metode jarimatika utk motivasi bbb
Post on 05-Nov-2015
76 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
(PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1PALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
pada Jurusan PGMI Fakultas TarbiyahIAIN Syekh Nurjati Cirebon
Oleh :
U K H A N ANIM. 07480052
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON2011
-
ABSTRAK
UKHANA : Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan MotivasiSiswa pada Mata Pelajaran Matematika (Perkalian) di KelasIII SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.
Proses belajar mengajar harus menggunakan metode yang tepat supayamencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Metode Jarimatika adalah suatucara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Melaluimetode Jarimatika, interaktif dapat meningkatkan Motivasi belajar siswa. Denganasumsi bahwa, semakin tepat dalam pemilihan metode semakin meningkatMotivasi belajar siswa. Jika faktor penerapan metode Jarimatika belum maksimaltentu ada faktor lain yang mempengaruhinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang motivasi siswa pada matapelajaran matematika (perkalian) sebelum di terapkannya metode jarimatika,untuk mengkaji tentang motivasi siswa pada mata pelajaran matematika(perkalian) setelah diterapkannya metode jarimatika, untuk mengkaji metodeJarimatika pada peningkatan motivasi siswa terhadap matematika perkalian.
Metode Jarimatika mengandung tahap pengajuan pertanyaan ataupermasalahan, tahap pemusatan pada keterkaitan antara disiplin, tahappenyelidikan otentik, tahap kerjasama, tahap produksi karya dan peragaan.Melihat tahapan dalam metode pembelajaran Jarimatika yang mengupayakanperan aktif dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memotivasi siswakhususnya dalam berhitung Jarimatika.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatandeskriptif kualintatif yang bercorak PTK (Penelitian Tindakan Kelas) denganrancangan yang digunakan model Kart Leiwin yang mengatakan bahwa dalamsuatu siklus terdiri atas empat langkah yaitu : 1. Perencanaan, 2. Aksi dantindakan, 3. Observasi, 4. Refleksi. Data yang dibutuhkan berupa data teoritis danempirik. Data teoritis diambil dari sejumlah literatur yang berhubungan denganmasalah penelitian, dan data empirik diambil dari instrumen penelitian. Instrumenyang digunakan dalam penelitian ini berupa : wawancara, observasi dan hasil tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat padasetiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada setiap siklusnyayaitu siklus I siswa hanya memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 58. Siklus IImengalami peningkatan menjadi 75 dan siklus III mengalamai peningkatan lagimenjadi 80. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajarandengan menerapkan metode Jarimatika dapat meningkatkan motivasi belajarsiswa kelas III di SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.
-
PERSETUJUAN
PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
(PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI IPALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON
Oleh :
U K H A N ANIM. 07480052
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Toheri, S.Si, M.Pd Drs. H. Tamsik Udin, M.PdNIP. 197307162000031002 NIP.196302071992031002
-
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE JARIMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA (PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH
DASAR NEGERI I PALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON oleh
UKHANA, NIM 07480052. Telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas
Tarbiyah IAIN SYEKH NURJATI Cirebon pada tanggal 26 Januari 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan S1 PGMI Institut
Agama Islam Negeri Cirebon.
Cirebon, 26 Januari 2011
Sidang Munaqosah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Drs. Aceng Jaelani, M.Ag Drs. H. Tamsik Udin, M.PdNIP. 19650930 199402 1 001 NIP. 196302 199203 1 002
Anggota :Penguji I, Penguji II,
Djohar Maknun, M.Si Drs. Mahdi, M.Ag .NIP. 196501004 20003 1 003 NIP. 19670825 199303 1 004
-
NOTA DINAS
Kepada Yth :Dekan Fakultas TarbiyahIAIN Cirebondi
Cirebon
Assalaamualaikum, Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, arahan, telaahan dan koreksi terhadap
penulisan skripsi dari :
Nama : UKHANA
NIM : 07480052
Judul : PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA (PERKALIAN) DI KELAS
III SEKOLAH DASAR NEGERI I PALIMANAN BARAT
KABUPATEN CIREBON
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN SYEKH NURJATI Cirebon untuk dimunaqosahkan.
Wassalaamualaikum, Wr. Wb.
Cirebon, Oktober 2010
Pembimbing I, Pembimbing II,
Toheri, S.Si, M.Pd Drs. H. Tamsik Udin, M.PdNIP. 197307162000031002 NIP.196302071992031002
-
PERNYATAAN OTENSITAS SKRIPSI
Bismillaahirrahmaanirrohiim.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan
Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika (Perkalian) di Kelas III Sekolah Dasar Negeri I
Palimanan Barat Kabupaten Cirebon, ini seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri , dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apapun yang
dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan berlaku, apabila dikemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap
keaslian karya saya ini.
Cirebon, Agustus 2010Yang Membuat Pernyataan,
U K H A N ANIM. 07480052
-
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam saya ucapkan kepada
Nabi Muhammad SAW, juga salam sejahtera semoga terlimpah curahkan kepada
keluarga beliau, sahabat-sahabatnya dan umatnya hingga kiamat kelak.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dorongan,
bimbingan dan bantuan dari semua pihak, baik berupa moril maupun materil.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Maksum, MA Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2. Ibu DR. Septi Gumiandari, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh
Nurjati Cirebon
3. Bapak Drs. Aceng Jaelani, M.Ag, Ketua Jurusan Tarbiyah PGMI IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.
4. Bapak Toheri, S.Si, M.Pd, Pembimbing I.
5. Bapak Drs. H. Tamsik Udin, M.pd, Pembimbing II.
6. Ibu Inah Nurhayati S.Pd, Kepala SD Negeri I Palimanan Barat Kabupaten
Cirebon.
7. Ibu Wiwit Sugiarti S.Pd.,Wali Kelas III SD Negeri I Palimanan Barat
Kabupaten Cirebon.
8. Suami tercinta yang turut membantu mengetik skripsi ini.
9. Semua pihak yang turut membantu proses penyelesaian skripsi ini.
i
-
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dan
kekhilafan pada penulisan skripsi ini. Dengan demikian penulis sangat terbuka
menerima kritik maupun saran untuk menyempurnakan skripsi ini.Semoga pihak-
pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amiin.
Cirebon, Oktober 2010
U K H A N A
ii
-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI.. iii
DAFTAR TABEL. v
BAB I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah. 1
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah.. 5
2. Pembatasan Masalah. 6
3. Pertanyaan Penelitian 6
C. Tujuan penelitian.. 7
D. Manfaat Penelitian 7
E. Kerangka Pemikiran.. 8
F. Langkah-langkah Penelitian.. 11
G. Hipotesis 18
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Hakikat Matematika.. 19
B. Operasi Hitung Perkalian.. 22
C. Motivasi Belajar.... 33
iii
-
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 37
B. Subjek Penelitian.. 37
C. Metode dan Desain Penelitian. 39
D. Tekhnik Pengumpulan Data. 43
E. Analisis Data........................................ 44
F. Validasi Data 45
G. Prosedur Penelitian.. 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Setting 51
B. Uraian Penelitian Secara Umum 54
C. Penjelasan Persiklus.. 57
D. Proses Menganalisis Data 68
E. Pembahasan. 86
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 88
B. Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN 92
iv
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Skema Alur Kerangka Pemikiran 10
3.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas Persiklus. 37
3.2 Daftar Jumlah Siswa SDN 1 Palimanan Barat. 38
3.3 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data. 44
4.1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus I......................... 52
4.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus II...................... 53
4.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus III...................... 53
4.4 Rencana Kegiatan dalam Setiap Siklus...................................... 67
4.5 Data Hasil Observasi Awal Aktivitas Guru dan Siswa........... 69
4.6 Gambaran Umum Motivasi Siswa dalam Pembelajaran............. 70
4.7 Nilai Hasil Pratest 70
4.8 Data Hasil Observasi Siklus I Aktivitas Guru dan Siswa.. 73
4.9 Wawancara Guru dengan Siswa Siklus I 74
4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I. 75
4.11 Data Hasil Observasi Siklus II Aktivitas Guru dan Siswa. 77
4.12 Wawancara Guru dengan Siswa Siklus II.. 78
4.13 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II... 79
4.14 Data Hasil Observasi Siklus III Aktivitas Guru dan Siswa...... 81
v
-
Tabel Halaman
4.15 Wawancara Guru dengan Siswa Siklus III 82
4.16 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus III. 83
4.17 Perolehan Nilai Keseluruhan Siklus I, Siklus II dan Siklus III 84
4.14 Grafik Pembelajaran Matematika 85
vi
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, tanggal 30 Juni 1986.
Saya adalah anak ke tiga (3) dari pasangan Bapak
Turyaman dan Ibu Samina. Penulis menyelesaikan
pendidikan menengah di Cirebon pada tahun 2005.
