mikroekonomi islam - ibec feb ui
Post on 23-Nov-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Mikroekonomi Islam
Dalam islam, seorang individu yang rasional
seharusnya memilih lebih banyak barang yang
dapat menghasilkan maslahah Ketika terjadi
kenaikan income dengan kendala tertentu
(constraint).
Ilustrasi Grafik
Pendekatan utilitarian hanya menjelaskan
bagaimana seorang individu berusaha mencoba
memaksimumkan preferensi ditengah
keterbatasan. Pertanyaan mendalam harus
diajukan seperti :
1. Bagaimana sebuah preferensi individu
terbentuk?
2. Tidak dapat membedakan motivasi seseorang
untuk lebih banyak memilih x atau y
Self-sacrifice yang berbasis moral juga rasional →
social interest
- Orang tua menunda membeli kebutuhan
pribadi untuk kebutuhan anak
- Membantu tetangga yang terkena
musibah menggunakan uang tabungan
Rasionaitas yang dibentuk melompat dari self
sacrifice (social) menjadi God’s interest. Contoh :
puasa, haji, sedekah
Kenapa individu menjadi baik?
Mengapa preferensi kebaikan seseorang berbeda
dari yang lain?
Filosof Moral mencoba untuk mendefinisikan apa
yang dianggap baik adalah Apa yang membuat
seseorang menjadi lebih baik (better off) tanpa
membuat seseorang lain worse off. Sedangkan
buruk adalah : Apa yang membuat seorang
individu menjadi better off dengan membuat
orang lain worse off.
Dua faktor penting kenapa seseorang memilih
untuk preferensi terhadap suatu kebaikan. 2 jenis :
1. Grip to society
Disebabkan desakan
dari lingkungan
untuk memenuhi
aturan tertentu.
Ada dua pihak , I dan II Misalkan I bergerak
dulu, up atau down. II punya 4 pilihan :
- Kiri tanpa syarat
- Kiri ketika I up, kanan ketika I down
- Kanan ketika I up, kiri ketika I down
- Kanan tanpa syarat
2. Self-consiousness
Preferensi individu
terhadap sesuatu
kebaikan sangat
bergantung pada
apakah sesuatu yang dianggap baik oleh
individu tersebut dapat diterima dengan
akal moral. Ketika semua berprilaku self
conscious → outcome sama
Maslahah yang dihasilkan menjadi tidak maksimal
Faktor mempengaruhi pembenutukan preferensi
1. Worldview islam :
Kesadaran akan keberadaan tuhan
(makrifatullah).
Di dalam Islam mengenal siapa
sesungguhnya manusia itu dan untuk apa
dia diciptakan dapat membentuk
pemehaman manusia tetang hakikat
kehidupan. Keberadaan manusia sebagai
khalifah dan abdi Tuhan di dunia yang
dijelaskan oleh setiap rosul yang diutus
Tuhan dapat memberikan pencerahan
kepada manusia tentang hakikat
kehidupanya di dunia.
Pemahaman manusia akan hakikatnya
tersebut itulah yang dapat menjadi faktor
kunci pembentukan preferesi dirinya akan
baik dan buruk. Sehingga kita mengetahui
kenapa X lebih disukai ketimbang Y (X≥Y)
atau (X ≈ Y)
penerapan Hukum sharia membuat
individu baik yang suka dan tidak suka akan
hukum syariah akan mematuhi hukum
syariah. (grip to society)
Individu yang tercerahkan menjadi elemen
penting, tetapi sharia memastikan
berlakunya god’s interest → output yang
dihasilakan adalah Taqwa
2. Institusi keluarga
Norma (sesuatu yang dianggap baik) yang
berlaku di keluarga sangat berhubugan
erat dengan pembentukan preferensi
individu. Contoh; Latar belakang
pendidikan sebuah keluarga dapat
mempengaruhi keputsan-keputusan yang
diambil oleh seorang individu. Seperti
keputusan untuk mengkonsumsi,
menabung atau berinvestasi.
Kesimpulan dari studi Alesina dan Giuliano
(2010) menunjukkan bahwa:
“The family is a key socio economic unit in
society…”
3. Lingkungan
Selain institusi keluarga, faktor lingkungan
sangat mempengaruhi proses
pembentukan preferensi. Kepatuhan
masyarakat akan norma Islam dapat
secara langsung maupun tidak langsung
membentuk preferensi individu untuk
mematuhi norma tersebut. contoh; Di
dalam masyarakat Islam memberikan
pinjaman dengan bunga merupakan suatu
hal yang dianggap sangat buruk. Sehingga
setiap aktivitas yang berkaitan dengan
riba dianggap sebagai sebuah aib dalam
masyarakat Islam.
Dalam ekonomi konvensional, perusahaan atau
produsen selalu diasumsikan memaksimumkan
keuntungan (profit sebagai motif tunggal)
Ada hubungan kuat antara profit max dengan
prospensity to monopolize
Konsep pareto optimality → berimplikasi
pengabaian masalah distribusi pendapatan
Kriteria pareto tidak dapat diterapkan untuk
setiap rencana meningkatkan output diatas max
profit yang akan menguntungkan orang kaya
diatas beban orang miskin
Konsep Given Demand Hypotesis → produsen akan
dan harus selalu merespon permintaan pasar
Namun dalam perekonomian dengan distribusi
pendapatan tidak rata (mayoritas miskin),
kebutuhan riil masyarakat tidak tercermin dalam
permintaan pasar. Permintaan pasar tidak
mencerminkan yang sesungguhnya. Contoh :
luxury goods yang terjangkau the rich ditekan
produksinya, justru basic needs tidak dioptimalkan.
Dalam islam, profit bukanlah motiv tunggal.
Terdapat multidimensi atau huquq sebagai
motivasi. Keuntungan hanya salah satu motivasi
yaitu self-interest. Yang lebih utama,
memproduksi yang mengandung maslahah (social
interest) → kebutuhan riil masyarakat tercermin
dalam permintaan pasar.
