenggo Melayu Dan Lenggo Mbojo. Tari Siwe (tari
perempuan), yaitu jenis tari yang dimainkan oleh para penari perempuan
seperti lenggo siwe (lenggo Mbojo), toja, lengsara, katubu dan karaenta. Tari
Lilis Febriani Supomo
6
Mone (tari laki-laki), yaitu jenis tari yang dimainkan oleh penari laki-laki,
seperti kanja, sere, soka, manca, lenggo mone (lenggo melayu) dan mpa’a
sampari.
Lalu Tari Batu Nganga dimana Tari Batu Nganga merupakan sebuah
tari berlatar belakang cerita rakyat yang mengisahkan tentang kecintaan
rakyat terhadap putri raja yang masuk batu dan permohonan mereka agar sang
putri dapat keluar dari dalam batu.
E. Kerajinan Asal NTB
Provinsi ini memiliki banyak kerajinan tangan yang berasal dari daerah
ini diantaranya Gerabah Banyumulek dan Kain Tenun khas Nusa Tenggara
Barat. Gerabah Banyumulek adalah kerajinan tangan khas Nusa Tenggara
Barat yang dibuat dengan alat berupa lempengan bulat yang dapat diputar
dengan tangan. Dan dapat terbuat dari bahan tanah liat dan tanah liat tersebut
dibentuk dengan alat pemutar, setelah jadi tanah liat yang tadi sudah dibentuk
dijemur dan dibakar.
Lilis Febriani Supomo
7
Kain songket merupakan kain tenunan yang dibuat dengan teknik
menambah benang pakan, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak,
emas atau benang warna di atas benang lungsi. Terkadang juga ada yang
dihiasi dengan manik-manik, kerang atau uang logam.
F. Upacara Adat
Ada beberapa upacara adat yang biasa di lakukan oleh masyarakat NTB
untuk memperingati hari-hari tertentu seperti : Upacara U’a Pua dan Upacara
Perang Topat.
Upacara U’a Pua merupakan sebuah tradisi masyarakat Lombok yang
dipengaruhi oleh ajaran Islam. Upacara U’a Pua dilaksanakan bersamaan
dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga dirangkai
dengan penampilan atraksi Seni Budaya masyarakat Suku Mbojo (Bima)
yang berlangsung selama 7 hari.Prosesi U’a Pua diawali dengan Pawai dari
Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar Kesultanan, Keluarga Istana,
Group Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari Lenggo yang
dilengkapi dengan Upacara Ua Pua. Selama proses pawai berlangsung Group
Kesenian terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan Genda Lenggo. Ketika
memasuki Istana, Penunggang Kuda menari dengan suka ria (Jara Sara’u),
Sere, Soka dan lain-lain sampai Ketua Rombongan bertemu dengan Sultan
yang diiringi dengan Penari Lenggo. Pada sa’at itu diserahkan ”Sere Pua” dan
Al-Qur’an kepada Sultan.
Lilis Febriani Supomo
8
Upacara Perang Topat adalah salah satu upacara yang dilakukan oleh
orang Sasak. Perang Topat adalah upacara ritual sebagai perwujudan rasa
terima kasih kepada tuhan atas kemakmuran berupa tanah yang subur, banyak
hujan. Upacara Perang Topat ditampilkan di Taman Lingsar oleh Masyarakat
Hindu, Masyarakat Sasak dengan saling melemparkan Topat (Ketupat).
Upacara ini berlangsung setelah selesai “Pedande” memuja yaitu selama
periode “Rokok Kembang Waru” sekitar pukul 17.30. Perang Topat
dilaksanakan setiap tahun pada saat purnama ke 6 menurut Kalender Sasak
atau sekitar Bulan Nopember –Desember.
G. Alat Musik
NTB pun memilikibanyak alat musik tradisional yang berasal dari
daerah ini, kali ini saya akan membahas beberapa alat music diantaranya :
Genggong pada umumnya hanya memainkan lagu-lagu yang berlaras
Slendro. Untuk membunyikannya, genggong dipegang dengan tangan kiri dan
menempelkannya ke bibir. Tangan kanan memetik lidahnya dengan jalan
menarik tali benang yang diikatkan pada ujungnya. perubahan nada dalam
melodi genggong dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga
mulut yang berfungsi sebagai resonator.
