meningkatkan pemahaman dalam pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol siswa dengan pemberian...
Post on 16-Apr-2016
42 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DALAM PENCEGAHAN MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL SISWA DENGAN PEMBERIAN LAYANAN INFORMASI PADA SISWA KELAS VIII-E
SMP DOROWATI SURABAYA
Dewi Nur Kartika SariBimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
email: dewiqnks@gmail.com
Drs. Mochammad Nursalim, M.SiBimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
email: prodi_bk_unesa@ yahoo .com
AbstrakTujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman dalam penceghan mengkonsumsi minuman beralkohol pada siswa kelas VIII-E SMP Dorowati Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dalam Bimbingan dan Konseling.Sumber data adalah siswa kelas VIII-E SMP Dorowati Surabaya dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa.Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan tes pemahaman siswa.Hasil analisis data digambarkan sebagai berikut: Sejumlah 46,7% siswa memiliki tingkat pemahaman rendah terhadap pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, jumlah siswa yang memiliki tingkat pemahaman rendah menurun menjadi 23,3%, dan menurun menjadi 0% setelah diberikan perbaikan tindakan siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan informasi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol.
Kata kunci: Layanan Informasi, Minuman beralkohol
ABSTRACT
The goal of this research is for increase comprehension about prevent consume alcoholic on student of Junior High School Dorowati Surabaya grade VIII-E. This research is about action for guidance and counseling. Source of data is student of Junior High School Dorowati Surabaya grade VIII-E with 30 student. Accumulation method data use observation and comprehension test.Result of analysis data is: student with comphrehension low about prevent consume alcohol is 46,7%. After giving action at first cycle, total student with comprehension low about prevent alcohol descent to 23,3%, and descent to 0% after giving action at second cycle. After do the research we can node that, giving information can increase student comprehension about prevent consuming alcohol
Keyword: service information, alcohol drink
PENDAHULUANMenurut Santrock (1995:16) ketika murid-murid
melakukan transisi dari sekolah dasar kesekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak
dari posisi teratas (di sekolah dasar, mereka adalah murid-murid yang paling tua, paling besar dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi yang terendah (di sekolah lanjutan atau sekolah menengah
1
pertama, menjadi murid-murid yang paling muda, paling kecil dan paling lemah di sekolah).
Menurut Kathryn (2011:5) masa remaja dimulai dengan peristiwa kedewasaan yang telah banyak dijelaskan dengan sebutan pubertas. Pubertas merujuk pada peristiwa-peristiwa biologis yang menyertai menstruasi pertama pada perempuan dan ejakulasi pertama pada laki-laki. Dalam perkembangan psikologis yang paling penting bagi seorang remaja adalah pembentukan sebuah identitas pribadi yang memuaskan akan memiliki dampak psikologis yang tidak baik.
Dalam lingkungan remaja banyak sekali terdapat pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi perkembangan remaja. Pergaulan yang baik, akan membawa dampak baik bagi perkembangan remaja. Sedangkan pergaulan yang salah dapat merusak perkembangan remaja. Hal ini sangat rawan terjadi pada usia remaja terutama siswa SMP yang menginjak masa pubertas dan masa ingin coba-coba. Salah satu pergaulan yang salah yang terjadi pada siswa saat ini adalah banyaknya siswa yang mengkonsumsi alkohol.
Alkohol adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap, mudah terbakar, dipakai dalam industry dan pengobatan, merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan minuman keras. Sedangkan minuman beralkohol adalah semua jenis minuman yang mengandung alkohol.
Alkohol adalah zat yang tidak membawa efek negatif apabila digunakan dalam aturan yang tepat. Biasanya alkohol digunakan dalam bidang medis. Akan tetapi, pada saat ini alkohol sering sekali disalahgunakan. Khususnya pada para remaja dan sering terjadi mereka akan menjadi pecandu alkohol.
Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi/ bermusushan. Mereka biasa melakukan perilaku perusakan diri. Alkohol yang berlebihan menyebabkan ketergantungan fisik maupun psikis dan biasanya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bersosialisasi dan menyebabkan banyak kerusakan perilaku lain.
Dalam kehidupan remaja, sangat rentan sekali terjadinya perilaku pecandu. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh lingkungan dan perkembangan remaja. Banyak sekali siswa yang sudah masuk dalam dunia alkohol, bahkan dari mereka sudah ada yang menjadi pecandu. Hal ini disebabkan karena kurang adanya pemahaman tentang alkohol beserta kegunaan dan dampaknya.
Kebanyakan dari mereka ketika ditanya apa itu alkohol, apa dampak dari penggunaan alkohol, dan apa keguanaan alkohol yang sebenarnya banyak yang menjawab tidak tahu dan merasa cuek dengan hal itu. Pengawasan dari keluarga dan sekolahpun sangat kurang, sehingga anak bisa bergerak bebas dalam pergaulannya.
Di Indonrsia sudah banyak kasus-kasus terjadi yang berkaitan dengan alkohol. Misalnya, di
Sumedang terdapat 4 korban yang tewas karena minum minuman beralkohol oplosan.Salah satu contoh minuman beralkohol oplosan adalah “cukrik”. Cukrik adalah minuman sejenis arak jawa yang banyak dijumpai di daerah Surabaya dan Gresik. Kebanyakan dari mereka yang mengkonsumsi adalah pelajar-pelajar yang terbawa kondisi lingkungan sekitarnya hal ini dikarenakan harga yang relatif murah. Di SMP Dorowati Surabaya, terdapat 14 siswa dari 30 siswa yang memiliki pemahaman rendah tentang pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol.
Dengan adanya hal seperti itu, maka konselor diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman dalam pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami sejak dini apa itu minuman beralkohol, sehingga siswa memilliki pedoman atau wawasan dalam mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol.
1. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol adalah dengan memanfaatkan layanan yang ada di dalam bimbingan dan konseling yaitu dengan layanan informasi. Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu siswa dalam mengenal serta memahami llingkungan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan peserta didik. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dalam mengambil sebuah keputusan. Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
METODEJenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Arikunto (2002:17) menyebutkan bahwa dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru bimbingan dan konseling itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti. Penelitian ini adalah penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) dengan pelaksanaan penelitian secara langsung oleh peneliti sendiri yang kebetulan adalah guru bimbingan konseling.PTBK dalam pengertian ini diorientasikan pada PTK.