Prinsip produksi dalam Islam :
1. Kegiatan produksi dilandasi nilai2 islam. Sesuai
maqashid syari’ah → maslahah
2. Prioritas harus sesuai urutan. Dharuriyah,
hajjiyah, tahsiniyah
3. Kegiatan produksi memperhatikan keadilan,
aspek sosial, kemasyarakatan, memenuhi
kewajiban ZISWAF (huquq)
4. Mengelola SDA secara optimal, tidak boros,
berlebihan, dan merusak lingkungan
Maslahah (prod) = F (Profit, Berkah, Rahmat, Pahala)
Maslahah sebagai pengganda profit
Mp = a {f(𝜋)} Mp = maslahah production
= a {R(q)-C(q)} a = variable maslahah
Cost function approach
Profit
π= R-C
Maslahah
Revenue
Cost (C)
Cost
Eksplisit Cost E(C)
Implisit Cost I(C)
C= E(C)+I(C)
Necessity vs Luxury
Production of necessity: menunjukkan bahwa
berdasarkan islamic framework → more necessity
goods will be produced at a lower price which gives
higher benefits to the society without the firm
having to deviate from its profit-maximizing
decision. Contohnya, produsen akan memproduksi
lebih banyak gandum dari pada level harga yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi
pesawat terbang atau perhiasan (luxury goods).
Revenue Approach
Profit max vs maslahah max
Profit max → MR = MC
Maslahah max =
- necessity good (MR^ = Mc) → Q^
- luxury good (MR = MC^) → Qv
Besarnya maslahah production → Mp = α 𝜋
Manakah yang lebih baik (untung) memproduksi
Ubi kayu atau bir dengan kondisi pasar seperti
berikut?
Ubi kayu Bir
Harga = 1.000 Harga = 10.000
Cost rata2 = 500 Cost rata2 = 5000
Modal yang dimiliki adalah 100.000
a. komparasi profit
Ubi kayu Bir
Q = Modal/Cost = 200 Q = 100.000/5000 = 20
Profit= 200(1000-500) Profit= 20 (10000-5000)
= 100.000 = 100.000
b. Komparasi MP
Ubi kayu Bir
Maslahah = +0.3 (given) maslahah = -1.3 (given)
Maslahah = (1+0.3)100.000 Maslahah = (1-1.3)100.000
= 130.000 = -30.000
c. Ilustration
Dengan menggunakan kerangka pasar competitive,
total output pada barang necessity lebih besar
dihasilkan oleh islamic firm bila dibandingkan dengan
conventional firm.
Maslahah Revenue
Explisit
Revenue
Implisit
Revenue
Profit
Cost
Revenue
Mp= f(R) - f(C) va b
α = a+(-b)
Teori Penawaran
Besarnya jumlah yang di produksi (penawaran)
oleh produsen islamic man bergantung pada
besarnya maslahah yang diberikan oleh barang
tersebut yang dicerminkan pada tingkat harga
yang disesuaikan terhadap maslahah/mudharat
Kurva penawaran adalah kurva MC diatas AC.
Perubahan maslahah akan menggeser MC yang
kemudian menggeser kurva penawaran
Necessary Goods
Luxury Goods
Era 1980 dan 1990-an adalah era kebangkitan
kapitalisme. Terpecahnya Uni Soviet membuktikan
beberapa hal:
- Sistem sosialisme terbukti tidak se-efisien
capitalists economies
- Freedom of choice yang dimiliki setiap
individu dalam sistem sosialisme tidak
banyak diakui
- Sistem sosialisme tidak dapat membuktikan
terciptanya equality
Moral advantages of the market depend crucially
on competitive nature of the system → pareto
criterion as moral basis of the defense of the
market
Pareto optimum requires MRS1 = MRS2
Pareto optimum is an allocation to make one
better off while another worse off
- Often used as the standard of evaluating
desirability of an allocation of resources
- Pareto inefficient allocations are wasteful
Pareto improvement is a allocation of resources
that makes one better off without making
another worse off
Konsep pareto : sisi produsen
MRTS1 = MRTS2
The Evaluation
How to choose A vs B?
- Tidak bisa menggunakan kriteria pareto
- Membutuhkan social welfare function
Limitations =
1. Is neutral to distributional concerns
2. Unable to rank every pareto optimal
allocation superior to every non-optimal
allocation
3. Unable to rank different pareto optimal
allocations relative to one another
Penyebab efisiensi pasar persaingan sempurna
menurut ekonomi konvensional
1. Efficient distribution of product among
consumers. Bisa tercapai apabila :
- Harga sama untuk semua konsumen
- Konsumen mampu membelinya pada harga
2. Efficiency in the use of different
production factors
PPS akan menstimulasi produsen untuk
meminimalisasi biaya (MPL/MPK=W/r)
3. Efficiency in output
The rate at which consumers are willing to
exchange one good for another = the rate
of which one good can be transformed into
another = Px/Py
Kondisi untuk mencapai efisiensi dalam PPS
1. No barriers to entry or exit
2. Homogenous goods → uniform price
3. Perfect knowledge of Prices, Quantity,
dan quality
4. No externalities
5. No external parties (e.g. government)
Evaluasi PPS : market imperfections
1. Trade barriers : monopoli, oligopoli
2. Heterogeneity in products
Monopolistic competition dimana P>MC
3. Imperfect information (costly)
4. Externalities (+/-)
Mekanisme pasar versi ibnu taimiyah
1. Harus bebas keluar masuk pasar. Memaksa
menjual tanpa ada kewajiban tidak adil
dan dilarang
2. Tingkat informasi yang cukup mengenai
kekuatan pasar dan barang dagangan
3. Unsur2 monopolistik dilenyapkan dari
pasar sehingga bentuk kolusi antara
kelompok penjual dan pembeli tidak
diperbolehkan
4. Homogenitas dan standarisasi produk
sangat dianjurkan
5. Penyimpangan dari kebebasan ekonomi
yang jujur, seperti sumpah palsu,
timbangan tidak tepat, dikecam oleh Islam
Kita dapat melihat bahwa karakteristik ini
sesuai dengan PPS. Berarti pasar dalam islam
itulah yang dalam konven disebut PPS
1. Homogenous good & large number of B&S
Setelah hijrah ke Madinah, terjadi trade boom
di Madinah melalui rekonsiliasi kaum muhajirin
dan anshar. Sehingga Rasul mendirikan pasar
yang luas untuk mengakomodasi B&S
2. Full information freely accessible
Talaki ruqban is forbidden. Khiyar adalah bukti
Islam melindungi hak konsumen untuk
memastikan true information on price
sebelum berkomitmen
3. Free entry and exit
Ucapan Rasulullah “this is your market, no tax
on it you must pay” → no barrier
Secara umum, karakteristik pasar dalam islam
mirip dengan PPS, namun yang membedakan
adalah peran pemerintah tidak semata-mata
dihilangkan (Al-Hisbah)
Peran Al-Hisbah
1. Mengawasi timbangan, ukuran, dan harga
2. Mengawasi jual-beli barang, praktik riba,
maisir, gharar, dan tadlis
3. Mengawasi kehalalan, kesehatan, dan
kebersihan barang/komoditas
4. Pengaturan tata letak pasar
5. Mengatasi persengketaan & ketidakadilan
6. Melakukan intervensi pasar
7. Memberikan hukuman thdp pelanggar
Selama kenaikan atau penurunan harga terjadi
karena mekanisme pasar (supply-demand) tanpa
adanya injustice (misalnya berupa penimbunan,
penawaran palsu, dll), maka Islam melarang
adanya intervensi harga. Namun jika kenaikan
atau penurunan harga terjadi di luar alasan
tersebut maka diperlukan intervensi pemerintah.
