mancil kk
Post on 16-Feb-2016
221 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECTKEPANITERAAN KLINIK MADYA DOKTER KELUARGA FKUB
JudulDiebetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi Stage I pada Wanita Usia 66 tahun dengan
Tingkat Sosial EkonomiRendah
Dokter Muda PembinaWahyu Firmansah105070103111011
Puskesmas Kendal KerepPeriode 27 September 2015 – 17 Oktober 2015
PembimbingDr. dr. Siswanto, MSc
dr. Arief Alamsyah, MARSdr. H. D. Setyawan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya2015
1
ke Puskesmas : 2 Oktober 2015
No. Rekam Medis : 439
Identitas Pasien:
Nama Umur / tanggal lahir Jenis kelamin Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan
Status perkawinan Sistem pembayaran
:::::::
::
Ny. Sriani66 th/20 Maret 1949WanitaJl. Pospat no. 100 RT 10 IslamSPKMTidak bekerja (dulu bekerja sebagai perawat dan bidan di puskemas cisadea)MenikahJKN
Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Badan terasa lemah dan cekot cekot diseluruh tubuh
Riwayat keluhan saat ini
Pasien datang ke Puskesmas Kendalkerep karena mengeluh lemah dan terasa cekot-cekot diseluruh tubuh dan geringgingan di kedua tangan dan kakinya. Keluhan tersebut dirasakan setiap hari dan memberat sejak 5 hari terakhir. Selain itu pasien juga ingin kontrol hipertensi karena pasien memiliki riwayat hipertensi juga. Pasien berharap dapat diberikan obat agar lemah dan cekot cekot diseluruh tubuhnya menghilang. Pasien mengira bahwa sakit cekot-cekotnya terjadi akibat pasien sudah tidak mengkonsumsi obat-obatan anti diabet dan darah tinggi yang menyebabkan gula darah dan tensinya meningkat. Pasien khawatir apabila tidak berobat keadaanya smakin memburuk. Pasien sudah tidak mengkonsumsi obat anti diabet kurang lebih 2 minggu dikarenakan obatnya habisa dan pasien tidak kontrol ke puskesmas
Keluhan lain yang dirasakan saat ini dan riwayat perjalanannya:
Pasien juga mengeluhkan adanya luka pada jempol kaki panan pasien. Luka bersifat basah dan mengandung pus yang berbau. Keluhan dirasakan sejak 1 yang lalu, sebelumnya kaki kiri pasien juga pernah menderita luka dan akhirnya di amputasi di RSSA.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pada awalnya pasien datang dengan keluhan sering merasa tidak enak badan, panas dingin sejak 5 tahun yang lalu (tahun 2010). Pasien juga mengeluh sering buang air kecil saat malam hari, serta sering merasa haus dan lapar, dan merasa berat badanya menurun. Pasien kemudian memeriksakan
2
diri ke puskesmas. Oleh pihak puskesmas pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dan dikatakan pada saat itu gula darah pasien tinggi. Selain itu pasien juga diketahui tensinya tinggi. Pasien kemudian diberikan obat DM dan darah tinggi oleh puskesmas. Pasien diberikan 2 macam obat: Metformin (3x1) dan Glibenclamid (1x1) untuk penyakit DMnya dan 1 macam obat: captopril (2x1) untuk hipertensinya. Pasien kemudian kontrol ke puskesmas kendal kerep, dan juga pernah beberapa kali kontrol di puskesmas lain di cisadea.
