model mundell fleming dalam sistem perekonomian kecil dan terbuka
Post on 26-Jul-2015
1.135 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1) Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana FE-UI
Working Paper In Economics
Oleh :
MOHAMMAD HANIF1)
MMOODDEELL MMUUNNDDEELLLL –– FFLLEEMMIINNGG
DDAALLAAMM SSIISSTTEEMM PPEERREEKKOONNOOMMIIAANN KKEECCIILL && TTEERRBBUUKKAA
(Sebuah Tinjauan Teoretis)
Model Mundell - Fleming 1
I. PENDAHULUAN
Saat ini, hampir dipastikan bahwa setiap negara sudah berperekonomian terbuka. Kondisi ini didorong
oleh arus globalisasi yang telah membuat perubahan struktural dalam tata perekonomian dunia. Negara
sudah membukakan diri terhadap dunia internasional dengan melakukan berbagai transaksi
perdagangan – baik barang dan jasa – maupun modal. Mereka menyadari akan arti pentingnya
perdagangan internasional bagi perkembangan perekonomian negaranya.
Dalam sistem perekonomian terbuka ini, nilai tukar merupakan salah satu hal terpenting dalam
perdagangan internasional. Nilai tukar sangat berpengaruh terhadap Nilai Ekspor dan Impor suatu
negara, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap output nasional. Untuk itu, nilai tukar harus
menjadi perhatian utama bagi setiap negara dalam menjaga perekonomiannya. Kontrol atas nilai tukar
ini, akan menentukan kebijakan apa yang seharusnya diambil oleh suatu negara sehingga nilai tukar
dapat meningkatkan output nasionalnya. a
Untuk memahami kebijakan apa yang seharusnya diambil oleh suatu negara berdasarkan sistem nilai
tukar yang dianutnya, model mundell-fleming mencoba untuk melihat hal tersebut dari sisi model
perekonomian kecil dan terbuka (small and open economy).
II. STUDI PUSTAKA
Sistem perekonomian terbuka (open economy) merupakan sistem perekonomian yang bebas
berinteraksi dengan perekonomian lainnya di dunia (Mankiw, 2006). Perekonomian ini berinteraksi
dengan dua cara. Pertama, membeli serta menjual barang dan jasa pada pasar produk dunia. Kedua,
membeli serta menjual asset, atau modal, seperti obligasi dan saham pada pasar keuangan dunia. Dalam
Sistem perekonomia terbuka, kita mengenal istilah Ekspor Netto, yaitu nilai ekspor suatu negara
dikurangi nilai impornya atau disebut juga Neraca Perdagangan (Trade Balance). Jika Neraca
Perdagangan positif, berarti negara tersebut mempunyai Surplus Perdagangan (Trade Surplus).
Sebaliknya, jika bernilai negatif maka negara tersebut mempunyai Defisit Perdagangan (Trade Deficit).
Sedangkan jika bernilai nol dikatakan negara tersebut mempunyai Perdagangan Seimbang (Balanced
Trade).
Dalam perdagangan internasional, harga internasional berperan penting dalam mengkoordinasi
keputusan produsen dan konsumen ketika mereka berinteraksi dipasar internasional (Mankiw,2006).
Harga internasional ini bergantung pada nilai tukar nominalnya. Nilai tukar nominal (Nominal Exchange
Model Mundell - Fleming 2
Rate) dalam hal ini, didefinisikan sebagai nilai yang digunakan saat menukar mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lain. Berdasarkan nilai tukar ini, mata uang suatu negara dapat meningkat
(apresiasi) atau juga dapat melemah (depresiasi) terhadap mata uang negara lain.
Menurut krugman, nilai tukar merupakan salah satu hal terpenting dalam perdagangan internasional.
Mengingat pengaruhnya yang sedemikian besar terhadap Necara Perdagangan dan variabel-variabel
ekonomi lainnya (krugman, 1979). Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi, nilai ekspornya
akan menjadi murah bagi pihak luar dan akan memicu terjadinya peningkatan demand ekspor. Kenaikan
demand ekspor akan mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri. Sedangkan nilai impor bagi
penduduk dalam negeri akan menjadi mahal. Sebaliknya, jika mata uang negara tersebut mengalami
apresiasi maka akan menimbulkan pengaruh yang berlawanan.
