metodologi berpikir taqiyuddin al-nabhani dalam …digilib.uin-suka.ac.id/17599/1/bab i, v, daftar...
Post on 11-Mar-2019
236 Views
Preview:
TRANSCRIPT
METODOLOGI BERPIKIR TAQIYUDDIN AL-NABHANI
DALAM KITAB AL-TAFKIR
Oleh :
MOH. AYYUB
NIM : 1320510022
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Filsafat Islam
YOGYAKARTA
2015
ii
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum ia sendiri
yang merubah apa yang ada pada dirinya”
(al-Qur’an)
“Barang siapa yang berjalan, pasti akan sampai”
“Mallaleng lettu’, temmallaleng tellettu’”
(Pribahasa Bugis)
iii
iv
v
vi
vii
viii
ABSTRAK Penelitian ini muncul atas dasar kegelisahan penulis akan munculnya banyak aliran dan kelompok dalam Islam. Di mana masing-masing kelompok dan aliran-aliran yang ada memiliki konsep dan motodologi masing-masing dalam memahami ajaran Islam. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (library research). Materi disajikan dalam bentuk deskriptif, komparatif, analisis dan sintesis. Penelitian ini mengkaji tentang metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani dalam kitab al-Tafki>r. Taqiyuddin al-Nabhani adalah tokoh dan pendiri Hizbal-Tahri>r. Ia banyak menulis kitab tentang berbagai persoalan. Salah satunya adalah kitab tentang berpikir yang berjudul al-Tafki>r. Penjelasan sederhana tentang metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani adalah bahwa Taqiyuddin al-Nabhani dalam merealisasikan ide-ide dan pemikiran-pemikirannya menjadikan metode rasional sebagai landasan berpikirnya. Ia menolak menjadikan metode ilmiah sebagai landasan berpikir. Metode rasional dalam pandangannya adalah pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai dengan adanya sejumlah informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Selanjutnya, otak akan memberikan penilaian terhadap fakta tersebut. Penilaian ini adalah pemikiran (fikr) atau kesadaran rasional (al-idra>k al-‘aqli). Metode rasional adalah metode berpikir yang diperoleh langsung oleh manusia. Objeknya adalah hal-hal yang bersifat material dan non-material.
Hasil dari penelitian ini adalah menjadikan metode rasional sebagai metode yang layak dijadikan sebagai asas berpikir dan layak diterapkan pada segala pembahasan. Oleh karena itu, metode rasional wajib dijadikan sebagai asas berpikir. Melalui metode rasionallah muncul sebuah pemikiran. Tanpa melalui metode rasional, tidak akan mungkin muncul pemikiran baru. Dengan perantaraan metode rasional akan diperoleh pemahaman tentang berbagai fakta ilmiah, dengan jalan pengamatan, percobaan, dan penyimpulan. Dengan perantaraan metode rasional akan diperoleh pemahaman tentang fakta-fakta logis, fakta-fakta sejarah, berikut pembedaan antara yang benar dan yang salah dari fakta-fakta sejarah tersebut. Dengan perantaraan metode rasional pula akan diperoleh pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, serta hakikat ketiganya.
Upaya rekonstruksi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjadikan metode rasional perspektif Taqiyuddin al-Nabhani tetap up to date di era globalisasi saat ini. Metode progresif ijtihadi Abdullah Saeed dijadikan sebagai landasan teori dalam merekonstruksi metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani. Konstribusi nyata yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah menyajikan relevansi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani terhadap problematika kontemporer di luar konsep khilafah. Sehingga wujud Islam rahmatan lil ‘alamîn akan tampak secara nyata. Kata Kunci : Taqiyuddin al-Nabhani, Metode Rasional, at-Tafki>r
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Fonem konsonan bahasa Arab, yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam tulisan transliterasi ini sebagian
dilambangkan dengan huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian dengan huruf
dan tanda sekaligus, sebagai berikut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba’ B Be ب
Ta’ T Te ت
Tsa S| Es (dengan titik atas) ث
Jim J Je ج
Ha H} Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Dzal Z| Zal (dengan titik diatas) ذ
Ra R Er ر
x
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
Sad Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Dad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ta Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Za Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ Koma terbalik (di atas)‘ ع
Ghain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
� Ha H Ha
Hamzah ‘ Apostrof ء
Ya’ Y Ya ي
xi
1. Vokal
a. Vokal tunggal
Tanda vokal Nama Huruf latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
b. Vokal Rangkap
Tanda Nama Huruf latin Nama
Fathah dan ya Ai a-i
Fathah dan wau Aw a-w
Contoh:
kaifa______آ$# Qawlun_____"!ل
B. Konsonan rangkap (syaddah atau tasydid) ditulis rangkap, baik ketika berada
di awal atau di akhir kata.
&'(!)* Ditulis Mutawassi�ah
Ditulis Al-birru ا-,+
C. Ta’ Marbutah hidup ditulis “t” dan ta’ marbutah mati ditulis “h”
Ditulis raw�ah al-‘ilmi رو2& ا-0/.
’Ditulis Karāmah al-awliyā آ+ا*& ا4و-$3ء
xii
Ditulis Al-madīnah al-munawwarah ا-6897& ا-67!رة
Ditulis ‘ubiadah :,$9ة
D. Vocal Panjang (Maddah)
Tanda Nama Huruf latin Nama
Fathah dan alif A<<<> A dengan garis di atas أ
Fathah dan ya’ A> A dengan garis di atas ي
Kasrah dan ya’ I> I dengan garis di atas ي
Dammah dan و
wawu
U> U dengan garis di atas
Contoh:
ja>’a <$"-------qi>la----------;3ء
yaju>zu-------8<!ز <sara----------)+ى
E. Vocal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
?-30@ Ditulis Ta’âla
Ditulis A’lamu أ:/.
.@+BC DE- Ditulis La’in syakartum
xiii
F. Kata Sandang Alif+Lam
Kata sandang “ال” ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tanda
penghubung “-”, baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun
huruf syamsiyyah.
