materi 8(io pada kasus khusus_fitri melasari_10334029) (2)
Post on 03-Dec-2015
226 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
INTERAKSI OBAT DENGAN KASUS KHUSUS DAN PENGATASAN INTERAKSI
Diabetes Melitus
Disusun oleh:
Fitri Melasari (10334029)
Dosen Pembimbing :
Dra. Refdanita, MSi, Apt
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt atas berkah dan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Interaksi Obat
dengan Kasus Khusus dan Pengatasan Interaksi pada Diabetes Melitus.
Saya menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan yang
disebabkan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga saya sangat
mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan
makalah ini.
Pada kesempatan ini saya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Dra. Refdanita, MSi, Apt selaku dosen mata kuliah Interaksi Obat.
Harapan saya semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya terutama bagi penulis sendiri.
Jakarta, Oktober 2013
Fitri Melasari
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ………...................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………................................................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Obat............................................................................................................................... 3
B. Tipe Interaksi Obat..................................................................................................................... 5
C. Mekanisme Interaksi Obat....................................................................................................... 6
1. Interaksi Farmasetik.......................................................................................................... 6
2. Interaksi Farmakokinetik................................................................................................. 7
3. Interaksi Farmakodinamik............................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN
A. Interaksi Obat Kasus Khusus – Diabetes Melitus.......................................................... 9
B. Beberapa Contoh Interaksi Obat pada Diabetes.......................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................................................. 12
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama
dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang
menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan efek yang merugikan
atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan efek yang tidak
diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa
yang dinamakan “Polypharmacy" atau “Multiple Drug Therapy”.
Interaksi obat tidak selamanya merugikan, tetapi jika kemungkinan terjadi
interaksi ini tidak diwaspadai pada waktu memberikan obat pada pasien, maka
terjadinya dampak negatif yang merugikan akan lebih besar.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting, yaitu
pertama adalah interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
khasiat obat., sedangkan yang kedua adalah interaksi obat dapat menyebabkan
gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping
dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat ini sangat bervariasi,
bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal. Obat merupakan
bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan
kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi juga
terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau
tekanan darah tinggi. Dalam hal ini terminologi interaksi obat dikhususkan pada
interaksi obat dengan obat.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari
dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita
yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang Sama dan mendapat
1
resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat
kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan
yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah
diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah
interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan
polypharmacy cukup banyak.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa tentang interaksi obat terhadap kasus khusus dan cara penangananya,
terutama khusus pada diabetes melitus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi obat
Apa itu interaksi obat?
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai interaksi antara obat dan zat
lainnya yang mencegah obat bekerja/melakukan seperti yang diharapkan. Definisi
ini berlaku untuk interaksi obat-obatan dengan obat-obatan lainnya (obat – interaksi
obat), serta obat-obatan dengan makanan (interaksi obat - makanan) dan zat
lainnya.
Bagaimana interaksi obat terjadi?
Ada beberapa mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan obat-obatan
lain, makanan, dan bahan lainnya. Interaksi dapat terjadi apabila ada peningkatan
atau penurunan dalam:
1. Penyerapan obat yang masuk ke dalam tubuh
2. Distribusi obat dalam tubuh
3. Perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme)
4. Penghapusan obat dari badan.
Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari dalam
penyerapan, metabolisme, atau penghapusan dari obat. Interaksi obat juga dapat
terjadi bila dua obat yang sama (tambahan) efek atau berlawanan (membatalkan)
efek bertindak bersama pada tubuh. Sumber lain dari interaksi obat terjadi ketika
obat mengubah satu konsentrasi dari bahan yang biasanya hadir di dalam tubuh.
Perubahan yang substansi ini mengurangi atau meningkatkan efek obat lain yang
sedang diambil. Interaksi obat antara warfarin (Coumadin) dan vitamin K yang
mengandung produk adalah contoh yang baik dari jenis interaksi. Warfarin
bertindak dengan mengurangi konsentrasi bentuk aktif vitamin K didalam tubuh.
Karena itu, bila vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek warfarin.
Apa konsekuensi dari interaksi obat?