Berdasarkan hal diatas, jelas bahwa nilai tukar berpengaruh langsung terhadap Neraca Pembayaran
(BOP) suatu negara. Sesuai definisi, Neraca Pembayaran (BOP) merupakan Jumlah dari Neraca Berjalan
(Neraca Perdagangan) atau dikenal juga sebagai Current account dan Neraca Modal atau Capital
account (Scarth, 1996). Neraca Pembayaran ini menunjukkan perubahan Cadangan Devisa suatu negara
pada suatu periode waktu. Cadangan Devisa ini merupakan salah satu indikator yang sangat penting
untuk menunjukkan seberapa kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Hal yang
terpenting dalam penambahan Cadangan Devisa adalah dengan mengandalkan peningkatan
pendapatan ekspor netto, karena modal yang masuk (Capital Inflow) merupakan pinjaman yang harus
dibayar kembali berikut bunganya (Interest Payment).
Menurut Model Mundell-Fleming, bahwa hampir setiap kebijakan ekonomi pada sebuah negara “small
and open economy” sangatlah bergantung pada regim atau sistem nilai tukar (exchange rates) yang
dianut dalam sistem perekonomiannya. Bukan pada interest rate sebagaimana pada sistem tertutup
atau closed economy (Scarth, 1996). Artinya, keefektifan dari kebijakan fiskal dan moneter dalam
mempengaruhi output atau pendapatan nasional bergantung pada regim nilai tukar ini.
“Small and Open Economy Country” adalah negara yang berpartisipasi dalam perdagangan internasional
namun tingkat perekonomiannya terlalu kecil untuk mempengaruhi perekonomian global atau
mempengaruhi tingkat suku bunga dunia (Mundell, 1963). Perekonomian negara ini dipengaruhi oleh
beberapa “larger player” di pasar internasional. Akibatnya, negara-negara seperti ini digambarkan
sebagai “price taker”, yang berarti harus menerima kondisi ekonomi yang diberlakukan kepada mereka
Model Mundell - Fleming 3
dalam bertransaksi dengan negara-negara lain. Negara yang tergolong demikian adalah negara dengan
rata-rata berpendapatan rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan
manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Negara ini meliputi negara berkembang dan
negera miskin (negara yang perekonomiannya rendah dan tidak bertumbuh bahkan mengalami
penurunan yang berkelanjutan).
Dalam Model Mundell-Fleming, Negara dengan regim nilai tukar tetap (fixed exchange rate regime),
hanya kebijakan fiskal yang efektif, dalam arti yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional.
Sebaliknya, dibawah regim nilai tukar mengambang atau fleksibel (floating or flexible exchange rate
regime), hanya kebijakan moneter yang efektif (Scarth, 1996).
Menurut Rauli Susmel dalam International Monetary System, secara umum sistem atau regim nilai tukar
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Susmel, 2003) :
1. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), yaitu suatu sistem dimana nilai tukar mata uang
domestik ditetapkan (fixed) atau dipatok (pegged) oleh pemerintah atau Bank Sentral sebagai
otoritas moneter di dalam suatu Negara. Sistem nilai tukar ini sering juga dinamakan pegged-
exchange rate system.
2. Sistem nilai tukar fleksibel atau mengambang (flexible atau floating exchange rate), yaitu suatu
sistem dimana penentuan nilai tukar diserahkan pada mekanisme pasar, yaitu oleh kekuatan
penawaran (supply) dan permintaan (demand) didalam pasar valuta asing (foreign exchange market).
Pada sistem nilai tukar flexible, jika sama sekali tanpa campur tangan pemerintah artinya benar-benar
mengambang secara bebas, maka sistem nilai tukar ini disebut “clean float system”. Tetapi jika
penentuan nilai tukar masih terdapat campur tangan pemerintah, maka sistem nilai tukar ini disebut
“dirty float system” dan ini sering juga dikenal sebagai sistem nilai tukar mengambang terkendali
(managed floating exchange rate system).
Jika pada sistem nilai tukar fleksibel kita mengenal istilah Apresiasi (menguatnya mata uang domestik)
dan Depresiasi (melemahnya mata uang domestik), maka dalam sistem nilai tukar tetap, kita juga
mengenal istilah Revaluasi (Peningkatan nilai resmi mata uang) dan Devaluasi (Penurunan nilai resmi
mata uang).
Model Mundell - Fleming 4
III. MODEL MATEMATIS
Pada dasarnya model Mundell-Fleming merupakan perluasan dari model IS-LM. Jika pada model IS-LM
menjelaskan perekonomian tertutup maka model Mundell-Fleming menjelaskan perekonomian terbuka.
Pada model ini ditambahkan perdagangan (Balance of Payment) dan Keuangan (The Central Bank
Balance sheet), sehingga model ini sering disebut juga model IS-LM-BP. Model ini pertama kali
dikembangkan oleh Robert Mundell dan Marcus Fleming.
