modul bi 1yuni
Post on 09-Jan-2017
415 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Modul
Modul ini disusun untuk memudahkan siswa mempelajari bahan ajar bahasa
Indonesia yang meliputi aspek menyimak dan membaca.
Lama waktu yang diperlukan menyelesaikan modul ini 34 jam pelajaran (34 x
40 menit). Setiap sub kompetensi dilengkapi dengan soal dengan tingkat penguasaan
minimal 70 %. Siswa yang tingkat penguasaannya kurang dari 70% harus mengulang
kembali hingga mencapai ketentuan tingkat yang ditetapkan.
Dengan mempelajari materi modul ini, siswa diharapkan dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan berbahasa dalam bermasyarakat, khususnya dalam
bidang keahliannya.
1.2 Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini, siswa harus lulus tes penyisihan yang menjadi
prasyarat untuk masuk ke proses pembelajaran bahasa Indonesia setara tingkat
semenjana.
1.3 Petunjuk Penggunaan Modul
1.3.1 Petunjuk untuk siswa
1. Bacalah modul ini dengan teliti. Materi dalam modul ini merupakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi tingkat semenjana.
2. Siswa diizinkan bertanya selama proses berlangsung.
3. Jawablah latihan yang telah disediakan secara teliti.
4. Periksakan hasil jawaban latihan kepada guru.
1.3.2 Petunjuk untuk guru
1. Bacalah modul ini dengan teliti. Materi ini merupakan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk mencapai
kompetensi tingkat semenjana.
2. Jelaskan terlebih dahulu kepada siswa cara mempelajari modul ini.
3. Bimbinglah siswa agar tidak mendapat kesulitan selama proses
pembelajaran berlangsung.
4. Berikan penjelasan berupa materi, contoh, atau keterangan yang
diperlukan oleh siswa dalam mempelajari modul ini.
5. Berilah kesempatan bertanya kepada siswa.
6. Instruksikanlah siswa untuk membuat rangkuman tertulis pada setiap
akhir pelajaran.
7. Mintalah seorang siswa menceritakan kembali materi pokok yang
dipelajari pada modul terdahulu secara lisan pada setiap awal proses
belajar.
8. Berilah penilaian atas kemajuan belajar siswa .
1.4 Tujuan Akhir
Setelah selesai mempelajari modul ini, siswa diharapkan dapat :
(1) memberikan reaksi kinetik terhadap lafal, tekanan, intonasi dan jeda yang
lazim/baku dan yang tidak lazim/tidak baku;
(2) memberikan komentar atau ungkapan lisan terhadap lafal, tekanan,
intonasi dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak lazim/tidak baku;
(3) mencatat secara rinci isi pokok informasi yang bersifat factual dan
spesifik;
(4) mengidentifikasi ragam/laras bahasa yang tidak tepat dari dengaran;
(5) mencatat informasi yang menggambarkan ada nya proses atau hasil;
(6) Membaca teks dengan kecepatan minimal 250 kata per menit (KPM);
(7) Membuat catatan pokok-pokok isi bacaan sesuai dengan cara/teknik
membuat catatan;
(8) menjelaskan bagian bacaan tertentu secara rinci;
(9) memahami isi wacana yang dibaca;
(10) memperbaiki kalimat tidak efektif yang terdapat dalam wacana;
(11) minyimpulkan informasi yang termasuk fakta atau opini.
(12) mengubah informasi verbal ke dalam bentuk nonverbal;
1.5 Kompetensi
Standar kompetensi yang dipelajari di dalam modul ini adalah berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia setara tingkat semenjana; dengan kompetensi dasar
menyimak dan membaca.
1.6 Cek kemampuan berisi penilaian prates dan tes akhir.
BAB 2
PEMBELAJARAN
2.1 MENYIMAK
2.1.1 Kegiatan Belajar 1
2.1.1.1 MEMAHAMI LAFAL, TEKANAN, INTONASI, DAN JEDA YANG
LAZIM
BAKU
2.1.1.1.1 Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari materi kegiatan belajar satu ini diharapkan siswa
dapat :
1. Memberikan reaksi kinetik terhadap lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang
lazim / baku.
2. Memberikan komentar atau tanggapan lisan terhadap lafal, tekanan, intonasi,
dan jeda yang lazim / baku.
2.1.1.1.2 Uraian Materi
2.1.1.1.2.1 Lafal
Lafal adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam suatu masyarakat
bahasa mengucapkan bunyi bahasa.
Contoh :
Anak-anak bermain di teras.
Upacara bendera dihadiri pejabat teras.
Dian apel ke rumah Dani membawa apel.
Dari contoh di atas kata yang di garis miring dilafalkan sesuai dengan
konteks kalimat. Huruf [e] pada kata teras berarti halaman atau beranda rumah. Bila
diucapkan [ə] berarti pejabat negara.
Setiap pembicaraan hendaknya meletakkan huruf dengan benar.
Contoh:
Bus tidak dilafalkan bis.
Truk tidak dilafalkan trek.
Perhatikan contoh kalimat tidak baku berikut.
- Fifi nggak datang karna ibunya sakit.
- Waktu kami haturkan sepenuhnya kepada hadirin.
- Walupun ia sakit, namun tetap datang juga.
Kalimat tersebut dapat dibakukan menjadi:
- Fifi tidak hadir karena ibunya sedang sakit.
- Waktu kami berikan sepenuhnya kepada hadirn.
- Ia sakit namun tetap datang juga.
Hal-hal yang menyebabkan kalimat menjadi tidak baku adalah:
1. Kerancuan kalimat
contoh: Dalam pertemuan itu membicarakan kepengurusan kelas.
2. Intervensi bahasa Jawa
Contoh :
- Waktu kami haturkan sepenuhnya kepada hadirin.
3. Kalimat yang berlebihan.
Contoh: Para dewan guru diharapkan hadir pada acara pertemuan rutin hari
ini.
4. Kesalahan ejaan
Contoh: Tini membeli balsem di apotik.
2.1.1.1.2.2 Tekanan
Tekanan dalam kalimat harus mampu mewakili ucapan sesuai dengan
perasaan saat itu. Dengan memberikan tekanan pada kata pendengar menjadi tahu
maksud kalimat yang diucapkan. Tekanan dibedakan menjadi tiga:
1. Tekanan nada yakni tekanan mengenai tinggi rendahnya suara.
Contoh:
- Konser Indonesian Idol diselenggarkan di Balai Sarbini, Jakarta.
- Di Balai Sarbini, Jakarta diselenggarakan konser Indoseian Idol.
Biasanya bagian yang dipentingkan diletakkan di depan.
Contoh: Wah harum benar ruangan ini. ( Mungkin memuji, mungkin
menyindir.)
2. Tekanan dinamik yakni tekanan mengenai keras lembutnya suara.
Contoh: - Gila? ( menyatakan keheranan)
- Gila! ( menyatakan makian)
- Teman-teman saya harap tenang sebentar.