Penelitian tindakan adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran
2
(Basrowi dan Suwandi, 2008: 28). Penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan mawas diri.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru bimbingan konseling dalam pengembangan keprofesionalannya (Suharjono, 2010:60).Pada intinya semua tujuan PTK yang diungkapkan para ahli adalah untuk memperbaiki persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antar guru bimbingan konseling dengan siswa yang sedang belajar.
Penelitian ini siklus yang akan di lakukan sebanyak 2 siklus. Siklus I merupakan siklus yang harus dilakukan oleh peneliti. Siklus II dilakukan dengan asumsi apabila siklus I tidak berhasil, maka akan diperbaiki pada siklus II. Apabila pada siklus I sudah berhasil, maka siklus II dilaksanakan sebagai pemantapan dari siklus I. pemantapan ini bertujuan sebagai pemantapan dari siklus I. Pemantapan ini bertujuan sebagai penguat hasildari siklus I.
langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah1. Tahap I: Rencana Tindakan
Pada kegiatan penelitian tindakan dalam BK tentang “Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pencegahan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol dengan Memberikan Layanan Informasi di Kelas VIII-E SMP Dorowati Surabaya”, peneliti membuat perencanaan awal yaitu:
1) Menyusun rencana tindakan berdasarkan permasalahan
2) Menyusun waktu dan tempat untuk pelaksanaan layanan
3) Menyiapkan rencana pelaksanaan layanan (RPLBK)
4) Menyusun instrumen pendukung, seperti lembar observasi, catatan anekdot, dan tes
5) Menyiapkan kelengkapan administrasi siswa6) Mempersiapkan alat dokumentasi7) Menyusun rancangan evaluasi
2. Tahap II: Pelaksanaan TindakanMeliputi beberapa fase kegiatan yang terdiri dari 1-2 siklus tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario
RPLBK yang telah dibuat dan dengan rencana 2 siklus
3. Tahap III: Pengamatan Tindakan (Observasi)
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode dan mangadakan pencatatan secara sistematis tentang hal – hal tertentu yang diamati/observasi sebagai alat kontrol/penilaian terhadap tingkah laku atau kegiatan yang diamati/dipantau. Melalui observasi ini dapat diketahui apakah pelaksanaan layanan informasi sudah tepat atau belum.Pengamatan dilakukan dengan bantuan observer, menggunakan lembar observasi.
Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada dua hal, yaitu:1) Untuk melihat apakah tindakan-tindakan
yang dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan, digunakan lembar catatan anekdot. Dalam hal ini, lembar catatan anekdot digunakan untuk mengobservasi tindakan pelaksanaan layanan informasi yang dilakukan dengan merujuk pada perencanaan yang telah disusun.
2) Untuk melihat peningkatan pada aspek pemahaman siswa dalam pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol menggunakan layanan informasi digunakan lembar observasi. Dalam penelitian ini indikator-indikator yang digunakan unttuk melihat peningkatan pemahaman siswa adalah kemampuan aktif dalam kegiatan layanan, memperhatikan penjelasan guru, menanggapi pertanyaan/ pendapat teman, bertanya kepada guru tentang isi layanan, keaktifan dalam mengemukakan isi/ pendapat, menghargai teman yang sedang berpendapat, mampu memberikan contoh dan isi layanan yang diberikan, menjawab pertanyaan guru, dapat menyimpulkan isi layanan/ hasil kegiatan, menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Pada tahap observasi ini, peneliti merekam berbagai jenis data yang berkaitan dengan dampak tindakan terhadap masalah, baik pada aspek proses maupun aspek perubahan pada masalah. 1) Memantau pelaksanaan tindakan (aspek proses)
Pada tahap ini peneliti merekam berbagai dampak yang muncul dalam proses pelaksanaan tindakan. Berikut ini disajikan tabel data yang dikumpulkan dan instrumen penelitian yang digunakan.
2) Mengukur hasil tindakan (variabel masalah)Pada tahap ini peneliti mengukur capaian
hasil tindakan.Berikut disajikan tabel hasil tindakan dan instrumen dan data yang digunakan.
Proses Kegiatan pelaksanaan layanan informasi sangat penting. Untuk mengamati
3
proses kegiatan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol diperlukan suatu instrumen atau pedoman pemantauan.
4. Tahap IV: Refleksi Refleksi digunakan untuk mengetahui
kenapa capaian hasil hanya sedemikian, maka diperlukan refleksi terhadap tindakan yang diberikan. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum dicapai, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi demikian dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya (Kanca, 2008: 12-13).
Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak tindakan penggunaan layanan informasi terhadap pemahaman siswa dalam pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Sehingga dengan demikian akan dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil dari penelitian.
Keberhasilan dari tindakan mengacu pada kreteria keberhasilan yang telah ditetapkan, jika kreteria keberhasilan belum tercapai kemudian barulah menentukan refleksi dan revisi yang akan direncanakan pada siklus selanjutnya.
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan observasi, catatan anekdot dan dokumentasi. Teknik pengumplan data yang akan digunakan antara lain:1. Observasi
Jenis observasi yang akan digunaakan adalah observasi partisipasi, yaitu kondisi dimana peneliti benar-benar ikut serta (terlibat) dalam aktifitas diskusi kelompok dalam layanan bimbingan konseling yang dibuat dan bertujuan utama untuk mengobservasi aktifitas, orang-orang dan aspek-aspek fisik dalam suatu kondisi tertentu. Dengan demikian, pengamat melakukan dan merasakan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus sebagai anggota resmi dari kelompok yang diamatinya.2. Tes Pemahaman
Tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau mengujji sesuatu.Tes yang digunakan pada penelitian tindakan ini adalah tes pemahaman.Pemahaman siswa terhadap topik pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Oleh karena itu tujuan diadakan tes pemahaman adalah untuk mengecek sejauh mana siswa memahami topik layanan atau materi yang telah diberikan oleh guru BK. Semakin tinggi tingkat pemahaman siswa pada saat mengikuti kegiatan layanan informasi maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman siswa terhadap topik layanan yang telah diberikan oleh Guru BK.
Hasil dan pembahasan
Adapun hasil analisis hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini dilakukan di SMP Dorowati Surabaya mulai tanggal 14 April 2015 sampai dengan 18 Mei 2015. Penelitian telah telah dilakukan dalam 2 siklus dengan 5 kali pertemuan. Pada siklus I, tindakan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, dan pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Langkah-langkah penelitian tindakan ini mencakup 4 tahap yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat pemahaman siswa melalui pretest lembar pemahaman siswa. Hasil pretest lembar pemahaman siswa ini akan dijadikan tolak ukur terhadap keberhsilan pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II. Pretest dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015.
