mekanisme dan layanan peer-to-peer lending...
Post on 18-Dec-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MEKANISME DAN LAYANAN PEER-TO-PEER
LENDING SYARIAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Studi Analisis pada 13 Fintech Syariah yang Terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan Per 19 Februari 2020)
TESIS
Oleh:
Teguh Wiyono
212116034
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
PASCASARJANA
JUNI 2020
ABSTRAK
Teguh Wiyono. 2020. Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending SyariahPerspektif Ekonomi Islam (Studi Analisis pada 13 Fintech Syariahyang Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Per 19 Februari 2020).Tesis. Pascasarjana Progam Studi Ekonomi Syariah Institut AgamaIslam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Izza Hanifuddin, Ph. D.
Kata Kunci : Peer–To-Peer Lending Syari’ah, Fintech Syariah, Otoritas JasaKeuangan, Ekonomi Islam.
Layanan Peer-To-Peer Lending Syariah menjadi model fintech baru yang
sangat dibutuhkan masyarakat. Platform ini memberikan solusi terbaik bagi parapengusaha muslim mikro pemula yang sedang mencari modal. Kelebihan mekanismedan layanannya yang cepat, sederhana, dan online menjadi antitesa atas eksistensilembaga keuangan konvensional yang lebih dulu beroperasi. Berangkat dari situpenulis tertarik membahas fenomena ini dengan rumusan masalah. (1) Bagaimanamekanisme dan layanan Peer-To-Peer Lending Syariah? (2) Bagaimana mekanismedan layanan Peer-To-Peer Lending Syariah perspektif Ekonomi Islam? (3)Bagaimana pengaruh Peer–To-Peer Lending Syariah terhadap perekonomian umatIslam?.
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatifdengan metode studi analisis. Teori yang digunakan meliputi Fintech Syariah, Peer-To-Peer Lending Syariah, dan Ekonomi Islam.
Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending Syariah ini merupakanmempertemukan antara pihak pemilik dana dengan pihak yang membutuhkanpendanaan secara online melalui e-commerce atau marketplace yang dalampengelolaan atau penguasaan platform fintech dan akad-akad yang dibangunberdasarkan prinsip-prinsip syariah.. Mekanisme dan layanan Peer-To-Peer LendingSyariah dari 13 Fintech Syariah yang Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Per 19Februari 2020 secara garis besar sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Ekonomi Islam.Tidak ditemukan unsur yang dilarang dalam Ekonomi Islam diantaranya maisir,gharar, dan riba, dst, serta menaati Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan PrinsipSyariah, serta fatwa-fatwa yang relevan lainnya. Pengaruh layanan peer–to-peerlending syariah terhadap perekonomian umat Islam untuk saat ini, jika melihat sisidemografi umat Islam yang merupakan mayoritas di negara ini, masih jauh daripredikat menggembirakan. Hal ini dikarenakan masih rendahnya literasi umatterhadap Ekonomi Islam, minimnya bahan bacaan Ekonomi Islam, dan peranlembaga pendidikan Islam dalam mendalami Ekonomi Islam yang belum optimal.Namun demikian, jika –setidaknya- ketiga hal tersebut terjadi perubahan yangfundamental, maka kebangkitan Ekonomi Islam bukan utopia.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PASCASARJANATerakreditasi B Sesuai SK BAN-PT Nomor : 2619/SK/BAN-PT/Ak-SURV/PT/XI/2016
Alamat: Jl. Pramuka No. 156 Ponorogo Telp. (0352) 481277 Fax. (0352) 461893Website : www.iainponorogo.ac.id Email : pascasarjana@stainponorogo.ac.id
Kepada Yth.Direktur PascasarjanaProgram Studi Ekonomi SyariahInstitut Agama Islam Negeri PonorogoDi Ponorogo
NOTA PERSETUJUAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, membimbing, dan melakukan perbaikanseperlunya, maka tesis saudara:
Nama : Teguh WiyonoNIM : 212116034Dengan Judul : Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending
Syariah Perspektif Ekonomi Islam (Studi Analisis pada13 Fintech Syariah yang Terdaftar di Otoritas JasaKeuangan Per 19 Februari 2020)
Telah kami setujui dan dapat diajukan untuk memenuhi tugas akhir dalammenempuh Program Pascasarjana (S2) pada Program Studi Ekonomi SyariahIAIN Ponorogo.
Dengan ini kami ajukan tesis tersebut pada sidang tesis yangdiselenggarakan oleh tim penguji yang ditetapkan oleh Direktur Pascasarjana.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.Ponorogo, ...... Juni 2020
Pembimbing,
Iza Hanifuddin, Ph. D.NIP: 196906241998031002
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Teguh Wiyono
NIM : 212116034
Fakultas : Pascasarjana
Program Studi : Ekonomi Syariah
Judul Tesis : Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending Syariah Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Analisis pada 13 Fintech Syariah yang Terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan Per 19 Februari 2020)
Menyatakan bahwa naskah tesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen pembimbing.
Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh perpustakaan IAIN Ponorogo
yang dapat diakses di etheses.iainponorogo.ac.id. Adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari penulis.
Demikian pernyataan saya untuk dapat dipergunakan semestinya.
Ponorogo, 4 Juni 2020
Penulis,
Teguh Wiyono
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Teguh Wiyono
NIM : 212116034
Program Studi : Magister Ekonomi Syariah
Perguruan Tinggi : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Mekanisme dan
Layanan Peer-To-Peer Lending Syariah Perspektif Ekonomi Islam (Studi Analisis
pada 13 Fintech Syariah yang Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Per 19
Februari 2020)” adalah benar-benar hasil karya sendiri. Di dalamnya tidak
terdapat bagian yang berupa plagiat dari karya orang lain, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan di dalam karya tulis ini, saya bersedia
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya.
Ponorogo, 1 Juni 2020
Penulis,
Teguh Wiyono
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia semakin pesat. Globalisasi melesat meniadakan
sekat-sekat yang ada. Tak ada lagi jarak lagi antara timur dan barat, utara dan
selatan. Kejadian di ujung timur dalam hitungan detik sudah terdengar di ujung
barat. Keberadaan sesuatu di ujung selatan dapat diakses dengan mudah di dari
ujung utara. “Dunia dalam genggaman,” begitulah diistilahkan banyak orang.
Semua ini berkat kemajuan teknologi, internet. Bak pisau belati, keberadaan
internet pada dasarnya sesuatu yang netral. Ia tergantung pada siapa dan untuk
apa digunakan. Di tangan orang jahat, keberadaan internet menjadi alat untuk
melakukan kejahatan. Dengan beraneka ragam bentuknya. Pun di tangan orang
baik. Keberadaan internet dapat memberikan banyak manfaat. Dengan berbagai
manifestasinya.
Indonesia sendiri, tahun 2019 merupakan negara terbesar ketiga sebagai
pengguna internet setelah India dan Tiongkok. Menurut data Statista 2019,
bahwa pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh
13,3% dari tahun 2017 yang sebanyak 84 juta pengguna. Pada tahun
selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan semakin meningkat dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023. Pada 2019
jumlah pengguna internet di Indonesia diproyeksikan tumbuh 12,6%
dibandingkan 2018, yaitu menjadi 107,2 juta pengguna.1 Pada tahun 2023,
jumlah pengguna internet di Indonesia diproyeksikan mencapai 150 juta
pengguna. Data Statista juga menyebutkan kegiatan online yang populer di
Indonesia adalah media sosial dan perpesanan seluler. Selain itu, rata-rata
orang Indonesia menghabiskan waktu selama 8 jam per hari untuk berinternet.
Fakta di atas menunjukkan betapa akseleratif serta dinamisnya
masyarakat Indonesia terhadap perkembangan internet. Termasuk di sisi lain,
hal tersebut menjadikan Indonesia pasar yang menjanjikan bagi pelaku
1 https://databoks.katadata.co.id diakses pada tanggal 28 Maret 2020.
1
2
ekonomi global yang operasionalisasinya berbasis teknologi internet. Wajar
jika kemudian banyak bermunculan ide-ide baru dalam membuat inovasi dan
terobosan bisnis berbasis teknologi, termasuk dalam industri keuangan atau
sering dikenal dengan istilah financial technology (fintech). Fintech atau
finansial teknologi merupakan implementasi serta pemanfaatan teknologi untuk
peningkatan layanan jasa perbankan dan keuangan yang memanfaatkan
kemajuan teknologi software, internet, komunikasi dan komputerisasi.2
Pada awalnya teknologi finansial sudah lahir sejak tahun 2004, yang
diperkenalkan oleh Zopa, seorang cendikiawan Inggris. Dia mengembangkan
lembaga keuangan berbasis IT di Inggris yang menjalankan jasa peminjaman
uang. Inti dari konsep perkembangan teknologi finansial ini adalah peer-to-
peer atau P2P Lending. Dimana digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk
music sharing. Kemudian mulai bermunculan berbagai bentuk fintech yang
beraneka ragam.
Crowdfunding atau urun dana merupakan salah satu platform yang cukup
diminati oleh masyarakat. Crowdfunding adalah skema mengumpulkan dana
secara online dalam skala yang kecil tetapi berasal dari jumlah masyarakat
yang besar sehingga terkumpul dana yang signifikan.3
Terdapat 4 tipe Crowdfunding menurut Massolution yang telah
dipublikasikan kedalam laporan industri tahun 2013, yaitu:
1. Equity-based Crowdfunding
Donatur sebagai penyandang dana mengharapkan kompensasi dalam bentuk
ekuitas atau pendapatan atau pengaturan saham dari hasil proyek
penggalangan dana tersebut.
2. Lending-based Crowdfunding
2Muliaman Hadad, Financial Technology (Fintech) Di Indonesia, dipresentasikan dalam acara kuliah umum FinTech Otorias Jasa Keuangan, 2 Juni 2017.
3Tetuko Lugas Edhita Praja, Analisis Perbandingan Model Bisnis Platform Crowdfunding Di Indonesia Dengan Menggunakan Platform Design Toolkit, Skripsi, (Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh, 2017), 2.
3
Donatur sebagai penyandang dana menerima kompensasi secara berkala
(bunga) dan mengharapkan pembayaran kembali dari dana yang telah
diberikan setelah proyek berhasil.
3. Reward-based Crowdfunding
Donatur sebagai penyandang dana memberikan uang untuk mendapatkan
keuntungan atau kompensasi selain uang.
4. Donation-based Crowdfunding
Donatur sebagai penyandang dana tidak mengharapkan kompensasi dari
pemilik proyek.4
Lending-based Crowdfunding (Crowd lending) menjadi model fintech
baru yang prosesnya lumayan sederhana dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Platform ini memberikan solusi bagi para pengusaha mikro
pemula yang sedang mencari modal. Karena mencari modal usaha dari bank
terkesan sulit dan tertekan dengan bunga yang membebani. Maka Layanan
Pinjaman crowd lending menjadi pilihan yang tepat bagi kebutuhan
masyarakat.Jenis layanan teknologi finansial di Indonesia yang berkembang
saat ini antara lain urun dana (crowdfunding), layanan pembayaran (payment),
dan peer-to-peer (P2P) lending.
Keberadaan fintech-fintech tersebut tentu dimotori dengan keberadaan
penyelenggara platform-platfom atau start-up-start-up. Namun demikian,
ternyata dalam perjalanannya menimbulkan beberapa persoalan. Yang paling
fundamental adalah keberadaan platform-platfom atau start-up-start-up yang
tak mengantongi izin dari OJK, dan menerapkan bunga cukup tinggi, bahkan
bisa mencapai 7% per hari, dan fee 40%5. Dari praktik tersebut tak sedikit
masyarakat yang menjadi korban. Kemudahan proses yang cukup dengan cara
online, dan kemendesakan terhadap kebutuhan hidup, serta tingkat kehati-
hatian yang rendah, menjadikan beberapa masyarakat nekat mengakses
(mengajukan pinjaman) kepada platform-platfom atau start-up-start-up yang
tak berizin tersebut. Wal hasil, dikejar-kejar debt collector dan diteror dengan
4Tetuko Lugas Edhita Praja, Analisis Perbandingan….., 105 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190811132240-37-91172/ini-kisah-nyata-orang-ini-
ngutang-ke-141-fintech-lending diakses pada 14 Mei 2020
4
segala cara dengan tujuan agar segera melunasi pinjaman. Termasuk dengan
cara-cara yang tak manusiawi.
Di OJK sendiri terdapat dua jenis platform atau start-up. Yaitu yang
berbasis konvensional, dan yang berbasis syariah. Data per 20 Desember 2019,
terdapat 164 perusahaan fintech baik konvensional maupun syariah yang telah
resmi terdaftar di OJK. Diantaranya yang konvesnional adalah DanaMas,
Investree, Amartha, GandengTangan, AyoPeduli.com, KitaBisa.com,
Akseleran.com, Kolase.com, Investree.com, AyuDukung.com., dan lain
sebagainya. Adapun yang berbasis syariah antara lain Dana Syariah, Danakoo,
Alami, Syarfi, Duha SYARIAH, Qazwa, Bsalam, ETHIS, Kapital Boost,
PAPITUPI SYARIAH, dan seterusnya.6
Layanan pinjaman platform peer to peer (P2P) lending merupakan
bentuk urun dana secara online, dengan cara pemilik proyek harus menjabarkan
proyek kreatifnya di sebuah situs platform, kemudian mengajukan permohonan
seberapa besar bantuan dana yang dibutuhkan. Dengan begitu calon pemberi
pinjaman dana dapat melihat serta terlibat untuk ikut urun dana. Kemudian para
pemohon bantuan dana mengembalikan dana yang disumbangkan oleh para
penyumbang secara berkala (angsuran) beserta bunga atau bagi hasil yang telah
disepakati bersama di awal.
Terdapat 3 pihak yang berperang penting dalam platform layanan
pinjaman platform peer to peer (P2P) lending. Pihak pertama adalah pemilik
usaha yang berperan sebagai kreator atau penggalang dana yang mengajukan
pembiayaan usaha miliknya, atau diistilahkan sebagai borrower. Pihak kedua
adalah para donatur yang berperan menjadi pendana pada pemilik usaha yang
mengajukan pembiayaan, atau diistilahkan sebagai lender. Sedangkan pihak
ketiga adalah perusahaan pengelola platform yang berperan sebagai media
penghubung antara pihak borrower dengan pihak lender.
Maraknya praktek layanan pinjaman platform peer to peer (P2P) lending
menjadikan pemerintah selaku regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keungan
6 https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-Fintech-Terdaftar-dan-Berizin-di-OJK-per-20-Desember-2019.aspx# diakses pada 14 Mei 2020
5
(OJK) proaktif menerbitkan regulasi agar bisnis fintech yang beroperasi dapat
berjalan secara transparan, kompetitif, dan taat regulasi. Regulasi yang telah
diterbitkan di antaranya adalah Peraturan OJK (POJK) Nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi
Informasi. Demikian juga dengan Bank Indonesia. Ia juga mengeluarkan
kebijakan melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Finansial. Termasuk juga Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Juga menerbitkan sebuat fatwa terkait
fenomena fintech ini. Yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 117/
DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Keberadaan fatwa DSN MUI tersebut menjadi fundamental mengingat
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim mayoritas. Sehingga
regulator memiliki tanggung jawab menjaga kepentingan ekonomi masyarakat,
dalam hal ini khususnya umat Islam agar dalam bertransaksi pada fintech
terhindar dari unsur-unsur maghrib (maisir, gharar, dan riba). Yang secara
sederhana ketiganya dapat diuraikan sebagai berikut. Maisir adalah memeroleh
sesuatu dengan jalan sangat mudah atau tidak melalui kerja keras, misal judi.
Gharar menurut Imam Syafi’i adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi
dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang
paling kita takuti. Sedangkan riba merupakan tambahan atau kelebihan
pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang
dari dua orang yang berakad atau bertransaksi.
Karena pada dasarnya akad atau transaksi dalam Islam itu dibangun atas
dasar kepercayaan dan saling ridha. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
ا Hال: إنمHلم قHه وسHه وألHرضي الله عنه أن رسول الله صلى الله علي Hعن أبي سعيد الخدري
البيع عن تراض (رواه البييهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان)
6
Artinya: Dari Abu Sa id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,‟
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR.
al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)7
Larangan maisir ini di antaranya termaktub dalam Al-Quran Surat Al-
Mā'idah Ayat 90 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatanitu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Salah satu bentuk peringatan Nabi tentang larangan akad atau transaksi
gharar adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal yang artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin As Sammak dariYazid bin Abu Ziyad dari Al Musayyab bin Rafi’ dari Abdullah binMas’ud ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Janganlah kalian membeli ikan dalam air sebab itu termasukpenipuan.”8
Pun tentang larangan riba. Islam dengan tegas menyatakan di dalam Al-
Quran Ayat 275-276 yang artinya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdirimelainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalahdisebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itusama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli danmengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangandari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginyaapa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); danurusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambilriba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.” “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. DanAllah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selaluberbuat dosa.”
Dalil-dalil di atas secara jelas dan tegas melarang umat Islam dalam
melakukan akad atau transaksi mengandung unsur-unsur maghrib (maisir,
7 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010),72.
8 Musnad Imam Ahmad bin Hanbal hadits nomor 3494.
7
gharar, dan riba). Karena di dalamnya terkandung penzaliman kepada yang
lain. Sebagai umat Islam, tentu dituntut untuk tunduk dan patuh kepada tata
kehidupan yang Islami pula. Termasuk tentang sistem perekonomian. Ekonomi
umat Islam akan tumbuh dan terus berkembang manakala umat Islam sendiri
yakin akan tata nilai yang dianutnya. Maka fallah atau kemenangan bukanlah
hal yang utopis. Keberadaan fintech berbasis syariah juga merupakan alternatif
bagi umat Islam, di tengah lebih banyaknya fintech-fintech konvensional.
Selain menegaskan tidak adanya kekosongan produk, hadirnya fintech-fintech
syariah juga membuktikan bahwa sistem ekonomi Islam itu merupakan sistem
yang senantiasa relevan dengan segala perkembangan zaman.
Keberadaan fintech berbasis syariah yang terdaftar di OJK, secara
eksplisit sebetulnya sudah menandakan adanya perbedaan dengan fintech
berbasis konvensional. Baik itu dari segi proses, jenis akad, maupun sistem
bagi hasilnya. Namun demikian, sebagai upaya kritis dan akademik, dipandang
perlu keberadaannya untuk diteliti. Selain untuk mengetahui lebih mendalam,
juga untuk memastikan kesesuaian antara label dan regulasi dengan
pelaksanaannya yang benar-benar sesuai dengan konsep Ekonomi Islam atau
syariah. Berangkat dari latar belakang serta pemikiran tersebut, penelitian ini
mengambil judul “Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending Syariah
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Analisis pada 13 Fintech Syariah yang
Terdaftar di OJK Per 19 Februari 2020)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis susun
rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme dan layanan Peer–To-Peer Lending Syariah?
2. Bagaimana mekanisme dan layanan Peer–To-Peer Lending Syariah
Perspektif Ekonomi Islam?
3. Bagaimana pengaruh Peer–To-Peer Lending Syariah terhadap
perekonomian umat Islam?
8
C. Tujuan Penelitian
Agar lebih fokus dan tidak menyimpang dari pembahasan permasalahan,
maka perlu dirumuskan tujuan penelitiannya sebagai berikut:
1. Menjelaskan mekanisme dan layanan Peer–To-Peer Lending Syariah.
2. Menjelaskan mekanisme dan layanan Peer–To-Peer Lending Syariah
perspektif Ekonomi Islam.
3. Menjelaskan pengaruh Peer–To-Peer Lending Syariah terhadap
perekonomian umat Islam.
D. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan menghasilkan kegunaan dan manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
akademik bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya di bidang
mekanisme dan layanan Peer–To-Peer Lending Syariah perspektif
Ekonomi Islam.
2. Manfaat praktis:
a. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang
mekanisme dan layanan Peer–To-Peer Lending Syariah perspektif
Ekonomi Islam.
b. Bagi pelaku layanan Peer–To-Peer Lending Syariah
Dapat menjadi perbandingan atau tambahan pengetahuan serta
wawasan tentang mekanisme dan layanan Peer–To-Perr Lending
Syariah.
c. Bagi almamater
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah
ilmu pengetahuan tentang mekanisme dan layanan Peer–To-Peer
Lending Syariah.
9
E. Kajian Terdahulu
Dalam kajian terdahulu ini mengupas secara singkat, jelas dan padat
tentang hasil dari penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya, yang
memiliki relevansi tema atau keterkaitan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui persamaan sekaligus perbedaan,
serta mengetahui posisi penelitian penulis dibanding dengan penelitian-
penelitian yang ada sebelumnya.
Pertama karya Siti Kholifah yang berjudul, “Tinjuan Hukum Ekonomi
Islam Terhadap Transaksi Financial Technology (Fintech) Pada Layanan Peer
To Peer Lending (P2P) Syariah (Studi Pada Layanan Pinjaman Online PT.
Investree Radhika Jaya.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis syarat
dan prosedur yang ada pada layanan Financial Technology (Fintech) yang
berbasis P2P Lending Syariah pada PT. Investree Radhika Jaya serta
pandangan Hukum Islam terhadap layanan Financial Technology (Fintech)
P2P Lending Syariah. Hasil dari penelitian ini di antaranya bahwa terdapat
perbedaan pandangan dalam Hukum Islam terhadap layanan dimaksud.
Pandangan yang menyatakan boleh, beralasan bahwa akad pinjam meminjam
dalam layanan Financial Technology (Fintech) berbasis Peer To Peer Lending
(P2P) Syariah adalah bentuk akad Qard, dan Wakalah bil ujrah. Adapun
sebaliknya, yang menyatakan tidak boleh berargumen bahwa di dalam Al-
Quran dan Al-Hadits praktik Financial Technology (Fintech) berbasis Peer To
Peer Lending (P2P) tersebut masih mengandung unsur riba.9. Penelitian di atas
lebih fokus pada satu fintech syariah, yaitu Investree. Perbedaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan yaitu, lebih bersifat umum pada 13
fintech syariah yang terdaftar di OJK.
Kedua, skripsi Saudara Saifullah yang berjudul, “ Sistem Penggalangan
Dana Menggunakan Metode Crowd Funding Pada Lembaga Amil Zakat Infak
dan Sedekah (Lazis) Wahdah Berbasis Website.” Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuat suatu sistem penggalangan dana menggunakan dengan
9Siti Kholifah, Tinjauan Hukum Ekonomi Islam Terhadap Transaksi Financial Technology(FinTech) Pada Layanan Peer To Peer Lending Syariah (Studi Pada Layanan Pinjaman OnlinePT Investree Radhika Jaya), Skripsi, (Bandar Lampung : Universitas Lampung, 2019).
10
menggunakan metode Crowd Funding. Dengan harapan agar donator dapat
mengetahui donasinya dikemanakan dan dalam bentuk program apa. Dengan
kata lain menekankan aspek transparansi. Menggunakan metode kualitatif,
perancangan dan waterfall, serta berbasis website. Sedang pemodelannya
menggunakan flowchart dan diuji dengan metode pengujian blackbox.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat memudahkan donatur untuk
melakukan donasi, pengumpulan data para donatur, terwujudnya transparansi
dan akuntabilitas, serta mampu mengoleksi data dengan baik.10 Fokus
penelitian tersebut lebih pada bagaimana cara mendesain penggalangan
sedekah menggunakan layanan urun dana Crowdfunding. Sedangkan
penelitian yang akan penulis lakukan adalah ingin melihat bagaimana
mekanisme layanan pinjaman (Peer–To-Perr) Lending Syariah pada 13
fintech syariah yang terdaftar di OJK perspektif Ekonomi Islam, dan
pengaruhnya terhadap perekonomian umat Islam.
