makalah ob ii
Post on 24-Apr-2015
38 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH ORAL BIOLOGI II
(NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT)
FAKULTAS KEDOKTERA GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2011/2012
KELOMPOK DKetua: Ari Sasda Dewi 1110070110087
Sekretaris/Notulis: Elsya Octavianti 1110070110063
Moderator: Uswatun Nisa 1110070110067
Penyaji:
Anggota: Yanes Asri 1110070110049
Ravenska Mutia J 1110070110051
Igul Hendra M 1110070110053
Miftahul Rahmah 1110070110055
Izzati Hasan 1110070110057
Erva septriana 1110070110059
Mira Novita Irawan 1110070110061
Maiyani Lestari 1110070110065
Trinanda Akasuma 1110070110069
Fitria Mandasari 1110070110071
Menola Astrigiona 1110070110073
Bulan Purnama Sari 1110070110075
Sigit Banu Rohmadi 1110070110077
Muhammad Tawakal1110070110079
Wulan Kurnia Asani1110070110081
Ulya Rahmi 1110070110083
Wara Riski Cahyani 1110070110087
Jordi Goza Fernando1110070110091
Mardiani Putri 1110070110093
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT”
Salawat beserta salam juga tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dibuat untuk mendalami materi tentang NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khsusnya kepada :ü Dosen pembimbing mata kuliah Oral Biologi IIü kelompok D
Pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di atas muka bumi ini. Untuk itu penulis minta maaf jika ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis serta memaklumi kekurangan makalah ini.
Padang, 03 oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................2
C. Rumusan Masalah..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengartian Breket..............................................................................................4
B. Jenis-Jenis Kawat Gigi.......................................................................................5
C. Perbedaan antara Breket Titanium dan Breket Baja Nikarat.............................7
D. Trauma Fisik akibat Penggunaan Breket...........................................................8
E. Cara Mengatasi Reaksi Hipersensitivitas Akibat Baja Nirkarat dan Breket......9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya
antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang
berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang
dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi, faktor
degenerasi pada TMJ dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya
pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham
belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya
kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.
Pada diskus artikularis dapat terjadi aktifitas pergeseran yang meningkat sehingga diskus
mengalami over use menyebabkan fleksibilitas diskus menurun, bila hal ini berlanjut dapat
menyebabkan terjadinya ruptur atau inflamasi discus yang menyebabkan timbulnya nyeri.
Pada otot terjadi hipertonus sebagai reaksi dari hiperfungsi system musculoskeletal
tersebut yang dapat menyebabkan hipertonus / spasme otot atau hipotonus yang dapat
menyebabkan terjadinya kelemahan otot dan inflamasi yang dapat menyebabkan timbulnya
nyeri.
Ligamen-ligamen yang berhubungan dengan TMJ juga akan mengalami kekakuan
sebagai akibat penekanan-penekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan fleksibilitas dari
ligamen-ligamen tersebut akan berkurang atau menurun dapat menimbulkan kekakuan
hipomobile yang berakibat terjadi kontraktur serta menimbulkan laxity hipermobile yang
berakibat terjadi ruptur dan dapat menimbulkan rasa nyeri.
Pada saraf sensasi nyeri ditimbulkan karena adanya iskhemia lokal sebagai akibat dari
adanya hiperfungsi kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak
adekuat sebagai akibat dari disregulasi sistem simpatik dimana dengan adanya aktifasi
berlebihan pada sistem saraf simpatis akan menimbulkan mikrosirkulasi yang berakibat nutrisi
pada jaringan berkurang sehingga menyebabkan iskhemik pada jaringan tersebut maka akan
terjadi nyeri.