2 tahun yang lalu (tahun 2013), pasien mengeluh terdapat luka di tungkai kaki kirinya, awalnya hanya merah namun semakin lama semakin menggelap, melebar dan tidak kunjung sembuh. Pasien mengaku tidak mengetahui penyebab luka tersebut dan mengetahuinya secara tidak sengaja. Kemudian pasien berobat ke puskesmas. Di puskesmas pasien mendapatkan perawatan luka namun luka pasien tidak membaik dan kakinya semakin membusuk lalu pasien dirujuk ke poli penyakit dalam RSSA, dan oleh poli penyakit dalam dirujuk ke poli ortopedi dan dilakukan operasi amputasi ke salah satu jari kaki kiri dikarenakan sudah tidak bisa disembuhkan dan harus di amputasi, lalu pasien menyetujui dilakukan amputasi. Setelah selesai oprasi pasien akhirnya rutin kontrol ke poli penyakit dalam RSSA. Pada 1 tahun yang lalu (tahun 2014) pengobatan pasien diganti dari OAD dengan Insulin dikarenakan sudah ada komplikasi ke mata dengan keluhan kabur pada mata dan kaki kanan pasien ada lukanya.
6 bulan yang lalu (bulan april tahun2015) pasien didaptkan jatuh terpeleset di rumah dikarenakan ada tumpahan air di lantai rumah pasien. Lalu pasien tidak sadar dan dibawa ke IGD RSSA, di RSSA pasien didiagnosa dengan gegar otak ringan oleh dokter bedah, akhirnya pasien dirawat kurang lebih 1 bulan di RSSA, namun pasien akhirnya pulang paksa dikarenakan tidak betah di rumah sakit dan dokter menyarankan pasien untuk tetap kontrol ke RSSA. 1 minggu setelah pasien dirumah, pasien tidak kontrol ke RSSA, pasien didapati keadaanya semakin memburuk dan pasien tidak bisa melakukan aktifitas sama sekali dan hanya tidur ditempat tidur selama kurang lebih 1 bulan, dan pasien juga dikeluhkan penurunan kesadaran kurang lebih 3 hari. Lalu pasien dibawa ke pengobatan alternatif akhirnya pasien bisa kembali sadar dan beraktifitas secara terbatas semakin lama semakin membaik. Setelah sadar dan mulai bisa beraktifitas pasien kadang-kadang berobat ke puskesmas cisadea untuk memeriksakan keadaanya, namun Pasien tidak rutin kontrol, kontrol kalau obat sudah habis dan ada yang mengantar ke puskesmas.
Sejak terdiagnosis DM tahun 2010, pasien sudah mengalami keterbatasan aktifitas dan sehari hari hanya dirumah. Suami pasien memutuskan untuk tidak bekerja, dahulunya pasien bekerja di bengkel mobil dan akhirnya sehari-hari hanya dirumah untuk merawat istri. Untuk ekonomi pasien hanya mengandalkan dari pemberian anak-anaknya.
Riwayat Keluarga (Family History)
Pasien memiliki 7 anak kandung pasien, diantaranya 7 orang anak hidup hingga saat ini, bekerja sebagai penjual nasi goreng, penjual rujak, tambal ban, pembantu, kuli bangunan, serabutan dan satu anak tidak bekerja. Suami pasien menderita hipertensi sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, namun sejak 1 tahun ini pasien tidak pernah kontrol darah tinggi dikarenakan pasien tidak memiliki keluhan dan hanya meminum ramuan ramuan herbal dari pengobatan alternatif. Pasien merupakan anak ke 9 dari 10 orang bersaudara. Kakak kandung pasien yang ke 1 sudah meninggal oleh karena hipertensi dan diabetes, yang ke 2 menderita hipertensi dan sakit jantung, yang ke 4 menderita hipertensi, dan yang ke 6 menderita diabetes.
