menteri pariwisata republik...
Post on 18-Feb-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM. 170/KD.00/MENPAR/2019
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 8 ayat 1
huruf e Peraturan Menteri Keuangan Nomor
180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah, perlu disusun
standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita
Danau Toba;
b. bahwa standar pelayanan minimum sebagaimana
dimaksud pada huruf a merupakan ukuran pelayanan
yang harus dipenuhi oleh Badan Pelaksana Otorita
Danau Toba dalam memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Pariwisata tentang
Standar Pelayanan Minimum Badan Pelaksana Otorita
Danau Toba;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
-2 -
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 171);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357);
4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 20) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 93
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 214);
5. Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang
Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau
Toba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 108);
6. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 13 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana
Otorita Danau Toba (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 215);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1792);
-3 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA TENTANG STANDAR
PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA
DANAU TOBA.
Menetapkan Standar Pelayanan Minimum Badan Pelaksana
Otorita Danau Toba sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU menjadi acuan bagi Badan Pelaksana
Otorita Danau Toba dalam memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat.
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 April 2019
MENTERI PARIWISATA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
ARIEF YAHYA
i dengan aslinyaAN PARIWISATA RIUmum, Kepegawaian, Hukum dan Organisasi,
^GE&RUKENDINIP. 19781010 200312 1 001
LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI PARIWISATAREPUBLIK INDONESIANOMOR KM. 170/KD.00/MENPAR/2019TENTANGSTANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA
STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA
KATA PENGANTAR
Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (Otorita Danau Toba) dibentuk
melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 (Perpres 49/2016) tentang Badan Otorita
Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk melaksanakan pengembangan Kawasan
Pariwisata Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Sesuai mandat yang
tertuang pada Perpres 49/2016, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) selaku
Badan Pelaksana dari Otorita Danau Toba bermaksud untuk mengajukan proposal penetapan
Badan layanan Umum (BLU).
Sebagaimana dipersyaratkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 (PP
23/2005) tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Buku Pedoman Standar
pelayanan minimum (Buku Pedoman SPM) disusun sebagai salah satu pemenuhan
persyaratan administrasi untuk penetapan sebagai BLU. Standar pelayanan minimum (SPM)
merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar minimal yang merupakan
urusan wajib penyelenggara yang berhak diperoleh setiap pengguna jasa/pelanggan.
Selain sebagai pemenuhan persyaratan administrasi, kami berharap penyusunan dan
penerapan SPM dapat menjadi pedoman tolak ukur penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji kami kepada pengguna
jasa/pelanggan dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan
terukur.
Jakarta, 08 Februari 2019
Arie Prasetyo
Direktur Utama
Badan Pelaksana Otorita Danau Toba
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
DAFTAR TAB E L ...................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................................. 3
1.3 Dasar Hukum........................................................................................................3
1.4 Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan Standar pelayanan minimum. 4
1.5 Tahapan Penyusunan Standar pelayanan minimum..........................................5
1.5.1 Identifikasi layanan dasar BPODT..........................................................6
1.5.2 Koordinasi Penyusunan Rencana Pencapaian SPM ...........................6
1.5.3 Menemukenali Indikator SPM.................................................................7
1.5.4 Menentukan Tingkat Capaian SPM (Baseline)..................................... 7
1.5.5 Menentukan Target Capaian SPM..........................................................7
1.5.6 Tabel SPM............................................................................................... 7
1.5.7 Pengintegrasian Rencana Pencapaian SPM Dalam Perencanaan dan
Penganggaran......................................................................................... 7
1.5.8 Pengendalian dan Evaluasi Pencapaian SPM ..................................... 7
1.6 Sistematika Buku Pedoman Standar pelayanan minimum...............................8
BAB 2 STRUKTUR DAN MEKANISME PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM
.......................................................................................................................................9
2.1 Struktur Standar pelayanan minimum.................................................................9
2.2 Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum..................................... 12
2.2.1 Pelaksanaan.......................................................................................... 12
2.2.2 Pemantauan dan Evaluasi....................................................................12
2.2.3 Pelaporan................................................................................................13
BAB 3 STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU
TOBA.......................................................................................................................... 14
3.1 Pelaksana Otorita Danau Toba........................................................................14
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba.................. 15
DAFTAR GAMBARGambar 1.1 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas................................................................2
Gambar 1.2 Tahapan Penyusunan SPM................................................................................... 6
Gambar 2.1 Business Model Canvas BPODT.........................................................................11
1.1 Latar Belakang
Pemerintah telah menetapkan sasaran peningkatan peran pariwisata dalam ekonomi
Indonesia selama periode 2015-2019, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari 9 juta menjadi 20 juta;
2. Meningkatnya jumlah pergerakan wisatawan nusantara dari 250 juta menjadi 275 juta;
3. Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional dari 4% menjadi 8%;
4. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara dari IDR 120 triliun menjadi
IDR 240 triliun;
5. Meningkatnya peringkat Indonesia dalam Travel and Tourism Competitiveness Index
dari peringkat 70 menjadi peringkat 30; dan
6. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata dari 11 juta menjadi 13 juta
tenaga kerja.
Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, Pemerintah berupaya mendorong percepatan
pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas, yang mana salah satunya adalah Danau
Toba di Provinsi Sumatera Utara. Terkait pengembangan dan pengelolaann Kawasan
Pariwisata Danau Toba, Pemerintah membentuk unit pelaksana teknis di lingkup Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 (Perpres
49/2016) tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Sehubungan
dengan pengajuan proposal untuk menjadi satuan kerja (SATKER) yang menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) melalui pengesahan dari Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) selaku Badan
Pelaksana dari Otorita Danau Toba berkewajiban untuk menyusun Buku Pedoman Standar
pelayanan minimum (Buku Pedoman SPM) guna menjamin terwujudnya pelayanan yang
prima.
Gambar 1.1 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Standar pelayanan minimum (SPM) merupakan tolak ukur pelayanan minimal yang harus
dipenuhi oleh BPODT. Proses penyusunan Buku Pedoman SPM ini tidak terlepas pada tugas
pokok dan fungsi dari BPODT sebagaimana diamanatkan oleh Perpres 49/2016 dan
turunannya. Selain itu, penyusunan Buku Pedoman SPM juga memperhatikan Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2009 (UU 25/2009) tentang Pelayanan Publik.
UU 25/2009 mendefinisikan standar pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan
sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan
yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. SPM dibutuhkan oleh BPODT
sebagai pedoman dalam penyediaan layanan yang konsisten kepada para pemangku
kepentingan sebagai upaya menjaga keberlanjutan serta meningkatkan penyelenggaraan
layanan yang bermutu. Dari sudut pandang pemangku kepentingan, SPM dapat menjadi
jaminan pemenuhan layanan yang konsisten dari penyelenggara layanan, dalam hal ini
adalah BPODT.
Oleh karena itu, penyusunan Buku Pedoman SPM ini diharapkan menjadi pedoman dalam
penyediaan layanan oleh BPODT, jaminan atas hak penerima layanan dalam menerima
layanan berkualitas, alat pemantauan (monitoring) dan evaluasi untuk peningkatan kinerja
dan mencari solusi perbaikan berkelanjutan, dasar menentukan alokasi anggaran, jaminan
akuntabilitas dan transparansi, standarisasi penyelenggaraan layanan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penyusunan Buku Pedoman SPM ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman acuan
kepada BPODT dalam menerakan dan merencanakan pencapaian SPM sesuai dengan target
yang telah ditetapkan guna memberikan layanan yang berkualitas dan konsisten kepada
penerima layanan.
Tujuan penyusunan Buku Pedoman SPM ini adalah:
a. Memenuhi persyaratan administrasi pengajuan proposal penetapan BLU;
b. Memberikan jaminan kepastian kualitas kepada penerima layanan; dan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
1.3 Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur.
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan
memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum sebagaimana diubah pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012
Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-
BLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif. Persyaratan
administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan
seluruh dokumen berikut:
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat;
b. Pola tata kelola;
c. Rencana strategis bisnis;
d. Laporan keuangan pokok;
e. Standar pelayanan minimum; dan
f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar pelayanan minimum
Dalam penyusunan SPM ditetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM dan batas waktu
pencapaian SPM.
Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan
Pariwisata Danau Toba
Susunan organisasi Otorita Danau Toba terdiri atas Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana.
Badan Pelaksana menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan
Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada Satuan Kerja Instansi
Pemerintah
Standar pelayanan minimum merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh Satker
yang menerapkan PK BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus mempertimbangkan
kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan memperoleh
layanan. Standar pelayanan minimum berpedoman pada Standar pelayanan minimum
Kementerian Negara/Lembaga/industri sejenis dan/atau peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai Standar pelayanan minimum.
1.4 Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan Standar pelayanan minimum
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyusunan SPM adalah sebagai berikut:
a. SPM disusun sebagai alat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan;
b. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dan dapat
dipertanggungjawabkan;
c. SPM mempunyai batas waktu pencapaian;dan
d. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan
keuangan institusi BLU.
Pertimbangan yang diperhatikan dalam penyusunan SPM, antara lain:
a. Keberadaan sistem informasi, pelaporan, dan evaluasi yang menjamin pencapaian SPM
dapat dipantau dan dievaluasi oleh secara berkelanjutan;
b. Standar pelayanan tertinggi saat ini yaitu kegiatan pelayanan yang telah dicapai;
c. Keterkaitan antara SPM dalam suatu bidang dengan SPM dalam bidang lainnya;
d. Kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil; dan
e. Pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan yang telah terbukti dapat
menghasilkan mutu pelayanan yang ingin dicapai.
Prinsip-prinsip dan pertimbangan di dalam penyusunan SPM di atas menjadi panduan di
dalam penyusunan SPM, sehingga waktu indikator pencapaian SPM yang dimaklumatkan
adalah pada saat kondisi SPM dapat dicapai 100%, bukan pencapaian SPM secara bertahap.
1.5 Tahapan Penyusunan Standar pelayanan minimum
Penyusunan SPM dilakukan melalui beberapa tahapan untuk selanjutnya menjadi masukan
dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran. Adapun tahapan penyusunan
SPM adalah sebagai berikut:
5
Pengintegrasian Rencana
Pencapaian SPM dalam
Perencanaandan
Penganggaran
Pengendalian dan Evaluasi Pencapaian SPM
Gambar 1.2 Tahapan Penyusunan SPM
1.5.1 Identifikasi layanan dasar BPODT
Identifikasi layanan dasar merupakan proses penerjemahan dari tugas dan fungsi pokok
BPODT yang diuraikan lebih lanjut dalam Business Model Canvas.
1.5.2 Koordinasi Penyusunan Rencana Pencapaian SPM
Koordinasi dilakukan terhadap dua hal, yaitu:
i) Membangun pemahaman dan pengetahuan bersama antar Direktur/unit kerja
terkait kebutuhan dan proses penyusunan SPM;
ii) Mensinergikan rencana terkait penyusunan dan pencapaian SPM di masing-
masing Direktur/unit kerja dengan mengacu pada kebutuhan dan kemampuan
BPODT saat ini dan di masa mendatang.
1.5.3 Menemukenali Indikator SPM
Layanan dasar yang telah diidentifikasi selanjutnya diuraikan ke dalam indikator-indikator
yang menjadi acuan standar dari pelayanan yang akan diberikan. Menemukenali indikator
dilakukan dengan memastikan seluruh aktivitas yang berdampak pada kualitas layanan yang
diberikan telah dicakup.
1.5.4 Menentukan Tingkat Capaian SPM (Baseline)
Tingkat capaian SPM menggambarkan kondisi dan pencapaian pelayanan saat ini sebagai
tolok ukur awal (baseline) untuk menentukan target capaian SPM. Hal ini dilakukan untuk
menjaga target capaian yang wajar.
1.5.5 Menentukan Target Capaian SPM
Target capaian SPM merupakan rencana capaian indikator SPM pada batas waktu tertentu.
Penentuan target capaian SPM dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat capaian saat
ini, kemampuan pendanaan, potensi dan permasalahan yang dihadapi, serta peraturan
perundang-undangan dan kebijakan terkait.
