mdb mdb mdb
Post on 20-Oct-2015
79 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga
bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan
penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan
mendasar pada Bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.
Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut mendorong perlunya peningkatan efektivitas
penerapan Manajemen Risiko. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi
permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih
cepat, serta Manajemen Risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan dalam menghadapi
krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia menyempurnakan
metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha Bank
merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu, Bank wajib
memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan
penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya dan
mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Di lain pihak, Bank Indonesia
mengevaluasi, menilai Tingkat Kesehatan Bank, dan melakukan tindakan pengawasan yang
diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.
Meningkatnya kegiatan di dalam dunia perbankan semakin banyak nasabah yang dimiliki oleh
suatu bank, menuntut bank tersebut untuk memiliki tingkat manajemen yang baik terutama
dalam hal pengelolaan dana bank. Tingkat likuiditas merupakan suatu patokan baik tidaknya
suatu manajemen bank. Dalam hal memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah dan
memperoleh laba bagi banknya.
1 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
Aktiva produktif atau earning asset adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing
yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri dari Secondary Reserve (Giro pada bank lain,
Penempatan pada bank lain, Surat-surat berharga) Kredit yang diberikan, Penyertaan
( investasi dana jangka panjang )
Oleh karena untuk menjaga kualitas manajemen dananya dan juga tingkat likuiditasnya maka
salah satu langkah yang diambil oleh bank adalah dengan melakukan penyaluran dana
investasi dalam bentuk surat-surat berharga dan sekuritas lainnya. Dalam menentukan
seberapa besar nilai investasi atau penyaluran dananya bank perlu untuk melakukan
perhitungan terhadap keuntungan dan juga nilai balik yang dihasilkan oleh investasi yang
dipilihnya tersebut. Oleh sebab itu di bawah ini akan penulis coba untuk jelaskan mengenai
komposisi dan volume portofolio yang ideal bagi manajemen bank.
2 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian dan istilah
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank.
2. Funding Liquidity Risk: Risiko likuiditas pendanaan
3. Stakeholder: pemegang saham
4. Portofolio: kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan.
5. Primary reserve: adalah dana dalam kas dan saldo rekening koran pada bank Indonesia
dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan.
6. Secondary reserve, adalah penempatan dana yang dapat memberikan pendapatan kepada
bank, yang terdiri atas surat-surat berharga yang paling likuid yang setiap saat dapat
dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank.
7. loan portofolio (kredit): adalah penyaluran dana dalam bentuk kredit
8. fixed assets, alokasi dana dalam bentuk aktiva tetap, seperti pembelian tanah,
pembangunan gedung kantor, pembelian alat operasional kantor, dan lainnya yang
ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank.
9. Bunga Bank (Bank Interest): sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada nasabah
atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar presentase tertentu dari pokok
simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun tingkat bunga yang dikenakan terhadap
pinjaman yang diberikan bank kepada debiturnya.
10. Capital Gain: keuntungan yang berasal dari selisih harga jual dan harga beli dari suatu
asset financial.
11. CAR (Capital Adequacy Ratio): merupakan ketentuan pemenuhan penyediaan modal
minimum bank-bank yang saat ini sebesar 8%. CAR adalah rasio antara modal dengan
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
12. Cost of funds: adalah biaya yang dikeluarkan bank atas dana yang dihimpunnya sebelum
diperhitungkan reserve requirement.
3 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
13. Divestasi: adalah pelepasan kepemilikan (modal/saham) pada suatu perusahaan.
14. Instrumen investasi pendapatan tetap (fixed income asset): adalah surat berharga yang
menawarkan pendapatan yang tetap dari waktu ke waktu. Di Indonesia surat berharga
dimaksud (biasanya obligasi) ditawarkan perusahaan sekuritas sebagai produk reksadana
pendapatan tetap. Repo, yang juga disebut RPs atau buybacks, sering digunakan sebagai
instrumen investasi pasar uang dan sebagai instrumen kebijakan moneter oleh Bank
Sentral.
