makalah simulasi kasus
Post on 29-Jun-2015
396 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN SIMULASI KASUS
TINEA KRURIS DENGAN INFEKSI SEKUNDER
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti UjianIlmu Farmasi Kedokteran
Oleh:
Rina Handayani I1A005024Refrizal Fitriatma Kurnia I1A006092
Pembimbing:
Dr. HM. Bakhriansyah, M.Kes, M.Med.Ed
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERANBAGIAN FARMAKOLOGI
BANJARBARU2010
BAB I
PENDAHULUAN
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, yang disebabkan
golongan jamur dermatofita1. Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah
perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genito-krural saja atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah,
atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas
tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas
macam-macam bentuk, primer dan sekunder (polimorf), bila penyakit ini menjadi menahun,
dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya terjadi
akibat garukan2.
Beberapa faktor yang berperan untuk terjadinya tinea adalah iklim yang panas, higiene
(kebersihan diri) masyarakat yang kurang, adanya sumber penularan di sekitarnya, penggunaan
obat-obatan antibiotik, steroid dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan
penyakit sistemik lainnya3. Tahanan penjara, anggota militer, anggota tim atletik, orang yang
memakai celana panjang yang sempit atau kentat cenderung lebih berisiko terserang
dermatophytosis4. Pasien yang didiagnosis mengalami tinea kruris biasanya tinggal didaerah
dengan iklim tropis, memiliki riwayat pemakaian baju ketat untuk waktu yang lama atau bertukar
pakaian dengan orang lain atau memiliki riwayat diabetes mellitus dan obesitas.
Overweight dan Obesitas erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah
komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. ko-morbiditas itu dapat
berupa hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes tipe 2, penyakit
gallblader, disfungsi pernapasan, gout, osteoarthritis, dan jenis kanker tertentu. Penyakit kronis
yang paling sering menyertai obesitas adalah diabetes tipe 2, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
Data dari NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) III, 1988 - 1994,
memperlihatkan bahwa dua pertiga pasien obese dan overweight dewasa (BMI 27) mengidap
paling sedikit satu dari banyak penyakit kronis tersebut dan 27% dari mereka mengidap dua atau
lebih penyakit. NHANES III menyebutkan bahwa kurang lebih 12% orang dengan BMI 27
menderita diabetes tipe 25.
Suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, infeksi sering
berlokalisasi pada daerah yang mengandung banyak keringat seperti pada lipat paha dan sela-sela
jari. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit
yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari
bagian tubuh lain, juga melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak
langsung melalui benda yang mengandung skuama terinfeksi6.
Pada makalah ini akan dibahas sebuah simulasi laporan kasus tentang tinea kruris dengan
infeksi sekunder serta penulisan resep dan pembahasan mengenai terapi yang rasional untuk
kasus tersebut.
2.1 Kasus
Seorang laki-laki pekerja pabrik, 45 tahun, berobat ke poli penyakit kulit, dengan keluhan
gatal-gatal pada derah lipatan paha. Pasien yang tinggal di jalan A Yani Km 17
Banjarmasin ini sudah merasakan keluhan ini sejak 3 bulan yang lalu.. Awalnya hanya
satu bulatan kecil dengan tepi berbenjol dan berair, tetapi semakin lama semakin luas
mendekat ke arah pantat. Pasien adalah penderita diabetes sejak 5 tahun yang lalu dan
memiliki berat badan 75 kg (tinggi badan 155 cm). Penderita sudah memberikan Herocyn
® tetapi tidak sembuh.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital : Tekanan darah = 130/80 mmHg Nadi= 90 x/menit Respirasi = 18 x/menit Suhu tubuh = 36,5 ºC
Kepala & Leher : Dalam batas normalThorax : Dalam batas normalAbdomen : Dalam batas normalEkstremitas : Makula hiperpigmentasi dan hipopigmentasi dengan tepi aktif dan
skuama halus pada daerah lipatan paha. Ditemukan adanya beberapa pus pada beberapa lesi.
2.2 Tujuan Pengobatan
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur
topikal saja dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa
formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang
ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu.
Terapi dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2
minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan
dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik
hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring
terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu6.