Kemudian pada tahun 2005 melanjutkan studi
Diploma 2 (D-2) di jurusan PGMI Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Cirebon. Setelah
merampungkan studi Diploma 2 (D-2) penulis
melanjutkan studi di jurusan PGMI Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh
Nurjati Cirebon.
Saya menyelesaikan program sarjana Strara satu (S-1) pada jurusan PGMI
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
tahun akademik 2009/2010 dengan judul skripsi Penerapan Metode Jarimatika
untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika
(Perkalian) di Kelas III Sekolah Dasar Negeri I Palimanan Barat Kabupaten
Cirebon.
Cirebon, Oktober 2010
U K H A N A
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Dewi Rahmawati (2007:11) pendidikan merupakan upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dalam mengamalkan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan, serta penggunaan pengalaman sedangkan menurut UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Proses pendidikan secara formal adalah mengajar, sedangkan inti proses
pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu mengajar tidak dapat
dipisahkan dari belajar. Sehingga dalam peristilahan kependidikan dikenal
dengan proses pembelajaran. Menganalisis proses pembelajaran pada intinya
tertumpu pada suatu persoalan, yaitu bagaimana guru memberi kemungkinan
bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif serta dapat mencapai hasil
sesuai tujuan.
Menurut Aqib Zainal (2006:10) guru yang profesional adalah guru yang
memiliki kemampuan di bawah ini :
1. Merencanakan program pembelajaran.2. Melaksanakan dan memimpin kegiatan pembelajaran.3. Menilai kemajuan kegiatan pembelajaran.
1
-
24. Menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan pembelajarandan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan pelaksanaankegiatan pembelajaran.
Pendekatan dalam pembelajaran pada dasarnya adalah melakukan proses
pembelajaran yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami
untuk memperoleh pemahaman.(Sanjaya Wina,2008:127
Menurut Abu Ahmadi (2005:52) metode mengajar adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang
guru atau instruktur. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula
pencapaian tujuan. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.
Menurut Dwi Sunar Prasetyo, dkk (2008:27) metode jarimatika adalah
suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Jari
tangan adalah hal yang pertama kali digunakan oleh manusia untuk
menyatakan suatu jumlah suatu benda atau barang yang dimilikinya. Manusia
zaman dulu menggunakan jari tangan untuk melakukan perhitungan. Ketika
peradaban belum maju seperti sekarang, penghitungan masih dilakukan secara
sederhana, tetapi seiring dengan semakin bertambahnya pengetahuan dan
bertambahnya jumlah bilangan, yaitu ketika jumlah semakin banyak dan tidak
mungkin lagi dihitung dengan jari sepuluh, dengan adanya metode jarimatika
jari-jari kita akan mempunyai suatu fungsi. Dalam perkalian bilangan dimulai
dari jari kelingking sebagai bilangan terkecil dan ibu jari sebagai bilangan
terbesar.
-
3Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar selama ini masih secara
klasikal. Guru hanya menyampaikan pelajaran dan siswa hanya menerima
pelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pemebelajaran yang
berimbas pada rendahnya kemampuan siswa terhadap mata pelajaran
matematika khususnya keterampilan siswa dalam operasi hitung perkalian.
Menurut Piaget (dalam Suwangsih,Tiurlina 2006 : 21), anak usia SD tahap
berpikirnya masih pada tahap operasi konkret. Dengan demikian mereka
dapat lebih cepat memahami pelajaran apabila dibantu dengan benda-benda
konkret.
Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika
diperlukan pendekatan yang tepat. Sesuai dengan pembelajaran di Sekolah
Dasr yang menganut pola PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan ) yang artinya guru dapat menyajikan pembelajaran dengan
atraktif dan menarik dengan hasil terukur sesuai dengan hasil yang diharapkan
(Ambarjaya Beni,2008:51).
Sekolah Dasar Negeri I Palimanan Barat merupakan salah satu sekolah
yang terletak di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
terhadap 6 guru wali kelas mulai kelas I sampai dengan kelas VI pada tanggal
15 Februari 2010 diperoleh informasi bahwa pada proses pembelajaran
matematika banyak ditemui permasalahan. Salah satu masalah yang sering
dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi siswa belajar matematika adalah
rendahnya kemampuan siswa dalam operasi hitung perkalian sehingga
menyulitkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan
-
4guru. Selain kemampuan siswa dalam operasi hitung perkalian yang rendah,
guru juga dihadapkan dalam pemilihan pendekatan yang tepat dalam proses
pembelajaran. Selama ini dalam proses pembelajaran guru lebih sering
menggunakan metode ceramah. Metode ceramah hanya memungkinkan
pembelajaran berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih
mendominasi pembelajaran sehingga cenderung mengakibatkan kejenuhan.
Hal ini mengakibatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran tidak
berkembang, cenderung pasif sehingga pemahaman mereka tidak maksimal
dan mempengaruhi kemampuan mereka terhadap materi pembelajaran.
Pendekatan guru dalam proses pembelajaran masih bersifat klasikal yang
cenderung menganggap kemampuan siswa dalam belajar matematika adalah
sama. Sebenarnya tingkat kemampuan siswa tingkat Sekolah Dasar adalah
heterogen. Perlakuan terhadap siswa tidak dapat disamakan karena terdapat
siswa yang cepat belajar dan lambat dalam belajar.
Berdasarkan metode permasalahan di atas, peneliti memandang perlu
melakukan penaggulangan masalah tersebut dengan dilaksanakannya
Penelitian Pengembangan Kelas (PPK) mata pelajaran matematika dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai alat yang bertujuan
memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran kooperatif guna meningkatkan motivasi siswa sebagai salah satu
alternatif pemecahan masalah. Menurut Ibrahim dkk (2000) pada
pembelajaran kooperatif siswa ditempatkan dalam tim belajar yang
beranggotakan lima orang. Komposisi kelompok harus heterogen dilihat dari
-
5jenis kelamin, suku, agama dan kemampuannya. Tujuan pembelajaran
kooperatif yaitu membangkitkan kerjasama diantara anggota kelompok
melalui diskusi. Untuk melihat sejauh mana efek dari pendekatan kooperatif
terhadap peningkatan motivasi siswa belajar matematika, maka peneliti ingin
berkolaborasi dengan guru untuk melaksanakan suatu penelitian tindakan
kelas dengan judul Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika (Perkalian) di
SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah kajian ini adalah penelitian pengembangan kelas mata
pelajaran matematika.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah metode Jarimatika untuk
meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika
(perkalian).
-
62. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari memperluasnya pembahasan, penulis merasa perlu
untuk memberikan batasan terhadap masalah tersebut. Batasan masalah
dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini dibatasi kepada aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Jarimatika yang
dilaksanakan di kelas III SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon
Tahun Ajaran 2009 - 2010.
b. Perkembangan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika
(perkalian) dengan menggunakan pendekatan Jarimatika.
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana motivasi siswa pada mata pelajaran matematika (perkalian)
sebelum diterapkannya metode jarimatika?
b. Bagaimana motivasi siswa pada mata pelajaran matematika (perkalian)
setelah diterapkannya metode jarimatika?
c. Bagaimana metode jarimatika pada peningkatan motivasi siswa
terhadap matematika (perkalian)?
-
7C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengkaji motivasi siswa pada mata pelajaran matematika
(perkalian) sebelum diterapkannya metode jarimatika
b. Untuk mengkaji motivasi siswa pada mata pelajaran matematika
(perkalian) setelah diterapkannya metode jarimatika.
c. Untuk mengkaji metode Jarimatika pada peningkatan motivasi siswa
terhadap matematika (perkalian).
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa
1. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
2. Dapat meningkatkan pemahaman cara berhitung.
3. Dapat meningkatkan keberanian siswa, sehingga menimbulkan rasa
percaya diri.
b. Bagi guru
1. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
2. Dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memilih dan
menggunakan metode dan proses pembelajaran.
3. Dapat meningkatkan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan
metode pada proses pembelajaran.
-
84. Dapat meningkatkan dan lebih memahami karakter dan kemampuan
siswa.
5. Dapat meningkatkan minat untuk melakukan penelitian.
c. Bagi sekolah
Siswa adalah subjek sekaligus objek dalam proses belajar mengajar.
Mereka adalah komponen masyarakat dalam hidup di tengah-tengah
masyarakat. Baik buruknya suatu lembaga akan menilai output siswanya.
Jumlah siswa yang banyak tidak menjadi mutu jaminan pendidikan
yang baik. Sekolah yang baik tentunya bukan hanya mementingkan
kuantitas peserta didik tetapi juga kualitas menjadi target utama.
Dengan adanya motivasi siswa menggunakan metode jarimatika
diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi
sekolah tersebut.