3. Tekanan Tempo yakni, mengenai panjang pendeknya tekanan, cepat
lambatnya waktu berbicara.
Contoh:
- Adiknya pandai, tetapi kakaknya bodoh ( menyatakan suatu pertentangan ).
- Besok Luna datang ( menegaskan kata yang menjadi inti kalimat ).
- Saya senang berolahraga apa saja: senam, renang, bersepeda dan sebagainya.
2.1.1.1.2.3 Jeda
Jeda adalah perhentian sebentar dalam ujaran. Dalam bahasa Indonesia jeda
dapat membedakan arti.
Contoh:
- Kucing makan/tikus mati di dapur.
- Kucing makan tikus/mati di dapur.
- Kucing makan tikus mati/di dapur.
Kalimat pertama meunjukkan ketika kucing makan tikus mati di dapur. Antara
kucing dan tikus tidak ada kaitannya.
Kalimat kedua menyatakan kucing makan tikus dan kucing itu mati di dapur.
Kalimat yang ke tiga menyatakan di dapur kucing memakan tikus yang telah mati.
2.1.1.1.2.4 Intonasi
Intonasi merupakan urutan pengubahan nada dalam untaian tuturan yang ada
dalam suatu bahasa. Pola pengubahan nada itu membagi suatu tuturan dalam satuan
yang secara gramtikal bermakna.
Intonasi dapat juga disebut naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi
sebagai pembentuk makna kalimat.
Contoh:
1. Belajar. ( bersifat informasi )
2. Belajar ? ( bertanya)
3. Belajar ! ( memerintah )
Intonasi meliputi:
1. Tempo berupa pengaturan cepat lambatnya pengucapan
2. Nada berupa pengaturan tinggi rendahnya suara.
3. Volume adalah keras lembutnya suara.
Latihan
1. Tuliskan kalimat dari kata seri!
2. Ubahlah kalimat tidak baku berikut menjadi baku!
a. Anton dilarang nggak boleh main laying-layang pada siang hari.
b. Benda antik itu dimana telah diketemukan oleh TNI AL.
c. Karena sering kali berlatih anak itu menjadi pandai.
d. Ia sangat cantik sekali, kalau pakai baju merah jambu.
e. Saling tolong menolong adalah perbuatan terpuji.
f. Pada bapak-bapak dan ibu-ibu diminta duduk kembali.
g. Dia ngomong sama ibunya dari telepon tadi malam.
h. Para siswa-siswa harap berbaris di lapangan.
3. Bedakanlah maksud dari kalimat berikut ini!
a. Sepeda baru /diperbaiki.
b. Sepeda/ baru diperbaiki.
2.1.2 Kegiatan Belajar 2
2.1.2.1 MEMAHAMI INFORMASI LISAN
2.1.2.1.1 Tujuan Pembelajaran
Melalui modul ini peserta diklat diharapkan mampu menyimak sehingga
dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi
semenjana (skor UKBI 346-465). Peserta diklat dinyatakan berhasil / tuntas
apabila telah mendapat nilai 7.
2.1.2.1.2 Uraian Materi
Informasi lisan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena informasi
lisan dapat diperoleh dari telepon, radio, televisi, pidato, ceramah, wawancara,
proses belajar mengajar, bahkan ketika berinteraksi dengan orang lain. Informasi
lisan bersifat panjang dan pendek, sederhana dan kompleks. Untuk dapat
mengidentifikasi informasi secara seksama, seseorang harus mampu menyimak
dengan baik. Ini dilakukan untuk mengetahui, misalnya, siapa nara sumbernya,
bagaimana penyampaiannya (disampaikan secara langsung atau melalui media), isi
pokok informasi tersebut, adakah tugas yang harus dikerjakan setelah mendapat
informasi tersebut, haruskah informasi tersebut ditindaklanjuti, dan sebagainya.
2.1.2.1.2.1 Sumber Informasi
Sebuah informasi sering ditemukan dari berbagai sumber. Ulasan di surat kabar,
misalnya, sering dianggap informasi penting dan bermanfaat yang dapat dijadikan
acuan dalam sebuah karya ilmiah.
Untuk mengingat sebuah informasi dengan mudah sebaiknya digunakan kartu
informasi. Pernyataan atau keterangan yang dianggap penting dapat dipindahkan ke
dalam kartu informasi. Tulislah pokok masalah pada sudut kanan sebelah atas. Di
bawah pokok masalah cantumkan sumber informasi. Dari surat kabar, misalnya, tulis
nama penulis, tanggal terbit, tahun terbit, judul ulasan, nama surat kabar, halaman,
dan kolom. Di bawah sumber informasi dicatat informasi atau keterangan yang
diperlukan.
Perhatikan sumber informasi berikut.
ROBBEN VS SNEIJDER
BEDA KEUNGGULANMeski berposisi sebagai gelandang sayap, peran Arjen Robben di Bayern
Muenchen tak sekadar melepas umpan silang sebanyak-banyaknya. Pemain internasional Belanda ini juga piawai melepas tendangan ke gawang lawan.
Di fase knock-out Liga Champion, Robben melepas 24 tembakan dalam 417 menit. Artinya, ia menendang setiap 17 menit dan 31 detik. Hanya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang lebih baik dari itu.
Akurasinya juga cukup bagus. Dua dari tiga upayanya mengarah ke gawang lawan alias 65%.
Wesley Sneijder termasuk jarang mengancam gawang lawan secara langsung. Di fase knock-out Liga Champion, ia hanya melepas tembakan setiap 31 menit dan 45 detik.
Akurasi tembakan? Bisa dibilang biasa-biasa saja. Hanya 27% jauh di bawah rataan LC yang berada di angka 43%.
Namun, keunggulan utama Sneijder justru terletak pada kemampuannya melepas umpan. Sebanyak 22 tembakan punggawa Inter di babak sistem gugur berasal dari operan Sneijder, di mana tiga di antaranya berbuah gol alias menjadi assist. (drew)
Dikutip dari Tabloid Bola, No.2.046/Kamis, 20 Mei 2010 hal.5 kolom 2
2.1.2.1.2.2Indentifikasi Sumber Informasi
Informasi di atas bersumber dari ulasan tabloid Bola, No. .046/Kamis, 20 Mei 2010,
halaman 5, kolom 2, ditulis oleh Drew.
2.1.2.1.2.3 Isi Pokok Informasi
Isi pokok informasi merupakan inti permasalahan yang disampaikan oleh penulis
dan diperoleh melalui simpulan pembaca. Jadi, dengan topik “Perbedaan Robben dan
Sneijder” informasi yang didapat adalah :
1. Robben melepas tembakan dalam waktu 417 menit di fase knock-out LC.
2. Robben menendang setiap 17 menit dan 31 detik.
3. Akurasi tembakan Robben 65 %.
4. Sneijder melepas tembakan dalam waktu 31 menit dan 45 detik di fase knock-
out LC.
