menciptakan narapidana trampil dan mandiri
Post on 14-Jun-2015
669 Views
Preview:
TRANSCRIPT
20
09
Pem
berd
ayaan
Narap
idan
a
di
Bid
an
g K
on
str
uksi
Tulisan ini hanya merupakan tumpah ruahnya
suatu realitas yang terjadi dan dirasakan penulis
selama menjadi narapidana, apakah kemudian
harapan ini akan tetap menjadi angan atau realitas
perbaikan dikemudian hari…… bukan lah target dari
penulis. Penulis hanya ingin menumpahkan rasa yang
ada dalam hati dan jiwanya dalam corat – coret ini.
Page 2
Assalamualaikum Wr.Wb
Konsep perlakuan terhadap narapidana dari waktu ke waktu terus
mengalami perubahan sebagai konsekuensi logis dari dinamika
perkembangan jaman. Perlakuan terhadap terpidana dari sistem
kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan juga mengalami perubahan
Pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan narapidana yang
memandang narapidana sesuai dengan fitrahnya baik selaku pribadi, anggota
masyarakat maupun mahluk Tuhan menempatkan narapidana bukan semata-mata
sebagai alat produksi.
Sistem pemasyarakatan dalam memberikan pembinaan terhadap narapidana
memandang pekerjaan bagi narapidana bukan semata-mata dimaksudkan untuk tujuan
komersial yang bersifat profit oriented namun lebih dimaksudkan sebagai media bagi
narapidana untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi, anggota keluarga dan
anggota masyarakat melalui kegiatan-kegiatan bimbingan kerja yang bermanfaat
sehingga baik selama maupun setelah menjalani pidana dapat berperan utuh
sebagaimana layaknya anggota masyarakat lainnya.
Sistem Pemasyarakatan sebagai bagian dari pembangunan di bidang Hukum khususnya
dan Pembangunan Nasional bangsa Indonesia pada umumnya memiliki arti yang sangat
penting, terlebih dengan perubahan lingkungan yang strategis dari waktu ke waktu
baik dalam skala Nasional, Regional maupun Internasional.
Arti penting Lembaga Pemasyarakatan tersebut belum dapat diimbangi dengan kinerja
Lembaga Pemasyarakatan secara optimal, hal itu terlihat dengan masih banyaknya
narapidana sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan yang tidak bekerja dan masih
banyak pula narapidana yang sama sekali tidak memiliki ketrampilan kerja, atau
dengan kata lain masih banyak di jumpai narapidana yang menganggur dan menjadi
pengangguran.
Sejalan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Lembaga Pemasyarakatan
sebagai usaha rasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka
upaya peningkatan kualitas profesionalisme/ketrampilan dan kemandirian adalah
merupakan suatu media dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial narapidana yaitu
pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana baik
sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan. …. Wallahualam bisawab.
SEK
APU
R S
IRIH
Page 3
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA NARAPIDANA
MENJADI TRAMPIL dan MANDIRI.
Sistem Pemasyarakatan dalam Undang-Undang No.12 tahun 1995 Pasal (1) Ayat (2) adalah:
Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan
Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Dari uraian di atas maka Sistem Pemasyarakatan mempunyai tujuan akhir yaitu memulihkan kesatuan hubungan sosial ( reintegrasi sosial ) Warga Binaan dalam masyarakat, khususnya masyarakat di tempat tinggal asal mereka.
“Tindakan tanpa visi tidak ada artinya, visi tanpa
tindakan tidak membuahkan apa pun,tetapi bila
keduanya digabung dapat menghasilkan sesuatu
yang luar biasa”
A. U
MU
M :
Page 4
Program-Program Pembinaan yang dijalankan diLapas secara
berkesinambungan, bermuara dari Pembinaan Kepribadian s/d Pembinaan
Kemandirian haruslah berorientasi pada program,-program yang praktis,
sistematis, berdaya guna dan tepat guna, sehingga pada akhirnya dapat
menciptakan manusia-manusia ( ex. narapidana ) yang trampil
( berkemampuan keilmuan ) dan Mandiri ( berkemampuan secara financial
) dan mempunyai kepribadian yang tangguh, tidak mudah putus asa yang
menyebabkan mereka mencari jalan pintas negatip dan melanggar hukum
kembali.