Ketiga, hasil penelitian Nisaul Muawanah yang berjudul, “Analisis
Hukum Islam Terhadap Pinjaman Modal di Fintech Investree Peer to Perr
Lending di Indonesia”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
menganalisa prosedur pinjam modal di Fintech Investree Peer to Perr Lending
dari perspektif hukum Islam. Adapaun hasil dari penelitian tersebut di
anataranya, bahwa prosedur dan akad pada prosedur dan akad pada Fintech
Investree Peer to Perr Lending secara prinsip syariah sudah sesuai dengan
fatwa DSN MUI. Akad wakalah bi al-ujrah dapat digunakan pada produk
pembiayaan tagihan atau invoice financing antara pihak Investree selaku
penyelenggara dengan pihak investor, sedang akad qardh dapat digunakan
pada saat seller (penerima pembiayaan) menunjukkan invoice (bukti tagihan)
kepada pihak Investree. Prosedur dan akad antara pihak supplier dengan seller
timbul akad murabahah. Yakni jual beli barang ditambah dengan keuntungan
yang telah disepkatai. Selanjutnya, ditinjau dari hukum Islam, pelaksanaan
layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi dengan berdasarkan prinsip-
10Saifullah, Sistem Penggalangan Dana Menggunakan Metode Crowdfunding Pada LembagaAmil Zakat Infak dan Sedekah (Lazis) Wahdah Berbasis Website, Skripsi, (Makassar: UIN Alauddin, 2017).
11
prinsip syariah tersebut terdapat kesesuaian terkait dengan subjek
hukum11. Sebagaimana sebelumnya, penelitian ini lebih spesifik studi kasus di
fintech Peer to Perr Lending Investree. Sedangkan yang akan penulis lakukan
lebih bersifat umum, pada 13 fintech syariah yang terdaftar di OJK.
Keempat, penelitian oleh Santika Nindya Hapsari Wibowo dengan judul
Analisis Modal Intelektual Pada Organisasi Penyedia Jasa Urun Dana
(Crowdfunding Platform) Di Indonesia (Studi Pada Kitabisa.Com Periode
2013-2016). Fokus penilitian ini ada pada modal intelektual yang dimiliki
layanan urun dana Kitabisa.com. Hasil dari penelitian ini bahwa Kitabisa.com
mampu bertahan pada tahapan awal berdirinya karena memiliki faktor-faktor
tak berwujud yang menciptakan daya saing tersendiri. Faktor-faktor tak
berwujud ini disebut modal intelektual. Proses pemerolehan dan pemanfaatan
modal intelektual di Kitabisa.com dilakukan dengan rekrutmen, partisipasi
pelatihan, dan diskusi. Kitabisa.com mengorganisasi modal intelektualnya
secara formal maupun informal. Dengan begitu, kinerja Kitabisa.com
meningkat terutama dari tahun 2015-2016 jika diukur dengan pengukuran
Gross Donation Value (GDV) dan Return On Assets (ROA). Modal
intelektual diklasifikasikan menjadi tiga kategori: modal manusia, modal
organisasi, dan modal relasi. Adapun karyawan Kitabisa.com menilai ketiga
kategori modal tersebut memiliki nilai kegunaan yang sama, dan modal relasi
yang paling penting untuk meningkatkan kinerja Kitabisa.com.12 Penelitian
tersebut tidak membahas mekanisme Layanan Pinjaman (Peer–To-Peer)
Lending Syariah, sebagaimana yang akan penulis lakukan. Sedangkan
penelitian yang akan penulis lakukan adalah ingin melihat mekanisme layanan
pinjaman (Peer–To-Perr) Lending Syariah pada 13 fintech syariah yang
terdaftar di OJK Perspektif Ekonomi Islam, serta pengaruhnya terhadap
perekonomian umat Islam.
11Nisaul Muawanah, Analisis Hukum Islam Terhadap Pinjaman Modal di FinTech InvestreePeer to Peer Lending di Indonesia, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,2019).
12Santika Nindya Hapsari Wibowo, Analisis Modal Intelektual Pada Organisasi Penyedia Jasa Urun Dana (Crowdfunding Platform) Di Indonesia (Studi Pada Kitabisa.Com Periode 2013-2016) Skripsi, (Yokyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2017).
12
F. Metode Penelitian
Dari sisi bahasa, metode penelitian terdiri dari dua suku kata, metode
dan penelitian. Metode berasal dari bahasa yunani methodos berarti cara atau
jalan. Sehingga metode dapat diartikan sebagai cara yang teratur untuk
mencapai suatu maksud yang diinginkan. Berkaitan dengan upaya ilmiah,
metode berarti menyangkut cara kerja untuk memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Dengan demikian metode dapat diartikan
sebagai cara mendekati, mengamati, dan menjelaskan suatu gejala dengan
menggunakan landasan teori.13 Adapun yang dimaksud dengan penelitian
adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa, dilakukan secara
metodologis, sistematis dan konsisten. Analisa yang dilakukan secara
metodologis berarti berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti
berdasarkan tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka
tertentu.14 Sedang yang maksud dengan penelitian (research) adalah sebagai
usaha untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu
pengetahuan yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah.
1. Jenis Penelitian
Penelitian dalam kajian ini adalah penelitian yuridis-normatif yaitu,
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
yang menggunakan objek kajian penulisan berupa pustaka-pustaka yang
ada, baik berupa buku-buku, majalah, dan peraturan-peraturan yang
mempunyai korelasi terhadap pembahasan masalah, sehingga penulisan ini
juga bersifat penulisan pustaka (library research).15
2. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan di sini adalah metode
penelitian kualitatif. Yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misal perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
13 Ulbe Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), 12.14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010),
42.15Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), 15.
13
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.16 Metode
kualitatif dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan dan menganalisis
data yang berupa kata-kata (lisan maupun tertulis) dan perbuatan-
perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitungnya.17
3. Pendekatan Masalah
Dalam pendekatan masalah ini, metode yang peneliti gunakan adalah
pendekatan hukum normatif. Dilakukan dengan cara mengkaji peraturan
dan menelaah perundang-undangan (regulasi) yang berkaitan dengan tema
yang diangkat. Di antaranya dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan,
maupun lembaga yang mempunyai kompetensi lainnya, serta dari sumber-
sumber pustaka yang memiliki relevansi dengan tema atau pokok bahasan.
4. Sumber Data
Sumber data yaitu subjek dari mana data penulis dapatkan atau
peroleh. Dalam penelitian ini, sumber data terdiri dari dua : primer dan
sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang penulis peroleh
langsung dari sumber data maupun dari penyelidikan untuk tujuan
penelitian. Selain itu, sumber data lainnya yakni dari paparan berbagai
catatan mengenai mekanisme dan peraturan Layanan Pinjaman (Peer–
To-Peer) Lending Syariah khususnya yang berkembang di Indonesia.
Di antaranya sebagaimana yang telah diatur dalam POJK Nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis
Teknologi Informasi, Peraturan Bank Indonesia Nomor
19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, dan
Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan
Pembiyaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
16Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996).17Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), 13.
14
Dan berbagai informasi yang ada di website pada 13 fintech syariah
yang terdaftar di OJK.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang penulis peroleh
dari sumber yang sudah ada sebelumnya. Di antaranya seperti jurnal-
jurnal atau karya tulis lain yang berkaitan dengan mekanisme layanan
pinjaman (Peer–To-Peer) Lending Syariah Perspektif Ekonomi Islam.
5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang penulis digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pengumpulan data dokumentasi. Yaitu dengan jalan
mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, jurnal, surat kabar, dan sejenisnya. Termasuk di
antaranya dilakukan studi kepustakaan kepustakaan (library research).
Dalam dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan
mengumpulkan berbagai data dan informasi yang ada pada website ke-13
fintech syariah yang terdaftar di OJK.
6. Teknik Pengolahan Data18
a. Editing : memeriksa kembali terutama dari segi kelengkapan data,
kejelasan maknya, keselarasan dan kesesuaian data satu dengan data
lainnya, tingkat toleransi dan keseragaman kelompok data.
b. Organizing : mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga
menghasilkan dasar pemikiran yang teratur guna penyusunan tesis.
c. Penemuan hasil : menganalisa data yang merupakan hasil dari editing
dan organizing dengan menggunakan kaidah, teori dan dalil yang
sesuai, sehingga dapat diperoleh atau ditemukan kesimpulan tertentu
sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya dalam rumusan masalah secara tepat dan akurat.
18 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2011), 23.
15
7. Teknik Analisa Data
Dalam sebuah penelitian terdapat 2 macam metode untuk
menganalisis data, yaitu metode induktif dan metode deduktif.
a. Metode induktif, yakni suatu cara atau jalan yang dipakai untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan
atas atau masalah yang bersifat khusus selanjutnya menarik konklusi
atau kesimpulan yang bersifat umum.19
b. Metode deduktif, yakni pembahasan yang diawali dengan menggunakan
fakta atau kenyataan yang bersifat umum yang merupakan hasil dari
penelitian kemudian menarik konklusi atau kesimpulan yang bersifat
khusus.20
Adapun dalam penelitian ini, penulis mencoba akan menggunakan
pendekatan induktif. Yakni dengan cara mengumpulkan, mengolah, serta
menganalisis seluruh data dan informasi yang ada tentang (Peer–To-Peer)
Lending Syariah yang ada pada 13 fintech syariah yang terdaftar di OJK
kemudian dikomparasikan dengan teori ekonomi Islam, selanjutnya
diakhiri dengan menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat general
(umum).
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat tersusun secara sistematis,
rinci, dan rapi, serta penjabarannya dapat dipahami secara baik, maka penulis
menyusun pembahasannya menjadi limam bab. Dan masing-masing bab dapat
disusun dengan subbab-subbab.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab I ini penulis akan mengelaborasi pokok-pokok
permasalahan yang bersifat umum, mulai dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kajian terdahulu, serta metode penelitian. Selanjutnya diakhiri
19Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), 58.20Sutisno Hadi, Metodologi Reseach Jilid I, ( Yogyakarta: Andi Publiser, 2004), 42.
16
dengan sistematika pembahasan sebagai kerangka penyusunan
penelitian ini agar bisa sistematis, rinci, dan rapi.
BAB II : TEORI FINTECH SYARIAH, PEER-TO-PEER LENDING
SYARIAH, DAN TEORI EKONOMI ISLAM
Dalam bab II ini berisikan tentang landasan teoritis yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Yakni terdiri dari teori Fintech
Syariah, Peer-To-Peer Lending Syariah, dan teori Ekonomi Islam.
BAB III : MEKANISME DAN LAYANAN AKAD PINJAMAN PEER-
TO-PEER LENDING PADA FINTECH SYARIAH, DAN
PEREKONOMIAN UMAT ISLAM
Bab III ini berisikan paparan umum dan khusus tentang
mekanisme dan layanan pinjaman Peer-To-Peer Lending pada
Fintech Syariah, dan perekonomian umat Islam.
BAB IV : ANALISIS MEKANISME DAN LAYANAN AKAD
PINJAMAN PEER-TO-PEER LENDING PADA FINTECH
SYARIAH, DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PEREKONOMIAN UMAT ISLAM
Bab IV ini merupakan inti dari penelitian, yang akan
menyajikan analisis tentang mekanisme dan layanan akad
pinjaman Peer-To-Peer Lending pada Fintech Syariah, dan
analisis pengaruhnya terhadap perekonomian umat Islam.
BAB V : PENUTUP
Bab V ini merupakan bab pungkasan dari pembahasan
penelitian ini. Berisikan tentang simpulan atas masing-masing
rumusan masalah sekaligus disertai dengan analisis-analisis
sederhana.
BAB II
TEORI FINTECH SYARIAH, PEER-TO-PEER LENDING SYARIAH,
DAN TEORI EKONOMI ISLAM
A. Teori Fintech Syariah
1. Pengertian Fintech Syariah
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa awal mula munculnya fintech
syariah adalah di Abu Dabi, Uni Emirat pada tahun 2014, oleh Perusahaan
yang bernama Beehive. Dengan menggunakan pendekatan peer-to-peer
lending marketplace, ia merupakan perusahaan pertama fintech yang berbasis
syariah. Kemudian ia berkembang menjadi salah satu fintech syariah dengan
jangkau pasar yang lumayan luas. Dari situlah kemudian menjalar ke beberapa
negara di Asia seperti Malaysia dan Singapura.43 Termasuk belakangan masuk
dan berkembang di Indonesia.
Terdapat beberapa pengertian Fintech dan Fintech Syariah. National
Digital Research Centre di Dublin, Irlandia mendifinisikan Fintech sebagai
inovasi dalam layanan keuangan. Fintech memiliki banyak jenis skema, antara
lain starup pembayaran, peminjaman (lending), perencanaan keuangan
(personal finance), investasi ritel, pembiayaan (crowdfunding), dan riset
keuangan. Teknologi Finansial (Fintek) merupakan sistem keuangan yang
menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta
dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau
efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.44
Sedangkan Fintech Syariah menurut Mukhlisin (2017) adalah kombinasi,
inovasi yang ada dalam bidang keuangan dan teknologi yang memudahkan
43 https://www.paper.id/blog/finansial-umkm/fintech-syariah-di-indonesia/ diakses pada 15 Mei2020
44 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan TeknologiFinansial.
17
18
proses transaksi dan investasi berdasarkan nilainilai syariah. Ia berpendapat,
walaupun fintech ini merupakan terobosan baru tetapi mengalami
perkembangan yang pesat.45 Fintech Syariah juga merupakan kombinasi antara
inovasi di bidang teknologi finansial dengan nilai-nilai ekonomi Islam
(syariah).
2. Manfaat Fintech Syariah
Fintech Syariah setidaknya memiliki lima manfaat, antara lain:46
a. Membantu pelaku UMKM
Pelaku UMKM yang kesulitan atau tak memiliki akses terhadap
perbankan sangat terbantu dengan keberadaan fintech syariah ini.
Persyaratan yang diperlukan jelas tak sedetail dan serumit ketika
mengajukan pinjaman di perbankan.
b. Bebas riba
Sudah jelas sebagai pembeda dari lembaga keuangan konvensional,
fintech syariah mengharamkan akad-akad yang mengandung unsur-unsur
maghrib (maisir, gharar, dan riba). Sehingga selain secara horisontal akad
syariah mampu menjadi solusi terbaik bagi para pihak yang berakad, secara
vertikal –dan ini yang lebih utama, merupakan bentuk ketaatan yang akan
memiliki implikasi dunia dan akherat. Begitula dengan akad di dalam
fintech syariah.
c. Menguntungkan banyak pihak
Para pihak yang berakad di fintech syariah syariah, mulai dari lender
(pemberi pinjaman), borrower (peminjam), serta pihak platform atau star-
up (penyelenggara), pada dasarnya akan mendapatkan keuntungan secara
bersama-sama. Tak ada penzaliman di dalamnya. Karena semua
dibicarakan secara sejajar. Berbeda dengan praktik di lembaga
45 Dalam Dodi Yarli, Analisis Akad Tijarah Pada Transaksi Fintech Syariah Dengan PendekatanMaqhasid, Jurnal YUDISI Vol. 9 No. 2, Juli-Desember 2018, hal. 2.
46 https://www.techfor.id/ini-dia-manfaat-fintech-syariah-untuk-pemberdayaan-ekonomi-umat/diakses pada 15 Mei 2020
19
konvensional, peminjam (nasabah) lebih pada posisi pasif. Menyesuaikan
dengan kebijakan yang dimiliki pihak lembaga keuangan konvensional
yang ada.
d. Proses yang mudah
Fintech syariah lebih bersifat sederhana dan mengandalkan teknologi
sebagai sarana utama. Sehingga dengan mudah untuk diakses kapan saja,
dimana saja, serta oleh siapa saja. Jauh dari praktik manual, yang terkadang
terlalu birokratis dan mengharuskan untuk bertatap muka. Fintech syariah
lebih efektif, efisien, dan ekonomis.
e. Lebih aman
Faktor keamanan berakad di fintech syariah cukup terjaga. Baik aman
secara horinsontal, lebih lagi secara vertikal. Hal ini dikarenakan semua
proses didasarkan pada dalil-dalil agama, menggunakan Fatwa DSN MUI,
serta diatur oleh OJK dan BI sebagai regulator yang mempunyai
kompetensi tentang hal itu. Transparansi menjadi tuntutan yang mesti
diwujudkan. Namun demikian, masyarakat dituntut untuk memiliki daya
literasi terhadap segala informasi dan regulasi yang ada, agar terhindar dari
kesalahpahaman. Di antaranya adalah perlu memastikan bahwa fintech
syariah yang diakses benar-benar telah terdaftar, serta tidak mendapat
sanksi oleh OJK.
3. Syarat Pendirian Fintech Syariah
Terdapat dua regulasi fundamental yang mesti dipatuhi dalam rangka
pendirian fintech syariah. Pertama POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, dan kedua
Fatwa DSN MUI NO: 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan
Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
20
a. Berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi syarat pendirian fintech
secara garis besar sbb:
1) Badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.
2) Kepemilikan saham asing baik perseorangan atau badan hukum, baik
secara langsung atau tidak langsung, maksimal 85%.
3) Penyelenggara berbentuk perseroan terbatas atau koperasi wajib
memiliki modal paling sedikit 1 miliar pada saat pendaftaran, dan pada
saat mengajukan izin wajib disetor paling sedikit 2,5 miliar.
4) Batas maksimum pemberian pinjaman adalah 2 miliar.
5) Mengajukan pendaftaran ke OJK
6) Dokumen yang dibutuhkan meliputi:
a) Akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh Kementerian
Hukum dan HAM yang memuat sedikitnya nama dan tempat
kedudukan, kegiatan usaha sebagai perusahaan layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi informasi, permodalan,
kepemilikan, wewenang, tanggung jawab, masa jabatan direksi dan
komisaris dan perubahan anggaran dasar terakhir (jika ada) disertai
dengan bukti pengesahan, persetujuan dan/atau surat penerimaan
pemberitahuan dari instansi berwenang.
b) Bukti identitas diri dan daftar riwayat hidup yang dilengkapi dengan
foto 4x6 dari pemilik saham paling sedikit 20%, anggota direksi,
dan anggota komisaris.
c) Fotokopi NPWP badan.
d) surat keterangan domisili Penyelenggara dari instansi yang
berwenang.
e) bukti kesiapan operasional kegiatan usaha berupa dokumen terkait
Sistem Elektronik yang digunakan Penyelenggara dan data kegiatan
operasional.
21
f) bukti pemenuhan syarat permodalan.
g) surat pernyataan rencana penyelesaian terkait hak dan kewajiban
Pengguna dalam hal perizinan Penyelenggara tidak disetujui oleh
OJK.
7) Daftar kepemilikan berupa daftar pemegang saham berikut rincian
besarnya masing masing kepemilikan saham bagi penyelenggara
berbentuk badan hukum bagi penyelenggara berbentuk badan hukum
perseroan terbatas, atau daftar anggota berikut jumlah simpanan
pokok dan simpanan wajib bagi penyelenggara berbentuk badan
hukum koperasi.
8) Data Pemegang Saham.
9) Data Direksi dan Komisaris.
10) Bukti pemenuhan permodalan yang dilegalisasi dan masih berlaku
selama proses permohonan perizinan atas nama pada salah satu bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berbadan hukum Indonesia.
11) Struktur organisasi penyelenggara.
12) Pedoman/standar prosedur operasional terkait penerapan program anti
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
13) Rencana kerja untuk 1 tahun pertama yang paling sedikit memuat
gambaran mengenai kegiatan usaha yang akan dilakukan, target dan
langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan target yang
dimaksud dan proyeksi laporan keuangan untuk 1 tahun kedepan.
14) Bukti kesiapan operasional berupa bukti kepemilikan atau penguasaan
gedung dan ruangan kantor, daftar inventaris dan peralatan kantor.
15) Surat Pernyataan Rencana Penyelesaian terkait hak dan kewajiban
Pengguna dalam hal penyelenggara tidak dapat meneruskan kegiatan
operasional sistem elektronik layanan pinjam-meminjam uang berbasis
teknologi informasi.
22
16) Bukti Pelunasan Biaya Perizinan.
b. Berdasarkan Fatwa DSN MUI NO: 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang
Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip
Syariah, syarat pendirian fintech syariah secara garis besar sbb:
1) Ketentuan terkait Pedoman umum Layanan Pembiayaan Berbasis
Teknologi Informasi
a) Penyelenggaraan Layanan Pembiayaan berbasis teknologi informasi
tidak boleh bertentangan dengan prinsip Syariah, yaitu antara lain
terhindar dari riba, gharar, maysir, tadlis, dharar, zhulm, dan haram;
b) Akad Baku yang dibuat Penyelenggara wajib memenuhi prinsip
keseimbangan, keadilan, dan kewajaran sesuai syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c) Akad yang digunakan oleh para pihak dalam penyelenggaraa
Layanan Pembiayaan berbasis teknologi informasi dapat berupa
akad-akad yang selaras dengan karakteristik layanan pembiayaan,
antara lain akad al-bai', ijarah, mudharabah, musyarakah, wakalah
bi al ujrah, dan qardh;
d) Penggunaan tandatangan elektronik dalam sertifikat elektronik yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara wajib dilaksanakan dengan syarat
terjamin validitas dan autentikasinya sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku;
e) Penyelenggara boleh mengenakan biaya (ujrah/rusun) berdasarkan
prinsip ijarah atas penyediaan sistem dan sarana prasarana Layanan
Pembiayaan Berbasis Teknologi informasi; dan
f) Jika informasi pembiayaan atau jasa yang ditawarkan melalui media
elektronik atau diungkapkan dalam dokumen elektronik berbeda
dengan kenyataannya, maka pihak yang dirugikan memiliki hak
untuk tidak melanjutkan transaksi.
23
2) Model Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
a) Pembiayaan anjak piutang (factoring); yaitu pembiayaan dalam
bentuk jasa pengurusan penagihan piutang berdasarkan bukti tagihan
(invoice), baik disertai atau tanpa disertai talangan (qardh) yang
diberikan kepada pelaku usaha yang memiliki tagihan kepada pihak
ketiga (payor);
b) Pembiayaan Pengadaan Barang pesanan Pihak Ketiga (Purchase
Order); yaitu pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang
telah memperoleh pesanan atau surat perintah kerja pengadaan
barang dari pihak ketiga;
c) Pembiayaan Pengadaan barang untuk pelaku usaha yang berjualan
secara online (online seller); yaitu pembiayaan yang diberikan
kepada pelaku usaha yang melakukan transaksi jual beli online pada
penyedia layanan perdagangan berbasis teknologi informasi
(paltform-ecommerce/marketplace) yang telah menjalin kerja sama
dengan Penyelenggara;
d) Pembiayaan pengadaan barang untuk pelaku usaha yang berjualan
secara online dengan pembayaran melalui penyelenggara payment
gateway, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha
(seller) yang aktif berjualan secara online melalui saluran distribusi
(channel distribution) yang dikelolanya sendiri dan pembayarannya
dilakukan melalui penyedia jasa otorisasi pembayaran secara online
(payment gateway) yang bekerjasama dengan pihak Penyelenggara.
e) Pembiayaan untuk Pegawai (Employee), yaitu pembiayaan yang
diberikan kepada pegawai yang membutuhkan pembiayaan
konsumtif dengan skema kerjasama potong gaji melalui institusi
pemberi kerja.
f) Pembiayaan berbasis komunitas (community based), yaitu
pembiayaan yang diberikan kepada anggota komunitas yang
24
membutuhkan pembiayaan, dengan skema pembayarannya
dikoordinasikan melalui koordinator/pengurus komunitas.