A. PERSAMAAN STRUKTURAL
Berikut adalah persamaan struktural dari model Mundell-Fleming :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Persamaan (1) merupakan kurva IS pada perekonomian terbuka, sama seperti kurva IS pada
perekonomian tertutup hanya ditambahkan ekspor netto (Current Account). Ekspor Netto
merupakan selisih nilai Expor dikurangi nilai Impor.
, dimana merupakan Nilai tukar riil atau Domestic
Competitiveness. merupakan harga luar negeri atas barang ekspor, merupakan harga dalam
negeri dan X merupakan unit barang yang diekspor.
, barang impor diukur dalam unit fisik yang sama seperti
halnya barang yang diproduksi dalam negeri. merupakan harga luar negeri atas barang impor.
Seperti diketahui bahwa total spending ( merupakan gabungan dari produk
domestik dan Impor. Nilai Impor sendiri harus dikurangkan pada total spending untuk menghindari
pemintaan yang berlebihan pada produk domestik. Tetapi, karena barang impor dan domestik
merupakan komoditas yang berbeda, pengurangan ini harus dalam bentuk unit barang domestik
(domestic output equivalent). Inilah sebabnya mengapa barang Impor diatas dikalikan dengan harga
luar negerinya (
Model Mundell - Fleming 5
Selain itu, Barang Impor diatas berbentuk fungsi , fungsi ini jika disederhanakan
akan menjadi :
Jika pada persamaan Nilai Ekspor dan Impor diatas, kita masukkan asumsi dasar perekonomian
terbuka, yaitu Harga domestik output konstan ( ) dan Harga luar negeri konstan ( , maka
diperoleh bentuk spesifik :
Persamaan IS Perekonomian Terbuka :
, dengan melakukan differential total :
Slope kurva IS Perekonomian Terbuka :
Sedangkan Slope kurva IS Perekonomian tertutup :
Karena , maka Slope kurva IS pada perekonomian Terbuka lebih tajam
(steeper) dibandingkan kurva IS pada perekonomian tertutup.
Perubahan Nilai tukar diatas (dE ), meliputi efek substitusi ( dan Income ( . Efek
substitusi mengasumsikan . Jika produk domestik
yang diekspor tidak dapat dibedakan dengan produk yang tersedia di pasar luar negeri, maka fungsi
permintaan akan produk domestik menjadi elastis tak terhingga ( . Artinya perubahan
sedikit pada nilai tukar akan menyebabkan permintaan akan barang ekspor sangat tinggi (kurva
landai) atau barang ekspor akan menjadi perfect substitution. Pada kondisi ini,
atau dikenal sebagai paritas daya beli (purchasing power parity), yang
menunjukkan bahwa nilai tukar nominal tergantung pada tingkat harga kedua negara.
Model Mundell - Fleming 6
Persamaan (2) dan (3) merupakan dasar untuk menghitung nilai belanja riil ( . Nilai ini dihitung
berdasarkan nominal income (riil income x total produksi riil (Y)) dibagi rata-rata harga atas
barang yang dibeli (consumer price index, P ).
Persamaan (4) merupakan kurva LM. Kurva ini sama dengan kurva LM pada perekonomian tertutup,
hanya Money Supply pada perekonomian terbuka didefinisikan sebagai Balance Sheet of Central
Bank.
The Central Bank’s Balance Sheet :
Liabilities Assets
M R D
M R + D
Persamaan (5) menunjukkan perubahan pada Cadangan Devisa (Foreign Exchange Reserves) yang
dipegang Bank Central ( ) atau dikenal juga sebagai Neraca Pembayaran (Balance of Payment atau
BoP atau BP).
Persamaan (6) dan (7) merupakan fungsi produksi dan Labor Market Clearing(Labor Demand). Kedua
persamaan ini mengacu pada Keynesian dalam pasar tenaga kerja, karena tenaga kerja ditentukan
oleh perpotongan kurva labor demand dan garis money wage yang diberikan. Yang menjadi catatan
juga, bahwa hanya harga produk domestik yang menjadi kepentingan perusahaan dalam
menghitung pendapatan marginal produk tenaga kerjanya.
Variabel Endogen pada persamaan struktural ini adalah jika nilai tukar
fleksibel atau jika nilai tukar tetap. Pada nilai tukar tetap, model mengandung intrinsic dynamic
(adanya variabel yang bergerak dalam periode waktu). Pada short-run, dibawah nilai tukar tetap
ditetapkan berdasarkan nilai historis sebelumnya dan Balance of Payment ( ) ditetapkan sebagai
variabel Endogen. Pada long-run, variabel ini ditetapkan konstan ( . Dalam kondisi ini,
ditetapkan sebagai variabel Endogen.