Interaksi obat dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan yang
bermanfaat atau efek merugikan yang diberikan obat-obatan. Bila interaksi obat
3
meningkatkan manfaat dari administratif obat tanpa meningkatkan efek samping,
kedua obat dapat digabungkan untuk meningkatkan kontrol terhadap kondisi yang
sedang dirawat. Misalnya, obat-obatan yang mengurangi tekanan darah oleh
berbagai mekanisme yang berbeda dapat digabungkan karena efek menurunkan
tekanan darah dicapai oleh kedua obat-obatan mungkin akan lebih baik
dibandingkan dengan obat itu sendiri. Penyerapan beberapa jenis obat meningkat
oleh makanan. Oleh karena itu, obat ini diambil dengan makanan dalam rangka
untuk meningkatkan konsentrasi mereka didalam tubuh dan, pada akhirnya, mereka
berpengaruh. Sebaliknya, bila penyerapan obat-obatan berkurang oleh makanan,
maka obat diambil pada waktu perut kosong.
Interaksi obat yang paling banyak dikhawatirkan adalah yang mengurangi
dari efek yang diinginkan atau meningkatkan efek merugikan dari obat itu sendiri.
Obat yang mengurangi penyerapan atau meningkatkan metabolisme atau
penghapusan obat lainnya cenderung mengurangi efek dari obat yang lain. Hal ini
dapat mengakibatkan kegagalan terapi atau memerlukan peningkatan dosis obat
agar berpengaruh. Sebaliknya, obat-obatan yang meningkatkan penyerapan atau
mengurangi eliminasi atau metabolisme obat lain yang meningkatkan konsentrasi
obat-obatan lain di dalam tubuh dan menyebabkan lebih banyak efek samping.
Terkadang, obat berinteraksi karena mereka menghasilkan efek samping yang
serupa. Oleh karena itu, bila kedua obat yang menghasilkan efek samping yang sama
digabungkan, frekuensi dan kerasnya dari efek samping yang meningkat.
Seberapa sering terjadi interaksi obat?
Interaksi obat adalah kompleks dan terutama yang tidak terduga. interaksi
yang dikenal mungkin tidak terjadi di setiap individu. Hal ini dapat dijelaskan karena
ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan bahwa terdapat interaksi
yang dikenal yang akan terjadi. Faktor-faktor tersebut termasuk perbedaan antara
individu dalam fisiologi, usia, gaya hidup (diet, latihan), yang berpenyakit, dosis obat,
lamanya terapi gabungan, dan waktu relatif dari administrasi dua zat. (Terkadang,
interaksi dapat dihindari jika dua obat yang diambil pada waktu yang berbeda.)
Namun demikian, interaksi obat yang signifikan sering terjadi dan mereka
menambahkan jutaan dolar untuk biaya kesehatan. Selain itu, banyak obat telah
ditarik dari pasar karena potensi untuk berinteraksi dengan obat lain dan
menyebabkan masalah kesehatan serius
4
Bagaimana interaksi obat dapat dihindari?
Adapun cara untuk menghindari terjadinya interaksi obat adalah sebagai
berikut:
1. Memberi penyediaan layanan kesehatan daftar yang lengkap dari seluruh obat-
obatan yang anda gunakan atau telah digunakan dalam beberapa hari lalu. Ini
harus mencakup pengobatan over-the-counter, vitamin, makanan suplemen, dan
herbal remedies.
2. Memberitahu penyedia layanan kesehatan bila ada obat tambahan atau yang
dihentikan.
3. Memberitahu penyedia layanan kesehatan tentang perubahan gaya hidup.
4. Bertanya kepada penyedia layanan kesehatan anda tentang hal yang paling
serius atau seringnya interaksi obat dengan obat yang anda gunakan.
5. Sejak frekuensi interaksi obat meningkat dengan sejumlah obat, bekerja sama
dengan penyedia layanan kesehatan anda untuk menghilangkan obat yang tidak
diperlukan.