3) Ketentuan terkait Mekanisme dan Akad
a) Pembiayaan Anjak Piutang (Factoring)
1.1 Adanya akad yang menimbulkan hubungan hukum utang
piutang yang ditunjukkan dengan bukti tagihan (invoice) oleh
calon Penerima Pembiayaan dari pihak ketiga (payor) yang
menjadi dasar jasa dan/ataupembiayaan anjak piutang;
1.2 Calon Penerima pembiayaan atas dasar bukti tagihan (invoice)
yang dimiliki, mengajukan jasa dan/atau pembiayaan kepada
Penyelenggara;
1.3 Penyelenggara menawarkan kepada calon Pemberi Pembiayaan
untuk memberikan jasa penagihan piutang berdasarkan bukti
tagihan (invoice), baik disertai atau tanpa disertai talangan
(qardh);
1.4 Dalam hal calon Pemberi jasa dan/atau pembiayaan menyetujui
penawaran dilakukan akad wakalah bi al-ujrah antara Pemberi
Pembiayaan dengan Penyelenggara; Pemberi Pembiayaan
sebagai muwakkil, dan Penyelenggara sebagai wakil;
1.5 Penyelenggara melakukan akad wakalah bi al-ujrah dengan
Penerima Pembiayaan untuk penagihan utang; Penyelanggara
sebagai wakil, dan Penerima Pembiayaan sebagai muwakkil;
1.6 Penyelenggara sebagai wakil dari Pemberi Pembiayaar dapat
memberikan talangan dana dengan akad qardh kepada
Penerima
1.7 Pembiayaan/Jasa;
1.8 Penyelenggara melakukan penagihan kepada pihak ketiga
(payor) atas piutang Penerima Pembiayaan;
1.9 Penerima Pembiayaan membayar ujrah kepada Penyelenggara;
25
1.10 Penerima pembiayaan membayar utang qardh (jika ada)
kepada Penyelenggara sebagai wakil;
1.11 Penyelenggara wajib menyerahkan ujrah dan qardh (jika ada)
kepada Pemberi Pembiayaan.
b) Pembiayaan Pengadaan Barang Pesanan (Purchase Orde) Pihak
Ketiga
1.1 Adanya akad yang menimbulkan hubungan purchase order
yang dibuktikan dengan kontrak pengadaan barang antara calon
Penerima Pembiayaan dengan pihak ketiga yang menjadi dasar
pembiayaan;
1.2 Calon Penerima pembiayaan atas dasar purchase order dari
pihak ketiga, mengajukan pembiayaan pengadaan barang
kepada Penyelenggara;
1.3 Atas dasar pengajuan pembiayaan, Penyelenggara melakukan
penawaran kepada calon Pemberi Pembiayaan untuk
membiayai pengadaan barung;
1.4 Dalam hal calon Pemberi Pembiayaan menyetujui penawaran,
dilakukan akad wakalah bi al-ujrah antara Penyelenggara
dengan Pemberi Pembiayaan untuk melakukan akad
pembiayaan kepada Penerima Pembiayaan; Pemberi
Pembiayaan sebagai muwakkil dan Penyelenggara sebagai
wakil;
1.5 Penyelenggara melakukan pembiayaan dengan Penerima
Pembiayaan berdasarkan akad jual-beli, musyarakah, atau
mudharabah.
1.6 Penerima Pembiayaan membayar pokok dan imbal hasil
(margin atau bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
1.7 Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan imbal hasil
(margin atau bagi hasil) kepada Pemberi Pembiayaan.
26
c) Pembiayaan Pengadaan Barang untuk Pelaku Usaha yang Berjualan
Secara Online (Seller Online)
1.1 Penyediaan layanan perdagangan berbasis teknologi informasi
(platform e-commerce/marketplace) dan Penyelenggara
melakukan kerjasama pemberian pembiayaan kepada pelaku
usaha yang berjualan secara online (seller online) sebagai calon
Penerima Pembiayaan;
1.2 Calon Penerima Pembiayaan mengajukan pembiayaan kepada
Penyelenggara untuk pengadaan barang;
1.3 Atas dasar pengajuan pembiayaan, Penyelenggara melakukan
penawaran kepada calon Pemberi Pembiayaan untuk
membiayai pengadaan barang;
1.4 Dalam hal calon Pemberi Pembiayaan menyetujui penawaran,
dilakukan akad wakalah bi al-ujrah antara Penyelenggaru
dengan Pemberi Pembiayaan untuk melakukan akad
pembiayaan dengan Penerima Pembiayaan; Pemberi
Pembiayaan sebagai muwakkil dan Penyelenggara sebagai
wakil;
1.5 Penyelenggara melakukan pembiayaan dengan Penerima
Pembiayaan berdasarkan akad jual-beli, musyarakah, atau
mudharabah;
1.6 Penerima Pembiayaan membayar pokok dan imbal hasil
(margin atau bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan dalam akad;
dan
1.7 Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan imbal hasil
(margin atau bagi hasil) kepada Pemberi Pembiayaan.
d) Pembiayaan Pengadaan Barang untuk Pelaku Usaha yang Berjualan
Secara Online dengan Pembayaran Melalui Penyelenggara Payment
Gateway
27
1.1 Penyedia jasa otorisasi pembayaran secara online (payment
gateway) dan Penyelenggara melakukan kerjasama pemberian
pembiayaan kepada para Pedagang online (Seller Online) yang
bekerjasama dengan Penyedia jasa;
1.2 Pedagang online (Seller Online) atau calon Penerima
Pembiayaan mengajukan pembiayaan kepada Penyelenggara
untuk pengadaan barang;
1.3 Atas dasar pengajuan pembiayaan, Penyelenggaru melakukan
penawaran kepada calon Pemberi Pembiayaan untuk
membiayai pengadaan barang;
1.4 Dalam hal calon Pemberi Pembiayaan menyetujui penawaran,
dilakukan akad wakalah bi al-ujrah antara Penyelenggara
dengan Pemberi Pembiayaan untuk melakukan akad
pembiayaan dengan Penerima Pembiayaan; Pemberi
Pembiayaan sebagai muwakkil dan Penyelenggara sebagai
wakil;
1.5 Penyelenggara sebagai wakil dari Pemberi Pembiayaan,
memberikan pembiayaan kepada Penerima Pembiayaan dengan
meng gunakan akad jual beli, musyarakah, atau mudharabah;
1.6 Penerima pembiayaan membayar pokok dan imbal hasil
(margin atau bagi hasil) melalui Perusahaan Penyedia jasa
otorisasi pembayaran secara online (payment gateway) yang
bekerjasama dengan Penyelenggara;
1.7 Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan imbal hasil
(margin atau bagi hasil) kepada Pemberi Pembiayaan.
e) Pembiayaan untuk Pegawai (Employee)
1.1 Adanya pegawai/calon Penerima Pembiayaan yang
mendapatkan gaji tetap dari suatu institusi yang bekerjasama
dengan Penyelenggara;
28
1.2 Calon Penerima pembiayaan yang memiliki kebutuhan
konsumtif, mengajukan pembiayaan kepada Penyelenggara;
1.3 Atas dasar pengajuan, Penyelenggara menawarkan kepada
calon Pemberi Pembiayaan untuk membiayai kebutuhan
konsumtif calon Penerima Pembiayaan;
1.4 Dalam hal calon Pemberi pembiayaan menyetujui penawaran,
dilakukan akad wakalah bi al-ujrah antara Pemberi
Pembiayaan dengan Penyelenggara untuk melakukan
pembiayaan dengan Penerima Pembiayaan; Pemberi
Pembiayaan sebagai muwakkil, dan Penyelenggara sebagai
wakil;
1.5 Penyelenggara sebagai wakil dari Pemberi Pembiayaan,
melakukan akad jual-beli atau ijarah dengan Penerima
Pembiayaan sesuai kesepakatan;
1.6 Penerima Pembiayaan membayar pokok dan imbal hasil
(margin atau ujrah) kepada Penyelenggara dengan cara
pemotongan gaji auto debet;
1.7 Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan imbal hasil
(margin atau ujrah) kepada Pemberi Pembiayaan.
a. Pembiayaan Berbasis Komunitas (Community Based)
1.1 Adanya pelaku usaha/calon Penerima Pembiayaan yang
tergabung dalam komunitas usaha tertentu yang bekerjasama
dengan Penyelenggara;
1.2 Calon Penerima Pembiayaan yang memiliki kebutuhan modal
usaha, mengajukan pembiayaan kepada Penyelenggara;
1.3 Atas dasar pengajuan, Penyelenggara menawarkan kepada
calon Pemberi Pembiayaan untuk membiayai kebutuhan modal
calon Penerima Pembiayaan;
29
1.4 Dalam hal calon Pemberi Pembiayaan menyetujui penawaran,
dilakukan akad wakalah bi al-ujrah antara Pemberi
Pembiayaan dengan Penyelenggara untuk memberikan
pembiayaan kepada Penerima Pembiayaan; Pemberi
Pembiayaan sebagai muwakkil, dan Penyelenggara sebagai
wakil.
1.5 Penyelenggara sebagai wakil dari Pemberi Pembiayaan,
melakukan akad dengan Penerima Pembiayaan baik akad jual-
beli, ijarah, musyarakah, mudharabah, atau akad-akad lain
yang sesuai dengan prinsip syariah;
1.6 Penerima pembiayaan membayar pokok dan imbal hasil
(margin, ujrah, atau bagi hasil) kepada Penyelenggara melalui
komunitas usaha tertentu yang bekerjasama dengan
Penyelenggara;
1.7 Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan imbal hasil
(margin atau ujrah) kepada Pemberi Pembiayaan.
4) Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian sengketa di antara para pihak dapat dilakukan melalui
musyawarah mufakat. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai,
maka penyelesaian sengketa dilakukan melalui lembaga penyelesaian
sengketa berdasarkan syariah sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
30
Gambar 2.1 Skema Sederhana Fintech
Dari gambar 2.1 di atas, dapat dijelaskan secara sederhana bahwa posisi
platform ada di tengah-tengah antara pemberi pinjaman dan penerima
pinjaman. Dengan demikian, fungsi platform sangatlah dominan dalam rangka
menjembatani aspirasi dan kepentingan antara kedua belah pihak.
B. Teori Peer-To-Peer Lending Syariah
Sebagai bentuk akad pinjam meminjam, peer-to-peer lending syariah juga
terdapat berbagai prinsip yang mesti ditaati atau dipatuhi oleh para pihak. Selain
sebagai pembeda dengan akad konvensional, prinsip syariah juga merupakan
manifestasi dari ketunduk-patuhan kepada kehendak Sang Khalik. Misalnya
dalam proses pengembalian. Meski dilarang ada tambahan jika dipersyaratkan di
awal, namun apabila si peminjam berkeinginan untuk mengembalikan dengan
melebihkan dari jumlah pinjaman, maka hal tersebut diperbolehkan. Hukumnya
sah, sekali lagi sepanjang hal tersebut tidak diperjanjikan di depan. Justru hal ini
merupakan bentuk dari pelaksanaan dari sunah atau hadits Rasulullah SAW
sebagaimana berikut :
31
Gالله Jي JJرة رضJJلمة، عن أبي هري JJلمة، عن أبي س JJفيان، عن س JJثنا سGد JJنعيم، ح JثنأبوGحد
اه، JJم سن من الإبل، فجاءه يتقاضGى الله عليه وسلGبي صلGعنه، قال: كان لرجل على الن
فقال صلGى الله عليه وسلGم: »أعطوه«، فطلبوا سنGه، فلم يجدوا له إلاG سنا فوقها، فقJJال:
لGم: JJى الله عليه وسGبي صلGبك، قال الن Gاركم »أعطوه«، فقال: أوفيتني وفى اللهJJخي Gإن«
47(رواه البخاري) أحسنكم قضاء«
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim dari Sufyan dari
Salamah dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu’anhu berkata;
Ada seorang laki-laki pernah dijanjikan seekor anak unta oleh Nabi
Shallallahu’alaihi wassalam lalu orang itu dating kepada Beliau untuk
menagihnya. Maka Beliau Shallallahu’alaihi wassalam bersabda :
“Berikanlah.” Maka orang-orang mencari anak unta yang lebih tua
umurnya, maka Beliau Shallallahu’alaihi wassalam bersabda :
“Berikanlah kepadanya.” Orang itu berkata, “Anda telah memberikannya
kepadaku semoga Allah membalas Anda.” Maka Nabi Shallallahu’alaihi
wassalam bersabda : “Sesungguhnya yang terbaik diantara kalian adalah
siapa yang paling baik menunaikan janji.”
لمة JJل عن أبي سJJلمة بن كهي JJثنا وكيع عن علي بن صالح عن سGثنا أبو كريب حدGحد
عن أبي هريرة قال استقرض رسولJ اللهG صلGى اللهG عليه وسلGم سنا فأعطاه سنا خيJJرا
من سنه وقال خياركمJ أحاسنكم قضاء. (رواه الترمذي)
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Waki’ dari Ali bin Shalih dari Salamah bin
Kuhail dari Abu Salamah dari abu Hurairah ia berkata; “Rasulullah SAW
meminjam (berhutang) kepada seseorang seekor unta yang sudah berumur
tertentu. Kemudian beliau mengembalikan pinjaman tersebut dengan unta
47 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Dar Thuq An-Najah,1422 H), 2393.
32
yang telah berumur yang lebih baik dari yang beliau pinjam. Dan beliau
berkata, sebaik-baik kamu adalah mereka yang mengembalikan
pinjamannya dengan sesuatu yang lebih baik (dari yang dipinjam).”
Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang peminjam sebaiknya
mengembalikan pinjamannya dengan memberi lebih dari nilai pokok yang ia
pinjam. Dalam Lembaga Keuangan Syariah atau perbankan syariah, akad ini
biasa dilaksanakan untuk keperluan fungsi sosial. Dana tersebut bisa didapatkan
dari dana zakat, infaq, serta sedekah yang dihimpun oleh pihak bank dari para
aghniya’ atau diambilkan dari sebagaian laba bank. Selanjutnya bank menyusun
kriteria tertentu kepada nasabah yang bisa mendapatkan pinjaman qardh. Kriteria
yang dimaksud bisa berdasarkan pada tingkat kemiskinan dan kekurang-
mampuan nasabah. Namun demikian, pinjaman tersebut akan lebih efektif apabila
digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif daripada konsumtif. Sedangkan
cara pengembaliannya bisa dengan cara diangsur ataupun tunai. Dan selanjutnya
apabila sudah dikembalikan, maka pihak bank dapat memutarnya kembali kepada
yang membutuhkan secara bergulir.48
1. Pengertian Peer-To-Peer Lending Syariah
Secara sederhana peer-to-peer lending syariah dapat diartikan sebagai
praktik pemberian pinjaman uang kepada individu atau badan usaha dan juga
sebaliknya mengajukan pinjaman untuk kepentingan individu atau badan
usaha dengan didasari dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip syariah.
48 Yazid Afandi, Fiqh Muamalah…, 144.
33
1. Subjek Hukum Peer-To-Peer Lending Syariah49
Gambar 2.2 Subjek Hukum Peer-To-Peer Lending Syariah
Keterangan:
1. Pemberi pembiayaan menyalurkan dana melalui penyelenggara
2. Penyelenggara menyalurkan dana ke penerima pembiayaan
3. Penerima pembiayaan mengembalikan dana melalui penyelenggara
4. Penyelenggara mengembalikan dana kepada pemberi pembiayaan
5. Pemberi pembiayaan membayar ujrah/imbal hasil kepada penyelenggara
6. Penyelenggara memberikan ujrah/imbal hasil kepada pemberi pembiayaan
2. Platform Peer-To-Peer Lending Syariah yang Terdaftar di OJK Tahun 2020
Berdasarkan rilis OJK, per 19 Februari 2020, terdapat 161 Fintech yang
resmi terdaftar. Dari angka tersebut, terdapat 13 Fintech yang berbasis
syariah. Dengan data singkat sbb:50
No.NAMA
PLATFORM
NAMA
PERUSAHAAN
SURAT TANDA
BERIZIN /
TERDAFTAR
TGLSISTEM
OPERASI
1. Investree PT. Investree Radhika Jaya
KEP-45/D.05/2019 13 Mei 2019 Android & IOS
2. Ammana PT. Ammana Fintek Syariah
KEP-123/D.05/2019 13 Des 2019 Android & IOS
3. DANA PT. DANA S-384/NB.213/2018 8 Juni 2018 Android
49 Jadzil Baihaqi, Financial Technology Peer-To-Peer Lending Berbasis Syariah di Indonesia,Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018.
50 https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-Fintech-Terdaftar-dan-Berizin-di-OJK-per-19-Februari-2020.aspx diakses pada 16 Mei 2020
34
SYARIAH SYARIAH INDONESIA
4. Danakoo PT. Danakoo Putra Artha
S-67/NB.213/2019 1 Feb 2019 Android
5. Alami PT. Alami Fintek Sharia
S-288/NB.213/2019 30 April 2019 -
6. Syarfi PT. Syarfi Teknologi Finansial
S-289/NB.213/2019 30 April 2019 -
7. DUHA Syariah
PT. Duha Madani Syariah
S-292/NB.213/2019 30 April 2019 Android
8. Qazwa PT. Qazwa Mitra Hasanah
S-440/NB.213/2019 7 Agustus 2019 -
9. Bsalam PT. Maslahat Indonesia Mandiri
S-441/NB.213/2019 7 Agustus 2019 -
10. Ethis PT. Ethis Fintek Indonesia
S-608/NB.213/2019 30 Okt 2019 -
11. Kapital Boost PT. Kapital Boost Indonesia
S-609/NB.213/2019 30 Okt 2019 -
12. PAPITUPI SYARIAH
PT. Piranti Alphabet Perkasa
S-612/NB.213/2019 30 Okt 2019 Android
13. Berkah Fintek Syariah
PT. Berkah Fintek Syariah
S-600/NB.213/2019 30 Okt 2019 -
3. Ketentuan Peer-To-Peer Lending Syariah
Sebagaimana telah diatur dalam Fatwa DSN MUI NO: 117/DSN-MUI/II/
2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, ketentuan peer-to-peer lending syariah antara
lain:
a. Penyelenggaraan Layanan Pembiayaan berbasis teknologi informasi tidak
boleh bertentangan dengan prinsip Syariah, yaitu antara lain terhindar dari
riba, gharar, maysir, tadlis, dharar, zhulm, dan haram;
b. Akad Baku yang dibuat Penyelenggara wajib memenuhi prinsip
keseimbangan, keadilan, dan kewajaran sesuai syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. Akad yang digunakan oleh para pihak dalam penyelenggaraa Layanan
Pembiayaan berbasis teknologi informasi dapat berupa akad-akad yang
35
selaras dengan karakteristik layanan pembiayaan, antara lain akad al-bai',
ijarah, mudharabah, musyarakah, wakalah bi al ujrah, dan qardh;
d. Penggunaan tandatangan elektronik dalam sertifikat elektronik yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara wajib dilaksanakan dengan syarat
terjamin validitas dan autentikasinya sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku;
e. Penyelenggara boleh mengenakan biaya (ujrah/rusun) berdasarkan prinsip
ijarah atas penyediaan sistem dan sarana prasarana Layanan Pembiayaan
Berbasis Teknologi informasi; dan
f. Jika informasi pembiayaan atau jasa yang ditawarkan melalui media
elektronik atau diungkapkan dalam dokumen elektronik berbeda dengan
kenyataannya, maka pihak yang dirugikan memiliki hak untuk tidak
melanjutkan transaksi.
4. Akad-Akad yang Ditawarkan51
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Fatwa DSN MUI NO: 117/DSN-
MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
Berdasarkan Prinsip Syariah pada Ketentuan Umum, terdapat 6 akad yakni:
a. Al-bai'
Akad ba’i atau akad jual beli adalah akad antara penjual dan pembeli
yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan obyek yang dipertukarkan
(barang dan harga).
b. Ijarah
Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran ujrah atau upah.
c. Mudharabah
Akad Mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pemilik
modal (shahibu al-maal) yang menyediakan seluruh modal dengan
51 Fatwa DSN MUI NO: 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan BerbasisTeknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah, Ketentuan Umum
36
pengelola ('amil/mudharib) dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka
sesuai nisbah yang disepakati dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung
oleh pemilik modal.
d. Musyarakah
Akad Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu di mana setiap pihak memberikan
kontribusi dana modal usaha (ra's al-mal) dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati atau secara proporsional,
sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak secara proporsional
e. Wakalah bi al ujrah
Akad wakalah adalah akad pelimpahan kuasa dari pemberi kuasa
(muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melakukan perbuatan
hukum tertentu yang boleh diwakilkan. Akad wakalah bi al-ujrah adalah
akad wakalah yang disertai dengan imbalan berupa ujrah (fee).
f. Qardh
Akad Qardh adalah akad pinjaman dari Pemberi pinjaman dengan
ketentuan bahwa Penerima pinjaman wajib mengembalikan uang yang
diterimanya sesuai dengan waktu dan cara yang disepakati.
C. Teori Ekonomi Islam
Islam sebagai agama wahyu memiliki sistem nilai yang komplit, menyeluruh
dan bersifat universal. Baik mulai dari sistem politik, sosial budaya, hingga
ekonomi. Dalam sistem ekonomi, Islam memandang segala sesuatu yang ada di
muka bumi adalah mutlak kepunyaan Allah SWT. Sebagimana ditandaskan dalam
Al-Quran Surat al-Baqarah Ayat 29 yang artinya: “Dialah Allah yang menjadikan
segala yang ada di muka bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan)
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan, Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
37
1. Pengertian Ekonomi Islam
Dari beberapa pengertian ekonomi Islam yang ada, diantaranya adalah
sebagai berikut. Pertama, pengertian Akram Khan, “Islamic economic aims the
study human falah (well being) achieved by organizing the resources of the
earth on the basic of cooperation and participation.”52 (Ekonomi Islam
bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia (human
falah) yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar
gotong royong dan partisipan). Kedua, menurut M. Umer Chappra53:
“Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan yangmembantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dandistribusi sumberdaya yang terbatas dan berada dalam koridor yangmengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan indvidu(leissez faire) atau tanpa prilaku makro ekonomi yang berkesinambungandan tanpa ketidak-seimbangan lingkungan.”
Ketiga, pengertian dari Muhammad Abdul Manan54, “Ilmu Ekonomi Islam
adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.” Dari ketiga pengertian
tersebut dapat diambil sebuah konklusi bahwa yang dimaksud dengan Ekonomi
Islam (Syariah) adalah ilmu yang memelajari perilaku atau aktivitas manusia
secara aktual serta empirikal, baik dalam proses produksi, distribusi, maupun
konsumsi berdasarkan syariat Islam yang bersumber dari wahyu al-Quran dan
as-Sunah serta ijma’ ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akherat.55
2. Prinsip Dasar Ekonomi Islam56:
52 Akram Khan, Economic Message of The Qur’an (Kuwait: Islamic Book Publisher, 1996), hal.43.53 Dalam Nurul Hak, Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah (Yogyakarta: Teras, 2011), 4-5.54 Ibid, 5.55 Ibid, 6.