5. Akurasi tembakan Sneijder hanya 27 %.
6. keunggulan utama Sneijder terletak pada kemampuannya melepas umpan.
7. 22 tembakan punggawa Inter di babak sistem gugur berasal dari operan
Sneijder, tiga di antaranya berbuah gol alias menjadi assist.
2.1.2.1.2.4 Ragam/ Laras Bahasa
Dikenal dua hal dalam berbahasa, lisan dan tulisan. Ragam/laras bahasa
meliputi ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Penggunaan kedua ragam
bahasa ini disesuaikan dengan situasi komunikasi. Agar ragam/laras bahasa dapat
digunakan dengan baik dan benar perlu dipersiapkan beberapa hal. Pertama,
menentukan pokok masalah. Pokok masalah harus dibatasi sehingga jelas dan betul-
betul dikuasai. Kedua, menentukan tujuan. Tujuan pembicaraan harus ditentukan
untuk mengetahui arah pembicaraan. Ketiga, menganalisis pendengar. Pendengar
harus dianalisis agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Selain itu, dalam waktu pelaksanaan komunikasi perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
1. Bahasa. Bahasa yang digunakan harus komunikatif dengan memperhatikan
situasi. Situasi resmi, misalnya, bahasa yang digunakan haruslah ragam
bahasa resmi.
2. Pokok Masalah. Pokok masalah diuraikan secara berurutan dari masalah yang
sederhana ke masalah yang kompleks. Isi uraian harus dapat
dipahami.Uraikan masalah mulai dari pengertian, maksud, cara, manfaat,
simpulan, dengan menyertakan bukti atau fakta berupa tabel, grafik, atau
alasan-alasan yang masuk akal.
3. Lisan. Masalah dijelaskan secara lisan dengan memperhatikan kejelasan
materi, intonasi, volume suara, sikap tubuh, pandangan mata, lafal suara, dan
penampilan secara keseluruhan.
4. Tulisan. Masalah dijelaskan secara tertulis dengan memperhatikan kaidah
ejaan.
Perhatikan contoh ragam bahasa berikut.
“Kan tadi saya bilang barang yang sudah dibeli enggak boleh dibaliin.”
Kalimat di atas digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa lisan yang
digunakan dalam kalimat di atas berbeda dengan bahasa tulis. Bahasa yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari disebut ragam bahasa lisan, sedangkan
ragam bahasa yang digunakan dalam tulis-menulis disebut ragam bahasa tulis.
Kata-kata seperti kan, bilang, enggak, boleh, dan baliin hanya digunakan
dalam ragam bahasa lisan. Sementara ragam bahasa tulis menggunakan kata-kata
seperti katakan,tidak, dapat, dikembalikan.
Perhatikan kalimat berikut.
Ragam bahasa lisan
“Kan tadi saya bilang barang yang sudah dibeli enggak boleh dibaliin.”
Ragam bahasa tulis
“Tadi saya katakan barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.
2.1.2.1.2.5 Menggunakan Imbuhan dengan Benar dan Tepat Makna
Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat yang melekat pada kata dasar
untuk membentuk kata yang lebih besar. Hasil proses pengimbuhan disebut kata
berimbuhan. Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia ada empat macam. Perhatikan
tabel berikut.
PREFIKS (AWALAN)
ber- bernama
bersepatu
berhias
bersenang-senang
bersalaman
‘mempunyai’
‘memakai’
‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’
‘berada dalam keadaan’
‘saling (resiprok)
me- menulis
mengeras
menelepon
membabi buta
merotan
‘melakukan tindakan seperti kata dasar’
‘membuat jadi’ atau ‘menjadi’
‘mengerjakan dengan alat’
‘berbuat seperti’ atau ‘dalam keadaan sebagai’
‘mencari’ atau ‘mengumpulkan’
pe-
per-
penambang
penghapus
penjudi
perbudak
perkuat
pertiga
‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’
‘alat untuk me-‘
‘orang yang gemar’
‘membuat jadi’
‘membuat lebih’
‘Membagi jadi’
di- dipakai ‘menyatakan makna pasif’
ter- terkunci
terbawa
terangkat
terhebat
‘dalam keadaan di-‘
‘Dikenai tindakan secara tidak sengaja’
‘dapat di-‘
‘paling (superlatif)
ke- ketua ‘yang di-‘
kedua ‘menyatakan urutan’
se- semalam
sekampung
‘satu’
‘seluruh’
INFIKS (SISIPAN)
-el- gembung gelembung
-em- getar gemetar
-er- gigi gerigi
SUFIKS (AKHIRAN)
-an ketikan
meteran
bulanan
durian
‘hasil’ atau ‘akibat dari me-‘
‘alat untuk melakukan pekerjaan’
‘setiap’
‘kumpulan’
-kan mengantarkan
membicarakan
‘melakukan tindakan seperti kata dasar untuk kepentingan
orang lain (benefektif)’
‘melakukan tindakan seperti kata dasar (kausatif)’
-i memukuli
memagari
‘tindakan berulang-ulang’
‘memberi’
KONFIKS (GABUNGAN)
ke-an kemanusiaan
kecintaan
kecopetan
kelonggaran
kekanak-kanakan
‘hal tentang’
‘yang di … i’
‘kena’ atau ‘terkena’
‘terlalu’
‘seperti’
pe-an penyesuaian ‘proses’
pengetahuan ‘apa yang di…’
per-an persahabatan
persimpangan
perkataan
‘perihal ber…’
‘tempat untuk ber…’
‘apa yang di…’
ber-an Berhamburan
Berguguran
berebutan
‘banyak pelaku’
‘berulang-ulang’
‘saling’
Ditinjau dari asalnya imbuhan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,
imbuhan asli bahasa Indonesia. Kedua, imbuhan serapan; yaitu imbuhan yang
didapat dari menyerap bahasa asing. Imbuhan swa-, misalnya, merupakan imbuhan
yang diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘sendiri’.
Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda, misalnya, dapat
berubah menjadi kata kerja setelah diberi imbuhan. Perhatikan contoh berikut.
1. batu (kata benda) → membatu (kata kerja)
2. cantik (kata sifat) → secantik-cantiknya (kata keterangan)
3. mandi (kata kerja) → pemandian (kata benda)
Afiks Pembentuk Kategori Kata
1. ke-an
pe-an → membentuk kata benda
per-an
-an
2. me-
ber-
di-
me(N)-kan → membentuk kata kerja
me(N)-i
memper-
memper-kan
-kan
-i
3. ter- → membentuk kata sifat
4. ber-
5. se- → membentuk kata bilangan
6. se- + kata dasar diulang + -nya → membentuk kata keterangan
Contoh: secantik-cantiknya
Penulisan bentuk {di-} ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya jika bentuk
{di-} digunakan sebagai imbuhan. Berbeda dengan bentuk {di} yang digunakan
sebagai kata depan. Bentuk {di} yang digunakan sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya. Kata depan digunakan sebagai penanda tempat.