Ditulis Al-kitâb ا-B(3ب
Ditulis Al-Nujūm ا-6<!م
Ditulis Al-Ra’d ا-+:9
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakann untuk awal kalimat, nama diri, dan
sebagainya seperti ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama
diri tidak ditulis dengan huruf kapital, kecuali jika terletak kepada
permulaan kalimat.
?(!* 3F9:ووا Ditulis Wawâ’adnâ Mūsâ
&6G-اه> ا Ditulis Ahl al-sunnah
xiv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin segala puji bagi Allah Tuhan Sang Pencipta
alam semesta, Sang Maha Pemilik Kekuatan sekaligus Pengatur bagi para
makhluknya. Berkat ridha dan pertolongan-Nyalah hamba sebagai penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
dan motivasi bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada tauladan umat yakni
nabi Muhammad Saw., belau adalah Rasul utusan Allah, pemimpin umat manusia
sekaligus satu-satunya tokoh yang berhasil mengubah peradaban dunia dari
peradaban yang berafiliasi kepada berhala menjadi peradaban yang bersandarkan
ilahiah. Muhammad Saw., adalah seorang Rasul Allah yang diturunkan
kepadanya sebuah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menenteramkan
hati. Dengan izin Allah, Kitab ini bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju cahaya; yaitu jalan Dzat yang Maha Perkasa lagi Terpuji. Siapa yang
berkata dengan menggunakannya, pasti akan terpercaya. Siapa saja yang
mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa saja yang memutuskan hukun
dengannya, pasti akan adil, dan siapa yang mendakwahkannya, pasti akan
mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus, itulah kitab Al-Qur’an yang menjadi
petunjuk bagi seluruh umat manusia. Semoga kita temasuk orang-orang yang
manjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan selalu berada dalam barisan Islam
serta berjuang demi tegaknya Izzah Islam Wal Muslimin.
xv
Sebagai langkah awal dari penyusunan tesis ini, penulis menyadari
sepenuhnya akan kelemahan dan kekurangan, karena itu semua qudrah selaku
hamba yang faqir akan ilmu pengetahuan, dan masih buta dalam kehidupan serta
sangat butuh akan bimbingan, bantuan, baik moril maupun materil. Dari itu
penulis sangat berterima kasih kepada :
1. Ibunda tercinta Hj. Fatimah yang tersayang beserta Ayahanda H.Ahmad
yang telah mengasuh dan merawat diri ini hingga dewasa, walaupun
dalam keadaan susah payah yang jika mengenangnya akan selalu
meneteskan air mata. Di tengah kesulitan ekonomi dan segala
keterbatasan mereka membesarkan, mendidik dan membimbing diri ini
dengan penuh kesabaran dan tanpa menyerah. Mengajarkan ilmu,
memperkenalkan Allah dan Rasul-Nya. Ibunda dan Ayahanda yang ku
sayangi! Anakmu ini menyadari dan merasakan bahwa untaian doa di
siang dan malam dalam sujudmu memberikan motivasi dan pengaruh
yang sangat dahsyat dalam hidupku. Ibunda yang tersayang! Insya Allah,
engkau akan mendapatiku sebagai anak yang sholeh yang selalu
mendoakanmu… “Ya Allah,sayangilah mereka berdua di Dunia dan di
Akhirat” amiin. Teristimewa buat Istriku tercinta Elsetriana, ZR, M.Psi,
Psikolog dan buah hati kami Anisah Faqiha Ayyub.
2. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, MA, Ph.D, selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memberikan kesempatan,
kemudahan dan bantuan, baik moril maupun materil kepada penulis untuk
xvi
mengikuti pendidika Program S2 pada Konsentrasi Filsafat Islam,
Program Studi Agama Islam Pascasarjana.
3. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, MA., M.Phil, Ph.D selaku Direktur
Pascasarjana,
4. Bapak Dr. Moch. Nur Ichwan, MA selaku ketua Prodi Agama dan Filsafat
dan Bapak Dr. Mutiullah, M.Hum selaku sekretaris Prodi Agama dan
Filsafat.
5. Bapak Dr. Robby Habiba Abror, M.Hum selaku Pembimbing dalam
penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. H. Zuhri, M.Ag selaku penguji peneliti dalam sidang
Munaqasah.
7. Seluruh dosen yang ada di Konsentrasi Filsafat Islam khususnya dan
Pascasarjana pada umumnya, semoga Allah tetap menjadikan kita hamba-
hamba-Nya yang istiqamah dalam menapaki perjuangan di dunia
akademik untuk terus melahirkan pemikir-pemikir muslim handal.
8. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Konsentrasi Filsafat Islam
yang senantiasa bersama-sama dalam menjalankan aktivitas perkuliahan
dan saling mengisi kekurangan, teman dan sahabatku Saifurrahman,
S.Fil.I, M.Hum, Muhammad Said, S.Th.I, M.Hum, Naibin, S.Pd.I,
M.Hum, Qowwim Musthafa, S.Th.I, M.Hum, Syafrizalmi Ishak, S.Ud,
M.Hum, Ishak Hariyanto, S.Sos.I, M.Hum, Moh. Habibi, S.Fil.I, M.Hum,
Muhammad Chamim, SH.I, M.Hum, Ilya Vdovin, M.Hum dan teman-
teman yang tidak disebut namanya.
xvii
9. Teman-teman kos, Fadhli Lukman, S.Th.I, M.Hum, Muttaqin, S.Th.I,
M.Hum, dan Fikri Muallimin, S.Th.I, M.Hum. Terima kasih atas saran
dan masukannya selama ini.
Atas dorongan dan bantuan mereka semua, mudah-mudahan dapat
menjadi amal baik bagi mereka dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah
Swt., serta Allah berkati mereka, dimudahkan dalam segala urusannya. Amiin.