BAGAIMANA MENCIPTAKAN NARAPIDANA TRAMPIL
dan MANDIRI…..?
Secara umum dapat dikatakan bahwa seseorang ( narapidana ) menjalani kehidupan
dilapas itu, mau tidak mau, harus dapat menerima terlebih dahulu vonis atas
kesalahan yang dibuat baik sengaja atau tidak sengaja dengan kesadaran dan
instrospeksi diri, dengan dasar itulah, seorang narapidana akan berbesar hati dan
tabah untuk menerima segala ujian atau musibah yang dihadapinya dengan menjalani
masa pidananya di Lapas.
Untuk itulah semua Program Pembinaan di Lapas haruslah dilakukan secara
berkesinambungan, dari :
1. Pola pendekatan petugas keamanan lapas yang
bersifat dinamis, ( memanusiakan manusia didalam melakukan kegiatan
disiplin, tata tertib yang harus diikuti oleh seorang narapidana ), kenyamanan
dan keamanan kejiwaan ini akan menjadi modal utama seorang narapidana
untuk berpartisipasi aktif mengikuti program-2 pembinaan selanjutnya,
ditambah dengan program pendekatan kerochanian yang dilakukan secara
terus-menerus di tempat-2 ibadah yang ada. Karena Aman dan Nyaman itu
adalah “ RASA”, dimana RASA itu adalah JIWA, sehingga pendekatan kejiwaan
B. S
PESIF
IK :
Page 5
hanya dapat dilakukan dengan Pengamanan yang bersifat Dinamis dan dua
arah, bukan melalui pendekatan Pengamanan Statis, yang lebih bersifat fisik,
satu arah dan indoktrinasi dan akhirnya narapidana hanya menjadi obyek
semata. Dalam hal ini perubahan perilaku petugas pemasyarakatan sebagai
Pembina narapidana harus mampu ditunjukkan dan dapat menjadikan cermin
yang baik bagi yang dibina. Gaya pembina yang kadang-kadang sok jagoan atau
sok kuasa dari beberapa oknum petugas lapas, akan menjadi kontra produktif
bagi proses perubahan perilaku dan akan menyebabkan efek dendam dan sakit
hati yang berkepanjangan.
2. Adanya Reward dan Punishment bagi Narapidana, Penghargaan atau Penghukuman bagi Narapidana harus disosialisasikan secara
transparan, sehingga Narapidana menjadi tahu hak dan kewajibannya secara
pasti, Hadiah/Penghargaan ( Remisi, Asimilasi, PB dan CMB ) diumumkan secara
transparan pada blok-2 hunian narapidana, sehingga mereka yang
mendapatkannya menjadi bangga dan dapat menjadikan narapidana lainnya
yang belum mendapat, berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan
dimaksud dengan selalu mengikuti tata tertib, kedisiplinan dan program-2
pembinaan yang dilakukan oleh Lapas, demikian juga sebaliknya apabila terjadi
Penghukuman yang diumumkan, akan membuat malu siterhukum dan membuat
tidak akan mengulang lagi pelanggaran disiplin dan tata tertib, dan bagi yang
tidak berbuat, akan segan/malu dan takut untuk melanggar aturan lapas, jadi
untuk Penghukuman perlu diterapkan “ BUDAYA MALU PENGHUKUMAN ” (
Konsekwensi pemberian Penghargaan dan Penghukuman yang dilakukan secara
tranparan dan tidak tebang pilih, akan membuat narapidana hormat, disiplin
dan patuh untuk mengikuti semua program pembinaan di Lapas ).
3. Penelusuran Minat dan Bakat yang Berdaya Guna dan
Tepat Guna, Penelusuran minat dan bakat harus dicatat sejak dari para
terpidana masuk dalam lapas, sehingga akan mempermudah pihak lapas apabila
akan melakukan pengelompokan didalam melakukan pembinaan-pembinaan
awal, sehingga sejak awal narapidana tidak merasa hanya di jadikan obyek
saja, tetapi mereka juga dijadikan subyek, yaitu dapat memilih secara langsung
program pembinaan minat dan bakat apa saja yang dapat diikutinya.