Keterangan :
M = Central Bank Issued Money
R = Foreign Exchange Reserves
D = Central Bank Holdings of Govermance
Debt, or Domestic Credit (Obligation)
Model Mundell - Fleming 7
B. ASUMSI MODEL
Berikut ini adalah beberapa asumsi dari model Mundell – Fleming :
1. Asumsi dasar dari model Mundell – Fleming adalah ekonomi domestik “kecil” dalam kaitannya
dengan dunia internasional (small & open economy). Asumsi ini menekankan bahwa variabel
dunia (Pendapatan, Harga dan Suku bunga) adalah exogeneous.
2. Capital flow dapat berupa Perfect Capital Mobility, Imperfect Capital Mobility, atau No Capital
Mobility. Pada asumsi Perfect Capital Mobility, terjadi ketika , artinya negara
dapat meminjam atau meminjamkan kapital sebanyak yang diinginkan dalam pasar keuangan
dunia. (Perfect Capital Mobility) dapat terjadi hanya jika atau
(tingkat bunga domestik = tingkat bunga dunia).
3. Slope dari kurva BP tergantung pada level dari mobilitas Kapital (Capital Mobility) :
a. Ketika diasumsikan Perfect Capital Mobility :
and maka kurva BP adalah Horizontal
b. Imperfect Capital Mobility, kurva BP memiliki Slope Positif. Slope BP menunjukkan tingkat
Capital Flow.
c. No Capital Mobility
, interest rate tidak mempengaruhi Capital Flow maka BP adalah Vertikal.
4. Kapital account (Neraca Modal) dalam Balance of Payment diasumsikan tergantung secara
positif pada ekspektasi perbedaan “Yield” antara obligasi domestik dengan asing.
5. Kita asumsikan bahwa tingkat bunga dapat diamati setiap saat sehingga tidak perlu agents untuk
meramalkannya.
6. Fungsi K pada Kapital account harus diinterpretasikan sebagai permintaan asing terhadap
obligasi domestik. Untuk itu, kita asumsikan bahwa penduduk domestik hanya memegang uang
dan obligasinya, sedangkan asing memegang uang dan obligasinya beserta obligasi domestik
kita.
7. Fixed Nominal Wage ( ) dan Fixed Coefficient Technology (
Akibat (konstan) dan , berdasarkan persamaan (6) dan (7) melalui differential total
diperoleh :
atau
(can be set at unity)
Model Mundell - Fleming 8
8. Untuk menghilangkan efek Laursen/Metzler (income effect of the exchange rate) diasumsikan
bahwa , sehingga diperoleh (P can be set at unity )
Pada dasarnya dengan mengasumsikan , model menjadi misspecification karena tidak
akan sama dengan 1 kecuali tidak ada impor (namun kondisi ini tetap diterima).
9. Harga Luar negeri ( ) karena sifatnya exogeneous diasumsikan konstan. Dengan demikian
10. Karena Harga Ouput Domestik maupun Harga Output dunia konstan maka nilai tukar nominal
proporsional terhadap nilai tukar riil
11. Jumlah uang yang beredar (M) ditentukan secara eksogen oleh Bank Sentral.
12. Tidak ada spekulasi pada pasar valas atau
C. PERSAMAAN STRUKTURAL YANG DISEDERHANAKAN
Berdasarkan asumsi-asumsi diatas, maka model struktural Mundell-Fleming dapat disederhanakan
menjadi :
Untuk persamaan labor market – clearing condition sejak ditetapkannya
maka persamaan ini dikeluarkan pada persamaan yang
disederhanakan. Pada dasarnya, persamaan ini bersama fungsi produksi membentuk Agregat Supply
. Agregat Supply ini membentuk kurva Horizontal
sesuai dengan model keynes in the sort-run. Jadi, model Mundell-Fleming yang disederhanakan ini
berfokus pada persamaan IS-LM dan karena adanya penambahan BP (Balance of Payment) pada
persamaan, maka persamaan yang terbentuk menjadi IS-LM-BP.
Model Mundell - Fleming 9
D. TEOREMA MODEL
Teorema dari model Mundell-Fleming dapat dilihat dari hubungan antar variabel pada model
tersebut. Untuk menunjukkan hubungan ini ada beberapa tahapan penyelesaian, yaitu (1)
Melakukan Differential total, (2) Bentuk Matrix, (3) Menentukan Determinan dengan ekspansi
Laplace, dan (4) Pemecahan dengan Aturan Cramer.