Maslahah max vs profit max
INITIAL CONDITION (C):
Zaid = rich Hafsha = poor
Outcome exchange process bisa jadi P maupun Q.
Bagi Zaid = P < Q Bagi Hafsha = P > Q
Once there are major disparities in income
distribution within the country, the market
mechanism ceases to function efficiently or
equitibly since its weighted heavily in favour of
the rich who have the purchasing power.
Dalam perspektif Islam, ketika Zaid
menginternalisasi nilai maslahah, maka titik P
akan menjadi pilihan bagi Zaid karena Zaid tidak
menjadi worse-off dan Hafsha menjadi better-
off.
Economic exchange in islam
- Economic exchange covers trade in goods
and services
- Trade dalam Islam boleh namun riba tidak
boleh (Q.S 2:275)
- Mutual satisfaction : trade harus
menghasilkan greater satisfaction (utility)
bagi pihak-pihak yang terlibat (Q.S 4:29)
Market Demand
The effective need curve (GN) concealed the need
of the poor who are unable to offer the market
clearing price
Market Supply
Islamic potential supply curve (GN) lies right of the
market supply curve SS once the necessary
institutional reforms are carried out..
Factor of Production in
Islam
Land
Labor
For Fixed Wage
For Share in Profit
Capital
Technical Capital
Money Capital
Revolusi Industri
Marginal productivity theory
Evaluasi:
1. Hasil output final dari sebuah perusahaan
adalah buah dari kombinasi berbagai
faktor produksi sehingga sulit untuk
memisahkan kontribusi dari masing-masing
input.
2. Asumsi perfect competition. Tapi tidak
dapat menggambarkan diskriminasi yang
terjadi antar gender, ras, dan tidak
memasukkan dampak dari collective
bargaining.
3. Model ini hanya mengasumsikan motif
satu-satunya produsen adalah
maximization of profit. Padahal motif ini
bukanlah satu-satunya (misalnya: max of
sales, max. other social goods).
Revolusi industri → Spesialisasi kerja → teori
produktivitas → faktor produksi menjadi penting
Apakah teori produktivitas / spesialisasi tidak
dibahas oleh scholar Islam klasik ?
Labor Theory of Value
Ibn Khaldun in his al-Mukaddimah had
developed the rudiments of labor theory of
value
Ibn Khaldun developed his value theory by
indicating: “There is nothing here [originally]
except the labor, and [the labor] is not desired
by itself as acquired [...,but the value realized
from it] (Vol. II, 313). He further expanded on
this theme by writing: “ Carpentry and
weaving, for instance, are associated with
wood and yarn [ the respective craft
needed for their production]. However, in
the two crafts [first mentioned] the labor
[that goes into them] is more important,
and its value is greater. (Vol. II, 313)
Ibn Khaldun considers labor as a commodity,
`...incomes and profits represent the value
of the labor of their recipients...' Elsewhere,
Ibn Khaldun argues that `The income which a
man derives from the crafts is, therefore, the
value of his labor..This last statement is far
from stating the notion that the real wage
rate is equal to the marginal physical product
of labor in equilibrium
Analisa Faktor produksi : Money & Interest
Tidak membedakan antara money capital dan
technical capital. Money capital dimasukkan
sebagai faktor produksi yang dapat menghasilkan
fixed return dari dirinya sendiri. Padahal, money
capital bersifat unproductive sehingga tidak dapat
menghasilkan return.
Labor for share in profit: making a decision
about whether or not to participate in or
initiate a particular productive activity; being
willing to bear the risks associated with it.
Labor for fixed wage: providing a definite
productive service for which they are entitled
to receive a definite reward
Orang yang memilikikeahlian (craftmanship) =
entrepreneurIndustrial Revolution
Hanya orang2 yg memilikimanufacturing tools dan raw
materials yang dapatmengakses bank financing
Economies of Scale
Craftmanship beralihmenjadi worker dalam
industri dan mendapatkanfixed wage
Income Distribution?
Capital: man-made tool and instruments that
save human time and effort in the process of
production -> speeds up division of labor.
Physical Assets (Technical): durable goods that
are usable in production without being
destroyed.
Money capital: has to be spent out in order to
acquire inputs and resources needed in
production.
Pengertian Land disini termasuk semua sumber
yang dapat diperoleh sampai dengan keadaan
geografis, angin, dan iklim terkandung dalam
(cakupan) tanah.
2 Eminent Principles
1) Gaining is bound by accountability (al-ghunm
bi al-ghurm)
Profit muncul bersama risiko
Risiko itu menyertai manfaat
2) Income is bound by assured obligation (al-
kharaj bi al-daman)
Hasil usaha muncul bersama biaya
Hak mendapatkan hasil disebabkan oleh
keharusan menanggung kewajiban
Labor in Islam
To determine the market price for labor:
Man-to-man brotherly relationship
The workload and working conditions should be
humanly acceptable
The employer should guarantee basic needs of
the employee
Assumptions:
1) Employer ingin mendapatkan average rate
of profit from invested capital
2) Wage depends on: subjective (humanity)
and objective (contribution and market
forces) factors.