15. Yield (Imbal Hasil): adalah keuntungan yang diharapkan oleh investor dalam persentase
per tahun.
16. Pelaksana Penatausahaan Surat Utang Negara: adalah pihak ditunjuk oleh Pemerintah
untuk melakukan kegiatan pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta agen
pembayar bunga dan pokok Surat Utang Negara.
17. Portofolio Investment: yaitu mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada investasi
portofolio.
18. Market price: harga pasar
19. Instrument : Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai asset
keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrument ekuitas entitas lain.
20. Resiko : Merupakan kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan
return yang diharapkan.
4 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Komposisi dan Volume Portofolio
3.1.1 Portofolio Investasi
Portofolio adalah kumpulan saham / aset lain yang dimiliki oleh pemodal perorangan atau
lembaga. Adapun hakekat dari pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada
berbagai alternatif investasi sehingga risiko investasi (secara keseluruhan) akan dapat
dikurangi (diminimumkan). Tujuan dari pembentukan portofolio adalah menghindari resiko
dan menghasilkan pendapatan sesuai dengan tujuan. Portofolio secara harfiah memiliki
sekumpulan surat–surat. Teori ini disebut teori portofolio karena mempunyai cara
mengestimasikan dana kedalam bentuk suret-surat berharga, teori ini didasarkan pada
kenyataan bahwa pemilk modal akan menginvestasikan uangnya kedalam berbagai jenis surat
berharga dengan tujuan mengurangi risiko yang harus ditanggung dan kemudian ingin
mendapatkan santunan (penghasilan) yang lebih tinggi.
Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi
portofolio yang pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang
tersedia dan teknik- teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang
lebih baik. Sedangkan strategi portofolio pasif meliputi aktifitas investasi pada portofolio
yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Dalam teori ini risiko investasi dalam saham
didefinisikan sebagai investasi standar dan tingkat keuntungan. Teori portofolio memiliki 2
asumsi penting yaitu:
1. Keuntungan surat berharga adalah berpola distribusi normal
2. Para investor terkadang bersikap kurang atau tidak menyukai risiko (Risk averse)
(Gitosudarmo,1999:266).
Dalam menentukan komposisi dan volume pada portofolio ada yang disebut dengan
Portofolio efisien dimana portofolio ini merupakan kombinasi investasi yang memberikan
nilai return yang sama dengan tingkat risiko yang minimal atau dengan tingkat risiko yang
5 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
sama akan memberikan return yang maksimal (Brigham and Daves, 2004). Pembentukan
portofolio optimal dilakukan dengan memilih saham-saham berdasarkan return dan risiko
yang sesuai dengan profil investor. Menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (1995), portofolio
dikategorikan efisien apabila
1. Memiliki tingkat risiko yang sama
2. Mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi
3. Mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih
rendah.
Penentuan portofolio yang optimal merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kalangan
investor institusional maupun investor individual. Portofolio yang optimal akan
menghasilkan return yang optimal dengan risiko moderat yang dapat
dipertanggungjawabkan. Langkah- langkah untuk menentukan komposisi protofolio yang
tepat dan efisien:
1. Menghitung pengembalian portofolio yang diharapkan (expected return)
2. Menghitung risiko portofolio yang diharapkan
Proses investasi portofolio, dalam melakukan investasi perlu dilakukannya
1. Menetapkan kebijakan investasi guna mengenali tujuan investasi dan risk and return yang
akan didapatkan.
2. Melakukan analisis sekuritas untuk membandingkan market price dengan intrinsic price
apakah terjadi mispriced atau tidak.
3. Membentuk portofolio, memilih sekuritas-sekuritas yang akan dibeli dan seberapa banyak
dana yang akan diinvestasikan.