Pasien memiliki resiko cukup tinggi untuk terinfeksi jamur karena pasien
bertubuh gemuk dengan BMI 31 dan mengidap penyakit kronis berupa diabetes mellitus
sehingga diperlukan edukasi untuk memperbaiki pola hidup dan menghindari munculnya
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.
Pada pasien di atas, untuk daerah lesi yang bernanah diberikan kompres NaCl
terlebih dahulu sebelum dioles dengan obat antijamur topical. Caranya kasa dicelup ke
dalam cairan NaCl 0,9 % kemudian diperas lalu didiamkan selama 20 menit. Hasil akhir
pengobatan adalah keadaan yang basah menjadi kering, permukaan menjadi bersih
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi2.
2.3 Daftar Kelompok obat beserta jenisnya yang berkhasiat dalam penanganan tinea kruris
dengan infeksi sekunder6, 7
No Kelompok Obat Golongan Jenis Obat
1 Anti jamur Azole, Alynamin, Benzilamin golongan lainnya
Topikal: Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec), Mikonazole (icatin, Monistat-derm), Econazole (Spectazole), Ketokonazole (Nizoral)Oxiconazole (Oxistat), Sulkonazole (Exeldetm),
Naftifine (Naftin), Terbinafin (Lamisil),
Butenafine (mentax),
Siklopiroks (Loprox), Haloprogin (halotex)Tolnaftate
Sistemik: Ketokonazole, Itrakonazole, Griseofulfin, Terbinafine
2 Antibiotik Penisilin, Sefalosforin, Amfenikol, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida, Linkosamid polipeptida,
Penisilin G, Penisilin Prokain, Penisilin Benzatin, Penisilin V, kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, ampisilin dan amoksisilin, karbenisilin, tikarsilin, meklosilindan piperasilin,
antimikobakterium, sulfonamida dan
trimetropim, kuinolon Golongan lain-lain
sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin, sefamandol dan sefaklor,sefoksitin, sefotaksim danmoksalatam,
kloramfenikol palmitat,natrium suksinat dan tiamfenikol,
tetrasiklin,klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin,
amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin,
eritromisin, roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin dantrioleandomisin,
linkomisin dan klindamisin,
polimiksin A, B, C, D dan E,
rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol,
sulfisoksazol,
asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin,
vankomisin, spektinomisin, basitrasin, metronidazol
2.4 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan, dan kecocokannya6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
Kelompok Jenis Obat
Khasiat (efek) Cara Kerja Keamanan BSO (Efek Samping
Obat)
Kecocokan (Kontraindikasi
Obat)Clotrimazole (Lotremin, Mycelec)
Antijamur topikal
broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati.
Eritema, rasa tersengat, melepuh, mengelupas, edema, pruritus, urtikaria, rasa terbakar, iritasi umum kulit
hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas , hamil trimester 1 dan hindari kontak mata.
Mikonazole (zolagel)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akan menghambat biosintesis dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Sensasi rasa
terbakar,
maserasi
dermatitis alergik
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
Ketokonazole (Nizoral)
broad spektrum akan menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Iritasi dan rasa terbakar
Segera setelah penggunaan steroid local kronis, tidak untuk mata
Naftifine (Exoderil)
broad spektrum mekanisme kerjanya mengurangi sintesis dari ergosterol
Iritasi local ringan, rasa terbakar, kekeringan, eritema dan gatal
Hipersensitivitas, penggunaan pada mata dan luka terbuka
sehingga menyebabkan pertumbuhan sel jamur terhambat.
Terbinafin (Lamisil)
bekerja menghambat skualen epoxide yang merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang menghasilkan kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur.
Kemerahan pada kulit, gatal dan rasa tersengat
-
Siklopiroks (Loprox nail lacquer)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi DNA
Kulit sekitar kuku terinfeksi kemerahan dan kering
Anak, hamil
Haloprogin (Polik meiji)
- -
Ketokonazole Antijamur sistemik
ketokonazole merupakan obat jamur oral yangberspektrum luas. Kerja obat ini fungistatik
Obat ini dapat meningkatkan aktivitas enzim hati untuk sementara waktu dan dapat menimbulkan kerusakan hati pada penggunaan yang lama.Genikomasti, infertilitas, penurunan libido atau oligospermia dapat terjadi pada pria terutama pada bila diberikan
Hindari penggunaan pada wanita hamil karena dapat menimbulkan kecacatan pada fetus.