Akan menghasilkan wage range possible
Wage Determination
Wage Range : VMCL ≤ W ≤ VACL
• If the role of humanity is significant: W >
VMCL
• DE = Effective Demand
o Wage: OWe
o Profit: We W4
• 𝐷𝐸1 = Minimum Wage
o Wage: OWm
o Profit: Wm W3
Wage Determination: Case of LALDCs
Dalam kasusini, pekerjasangatdieksploitasi
(W< VMCL).
Unskilled labor is paid a wage which is below
the survival minimum.
𝑊𝑚 = standard minimum wage
Conventional: W1
Islam: W3 – W4
Money Capital vs Technical Capital
Salah satu cara untuk memperoleh money capital
adalah melalui borrowing. Namun dalam Islam,
money capital tidak dapat menerima fixed return
karena adanya perbedaan jenis ownership.
Ekonomi Bagi Hasil: Imbal Hasil dari Capital dan
Entrepreneurship
Islam melarang adanya interest sebagai price of
capital. Beberapa alasan mengapa riba dilarang:
a) Tidak adil ketika pemilik modal hanya
mendapat share dari keuntungan tapi
tidak menanggung kerugian
b) Penyebab terjadinya ketimpangan
pendapatan
c) Interest seringkali dimasukkan menjadi
cost of production sehingga hal ini
otomatis akan meningkatkan harga yang
dibebankan kepada konsumen ->
mengurangi surplus konsumen
Mudharabah
Sk implies that quantity of capital supplied
increases as the capital’s share of profit in
percentage increases.
Dk implies that quantity demanded for capital
increases as capital’s share of profit falls.
This analysis will be applicable when any
positive profit is made.
Musharakah
Jika Share A lebih besar, maka distribution curve
akan berada di atas OAROB. Jika distribution curve
nya adalah OANOB, maka A akan mendapatkan 50
persen profit dengan menyumbang 25 persen
capital. Di lain sisi, A akan mendapatkan 10 persen
jika distribution curvenya adalah OAMOB.
Land
Dalam Islam, return untuk tanah dapat berupa
fixed maupun variable.
Fixed -> ketika tanah disewakan untuk periode
tertentu (mekanisme ijarah)
Variable -> mekanisme muzara’ah. Muzara’ah
adalah akad kerjasama dalam pengolahan
tanah pertanian atau perkebunan antara
pemilik tanah dan penggarap dengan
pembagian hasil sesuai kesepakatan kedua
belah pihak.
Institutional FraMework in
IslaMic EconoMic SysteM
institutional frameworks that explain the nature
of factors of production and factor market:
1. Commodity Market
the free market system with restrictions on
monopolyand misallocation of the resources.
2. Institution of Participation
entrepreneurial resources are encouraged to
participate and bear the risk to earn profits (loss).
3. Institution of Social Insurance
Zakat, Sadaqat and charity.
Technical Capital
Ijarah
(Ownership tetapberada pada si pemilik
technical capital)
Pemilik berhakmendapatkan sewa(fixed return) dari
capital yang ia sewakan
Money Capital
Borrowing
(Ownership berpindah dari sikreditur ke debitur)
Pemilik uang tidak berhakmendapatkan fixed return
dari uang yang dipinjamkantersebut
Distorsi Pasar
Rekayasa Supply & Demand
Ba’I Najasy
(False Demand)
Ihtikar
(False Suppy)
Tallaqi Rukban
Tadlis
(Unknown to One Party)
Kuantitas, Kualitas, Harga, dan Waktu
Penyerahan
Taghrir
(Uncertain to One Party)
Kuantitas, Kualitas, dan WaktuPenyerahan
Sales with Usury
Fungsi pasar :
1. Resource allocation
2. Price setting
3. Income distribution
Rawlasian-Social Welfare Function
Social preferences for Rahmat’s or Fauzi’s utilities
are identical ; Are perfect substitutes as long as
commodities are allocated equally between them.
Utilitarian
Only total utility is relevant, so utilitarian
criterion does not consider distribution of utility;
As long as social gain is greater than social loss, it
makes no difference that consumer who gains in
utility may already be happier than the other
consumer
Objektif: P2 (Socially maximum dalam
konteks utilitarian)
Mencari Uf+Ur yang paling besar tapi tidak
berbicara tentang distribusi
Bagaimana dengan islam?
Objektif dan Kriteria harus jelas.
Objektif: Falah
Kriteria: Maqasid Syariah
Contoh: P3 dapat dipilih walaupun secara
social welfare lebih kecil daripada P2 selama
P3 memenuhi kriteria Maqasid Syariah.
Misalnya: pendidikan tinggi vs pendidikan
dasar
Market Failures
Situasi di mana pasar gagal mengalokasikan
sumber daya (resource) secara efisien
- Pasar pers sempurna tidak tercapai
- Sumber daya menjadi Over-allocated /
Under-allocated
Bai’ Najasy
Penjual meminta pihak ketiga untuk membuat
penawaran dengan harga tinggi (atau dengan
menciptakan isu kelangkaan barang) padahal
sebenarnya pihak ketiga tersebut tidak bermaksud
untuk membeli barang tsb -> permintaan palsu ->
permintaan di pasar tidak mencerminkan
permintaan yang sebenarnya.
Revenue sebelum Najasy: P0Q0
Revenue setelah Najasy: PfQf
Ihtikar (False Supply)
Ihtikar: mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menjual lebih
sedikit barang untuk harga lebih tinggi
(monopoly’s rent seeking).
Sebenarnya produsen dapat produksi pada
tingkat harga S=D (atau MC=AR).
Selisih Kotak PmXYZ dan ABCD – monopoly’s
rent seeking yang diharamkan
Tallaqi Rukban
Pihak yang memiliki informasi lebih lengkap
membeli barang dari penjual yang tidak
memiliki informasi lengkap mengenai harga
pasar untuk mendapatkan harga yang lebih
murah dari harga pasar.
Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau
menjemput kafilah pedagang (lalu membeli
barang dagangannya sebelum tahu harga
pasaran) dan janganlah orang kota
menjualkan barang orang desa”. Kemudian
Tsawus bertanya kepada Ibnu Abbas: “Apakah
yang dimaksud orang kota tidak boleh
menjualkan barang orang desa?” Ibnu Abbas
menjawab: “Tidak ada makelar dalam jual beli
itu”. (H.R. Bukhari Muslim)
Tadlis dalaM Kuantitas
Misalnya: Pembeli membeli 5kg dengan harga Rp.
