makalah patofisiologi dan farmakoterapi respirasi.docx
Post on 19-Feb-2016
108 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI
“PROSES KEPERAWATAN KANKER PARU – PARU ”
OLEH : KELOMPOK IVSTEVE ANTOVANI 11.01.201.259
RUDI ASBAKTI 11.01.201.269 \
HAYATUN NUFUS 11.01.201.256
EVY SUSANTI 11.01.201.270
PRIHATIN RUDYANI 11.01.201.745
YASHINTA CONNIE. P 11.01.201.271
REZKY FRISTIAWATI 11.01.201.288
ARNITA ARIFIN 11.01.201.572
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONSIA TIMUR
MAKASAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah
PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI
dengan judul “PROSES KEPERAWATAN KANKER PARU – PARU ”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Dalam penyusunan materi ini , tdak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen dan rekan-rekan,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi Biokimia yang telah
memberikan petunjuk, kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
Makasaar, 30 NOVEMBER 2014
PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di
dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di
dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang
terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global.
Kanker paru merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2
juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian
global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa
insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan
PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian
akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit
kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian
tertinggi di dunia adalah kanker paru.
WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada
tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate
(CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000
penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM
& PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004,
menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru sebesar
30%. (Depkes RI, 2004)
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan
menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Kanker paru merupakan salah satu jenis penyakit paru
yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.
Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan
sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan
multidisiplin kedokteran. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita (PDPI, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kanker paru-paru
2. Bagaimana gejala kanker paru-paru
3. Bagaimana penatalaksanan pengobatan kanker paru-paru
4. Apakah penyebab kanker paru-paru
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari kanker paru-paru
2. Untuk mengetahui gejala-gejala kanker paru-paru
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pengobatan kanker paru-paru
4. Untuk mengetahui penyebab kanker paru-paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian kanker paru-paru
Kanker paru adalah kanker pada lapisan epitel saluran nafas
(karsinoma bronkogenik).
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel
yang sangat cepat (abnormal) di dalam jaringan paru yang disebabkan
oleh perubahan bentuk jaringan sel.
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami
poliferasi dalam paru.
Menurut beberapa pengertian kanker paru di atas, dapat disimpulkan
bahwa kanker paru adalah keganasan atau abnormalitas dari sel-sel yang
mengalami poliferasi pada jaringan paru, yaitu pada lapisan epitel saluran
nafas.
B. Etiologi (penyebab)
1. Rokok
Rokok merupakan penyebab 85 – 90% kasus kanker paru,
dimana resiko kanker paru pada perokok 30 kali lebih besar dari yang
bukan perokok. Perokok pasif memiliki resiko 2 kali lipat untuk menjadi
kanker paru, sedangkan perokok aktif 20 kali lipat untuk mengalami
kanker paru. Resiko untuk terjadinya kanker paru berhubungan
dengan dosis kumulatif yang pada rokok digunakan isitilah ”Pack-
year” atau pak per tahun dan untuk pencatatan biasanya dipakai
batang per hari. Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel besar
meningkat pada perokok sedangkan beberapa adenokarsinoma tidak
berhubungan dengan rokok khususnya pada wanita Ini karena
tembakau pada rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana
50 di antaranya dikenal sebagai karsinogen (yang berarti agen
penyebab kanker) yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel
paru-paru. Sebuah sel yang sudah rusak dapat menjadi kanker dalam
jangka waktu tertentu.
2. Radiasi
Insiden kanker paru yang tinggi pada penambang kobalt dan
radium (lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru). Hal itu
dikarenakan bahan-bahan tersebut berkaitan dengan adanya radioaktif
dalam bentuk radon.
3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar
dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi
rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan
orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi
dan arsen.
4. Polusi udara.
Orang yang tinggal di kota mempunyai faktor risiko terserang
kanker paru lebih tinggi dari pada orang yang tinggal di desa. Selain
itu, telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel
dalam atmosfer di daerah perkotaan.(Thomson, 1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan, yakni:
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme
Teori onkogenesis yang berhubungan dengan kanker paru:
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen
supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau
penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran (sel paru) berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan
terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya.
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
C. Manifestasi klinis
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus
2. Gejala umum
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang
kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Infeksi saluran nafas bawah berulang
c. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi.
d. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
e. Kelelahan
f. Suara serak
g. Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan
metastasis
Manifestasi kanker paru berdasarkan fase metastase tumor:
a. Lokal (tumor tumbuh setempat)
1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
2) Hemoptisis
3) Terdengar wheezing, stridor karena adanya obstruksi jalan
nafas
4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
5) Atelektasis
b. invasi Lokal
1) nyeri dada
2) dispnea karena efusi pleura
3) invasi ke perikardium sehingga meyebabkan temponade
atau aritmia
4) suara serak karena adanya penekanan pada nervus
laryngeal recurrent
c. Gejala terjadinya Metastasis
1) Menyebar ke otak, tulang, hati, adrenalin
2) limfadenopati servikal dan supraklavikula
d. Sindrom Paraneoplastik: terdapat pada 10% kanker paru.
1) Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
2) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
3) Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neoropati perifer
4) Endokrin: sekresi berlebih hormon paratiroid
(hiperkalsemia)
D. Klasifikasi.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru
(1977) :Karsinoma Bronkogenik.
1. Karsinoma epidermoid (skuamosa)
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama
bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari
epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik
pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan
kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke
organ – organ distal.
3 Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai
terjadinya metastasis yang jauh.
4 Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada
jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
5 Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
6 Lain – lain.
a. Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
b. Tumor kelenjar bronchial
c. Tumor papilaris dari epitel permukaan
d. Tumor campuran dan Karsinosarkoma
e. Sarkoma
f. Tak terklasifikasi.
g. Mesotelioma
h. Melanoma.
E. DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Pemeriksaan Computed Tomography (CT Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan CT scan pada thoraks dapat mendeteksi kelainan atau
nodul dengan diameter minimal 3 mm, serta untuk mengevaluasi
jaringan parenkim paru dan pleura
c. Positron Emission Tomography (PET) untuk dapat membedakan
tumor benigna dan melignant berdasarkan perbedaan biokimia
dalam metabolisme glukosa, protein, dan asam nukleat. Tumor yang
berdiameter kurang dari 1 cm sulit dideteksi dengan PET.
d. Pemeriksaan Bone Scanning
Dilakukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.
e. Pemeriksaan Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan bila klien ada keluhan batuk. Digunakan sebagai skrining
diagnosis dini kanker paru
f. Pemeriksaan Histopatologi
1) Bronkoskopi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus, memungkinkan
visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)
2) Ultrasound Bronchoscopy untuk mendeteksi tumor perifer,
endobronkial, kelenjar getah bening mediastinum dan lesi daerah
hilus
3) Trans-Bronchial Needle_Aspiration (TBNA) untuk nodul getah
bening dihilus atau mediastinum
g. Trans Torakal Biopsi
Dilakukan untuk lesi perifer dengan ukuran kurang dari 2 cm. dapat
menyebabkan komplikasi pneumothoraks dan hemoptisi,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
h. Torakoskopi
Dilakukan untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura
visceralis. Komplikasi yang terjadi sangat kecil.
i. Mediastinoskopi
Dilakukan untuk mendapatkan tumor metastasis ke mediastinum
melalui kelenjar getah bening.
j. Torakotomi
Untuk diagnostik kanker paru yang dilakukan bila prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
k. Pemeriksaan Serologi atau Tumor Marker
l. Sinar-X dada dilanjutkan dengan biopsi dugaan lesi
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk
mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
3 Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi.
Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
f. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
F. Tujuan pengobatan kanker
1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan berupaya memperpanjang masa
bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas
hidup.
3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Untuk mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Suportif. Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
seperti pemberian nutrisi serta obat-obatan
G. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Paru
1. Pengkajian
a. Riwayat
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan
karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah
mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada
jaringan paru.
b. Pemeriksaan fisik pada pernapasan
Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea,
hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat
dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di
daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan
berulang, nyeri dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor,
efusi pleura bila tumor mengganggu dinding paru, disfagia, edema
daerah muka, leher dan lengan.
c. Nutrisi : Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia
d. Psikososial : Takut, cemas, tanda –tanda kehilangan.
e. Tanda vital : Peningkatan suhu tubuh, takipnea
f. Pemeriksaan diagnostik.
2. Diagnosa keperawatan
Preoperasi
a. Kerusakan pertukaran gas b/d hipoventilasi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret
paru, meningkatnya tahanan jalan napas
c. Ansietas b/d perubahan status kesehatan, takut mati
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang
informasi
Pascaoperasi
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru,
gangguan suplai oksigen,
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret,
keterbatasan gerakan dada, kelemahan
c. Nyeri akut b/d trauma jaringan, insisi bedah
d. Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian
3. Rencana Keperawatan
Preoperasi:
DX 1
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan
GDA dalam rentang normaldan bebas gejala distress pernapasan.
b. Klien berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
a. Kaji status pernapasan, catat peningkatan
frekwensi. Rasionalnya dispneu merupakan kompensasi adanya
tahan jalan napas
b. Catat ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas
dapat menurun. Krekles adalah bukti peningkatan cairan dalam
area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan
atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mucus atau
edema serta tumor.
c. Kaji adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi
bermakna terjadi sebelum sianosis.
d. Kolaborasi pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan
sediaan oksigen sesuai kebutuhan tubuh.
Dx.2
Kriteria hasil :
a. Hilangnya dispneu
b. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
c. Mengeluarkan secret tanpa kesulitan
d. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan
jalan napas
Intervensi :
a. Catat perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan
otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernapas.
b. Observasi penurunan ekspansi dinding
dada. Rasionalnya ekspansiadada sehubungan dengan akumulasi
cairan, edema dan secret pada lobus.
c. Catat karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik
sputum. Rasionalnya karakteristik batuk dapat berubah tergantung
pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin banyak, merah atau
purulen.
d. Pertahankan posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu
napas sesuai kebutuhan.Rasionalnya menudahkan memelihara
jalan napas atas paten.