Perhatikan contoh berikut.
Buku itu diambil oleh Justin.
Luna mengambil buku di atas meja.
Latihan
1. Indentifikasi sumber informasi dan tentukan pokok informasi dari wacana
berikut.
KOMPETISI MENEMBAK
Cabang menembak terus memperbaiki diri lewat kompetisi. Salah satunya dengan menggelar kompetisi menembak nasional pada 4-11 Juni di lapangan tembak Senayan, Jakarta.
Para penembak nasional akan turut meramaikan ajang tersebut. Salah satunya Josphin Shilla Prasasti, yang terakhir menjadi satu-satunya wakil petembak Merah Putih di Olimpiade Beijing 2008.
Ajang ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi para petembak nasional dan menambah kompetisi bagi petembak-petembak Indonesia.
Dikutip dari Tabloid Bola, No. 2.048/Senin, 24 Mei 2010, Rubrik Olimpik,
hal.6 Kolom 6.
2. Tuliskan dua contoh ragam bahasa lisan dan bahasa tulis!
3. Sempurnakan kalimat-kalimat berikut dengan cara membubuhkan imbuhan
pada kata dasar yang berada di dalam kurung.
1. Hari Senin siswa SMKN 2 Berastagi (panggil) secara bergantian
menghadap kepala sekolah.
2. Siswa SMK akan (tinggal) dan tergilas jika tidak (siap) diri dengan baik.
3. Sistem belajar SMK yang (terap) di Indonesia mampu mendorong siswa
untuk berkarya.
4. (Matang) demokrasi Indonesia dapat diukur dari (mampu) memelihara
dan menciptakan situasi kondisi bagi masyarakat.
4. Manakah kata-kata berikut yang merupakan kata berimbuhan?
♣ antarkota ♣ setiap
♣ ultraviolet ♣ ketua
♣ pertama ♣ abnormal
♣ hadirin ♣ duniawi
♣ sementara ♣ lemari
5. Bacalah kembali informasi pada soal nomor satu. Tandailah kata yang termasuk
kata berimbuhan dalam wacana tersebut.
2. 2 MEMBACA
2.2.1 Kegiatan Belajar 1
2.2.1.1 Membaca Cepat untuk Pemahaman
2.2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan,
1. Siswa dapat membaca teks dengan kecepatan kurang lebih 250 kata per menit
secara baik.
2. Siswa dapat menjelaskan secara rinci isi bacaan tertentu dengan benar.
3. Siswa dapat membuat catatan atau ringkasan bacaan secara benar.
4. Siswa dapat memanfaatkan kamus dengan baik.
2.2.1.1.2 Uraian Materi
Membaca cepat dan efektif diperlukan untuk memahami sebuah bacaan.
Pembaca cepat yang baik mampu mengatur irama kecepatan membaca sesuai dengan
tujuan, kebuuhan, keadaan bahan yang dibaca, serta dapat menjawab pertanyaan
sekurang-kurangnya 60 persen dari bahan yang dibaca.
Untuk memahami suatu teks, yang terpenting bukan keharusan untuk
membaca seluruh kata yang ada satu demi satu. Agar dapat menghayati isi bacaan,
yang diperlukan adalah menemukan kata-kata kuncinya. Tidak semua perincian
bacaan harus dilihat. Oleh sebab itu, membaca kata demi kata tidak dianjurkan.
Membaca yang efektif hanya melihat satuan-satuan pikiran pada setiap baris dalam
bacaan, berupa frasa, klausa, atau kata-kata kunci.
Tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari membaca cepat adalah:
1. Mengenali topik bacaan.
2. Mengetahui pendapat orang (opini).
3. Mendapatkan bagian penting yang diperlukan.
4. Mengetahui organisasi penulisan.
5. Melakukan penyegaran atas apa yang pernah dibaca.
Albert dalam Harras (1997) mengemukakan tujuan utama dalam membaca cepat
untuk:
1. Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat.
2. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
3. Menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
Manfaat membaca cepat untuk :
1. Mencari informasi yang diperlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan
efektif.
2. Menelusuri halaman buku atau bacaan dalam waktu yang singkat.
3. Menggunakan waktu membaca secara efisien karena tidak perlu
memperhatikan atau membaca bagian yang tidak diperlukan.
Membaca cepat seseorang sangat dipengaruhi dengan kebiasaan yang dapat
mengganggu kegiatan membaca. Berikut beberapa gangguan membaca cepat serta
cara mengatasinya.
1. Vokalisasi atau membaca dengan bersuara atau mungkin bergumam. Cara
mengatasinya, tiuplah bibir (seperti bersiul) ketika membaca dan letakkan
tangan di leher untuk meyakinkan bahwa tidak ada getaran.
2. Menggerakkan bibir atau komat-kamit ketika membaca. Cara mengatasinya,
rapatkan bibir kuat-kuat, letakkan lidah ke langit-langit mulut; kunyahlah
permen; ucapkan berulang-ulang ‘satu, dua, tiga’ atau ‘tu, wa, ga.’
3. Menggerakkan kepala (biasanya ke kiri dan ke kanan) pada saat membaca.
Cara mengatasinya, letakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan
ke meja selama membaca; peganglah dagu seperti memegang jenggot;
letakkan ujung telunjuk jari ke hidung, sehingga bila kepala bergerak
pembaca dapat segera menyadari dan dapat menghentikan.
4. Menunjuk dengan jari atau benda lain ketika membaca. Cara mengatasinya,
kedua tangan memegang buku yang dibaca; memasukkan kedua tangan ke
dalam saku ketika membaca.
5. Kebiasaan selalu kembali (regresi ) ke belakang untuk melihat kata atau
beberapa kata yang baru dibaca. Cara mengatasinya, tanamkan kepercayaan
diri, jangan berusaha menghapal dan mengerti setiap kata kalimat pada
paragraf, jangan terpaku detail, terus saja membaca jangan tergoda untuk
kembali ke belakang; pusatkan perhatian pada bahan bacaan, bila ada yang
tertinggal, tinggalkan saja; Bacalah terus sampai kalimat selesai.
6. Subvokalisasi atau melafalkan dalam hati/pikiran kata-kata yang dibaca. Cara
mengatasinya, usahakan melebarkan jangkauan mata sehingga pandangan
mata dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap ide
bacaan.
2.2.1.1.2.1 TEKNIK MEMBACA CEPAT
Teknik membaca cepat ada dua. Pertama, teknik pelayapan (skimming).
Teknik pelayapan (skimming) adalah teknik membaca untuk mendapatkan gambaran
sekilas mengenai sebuah tulisan dengan mengambil intisari bacaan, berupa ide
pokok. Ide pokok sebuah bacaan dapat berada di awal, di tengah, atau di akhir
bacaan.