100.000 namun penjual menyerahkan apel hanya
seberat 4kg tanpa sepengetahuan pembeli.
Dari grafik, MC*t<MC*; Q*t<Q*wt
Pf
Qo Q
f
D
D
P
P
Q
S
A B
Q*
t Q
*
wt Q
2 Q
1
Rp
P
ATC
D=AR=MR
MC*=S MC
t=S
t
Rp
Q
Tadlis dalam Kualitas
Termasuk menyembunyikan cacat atau kualitas
barang yang buruk. Contoh: Penjualan mobil
bekas. Si pemilik mobil adalah pihak yang paling
mengetahui kualitas mobil yang dijualnya.
Tadlis dalam Harga
Menjual barang dengan harga yang lebih tinggi
atau lebih rendah dari harga pasar karena
ketidaktahuan pembeli atau penjual. Contoh:
Penjual souvenir menawarkan harga barang lebih
tinggi kepada turis asing dibanding turis lokal.
Tadlis dalam Waktu Penyerahan
Sebenarnya tadlis jenis ini tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga maupun kuantitas
barang dalam kondisi keseimbangan. Namun
adanya tadlis jenis ini dapat dihubungkan dengan
larangan transaksi yang bernama bai al kali bil
kali.
Contoh: A menawarkan sebuah mobil kepada B
dengan harga Rp 200jt. padahal A sebenarnya
belum memiliki mobil yang dimaksud.
Jika A dapat mencari mobil yang akan diperjual
belikan tsb tepat pada waktunya maka yang
terjadi adalah bai al kali bil kali saja. Namun jika A
gagal untuk menyerahkan mobil tersebut tepat
pada waktunya maka transaksi bai al kali bil kali
disertai dengan tadlis.
Taghrir dalam Kuantitas, Kualitas, dan Waktu
Contoh kasus Taghrir dalam Kuantitas: Pada masa
sebelum panen, tengkulak membeli Padi dengan
harga Rp 2.000.000 kepada petani padahal hasil
panen belum diketahui. Maka:
Contoh kasus Taghrir dalam Kualitas: A membeli
seekor anak kucing anggora (yang belum
dilahirkan) sebesar Rp 1.000.000 dari pemelihara
kucing untuk A jual kembali. Maka:
Taghrir dalam Waktu Penyerahan : Contoh: A
menjual kucing anggoranya yang hilang kepada B
dengan harga Rp 500.000. Padahal harga kucing
anggora di pasaran Rp 1.000.000. Maka:
Kuantitas Harga Jual
Panen
Berhasil
3 ton Rp 3.000.000 Tengkulak
untung Rp
1.000.000
Gagal
Panen
1 ton Rp. 1.000.000 Tengkulak
rugi Rp
1.000.000
Harga Jual
Normal Rp 3.000.000 A untung Rp
2.000.000
Cacat Rp. 500.000 A rugi Rp
500.000
Harga Jual
Kucing Ditemukan
B untung 500 ribu,
A rugi 500 ribu
Kucing Tidak Ditemukan
B rugi 50 0ribu,
A untung 500 ribu
Q
S
Individu Marke
t
P P
P
P
Q
D
S
Ketika pasar persaingan sempurna gagal
terbentuk maka pasar menjadi monopoli atau
oligopoli
Islam membolehkan siapapun berusaha, sesuai
prinsip kebebasan ekonomi, tanpa melihat apakah
dia satu-satunya produsen (monopoli) atau ada
produsen lain. Monopoli alamiah menjanjikan
banyak manfaat bagi perekonomian:
- Perusahaan menjadi monopolist karena
karena mencapai economices of scale → biaya
produksi yang lebih rendah dan skala produksi
yang besar. Sehingga : Harga lebih rendah dan
output lebih banyak
Dampak terusannya : Perbaikan kualitas produk,
perbaikan teknologi melalui R&D, dan efisiensi.
tetapi Dalam banyak kasus monopoli diciptakan
oleh hambatan dan praktik yang tidak adil,
Suap
membeli pesaing
kampanye iklan palsu
pemaksaan dari pemasok bahan baku
Diskriminasi harga
Ini terjadi ketika profit maximization sebagai
tujuan tunggal akan membuat monopolis
memproduksi lebih sedikit dengan harga lebih
tinggi dari apa yang ada di pasar persaingan
sempurna. monopoli merugikan masyarakat
Dalam Islam, mengambil keuntungan diatas
keuntungan normal dengan cara menjual barang
lebih adalah seperti perilaku ikhtikar yang dilarang
syarat ikhtikar:
(i) objek penimbunan merupakan barang-
barang kebutuhan masyarakat → kriteria
kebutuhan adalah sesuai maqashid
(ii) tujuan penimbunan adalah untuk meraih
keuntungan diatas keuntungan normal
bukan sebagai sekedar persediaan
Monopoli pemerintah harus objektif dan
perencanaan yang baik
Biasanya terjadi karena high cost → high risk
Ada durasi waktu untuk dapat memberikan
kesempatan swasta → objektif adalah
maslahah
pasar persaingan sempurna tidak selalu baik
untuk semua produk → barang2 syubhat ,
barang2 tahsiniyat dalam society yang belum
mencapai tahap tersebut.
Oligopoly
Secara umum, sama halnya dengan monopoli,
oligopoli yang dilarang dalam Islam jika:
o Membentuk kartel
o Dan berprilaku seperti monopolis
(menggunakan market powernya untuk men-
charge harga lebih tinggi dengan kuantitas
lebih rendah daripada Pasar Persaingan
Sempurna)
Pasar tidak berjalan dengan efisien → intervensi
pemerintah
Refers to the action of government and the
intentions that determine those actions.
Making policy requires choosing among goals and
alternatives, and choice always involves intention
Public policy: an intentional course of action
followed by a government institution or official
for resolving an issue of public concern.