Yogyakarta, 27 Mei 2015
Penulis
Moh. Ayyub
NIM: 1320510022
xviii
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ...................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................ iv
PENGESAHAN ......................................................................................... v
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xvii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 9 D. Kajian Pustaka ................................................................................. 10 E. Karangka Teoritik ........................................................................... 11 F. Metode Penelitian............................................................................ 12 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14
BAB II : BIOGRAFI TAQIYUDDIN AL-NABHANI ........................... 16
A. Kehidupan Awal.............................................................................. 16 B. Riwayat Studi .................................................................................. 17 C. Aktivitas Politik .............................................................................. 20 D. Karakteristik Pemikiran ................................................................. 24 E. Karya-karyanya ............................................................................... 36
BAB III : METODE BERPIKIR TAQIYUDDIN AL-NABHANI ....... 40
A. Akal : Definisi dan Fakta ................................................................ 40 B. Jenis-Jenis Metode Berfikir............................................................. 46
1. Metode Rasional........................................................................ 47 2. Metode Ilmiah ........................................................................... 50 3. Logika ....................................................................................... 59
C. Kritik Taqiyuddin Al-Nabhani terhadap Para Pemikir Lain ........... 61 1. Kritik terhadap Para Pemikir Komunis ..................................... 62 2. Kritik terhadap Para Pemikir Barat dan Eropa .......................... 67
D. Metode Rasional dalam memahami Teks-teks Hukum .................. 71
xix
BAB IV : ANALISIS METODE BERPIKIR TAQIYUDDIN AL-NABHANI DARI SUDUT PANDANG PROGRESIF IJTIHADI ABDULLAH SAEED .............................................. 81
A. Dari Konservatif ke Progresif ......................................................... 81 B. Implikasi Metode Berpikir Taqiyuddin Al-Nabhani di Era
Globalisasi ....................................................................................... 102
BAB V : Penutup ....................................................................................... 108
A. Kesimpulan ..................................................................................... 108 B. Saran ................................................................................................ 110
Daftar Pustaka ........................................................................................... 111
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berpikir adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan eksistensi manusia di alam jagad raya ini secara hakiki diukur dari
berpikirnya. Selain itu, salah satu keutamaan manusia dibandingkan dengan
makhluk lainnya adalah karena keberadaan akalnya. Sampai-sampai dikatakan
bahwa manusia lebih utama daripada malaikat. Akal yang merupakan potensi
untuk berpikir inilah yang mengangkat kedudukan manusia dan sekaligus
menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling utama.
Berbagai macam ilmu, seni, sastra, filsafat, hukum, ilmu bahasa, ilmu
alam, dan lain-lainnya, semua itu tidak lain produk akal yang konsekuensinya juga
merupakan hasil proses berpikir. Oleh karena itu tidak salah jika seorang filosof
Perancis, Rene Descartes, mengatakan dengan ungkapan yang sangat populer
cogito ergo sum1 (saya berpikir, maka saya ada). Cogito ergo sum ini menjadi
landasan filosofis dalam epistemologi rasionalisme Rene Descartes. Ia memulai
pemikiran filosofisnya dengan menyangsikan segala sesuatu, termasuk dirinya
sendiri. “kesangsian” digunakan oleh Descartes sebagai metode untuk
mendapatkan kepastian dan kebenaran yang kokoh, metode itu disebutnya sebagai
metode kesangsian.2 Ungkapan cogito ergo sum menunjukkan bahwa di mata
filosof keberadaan manusia itu ditandai dengan berpikirnya. Namun, apabila
1 Rene Descartes, Diskursus dan Metode, terj. Ahmad Farid Ma’ruf, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012), hlm. 73-74. 2 Ibid.
2
manusia tidak berpikir, walaupun ia masih hidup secara maknawi, tapi secara
hakiki ia telah mati.
Hal ini diperkuat dengan bukti sejarah, bahwa manusia berkembang dari
masa kemasa karena ia berpikir dan manusia akan terus berkembang selagi ia
terus berpikir. Lihat saja Barat dan Eropa, dengan mengembangkan metode sains,
mereka berkembang dan terus maju. Hal ini karena mereka terus berpikir hingga
melahirkan temuan-temuan baru yang pada akhirnya mereka menjadi bangsa yang
besar dan disegani, paling tidak hingga hari ini.
Islam berkembang dan menjadi salah satu agama terbesar di dunia juga
karena pemikiran. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam betapa sangat
menghargai kegiatan berpikir. Bahasa al-Qur’an yang berarti “berpikir” cukup
banyak terdapat di dalam al-Qur’an. Seperti kata nazhara dalam surat Qaaf (50)
ayat 6-7, surat al-Thâriq (86) ayat 5-7, surat al-Ghâsyiah (88) ayat 17-20. Kata
tadabbara seperti yang terdapat di dalam surat Shâd (38) ayat 29, surat
Muhammad (47) ayat 24. Kata tafakkara seperti dalam surat al-Nahl (16) ayat 69,
surat al-Jâtsiah (45) ayat 13. Selain itu, konsep berpikir juga terdapat dalam kata,
faqiha, tadzakkara, fahima, dan ‘aqala seperti di dalam surat al-An’am (6) ayat
98, al-Taubah (9) ayat 122 dan al-Isrâ’ (17) ayat 4.3 Ayat-ayat seperti ini lebih
dari 140 banyaknya.
Selain itu, Hadits Nabi SAW., juga banyak yang menjelaskan perlunya
akal digunakan dan dikembangkan. Di dalam kitab-kitab Hadits, kata akal
3 Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, (Jakarta: UI Press, 1982), hlm. 39-45.
3
biasanya diungkapkan dalam kata al-‘ilmu.4 Hadits sebagai sumber kedua dari
ajaran Islam sangat memberi kedudukan tinggi pada akal. Sudah jelas dikatakan:
agama adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tak berakal. Dalam
Hadits qudsi Allah berfirman kepada akal: demi kekuasaan dan keagungan-Ku,
tidaklah Kuciptakan makhluk lebih mulia dari engkau. Karena engkau Aku
mengambil dan meberi dan karena engkau Aku menentukan pahala dan
menjatuhkan hukuman.5
Dalil-dalil naql itu mempunyai kekuatan yang amat dahsyat mendorong
orang Islam untuk menggunakan dan mengembangkan akalnya. Ini sekaligus
menjadi landasan rasional dan semangat untuk terus memaksimalkan potensi akal
dengan tidak henti-hentinya terus berpikir. Hasilnya, seperti dapat dilihat dalam
sejarah, ialah berkembangnya Filsafat dan sains dalam Islam.
