mini project pneumonia2
Post on 30-Dec-2015
69 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN KASUS PNEUMONIA PADA ANAK
PUSKESMAS BATUA, KOTA MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit dari paru- paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli menjadi radang dan terjadi penimbunan cairan. Pneumonia merupakan suatu
keadaan klinis yang ditandai gejala demam, batuk, sesak nafas dan adanya ronki basah
halus serta gambaran infiltrat pada foto polos dada. Pneumonia disebabkan oleh
bermacam etiologi seperti bakteri , virus, jamur atau bahan kimia/ benda asing yang
teraspirasi.
Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-
paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol. Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri dada
demam,dan sesak nafas. Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum.
Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri
diobati dengan antibiotika.Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada
semua kelompok umur,
B. PERMASALAHAN MASYARAKAT
Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan yang serius dan banyak menimbulkan permasalahan yaitu sebagai
penyebab kematian terbesar pada anak terutama di negara berkembang.
1
Menurut data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten/Kota
pada tahun 2010 jumlah perkiraan penderita tercatat sebanyak 691.408 penderita dan
jumlah penderita pneumonia yang di temukan dan ditangani sebesar 7.873 penderita,
sedangkan pada tahun 2011 jumlah perkiraan penderita tercatat 80.520 penderita dan
jumlah penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebesar 10.004 penderita
(12.42%). Kemudian dari data Puskesmas batua pada bulan agustus 2013 ditemukan
3 pasien, pada bulan September tidak ditemukan, dan terdapat 2 pasien pada bulan
Oktober. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita
penyakit pneumonia dan hal inilah yang akhirnya menjadi permasalahan di
masyarakat.
Semua permasalahan yang dijelaskan sebelumnya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai penyakit pneumonia paru
meliputi gambaran penyakit, cara pencegahan penyakit dan bagaimana mengurangi
tingkat penularan di lingkungan masyarakat.
Ditemukan satu kasus pneumonia pada anak, selanjutnya dilakukan
pengkajian mendalam pada mini project ini. Maka laporan kasus yang ditemukan
adalah sebagai berikut.
Identitas Pasien
Nama : by. M
Umur : 1 tahun
BB : 6,2 kg
Anamnesis
Seorang bayi, berumur 1 tahun dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu,
Pasien juga mengeluh batuk dialami sejak pasien berumur 1 bulan dan semakin berat 1
2
minggu terakhir, batuk disertai dahak warna putih kehijauan, tidak disertai darah, kadang-
kadang disertai sesak nafas, anak tampak lemas dan rewel, nafsu makan menurun.
Riwayat penyakit dahulu : sejak umur 1 bulan mengalami gejala yang sama, riwayat
kejang saat berumur 2 bulan
Riwayat Pengobatan : pasien biasa mengkonsumsi puyer racikan dari puskesmas
Riwayat Keluarga : ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak remaja
Riwayat Persalinan :lahir spontan, cukup bulan, BBL 2,6 kg, lahir di puskesmas
dibantu bidan, langsung menangis
Riwayat Imunisasi : Status imunisasi lengkap hingga umur 1 tahun
Lingkungan : Kurangnya ventilasi, masalah polusi berupa ayah pasien sering
merokok di dekat pasien
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang/Gizi kurang/Komposmentis
Tanda vital : Nadi: 102 x/menit Pernapasan: 52x/mnt
Suhu : 37,6 C Tekanan Darah: 100/60mmHg
Semua dalam batas normal, kecuali pada pemeriksaan thorax:
Inspeksi : Simetris kanan sama dengan kiri, tampak tarikan dinding dada (mild intercostal
retraction)
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : Bunyi pernapasan : Bronkovesikular -
3
Bunyi tambahan ; Rhonki basah halus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ETIOLOGI
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh
bakteri, bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumonia. Kemudian virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV), mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan
virus) dan protozoa.
B. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Pneumonia Anak berdasarkan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
1. Pneumonia Ringan
Hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
Pada umur 2 bulan- 11 bulan : > 50kali/menit
Pada umur 1 tahun – 5 tahun : > 40 kali/ menit
Tatalaksana
Anak di rawat jalan
Beri antibiotik :
Kotrimoksasol ( 4 mg TMP/ kgBB/ kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau
Amoksisilin (25 mg/kgBB/ kali) 2 kali sehari selama 3 hari
Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari
2. Pneumonia Berat
4
Batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia ( infiltrate luas,
konsolidasi, dll)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
Napas cepat
Suara merintih ( grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar :
o Crackles (ronki)
o Suara pernapasan menurun
o Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dijumpai :
Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya
Kejang, letargis atau tidak sadar
Sianosis
Distres pernapasan berat
Tatalaksana
Anak dirawat dirumah sakit
C. Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Pneumonia
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita,
diantaranya :
1. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulnya pneumonia.
Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat
dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan
meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia
5
2. Status imunisasi
Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat
pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat dicegah
dengan imunisasi.
3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian pneumonia pada balita.
4. Umur Anak
Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun
dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah
2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko
terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang
berasal dari tempat yang kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :
a. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor
dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan
dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan
media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen.
b. Polusi Udara
6
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi
di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap
kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat
disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga
akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor .
D. Pencegahan Penyakit Pneumonia
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh
kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk
menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya
untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :
1. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena
malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal
sampai umur 2 tahun.
2. Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi
yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan,
imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2
bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
3. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai
dengan napas cepat/sesak napas.
4. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
7
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan
dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur
serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan
tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin
sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit
pneumonia.
5. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit
batuk.
BAB III
PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan tersebut yang dapat dijumpai di tengah-tengah
masyarakat, maka diadakan kegiatan intervensi penyakit pneumonia agar dapat
memutuskan rantai penularan penyakit tersebut. Dengan melakukan deteksi dini pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Batua selama periode bulan September-Oktober
2013 didapatkan adanya 1 kasus penyakit pneumonia. Kemudian dilakukan kunjungan
rumah dan diketahui pasien atas nama An.M berumur 1 tahun yang selanjutnya akan
dilakukan intervensi terkait keadaan penderita.
Intervensi ini dimulai dengan melakukan anamnesis yaitu mencari sumber
penularan penyakit, riwayat keluhan yang sama dalam keluarga, tetangga, maupun
lingkungan sekitar dan mencari faktor risiko yang terkait. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh, berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), maka pasien memenuhi kriteria pneumonia ringan. Pada saat diagnosis penyakit
telah ditegakkan, kemudian dapat diberikan pengobatan yang tepat terhadap penderita
Pneumonia guna memutuskan rantai penularan dari penderita ke orang sehat.
8
Selamjutnya diberikan penyuluhan atau edukasi tentang penyakit pneumonia, penyebab,
cara penularannya, pengobatan, serta pencegahannya.
Intervensi selanjutnya yang dilakukan adalah dilakukan skrining bagi keluarga
pasien dan tetangga yang sering kontak dengan penderita, sehingga diketahui jika ada
keluarga yang juga mengalami penyakit yang sama dan diberi tindakan. Setelah diketahui
penyebab dan faktor risiko yaitu gizi kurang pada pasien ini, intervensi yang dilakukan
selanjutnya adalah menangani masalah gizi penderita. Kemudian melakukan monitoring
pengobatan pneumonia dengan memantau kepatuhan pasien untuk minum obat dan
melakukan pemeriksaan pada satu bulan setelahnya untuk mengevaluasi penderita.
Melakukan pencegahan misalnya menjaga kebersihan lingkungan dan pola hidup
bersih dan sehat dan melakukan perbaikan gizi.