Dari hasil pretest, dapat diketahui bahwa hanya sebagian siswa sudah memahami cara pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu sebanyak 8 siswa. Namun terdapat 14 siswa yang memiliki pemahaman rendah tentang mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol, dan 8 siswa memiliki tingkat pemahaman sedang. Hasil pretest pemahaman siswa tersebut akan dijadikan sebagai tolak ukur terhadap keberhasilan pemberian tindakan pada siklus I dan II.
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan sesuai dengan tahapan dalam penelitian tindakan kelas berikut ini:1. Siklus I
Kegiatn siklus I dilaksanakan sebanyk 3 kali pertemuan, dengan jadwal seminggu sekali. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 April 2015, dimulai pukul 10.00-10.40 WIB. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015, dimulai pukul 10.00-10.40 WIB, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015, dimulai pukul 10.00-10.40 WIB. a. Rencana Tindakan
Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kurangnya pemahaman siswa tentang pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini diketahui berdasarkan banyaknya siswa yang bertanya tentang minuman beralkohol. Siswa kurang memahami apa itu minuman beralkohol dan tidak tahu bagaimana cara mencegah agar tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti bersama guru BK merencanakan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan layanan informasi.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap rencana tindakan pada siklus I ini antara lain: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (RPBK), (2) Membuat materi layanan informasi dan alat evaluasi, (3) Membuat media atau alat bantu layanan, (4) Membuat instrument pengumpul
4
data yang berupa lembar pemahaman siswa, lembar observasi, (5) Membuat jadwal penelitian.b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan dengan membrikan layanan informs sebanyak tiga kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:a) Pertemuan pertama,dilaksanakan pada
tanggal 16 April 2015 dimulai pukul 10.00-10.40 WIB, yaitu dengan melaksanakan pemberian layanan informasi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (RPBK) yang telah dibuat.Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir smua. Sebelum kegiatan dimulai, Guru mengecek kesiapan siswa untuk melaksanakan kegiatan layanan. Guru mengawali kegiatan dengan memberikan sedikit pengantar tentang layanan informasi yang akan diberikan yaitu pengertian minuman beralkohol. Guru memancing keaktifan siswa dengan bertanya “apakah kalian mengetahui apa itu minuman beralkohol?” untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami minuman beralkohol. Setelah siswa terlihat aktif dan tertarik dengan memberikan umpan balik dan jawaban, guru menjelaskan pengertian minuman beralkohol secara singkat. Guru memberikan penjelasan dengan menggunakan media slide power point. Setelah guru memberikan penjelasan secara singkat, siswa diberikan lembar pemahaman tentang minuman beralkohol. Siswa diminta untuk mengisi lembar pemahaman sesuai dengan pengetahuan mereka agar bisa terlihat sejauh mana tingkat pemahaman siswa. Setelah siswa mengisi lembar pemahaman, siswa diminta untuk mengumpulkan lembar pemahamannya. Diakhir pertemuan, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah di bahas hari ini. Pada pertemuan pertama ini, proses kegiatan berjalan dengan lancer meskipun ada beberapa siswa yang kurang kondusif karena kegiatan dilakukan setelah jam istirahat.b) Pertemuan kedua, dilaksanakan
pada tanggal 22 April 2015, dimulai pada pukul 10.00-10.40 WIB. Pada pertemuan ini siswa hadir semua.Guru meriview sekilas tentang materi yang sebelumnya dibahas. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan dari materi yang akan dibahas hari ini,
yaitu tentang jenis-jenis minuman beralkohol. Guru memancing keaktifan siswa dengan bertanya “siapa yang tahu jenis-jenis minuman beralkohol?”. Beberapa siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang mereka tahu. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan jenis-jenis minuman beralkohol. Pada pertemuan kedua, siswa mulai antusias dengan materi yang dibahas. Diakhir pertemuan, guru dan siswa menyimpulkan jenis-jenis minuman beralkohol sesuai dengan apa yang telah di diskusikan. Guru juga memberikan tugas rumah pada siswa untuk merangkum jenis-jenis minuman beralkohol yang telah di diskusikan.
c) Pertemuan ketiga, dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015 dimulai pukul 10.00-10.40 WIB. Diawali dengan menanyakan tugas rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas rumah yang mereka sudah kerjakan. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahaya minuman beralkohol. Guru meminta setiap siswa untuk menuliskan bahaya mengkonsumsi minuman beralkoho. Setelah siswa menuliskan beberapa bahaya mengkonsumsi minuman beralkohol, guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan jawaban yang sudah mereka tulis. Setelah proses diskusi dilakukan, guru menjelaskan secara singkat bahaya mengkonsumsi minuman beralkohol. Kegiatan trakhir di siklus I ini ditutup dengan menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan mengevaluasi semua kegiatan yang telah dilakukan selama 3 kali pertemuan ini.
Selama pelaksanaan tindakan diatas, dilakukan juga observasi yang dibantu oleh rekan sejawat untuk mengobservasi aktivitas siswa dan guru BK (guru pamong) mengobservasi aktivitas guru.Pada
5
akhir siklus I ini dilakukan pengukuran kembali dengan memberikan lembar pemahaman siswa yang dilakukan pada tanggal 29 April 2015.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan layanan informasi berlangsung.Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru (peneliti) dan siswa. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, dengan bantuan dari guru BK yaitu Ibu Endah Rachmawati, S.Pd dan rekan sejawat yaitu Yunia Dwi Wahyuni. Adapun guru Bk yang mengamati aktivitas peneliti, sedangkan rekan sejawat mengamati aktivitas siswa saat diberikan layanan informasi.1) Aktivitas Guru
a) Pertemuan I
diketahui bahwa aktivitas guru di
pertemuan pertama ini mendapatkan
prosentase 72,2% dengan sevagian
aktivitas mendapatkan nilai baik. Hal
ini bisa dilihat skor tertinggi aktivitas
guru yaitu pada criteria penilaian 3
yang berarti aktivitas guru baik dengan
persentase 50%. Adapun aktivitas guru
yang mendapat criteria baik ini antara
lain pada kegiatan menyampaikan
tujuan pemberian layann informasi,
menjelaskan layanan informasi,
menyajikan sesuai dengan urutan
materi, mmberikan umpan balik kepada
siswa dan mengklarifikasi materi yang
kurang jelas, pengelolaan kelas,dan
pelaksanaan evaluasi layanan
informasi.
