mengembangkan keterampilan komunikasi antar pribadi
Post on 22-Jan-2016
498 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi
Oleh: KELOMPOK 7
Nama Kelompok:
1. Kadek Ari Dwiarwati (1011011019)
2. I Nengah Budhi Saputra (1111011009)
3. Ni Luh Gd. Mudiyathi Mawar Sari (1111011010)
4. I. D. A. Asti Metayani (1111011030)
5. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032)
6. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038)
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan karunia-Nya dan juga usaha dari kami akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah sederhana yang berjudul “Mengembangkan Keterampilan
Komunikasi Antar Pribadi”.
Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Komunikasi
Antar Pribadi yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahannya. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa, serta pihak lain
yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi isi dan penyusunannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kami dalam
hal pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Singaraja, Maret 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keterampilan Merefleksi Perasaan .................................................. 3
2.2 Keterampilan Memberi Penguatan ................................................... 4
2.3 Keterampilan Mendengarkan .......................................................... 5
2.4 Keterampilan Bertanya ..................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................. 28
3.2 Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai seorang calon guru bimbingan konseling yang nantinya akan
selalu berkomunikasi dengan seluruh lapisan sekolah. Komunikasi sendiri
memiliki arti sebagai suatu proses pengiriman pesan dari komunikator ke
komunikan. Pesan disini disampaikan dalam bentuk yang sederhana dan
diharapkan mampu dimengerti oleh lawan bicara. Pesan itu harus memiliki
makna, dimana pesan itu akan bermakna apabila pesan disampaikan secara
lengkap tanpa mengurangi isi dari pesan itu. Kekaburan sebuah makna pesan
dapat dikurangi dengan melihat cara pemakaian kata itu atau konteks suatu
kalimat. Penyampaian pesan akan terputus apabila tidak terjadi suatu hubungan
yang baik antar pribadi, hubungan antar pribadi adalah suatu proses hubungan
yang tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu satu dengan individu yang
lain. Tidak cukup hanya dengan hubungan antar pribadi saja suatu komunikasi itu
kan berjalan dengan baik, tetapi dalamsuatu komunikasi diperlukan juga
keterampilan dalam melakukannya. Jadi dalam melakukan komunikasi
dibutuhkan keterampila-keterampilan khusus agar nantinya komunikasi itu akan
mendapat tindak lanjut dan tidak terputus. Ketermpilan ini harus dikuasi oleh
setiap guru bimbingan konseling karena mengingat tugas kita yang nantinya akan
sebagai seorang pendengar, pemberi motivasi, pemberi penguatan dan lain-lain.
Maka dari itu kita wajib mengetahui dan mempelajiri keterampilan-keterampilan
tersebut sebagai dasar dan modal utama kita dalam melaksanakan tugas.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan merefleksi perasaan?
2. Bagaimana keterampilan memberi penguatan?
3. Bagaimana keterampilan mendengarkan ?
4. Bagaimana keterampilan bertanya?
1
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan merefleksi perasaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan memberi penguatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan mendengarkan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan bertanya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah
makalah ini nantinya dapat dijadikan sumber atau bahan bacaan bagi mahasiswa.
Karena sebagai seorang calon konselor kita harus dapat mengetahui model
konseling humanistik agar dapat membantu konseli.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Keterampilan Merefleksi Perasaan
Bagaimana seseorang merasakan suatu masalah sama pentingnya dari pada
hakekat atau isi masalah itu sendiri. Perasaan terjalin bersama dengan masalah itu
sendiri. Kesuksesan pemecahan masalah sebagaian tergantung pada pemahaman
seseorang akan perasaan dan kesadaran kembali akan segala sesuatu yang ada
kaitannya dengan perasaannya.
Untuk membantu orang lain agar menjelaskan perasaannya, kamunikator
harus mengenal betul perasaan orang yang diajak bicara. Itulah sebabnya,
penekanan dalam uraian dan kegiatan ini terletak pada identefikasi dan ekspresi
perasaan komunikator sendiri dan sebagai terletak pada pengenalan perasaan
orang lain. Keterampilan merespon perasaan komunikan secara aktual difokuskan
pada penggalan berikutnya.
Untuk mengomunikasikan perasaan anda sendiri dengan cermat atau untuk
memahami perasaan orang lain, merupakan kegiatan yang sulit. Alasannya:
a. Ekspresi perasaan mengambil banyak bentuk yang berbeda. Perasaan-
perasaan dapat mengekspresikan diri melalui perubahan-perubahan
badaniah, seperti : kecepatan detak jantung, pernafasan, malu, keringatan,
teriakan atau tangisan, benturan, melihat satu arah atau memalingkan
wajah, membungkuk, menggigit bibir. Dalam bentuk kata misalnya :
komentar, gerak isyarat, tuduhan, panggilan nama, sindiran tajam,
pertimbangan. Ekspresi perasan yang spesifik dapat bersumber dari
perasaan yang sangat berbeda-beda. Wajah yang merah umpamanya, dapat
menjadi indikasi perasaan kecewa atau malu, jengkel atau susah.
b. Persepsi komunikator akan perasaan orang lain didasarkan pada berbagai
situasi atau pengalaman yang berbeda. Bila seseorang berbicara dan anda
lebih memungkinkan mempengaruhi perasaan seseorang. Persepsi anda
akan perasaan orang lain, sering lebih tergantung pada apa yang anda
rasakan dari pada kata-kata atau tindakan orang lain. Selanjutnya
keterampilan mereleksi perasaan adalah respon terhadap poerasaan
3
komunikan. Respon ini dapat dilakukan dengan jalan merefleksi atau
memantulkan perasaan komunikan. Untuk dapat memberikan respon yang
tepat maka sebelumnya komunikator harus mengenali daftar perasaan dan
tingkatannya mulai perasaan yang paling halus sampai perasaan yang
paling keras. Pengenalan terhadap jenis-jenis perasaan yang tepat. Tidak
mungkin akan memrefleksi perasaan senang kalau ekspresi komunikan
cemberut.
2. 2. Keterampilan Memberi Penguatan
Komunikator bisa memberikan respon dalam bentuk dukungan atau
penghargaan kepada komunikan apabila pertanyaan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai bersama. Tujuan respon penguatan adalah disamping memotivasi
komunikan agar dapat lebih terbuka, juga dapat mengmbangkan diri dalam
komunikasi. Menurut D.N.Pah (1996) membedakan penguatan menjadi dua yaitu:
1. Penguatan Verbal
Penguatan verbal berupa kata-kata pujian, dukungan, dorongan yang
digunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan komunikan.
Kata-kata yang digunakan seperti, benar, bagus sekali, tepat, dan
sebagainya. Atau dalam bentuk kalimat seperti, bagus sekali jawaban mu.
2. Penguatan non verbal
Penguatan non verbal adalah penguatan berupa mimik dan gerak tubuh
seperti, senyuman, anggukan, acungan jempol dan sebagainya.
Kedua jenis penguatan diatas bisa dilakukan bersamaan tergantung situasi.
Contohnya, ketikan komunikator memberikan penguatan verbal “saya sangat
senang”, pada saat itu juga komunikator tersenyum sambil menganggukan kepala.
Penguatan
Ada beberapa bentuk penguatan yang dapat dilakukan dalam komunikasi
antar pribadi yang dapat memperkokoh terjadinya komunikasi antar pribadi.
1. Penguatan minimal yang baik mencangkup
a. Mengelaborasi aspek-aspek nonverbal tentang prilaku attending
yang baik, contoh :
Memelihara kontak mata
4
Badan condong kedepan dengan penuh perhatian
Gerak isyarat yang tepat
Tanpa gerakan-gerakan gugup yang menggangu
Anggukan kepala
Gerakan badan kedepan bersama gerak isyarat yang hangat
pada waktu yang tepat.
b. Ungkapan/ucapan verbal yang singkat, umpanya:
• “Oh”, “Begitu”, “Kemudian”, “Dan”.