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar memiliki
karakteristik tertentu sesuai dengan perkembangan kognitif mereka yaitu
belum mampu berfikir abstrak yang berarti pembelajaran matematika di
sekolah dasar harus dapat sekongkrit mungkin sehingga mudah dipahami
siswa. Pembelajaran sebaiknya meliputi meraba, membentuk, memanipulasi,
mengalami dan merasakan.
Pada usia sekolah dasar daya ingat anak akan mencapai intensitas
terbesar atau terbaik. Menurut Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005 : 94),
-
9kuatnya daya ingat seseorang dapat mencapi maksimal pada saat mereka
berusia antara 8 -12 tahun. Pada saat ini daya menghafal atau daya memorisasi
(upaya memasukkan pengetahuan dalam tingkat seseorang) dapat memuat
sejumlah materi hafalan sebanyak mungkin.
Proses belajar juga menghendaki perubahan perilaku dalam diri individu
siswa sehingga diperlukan proses pengajaran yang benar-benar terprogram
dan tersusun untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Metode
jarimatika mengandung tahap pengajuan pertanyaan atau permasalahan, tahap
pemusatan pada keterkaitan antara disiplin, tahap penyelidikan otentik, tahap
kerjasama dan tahap produksi karya dan peragaan. Metode pembelajaran
seperti ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam
pemecahan masalah, melatih siswa untuk berperan sebagai orang dewasa dan
melatih siswa untuk menjadi orang yang mampu belajar secara mandiri (Yaya
S, 2004:4)
Dengan melihat tahapan dalam metode pembelajaran jarimatika yang
mengupayakan peran aktif dari siswa dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat memotivasi siswa khususnya dalam berhitung jarimatika dalam bidang
studi Matematika. Pembelajaran di sekolah dasar selama ini adalah sistem
klasikal sehingga menghasilkan siswa yang cepat dalam belajar dan lambat
dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar akan merasa bosan dan siswa
yang lambat akan merasa bingung. Oleh sebab itu pembelajaran dengan
pendekatan Jarimatika merupakan akternatif pengajaran yang diharapkan
dapat mengatasi permasalahan tersebut.
-
10
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Jarimatika akan
memunculkan kerjasama antar siswa dari semua tingkatan untuk bekerja sama
dalam rangka mencapai tujuan, saling membantu untuk belajar, dan mencapai
tujuan dalam belajar. Dengan demikian pembelajaran matematika terutama
pada perkalian melalui pendekatan Jarimatika sangatlah penting dan
menunjang keberhasilan belajar siswa. Belajar yang baik adalah belajar yang
dilakukan dengan menyenangkan dan bermakna sehingga pengalaman tersebut
akan terus diingat siswa sepanjang hayat.
ALUR KERANGKA PEMIKIRAN
Gbr 1.1 Skema Alur Kerangka Pemikiran
F. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem model
penelitian tindakan kelas berbentuk siklus mengacu pada model Kemmis
Realitas siswa :1.Rendahnya kemampuan
siswa terhadap perkalian2.Rendahnya motivasi
belajar siswa3.Nilai mata pelajaran
matematika rendah
1. Kemampuan siswaterhadap perkalianmeningkat.
2.Motivasi belajar siswameningkat.
3. Nilai mata pelajaranmatematika meningkat.
Metode Jarimatika
-
11
Mc. Taggart. Pelaksanaan siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali
tindakan tetapi berlangsung secara berulang dan berkelanjutan sampai
tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai. Bentuk kegiatan yang
dilaksanakan pada setiap siklus merupakan manivestasi dari penerapan
pendekatan kooperatif pada pembelajaran matematika dengan karakteristik
pendekatan tersebut.
Menurut model Kemmis Mc. Taggart, pada setiap siklus terdiri dari
empat kegiatan pokok, yang meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan
(act), pengawasan (observasi), dan refleksi (reflect). Demikian pula pada
kegiatan siklus berikutnya dilakukan berdasarkan tahapan yang sama,
tetapi ada modifikasi untuk tahap perencanaan disesuaikan dengan hasil
refleksi yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Jadi, pada siklus
berikutnya yang dilakukan adalah perbaikan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan refleksi. Kegiatan terus berlangsung sampai pada siklus
kedua, selama kegiatan penelitian berlangsung penulis berkolaborasi
dengan teman sejawat sebagai observer.
Revisi rancangan ditentukan berdasarkan hasil temuan pada
pelaksanaan tindakan sebelumnya. Pelaksanaan revisi mengacu pada
tujuan peneliti yang telah ditetapkan berupa upaya penyempurnaan
pelaksanaan tindakan atau wujud tindakan alternatif yang relevan dengan
ketercapaian tujuan dan pelaksanaannya ditetapkan bersama. Adapun
langkah-langkah dari model tersebut diatas adalah sebagai berikut:
-
12
a. Perencanaan (Planning)
1) Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaraan
matematika oleh guru kelas, lalu ditemukan permasalahan yang
timbul selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil
diskusi tersebut, maka dirancang dan dilaksanakan tindakan
perbaikan berupa sebuah RPP yang telah direvisi.
2) Membuat lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan
aktifitas siswa, membuat pedoman wawancara untuk guru dan
siswa, dengan tujuan mengetahui segala hal yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung.
3) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana
motivasi yang dialami siswa tentang materi yang dipelajari.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan sesuai rencana pembelajaran dengan
menggunakan kesiapan peneliti dalam memahami tujuan
pembelajaran. Pada siklus pertama, peneliti melakukan kegiatan dalam
proses pembelajaran.
c. Observasi
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti mengamati setiap
perubahan yang terjadi melalui lembar observasi yang meliputi
kemampuan kognitif, efektife, dan psikomotorik siswa. Dari
pengamatan tersebut diharapkan peneliti akan memperoleh berbagai
data mengenai adanya kesesuaian antara proses pembelajaran dengan
-
13
pelaksanaannya, dan mengukur kemampuan siswa dalam bentuk hasil
belajar yang berupa tugas mandiri maupun melalui lembar kerja siswa.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti atau guru berdasarkan temuan-
temuan hasil observasi teman sejawat dan hasil belajar yang diperoleh
siswa.
2. Rencana Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan
Gempol Kabupaten Cirebon. SD tersebut memiliki prestasi yang
belum optimal sehingga dilakukan pembaharuan dalam proses
pembelajaran.
b. Populasi
Populasi adalah hal yang menjadi sumber pengambilan sampel atau
suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian (Purwadaminta, 2007:889). Populasi dari penelitian
ini adalah siswa SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan Gempol
Kabupaten Cirebon.
c. Sampel
Sampel adalah bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan
yang lebih besar (Purwadaminta, 2007:991). Sampel yang akan diteliti
merupakan bagian dari populasi penelitian, yaitu siswa kelas III SDN 1
Palimanan Barat Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.
-
14
3. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian, bisa berbentuksuatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan olehpeserta didik sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkahlaku atau prestasi peserta didik tersebut yang dapat dibandingkandengan nilai yang dicapai oleh peserta didik lain atau denganstandar yang ditetapkan. (Tabrani Rusyan, 1996 : 13)
Teknik tes adalah pelaksanaan penilaian dengan menyajikan
serangkaian pertanyaan, yang harus dijawab dengan benar oleh
testee. Pelaksanaan teknik tes dapat dilakukan melalui tes tertulis
(written test), tes lisan (oral tes), dan tes tindakan (permormance
test). Alat penilaian teknik tes meliputi tes obyektif dan tes
subyektif.
Tes yang digunakan peneliti adalah tes formatif, dilakukan pada
akhir pembelajaran untuk tiap siklus. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Tes formatif yaitu tes yang
dilakukan pada akhir satuan pelajaran dan bertujuan untuk
memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang telah
dilakukan guru.
2. Non Tes
Dewa Ketut Sukardi (A. Tabrani Rusyan, 1996:49) mengemukakanbahwa untuk menilai aspek-aspek tingkah laku, lebih sesuaidipergunakan jenis non tes sebagai alat evaluasi. Alat evaluasi jenisini adalah: (1) observasi; (2) catatan anekdot; (3) daftar cek; (4)skala penilaian; (5) catatan kumulatif; (6) isi kartu pribadi; (7)kuisioner atau angket; (8) interview atau wawancara; (9) sosiometri
-
15
Instrumen pengumpulan data non tes yang peneliti gunakan dalam
penelitian yaitu berupa lembar kerja observasi, angket, dan
pedoman wawancara.
a) Pedoman Observasi (pengamatan), observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran langsung mengenai proses
pembelajaran dalam tiap siklus, yang berkaitan dengan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pedoman
observasi siswa dibuat untuk melihat aktivitas siswa mengikuti
pembelajaran dalam tiap siklus.
b) Angket, angkat ini digunakan untuk memperoleh data tentang
pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan kontekstual.
c) Wawancara menggunakan pedoman wawancara, untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan proses pembelajaran
menerapkan pendekatan kontekstual.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Tes
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, digunakan rumus (dalam Sapriya dkk, 2006 :
300):
Persentase kemampuan =idealSkor
siswadiperolehyangSkorx 100%
Arti presentase kemampuan.