Sebagai subyek, narapidana akan merasa diperlakukan sebagai manusia, dan
akan dengan sepenuh hati mengikuti program-program pembinaan yang
diadakan oleh Lapas, Sentuhan hati yang merasa diperlakukan sebagai manusia
Page 6
dan tidak merasa hanya dijadikan obyek, akan membuat seorang narapidana
menjadi pribadi yang tangguh dan merasa dibutuhkan untuk menciptakan suatu
karya-karya yang nyata.
Rasa bersalah seorang narapidana akan menjadikan suatu dorongan mental
kejiwaan yang kuat sekali untuk dapat berbuat yang lebih baik dan tidak ingin
mengulangi kesalahan yang ada. Dengan kekuatan mental, kejiwaan seperti ini
akan lebih menampakkan hasil apabila Lapas mengembangkan Pembinaannya
secara praktis, sistematis, berkesinambungan, berdaya guna dan tepat
guna, tidak mustahil didalam Lapas akan menjadi pendidikan manusia-2 yang
unggul dan mampu menciptakan karya-2 inovatif, kreatif bahkan mendatangkan
keuntungan ( profit ) yang secara langsung akan mengurangi beban pemerintah
didalam penyediaan anggaran yang selama ini dirasakan terlalu minim.
4. Pemberian Kesempatan dan Kepercayaan, Hal ini harus
dimulai dari Insan Pemasyarakatan terlebih dahulu baru kemudian pihak luar
akan menjadi yakin dan percaya, bahwa para narapidana yang dibina didalam
Lapas sambil menjalankan pidananya, dapat berubah menjadi pribadi/manusia
yang unggul, kreatif, inovatif, trampil dan mandiri, Dengan adanya program
monitoring terhadap perilaku para narapidana secara rutin dan
berkesinambungan didalam melakukan pembinaan awal sampai dengan
pembinaan lanjutan, secara nyata para narapidana akan merasakan sebagai
subyek, sehingga mereka akan mengikuti semua program tanpa harus disuruh,
mereka akan berpartisipasi aktif secara sukarela, karena menganggap
Kesempatan yang diberikan dalam Program Pembinaan ini adalah bentuk
Kepercayaan Lapas ( insan Pemasyarakatan ) untuk dapat menjadikan
narapidana sebagai manusia seutuhnya.
Kepercayaan untuk seorang narapidana itu adalah mutlak, karena dengan
statusnya sebagai narapidana itu, merasa bahwa kalau mereka sudah tidak
dipercaya lagi adalah sama dengan mereka itu adalah binatang. Kepekaan
perasaan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh Lapas sangat berpengaruh
besar terhadap perubahan perilaku narapidana menjadi lebih baik.
Kepercayaan Lapas untuk memberikan mereka kesempatan menjadi Tamping
pekerja atau Pemuka Kerja dan kemudian mereka dipersilahkan untuk
membuat program-program dan juga melaksanakan program sesuai jabatan
yang telah dipilihnya, akan menyebabkan pemikiran mereka menjadi terbuka (
kreatif dan inovatif ) dan berperilaku positip, mereka tahu setiap pelaksanaan
program yang baik akan mendapatkan Reward/Penghargaan, minimal berupa
Page 7
ucapan terima kasih, berupa remisi tambahan, asimilasi dan lain-lain
sebagainya. Ucapan terima kasih saja, bagi narapidana sangatlah besar artinya,
karena dengan itu mereka merasa dipercaya, sehingga perasaan sebagai
manusia menjadi timbul dan dapat menjadikan kekuatan positip diri sendiri
untuk menjadi pribadi yang berubah baik dan unggul.
