metabolisme energi
Post on 01-Jan-2016
755 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN FAAL PRAKTIKUM
Metabolisme Energi
Dosen Pembimbing : Lilik Herawati, dr.,M.Kes
Kelompok A-4:
Nisrina Hasna Nabila 021211131044
Amellia Kristanti Rahardjo 021211131045
Dita Rana Widati 021211131046
Wilda Safira 021211131047
Masha Andina 021211131048
Aghnia Alma L 021211131049
Isna Nur Inayatur R 021211131050
Nabiela Rahardja 021211131052
Firly Rakhmawati 021211131053
Nike Kurniawati 021211131054
Claudia Yosephine S 021211131055
Rizky Nugraha Putra 021211131056
Aditya Rama Devara 021211131064
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga
2013
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metabolisme merupakan perubahan senyawa kimia secara biokimia di dalam
tubuh organisme. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian
(katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-
tahapan yang melibatkan enzim. Hal ini dikenal pula sebagai jalur metabolisme.
Metabolisme total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme
sel mencakup proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat
bertahan hidup.
Derajat metabolisme seseorang sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kerja dari
orang yang bersangkutan. Karena aktivitas kerja sangat bervariasi maka diperlukan suatu
keadaan standar sehingga tingkat metabolisme seseorang dapat dinilai dan
dibandingkan. Keadaan itu disebut keadaan basal atau metabolisme basal.
Metabolisme basal adalah sejumlah energi yang diperlukan oleh tubuh dalam
keadaan istirahat total baik jasmani maupun rohani dalam keadaan berbaring tidak tidur
dan suhu badan dalam lingkungan yang serasi.
Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah
kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang
vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan
untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh,
serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh.
Kurang lebih dua pertiga energi yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk
kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh. Angka metabolisme basal dinyatakan
dalam kilokalori per kilogram berat badan per jam. Angka ini berbeda antar orang dan
mungkin pada orang yang sama bila terjadi perubahan dalam keadaan fisik dan
lingkungan. Metabolisme basal bergantung pada luas permukaan badan, usia, dan jenis
kelamin.
1.2 Masalah
1. Bagaimana besar metabolisme basal dan metabolisme kerja seseorang?
2. Bagaimana menghitung BMR dan Metabolic Rate?
3. Bagaimana menghitung BMR dengan Rumus Reed?
4. Apa saja faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil praktikum BMR?
1.3 Tujuan
1. Menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme “basal” dan metabolisme kerja
subyek.
2. Mempelajari perlunya menghitung BMR dan bukan hanya Metabolic Rate saja.
3. Menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan rumus Reed:
B.M.R = 0,75 {(frekuensi nadi) + 0,74 (tekanan nadi)} – 72.
4. Mempelajari pengaruh faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi hasil pengukuran
BMR.
2. METODE KERJA
2.1 ALAT DAN BAHAN
1. Alat spirometer 8. Cermin kecil
2. Alat pencatat suhu ruangan 9. Metronom
3. Alat pencatat tekanan udara (barometer) 10. Tampat tidur
4. Pipa mulut (mouth piece) dan penjepit hidung 11. Tensimeter
5. Timbangan dan pengukur tinggi badan 12. Tangki Oksigen
6. Tabel Nomogram Aub Du Bois
7. Tabel tekanan uap air jenuh
2.2 TATA KERJA
2.2.1 Pemeriksaan Metabolisme Basal
1. Pemeriksaan secara tak langsung dilakukan dengan menggunakan alat Spirometer.
Spirometer termasuk jenis kalometri tertutup. Co2 dalam pemeriksaan ini
dihilangkan dengan pengikatan gas co2 oleh soda lime. Penurunan tabung sungkup
dari awal menunjukan besarnya pemakaian oksigen.
2. Persiapan orang coba (ingat pada kenyataan orang coba tidak dalam keaadaan
basal yang sesungguhnya).
a Catat : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan.
b Hitung luas badan orang coba dengan cara mengukur tinggi dan berat badan,
Selanjutnya dengan menggunkan “monogram dari aub du bois” dicari luas
badannya.
c Suruh orang coba istirahat berbaring tenang minimal setengah jam.
