mix design beton normal
Post on 06-Dec-2015
383 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MIX DESIGN BETON NORMAL
A. Definisi Beton Normal
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.
B. Mix Design Beton Normal Berdasarkan SNI T-15-1990-03Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, mix design beton normal dapat diringkas dalam langkah-langkah seperti dibawah ini.
1. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.Perlu dicatat bahwa nilai fc’ berarti kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder. Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton perlu dikonversi. Lebihlanjut tentang konversi ini dapat dibaca di Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT WijayaKarya. Uraian singkat tentang konversi ini adalah sebagai berikut (Rumusan berdasarkanPBBI’71 juga dicantumkan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan):
Tabel 1. Notasi Kuat Tekan BetonNotasi Bentuk Benda Uji Ukuran Umur yang Diperhitungkan
K kubus 15 x 15 x 15 cm 28 harif’c silinder Dia. 15 cm tinggi 30 cm 28 hari
Tabel 2. Rumus Konversi dari K (fck’ atau σbk) ke C (f’c) atau Konversi Kubus ke Silinder
Rumus Keterangan dan Satuan Referensi
f’c = [0.76 + 0.210 ⋅ log( fck ' / 15) f '
ck ]
fck’ = kuat tekan karakteristikbeton Kubus (Mpa)
SNI T-15-1991-03
C = 0.83 x KK = kuat tekan karakteristik
beton Kubus (kg/cm2)
PBBI’71SK SNI T-15-1991-03
Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka harus dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Berbagai Umur untuk Benda Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium
Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365 Referensi
Semen Portland Tipe I 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00 - - SNI T-15-1990-03Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
PBBI’71Semen Portland denganKuat Awal Tinggi
0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
*Beton tidak menggunakan bahan tambahan ataupun agregat ringan
2. Menetapkan deviasi standar (SD)
a. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang lalu. Deviasi standar yang didapat dari pengalaman lapangan selama produksi beton harus dihitung menurut rumus:
Dimana :SD = deviasi standar
xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
x i = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :
n = jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji)
Catatan : Contoh perhitungan dan detail tentang standar deviasi dapat dipelajari padaBab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton
Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus : Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi yang
serupa dengan pekerjaan yang diusulkan Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan, f’c, yang nilainya dalam batas ±7
MPa dari nilai f’c yang ditentukan Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji
berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selamajangka waktu tidak kurang dari 45 hari
Bila suatu produksi beton hanya memiliki data hasil uji yang memenuhi syaratsebanyak 15-29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah
perkaliandeviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali daritabel dibawah ini :
Tabel 4. Faktor Pengali Deviasi StandarJumlah Data 30 25 20 15 <15Faktor Pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Tidak boleh
b. Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada masa yang lalu / bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai tambah (margin/M) langsung diambil sebesar 12 Mpa
3. Menghitung nilai tambah (M)a. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke Langkah
4b. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar SD, maka dilakukan
dengan rumus berikut:
M = k * SD Dengan: M = nilai tambah, Mpa SD = deviasi standar, MPa
k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada presentase hasil uji yang
lebih rendah dari f’c. Dalam hal ini diambil 5%, sehingga nilai k = 1.64. Lebih lengkap tentang k dapat dilihat pada Bab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton
4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f’cr)
f’cr = f’c + M
Dengan: f’cr = Kuat tekan rata-rata, MPaf'c = Kuat tekan yang disyaratkan, MPaM = Nilai tambah, Mpa
5. Menetapkan jenis semen portland
Tabel 5. Jenis Semen Portland Menurut PUBI 1982TipePC
Syarat Penggunaan Pemakaian
IKondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan khusus