5. Kemudahan dan Transparansi Pengurusan Hak-Hak
Narapidana, motto lama insan pemasyarakatan “ Kalau Bisa Dipersulit,
Kenapa mesti Dipermudah “ harus dikikis habis dengan adanya reformasi
birokrasi dilingkungan Pemasyarakatan, karena motto lama itu sangatlah kontra
produktif didalam melakukan pembinaan bagi narapidana, yang akhirnya secara
tidak langsung akan membebani anggaran Pemerintah, narapidana menjadi
takut mengurus hak-haknya, sehingga apabila tidak diurus, narapidana menjadi
makin lama menjalani masa pidananya dan akhirnya narapidana bukanlah
menjadi sumber daya manusia yang produktif, karena mereka lebih memilih
menjalani apa adanya masa pidana tanpa memperdulikan hak-haknya.
Narapidana jugalah manusia, kalau sudah merasa melaksanakan kewajibannya,
tetapi hak-haknya tidak diperhatikan, bahkan cenderung dipersulit, akhirnya
mereka menjadi manusia yang apatis, tidak produktif dan pada akhirnya makin
merasakan ketidak adilan yang mendalam dalam kehidupannya, sehingga
mereka berbuat semaunya didalam lapas, bahkan ada kecenderungan
menjadikan Lapas sekolah kejahatan dan akhirnya pembinaan menjadi gagal,
mereka menjadi orang jahat, yang mana setelah selesai menjalani masa
pidananya, tidak ragu-ragu lagi mengulangi perbuatan pidananya, karena
mereka merasa menjadi manusia yang terbuang.
6. Merubah Paradigma dan Membuat Profil Keunggulan
Lapas dalam Pemberdayaan Narapidana, yang mengatakan
bahwa Narapidana adalah manusia yang gagal mengatasi masalah kehidupan,
dirubah menjadi Narapidana adalah manusia yang menyadari kegagalannya
untuk kemudian mampu menjadi manusia yang unggul mengatasi semua
permasalahan kehidupannya, setelah menjalani pembinaan didalam Lapas.
Perubahan paradigma diatas, secara langsung berdampak besar pada
pembentukan kepribadian narapidana selama menjalani masa pidananya.
Optimisme yang besar menjadikan semangat untuk merubah dirinya menjadi
manusia seutuhnya, tertib hukum dan tidak ingin mengulangi kesalahannya
untuk ke dua kalinya.
Page 8
Dan yag dimaksud dengan Profil Keunggulan Lapas Dalam
Pemberdayaan Narapidana, tak ubahnya seperti membuat company
profil perusahaan didalam dunia bisnis, dimana lapas dapat membuat suatu
leafet, brosur ataupun Company Profile lengkap dengan referensi kemampuan
dan keahlian para Narapidana yanag telah bersertifikat, sarana dan prasarana
yang dimiliki didalam melakukan produksi dan foto-2 hasil produksi yang telah
dihasilkan, Hal ini akan membuat masyarakat / dunia usaha tahu
kemampuan/keahlian dari narapidana pada khususnya dan Program pembinaan
yang berhasil dari Lapas pada umumnya, yang mana pada akhirnya masyarakat
atau dunia usaha menjadi tertarik dan mau menerima/memperkerjakan
narapidana didalam aktivitas usaha mereka.
7. Sosialisasi Program-program Pembinaan seperti
Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat dan
Cuti Menjelang Bebas kepada Masyarakat diluar
tembok Penjara, Program-program diatas sangatlah berdampak besar
kepada perubahan perilaku narapidana, apabila hak-hak diatas diberikan
dengan makna yang dalam dari suatu penghargaan terhadap perubahan perilaku
narapidana yang tertib dan disiplin didalam mengikuti program-2 pembinaan
yang dijalankan di Lapas dan bukanlah hanya menjadi program rutin dilapas
dikarenakan memang hukumannya telah memasuki 1/2 atau 2/3 masa pidana.
PEMAKNAAN PROGRAM INI sebagai SUATU PENGHARGAAN akan sangat lebih
bermanfaat daripada dijadikan RUTINITAS PROGRAM TANPA MAKNA. Dan
sosialisasi yang terus menerus dari pihak Lapas kepada Masyarakat diluar
Penjara, baik dalam pemberitaan maupun dalam pelaksanaan asimilasi dengan
pihak ke III, hal tersebut akan membuat masyarakat diluar penjara atau dunia
usaha dalam hal ini menjadi tahu bahwa narapidana yang menjalani program-2
diatas adalah narapidana-2 pilihan/tangguh dan telah selesai menjalani
program-2 pembinaan awal dengan baik dan siap untuk melakukan re-integrasi
social dengan masyarakat kembali atau dengan dunia usaha tempat mereka
bekerja dahulu.