1.5.6 Tabel SPM
Output dari kegiatan penyusunan SPM dituangkan ke dalam bentuk tabel guna efisiensi
penggunaan.
1.5.7 Pengintegrasian Rencana Pencapaian SPM Dalam Perencanaan dan
Penganggaran
SPM yang telah disusun diintegrasikan dalam kegiatan perencanaan dan pengganggaran
untuk memastikan bahwa rencana pencapaian SPM sesuai dengan rencana program dan
penganggaran sehingga SPM dapat tercapai sesuai target.
1.5.8 Pengendalian dan Evaluasi Pencapaian SPM
Proses pengendalian dan evaluasi dilakukan dalam setiap tahapan, mulai dari penyusunan,
pengintegrasian dalam perencanaan dan penganggaran, sampai dengan penerapan SPM
nantinya. Hasil dari pengendalian dan evaluasi menjadi dasar dalam menetapkan tindak
lanjut, seperti kebutuhan pembinaan, revisi, dan lainnya.
1.6 Sistematika Buku Pedoman Standar pelayanan minimum
Sistematika penyusunan Buku Pedoman SPM ini akan disampaikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Dasar Hukum
1.4. Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan Standar pelayanan
minimum
1.5. Tahapan Penyusunan Standar pelayanan minimum
1.6. Sistematika Buku Pedoman Standar pelayanan minimum
Bab II Struktur dan Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum
11.1. Struktur Standar pelayanan minimum
11.2. Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum
Bab III Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba
BAB II
STRUKTUR DAN MEKANISME Ji
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
MINIMUM
2.1 Struktur Standar pelayanan minimum
SPM Badan Pelaksana Otorita Danau Toba disusun berdasarkan tugas dan fungsi pokok dari
BPODT sesuai dengan Perpres 49 tahun 2016, yaitu:
1. melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan,
pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Koordinatif.
2. melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan
pengendalian di Zona Otorita
Dalam melaksanakan tugas di atas, BPODT menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan Rencana Induk di Kawasan Koordinatif Pariwisata Danau Toba;
2. penyusunan Rencana Detail Pengembangan dan Pembangunan di Zona Otorita;
3. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan,
pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Koordinatif;
4. penyusunan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan
pengendalian di Zona Otorita;
5. perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba;
6. penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan pusat dan daerah di Zona
Otorita;
7. penetapan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan
perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian
Kawasan Pariwisata Danau Toba; dan
8. pelaksanaan tugas lain terkait pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba yang
ditetapkan oleh Dewan Pengarah.
Pelaksanaan tugas dan fungsi BPODT terkait pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan
fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kaw
Koordinatif termasuk di dalamnya menjaga konservasi alam. Sebagaimana diketahui,
populasi enceng gondok yang terus meningkat di Danau Toba akibat pencemaran perlu
ditangani. Selain itu, pelestarian kawasan hutan di wilayah Danau Toba perlu dipantau dan
diatur agar tidak terjadi perubahan fungsi lahan yang berakibat kepada kerusakan alam yang
akan merusak kawasan pariwisata Danau Toba. Oleh karena itu, sinergi antara wisata, warga,
dan alam merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan secara terencana dan
dibudayakan.
Kemudian dalam hal pengelolaan Zona Otorita, BPODT harus dapat mengoptimalkan
nilai lvalue dari aset pemerintah yang dikelola sehingga dapat dipergunakan sebaik-baiknya
untuk memajukan pariwisata di Kawsaan Danau Toba. Optimalisasi aset dapat dilakukan
melalui organisasi yang menerapkan fungsi BLU. Fleksibilitas BPODT dengan menerapkan
BLU akan memudahkan investor dalam pengurusan investasi di Zona Otorita yang tentunya
akan berdampak kepada peningkatan nilai aset pemerintah.