• “Ceritakan Lagi”
• “Mm”, “He”
• Menyatakan kembali secara sederhana kata-kata eksak dari
pertanyataan terakhir komunikan
• Mengulangi satu atau dua kata-kata kunci
2. Penguat minimal yang jelek mencangkup:
• Sikap badan yang kaku
• Tidak terbata-bata
• Gerakan badan yang terlalu banyak
• Keadaan diam yang menimbulkan perasaan malu
2. 3. Keterampilan Mendengarkan
Mendengarkan bukan sekedar merupakan perkara fisik “mendengarkan”.
Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengar proses itu
orang menyimpulkan dan mengintegrasi antara, input, fisik, emosional dan
intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Tujuan
mendengarkan menurut Soli Abimayu adalah mengumpulkan informasi yang ada
hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan tujuan yang dikemukakan oleh
seseorang.
Mendengarkan dengan baik tidak terjadi dengan gampang. Mendengarkan
merupakan kerja keras. Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dan
kepekaan tetapi juga berbagai perubahan fisik dalam tubuh. Pada waktu
mendengarkan dengar baik, detak jantung kita bertambah, suhu badan sedikit
naik, dan peredaran darah lebih cepat.
5
Agar dapat menjadi pendengar yang baik, kita harus berusaha menjadi
objektif. Meskipun objektivitas penuh itu jarang ada, mendengarkan menuntut
usaha yang secra sadar mencoba untuk mengerti orang yang berbicara dengan
kita, tanpa membiarkan pendapat pribadi mempengaruhi arti dan maksud kata-
katanya. Kita harus berusaha untuk mengerti apa yang hendak disampaikan
kepada kita oleh orang yang berbicara dengan kita dan bukan apa yang ingin kita
mengerti. Hal ini membantu kita untuk melihat dan merasakan apa yang dilihat
dan dirasakan oleh orang yang berbicara dengan kita. Dengan demikian kita,
jasanya dapat menembus lambing-lambang komunikasi dan lebih dekat dengan
kenyataan yang bersangkutan dalam pembicaraan.
Sebagai komunikan dam komunikator dengan pendengar yang jelek, maka
kita tidak akan mampu menangkap pesan yang disampaikan masing-masing.
Akibatnya kita tidak menangkap makna yang tersirat dalam ungkapan tersebut.
Karena tidak menangkap makna pesan yang tepat, maka diantara keduanya saling
mengajukan pertanyaan kembali. Kondisi seperti ini tentu merupakan komunikasi
yang tidak efektif. Kurangnya kecakapan mendengarkan juga menciptakan rasa
kurang percaya pada orang yang diajak berbicara. Karena mereka tidak percaya
kepada kita, pada waktu berbicara dengan mereka, mereka juga tidak akan
mendengarkan lawan bicranya. Sebaliknya jika kita memiliki kecakapan yang
baik dengan orang-orang yang kita ajak berbicara kita akan membangun
hubungan yang komunikatif dengan orang yang kita ajak bicara. Kita dengan
mudah dapat menangkap makna pesan yang disampaikan apakah itu harapan,
komentar, gagasan dan sebagaiannya.
Cara mendengarkan yang baik mencakup :
Memelihara perhatian penuh dan terpusat kepada klien.
Mendengarkan segala sesuatu yang dikatakan oleh klien.
Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-katanya, perasaan, dan
prilakunya). Memahami seluruh pesanya.
Mengarahkan apa yang anda katakan terhadap apa yang telah dikatakan
oleh klien. Verma menyarankan bahwa jika ingin menjadi pendengar yang
baik maka jadilah “ACTIVE LISTEN”. A singkatan dari attention yang
berarti menaruh perhatian penuh terhadap pesan yang disampaikan baik
6
oleh komunikator maupun komunikan, C singkatan dari concern yang
berarti, tertarik atau focus pada pesan pokok yang disampaikan, T
singkatan dari timing yang berarti, memilih waktu yang tepat dalam
merespon dan tidak menyela, I singkatan dari involvement yang bearti
merasa ikut terlibat dalam suatu percakapan, V singkatan dari vocal tones
(memperhatiakan irama suara dalam komunikasi dengan menyesuaikan
diri dengan lawan bicara), E singkatan dari eye contact yang berarti,
melakukan kontak mata yang baik yaitu tidak menatap secara menoton
tetapi sesuai dengan kebutuhan. Berikutnya, L singkatan dari look yaitu
melihat dan memperhatikan bahasa tubuh (body language) lawan bicara
apakah antara respon verbak telah sesuai dengan bahasa non verbal, I
singkatan dari intetset menunjukan minat yang tinggi terhadap lawan
bicara atau materi yang dibicarakan, S singkatan summarize artinya dapat
menangkap makna pokok pesan singkat, T singkatan dari territory focus
pada hal-hal penting saja tidak melebar pada konteks lain, W singkatan
dari empathy yang berarti menunjukan kebersamaan, merasakan apa yang
dirasakan lawan bicara, dan N singkatan dari nod yang menandakan telah
memahami atau setuju dengan apa yang dibicarakan.
Cara mendengarkan yang jelek mencakup:
Memungkinkan anda sendiri diganggu oleh keributan lain, pandangan
diluar pandangan klien mengajukan pertimbangan-pertimbangan tentang
pribadi klien sebelum mendengarkan semua pesan klien.
Merumuskan suatu respon terhadap pesan klien sebelum klien mengakhiri
pesannya.
Melompat-lompat dari topic yang satu ke topic yang lain.
a. Macam-Macam Pendengar
Phillip I. Hunsaker dan Antony J. Alessandra mengklasifikasikan
pendengar menjadi empat tingkatan yaitu: 1. Pendengar yang bukan mendegar, 2.
Pendengar dangkal, 3. Pendengar evaluative, dan 4. Pendengar aktif. Dalam
kaitan dengan uraian ini hanya dijelaskan tiga jenis pendengar saja yaitu
pendengar danggkal, pendengar evaluative, dan pendengar aktif. Sedangkan
7
tingkatan yang pertama yang disebut bukan pendengar tampaknya kurang relevan
untuk dijelaskan.
1. Pendengar dangkal
Pendengar dangkal artinya, mendengarkan suara dan kata-kata, tetapi tidak
sunguh-sunguh mendengarkan. Isi atau pesan pembicaraan terungkap, tetapi tidak
tertangkap. Pendengar dangal secara datar ada dipermukaan persoalan atau
masalah, dan tidak mengambil resiko untuk masuk kedalamnya. Dia menunda
perkara diluar. Dia menghindari pembicaraan serius. Dan jika mendengarkan, dia
cenderung mendengarkan hal-hal yang sepele dan bukan yang pokok. Pendengar
dangkaldapat jatuh pada perasaan terhibur palsu bahwa dia dapat mendengarkan,
tetapi dia tidak mengerti apa yang dikatakan orang kepadanya. Tanggapan
terhadap hal yang disampaikan kepadanya sering dipersoalkan karena meleset dari
masalah pokoknya.
2. Pendengar evaluatif
Pendengar evaluative artinya, mendengarkan dengan konsentrasi dan
perhatian lebih besar dari pada tingkat mendengarkan diatas. Pendengar
evaluative dimana pendengar secara aktif berusaha mendengar apa yang dikatakan
orang, tetapi tidak berusaha untuk mengerti sepenuhnya apa makna pembicaraan
orang. Kita lebih cenderung menjadi pendengar yang logis, lebih menaruh
perhatia pada isi dari pada perasaan. Pendengar evaluative cenderung tetap tak
terlibat secara emosional dalam pembicaraan. Dia cakap merumuskan kembali isi
pembicaraan yang baru didengar dari orang lain, tetapi sama sekali tidak tahu isi
lain dari pembicaraan yang diungkapkan oleh pembicara lewat nada suara,
ungkapan wajah, dan gerak-gerik. Dia dapat dapat menangkap arti kata, dan atau
fakta yang diuraikan dan kesimpulan yang dapat ditarik daripembicaraan, tetapi
kepekaan untuk menangkap perasaan dan pemahaman yang benar, lemah sekali.