dosis lebih dari 600 mg/hari.Mengakibatkan peningkatan LH dan FSH serum, menghambat sintesis kortisol endogen dan menimbulkan pemanjangan efek supresi adrenal kortikosteroid8
Itrakonazole berspektrum luas yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis dari ergosterol yang merupakan komponen penting pada selaput sel jamur
Penderita umumnya mengeluh mual, muntah, kemerahan, pruritus, lesu, pusing, pedal edema, parestesi dan kehilangan libido pernah dilaporkan.
hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama dengan cisapride karena berhubunngan dengan aritmia jantung.
Griseofulvin(fulcin)
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat mikrotubuler dalam sel
Urtikaria, ruam kulit, sakit kepala, gangguan GI, pusing, lesu, granulositopenia, leukopenia
Porfiria, kegagalan hepatoseluler, hamil, SLE
Terbinafine Gangguan GI, reaksi alergi,perubahan hematologi
Disfungsi hepatic atau ginjal berat dengan clearance kreatinin < 50 ml/menit
sefalosporin Antibiotik bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman
Reaksi alergi mirip yang ditimbulkan oleh penisilin, anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikari
Tidak dianjurkan pada pasien alergi penisilin
Penisilin Reaksi alergi, nefropati, anemia
-
hemolitik, gangguan fungsi hati
amfoterisin merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif sel(antijamur untuk infeksi)
Kulit panas,
keringatan, sakit
kepala, demam,
menggigil, lesu,
anoreksia, nyeri
otot, flebitis,
kejang, dan
penurunan faal
ginjal
-
Eritromisin bekerja dengan menghambat sintesis protein
Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan.
Penggunaan eritomisin etilsuksinat ada tetapi jarang sekali terjadi terutama dalam dosis besar sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah, dan nyeri epigastrium.
Suntikan IM lebih dari 100 mg menimbulkan sakit yang sangat hebat.
Pemberian IV 1 g dengan infuse sering disusul dengan timbulnya tromboflebitis, dan bila diberikan dalam dosis tinggi
Tidak boleh diberikan bersamaan dengan pemberian karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin, digoksin, warfarin dan teofilin karena dapat meningkatkan toksisitas dari obat-obatan tersebut.
akan terjadi ketulian sementara
Tetrasiklin (cetacycline)
Gangguan GI, fototoksisitas, nefrotoksik, supresi sumsum tulang (jarang), peningkatan TIK.
Hipersensitif, hamil, anak < 12 tahun
Linkomisin (Lintropsin)
Gangguan GI, hematopoetik, leucopenia, neutropenia, agranulositosis, trombositopenia, reaksi hipersensitif, rasa haus, lemas dan penurunan BB
Hipersensitif, hangguan fungsi hati , ginjal, endokrin dan metabolic. Demam rematik, bayi, pasien dengan terapi penghambat neuromuscular, laktasi.
Rifampisin (Corifam)
bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat
Gangguan GI, fungsi hati abnormal, ikterus, gejala flu, perubahan fungsi ginjal, reaksi kulit, eosinofilia, leucopenia, trombositopenia, purpura, hemolisis, syok, urin, sputum, air mata berwarna merah
Hipersensitifitas, ikterus
2.5 Pilihan obat dan alternative obat yang digunakan6,7,8,9,10,11,12,13
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Ketokonazol Clotrimazole
BSO (generic, paten,
kekuatan)
Generik : Ketokonazol
BSO :
Krim 2 % x 5 g
Krim 2 % x15 g
Paten : Nizoral
BSO :
Krim 2 % x 5 g
Krim 2 % x15 g
Generik : Clotrimazol
BSO :
Krim 1 % x 5 g
Larutan 1 % x 10 ml
Paten : Lotremin
BSO :
Krim 1 % x 5 g
Larutan 1 % x 10 ml
BSO yang diberikan dan
alasannya
Krim 2 % x 15 g Krim 1 % x 5 g
Dosis referensi 2% dioleskan 1 x sehari 1 % dioleskan 2 x/hari
Dosis pada kasus dan Alasan 2 % x 2/hari sesuai referensi6 1 % x 2 x/hari
Frekuensi pemberian dan
Alasan
2 kali sehari sesuai referensi6. 2 kali sehari sesuai referensi12
Cara pemberian dan Alasan dioleskan sampai 3 cm diluar
batas lesi, untuk mengurangi
resiko kekambuhan6,13.
dioleskan sampai 3 cm diluar
batas lesi, untuk mengurangi
resiko kekambuhan13.