6. Laporan singkat mengenai interaksi obat ini tidak menutup kemungkinan setiap
skenario. Pembaca tidak boleh takut untuk menggunakan obat karena potensi
terjadinya interaksi obat. Sebaliknya, mereka harus menggunakan informasi
yang tersedia bagi mereka untuk meminimalkan resiko interaksi seperti ini dan
untuk meningkatkan keberhasilan terapi mereka.
B. Tipe interaksi obat
Obat dapat mengganggu penyerapan obat lain dalam usus, peredarannya
dalam darah atau penyerapannya oleh sel. Antagonisme (pertentangan) berarti
bahwa satu obat menghambat atau mengurangi dampak obat yang lain.
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk membuat tanggapan
yang lebih besar daripada dampaknya masing-masing, cara kerja dua obat semacam
ini disebut sinergi (1+1=lebih dari 2). Bila satu obat memperkuat dampak obat lain
dengan cara meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini
disebut potensiasi (a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini adalah cara kerja
ritonavir bila dicampur dengan saquinavir atau indinavir. Obat juga dapat
berinteraksi di dalam tubuh waktu mereka diproses, atau dimetabolisme.
5
C. Mekanisme Interaksi Obat
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Interaksi farmasetika/ Inkompabilitas
2. Interaksi farmakokinetika
3. Interaksi farmakodinamik
1. Interaksi farmasetika
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-
kimiawi antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas
farmakologik obat. Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yang
dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalya dalam infus atau suntikan .
Campuran penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida
dalam satu larutan tidak dianjurkan. Walaupun obat-obat ini pemakaian kliniknya
sering bersamaan, jangan dicampur dalam satu suntikan. Beberapa tindakan hati-
hati (precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup:
a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat.
b. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-
sama lewat infus.
c. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara
pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksiinfus
dan lain-lain)
d. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,
perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan
lain-lain dari larutan.
e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama
larutan yang sudah dicampur kecuali untuk obat-obat yang memang sudah
tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dan lain-lain.
f. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang
sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya.
6
g. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus,
kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker
rumah sakit.
2. Interaksi farmakoklnetika
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi,
metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok
ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal,
mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang
dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.
Perubahan absorbsi pada gastrointestinal
Perubahan absorbsi sesuatu obat oleh obat lain dapat terjadi akibat :
a. Perubahan pH.
b. Gangguan pada sistem transport.
c. Pembentukan suatu kompleks
d. Perubahan aliran darah
Penggeseran ikatannya dengan protein plasma
Suatu interaksi terjadi bila suatu obat menggeser obat lain dari tempat ikatannya
dengan protein plasma sehingga kadar obat yang bebas didalam darah meningkat,
akibatnya efek obat tersebut bertambah.
Biotransformasi
Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati. Mikrosoma ini sangat
peka terhadap aksi obat berarti produksi enzim-enzimnya dapat bertambah atau
berkurang, perangsangan mikrosoma mengakibatkan aktivitas obat menurun
sedangkan pengharnbatan menyebabkan aktivitas obat meningkat atau bertahan
lama.
Perubahan ekskresi
Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjaJ, dapat terjadi
perobahan aktivitas dan lama kerja sesuatu obat
3. lnteraksi farmakodinamik
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau
kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :
7
a. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama padasatu organ(sinergisme).
b. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).
c. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah (11).
8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Interaksi Obat Kasus Khusus - Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar pankreasnya
gagal menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau yang tubuhnya tak dapat
menggunakan insulin dengan baik. Insulin adalah hormone yang membawa gula dari
darah ke sel tubuh yang membutuhkannya yang mengubahnya menjadi energi.
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas pada tubuh kita, hormone insulin yang
diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai insulin endogen. Namun, ketika
kelenjar pancreas mengalami ganguan sekresi akan terjadi hiperglikemia, di saat
inilah tubuh membutuhkan hormone insulin dari luar tubuh, atau dapat pula obat
hipoglikemia oral. Pada penderita diabetes melitus, gula tetap berada dalam darah
lalu keluar melalui urin, dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan. Karena tak ada
gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari biasanya.