Perkerasan jalan, gedung, jembatan biasa dan konstruksi tanpa serangan sulfat
II
Serangan sulfat konsentrasi sedangCatatan: semen jenis ini menghasilkan panas hidrasi yang lebih rendah daripada tipe I
Bangunan tepi laut, dam, bendungan, irigasi dan beton massa
III
Kekuatan awal tinggiCatatan: semen tipe ini cepat mengeras dan menghasilkan kekuatan besar dalam waktu singkat, kekuatan beton yang dihasilkan semen tipe ini dalam 24 jam, sama dengan kekuatan beton dengan semen biasa dalam 7 hari
Jembatan dan pondasi dengan bebanberat
IV Panas hidrasi rendahPengecoran yang menuntut panashidrasi rendah dan diperlukan setting time yang lama
V
Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat dalam air tanah, daya resistensinya lebih baik dari sementipe IICatatan: penggunaan terutama ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap bahaya korosi akibat air laut, air danau dan air tambang
Bangunan dalam lingkungan asam, tangki bahan kimia dan pipa bawahtanah
6. Menetapkan jenis agregatJenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak dipecahkan) atau agregat jenis batu pecah (crushed aggregate)
7. Menentukan faktor air semen (FAS)Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan didasarkan pada hubungan kuat tekan dan FAS yang diperoleh dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman, dapat dipergunakan Tabel dan Grafik-grafik dibawah ini :
Tabel 6. Perkiraan Kekuatan Tekan(N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0.5 dan Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
Kekuatan Tekan (N/mm2) pada Umur (Hari)
3 7 28 91 Benda Uji
Portland tipe I, dansemen tahan sulfat tipe II dan V
Batu tak dipecahkanBatu pecah
1719
2327
3337
4045
Silinder
Batu tak dipecahkanBatu pecah
2023
2832
4045
4854
Kubus
Portland Tipe III
Batu tak dipecahkanBatu pecah
2125
2833
3844
4448
Silinder
Batu tak dipecahkanBatu pecah
2530
3140
4653
5360
Kubus
Catatan :
* 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 MPa
* Kuat tekan silinder (dia.150 mm, h=300 mm) = 0.83 kuat tekan kubus
(150x150x150 mm3)
Cara menggunakan grafik dan tabel tersebut adalah :Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen(Benda Uji Berbentuk Silinder Dia. 150 mm Tinggi 300 mm)
Gambar 2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)
8. Menetapkan Faktor Air Semen MaksimumLihat Tabel 7- 9 dibawah ini, jika FAS maksimum ini lebih rendah dari Langkah 7, maka FAS maksimum ini yang digunakan.
Tabel 7. FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan KhususJenis FAS
Beton didalam ruang bangunan:a. Keadaan keliling non-korosifb. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosi
0.600.52
Beton diluar ruang bangunan:a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
0.550.60
Beton yang masuk kedalam tanah:a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
0.55Tabel
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9
Tabel 8. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3)Jenis Semen
Kandungan semen
minimum (kg/m3)Ukuran Maks. Agregat (mm)
40 20 10
Faktor Air- Semen (FAS) Maks.
Dalam Tanah SO3 dalam
air tanah (g/lt)
Total SO3 (%)
SO3 dalam campuran
Air : tanah = 2:1 (g/lt)
<0.2 <0.1 <0.3Tipe I dengan atau tanpaPozzolan (15-40%)
280 300 350 0.5
0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2
Tipe I tanpa Pozzolan
Tipe I dengan Pozzolan(15-40%) AtauSemen PortlandPozzolan
Tipe II atau V
290
270
250
330
310
290
380
360
430
0.5
0.55
0.55
0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5Tipe I dengan Pozzolan(15-40%) AtauSemen PortlandPozzolan
340 380 430 0.45
1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420 0.45
>2.0 >5.6 >5.0Tipe II atau V dan lapisan pelindung
330 370 420 0.45
Tabel 9. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air
Berhubungan dengan:
FAS Maksimum
Tipe Semen
Kandungan semen minimum
(kg/m3)Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300Air payau 0.45
0.50
Tipe I + Pozzolan (15-40%) Atau Semen Portland Pozzolan
Tipe II atau V
340 380
290 330
Air laut 0.45 Tipe II atau V 330 370
9. Menetapkan nilai slumpPenetapan nilai slump harus memperhatikan metode pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya agar diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Misal: pengecoran dengan concrete pump membutuhkan nilai slump besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil. Lihat Tabel 10 sebagai pertimbangan jika tidak ada data.