4. Merevisi portofolio, memilih investasi mana yang harus diganti
5. Menilai kinerja portofolio
Kelima langkah di atas dilakukan guna mencegah terjadinya risiko dari portofolio yang
didiversifikasikan secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing saham yang di
masukkan dalam portofolio tersebut, dengan kata lain jika ingin membentuk portofolio yang
memiliki risiko rendah, maka saham–saham yang dipilih bukanlah sahams aham yang
memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, Kalau portofolio tersebut mewakili
6 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
kesempatan investasi yang ada, dengan proporsi sesuai dengan bobot investasi tersebut, maka
portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar (Husnan, 2001:104).
3.1.2 Portofolio Kredit
Beberapa trend yang sedang terjadi dalam industri perbankan di Indonesia beberapa
tahun belakangan adalah terjadinya pergeseran-pergeseran segmen pasar atau komposisi pasar
sejalan dengan perkembangan struktur ekonomi nasional dan pola pikir nasabah perbankan
yang cenderung makin banking minded. Untuk kredit, segmen pasar yang dituju oleh
perbankan saat ini sedang bergeser menuju ke segmen pasar yang lebih potensial dan lebih
rendah risikonya. Segmen pasar yang kini menjadi primadona bagi kredit perbankan adalah
segmen pasar konsumen dan segmen usaha mikro, kecil dan menengah.
Salah satunya dapat dilihat dari komposisi kredit menurut kelompok debiturnya yang
saat ini sudah dikuasai oleh nasabah perorangan sebesar 42,6%. Sebagai pembanding, pada
akhir 2002 debitur perorangan ini hanya menguasai 25,9% dari total portofolio kredit
perbankan. Kecenderungan ke segmen konsumen ini juga dapat dilihat pada portofolio kredit
menurut jenisnya. Kredit konsumtif sudah mencapai 26,5% dari total kredit pada September
2004 melebihi posisi akhir tahun 2000 dan 2002 yang masing-masing hanya sebesar 14,9%
dan 21,8%. Ini terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir ini kredit konsumtif meningkat
jauh lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan kredit investasi dan kredit modal kerja.
kecenderungan ini juga terjadi pada produk dana dimana segmen pasar perorangan mencapai
lebih dari 60% dari total portofolio dana perbankan pada akhir September 2004, dibandingkan
hanya 55% pada akhir 2000.
Hal ini ditanggapi oleh bank-bank besar dengan mengalokasikan resources-nya secara
signifikan ke segmen konsumer ini, seperti yang dilakukan Bank Mandiri, BCA dan BNI.
Akibatnya persaingan di segmen ini menjadi lebih ketat dan perbankan membangun
infrastruktur yang kuat di segmen ini. Pergeseran di sektor dana ini juga terjadi pada jenis
produknya yaitu mengarah pada peningkatan komposisi dana murah dan jangka pendek. Hal
ini terlihat makin menurunnya proporsi deposito sebagai dana mahal dari semula 54,2% pada
tahun 2000 menjadi 44,3% pada akhir September 2004.
7 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
Turunnya pangsa deposito berjangka disebabkan terutama oleh turunnya suku bunga
sehingga deposan banyak yang mengalihkan dananya ke instrumen keuangan lain yang lebih
menarik, seperti reksadana, obligasi dan saham. Ini terjadi terutama pada deposito berjangka
lebih dari 1 bulan, yang mengalami penurunan cukup besar, sedangkan deposito berjangka
waktu 1 bulan masih mengalami kenaikan. Selain itu, dana deposito kemungkinan juga
banyak yang berpindah ke tabungan mengingat selisih bunga antara kedua jenis simpanan
tersebut saat ini semakin kecil.
Perbankan sekarang sedang melakukan strategi pengembangan jaringan distribusi
yang bertujuan untuk menjangkau nasabah yang lebih luas, lebih mudah dan lebih efisien.
dipicu oleh persaingan yang semakin ketat dan karakteristik segmen konsumer yang bersifat
massal, bank-bank besar berlomba menarik perhatian nasabah dengan paket-paket promosi
yang menarik. Disamping dengan menggunakan iklan di media massa, promosi yang sekarang
lazim digunakan adalah dengan menggunakan undian berhadiah untuk produk tabungan dan
penetapan bunga yang menarik untuk produk kredit perumahan.