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi
untuk efek samping merugikan dari obat (takikardi, hipertensi,
insommnia dan tremor). Rasionalnya obat diberkan untuk
menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret,
memperbaiki venrilasi dan memudahkan pengeluaran secret.
DX. 3
Kriteria Hasil :
a. Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya
b. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun
c. Menunjukkan pemecahan masalah
Intervensi
a. Obserfasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya
penyakit dapat menyebabkan / meningkatkan ansietas.
b. Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.
Rasionalnya menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi
dan penghematan energy.
c. Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi . rasionalnya memberikan
kesempatan bagi pasien untuk menangani ansietasnya sendir idan
merasa terkontrol.
d. Identifikasi presepsi klien terhadap ancaman yang ada.
Rasionalnya membantu pengenalan ansietas/takut dan
mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu klien.
e. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasionalnya merupakan langkah awal dalam mengatasi perasaan.
Dx. 4
Kriteria hasil :
a. Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi
b. Menggambarkan/ menyatakan diet, obat dan program aktifitas
c. Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan
perhatian medic.
Intervensi :
a. Bantu klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan
informasi yang jelas dan ringkas pada klien. Rasionalnya untuk
meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas
baru.
b. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya
pemberian instruksi penggunaan obat yang aman membantu
pasien untuk mengikuti dengan tepet program pengobatan.
c. Kaji konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien.
Rasionalnya pasien dengan pernapasan berat biasanya mengalami
penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan
peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan.
d. Berikan pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya pasien tidak boleh
terlalau lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktifitas untuk
meningkatkan stamina dan menjegak kebutuhan oksigen yang
berlebihan.
Pasca operasi
Dx. 1
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat
degan gda dlam rentang normal
b. Bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
a. Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan.
Obserfasi penggunaan otot bantu napas dan perubahan kulit.
Rasionalnya pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau
sebagai akibat mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya
jaringan paru.
b. Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal.
Rasionalnya konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi
yang dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi. Namun
pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada
lobus yang masih ada.
c. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan
posisi, pengisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan.
Rasionalnya obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi yang
dapat mengganggu pertukaran gas.
d. Bantu dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat.
Rasionalnya meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi serta
mencegah atelektasis.
Dx. 2
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan patensi napas dengan cairan secret mudah
dikeluarkan, bunyi napas jelas dan pernapasan tidak bising.
Intervensi :
a. Auskultasi dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya
secret. Rasionalnya pernapasan bising, rinki dan mengi
menunjukkan tertahannya secret dan obstruksi jalan napas.
b. Bantu pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk
dengan posisi duduk dan menekan daerah insisi. Rasionalnya
posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan
penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi dan
pembuangan secret.
c. Obserfasi jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya
peningkatan jumalah secret tidak berwarna/berair awalnya normal
dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
d. Dorong masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya hidrasi
adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan
pengeluaran.
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik
sesuai indikasi. Rasionalnya menghilangkan spasme bronkus
untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan
viskositas secret.
Dx. 3
Kriteria hasil :
a. Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
b. Tampak rileks dan istirahat dengan baik
c. Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan
Intervensi :
a. Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala
0-10). Rasionalnya membantu evaluasi gejala nyeri karana kanker.
Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan
analgesic dan meningkatkan control nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya
ketidaksesuaian antara petunjuk verbal /nonverbal dapat
memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan
intervensi.
c. Catat kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya insisi
posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi
anterolateral.
d. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri.
Rasionalnya takut dapat meningkatkan tegangan otot dan
meningkatkan ambang presepsi nyeri
Dx.4
Kriteria hasil :
a. Mengakui dan mendiskusikan masalah
b. Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan
tampak rileks
Intervensi :
a. Evaluasi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang
penyakit klien. Rasionalnya pasien dan orang terdekat mendengar
dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya perubahan
pola hidup
b. Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya
bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan
penyembuhan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur.
Rasionalnya menurunkan presepsi kesalahan interpretasi terhadap
informasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di
dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-
sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian
tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
2. Gejala penyakit kanker paru-paru
a. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
b. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
c. Napas sesak dan pendek-pendek.
d. akit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
e. Kelelahan kronis
f. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab
yang jelas.
g. Suara serak/parau.
h. Pembengkakan di wajah atau leher.
3. Penyebab kanker paru-paru
a. Merokok
b. Radiasi
c. Zat-zat yang terhirup di tempat kerja
d. Diet
4. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, dan
rencana keperawatan.
B. Saran
Sebagai mahasiswa kita harus memahami dan bisa membuat konsep
dasar dan asuhan keperawatan dari berbagai macam penyakit agar pada
waktu pelaksanaan nanti di rumah sakit kita bisa melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC,
Jakarta
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin
Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD
Dokter Soetomo, Surabaya
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby
Year Book, Toronto.
top related