Langkah-langkah teknik pelayapan (skimming):
1. Buatlah pertanyaan apa yang dicari atau diperlukan.
2. Bila yang dibaca adalah buku, lihatlah daftar isi atau kata pengantar, dan
carilah kemungkinan informasi yang diperlukan.
3. Telusuri secara teliti dan seksama dengan kecepatan tinggi setiap baris
bacaan, Untuk sebuah buku yang ditelusuri mungkin bukan baris melainkan
paragraf atau subbab.
4. Berhentilah bila menemukan kalimat atau judul yang diperlukan.
5. Bacalah dengan kecepatan normal dan pahami dengan baik bahan yang
dicari.
Untuk mendapatkan gagasan utama bacaan, pembaca tidak harus membaca
seluruh bagian bacaan. Pembaca tidak perlu menghitung jumlah kata yang ada
atau tidak perlu melihat setiap kata yang tercetak. Pembaca tidak perlu membaca
setiap kata yang ada. Akan tetapi, pembaca cukup membaca kata-kata yang
penting saja. Kata-kata itu disebut kata-kata kunci. Kedua, teknik pemindaian
(scanning). Teknik pemindaian (scanning) adalah teknik membaca cepat untuk
memperoleh suatu informasi tanpa membaca yang lain, tetapi langsung ke
masalah yang dicari, berupa fakta khusus atau informasi baru.
Teknik pemindaian (scanning) biasanya digunakan untuk mencari nomor
telepon, kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran
TV, dan daftar perjalanan.
Langkah-langkah teknik pemindaian (scanning) :
1. Lihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas.
2. Telaah secara singkat latar belakang penulisan buku.
3. Baca bagian pendahuluan secara singkat.
4. Cari dalam daftar isi bab-bab penting yang memuat informasi yang
diperlukan. Kemudia cari kalimat-kalimat penting pada halaman bab-bab
yang penting tersebut.
5. Baca bagian simpulan (bila ada).
6. Lihatlah secara sekilas adakah daftar pustaka, daftar indeks, atau apendiks.
Latihan 1
Bacalah bacaan berikut secara bersama-sama; tangkaplah hal-hal yang penting!
Ukurlah kecepatan membaca kalian!
Mulai dari sini …
DARI FILM KE BUKU
Masih ingat dengan film Naga Bonar yang diperankan Deddy Mizwar dan Nurul Arifin? Film yang kisahnya ditulis oleh (Alm) Asrul Sani ini sungguh memikat dan kental muatan lokal. Secara komedi, film ini mengangkat cerita tentang seorang pencopet yang menjadi jenderal di masa perang. Tak haran film ini meraih penghargaan FFI 1987. Tahun 2006 ini dibuat pula sekuel film ini dengan judul Naga Bonar (Jadi) 2, yang mengisahkan tentang Naga Bonar (masih diperankan Deddy Mizwar) yang menjadi orang tua tunggal dan punya anak bernama Bonaga (Tora Sudiro).
Rencananya film yang disutradarai Deddy Mizwar ini akan dirilis Maret mendatang. Namun sebelumnya, film yang skenarionya ditulis Musfar Yassin, dibukukan oleh penerbit Akoer. Penulisan bukunya diserahkan kepada Akmal Nasery Basral, penulis novel Imperia dan kumpulan cerpen Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku. Novelnya sendiri menurut Akmal, tidak akan persis sama seperti skenarionya. “Ada pendekatan lain. Yang pasti maunya filmnya juga ditonton, dan novelnya dibaca. Jangan sampai, setelah membaca novelnya, malah enggan menonton filmnya,” jelas Akmal.
Dalam jumpa pers peluncuran novel ini,10 Januari lalu, dilakukan juga penandatanganan kontrak antara pihak Akoer, Deddy Mizwar, dan pihak Asrul Sani sebagai pencipta tokoh Naga Bonar yang diwakili oleh istrinya, Mutiara Sani. Menurut polling detik.com, film sekuel ini sendiri menduduki urutan pertama film yang paling ditunggu tahun 2007. Penasaran, kan? (Erika)
Dikutip dari Majalah Chic No.25-II 31 Januari-13 Februari 2007, hal. 16
Membaca berakhir …
Berapa kecepatan membaca kalian? Lihatlah daftar berikut! Misalnya, jika waktu
yang dibutuhkan untuk membaca tulisan tersebut 3,5 menit (210 detik), maka
kecepatan membaca kalian adalah 250 kata per menit (lihat dalam daftar).
Waktu yang
Diperlukan
Kecepatan
Membaca
Waktu yang
Diperlukan
Kecepatan
Diperlukan
Waktu yang
Diperlukan
Kecepatan
Diperlukan
2.0 479 / kpm 3.40 261 / kpm 5.20 179 / kpm
2.10 442 / kpm 3.50 250 / kpm 5.30 174 / kpm
2.20 411 / kpm 4.0 239 / kpm 5.40 169 / kpm
2.30 383 / kpm 4.10 230 / kpm 5.50 164 / kpm
2.40 359 / kpm 4.20 221 / kpm 6.0 159 / kpm
2.50 338 / kpm 4.30 213 / kpm 6.10 155 / kpm
3.0 319 / kpm 4.40 205 / kpm 6.20 151 / kpm
3.10 302 / kpm 4.50 198 / kpm 6.30 147 / kpm
3.20 287 / kpm 5.0 191 / kpm 6.40 143 / kpm
3.30 274 / kpm 5.10 185 / kpm 6.50 140 / kpm
Jumlah Kata yang Dibaca X 60 = Jumlah Kata Permenit (kpm)
Jumlah Detik untuk membaca
Latihan 2
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda silang pada huruf jawaban
yang benar tanpa membaca kembali teks!