Riwayat sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal)
3
Pasien memiliki riwayat meminum jamu dari pengobatan alternatif selama 5 bulan terakhir. Pasien juga sempat meminum obat herbal sebanyak 1 botol. Pasien makan 1 hari tidak tentu terkadang 2x-5x (nasi putih, ikan pindang lele atau mujair, sayur sop, tahu-tempe goreng), pasien jarang makan makanan daging sapi atau ayam karena ekonomi yang terbatas. Pasien sering mengkonsumsi minum-minum manis seperti teh manis, maupun sirup. Sehari-hari pasien hanya di rumah mengerjakan pekerjaan rumah, dan mengasuh cucu. Pasien tinggal serumah hanya dengan suaminya dan 1 orang cucunya untuk menemani pada malam hari, namun pada pagi hari sampai dengan sore hari cucu-cucu pasien dititipkan dirumah pasien. Pasien merupakan anak sembilan dari sepuluh bersaudara. Kakak pasien yang pertama sudah meninggal dunia akibat sakit diabet dan HT. Pasien memiliki 7 anak. Pasien sudah tidak bekerja (dulu bekerja sebagai perawat maupun bidan di puskesmas cisadea). Saat ini sumber dana keluarga berasal dari anak-anak pasien dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Pasien tidak memiliki kendaraan, dan biasa dibonceng apabila akan berobat ke puskesmas.
Riwayat pengobatan
Saat muncul keluhan awal 5 tahun yang lalu (tahun 2010), pasien kemudian datang berobat ke puskesmas. Dikatakan saat itu kadar gula darah pasien tinggi dan tensi pasien juga tinggi. Pasien kemudian diberikan obat diabetes mellitus: Metformin (3x1), Glibenclamid (1x1), dan captopril 2x1. Kemudian 1 tahun yang lalu (tahun 2014) pasien juga sempat diberikan obat insulin oleh bagian Penyakit Dalam di RSSA saat sedang berobat, dimana saat itu kadar gula darah pasien tetap tinggi. Namun insulin tersebut diakui pasien hanya digunakan sampai dengan 7 bulan dikarenakan sejak pasien pulang paksa dari rumah sakit pasien tidak memakai insulin dan tidak meminum obat anti diabet. Saat ini pasien hanya meminum obat oral yang diberikan oleh puskesmas.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital dan Status Gizi
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Suhu : 36,3°C
Tekanan Darah : 150/100 mmHg TB : 149 cm
Frek. Nadi : 84 x/menit, reguler, kuat BB : 44 kg
Frek. Nafas : 16 x/menit Status Gizi
: Berat badan normal
IMT : 19,81 kg/m2
Status Generalis
KEPALA
Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-) ; pupil bulat isokor (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+)/(+)
LEHER
Inspeksi Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-)
4
Palpasi Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)
THORAX
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan statis & dinamisPalpasi: Stem FremitusPerkusi :
Auskultasi :
D=SD=Ssonor sonorsonor sonorsonor sonor
V V Rh - - Wh - - V V - - - - V V - - - -
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Iktus invisible
Iktus palpable at ICS V MCL S
LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D
S1S2 single, regular, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Flat, jar. parut (-), radang umbilikus (-), rash (-), massa (-)
BU (+) Normal
Liver span 8 cm, traube’s space timpani, shifting dullness (-)
Soefl, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
EKSTREMITAS
Superior
Inferior
Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Sianosis (-)/(-)
Akral hangat, didapatkan luka pada jempol kaki kanan pasien disertsi dengan darah dan pus, didaptkan beberapa jaringan necrosis pada jari kaki kiri pasien
Status Lokalis
didapatkan luka pada jempol kaki kanan pasien disertsi dengan darah dan pus, didaptkan beberapa jaringan necrosis pada jari kaki kiri pasien
5
Pemeriksaan Penunjang :
Pada tanggal 2 oktober 2015 GDA: > 600 mg/dL
Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2
Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu:- DM tipe 1: DM tipe 1 dapat disebabkan destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, yang disebabkan oleh proses imunologik maupun idiopatik. Proses imunologis ini satu pertiga dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan dua pertiganya karena faktor lingkungan.- DM tipe 2 dapat disebabkan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, hingga gangguan sekresi insulin dengan resistensi insulin.