90% - 100% = Baik sekali
-
16
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
< 69% = Kurang
b. Data Non Tes
1) Observasi
Observasi dianalisis dengan cara mengelompokan data hasil
observasi selama kegiatan pembelajaran sehingga diperoleh
kesimpulan yang selanjutnya diinterpretasikan secara deskriptif.
2) Wawancara
Hasil wawancara dianalisis dan dilakukan penelusuran terhadap
hal-hal yang tidak terjaring di dalam angket kemudian
diinterpretasikan secara deskriptif.
5. Validasi Data
Pada penelitian ini Validasi Data berpedoman pada pendapat
Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005: 168-171), yaitu :
a. Member Chek, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara
mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir
tindakan.
b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti
dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti
secara kolaboratif.
-
17
c. Audi Trail, yaitu pengecek kebenaran prosedur dan metode
pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing
d. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kebenaran temuan
peneliti kepada pakar profesional. Dalam hal ini peneliti
mengkonsultasikan temuan kepada pembimbing.
Validasi data yang akan digunakan peneliti yaitu dengan Audi Trail,
caranya dengan mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan
data melalui diskusi dengan pembimbing.
G. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan dapat ditarik
hipotesis tindakan sebagai berikut:
Terdapat peningkatan terhadap Penerapan Metode Jarimatika untuk
meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika (perkalian) di
SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.
-
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan telah mulai berkembang sejak perang dunia
kedua. Oleh sebab itu, terdapat banyak pengertian tentang PTK. Istilah
PTK dideferensiasi dari pengertian-pengertian berikut.
Kemmis(I Wayan Santyasa dalam judul bukunya PTK di kelas SD,2007): Action research as a form of self-refelctive inquiryundertaken by participants in a social (including educational)situation n order to improve the rationality and justice of (a) their onsocial or educational practice, (b) ther understanding of thesepractice, and (c) the situation in which practices are carried out.Mc Neiff (dalam I Wayan Santyasa, 2007): action research is a termwhich refer to a practical way of looking at your own work to sheckthat is you would like it to be. Because action research is done byyou, the practitioner, it is often reffered to as practitioner basedresearch; and because it involves you thinking about and reflectingon your work, it can also be called a form of self-reflective ractice.
Berdasarkan penjelasan Kemmis dan McNeiff tersebut, dapat
dicermati pengertian PTK lebih rinci dan lengkap, bahwa PTK adalah
suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial.
Sedangkan Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk
refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala
sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut,
18
-
19
PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat
tahapan, planning, action, observation/evaluation, dan reflection.
Menurut John Elliot dan Wijaya Kusuma (2009:20) bahwa PTK
adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan
hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan profesional.
2. Pentingnya PTK
Dalam menjalankan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen
pembaharan. Sebagai agen pembaharuan, guru diharapkan selalu
melakukan langkah-langkah inovatif berdasarkan hasil evaluasi dan
refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya. Langkah inovatif
sebagai bentuk perubahan paradigma guru tersebut dapat dilihat dari
pemahaman dan penerapan guru tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini,
karena dalam proses pembelajaran, guru adalah praktisi dan teoretisi yang
sangat menentukan. Peningkatan kualitas pembelajaran, merupakan
tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(Ipteks) yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan
penyesaian dan peningkatan proses pembelajaran secara
berkesinambungan, sehingga berdampak positif terhadap peningkatan
kualitas lulusan dan keberadaan sekolah tempat guru itu mengajar.
-
20
Berdasarkan penjelasan tersebut, peningkatan kompetensi guru merupakan
tanggung jawab moral bagi para guru di sekolah. Peningkatan kompetensi
guru mencakup empat jenis, yaitu (1) kometensi pedagogi, (2) kompetensi
profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian.
Berdasarkan UURI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan UURI Nomr 41 Tahun 2005 tentang Gru dan dosen,
peningkatn kompetensi guru menjadi isu strategis dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan (Depdiknas, 2007:135). Bahkan menurut
PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tersebut pada pasal 31 ditegaskan, bahwa
selain kualifikasi, guru sebagai tenaga pendidik juga dituntut untuk
memilki sertifikat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian
yang diajarkannya. Upaya peningkatan keempat kompetensi merupakan
upaya peningkatan profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme
dapat dicapai oleh guru dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) secara berkesinambungan.
Praktik pembelajaran melalui PTK dapat menigkatkan
profesionalisme guru (Ahmar, 2005; Jones & Sonng, 2005; Kirkey, 2005;
McIntosh, 2005; McNeiff, 1992). Hal ini karena PTK dapat membantu (1)
pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah
pembelajaran mencakup kualtas isi, efisiensi, dan efektivitas
pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemauan
pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian,
-
21
sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002). Lewin (dalam
Pendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran
berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi
dengan guru lain. Sementara itu Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast,
2002:2) menyataan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja
kreatif sekolah. Di samping itu, Prendergast (2002:3) juga menyatakan,
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk
melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam pengajarannya
untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Cole dan Knowles
(Prendergast, 2002:3-4) menyatakan bahwa, penelitian tindakan kelas
dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolabrasi, refleksi, dan
bertanya satu dnegan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program
dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan
hubngan-hubungan personal.
Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke
(Prendergast, 2002:5), bahwa penelitian tindakan kelas dapat mendorong
para guru melakukan refleksi terhadap praktik pembelajarannya untuk
membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-
hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993) menyatakan,
bahwa penelitian tindakan kelas dapat memfasilitasi guru untuk
-
22
mengembangkan pemahaman tentang pedagogi dalam rangka
memperbaiki pembelajarannya.
Penjelasan-penjelasan teoretis tersebut mengidentifikasi, bahwa
pemahaman dan penerapan PTK akan membantu guru untuk
mengambangkan keempat kompetensi yang dipersyaratkan oleh UURI
Nomor 14 Tahun 2005. PTK akan memfasilitasi guru untuk meningkatkan
kompetensi-kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial.
Agar PTK tidak lepas dari tujuan perbaikan diri sendiri, maka sebelum
seorang Guru atau para Guru memulai merancang dan melaksanakan PTK,
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. PTK adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu
pelaksanaan tugas sehari-hari (mengajar yang mendidik), oleh karena
itu hendaknya sedapat mungkin memilih metode atau model
pembelajaran yang sesuai serta secara praktis tidak mengganggu atau
menghambat komitmen tugasnya sehari-hari.
2. Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu,
sehingga tugas utama Guru tidak terbengkelai.
3. Metodologi penelitian hendaknya memberi kesempatan kepada Guru
untuk merumuskan hiotesisi yang kuat, dan menentukan strategi yang
cocok dengan suasana dan keadaan kelas tempatnya mengajar.
4. Masalah yang diangkat hendaknya merpakan masalah yang dirasakan
dan diangkat dari wiayah tugasnya sendiri serta benar-benar
-
23
merupakan masalah yang dapat dipecahkan melalui PTK oleh Guru itu
sendiri.
5. Sejauh mungkin, PTK dikembangkan ke arah meliputi ruang lingkup
sekolah. Dalam hal ini, seluruh staf sekolah diharapkan berpartisipasi
dan berkontribusi, sehingga pada gilirannya Guru-guru lain ikut
merasakan pentingnya peneliian tersebut. Jika kepedulian seluruh staf
berkembang, maka seluruh staf itu dapat bekerja sama untuk
menentukan maslaah-masalah sekolah yang layak dan harus diteliti
melalui PTK.
3. Model-Model PTK
Pada prinsipnya, peneraan PTK atau CAR (Classroom Action
Research) dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang terdapat di dalam
kelas (Wijaya Kusumah, 2009:19). Sebagai salah satu penelitian yang
bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terdaat di dalam kelas,
menyebabkan terjadinya beberaa model atau desain yang dapat diterapkan.
Desai-desain tersebut diantaranya:
1. Model Kurt Lewin
2. Model Kemmis McTaggart
3. Model Dave Ebbut
4. Model John Elliot
5. Model Hopkins
6. Model McKernan, dan masih banyak yang lainnya.
-
24
B. Hakikat Matematika
1. Sejarah Matematika
Menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:5) kata matematika berasal
dari kata mathema dalam bahasa Yunani diartikan sebagai sains, ilmu
pengetahuan, atau belajar juga mathematikos yang diartikan sebagai
suka belajar. Ilmu matematika telah banyak dikenal orang pada masa pra
sejarah. Banyak ditemukan berbagai tulisan matematika di berbagai
wilayah yang merupakan sisa peninggalan zaman prasejarah, di antaranya:
Matematika Babilonia tahun 1900 SM, ditemtukan oleh Plimpton; Matematika Moskow di Mesir tahun 1850 SM; Matematika Rhind di Mesir tahun 1650 SM; Sulbha sutra / matematika India tahun 800 SM.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Oleh karena
itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya matematika. Logik adalah
bayi matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika.