Sedangkan yang mendapat criteria cukup baik dengan total persentase 11,1% yaitu pada kegiatan melakukan apersepsi dan memotivasi siswa dan membimbing siswa saat melakukan kegiatan dalam layanan informasi. Aktivitas guru yang mendapatkan skor sangat baik yaitu pada aspek penggunaan sarana belajar dalam hal ini adalah media slide power point. Dengan demikian aktivitas guru pada siklus I secara umum sudah baik guru
mampu menjelaskan materi dan tujuan layanan informs serta mengelola kelas dengan baik.
b) Pertemuan II
ada peningkatan skor aktivitas guru
dri 72,2% pada pertemuan pertma
menjadi 80,5% pada pertemuan kedua.
Hal ini disebabkan adanya peningkatan
skor pada beberapa aspek yang
sebelumnya mendapat nilai cukup baik
menjadi baik atau yang sebelumnya
mendapat nilai baik meningkat menjadi
baik sekali.
Adapun aspek yang pada pertemuan
pertama mendapat nilai cukup baik dan
pada pertemuan kedua meningkat
menjadi baik adalah aspek melakukan
apersepsi dan memotivasi siwa,
sedangkan aspek yang pada pertemuan
pertama mendapat nilai baik dan
meningkat menjadi sangat baik pada
pertemuan kedua adalah aspek
memberikan umpan balik kepada siswa
dan mengklarifiksi materi yang kurang
jelas dan pelaksanan evaluasi layanan
informasi.
Dengan demikian aspek yang
mendapat criteria baik berjumlah
menjadi 5 aspek,antara lain melakukan
apersepsi dan memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan pmberian
layanan informasi, menjelaskan
layanan informasi, menyajikan sesuai
engan urutan materi, dan pengeloln
kelas. Sedangkan aspek yang mendapat
criteria sangat baik menjadi 3 aspek
yaitu memberikn umpan blik kepada
siswa dan mengklarifikasi materi yang
kurng jelas, penggunaan sarana belajar
dan pelaksnaan evaluasi layanan
informasi.
6
Walaupun beberapa aspek sudah
mengalami peningkatan dan skor
aktivitas guru juga sudah meningkat
dibandingkan dengan pertemuan
pertama, namun masih terdapat satu
aspek yang belum mengalami
pningkatan dan masih bertahan pada
nilai cukup baik yaitu aspek
membimbing siswa saat melakukan
kegiatan dalam layanan informasi.Hal
ini disebabkan oleh guru kurang
mampu menghadapi siswa yang ramai
atau mengobrol sendiri.
c) Pertemuan III
Aktivitas guru pada pertemuan
terakhir pada siklus I ini sudah banyak
mengalami peningkatan. Seperti yang
terlihat pada tabel 4.4 di atas, walaupun
belum mencapai 100%, namun
aktivitas guru sudah meningkat
menjadi 97,2%. Pada pertemuan ketiga
ini masih ada satu aspek yang belum
mengalami peningkatan dan masih
bertahan dengan nilai baik, yaitu aspek
pengelolaan kelas.Namun aspek
membimbing siswa saat melakukan
kegiatan dalam layanan informasi, yang
sebelumnya masih mendapat nilai baik,
pada pertemuan ketiga ini sudah naik
menjadi sangat baik.
Dengan demikian, secara umum
aktivitas guru sudah sangat baik. Guru
sudah lebih tegas menegur siswa yang
ramai atau ngobrol sendiri juga dapat
diminimalkan dengan dilibatkan secara
aktif dalam kegiatan seperti diminta
untuk memberikan pendapat atau
contoh tentang materi yang diberikan
guru. Tentunya hal ini menjadi pemicu
semangat tersendiri bagi guru untuk
menemukan cara yang tepat dalam
mengelola kelas dengan lebih baik.
2) Aktivitas Siswaa) Pertemuan I
diketahui bahwa aktivitas siswa
tergolong sudh cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari persentase terbesar
dari skor total 45% adalah kriteria
cukup baik 20%, sedangkan kriteria
baik sebesar 15% dan criteria kurang
baik 10%.
Adapun aspek yang mendapat criteria
cukup baik ada 4 aspek yaitu aktif
dalam kegiatan layanan,
memperhatikan penjelasan guru,
menjawab pertanyaan guru dan
menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Sedangkan aspek yang mendapat
criteria kurang baik terdiri dari 4 aspek
antara lain menanggapi pertanyaan/
pendapat teman, keaktifan dalam
mengemukakan idea tau pendapat,
mampu memberikan contoh dari materi
yang diberikan dan menghargai teman
yang sedang berpendapat, mak siswa
yang lain akan mengganggu atau
menggoda teman yang sedang
berpendapat tersebut.
Namun demikian pada pertemuan
pertama pd siklus I ini sudah dua aspek
yang mendapat criteria baik yaitu
bertanya kepada guru tentang materi
layanan dan dapat menyimpulkan
materi/ hasil kegiatan. Siswa tidak
segan-sgan untuk bertanya kepada guru
jika ada materi yang kurang jelas,
walaupun masih beberapa siswa saja,
dan mampu menyimpulkan materi yang
diberikan dengan baik.Dengan
demikian, pada pertemuan pertama
7
siklus I ini secara umum aktivitas siswa
sudah cukup baik, walaupun belum ada
aktivitas siswa yang mendapatkan nilai
sangat baik.
b) Pertemuan II
Pada pertemuan kedua ini aktivitas
siswa banyak mengalami
peningkatan.Jika pada pertemuan
pertama aktivitas siswa hanya 45%
maka pada pertemuan kedua ini naik
menjadi 65%. Peningkatan yang sangat
besar ini dikarenakan jika pda
pertemuan pertama belum ada aktivitas
siswa yang mendapat nilai sangat baik,
maka pada pertemuan kedua ini sudah
ada tiga aktivitas siswa yang mendapat
nilai sangat baik yaitu aktif dalam
kegiatan layanan, memperhatikan
penjelasan guru, dan bertanya kepada
guru tentang materi layanan.
Selain itu, ada tiga aspek yang
mendapat nilai cukup baik, yang
mengalami peningkatan dari pertemuan
pertama, yaitu aspek keaktifan dalam
mengemukakan idea tau pendapat,
mampu memberikan contoh dari materi
yang diberikan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan guru.Namun
demikian, pertemuan kedua ini masih
terdapat dua aspek yang masih
mendapatkan nilai kurang baik yaitu
menanggapi pertanyaan/ pendapat
teman dan menghargai teman yang
sedang berpendapat.
c) Pertemuan III
Pada pertemuan terakhir pada siklus I
ini dapat diketahui bahwa aktivitas
siswa mencapai 72,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas siswa
semakin meningkat dari pertemuan
pertama hingga pertemuan terakhir
dalam siklus I ini.