38
a. Allah SWT merupakan pemilik mutlak atas segala sesuatu yang ada di dalam
dan muka bumi. Sedangkan kepemilikan oleh manusia lebih bersifat relatif,
semata-mata hanya untuk melaksanakan amanah dari-Nya untuk mengelola
serta memanfaatkan sesuai dengan prinsip, kaidah, dan ketentuan-ketentuan-
Nya.
b. Status harta yang dimiliki manusia adalah harta sebagai titipan, harta sebagai
perhiasan yang dapat dinikmati secukupnya tidak berlebih-lebihan, harta
sebagai ujian keimanan, dan juga harta sebagai bekal ibadah di dunia.
c. Proses kepemilikan harta dapat diperoleh melalui usaha atau mata
pencaharian secara halal sesuai ketentuan-ketentuan-Nya. Tak boleh
bertentangan dengan prinsip tersebut (menghalalkan segala cara).
d. Sifat-sifat manusia dalam mencari harta yakni dapat menyebabkan lupa akan
kematian, lupa dari mengingat Allah (dzikrullah), lupa dari shalat dan zakat,
dan keberadaan harta terpusat hanya pada segelintir orang kaya saja.
e. Larangan dalam mencari harta yaitu, dengan cara-cara yang haram (judi,
mencuri, rampok, curang dalam timbangan, suap, dst).
3. Karakteristik Ekonomi Islam57:
a. Bersumber dari Tuhan
Ekonomi Islam bersumber dari Allah SWT. Al-Quran dan As-Sunah
sebagai media penyampaian. Agar umat Islam mampu hidup di dunia sesuai
dengan kehendak dan aturan-Nya. Dengan demikian kebahagiaan umat
Islam akan terwujud baik untuk kehidupan dunianya, lebih lagi akheratnya.
b. Bertujuan untuk Tuhan
56 Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke praktik (Jakarta: Gema Insani Pres, 2001), hal. 8-10. 57 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasid
al-Syariah (Jakarta: Kencana, 2014), 31-35.
39
Arti dari bertujuan untuk Tuhan yaitu, segala aktivitas ekonomi umat
Islam pada dasar merupakan bentuk ibadah yang berwujud hubungan
antarmanusia (horisontal).
c. Kontrol dari luar dan dalam/mixing control
Kontrol diri merupakan manifestasi dari sifat kehati-hatian dari dalam
jiwa seseorang. Ekonomi Islam mengharuskan hal ini. Bahwa setiap aktivitas
ekonomi yang dilakukan oleh umat Islam, mesti didahului dengan
pertanyaan-pertanyaan, apakah sesuatu itu halal/haram tidak, baik/buruk,
boleh/tidak boleh, dst sebagai bentuk kontrol diri. Dari luar, kontrol menjadi
domain daripada pemerintah yang memang memiliki kewenangan dan
kekuasaan akan hal itu.
d. Penggabungan antara yang tetap dengan yang lunak
Pengertiannya adalah bahwa dalam masalah ekonomi (muamalah),
pada prinsipnya Islam memberikan kebebasan kepada umatnya untuk
melakukan apa saja sepanjang tidak melanggar apa-apa yang dilarang. Hal
ini sebagaiman kaidahnya, “Hukum asal dalam muamalah adalah halal dan
mubah, kecuali yang diharamkan dan dilarang.”
e. Keseimbangan antara kemaslahatan individu dan masyarakat
Ekonomi Islam berada ditengah-tengah dibanding dengan sistem
ekonomi lainnya. Tidak sebagaimana kapitalisme yang mengagungkan
kepemilikan individual, pun tidak selayaknya komunisme yang
mengedepankan kolektivisme. Ekonomi Islam di satu sisi menghormati
kepemilikan individual karena itu bagian dari menyakini ketetapan Allah
atas hamba-hamba-Nya yang dilebihkan satu dari yang lainnya. Namun di
situ juga juga terdapat ketentuan untuk berbagi kepada yang kurang mampu,
baik melalui zakat, infak, maupun sedekah. Sebuah sistem ekonomi yang
benar-benar seimbang.
f.Keseimbangan antara materi dan spiritual
40
Ekonomi Islam tidak melarang umatnya menikmati apa-apa yang ada di
muka bumi yang telah mereka miliki. Itu bagian dari menikmati hasil dari
jerih payah yang telah diupayakan. Namun demikian, Islam memberi rambu-
rambu yang mesti patuhi. Selain menghindari yang haram, juga tidak
diperbolehkan berlebih-lebihan, dan boros. Dan sebagai parameter adalah,
seberapa pun harta yang dimiliki, hal itu harus menjadikan umat Islam
semakin ingat dan dekat dengan Allah SWT. Bukan sebaliknya.
g. Realistis
Ekonomi Islam tidak menganjurkan untuk muluk-muluk dan gegap
gempita kepada umatnya. Umat Islam dituntut realistis sesuai apa yang
dimampui, apa yang dimiliki. Karena yang demikian lebih melapangkan
pikiran dan waktu, serta tidak mengganggu hubungan vertikalnya dengan
Allah SWT.
h. Universal
Ajaran dan ketentuan Ekonomi Islam bersifat universal, umum. Sebuah
sistem ekonomi yang dapat dijalankan di mana saja, kapan saja, dan oleh
siapa saja. Bahkan oleh orang non-Islam sekalipun. Tak lekang dimakan
waktu, dan tak usang dimakan zaman.
4. Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam pada dasarnya sama dengan tujuan syariah atau
(maqashid syariah). Adapun maqashid syariah menurut Imam Asy-Syatibi
antara lain58:
a. Menjaga Agama (Hifdzun A-Diin)
Yang dimaksud dengan menjaga agama adalah menjaga kebebasan umat
Islam dalam menjalankan ibadah-ibadah keagamaan tanpa ada kekhawatiran
adanya ancaman. Keberadaan syariah yang tegak akan mewujudkan hal itu.
b. Menjaga Jiwa (Hifdzun an-Nafs)
58 https://qazwa.id/blog/maqashid-syariah/ diakses pada 16 Mei 2020
41
Menjaga jiwa dapat dimaknai bahwa keberadaan syariah itu melindungi
yang benar dari ancaman dan perbuatan yang salah. Pembunuhan yang
dilakukan karena alasan membela diri dari kezaliman orang lain, misalnya.
c. Menjaga Akal (Hifdzun Aql)
Akal merupakan komponen terpenting manusia. Selain sebagai pembeda
dengan binatang, akal juga sebagai pembeda antarmanusia. Ada yang
menggunakannya secara optimal dan dinaikkan oleh Allah kedudukannya
beberapa derajat dari yang lainnya, begitu pula sebaliknya. Keberadaan
syariah sebagai penjaga akal menemukan uregnsinya. Agar tetap berjalan
sebagaimana mestinya sesuai kaidah-kaidah.
d. Menjaga Keturunan (Hifdzun Nasl)
Keberlangsungan syariah akan menjadi jaminan keberlangsungan umat
manusia. Karena syariah Islam jelas menganjurkan pernikahan dan
memperbanyak keturunan. Syariat Islam sangat menentang LGBT karena
selain menyimpang dari fitrah, juga bisa mengancam keberlangsungan-
kesinambungan umat manusia.
e. Menjaga Harta (Hifdzun Maal)
Syariah melarang cara kepemilikan yang bathil. Harta harus diperoleh
dengan cara yang halal, dan keberadaannya mesti dijaga serta dihormati.
Sebagaimana dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 188 yang artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.”
42
BAB III
DATA, MEKANISME DAN LAYANAN PEER-TO-PEER LENDING PADA
FINTECH SYARIAH, SERTA KONDISI PEREKONOMIAN UMAT
ISLAM
A. Data dan Informasi Fintech Syariah Data dan informasi singkat dari ke-13 Fintech Syariah yang Terdaftar di
OJK per 19 Februari 2020 adalah sbb:1. Investree94
Nama platform Investree, alamat website http://www.investree.id.
Nama perusahaan PT. Investree Radhika Jaya. Tanggal izin 13 Mei 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar KEP-45/D.05/2019, dan sistem
operasi menggunakan Android dan Ios. Alamat kantor AIA Central, Lantai
21, Jalan Jend. Sudirman Kav 48A, Karet Semanggi, Jakarta Selatan,
Indonesia 1293. 2. Ammana95
Nama platform Ammana, alamat website http://ammana.id. Nama
perusahaan PT. Ammana Fintek Syariah. Tanggal izin 13 Desember 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar KEP-123/D.05/2019, dan sistem
operasi menggunakan Android dan Ios. Alamat kantor Gedung Saharjo
Square Jl. Dr. Saharjo No.49, RT.3/RW.8, Manggarai, Kec. Tebet, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12850, Indonesia. 3. DANA SYARIAH96
Nama platform DANA SYARIAH, alamat website
http://danasyariah.id. Nama perusahaan PT. Dana Syariah Syariah
Indonesia. Tanggal izin 8 Juni 2018 dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar
S-384/NB.213/2018, dan sistem operasi menggunakan Android. Alamat
kantor District 8, Prosperity Tower Lantai 12 Unit J, JL. Jendral Sudirman
Kav. 52-53, Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan 12190. 4. Danakoo97
94 Data diolah dari website http://www.investree.id diakses pada 17 Mei 202095 Data diolah dari website http://ammana.id diakses pada 17 Mei 202096 Data diolah dari website http://danasyariah.id diakses pada 17 Mei 202097 Data diolah dari website www.danakoo.id diakses pada 17 Mei 2020
43
Nama platform Danakoo, alamat website www.danakoo.id. Nama
perusahaan PT. Danakoo Mitra Artha. Tanggal izin 1 Februari 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-67/NB.213/2018, dan sistem
operasi menggunakan Android. Alamat kantor Jalan Kemang 5 2 12730
Mampang Prapatan - Bangka Jakarta – Indonesia.5. Alami98
Nama platform Alami, alamat website www.p2p.alamisharia.co.id.
Nama perusahaan PT. Alami Fintek Sharia. Tanggal izin 30 April 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-288/NB.213/2019, dan sistem
operasi belum tertulis. Alamat kantor Plaza Kuningan Menara Selatan Lt.
10 Jl. H. R. Rasuna Said, RT.2/RW.5, Karet Kuningan - Jakarta Selatan,
DKI Jakarta 12920. 6. Syarfi99
Nama platform Syarfi, alamat website www.syarfi.id. Nama
perusahaan PT. Syarfi Teknologi Finansial. Tanggal izin 30 April 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-289/NB.213/2019, dan sistem
operasi belum tertulis. Alamat kantor Sinpasa Commercial Block C No.7,
Summarecon Bekasi, Jalan Bulevar Selatan No.5, Marga Mulya, Bekasi
Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17142.7. DUHA Syariah100
Nama platform DUHA Syariah, alamat website
www.duhasyariah.com. Nama perusahaan PT. Duha Madani Syariah.
Tanggal izin 30 April 2019 dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-
292/NB.213/2019, dan sistem operasi menggunakan Android. Alamat
kantor Gedung Office 8 Lt 31 - SCBD Lot 28, Jl. Jend. Sudirman No. Kav
52-53, RT.8/RW.3, Senayan, Kec. Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12190. 8. Qazwa101
Nama platform Qazwa, alamat website www.qazwa.id. Nama
perusahaan PT. Qazwa Mitra Hasanah. Tanggal izin 7 Agustus 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-440/NB.213/2019, dan sistem
98 Data diolah dari website www.p2p.alamisharia.co.id diakses pada 17 Mei 202099 Data diolah dari website www.syarfi.id diakses pada 17 Mei 2020100 Data diolah dari website www.duhasyariah.com diakses pada 17 Mei 2020101 Data diolah dari website www.qazwa.id diakses pada 17 Mei 2020
44
operasi belum tercatat. Alamat kantor Chubb Square, Jl. M.H. Thamrin
No.10, RT.14/RW.20, Kb. Melati, Tanahabang, Kota Jakarta Pusat, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 10340.9. Bsalam102
Nama platform bsalam, alamat website www.bsalam.id. Nama
perusahaan PT. Maslahat Indonesia Mandiri. Tanggal izin 7 Agustus 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-441/NB.213/2019, dan sistem
operasi belum tercatat. Alamat kantor Menara MTH Lantai 15, Jl. Letjen
M.T. Haryono No. Kav 23, RT.10/RW.9, Tebet Timur, Kec. Tebet, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12820.10. Ethis103
Nama platform Ethis, alamat website http://ethis.co.id. Nama
perusahaan PT. Ethis Fintek Indonesia. Tanggal izin 30 Oktober 2019
dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-608/NB.213/2019, dan sistem
operasi menggunakan belum tercatat. Alamat kantor Rukan Puri Mansion
blok B no. 7 Jalan Outer Ring West Kembangan, RT.2/RW.1, Kembangan
Selatan, Kec. Kembangan, Jakarta Barar, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
11610.11. Kapital Boost104
Nama platform Kapital Boost, alamat website
http://kapitalboost.co.id. Nama perusahaan PT. Kapital Boost Indonesia.
Tanggal izin 30 Oktober 2019 dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-
609/NB.213/2019, dan sistem operasi belum tercatat. Alamat kantor
Rukan Puri Mansion blok B no. 7 Jalan Lingkar Luar Barat
Raya Kembangan – Jakarta Barat 11610 Indonesia.12. PAPITUPI SYARIAH105
Nama platform PAPITUPI SYARIAH, alamat website
www.papitupisyariah.com. Nama perusahaan PT. Piranti Alphabet
Perkasa. Tanggal izin 30 Oktober 2019 dengan Surat Tanda
Berizin/Terdaftar S-612/NB.213/2019, dan sistem operasi menggunakan
Android. Alamat kantor Jl. Lamandau IV No.18, RT.10/RW.7, Kramat
102 Data diolah dari website www.bsalam.id diakses pada 17 Mei 2020103 Data diolah dari website http://ethis.co.id diakses pada 17 Mei 2020104 Data diolah dari website http://kapitalboost.co.id diakses pada 17 Mei 2020 105 Data diolah dari website www.papitupisyariah.com diakses pada 17 Mei 2020
45
Pela, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12130. 13. Berkah Fintek Syariah106
Nama platform Berkah Fintek Syariah, alamat website
www.finteksyariah.co.id. Nama perusahaan PT. Berkah Fintek Syariah.
Tanggal izin 30 Oktober 2019 dengan Surat Tanda Berizin/Terdaftar S-
600/NB.213/2019, dan sistem operasi belum tercatat. Alamat kantor
Premium Tower 9blv Lantai 8A Jl. Mayjen Yono Soewoyo No. 9
Surabaya, Jawa Timur.
B. Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending Pada Fintech Syariah Data per Februari 2020, terdapat 13 Platform Peer-To-Peer Lending
Syariah yang Terdaftar di OJK. Sebagai Platform Peer-To-Peer Lending
dengan basis operasional Syariah, perlu diurai secara detail dan mendalam satu
persatu:1. Investree107
Berdasarkan informasi yang dapat diakses pada laman
http://www.investree.id, di halaman pojok kanan atas tersedia menu
simulasi. Baik bagi lender maupun borrower. Selanjutnya melalui menu
pembiayaan syariah, tersedia informasi keunggulan. Baik bagi lender
maupun borrower.a. Akad yang diterapkan : qard dan wakalah bil ujrah b. Bagi lender
1) Sesuai prinsip syariahDitekankan bahwa semua kegiatan pembiayaan bebas riba dan
bebas dari praktik-praktik yang dilarang dalam Islam. 2) Imbal hasil yang atraktif
Dijelaskan bahwa lender akan langsung memeroleh imbal hasil
berupa ujrah wakalah sebagai jasa penagihan yang dibayarkan oleh
pihak borrower tanpa dibebani biaya apapun. 3) Risiko terukur
Adanya penekanan akan adanya analisis yang komprehensif
terhadap invoice yang diajukan borrower, dengan demikian
pendanaannya pun dijamin berkualitas.4) Easy entery
106 Data diolah dari website www.finteksyariah.co.id diakses pada 17 Mei 2020107 Data diolah dari website http://www.investree.id diakses pada 18 Mei 2020
46
Berawal dari titik minimal 5.000.000 rupiah untuk pembiayaan
bisnis, lender bisa mulai mendanai dengan proses aplikasi yang
sederhana 100% online.c. Bagi borrower
1) Sesuai prinsip syariahSebagaimana untuk lender, borrower pun ditekankan bahwa
semua kegiatan pembiayaan bebas riba dan bebas dari praktik-
praktik yang dilarang dalam Islam.2) Tanpa bunga
Tidak ada bunga yang akan diterapkan, hanya biaya
administrasi yang kompetitif berdasarkan sistem credit-
scoring modern dan prinsip syariah yang diterapkan.3) Transparan
Tidak ada beban biaya dan prosedur tersembunyi. Borrower
bisa berdiskusi secara langsung dengan tim melalui Live Chat.4) Mudah dan cepat
Kapan pun bisa mengajukan pembiayaan. d. Spesifikasi : pembiayaan berbentuk modal usaha bagai seller yang telah
bergabung di perusahaan e-commerce yang bekerjasama dengan
investree. Skema pembayaran antara 3 s/d 18 bulan, dengan margin
mulai 0,9% per bulan. Biaya marketplace 5%. Berdomisili di
Jabodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya. 2. Ammana108
Melalui laman resminya, Ammana menegaskan komitmennya untuk
membangun dan menjadikan Indonesia yang lebih baik dengan
mendukung penuh industri-industri yang halal. Termasuk diperkuat dengan
testimoni. Sama dengan yang lain, Ammana juga memberikan gambaran
terhadap para pihak yang ingin bertransaksi, dengan istilah yang
digunakan “pendanaan” dan “pembiayaan”. Pendanaan adalah sebutan lain
dari lender, dan pembiayaan adalah borrower. a. Akad yang diterapkan : mudharabah dan musyarakahb. Pendanaan
Terdapat tiga informasi yang disampaikan terkait dengan pendanaan:1) Imbal hasil
108 Data diolah dari website http://ammana.id diakses pada 18 Mei 2020
47
Ammana memberikan imbal hasil yang halal melalui proses
terbuka dan transparan. Lumayan fantastis, imbal hasil yang halal
dijanjikan kisaran 24% per tahun!.2) Keamanan dan kenyamanan
Tidak hanya memberikan hasil baik, Ammana juga mengutamakan
keamanan dan kenyamanan untuk pahlawan Ammana. Selain berizin
dan diawasi oleh OJK, Ammana juga menyatakan didukung oleh
pemerintah melalui Dukcapil.
3) Sosial Ammana berkomitmen untuk membantu mensejahterakan,
membantu mengembangkan dan membudidayakan usaha para
pejuang mimpi Ammana melalui pendanaan yang transparan. c. Pembiayaan
Para peminjam dapat membayar angsurannya secara bulanan
dengan sangat terjangkau. Ammana juga memperhatikan profil dan
kualitas peminjam sehingga Ammana dapat memastikan bahwa
peminjam mampu menyelesaikan angsurannya tepat waktu. Dengan
skema sbb:
Gambar 3.1 Skema Pembiayaan AmmanaKeterangan:
1. Pemodal menyerahkan dana modal usaha ke Ammana untuk dikelola dan
diberikan kepada pelaku usaha.2. Ammana menyalurkan modal usaha kepada mitra BMT/KSPPS.3. Mitra BMT melakukan pembiayaan kepada pelaku usaha.4. Pelaku usaha memberikan hasil usahanya kepada BMT untuk bagi hasil.5. BMT menyetorkan bagi hasil ke Ammana. 6. Ammana mengembalikan modal usaha dan bagi hasil kepada pemodal.
d. Spesifikasi : penyaluran modal usaha kepada mitra BMT/KSPPS
48
3. DANA SYARIAH109
Berdasarkan informasi yang tertera di laman DANA SYARIAH,
terdapat beberapa informasi yang bisa didapat oleh pengakses. Di
antaranya sbb:a. Akad yang diterapkan : murabahahb. Pendanaan
Pada menu pendanaan ini terdapat 4 informasi:1) Penggalangan dana sedang berlangsung
Yang dimaksud dengan penggalangan dana sedang berlangsung
adalah informasi tentang berbagai proyek yang sedang
membutuhkan dana pembiayaan. Disertai dengan informasi
mengenai jenis, lokasi, dana yang dibutuhkan, dana yang sudah
terkumpul termasuk kekurangannya, imbal hasil per tahun, minimum
pendanaan, sisa waktu tersedia, serta jenis akad. Termasuk deskripsi
proyek, legalitas, dan pemilik proyek. Sehingga masih
memungkinkan adanya penambahan pendanaan. 2) Penggalangan dana terpenuhi
Yang dimaksud dengan penggalangan dana terpenuhi adalah sama
dengan informasi penggalangan dana sedang berlangsung, hanya
untuk informasi dana yang dibutuhkan tidak ada, alias sudah tutup
(close). Penggalangan dana sudah mencapai target. Sehingga sudah
tak memungkinkan adanya penambahan pendanaan. 3) Penggalangan dana selesai
Yang dimaksud dengan penggalangan dana sudah selesai adalah
penggalangan dana yang waktu pendanaannya sudah selesai.
Sehingga sudah tak memungkinkan adanya penambahan pendanaan.4) Modal usaha properti
a) Pendanaan prasaranaYakni jika pengembang telah memiliki sendiri lahan yang
akan dikembangkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan usaha
properti, maka Dana Syariah bisa bekerja sama untuk mencarikan
Pendana yang akan mendanai kebutuhan dana pembangunan
sarana prasarananya termasuk rumah contoh.
109 Data diolah dari website http://danasyariah.id diakses pada 18 Mei 2020
49
b) Pembiayaan unit terjualYakni kerja sama dan pendanaan pengadaan lahan untuk
dijadikan proyek properti.c) Pendanaan jual beli rumah
Yakni diperuntukkan bagi pemasar properti yang
mendapatkan kesempatan untuk membeli unit rumah untuk dijual
kembali, maka Dana Syariah bisa bekerja sama untuk mencarikan
Pendana untuk mendanai rumah yang akan dibeli dan nantinya
dibayar kembali setelah unit berhasil dijual.c. Tatacara
Ada 3 macam yang disajikan:1) Menjadi pendana
Pertama, melakukan pendaftaran menjadi member dari Dana
Syariah melalui portal Dana Syariah, verifikasi melalui email serta
melengkapi data profile anda terlebih dahulu agar mendapatkan
Nomor Virtual Account. Menyetujui syarat dan ketentuan. Bersedia
tunduk dan menyetujui terhadap syarat dan ketentuan keanggotaan. Kedua, memilih proyek. Yakni dengan melakukan TOP-UP dana
ke Virtual Account terlebih dahulu dan memilih usaha-usaha yang
sedang dilakukan penggalangan dana oleh Dana Syariah.
Mengalokasikan dana. Mengalokasikan dana pada proyek yang
sesuai dengan preferensi pemilik dana. Ketiga, terima imbal hasil. Yakni Pemberi Dana akan menerima
bagi hasil pada setiap tanggal yang sudah ditentukan. Pengembalian
pokok. Pendana akan menerima pengembalian Dana Pokok
pendanaan sesuai dengan durasi proyek yang didanai.
2) Menjadi penerima pendanaanPertama, melakukan pendaftaran. Menyetujui syarat dan
ketentuan. Bersedia tunduk dan menyetujui terhadap syarat dan
ketentuan keanggotaan. Kedua, pengajuan proyek (verifikasi). Mengajukan proposal
untuk dicarikan pembiayaannya pada portal Dana Syariah. Pemilik
Usaha mengajukan proposal penggalangan dana kepada Dana
Syariah sesuai dengan Template. Tim Dana Syariah akan melakukan
50
survey lokasi (lokasi proyek, kantor dan atau tempat usaha). Pemilik
Proyek dan pihak Dana Syariah mengikatkan diri pada perjanjian
awal.Ketiga, Penggalangan Dana dilakukan selama 30 hari melalui
platform aplikasi Dana Syariah. Akad bagi hasil, yakni
penandatanganan akad Syariah antara Pemilik Proyek dengan pihak
Dana Syariah. Keempat, pembayaran imbal hasil. Yakni pembayaran Imbal
hasil dan Pengembalian dana pokok sesuai dengan jadwal yang telah
disetujui. Pengembalian pokok, yakni Proyek selesai dan kewajiban
selesai. Pendana akan menerima pengembalian dana pokok sesuai
dengan jadwal pengembalian yang telah disetujui. 3) Mekanisme layanan dan pengaduan
Untuk tatacara mekanisme dan layanan pengaduan pengguna,
Dana Syariah telah menyediakan formulir yang disediakan melalui
portal. Tersedia saluran via email, hotline kantor, dan hotline ponsel.4) 8 Keunggulan yang ditawarkan
1). Imbal hasil tinggi, setara hingga 15-20% per tahun, 2).