3. Persiapan alat – alat :
a. Catat suhu ruang dan tekanan udara yang terbaca pada barometer.
b. Spirometer
Bilas sungkup 2 – 3 kali dengan udara atmosfer dengan cara menekan kebawah
dan menarik ke atas sungkup. Pastikan terlebih dahulu kran pengatur aliran udara
pada ujung pipa dalam keaadaan terbuka agar sungkup dapat ditekan dan ditarik.
Periksalah soda limenya apakah sudah mengalami kejenuhan dengan cara melihat
perubahan warnanya.
Periksalah pipa – pipa aliran udara terpasang dengan benar, hawa ekspirasi keluar
melewati soda lime masuk ke dalam sungkup.
Isi sungkup dengan oksigen melalui kran pengisi oksigen. Perhatikan kran
pengatur aliran udara pada ujung pipa napas dalam keadaan tertutup.
Selanjutnya pasang kertas dalam drum (tromole)
Isi tinta penulis jika perlu
Pasang pipa mulut ( mouth piece) yang telah disterilkan.
Hubungkan arus listrik dan periksalah jalan tromol. Gunakan kecepatan yang
paling rendah.
4. Jalannnya pemeriksaaan
a. Setelah istirahat, menjelang pemeriksaan ukur suhu tubuh, frekuensi nadi,
tekanan darah, serta frekuensi pernafasan. Pastikan keadaan jiwa betul – betul
tenang.
b. Pasang pipa mulut pada orang coba, kemudian jepit hudungnya dengan penjepit
hidung. Biarkan orang coba membiasakan diri dengan alatnya ( masih bernafas
dengan udara luar).
c. Setelah pernafasan teratur jalankan tromol pencatat, kemudian pada saat akhir
ekspirasi buka kran pengatur aliran udara suhingga orang coba bernafas dengan
udara dalam spirometer.
d. Periksalah, jangan sampai ada kebocoran gas melalui mulut, maupun hidung
( lakukan dengan menggunakan cermin kecil).
e. Ukurlah kembali frekuensi nadi, frekuensi pernafasan pada pertengahan
percobaan.
f. Catat suhu spirometer. Ini adalah suhu udara didalam spirometer.
g. Lanjutkan percobaan sampai didapat grafik yang teratur, paling sedikit dalam 6
menit.
h. Setelah selesai lepaskan semua alat dari orang coba.
i. Jangan lupa menghitung kembali frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan orang
coba setelah percobaan.
j. Untuk menghitung pemakaian oksigen buatlah garis lurus yang banyak
menyinggung titik ujung akhir ekspirasi dari grafik yang didapat. Besarnya
pemakaian oksigen diperhitungkan dari tingginya kenaikan grafik selama 6
menit.
5. Contoh penghitungan
a. Laki-laki 21 tahun, T.B. = 165 cm. B.B. = 65 kg
Luas badan = 1,73 m2 (lihat tabel nomogram Aub Du Bois)
Buat garis yang menghubungkan T.B. dan B.B. mahasiswa yang memotong garis
L.B.
b. Pemakaian oksigen 6 menit = 1,6 liter (diperhitungkan dengan cara menarik garis
yang banyak menyinggung titik-titik akhir ekspirasi selama 6 menit. Hitunglah
tingginya grafik, 1mm = 30ml oksigen). Suhu spirometer = 27⁰ C (lihat
temperatur yang terpasang di atas sungkup). Tekanan uap air jenuh pada 27⁰ C =
26,5 mmHg (lihat pada tabel tekanan uap air jenuh). Barometer ruangan = 763
mmHg (lihat alat pencatat barometer)
c. Ubahlah volume Ambient Temperature Pressure Saturated (ATPS) ke Standard
Temperature Pressure Dry (STPD) dengan menggunakan rumus Boyle-Gay
Lussac
d. Pemakaian oksigen tiap jam = 60 min/6 min x 1,41 = 10 x 1,41 = 14,1 liter
e. Pada keadaan post absorptive dengan RQ (Respiratory Quotient) = 0,82 satu liter
O2 setara dengan 4,825 kcal
f.
Cara menghitung Metabolisme Basal (BMR)
Di dalam daftar Aub Du Bois didapatkan bahwa untuk seseorang laki-laki
berumur 21 tahun Metabolisme standar adalah 39,5 kcal/m2/jam.