Berdasarkan asset, Bank Mandiri masih menduduki peringkat pertama dengan total
asset Rp 240,4 triliun, diikuti BCA (Rp 148,8 triliun), BNI (Rp 135,9 triliun), BRI (Rp 107,0
triliun), Bank Danamon (Rp 57,6 triliun), BII (Rp 36,0 triliun), Bank Niaga (Rp 30,6 triliun),
BTN (Rp 26,7 triliun), Bank Permata (Rp 31,6 triliun) dan Lippo Bank (Rp 27,8 triliun)
(Supraptono, 2005). Sebagian besar aktiva produktif bank-bank besar diinvestasikan dalam
bentuk portofolio pinjaman dan obligasi. Bank Mandiri yang memimpin perolehan asset,
memiliki aktiva produktif terbesar yang mencapai Rp 218,6 triliun, diikuti BCA Rp 132,1
triliun, dan BNI Rp 119,9 triliun. Bila dilihat dari komposisi aktiva produktif masing-masing
bank, obligasi masih mendominasi komposisi aktiva produktif bankbank rekap. Bank Mandiri
memiliki obligasi terbesar yang mencapai Rp 92,9 triliun, diikuti BCA Rp 46,7 triliun dan
BNI Rp 38,3 triliun. Sementara BCA, disamping obligasi, juga memiliki SBI yang cukup
besar dalam komposisi earning assetnya yang mencapai Rp 29,6 triliun.
Sedangkan sebagian besar aktiva produktif bank-bank besar diinvestasikan dalam
bentuk portofolio pinjaman dan obligasi. Bank Mandiri yang memimpin perolehan asset,
8 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
memiliki aktiva produktif terbesar yang mencapai Rp 218,6 triliun, diikuti BCA Rp 132,1
triliun, dan BNI Rp 119,9 triliun. Bila dilihat dari komposisi aktiva produktif masing-masing
bank, obligasi masih mendominasi komposisi aktiva produktif bank-bank rekap. Bank
Mandiri memiliki obligasi terbesar yang mencapai Rp 92,9 triliun, diikuti BCA Rp 46,7 triliun
dan BNI Rp 38,3 triliun. Sementara BCA, disamping obligasi, juga memiliki SBI yang cukup
besar dalam komposisi earning assetnya yang mencapai Rp 29,6 triliun.
Dalam hal penyaluran pinjaman, Bank Mandiri tetap memimpin pasar dengan total
pinjaman mencapai Rp 88,6 triliun atau setara dengan 14,9% dari total kredit perbankan.
Peringkat kedua BRI sebesar Rp 62,3 triliun (10,5%), diikuti BNI Rp 57,9 triliun (9,7%).
Namun dari sisi pertumbuhan, Bank Permata mencapai pertumbuhan tertinggi dengan
pertumbuhan 54,2%, diikuti Bank Niaga 47,6%, BCA 37,4% dan BRI 30,9% (Supraptono,
2005).
Penghimpunan dana masyarakat tetap didominasi empat bank besar yakni Bank
Mandiri, BCA, BNI dan BRI. Bank Mandiri berada di posisi teratas dengan total dana Rp
169,9 triliun, dibayang-bayangi oleh BCA yang pada periode laporan mencatat pertumbuhan
tertinggi sebesar Rp 131,6 triliun. Peringkat ketiga dikuasai BNI dengan pangsa pasar Rp
105,0 triliun, diikuti BRI sebesar Rp 82,2 triliun. Berdasarkan jenis dana yang dihimpun, dana
Bank Mandiri didominasi oleh deposito (45,9%), dan dana BCA didominasi oleh tabungan
(52,4%). Sementara BNI memiliki komposisi dana yang relatif seimbang yakni 37,1%
tabungan, 35,7% deposito, dan 27,2% giro.