Faktor resiko DM dibagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi, yang mana adanya faktor-faktor tersebut meningkat peluang seseorang mengalami DM. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain: Riwayat keluarga dengan DM pada turunan pertama (first degree relative) Usia (Resiko untuk menderita DM meningkat seiring dengan bertambanya usia) Kelompok etnik risiko tinggi (African American, Latino, Native American, Asian American, atau
Pacific Islander) Wanita dengan riwayat pernah melahirkan bayi > 4000 gram atau menderita diabetes
gestasional Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) Riwayat berat badan lahir rendah (BBL <2500 gram) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler Memiliki riwayat sindroma polikistik ovarium
Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain: Berat badan lebih atau obesitas (BB > 120% BB ideal atau IMT >25 kg/m2) dan rasio lingkar
pinggang pinggul untuk pria 0,9 dan wanita 0,8 sedangkan lingkar pinggang pria = wanita = 90 cm.
Hipertensi (Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) Dislipidemia (Kadar kolesterol HDL < 35 mg/dL dan/atau TG ≥ 250 mg/dL) Merokok Diet tidak sehat (tinggi gula, tinggi kolesterol, tinggi garam, rendah serat)
Pada pasien ini berdasarkan hasil anamnesis didapatkan faktor resiko untuk terjadinya diabetes mellitus tipe 2, baik faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi maupun yang dapat dimodifikasi yaitu riwayat keluarga dengan DM, hipertensi, jantung, stroke, dan kolesterol; wanita usia tua (58 tahun); diet tinggi gula, tinggi kolesterol.
American Diabetes Association (ADA) Guidelines menyebutkan kriteria diagnosis diabetes mellitus tipe 2 adalah jika memenuhi salah satu kriteria berikut : Gula Darah Acak (GDA) >200 mg/dL (11,1 mmom/L) dan gejala klasik DM. Gula darah sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Gula Darah Puasa (GDP) >126 mgdl (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
Gula Darah 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (GD 2jam TTGO) >200 mg/dL (11,1
6
mmol/L). TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa setara 75 gram glukosa anhidrosa yang dilarutkan dalam air, setelah pasien berpuasa selama 8 jam.
HbA1C ≥ 6,5%. Pemeriksaan ini harus dilakukan di laboratorium yang menggunakan NGSP yang mana metodenya telah tersertifikasi dan terstandarisasi pada DCCT assay.
Pada pasien ini didiagnosis diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu (tahun 2010), dimana saat itu diketahui bahwa kadar gula darah acak pasien mencapai 325 mg/dL.
Untuk manifestasi klinis diabetes mellitus tipe 2, PERKENI membagi keluhan pasien menjadi 2 bagian besar, yaitu gejala klasik dan gejala tidak khas. Gejala klasik DM adalah poliuria (sering kencing), polidipsi (cepat haus), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Sedangkan gejala tidak khas dari DM diantaranya polifagia (cepat lapar), lemas badan, kesemutan, gatal di sekitar alat kelamin, keputihan, luka yang sulit sembuh, pengelihatan kabur, dan mudah mengantuk.
Pada pasien ini didapatkan gejala tidak enak badan, panas dingin, mata kabur, sering buang air kecil saat malam hari, serta sering merasa haus dan lapar, dan luka yang tidak lekas sembuh di tungkai kaki kanannya.
Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal :
Alasan Kedatangan : Badan terasa lemas dan cekot cekot diseluruh tubuh Persepsi : pasien menganggap penyakitnya berbahaya, namun tidak
mengetahui apa saja hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari
Harapan : lemah dan cekot cekot diseluruh tubuhnya menghilang Kekhawatiran :Pasien khawatir apabila tidak berobat
keadaanya semakin memburuk Upaya : kontrol ke puskesmas untuk memeriksakan diri
Aksis 2 - Aspek Biomedis : Diabetes mellitus tipe 2, Hipertensi st 1, dan Diabetic foot
Aksis 3 - Aspek Risiko Internal :
Usia tua Kurangnya aktivitas fisik Kebiasaan makan yang tidak teratur Kebiasaan pasien mengkonsumsi minum-minuman yang manis Tingkat ekonomi pasien yang rendah
Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal :
Faktor ekonomi yang rendah Lingkungan yang padat penduduk Anak-anak pasien yang sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing, dan hanya menitipkan
anak-anaknya (cucu pasien) ketika bekerja sehingga menambah beban pasien dan suami pasien
Adanya persepsi masyarakat dilingkungan sekitar tempat tinggal pasien bahwa penyakit diabetes mellitus dapat meninggal dengan cepat dan tidak dapat disembuhkan
Adanya factor resiko keturunan diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung pada kakak pasien
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 2
Intervensi Komprehensif
7
Diagnosis Holistik Intervensi KomprehensifAksis 1 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai gambaran penyakit
diabetes mellitus dan hipertensi yang diderita pasien. Mengevaluasi keluhan yang muncul dari pasien yang timbul akibat
peningkatan kadar gula darah maupun tekanan darah pasien. Memberi penjelasan bahwa pasien tidak perlu khawatir pada
penyakitnya, karena meskipun diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun masih dapat dikontrol.
Aksis 2 Mengedukasi pasien agar tetap meminum obat yang telah diberikan secara teratur dan rutin (Metformin 3x500mg, Glibenklamid 1x5mg, Captopril 3x25mg).
Mengedukasi pasien untuk memeriksakan diri dan dan kontrol rutin tiap bulan ke puskesmas atau rumah sakit, meskipun tidak ada keluhan.
Aksis 3 Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap beraktivitas dan berolahraga rutin, bisa dengan jalan pagi di sekitar kampung. Juga mengedukasi pasien untuk mengurangi makan makanan yang manis seperti nasi putih, makanan berlemak, bersantan, gorengan dan mengubah gaya hidup.
Aksis 4 Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap rutin kontrol ke puskesmas maupun rumah sakit meskipun tidak ada keluhan yang muncul.
Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:
Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga, karena faktor resiko dari penyakit pasien selain dari faktor internal juga dipengaruhi dari faktor eksternal. Selain itu adanya faktor stress yang tinggi dapat mempengaruhi kesehatan pasien dimana keluarga dan lingkungan sekitar dapat berpengaruh. Pada pasien ini sudah 5 tahun terdiagnosis diabetes mellitus dan hipertensi, namun penyakitnya tidak terkontrol dengan baik, dimana kadar gula darah dan tensinya yang masih cukup tinggi dikarenakan pasien tidak rutin berobat, dan berobat jika ada yang mengantar. Pada keluarga pasien juga terdapat hubungan yang kurang harmonis dimana anak-anak pasien jarang berkomunikasi dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan hanya menitipkan cucu-cucunya saat anak-anaknya sedang bekerja, sehingga terkesan bahwa pasien dan suami pasien hanya sebagai pengasuh cucu. Dengan adanya pembinaan keluarga ini diharapkan dapat mengetahui penyebab kondisi ini, dan berharap agar dapat diatasi dengan baik.
Kunjungan rumah pertama
Tanggal 5 oktober 2015
8
Family Genogram
pasien
Family Apgar
No. Pertanyaan Sering Kadang-kadang Jarang
1. Saya puas karena saya dapat bercerita kepada keluarga saat saya memiliki masalah
√
2. Saya puas dengan cara keluarga bermusyawarah untuk memecahkan masalah
√
3. Saya puas karena diberikan kesempatan bertumbuh sesuai arah kehidupan yang saya inginkan
√
4. Saya puas dengan kasih sayang yang terjalin di antara keluarga saya
√
5. Saya puas dengan keluarga membagi antara waktu pribadi dan waktu bersama
√
Penilaian nilai total:8-10 : Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)4-7 : Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Disfuctional Family)
Skor Family APGAR = 7 Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)
Family SCREEM
Social Pasien dan keluarganya hidup dalam daerah perumahan yang padat penduduk. Interaksi keluarga pasien dengan warga sekitarnya berjalan dengan baik. Pasien dan keluarganya saling kenal dengan tetangganya.