Pada awal perkembangan matematika di Indonesia setelah
penjajahan Belanda dan Jepang, digunakan istilah Ilmu Pasti untuk
matematika. Dalam penyelenggaraan di sekolah digunakan berbagai istilah
cabang matematika seperti :
Ilmu Ukur, Aljabar, Trigonometri, Goniometri, Stereometri, Ilmu Ukur Lukis.
Sejarah matematika termasuk bagian dari matematika. Sejarah matematika
tidak saja ada karena keberadaannya merupakan suatu keniscayaan, tetapi
-
25
ia juga penting karena dapat memberi pengaruh kepada perkembangan
matematika dan pembelajaran matematika.
Matematika yang diciptakan oleh manusia terdahulu, memberi
ilham bagi paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai
bentuk implikasi sejarah matematika dalam pembelajaran. Siswa-siswi
diperbolehkan menggunakan usahanya sendiri dalam menyelesaikan
masalah matematika. Bahkan, siswa dan siswi diberi kebebasan dalam
menggunakan bahasa dan lambangnya sendiri. Paradigma semacam ini
menjadi suatu kecenderungan dalam pembelajaran matematika realistik
atau konstruktivis. Perkembangan matematika dalam diri individu
(ontogeny) mungkin saja mengikuti cara yang sama dengan perkembangan
matematika itu sendiri (phylogeny).
Menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:6) sejarah matematika meliputi
beberapa dimensi berbeda, yaitu :
Sebagai materi pembelajaran kuliah, Sebagai konteks materi pembelajaran, Sebagai sumber strategi pembelajaran.
Di samping itu menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:6), dalam
penggunannya sejarah matematika mempunyai beberapa manfaat, di
antaranya:
Understanding, yaitu bahwa dengan mengikuti jalan perkembangansuatu konsep matematika bahwa siswa-siswi akan lebih memahamikonsep tersebut;
Enthusiasm, yaitu penggunaan sejarah matematika dapatmeningkatkan motivasi, kesenangan dan kepercayaan diri dalambelajar matematika;
-
26
Skill, yaitu dengan menelaah suatu tema dalam sejarah matematika,siswa-siswi diajak untuk belajar keterampilan meneliti, selainketerampilan matematika.
2. Pengertian Matematika
Menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:7) beberapa definisi atau
pengertian tentang matematika, antara lain:
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak danterorganisasi secara sistematik.
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan dengan bilangan. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Ruseffendi (1991:70) matematika adalah ilmu atau
pengetahuan yang termasuk ke dalam atau mungkin yang paling padat dan
tidak mendua arti. Karena itu istilah, simbul, notasi, dan semacamnya yang
pada berhitung/matematika lama membingungkan, tidak jelas, keliru, atau
mendua arti dalam pengajaran matematika modern itu dipertegas.
Menurut Suhendra (2007:153) matematika merupakan bahan kajian
yang memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
yang bersifat deduktif, yaitu kebenaran yang didapatkan sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya. Dengan kata lain, suatu kebenaran harus
senantiasa didasari, dibangun, dan didukung oleh kebenaran-kebenaran
sebelumnya yang telah disepakati. Di samping itu, di dalam matematika,
keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya sangat kuat,
akurat, dan jelas.
-
27
Menurut Bell (1978:27), secara umum matematika dapat dibagi ke
dalam 4 (empat) cabang utama, yaitu aritmatika, aljabar, analisis, dan
geometri. Keempat cabang utama matematika tersebut tidak dapat berdiri
sendiri tanpa keterlibatan cabang-cabang yang lainnya. Pada saat kita
membahasa suatu materi, misalnya materi dalam perkalian, kita mau tidak
mau memerlukan kaidah dan prinsip-prinsip aljabar, bahkan tidak jarang
kita menggunakan analisis untuk membahas berbagai permasalahan di
dalamnya.
3. Operasi Hitung Perkalian
Menurut Dwi Sunar Prasetyo, dkk (2008:5) berhitung atau
mengerjakan soal hitungan bagi sebagian besar anak-anak adalah suatu hal
yang bisa membuat mereka jengkel. Karena disamping mereka tidak tahu
caranya, kebanyakan mereka juga takut salah, dan ini terus berlanjut
sehingga anak menjadi dewasa.
Berkenaan dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi dan minat anak adalah metode permainan. Metode permainan
merupakan metode pembelajaran dimana siswa dirangsang dalam berpikir
dengan bermain untuk menanamkan konsep-konsep matematika.
Menurut Dwi Sunar Prasetyo, dkk (2008:9-11), bagi anak usia SD,
melakukan pekerjaan menghitung merupakan hal yang paling tidak
disukai. Ini dapat dimengerti karena tingkat pemahaman anak dalam
berpikir secara abstrak masih sangat terbatas sekali, dan anak kecil sering
-
28
merasa kesulitan dan membayangkan suatu operasi hitungan yang
sederhana sekalipun. Kebanyakan mereka ini karena takut salah dalam
memberi jawaban yang tepat. Mengajari anak keterampilan berhitung
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, dan harus melalui proses yang
panjang serta melelahkan, disampaing kesabaran dan ketekunan orang tua
menjadi faktor penentu.
Metode pengajaran seorang guru dalam mengajari anak kecil
berhitung sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai
keterampilan berhitung ini secara instan. Misalnya, dengan memaksa
siswa untuk terus belajar berhitung meski pikiran siswa tidak fokus pada
apa yang diajarkan guru. Dan, guru kebanyakan anak tersulut emosinya
bila si siswa tidak juga mengerti atau sering kalah dalam melakukan
operasi berhitung ini.
Mengajari siswa berhitung tidak bisa dilakukan dengan cara
memaksa atau dengan memberi hukuman bila si siswa tidak mampu
menjawab, tetapi hal yang paling utama yang harus dilakukan seorang
guru adalah menumbuhkan serta memberi semangat kepada si anak agar
mau belajar berhitung dengan perasaan senang dan gembira. Dengan kata
lain, belajar berhitung ini dapat dilakukan dengan cara sambil bermain,
misalnya dengan gerak dan lagu, atau dengan memfungsikan jari-jamari
sebagai alat bantu dalam menghitung.
Pada abad 17, William Oughtred (1574-1660) dalam bukunya yang
berjudul Clavis Mathematic mengenalkan symbol x untuk perkalian.
-
29
Pengunaan simbol ini ditentang oleh ilmuwan asal Jerman Gottfried
Wilhelm Leibniez (1646-1746) karena dikhawatirkan menyerupai huruf x.
oleh karena itu Leibniez menciptakn simbol perkalian yang menyerupai
U terbalik. Sekarang simbol ini digunakan sebagai simbol operasi irisan
pada himpunan. Selain simbol Leibniez juga memperkenalkan simbol
titik () untuk perkalian. (dalam from Zero to Hero, 2006:18)
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Apabila kita tambahkan
suatu bilangan ke bilangan itu juga, berarti kita kita telah mengalikan
bilangan itu dengan 2. Apabila kita tambahkan bilangan itu sekali lagi
berarti kita telah mengalikan bilangan itu dengan 3, dan seterusnya.
Contoh : 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 5 x 2 = 10 (Rickieno,2007 : 14)
Ada tiga (3) aturan dalam perkalian, yaitu :
1. Komutatif atau pertukaran, yaitu untuk setiap bilangan bulat a dan b
berlaku rumus : a x b = b x a
2. Asosiatif atau pengelompokan, yaitu untuk tiap bilangan bulat a, b, dan
c berlaku rumus : a x (b x c) + (a x b) x c
3. Distributif atau penyebaran, yaitu untuk tiap bilangan bulat a, b, c, dan c
berlaku rumus : a x (b + c) = (a x b) + (a + c)
C. Teknik Penghitungan Jarimatika
1. Sejarah Jarimatika
Sejarah berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi
pendidikan anak-anaknya.. Banyak metode dipelajari, tetapi semuanya
-
30
memakai alat bantu dan kadang membebani memori otaknya. Setelah itu
dia mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli,
dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan. Anak-
anak menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai
keterampilan berhitung. Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk
mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari
uniknya berhitung dengan keajaiban jari lalu dinamakan Jarimatika.
Penggunaan metode dibandingkan dengan metode lain, metode
Jarimatika lebih menekankan penguasaan konsep terlebih dahulu baru
kecara cepatnya, sehingga anak - anak menguasai ilmu secara matang.