Pendengar evaluative merasa yakin bahwa dirinya mengerti orang yang berbicara
dengannya, tetapi orang yang berbicara dengannya merasa tidak mengerti
olehnya. Mendengarkan secra evaluative mempercepat pembicaraan. Karena
pendengar evaluative cepat menyambung, bahkan memotong, pembicaraan orang
lain, entah karena setuju atautidak. Konsentrasi pendengar evaluative hanya
terpusat pada satu segi pembicaraan. Karena dia membentuk pendapatnya atas
8
dasar pendapatan atas dasar penangkapan yang tidak lengkap atas isi pembicaraan
orang lain. Akibatnya orang yang berbicara dengan dia merasa kurang dimengerti,
dipahami dan diterima.
3. Pendengar aktif
Tingkat mendengarkan ini merupakan tingkat mendengarkan yang paling
tinggi dan paling baik. Jika kita sudah mampu menahan diri untuk tidak menilai
ucapan-ucapan orang yang berbicara dengan kita dan menempatkan diri pada
tempatnya dengan berusaha untuk melihat perkara dari segi pandangannya, kita
sudah berhasi mencapai tingkat pendengaran ini. Kita sudah menjadi pendengar
aktif. Pada tingkat ini terjadi komunikasi yang sejati. Kita tidak hanya penuh
perhatian terhadap kata-kata yang diucapkan orang, tetapi berusha menjadi satu
dengannya. Untuk ini kita perlu menahan pikiran dan perasaan kita sendiri dan
memusatkan perhatian pada mendengarkan orang yang berbicara dengan kita.
Kita tidak hanya mendegarkan isi ucapan-ucapan tetapi lebih penting juga
perasaan yang menyertai. Kita perlu menunjukan kepada orang yang berbicara
kepada kita, baik secara verbal maupun non verbal, bahwa kita betul-betul
mendengarkannya. Pendengar aktif tidak perlu memotong pembicaraan orang. Dia
amat penuh pengertian. Dia berusaha berusa untuk selalu mencari tanda-tanda
suatu gejala-gejala verbal atau non verbal yang merupakan ungkapan untuk
menyatakan hal yang ingin yang dikatakan. Dia mendengarkan tidak hanya apa
yang dikatakan dan bagaimana hal itu dikatakan orang, tetapi juga peka terhadap
apa yang tidak dikatakan. Pendengar aktif adalah orang yang cakap mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Dia mempergunakan pertanyaan-pertanyaan untuk
memperjelas mengenbangkan dan memperluas pembicaraan dengan maksud agar
seluruh hal yang hendak dikatakan orang kepadanya terungkap secara enak dan
leluasa.
Pendengar aktif memiliki tiga keterampilan penting yang tidak dimiliki
oleh pendengar-pedengar pada tingkat dibawahnya. Dia dapat menangkap,
memperhatikan dan menjawab dengan baik.dia dapat menangkap dalam arti dapat
mengenal dan menghargai maksud yang tak terucapkan yang disampaikan orang
yang berbicara dengannya lewat nada suara, raut wajah, gerak-gerik dan
sebagainnya. Dia mampu memperhatikan dalam arti mampu menyampaikan
9
pesan-pesan kepada orang yang bebicara dengannya lewat katakata suara, raut
wajah dan gerak-gerik yang menunjukan perhatian, sikap bersedia menerima, dan
pengakuannya terhadap orang yang berbicara dengannya berserta maksung yang
hendak disampaikan olehnya. Hal ini mencakup kontak mata, raut wajah, gerak-
gerik, anggukan kepala, sikap tenang dan tindak tanduk yang jauh dari pertanda
bosan atau marah. Dia cakap menjiwai dalam artian cakap member tanggapan
yang menunjukan ketepatannya menangkap agar orang itu dengan bebas dapat
terus berbicara dengan enakdan mengeluarkan isi pikiran dan hatinya, mendapat
informasi yang dibutuhkan, serta membuat orang berbicara dengannya dipahami.
Cara mendengarkan tingkat ini melelhkan sebab menuntut konsentrasi yang besar.
b. Hambatan Dalam Mendengarkan
Ada beberapa hambatan untuk mendengarkan secara baik. Dibawah ini
disebutkan macam-macamnya. Dengan mengetahui hambatan-hambatan itu
diharapkan kita mampu mencari jalan untuk mengatasinya.
1. Motivasi Dan Sikap
Motivasi dan sikap mungkin merupakan hambatan yang paling besar
untuk mendengarkan dengan baik. Kita cenderung untuk mendengarkan hal yang
ingin kita dengar saja dan tidak mendengarkan hal yang seharusnya kita dengar.
Maka jika kita masuk dalam situasi dimana kita harus mendengarkan dan kita
tidak memiliki motivasi dan sikap untuk mendengarkan, kita tidak akan
mendengarkan, menangkap atau mengerti apa yang dikatakan orang.
2. Kurang Konsentrasi Dan Perhatian
Kekurangan konsentrasi dan perhatian dapat terjadi karena orangnya
memang tidak cakap memusatkan perhatian untuk jangka waktuyang cukup lama,
karena orang itu terbagai perhatiannya. Misalnya, antara membaca majalah yang
dipegangnya dan mendengarkan orang yang berbicara dengannya. Karena
gangguan diluar seperti suara, orang-orang yang berbicara ramai-ramai, telepon
yang terus-menerus bordering dan sebagaiannya. Semua ini mengganggu
konsentrasi dan perhatian dalam mendengarkan.
3. Pengertian Salah Tentang Arti Mendengarkan
10
Banyak orang mengira bahwa mendengarkan merupakan kegiatan yang
pasif. Maka kita cenderung mau banyak bicara dan tidak mau mendengarkan.
Tetapi kalu ada dua orang berbicara dan kedua-duanya hanya mau berbicara dan
tidak mau mendengarkan, mereka tidak hanya saling mendengarkan, tetapi juga
merusk komunikasi dan hubungan antara mereka. Karena dari tindakan tidak
saling mendengarkan itu, mereka tidak saling menerima. Sebaliknya jka
mendengarkan itu merupakan kegiatan aktif dan terjadi interaksi antara pendengar
an orang yang berbicara, maka kemungkinan untuk saling menerima dan mengerti
diantara mereka menjadi lebih besar.
4. Pengalaman Dan Latar Belakang
Pengalaman dan pendidikan mempengaruhi dalam mendengarkan.
Misalnya, jika kita mendengarkan ceramah di bidang ilmu yang tidak kita kuasai
dan dalam ceramah itu dipergunakan banyak istilah teknis, kita akan sulit
mendengarkan dan menangkap isi ceramah dengan lengkap. Sama halnya jika kita
miskin dalam pembendaharaan kata dalam bahasa yang digunakan dalam
pembicaraan, kita akan sulit berbicara dengan orang yang kaya dengan berbagai
istilah muktahir.