Peran negara dalam ekonomi :
1. Menentukan legal framework dan regulasi
terkait sistem perekonomian
2. Mengawasi implementasi regulasi
3. Mengurangi eksternalitas negatif
4. Replacing the market in natural monopolies
5. Membuat program untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial dan menyediakan social
safety nett
6. Memformulasikan kebijakan makroekonomi
untuk menjaga high level of employment dan
menjaga tingkat inflasi
7. Menegosiasikan kerjasama internasional
dengan negara lain
The Role of Market, Government and Society in
Realizing Well-being
• Untuk Menciptakan kesejahteraan yang
hakiki melalui perwujudan tujuan-tujuan
syariah di perlukan berbagai syarat untuk
terealisasinya tujuan-tujuan tersebut.
• Seperti sebelumnya perilaku Manusia muslim
yang ideal (al-ihsan) harus terbentuk pada
masing-masing individu agar ketika individu-
individu tersebut berinteraksi di pasar, maka
pasar yang tercipta adalah pasar yang adil.
• Pasar yang adil pun tidak cukup untuk
menciptakan kesejahteraan karena terdapat
berbagai bentuk barang yang memiliki sifat
public goods (non-excludable & non rivalry).
• Bergantung terhadap pemerintah untuk
memenuhi semua kebutuhan publik pun tidak
akan cukup. Diperlukan swadaya masyarakat
secara aktif dan sadar untuk menyediakan
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia seperti
yang ditekankan oleh Imam Al-Gazali dalam
konsep fard khifayahnya.
1. Commitment to the terms of Shari’ah
Syariah sebagai kerangka acuan menentukan
mana yang boleh dan tidak boleh
2. Commitment to the order of priorities given
in general by the Shari’ah
If the states has some funds to be used for
establishing a factory. And, there is a need for
baby milk in the society, and there is also a
desire for perfume. Would the state build a
perfume factory or a baby milk factory?
3. functions/objectives of the Islamic
government and availability of resources.
Public Revenue & Expenditure
If there are necessities for spending, the
islamic state may impose taxes to the extent
of those necessities → last option
4. Adherence to the principle of economic
freedom and protection of private properties
Private ownership is protected in Islam vis-a-
vis the government itself
Every society has to choose certain for a social
organization that put caps on certain
individual activities one way or another
5. General interests have priority over private
interest
Individual interest may be foregone if this is
necessary for preserving the interests of all
6. The principle of social duties
This personal and individual responsibility is
only relieved if the social duty is achieved by
any one. This concept is called fard al kifayah
7. Shura
The Prophet (Pbuh): “Human beings are like
comb's teeth". This requires that with regard
to shura, people may only be treated equally.
• Al Ghazali berpendapat bahwa proses produksi
merupakan bagian ibadah kepada Allah SWT.
• Produksi barang kebutuhan pokok untuk
kepentingan umum merupakan socially
obligatory duty (fard kifayah).
• Fard Kifayah: if some people are engaged in
the production of such goods in sufficient
quantities for the society, then the obligation
of all is fulfilled in this respect. However, if
none us undertaking such activities or
insufficient quantities are being produced,
then all will be held accountable
• Oleh karena itu, pemerintah sebagai institusi
sosial yang paling utama memikul tanggung
jawab untuk memastikan sufficient
quantities of necessities. Jika pihak swasta
tidak bisa memenuhi sektor ini, maka negara
harus siap untuk ikut andil dalam pemenuhan
sufficient quantities of necessities.
1. Private Sector
• The promotion and support of private
sector in its undertaking of economic
activities to objective of development,
growth, and fulfillment of human wants
with a surplus that can be used for Zakah,
Sadaqat, contributions and taxes.
• preservation and enhancement of social
balance and socio-economic stability,
which includes price stability, and the
promotion of employment and growth
• promotion of Islamic moral values in the
marketplace and in market relations; and
the enhancement of peaceful market
relations with minimum disputes
2. Public Sector
• social justice dimension as an essential aim
of the economic enterprises of public
sector which applies to all their activities
and relationships, including employment
policies, pricing policies, and policies of
quantitative adjustment in output.
• Economic enterprises owned by the public
sector are also considered a primary means
to achieve the Shari’ah-given priorities
• aim at spreading the benefits of public
utilities so that they are attainable by all
members of the society especially that
public utilities are usually based on the use
of community property so people have
common and equal right of accessibility
Contoh market regulation :
• Institusi Al hisbah
• Kebijakan Al Iqta : Al Iqta’ is the assignment
of public property, or its usufruct, to private
individuals.
• 4 jenis kepemilikan tanah
- privately owned land
- lands that are owned by the Islamic state
- lands owned by the Muslim community
- land that is not owned by anybody
• Kebijakan Ihya’ al Mawat. Ihya’ al Mawat is a
legal-economic institution that rewards with
private ownership those who venture, with
their own resources to reclaim certain idle
lands.
• Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah
berkata:
يو ليس لمحتجر حق بعد ثلاث سن
”Orang yang memagari tanah (membiarkan
begitu saja tanahnya) tidak memiliki hak atas
tanah itu setelah tiga tahun.”
• Kebijakan Tanah Hasil penaklukan
• Kebijakan Hima : Hima adalah pengambil
alihan tanah dalam domain publik untuk
penggunaan tertentu yang ditunjuk dalam
rangka pelayanan kepentingan publik.
→ The Hima principle points out the
objective of protecting public interest
along with the objective of equity in
distributing of its benefits.
→ Natural Resource Management (misalnya:
ketika terjadi pelanggaran AMDAL)
• Imposing the Zakah as the third pillar of Islam
→ indicates the importance of adjusting the
functional distribution that results from
market forces by a personal equity-based
redistribution mechanism
• Correct negative externalities
• Direct controls
• Specific taxes (as market correction, not as
source of revenue)
• Correct positive externalities
• Subsidies
• Government provision
Methods for Dealing with Externalities
Problem
Resource Allocation
Outcome Ways to Correct
Negative
externalities
(spillover costs)
Overproduction of
output and
therefore
overallocation of
resources
1. Private
bargaining
2. Liability rules
and lawsuits
3. Tax on
producers
4. Direct controls
5. Market for
externality
rights
Positive
externalities
(spillover
benefits)
Underproduction of
output and
therefore
underallocation of
resources
1. Private
bargaining
2. Subsidy to
consumers
3. Subsidy to
producers
4. Government
provision
Y= luxuries
X= basic neccessities
Ketimpangan income yang dicerminkan oleh wtp
orang kaya dan rest of citizen. Ketimpangan
Income rich & rest of citizen karena di dalam
unsur income rich terdapat sumber-sumber
pendapatan hasil rent seeking yang berasal dari
riba, gharar dll yang tercermin dari garis biru.