Keistimewaaan metode Jarimatika :
Memberikan visualisasi proses berhitung Menggembirakan anak saat digunakan Tidak memberatkan memori anak Alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita Pengaruh daya pikir dan psikologis
2. Pengertian Jarimatika
Jarimatika adalah cara berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-
Kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah
cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada
anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar
terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi
hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari
tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira. (Septi
Peni Wulandani, 2007: 2).
-
31
3. Latar Belakang Penggunaan Teknik Jarimatika
Menurut Jean Piaget,siswa SD umumnya berada pada tahap pra
operasi dan operasi konkret (usia 6/7 tahun-12 tahun). Sehingga
pembelajaran di SD seharusnya dibuat konkret melalui peragaan, praktik,
maupun permainan.Perkembangan belajar matematika anak melalui empat
tahap, yaitu : konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak.(Sri
Subarinah, 2006:23). Menurut Bruner (dalam Pitajeng,2006:29) belajar
matematika meliputi belajar konsep-konsep dan struktur matematika yang
terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Pembelajaran
matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai
dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep matematika. Dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi
kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang
secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa dalam memahami suatu
konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya anak akan melihat
langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam
benda yang diperhatikannya. Proses internalisasi akan terjadi secara
sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar secara optimal) jika
pengetahuan yang dipelajari itu dalam 3 model yaitu :
1. Model Tahap EnaktifDalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.
-
32
2. Model Tahap IkonikDalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada
pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaiangambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan denganmental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasisimbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Menurut Skemp,belajar matematika melalui dua tahap, yaitu tahap konkret dan tahapabstrak. Pada tahap konkret, anak memanipulasi objek-objek konkretuntuk dapat memhami ide-ide abstrak. Guru hendaknya memberi kegiatanagar anak dapat menyusun struktur matematika sejelas mungkin sebelummereka dapat menggunakan pengetahuan awalnya sebagai dasar belajarpada tahap berikutnya. (Pitajeng, 2006:36).
Sering kita jumpai peserta didik kita tidak suka matematika, susah
memahami angka / bilangan dan enggan belajar berhitung, kita pun pernah
mengalami hal yang sama, padahal kita juga tahu bahwa berhitung dan
matematika merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Maka
permasalahan yang seringkali muncul adalah : ketidak-sabaran (pada diri
anak dan orangtua) dan proses memaksa terpaksa (yang sangat tidak
menyenangkan kedua belah pihak).
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hal-hal
abstrak yang berupa fakta, konsep, prinsip. Peserta didik SD sedang
mengalami tahap berpikir pra operasional dan operasional konkret. Untuk
itu perlu adanya kemampuan khusus guru untuk menjembatani antara
dunia anak yang bersifat konkret dengan karakteristik matematika yang
abstrak. Pembelajaran akan efektif jika dilakukan dalam suasana
menyenangkan. Guru harus senantiasa mengupayakan situasi dan kondisi
yang tidak membosankan apalagi menakutkan bagi peserta didik. Salah
-
33
satu upaya yang dapat ditempuh guru adalah dengan menerapkan trik-trik
berhitung yang mempermudah dan menyenangkan bagi peserta didik
untuk melakukannya. Salah satu trik berhitung yang menjadi tren saat ini
adalah teknik jarimatika. Jarimatika memperkenalkan kepada anak bahwa
matematika (khususnya berhitung) itu menyenangkan. Didalam proses
yang penuh kegembiraan itu anak dibimbing untuk bisa dan terampil
berhitung dengan benar. Jarimatika memberikan salah satu solusi dari
permasalahan-permasalahan tersebut,karena jarimatika memenuhi kaidah-
kaidah pembelajaran matematika yang membuat peserta didik merasakan
bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan menantang.
4. Keunggulan Teknik Jarimatika
Berhitung dengan teknik jarimatika mudah dipelajari dan
menyenangkan bagi peserta didik. Mudah dipelajari karena jarimatika
mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta didik
yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak. Jarimatika
memberikan visualisasi proses berhitung, peserta didik belajar dengan
memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi
matematika yang bersifat abstrak dan deduktif.Ilmu ini mudah dipelajari
segala usia, minimal anak usia 3 tahun.
Menyenangkan karena peserta didik merasakan seolah mereka
bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan teknik jarimatika
Tidak membebani memori otak peserta didik. Teknik berhitung jarimatika
mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat
-
34
ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari
tangan kanan dan kirinya secara seimbang.
5. Kelemahan Teknik Jarimatika
1. Karena jumlah jari tangan terbatas maka operasi matematika yang
bisa diselesaikan juga terbatas.
2. Lebih lambat menghitung dibandingkan sempoa.
Dalam teknik perhitungan jari tangan masing-masing jari mewakili 1
bilangan, misalnya jari kelingking terbuka dan jari lainnya tertutup
mewakili bilangan angka 6, dua jari kelingking dan jari manis terbuka dan
jari lain tertutup mewakili bilangan angka 7, tiga jari kelingking, jari
manis dan jari tengah terbuka dan jari lain tertutup mewakili bilangan
angka 8, empat jari kelingking, jari manis, jari tengah dan jari telunjuk
terbuka dan jari lain tertutup mewakili bilangan angka 9, demikian
seterusnya.
Contohnya adalah peragaan berikut :
-
35
Manusia zaman dulu menggunakan jari tangan untuk melakukan
perhitungan. Ketika peradaban belum maju seperti sekarang, penghitungan
masih dilakukan secara sederhana, tetapi seiring dengan semakin
bertambahnya pengetahuan dan bertambahnya jumlah bilangan, yaitu
ketika jumlah semakin banyak dan tidak mungkin lagi dihitung dengan jari
sepuluh, dengan adanya metode jarimatika jari-jari kita akan mempunyai
suatu fungsi. Dalam perkalian bilangan dimulai dari jari kelingking
sebagai bilangan terkecil dan ibu jari sebagai bilangan terbesar.
6. Pembelajaran Matematika Perkalian
Pembelajaran matematika perkalian dengan menggunakan
pembelajaran jarimatika dapat membuat pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa dan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika
perkalian. Berikut ini akan dipaparkan tahap-tahap pembelajaran konsep
matematika perkalian dengan menggunakan pembelajaran berhitung
jarimatika.
Fase Tingkah Laku GuruFase-1
Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuanpelajaran yang ingin dicapai pada pelajarantersebut dan memotivasi belajar.
Fase-2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswadengan jalan demonstrasi atau lewat soal
Fase-3Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar danmembantu setiap kelompok agar melakukantransisi secara efisien.
Fase-4Membimbing kelompok
bekerja dan belajarGuru membimbing kelompok-kelompokbelajar pada saat mengerjakan tugas mereka
-
36
Fase-5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentangmateri yang telah dipelajari atau masing-masing kelompom mempresentasikan hasilkerjanya.
Fase-6Memberikanpenghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargaibaik upaya maupun hasil belajar individudan kelompok.
1. Tahap pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap awal dari proses
pembelajaran. Pada tahap ini guru merancang dan mempersiapkan hal-
hal yang dibutuhkan atau diperlukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS),
merancang pembagian kelompok, memilih media yang akan digunakan
dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika
perkalian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan bagian inti dari pembelajaran.
Adapun kegiatan inti pembelajaran konsep matematika perkalian
dengan menggunakan pembelajaran berhitung jarimatika sebagai
berikut :
a. Membentuk kelompok berhitung jarimatika yaitu menentukan
anggota kelompok dengan mengusahakan agar kemampuan siswa
dalam kelompok relatif heterogen antara kelompok yang lainnya.
Bila memungkinkan kelompok berhitung jarimatika perlu
-
37
memperhatikan rasi, agama, jenis kelamin dan latar belakang
sosial.
b. Menentukan skor awal, yaitu nilai ulangan sebelumnya, skor awal
dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih
lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing
individu dapat dijadikan skor awal.
c. Setiap kelompok mempunyai tugas yang berbeda, semakin banyak
perbedaan setiap kelompok diharapkan kekayaan pengetahuan
siswa semakin banyak.
d. Pengaturan tempat duduk, hal ini dilakukan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran.
e. Presentasi setiap kelompok untuk mempertanggungjawabkan hasil
kerja itu benar atau tidak menurut pandangan orang lain. Dengan
presentasi siswa saling mendapat tanggapan.
3. Tahapan evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman
siswa dalam pembelajaran. Evaluasi dapat bersumber dari penilaian
pelaksanan yang telah dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran
yang dilakukan. Dalam pembelajaran pemahaman konsep matematika
perkalian ini dapat terlihat dari hasil fre tes dan pos tes yang dilakukan
oleh guru untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi siswa
dalam belajar.
-
38
Adapun untuk mengetahui aktifitas selama proses pembeljaran
berlangsung, guru menggunakan lembar pengamatan yang telah
disiapkan sebelumnya.