Filsafat muncul pertama kali di Yunani sekitar tahun 600 SM dan mulai
masuk ke dunia Islam pada masa kepemimpinan khalifah al-Mansur, kemudian
khalifah Harun al-Rasyid dan dilanjutkan oleh putranya, khalifah al-Ma’mun,
yaitu pada tahun 750 M. Akibat masuknya Filsafat dan sains Yunani ke dalam
Dunia Islam, berkembanglah ilmu pengetahuan. Di antaranya ilmu hitung, ilmu
ukur, aljabar, ilmu falak, kedokteran, kimia, ilmu alam, geografi, sejarah dan
bahasa serta sastra Arab di samping Filsafat itu sendiri. Terkenallah pula nama-
nama besar seperti Ibn Mûsâ al-Khawârizmî (780-850 M), al-Birûni (973-1048
M), Umar al-Khayyam (1048-1123 M), Zakaria al-Râzî (865-925 M), dan Ibnu
Sîna (filosof dan dokter, 980-1037 M) dan lain-lainnya.
4 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 210.
5 Harun Nasution, Islam Rasional, (Jakarta: Penerbit Mizan, 1994), hlm. 55
4
Jika mengamati sejarah perkembangan Filsafat di dunia Islam dengan
memberdayakan potensi akal, maka akan terlihat bahwa penghargaan al-Qur’an
terhadap akal telah melahirkan banyak pemikir handal dan menciptakan kemajuan
yang sangat besar di dunia Islam. Bahkan pada masa itu disebut-sebut sebagai
puncak kejayaan Islam. Sehingga orang-orang Barat banyak yang belajar kepada
pemikir-pemikir Islam. Oleh karena itu, tidak salah jika dikatakan bahwa
kemajuan Barat pada saat ini tidak terlepas dari konstribusi ilmu pengetahuan para
pemikir Islam terdahulu.
Di sisi lain, sebagaimana dijelaskan oleh Taqiyuddin al-Nabhani, bahwa
umat Islam pernah mengalami stagnasi berpikir selama kurang lebih 10 abad.
Yaitu berlangsung mulai abad ke 4 H hingga abad ke 14 H/20 M. Pada masa itu
disebut oleh sebagian ulama sebagai masa-masa umat Islam mendapat cobaan
yang berat. Hal ini terjadi karena sekitar abad ke 4 H, ada beberapa ulama yang
berusaha untuk menghapus kegiatan berpikir di tengah-tengah umat Islam.
Mereka menyerukan bahayanya berpikir atas Islam dan kaum muslimin. Mereka
menyerukan agar umat Islam menutup pintu ijtihad, berusaha mencegah ijtihad,
dan meyakinkan manusia akan bahayanya ijtihad. Akibatnya para ulama pun tidak
mau berijtihad dan para pemikir juga takut dengan ijtihad, serta orang pun tidak
senang kalau di kalangan mereka terdapat para mujtahid. Pada masa itu kegiatan
berpikir pun berhenti di kalangan umat Islam dan mereka merasa cukup hanya
dengan bertaklid.6
6 Taqiyuddin al-Nabhani, al-Tafkir, terj. Taqiyuddin as-Siba’i, (Bogor: Pustaka Thariqul
Izzah, 2008), hlm. 198-199.
5
Pada masa itulah umat Islam beransur-ansur mengalami kemunduran
setelah berada pada masa kejayaannya. Hal ini berlangsung hingga abad ke 14 H.
Mereka mengalami kemunduran karena meninggalkan kegiatan berpikir. Maka
benarlah kata Descartes di atas, walau mereka masih hidup namun pada
hakikatnya mereka telah mati.
Memasuki abad ke-14 H, para ulama muncul dan mencoba
membangkitkan kembali tradisi berpikir umat Islam dengan kembali membuka
pintu ijtihad. Salah satunya adalah Taqiyuddin al-Nabhani, tokoh Islam yang
mungkin tidak banyak dikenal orang. Namun, dari sekian banyak karya-karyanya
menunjukkan bahwa ia adalah ulama yang memiliki pemikiran cemerlang dan
terpandang serta patut untuk dikedepankan.
Salah satu karya terpenting Taqiyuddin al-Nabhani adalah kitab al-Tafkir.
Dalam karyanya ini al-Nabhani mencurahkan pemikirannya tentang bagaimana
sebenarnya proses berpikir di tengah umat Islam setelah berhenti selama 10 abad?
Metode berpikir seperti apa yang harus digunakan agar umat Islam bisa bangkit
kembali dan maju melampui umat lain sehingga terwujudlah umat yang terbaik?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan di atas telah dijawab oleh sebagaian pemikir
Islam, namun, penulis tertarik untuk mengetengahkan dan meneliti seperti apa
metodologi berpikir yang ditawarkan oleh Taqiyuddn al-Nabhani dalam kitab al-
Tafkir. Karena menurut pengamatan penulis, karya-karya Taqiyuddin al-Nabhani
masih sangat minim dikaji secara akademis.
Dalam kitabnya al-Tafkir, Taqiyuddin al-Nabhani mengkritik motode
berpikir Barat dan Eropa, serta para pemikir komunis. Bahkan Taqiyuddin al-
6
Nabhani terang-terangan mengatakan bahwa motode berpikir yang digunakan
oleh mereka adalah keliru dan sangat fatal. Taqiyuddin al-Nabhani mengklaim
bahwa hanya metode rasional yang layak dijadikan sebagai landasan atau asas
dalam berpikir. Sementara Barat dan Eropa, menurutnya, menggunakan metode
ilmiah sebagai asas berpikir. Sebab itulah Taqiyuddin al-Nabhani menyebut
bahwa metode berpikir mereka dengan menjadikan metode ilmiah sebagai asas
berpikir adalah salah.