Dalam keadaan normal kadar glukosa darah dapat dikontrol dengan ketat
oleh insulin suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas. Insulin dapat
menurunkan kadar glukosa darah ketika kadar glukosa darah naik (misalnya setelah
makan) maka insulin dilepaskan dari pankreas untuk menormalkan kadar glukosa.
Pada pasien diabetes tidak adanya atau kurangnya produksi insulin menyebabkan
hiperglekimia. Diabetes merupakan suatu kondisi medis yang bersifat kronis artinya
meskipun diabetes dapat dikontrol, diabetes adalah penyakit seumur hidup.
Gejala diabetes adalah rasa lapar yang berlebihan, sering buang air kecil, rasa
haus yang amat sangat, lesu, mudah mengantuk, dan kehilangan berat badan.
Dibetes mellitus dibagi menjadi dua tipe ;
a. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi pada usia muda, 80% kasus terjadi pada usia < 40 tahun.
Penyebabnya auto imunitas ( genetik) tdak dapat memproduksi insulin
Terapinya hanya dengan insulin.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Terjdi pada usia dewasa ( > 40 tahun)
9
Penyebabnya : pola makan yang salah, gaya hidup, kegemukan yang
menyebabkan kebutuhan insulin meningkat sementara produksi insulin
berkurang.
Terapinya : mengubah pola makan, olahraga, obat-obatan, dan insulin.
Biasanya penderita diabetes, dalam keadaan berpuasa mempunyai kadar gula
darah diatas 130mg/100ml dan setelah makan kadarnya diatas 170mg/ml.
diabetes yang tak ditangani dengan baik dapat menimbulkan efek merugikan
dalam jangka panjang yaitu efek komplikasi berupa hipertensi, gagal jantung, gagal
ginjal, dan menimbulkan kebutaaan.
Pil atau insulin dapat menurunkan kadar gula darah. Pil bekerja merangsang
pancreas untuk meghasilkan lebih banyak insulin, sementara insulin langsung
menutupi kekurangan insulin dalam tubuh.
B. Beberapa Contoh Interaksi Obat Pada Diabetes
No.Obat
praesipitanObat Objek Mekanisme Interaksi
Efek yang ditimbulkan
Rekomendasi
1 Antasida Sulfonilurea interaksi ini terjadi pada proses absorbsi, yaitu antasid akan meningkatkan pH lambung. Peningkatan pH ini akan meningkatkan kelarutan dari sulfonilurea sehingga absorbsinya dalam tubuh juga akan meningkat.
absorbsi sulfonilurea meningkat
Pemberian obat antasida dengan sulfonilurea diberi jarak waktu.
2 Fenilbutazon glibenclamide Fenilbutazon menghambat ekskresi renal dari glibenklamid, sehingga dapat bertahan lebih lama dalam tubuh & memperpanjang t1/2 glibenklamid
Efek hipoglikemia glibenklamid diperpanjang
Obat boleh diberikan bersamaan tetapi dipantau
3 Alkohol Obat ADO (klorpropamid)
proses perombakan enzimatis dari alkohol di hati akan terhambat pada fase asetaldehid, sehingga jumlah asetaldehid dalam darah meningkat. Efek yang terjadi berupa nyeri kepala, jantung berdebar, flushing, berkeringat.
Rx : C2H5OH à CH3CHO à CH3COOH
Peningkatan ini akan merangsang pelepasan prostaglandin.
efek disulfiram (efek antabuse)
Tidak boleh diberikan secara bersamaan
10
No.Obat
praesipitanObat Objek Mekanisme Interaksi
Efek yang ditimbulkan
Rekomendasi
5 Cimetidine Sufonilurea simetidin menghambat metabolisme sulfonilurea di hati sehingga efek dari sulfonilurea meningkat.
Hipoglikemia Obat tidak boleh diberikan secara bersamaan
6 Allupurinol ADO (klorpropamid)
Alupurinol meningkatkan t1/2 dari klorpropamid. Hipoglikemia dan koma dapat dialami oleh pasien yang mengkonsumsi gliclazide dan alupurinol.