Bila subyek dalam keadaan basa, maka:
BMR = (negatif)
2.2.2. Pemeriksaan Metabolisme Kerja
Prosedur persiapan dan pelaksanaan dama dengan pemeriksaan metabolisme
basal (BMR) hanya saja selama pengukuran, subyek melakukan kerja dengan kedua
tangannya menggenggam beban di kanan kiri yang beratnya kurang lebih 500 gram,
kemudian subyek melakukan gerakan fleksi lengan bawah sampai sudut sendi siku
kurang lebih 90⁰ lalu meluruskannya lagi dengan frekuensi 20 kali per menit (ikuti
irama metronom) selama 2 menit saja dan selanjutnya pengukuran oksigen tetap
diteruskan samapi 4 menit tanpa melakukan kerja sehingga total keseluruhan adalah 6
menit. Metabolisme kerja subyek dihitung dengan cara seperti pada pemeriksaan
metabolisme basal (BMR).
3. HASIL PENGAMATAN
Nama Subyek : Aditya Rama Devara
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Tinggi Badan : 172 cm
Berat Badan : 70 kg
Luas Tubuh : 1,8 m2
Suhu Tubuh : 37o C
Suhu Spirometer : 30o C
Tekanan Barometer : 738 mmHg
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Tabel 1. Pemeriksaan laju metabolisme istirahat dan laju metabolisme kerja
No Keterangan Metabolisme Istirahat Metabolisme Kerja
Frekuensi Nadi Frekuensi pernapasan Frekuensi Nadi Frekuensi Pernapasan
1 Permulaan 78/menit 21/menit 66 20
2 Pertengahan 67 20 71 22
3 Akhir 66 24 69 20
Tabel 2. Pemakaian oksigen
No Metabolisme Istirahat Metabolisme Kerja
1 Banyaknya pemakaian
oksigen 6 menit
1,41 liter ATPS Banyaknya pemakaian
oksigen 2 menit kerja
0,24 liter ATPS
2 Banyaknya pemakaian
oksigen 6 menit
1,184 liter STPD Banyaknya pemakaian
oksigen 4 menit
pemulihan
0,54 liter ATPS
3 Banyaknya pemakaian
oksigen 1 jam
11,84 liter STPD Banyaknya pemakaian
oksigen 6 menit
0,78 liter ATPS
4 Metabolisme rate 3,78 kcal/m2/jam Banyaknya pemakaian
oksigen 6 menit
0,6552 liter STPD
5 Metabolisme baku Fleisch 39,2 Kcal/m2/jam Banyaknya pemakaian
oksigen 1 jam
6,552 liter STPD
6 BMR subyek 1,4 Kcal/m2/jam
= 3,57 %
Metabolic Rate 20,9 Kcal/m2/jam
Pada percobaan ini, di lakukan pengamatan pada metabolisme energy dengan subyek
salah satu anggota kelompok kami, yaitu Aditya Rama Devara.Subyek berumur 18 tahun,
dengan keadaan kesehatan baik, suhu tubuh, berat badan, serta tekanan darah yang
normal.Suhu tubuh subyek 37ocelsius, TB/BB 172/70, tekanan darah 120/80 mmHg dan luas
tubuh 1,8 m2.
Percobaan ini memeriksa laju metabolism istirahat dan laju metabolism kerja. Dimana
laju metabolism istirahat diusahakan semirip mungkin dengan keadaan basal serta metabolism
kerja berupa mengangkat beban seberat 500gr dengan kecepatan 20 angkatan tiap menit.
Tiap mekanisme dilihat dari frekuensi napas dan frekuensi denyut nadi. Dimana tiap
frekuensi dibagi menjadi frekuensi awal, tengah, dan akhir.Jadi, subyek dihitung 3 kali per
pengukuran frekuensi pada satu mekanisme. Untuk mekanisme istirahat, di dapatkan frekuensi
nadi dari awal, tengah dan akhir sebesar 78,67, dan 66 kali per-menit. Sedangkan frekuensi
pernapasan sebesar 21, 20 dan 24 kali per-menit. Untuk mekanisme kerja, didapatkan
frekuensi nadi dari awal, tengah dan akhir sebesar 66, 71, dan 69 kali per-menit. Sedangkan
frekuensi pernapasan sebesar 20, 22 dan 20 kali per-menit.