Sebagaimana diuraikan lebih lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan menggunakan alat
Business Model Canvas. Berdasarkan hasil diskusi, disepakati bahwa layanan dasar BPODT
dapat dibagi menjadi:
1. Koordinasi, Sinkronisasi, dan fasilitasi dalam perencanaan, pengembangan,
pembangunan, dan pengendalian Kawasan Koordinatif;
2. Pengaturan, perencanaan, pengembangan, dan pembangunan zona otoritatif;
3. Kerjasama Operasional (KSO) dengan pihak ketiga, di luar kegiatan rutin sesuai tugas
pokok dan fungsi. Kerja Sama Operasional (KSO) berfungsi untuk mengoptimalkan
value dari aset pemerintah.;
4. Pelayanan terpadu satu pintu untuk perizinan dan non-perizinan;
5. Pengembangan SDM dan organisasi;
6. Pemasaran dan promosi pariwisata; dan
7. Pengelolaan dan pengendalian zona otoritatif.
10
Gambar 2.1 Business Model Canvas BPODT
Keenam layanan dasar tersebut di atas selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan SPM.
SPM ditampilkan dalam bentuk tabel guna kemudahan dalam penggunaannya. Adapun
struktur dari tabel SPM tersebut adalah sebagai berikut:
Kolom 1 : Nomor Urut
Berdasarkan layanan dasar;
Kolom 2 : Layanan Dasar
Sebagaimana tersebut di atas;
Kolom 3 : Indikator
Ditetapkan untuk masing-masing layanan dasar dengan memastikan
seluruh aktivitas yang berdampak pada kualitas layanan yang diberikan
telah dicakup;
Kolom 4 : Standar Minimal
-> Ditetapkan untuk setiap indikator dengan memperhatikan hak penerima
layanan dan kewajaran;
Kolom 5 : Target Pencapaian
Target waktu tercapainya/mulai tercapainya standar minimal yang
ditetapkan;
Kolom 6 : Penanggung Jawab
Ditetapkan sesuai tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Direktur
dalam struktur organisasi BPODT;
Kolom 7 : Keterangan
Informasi tambahan untuk memberikan kejelasan pada poin yang
dimaksud.
2.2 Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum
2.2.1 Pelaksanaan
SPM yang disusun dan ditetapkan merupakan pedoman dalam penyediaan layanan yang
berkualitas dan konsisten serta acuan dalam perencanaan program pencapaian target dari
BPODT. Pelaksanaan SPM dilakukan oleh BPODT dengan pembagian peran sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Direktur.
2.2.2 Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh Dewan Pengarah Otorita Danau Toba atas
penerapan SPM dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan kepada penerima
layanan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dalam bentuk:
a. Rapat kerja;
b. Rapat koordinasi;
c. Peninjauan/kunjungan lapangan; dan
d. Permintaan laporan.
Sedangkan, pemantauan dan evaluasi harian dilakukan oleh Direktur Utama BPODT dan
dapat dilimpahkan kepada pejabat di bawahnya sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Selain itu, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat juga mengikutsertakan pihak lain
yang berkompeten.
Hasil pemantauan dan evaluasi dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan
kapasitas BPODT dalam pencapaian SPM serta bahan pertimbangan dalam pembinaan dan
pengawasan penerapan SPM, termasuk penentuan penghargaan dan sanksi (reward and
punishment).
2.2.3 Pelaporan
Direktur Utama BPODT menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan
pencapaian SPM kepada Dewan Pengarah Otorita Danau Toba sebagai dasar pembinaan
dan pengawasan teknis penerapan SPM serta pertimbangan perbaikan kedepannya.
BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMUM
BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU
TOBA
3.1 Standar pelayanan minimum
Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1 Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
1 Koordinasi, sinkronisasi dan fasilitasi dalam perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian Kawasan Koordinatif
Ketersediaan Rencana Induk di Kawasan Koordinatif
Tersedia dan dilakukan pemutakhiran setiap 5
tahun sekali
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Rencana Induk Kawasan Koordinatif disusun untuk jangka waktu 25 tahun dan dimutakhirkan setiap 5 tahun sekali.
Pengawasan implementasi Rencana Induk
Tersedianya laporan implementasi rencana induk setiap 6 (enam)
bulan sekali
2019-2023 Semua Direktur Setiap Direktur bertanggung jawab dalam mengawasi implementasi Rencana Induk sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
Terlaksananya kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian Kawasan Koordinatif
Terlaksananya rapat antar stakeholder
Kawasan Koordinatif Danau Toba minimal 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
dan
Direktur Destinasi Pariwisata
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembaaaan Kepariwisataan : koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi dalam bidang industri pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan, termasuk di dalamnya investasi.