Differential Total Model :
dengan asumsi Parameter :
, , dan
Untuk penyelesaian lebih lanjut, kita kembali pada penjelasan studi literatur sebelumnya bahwa
implimentasi model ini tergantung pada regim atau sistem nilai tukar yang dianut suatu negera yaitu
Fixed Exchange Rate & Flexible/Floating Exchange Rate.
Berdasarkan hal tersebut, ada tiga hal yang akan dibahas dalam teorema ini yaitu : (1) Fixed
Exchange Rate in the Impact Period (Short-run), (2) Fixed Exchange Rate in Full Equilibrium (Long-
run), dan (3) Flexible Exchange Rate. Pada Flexible Exchange Rate, dengan tidak adanya intervensi
Bank Sentral pada pasar Valas menunjukkan bahwa tidak ada asset yang diperdagangkan. Jadi, tidak
ada perubahan asset pada suatu periode waktu dan model pada sistem ini tidak mengandung
Intrinsic Dynamic. Untuk itu, kita tidak perlu membedakan antara kondisi Impact periode dan full
equilibrium.
1. Fixed Exchange Rate (The Impact Period)
Pada sistem nilai tukar tetap dalam Impact Period, variabel endogen model adalah . Pada
sistem ini variable ditetapkan berdasarkan nilai historis sebelumnya, sehingga ada perubahan
R dalam suatu periode waktu ( dan menjadi variabel sebagai varibel endogen. Kondisi ini
menjadikan sistem nilai tukar tetap (fixed) dalam Impact Period mengandung intrinsic dynamic.
Untuk itu model harus dilakukan uji stabilitas terlebih dahulu :
Model Mundell - Fleming 10
Berdasarkan Differential Total sebelumnya diperoleh bentuk matrix :
dan
Menentukan Nilai determinan dengan Ekspansi Laplace :
,
Uji stabilitas :
(Menunjukkan bahwa model pada sistem nilai tukar tetap stabil dalam Impact Period, dan dapat
mencapai multiplier full ekuilibrium).
Adapun efek multiplier dari kebijakan Fiskal dan Moneter pada sistem nilai tukar tetap (Impact
Period), sbb :
2. Fixed Exchange Rate (Full Equilibrium)
Dalam kondisi Full Equilibrium, Balance Payment ( ) = 0. Hal ini karena dalam kondisi long-run,
variabel endogen didefinisikan tetap kostan, jadi dan menyebabkan kurva LM tidak
bergerak. Variabel endogen model pada sistem ini adalah .
Berdasarkan Differential Total sebelumnya diperoleh bentuk matrix :
Menentukan Nilai determinan dengan Ekspansi Laplace :
Beberapa efek multiplier dihasilkan dari model pada sistem nilai tukar tetap (full equilibrium) :
Model Mundell - Fleming 11
Asumsi :
Summary hubungan antara variabel model (Sistem Nilai tukar tetap) :
Variabel
Endogen
Variabel Eksogen
dG dD dE drf
dY > 0 0 > 0 < 0
dr ≥ 0 0 ≥ 0 /≤ 0 > 0
dR > 0 /< 0 -1 > 0 /< 0 < 0
3. Flexible Exchange Rate
Variabel endogen model pada sistem ini adalah .
Berdasarkan Differential Total sebelumnya diperoleh bentuk matrix :
Menentukan Nilai determinan dengan Ekspansi Laplace :
Model Mundell - Fleming 12
Beberapa efek multiplier dihasilkan dari model pada sistem nilai tukar fleksibel (floating):
Asumsi :
Summary hubungan antara variabel model (Sistem Nilai tukar fleksibel) :
Variabel
Endogen
Variabel Eksogen
dG dD dR dṘ drf
dY ≥ 0 > 0 > 0 ≥ 0 > 0
dr ≥ 0 ≥ 0 /≤ 0 ≥ 0 /≤ 0 ≥ 0 > 0
dE > 0 /< 0 > 0 > 0 ≥ 0 > 0
Model Mundell - Fleming 13
IV. KOMENTAR DARI MODEL
A. Fixed Exchange Rate (The Impact Period)
Dalam kondisi Impact Period (short-run) pada sistem nilai tukar tetap, multiplier Kebijakan Fiskal dan
Policy pada perekonomian terbuka pada dasarnya sama dengan sistem perekonomian tertutup
hanya saja pengaruhnya lebih kecil.