Saat pemberian dan Alasan Pagi dan sore sesuai referensi6 Pagi dan sore sesuai referensi6
Lama pemberian dan Alasan 2-4 minggu sesuai referensi,
teruskan pemakaian beberapa
hari setelah gejala hilang12.
2-4 minggu sesuai referensi,
teruskan pemakaian beberapa
hari setelah gejala hilang12.
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Ketokonazol Itrakonazol
BSO (generic, paten, Generik : Ketokonazol Generik : Itrakonazol
kekuatan) BSO : tablet 200 mg
Paten : Cidaral
BSO : tablet 200 mg
BSO : Kapsul 100 mg
Paten : Furolnuk
BSO : Kapsul 100 mg
BSO yang diberikan dan
alasannya
Tablet Kapsul
Dosis referensi 600 mg/hari 100 mg/ hari
Dosis pada kasus dan Alasan 1 x 200 mg 1 x 100 mg
Frekuensi pemberian dan
Alasan
1 kali sesuai referensi 1 kali sesuai referensi
Cara pemberian dan Alasan Peroral, pasien sadar dan tidak
ditemukan gangguan menelan
Peroral, pasien sadar dan tidak
ditemukan gangguan menelan
Saat pemberian dan Alasan Setelah makan bersamaan
dengan eritomisin untuk
meningkatkan kepatuhan
terapi
Setelah makan untuk
memaksimalkan absorbsi di
saluran cerna
Lama pemberian dan Alasan 3-4 minggu, karena
ketokonazol merupakan
fungistatik sehingga
memerlukan waktu terapi
yang agak lama12.
Untuk dermatofitosis dapat
diberikan selama 2-8 minggu
tergantung letak lesi8.
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Eritromisin Gentamisin
BSO (generic, paten,
kekuatan)
Generik :
Eritromisin Etilsuksinat8
BSO :
Tablet kunyah 200 mg
Suspensi oral
mengandung 200 mg/5
Generik : Gentamisin8
BSO :
Larutan steril:vial/ampul,
60 mg/1,5 ml; 80 mg/2
ml, 120 mg/3 ml dan 280
mg/2 ml
ml dalam botol 60 ml
Tetes oral mengandung
100 mg/ 2,5ml dalam
botol 30 ml
Paten : Erysanbe9
BSO :
Kapsul 250 mg, 500 mg
Sirup kering 200 mg/5 ml
Salep atau krem dalam
kadar 0,1 dan 0,3 %
Salep mata 0,3%
Paten : Bioderm11
BSO : Krim 0,1 % 5 g
BSO yang diberikan dan
alasannya
Tablet kunyah, karena basa
eritomisin diserap baik oleh
usus kecil bagian atas,
aktivitasnya hilang oleh cairan
lambung dan absorbs
diperlambat oleh adanya
makanan dalam lambung,
dengan diberi selaput yang
tahan asam diharapkan dapat
mencegah pengrusakan oleh
asam lambung8.
Krim, mudah diabsorbsi dan
penggunaannya khusus pada
daerah yang terinfeksi kuman
sehingga tidak menimbulkan
efek samping sistemik baik
bagi hati atau ginjal
Mudah dibersihkan karena
basisnya berupa bahan yang
larut dalam air12.
Cocok untuk orang-orang
dengan riwayat alergi.
Dosis referensi 400-800 mg tiap 6 jam atau
800 mg tiap 12 jam
Krim 0,1 %
Dosis pada kasus dan Alasan 3x400 mg, dipakai dosis
rendah namun sering agar
tidak mengiritasi saluran
cerna8.