Pemahaman dari masyarakat di luar tembok penjara, dunia usaha pada
khususnya akan mengurangi sedikit demi sedikit stigma negatip narapidana,
karena mereka yang di asimilasi adalah benar-2 narapidana yang telah berubah
perilakunya, tangguh, produktif, kreatif, trampil.
Page 9
8. Jangan jadikan dalih suatu pembenaran, bahwa
Kekurangan Anggaran atau Kesejahteraan dalam
Lapas untuk kemudian tidak melakukan pembinaan
yang optimal, Manusia itu tidak peduli dia narapidana atau
petugas/Pembina, pada umumnya didalam menghadapi suatu tekanan atau
keterbatasan akan menjadi 2 type manusia yang berbeda, dapat menjadi
manusia apatis dan masa bodoh, atau menjadi manusia kreatif dan cerdas,
untuk itulah Program-2 Pendekatan kemanusian yang Dinamis seperti salah
satunya menjadikan petugas sebagai Wali Pemasyarakatan, dapat terjadi
komunikasi dua arah yang saling menguntungkan kedua belah pihak secara
positip.
Komunikasi/berbicara adalah kebutuhan manusia hidup untuk berbagi atau
mengeluarkan suatu tekanan kejiwaan yang dirasakannya, apabila tekanan-
tekanan ini mendapatkan saluran yang tepat dan positip akan terjadi kekuatan
positip untuk dapat mengatasi segala kekurangan yang ada, baik ditinjau dari
sudut petugas maupun narapidananya itu sendiri.
Petugas menjadi visioner, narapidana menjadi kreatif dan cerdas yang mana
apabila kedua unsur ini disinergikan secara positip dan bertanggung jawab akan
dapat menjawab tantangan kedepan bagaimana sistim pemasyarakatan dapat
berjalan dengan baik seperti yang dicita-citakan bersama, Kekurangan
kesejahteraan, kekurangan anggaran, over kapasitas bukanlah dijadikan suatu
alasan pembenaran diri bahwa kehidupan didalam lapas tidak dapat berjalan
optimal sebagaimana visi dan misi pemasyarakatan itu sendiri.
Peluang kerja dapat diciptakan dalam situasi dan kondisi seperti ini,
narapidana dapat menciptakan kreatifitasnya, membuka hubungan relasi
usahanya, meciptakan produksi dalam lapas yang bernilai jual ekonomis,
Petugaspun dapat menfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang ada, maka
terdapatnya unit produksi didalam lapas yang dapat menutup kekurangan
anggaran didalam melakukan pembinaan dan juga menambah kesejahteraan
bagi petugas secara proporsionil dan professional.
9. LAPAS harus memberanikan diri mencari kesempatan
/ lapangan pekerjaan secara masal, bukan lapangan
pekerjaan yg individual, saat ini Lapas mengartikan Asimilasi Pihak
Ke III, atau pemberian kesempatan narapidana berintegrasi keluar/bekerja
kepada pihak ke III, adalah secara individual/per orangan ( napi mencari sendiri
Page 10
pihak ke III yang dimaksud dan kemudian lapas hanya sebagai fasilitator pasif
kecuali hanya menjaga dalam hal pengamanan saja dan kontrak hanya berlaku
bagi seorang napi ).
Hal ini hanya dinikmati oleh beberapa orang narapidana saja dan kalaupun itu
dilakukan, hanya bersifat proforma yang tidak mendapatkan output balik bagi
Lapas ataupun narapidana lainnya yang tidak mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan sendiri pihak ke III/dunia usaha yang dimaksud. Lapas seharusnya
dapat berperan aktif memanfaatkan pihak ke III/perusahaan didalam kontrak
individual dimaksud dengan meminta agar dapatnya menerima lebih dari satu
orang atau bersifat masal dan kemudian berani merubah kontrak, yang semula
antara Narapidana dengan Pihak Ke III dirubah menjadi antara Lapas dan Pihak
Ke III sebagai payung hukum selama periode tertentu, sehingga keluarnya
seorang narapidana karena habis masa pidananya, tidak akan mengakhiri masa
kontrak antara Lapas dengan Pihak Ke III tersebut dan dapat diisi oleh
Narapidana lainnya yang telah memenuhi persyaratan untuk Asimilasi dengan
Pihak III, sehingga program asmiliasi pihak ke III dapat berjalan dengan
berkesinambungan dan dapat menciptakan output balik untuk Lapas sendiri,
didalam mengatasi kekurangan anggaran didalam melakukan pembinaan yang
berkesinambungan.