Taqiyuddin al-Nabhani sebenarnya tidak menolak metode ilmiah apabila
digunakan secara tepat dan pada objek yang tepat. Karena metode ilmiah hanya
bisa digunakan pada objek-objek materi yang bisa dijadikan sebagai eksprimen.
Apabila digunakan di luar dari objek-objek tesebut, maka akan menghasilkan
kesimpulan yang keliru. Untuk menunjukkan kekeliruan berpikir menurut
Taqiyuddin al-Nabhani, berikut ini peneliti paparkan beberapa contoh kesalahan
berpikir pemikir Komunis menurut Taqiyuddin al-Nabhani:
Para pemikir Komunis memandang bahwa alam merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dibagi-bagi yang senantiasa mengalami perubahan secara kontinu.
Perubahan-perubahan tersebut akan berlangsung melalui kontradiksi-kontradiksi
yang pasti ada pada berbagai benda dan peristiwa.7 Bisa dimaklumi jika pemikir
Komunis memiliki pandangan seperti ini, karena memang mereka menganut
faham materialisme. Materialisme memandang bahwa yang nyata hanyalah materi
dan hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang
alamiah. Segala usahanya didorong oleh nafsu alamiahnya, yaitu dorongan untuk
7 Ibid, hlm. 40.
7
hidup. Pada manusia yang terpenting bukan akalnya, tetapi usahanya. Sebab
pengetahuan hanyalah alat untuk menjadikan semua manusia berhasil.
Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dalam dunia ini. Oleh karena itu, faham
materialisme ini menolak agama dan hal-hal yang berbau metafisika.8
Menurut Taqiyuddin al-Nabhani kontradiksi-kontradiksi yang dimaksud
oleh pemikir Komunis ini, seandainya benar ada pada benda-benda, sesungguhnya
tidak terjadi pada seluruh benda, sebab ada sejumlah objek yang di dalamnya
tidak dijumpai kontradiksi-kontradiksi. Di dalam tubuh makhluk hidup, yang
menurut pemikir Komunis, ada kontradiksi-kontradiksi, karena di dalamnya
terdapat sel-sel hidup dan sel-sel mati. Padahal, menurut al-Nabhani, pada tubuh
makhluk hidup sesungguhnya tidak ditemukan kontradiksi-kontradiksi. Apa yang
dapat dilihat bahwa dalam tubuh makhluk hidup ditemukan sel-sel mati dan sel-
sel hidup, sebenarnya bukanlah kontradiksi-kontradiksi, akan tetapi yang ada
adalah segala sesuatu itu lahir dan mati, ada yang hancur dan ada yang muncul.
Tidak berarti ini adalah kontradiksi-kontradiksi. Semua itu merupakan akibat dari
kuat dan lemahnya sel-sel, serta mampu dan tidaknya sel-sel tersebut
mempertahankan diri. Ini bukanlah kontradiksi-kontradiksi. Lebih dari itu, pada
objek-objek yang tidak hidup, ditemukan proses perusakan, tetapi tidak ada proses
kelahiran kembali.9
Taqiyuddin al-Nabhani melanjutkan bahwa seandainya pun jika klaim
mereka diterima bahwa di dalam berbagai benda selalu ditemukan adanya
kontradiksi-kontradiksi, maka proses semacam ini sesungguhnya tidak terjadi
8 Sudarsono, Ilmu Filsafat, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 334. 9 Taqiyuddin al-Nabhani, Tafkir... hlm. 41.
8
pada berbagai peristiwa yang ada. Ia mencontohkan seperti aktivitas jual-beli,
sewa-menyewa, perkongsian, dan yang sejenisnya. Semua itu, menurutnya,
berlangsung tanpa adanya kontradiksi-kontradiksi. Demikian pula aktivitas shalat,
puasa, ibadah haji, dan sebagainya. Seluruhnya berjalan tanpa melalui proses
kontradiksi-kontradiksi.10
Itulah salah satu kritikan Taqiyuddin al-Nabhani terhadap para pemikir
Komunis. Sebenarnya masih banyak kritikan lain yang ia lontarkan kepada para
pemikir lain. Namun pada intinya adalah ketika Taqiyuddin al-Nabhani berani
mengkritik bahkan menyalahkan pemikiran para pemikir lain maka sudah barang
tentu bahwa Taqiyuddin al-Nabhani memiliki pemikiran tersendiri.
Setelah menunjukkan kesalahan-kesalahan berpikir para pemikir Komunis
dan para pemikir Barat dan Eropa, Taqiyuddin al-Nabhani kemudian menawarkan
metode berpikir yang diklaimnya sebagai metode berpikir benar (shawab). Inilah
yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini yaitu, bagaimana metodologi
berpikir Taqiyuddin al-Nabhani dalam kitab al-Tafkir. Kemudian dengan melalui
proses analisis, peniliti akan menguraikan tentang bagaimana implikasi motode
berpikir Taqiyuddin al-Nabhani di era globalisasi.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari dinamika yang terangkum dalam latar belakang masalah di
atas, maka rumusan masalah yang diberikan kepada penelitian ini adalah:
10 Ibid.
9
1. Bagaimana metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani dalam kitab al-
Tafkir?
2. Apa implikasinya dalam kehidupan masyarakat Islam di era globalisasi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metodologi berpikir
Taqiyuddin al-Nabhani yang terdapat dalam kitab al-Tafkir. Pemikiran
Taqiyuddin al-Nabhani dipilih karena karya-karyanya masih jarang diteliti di
dunia akademik. Sementara itu, karya-karyanya sangat banyak dan pengaruhnya
juga cukup besar di dunia Islam.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat penelitian ini antara lain:
a. Secara teoritis, penelitian ini sangat penting dan berguna untuk menambah
khazanah keilmuan dan referensi tentang hakekat akal, peroses berfikir, dan
metode berpikir. Terutama metodologi berpikir dalam perspektif Taqiyuddin
al-Nabhani.
b. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk menjadi tuntunan atau paling tidak
perbandingan bagi masyarakat, khususnya umat Islam dan umumnya
masyarakat luas dalam berpikir.