Hipoglikemia >>
Diberikan jarak waktu dalam pemakaian obat
7 Sulfonamida Sulfonilurea Sulfonamida dapat menggantikan posisi dari sulfonilurea dalam hal pengikatan pada protein dan plasma sehingga sulfonilurea dalam darah meningkat
Peningkatan efek hipoglikemia
Obat tidak boleh diberikan secara bersamaan
8 Gemfibrozil glimepiride Gemfibrozil menghambat metabolisme glimepirida pada sitokrom P450 dengan isoenzim CYP2C9 yang merupakan perantara metabolisme dari glimepirida dan antidiabetika golongan sulfonilurea lainnya seperti glipizida, glibenklamida & gliklazida sehingga efek hipoglikemi meningkat
Hipoglikemi >>
Obat tidak boleh diberikan bersamaan
9 Kloramfenicol ADO (sulfonilurea)
Kloramfenikol dapat menginhibisi enzim di hati yang memetabolisme tolbutamid dan klorpropamid.
Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi di dalam tubuh, waktu paruh akan semakin panjang.
Hipoglikemi Akut
Obat tidak boleh diberikan secara bersamaan
10 Probenesid Sulfonilurea probenesid dapat mengurangi ekskresi renal dari sulfonilurea sehingga waktu paruhnya semakin panjang.
Hipoglikemia Obat tidak boleh diberikan secara bersamaan
11
BAB IV
KESIMPULAN
Interaksi obat dapat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua
macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang menguntungkan
apabila meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping tetapi dapat juga
sebaliknya dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan dengan
timbulnya efek toksik bagi tubuh.
Namun interaksi obat tidak lepas dari kebiasaan dalam praktek pengobatan,
dimana hal yang umum sekali seperti memberikan obat lebih dari satu secara
bersamaan kepada seorang penderita atau yang sering disebut sebagai polifarmasi.
Selain itu interaksi dengan sesama obat, obat juga dapat berinteraksi dengan
makanan atau zat kimia yang masuk ke dalam tubuh bersama dengan obat utama.
Hal tersebut diatas juga berhubungan dengan adanya mekanisme interaksi obat
yang dibedakan atas 3 (tiga) yaitu inkompabilitas, interaksi farmakokinetik dan
interaksi farmakodinamik
Sebagai contoh interkasi obat khusus yaitu pada penderita diabetes melitus
dalam jangka panjang yang dapat menimbulkan efek komplikasi, sehingga penderita
diabetes dengan komplikasi tersebut akan mengkonsumsi obat lebih dari satu jenis
obat. Akan tetapi dampak klinik dari interaksi obat tersebut sangat tergantung pada
ciri-ciri obat obyek antara profil hubungan dosis (kadar) dengan respons dari obat
obyek. Dimana perubahan sedikit kadar atau jumlah obat akan berpengaruh besar
terhadap efek obat, maka setiap perubahan kadar karena interaksi obat akan
memberikan perubahan efek yang sangat berarti. Pada penderita diabetes dari
semua pengobatan dengan kombinasi obat, pengobatan yang terbaik adalah dengan
tetap mengontrol pola makan dan olah raga yang teratur.
12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
C.A.S. Wink; Report on the symposium Beta-blocker and the Central Nervous
System; Asian Medical Journal, Vol 19.hal 71, 1976.
C.de B. Whita, PhD.; Peripheral ganggren complicating Beta-blockade; The
Lancet, Vol. II, Hal.664, 1977.
Frederick H. Meyers,M.D.; Ernest Jawetz,PhD,M.D., Alan Goldfien, M.D; Review of
Medical Pharmacology, Edisi 5, 1976.
http://rumahdiabetes.com/dm/ diakses pada
Harkness, Richard, R.PH, Interaksi Obat, Bandung: Institut Teknologi Bandung,
1989.
Hasil makalah dr.Soetiona Gafar, FK – USU pada perkuliahan Farmakologi
Hendrika J Wall- Manning; Hypertension, Edisi 5, 1976.
Ivan Stockley, B. Pharm,PhD,MPS.; Drug Interactions and their mechanisms; First
Published in the Phannaceutical Journal, 1974.
13
top related