B. Rumusan Masalah
1. Struktur anatomis apa yang bekerja saat membuka mulut ?
2. Sebutkan penyebab terjadinya gangguan pada TMJ ?
3. Bagaimana pemeriksaan Klinis dan Diagnosis pada gangguan TMJ ?
4. Apa dampak gangguan pada TMJ ?
5. Bagaimana respon imunitas pada rongga mulut ?
6. Bagaimana pencegahan dan penanganan gangguan TMJ ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Struktur anatomis yang bekerja saat membuka mulut
2. Mengetahui penyebab terjadinya gangguan pada TMJ
3. Mengetahui pemeriksaan Klinis dan Diagnosis pada gangguan TMJ
4. Mengetahui dampak gangguan pada TMJ
5. Mengetahui respon imunitas pada rongga mulut
6. Mengetahui pencegahan dan penanganan gangguan TMJ
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Anatomis yang Bekerja Saat Membuka Mulut
Dalam proses membuka dan menutup mulut, terdapat beberapa struktur anatomi yang
berperan yaitu otot membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula (temporomandibula
joint/TMJ). Otot membuka mulut terdiri dari otot pterygoideus lateralis, dan otot suprahioid.
Sedangkan otot yang berfungsi menutup mulut adalah otot master, otot temporalis,
ototpterigoideus medialis. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur anatomi saat membuka mulut
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan
fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung
jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang
letaknya dibawah depan telinga (Gambar 2).
Gambar 2. Temporomandibular Joint
Membuka dan menutup mulut merupakan gerakan disadari. Sebagaimana diketahui
bersama bahwa terjadinya gerakan merupakan kerja motorik dari otot. Dalam hal ini, yang
berfungsi untuk mengatur pergerakan TMJ dan musculus sekitar TMJ ialah sistem saraf. Inervasi
pada daerah temporomandibula ialah N.Trigeminus (N.V)
B. Gangguan TMJ
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah
tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci.
Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah
satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut
dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya
kelainan sendi temporomandibular.
Gangguan temporomandibular (temporomandibular disorder; TMD) adalah istilah yang
luas, dengan dibagi menjadi penyakit sendi yang sesungguhnya (true joint disease; TMJ) dan
sindroma nyeri / disfungsi miofasial (myofascial pain/ dysfunction syndrome; MPD).
Istilah gangguan sendi temporomandibular (temporomandibular joint; TMJ) secara salah
untuk menggambarkan keadaan sendi sendiri bukan merupakan sumber utama disfungsi.
Gangguan musculoskeletal, dibandingkan dengan penyakit sendi, lebih sering merupakan
sumber gejala dan keluhan di rahang atau daerah pembiasan di kepala dan leher.
Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala;
ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri
pada pengunyahan.Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak
diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut.
Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi temporomandibula. Factor-factor
etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
1. Faktor predisposisi
Merupakan factor yang meningkatkan resiko terjadinya dsifungsi sendi. Terdiri dari :
a. Keadaan sistemik. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi
temporomandibula adalah rematik
b. Keadaan structural. Keadaan structural yang mempengaruhi sendi temporomandibular adalah
oklusi dan anatomi sendi, meliputi :
1) Hilangnya gigi posterior openbite anterio
2) Impaksi molar 3
3) Overbite yang lebih dari 6-7 mm, dll
2. Faktor inisiasi (presipitasi)
Merupakan factor yang memicu terjadinya gejala-gejala disfungsi sendi
temporomandibula misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi
temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatic atritis sendi
temporomandibula.
Beberapa tipe parafungsi oral seperti kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat
menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, dan keausan pada gigi-gigi.
Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu,
posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan dapat mengakibatkan kelainan
fungsi fascia otot, karena seluruh fascia dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya
kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ lainnya
3. Factor Perpetuasi
Merupakan factor etiologi dalam gangguan sendi temporomandibula yang menyebabkan
terhambatnya proses penyembuhan sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah
laku sosial, kondisi emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.
Adapun tanda dan gejala dari gangguan TMJ adalah sebagai berikut :
1) Sakit atau gangguan yang terasa di rahang
2) Rasa sakit di sekitar telinga
3) Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan
4) Rasa sakit di sekitar wajah
5) Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut
6) Rahang terkunci, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup.
7) Sakit kepala
8) Gigitan yang tidak pas
9) Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami
kontak prematur (lebih awal dari yang lain)
C. Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Gangguan TMJ
Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ
sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.