Direktur Destinasi Pariwisata : koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi dalam bidang yang berhubungan dengan destinasi pariwisata mencakup atraksi, akses, dan amenitas.
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
Ketersediaan perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan Koordinatif
Tersedia 2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan,
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan: perumusan strategi operasional dalam bidang industri pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan, termasuk di dalamnya investasi.
Direktur Destinasi Pariwisata,
dan
Direktur Destinasi Pariwisata: perumusan strategi operasional dalam bidang yang berhubungan dengan destinasi pariwisata mencakup atraksi, akses, dan amenitas.
DirekturPemasaranPariwisata
Direktur Pemasaran Pariwisata: Perumusan strategi operasional dalam bidang pemasaran pariwisata mencakup branding, advertising, dan selling.
Pemantauan konservasi alam Kawasan Danau Toba
Tersedianya komitmen pemangku kepentingan
untuk pelestarian lingkungan
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Komitmen pemangku kepentingan atas kelestarian lingkungan dalam bentuk Surat Kesepakatan Bersama tentang Pelestarian Lingkungan.
Tersedianya laporan pemantauan
lingkungan minimal setiap 6 (enam) bulan
sekali.
Tim pemantauan lingkungan Kawasan Danau Toba akan dibentuk dan akan memantau^ aspek lingkungan, tata ruang, da^* mitigasi bencana.
16
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
2 Perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian di Zona Otoritatif
Ketersediaan dokumen perencanaan dan pengembangan Zona Otoritatif
Tersedia 2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
dan
Direktur Destinasi Pariwisata
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembaaaan Kepariwisataan: Studi Awal Pasar, Konsep Masterplan, Studi Awal Kelayakan Ekonomi, Konsep Branding.
Direktur Destinasi Pariwisata: Studi Awal Daya Dukung Lahan dan Mitigasi Bencana, Studi Awal Infrastruktur, Perhitungan Awal Biaya Pengembangan, AMDAL
Implementasi rencana induk
Terimplementasi sesuai target waktu pada rencana induk
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Sesuai dengan target waktu pada rencana induk
Jaminan keamanan Tersedianya keamanan 24 jam;
tersedia crisis center
2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Koordinasi dan kerjasama dengan pihak ketiga
Jaminan keselamatan Dilakukannya sosialisasi K3 untuk
mencapai kondisi zero accident
2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Sesuai dengan target pencapaian ISO 45001 di 2019
Ketersediaan infrastruktur dan utilitas dasar:
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
Jalan Terbangun sesuai target rencana induk dengan kondisi jalan
mantap
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan K/L/D, BUMN/D, dan/atau badan usaha swasta di bidang jalan
Air bersih Terbangun sesuai target rencana induk dengan ketersediaan
layanan 24/7
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan K/L/D, BUMD, masyarakat dan/atau badan usaha swasta di bidang air bersih
Listrik Terbangun sesuai target rencana induk dengan ketersediaan
layanan 24/7
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan BUMN dan/atau badan usaha swasta di bidang penyediaan listrik
Informasi, Komunikasi dan Telekomunikasi
Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan
24/7
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan BUMN dan/atau badan usaha swasta di bidang telekomunikasi
Drainase Tersedia sesuai target rencana induk dengan kondisi saluran lancar
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan K/L/D dan/atau pihak ketiga lainnya
Air limbah Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan
24/7
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan K/L/D dan/atau pihak ketiga lainnya
Persampahan Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan K/L/D,BUMN/D, dan/atau badan u s a h ^ swasta di bidang persamoahar#
18
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
pengangkutan dan pengolahan sampah
secara reguler
Transportasi umum dalam Zona Otoritatif
Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan
24/7
2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Koordinasi dengan K/L/D, BUMN/D, dan/atau badan usaha swasta di bidang penyediaan transportasi umum
Ketersediaan ruang terbuka hijau
Min. 20% 2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata
Pengembangan desa penyangga
Pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat Desa Sigapiton, Desa