Akibatnya produksi barang luxuries menjadi
begitu tinggi dan mahal. Padahal rest of citizen
hanya membutuhkan sedikit.
1. Pricing
→ Protecting economic freedom and justice
in fair play of market forces is a major
criterion of market regulation in the
Islamic system
→ Intervensi harga dan minimum wage
2. Licensing and Registration
Restrict import, export, or entry to certain
markets
3. Subsidies
4. Pengaturan Currency → Stabilitas Harga
Salah satu problem utama di dalam pencapaian
kesejahteraan society adalah mengenai
keputusan sosial.
- Ingat kesejahteraan society menjadi concern
utama
- Di dalam masyarakat modern, putusan sosial
menjadi semakin sulit, mengingat sistem
demokrasi membuka peluang sebanyak
mungkin individu untuk ikut ambil bagian di
dalam proses pengambilan keputusan
tersebut.
Maka pertanyaan utama di dalam teori pilihan
sosial adalah: bagaimana prosedur dalam
mengagregasi preferensi individual menjadi
sebuah putusan sosial? Lalu apakah ia solutif
mendapatkan keputusan ?
Di dalam metode berbasis urutan preferensi
(metode yang secara prinsipil paling umum terjadi,
metode voting), semua pilihan yang tersedia selalu
berada di dalam kondisi yang tidak stabil, dalam
pengertian bahwa sebuah koalisi mayoritas selalu
dapat dibentuk untuk menganulir hasil voting
tersebut.
Andaikan ada tiga pihak yang saling berbeda
pendapat soal pencabutan subsidi Bahan Bakar
Minyak (BBM):
1. Pihak pertama adalah para pengusaha,
yang berpendapat bahwa subsidi BBM harus
dicabut sepenuhnya.
2. Pihak kedua adalah pemerintah, yang
berpendapat bahwa subsidi BBM harus
dicabut, namun harus pula menyertakan
sistem kompensasi semacam Bantuan
Langsung Tunai untuk golongan tidak
mampu.
3. Pihak ketiga adalah para politikus, yang
berpendapat bahwa Subsidi BBM tidak
boleh dicabut.
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka tersedia tiga
alternatif pilihan yang harus ditentukan:
1. mencabut subsidi sepenuhnya (kita sebut
alternatif ini “proposal ekonomis”)
2. mencabut subsidi sambil memberi
kompensasi (kita sebut “proposal
pemerintah”)
3. sama sekali mempertahankan subsidi
(“proposal politis”).
Pihak pertama, para pengusaha, berpikir bahwa
lebih baik subsidi dialihkan untuk pembiayaan
infrastruktur atau tidak perlu dicabut sama sekali
demi efisiensi biaya usaha.
Maka urutan preferensi para pengusaha adalah
sebagai berikut:
- Proposal ekonomis
- Proposal politis
- Proposal pemerintah
Sedangkan pemerintah berpikir untuk
menemukan jalan sesegera mungkin melepaskan
subsidi yang membebani anggaran negara. Maka
pemerintah akan menempatkan proposal
pemerintah di tempat pertama, proposal
ekonomis di tempat kedua, dan proposal politis di
tempat ketiga.
Urutan preferensi pemerintah:
- Proposal pemerintah
- Proposal ekonomis
- Proposal politis
unrestricted domain
non-dictatorship
Pareto efficiency
independence of irrelevant alternatives.
Para politisi adalah pihak yang paling tegas
melawan kebijakan pencabutan subsidi. Maka
sudah pasti mereka akan menempatkan proposal
politis di tempat pertama, proposal pemerintah di
tempat kedua, dan proposal ekonomis di tempat
ketiga.
Urutan preferensi para politikus:
- Proposal politis
- Proposal pemerintah
- Proposal ekonomis
Pertama-tama mari kita asumsikan pihak
pengusaha memenangi voting tersebut, dimana
hal tersebut berarti subsidi BBM harus dicabut.
Skenario yang mungkin terjadi adalah
terbentuknya koalisi antara pemerintah dan
politisi untuk menganulir keputusan tersebut
karena keduanya cenderung lebih memilih
proposal pemerintah ketimbang proposal
ekonomis.
Selanjutnya, asumsikan pihak pemerintah yang
memenangi proses voting. Putusan berarti subsidi
harus dicabut dengan tambahan kompensasi bagi
rakyat miskin. Maka koalisi antara pihak
pengusaha dan politisi dapat terbentuk untuk
menghadang proposal pemerintah karena
keduanya cenderung lebih memilih proposal politis.
Sedangkan jika kita asumsikan pihak politisi
memenangi proses voting, di mana berarti subsidi
BBM dipertahankan, koalisi antara pengusaha dan
pemerintah dapat terbentuk untuk menganulir
keputusan tersebut karena keduanya sama-sama
lebih memilih proposal ekonomis ketimbang
proposal politis
Kita dapat melihat persoalan utama dari teori
putusan sosial di dalam sistem saat ini: semakin
rasional pada sistem pemilihan dan para pelaku
putusan tersebut, keputusan sosial yang bulat
penuh justru menjadi semakin sulit.
Empat kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah
prosedur pengambilan keputusan untuk dapat
dikatakan strategic-proof:
Unrestricted domain atau prinsip universalitas
menyatakan bahwa semua preferensi harus
diperhitungkan. Pilihan keputusan atas preferensi
tersebut kemudian ditentukan berdasarkan
urutan berperingkat.
Prinsip non-dictatorship menyatakan bahwa
keputusan sosial yang telah diambil tidak dapat
merefleksikan preferensi satu individu secara
utuh, tanpa mempertimbangkan preferensi dari
individu lain. Dengan kata lain, tidak ada situasi di
mana keputusan “A” (yang menjadi keputusan
sosial) merupakan preferensi dari individu “a”,
kecuali individu lain memiliki preferensi “A” pula.