Pada metabolisme istirahat, didapatkan dua hasil pemakaian oksigen per 6 menit.Yaitu
melalui pengukuran ATPS dan STPD.Untuk ATPS didapatkanhasil 1,41dan 1,184 untuk
STPD. Sedangkan banyaknya pemakaian oksigen setiap 1 jam didapatkan 11,84 dengan
pengukuran STPD. Metabolisme rate dan metabolism fleisch masing-masing didapatkan
37,8dan 39,2 kcal/m2/jam. Sedangkan BMR subyek sebesar 1,4 Kcal/m2/jam atausebesar
3,57%.
Untuk metabolism kerja, banyaknya pemakaian oksigen saat 2,4, dan 6 menit kerja
berturut-turutsebesar 0,24, 0,54 dan 0,78 liter dalam pengukuran ATPS. Sedangkan banyak
pemakaian oksigen 6 menit dan 1 jam berdasarkan pengukuran STPD berturut-turut
didapatkan sebesar 0,6552dan 6,552 liter. Dan berdasarkan pengukuran, maka di dapatkan
pula hasil metabolic rate sebesar 20,9 Kcal/m2/jam.
4. PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
Basal metabolic rate (BMR) merupakan tingkat pemakaian energi oleh tubuh pada
kondisi istirahat. Aktivitas yang membutuhkan energi pada proses metabolisme basal tidak
membutuhkan usaha secara sadar, melainkan aktivitas yang dilakukan oleh tubuh secara terus-
menerus untuk mempertahankan hidup, seperti bernafas, detak jantung, dll. Faktor yang paling
berpengaruh dalam meningkatkan tingkat metabolisme adalah olahraga dan kegiatan
berat.Kontraksi otot maksimal dalam waktu singkat pada otot dapat melepaskan hingga 100
kali panas dibandingkan kondisi basal untuk beberapa detik. Untuk keseluruhan tubuh, kerja
otot maksimal dapat meningkatkan produksi panas tubuh hingga 50 kali normal.1,2
Hal ini berarti kerja otot yang dilakukan oleh subjek meningkatkan tingkat
metabolismenya.Tingkat metabolisme dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam percobaan ini, dilakukan pengukuran secara tidak langsung menggunakan spirometer.
Dalam pengukuran metabolisme secara tidak langsung, volume oksigen yang digunakan oleh
subyek menjadi dasar pengukuran.
Spirometer merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran kapasitas dan volume
paru.Hasil pencatatan dari alat ini berupa spirogram.Spirometer merupakan wadah terkalibrasi
yang mengumpulkan gas dan melakukan pengukuran kapasitas volume dan paru yang dapat
diekspirasi. Bernafas pada komponen bell akan merubah volume dari gas yang terperangka di
dalamnya, dan perubahan volume ini akan diterjemahkan sebagai gerakan vertikal yang
tercatat oleh kymographseperti dijelaskan dalam gamber berikut.3
Gambar 1.Komponen spirometer.
Dalam praktikum ini digunakan sebuah alat yakni spirometer yang dihubungkan
dengan pipa mulut (mouth piece) pada orang coba yang berbaring atau dalam kondisi istirahat.
Sementara itu hidung orang coba juga dijepit agar pernafasan terjadi lewat mulut dan harus
dipastikan bahwa tidak ada kebocoran sedikitpun. Kebocoran ini akan sangat mempengaruhi
hasil praktikum karena udara yang seharusnya masuk ke dalam pipa mulut dan menggerakkan
alat spirometer ternyata keluar dari sistem.
Setelah alat disiapkan dengan baik dan benar, orang coba mulai melakukan ekspirasi
dan inspirasi seperti biasa melalui mulut selama 6 menit. Orang coba mendapatkan udara dari
tabung oksigen yang telah dihubungkan dengan pipa mulut dan mengeluarkan oksigen
kembali. Sementara itu tabung pada spirometer akan bergerak naik turun dan mencatat grafik
pernafasan secara otomatis.