Online dan mudah semudah belanja onlie, 3). Tarik dana tanpa denda
dan pinalti (akan dicarikan pendana pengganti), 4). Legal dan aman
terdaftar di OJK agunan properti, 5). Pendanaan syariah sesuai
dengan prinsip syariah, 6). Imbal hasil pasti dan tetap hasil jual beli
properti, 7). Pendanaan terjangkau mulai 1 juta dan kelipatannya,
dan 8). Terima hasil tiap bulan, otomatis tiap bulan ditransfer ke
rekening. d. Spesifikasi : fokus pada pembiayaan properti.
4. Danakoo110
Produk pinjaman Syariah di Danakoo ada dua jenis, yaitu pinjaman
multijasa Syariah dan multiguna Syariah. a) Akad yang diterapkan : Wakalah bil Ujrah, murabahah, dan
mudharabah. b) Multijasa Syariah
Pinjaman multijasa adalah pinjaman pribadi tanpa riba yang
ditujukan untuk pembiayaan keperluan umum dengan akad Akad
110 Data diolah dari website www.danakoo.id diakses pada 18 Mei 2020
51
Wakalah bil Ujrah. Jumlah plafond pembiayaan adalah Rp 1-10 juta
dan tenor 3, 6, 9 dan 12 bulan. Multijasa adalah pinjaman dana tunai
karena bisa digunakan untuk tujuan umum. Imbal hasil yang harus
dibayar peminjam adalah 1% sd 5% tergantung pada tenor pinjaman.c) Multiguna Syariah
Pinjaman multiguna ditujukan untuk pembiayaan pembeliaan
barang, kendaraan atau DP Rumah dengan akad murabahah. Jumlah
plafond pembiayaan adalah Rp 1-10 juta dan tenor 3, 6, 9 dan 12 bulan.
Imbal hasil yang harus dibayar peminjam adalah 1% sd 5% tergantung
pada tenor pinjaman.
Adapun kriteria yang tidak kalah penting adalah Danakoo menetapkan
bahwa calon peminjam harus karyawan yang bekerja pada suatu
perusahaan atau anggota komunitas yang menjadi mitra Danakoo.
Peminjam umum, yang bukan karyawan atau anggota komunitas yang
bukan mitra, sepertinya tidak bisa mengajukan pinjaman di Danakoo.a) Ketentuan pinjaman ke karyawan adalah:
1) Menjadi karyawan minimal 6 (enam) bulan;
2) Tenor pembiayaan kepada karyawan adalah maksimal 12 (dua belas)
bulan;
3) Dana yang tersedia untuk dipakai oleh karyawan adalah 1 (satu) kali
gaji sampai dengan Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) per
permohonan; dan
4) Setiap pembayaran cicilan akan didilakukan dengan cara
pemotongan gaji (direct debit).
b) Ketentuan Pinjaman ke Mitra Anggota Komunitas adalah:
1) Keanggotaan Mitra Anggota Komunitas minimal 6 (Enam) bulan
dan aktif bertransaksi;
2) Tenor pembiayaan kepada Mitra Anggota Komunitas adalah
maksimal 12 (dua belas) bulan;
3) Dana yang tersedia untuk dipakai Mitra Anggota Komunitas
termasuk imbal hasil/margin adalah sampai dengan 30% (Tiga puluh
persen) dari total deposit dan bonus rata-rata selama 6 (enam) bulan;
52
4) Dana yang ada di dalam Deposit akan ditahan sesuai dengan jumlah
kewajiban pembiayaan dari Mitra Anggota Komunitas
(Outstanding); dan
5) Setiap pembayaran cicilan akan diambil dari Deposit harus
mendapatkan persetujuan dari Mitra Anggota Komunitas dengan
cara melakukan prosedur pembayaran yang tersedia website
Danakoo Syariah.
c) Spesifikasi : calon peminjam harus karyawan yang bekerja pada suatu
perusahaan atau anggota komunitas yang menjadi mitra Danakoo.
5. Alami111
a. Akad yang diterapkan: qard dan wakalah bil ujrah b. Mekanisme dan layanan bagi pemberi pembiayaan:
1) Login ke website sebagai pendana, dan memilih proyek pembiayaan
yang tersedia.2) Menuliskan nominal pendanaan sesuai yang diinginkan.3) Transfer dana sesuai nominal pendanaan yang sudah dipilih.4) Setelah proyek pembiayaan selesai, dana pokok dan ujrah akan
langsung ditransfer ke rekening.c. Mekanisme dan layanan bagi penerima pembiayaan:
1) Login ke website sebagai penerima pendanaan.2) Melengkapi profil setelah diverifikasi.3) Melengkapi identitas perusahaan dan berkas-berkas yang diperlukan.4) Setelah selesai tim Alami akan memroses pengajuan pembiayaan.
d. Proses pengajuan pinjaman:
1) ALAMI akan menerima pengajuan pendanaan anjak piutang dari
UKM pada platform. Kemudian ALAMI akan melakukan credit
scoring terhadap UKM yang mengajukan.
2) Credit Scoring didasarkan pada analisa kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kuantitatif didasarkan pada laporan keuangan dan rekening
koran. Analisa kualitatif didasarkan pada riwayat historis dan juga
analisa kunjungan ke tempat usaha.
3) Setelah mendapatkan hasil skoring, ALAMI akan memberikan
penawaran perjanjian pembiayaan. Setelah peminjam setuju, maka
111 Data diolah dari website www.p2p.alamisharia.co.id diakses pada 18 Mei 2020
53
permohonan pembiayaan akan segera masuk ke dalam listing dalam
jangka waktu paling lambat 14 hari kerja.
4) Setelah dana terkumpul maka akan segera disalurkan kepada UKM
bersangkutan dan pelunasan akan dilaksanakan sesuai dengan jatuh
tempo yang dijanjikan.
5) Dalam marketplace P2P Alami, jangka waktu listing pembiayaan
maksimal adalah 14 hari kerja. Apabila dana yang terkumpul sudah
lebih dari 55% maka pembiayaan dapat diteruskan kepada UKM.
6) Namun apabila kurang dari 55% terkumpul maka UKM memiliki
pilihan untuk membatalkan pengajuan pembiayaan, tetap mengambil
pembiayaan yang terkumpul, atau memperpanjang jangka waktu
listing.
7) Apabila sebelum 14 hari kerja dana sudah terkumpul maka dana
akan segera disalurkan maksimal 2 hari kerja dari dana terkumpul.
Apabila dana sudah terkumpul atau sebelum 14 hari kerja listing
UKM membatalkan secara sepihak maka wajib membayar atas jasa
yang telah dilakukan oleh ALAMI.
e. Spesifikasi : -6. Syarfi112
Syarfi menawarkan dua produk pinjaman, yaitu Pembiayaan Usaha dan
Pembiayaan Sosial.
a. Akad yang diterapkan: qard, ijarah, murabahah, dan musyarakah
b. Pembiayaan Usaha
Pembiayaan Usaha adalah jasa layanan Syarfi yang diberikan
untuk calon Pengguna Dana yang membutuhkan bantuan pendanaan
untuk menjalankan suatu atau beberapa bisnis secara akad Syariah
dengan mekanisme pengembalian dana dan bagi hasil keuntungan
secara cicilan bulanan. Contohnya untuk invoice financing, PO
financing, pembiayaan modal kerja UMKM, dsb. Pembiayaan Usaha
menggunakan Perjanjian/Akad Musyarakah yaitu penanaman dana dari
112 Data diolah dari website www.syarfi.id diakses pada 18 Mei 2020
54
pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada
suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
ditanggung semua pemilik dana/ modal berdasarkan bagian dana/
modal masing-masing, sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-
MUI/IV/2000.
c. Pembiayaan Sosial
Pembiayaan Sosial adalah jasa layanan Syarfi yang diberikan untuk
calon Pengguna Dana yang membutuhkan bantuan pendanaan untuk
menjalankan suatu bisnis atau melakukan Pelunasan Hutang Akibat
Riba (Pergi Riba) secara akad Syariah dengan mekanisme
pengembalian dana secara cicilan bulanan. Contohnya untuk
permodalan start-up, pelunasan dan penutupan Credit Card, dsb.
Pembiayaan Sosial menggunakan Perjanjian/Akad Qardh, yaitu pinjam
meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu, sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-
MUI/IV/2001.
d. Proses menjadi pendana
1) Registrasi dan verifikasi identitas;
2) Transfer pendanaan ke virtual account dan mulai melakukan
pendanaan dengan memilih pendanaan yang tepat sesuai preferensi
dan menentukan jumlah dana yang ingin diberikan; dan
3) Dana pemilik dana akan dikembalikan dengan metodologi khusus
sesuai dengan nilai pendanaan yang telah dilakukan.
e. Proses pengajuan pinjaman
1) Registrasi daftar, verifikasi identitas, unggah semua data, informasi
dan dokumen yang dibutuhkan untuk pengajuan pembiayaan;
2) Pra-persetujuan yang menginformasikan disetujui atau tidaknya
aplikasi yang diajukan;
55
3) Proses pendanaan, semua pemilik dana dapat mulai melakukan
pendanaan secara crowdfunding untuk memenuhi pembiayaan; dan
4) Pembiayaan dicairkan, dana pembiayaan akan dicairkan dengan
metodologi khusus sesuai jenis pembiayaan yang diajukan.
f. Spesifikasi : -
7. DUHA Syariah113
DUHA Syariah menawarkan 2 tipe pembiayaan syariah:a. Akad yang diterapkan: wakalah, murabahah, dan ijarahb. Konsumtif (barang/jasa)
Produk halal yang dijual di e-commerce atau marketplace yang
bekerja sama dengan Duha Syariah. Maksimal limit pembiayaan
sebesar 20 juta rupiah. Tenor cicilan mulai 3, 6, 9 s/d 12 bulan. Dengan
syarat:
1) WNI Umur minimal 21 tahun atau kurang 21 tahun tetapi sudah
menikah.
2) Berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan wilayah Perusahaan
Pemberi Kerja yang bekerja sama dengan Duha Syariah.
3) Memiliki nomor handphone yang dapat diverifikasi.
4) Memiliki identitas e-KTP yang valid.
5) Memiliki alamat tinggal yang dapat dipastikan.
6) Pegawai Tetap.
7) Memiliki penghasilan tetap bersih minimal Rp 3 juta per bulan.
8) Memberikan dokumen pendukung yaitu NPWP, Kartu Keluarga,
Slip Gaji, dan Mutasi Rekening Tabungan (Rekening Koran) 3
bulan terakhir.
9) Memberikan data orang terdekat yang dapat dihubungi dalam
keadaan darurat sebanyak 2 orang. Ijinkan kami untuk melakukan
verifikasi dengan menghubungi orang yang bersangkutan.
c. Perjalanan religi Perjalanan Umroh dan Wisata Halal yang dijual di e-commerce
atau marketplace yang bekerja sama dengan Duha Syariah. Maksimal
113 Data diolah dari website www.duhasyariah.com diakses pada 18 Mei 2020
56
limit pembiayaan sebesar 30 juta rupiah. Tenor cicilan mulai 12, 18 s/d
24 bulan. Dengan syarat sama dengan untuk tipe pembiayaan
konsumtif (barang/jasa). d. Cara pengajuan pembiayaan:
1) Men-download aplikasi duha syariah dan daftar
menggunakan nomor handphone. Selanjutnya Tim Duha
Syariah akan memverifikasi dan menganalisis data untuk
persetujuan plafon. 2) Mengunjungi platform e-commerce/marketplace yang
sudah bekerja sama dengan Duha Syariah yaitu
Duniahalal.com.3) Memilih barang/jasa yang diingin beli kemudian
melakukan proses checkout..4) Memilih sistem pembayaran cicilan dengan menggunakan
Duha Syariah dan menentukan tenor pembiayaan yang
dinginkan. e. Cara pengajuan menjadi Lender:
1) Men-download aplikasi duha lender.2) Mendaftarkan diri dengan mengisi data-data yang
diminta.3) Memilih pembiayaan yang akan didanai.4) Tanda tangan akad.5) Transfer dana pembiayaan.6) Menerima pokok dan imbal hasil saat jatuh tempo.
f. Spesifikasi : pembiayaan konsumtif dan religi 8. Qazwa114
Sebagaimana yang lain, Qazwa juga menawarkan pendanaan atau
ajukan usaha dan pemberian pembiayaan.a. Akad yang diterapkan: murabahah, dan mudharabah. b. Ajukan usaha
Mekanismenya ada 3:1) Bagi pemilik toko
Bagi pemilik usaha toko, ia dapat mengajukan pembiayaan modal
kerja kepada Qazwa dengan memberikan informasi mengenai data
pemasok beserta bukti transaksi yang telah berjalan selama ini.
Kemudian Qazwa akan menyediakan barang kebutuhan usaha
tersebut dengan langsung membayarkannya ke pemasok. 2) Bagi pemasok
114 Data diolah dari website www.qazwa.id diakses pada 18 Mei 2020
57
Bagi pemasok barang, ia dapat mengajukan pembiayaan melalui
Qazwa dengan cara mendaftarkan pembeli tetap/distributor.
Selanjutnya akan memproses pengajuan pembiayaan berdasarkan
data distributor dan bukti transaksi yang diberikan.3) Bagi agen terverifikasi khusus
Bagi agen terverifikasi khusus, yakni merupakan pemilik atau
karyawan di sebuah lembaga/organisasi yang memiliki mitra binaan
dan memerlukan sumber pembiayaan tambahan dari pihak lain.
Gambar 3.2 Skema Pengajuan pembiayaan Usaha di QazwaKeterangan :
1. UMKM mengajukan pembiayaan secara syariah melalui qazwa
dengan memberikan data histori supplier. 2. Qazwa menilai kelayakan UMKM. Jika lolos campaign akan
ditampilkan di website untuk menarik investor.3. Setelah dana campaign terpenuhi maka Qazwa memberikan
pembiayaan untuk UMKM yang langsung dibayar ke supplier.4. Supplier mengirimkan barang ke UMKM.
c. Pembiayaan (pemberi dana) :
1) Pemberi Pembiayaan dapat berupa:
a. Orang perseorangan Warga Negara Indonesia;
b. Orang perseorangan Warga Negara Asing;
c. Badan Hukum Indonesia/Asing;
d. Badan Usaha Indonesia/Asing; dan/atau
e. Lembaga Internasional
2) Berusia minimal 17 tahun.
58
3) Sumber dana tidak berasal dari tindakan pencucian uang atau
menggunakan uang yang berasal dari sumber tidak halal.
4) Mengetahui bahwa kegiatan pemberian yang dilakukan
menggunakan prinsip Syariah.
5) Menyadari bahwa kegiatan pemberian dana investasi kepada
Penerima Pembiayaan adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan
risiko.
d. Spesifikasi : UMKM9. Bsalam115
Bsalam adalah portal peer-to-peer (P2P) financing berbasis syariah
yang fokus pada pendanaan modal kerja Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umroh (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).a. Akad yang diterapkan: musyarakahb. Cara kerja
Bsalam mempertemukan antara PPIU yang membutuhkan modal
kerja dalam menjalankan usaha pemberangkatan umrohnya dengan
pemilik dana yang ingin mengembangkan dananya melalui skema
pembiayaan syariah. Atas Pendanaan tersebut pemilik dana akan
mendapatkan pengembalian pokok serta bagi hasil pada akhir periode
usaha. PPIU membutuhkan modal kerja untuk pembayaran tiket airlines
dan akomodasi sebelum para jamaah yang menggunakan jasa PPIU
tersebut melunasi biaya keberangkatan umrohnya. Pemilik dana lebih
yang ingin dananya diputar dalam suatu usaha sehingga mendapatkan
bagi hasil usaha, dapat memilih pendanaan kepada PPIU. Skema
pendanaan dengan sistem bagi hasil dipilih karena sesuai syariah dan
dalam rangka menghindari riba.
115 Data diolah dari website www.bsalam.id diakses pada 18 Mei 2020
59
Gambar 3.3 Skema Cara Kerja Bsalam
c. Langkah menjadi pemberi pembiayaan1) Melakukan Pendaftaran. Daftar sebagai Pemberi Pembiayaan dengan
melengkapi informasi dalam isian pendaftaran.2) Menelusuri Marketplace. Pemberi Pembiayaan menganalisa program
pembiayaan yang ditawarkan berdasarkan informasi yang tertera.3) Memberikan pembiayaan. Memilih pembiayaan yang diminati
dengan minimal penyaluran sebesar Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah)
dan peningkatan kelipatan Rp.500.000,-(lima ratus ribu rupiah).4) Menerima pengembalian pokok pembiayaan dan bagi hasilnya
Pemberi Pembiayaan akan menerima pengembalian pokok
pembiayaan dan bagi hasilnya yang dapat digunakan kembali untuk
menyalurkan pembiayaan pada penawaran program pembiayaan
lainnya.d. Langkah menjadi pemberi pembiayaan
1) Melakukan Pendaftaran. Daftar sebagai Penerima Pembiayaan
dengan melengkapi isian pendaftaran.2) Ajukan Pembiayaan. Penerima Pembiayaan mengajukan pembiayaan
dengan mengisi pada form permohonan yang tersedia.3) Champaign pembiayaan yang diajukan. Setelah permohonan
pembiayaan yang diajukan dianalisa dan disetujui maka pembiayaan
yang diajukan akan ditawarkan kepada pemberi pembiayaan uantuk
didanai.4) Membayar pokok pembiayaan dan bagi hasil. Penerima pembiayaan
mengembalikan pokok pembiayaan dan bagi hasilnya melalui
Bsalam sesuai jadwal yang telah ditentukan.e. Spesifikasi : biaya umroh dan haji
10. Ethis116
116 Data diolah dari website http://ethis.co.id diakses pada 18 Mei 2020
60
Ethis adalah penyelenggara teknologi finansial syariah yang melayani
pembiayaan berbasis Peer-to-Peer Financing, menghubungkan rekan
Developer dan Komunitas Pemberi Pembiayaan secara digital. Hadir
untuk menciptakan iklim keuangan yang lebih inklusif bagi seluruh
komunitas masyarakat Indonesia dengan sistem pembagian nisbah yang
lebih adil.
a. Akad yang diterapkan: musyarakah, wakalah, dan wakalah bil ujrahb. Memberi pembiayaan
Menu ini adalah marketplace yang dimiliki Ethis. Disana
terpampang berbagai proyek properti yang sedang dikampanyekan.
Berisikan informasi tentag lokasi, target dana, nilai terkumpul, proyeksi
nisbah, tenor, jenis akad, tanggal pembiayaan berakhir, dan sisa waktu
yang tersedia.c. Mengajukan pembiayaan
Pada menu ini masyarakat tidak dapat mengakses informasi
sebelum mendaftar menjadi anggota. Sehingga tidak banyak informasi
tentang pengajuan pembiayaan yang didapat.d. Cara memberi pembiayaan
1) Registrasi di website. Mendaftarkan diri sebagai Pemberi
Pembiayaan pada menu bergabung. Pendaftaran ini gratis/tidak
dikenakan biaya.2) Jelajahi proyek yang tersedia. Memilih proyek yang sedang berjalan
saat ini dan memelajari dengan seksama sebelum melakukan
pembiayaan.3) Beri pembiayaan. Mulai membiayai proyek yang dipilih.4) Monitor proyek via laporan berkala. Memonitori proyek pembiayaan
secara berkala untuk melihat perkembangannya dari waktu ke waktu
di dasbor profil. Tim Ethis akan mengirimkan laporan di setiap
progres pembangunan proyek.e. Spesifikasi: properti.
11. Kapital Boost117
Merupakan platform peer-to-peer (P2P) pembiayaan syariah untuk
mendanai kebutuhan modal kerja UMKM. Terdapat 3 cara kerja yang
disampaikan:
117 Data diolah dari website http://kapitalboost.co.id diakses pada 18 Mei 2020
61
a. Akad yang diterapkan: murabahahb. Pembiayaan
1) Menemukan kampanye pembiayaan UMKM. Lalu menelusurinya
dan temukan kampanye pembiayaan UKM yang sudah terseleksi.
Kesempatan mendanai berbagai UKM mulai dari 1.000.000 IDR,
mayoritas kampanye jangka pendek dengan imbal hasil 15-24% per
tahun. 2) Melakukan analisa dan uji kelayakan. Melakukan sendiri uji
kelayakan (due diligence) dengan memanfaatkan informasi
mendalam yang telah disediakan. 3) Menentukan pendanaan UMKM dan menerima hasil. Tentukan
jumlah pendanaan yang ingin Anda berikan, tanda tangan digital dan
transfer dana. Berkembang bersama UKM dalam kebaikan, dapatkan
imbal hasil setelah masa tenor pembiayaan selesai.
Gambar 3.4 Skema Pembiayaan Kapital Boost
c. Penggalangan pembiayaan untuk UMKM1) Mengumpulkan data dan verifikasi informasi mengenai UKM.
(Telah beroperasi minimal satu tahun; Pendapatan tahunan minimal
IDR 1.000.000.000.- (Satu Miliar Rupiah); dan Riwayat cash
flow positif. Memiliki purchase order atau surat perintah kerja
dari bowheer yang terpercaya). 2) Pengumpulan data dan verifikasi informasi mengenai UKM, dan uji
kelayakan berdasarkan sistem scoring Kapital Boost.3) Kampanye pembiayaan. Melakukan tanda tangan digital untuk akad,
kampanye pembiayaan UKM dirilis di website Kapital Boost, dan
setelah kampanye berhasil terpenuhi, melakukan tanda tangan digital
sekali lagi untuk akad dan dana akan segera ditransfer.
62
Gambar 3.4 Skema Penggalangan Pembiayaan Kapital Boostd. Pembiayaan pembelian barang
UKM memerlukan modal kerja untuk pembelian bahan baku
proyek usaha. Kemudian pendana bersama-sama mengumpulkan dana
untuk membeli bahan baku kebutuhan UKM. Selanjutnya pendana
menjual bahan baku UKM dengan harga jual (harga beli + margin
keuntungan). Dengan bahan baku yang sudah didapatkan, UKM dapat
menyelesaikan proyek usahanya. Lalu UKM mendapatkan pembayaran
dari bouwheer, kemudian UKM melakukan repayment ke para pendana.
Gambar 3.4 Skema Pembiayaan Pembelian Barang Kapital Booste. Spesifikasi : UMKM
12. PAPITUPI SYARIAH118 Berdasarkan penelusuran, per tanggal 17 Mei 2020 website PAPITUPI
SYARIAH masih dalam proses pengembangan. Tak banyak informasi
yang bisa diakses, kecuali tawaran untuk instal aplikasi.