Namun demikian, peningkatan
aktivitas siswa ini masih harus
ditingkatkan lagi karena masih ada
empat aspek yang masih mendapat nilai
cukup baik dan belum mengalami
peningkatan dari pertemuan
sebelumnya.keempat aspek tersebut
adalah aspek menanggapi pertanyaan/
pendapat teman, keefektifan dalam
mengembangkan isi/ pendapat,
menghargai teman yang berpendapat,
dan menyelesaikan tugas yang
diberikan guru.
Tentunya masalah ini perlu
mendapatkan perhatian lebih dari guru
agar keempat aspek ini bisa mengalami
peningkatan agar siswa bisa lebih
menghargai dan menanggapi pendapat/
pertanyaan temannya.Dengan demikian
guru masih perlu melakukan perbaikan
untuk pertemuan dan siklus
selanjutnya.
3) Hasil Lembar Pemahaman Siswa
Dalam penelitian ini pemahaman siswa
diukur dengan menggunakan lembar
pemahaman siswa. Lembar pemahaman ini
diberikan sebelum pemberian tindakan
(pretest) dan disetiap akhir siklus untuk
diketahui peningkatannya, dan akan dihitung
dengan rumus statistic sederhana. Sehingga
hasil tes ini hanya untuk mengetahui rata-rata
peningkatan skor pemahaman siswa
saja.Pengukuran tes setelah siklus I ini
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015.
Angket pemahaman ini menggunakan
bentuk angket terbuka yang keseluruhannya
berjumlah 10 item.Angket terbuka ini
8
mengungkap tentang pemahaman pencegahan
mengkonsumsi minuman beralkohol.
Dari hasil angket yang diberikan, diketahui
bahwa siswa yang memiliki pemahaman
rendah hanya 7 siswa dari sebelumnya 14
siswa.Setelah diberikan tindakan siklus I,
pemahaman siswa meningkat dari 8 siswa
menjadi 15 siswa.Namun masih ada beberapa
siswa yang memiliki tingkat pemahaman
siswa, sehingga masih diperlukan perbaikan
agar semua siswa memiliki tingkat
pemahaman tinggi dalam mencegah
mengkonsumsi minuman beralkohol.
d. Refleksi
Tahap refleksi ini dimaksudkan untuk
mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan.Dengan data yang telah terkumpul,
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutny.Refleksi dilakukan bersama
guru BK dan rekan sejawat di ruang Guru BK
SMP Dorowati Surabaya, pada tanggal 30 April
2015 pukul 09.00 WIB. Adapun yang dijadikan
bahan refleksi antara lain:
1) Aktivitas guru pada siklus I memperoleh hasil persentase sebesar 97,2% dengan hampir semua aspek mendapat nilai sangat baik. Namun masih ada satu aspek yang belum mendapat nilai sangat baik, yaitu aspek pengelolaan kelas. Pada aspek ini guru masih mendapat nilai baik, dalam arti belum maksimal dalm mengelola kelas. Sehingga guru harus memperbaiki pengelolaan kelas agar bisa mencapai criteria yang digunakan.
2) Aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan hasil persentase sebesar 72,5%, walaupun aktivitas siswa sudah mendapat persentase 72,5% namun masih ada empat aspek yang mendapat nilai cukup baik yaitu aspek menanggapi pertanyaan/ pendapat teman, keefektifan dalam mengembangkan isi/ pendapat, menghargai teman yang berpendapat, dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Empat aspek ini perlu mendapat perhatian lebih agar pada siklus berikutnya bisa mencapai criteria yang diinginkan
3) Berdasarkan angket terbuka yang diberikan pada siswa setelah diberikan tindakan siklus I, sudah ada peningkatan jumlah siswa yang memahami pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Walaupun jumlah ini sudah mengalami peningkatan dari jumlah sebelum siklus I (pre test), namun belum sesuai dengan hasil yang diinginkan.
Selain data penelitian diatas, menurut guru BK secara umum, penyampaian guru sudah menarik dan mudah dipahami.Materinya runtut, mudah dimengerti dan mdia power pointnya juga bagus. Guru sudah membimbing siswa dengan baik ketika siswa mengerjakan tugas dan mampu menyimpulkan materi serta menjwab pertanyaan siswa dengan baik. Namun masih ada beberapa kekurangan atau hambatan yang dialami selama pelaksanaan siklus I antara lain:
1) Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan masih ada sebagian siswa yang ramai. Menurut guru BK, karakteristik kelas VIII-E memang siswanya sangat ramai dan sulit diatur, bahkan terkadang guru BK sendiri kewalahan.
2) Jam layanan yang kurang tepat setelah istirahat siang. Sering membuat siswa kurang focus dalam mengikuti kegiatan atau masih tergoda dengan teman-teman kelas lainnya yang belum masuk kelas setelah jam istirahat selesai, sehingga perlu suatu metode agar siswa bisa tenang, tertarik dan focus mengikuti kegiatan dan tidak memperhatikan teman lainnya yang masih keluyuran di luar.
3) Pada pertemuan terakhir atau pertemuan ketiga, guru sempat berdiskusi sebentar dengan siswa tentang materi yang kira-kira belum mereka pahami. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka kurang paham dengan bagaimana cara mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol karena bagi siswa hal tersebut sngat susah dengan banyaknya pengaruh dari teman sekitarnya.
Berdasarkan hasil refleksi dengan guru BK dan rekan sejawat, perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II untuk mengatsi hambatan dan kekurangan di atas antara lain:1) Untuk memperbaiki
pengelolaan kelas, jika pada siklus I guru yang menyampaikan materi dengan ceramah, maka untuk mengatasi agar siswa tidak
9
ramai, pada siklus II materi kan disampaikan oleh siswa dengan tetap mendapat pendampingan dari guru. Siswa yang mau menjelaskan materi di depan kelas akan mendapatkan reward. Diharapkan hal ini akan membuat siswa yang tadinya suka ramai bisa terlihat aktif dalam kegiatan atau menyampaikan materi didepan kelas. Sehingga siswa akan lebih tertarik dan lebih senang mengikuti kegiatan, dan tidak ramai atau ngobrol sendiri.
2) Guru akan lebih tegas untuk menegur siswa yang ramai atau siswa yang ngobrol sendiri.
3) Pada siklus II materi akan diperdalam pada pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol, serta materi diperbaiki agar lebih menarik dan mudah dipahami siswa.