Grafik pernafasan yang terbentuk merupakan cerminan dari keadaan inspirasi (grafik
naik) dan keadaan ekspirasi (grafik turun) yang terjadi pada orang coba. Dari grafik inilah
kemudian dapat diketahui besarnya oksigen yang dibutuhkan orang coba dalam proses
pernafasan serta besarnya oksigen yang telah digunakan untuk metabolisme. Grafik ini
semakin lama akan semakin naik karena karbon dioksida akan semakin habis seiring dengan
bertambahnya oksigen di dalam sistem. Hal ini dikarenakan karbon dioksida diikat oleh soda
lime.
Meningkatnya volume gas yang digunakan subjek saat melakukan kerja memiliki
kaitan dengan metabolisme respirasi.Respirasi merupakan sekelompok reaksi kimia yang
bertujuan untuk melepaskan energi dari makanan.Bahan mkanan utama yang digunakan dalam
reaksi ini adalah glukosa, tetapi gula lain, asam lemak, bahkan asam aminu juga dapat
digunakan.Untuk mendapatkan energi dari makanan diperlukan adanya suplai
oksigen.Produksi energi dengan oksigen disebut sebagai respirasi aerobik.Sebagian dari energi
ini dilepaskan sebagai panas yang berguna untuk mempertahankan suhu tubuh hangat. Sisanya
disimpan dalam bentuk ATP sampai digunakan oleh sel, termasuk sel otot.4
Selanjutnya, dengan mengetahui besarnya pemakaian oksigen dalam volume ATPS
(Ambient Temperature Pressure Saturated) maka dapat dikonversikan pula pemakaian oksigen
tersebut dalam volume STPD (Standard Temperature Pressure Dry). Rumus yang digunakan
adalah :
Dengan V1 adalah pemakaian oksigen selama 6 menit, P1 didapat dari tekanan
barometer ruangan dikurangi tekanan uap jenuh, T1 adalah tekanan absolut (273 °C) ditambah
suhu spirometer, P2 bernilai 760 dan T1 bernilai 273 °C (suhu absolut). Sedangkan V2 adalah
volume STPD yang akan dicari.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi BMR yaitu umur, jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh, dll. Semakin tua umur seseorang, maka BMR
makin rendah, pria mempunyai BMR yang lebih besar dibandingkan wanita, sedangkan pada
orang cina dan india mempunyai BMR yang lebih kecil dibandingkan dengan orang caucasian
dan semakin tinggi suhu maka semakin tinggi BMR (kenaikan 1°C akan menaikkan BMR
sebesar 14).
Dalam keadaan basal, energi yang digunakan hanya untuk melangsungkan
metabolisme dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga walaupun tingkat aktivitas
minimum, jumlah energi yang dibutuhkan tidak akan mencapai nol.
Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi :
a. Kerja
Di mana pada kontraksi maksimal singkat pada satu otot akan melepas panas 100x
saat istirahat.
b. SDA
Dimana setelah makan, laju metabolisme tubuh basal akan meningkat
c. Umur
Dimana semakin tua, laju metabolisme tubuh makin menurun.
d. Hormon thyroid
Dimana tiroxyn yang disekresikan berfungsi untuk meningkatkan aktifitas reaksi
kimia dalam tubuh.
e. Penyakit
Dimana mekanisme tubuh melakukan pelawanan terhadap penyakit dapat
meningkatkan metabolisme
f. Malnutrisi
Kecepatan metabolisme menurun karena tidak adanya zat makanan yang
dibutuhkan oleh sel.
g. Kadar epinefrin dan norepinefrin
Dimana semakin banyak metabolisme tubuh semakin meningkat
Pada metabolisme kerja, kita mungkin menduga bahwa metabolisme rate dalam
keadaan kerja lebih besar dibandingkan pada waktu istirahat. Tetapi kenyataanya hal yang
terjadi adalah sebaliknya. Pemakaian oksigen pada saat pemulihan lebih besar daripada saat
melakukan kerja. Sesudah kerja, orang akan terus bernapas dengan kuat dan memakai oksigen
dalam jumlah yang berlebihan selama beberapa menit dan kadang-kadang selama 1 jam
sesudahnya. Jumlah oksigen yang berlebihan ini dipakai untuk mengubah AMP dan ADP,
mengubah asam laktat yang disimpan selama kerja menjadi glukosa kembali, menghasilkan
ATP, mengubah kembali kreatin dan fosfat menjadi fosfokreatin, untuk mengembalikan ke
konsentrasi norma ikatan oksigen dengan hemoglobin dan mioglobin dan untuk meningkatkan
konsentrasi oksigen dalam paru sehingga mencapai tingkat
4.2 Diskusi Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan metabolic rate secara langsung dan tidak
langsung?