Tabel 10. Penetapan Nilai Slump (PBI’71)Pemakaian Maks Min
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12.5 5.0Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah 9.0 2.5Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5Pengerasan jalan 7.5 5.0Pembetonan masal 7.5 2.5
10. Menetapkan besar butir agregat maksimumBesar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi : Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan Sepertiga dari tebal pelat Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang atau berkas-berkas
tulangan11. Menetapkan kadar air bebas
a. Untuk agregat tak dipecah dan agregat dipecah menggunakan tabel dibawah ini :
Tabel 11. Perkiraan Kebutuhan Air (liter) Per Meter Kubik BetonBesar Ukuran
MaksimumAgregat (mm)
JenisBatuan
Slump (mm)
0-10 10-30 30-60 60-180
10AlamiBatu pecah
150180
180205
205230
225250
20AlamiBatu pecah
135170
160190
180210
195225
40AlamiBatu pecah
115155
140175
160190
175205
Catatan:
• Koreksi suhu diatas 200C, setiap kenaikan 50C harus ditambah air 5 liter
per m3 adukan beton• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah
air ± 10 liter per m3 adukan beton
b. Untuk agregat campuran (gabungan antara agregat tak dipecah dan agregat dipecah), dihitung menurut rumus berikut :
A = 0.67Ah + 0.33 Ak
Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3 beton)Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnyaAk = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
12. Menghitung berat semen yang diperlukanDihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah 11 dengan FAS yang diperoleh pada Langkah 7 dan 8
13. Mempertimbangkan kadar semen maksimumDapat diabaikan jika tidak ditetapkan
14. Menghitung kebutuhan semen minimumDitetapkan dengan tabel-tabel dibawah ini. Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 12. Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan KhususJenis
PembetonanSemen Minimum
(kg/m3 beton)Beton didalam ruang bangunan:a. Keadaan keliling non-korosifb. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi
atau uap korosif
275
325
Beton diluar ruang bangunan:a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
325275
Beton yang masuk kedalam tanah:a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
325Tabel 8
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9
15. Menghitung kebutuhan semenApabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah 12 ternyata lebih sedikit daripada Langkah 14, maka kebutuhan semen harus dipakai yang minimum (yang nilainya lebih besar)
16. Menghitung penyesuaian jumlah air atau FASJika jumlah semen tidak ada perubahan akibat Langkah 15, langkah ini dapat diabaikan, tetapi jika ada perubahan, maka nilai faktor air semen berubah. Dalam hal ini dilakukandua cara berikut:• Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi
jumlah air dengan jumlah semen minimum• Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen
minimum dengan faktor air semenCatatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan
17. Menentukan daerah gradasi agregat halusKlasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.
Tabel 13. Batas Gradasi PasirLubang Ayakan
Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan1 2 3 4
10.00 100 100 100 1004.80 90-100 90-100 90-100 95-1002.40 60-95 75-100 85-100 95-1001.20 30-70 55-90 75-100 90-1000.60 15-34 35-59 60-79 80-1000.30 5-20 8-30 12-40 15-500.15 0-10 0-10 0-10 0-15
18. Menghitung perbandingan agregat halus dan agregat kasarDiperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3 dapat diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran
Gambar 3. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan(Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm)
Gambar 4. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan(Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm)
Gambar 5. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm)
Bj camp = Berat jenis agregat campuranBj ag hls = Berat jenis agregat halusBj ag ksr = Berat jenis agregat kasarP = Persentase agregat halus terhadap agregat campuranK = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
19. Menghitung berat jenis agregat campuran
Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr
Dengan:
Berat jenis agregat ditentukan berdasarkan dengan data hasil uji laboratorium, bila tidak tersedia dapat dipakai nilai dibawah ini :
Agregat tak dipecah / alami = 2.6 gr/cm3
Agregat dipecah = 2.7 gr/cm3
20. Menentukan berat jenis betonCaranya adalah :
Dari berat jenis agregat campuran pada Langkah 19 dibuat garis kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 6
Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah 11 dimasukkan dalam Gambar 6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama
Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh nilai berat jenis beton
Kadar Air Bebas (ltr/m3)
Gambar 6. Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Dimampatkan Secara Penuh21. Menghitung kebutuhan agregat campuran
Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen
22. Menghitung berat agregat halus yang dibutuhkanKebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran (Langkah 21) dengan persentase berat agregat halusnya (Langkah 18)
23. Menghitung berat agregat kasar yang diperlukanKebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran (Langkah 21) dengan kebutuhan agregat halus.(Langkah 22)
24. Koreksi proporsi campuranDalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering muka (SSD), sehingga di lapangan yang pada umumnya keadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kali per hari.