Gambar 3.5 Halaman depan website Papitupi Syariah13. Berkah Fintek Syariah119
118 Data diolah dari website www.papitupisyariah.com diakses pada 18 Mei 2020
63
Pada laman yang tersedia, berbeda dengan yang lain, Berkah Fintek
Syariah langsung memaparkan jenis-jenis akad yang mereka punyai. a. Akad yang diterapkan: mudharabah, musyarakah, wakalah bi al Ujrah,
murabahah, Ijarah Muntahiya bit Tamlik (IMBT), dan Ijarah Multijasa.b. Pendanaan
1) Pendanaan Mudharabah
a) Pendanaan Mudharabah adalah pendanaan usaha rakyat yang
memberikan akses pendanaan kepada masyarakat sebagai
pengguna (user) Berkah Fintek Syariah baik penerima pendanaan
dan pemberi pendanaan untuk modal usaha (produktif)
peternakan, modal usaha industri kecil menengah (IKM) dan
modal usaha (produktif), Usaha Kecil Menengah (UKM) sesuai
dengan prinsip syariah.
b) Dalam hal ini penerima pendanaan dapat mengajukan
permohonan modal usaha (produktif) kepada Berkah Fintek
Syariah, sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian
(akad) wakalah bi al Ujrah.
c) Sebagai wakil, Berkah Fintek Syariah akan menghubungkan
penerima pendanaan kepada pemberi pendanaan, yang
sebelumnya juga mewakilkan kepada Berkah Fintek Syariah
melalui akad wakalah bi al Ujrah.
d) Selanjutnya, Berkah Fintek Syariah mempertemukan pihak
penerima pendanaan kepada pemberi pendanaan, keduanya saling
menyetujui dengan menandatangi akad mudharabah untuk
pendanaan usaha produktif dengan menunjukan modal pokok dan
ditambah nisbah (bagi hasil) sebagai keuntungan yang menjadi
hak bagi pemberi pendanaan.
e) Pendanaan Mudharabah Berkah Fintek Syariah ini mengacu pada
Fatwa DSN MUI Nomor 07 tahun 2000 dan Fatwa DSN MUI
Nomor 115 tahun 2017.
2) Pendanaan Musyarakah
119 Data diolah dari website www.finteksyariah.co.id diakses pada 18 Mei 2020
64
a) Pendanaan musyarakah adalah pendanaan usaha produktif yang
memberikan akses pendanaan kepada lembaga keuangan Syariah
(LKS) sebagai pengguna (user) Berkah Fintek Syariah baik
penerima pendanaan (LKS) dan pemberi pendanaan untuk modal
usaha (produktif) secara bersama sesuai dengan prinsip syariah.
b) Dalam hal ini penerima pendanaan (Lembaga Keuangan Syariah)
baik berupa koperasi syariah, Lembaga keuangan mikro syariah
(LKMS) dan bank pembiyaan rakyat syariah (BPRS) dapat
mengajukan permohonan modal usaha (produktif) untuk
mendanai suatu usaha secara bersama kepada Berkah Fintek
Syariah, sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian
(akad) wakalah bi al Ujrah.
c) Sebagai wakil, Berkah Fintek Syariah akan menghubungkan
penerima pendanaan (LKS) kepada pemberi pendanaan, yang
sebelumnya juga mewakilkan kepada Berkah Fintek Syariah
melalui akad wakalah bi al Ujrah.
d) Selanjutnya, Berkah Fintek Syariah mempertemukan pihak
penerima pendanaan (LKS) kepada pemberi pendanaan, keduanya
saling menyetujui dengan menandatangani akad Syirkah untuk
pendanaan suatu usaha produktif dengan menunjukan modal
usaha masing- masing dan ditambah nisbah (bagi hasil) secara
proporsional maupun kesepakatan sebagai keuntungan yang
menjadi hak antara kedua belah pihak (pemberi pendanaan/ LKS
dan Pemberi pendanaan).
e) Pendanaan Musyarakah Berkah Fintek Syariah ini mengacu pada
Fatwa DSN MUI Nomor 08 tahun 2000 dan Fatwa DSN MUI
Nomor 114 tahun 2017.
c. Pembiayaan 1) Murabahah
a) Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang memberikan
akses pembiayaan kepada masyarakat sebagai pengguna (user)
65
Berkah Fintek Syariah baik penerima pembiayaan dan pemberi
pembiyaan untuk pembelian suatu barang sesuai dengan prinsip
syariah.
b) Dalam hal ini penerima pembiyaan dapat mengajukan
permohonan pembelian barang kepada Berkah Fintek Syariah,
sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian (akad)
wakalah bi al Ujrah.
c) Sebagai wakil, Berkah Fintek Syariah akan menghubungkan
penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan, yang
sebelumnya juga mewakilkan kepada Berkah Fintek Syariah
melalui akad wakalah bi al Ujrah.
d) Selanjutnya, Berkah Fintek Syariah mempertemukan pihak
penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan, keduanya
saling menyutujui dengan menandatangi akad murabahah untuk
pembelian suatu barang dengan menunjukan harga pokok dan
ditambah margin sebagai keuntungan yang menjadi hak bagi
pemberi pembiayaan.
e) Pembiayaan Murabahah Berkah Fintek Syariah ini mengacu pada
Fatwa DSN MUI Nomor 44 tahun 2000 dan Fatwa DSN MUI
Nomor 111 tahun 2017.
2) Ijarah Muntahiya bit Tamlik (IMBT)
a) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bi Tamlik (IMBT) adalah
pembiayaan yang memberikan akses pembiyaan kepada
masyarakat sebagai pengguna (user) Berkah Fintek Syariah baik
penerima pembiyaan dan pemberi pembiayaan untuk menyewa
suatu barang (baik rumah subsidi syariah, mobil, sepeda motor,
dan barang yang bermanfaat lainnya) dengan berakhir adanya
hibah sebagai pelimpahan kepemilikan sesuai dengan prinsip
syariah.
b) Dalam hal ini penerima pembiayaan dapat mengajukan
permohonan menyewa suatu barang kepada Berkah Fintek
66
Syariah, sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian
(akad) wakalah bi al Ujrah.
c) Sebagai wakil Berkah Fintek Syariah akan menghubungkan
penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan, yang
sebelumnya juga mewakilkan kepada Berkah Fintek Syariah
melalui akad wakalah bi al Ujrah.
d) Selanjutnya, Berkah Fintek Syariah mempertemukan pihak
penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan menyetujui
dengan menandatangi akad IMBT untuk menyewa suatu barang
dengan adanya tambahan keuntungan sebagai ujrah yang menjadi
hak bagi pemberi pembiayaan.
e) Pembiayaan IMBT Berkah Fintek Syariah ini mengacu
pada Fatwa DSN MUI Nomor 27 Tahun 2002.
3) Ijarah Multijasa
a) Pembiayaan Ijarah adalah pembiayaan yang memberikan akses
pembiayaan kepada masyarakat sebagai pengguna (user) Berkah
Fintek Syariah baik penerima pembiayaan dan pemberi
pembiayaan untuk pembayaran biaya pendidikan, Biaya Rumah
Sakit, Biaya Perjalanan Umroh sesuai dengan prinsip syariah.
b) Dalam hal ini penerima pembiayaan dapat mengajukan
permohonan pembiayaan multijasa kepada Berkah Fintek
Syariah, sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian
(akad) wakalah bi al Ujrah.
c) Sebagai wakil Berkah Fintek Syariah akan menghubungkan
penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan, yang
sebelumnya juga mewakilkan kepada Berkah Fintek Syariah
melalui akad wakalah bi al Ujrah.
d) Selanjutnya, Berkah Fintek Syariah mempertemukan pihak
penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan menyetujui
dengan menandatangi akad ijarah multijasa untuk pembayaran
biaya pendidikan, biaya rumah sakit, dan biaya perjalanan Umroh
67
dengan adanya tambahan keuntungan sebagai ujrah yang menjadi
hak bagi pemberi pembiayaan.
e) Pembiayaan Ijarah Multijasa Berkah Fintek Syariah ini mengacu
pada Fatwa DSN MUI Nomor 44 Tahun 2004.
d. Spesifikasi: - Disamping menyampaikan berbagai infomasi yang sesuai dengan kondisi
dan kepentingan bisnis masing-masing, ke-13 Fintech Syariah yang terdaftar
di OJK tersebut juga menekankan disclaimer risiko kepada
masyarakat/pengakses. Kutipan Disclaimer Risiko tersebut sbb:
1. Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi merupakan
kesepakatan perdata antara Pemberi Pembiayaan dengan Penerima
Pembiayaan, sehingga segala risiko yang timbul dari kesepakatan tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh masing-masing pihak.
2. Risiko pembiayaan atau gagal bayar ditanggung sepenuhnya oleh Pemberi
Pembiayaan. Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung
jawab atas risiko gagal bayar ini.
3. Penyelenggara dengan persetujuan dari masing-masing Pengguna
(Pemberi Pembiayaan dan/atau Penerima Pembiayaan) mengakses,
memperoleh, menyimpan, mengelola, dan/atau menggunakan data pribadi
Pengguna ("Pemanfaatan Data") pada atau di dalam benda, perangkat
elektronik (termasuk smartphone atau telepon seluler), perangkat keras
(hardware) maupun lunak (software), dokumen elektronik, aplikasi atau
sistem elektronik milik Pengguna atau yang dikuasai Pengguna, dengan
memberitahukan tujuan, batasan, dan mekanisme Pemanfaatan Data
tersebut kepada Pengguna yang bersangkutan sebelum memperoleh
persetujuan yang dimaksud.
4. Pemberi Pembiayaan yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman
dalam pembiayaan, disarankan untuk tidak menggunakan layanan ini.
5. Penerima Pembiayaan harus mempertimbangkan tingkat bagi hasil
pembiayaan dan biaya lainnya sesuai dengan kemampuan dalam melunasi
pembiayaan.
68
6. Setiap kecurangan tercatat secara digital di dunia maya dan dapat diketahui
masyarakat luas di media sosial.
7. Pengguna harus membaca dan memahami informasi ini sebelum membuat
keputusan menjadi Pemberi Pembiayaan atau Penerima Pembiayaan.
8. Pemerintah yaitu dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan, tidak bertanggung
jawab atas setiap pelanggaran atau ketidakpatuhan oleh Pengguna, baik
Pemberi Pembiayaan maupun Penerima Pembiayaan (baik karena
kesengajaan atau kelalaian Pengguna) terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan maupun kesepakatan atau perikatan antara
Penyelenggara dengan Pemberi Pembiayaan dan/atau Penerima
Pembiayaan.
9. Setiap transaksi dan kegiatan pembiayaan atau pelaksanaan kesepakatan
mengenai pembiayaan antara atau yang melibatkan Penyelenggara,
Pemberi Pembiayaan, dan/atau Penerima Pembiayaan wajib dilakukan
melalui escrow account dan virtual account sebagaimana yang diwajibkan
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi dan
pelanggaran atau ketidakpatuhan terhadap ketentuan tersebut merupakan
bukti telah terjadinya pelanggaran hukum oleh Penyelenggara sehingga
Penyelenggara wajib menanggung ganti rugi yang diderita oleh masing-
masing Pengguna sebagai akibat langsung dari pelanggaran hukum
tersebut di atas tanpa mengurangi hak Pengguna yang menderita kerugian
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
C. Kondisi Perekonomian Umat Islam 1. Demografi Umat Islam
Data tahun 2010, dari 10 negara dengan jumlah penduduk muslim
terbesar, Indonesia merupakan peringkat pertama dengan jumlah sebanyak
209,1 juta pemeluk. Disusul India sebanyak 176,2 juta, Pakistan sebanyak
167,4 juta, Bangladesh sebanyak 134,4 juta, Nigeria sebanyak 77,3 juta,
69
Mesir sebanyak 77 juta, Iran sebanyak 73,6 juta, Turki sebanyak 71,3 juta,
Aljazair sebanyak 34,7 juta, dan terakhir Maroko dengan jumlah sebanyak
31,9 juta.120 Di sisi lain, pada tahun yang sama, penduduk Indonesia sebanyak
237.641.326 jiwa121. Ini artinya, pada tahun tersebut rasio persentase
penduduk muslim di Indonesia kurang lebih sebesar 88% dari seluruh
populasi umat beragama yang ada di Indonesia. Sebuah angka yang
fantastis. Merupakan sumber daya yang cukup signifikan untuk
mendorong laju perubahan di negeri ini. Baik di bidang sosial, politik,
budaya, pendidikan, maupun perekonomian umat. 2. Pembiayaan Fintech Syariah122
Ketua Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Wijaya
mengatakan kontribusi seluruh fintech berbasis syariah pada 2019
mencapai Rp1 triliun. Dia meyakini angka ini dapat tumbuh hingga tiga
kali lipat pada 2020. Dengan catatan infrastruktur akan menjadi lebih
baik. Hal ini sejalan dengan target 13 pemain pembiayaan online syariah
yang menembus Rp4 triliun pada 2020. Chief Operation Officer Investree Ade Fauzan meyakini dengan
adanya P2P lending syariah maka meningkatkan market share keuangan
syariah. Menurutnya banyak yang berpikir produk keuangan syariah
kuno, ribet, dan kalah dari konvensional. Namun dia yakin akan membuat
image baru terhadap keuangan syariah, bisa mudah, bisa keren. Dia
optmisi industri keuangan akan tumbuh dengan adanya pemain digital ini. Hingga saat ini fintech P2P lending syariah yang terdaftar berjumlah
12 platform syariah dan satu unit usaha syariah (UUS) yang
terdaftar/berizin di OJK. Di antaranya adalah PT Investree Radhika Jaya
(Investree), PT Ammana Fintek Syariah (Ammana), PT Dana Syariah
Indonesia (Dana Syariah), PT Danakoo Mitra Artha (Danakoo Syariah),
PT Alami Fintek Sharia (Alami). Selain itu, PT Syarfi Teknologi Finansial
120 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/25/indonesia-negara-dengan-penduduk-muslim-terbesar-dunia diakses pada 18 Mei 2020.
121 https://sp2010.bps.go.id/index.php diakses pada 19 Mei 2020122 https://finansial.bisnis.com/read/20200114/89/1190216/2020-p2p-lending-syariah-
makin-pede diakses pada 19 Mei 2020
70
(Syarfi), PT Duha Madani Syariah (Duha Syariah), PT Qazwa Mitra
Hasanah (Qazwa), PT Maslahat Indonesia Mandiri (Bsalam), PT Ethis
Fintek Indonesia, PT Kapital Boost Indonesia, PT Piranti Alphabet Perkasa
(Papitupi Syariah), dan PT Berkah Finteck Syariah. Adapun target masing-masing platform pada 2020 yaitu, Alami Rp500
miliar s/d Rp800 miliar, Danakoo membiayai pembiayaan pegawai Rp10
miliar, Investree menargetkan kurang lebih tumbuh 2,5 kali atau 10% dari
total portofolio, Syarfi senilai Rp250 miliar setelah menandatangani
pembiayaan sekitar 20 pabrik fesyen muslim. Bsalam menargetkan Rp320
miliar dari 110 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), Kapital
Boost meyakini bakal mencapai pembiayaan senilai Rp200 miliar s/d
Rp250 miliar, Ethis bakal bakal mencapai Rp500 miliar. Sementara
Ammana, platform P2P syariah yang telah meraih izin usaha meyakini
tahun ini akan mendistribusikan pembiayaan hingga Rp1 triliun. Berkah
Fintech Syariah membidik pembiayaan hingga Rp1 triliun dengan sistem
musyarakah dan mudharabah. Adapun Papitupi menargetkan pembiayaan
Rp75 miliar dan Duha Syariah menargetkan pembiayaan karyawan senilai
Rp10 miliar s/d Rp15 miliar dengan jumlah 7.500 transaksi. Adapun
Qazwa sekitar Rp150 miliar.
74
BAB IV
ANALISIS MEKANISME, LAYANAN DAN AKAD PEER-TO-PEER
LENDING PADA FINTECH SYARIAH, SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP PEREKONOMIAN UMAT ISLAM
A. Analisis Mekanisme dan Layanan Peer-To-Peer Lending Pada Fintech
Syariah1. Investree1
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
http://www.investree.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech investree syariah. Baik
sebagai lender maupun borrower. a. Sebagai lender
Sebagai lender ada beberapa mekanisme dan layanan yang mesti
diperhatikan. Pertama, syaratnya adalah WNI atau WNA dengan usia
minimal 17tahun, dengan dokumen KTP dan NPWP. Untuk WNA
paspor dan rekening bank di Indonesia. Kedua, nilai minimal
pembiayaan adalah 5 juta dengan kelipatan 1 juta. Nilai maksimal
pembiayaan untuk pada setiap pembiayaan adalah 100 juta. Ini
bertujuan untuk mendorong lender melakukan diversifikasi
pembiayaan. Termasuk mengurangi risiko pembiayaan jika borrower
mengalami gagal bayar atau wanprestasi. Ketiga, tentang keamanan. Dijelaskan bahwa Investree menjunjung
tinggi nilai transparansi dengan mencantumkan informasi seputar
borrower, serta syarat dan ketentuan pembiayaan di marketplace.
Investree juga melakukan analisis, seleksi, dan persetujuan terhadap
seluruh calon borrower beserta pembiayaan yang diajukan dengan
menggunakan sistem credit-scoring modern, sehingga hanya
pembiayaan berkualitas tinggi yang akan ditawarkan kepada lender.
Untuk produk invoice financing, Investree menegaskan hanya akan
menerima invoice dari perusahaan/institusi/lembaga yang kredibel, dan
seluruh lalu lintas pendanaan akan dikelola oleh Investree bekerjasama
1 Data diolah dari website http://www.investree.id diakses pada 18 Mei 2020
75
dengan bank rekanan. Sejak tanggal 31 Mei 2017 lalu, Investree telah
terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan khusus
untuk layanan Investree Syariah, sejak tanggal 23 Agustus 2017,
Investree telah memperoleh surat rekomendasi penunjukan Tim Ahli
Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) melalui Surat Nomor U-492/DSN-MUI/VIII/2017. Namun demikian, dengan alasan komitmen menjaga kerahasiaan
identitas dan data pribadi borrower, hanya informasi demografis dan
finansial yang akan kami beritahukan kepada lender. Informasi tersebut
dapat digunakan untuk menganalisis tingkat risiko pendanaan dari
pembiayaan yang ditawarkan. Untuk pembiayaan syariah, Lender tidak
akan menerima ujrah atas keterlambatan pembayaran dari Borrower.
Dan risiko terbesar yang mungkin terjadi dalam peer-to-peer
financing adalah lender tidak menerima kembali dana yang disalurkan
dan imbal hasil atau ujrah atas jasa wakalah dikarenakan kegagalan
pembayaran. Jika borrower mengalami kegagalan pembayaran seperti
tersebut, Investree akan segera mengambil tindakan untuk melindungi
kepentingan lender melalui pencairan jaminan.b. Sebagai borrower
Sebagai borrower ada beberapa mekanisme dan layanan yang
mesti diperhatikan. Pertama, melakukan penaftaran
secara online melalui situs resmi Investree, lalu akan diminta untuk
memberikan beberapa rincian pribadi —termasuk invoice dan dokumen
legalitas perusahaan yang masih berlaku. Kemudian aplikasi
pembiayaan akan dianalisis dan diseleksi melalui sistem credit-scoring.
Setelah aplikasi tersebut disetujui, pembiayaan yang diajukan akan
ditampilkan di marketplace Investree. Kedua, untuk menjaga prinsip Pembiayaan Syariah agar tetap pada
koridornya, maka tidak semua invoice dapat diterima di Investree
Syariah. Invoice yang berasal dari industri rokok, minuman keras, obat
terlarang, babi, perjudian, prostitusi, hotel yang belum syariah, dan
kegiatan yang mengandung spekulasi bukan merupakan pasar sasaran
76
dari Investree Syariah. Jenis invoice yang menjadi prioritas adalah yang
ditujukan kepada Payor berupa perusahaan besar, contohnya
perusahaan multinasional, institusi yang terdaftar di bursa saham, atau
instansi pemerintahan. Nantinya, setiap invoice yang diajukan akan
dianalisis, diseleksi, dan disetujui berdasarkan sistem credit-
scoring modern. Ketiga, biaya. tingkat biaya akan bergantung pada profil setiap
pembiayaan; ditetapkan berdasarkan proses analisis kredit oleh
Investree. Selain itu, biaya yang dikenakan adalah biaya wakalah,
biaya marketplace, dan biaya notaris untuk pengikatan jaminan —
termasuk denda jika nantinya terjadi keterlambatan. Semua biaya akan
diinformasikan kepada Borrower sehingga tidak ada yang
disembunyikan. Keempat, jangka waktu dan besaran. Investree akan memfasilitasi
Pembiayaan Syariah maksimal 80% dari nilai invoice atau maksimal Rp
2.000.000.000 untuk setiap invoice. Jangka waktu Pembiayaan Syariah
akan disesuaikan dengan jatuh tempo invoice atau maksimum 6 bulan
disertai dengan pertimbangan dan analisis dari Investree.2. Ammana2
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
http://ammana.id, dapat diketahui beberapa atau seluruh informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech Ammana. Baik sebagai
lender maupun borrower. Namun demikian, tak banyak informasi yang
bisa digali melalui laman yang tersedia. Yang bisa dianalisis yakni skema
pembiayaannya yang digambarkan sebagai berikut:
2 Data diolah dari website http://ammana.id diakses pada 18 Mei 2020
77
Penjelasannya, pemodal menyerahkan dana modal usaha ke Ammana
untuk dikelola dan diberikan kepada pelaku usaha. Lalu Ammana
menyalurkan modal usaha kepada mitra BMT/KSPPS. Mitra BMT
melakukan pembiayaan kepada pelaku usaha. Selanjutnya pelaku usaha
memberikan hasil usahanya kepada BMT untuk bagi hasil. BMT
menyetorkan bagi hasil ke Ammana. Dan terakhir Ammana
mengembalikan modal usaha dan bagi hasil kepada pemodal.3. DANA SYARIAH3
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
http://danasyariah.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech DANA SYARIAH. Baik
sebagai lender maupun borrower. a. Sebagai lender
Untuk menjadi lender, yang perlu dilakukan adalah pertama,
melakukan pendaftaran menjadi member dari Dana Syariah melalui
portal Dana Syariah, verifikasi melalui email serta melengkapi data
profile anda terlebih dahulu agar mendapatkan Nomor Virtual Account.
Menyetujui syarat dan ketentuan. Bersedia tunduk dan menyetujui
terhadap syarat dan ketentuan keanggotaan. Kedua, memilih proyek. Yakni dengan melakukan TOP-UP dana ke
Virtual Account terlebih dahulu dan memilih usaha-usaha yang sedang
dilakukan penggalangan dana oleh Dana Syariah. Mengalokasikan
dana. Mengalokasikan dana pada proyek yang sesuai dengan preferensi
pemilik dana. Ketiga, terima imbal hasil. Yakni Pemberi Dana akan menerima
bagi hasil pada setiap tanggal yang sudah ditentukan. Pengembalian
pokok. Pendana akan menerima pengembalian Dana Pokok pendanaan
sesuai dengan durasi proyek yang didanai.Keempat, terdapat 8 alasan yang ditawarkan bagi pemberi dana. 1).
Imbal hasil tinggi setara hingga 15-20% pertahun; 2). Online dan
mudah, semudah belanja online; 3). Tarik dana denda dan pinalti
(dicarikan pendana pengganti); 4). Legal dan aman (terdaftar di OJK
3 Data diolah dari website http://danasyariah.id diakses pada 18 Mei 2020
78
agunan properti); 5). Pendanaan sesuai prinsip syariah; 6). Imbal hasil
tetap dan pasti hasil jual beli properti; 7). Pendanaan terjangkau mulai
1juta; dan 8). Terima hasil tiap bulan (otomatis tiap bulan ditrasnfer ke
rekening). Dan sebagai tambahan, pembiayaannya saat ini dikhususkan
hanya untuk properti. b. Sebagai borrower
Pertama, melakukan pendaftaran. Kedua, mengajukan proposal
pembiayaan dana syariah sesuai template untuk diverifikasi/survey
lokasi (lokasi proyek, kantor dan atau tempat usaha), lalu Pemilik
Proyek dan pihak Dana Syariah mengikatkan diri pada perjanjian awal.