5. Tempat Untuk Mendengarkan Yang Jelek
Tempat dimana kita berkomunikasi dan berbicara dengan orang lain
mempengaruhi cara kita mendengarkan orang itu. Kita tidak dapat mendengarkan
orang lain dengan baik, jika tempat berkomunikasi dan berbicara itu ramai. Kita
tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik jika tempat berkomunikasi dan
berbicara itu tidak nyaman. Misalnya tempat duduk itu tidak enak dan udara
pengap, penuh bau tidak sedap. Kita tidak dapat mendengarkan orang lain, yang
berbicara dengan kita dengan baik, jika tempat duduk kita jauh dari tempat duduk
orang yang berbicra dengan kita. Kita tidak dapat mendengarkan dengan baik, jika
tempat komunikasi dan tempat berbicara terlalu banyak hiasan yang begitu indah
dan asing, sehingga kita lebih tertarik pada hiasan dari pada isi dan maksud yang
hendak disampaikan orang kepada kita. Maka kita hendak mendengarkan orang
dengan baik, tempat untuk mengadakan pembicaraan, apalagi untuk pembicaraan
yang serius perlu dipertimbangkan.
11
6. Prasangka
Prasangka tercipta dalam diri kita dapat sekedar rasa, keyakinan, atau
nilai-nilai yang kita pegang. Rasa dapat menghambat dan membantu kita untuk
mendengarkan orang lain. Kita cenderung sulit mendengarkan orang yang tidak
kita sukai dan mudah mendengarkan orang yang kita sukai. Jika hal yang kita
dengar sejalan dengan keyakinan kita, kita cenderung untuk lebih mendengarkan
dengan penuh perhatian dari pada hal-hal yang tidak sejalan dengan keyakinan
kita. Jika nilai yang terkandung dalam pembicaraab cocok dengan nilai yang kita
pegang, kita cenderung lebih menyerapnya dari pada pembicaraan tentang nilai
yang tidak cocok. Oleh karena itu dalam proses mendengarkan kita perlu kritis
dengan diri sendiri dan berusaha menghilangkan prasangka yang ada dalam diri
kita. Sebab hanya dengan bebas dari prasangka kita dapat mendengarkan orang
lain secara penuh dan tanpa saingan.
7. Cara Orang Berbicara
Ada orang yang berbicara secara sistematik. Ada orang yang berbicara
agak acak-acakan. Ada orang berbicara cepat. Ada orang yang berbicara lambat.
Cara orang berbicara itu mempengaruhi kita waktu mendengarkan. Kita mungkin
lebih mudah mendengarkan orang yang berbicara cepat. Tetapi orang lain lebih
mungkin mudah mendengarkan orang yang berbicara lambat. Tambahan pula cara
orang menangkap pembicaraan juga berbeda-beda. Tipe auditif, misalnya lebih
mudah menangkap pembicaraan lewat telinga dari pada visual yang lebih mudah
menangkap pembicaraan orang lain, kita mampu memanfaatkan kekuatan kita dan
menangkap pembicaraan orang dengan lebih baik.
8. Kurang Kecakapan Untuk Mendengarkan
Kurang cakapan untuk mendengarkan merupakan hambatan untuk
mendengarkan yang paling jelas. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan itu
adalah menyadari hambatan-hambatan yang sudah disebut diatas. Dan jika sudah
merasa melihat hambatan itu pada diri sendiri berusaha untuk mengatasinya. Cara
yang kedua adalah mengembangkan kecakapan itu. Dan cara ketiga adalah
membina motivasi menjadi pendengar baik.
12
2. 4. Keterampilan Bertanya
Bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Di
sekolah, di kantor, di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan tanya jawab.
Pertanyaan yang diajukan oleh seseorang biasanya untuk memperoleh informasi
mengenai hal-hal yang belu diketaui. Dalam komunikasi atar pribadi, pertnyaan
yang diajukan oleh komunikator atau oleh komunikan bertujuan untuk
mengetahui apa yang belum diketahui oelh masing-masing pihak. Secara lebih
khusus tujuan bertanya antara lain:
1. Untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu
konsep atau pokok bahasan.
2. Untuk memusatkan perhatian terhadap satu topik yang dibahas dalam
komunikasi.
3. Mendorong pendengar untuk mengemukan ide atau informasi.
Kecakapan bertanya juga memberi kemungkinan kepada komunikator
untuk mampu menemukan masalah tujuan yang diinginkan, sasaran yang dituju
dan lebih jauh memungkinkan untuk menemukan diri sendiri.
a. Mengapa Orang Bertanya
Fungsi pertama dan utama dari pertanyaan adalah untuk merangsang,
mendorong, dan menciptakan komunikasi. Dengan mengajukan pertanyaan, kita
membuka saluran atau jalan untuk berkomunikasi, memulai interaksi verbal dan
menciptakan hubungan dalam bentuk kata. Jika interaksi sudah dimulai dan jalan
komunikasi sudah terbuka, fungsi pertanyaan kita dapat berubah . kita dapat terus
mendorong jalannya komunikasi, dan dapat mempergunakan pertanyaan ini
untuk mencapai tujuan-tujuan lain, seperti dijelaskan dibawah ini.
1. Bertanya untuk mendapatkan informasi
Pertanyaan dapat digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan
dengan topik yang dibicarakan. Topik tersebut bisa menyangkut masalah
sosial, pribadi,pekerjaan, dan karir, juga masalah-masalah lainnya.
Informasi yang diperoleh dapat member gambaran mengenai latar
belakang, sebab-sebab dan sumber-sumber masalah.
2. Bertanya untuk mendapatkan pengertian yang mendalam
13
Berkat kecakapan kita untuk mengajukan pertanyaan, kita dapat mengerti
sudut pandang orang yang kita ajak berbicara. Karena pengertian sudut
pandangnya, kita dapat menyesuaikan isi serta gaya kita dengan
pandangan kita. Kita dapat membantu dia untuk merumuskan gagasan dan
isi, cara dan gaya kita dengan pandangan dia. Kita dapat membantu dia
untuk merumuskan gagasan dan isi hatinya berdasarkan motif, harapan
dan cirta-citanya. Kita juga dapat mengerti apa yang dia butuhkan.
3. Bertanya memberikan informasi
Dengan pertanyaan komunikator mendapatkan fakta dan data yang perlu
diketahui. Isinya adalah penyampaian informasi, tetapi bentuknya berupa
pertanyaan. Seperti : apakah kamu mengetahui setiap kegiatan di hmj
memerlukan dana untuk pelaksanaannya? Bentuk pertanyaan ini sangat
khas dalam arti tidak memerlukan jawaban lagi kita sudah memahami dan
tahu akan jawabannya.
4. Bertanya untuk mengharapkan partisipasi
Tidak jarang terjadi komunikasi kurang komunikatif. Untuk itu kita perlu
membantu komunikan agar keluar dari permasalahan. Tujuannya adalah
membuka dan mengungkapkan diri, dan pada akhirnya melibatkan diri
pada komunikasi tersebut. Untuk ini kita perlu mencari bentuk pertanyaan
yang sesuai dan menemukan saat yang tepat untuk mengajukannya.
Pertanyaan seperti : selama beberapa hari terakhir ini, kamu tampak tidak
seperti biasanyanya. Apakah saya boleh mengetahui penyebabnya?.
Pertanyaan yang penuh minat dan perhatian ini dapat menjadi awal untuk
meruntuhkan hambatan-hambatan yang membuat orang menarik dan
menutup diri. Dengan merasa diperhatikan, meskipun masalahnya belum
tentu dapat terselesaikan namun orang merasa dimengerti dan dipahami.
Akibatnya dia rela untuk keluar dari masalahnya sendiri, dan mau terlibat
dalam hidup dan tugasnya. Inti dari pertanyaan untuk mengharapkan
partisipasi dan kerja sama, pada pokoknya bertujuan untuk membantu
orang agar mau dan mampu terlepas dari permasalahnya.