Multiplier Open Economy = (Multiplier Closed Economy)
B. Fixed Exchange Rate (Full Equilibrium)
Dalam kondisi full equilibrium (long-run) pada sistem nilai tukar tetap, Kebijakan Fiskal yang hanya
dapat berjalan efektif dalam meningkatkan output, . Untuk kasus, perfect capital mobilty,
kebijakan Fiskal ini tetap efektif karena pada , .
Sedangkan Kebijakan Moneter tidak berjalan efektif. Multiplier efek dari Kebijakan Moneter pada
sistem nilai tukar tetap sama dengan nol, .
Berikut adalah hubungan Kebijakan Fiskal dan Moneter pada Sistem Nilai tukar Fixed dengan asumsi
Perfect Capital Mobility (BP Horizontal, r = rf) :
1. Kebijakan Fiskal dengan BP Horizontal
Penjelasan Gambar diatas, sbb :
1. Ketika G , kurva IS bergeser ke kanan dan menyebabkan r > rf
2. Ketika r > rf , mendorong Capital Inflow dan supply mata uang asing meningkat.
3. Supply ini pada pasar Valas menyebabkan E (Mata uang domestik terapresiasi). Agar E E0,
maka Bank Sentral harus membeli kelebihan mata uang asing ini dan membayarnya dengan
mata uang domestik. Akibatnya, LM akan bergeser ke kanan dan Output kembali naik menuju
titik C.
IS1 IS2
A
B
C
r
Y
r = rf
BP
LM1 LM2
Demand
A
B
C
E
Quantity
Valas
E0
Supply
IS – LM – BP Pasar Valas
Model Mundell - Fleming 14
Catatan :
Dari sisi Balance Sheet Bank Sentral, Penambahan Money Supply diimbangi dengan adanya
penambahan Asset Cadangan Devisa. Bank Sentral dapat mengatur Komposisi asset Cadangan
Devisa dan Bond pada tingkat Money Supply yang sama.
2. Kebijakan Moneter dengan BP Horizontal
Penjelasan Gambar diatas, sbb :
1. Ketika M , kurva LM bergeser ke kanan menyebabkan r < rf
2. Ketika r < rf , mendorong Capital Outflow dan supply mata uang asing berkurang. Ini
menyebabkan E (Mata uang domestik terdepresiasi). Pada dasarnya ketika E akan
menyebabkan Ekspor Netto meningkat dan selanjutnya akan mendorong Output meningkat.
3. Agar E E0, maka Bank Sentral harus mensupply kekurangan mata uang asing ini dari
Cadangan Devisanya dan menerima pembayaran dalam mata uang domestik. Akibatnya, LM
akan bergeser kembali ke kiri (kembali ke titik A).
Catatan :
Dari sisi Balance Sheet Bank Sentral, Pengurangan Money Supply diimbangi dengan penurunan
Asset Cadangan Devisanya.
Selain itu, dalam hubungan dengan suku bunga luar negeri pada sistem nilai tukar tetap, ketika
suku bunga asing meningkat akan menyebabkan penurunan Output, suku bunga dalam negeri
akan ikut meningkat, dan tergerusnya Cadangan Devisa kita. Hal ini sesuai hasil model sbb :
IS1
A
B
r
Y
r = rf
BP
LM1LM2
Demand
A
B
C
E
Quantity
Valas
E0
Supply
IS – LM – BP Pasar Valas
Model Mundell - Fleming 15
Penjelasannya sebagai berikut :
Ketika rf , akan menyebabkan Capital Outflow (karena bunga diluar tinggi, interest payment
akan lebih besar). Ini akan memicu supply mata uang asing berkurang. Untuk menjaga agar Nilai
tukar tetap, Bank Sentral harus memenuhinya dari Cadangan Devisa. Pemenuhan dari Cadangan
Devisa ini menyebabkan Jumlah Uang beredar akan berkurang (terserap oleh Bank Sentral).
Penurunan Money Supply akan mendorong LM bergeser kekiri akibatnya Output turun (sebagai
respons terhadap penurunan konsumsi) dan tingkat suku bunga dalam negeri akan naik (untuk
menstimulus Kapital Inflow).
Namun, jika kenaikan suku bunga asing diatas karena kontraksi moneter dunia yang sedang lesu
maka dosmetik akan dihadapkan pada dua hal yaitu : (1) Ekspor Netto akan tertekan (lesunya
perekonomian dunia menyebabkan penurunan level pendapatan asing), dan (2) Naiknya suku
bunga asing yang akan mendorong Capital Outflow. Tekanan keduanya akan menyebabkan
domestik mengalami resesi ekonomi.