2. Siklus II
Siklus II ini hanya dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, difokuskan untuk memperdalam materi layanan informasi yang belum dimengerti siswa, yaitu tentang mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol.Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015, dimulai pada pukul 10.00-10.40 WIB.Sedangkan pertemun kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2015 dimulai pukul 10.00-10.40 WIB.a. Rencana Tindakan
Masalah penelitian ini masih terfokus pada kurangnya pemahaman siswa terhadap pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol.Pada siklus II ini, pemberian tindakan tetap dilakukan dengan memberikan materi layanan informasi dengan metode ceramah. Namun untuk mengurangi tingkat keramaian siswa, maka berdasarkan hasil refleksi dengan guru BK dan juga rekan sejawat, pada siklus II ini yang akan menyampaikan materi atau memberikan ceramah adalah siswa, namun materi yang disampaikan tetap berasal dari guru. Siswa diminta secara sukarela untuk menjelaskan materi di depan kelas kepada teman-temannya. Siswa yang bersedia menjelaskan materi di depan kelas akan mendapatkan reward. Dalam penyampaiannya siswa di damping oleh guru, jadi guru akan tetap mendampingi dan memberikan petunjuk dan menambhakan jika ada yang kurang.
Sedangkan siswa yang lain diminta menyiapkan pertanyaan untuk temannya. Dengan demikian, diharapkan siswa akan lebih aktif, menghargai pendapt temannya dan mampu mengurangi siswa yang ramai atau ngobrol sendiri.
Adapun kegiatan yang dilakukan
pada tahap rencana tindakan di siklus II ini
antara lain: (a) Mempersiapkan rencana
pelaksanaan bimbingan dan konseling; (b)
Menyiapkan materi dan alat bantu layanan
berupa media slide power point; (c)
menyiapkan instrument penelitian berupa
lembar observasi, lembar respon siswa dan
lembar pmahaman siswa; (d) menyiapkan
reward.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan dengan memberikan layanan informasi sebanyak dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:1) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 10.00-10.40 WIB. Kurangnya pemahaman siswa tentang pencegahan mengkonsumsi minuman berlkohol, pada awal pertemuan guru menekankna kembali tentng pentingnya memahami apa itu minuman beralkohol. Setelah siswa mengerti, guru memberikan materi layanan informasi tentang pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan kali ini yang akan menyampaikan materi bukanlah guru, tapi siswa sendiri secara sukarela. Suasana kelas menjadi gaduh dan beberap berkomentar. Guru mengkondisikan suasana kelas dan akan memberikan reward bagi siapa saja yang bersedia menjelaskan materi di depan kelas serta siswa yang aktif bertanya, menjawab ataumenanggapi. Beberapa siswa berdebat menentukan siapa yang akan maju ke depan kelas menjelaskan isi materi dan
10
akhirnya ada satu siswa yang memberanikan dirinya untuk menjelaskna materi di depan kelas yaitu DP. Guru memberika pujian kepada siswa yang bersedia maju ke depan untuk menjelaskan materi, dan memotivsi yang lain untuk ikut aktif dalam kegiatan. Sebelum DP menjelaskan materi, terlebih dulu guru memberikan pengantar dengan memancing keaktifan siswa dengan memberikan pertanyaan apakah sudah ada yang tahu bagaimana cara mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol?. Ternyata hanya beberapa siswa saja yang dpat menjawab pertanyaan guru. Selanjutnya DP menjelaskan materi yang ada di modul dengan bantuan slide power point dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikan dan menyiapkan pertanyaan. Siswa sangat tertarik dan memperhatikan karena yang menyampaikan materi adalah teman mereka sendiri. Banyak siswa yang bertanya dan menanggapi. Siswa aktif bertanya dan menanggapi penjelasan teman penyaji dan pendapat teman yang lain. Guru mulai bersikap tegas pada siswa yang ramai. Setelah siswa penyaji menjelaskan materi dan bertanya jawb dengan teman-temannya, selanjutnya siswa diminta untuk mengisi lembar evaluasi yang ada di modul. Setelah siswa mengisi lembar evaluasi, guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang jawaban yang sudah mereka tulis. Beberapa siswa mengemukakan jawabannya di depan kelas. Guru memberikan pujian dan reward bagi siswa yang aktif untuk berpendapat. Siswa terlihat antusias dan kegiatan diakhiri dengan Tanya jawab danmenyimpilkan hasil kegiatan.
2) Pertemuan IIPertemuan kedua pada siklus
II ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2015 pukul 10.00-10.40 WIB. Pertemuan kedua ini guru meminta siswa menjelaskankembali materi yang sudah di bahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Beberapa
siswa secara sukarela dan bergantian untuk menjelaskan isi materi yang sudah dibahas bersama pada pertemuan sebelumnya. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi dan Tanya jawab tentang materi-materi yang belum mereka pahami dan siswa terlihat antusias untuk melakukan kegiatan diskusi. Siswa secara bergantian bertanya dan menjawab/ menanggapi pertanyaan temannya.
Diakhir siklus II dilakukan pengukuran kembali tentang pemahaman pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol dengan lembar pemahaman siswa.Selain itu juga diberikan lembar respon siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan layanan informasi yang telah diberikan.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan menggunakan lembar observasi yang disediakan.Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dilakukan oleh guru BK dan rekan sejawat.
1) Aktivitas Gurua) Pertemuan I
Pada pertemuan pertama siklus II ini aktivitas guru sudah menunjukkan hasil sangat baik, sehingga persentase aktivitas guru sudah menunjukkan 100%. Hal ini dapat dilihat dari seluruh aspek aktivitas guru mendapat criteria sangat baik. Guru telah menyampaikan materi layanan informasi dengan sangat baik. Guru sudah mampu membimbing kegiatan siswa yang ramai dan mengobrol sendiri. Guru juga sudah mampu mengelola kelas dengan baik, menggunakan sarana dan media belajar yang baik. Dan terlebih lagi, guru mampu memotivasi dan memberikan penghargaan terhadap hasil kerja siswa dengan reward, terutama kepada siswa yang menyampaikan materi di depan kelas. Hal ini diharapkan dapat member hasil yang sebanding dengan tingkt pemahaman siswa, yaitu tentang pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol.
b) Pertemuan II
11
Pertemuan kedua siklus II ini aktivitas guru juga menunjukkan persentase sebesar 100%. Semua aspek sudah mendapat criteria sangat baik, hal ini menunjukkan guru sudah mampu melaksanakan layanan informasi dengan sangat baik dan sudah mampu menguasai kelas dengan sangat baik. Dengan demikian perbaikan yang dilakukan guru dengan mengganti metode layanannya dapat membantu proses pemberian layanan informasi lebih baik.