Jika kadar air agregat melebihi kemampuan penyerapan agregat, maka agregat sudah mengalami kejenuhan dan mengandung air berlebih, maka harus mengurangi kadar air bebas agar komposisi tetap seimbang, dan demikian pula sebaliknya.Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut:Air = B - [(Ck-Ca)xC/100] - [(Dk-Da)xD/100] Agregat halus = C + [(Ck-Ca)xC/100]Agregat kasar = D + [(Dk-Da)xD/100]
Dengan: B = Jumlah kebutuhan air (kg/m3 atau ltr/m3)
C = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
D = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%) Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%) Ca = Absorpsi air pada agregat halus (%)Da = Absorpsi air pada agregat
kasar (%)
C. Mix Design PraktisDibawah ini diberikan tabel mix design secara praktis yang dapat diikuti jika terdapat kendala dalam menentukan mix design secara analitis. Perlu dicatat bahwa nilai ini hanya pendekatan dan tetap disarankan agar proyek juga tetap melakukan trial mix.
Tabel 16. Mix Design Praktis*
Mutu Beton Bahan / m3 beton
K f'c Air (liter) PCI (Kg) Pasir (Kg) Kerikil (Kg)175 145 190 274 784 1152225 185 190 298 755 1157300 250 190 336 721 1153350 290 190 362 364 1164450 375 190 415 637 1158500 415 190 434 622 1154* Diambil dari www.semengresik.com
* Semen Gresik OPC* Agregat dalam kondisi SSD dengan ukuran maks. 40 mm* Proporsi tersebut mempunyai toleransi + 5 %
E. Trial Mix & Penyesuaian Proporsi CampuranSetelah membuat mix design, trial mix dalam volume yang kecil (misalnya 0.1 atau
0.05 m3) akan dibuat untuk memastikan mix design tersebut telah sesuai. Trial mix ini harus diuji dari segi:
Kuat Tekan Slump Sifat-sifat lain yang sesuai spesifikasi
Sebelum membuat penyesuaian, sebaiknya diperiksa kembali untuk memastikan bahwa ketidaktepatan hasil tidak terjadi akibat:
Kesalahan perhitungan matematis sedehana atau salah baca angka Sarana batching berbeda dari rencana semula Timbangan tidak bekerja secara memuaskan
Biasanya sedikit penyesuaian akan diperlukan dan sebaiknya mengacu pada cara-cara penyesuaian dibawah ini: Penyesuaian Kuat Tekan atau Durabilitas:
Menyesuaikan Faktor Air-Semen / FAS sesuai dengan grafik hubungan Kuat Tekan-FAS. Misal: untuk meningkatkan kekuatan dan durabilitas, maka FAS harus dikurangi.