1. Kepedulian Keluarga, Masyarakat dan Dunia Usaha, Setelah Lapas ( Insan Pemasyarakatan ) membuka diri dengan sosialisasi
program-2 pembinaan internal, maka masyarakat diluar tembok penjara
perlu berpartisipasi aktif dengan melihat bukti-2 program pembinaan yang
dilakukan di dalam Lapas seperti melakukan Kunjungan Keluarga, melihat-2
hasil karya narapidana dan mendukung program-2 pembinaan yang
berdampak simbiosis mutualisme baik bagi lapas, narapidana maupun dunia
usaha ( karena secara faktual Pemerintah kekurangan anggaran didalam
melakukan program-2 pembinaan yang dinamis, sistematis dan
berkesinambungan ).
2. Hilangkan Pemberitaan yang berat Sebelah dari
Media Cetak & Elektronik, Sangatlah penting sekali pemberitaan
yang obyektif dan terukur oleh media cetak dan elektronik, dimana selama
ini pemberitaan yang terjadi selalu berat sebelah dan hanya menyoroti
Page 11
adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Lapas maupun
Narapidana. Hal ini akan membuat masyarakat menjadi antipati kepada
Narapidana dan Lapas, yang berakhir dengan kuatnya stigma negatip
terhadap narapidana dan kegagalan Lapas sebagai lembaga Pembinaan.
Media harus menjadi corong atau suara yang obyektif tentang kehidupan
didalam penjara dan Lapaspun harus bersifat terbuka kepada Media dan
pro-aktif terhadap perkembangan IT, Aktifitas pemberitaan ( seperti
menggunakan website, sarana pameran dll )
3. Jangan Jadikan Lapas/Rutan sebagai ajang Balas
Dendam Politis yang menyebabkan terjadinya
diskriminasi hukum, UU. No.12 Tahun 1995, tentang
Pemasyarakatan, adalah Undang-2 yang dapat dijadikan panutan/tolok ukur
proses pemidanaan, undang-2 ini sangatlah lengkap baik secara filosofi
maupun aplikasi pelaksanaan, yang intinya adalah bagaimana seorang
manusia yang melanggar hukum, kemudian menjadi narapidana, dihukum
dengan proses penjeraan dan kemudian dilakukan pembinaan yang
berwawasan pendekatan kemanusiaan, sehingga narapidana tersebut
menjadi sadar, taat hukum dan siap terjun kembali kelingkungan
masyarakat, bangsa dan negara sebagai manusia seutuhnya.
Yang mana saat ini peraturan perundang-undangan yang dibuat dan dibawah
UU. No.12 tahun 1995, banyak sekali yang bertentangan, multi tafsir,
bersifat abu-abu dan selalu berdasarkan kepentingan politis dengan
mengatas namakan “ Menyakiti Rasa Keadilan Masyarakat “, padahal secara
fakta masyarakat mana yang disakiti kecuali masyarakat politis,
pertentangan dan perubahan peraturan perundangan-2 inipun sudah sering
disuarakan, tetapi selalu kandas secara politis, ganti presiden ganti aturan,
ganti menteri ganti aturan, sehingga Insan Pemasyarakatanpun sering
dibingungkan dan kadang-2 tidak setuju, tetapi tidak mampu berbuat
apapun, sehingga timbul wacana terbaru, agar Ditjenpas merupakan
organisasi yang berdiri sendiri tidak dibawah dari Depkumham…..
Wallahualam.