C. Flexible (Floating) Exchange Rate
Pada sistem nilai tukar fleksibel, multiplier efek dari Kebijakan Fiskal dan Moneter berpengaruh pada
peningkatan output, . Namun, untuk kasus perfect capital mobility ( ),
. Artinya, pada kasus ini hanya kebijakan Moneter yang efektif dapat
mendorong kenaikan output. Sedangkan kebijakan Fiskal tidak efektif.
Berikut adalah hubungan Kebijakan Fiskal dan Moneter pada Sistem Nilai tukar Fleksibel dengan
asumsi Perfect Capital Mobility (BP Horizontal, r = rf) :
1. Kebijakan Fiskal dengan BP Horizontal
IS1 IS2
A
B
r
Y
r = rf
BP
LM1
Demand
A
B
E
Quantity
Valas
E0
Supply
IS – LM – BP Pasar Valas
Model Mundell - Fleming 16
Penjelasan Gambar diatas, sbb :
1. Ketika G , kurva IS bergeser ke kanan dan menyebabkan r > rf
2. Ketika r > rf , mendorong Capital Inflow dan supply mata uang asing meningkat.
3. Supply ini pada pasar Valas menyebabkan E (Mata uang domestik terapresiasi).
Penurunan nilai tukar, akan menyebabkan Ekspor Netto berkurang dan selanjutnya akan
mendorong output turun. Kurva IS akan bergeser kembali ke titik A.
Catatan :
Dari sisi Balance Sheet Bank Sentral tidak ada perubahan, karena tidak ada perubahan atas
Money Supply.
2. Kebijakan Moneter dengan BP Horizontal
Penjelasan Gambar diatas, sbb :
1. Ketika M , kurva LM bergeser ke kanan menyebabkan r < rf . Pada kondisi ini Output naik
tapi suku bunga dalam negeri turun.
2. Ketika r < rf , mendorong Capital Outflow dan supply mata uang asing berkurang. Ini
menyebabkan E (Mata uang domestik terdepresiasi) dan menyebabkan Ekspor Netto akan
meningkat dan kurva IS akan bergeser ke kanan dan output kembali naik menuju titik C.
Catatan :
Dari sisi Balance Sheet Bank Sentral, adanya kebijakan Moneter (peningkatan money supply)
akan berpengaruh pada peningkatan asset Cadangan Devisa yang dimilikinya. Hal dapat kita lihat
pada model, ketika Kebijakan Moneter dapat meningkatkan nilai tukar dan output, ini tiada lain
karena adanya pengaruh peningkatan pada Cadangan Devisa ini. Walaupun disisi yang lain,
Neraca Pembayaran tetap konstan (tidak berubah).
IS1
A
B
r
Y
r = rf
BP
LM1LM2
Demand
A
B
E
Quantity
Valas
E0
Supply
IS – LM – BP Pasar Valas
C
IS2
Model Mundell - Fleming 17
Selain itu, sistem nilai tukar fleksibel dalam hubungannya dengan suku bunga luar negeri bahwa
ketika suku bunga luar negeri meningkat akan menyebabkan peningkatan pada Output, suku
bunga dalam negeri, dan tingkat nilai tukar. Berdasarkan model kita peroleh hubungan tersebut,
sbb :
Penjelesannya sebagai berikut :
Ketika rf , akan menyebabkan Capital Outflow (karena bunga diluar tinggi, interest payment
akan lebih besar). Ini akan memicu supply mata uang asing berkurang. Karena tidak ada peran
Bank Sentral dalam hal ini, akan menyebabkan Nilai tukar akan meningkat dan mata uang
domestik akan terdepresiasi. Akibatnya, Ekspor Netto akan meningkat dan barang impor menjadi
mahal sehingga pada akhirnya akan mendorong output meningkat. Jadi peningkatan suku bunga
luar negeri menyebabkan booming dalam ekonomi domestik. Namun, banyak analis ekonomi
menyangsikan kondisi ini setelah mereka melakukan observasi di awal tahun 1980-an. Ketika US
meningkatkan interest rate secara dramatis, menyebabkan negera-negara lain yang tergabung
dalam OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) justru mengalami resesi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Model Mundell-Fleming memasukkan unsur perdagangan dan keuangan dalam model IS-LM
pada sistem perekonomian tertutup (closed economy), sehingga model ini mampu menjelaskan
perekonomian terbuka (open economy).