5. Bertanya untuk mengecek pengertian
14
Pertanyaan dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik kritis yang
perlu untuk mengetahui benar-benar bahwa komunikasi dan arahnya betul-
betul terjadi. Umpan balik membantu kita untuk memastikan diri bahwa
kita telah menangkap pesan yang hendak disampaikan oleh orang-orang
yang diajak berbicara, baik perasaan maupun isinya. Sebaliknya umpan
balik ini juga dapat kita pergunakan untuk menilai perasaan dan pengertian
seseorang tentang topic yang dibicarakan. Kita perlu mempergunakan
pertanyaan untuk mendapatkan umpan balik itu secara teratur dan
periodik, untuk mengetahui dengan pasti bahwa kita mengerti maksud
orang-orang yang diajak berbicara. Dengan mengajukan pertanyaan untuk
mengecek pengertian dan minat, kita menyampaikan beberapa hal penting
kepada orang yang diajak berbicara, 1. Kita menunjukan bahwa kita
berusaha sungguh-sungguh untuk mendengarkan, 2. Kita membuktikan
dengan tindakan konkrit bahwa hal-hal yang mereka kemukakan itu
penting, 3. Kita menegaskan hal-hal yang dikemukakan itu, sehingga salah
pengertian dan rasa tidak enak itu dapat terhindarkan.
6. Bertanya untuk mengajak berpikir
Pertanyaan yang kita ajukan untuk memperoleh pendapat dan usulan,
membantu orang yang diajak berbicara untuk berpikir, fan
menyumbangkan gagasan yang kita perlukan. Bila kita minta pendapat,
kita mengakui kemampuannya untuk menyumbangkan sesuatu yang
berarti dan berharga. Permintaan pendapat ini bukanlah merupakan
semacamusaha untuk menarik hati orang yang diajak bicara. Karena kita
memang betul-betul menerima, menghargai dan memanfaatkan
sumbangan dan pengetahuannya. Dasarnya adalah keyakinan bahwa orang
yang kita ajak bicara mempunyai pengetahuan yang cukup tentang apa
yang dibahas. Maka dengan menanyakan pendapatnya kita bermaksud
memanfaatkan pengalamannya untuk menyampaikan usulan yang berguna
dalam pengambilan keputusan.
7. Bertanya untuk mencapai kesepakatan
15
Dengan mengajukan pertanyaan kepada orang yang diajak bicara apakah
dia setuju dengan pemikiran, pendapat, saran kita, kita dapat mengerti
bagaimana hubungan kita dengan dia. Sia-sialah untuk maju terus dengan
suatu perkara, jika orang yang diajak bicara tidak menemukan jalan keluar
atau keputusannya, sebelum itu lebih baik menggali bidang-bidang yang
disetujui dan tidak disetujui bersama.
8. Bertanya untuk menarik kembali perhatian pada masalahnya
Jika tidak berhasil menarik perhatian lawan bicara bicara atau menahannya
pada masalah yang sedang kita bicarakan. Mungkin kita dapat
mengembalikan perhatiaanya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan
kepada dia. Namun jika hal ini tidak berhasil dan kejenuhan terlihat jelas
dan berlangsung alot. Kita perlu mencari waktu lain agar komunikan
terlihat lebih siap untuk kita ajak membahas suatu permasalahan.
9. Bertanya untuk menemukan kesenjangan antara keinginan dengan
kenyataan
Banyak orang suka mengatakan bahwa dia melakukan sesuatu sesuai
dengan kemampuan atau keadaannya. Tetapi tidak, tujuan pertanyaan
adalah untuk membantunya menyadari keadaan dan melihat hubungan
antara keadaan itu dengan tujuan dan cita-cita yang seharusnya dicapai.
Pertanyaan ini pada pokoknya menyangkut hal-hal yang tidak memuaskan,
kesulitan yang dijumpai, hambatan yang ada, pada waktu dan melakukan
sesuatu itu. Berkat jawabanya kita dapat membantu memahami keduanya
dengan menyampaikan informasi dan penjelasan yang perlu. Bersama itu
perlu komunikator dapat menjelaskan hubungan antara keinginan dengan
kenyataan. Dalam konseling upaya ini disebut dengan personalisasi, yang
artinya menggerakan komunikasi kepada komunikan tentang masalahnya,
tujuan yang ingin dicapai dengan keadaan dirinya.
b. Macam-macam pertanyaan
Untuk mengetahui atau mendapatkan informasi dari komunikan pada saat
melakukan komunikasi, ada beberapa jenis pertanyaan yang bisa diajukan seprti:
1. Pertanyaan terbuka
16
Pertanyaan terbuka pda umumnya dipergunakan untuk mendapatkan
berbagai jawaban atas suatu poko yang luas. Dengan pertanyaan terbuka kita bisa
menanyakan pengetahuannya mengenai suatu hal atau pendapatnya mengenai
sesuatu. Pertanyaan terbuka itu biasanya seperti:
a. Tidak dapat dijawab hanya dengan “ya” atau “tidak”.
b. Dimulai dengan kata “apa”, “bagaimana”, dan “mengapa”.
c. Tidak mendorng orang yang lita tanyai menuju kearah tertentu.
d. Mengembangkan diaolog dengan menarik perasaan dan pendapat orang
yang kita tanyai.
e. Dapat dipergunakan untuk memberi arah kepada orang yang kita tanyai
untuk membeberkan tujuan, kebutuhan, kekurangan , masalah, situasi yang
ada.
f. Dapat dipergunakan untuk membantu orang yang kita tanyai menemukan
masalahnya sendiri.
g. Dapat dipergunakan untuk merangdsng orang yang kita tanyai,
memikirkan gagasan, saran, pengarahan kita.
h. Membantu orang yang kita tanyai menampakkan gaya mereka secara lebih
siap dan tepat.
Pertanyaan-pertanyaan ysng diajukan dapat membantu agar wawancara
tetap dapat berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan membuka bidang-
bidang diskusi yang baru, membantu menunjukkan isu dengan cepat, dan dapat
digunakan untuk membantu konseli agar meneliti atau mengeksplorasi aspek-
aspek masalahnya. Konseli mengikuti wawancara karena merasakan suatu
masalah. Tugas pertama komunikator adalah “menjauhkan diri dari konseli” agar
ditemukan bagaiman konseli melihat situasinya. Alat yang bermanfaat untuk
menentukan kegiatan ini ialah keterampilan menciptakan struktur yang terbatas
dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Ajakan terbuka untuk berbicara
memberi kesempatan konseli agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan
dukungan komunikator. Kegiatan itu memberi peluang konseli untuk
mengeksplorasi dirinya tanpa menyesuaikannya dengan setiap kategori yang telah
ditentukan oleh komunikan. Sebaliknya pertanyaan tertutup biasanya lebih
melacak isi pembicaraan faktual dari pada perasaan, mendemontrasikan
17
kurangnya minat tehadap apa yang telah dikatakan oleh konseli, dan kadang-
kadang menyerang konseli tanpa menyadari posisinya. Karena pertanyaan tertutup
biasanya dapat dijawab dengan beberapa kata atau dengan kata “ya” atau “tidak”,
jarang memperkuat konseli untuk mengeksplorasi dirinya sendiri. Yang lebih
jelek lagi, penggunaan sejumlah petanyaantertutup lebih memudahkan timbulnya
semacam “introgasi” dari pada konseling. Pada umumnya pertanyaan terbuka
memberi peluang konseli untuk mengemukakan ide, perasaa, dan arahnya dalam
wawancara. Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukan
kesadarannya bahwa dia dimintauntuk menceritakan sejarahnya atau lebih
menjabarkan apa yang telah dikatakan. Penguat minimal adalah indikator kecil
terhadap orang lain, bahwa konselor bersama konseli. Sekali kamu telah
mengajukan pertanyaan (atau menggunakan keterampilan konseling yang lain),
konselor menginginkan agar konseli lebih terdorong berbicara terus. Kegiatan ini
dapat dilaksanakan secara non verbalatau dengan mengekspresikan ungkapan
singkaat yang menunjukan bahwa konselor mendengarkan bersama dengan orang
yang sedang dibantu.
2. Pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup meminta jawaban yang tegas mengenai suatu hal yang
khusus. Jawaban itu “ya”, “tidak”, atau “singkat”. Pertanyaan tertutup biasanya:
a. Memberi kemungkinan untuk memperoleh fakta dan data yang diperlukan.
b. Menuntut pemikiran sedikit dari orang yang ditanyai.
c. Berguna dalam proses umpan balik.
d. Dipergunakan untuk mendapat kesanggupan atau keterlibatan dalam
pendirian atau hal tertentu.
e. Dapat digunakan untuk menekankan pertanyaan-pertanyan yang positif.
f. Dapat digunakan untuk mengarahkan pembicaraan menuju kebidang
pembicaraan tertentu.
Contoh-contoh pertanyaan tertutup, misalnya:
1) Berapa jam kamu belajar dalam seminggu?
2) Apakah kamu perpendapat bahwa belajar itu bisa dilakukan lebih baik
lagi?
18
3) Apakah hal itu yang paling membuatmu cemas?
4) Apakah itu merupakan jalan keluar yang baik?
Pertanyaan-pertanyaan yang baik
Pertanyan yang baik dapat digolongkan menjdadi 3 jenis, yaitu:
1. Pertanyaan yang membantu memulai wawancara, misl: “apa yang akan
kamu bicarakan hari ini? Sampai dimana pembicaraan kita diperrtemuan
yang terrakhir?”. Pertanyaan seperti itu biasanya dilontarkan untuk
memulai wawancara oleh konselor.
2. Membantu lawan bicara untuk mengutarakan sesuatu, misl: “ lalu
dapatkah kamu menceritakan masalah kamu secara lebih detail? Bagaiman
perasaan kamu pada saat itu?”. Pertanyaan seperti ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai masalah yang dialami
oleh konseli.
3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus sehingga
konselor dapat memahami dengan lebih baik apa yang dijelaskan oleh
konseli. Misl: “ apa yang kamu rasakan pada saat kamu menceritakan
masalah kamu kepada saya? Bagaimana perasaan kamu pada saat
mengalami masalah seprti itu?”. Nampak jelas dari pertanyaan itu akan
mendapat jawaban berupa peubahan tingkah laku dari konseli.
Sebaliknya pertanyaan yang jelek apabila:
1. Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering. Misl: “ apakah kita
akan kembali melakukan proses konseling? Apakah kamu akan tetap diam
dan tidak mengambil keputusan tentang masalah yang kamu alami?”.
2. Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang sama. Misl: “
masalah apa yang sedang kamu alami? Apakah kamu sudah pernah
melakukan proses konseling sebelumnya?”. Pertanyaaan seperti itu
dilontarkan pada waktu yang sama, dimana konseli belum menjawab
pertanyaan pertama namun sudah dilontarkan pertanyaan yang kedua.
3. Pengajuan pertanyaan mengapa. Misl: “ mengapa kamu tidak mengikuti
pelajaran dengan baik?”. Pada umumnya pertanyaan mengapa terlalu
bersifat menyudutkan konseli, sebab pertanyan “mengapa” terlalu
menuntut konseli untuk menjawab secara detail dan konselor terlihat
19
seperti ingin tahu masalah dari konseli. Pertanyaan mengapa lebih baik
diganti dengan apa bagaimana atau dapatkah karena lebih memberi
peluang yang lebih banyak pada konseli untuk mengemukakan hal-hal
yang berkaitan dengan topik masalahnya.
4. Memasukan jawaban dalam pertanyaan yang kamu ajukan. Misl: “kamu
sebenarnya belum mengerti tentang pertanyaan yang diberikan, bukan?”.
Pertanyaan seperti itu tidak baik dilontarkan sebab penanya terlihat seperti
mendeskrisikan bahwa orang yang ditanya seakan-akan memang belum
mengerti, melainkan belum tentu orang yang ditanya itu belum mengerti.
Didalam kategori pertanyaan terbuka dan tertutup kita dapat menemukan
macam-macam pertanyaan, yaitu sebagai berikut:
Pertanyaan dalam menemukan fakta
Pertanyaan tentang fakta biasanya mengambil pertanyaan dalam bentuk
tertutup. Dengen bentuk pertanyaan itu kita dapat memperoleh informasi tentang
keadaan, tujuan, cita-cita dan hal-hal lain yang kita perlukan. Biasanya pertanyaan
itu mudah untuk dijawab dan dapat dipergunakan untuk mengajak orang masuk
kedalam pembicaraan secara mudah dan bertahap. Jika fakta yang ingin kita
ketahui tidak sensitif, mengacam atau menantang, pertanyaan tentang fakta dapat
kita pergunakan untuk memulai membangun saling percaya dengan orang yang
kita tanyai. Dari situ pertanyaan dapat kita angkat menjadi pertanyaan untuk
mengetahui fakta.
Pada waktu mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan fakta, kita harus
menjaring informasi yang memang perlu untuk pembicaraan saat itu. Tambahan
pula informasi yang kita terima itu kita dengar dan ingat betul-betul. Kalau perlu
mengecek hal yang kita terima itu dengan menanyakan kepada orang yang kita
tanyai apakah pengumpulan informasi yang kita peroleh itu benar. Misl :
• “Di mana tempat tinggal mu?”
• “Berapa kamu membayar SPP?”
• “Berapa jam kamu biasanya kamu belajar?”
Pertanyaan untuk menemukan perasaan
Pertanyaan untuk menemukan perasaan biasanya pertanyaan terbuka.
Pertanyaan itu dipergunakan untuk mengenali perasaan, sikap, keyakinan,
20
motivasi, dan isi hati seseorang. Sifat pertanyaan kadang-kadang dapat bersifat
pribadi dan menyetuh bidang-bidang yang sensitif, maka kita harus yakin terlebih
dahulu bahwa hubungan yang baik dan saling percaya sudah terbentuk.bentuk-
bentuk pertanyaan untuk menemukan perasaan, misl:
• “Bagaimana perasaan mu setelah diterima di perguruan tinggi
negeri?”
• “Dapatkah kamu menjelaskan, bagaimana perasaan mu ketika kamu
bertemu dengan orang yang kamu tidak sukai?”
• “Bagaimana perasaan mu jika dihadapkan dengan seekor singa?”
Pertanyaan untuk memperjelas
Menurut strukturnya, pertanyaan ini mengatakan kembali dengan kata-kata
sendiri ucapan orang yang kita tanyai. Bentuk opertanyaan ini bukan untuk
menyatakan apa ang dimaksud oleh orang yang mengucapkan kata-kata.
Pertanyaan ini digunakan untuk mempertegas dan memberi umpan balik tentang
apa yang kita ketahui dari ucapan yang sudah diucapkan oleh orang lain.
Pertanyaan jenis ini bertujuan untuk :
1. Mengucapkan dengan kata lain tapsiran kita mengenai apa yang
dimaksud oleh mereka.
2. Mengajak mereka untuk menguraikan lebih luas atau menjelaskan hal
yang sudah diutarakan sebelumnya.
3. Mencari kepastian apakah antara komunikator dan komunikan seduh
berbicara dalam bahasa yang sama.
4. Membantu mereka memperjelas hal-hal yang kita rasa masih kabur
dan ungkapan-ungkan umum yang terlalu luas.
5. Menemukan apa yang sebenarnya apa yang ada pada hati mereka.
Contoh :
• “Dari masalah yang saya dengarkan rupanya hal-hal yang kamu
perhatikan pada saat itu ialah rasa takut yang mendalam. Benarkah
begitu?”