2 x 0,1 %, sesuai referensi
Frekuensi pemberian dan
Alasan
3 kali sehari sesuai dosis
referensi
2 kali sehari sesuai dosis
referensi
Cara pemberian dan Alasan Peroral, lebih aman, pasien
sadar dan tidak ditemukan
gangguan menelan
Topikal, karena aman dan
tidak menimbulkan efek
samping sistemik
Saat pemberian dan Alasan Setelah makan saat perut Pagi dan sore hari bersamaan
kosong karena absorbs obat
paling baik pada saat lambung
kosong10.
dengan waktu pemberian
antijamur topical dan setelah
pengompresan dengan NaCl
0,9 %
Lama pemberian dan Alasan Diberikan 7-10 hari untuk
menghentikan dan
memusnahkan penyebaran
kuman10.
7-10 hari untuk menghentikan
dan memusnahkan penyebaran
kuman10.
2.6 Resep yang benar dan rasional untuk kasus di atas
Dr. Bidam, Sp.KKSIP No. 29/12/010195/2010
Alamat Rumah : Alamat Praktek :Jln. Imyong No.19 Jln Soerabol No 5Banjarmasin BanjarmasinTelp. (0511123456) Telp.(0511987647)
Banjarmasin, 30 Desember 2010
R/ Ketokonazol krim 2% tube No. IIS 2 dd 1 ue (1-1-0)
R/ Ketokonazol tab 200mg No.XXXS 1 dd 1 pc
R/ Eritromisin etilsuksinat tab 400mg No. XXXS 3 dd 1 pc
Pro :Tn. DaenamboUmur : 45 tahunAlamat: Jln Garuda No.8 Banjarmasin
Dr. Bidam, Sp.KKSIP No. 29/12/010195/2010
Alamat Rumah : Alamat Praktek :Jln. Imyong No.19 Jln Soerabol No 5Banjarmasin BanjarmasinTelp. (0511123456) Telp.(0511987647)
Banjarmasin, 30 Desember 2010
R/ Clotrimazol krim 1 % tube No. IVS 2 dd 1 ue
R/ Itrakonazol tab 100mg No.LXS 1 dd 1
R/ Gentamisin krim 0,1% tube No. IS 2 dd 1 ue
Pro :Tn. DaenamboUmur : 45 tahunAlamat: Jln Garuda No.8 Banjarmasin
2.7 Pengendalian Obat
Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi pemberian, cara
pemberian, lama pemberian, dan efek samping. Bila timbul efek samping, obat dapat dihentikan
dan diganti dengan obat lain yang khasiatnya sama. Pilihan obat yang digunakan pada kasus ini
ada 2 macam yaitu antijamur untuk mengobati kausa dan antibiotik untuk mengobati penyakit
penyerta. Edukasi sangat diperlukan mengingat pasien memiliki riwayat obesitas dan diabetes
mellitus, karena rentan sekali untuk mengalami komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular
sehingga pada penggunaan antijamur dan antibiotik oral diberikan dosis yang cukup rendah
untuk meminimalkan efek samping.
DAFTAR PUSTAKA
1. Detty Ferbrianti,Modifikasi terakhir pada Sun 22 of Aug, 2010 [12:40]. Tinea Cruris dengan Gejala Gatal yang Sering Muncul Terutama Saat Berkeringat. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin, RSUD Saras Husada, Purworejo. UMY E-CASE
2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin3. Mahaputra S. Hubungan Kebersihan Diri dengan Penurunan Kejadian Tinea Kruris Pada
Santri Putra Kelas XII Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Surakarta.4. Michael Wiederkehr, MD. Tinea Cruris. Updated: Dec 2, 20095. http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=12442.0 . Online Forum Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung © 2003-2010. Obesitas: Obesitas Vs Penyakit Kronis. « on: January 07, 2010, 08:35:43 am »
6. TINEA CRURIS. Posted on August 16, 2009 by diyoyen. Categories: Kulit Kelamin.7. Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada8. Setiabudy R. Antimikroba lain. Farmakologi dan terapi9. Isnaini. Diktat Panduan Kepaniteraan Klinik Farmakologi dan Terapi10. Tjay, TH, dan Rahardja K. Obat-obatan penting: khasiat, penggunaan, dan efek-efek
sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 200211. MIMS volume 8, 200712. Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, Suyoso S. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
2. Infeksi Jamur: Dermatofitosis.13. Sri M. TINGKAT KEKAMBUHAN TINEA KRURIS DENGAN PENGOBATAN
KRIM KETOKONASOL 2% SESUAI LESI KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN SAMPAI 3 CM DI LUAR BATAS LESI KLINIS. program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
top related