Lilis Febriani Supomo
9
Idiokordo adalah Alat musik yang seperti siter berdawai tiga dengan
cara di petik.
Alat musik ini disebut juga Tatabuhan.
Sarone adalah sebuah alat musik tiup. Alat musik ini termasuk
golongan aerofon yang berlidah. Sarone, dibuat dari dua bahan pokok yaitu
buluh ( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Terdapat lubang di alat music ini,
ada yang berlubang 5 bahkan 6.
Sudah dijelaskan beberapa kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah
Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya masih banyak kesenian dan kebudayaan
yang di miliki oleh daerah ini, namun saya hanya menyebutkan beberapa
diantaranya. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini kita mampu
mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia itu dengan mudah, dan mampu
membuat kita bangga dengan kekayaan budaya yang di miliki Tanah Air, dan
mampu membuat kita lebih cinta dengan Tanah Air. Dan sebagai generasi
penerus bangsa yang baik sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan
budaya leluhur agar tidak punah dimakan oleh era modern dan budaya asing
yang semakin meningkat
Lilis Febriani Supomo
10
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa daerah
Nusa Tenggara Barat memiliki beraneka ragam kebudayaan. Mulai dari suku-
suku yg mendiami daerahnya, upacara adatnya, serta tradisi yg melekat pada
masyarakatnya.
Oleh karena itu sungguh sangat disayangkan apabila para generasi
penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan daerah ini. Semoga
suku budaya di daerah Nusa Tengggara Barat ini tidak pudar.
B. SaranKeanekaragaman budaya yang ada di nusantara hendaknya jangan
dijadikan sebagai perbedaan, tetapi lebih baik jika dijadikan sebagai kekayaan
bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk
selalu melestarikan kebudayaan yang beragam tersebut agar kita dapat
menjadi bangsa yang besar dan mau serta mampu menghargai kebudayaan
tersebut.
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan dalam
masyarakat agar kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya tetap lestari,
tidak terkena dampak buruk yang datang akibat perubahan pesat yang terjadi
di dunia. Melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia harus didasari
dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Hal ini dimaksudkan agar tercipta suatu kedamaian dan keharmonisan, tidak
ada perpecahan di antara kita semua.
Lilis Febriani Supomo
11
DAFTAR PUSTAKA
Aisyahbana,Takdir,St,1961,puisi lama,PT.Pustaka Rakyat,jakarta.
Anshari, H.Endang saifuddin, M.A., 1982, ilmu, falsafat dan agama, PT.Bina Ilmu, surabaya.
Sultan Takdir Alisjahbana, Antropologi Baru, (Jakarta: Dian Rakyat, 1986).
H.M. Yusran Asmuni, Dirasah Ilmiyah I Pengantar Studi Al-Qur’an Al –Hadits Fiqh dan Pranata Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 1
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 1.
Prof. Dr. H. Said Agil Husain al-Munawar, M.A. Fikih Hubungan antar Agama (Cet. III; Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 89.
Lilis Febriani Supomo
12
Kebudayaan NTB
Mata Pelajaran :SBK
Oleh :Lilis Febriani Supomo
KELAS : X TEKSTIL
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 TENGGARONG
TAHUN AJARAN 2014 - 2015
Lilis Febriani Supomoi
13
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Pelajaran SBK, dengan judul Kebudayaan Nusa Tenggara
Barat.
Dengan makalah ini penyusun diharapkan mampu mengenal tentang daerah
NTB dan Arsitektur Tradisional kebudayaan yang berkembang di NTB, yang
merupakan salah satu provinsi di Indonesia dan seringkali luput dari pengamatan
kita sebagai masyarakat Indonesia.
Penyusun sadar, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu,Penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan penyusun, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi
kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui adat
dan kebudayaan dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, karena kita adalah
bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia tercinta.
Lilis Febriani Supomo ii
14
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian...................................................................................... 3
B. Rumah Adat .................................................................................. 3
C. Pakaian Adat ................................................................................. 5
D. Tari Tradisional ............................................................................. 5
E. Kerajinan Asal NTB ..................................................................... 6
F. Upacara Adat ................................................................................ 7
G. Alat Musik .................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
Lilis Febriani Supomo iii
top related