Cultural -Religion Pasien tidak menjalani shalat 5 waktu dengan teratur dikarenakan keterbatasanEconomic Pasien saat ini sudah tidak bekerja (dulu bekerja sebagai perawat dan bidan).
Sumber pendapatan utama keluarga berasal dari anak-anaknya yang bekerja.
9
Sumber penghasilan tersebut mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari pasien dan keluarganya, namun untuk kebutuhan mendadak, kurang dapat terpenuhi karena uang yang tersedia tidak dapat disisihkan untuk ditabung. Hal tersebut termasuk salah satu dari beban pikiran pasien. (level ekonomi yang rendah)
Education Pasien merupakan lulusan SPK, namun pasien masih sulit memamhami kesehatan (hambatan dalam memahami pesan kesehatan)
Medical Pasien biasanya hanya memeriksakan kesehatannya ke puskesmas cisadea dan Kendalkerep. Keluarga pasien juga tidak rutin memeriksakan kesehatannya dikarenakan tidak ada yang mengantar.
Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap VII Middle-age family (emptiness to retirement)
Mandala of Health
10
Human Biology-Usia tua-Adanya faktor keturunan
Wanita 66thnHipertensi dan DM sejak 5 thn yll
Biosphere
Physical environment-Rumah yang berdempetan-lingkungan rumah pasien yang tidak bersih
Work-Sudah tidak bekerja. Dulunya bekerja sebagai perawat dan bidan
FamilyHubungan antar anggota keluarga kurang dekat dan anak-anak pasien hanya menitipkan anaknya ke pasien
Psycho-socio-economicEnvironment
-Faktor ekonomi yang rendah-Tingkat pengetahuan yang rendah
LifestylePola makan yang tidak sehat dan
jarang berolahraga rutin
Personal behaviour-Kesadaran tentang kesehatan belum maksimal-pola makan pasien tidak teratur
Sick care System -Rumah pasien jauh dan tidak ada yang mengantar je puskesmas
Culture
Dx Holisti
k
Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Aksis 1 Pasien terkadang masih merasa terasa cekot cekot diseluruh tubuh
pasien menganggap penyakitnya berbahaya, namun pasien merasa pasrah dan tidak mau berusaha untuk hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari
Pasien berharap lemah dan cekot cekot diseluruh tubuhnya menghilang, dan pasien juga berharap sembuh daari diabet dan hipertensinya
Pasien tampak sakit sedang
Pasien tidak terlihat kawatir dengan penyakitnya saat ini
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang diderita pasien, baik dari pengertian, pentingnya kontrol, faktor resiko, komplikasi, upaya yang dapat dilakukan dan prognosis
Mengevaluasi keluhan yang muncul dari pasien yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah maupun hipertensi pasien
Memberi penjelasan bahwa pasien tidak perlu khawatir pada penyakitnya, karena meskipun diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun masih dapat dikontrol. Dan apabila kadar gula darah dan tensi terkontrol dengan baik maka kualitas hidup pasien akan tetap baik dan terhindar dari kemungkinan komplikasi dari diabetes mellitus dan hipertensi
Aksis 2 Diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, diabetic foot
TD 150/100 mmHg TB 149 cm BB 44 kg Status gizi: berat
badan normal IMT 19,81 kg/m2
Mengedukasi pasien agar tetap meminum obat yang telah diberikan secara teratur dan rutin (Metformin 3x500mg, Glibenklamid 1x5mg, Paracetamol 3x500mg,
11
GDA >600 mg/dL captopril 3x25mg, vit B6 B12 1x1 tab)
Mengedukasi pasien untuk memeriksakan diri dan dan kontrol rutin tiap bulan ke puskesmas atau rumah sakit, meskipun tidak ada keluhan
Memberikan saran kepada pasien untuk pemeriksaan mata, profil lipid, fungsi ginjal, urin lengkap, setiap 3-6 bulan sekali