3.2 Komposisi Portofolio
Asset allocation
Alokasi aset strategis adalah pengalokasian porsi aset sesuai dengan horison investasinya.
Perumusan ini dilakukan sesuai dengan tujuan dan batasan investasi investor, serta dengan
mempertimbangkan profil resikonya.
Pada dasarnya, setiap jenis aset (asset class) memiliki profil imbal hasil dan risiko yang
berbeda. Masing-masing jenis aset juga memiliki perilaku yang berbeda pula. Jika pada suatu
saat suatu aset naik nilainya, aset yang lain mungkin justru turun atau tidak naik nilainya,
9 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
demikian pula sebaliknya. Proses alokasi aset mencakup pembagian suatu portofolio investasi
ke dalam berbagai kategori aset, seperti saham, obligasi dan kas. Proses penentuan komposisi
aset dalam portofolio ini merupakan proses yang unik bagi setiap investor; alokasi aset yang
pas bagi seorang investor akan sangat bergantung pada horizon waktu berinvestasi serta
toleransi terhadap risiko. Jadi pada dasarnya alokasi asset portofolio dapat dikatakan sama
dengan komposisi portofolio.
Strategic asset allocation
Strategic asset allocation adalah metode alokasi asset yang berpedoman pada pembentukan
"base policy mix" atau komposisi dasar portofolio. Base policy mix ini merupakan kombinasi
berbagai asset secara proporsional berdasarkan tingkat imbal hasil yang diharapkan (expected
return). Contohnya, jika saham secara historis memberikan imbal hasil sebesar 20% per tahun
sedangkan obligasi memberikan imbal hasil 10% per tahun, maka portofolio dengan
komposisi 50% saham dan 50% obligasi dapat diharapkan memberikan imbal hasil (expected
return) per tahun sebesar 50% x 20% + 50% x 10% = 15%.
Strategic asset allocation merupakan strategi portofolio yang melibatkan rebalancing
portofolio untuk menjaga tujuan jangka panjang untuk alokasi aset. Pada saat portofolio
dibentuk, ditentukan suatu “base policy mix” berdasarkan tingkat imbal hasil yang diharapkan
(expected returns). Karena nilai suatu asset bisa berubah dari waktu ke waktu akibat
perubahan kondisi pasar, maka komposisi portofolio pun harus disesuaikan secara
berkesinambungan untuk memenuhi strategi investasi
3.3 Penerapan komposisi dan portofolio (investasi) pada salah satu bank
Salah satu contoh komposisi dan volume portofolio pada lembaga perbankan yaitu Bank BNI.
Dalam mengantisipasi perkembangan pasar, Bank BNI bekerjasama dengan BNI Securities
dan Bank ABN Amro menciptakan produk BNI Investment yang berkaitan dengan Reksa
Dana BNI Dana Plus. Portofolio yang dibentuk dengan memanfaatkan obligasi pemerintah
yang dimiliki oleh Bank. Pendapatan yang diterima oleh Bank BNI adalah pendapatan komisi
(fee based income) dari pengelolaan portofolio yang dilakukan setelah dikurangi dengan biaya
BNI Investment. Pendapatan komisi BNI Investment meningkat dari tahun ke tahun, tetapi
10 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
apakah produk tersebut sudah menghasilkan fee based income yang optimal bagi Bank BNI
dan bagaimana mengoptimalkan portofolio yang ada dalam Reksa Dana BNI Dana Plus?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan analisis kontribusi pendapatan komisi
BNI Investment terhadap peningkatan pendapatan komisi Bank BNI khususnya Divisi Tresuri
dan komposisi optimal portofolio Reksa Dana BNI Dana Plus. Penelitian dilakukan terhadap
portofolio Reksa Dana BNI Dana Plus, pendapatan komisi BNI Investment dan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) BNI Dana Plus. Kegiatan penelitian dilakukan di Divisi Tresuri PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk dari bulan Maret sampai dengan April 2004. Pendekatan
penelitian dengan metode deskriptif studi kasus, dimana data yang menjadi bahan penelitian
adalah data sekunder periode September 2003 sampai dengan Maret 2004, baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah untuk mengetahui risiko dan
hasil yang diharapkan dari portofolio yang ada dengan bantuan software CAPM.