2. Jika pada model perekonomian tertutup hanya menggambarkan hubungan tingkat suku bunga
dan output, maka pada model Mundell-Fleming menggambarkan hubungan nilai tukar, tingkat
suku bunga, dan output.
3. Slope (kemiringan) kurva IS pada perekonomian terbuka lebih tajam dibandingkan dengan sistem
perekonomian tertutup. Sehingga efek multiplier dari kebijakan Fiskal dan Moneter pada sistem
perekonomian terbuka akan lebih rendah dibandingkan pada sistem perekonomian tertutup.
4. Model Mundell-Fleming menunjukkan bahwa dampak dari Kebijakan ekonomi pada negara
dengan perekonomian kecil dan terbuka bergantung pada regim atau sistem nilai tukar yang
dianut.
Model Mundell - Fleming 18
5. Pada regim atau sistem nilai tukar tetap, model mundell-fleming menunjukkan bahwa kebijakan
Fiskal sangat kuat dalam mempengaruhi output. Sedangkan kebijakan Moneter hanya
mempengaruhi pasar uang tapi tidak pada output.
6. Pada regim atau sistem nilai tukar fleksibel, model mundell-fleming menunjukkan bahwa
kebijakan Fiskal dan Moneter sama-sama mempengaruhi output. Namun, pada kasus Perfect
Capital Mobility, hanya kebijakan Moneter saja yang mempengaruhi output. Sedangkan
kebijakan Fiskal hanya mempengaruhi pasar uang tapi tidak pada output.
B. SARAN
1. Untuk mengetahui sistem nilai tukar mana yang sebaiknya diadopsi oleh suatu negara,
disarankan untuk menggunakan model Mundell-Fleming ini. Untuk Indonesia, berdasarkan
pergerakan nilai tukarnya, saat ini menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali dan
berdasarkan pergerakan Neraca Pembayaran, maka mobilitas kapital di Indonesia saat ini adalah
Imperfact Capital Mobility.
2. Model ini menunjukkan bahwa negara pada sistem perekonomian terbuka akan berusaha untuk
menyesuaikan tingkat suku bunga domestiknya dengan suku bunga dunia sehingga mobiltas
kapital dapat berjalan dengan baik. Namun, pada kenyataannya tingkat bunga di setiap negara
berbeda-beda. Untuk itu, pada model mundell-fleming sebaiknya ditambahkan tingkat resiko
suatu negara.
3. Berdasarkan pada asumsi simplikasi model, untuk menghilangkan efek Laursen/Metzler (Income
effect of exchange rate), diasumsikan bahwa . Padahal kondisi ini hanya dapat terpenuhi
jika tidak ada impor dan ini menjadi sesuatu yang tidak mungkin dalam model perekonomian
terbuka. Dengan tetap diterimanya asumsi ini, telah menyebabkan penerapan model ini pada
sistem nilai tukar fleksibel menjadi kontradiktif ketika tingkat suku bunga dunia meningkat secara
dramatis. Model menunjukkan bahwa, ini dapat menyebabkan booming pada perekonomian
domestik, namun pada kenyataannya negara-negara malah mengalami resesi. Sebaiknya, tetap
mempertahankan asumsi (feasible asumption). Implikasinya adalah dengan asumsi ini
berarti telah memasukkan supply-side effect dari nilai tukar, yaitu depresiasi mata uang domestik
akan meningkatkan biaya hidup (cost of living) secara langsung. Hal ini akan menyebabkan
tingkat harga yang lebih tinggi dan menghasilkan output yang lebih rendah (sesuai implikasi
model pada sistem nilai tukar tetap, )
Model Mundell - Fleming 19
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Dornbusch, R., and S. Fischer (1980), “Exchange Rates and Current Account,” American
Economic Review 70, 960-971.
2. Krugman, P. R. (1979), “Increasing Returns, Monopolistic Competition, and International Trade,”
Journal of International Economics 9.
3. Mankiw, N. G. (2006), Principles of Economics. 3th edition. Jakarta : Salemba Empat.
4. Mundell, R. A. (1963), “Capital Mobility & Stabilization Policy under Fix and Flexible Exchange Rates,”
Canadian Journal of Economics and Political Science 29 (4), 475-485.
5. Scarth, W. M. (1996), Macro Economics “An Introduction to Advanced Methods”. 2nd edition.
Canada : Harcourt Brace & Company.
6. Sukirno, S. (2008). MakroEkonomi Teori Pengantar. Jakarta : Rajawali Grafindo.
7. Susmel, R. (2003). International Monetary System-Chapter 2. International Financial Management.
University of Houston’s C.T. Bauer College of Business.
top related