10
c. Penelitian ini diharapkan mampu melahirkan pemikiran baru tentang berpikir.
Karena sejauh peneliti ketahui belum ada seorangpun yang meneliti kitab al-
Tafkir karya Taqiyuddin al-Nabhani ini secara ilmiah.
D. Kajian Pustaka
Catatan tentang pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani, memang telah ada
beberapa orang yang telah mengkajinya. Namun, sejauh pengamatan peneliti,
motodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani dalam kitab al-Tafkir belum ada yang
pernah mengkaji secara ilmiah. Berikut ini adalah beberapa karya ilmiah yang
menulis tentang pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani:
Edi Sabara Manik, Konsep Baiat Menurut Taqiyuddin al-Nabhani. Dalam
skripsi ini, penulis memaparkan tentang bagaimana konsep baiat menurut
Taqiyuddin al-Nabhani.11
Nella Lucky, Demokrasi Perspektif Taqiyuddin al-Nabhani. Dalam skripsi
ini penulis menguraikan bagaimana konsep demokrasi menurut perspektif
Taqiyuddin al-Nabhani.12
Nella Lucky, HAM Dalam Pandangan Taqiyuddin al-Nabhani. Dalam
tesis ini penulis memaparkan konsep HAM menurut Taqiyuddin al-Nabhani.13
11 Edi Sabara Manik, “Baiat Dalam Perspektif Taqiyuddin al- Nabhani”, tidak diterbitkan,
UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2006. 12 Nella Lucky, “Demokrasi Perspektif Taqiyuddin an Nabhani”, Skripsi, tidak
diterbitkan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2010. 13 Nella Lucky, “HAM Perspektif an Nabhani dan Implikasikan Dalam Kehidupan
Sosial”, tidak diterbitkan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
11
Moh. Ayyub, Konsep Qadha dan Qadar menurut Taqiyuddin al-Nabhani.
Dalam skripsi ini penulis mendeskripsikan konsep qadha dan qadar menurut
Taqiyuddin al-Nabhani.14
Dari beberapa karya ilmiah di atas, tampak jelas bahwa belum ada
seorangpun yang meneliti tentang metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani
dalam kitab al-Tafkir. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis yang berjudul metodologi berpikir Taqiyuddin al-
Nabhani dalam kitab al-Tafkir adalah murni penelitian ilmiah yang belum pernah
diteliti sebelumnya.
E. Kerangka Teoritik
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode progresif ijtihadi
Abdullah Saeed sebagai landasan teori. Sebagaimana diketahui bahwa Abdullah
Saeed sangat concern dengan dunia Islam kontemporer, metode progresif ijtihadi
yang ditawarkannya memungkinkan untuk mengkombinasikan pemikiran muslim
tradisional dengan pemikiran Barat modern. Menggunakan progresif ijtihadi
sebagai landasan teori dimaksudkan untuk merekonstruksi metode berpikir
taqiyuddin al-Nabhani dengan metode progresif ijtihadi. Metode progresif
ijtihadi yang dimaksud oleh Abdullah Saeed yaitu para pemikir modern atas
agama yang berupaya menafsir ulang ajaran agama agar bisa menjawab kebutuhan
masyarakat modern. progressif ijtihadis adalah sebuah metode berpikir yang lahir
dari para intelektual dan pemikir Islam modern.15
14 Moh. Ayyub, “Konsep Qadha dan Qadar Menurut Taqiyuddin al-Nabhani”, tidak
diterbitkan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2009. 15 Abdullah Saeed, Islamic Thought; An Introduction, (London and New York:
Routledge, 2006), hlm. 142-150.
12
Adapun model ijtihad yang digunakan oleh progresif ijtihadi adalah
context-based ijtihad, yaitu sebuah sebuah model ijtihad yang mencoba memahami
masalah-masalah hukum dalam konteks kesejarahan dan konteks kekiniannya.
Pada umum dan biasanya, pendapat akhirnya akan mengacu pada kemaslahatan
umum sebagai maqasid al-syari'ah.16
Dengan menjadikan progresif ijtihadi sebagai landasan teori dalam
meneliti metode berpikir Taqiyuddin al-Nabhani diharapkan akan melahirkan
pemikiran kontemporer yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Islam di
era globalisasi saat ini.
F. Metode Penelitian
Agar penelitian ini diperoleh dengan hasil yang komprehensif dan dapat
diajukan serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah-akademis, maka
penelitian ini harus mampu untuk mengeksplorasi dan menganalisis berbagai
sumber data yang diperoleh secara akuntabel. Metode yang dimaksud di sini
adalah suatu cara, jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga
memiliki sifat yang praktis.17
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (library
research). Yaitu dengan cara mengumpulkan data, informasi dan berbagai macam
materi lainnya yang terdapat dalam kepustakaan.18 Term kualitatif juga
dimaksudkan agar penelitian ini terfokus pada analisis atau pemahaman terhadap
16 Ibid. 17 Kaelan, M.S., Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma,
2005), hlm. 7. 18 Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991),
hlm. 109.
13
tulisan Taqiyuddin al-Nabhani dalam kitabnya, khususnya kitab al-Tafkir, dalam
rangka memunculkan konsep tentang makna dan aktualisasi metodologi berpikir
Taqiyuddin al-Nabhani. Dengan menyampaikan jenis penelitian ini, diharapkan
fokus dan langkah-langkah yang akan dilakukan menjadi jelas.
1. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti akan mencari sumber-sumber data yang terbagi menjadi dua.