D. Motivasi Belajar
1. Hakikat Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran, menambah
keterampilan, dan pengalaman. Motivasi juga dapat mendorong dan
mengasah minat belajar untuk tercapainya suatu tujuan. Siswa akan
bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencari prestasi,
memecahkan masalah, dan mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Menurut Hamalik (2002:20) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi
motivasi, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan
langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang
harus dikerjakan guna mencapai tujuan.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi
merupakan faktor yang penting untuk mencapai keberhasilan suatu
pembelajaran.
-
39
Menurut Uno (2008:23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai perananan
besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan
dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik.
2. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Menurut Uno (2008:27) ada beberapa peranan penting dari motivasi
dalam belajar dan pembelajaran antara lain dalam :
a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang
anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilaluinya.
b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya
dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,
-
40
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa peranan
motivasi dalam belajar dan pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting untuk penguatan belajar dan berpengaruh terhadap
ketahanan dan ketekunan belajar.
3. Teknik-teknik Motivasi dalam Pembelajaran
Menurut Uno (2008:34) beberapa teknik motivasi yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut.
a. Pernyataan penghargaan secara verbal.
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
c. Menimbulkan rasa ingin tahu.
d. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.
e. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.
f. Menggunakan simulasi dan permainan.
g. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiran-
nya di depan umum.
h. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
i. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa.
-
41
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa teknik-teknik
motivasi dalam pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
untuk meningkatkan motif belajar siswa.
-
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan Gempol
Kabupaten Cirebon.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan terhitung dari bulan Februari
sampai dengan April 2010.
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Tindakan Kelas
No Hari / Tanggal Persiklus
1.2.3.
Selasa, 16 Februari 2010Rabu, 24 Februari 2010Rabu, 31 Maret 2010
Siklus ISiklus IISiklus III
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 1 Palimanan Barat
Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon, yang menjadi fokus subjek penelitian
ini adalah siswa kelas III tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 45 orang,
terdiri dari 22 orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki.
Adapun karakteristik SDN 1 Palimanan Barat dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut :
42
-
43
SDN 1 Palimanan Barat mempunyai 8 lokal bangunan, yaitu 6 (enam)
lokal bangunan untuk kelas 1 sampai kelas 6 dan 1 rungan kepala sekolah
beserta guru-guru dan 1 bangunan untuk serba-serbi seperti mushola, WC,
dapur, tempat komputer, olahraga, dan ruang tamu. Siswa di sekolah ini
kebanyakan berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi
menengah ke bawah mata pencaharian sebagian besar orang tua siswa adalah
sebagai buruh tani.
Pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa adalah 252 orang yang
tersebar di dalam 6 tingkatan. Adapun jumlah siswa tiap kelas dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2Keadaan siswa SDN 1 Palimanan Barat Kec. Gempol Kab. Cirebon
Tahun Pelajaran 2009/2010Jenis
KelaminKelas JumlahI II III IV V VI
Laki-laki 23 25 23 13 12 25 121Perempuan 24 27 22 20 20 18 131
Jumlah 47 52 45 33 32 43 252
Banyaknya guru yang bertugas di SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan
Gempol Kabupaten Cirebon adalah 13 orang yang terdiri dari 4 orang laki-laki
dan 9 orang guru perempuan. Dari 13 orang guru, 1 orang kepala sekolah, 6
orang guru kelas, 1 guru agama, 1 orang guru olah raga, 1 orang guru mata
pelajaran Bahasa Inggris, 1 orang guru mata pelajaran Bahasa Cirebon, 1
orang guru mata pelajaran matematika, dan 1 orang penjaga sekolah.
-
44
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode penelitian kelas (classroom
action research) (Kemmiis dan McTaggart, 2007: )
Alur Penelitian Tiga Kali Tindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Praobservasi
Observasi IAnalisis Data IRefleksi I
Tindakan IRencana Tindakan I
Belumterselesaikan
Rencana Tindakan II Tindakan II
Refleksi II Analisis Data II Observasi II
Simpulan I
Simpulan II
Belumterselesaikan
Rencana Tindakan III Tindakan III
Refleksi III Analisis Data III Observasi III
Simpulan akhir
-
45
Menurut Kemmis (Gunawan, 2008:6) penelitian tindakan kelas
adalah :
Sebuah bentuk inkuri reflektif yang dilakukan secara kemitraan
mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau
pendidikan mereka; b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan
praktek pendidikan; dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya
kegiatan praktek ini.
Sedangkan menurut Hopkins (Gunawan, 2008:6) penelitian tindakan
kelas adalah :
Penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalm disiplin inkuiri,
atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Selanjutnya menurut Ebbut (Gunawan, 2008:7) mengemukakan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematis dari upaya
perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi
mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
-
46
Karakteristik khusus penelitian tindakan kelas:
a. Sasaran PTK adalah masalah aktual dalam kegiatan pembelajaran di
kelas tertentu berkenaan dengn interaksi guru, siswa, materi, fasilitas,
dan lingkungan belajar.
b. Inkonsistem dengan penelitian standar, karena tidak bisa
digeneralisasikan (lebih bersifat pada studi kasus).
c. PTK bersifat siklus, artinya perencanaan pengajaran dan pelaksanaan
pembelajaran dapat ditindaklanjuti dengan pengamatan dan upaya
memperbaikinya.
d. Fokus penelitian adalah pada metode dan bukan pada produk (hasil
belajar) seperti penerapan metodologi kontemporer, peningkatan
aktivitas siswa, perbaikan kualitas dan kuantitas interaksi, penciptaan
suasana belajar yang kondusif, peningkatan motivasi dan peningkatan
kemampuan penalaran.
e. Pelaksanaan PTK bersifat kolaboratif, merupakan kerja bersama
dengan teman sejawat, guru atau pihak lain yang mempunyai
kepentingan yang sama.
Berdasarkan definisi-definisi, penelitian tindakan kelas diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan:
1). Bentuk kajian yang sistematis reflektif, 2). Dilakukan oleh pelaku
tindakan, yaitu guru, dan 3). Dilakukan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran.
-
47
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah
untuk meningkatkan 1). Kualitas praktek pembelajaran di sekolah;
2). Relevansi pendidikan; 3). Mutu hasil pendidikan; 4). Efesiensi
pengelolaan pendidikan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Desain penelitian kelas yang digunakan peneliti mengacu pada
desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis dan MC. Taggart,
yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan yang
mengikuti tahap perencananaan (plan), pelaksanaan (action), observasi
(observer) dan refleksi (reflect).
a. Perencanaan Tindakan (Plan)
Dalam membuat perencanaan penelitian, peneliti merencanakan
dan menyusunnya berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan
hendak dipecahkan serta hipotesis yang diajukan. Adapun perencanaan
yang dibuat peneliti untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran
matematika perkalian adalah dengan menerapkan suatu pendekatan.
Penerapan pembelajaran jarimatika sengaja dipilih untuk memperbaiki
kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
perkalian, sehingga hasil pemahaman siswa tentang matematika
perkalian dapat meningkat.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti
dan mitra peneliti pada saat proses pembelajaran di kelas. Pada
-
48
pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung, yaitu mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa, untuk
memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
dengan menggunakan daftar observasi on-task dan off-task.
d. Refleksi (Reflect)
Setiap informasi yang didapatkan dari hasil pelaksanaan dan
observasi tindakan dikaji, didiskusikan dan dimaknai bersama antara
peneliti dan observer untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang
terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Palimanan Barat
Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Abdullah Ali (2007 : 61), mengatakan data adalah informasi yang
sudah diorganisasikan sedemikian rupa , berdasarkan fakta di lapangan atau
bahan-bahan literatur yang diperoleh dari perpustakaan. Sedangkan teknik
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkaan data. Instrumen pengumpulan data adalah alat
-
49
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Pengamatan (Observasi)
b. Ujian atau tes (test), melalui Lembar Kerja Siswa (LKS)
c. Wawancara
Tabel 3.3 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
NO Jenis Metode Jenis Instrumen
1. Pengamatan a. Daftar cocok (checklist).b. Lembar pengamatan sikap siswa persiklus.c. Lembar pengamatan kemampuan siswa
persiklus
2. Ujian/Tes a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
b. Kisi-kisi soal.
c. Analisis soal.
d. Daftar nilai LKS yang dikerjakan setiap
siklus.