1. Siapa pemeran utama film Naga Bonar?
a. Asrul Sani b. Deddy Setiadi
c. Nurul Arifin d. Deddy Mizwar
e. Musfar Yasin
2. Tahun berapa film Naga Bonar meraih penghargaan FFI?
a. 1988 b. 1987 c. 1986 d. 1985 e. 1984
3. Siapa penulis film Naga Bonar?
a. Deddy Mizwar b. (alm) Asrul Sani c. Nurul Arifin
d. Mutiara Sani e. Akmal Nasery Basral
4. Kapan rencana film Naga Bonar (Jadi) 2 dirilis?
a. Februari b. Maret c. Mei d. April e. Januari
5. Siapa sutradara film Naga Bonar (Jadi) 2?
a. Mutiara Sani b. Asrul Sani c. Deddy Mirdad
d. Deddy Mizwar e. Deddy Corbuzer
6. Siapa penulis film Naga Bonar (Jadi) 2?
a. Deddy Mizwar b. Musfar Yasin c. Nurul Arifin
d. Mutiara Sani e. Akmal Nasery Basral
7. Siapa penulis novel film Naga Bonar (Jadi) 2?
a. Deddy Mizwar b. Musfar Yasin c. Nurul Arifin
d. Mutiara Sani e. Akmal Nasery Basral
8. Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku merupakan salah satu tulisan Akmal
Nasery Basral yang berupa…
a. Novel b. Roman c. Cerpen d. Karya
Ilmiah
e. Buku
9. Penerbit novel film Naga Bonar (Jadi) 2 adalah …
a. Penerbit Akaer b. Penerbit Akoer
c. Penerbit Akier d. Penerbit Akuer e. Penerbit Akeer
10. Tahun berapa film Naga Bonar (Jadi) 2 dirilis ?
a. 2006 b. 2007 c 1987 d. 2008 e. 2005
o o O o o
Rumus penghitungan skor pemahaman bacaan:
Pemahaman Bacaan (%) = Jumlah Jawaban Benar X 100 %
10
Mulai dari sini …
BLOG JADI BUKU
Komunitas blogfam, ternyata tidak puas hanya berkomunikasi lewat dunia maya. Bersamaan dengan ulang tahun ke-3, blogfam menerbitkan 2 buku yang diambil dari catatan blog ini. Bekerja sama dengan penerbit Gradien, pada 13 Januari lalu di Perpustakaan Depdiknas diluncurkan buku Flash,Flash, Flash, Kumpulan Cerita Sekilas dan Biarkan Aku Mencintaimu Dalam Sunyi, Email Terbuka Seorang Selingkuhan. Judulnya saja, terutama yang kedua, sudah mengundang rasa ingin tahu, kan? Peluncuran buku ini sekaligus menjadi ajang kopi darat dari para anggota blogfam. Erika
Dikutip dari Majalah Chic No.25-II 31 Januari-13 Februari 2007, hal. 17
Membaca berakhir …
Latihan 3
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda silang pada huruf jawaban
yang benar tanpa membaca kembali teks!
1. Ulang tahun keberapa blogfam menerbitkan buku?
a. ke-3 b. ke-4 c. ke-33 d. 13 e. 31
2. Berapa buku yang diterbitkan blogfam?
a. 6 b. 5 c. 4 d. 3 e. 2
3. Tanggal berapa buku blogfam diluncurkan?
a. 11 Januari b. 12 Januari c. 13 Januari
d. 14 Januari e. 15 Januari
4. Dimana lokasi peluncuran buku blogfam?
a. Perpustakaan Depag b. Perpustakaan Nasional
c. Perpustakaan Keliling d. Perpustakaan Depdiknas
e. Perpustakaan Jakarta
5. Tahun berapa komunitas blogfam menerbitkan buku?
a. 2005 b. 2006 c. 2007 d. 2008 e 2010
6. Dari bacaan di atas pernyataan mana yang merupakan opini?
7. Dari bacaan di atas pernyataan mana yang merupakan fakta?
Latihan 4
Temukan secara cepat informasi dari bagian kamus berikut. Gunakan teknik
membaca pindai (scanning).
Berdasarkan teks di atas, jawablah pertanyaan berikut.
1. Abau berarti …
2. Mengabaikan memiliki makna tidak mengindahkan. Benar atau salah?
3. Abaian tergolong kata benda. Benar atau salah?
4. Makna kata abar-abar ada dua. Benar atau salah?
5. Makna tanda panah (→ ) pada kata {abah → aba} adalah …
Hitunglah skor nilai siswa.
Gunakan rumus : Jumlah Jawaban Benar X 100 %
10
Berapa persen pemahamanmu? … %
Berdasarkan informasi yang didapat dari buku telepon di atas, jawablah pertanyaan
berikut.
1. Siapakah yang tinggal di jalan Terang 47?
2. Nomor telepon siapakah 92650?
3. Berapa nomor telepon Ginting Ladas?
4. Benarkah Ginting Irwansyah tinggal di desa Perteguhan?
5. Benarkah Ginting Atan tinggal di Penghasilan 85?
6. Siapakah yang tinggal di Gang Cahaya 171?
7. Nomor telepon siapakah 91897?
8. Berapa nomor telepon Efey?
9. Dimanakah Geki tinggal?
10. Siapakah yang tinggal di Kenangan 96?
2.2.2. Kegiatan Belajar 2
2.2.2.1 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat,
1. Membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi wacana.
2. Menceritakan kembali isi wacana secara lisan.
3. Mengungkapkan secara lisan informasi yang terdapat dalam gambar,
gamabar dan grafik, serta diagram dalam wacana.
4. Menyampaikan simpulan atas informasi yang terdapat dalam wacana.
2.2.2.2 Uraian Materi
Sebuah tulisan, baik ilmiah maupun nonilmiah, pada hakikatnya terdiri dari lima
bentuk, yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, eksposisi atau paparan,
argumentasi atau bahasan, dan persuasi atau ajakan.
Tulisan ilmiah atau ilmiah populer biasanya disajikan dalam bentuk deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi, sedangkan tulisan nonilmiah disampaikan
dalam bentuk narasi. Namun, adakalanya tulisan yang dihasilkan merupakan
kombinasi di antara satu bentuk dengan bentuk yang lain; misalnya, kombinasi
antara eksposisi dan deskripsi atau antara argumentasi dan eksposisi. Bahkan, ada
kemungkinan tiga bentuk tulisan berkombinasi dalam sebuah tulisan. Hanya saja,
tetap satu bentuk tulisan yang mengemuka sebagai tujuan akhirnya, sementara
bentuk tulisan yang lain sebagai varian atau ilustrasi dari tulisan tersebut. Berikut
akan dijelaskan bentuk-bentuk tulisan tersebut.
2.2.2.2.1 Narasi (Kisahan)
Narasi ialah tulisan yang sifatnya bercerita atau mengisahkan secara berturut-
turut suatu rangkaian kejadian atau peristiwa berdasarkan pengamatan atau
perekaan dalam suatu kesatuan waktu. Yng hendak disampaikan penulis adalah
tentang ‘apa yang terjadi’ sebagai representasi dari peristiwa. Peristiwa tersebut
dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita dalam suatu rangkaian waktu. Oleh
sebab itu, dalam pengertian narasi terdapat dua unsur yang paling penting, yaitu
unsur perbuatan atau tindakan dan unsur waktu.
Maksud narasi bukanlah sekadar pengisahan rangkaian peristiwa. Penulis
menyusun ceritanya dengan tujuan agar pembaca bisa mengambil hikmah dari
ceritanya. Artinya, melalui cerita itu, pembaca berkenalan dengan watak orang
seorang atau dengan perikehidupan orang yang miskin, yang tertekan, atau yang
bergelimang dalam kemewahan. Kemudian, pembaca mencoba menarik
pengalaman dari cerita yang dibacanya agar di dalam kehidupannya dia dapat
lebih berhati-hati, lebih waspada, atau lebih peka terhadap masalah sosial.