• “Jika saya dengarkan dengan seksama saya menyimpulkan bahwa
kamu sangat kecewa. Betul begitu?”
Pertanyaan untuk memperluas
21
Jenis pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan jawaban luas mengenai
suatu pokok yang sempit. Tujuannya adalah untuk :
1. Menanyakan informasi tambahan dalam bentuk yang lebih terperinci
2. Mendorong orang yang kita tanyai untuk menguraikan atau
mengembangkan pokok yang sudah diutarakan
Contoh:
• “Dapatkah kamu memberi contoh pilihan karir yang sesuai dengan
kemampuan kamu?”
• “Apakah kamu dapat menceritakan lebih lanjut mengenai masalah
yang kamu alami?”
• “Apakah ada faktor lain yang menyebabkan hal itu?”
Pertanyaan direktif
Bentuk pertanyaan direktif adalah pertanyaan tertutup. Tujuannya untuk
mengarahkan pembicaraan kesuatu bidang yang hendak diperhatikan secra
khusus. Pertanyaan seperti itu berguna jika :
1. kita ingin mengubah pembicaraan dari satu pokok ke pokok yang lain.
2. Kita mau memberikan arah khusus untuk jawaban yang hendak kita
peroleh dari orang yang kita tanyai
3. Kita ingin membantu orang yang kita tanyai agar lebih mengerti
tentang kebutuhan, masalah dan harapan-harapannya.
Contoh:
• “Apakah ada hal lain yang hendak kamu sampaikan kepada saya saat
ini?”
• “Sejauh yang saya tahu masih ada masalah lain yang kita perlu
pecahkan”.
Pertanyaan asumtif
Pertanyaan asumtif adalah pertanyaan uyang mengandung unsur
pengandaian dan bersifat tidak pasti. Maka dari itu untuk dapat menggunakan
pertanyaan ini dengan berhasil, kita harus tahu dengan pasti keadaan pikiran dan
sikap orang yang kita tanyai sebelum kita mengandaikan pertanyaan yang kita
ajukan. Apabila kita salah mengguanakan pertanyaan kita akan ditertawakan oleh
orang lain. Contoh: (dari percakapan sebelumnya diketahui bahwa orang yang kita
22
ajak bicara sedang sakit). Pertanyaan asumtifnya adalah: “apakah besok anda
tidak pergi kedokter?”. Pertanyaan-pertanyaan ini harus tepat waktu. Jika tidak
dapat dikatakan sebagai “jebakan”, untuk memaksa orang-orangyang diajak
berbicara agar mengambil keutusan dalam perkara yang mereka tidak sikap. Hal
ini dapat membuat mereka kehilangan kepercayaan kepada kita.
Pertanyaan menguji
Pertanyaan ini berperan untuk mengukur keadaan hati, sikap atau
pendirian orang-orang yang kita tanyai mengenai suatu pokok atau
masalah tertentu. Pertanyaan itu baik kita ajukan, bila kita perlu
menentukan tingkat kesetujuan atau ketidak setujuan mereka mengenai
segi atau unsur-unsur masalah yang dibicarakan. Amat tepat jika kita
mempergunakan pertanyaan yang menguji itu, pada waktu kita
mengadakan usaha pemecahan masalah dengan orang yang kita ajak
bicara.
Contoh:
• “Bagaimana pendapatmu?”
• “Sejauh mana masalah itu kamu pandang penting?”
• “Apakah menurutmu langkah semacam itu baik?”
Pertanyaan meminta
Pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan kesepakatan bersama atau
melaksanakan rencana atau keputusan bersama. Untuk pertanyaan itu adalah
pertanyaan terbuka digabung dengan pengarahan. Meski bentuknya pertanyaan
terbuka namun juga mengarahkan seseorang untuk melibatkan diri pada sesuatu.
Contoh :
• “Kapan kita akan melanjutkan pembicaraan kita?”
• “Tindakan apa yang akan kamu ambil untuk mengatasi masalah itu?”
• “Langkah seperti apa yang harus kita ambil selanjutnya untuk
menyelesaikan masalah ini?”
c. Srategi dan Teknik Bertanya
Dengan kecakapan untuk mengajukan pertanyaan-pertayaan, kita
mengawali pembicaraan yang meningkatkan hubungan kita dengan orang-orang
23
yang yang diajak bicara. Entah bagaimana sifat orang tersebut, pendiam, suka
bicara, atau biasa-biasa saja, jika kita cakap mengajukan pertanyaan kita akan
mendapatkan data atau informasi yang kita butuhkan, namun tetap menjaga
hubungan baik dengannya. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu cara kita
mrngajukan pertyaan, trategi umum untuk memilih pertayaan di bawah ini dapat
membantu.
1. Pilihan waktu yang tepat
Jika orang-orang yang diajak bicara tidak siap untuk menerima pertayaan,
kita tidak akan mendapat jawaban yang kita butuhkan. Pertayaan harus diajukan
pada saat yang tepat, tidak terlau cepat, tidak terlalu lambat. Untuk dapat
mengajukan pertayaan yang tepat diperlukan kepekaan dan kejelian membaca
orang-orang yang diajak bicara.
2. Menyikapi rencana pertayaan
Persiapan ini merupakan awal pembicaraan, titik tolak pengembangan
pertayaan-pertayaan dan titik kembali jika pertayaan menlantur dan menyeleweng
dari tujuan. Dengan persiapan itu, kita dibantu untuk menyusun pertayaan-
pertayaan sedikit demi sedikit membawa kita ke pertayaan pokok yang ingin kita
ajukan kepada lawan bicara kita.
3. Mengenal orang yang kita tanyai
Dalam komunikasi anta pribadi, mengenal dan memahami seseorang yang
akan diajak bicara adalah merupakan komponen pokok yang paling penting.
Dengan demikian informasi mengenai latar belakang pribadi, keluarga, pedidikan,
keyakinan, agama, sikap, minat, pendapat, cara kerja, gaya hidup orang yang kita
tanyai, kita dibantu untuk menyusun dan mengajukan pertanyaan yang tepat
kepada dia. Memeng mengenal orang diperlukan usaha dan waktu yang relative
memadai.
4. Minta izin sebelum mengajukan pertayaan
Pertmintaan izin sebelum mengajukan pertanyaan ini membuat orang-
orang yang kita tanyai merasa tenang. Karena permintaan izin ini menunjukan
sikap hormat kita kepada orang-orang yang kita tanyai. Dengan demikian
perrmintaan izin sebelum mengajukan pertanyaan kepada orang-orang yang kita
tanyai, dapat merupakan langkah pertama untuk membangun sikap saling percaya
24
dan memperlancar jalannya pembicaraan. Hal ini dianggap penting pula, terutama
kepada orang-orang yang baru pertama kali kenal dengan kita.
5. Bergerak dari pertanyaan-pertanyaan umum (luas) menuju ke pertanyaan-
pertanyaan khusus (sempit)
Pertanyaan umum seperti, “ dapatkah kamu menceritakan kepada saya
sedikit mengenai masalah yang sedang kamu alami?”. Pertanyan terbuka memberi
kepada orang-orang yang kita tanyai kebebasan dan keleluasaan untuk menjawab.
Dari jawaban itu masalah pokok mereka akan dapat terungkap. Kecuali dari
jawaban itu kita juga akan mendapatkan informasi, misl: masalah yang dimiliki
merupakan masalah belajar, atau masalah sosialnya disekolah. Dari jawaban
umum ini kita akan mendapatkan jawaban pokok/khusus sebagai inti dari
pembicaraan kita. Dalam banyak hal dengan pertanyaan umum itu kita kerap
sudah mendapat jawabanatas pertanyaan khusus yang ingin kita ajukan.
6. Mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban sebelumnya
Kita perlu mendengar dulu sebelum mengajukan pertanyaan. Dari pada
sibuk memikirkan pertanyaan yang kita ajukan, lebih baik memusatkan perhatian
pada hal-hal yang dikatakan oleh orang yang berbicara dengan kita, untuk
menjawab pertanyaan yang kita ajukan sebelumnya. Berpangkal dari jawaban itu
kita merumuskan pertanyaan kita selanjutnyadan pada saat mengajukan
pertanyaan itu kepada orang yang berbicara dengan kita. Cara ini akan membawa
banyak keuntungan seperti:
• Kita memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan orang dan tidak
memberi kesempatan kepada pikiran kita untuk melantur ke hal-hal lain.
• Proses bertanya bertanya berjaan teratur, logis dan berfokus.
• Dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan jawaban sebelumnya, kita
nyata-nyata menunjukan bahwa kita mendengarkan orang orang yang kita
tanyai.
• Kita dapat mencoba memproyeksi lebih jau hal-hal yang menjadi minat
orang-orang yang kita tanyai.
25
7. Memfokuskan pertanyaan
Pertanyaan sebaiknya membantu orang yang berfikir secara logis
mengenai hal yang kita tanyakan. Dari pada menanyakan berbagai hal sekaligus,
lebih baik mengambil satu pertanyaan sama kita ikuti satu alur pemikiran yang
dengan mudah dapat diikuti oleh orang yang kita tanyai. Dengan lengkah
demikian kita, memperbesar kemungkinan untuk mendapatkan pemecahan
masalah atau hasil wawancara yang baik.
8. Hanya mengandung gagasan pokok
Kita perlu merumuskan pertanyaan, sehingga pertanyaan itu hanya
mengandung satu gagasan pokok. Orang yang kita tanyai harus mengerti dengan
apa yang kita tanyakan. Jika tidak, kita juga tidak mendapat jawaban yang kita
butuhkan. Dengan pertanyaan yang dirumuskan secara baik, orang yang kita
tanyai memusatkan perhatian kepada gagasan pokok yang kita ajukan lewat
pertanyaan.
9. Menghindari pertanyaan yang kabur
Pertanyaan kabur adalah pertanyaan yang rumusannya tidak jelas dan
terbuka untuk berbagai penafsiran. Kita akan mendapatkan jawaban yang kabus,
jika kita mengajukan petanyaan yang kabur. Kita akan mendapatkan jawaban
yang jelas, jika pertanyaan kita jelas juga.
10. Mempergunakan bahasa biasa
Pada waktu kita mengajukan pertanyaan, kita sebaiknya menghindari kata-
kata teknis, istilah-istilah khusus, yang tidak sepenuhnya dimengerti oleh orang
yang kita tanyai. Kita juga perlu menghindari kata-kata sulit. Karena dengan kata-
kata tenis dan sulit itu kita mengajukan pertanyaan yang sukar atau tidak
sepenuhnya dapat ditangkap. Akibatnya yang kita peroleh juga tidak tepat seperti
kita harapkan.
11. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan masalah dan kebutuhan
Dalam mengajukan pertanyaan, sebaiknya kita mengajukan pertanyaan
sesuai dengan masalah. Apakah pertanyaan untuk mendapatkan data, memahami
perasaan, memperjelas, mengembangkan, mengarahkan, mengulang, menguji, dan
pertanyaan yang meminta. Tujuannya agar kit adapt melibatkan orang yang kita
tanyai dalam proses Tanya jawab. Dengan demikian pertanyaan yang diajukan
26
makin berarti dan tepat, sehingga jawaban yang diperoleh makin lengkap dan
sesuai kebutuhan.
12. Tidak mempergunakan pertanyaan yang menyinggung
Sebaiknya kita mengindari pertanyaan yang menyinggung harga diri orang
yang kita tanyai. Karena jika kita melontarkan pertanyaan yang kurang manusiawi
atau dapat menyinggung hati orang, maka kita akan menyakiti hati orang tersebut
dan merusak hubungan baik.
13. Memberi alasan pada waktu mengajukan pertanyaan yang sensitif
Dengan menerangkan mengapa pertanyaan diajukan dan mengapa
informasi sensitif perlu disampaikan?. Dengan pertanyaan itu ada kemungkinan
kita mendapat jawaban yang lengkap, jujur, dan tepat. Penjelasan mengenai alasan
itu memberi dasar untuk, mengurangi kecurigaan, dan menepis rasa cemas yang
mungkin muncul sehubungan dengan perkara yang ditanyakan.
27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keterampilan merefleksi perasaan adalah bagaimana seseorang merasakan
suatu masalah sama pentingnya dari pada hakekat atau isi masalah itu sendiri.
Perasaan terjalin bersama dengan masalah itu sendiri. Untuk mengomunikasikan
perasaan anda sendiri dengan cermat atau untuk memahami perasaan orang lain,
merupakan kegiatan yang sulit. Alasannya:
1. Ekspresi perasaan mengambil banyak bentuk yang berbeda.
2. Persepsi komunikator akan perasaan orang lain didasarkan pada berbagai
situasi atau pengalaman yang berbeda.
Keterampilan memberi penguatan adalah dimana saat komunikator bisa
memberikan respon dalam bentuk dukungan atau penghargaan kepada komunikan
apabila pertanyaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Tujuan
respon penguatan adalah disamping memotivas komunikan agar dapat lebih
terbuka, juga dapat mengmbangkan diri dalam komunikasi. Menurut D.N.Pah
(1996) membedakan penguatan menjadi dua yaitu:
1. Penguatan Verbal
2. Pengutan Non verbal
Keterampilan mendengarkan adalah suatu proses intelektual dan
emosional. Dengar proses itu orang menyimpulkan dan mengintegrasi antara,
input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap
pesan serta maknanya. Tujuan mendengarkan menurut Soli Abimayu adalah
mengumpulkan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi
dan tujuan yang dikemukakan oleh seseorang. Phillip I. Hunsaker dan Antony J.
Alessandra mengklasifikasikan pendengar menjadi empat tingkatan yaitu: 1.
Pendengar yang bukan mendegar, 2. Pendengar dangkal, 3. Pendengar evaluative,
dan 4. Pendengar aktif. Dalam kaitan dengan uraian ini hanya dijelaskan tiga jenis
pendengar saja yaitu pendengar danggkal, pendengar evaluative, dan pendengar
aktif. Sedangkan tingkatan yang pertama yang disebut bukan pendengar
tampaknya kurang relevan untuk dijelaskan.
28
Keterampilan bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Di sekolah, di kantor, di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan
tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan oleh seseorang biasanya untuk
memperoleh informasi mengenai hal-hal yang belu diketaui. Dalam komunikasi
atar pribadi, pertnyaan yang diajukan oleh komunikator atau oleh komunikan
bertujuan untuk mengetahui apa yang belum diketahui oelh masing-masing pihak.
Secara lebih khusus tujuan bertanya antara lain:
1. Untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu
konsep atau pokok bahasan.
2. Untuk memusatkan perhatian terhadap satu topik yang dibahas dalam
komunikasi.
3. Mendorong pendengar untuk mengemukan ide atau informasi.
3.2. Saran
Setelah mempelajari materi Mengembangkan Keterampilan Komunikasi
Antar Pribadi, diharapkan kita yang merupakan calon-calon seorang guru
bimbingan konseling dapat memiliki wawasan yang luas. Sehingga dalam
pelaksanaan bimbingan konseling kita bisa menjalankan tugas sesuai dengan
aturan-aturan yang ada.
29
DAFTAR PUSTAKA
Sedanayasa Gede, 2009. Keterampilan Komunikasi, Singaraja FIP. UNDIKSHA
top related