Gambar 7. Pengaruh FAS pada Kuat tekan
Penyesuaian Slump, Workability atau Sifat Kohesif:a) Penyesuaian tipe ini tidak mengubah FAS, juga tidak akan merubah kuat
tekan maupun durabilitas.b) Penyesuaian dilakukan dengan merubah rasio agregat-semen atau gradasi
agregat.c) Sebagai acuan, kombinasi gradasi agregat yang memuaskan adalah bila
agregat halus memiliki porsi 35-40 % berat total agregatd) Misal: pengurangan rasio agregat-semen (berarti campuran kaya
semen) berarti peningkatan slump dan workability beton meskipun FAS tidak berubah
F. Prinsip Penyesuaian Proporsi Campuran Secara Praktis (Terhadap Berat)Dibawah ini adalah panduan praktis untuk penyesuaian proporsi campuran berdasarkan output trial mix yang ingin diperbaiki.
Tabel 17. Panduan Praktis Penyesuaian Trial Mix (per 1 m3 Beton)
Hasil Sebab yang mungkinPenyesuain Korektif
Air Semen PasirAgrerat Kasar
Slumpterlalutinggi
1.Perkiraan kadar air pasir yang terlalu rendah atau perkiraan daya serap agregat yang terlalu tinggi
Kurangipenambahanair sebesar 5kg untuk tiap20 mm slump
Tetap Naikkansebesar 5 kguntuk setiapperubahanslump sebesar20 mm
Tetap
2. Perkiraan kebutuhan air yang terlalu besar, sebagai contoh: kerikil yang
Air dan semen dikurangisebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air, Semendan Agregat untuk Slump
Pasir dan agregat kasarditambahkan sebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
permukaannya halus memerlukan air yang lebih sedikit ketimbang batu pecahyang kasar.
Selain 80 mm Semen dan Agregat untukSlump Selain 80 mm
Slumpterlalu rendah
1. Perkiraan kadar airpasir yang terlalu tinggi atau perkiraan daya serap agregat yang terlalu rendah
Naikkanpenambahan air sebesar 5 kg untuk tiap20 mm slump
Tetap Turunkansebesar 5 kg untuk setiap perubahan slump sebesar20 mm
Tetap
2. Perkiraan kebutuhanair yang terlalu kecil
Air dan semen ditambahkansebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm
Pasir dan agregat kasardikurangi sebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm
Terlalu banyakpasir
1. Kesalahan asumsi yang menganggap pasirlebih kasar dari yang seharusnya
Tetap Tetap - 50 kg + 50 kg
2. Specific gravity agrega kasar lebih besar dari 2.65
Tetap Tetap Tetap SG(agr)x
2.65
3. Specific gravity daripasir lebih kecil dari2.60
Tetap Tatap SG( pasir)x
2.60
Tetap
Kekurangan pasir
1. Kesalahan asumsiyang menganggap pasir lebih halus dari yang seharusnya
Tetap Tetap + 50 kg - 50 kg
2. Specific gravity agregat kasar lebih kecil dari 2.65
Tetap Tetap Tetap SG(agr)x 2.65
3. Specific gravity dari pasir lebih besar dari 2.60
Tetap Tetap SG( pasir)x 2.60
Tetap
Keras 1. Pengaruh ukuran materiala) Ukuran
maksimum agregat 40 mm
b) Ukuran maksimum
agregat 20 mm
Tetap Tetap Tetap a).20mm–50kg40mm+50kg
b).10mm-50kg20mm+50kg
2. Kekurangan pasir Lihat bagian Kekurangan Pasir diatas
Lengket 1. Pasir terlalu halus Tetap Tetap Gantisebagian (atau keseluruhan) dengan pasir yang lebih kasar -50 kg
+ 50 kg
2. Terlalu banyak pasir Lihat bagian Terlalu Banyak Pasir diatasF’c terlalurendah
1. FAS terlalu tinggi Tetap Naikkan 10kg untuk tiap kenaikan 1MPa
Tetap Tetap
2. Pelapisanpermukaan, agregat lemah, masalah organik, rongga, lempung pada agregat, semen kadaluarsa dan air tercemar
Cek kandungan material merugikan pada bahan pembuatbeton
F’c terlalutinggi
1. FAS terlalu rendah Tetap Turunkan 10kg setiap turun1 MPa
Tetap Tetap
Tabel 18. Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm (untuk Agregat max. 20 mm dan 40 mm *)
SlumpWater
Change (kg or
Perubahan Semen (kg) untuk nilai FAS dibawahPerubahan
Agregat (kg)
0.35 0.4 0.5 0.55 0.6 0.7 Sand Coarse20 -20 -57 -50 -40 -36 -33 -29 +40 +4040 -12 -34 -30 -24 -22 -20 -17 +20 +2060 -6 -17 -15 -12 -11 -10 -9 +10 +1080 0 0 0 0 0 0 0 0 0100 +5 +14 +12 +10 +9 +8 +7 -10 -10120 +8 +23 +20 +16 +15 +13 +11 -15 -15140 +10 +29 +25 +20 +18 +17 +14 -20 -20
* untuk beton dengan agregat 10 mm atau beton pasir, naikkan nilai numerik perubahan semen diatas dengan 25%. Untuk mortar, gandakan angka perubahan pasirnya.