a. Pemeriksaan metabolic rate secara langsung adalah pemeriksaan menggunakan
kalorimeter sehingga panas yang diproduksi dapat langsung dilihat pada dinding
kalorimeter. Alat ini pada dasarnya mengukur energi yang dilepaskan oleh
pembakaran bahan makanan diluar tubuh dengan mengoksidasi senyawa-senyawa
dalam alat kalorimeter.
b. Pemeriksaan metabolic rate secara tidak langsung adalah pemeriksaan
menggunakan spinometer sehingga dapat diketahui seberapa besar pemakaian
oksigen untuk menentukan kecepatan metabolisme.
2. Apa yang dimaksud dengan kalorimeter tertutup dan terbuka?
a. Kalorimeter tertutup
Kalorimeter yang inspirasi dan ekspirasinya dalam satu sungkup.
b. Kalorimeter terbuka
Kalorimeter yang bawa inspirasi dan ekspirasi dalam 2 sungkup yang berbeda.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pemeriksaan matabolic rate?
a. aktifitas tubuh
b. emosi/cemas
c. suhu tubuh
d. suhu lingkungan
e. asupan makanan
f. tinggi, berat, dan lebar badan
g. sex
h. usia
4. Mengapa perlu dilakukan perubahan pengukuran kondisi ATPS ke STPD?
Karena STPD merupakan standar perhitungan volume gas. STPD mengacu pada
volume gas dalam keadaan standar.
5. Apa pengaruh SDA terhadap hasil pemeriksaan metabolic rate?
Karena SDA adalah peningkatan produksi panas akibat pemasukan makanan, sehingga
mempengaruhi perubahan suhu tubuh saat pemeriksaan metabolic rate.
6. Bagaimana pendapat saudara mengenai pengukuran metabolic rate menggunakan
rumus Reed?
Rumus Reed kurang akurat apabila digunakan untuk pengukuran metabolic rate karena
rumus Reed hanya mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah tubuh padahal
frekuensi nadi dan tekanan darah dengan mudah berubah bila dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu posisi, aktifitas dan suhu tubuh.
5. ANALISA HASIL PRAKTIKUM
Pada saat percobaan metabolisme menggunakan spirometer, frekuensi nadi dan
frekuensi pernapasan subyek diukur. Frekuensi nadi pada mahasiswa coba rata-rata 70
kali/menit. Frekuensi ini dinyatakan normal karena pada umumnya frekuensi nadi normal
berkisar antara 60 hingga 80 kali/menit. Sedangkan frekuensi pernafasan pada mahasiswa
coba sekitar 22 kali/ menit, pada umumnya frekuensi normal sekitar 12-18 kali/menit.
Jumlah frekuensi pernapasan subjek lebih banyak mungkin dikarenakan suhu ruang yang
kurang nyaman pada saat dilakukan pemeriksaan. Untuk tekanan darah didapatkan hasil
sebesar 119/80 mmHg. Nilai ini normal bila dibandingkan dengan tekanan darah orang
dewasa kebanyakan.
Frekuensi nadi pada pemeriksaan metabolisme kerja rata-rata 69 kali/menit,
sementara frekuensi pernafasan rata-ratanya adalah 21 kali/menit. Secara teoritis, aktivitas
fisik seharusnya meningkatkan metabolic rate pada tubuh karena memicu banyak organ
untuk meningkatkan aktivitasnya, termasuk dalam hal ini adalah nadi dan sistem
pernafasan. Kemungkinan aktivitas yang dilakukan mahasiswa coba masih terlalu mudah
atau tidak berat, sehingga tidak terjadi peningkatan yang signifikan dalam frekuensi nadi
dan pernafasan.
Perhitungan BMR subyek menggunakan daftar nilai Fleisch adalah 3.57%. Hasil
ini bernilai positif, menunjukkan bahwa tingkat metabolisme basal subyek lebih tinggi dari
harga standart kelompoknya.