Dari analisis yang dilakukan diperoleh gambaran perkembangan obligasi pemerintah yang
dimiliki oleh Bank BNI, perkembangan BNI Investment dan faktor yang mempengaruhi
perkembangannya. Analisis terhadap portofolio BNI Dana Plus dapat memgambarkan risiko
(standard deviation) dan hasil yang diharapkan (expected return). Trade - off antara hasil dan
risiko akan menghasilkan suatu kurva efisien set yang menggambarkan pada risiko minimal
dapat menghasilkan return tertentu atau hasil maksimal dengan risiko tertentu pula.
Kebijakan investasi Reksa Dana BNI Dana Plus sesuai dengan persetujuan Bapepam, telah
ditetapkan bahwa minimal 80% dan maksimal 100% pada obligasi atau efek bersifat utang
lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah dan 20% maksimal pada efek pendapatan tetap dan
pasar uang yang diterbitkan oleh badan hukum Indonesia. Dengan kondisi ini ditetapkan
alternatif komposisi portofolio.
Dengan simulasi komposisi dan hasil yang diharapkan akan diperoleh komposisi yang
menghasilkan pendapatan komisi paling maksimal. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis
adalah pendapatan komisi BNI Investment belum memberikan kontribusi maksimal bagi
pendapatan komisi Bank BNI khususnya Divisi Tresuri. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut
saran yang disampaikan adalah:
11 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
Mengubah komposisi obligasi pemerintah dari 95% menjadi 80% dan obligasi korporat
dan pasar uang dari 5% menjadi 20%. Kondisi ini diperkirakan akan meningkatkan
pendapatan komisi BNI Investment secara maksimal.
Pengelolaan portofolio Reksa Dana Dana Plus berdasarkan risiko dan return, dan
pemantauannya dilakukan secara berkesinambungan.
Untuk menghindari risiko likiditas Bank BNI akibat redemption rush, maka bank tidak
wajib untuk membeli kembali obligasi pemerintah dari BNI Dana
Plus.
Melakukan upaya untuk mengurangi risiko yang dihadapi Bank BNI atas perbedaan
antara biaya yang dibayar pada investor BNI Investment dengan pendapatan ya ng
diterima dari BNI Dana Plus.
3.4 Hubungan Faktor-Faktor Ekonomi Makro dengan Return Portofolio
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh variabel-variabel makro ekonomi
terhadap return saham telah banyak dilakukan dibanding dengan return portofolio, sehingga
dengan mengasumsikan bahwa portofolio yang terdiri dari beberapa saham yang telah
dibentuk terlebih dahulu dapat memperoleh hasil yang sama terhadap
pengaruhnya return saham dengan variabel makro. Penelitian yang berkaitan dengan
pengaruh variabel-variabel makro ekonomi terhadap return saham diantaranya Fama dan
French (1989; pada Ahmed dan Lockwood, 1998)) menemukan bahwa ada hubungan yang
kuat term premium dengan perubahan pasar saham disamping adanya perubahan setiap waktu
pada return sahamnya.
Fama (1981; pada Ahmed dan Lockwood, 1998) mengajukan suatu proposisi bahwa ada
hubungan negatif antara return pasar saham dengan tingkat inflasi, dikarenakan adanya faktor
permintaan uang (moneter). Secara garis besarnya Fama menemukan bukti empiris mengenai
hubungan negatifreturn saham dengan tingkat inflasi dan tingkat bunga. Ada juga hubungan
positif antara return saham dengan aktivitas ekonomi riil.