Motung, dan Desa Pardamean Sibisa
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Koordinasi dengan Pemda Toba Samosir serta masyarakat
3 Kerjasama Operasional (KSO) dengan pihak ketiga
Ketersediaan informasi peluang kerjasama
Tersedia website; update sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
2019 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Penyelenggaraan kegiatan promosi peluang kerjasama
Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun
2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
Penyelenggaraan kerjasama dengan pihak ketiga
Terimplementasi minimal 1 (satu)
kerjasama setiap tahun
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Keterlibatan investor dalam negeri dan asing
Sesuai peraturan perundang-undangan
2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Mengacu pada negative list BKPM dan peraturan perundang- undangan terkait lainnya
Keterlibatan masyarakat setempat
Mengutamakan keterlibatan
masyarakat setempat
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
4 Pelayanan terpadu satu pintu untuk perizinan dan nonperizinan
Ketersediaan informasi terkait kebutuhan, persyaratan, dan mekanisme perizinan dan nonperizinan yang mudah diakses
Tersedia website; update sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Ketersediaan SOP (Standard Operating Procedure) pelayanan terpadu satu pintu
Tersedia dan terimplementasi
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Durasi penerbitan izin Paling lama 7 hari kerja setelah dokumen
lengkap diterima
2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
Ketersediaan kantor pelayanan terpadu satu pintu yang mudah diakses
Tersedia, mudah diakses dan berfungsi
baik
2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Ketersediaan sistem pendaftaran online
Tersedia, mudah diakses dan berfungsi
baik
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
5 Pengembangan SDM dan organisasi
Peningkatan kapasitas soft skill dan hard skill untuk masyarakat setempat
Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Contoh progam: pengenalan geosite untuk masyarakat setempat; edukasi sadar wisata untuk masyarakat setempat, dsb.
Contoh bentuk kegiatan: seminar, lokakarya, kursus singkat, dsb.
Penyelenggaraan kerjasama dengan lembaga pendidikan untuk mendukung pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba
Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun
2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Contoh kerjasama: beasiswa, magang; penyerapan lulusan dsb.
Peningkatan kapasitas soft skill dan hard skill untuk pengelola
Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun
2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Contoh bentuk kegiatan: seminar, lokakarya, outbond, studi banding, dsb.
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
Ketersediaan SDM tersertifikasi (internal)
Sesuai dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan
2019 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
Ketersediaan SDMtersertifikasi(pendukung/eksternal)
Sesuai dipersyarakat dalam peraturan
perundang-undangan
2020 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan
Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata
Pengelola tersertifikasi internasional
Memperoleh sertifikasi ISO
2020;2021 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik
ISO 9001 (2020); ISO 14000 (2020); ISO 31000 (2021); ISO 45001 (2021)
6 Pemasaran dan promosi pariwisata
Penyusunan calendar of event pariwisata tahunan
Rutin setiap tahun 2019-2023 DirekturPemasaranPariwisata
Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata
Penyelenggaraan kegiatan promosi pariwisata (branding)
Dipublikasikan melalui media promosi dengan durasi akumulatif min. 2 bulan dalam 1 tahun, dan aktif berpartisipasi dalam event promosi min. 3 kali dalam 1
tahun
2019-2023 DirekturPemasaranPariwisata
Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata
Contoh media promosi: media cetak, billboard, iklan televisi, iklan radio, dukungan kegiatan/sponsorsft/p, dsb.
Ketersediaan marketing tools dan kits pariwisata
Tersedia untuk setiap kegiatan promosi dan
pemasaran
2019-2023 DirekturPemasaranPariwisata
Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata
Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian
PenanggungJawab Keterangan
Fasilitasi kegiatan Min.4 (empat) kali 2019-2023 Direktur Koordinasi dengan Kementerianpenjualan wisata dalam 1 (satu) tahun Pemasaran Pariwisata(selling) Pariwisata
Kerjasama dengan travel agent, maskapai, asosiasi hotel, media, dsb.