Bentuk Narasi
Narasi merupakan bentuk karangan yang paling lazim digunakan jika penulis
ingin menarik minat dan menghibur pembaca. Dalam kehidupan sehari-hari,
narasi banyak ditemukan dalam bentuk percakapan informal, surat resmi, surat
pribadi, buku harian, majalah, surat kabar, sejarah, biografi, autobiografi, atau
fiksi. Jenis narasi yang lain ialah anekdot, insiden, sketsa, dan profil.
Sebagaimana diketahui, biografi dan autobiografi berbeda dari segi
naratornya (pengisahnya). Narator dalam biografi adalah orang lain. Sedangkan
dalam autobiografi tokohnya sendiri. Namun, keduanya mempunyai kesamaan,
yaitu menyampaikan kisah yang menarik mengenai kehidupan dan pengalaman
pribadi. Pola umum yang dikembangkan di dalam kedua bentuk wacana ini
adalah riwayat hidup pribadi seseorang, urutan-uarutan peristiwa, atau tindak-
tanduk yang berkaitan dengan kehidupan seorang tokoh.
Anekdot adalah sejenis cerita pendek yang bertujuan menyampaikan
karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain.
Anekdot dapat menjadi bagian dari sebuah wacana naratif tetapi dapat juga
dikeluarkan dari cerita induknya tanpa mengganggu kesatuan cerita tersebut. Ini
dapat terjadi karena unit waktu dalam anekdot berdiri sendiri. Fungsi anekdot
dalam sebuah cerita induk adalah untuk menambah daya tarik bagi latar belakang
dan suasana secara keseluruhan.
Insiden memiliki karakter yang lebih bebas dari anekdot. Daya tariknya
terletak pada karakter-karakter yang khas dan hidup, yang menjelaskan perbuatan
atau kejadian itu sendiri. Semua ciri itu semata-mata untuk kepentingan insiden
itu sendiri, dan bukan untuk menunjang sebuah struktur dramatik atau suatu
interpretasi. Suatu peristiwa kecil tetapi menegangkan mengenai kecelakaan di
laut dan usaha penyelamatannya, penggrebekan polisi terhadap komplotan
teroris, perkelahian massal antara dua pihak, misalnya, dapat menjadi bahan
insiden yang menarik.
Sketsa adalah bentuk wacana singkat yang dikembangkan dengan
menggunakan detail-detail yang terpilih berdasarkan suatu kerangka perbuatan
yang naratif. Penulisan sketsa bertujuan untuk menyajikan hal-hal yang penting
dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan
untuk memaparkan sesuatu secara lemgkap. Sama dengan anekdot dan insiden,
sketsa dapat digunakan untuk menyiapkan suatu latar belakang atau menciptakan
suatu suasana bagi sebuah karangan yang lebih panjang.
Profil adalah bentuk wacana yang memperlihatkan ciri-ciri utama dari
seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah
digariskan sebelumnya. Bagian terpenting dari sebuah profil adalah sketsa
karakter yang disusun sedemikian rupa untuk mengembangka subjeknya.
Penggarapannya dilakukan secara cermat, dengan memanfaatkan fakta-fakta
utama mengenai kehidupan dan watak tokohnya.
Tata Susunan Narasi
Tata susunan narasi terdiri atas urutan kejadian dan urutan waktu. Narasi
yang tersusun dengan baik menggunakan (1) keterangan waktu (2) keterangan
aspek (3) kata-kata transisi yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu,
hasil, dan pertentangan. Beberapa unsur narasi yang harus diperhatikan ialah.
(a) Kalimat pertamanya harus menarik perhatian;
(b) Peristiwa-peristiwa diuraikan secara berurutan dan logis; dan
(c) Ceritanya harus membangun klimaks.
Narasi yang baik haruslah mengandung kesatuan, mempertahankan
kepaduan, dan memiliki penekanan. Tahap-tahap dalam narasi biasanya dimulai
dari paparan, kemudian diikuti rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks,
leraian, diakhiri dengan selesaian. Ditambahkan bahwa dalam narasi mempunyai
dua sudut pandang. Pertama, penulis berpartisipasi dalam ceritanya atau
berfungsi sebagai orang pertama (aktor-partisipan). Kedua, penulis bertindak
sebagai pengamat kejadian dan menceritakan kejadian tertentu tanpa melibatkan
diri di dalamnya atau hanya berfungsi sebagai orang ketiga (pengamat kejadian).
Dari dua sudut pandang itu, penulis dapat memilih salah satu di antaranya. Kalau
satu sudut pandang sudah diputuskan untuk dipilih, penulis harus
mempertahankan sudut pandang tersebut dalam sebuah narasi.
Sekarang perhatikan penggalan cerita berikut.
Rusad melihat pandangan Sibar dan Mangku dengan hanya bersedia menunggu segalanya meledak. Di muka masing-masing semua ketegangan telah dibacanya meskipun masih belum didapatinya mengapa semua itu terjadi. Keheningan mengatasi segalanya di antara mereka. Masing-masing tidak tahu apa yang akan dibuat, meskipun masing-masing pula memperhatikan apa yang akan dibuat yang lain terhadap dirinya.
Tapi ketika itulah mereka dikejutkan suara tembakan. Garis asap datang dari balik tonggak di depan mereka –semua mata tertuju kesana. Pemburu-pemburu yang tidur terbangun mendadak, semua tidak tahu apa yang terjadi. Tapi semuanya tetap diam ketika mendengar suara Sibar merintih. Dari antara kedua matanya darah mengalir dengan deras. Kemudian suaranya tak terdengar lagi, padang itu kembali sepi sejenak.
Dan dari balik tonggak itu tiba-tiba terdengar ketawa Kipa yang sedang mengelus-elus bedil Sibar dengan sayang.
Dikutip dari Kitab Cerita Pendek Horison Sastra Indonesia 2 hal.314-315
Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa bagian pendahuluan menyajikan
situasi sesuai dengan pola umum. Situasinya dimulai dengan Rusad yang melihat
antara Mangku dan Sibar yang penuh kemarahan, Rusad yang bingung mengapa
Mangku marah pada Sibar, suasana yang hening, dan tak ada seorang pun yang
melakukan aktifitas. Penggawatan kisah mencapai klimaksnya ketika orang-
orang dikejutkan suara tembakan yang bersal dari balik tonggak di depan
mereka, pemburu-pemburu yang tidur terbangun, terdengar suara Sibar merintih,
mata Sibar berdarah, kemudian suara Sibar tak terdengar lagi. Peleraiannya
adalah Sibar meninggal, padang itu kembali sepi, dan Kipa muncul tertawa
sambil mengelus bedil Sibar. Unsur tindakan, penokohan, dan suasana hati
menjalin hubungan yang padu. Sementara itu, latar, waktu, dan makna yang
terkandung dalam seluruh cerita itu lebih memperjelas lagi alurnya.