Ketiga, Penggalangan Dana dilakukan selama 30 hari melalui platform
aplikasi Dana Syariah, dan akad bagi hasil dengan penandatanganan
akad Syariah antara Pemilik Proyek dengan pihak Dana Syariah.
Keempat, Pembayaran Imbal hasil dan Pengembalian dana pokok sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui. Proyek selesai dan kewajiban
selesai, Pendana akan menerima pengembalian dana pokok sesuai
dengan jadwal pengembalian yang telah disetujui.Dari informasi tersebut, untuk mekanisme dan layanan peer-to-peer
pada fintech Dana Syariah, baik bagi lender maupun borrower relatif jelas.4. Danakoo4
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.danakoo.id dapat diketahui beberapa informasi tentang mekanisme
dan layanan peer-to-peer pada fintech Danakoo. Baik sebagai lender
maupun borrower, informasi mekanisme dan layanannya digabung. Untuk
borrower, danakoo memiliki dua produk: multiguna dan multijasa. Untuk
multiguna, tujuan pembiayaannya yakni untuk pembelian barang,
kendaraan, dan DP rumah. Jenis akad murabahah, pelunasan terdiri dari
cicilan ditambah imbal hasil. Jangka waktu 3 s/d 12 bulan. Jumlah
pembiayaan 1 s/d 10 juta, maksimum 1xgaji/30% rata-rata deposit
mitra/komunitas. Jaminan berupa potong gaji/komisi oleh mitra. Imbal
hasil untuk pendana (setara) 1,5% s/d 2,5% per bulan. Ujrah pendana
(setara) 3 bulan 1%, 6 bulan 3%, 9 dan 12 bulan 5%. Pencairan 3 s/d 14
4 Data diolah dari website www.danakoo.id diakses pada 18 Mei 2020
79
hari, dengan tingkat risiko jika berhenti kerja. Persyaratannya harus
terdaftar pada perusahaan/institusi (komunitas) mitra. Untuk multijasa, tujuan pembiayaannya yakni untuk keperluan umum.
Jenis akad ijarah multijasa, pelunasan terdiri dari cicilan ditambah imbal
jasa. Jangka waktu 3 s/d 12 bulan. Jumlah pembiayaan 1 s/d 10 juta,
maksimum 1xgaji/30% rata-rata deposit mitra/komunitas. Jaminan berupa
potong gaji/komisi oleh mitra. Imbal hasil untuk pendana (setara) 1,5% s/d
2,5% per bulan. Ujrah pendana (setara) 3 bulan 1%, 6 bulan 3%, 9 dan 12
bulan 5%. Pencairan 3 s/d 14 hari, dengan tingkat risiko jika berhenti
kerja. Persyaratannya harus terdaftar pada perusahaan/institusi (komunitas)
mitra. Dari informasi di atas, sulit untuk dianalisis terlalu jauh bagaimana
mekanisme dan layanan pinjaman peer-to-peer lending di Danakoo
syariah. websitenya sulit diakses. Sehingga tak banyak informasi yang bisa
diakses.
5. Alami5 Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.p2p.alamisharia.co.id dapat diketahui beberapa informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech Alami. Baik sebagai
lender maupun borrower.a. Sebagai lender
Sebagai lender, setelah memiliki akun, maka langkah pertama bisa
melihat-lihat proyek pembiayaan mana yang akan dipilih. Setelah
menentukan proyek pembiayaan. Berikutnya menentukan nilai
pembiayaan yang akan dikeluarkan. Disitu juga terdapat proyeksi ujrah
yang akan didapat dari proyek pembiayaan tersebut. Lalu nilai
pembiayaan yang sudah ditentukan ditransfer ke rek Alami. Dan
terakhir setelah proyek pembiayaan selesai, dana pokok ditambah ujrah
akan ditransfer ke rekening.b. Sebagai borrower
5 Data diolah dari website www.p2p.alamisharia.co.id diakses pada 18 Mei 2020
80
Sebagai borrower, pertama-tama adalah memastikan sudah
menyelesaikan proses transaksi dan tinggal penagihan ke pihak payor.
Lalu mengajukan invoice untuk dicarikan pihak yang bersedia
memberikan jasa factoring. Namun sebelum menyetujuinya, tim Alami
akan melakukan tahapan pemeriksaaan dokumen dan credit scoring.
Dan ketika sudah dapat pemberi pembiayaan, maka dana akan segera
dicairkan/disalurkan. Dan pada tahap akhir, setelah periode pembiayaan
berakhir, pihak payor akan membayarkan tagihannya langsung ke
Alami yang nantinya akan dikembalikan ke pendana beserta ujrah dari
pembiayaan.Meski pun dengan menggunakan istilah yang berbeda, pada
dasarnya mekanisme dan layanan yang Alami terapkan secara
substansial tidak jauh beda dengan fintech syariah lainnya.
6. Syarfi6 Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.syarfi.id dapat diketahui beberapa informasi tentang mekanisme dan
layanan peer-to-peer pada fintech Syarfi. Baik sebagai lender maupun
borrower. a. Sebagai lender
Pendanaan dapat di mulai dengan melalukan investasi sebesar 1
juta rupiah. Untuk melihat pilihan calon pengguna dana yang sedang
dalam proses pengumpulan dana (crowdfunding), melalui login ke
account Syarfi yang sudah dimiliki dan klik menu “Peluang Investasi”.
Semua pembiayaan akan dipublikasi dan melalui masa pengumpulan
dana (crowdfunding) selama maksimal 14 hari. Untuk setiap
pembiayaan, Syarfi akan memberikan notifikasi melalui email kepada
pemilik dana mengenai informasi pembiayaan baru. Jika selama masa
pengumpulan dana, target dana belum terpenuhi seluruhnya, maka
Syarfi akan memberikan pilihan kepada pengguna dana untuk dapat
memperpanjang durasi masa pengumpulan dana. Namun jika setelah
6 Data diolah dari website www.syarfi.id diakses pada 18 Mei 2020
81
melalui penambahan durasi, target dana yang masih belum juga
terpenuhi, maka Syarfi akan melakukan analisis lebih lanjut untuk
menentukan apakah dana yang telah terkumpul akan disalurkan atau
dibatalkan.
Adapun proses menjadi pendana adalah (1) Registrasi dan
verifikasi identitas; (2) Transfer pendanaan ke virtual account dan
memulai melakukan pendanaan. Pilih pendanaan yang tepat sesuai
preferensi dan tentukan jumlah dana yang ingin diberikan; (3) Dana
pemilik dana akan dikembalikan dengan metodologi khusus sesuai
dengan nilai pendanaan yang telah dilakukan.
b. Sebagai borrower
Proses pengajuan pinjaman di Syarfi adalah (1) Registrasi daftar,
verifikasi identitas, mengunggah semua data, informasi dan dokumen
yang dibutuhkan untuk pengajuan pembiayaan; (2) Pra-persetujuan,
yang menginformasikan disetujui atau tidaknya pengajuan; (3) Proses
pendanaan. Semua pemilik dana dapat mulai melakukan pendanaan
secara crowdfunding untuk memenuhi pembiayaan yang diajukan
tersebut; (4) Pembiayaan dicairkan. Dana pembiayaan akan dicairkan
dengan metodologi khusus sesuai jenis pembiayaan yang diajukan.
Secara garis besar, selain berbasis syariah tentunya, akses ke
website Syarfi lebih aman untuk data di handphone, informasi produk
pinjaman cukup lengkap, pendanaan crowdfunding, dan plafon yang
ditawarkan hingga 2 miliar. Namun demikian, di sisi lain, partner
inkubasi Syarfi belum banyak, proses pendaftaran masih ada kendala,
tidak mendapat kode validasi SMS, dan kode validasi terlalu panjang.
7. DUHA Syariah7 Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.duhasyariah.com dapat diketahui beberapa informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech DUHA Syariah. Baik
sebagai lender maupun borrower. Pada prinsipnya tidak jauh beda dengan
7 Data diolah dari website www.duhasyariah.com diakses pada 18 Mei 2020
82
fincteh-fintech syariah lainnya. Dimulai dari persyaratan-persyaratan
teknis normatif, dan kemudian diikuti dengan hal-hal yang bersifat
opsional baik bagi lender maupun borrower. Layanan yang diberikan
untuk konsumsi (barang dan jasa), dan religi (umrah, dll), yang dijual di e-
commerce atau marketplace yang bekerjasama dengan DUHA Syariah. 8. Qazwa8
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.qazwa.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang mekanisme
dan layanan peer-to-peer pada fintech Qazwa. Baik sebagai lender maupun
borrower.
a. Sebagai lenderUntuk menjadi lender, sebagaimana fintech lain, mekanisme
Qazwa tidak terlalu ribet. Cukup memenuhi syarat-syarat normatif, dan
memelajari profil proyek/pendanaan secara cermat dalam rangka
mengetahui betul proyeksi pendanaan yang akan dicairkan. b. Sebagai borrower
Qazwa membagi menjadi 3 jenis: pemilik toko, pemasok, dan
agen. Pada ketiganya, selain syarat-syarat teknis normatif yang mesti
dipenuhi, terlihat bagaimana manajemen risiko qazwa lumayan ketat.
Yakni memastikan semua pihak terverifikasi, dan memastikan usaha
yang akan didanai benar-benar telah berjalan secara sehat sebelum
dilakukan kampanye pendanaan. 9. Bsalam9
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.bsalam.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang mekanisme
dan layanan peer-to-peer pada fintech bsalam. Baik sebagai lender
maupun borrower. Namun pada bsalam, informasi mekanisme dan layanan
di bsalam digabung menjadi satu. Pada prinsipnya mekanisme dan layanan
yang ada pada bsalam tidak jauh beda dengan yang lain. Cuma dari sisi
produk, bsalam lebih spesifikasi pada sector PPUI (Penyelenggara
8 Data diolah dari website www.qazwa.id diakses pada 18 Mei 20209 Data diolah dari website www.bsalam.id diakses pada 18 Mei 2020
83
Perjalanan Ibadah Umroh) dan haji. Sehingga pendana mendapatkan
kejelasan spesifikasi penggunanan dana yang akan ia salurkan. 10. Ethis10
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
http://ethis.co.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang mekanisme
dan layanan peer-to-peer pada fintech Ethis. Baik sebagai lender maupun
borrower. Pada prinsipnya mekanisme dan layanan yang ada pada Ethis
tidak jauh beda dengan yang lain. Cuma dari sisi produk, Ethis lebih
spesifikasi pada sektor properti. Sehingga masyarakat yang akan
menyalurkan pendanaannya cukup jelas dan tahu akan dikemanakan
dananya tersebut. Dari sisi lender, persyaratan yang ditentukan juga tidak
ribet. Sederhana sebagaimana fintech lain. Cuma bagi yang mengajukan
pembiayaan mesti benar-benar siap. Mengingat informasi yang
ditampilkan di marketplace Ethis lumayan komplit. Mulai dari lokasi,
pemilik, kebutuhan dana, tenor, akad, dan proyeksi nisbahnya. 11. Kapital Boost11
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
http://kapitalboost.co.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech Kapital Boost. Baik
sebagai lender maupun borrower. Pada prinsipnya tidak jauh beda dengan
fincteh-fintech syariah lainnya. Dimulai dari persyaratan-persyaratan
teknis normatif, dan kemudian diikuti dengan hal-hal yang bersifat
opsional. Namun bagi yang mengajukan pembiayaan, satu mekanisme
persyaratan yang cukup penting adalah adanya Surat Perintah Kerja (SPK)
dari bouwheer (pemesan). Justru ini penting, bisa menjadi daya tarik
masyarakat yang akan memberikan pembiayaan. Karena keberadaan
proyek sudah jelas, sehingga potensi risiko relatif kecil. 12. PAPITUPI SYARIAH12
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.papitupisyariah.com, untuk fintech PAPITUPI SYARIAH tidak dapat
diketahui banyak informasi tentang mekanisme dan layanan peer-to-peer
10 Data diolah dari website http://ethis.co.id diakses pada 18 Mei 202011 Data diolah dari website http://kapitalboost.co.id diakses pada 18 Mei 202012 Data diolah dari website www.papitupisyariah.com diakses pada 18 Mei 2020
84
pada fintech PAPITUPI SYARIAH. Karena per tanggal 17 Mei 2020 di
dinding depan lamannya terdapat keterangan, “WEBSITE SEDANG
DALAM PENGEMBANGAN.” Dengan diberi penjelasan, “Mohon maaf,
dalam peningkatan layanan mutu, untuk sementara website tidak dapat
diakses. Namun layanan fasilitas pembiayaan tetap dapat dinikmati.
Untuk unduh aplikasi klik disini.”
13. Berkah Fintek Syariah13
Melalui website atau lamannya resmi yang didaftarkan di OJK yaitu,
www.finteksyariah.co.id, dapat diketahui beberapa informasi tentang
mekanisme dan layanan peer-to-peer pada fintech Berkah Fintek Syariah.
Baik sebagai lender maupun borrower. Pada prinsipnya tidak jauh beda
dengan fincteh-fintech syariah lain. Alokasi pembiayaan yaitu untuk modal
usaha (produktif) peternakan, modal usaha industri kecil (IKM) dan modal
usaha (produktif) Usaha Kecil Menengah (UKM). Sedang sebagai lender,
syarat-syarat teknis normative yang mesti dipenuhi.
B. Analisis Akad Peer-To-Peer Lending Pada Fintech Syariah Perspektif
Ekonomi Islam 1. Investree
Dari informasi tentang mekanisme layanan pinjaman Investree di atas,
baik bagi lender maupun borrower, satu hal yang dijadikan catatan yakni
tentang adanya perbedaan informasi akad terkait jika terjadi keterlambatan
bayar oleh pihak borrower. Pada menu calon lender dijelaskan
keterlambatan bayar oleh pihak borrower tidak ada biaya yang diterima
oleh lender karena akadnya berbasis syariah. Namun pada menu calon
borrower, keterlambatan bayar oleh pihak borrower berkonsekuensi biaya
yang mesti ditanggung oleh pihak borrower. Pertanyaannya kemudian,
jika terjadi keterlambatan, kemana biaya denda keterlambatan bayar yang
dikeluarkan pihak borrower dialokasikan?. Hal ini tentu sangat berpotensi
memunculkan unsur gharar yang dilarang dalam Ekonomi Islam pada
akad tersebut. 2. Ammana
13 Data diolah dari website www.finteksyariah.co.id diakses pada 17 Mei 2020
85
Berangkat dari skema pembiayaan dan keterangan yang disampaikan
pihak Ammana melalui laman resminya, satu hal perlu dijadikan catatan
adalah, dimana ternyata pihak Ammana tidak langsung melakukan akad
atau menyalurkan pembiayaannya kepada pelaku usaha. Melainkan masih
melalui BMT/KSPPS yang telah menjalin kemitraan dengan pihak
Ammana. Hal ini menjadikan seakan akad yang terjadi kurang efektif dan
efisien. Secara sederhana, ketika saluran distribusi pembiayaan semakin
banyak, maka semakin banyak pula pihak yang akan mendapat bagian
keutungan. Ini berarti pihak borrower akan membagi keuntungannya
kepada dua pihak, baik pihak Ammana selaku pengelola platform dan juga
pihak BMT/KSPPS selaku mitra/penyalur pembiayaan. Jika tidak
dilandasi alasan-alasan yang kuat, hal ini tentu sangat berpotensi
memunculkan unsur pemborosan yang dilarang dalam Ekonomi Islam
pada akad tersebut. 3. DANA SYARIAH
Memelajari berbagai informasi di laman resminya, baik mengenai
gambaran atau tawaran akad dengan lender maupun borrower, peer-to-
peer pada Fintech Dana Syariah, lumayan jelas dan luas. Cukup dengan
membaca dengan detail dan teliti, masyarakat/pengakses sudah
mendapatkan proyeksi cara kerja dan akad-akadnya. Sehingga potensi
terjadinya unsur-unsur Maghrib (maisir, gharar, dan riba) bisa dicegah.4. Danakoo
Dari penjelasan singkat yang penulis dapatkan tentang mekanisme dan
layanan pinjaman peer-to-peer landing syariah di Danakoo, satu hal yang
mesti diperjelas lebih dalam yaitu, bagaimana praktik di lapangan terkait
konsep akad murabahah yang ia terapkan. Mengingat di satu sisi, dalam
perbankan syariah, pihak perbankan secara regulasi dilarang untuk
melakukan praktik jual beli. Padahal di sisi lain, secara teori Ekonomi
Islam, pihak yang menjual barang –dalam hal ini perbankan syariah, harus
menguasai barang yang akan ia jual tersebut secara penuh. Hal inilah yang
mesti masyarakat atau calon pengguna pembiayaan di Danakoo perhatikan
86
betul-betul agar dalam akad yang akan dibangun terhindar dari unsur-
unsur yang dilarang dalam Ekonomi Islam.
5. Alami Dengan penerapan akadnya yang sangat sederhana, yakni qard dan
wakalah bil ujrah, maka masyarakat akan dengan mudah untuk
memahami. Sebagaimana penjelasan dalam Fatwa DSN-MUI Fatwa DSN
MUI NO: 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis
Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah, yang dimaksud dengan akad
wakalah adalah akad pelimpahan kuasa dari pemberi kuasa (muwakkil)
kepada penerima kuasa (wakil) untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu yang boleh diwakilkan. Akad wakalah bi al-ujrah adalah akad
wakalah yang disertai dengan imbalan berupa ujrah (fee).6. Syarfi14
Syarfi menawarkan dua produk pinjaman, yaitu Pembiayaan Usaha
dan Pembiayaan Sosial. Pembiayaan Usaha adalah jasa layanan Syarfi
yang diberikan untuk calon Pengguna Dana yang membutuhkan bantuan
pendanaan untuk menjalankan suatu atau beberapa bisnis secara akad
Syariah dengan mekanisme pengembalian dana dan bagi hasil keuntungan
secara cicilan bulanan. Contohnya untuk invoice financing, PO financing,
pembiayaan modal kerja UMKM, dsb. Pembiayaan Usaha menggunakan
Perjanjian/Akad Musyarakah yaitu penanaman dana dari pemilik
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik
dana/ modal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing, sesuai
dengan Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000.Pembiayaan Sosial adalah jasa layanan Syarfi yang diberikan untuk
calon Pengguna Dana yang membutuhkan bantuan pendanaan untuk
menjalankan suatu bisnis atau melakukan Pelunasan Hutang Akibat Riba
(Pergi Riba) secara akad Syariah dengan mekanisme pengembalian dana
14 https://duwitmu.com/pinjaman-online/pinjaman-syariah-online-terbaik-terdaftar-ojk/diakses pada 20 Mei 2020
87
secara cicilan bulanan. Contohnya untuk permodalan start-up, pelunasan
dan penutupan Credit Card, dsb. Pembiayaan Sosial menggunakan
Perjanjian/Akad Qardh yaitu, pinjam meminjam dana tanpa imbalan
dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara
sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan Fatwa
DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001.Dengan demikian, dua produk akad yang ditawarkan oleh Syarfi,
setidak-tidaknya sudah memiliki pijakan Ekonomi Islam yang jelas, yakni
fatwa dari lembaga yang mempunyai kompetensi yaitu DSN-MUI. Dan
sejauh penelusuran penulis, tidak menemukan hal-hal yang kontrdiktif
atau masih tanda secara perspektif Ekonomi Islam. 7. DUHA Syariah
Dengan akad wakalah, murabahah, dan ijarah, DUHA Syariah
menawarkan beberapa pilihan produk keuangan kepada masyarakat. Dari
informasi dan data yang tersedia, cukup jelas dan mudah dipahami. Dan
secara perspektif Ekonomi Islam tidak ditemukan keganjilan atau hal yang
samar yang berpotensi adanya unsur maisir, gharar, dan riba. 8. Qazwa
Akad yang diterapkan di Qazwa yaitu, mudharabah dan murabahah.
Dari informasi dan data yang tersedia, cukup jelas dan mudah dipahami.
Dan secara perspektif Ekonomi Islam tidak ditemukan keganjilan atau hal
yang samar yang berpotensi adanya unsur maisir, gharar, dan riba. 9. Bsalam
Dengan mengambil spesifikasi pada sektor PPUI (Penyelenggara
Perjalanan Ibadah Umroh), dan akad yang digunakan hanya musyarakah,
sehingga relatif mudah untuk dianalisis pelaksanaan akadnya. Secara
perspektif Ekonomi Islam tidak ditemukan keganjilan atau hal yang samar
yang berpotensi adanya unsur maisir, gharar, dan riba. 10. Ethis
Dengan mengambil spesifikasi pada sektor properti, dan akad yang
digunakan hanya musyarakah, sehingga relatif mudah untuk dianalisis
pelaksanaan akadnya. Secara perspektif Ekonomi Islam tidak ditemukan
keganjilan atau hal yang samar yang berpotensi adanya unsur maisir,
gharar, dan riba.
88
11. Kapital Boost Dengan mengambil spesifikasi pada sektor UMKM, dan akad yang
digunakan hanya murabahah, sehingga relatif mudah untuk dianalisis
pelaksanaan akadnya. Secara perspektif Ekonomi Islam tidak ditemukan
keganjilan atau hal yang samar yang berpotensi adanya unsur maisir,
gharar, dan riba. 12. PAPITUPI SYARIAH
Dari pengumuman resmi yang menyatakan, “WEBSITE SEDANG
DALAM PENGEMBANGAN.” Dengan diberi penjelasan, “Mohon maaf,
dalam peningkatan layanan mutu, untuk sementara website tidak dapat
diakses. Namun layanan fasilitas pembiayaan tetap dapat dinikmati.
Untuk unduh aplikasi klik disini,” tersebut dapat dianalisis bahwa,
pertama, fungsi online dari PAPITUPI SYARIAH belum optimal. Seolah
bertolak belakang dengan sifat dari online itu sendiri yang identik dengan
kemudahan dalam mengakses, serta jauh dari slogan “tinggal klik.” Kedua, masyarakat/pengakses masih perlu melakukan install atau
unduh untuk tetap bisa mendapatkan akses informasi tentang layanan
pembiayaan. Masih memerlukan kuota internet yang lebih, dan perlu
ditunjang memori android (telepon seluler) yang cukup. Dengan demikian
sulit untuk dilakukan analisis lebih mendalam terkait dengan akad-akad
yang diterapkan. 13. Berkah Fintek Syariah15
Pertama, akad mudharabah. Akad mudharabah pada Berkah Fintech
Syariah ini adalah pendanaan usaha rakyat yang memberikan akses
pendanaan kepada masyarakat sebagai pengguna (user) baik penerima
pendanaan dan maupun pemberi pendanaan untuk modal usaha (produktif)
peternakan, modal usaha industri kecil (IKM) dan modal usaha (produktif)
Usaha Kecil Menengah (UKM) sesuai prinsip syariah.
Dalam hal ini penerima pendanaan dapat mengajukan permohonan
modal usaha (produktif) kepada Berkah Fintek Syariah, sekaligus sebagai
wakil melalui kontrak perjanjian (Akad) wakalah bi al Ujrah. Sebagai
wakil, Berkah Finteck Syariah akan menghubungkan penerima pendanaan
15 https://www.finteksyariah.co.id/#/./FAQ
89
kepada pemberi pendanaan, yang sebelumnya juga mewakilkan kepada
Berkah Finteck Syariah melalui akad wakalah bi al Ujrah.