3.2 Standar Operating Procedure (SOP) Atas Jasa Layanan
Jasa Layanan yang utama akan didetilkan Standar pelayanan minimum adalah atas
Pelaksanaan Kerja Sama Operasi (KSO) atau Kerja Sama Manajemen (KSM) seperti pada
tabel berikut ini.
Tabel 3.2 SOP Layanan Pelaksanaan KSO/KSM
No Komponen
Dasar
Hukum
Persyaratan
Pelayanan
Keterangan
a. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum beserta perubahannya
(Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum);
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2012
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
g. Peraturan Menteri Keuangan nomor 136/PMK.05/2016 tentang
Pengelolaan Aset Pada Badan Layanan Umum
a. Surat permohonan sekurang-kurangnya memuat:
Latar belakang;
Rencana peruntukan KSO atau KSM;
m. Jangka waktu;
iv. Usulan besaran penerimaan negara;
b. Permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilengkapi
dengan:
i. Data objek yang akan di KSO/KSM
24
Penyelesaia
n
a. Jangka waktu penyelesaian penerbitan rekomendasi dari
Direktur Utama ke Direktur terkait paling lama 5 (lima) hari
kerja
b. Jangka waktu penerbitan surat keputusan KSO/KSM oleh
Direktur Utama paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
diterimanya hasil analisa dan rekomendasi KSO dari Direktur
terkait.
c. Jangka waktu penyelesaian perjanjian KSO/KSM paling lama
80 (delapan puluh) hari kerja setelah diterbitkannya surat
keputusan KSO/KSM
5. Biaya/Tarif Tarif layanan yang wajib disetorkan Mitra KSO/KSM adalah berupa
komntribusa tetap dan/atau pembagian keuntungan
6. Produk
Pelayanan
Perjanjian KSO/KSM dan Berita Acara Serah Terima (BAST)
7. Sarana,
Prasarana,
dan/atau
Fasilitas
Sarana, prasarana, dan atau fasilitas yang mendukung pelayanan
sesuai standar, seperti komputer, ruang tunggu, bangunan, dan lain-
lain
8. Kompetensi
Pelaksana
Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dengan memiliki
kompetensi sebagai berikut:
a. Menguasai bidang pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)
b. Mempunyai kemampuan untuk melakukan analisa kelayakan
usaha
9. Pengawasan
Internal
Pengawasan internal dilakukan oleh semua komponen struktur
organisasi dengan dipantau oleh Satuan Pengawasn Internal (SPI)
10 Penanganan
pengaduan,
saran, dan
masukan
Mekanisme pengelolaan pengaduan sebagia berikut:
a. Pengguna jasa atau pihak yang dirugikan melakukan
pengaduan melalui media pengaduan yang disiapkan yaitu:
kotak pos, SMS, email, atau media lainnya.
26
b. Petugas yang ditunjuk memberikan respon pertama kepada
pelapor. Jika repon tidak bisa diberikan segera, Petugas
menginformasikan bahwa laporan akan dipelajari dan
ditindaklanjuti segera.
c. Petugas yang ditunjuk melakukan pendataan atas laporan
yang masuk untuk selanjutnya diteruskan kepada SPI
d. SPI melakukan verifikasi. Jika ditemukan kebenaran atau pun
tidak ditemukan kebenaran atas pengaduan, SPI melaporkan
kepada Direktur Utama yang disertai dengan usulan tindak
lanjut dan konsep surat tanggapan untuk diputuskan oleh
Direktur Utama.
e. Pengguna Jasa atau Pelapor dipastikan menerima surat
tanggapan dari BLU BPODT
11 Jumlah
Pelaksana
Minimal 1 (satu) orang atau disesuaikan dengan kondisi kantor
12 Jaminan
Pelayanan
Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan SOP dan norma waktu yang
ditetapkan
13 Jaminan
Keamanan
dan
Keselamata
n Pelayanan
Pelayanan satu pintu diterapkan untuk memberikan jaminan kondisi
aman dan selamat bagi Pengguna.
14 Evaluasi
Kinerja
Pelaksana
Evaluasi dilakukan secara langsung dengan konsep 360, yaitu
evaluasi oleh atasan, rekan sejawat, bawahan, dan pengguna.
top related