Solnik (1996; pada Ahmed dan Lockwood, 1998)) memberikan hasil regresi dari return pasar
saham terhadap tingkat bunga dan tingkat perubahan bunga di beberapa negara maju (1973-
12 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
1993). Hasilnya menunjukkan ada konsistensi tentang hubungan negatif antara return pasar
saham dengan tingkat bunga.
McQueen dan Roley (1993) berargumen bahwa respon para investor kepada ‘berita ekonomi’
bervariasi satu dengan lainnya, argumen pertama pada studinya bahwa return yang dapat
diprediksi merupakan hasil dari efisien pasar dengan ekspektasi return berubah selama
kondisi pasar yang bervariasi
Chan (1994; pada Ahmed dan Lockwood, 1998) menguji ketidakpastian inflasi dengan tingkat
bunga bebas risiko terhadap risiko yang dihadapi. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa tingkat bunga bebas risiko terdapat informasi mengenai tingkat ekspektasi inflasi yang
akan datang. Beberapa indikator pasar modal juga menunjukkan ketidakkonsistenan, seperti
adanya risiko yang tinggi tetapi tidak diikuti oleh tingkat return yang tinggi. Keaadaan ini
kurang menarik investor (sebagai pemegang dana surplus), dan dana tersalur ke pasar uang.
Fokus terhadap proporsi aliran dana yang besar melalui pasar uang mungkin juga membuat
penentu kebijakan moneter untuk memberikan return yang memadai untuk menarik investor,
akibatnya tingkat bunga tinggi.
Penyebab utama inflasi yang berhubungan dengan literatur ekonomi adalah pendekatan
moneteris. Inflasi terjadi karena adanya pertumbuhan volume uang yang beredar bertambah
melebihi dari permintaan akan uang, maka perbelanjaan untuk barang dan jasa bertambah
melebihi dari kapasitas produksi barang dan jasa ini, sehingga akan mengakibatkan kenaikan
harga. Dengan asumsi bahwa tingkat output nasional berada pada tingkat produksi dengan
kapasitas penuh (full-employment), maka akan diperoleh hubungan kausal yang langsung
antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan tingkat harga umum.
13 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
BAB III
KESIMPULAN
Maka kesimpulan yang didapat portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa
aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.
Dimana setiap unit bisnis harus mampu mengenali kinerja portofolionya dan membentuk
suatu komposisi yang optimal dalam mencapai target bisnis yang diberikan. Risiko
Portofolio dipengaruhi oleh Risiko masing-masing saham, proporsi dana yg
diinvestasikan pada masing-masing saham, kovarians (couvariance) / koefisien korelasi
antar saham dalam portofolio dan jumlah saham yg membentuk portofolio.
Dalam prakteknya bank melakukan pembentukan portofolio sebagai salah satu cara
manajemen bank dalam menjaga tingkat likuiditasnya dalam memenuhi permintaan
nasabah dalam bentuk penarikan uang tunai, sehingga jika kas bank tidak mencukupi
maka bank dapat menggunakan sejumlah portofolionya untuk memenuhi jumlah
kebutuhan uang tunai pada kas bank saat beroperasi melayani permitaan nasabah.
Namun, kehati-hatian dalam memilih portofolio yang akan dibentuk sangat disarankan
kepada bank, seperti jangka waktu portofolio yang akan dipilihnya apakah jangka pendek
atau jangka pendek, dan dilihat dari tingkat likuiditas portofolio itu sendiri apakah cukup
baik dan memilki return yang sesuai dengan keinginan bank dan cukup likuid untuk
dicairkan sewaktu-waktu.
14 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH5139.dir/doc.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21576/4/Chapter%20II.pdf
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/31020-6-737175375436.doc
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/EEA6AEB4-CFC2-4796-8733-37B6E6D12794/24399/
SENo13_24_DPNP.pdf
15 | V o l u m e d a n K o m p o s i s i P o r t o f o l i o
top related