PELAKSANAAN
Deteksi dini kasus Pneumonia dilakukan dengan melalui skrining pasien
Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Batua selama periode bulan September-Oktober
2013. Selama pelaksanaan kegiatan ini didapatkan 1 kasus pasien dengan CAP di wilayah
kerja puskesmas batua RW.5 Paropo. Pada tanggal 10 Oktober 2013 dilakukan
kunjungan rumah pasien An.M umur 1 tahun di Jl. Paropo I/No.16 RW 5, Kota
Makassar. Kunjungan dilakukan untuk melakukan intervensi berupa edukasi tentang
penyakit pneumonia, penyebab, cara penularannya, pengobatan, serta pencegahannya.
Intervensi pengobatan medikamentosa, anak di rawat jalan , di berikan Kotrimoksasol
( 4 mg TMP/ kgBB/ kali) 2 kali sehari selama 3 hari dan pengobatan simtomatik berupa ambroxol
sirup 3x ½ cth dan paracetamol 3x ½ cth .
Pada kunjungan berikutnya melakukan skrining pada keluarga pasien, edukasi
mengenai gizi dan pengaturan jadwal makan, pola dan variasi makanan dan pemberian
multivitamin Curvit Cl dengan dosis 1x ½ sendok takaran. Sekaligus memantau
pengobatan dan situasi lingkungan dan perilaku pasien.
9
BAB IV
HASIL INTERVENSI
.
Setelah diagnosa ditegakkan dan diberikan pengobatan medikamentosa, anak di
rawat jalan, di berikan kotrimoksasol ( 4 mg TMP/ kgBB/ kali) 2 kali sehari selama 3 hari
dan menurunkan gejala berupa ambroxol sirup 3x ½ sendok takaran dan paracetamol 3x
½ sendok takaran. Pada tanggal 7 Oktober 2013, orangtua pasien menyatakan bahwa
keluhan batuk , sesak dan demam sudah berkurang. Hasil pemeriksaan fisik, pada regio
thorax, pemeriksaan inspeksi sudah tidak terdapat tarikan dinding dada (Intercosta
retraction), jumlah pernapasan 40 x/menit dan pemeriksaan auskultasi didapatkan ronkhi
masih terdapat pada lapangan paru kanan bawah dan kiri tidak terdapat ronkhi.
Dari status gizi pasien, dilakukan penimbangan dan didapatkan berat badan pasien
naik menjadi 7 kg, pola makan pasien teratur, nafsu makan meningkat dan jenis
makanan bervariasi.
Dari aspek lingkungan , ventilasi masih kurang, disebabkan kurangnya jendela
didalam rumah tersebut, jalur udara hanya pada pintu yang terbuka pada ruang tamu, dan
tidak terdapat jendela pada kamar yang pasien tempati. Tetapi untuk aspek polusi, sudah
ada perubahan perilaku bagi keluarga pasien, sudah tidak ada lagi yang merokok didalam
rumah.
10
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kunjungan ke tempat tinggal pasien, respon terapi obat
pneumonia memberikan respon efek yang baik terhadap keadaan umum pasien
dimana kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dinilai sangat baik sehingga
dapat memperbaiki keadaan umum pasien dan mencegah penularan penderita
terhadap keluarganya sendiri.
Sebagai saran untuk pihak Puskesmas agar memberikan pelatihan terhadap
petugas dan kader kesehatan mengenai Pneumonia Paru. Serta lebih meningkatkan
kualitas data statistik setiap kasus penyakit pada umumnya dan Pneumonia pada
khususnya untuk membantu dalam proses penetapan kebijakan oleh Dinas Kesehatan
Makassar.
Sebagai saran untuk pihak keluarga, diharapkan peran serta seluruh keluarga
untuk tetap memperhatikan dan memantau kondisi pasien baik terhadap penyakit
yang diderita maupun asupan nutrisi pasien. Karena berdasarkan analisa dan hasil
evaluasi diketahui kondisi gizi pasien erat kaitannya dengan daya tahan tubuh yang
berdampak terhadap keberhasilan pengobatan.
Makassar, November 2013
PESERTA PENDAMPING
(dr. Alvira Ramdhani) (dr. Hendrayani)
11
LAMPIRAN
Pada saat kunjungan awal :
12
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
13
top related