4. Berikan Kesempatan, Kepercayaan dan Ruang
Pembuktian Diri bagi Narapidana, banyak faktor yang
menyebabkan seseorang manusia menjadi narapidana seperti, faktor
tekanan ekonomi, factor politis, factor mental dan kejiwaan, factor kurang
Page 12
beruntung, factor lingkungan yang tidak kondusif dan banyak lagi factor-2
lainnya, maka tidaklah benar kalau kemudian masyarakat diluar/dunia
usaha menganalogikan semua narapidana adalah penjahat, yang benar
bahwa seorang narapidana adalah manusia yang telah salah jalan,
melanggar hukum atau bernasib kurang baik, maka dengan itu, seorang
narapidana pada umumnya dapat berubah perilakunya apabila masyarakat,
keluarga, dunia usaha memberikan kesempatan, kepercayaan dan ruang
pembuktian diri agar narapidana tersebut menjadi manusia yang seutuhnya,
dapat berperan serta secara aktif mengisi pembangunan disegala bidang
dengan segala ilmu dan keterampilannya. Telah banyak terbukti bagaimana
seorang narapidana atau ex. Narapidana dapat menjadi manusia yang baik,
bahkan menjadi ustad, menjadi pengusaha, selama diberikan kesempatan
dan kepercayaan untuk membuktikannya.
5. Dunia Usaha dengan CSR nya (community social
responsibility) harus berani berperan aktif
mendukung program pembinaan yang bersifat
produktif dan memberikan dampak simbiosis
mutualisme bagi kedua belah pihak. Dunia usaha sudah
seharusnya memberikan kesempatan yang luas kepada narapidana atau ex.
Narapidana untuk ikut berpartisipasi kembali dalam ikut memutar roda
ekonomi pembangunan, memberikan stigma negatip bukanlah jalan keluar
yang bijaksana, saling menyalahkan atau menyudutkan jugalah bukanlah
tindakan yang positip, jelas sekali banyak factor seseorang untuk menjadi
narapidana, dapat dari kehilangan pekerjaan, himpitan perekonomian dan
lain-2 sebagainya, yang mana sebenarnya salah satu penyebabnya adalah
juga karena dunia usaha yang lesu dan roda pekenomian yang tidak berputar
stabil.
Untuk itulah bagi Dunia Usaha besar dan telah mempunyai CSR dapat
menggunakan CSRnya membantu pemerintah atau Lapas pada khususnya,
untuk melakukan pemberdayaan narapidana atau ex. Narapidana secara
saling menguntungkan dan mempunyai sifat social yang tinggi, sesuai
dengan tujuan penggunaan dari CSR tersebut. Jelas sekali keunggulan-
keuanggulan pola perilaku seorang narapidana atau ex.narapidana, yang
mana dengan kehilangan kebebasannya, masih harus bertanggung jawab
kepada keluarganya, harus menjalani tertib berdisiplin hidup didalam lapas
apabila ingin mendapatkan hak-haknya seperti Remisi, Pembebasan
Bersayarat, dan hak-hak lainnya, hal-hal tersebut merubah seorang
Page 13
narapidana atau ex.narapidana menjadi pribadi yang tangguh, tidak ingin
mengulangi kesalahannya kembali. Disinilah Dunia usaha harus berani
mecoba dan membuktikan bahwa stigma negatip itu tidaklah benar.
Untuk itulah apabila SISTIM PEMASYARAKATAN dijalankan secara konsisten dan 3 Pilar
Utama Pemasyarakatan berperan secara aktif dan proporsionil, maka pembinaan
narapidana dapat berjalan dengan baik dan dengan tindakan lanjut dalam hal
Pemberdayaan Narapidana sebagai sumber daya manusia yang Produktif. Maka
Pemerintah, Narapidana dan Masyarakat akan mendapatkan manfaat masing-2 secara
maksimal, seperti digambarkan dalam contoh dibawah ini :
Tulisan masih akan bersambung, tergantung hati, pikiran dan lapangan orientasi
penulis. Pada tulisan yang akan datang, penulis akan memperbandingkan secara
normatif dengan undang-2 dan peraturan tertulis yang berlaku dilingkungan
Pemasyarakatan
Page 14
top related