3. Wawancara a. Lembar Checklist
b. Tabel
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang dianalisis yaitu data kuantitatif. Untuk
menganalisi data kuantitatif dilakukan dengan penghitungan-penghitungan
-
50
persentase. Data yang dianalisis adalah data yang dikumpulkan melalui
instrumen penelitian. Adapun analisis penelitian data dilakukan dengan
melaluiu prosedur penelitian yang diwujudkan dalam langkah-langkah
penelitian yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Observasi dan evaluasi, dan
4. Refleksi
Adapun analisis data kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan data
dengan makna terhadap isi pada setiap tatap muka dengan siswa. Analisis
penilaiannya menggunakan rumus : 100%xn
fP
Keterangan : P : Penelitian, f : frekuensi, n : jumlah responden
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan khusus tujuan dengan rumusan masalah
Metode menjelaskan metode
Pendekatan menjelaskan pendekatan
Instumen validasi
Analisis
Prosedur penelitian langkah-langkah penelitian
F. Validasi Data
Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka dalam penelitian ini
peneliti melakukan beberapa tindakan dengan merujuk pada pendapat Hopkins
-
51
dalam Wiriatmaja, yaitu member check, triangulasi, audit trail dan expert
opinion (2005: 168-170).
1. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi yang diperoleh selama observasi dan wawancara dengan cara
mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir
tindakan.
2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara
kolaboratif.
3. Audit trail, yaitu mengecek kebenaran dan metode pengumpulan data
dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing.
4. Expert opinion, yaitu pengecekan terakhir terhdap kebenaran temuan
peneliti kepada pakar profesional. Dalam hal ini peneliti
mengkonsultasikan temuan kepada pembimbing.
Yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah member check,
triangulasi, dan audit trail.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses pengkajian melalui
proses sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran penelitian tindakan
kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif, parusipatif,
kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan
sistem, metode kerja, proses isi kompetensi dan situasi.
-
52
Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan,
tindakan (planning) penerapan tindakan (action) dan mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation) dan
melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya.
1. Tahapan Perencanaan Tindakan
Tahapan perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
a. Perencanaan pembelajaran
1. Membuat RPP sesuai dengan materi pembelajaran.
2. Mempersiapkan media pembelajaran.
3. Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.
b. Perencanaan penelitian
1. Mempersiapkan instrumen penelitian.
2. Membuat lembar observasi.
2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Tahapan berikutnya dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan
tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan.
Adapun pelaksanaan tindakan itu meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa dalam 9 kelompok.
b. Guru menyampaikan cara pembelajaran pada pertemuan hari ini, yaitu
diskusi kelompok dan selanjutnya hasil diskusi disajikan di depan
kelas.
c. Guru membagikan bahan ajar kepada setiap anggota.
d. Siswa membaca materi bahan ajar secara individu.
-
53
e. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan bahan agar yang
diberikan guru, sementara guru mengamati kegiatan siswa dalam satu
kelompok ke kelompok yang lain. Dalam hal ini guru hanya berperan
sebagai pengarah saja untuk membantu siswa menyelesaikan soal pada
bahan ajar.
f. Masing-masing siswa mengerjakan soal latihan dengan ketentuan
masing-masing siswa yang mengalami kesulitan pada tingkat ini
disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompok mereka sebelum
kepada guru.
g. Setelah beberapa menit diadakan, cek dalam kelompok masing-masing
dengan saling memeriksa jawaban. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menyelesaikan latihannya dan
dimana letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan pertanyaannya.
Pertanyaan soal-soal latihan pada bahan ajar pada tahap ini siswa yang
tertinggal dibantu oleh temannya.
h. Setiap kelompok melaporkan hasil kegiatan dalam diskusi kelas, dan
kelompok lain memberikan tanggapan kritik ataupun saran.
i. Secara individu siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui
pemahaman anak tentang materi yang dipelajari dalam diskusi
kelompok dan diskusi kelas.
3. Tahapan Observasi
Pada tahap observsi peneliti bersama observer melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
-
54
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunkan format observasi atau penelitian yang telah disusun.
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif (hasil tes, nilai tugas, dll)
atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, mutu diskusi
yang dilakukan dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan dicek untuk mengetahui keabsahannya.
Untuk tujuan ini digunakan berbagai teknik, seperti membandingkan data
yang diperoleh dengan data lain atau kriteria tertentu yang telah baku.
4. Tahapan Analisis dan Refleksi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan analisis dan refleksi, yaitu
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
deskripsi presentase. Data yang dianalisis dijadikan pedoman perbaikan
siklus berikutnya. Data yang diperoleh dari pengamatan pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan
pemahaman siswa dilakukan dengan menggunakan tes formatif dalam
setiap siklus.
Refleksi adalah menganalisis kualitas pembelajaran menggunakan
format pengamatan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang belum dan
telah terjadi, sehingga peneliti menyadari kekurangannya. Hasil observasi
hasil tes belajar dan hasil pengamatan dikaji untuk mencari kelemahan dan
diguanakan sebagai perbaikan untuk merumuskan langkah selanjutnya.
Tindakan refleksi tidak hanya dilakukan siswa dan lingkungan di dalam
-
55
kelas. Salah satu kegiatan penting dari kegiatan refleksi adalah
menganalisis kualitas pembelajaran menggunakan format pengamatan
sebagai upaya untuk mengkaji tindakan selanjutnya.
-
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Setting
Pada bagian ini akan dikemukakan temuan penelitian yang dilakukan
terhadap siswa dari mulai siklus pertama sampai siklus terakhir dengan
disertai gambaran ketercapaian target di setiap siklusnya.
Seperti telah disampaikan di awal, subyek penelitian tindakan pada
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri 1 Palimanan Barat
Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2009/2010 dengan
jumlah siswa 45 anak yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 22 siswa
perempuan.
Penelitian ini yang bertindak selaku guru adalah peneliti sendiri dan
untuk memperoleh hasil yang akurat dan transparan, peneliti dibantu dan
diawasi oleh Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru pengajar SD Negeri 1
Palimanan Barat Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.
Sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas, yaitu meningkatkan dan
memperbaiki atau mengembangkan proses pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas, penelitian ini sebelumnya diawali dengan tahap penelitian pendahuluan
yang berupa wawancara dan pemberian tes awal (pretest) sebanyak satu kali
tes kepada seluruh siswa kelas III SD Negeri 1 Palimanan Barat Kecamatan
Gempol Kabupaten Cirebon.
56
-
57
Adapun wawancara yang dilakukan sebelum pemberian tes awal ini
guna mengetahui apakah siswa menyukai pelajaran Matematika serta
alasannya dan materi Matematika yang menurut siswa paling sulit dengan
dibantu teman sejawat untuk melakukan pengematan terhadap guru yang
sedang mengajar hingga pada pemberian tes awal.
Berdasarkan hasil analisis dokumentasi pekerjaan siswa dari soal pretest
yang diberikan, dapat dikemukakan penyebab kurang mampunya siswa dalam
memahami materi Matematika adalah karena siswa belum menguasai
perkalian, namun guru mencoba alternatif lain yaitu dengan penggunaan
metode jarimatika. Ketika metode digunakan dalam pembelajaran siswa
sangat antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran, awalnya memang siswa
terkesan agak bingung dalam memahami materi, namun dengan penggunaan
metode dalam penjelasan materi perkalian akhirnya siswa pun secara perlahan
dapat memahami materi dan menguasai perkalian khususnya perkalian terhdap
materi yang sedang diajarkan.Gambaran aktivitas siswa sebelum adanya
tindakan penelitian (siklus I) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus I
Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase
Pasif 13 28,8 %
Ribut 12 26,6 %
Ngantuk 5 11,1 %
Aktif 15 33,3 %
TOTAL 45 100 %
-
58
Gambaran aktivitas siswa setelah adanya tindakan penelitian (siklus II)
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus II
Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase
Pasif 12 26,6 %
Ribut 8 17,7 %
Ngantuk - 0 %
Aktif 25 55,5 %
TOTAL 45 100 %
Pada siklus III terjadi kemajuan dalam aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran di kelas. Kemajuan dalam aktivitas siswa dapat dilihat
pada table di bawah ini :
Tabel 4.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus III
Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase
Pasif 8 17,7 %
Ribut 5 11,1 %
Ngantuk - 0 %
Aktif 32 68,1 %
TOTAL 45 100 %
-
59
B. Uraian Penelitian Secara Umum
Penelitian tindakan kelas ini, kegiatan diawali dengan mengadakan
observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, menganalisa keadaan situasi
belajar, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru
kelas. Pada kegiatan perencanaan (rancangan) tindakan, akan difokuskan pada
pembelajaran di kelas III.
Setiap kali tindakan yang dilakukan disertai kegiatan refleksi. Refleksi
dilakukan berdasarkan hasil observasi atas penerapan tindakan yang diberikan
guru kepada siswa. Sedangkan pelaksanaan observasi yang dilakukan sendiri
dan dibantu oleh teman sejawat dan hasilnya akan didiskusikan bersama untuk
menentukan jenis dan bentuk tindakan selanjutnya yang akan dilaksanaka
top related