Aksis 3 Pasien mengaku masih sering mencuri-curi untuk mengkonsumsi minuman maupun makanan yang manis
Pasien tidak pernah berolahraga dan terkesan malas untuk melakukan sesuatu
Pasien usia tua (66) tahun
Tingkat pengetahuan yang rendah
Kurangnya aktivitas fisik
Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap beraktivitas dan berolahraga rutin, bisa dengan jalan pagi di sekitar kampung. Juga mengedukasi pasien untuk mengurangi makan makanan yang manis seperti nasi putih, makanan berlemak, bersantan, gorengan dan mengubah gaya hidup
Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar tetap rutin mengkonsumsi obat dan berpikiran positif serta tidak terlalu stress dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat menghilangkan pikiran pasien
Aksis 4 Pasien tidak kontrol ke puskesmas
Tidak bekerja dan mendapatkan bantuan dana dari anak pasien
Anak-anak pasien yang sibuk dengan kesibukan masing-masing, sehingga kurang memperhatikan mengenai kesehatan pasien dan pasien hanya mengasuh cucu yang dititipkan dirumahnya
Adanya faktor resiko keturunan hipertensi, dan penyakit jantung dari keluarga pasien
Tingkat pengetahuan yang rendah
Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap rutin kontrol ke puskesmas maupun rumah sakit meskipun tidak ada keluhan yang muncul
Menyarankan pasien untuk lebih sering berkomunikasi, berdiskusi dan meluangkan waktu yang lebih untuk berinteraksi dengan keluarga serta menyelesaikan secara bersama-sama apabila terdapat masalah dalam keluarga
Menganjurkan pasien dan keluarga agar dapat menjelaskan kepada warga disekitar lingkungan rumah pasien bahwa penyakit diabetes mellitus bukanlah penyakit yang selalu dapat menyebabkan kematian dengan cepat. Apabila
12
penyakit tersebut dikontrol dengan baik, maka dapat memberikan prognosis yang baik bagi penderitanya
Intervensi yang telah dilakukan saat Kunjungan rumah Pertama:
Dx Holistik IntervensiAksis 1 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi yang diderita pasien, baik dari pengertian, pentingnya kontrol, faktor resiko, komplikasi, upaya yang dapat dilakukan dan prognosis.
Mengevaluasi keluhan yang muncul dari pasien yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah maupun kadar kolesterol pasien.
Memberi penjelasan bahwa pasien tidak perlu khawatir pada penyakitnya, karena meskipun diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun masih dapat dikontrol. Dan apabila kadar gula darah dan kadar kolesterol terkontrol dengan baik maka kualitas hidup pasien akan tetap baik dan terhindar dari kemungkinan komplikasi dari diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia.
Aksis 2 Follow up pasien terhadap ketaatan minum obat pasien Mengedukasi pasien untuk memeriksakan diri dan dan kontrol rutin tiap bulan ke
puskesmas atau rumah sakit, meskipun tidak ada keluhan. Memberikan saran kepada pasien untuk pemeriksaan mata, profil lipid, fungsi
ginjal, urin lengkap, setiap 3-6 bulan sekali.Aksis 3 Mengedukasi dan melihat adanya perubahan gaya hidup, pola makan, dan aktivitas
pasien Memberikan edukasi kepada pasien bahwa meskipun di dalam rumah harus tetap
menggunakan sandal dikarenakan pasien memiliki luka pada kakinya, dan harus menjaga kebersihan terhadap diri sendiri agar kaki yang terluka tidak menjadi semakin parah karena infeksi.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap beraktivitas dan berolahraga rutin, bisa dengan jalan pagi di sekitar kampung. Juga mengedukasi pasien untuk mengurangi makan makanan yang manis seperti nasi putih, makanan berlemak, bersantan, gorengan dan mengubah gaya hidup.
Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar tetap rutin mengkonsumsi obat dan berpikiran positif serta tidak terlalu stress dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat menghilangkan pikiran pasien.
Aksis 4 Melakukan pengamatan terhadap keadaan rumah pasien dan lingkungan sekitar rumah pasien
Memberikan edukasi terhadap lingkungan rumah pasien agar selalu menajaga kebersihan di dalam rumah.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap rutin kontrol ke puskesmas maupun rumah sakit meskipun tidak ada keluhan yang muncul.
Menyarankan pasien untuk lebih sering berkomunikasi, berdiskusi dan meluangkan waktu yang lebih untuk berinteraksi dengan keluarga serta menyelesaikan secara bersama-sama apabila terdapat masalah dalam keluarga. Serta memberikan pandangan terhadap anak-anak pasien bahwa pasien sudah tua dan memiliki diabetes mellitus sehingga tidak terlalu sering menitipkan anak-anak mereka (cucu pasien).
Menganjurkan pasien dan keluarga agar dapat menjelaskan kepada warga disekitar lingkungan rumah pasien bahwa penyakit diabetes mellitus bukanlah penyakit yang selalu dapat menyebabkan kematian dengan cepat. Apabila penyakit tersebut
13
dikontrol dengan baik, maka dapat memberikan prognosis yang baik bagi penderitanya.
Family coping score : 4 Minimal participation, limited ability/resources still need provider’s support and instruction
Kunjungan Rumah Kedua
Tanggal: 9 Oktober 2015
Dx Holistik IntervensiAksis 1 Follow up mengenai keadaan umum serta tensi pasien Aksis 2 Monitoring pasien terhadap ketaatan minum obat
Menjelaskan dan memberikan catatan tentang tata cara meminum obat dan kapan harus ke dokter apabila muncul gejala hipoglikemia akibat konsumsi obat diabetes mellitus
Menjelaskan tentang tanda-tanda apabila terjadi hipoglikemia agar langsung pergi ke fasilitas kesehatan terdekat
Aksis 3 Follow up mengenai gaya hidup sehat yang sesuai dengan penderita diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia, baik dari segi olahraga maupun asupan makanan yang seimbang
Memberikan edukasi agar menjaga kebersihan rumah serta memakai sandal apabila didalam rumah
Aksis 4 Melakukan tanya jawab seputar edukasi yang telah disampaikan pada hari kunjungan sebelumnya dan memberikan penjelasan ulang dengan bahasa yang sederhana
Memfollow up kemajuan pasien dalam mengatasi masalah yang ada di keluarga Lampiran
Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Luas rumah: 6x9 m2
Jumlah orang dalam satu rumah: 3 orang
Luas halaman rumah: -
Tidak bertingkat hanya 1 lantai
Lantai rumah dari: keramik
Dinding rumah dari: tembok
Penerangan di dalam rumahJendela: ada; Jumlah: 1 buah di ruang tamu depan; 1 buah di kamar tidurListrik: ada
14
VentilasiKelembapan rumah: tidak lembap Bantuan ventilasi di dalam rumah: ada, kurang baik
Kebersihan di dalam rumah: kotor dan tidak rapi
Tata letak Barang dalam rumah: tersusun tidak rapi dan tidak teratur
Sumber air air minum dari: PAMair cuci dan masak dari: PAMJarak sumber air dari septic tank: 2 m
Kamar Mandi Keluarga: ada dalam rumah jumlah 1 buah, ukuran 2x2 m2
Jamban: AdaBentuk jamban: jongkok, tanpa pegangan
Tempat sampah: ada tempat sampah di dalam rumahKesan kebersihan lingkungan pemukiman: cukup baik
Kendaraan: tidak memiliki kendaraan
15
Denah Rumah Pasien
16
Foto-Foto Pasien
17
18
top related