1) Aktivitas Siswaa) Pertemuan I
persentase aktivitas siswa sudah meningkat dibandingkan siklus I. Jika sebelumnya aktivitas siswa sebesar 72,5% maka pada pertemuan pertama siklus II ini aktivitas siswa sudah naik menjadi 87,5%. Hampir semua aspek sudah mendapat criteria sangat baik yaitu ada enam aspek dengan persentase sebesar 60%. Selain itu masih ada 3 aspek yang mendapat nilai baik yaitu, keaktifan dalam mengemukakan idea tau pendapat, menyelesaikan tuga yang diberikan guru dan menanggapi pertanyaan/ pendapat teman. Aspek yang terakhir ini mengalami peningkatan setelah dua pertemuan sebelumnya bertahan pada nilai cukup baik dan tidak mengalami peningkatan. Dengan menggunakan metode ceramah yang disampaikan oleh siswa, aspek ini bisa meningkat karena siswa lebih banyak berpendapat atau bertanya kepada temannya sendiri, sehingga siswa belajar untuk menanggapi pertanyaan/ pendapat temannya baik teman penyaji maupun teman yang lain.
Sedangkan satu aspek yang masih mendapat nilai cukup baik adalah menghargai teman yang sedang berpendapat. Walaupun aspek menanggapi pertanyaan/ pendapat teman sudah mengalami peningkatan, namun aspek ini belum meningkat karena siswa masih banyak yang kurang menghargai pendapat temannya. Namun semua siswa semakin aktif dalam mengikuti kegiatan.
b) Pertemuan IIpada pertemuan kedua dalam
siklus II ini mencapai 90%. Hampir seluruh aspek aktivitas siswa menunjukkan hasil sangat baik, yaitu aspek menanggapi pertanyaan/
pendapat teman, keaktifan dalam emngemukakan ide/ pendapat, menghargai teman yang sedang berpendapat dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Secara umum hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat bagus, karena siswa telah melakukan aktivitas seperti yang diharapkan. Siswa telah aktif dalam pemberian layanan informasi yang ditunjukkan dengan sikap aktif dalam kegiatan, memperhatikan penjelasan guru, mau bertnya dan menjawb pertanyaan guru, mampu memberikan contoh dan menyimpulkan materi dengan sangat baik. Dengan dilakukannya ceramah oleh siswa, aktivitas siswa semakin meningkat dan diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol lebih baik lagi, sehingga layanan informasi ini bisa dimanfaatkan siswa.
2) Hasil Lembar Pemahaman SiswaDalam penelitian ini pemahaman siswa
diukur dengan menggunakan lembar pemahaman siswa. Lembar pemahaman ini diberikan sebelum pemberian tindakan (pretest) dan disetiap akhir siklus untuk diketahui peningkatannya, dan akan dihitung dengan rumus statistic sederhana. Sehingga hasil tes ini hanya untuk mengetahui rata-rata peningkatan skor pemahaman siswa saja. Pengukuran tes setelah siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2015.
Angket pemahaman ini menggunakan bentuk angket terbuka yang keseluruhannya berjumlah 10 item. Angket terbuka ini mengungkap tentang pemahaman pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol.
Dari hasil angket yang diberikan, diketahui bahwa tidak ada siswa yang memiliki pemahaman rendah dari sebelumnya 7 siswa. Setelah diberikan tindakan siklus II, pemahaman siswa meningkat dari 15 siswa menjadi 27 siswa, maka pemberian tindakan dengan layanan informasi ini telah berhasil dilaksanakan dengan baik.
d. RefleksiRefleksi dilakukan bersama dengan
guru BK dan rekan sejawat di ruang guru BK SMP Dorowati Surabaya, pada tanggal 19 Mei 2015 pukul 10.00 WIB. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil angket pemahaman siswa sudah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.Hasil skor pemahamn siswa setelah sklus II menunjukkan
12
angka 90%. Aktivitas guru dan siswa juga sudah mencapai criteria atau stanmdar yang ditentukan. Selain itu hasil lembar respon siswa juga menunjukkan respon yang baik tentang pelaksanaan layan informasi ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa dalam mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol meningkat dengan diberikannya layanan informasi dengan metode penyampaian materi oleh teman sebaya dan pemberian reward, sehingga berdasarkan hasil refleksi ini, siklus dapat diberhentikan.
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIANBerdasarkan hasil observasi sebelum
penelitian, diperoleh informasi bahwa sebagian besar Kelas VIII-E , mempunyai tingkat pemahaman mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol yang rendah. Diperolejh hasil bahwa sekitar 46,7% siswa mempunyai pemahaman yang rendah terhadap pencegahan mengkonsumsi minumn beralkohol. Hal ini bisa dilihat dari ketidak pahaman siswa ketika ditanya pengertian, jenis-jenis dan dampak menggunakan minuman beralkohol. Siswa juga memiliki banyak pertanyaan bagaimana cara untuk mencegah agar tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
Hal ini juga diperkuat dengan pretest yang menunjukkan skor angket pemahaman siswa yang rendah, dan hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjelaskan arti, jenis, dan dampak mengkonsumsi minuman beralkohol. Pmahaman siswa yang rendah disebabkan karena kurangnya pemberian layanan informasi. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di kelas kurang menekankan pada permasalahan trsebut.
Selanjutnya, permasalahan ini ditindak lanjuti dengan memberikan layanan informasi. Pemberian tindakan dengan layanan informs ini dilakukan dalam dua siklus dengan lima kali pertemuan, dalam waktu kurang lebih dua bulan. Adapun materi yang disampaikan dalam layanan informs ini antar lain, pada siklus I mencakup pengertian minuman beralkohol, jenis-jenis minuman beralkohol, dan dampak mengkonsumsi minuman beralkohol. Sedangkan pada siklus II materi yang diberikan adalah bagaimana cara mencegah agar tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
Dalam penyampaian layanan informasi ini dilakukan dengan metode ceramah. Jika pada siklus I yang memberikan ceramah adalah guru, maka sesuai hasil refleksi, untuk menurunkan tingkat keramaian siswa, pada siklus II yang menyampaikan ceramah adalah siswa secara sukarela. Dengan begitu, siswa yang selama ini tidak mau terlihat akan ikut serta dalam pembelajarn secara aktif.