1. Oklusi.
Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang
(crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak
direstorasi, adanya bruxism.
2. Pembukaan antar insisal
Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar
40 hingga 50 mm.
3. Pergerakan lain
Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan
kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10 mm). gangguan internal misalnya
dislokasi discus, akan membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan
4. Palpasi
Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan temporalis serta otot
leher dan bahu.
Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang
paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa
nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.
1) Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk
diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut.
2) Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka
saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu
diketahui.
3) Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru, yaitu
nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal,
dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock.
4) Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat
merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut.
5) Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh, selanjutnya
dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala
dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, dll.
6) Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis,
maupun secara bedah juga dicatat.
7) Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan
beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis, dan
terapi control stress selanjutnya.
D. Dampak Gangguan TMJ
1. Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi
penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa. Penderita
biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu
diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani
proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat
badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita trismus, hal tersebut
berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat proses salivasi dan
pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang
tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang
tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa
makanan tersebut.
2. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan
gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat menimbulkan karies yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada mandibula akan
menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis.
Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita kanker yang menjalani terapi pada
mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi
fatal. Hal ini terjadi akibat matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini
terapi yang dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.
3. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara.
Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan berbicara.
Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi yang
dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot mengalami kerusakan,
laring tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.
4. Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang
Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain
yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular joint. Saat
temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan timbul pada
sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses
artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi.
Jika tidak ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi
permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi pada otot-otot pengunyah sehingga jika
terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada otot tersebut.
E. Respon Imunitas Rongga Mulut
Saat terjadi trismus yang salah satunya disebabkan oleh inflamasi bakteri, tubuh akan
merespon dengan respon inflamasi salah satunya edema yang ditunjukkan oleh adanya bengkak.
Dimana, edema ini kemungkinan berada pada M.Pterygoideus medialis sehingga menyebabkan
trismus
F. Pencegahan dan Penanganan Gangguan TMJ
Dalam melakukan perawatan terhadap gangguan TMJ sangatlah rumit. Namun perawatan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara: Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik:Pasien
dapat melakukan sendiri kompres dengan lap panas. Caranya : di atas lap diletakkan botol berisi
air panas, lama terapi 10-15 menit dilakukan terus-menerus sekurang-kurangnya 3 minggu.
Pemijatan sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metal salisilat. Latihan membuka
dan menutup mulut secara perlahan tenpa terjadi deviasi, dilakukan di depan cermin.
Caranya: garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh membuka-menutup mulut di
depan cermin tanpa terjadi penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat seperti Infrared
yang berguna untuk menghilangkan nyeri, relaksasi otot superficial, menaikan aliran dara
superficial, dll. Perawatan dengan Obat Analgetik seperti Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen ;
Anti inflamasi seperti Naproxen dan Ibuprofen ; dll.
Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal
adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot,
menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi
temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut
otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa
nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.
Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi
kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik
pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu
perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang
dibutuhkan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya
antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang
berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang
dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi, faktor
degenerasi pada TMJ dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya
pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham
belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya
kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah
tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci
Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala;
ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri
pada pengunyahan.Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak
diperdebatkan dan multifaktorial
B. Saran
Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal
adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot,
menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi
temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut
otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa
nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.
Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi
kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik
pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu
perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang
dibutuhkan).
DAFTAR PUSTAKA
Jubhari, Eri.H (2002) Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan
Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran 137, 42-45.
Shulman DH, Shipman B, Willis FB (2009) Treating trismus with dynamic splinting: a case
report. Journal of Oral Science 51, 141-144.
Dhanrajani PJ, Jonaidel O (2002) Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment.
Dental Update 29, 88-94.
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 306-309.
Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG
Unpad.
Louhenapessy J, Kaelani Y. Analisa Kelelahan Material Condylar Prosthesis dari Groningen
Temporomandibular Joint Prosthesis Menggunakan Metode Elemen Hingga. ITS Surabaya.
Schwartz, MW. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.2004.
Diposkan oleh Khadijah di 21:12
top related