Pertama: sumber data primer. Data primer yang dimaksud adalah data yang
berkenaan langsung dengan objek penelitian,19 dalam hal ini adalah kitab al-Tafkir
karya Taqiyuddin al-Nabhani yang secara khusus membahas tentang metodologi
berpikir. Kedua, sumber data skunder, yaitu karya-karya ilmiah yang ada
relevansinya dengan judul penelitian ini. Terutama tentang metodologi berpikir,
baik berbentuk buku, majalah, jurnal dan lain-lain.
2. Teknik Analisis Data
Untuk menelaah pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani tentang metodologi
berpikir, maka pertama-tama metode yang peneliti pergunakan adalah deskriptif,
kemudian komparatif, analisis dan sintesis untuk datang pada suatu kesimpulan.
Dengan cara deskriptif dimaksudkan, bahwa semua ide pemikiran tentang
metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani peneliti uraikan kembali sebagaimana
adanya, dengan maksud untuk memahami jalan pikiran dan makna yang
terkandung dalam pikirannya.
19 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
(Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 61.
14
Cara komparatif dimaksudkan, bahwa pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani
tentang metode berpikir di atas peneliti perbandingkan dengan metode berpikir
progresif ijtihadi Abdullah Saeed. Hal ini untuk mengetahui adanya persamaan
dan perbedaan dari suatu ide tertentu, sehingga dapat diketahui benang merah
yang menghubungkan ide-ide pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani dan Abdullah
Saeed. Selanjutnya dengan cara analisis dimaksukan bahwa pemikiran Taqiyuddin
al-Nabhani dan progresif ijtihadi Abdullah Saeed akan diteliti secara kritis,
sehingga diketahui persamaan dan perbedaan dalam pemikiran mereka. Ini
sebagai langkah untuk menemukan pengertian-pengertian yang lebih tepat dan
lengkap mengenai metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani.
Akhirnya dengan cara sintesis dari kedua metodologi di atas di ambil suatu
kesimpulan dalam bentuk kesatuan pendapat yang lebih utuh dan lengkap dalam
kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penelitan yang telah ditentukan.
Metode analisis ini akan digunakan untuk mengungkap tujuan dan maksud dari
motodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani dalam kitab al-Tafkir, kemudian
dikaji secara komperehensif.
G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan ini dapat diuraikan secara sistematis, maka perlu adanya
gambaran secara singkat tentang bagaimana sistematika pembahasan yang akan
diuraikan dalam penelitian ini. Penelitian ini disusun menjadi lima BAB yang
terdiri dari beberapa sub bahasan. Sistematika pembahasan yang akan diuraikan
sebagai berikut:
15
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian
karangka teoritik, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Biografi Taqiyuddin al-Nabhani : yang berisikan kehidupan
awal, riwayat studi, aktivitas politik, karakteristik pemikiran, dan karya-karyanya.
BAB III : Metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani, yang berisikan
akal: definisi dan fakta, jenis-jenis metode berpikir, kritik Taqiyuddn al-Nabhani
terhadap pemikir lain, dan metode rasional dalam memahami teks-teks hukum.
BAB IV : Analisis metode berpikir Taqiyuddin al-Nabhani dari sudut
pandang progresif ijtihadi, yang berisikan dari konservatif menuju progresif dan
implikasi metode berpikir Taqiyuddin al-Nabhani di era globalisasi.
BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumusan metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani bertolak dari
definisi yang akal yang ia rumuskan. definisi akal menurutnya adalah pemindahan
penginderaan terhadap fakta melalui panca indeara ke dalam otak yang disertai
adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan
fakta tersebut. Berangkat dari definisi akal tersebut, maka ada empat syarat utama
agar terjadinya proses berpikir. Syarat yang dimaksud adalah fakta atau realitas,
otak manusia yang normal, panca indera, dan informasi terdahulu. Tanpa adanya
keempat komponen ini, proses berpikir tidak akan terjadi. Dalam proses berpikir
yang terjadi adalah pemindahan penginderaan panca indera terhadap fakta. Bukan
refleksi panca indera terhadap fakta. Jadi, selain keempat kompen di atas,
penginderaan juga musti ada dalam proses berpikir. Proses penginderaan berlaku
pada objek-objek material maupun non-material seperti objek-objek yang bersifat
maknawi atau spiritual (ruhani).
Taqiyuddin al-Nabhani mengakui ada dua metode yang digunakan akal
dalam berpikir. Metode yang dimaksud adalah metode rasional dan metode
ilmiah. Sementara logika tidak termasuk dalam kategori berpikir. Logika hanya
sebagai salah satu teknik berpikir dari metode rasional. Metode rasional memiliki
kesamaan dengan definisi akal itu sendiri. Yaitu metode rasional bisa dilakukan
108
17
pada objek-objek material maupun non-material. Sementara metode ilmiah hanya
bisa dilakukan pada objek-objek material saja.
Metode ilmiah merupakan metode berpikir yang benar. Metode ini tidak
salah. Akan tetapi ia adalah metode yang benar dalam penelitian ilmiah saja.
Penggunaan metode ilmiah harus dibatasi hanya pada penelitian ilmiah (scientific
research), yakni hanya pada penelitian terhadap suatu materi yang tunduk pada
percobaan (eksperimen). Penggunaan metode ilmiah pada selain penelitian ilmiah
atau pada selain benda (materi) yang tunduk pada percobaan, adalah sebuah
kesalahan.
Metode rasional layak diterapkan pada segala pembahasan. Oleh karena
itu, metode rasional wajib dijadikan sebagai asas berpikir. Melalui metode
rasionallah muncul sebuah pemikiran. Tanpa melalui metode rasional, tidak akan
mungkin muncul pemikiran baru. Dengan perantaraan metode rasional akan
diperoleh pemahaman tentang berbagai fakta ilmiah, dengan jalan pengamatan,
percobaan, dan penyimpulan. Dengan kata lain, dengan perantaraan metode
rasional, akan diperoleh metode ilmiah itu sendiri. Dengan perantaraan metode
rasional pula akan diperoleh pemahaman tentang fakta-fakta logis, fakta-fakta
sejarah, berikut pembedaan antara yang benar dan yang salah dari fakta-fakta
sejarah tersebut. Dengan perantaraan metode rasional pula akan diperoleh
pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, serta
hakikat ketiganya.