Note : Kesalahan perhitungan sebesar 1% dalm perkiraan kadar air, baik pasir maupun agregat kasar, akan menyebabkan 10 kg kesalahan (kira-kira) dalam penambahan air dan berat agregat.
Beberapa tampilan beton yang mungkin didapat saat trial mix adalah :Adukan yang Baik. Proporsi yang benar dari pasta semen, pasir, dan agregat kasar memberikan adukan beton yang secara komparatif mudah untuk dikerjakan dan
dipadatkan. Pemadatan yang benar akan menghasilkan permukaan tanpa cacat. Sedikit trowelling (manual dan mekanis) akan mampu menghasilkan permukaan beton yang padat dan halus.
Gambar 8. Adukan yang Baik
Pasir terlalu banyak. Jika adukan nampak seperti gambar disamping maka adukan tersebut mengandung terlalu banyak pasir dan kekurangan agregat kasar. Meskipun relatif lebih mudah dicor dan di-finishing, tetapi adukan ini bukanlah adukan yang ekonomis. Adukan seperti ini akan mudah mengalami retak.
Gambar 9. Adukan Kelebihan Pasir
Agregat kasar terlalu banyak. Adukan ini memiliki agregat kasar terlalu banyak dan pasir yang tidak cukup. Adukan seperti ini akan sulit untuk dikerjakan tanpa harus mengalami segregasi. Adukan seperti ini juga akan susah untuk dipadatkan dan di-finishing, serta kemungkinan akan menghasilkan cacat ‘sarang lebah’ / honeycomb dan beton yang porous.
Gambar 10. Adukan Kelebihan Agregat
Air terlalu banyak. Adukan jenis ini dapat tejadi saat ada penambahan air kedalam adukan beton yang sudah bagus. Hasilnya adalah pengurangan kekuatan dan keawetan
secara drastis, serta kemungkinan besar untuk mengalami retak.
Ada kemungkinan lain yang dapat menghasilkan adukan seperti ini, yaitu adukan yang memiliki kandungan pasir dan agregat kasar yang terlalu sedikit dibandingkan kandungan pasta semennya. Adukan jenis ini sangat tidak ekonomis dan cenderung mengalami retak.
Gambar 11. Adukan Kelebihan Air
Adukan terlalu kaku. Adukan seperti ini mempunya slump rendah (± 20 mm) dan terlalu keras untuk dikerjakan pada berbagai jenis pekerjaan pembetonan. Adukan jenis ini memiliki kandungan pasir dan agregat kasar yang terlalu banyak jika dibandingkan kandungan pasta semen. Adukan jenis ini akan sulit untuk dikerjakan, dipadatkan dan di-finishing. Penambahan sedikit air dan semen (dengan rasio yang benar) akan menghasilkan adukan yang benar seperti yang diperlihatkan gambar pertama bagian ini : Adukan yang Baik.
Gambar 12. Adukan Terlalu Kaku
DAFTAR PUSTAKA
SK SNI T-15-1990-03 : TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL
PBI-71 NI 2 Peraturan Beton Indonesia
www.semengresik.com
top related