Pareto Eficiency merupakan prinsip ekonomi yang
menggambarkan situasi di mana peningkatan
alokasi keuntungan oleh satu pihak dari suatu
sumber daya tidak akan mengurangi alokasi
keuntungan pihak lain dari sumber daya yang
sama. Contoh: pembagian 20 buah pensil kepada
dua orang anak, di mana masing-masing 1 buah
pensil. Alokasi tersebut Pareto efisien, karena jika
alokasi pembagian pensil diubah, salah satu anak
ditambah satu pensil, misalnya, penambahan
tersebut harus mengambil dari pihak lain.
Pengusaha Pemerintah Politikus
Proposal
ekonomis
Proposal
pemerintah
Proposal politis
Proposal politis Proposal
ekonomis
Proposal
pemerintah
Proposal
pemerintah
Proposal politis Proposal
ekonomis
independence of irrelevant alternatives
menyatakan bahwa jika alternatif pilihan sosial
adalah antara pilihan x dan pilihan y, maka
pilihan sosial tersebut tergantung sepenuhnya
pada preferensi pemilih atas x dan y. Artinya,
keputusan sosial tidak berubah seandainya ada
alternatif pilihan ketiga “z”.
1. Teknik Borda
Teknik Borda adalah teknik pengambilan
keputusan berdasarkan preferensi
berperingkat. Contoh pencabutan subsidi BBM
sebelum ini merupakan contoh klasik teknik
Borda. Pada kasus tersebut dapat kita lihat
bahwa teknik pengambilan keputusan tersebut
melanggar prinsip Arrow tentang No-
dictatorship karena putusan preferensi setiap
pihak saling mempengaruhi hasil keputusan
sosial. Secara samar, teknik Borda juga
melanggar prinsip Pareto efficiency karena
keputusan sosial yang diambil tidak akan
pernah memuaskan semua pihak
2. Teknik agregasi jumlah suara
teknik ini adalah teknik pengambilan
keputusan berdasarkan penjumlahan suara
masing-masing individu yang terlibat, atau
biasa kita kenal dengan sebutan one man one
vote. Sekilas, teknik ini tampak paling efektif
dan adil. Tapi bayangkan sebuah skenario
berikut: di hadapan kotak suara, seorang
pendukung kandidat presiden A dan sangat
membenci kandidat B dapat tiba-tiba
mengubah preferensinya dan memilih kandidat
C karena ia tahu peluang menang kandidat A
sangat tipis, dan ia berharap keputusannya
memilih kandidat C dapat menjegal terpilihnya
kandidat B. Dengan demikian prosedur
semacam ini jelas melanggar prinsip IIA karena
kemungkinan hadirnya alternatif lain dapat
mengubah hasil akhir keputusan.
Ukuran rasionalitas ?
Ukuran kesejahteraan society ?
Preferensi menjadi acuan Sistem pengambilan
keputusan?
1. It is permissible to dispose of the property
rights of a person if such an act is dictated by
urgent need and there is no way to obtain
permission of the owner.
→ ekonomi konvensional mengajarkan kita
bahwa jika seseorang dapat dibuat lebih
baik tanpa membuat orang lebih buruk,
maka ini bukan situasi yang optimal dan
ada ruang untuk meningkatkan sosial
kesejahteraan. Bagaimana jika pelaku
ekonomi menolak untuk pindah ke situasi
yang optimal?
2. A person should be forced to do any act that
does not involve any cost or disutility to him
and which if not done will result into costs or
disutility to others
→ a constraint on pursuing self-interest.
→ perbedaan antara konsep konvensional
tentang kesejahteraan berdasarkan
kepuasan keinginan dan konsep Islam
tentang kesejahteraan berdasarkan
pemenuhan kebutuhan.
3. No claim for profit can be made without
bearing the risk of loss and no (economic)
benefits can be reaped without bearing
(economic) costs.
→ tidak hanya untuk penggunaan modal
yang tidak dapat mendapatkan return
kecuali terkena risiko , tetapi juga untuk
pasar tenaga kerja dan sumber daya
manusia
4. The objective of Islamic law is to make man
useful for society and conduct useful
activities.
→ Hukum syariah tidak mengizinkan
individu untuk mensia2kan sumber daya
manusia dan fisik mereka. Ketentuan
kelembagaan dapat dimasukkan untuk
membatasi individu dari perilaku
tersebut. Pelarangan gambling adalah
contohnya
Jadi jelas
ukuran rasionalitas adalah sesuai
worldview Islam
Preferensi dibangun berdasarkan prioritas
maqashid
Kesadaran bersama, dimana Pemerintah
bertanggung jawab dalam proses dan
sistem untuk pemahaman maqashid
masyarakat
Proses pengambilan keputusan adalah
sesuai tujuan syariah → shuratic proses
Individu : Moral uplift dan solidaritas sosial
Pertanyaan: Apakah moral uplift dan solidaritas
sosial dapat tercapai jika tidak ada peran agama
(atau keimanan terhadap sesuatu)?
Chapra: The existence of values or rules of
behavior which command such a wide and
unconditional acceptance that they become
categorical imperatives. → peran worldview
Sosial : Assurance problem
Each player would select the jointly-preferred
equilibrium strategy if they could be assured
all other players will do likewise.
Dengan adanya worldview yang sejalan, maka
hal itu akan menjadi assurance bagi Utsman
dan Ali untuk mempunyai action yang sama
(yaitu contribute).
Bagi Utsman dan Ali, pilihan terbaik bagi keduanya
adalah ketika satu pihak bayar pajak dan yang lain
tidak. Dan second best solution nya adalah mereka
berdua sama-sama membayar pajak → tapi tidak
secara society! → peran pemerintah
Pemerintah
Islamic democratic voter sebagai basis dari
pembentukan collective preference digantikan
oleh shuratic deliberations. → collective decision
making
Sehingga PR pemerintah adalah untuk
menentukan social welfare function dari
masyarakat sesuai dengan shuratic deliberation.
Misalnya mengenai angka pengangguran,
distribusi pendapatan (dengan mengurangi
tingkat kemiskinan),, transformasi dari wage
labor menjadi profit-sharing nonwage labor.
Dari variabel-variabel tersebut lalu ditentukan
mana yang dahulu menjadi prioritas.
Liat contoh shuratic process di PPT
top related