Perhitungan metabolic rate menunjukkan hasil laju metabolisme kerja yang lebih
kecil daripada laju metabolisme istirahat, yaitu 37,8 kcal/m2/jam untuk metabolisme
istirahat dan 20,9 kcal/m2/jam untuk metabolisme kerja. Hasil percobaan ini tidak sesuai
dengan teori. Teori menyatakan bila aktivitas kerja meningkat, maka aktivitas metabolisme
juga meningkat sehingga volume gas O2 yang digunakan subjek untuk pembakaran yang
menghasilkan energi juga meningkat. Peningkatan pemakaian oksigen pada saat subjek
melakukan kerja meningkatkan metabolisme respirasi. Hal ini menandakan bahwa
pengukuran tingkat metabolisme secara tidak langsung dilakukan dengan cara mengukur
penggunan oksigen oleh subjek. Respirasi merupakan sekelompok reaksi kimia yang
bertujuan untuk melepaskan energi dari makanan. Untuk mendapatkan energi dari
makanan diperlukan adanya suplai oksigen. Produksi energi dengan oksigen disebut
sebagai respirasi aerobik. Sebagian dari energi ini dilepaskan sebagai suhu panas yang
berguna untuk mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan hangat yang berarti adanya
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas respirasi
yang meningkat sejalan dengan peningkatan metabolisme tubuh yang disebabkan oleh
aktivitas kerja yang bertambah.
Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan teori dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pada saat dilakukan pemeriksaan laju metabolisme istirahat, subjek belum bisa
menyesuaikan diri dengan alat spirometer dan belum bisa tenang sehingga terjadi
metabolisme yang lebih besar daripada seharusnya. Selain itu, suhu ruangan pada awal
dimulai dirasa lebih tinggi dapat diketahui dari keringat yang banyak keluar dari
mahasiswa coba. Hal ini dapat menimbulkan peningkatan kerja metabolisme di dalam
tubuh dikarenakan peningkatan suhu di dalam tubuh dan usaha tubuh untuk melakukan
homestasis akan menjadi lebih besar serta membutuhkan energy yang lebih banyak.
Pada hasil penghitungan pemakaian oksigen pada metabolisme istirahat lebih
banyak dibandingkan pemakaian oksigen pada metabolisme kerja yaitu 1,41 liter ATPS
atau 1,184 STPD dibandingkan dengan 0,78 liter ATPS atau 0.6552 STPD. Ini tidak sesuai
dengan teori dikarenakan saat melakukan kerja seharusnya tubuh mengkonsumsi lebih
banyak oksigen yang digunakan sebagai pembakaran atau metabolisme untuk
menghasilkan energi. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan pada saat awal mahasiswa
coba kurang nyaman dan merasa panas yang disebabkan suhu ruangan yang kurang
mendukung sehingga konsumsi oksigen menjadi lebih banyak untuk homeostasis tubuh
seperti sudah dijelaskan sebelumnya.
Beberapa ketidaksesuain hasil ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
kurang mendukung saat dilakukannya percobaan:
A. Suhu ruangan/lingkungan yang kurang nyaman
B. Belum terbiasanya mahasiswa coba dengan alat spirometer
C. Beban yang kurang bagi mahasiswa coba saat melakukan kerja
D. Konsumsi lemak dan protein pada hari sebelum dilakukannya percobaan
E. Ketidaksiapan mental mahasiswa coba saat ditunjuk sebagai mahasiswa coba
F. Kurangnya istirahat pada saat di ruangan akan dilakukan percobaan
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Brown J E. (2011). Nutrition Now. 6th ed. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
pp.83-84.
2. Guyton A C & Hall J E. (2006). Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. p.887.
3. Khandpur R S. (2003). Handbook of Biomedical Instrumentation. 2nded. New Delhi:
Tata McGraw-Hill Publishing. pp.362-363.
4. Wright D. (2000). Human Physiology and Health. Oxford: Heinemann Educational
Publishers. p.50.
5. Ganong, WF. 2005. Review of Medical Physiology. 22th Edition., Aplpleton & Lange
A Simon & Schuster Co., Los Altos, California.
top related