Selanjutnya, Berkah Finteck Syariah mempertemukan pihak penerima
pendanaan kepada pemberi pendanaan, keduannya saling menyetujui
dengan menandatangani akad mudharabah untuk pendanaan usaha
produktif dengan menunjukkan modal pokok dan ditambah nisbah (bagi
hasil) sebagai keuntungan yang menjadi hak bagi pemberi pendanaan.
Pendanaan Mudharabah ini didasarkan pada Fatwa DSN MUI Nomor 07
Tahun 2000 dan Fatwa DSN MUI Nomor 115 Tahun 2017.
Kedua, akad musyarakah. Akad musyarakah adalah pendanaan usaha
produktif yang memberikan akses pendanaan kepada Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) sebagai pengguna (user) Berkah Finteck Syariah baik
penerima pendanaan (LKS) dan pemberi pendanaan untuk modal usaha
(produktif) secara bersama sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam hal ini penerima pendanaan (Lembaga Keuangan Syariah) baik
berupa Koperasi Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dan
Bank Pembiayaan Syariah (BPS) dapat mengajukan permohonan modal
usaha (produktif) untuk mendanai suatu usaha secara bersama kepada
Berkah Fintek Syariah, sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian
(akad) wakalah bi al Ujrah.
Sebagai wakil, Berkah Finteck Syariah akan menghubungkan
penerima pendanaan (LKS) kepada pemberi pendanaan, yang sebelumnya
juga mewakilkan kepada Berkah Finteck Syariah melalui akad wakalah bi
al Ujrah. Selanjutnya, Berkah Finteck Syariah mempertemukan pihak
penerima pendanaan (LKS) kepada pemberi pendanaan, keduannya saling
menyetujui dengan menandatangani akad Syirkah untuk pendanaan suatu
usaha produktif dengan menunjukkan modal usaha masing-masing dan
ditambah nisbah (bagi hasil) secara proporsional maupun kesepakatan
sebagai keuntungan yang menjadi hak antara kedua belah pihak (pemberi
pendanaan/LKS dan Pemberi Pendanaan). Pendanaan Musyarakah ini
90
didasarkan pada Fatwa DSN MUI Nomor 08 Tahun 2000 dan Fatwa DSN
MUI Nomor 114 Tahun 2017.
Ketiga, akad murabahah. Akad murabahah di sini adalah pembiayaan
yang memberikan akses pembiayaan kepada masyarakat sebagai pengguna
(user) Berkah Finteck Syariah baik penerima pembiayaan dan pemberi
pembiayaan untuk pembelian suatu barang sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam hal ini penerima pembiayaan dapat mengajukan permohonan
pembelian barang kepada Berkah Finteck Syariah, sekaligus sebagai wakil
melalui kontrak perjanjian (akad) wakalah bi al Ujrah. Sebagai wakil,
Berkah Finteck Syariah akan menghubungkan penerima pembiayaan
kepada pemberi pembiayaan, yang sebelumnya juga mewakilkan kepada
Berkah Finteck Syariah melalui akad wakalah bi al Ujrah.
Selanjutnya, Berkah Finteck Syariah mempertemukan pihak penerima
pembiayaan kepada pemberi pembaiyaan, keduanya saling menyutujui
dengan menandatangi akad murabahah untuk pembelian suatu barang
dengan menunjukan harga pokok dan ditambah margin sebagai
keuntungan yang menjadi hak bagi pemberi pembiayaan. Pembiayaan
Murabahah ini didasarkan pada Fatwa DSN MUI Nomor 44 tahun 2000
dan Fatwa DSN MUI Nomor 111 tahun 2017.
Keempat, Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bi Tamlik (IMBT). Yakni
pembiayaan yang memberikan akses pembiayaan kepada masyarakat
sebagai pengguna (user) Berkah Finteck Syariah baik penerima
pembiayaan dan pemberi pembiayaan untuk menyewa suatu barang (baik
rumah subsidi syariah, mobil, sepeda motor, dan barang yang bermanfaat
lainnya) dengan berakhir adanya hibah sebagai pelimpahan kepemilikan
sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam hal ini penerima pembiayaan dapat mengajukan permohonan
menyewa suatu barang kepada Berkah Finteck Syariah, sekaligus sebagai
wakil melalui kontrak perjanjian (akad) wakalah bi al Ujrah. Sebagai
wakil Berkah Finteck Syariah akan menghubungkan penerima pembiayaan
kepada pemberi pembiayaan, yang sebelumnya juga mewakilkan kepada
91
Berkah Finteck Syariah melalui akad wakalah bi al Ujrah. Selanjutnya,
Berkah Finteck Syariah mempertemukan pihak penerima pembiayaan
kepada pemberi pembiayaan menyetujui dengan menandatangi akad IMBT
untuk menyewa suatu barang dengan adanya tambahan keuntungan
sebagai ujrah yang menjadi hak bagi pemberi pembiayaan. Pembiayaan
IMBT ini didasarkan pada Fatwa DSN MUI Nomor 27 Tahun 2002.
Kelima, akad Ijarah. Yakni pembiayaan yang memberikan akses
pembiayaan kepada masyarakat sebagai pengguna (user) Berkah Finteck
Syariah baik penerima pembiayaan dan pemberi pembiayaan untuk
pembayaran biaya pendidikan, biaya rumah sakit, biaya perjalanan Umrah
sesuai dengan prinsip syariah. Dalam hal ini penerima pembiayaan dapat
mengajukan permohonan pembiayaan multijasa kepada Berkah Fintek
Syariah, sekaligus sebagai wakil melalui kontrak perjanjian (akad)
wakalah bi al Ujrah. Sebagai wakil Berkah Fintek Syariah akan
menghubungkan penerima pembiayaan kepada pemberi pembiayaan, yang
sebelumnya juga mewakilkan kepada Berkah Finteck Syariah melalui akad
wakalah bi al Ujrah.
Selanjutnya, Berkah Finteck Syariah mempertemukan pihak penerima
pembiayaan kepada pemberi pembiayaan menyetujui dengan
menandatangi akad ijarah multijasa untuk pembayaran biaya pendidikan,
biaya rumah sakit, dan biaya perjalanan Umrah dengan adanya tambahan
keuntungan sebagai ujrah yang menjadi hak bagi pemberi pembiayaan.
Pembiayaan Ijarah Multijasa ini didasarkan pada Fatwa DSN MUI Nomor
44 Tahun 2004.
Dari penjelasan kelima akad yang diterapkan oleh pihak Berkah
Fintech Syariah di atas, dimana mendasarkan semua akadnya pada Fatwa-
fatwa DSN MUI, tidak ditemukan keganjilan atau hal yang samar yang
berpotensi adanya unsur maisir, gharar, dan riba, ditambah aspek
transparansi informasi yang bisa diakses bersama melalui laman resminya,
dapat dinilai telah ada kesusaian pelaksanaan akadnya dengan prinsip
Ekonomi Islam.
92
C. Analisis Pengaruh Peer-To-Peer Lending Pada Fintech Syariah Terhadap
Perekonomian Umat Islam 1. Analisis Perekonomian Umat Islam
Beranjak dari data rasio penduduk muslim di Indonesia yang notabene
mayoritas, sekilas optimisme laju pertumbuhan perekonomian umat Islam
sudah semestinya menggembirakan. Lebih lagi ditunjang dengan makin
variatif dan inovatif mekanisme dan layanan pembiayaan yang dilahirkan
oleh lembaga keuangan syariah (LKS), dan platform atau fintech syariah,
tentu idealnya makin memacu peningkatan akad-akad syariah. Namun demikian faktanya tidak semenggembirakan harapan tersebut.
Banyak persoalan-persoalan internal umat Islam yang justru menjadi
penghambat laju pertumbuhan perekonomian umat Islam. Menurut pakar
dan praktisi ekonomi Islam Ustaz Asih Subagyo, setidaknya ada tiga faktor
yang menjadi penyebabnya.16 Pertama, rendahnya daya literasi umat Islam.
Peran da’i, ulama dan ustadz masih minim. Tema-tema ekonomi Islam
kurang mendapat porsi dalam kutbah dan ceramah-ceramah yang
disampaikan. Sehingga dari sini kurang bisa memicu gairah dan rasa ingin
tahu umat Islam untuk mengkaji dan mendalami persoalan perekonomian
Islam. Wajar jika pada perjalanannya, umat Islam seakan seperti teralienasi
dari “dirinya” sendiri. Terjadi dikotomi antara Islam dengan Ekonomi Islam.Kedua, minimnya bahan bacaan tentang perekonomian Islam. Buku
bacaan tentang Islam lebih didominasi tema-tema aqidah, ibadah, dan kisah-
kisah. Buku dan bacaan tentang Ekonomi Islam (muamalah) kurang
mendapat porsi yang seimbang. Baik itu di toko-toko buku, apalagi di
perpustakan-perpustakaan. Tak banyak stimulus yang umat Islam dapatkan
untuk makin mendalami literasi perekonomian Islam. Tak heran apabila
indeks literasi keuangan Islam sangat rendah. Pada tahun 2016 di angka
8,11%. Hal ini juga yang menjadi penyebab rendahnya angka indeks inklusi
keuangan syariah di tahun yang sama yakni di angka 11,06%.
16 https://republika.co.id/berita/pthbdl374/masih-rendah-pemahaman-masyarakat-terhadap-ekonomi-islam diakses pada 20 Mei 2020
93
Ketiga, kepeloporan lembaga pesantren yang kurang optimal. Menjadi
sangat ironis, lembaga pendidikan berbasis Islam, mulai sekolah hingga
pesantren, yang notabene sebagai lembaga penanam ilmu pengetahuan
keIslaman, kurang memberikan porsi yang lebih terhadap materi-materi
Ekonomi Islam. Padahal disanalah anak-anak dididik ditempa dan
dibesarkan secara keilmuan. Akibatnya generasi muda Islam kurang
menguasai perekonomian Islam, dan menjadi kurang percaya diri dengan
system serta nilai-nilai Ekonomi Islam. 2. Analisis Pengaruh Peer-To-Peer Lending Pada Fintech Syariah
Terhadap Perekonomian Umat Islam Secara teoritis, dengan bermunculannya fintech-fintech syariah yang
ada, ditambah dengan berbagai kelebihan dan spesifikasi yang dimiliki
masing-masing, semestinya dapat memacu minat dan ketertarikan umat
Islam untuk bertransaksi sesuai sistem Ekonomi Islam (syariah). Hal ini
setidaknya didasarkan pada dua alasan fundamental yang ada. Pertama,
fitrah atau naluriah agama. Agama dan ideologi memang sesuatu yang
berbeda. Secara etimologis, istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani:
idein dan logos. Idein diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi idea
yang berarti gagasan, konsep, dan pemikiran. Sedangkan logos berarti ilmu
dan ajaran. Dengan demikian ideologi dapat dimaknai sebagai kumpulan
gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut bidang politik (pertahanan dan keamanan), sosial,
ekonomi, kebudayaan, dan keagamaan.17 Dengan demikian, ideologi
menuntut adanya keyakinan dari penganutnya. Demikian pun dengan
agama, termasuk Islam.Dalam konteks perekonomian, tentu Islam menuntut keyakinan
pemeluknya atas kesempurnaan ajaran Ekonomi Islam sebagai pandangan
hidup yang mesti diterapkan. Fitrah atau naluri keIslaman inilah yang
menjadi modal fundamental bagi tumbuh dan berkembangnya Ekonomi
Islam. Termasuk di dalamnya kebutuhan terhadap akad-akad Islam
17 P.N.H Simanjuntak, Pendidikan Kewarganegaraan PKN untuk SMP/MTs Kelas VIII(Jakarta: Grasindo, 2007), 2.
94
(syariah), yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga keuangan maupun
fintech-fintech berbasis syariah (Islam) memiliki banyak peluang. Selain
kelebihan-kelebihan yang bersifat profan. Modal teoligis inilah yang
menjadi salah satu alasan atas masih besarnya peluang tumbuh kembangnya
Ekonomi Islam yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga keuangan maupun
fintech-fintech berbasis syariah, dengan beragam produk-produk syariahnya.Kedua, demografi umat Islam. Secara demografis jelas data
menunjukkan keberadaan umat Islam yang mayoritas di Indonesia dengan
angka tidak kurang dari 80% dari total populasi. Merupakan pasar syariah
yang masih jauh dari kata cukup untuk digarap dan diberdayakan oleh
lembaga-lembaga keuangan maupun fintech-fintech berbasis syariah.
Kemampuan advertising dan marketing lembaga-lembaga keuangan
maupun fintech-fintech berbasis syariah benar-benar menemukan
tantangannya. Tantangan yang mesti dijawab tak hanya pada persoalan-
persoalan hilir, namun juga hulu. Hulu dari masih rendahnya kesadaran
umat Islam dalam bertransaksi sesuai Ekonomi Islam (syariah) di antaranya
adalah masih rendahnya daya literasi, kurangnya fasilitas literasi, serta
kontribusi lembaga-lembaga pendidikan Islam yang belum optimal terhadap
pengayaan pengetahuan Ekonomi Islam. Lebih lagi bagi fintech-fintech
berbasis syariah, yang mana memiliki beberapa keunggulan dalam hal
layanan dibanding lembaga-lembaga keuangan syariah, tentu bukan hal
mustahil jika suatu saat nanti mampu menggeser dominasi lembaga-
lembaga keuangan syariah, bahkan juga lembaga-lembaga keuangan
konvensional. Semoga bukan utopia belaka.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh proses penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Mekanisme dan layanan peer–to-peer lending syariah dari ke-13 fintech
syariah yang terdaftar di OJK secara prinsip tidak jauh beda. Yakni
mempertemukan antara pihak pemilik dana dengan pihak yang
membutuhkan pendanaan secara online melalui e-commerce atau
marketplace yang dalam pengelolaan atau penguasaan platform fintech dan
akad-akad yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Yang
membedakan di antara 13 fintech syariah yang terdaftar di OJK yaitu,
secara teknis pada penggunaan istilah, dan secara substansi spesifikasi
pembiayaan. Ada yang menggunakan istilah “lender” atau “pendana”
untuk pihak pemilik dana, dan istilah “borrower” atau “penerima
pendanaan / pembiayaan / pinjaman” untuk pihak yang membutuhkan
dana. Spesifikasi pembiayaan yang ditawarkan mulai dari yang
mengkhususkan pada pembiayaan sektor Properti, campuran antara
Properti, UMKM dan Konsumsi, Konsumsi dan Religi, serta UMKM dan
Belanja Barang/Jasa.
2. Mekanisme dan layanan peer–to-peer lending syariah dari ke-13 fintech
syariah yang terdaftar di OJK dari perspektif Ekonomi Islam sudah ada
kesesuaian karena merujuk pada Fatwa-fatwa DSN-MUI. Namun
demikian terdapat beberapa catatan yang mesti dikonfirmasi langsung
kepada beberapa fintech syariah terkait agar tidak terjadi kesalah-pahaman
serta menghindari kesimpulan yang tidak akurat dan invalid. Di antaranya
pada: (1). Investree. Terdapat perbedaan ketentuan tentang “biaya
keterlambatan.” Pada menu lender dijelaskan jika terjadi telat bayar lender
tidak menerima biaya tambahan, namun di menu borrower dikenakan
96
biaya. (2). Ammana. Di mana terdapat mitra/penyalur pembiayaan yaitu
BMT/KSPPS yang telah bekerjasama dengan Ammana. Jika secara fungsi
sama dengan keberadaan Ammana, maka hal itu dapat berpotensi
terjadinya praktik pemborosan. Selain itu, pihak penerima pembiayaan
mesti mengalokasikan keuntungannya kepada kepada dua pihak; Ammana
dan BM/KSPPS mitra Ammana. Jika benar demikian tentu hal ini
memberatkan bagi pengguna dana. (3). Danakoo. Praktik akad
murabahah. Mengingat adanya regulasi larangan jual beli bagi perbankan
(syariah), apakah dalam praktik akad murabahah ini pihak Danakoo benar-
benar menguasai secara penuh barang yang akan ia jual kembali tersebut
sebagaimana prinsip-prinsip syariah, atau sekedar memberi dana kepada
penerima pembiayaan untuk ia belanjakan sendiri –sebagaimana praktik
konvensional.
3. Pengaruh layanan peer–to-peer lending syariah terhadap perekonomian
umat Islam untuk saat ini, jika melihat sisi demografi umat Islam yang
merupakan mayoritas di negara ini, masih jauh dari predikat
menggembirakan. Hal ini dikarenakan masih rendahnya literasi umat
terhadap Ekonomi Islam, minimnya bahan bacaan Ekonomi Islam, dan
peran lembaga pendidikan Islam dalam mendalami Ekonomi Islam yang
belum optimal. Namun demikian, jika –setidaknya- ketiga hal tersebut
terjadi perubahan yang fundamental, maka kebangkitan Ekonomi Islam
bukan utopia.
B. Saran
Untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut, saran yang dapat
diberikan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Kepada ke-13 fintech syariah yang terdaftar di OJK diharapkan lebih
meningkatkan mutu dan kualitasnya. Baik secara teknis, mulai dari
optimalisasi saraana online (website) sebagai media informasi kepada
masyarakat yang jelas dan transparan, maupun secara substansial untuk
terus menjaga mekanisme layanan serta akad-akadnya agar terhindar dari
97
unsur-unsur yang dilarang dalam Ekonomi Islam: maisir, gharar, dan
riba, dst.
2. Kepada DSN-MUI, OJK, dan Bank Indonesia diharapkan terus melakukan
fungsi masing-masing secara optimal, serta memperluas pengawasan
melalui riset tentang praktik peer–to-peer lending fintech syariah yang
bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan, dan sekaligus
untuk menjaga kondusifitas pertumbuhan perekonomian syariah,
khususnya layanan peer–to-peer lending produk fintech syariah.
3. Kepada masyarakat umum diharapkan meningkatkan budaya literasi
Ekonomi Islam, termasuk di dalamnya tentang fintech syariah. Agar
pemahaman atas Ekonomi Islam mampu membawa perubahan terhadap
perilaku ekonomi sehari-hari, serta dalam konteks tumbuhnya fintech
syariah terbangun budaya kritis sebagai antisipasi munculnya potensi
penyimpangan-penyimpangan. Dan kepada para akademisi, diharapkan
ada penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam dan komprehensif atas
temuan pada penelitian ini, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang
tingkat akurasi dan validitasnya terkonfirmasi dari pihak yang diteliti,
dalam hal ini fintech-fintech syariah.
98
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Antonio, Syafii. Bank Syariah Dari Teori ke praktik (Jakarta: Gema Insani Pres,
2001.
Baihaqi, Jadzil. Financial Technology Peer-To-Peer Lending Berbasis Syariah di
Indonesia, Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018.
Djuwaini, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2010.
Hadad, Muliaman. Financial Technology (Fintech) Di Indonesia, dipresentasikan
dalam acara kuliah umum FinTech Otorias Jasa Keuangan, 2 Juni 2017.
Hadi, Sutisno. Metodologi Reseach Jilid I, Yogyakarta: Andi Publiser, 2004.
Hak, Nurul. Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta: Teras, 2011.
Ismail, Muhammad bin Abu Abdillah Al-Bukhari. Shahih al-Bukhari, Dar Thuq
An-Najah, 1422 H.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996.
Khan, Akram. Economic Message of The Qur’an, Kuwait: Islamic Book
Publisher, 1996.
Kholifah, Siti. Tinjauan Hukum Ekonomi Islam Terhadap Transaksi Financial
Technology (FinTech) Pada Layanan Peer To Peer Lending Syariah (Studi
Pada Layanan Pinjaman Online PT Investree Radhika Jaya), Skripsi,
Bandar Lampung : Universitas Lampung, 2019.
Lugas, Tetuko Edhita Praja. Analisis Perbandingan Model Bisnis Platform
Crowdfunding Di Indonesia Dengan Menggunakan Platform Design
Toolkit, Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh, 2017.
Muawanah, Nisaul. Analisis Hukum Islam Terhadap Pinjaman Modal di FinTech
Investree Peer to Peer Lending di Indonesia, Skripsi, Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, 2019.
Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.
WordPictureWatermark1548828048 ...
Nindya, Santika Hapsari Wibowo. Analisis Modal Intelektual Pada Organisasi
Penyedia Jasa Urun Dana (Crowdfunding Platform) Di Indonesia (Studi
Pada Kitabisa.Com Periode 2013-2016, Skripsi, Yokyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 2017.
Saifullah, Sistem Penggalangan Dana Menggunakan Metode Crowdfunding Pada
Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (Lazis) Wahdah Berbasis Website,
Skripsi, Makassar: UIN Alauddin, 2017.
Silalahi, Ulbe. Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT Refika Aditama, 2012.
Simanjuntak, P.N.H Pendidikan Kewarganegaraan PKN untuk SMP/MTs Kelas
VIII, Jakarta: Grasindo, 2007.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia,
2010.
Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Rajawali Press, 1998.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Metode Penelitian Survey, Jakarta:
Pustaka LP3ES, 2011.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996.
Yarli, Dodi. Analisis Akad Tijarah Pada Transaksi Fintech Syariah Dengan
Pendekatan Maqhasid, Jurnal YUDISI Vol. 9 No. 2, Juli-Desember 2018.
Yunia, Ika Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Perspektif Maqasid al-Syariah, Jakarta: Kencana, 2014.
Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan
Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial.
Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi.
https://qazwa.id/blog/maqashid-syariah/ diakses pada 16 Mei 2020
http://www.investree.id diakses pada 17 Mei 2020
http://ammana.id diakses pada 17 Mei 2020
http://danasyariah.id diakses pada 17 Mei 2020
www.danakoo.id diakses pada 17 Mei 2020
www.p2p.alamisharia.co.id diakses pada 17 Mei 2020
www.syarfi.id diakses pada 17 Mei 2020
www.duhasyariah.com diakses pada 17 Mei 2020
www.qazwa.id diakses pada 17 Mei 2020
www.bsalam.id diakses pada 17 Mei 2020
http://ethis.co.id diakses pada 17 Mei 2020
http://kapitalboost.co.id diakses pada 17 Mei 2020
www.papitupisyariah.com diakses pada 17 Mei 2020
www.finteksyariah.co.id diakses pada 17 Mei 2020
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/25/indonesia-negara-dengan-
penduduk-muslim-terbesar-dunia diakses pada 18 Mei 2020
https://sp2010.bps.go.id/index.php diakses pada 19 Mei 2020
https://finansial.bisnis.com/read/20200114/89/1190216/2020-p2p-lending-
syariah-makin-pede diakses pada 19 Mei 2020
https://duwitmu.com/pinjaman-online/pinjaman-syariah-online-terbaik-terdaftar-
ojk/ diakses pada 20 Mei 2020
https://republika.co.id/berita/pthbdl374/masih-rendah-pemahaman-masyarakat-
terhadap-ekonomi-islam diakses pada 20 Mei 2020
https://www.techfor.id/ini-dia-manfaat-fintech-syariah-untuk-pemberdayaan-
ekonomi-umat/ diakses pada 15 Mei 2020
https://www.paper.id/blog/finansial-umkm/fintech-syariah-di-indonesia/ diakses
pada 15 Mei 2020
https://databoks.katadata.co.id diakses pada tanggal 28 Maret 2020
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190811132240-37-91172/ini-kisah-nyata-
orang-ini-ngutang-ke-141-fintech-lending diakses pada 14 Mei 2020
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-
Fintech-Terdaftar-dan-Berizin-di-OJK-per-20-Desember-2019.aspx#
diakses pada 14 Mei 2020
top related