18
Kelemahan motodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani ini adalah
melahairkan pemikiran yang rigid terhadap kelompok dan agama lain. Pemikiran
seperti ini melahirkan sikap truth claim yang pada akhirnya mudah mengkafirkan
kelompok lain. Pemikiran seperti ini sangat sulit bertemu apalagi berdialog
dengan non-muslim. Padahal, padahal memasuki era globalisasi saat ini, tembok-
tembok dikotomi antara kelompok dan antar agama telah hancur lebur dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Metodologi berpikir Taqiyuddin al-Nabhani bisa dibilang telah melahirkan
pemikiran yang terstruktur secara sistematis. Hanya saja untuk memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern ini, pemikiran
Taqiyuddin al-Nabhani perlu direkonstruksi. Hadirnya progresif ijtihadi Abdullah
Saeed sebagai rekonstruksi metode berpikir Taqiyuddin al-Nabhani, melahirkan
sebuah pemikiran Islam yang paripurna serta mampu menjawab berbagai
tantangan zaman di era globalisasi saat ini.
B. Saran
Penelitian terhadap pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani tentang metode
berpikirnya tentu jauh dari kesempurnaan. Masih banyak permasalahan yang
belum dibahas terkait dengan persoalan ini. Terutama pada aspek operasionalisasi.
Di dalam kitab al-Tafkir, sebagian sudah dipaparkan, namun operasionaliasasi
metode berpikir yang sebenarnya adalah terdapat di dalam kitab-kitab yang di
halaqahkan oleh pengkut Hizbut Tahrir itu sendiri. Seperti operasionalisasi di
19
bidang ekonomi, politik, sosial, dan lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya
penelitian lanjutan dari penelitian ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid A. Sulayman, Abdul, Towards ad Islamic Theory of International Relations: New Direction for Methodology and Thought Herdon, Virginia: IIT, 1993.
Abdullah, Amin, Mempertautkan Ulum al-Diin, al-Fikr al-Islamiy dan Dirasat
Islamiyyah: Sumbangan Keilmuan Islam untuk Peradaban Global, artikel. _____________, Hak Kebebasan beragama dan Berkeyakinan: Pendekatan
Filsafat Sistem Dalam Ushul Fiqih Sosial, PDF, Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2011.
Al-Jabiri, Muhammad ‘Abid, Formasi Nalar Arab; Kritik Tradisi Menuju
Pembebasan dan Pluralisme Wacana Interreligius, Yogyakart: IRCISoD, 2003.
Al-Nabhani, Taqiyuddin, Ad-Daulah al-Islamiyah, Beirut: Da al-Ummah, 1994. ___________________, al-Syakhsiyah al-Islamiyah, terj. Zakia Ahmad, tp:Dar
al-Ummah,1994. ___________________, Mafahim siyasah li Hizbut at-tahrir, tp:Hizbut at-
Tahrir,1969. ___________________, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,
Terj. Muhammad Maghfur Wachid Surabaya:Risalah Gusti,1996. ___________________, al-Tafkir, terj. Taqiyuddin as-Siba’i, Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 2008. ___________________, Nizham al-Islam, terj. Abu Amin, dkk, bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 2003 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
Yogyakarta: Kanisius, 2005. Descartes, Rene, Diskursus dan Metode, terj. Ahmad Farid Ma’ruf, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012. Jhon.M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia
Purtaka Utama, 1996.
21
Kaelan, M.S., Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat, Yogyakarta: Paradigma, 2005.
Laporan konferensi yang dilaksanakan oleh The Institute of Defence and Strategic
Studies (IDSS) pada tanggal 7-8 Maret 2006 di Marina Mandarin Singapore dengan tema “Progressive Islam and The State in Contemporary Muslim Societies”.
Lucky, Nella, “Demokrasi Perspektif Taqiyuddin an Nabhani”, Skripsi, tidak
diterbitkan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2010. ____________, “HAM Perspektif an Nabhani dan Implikasikan Dalam
Kehidupan Sosial”, tidak diterbitkan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
M. Abdurrahman, Al-Tafkeer, terj. Abu Faiz, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,
2014. Mufidah Ch, Dr. Hj., M.Ag, Gender di Pesantren Salaf, Why Not...?, Malang:
UIN-Maliki Press, 2009. Nasution, Harun, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: UI Press, 1982. _____________, Islam Rasional, Jakarta: Penerbit Mizan, 1994. _____________, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
Jakarta: UI-Press, 1986. Ramadan, Tariq, Western Muslims and the Future of Islam, New York: Oxford
University Press, 2004. Rasyid, Daud, Pembaharuan dalam Islam dan Orientalisme Dalam Sorotan,
Jakarta: Usamah Press, 2003. Rogers, Rebecca, editor, An Introduction to Critical Discourse Analysis in
Education, London: Lawrence Erlbaum Associates, 2004. Sabara Manik, Edi, “Baiat Dalam Perspektif Taqiyuddin al- Nabhani”, tidak
diterbitkan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2006. Saeed, Abdullah, Islamic Thought ; An Introduction, London and New York:
Routledge, 2006. Safi, Omid, What is Progressive Islam?, America, Isim Newsletter, Desember,
2003.
22
Samarah, Ihsan, Mafhum al-‘Adalah al-Ijtima’iyyah fi al-Fikri al-Islami al-Mu’ashir, Terj. Muhammad Siddiq al-Jawi, Bogor: Al-Azhar Press, 2003.
Shabir Ahmed dan Abid Karim, The Roots of Nationalism In The Muslim World,
terj. Zettira Media Rahmad Bangil: Al-Izzah, 1997. Soleh, A. Khudori, Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012. Subagyo, Joko, Metodologi Penelitian dan Praktek, Jakarta: Rhineka Cipta, 1991. Sudarsono, Ilmu Filsafat, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001. Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1990. http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-globalisasi-penyebab-dampak-
globalisasi.html
top related