Selanjutnya dari hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa secara umum
pemberian tindakan yang dilakukan member perubahan yang signifikan terhadap pemahaman siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor angket pemahamaan siswa yang semakin meningkat dari pretest hingga siklus II. Jika pada pretest sebanyak 26,7% siswa yang memiliki pemahaman tinggi, maka setelah siklus I meningkat menjadi 50% dan naik lagi menjadi 90% setelah siklus II. Hal ini dilihat dari hasil angket terbuka bahwa pada saat pretest siswa belum mengetahui atau memahami tentang pengertian, jenis-jenis, dampak mengkonsumsi minuman beralkohol, setelah dilakukan siklus I dan siklus II siswa dapat menjelaskan dan memahami bagaimana cara mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol.
Peningkatan skor diatas disebabkan jika pada saat siklus I yng menyampaikan materi aadalah guru, maka pada saat siklus II yang menyampaikan materi adalah siswa sendiri. Siswa diminta secara sukarela untuk menjelaskan materi kepad teman-temannya di depan kelas dengn mendapat bimbingan atau arhan dari guru. Selain itu sisw yng mau menyampikan mteri akan diberikan reward berupa alat tulis, daan siswa yang aktif bertanya atau berpendapat juga akan mendapatka reward. Selain itu pada siklus II materi lebih diperdalam pada hal-hal yang belum dimengerti atau dipahami oleh siswa. Dengan penggantian metode dan pendalaman materi, ternyata terbukti efektif untuk siswa lebih memahami materi layanan informasi, lebih berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan, walaupun maih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan saat kegiatan berlangsung, namun hal ini bisa diatasi dengan memintanya untuk berpendapat.
Selain itu, hasil observasi aktivitas guru dan siswa juga meningkat secara signifikan. Aktivitas guru meningkat dari 72,2% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Peningktan aktivitas disebabkan oleh meningkatnya aspek pengelolaan kelas yang sebelumnya mnedapat nilai 3 kemudian naik mendapat nilai 4. Sehingga aktivitas guru mampu mencapai 100%. Sedangkan untuk aktivitas siswa, meningkat dari 45% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II. Hal ini disebabkan oleh penggantian metode penyampaian materi layanan yang sebelumnya guru yang memberikan ceramah diganti dengan siswa yang menyampaikan ceramah secara sukarela disertai dengan memberikan reward. Siswa menjadi lebih aktif dan berpartisipasi karena yang menyampaikan materi adalah temannya sendiri dan yang aktif berpartisipasi mendapatkaan reward.
Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil
13
dalam meningkatkan pemahaman siswa mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol.Untuk lebih jelasnya keberhasilan ini, dapat dilihat pada perubahan yang terjadi sebelum, selama dan sesudah dilakukan tindakan ini diberikan.
Berdasarkan perbandingan siswa sebelum, selama dan sesudah pemberian tindakan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam pemahaman siswa antara sebelum, selama dan sesudah diberiknnya tindakn layanan informasi.Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi “pemahaman siswa dalam mencegah mengkonsumsi minuman beralkohol dapt ditingkatkan melalui layanan informasi” dapat diterima.
Namun demikian, penelitian ini tentunya tidak lepas dari kendala selama kegiatan berlangsung.Diantaranya adalah karakteristik siswa kelas VIII-E yang mayoritas siswanya suka ramai didalam kelas, bahkan menurut guru BK sendiri merasa kewalahan saat memberikan materi di kelas tersebut.Hal ini menjadi kendala karena sangat sulit untuk menjadikan suasana kelas yang kondusif saat kegiatan berlngsung. Namun hal ini dapat dipecahkan dengan metode yang mlibatkan siswa langsung dalam proses pemberian layanan.sehingga siswa dapat berperan aktif dalam penyampaian isi materi layanan.
PENUTUPSimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diketahui bahwa persentase rata-rata siswa yang memiliki pemahamn tinngi pada saat pre-test sebesar 26,7%, kemudian setelah diberikan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 50%, dan meningkat lagi menjadi 90% setelah dilakukan perbaikan pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol pada siswa kelas VIII-E di SMP Dorowati Surabaya dapat ditingkatkan dengan pemberian layanan informasi.
SaranBerdasarkan hasil simpulan yang telah
diuraikan diatas, berikut ini disampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian, yaitu:1. Bagi Guru BK
Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang telah dilaksanakan masih memerlukan banyak perbaikan.Mengingat banyaknya siswa yang kurang begitu memahami pencegahan mengkonsumsi minuman beralkohol.Alangkah baiknya jika layanan informasi ini dilaksanakan secara berkala dengan bermacam-macam metode dan
media, sehingga siswa memiliki pemahaman yang luas saat mereka berada di lingkungannya.
2. Bagi SekolahDengan adanya hasil penelitian ini,
diharapkan pihak sekolah dapat mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan oleh guru BK dan menyediakan fasilitas yang mendukung layanan informasi.
3. Bagi Peneliti LainBagi peneliti lain, kiranya perlu
pengembangan yang lebih baik dalam melakukan penelitian yang sejenis, lebih kreatif dalam pemberian layanan informasi, baik dalam metode penyampaian, materi pembahasan dan media yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.,. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonrsia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia
Depdikbud.19996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.Dirdjosisworo, Soedjono. 1984. Alkoholisme Paparan
Humun dan Kriminologi. Bandung: Remadja Karya
Emzir.Metodelogi Penelitiaan Kuantitatif dan Kualitatif.2008. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Geldard Kathryn & Geldard David.2011. Konseling Remaja Pendekatan Proaktif untuk Anak Muda. Yogyakarta: Pustakaa Belajar
Gibson R. L, & Mitchell M. H. 2011.Bimbingan dan Konseling Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.Hariastuti, Tri Retno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan
Konseling. Surabaya: Unesa University PressHartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Rafika AditamaHidayat, Dede Rahmat dan Badrujaman, Aip.2012.
Penelitian Tindakan dalam Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Indeks.
14
Indarti, Titin. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah. Surabaya: Lembaga Penerbitan FBS Unesa
Iskandar.2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Kunandar.2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelaas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Muhari.2009. Modul Penelitian Tindakan dalam Layanan Bimbingan dan Konselling.Surabaya: Unipress
Nurihsan, Achmad Juantika. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
Nursalim, Mochammad. Dkk. 2002.Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press
Nurwijaya, Hartati, & Ikawati Zullies.2002. Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya. Jakarta: Gramedia
Rahmat, Hidayat, Dede, dkk. 2012. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Sulipan. 2007. Penelitian Deskriptif Analitis (materi KTI on line). Jakarta: Departemen Pendidikan nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Susilo, Herawati dkk.2009. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing
Suyanto. 1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Dispendikti, depdikbud
Winkel W. S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
15
top related