2.2.2.2.2 Deskripsi (perian)
Deskripsi ialah tulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan atau
melukiskan perasaan. Melalui deskripsi penulis bermaksud agar pembaca dapat ikut
melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan
penulis. Jadi, tujuan deskripsi pada dasarnya adalah membantu pembaca melalui
imajinasinya yang terbentuk melalui ungkapan bahasa untuk membayangkan
suasana, orang, dan untuk memahami suatu sensasi atau emosi. Oleh karenanya,
sebuah deskripsi yang baik haruslah didasarkan pada pengamatan yang cermat dan
penyusunan yang tepat.
Dalam penulisan deskripsi peranan panca indera sangat penting. Jika penulis
mempunyai pengamatan yang tajam dan mampu memanfaatkan semua alat
inderanya, kemudian menuliskannya dengan kata-kata yang tepat atau dengan
menggunakan perbandingan yang tepat, deskripsi yang dihasilkan dapat menjadi
hidup dan menawan.
Bentuk Deskripsi
Deskripsi atau perian dapat tertuang dalam dua bentuk, yaitu (1) deskripsi
objektif atau teknis dan (2) deskripsi sugestif atau impresionistik. Di dalam deskripsi
objektif penulis melukiskan suatu keadaan seakan-akan suatu gambar foto; misalnya,
bahasa iklan mini atau bahasa dalam penilaian barang oleh para jurutaksir. Di dalam
deskripsi sugestif, selain keterangan yang bersifat objektif juga terungkap sikap
emosional atau penilaian subjektif dari penulis.
Deskripsi yang baik setidak-tidaknya memiliki tiga persyaratan, yakni:
(1) penggambaran yang dominan (hal ini terletak dalam kalimat topik)
(2) suasana hati yang jelas tertandai; dan
(3) pengembangan yang logis (berhasil guna, masuk akal, dipikirkan dengan
baik, dirancang dengan logis).
Tahap-tahap deskripsi dimulai dari penetapan sudut pandang, kemudian
pembentukan gambaran yang menyeluruh, dan pemberian rincian deskripsi dalam
urutan yang logis. Jenis-jenis deskripsi meliputi orang, tempat, dan waktu.
Cermati contoh deskripsi di bawah ini.
Begitu pintu kantor Lab. Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat pendingin ruangan, suara mendesu bising dari alat yang sama, serta bau asap tembakau yang menyesakkan dada menyambutku. Ruangan ini sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi, tetapi sudut sebelah kanan dinding seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah meter. Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang sempit ini tidak pula diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang ditaruh sekenanya saja di sana-sini, dan ini mengingatkanku pada gudang di rumahku.
Di atas ruangan bergelantungan beberapa lampu neon model kuno yang membuat ruangan ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat meter, diapit dua pasang lampu neon, ada sebuah exhaust fan, kipas penghisap, yang maksudnya tentu menghisap dan membuang bau yang kurang sedap di dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku kedepan, di balik sebuah meja kerja terlihat sesosok tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak dengan barang-barang elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku dan map yang ada di depannya, lelaki berkaca mata itu tampak terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa coklat tua di mulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dad itu. rupanya exhaust fan di langit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah sangat ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang pendek di kiri, di seberang meja oval yang ditutup alas meja yang dulunya tentulah berwarna coklat indah. Jok kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang perabot untuk diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di meja berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian dalamnya sudah kehitam-hitaman. (Endah Widyawati dalam Marahimin dalam Mulyadi, 2006:57).
Contoh di atas merupakan sebuah deskripsi ruangan. Dari deskripsi ini
diketahui bahwa penulis masuk ke dalam ruangan itu, berdiri di pintu, di sebelah
dalam ruangan, dan mendeskripsikan apa-apa yang diamatinya di ruangan itu dari
tempatnya berdiri. Penulis perlu memperhatikan ini untuk menjaga agar dia jangan
sampai mendeskripsikan sesuatu yang tidak tampak olehnya dari tempatnya berdiri
itu. Penulis juga menggunakan alat pengindraan sebanyak mungkin. Penulis
menggunakan matanya (melihat lampu neon, barang elektronik, dan lain-lain),
hidungnya mencium asap tembakau, kupingnya mendengar bunyi alat pengatur suhu
ruangan, dan kulitnya menangkap dinginnya suhu ruangan.
2.2.2.2.3 Ekposisi (Paparan)
Ekposisi secara sederhana adalah menyingkapkan. Sesuatu yang
disingkapkan itu adalah sesuatu yang selama ini tertutup, terlindung atau
tersembunyi. Dalam hal wacana eksposisi, yang disingkapkan itu adalah buah
pikiran atau ide, perasaan atau pendapat penulisnya, untuk diketahui orang lain. Jadi,
penulisan eksposisi bertujuan memberitahu pembaca atau menerangkan dan
menjelaskan ihwal suatu persoalan sehingga pembaca menjadi paham.
Bentuk Eksposisi
Pada umumnya ekposisilah yang akan dipilih orang untuk menulis panduan,
resep dapur, atau buku penuntun aturan main atau aturan pakai. Eksposisi sering
ditemukan dalam bentuk editorial, esai, bahan informasi, dan petunjuk, atau ulasan.
Penulis karangan ekposisi pada hakikatnya hanya berniat membuat
pembacanya menjadi tahu atau memahami sesuatu yang sebelumnya tidak
dipahaminya, atau tidak dipahaminya dengan betul. Penulis berusaha
membangkitkan minat pembacanya, tetapi penulis tidak berusaha mempengaruhi
pembacanya bagaimana menilai baik buruknya topik yang dibicarakan.
Jenis-Jenis Eksposisi
1. Menjelaskan suatu prosedur atau proses.
2. Memberi defenisi.
3. Menerangkan arah.
4. Menjelaskan dan menafsirkan gagasan : mengapa, bagaimana, apa.
5. Menerangkan bagan atau tabel.
6. Mengulas sesuatu.
Contoh eksposisi:
DPR Bisa Beres, Pemerintah Tidak Bisa
Akhirnya Sidang Paripurna DPR yang tidak dihadiri Fraksi PDI-P dan Fraksi PKB berhasil mengambil keputusan mengenai isu kenaikan harga BBM lewat pemungutan suara hari Senin lalu. Dari lima opsi yang diajukan pimpinan DPR, sidang pleno memilih opsi kelima, yakni meminta pemerintah meninjau kenaikan harga BBM melalui pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan.
Dari 550 anggota dari enam fraksi menyetujui opsi kelima, yaitu meminta pemerintah meninjau Peratura Presiden Nomor 22 Tahun 2005 tentang kenaikan harga BBM melalui pembahasan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara perubahan 2005. Empat fraksi tetap menolak keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
Pemerintah meresponnya dengan cepat. Hari Senin petang itu juga diselenggarakan sidang kabinet terbatas. Presiden akan segera bertemu DPR sebelum lembaga itu reses Kamis, 24 Maret. (Kompas dalam Mulyadi, 2006:59).
2.2.2.2.4 Argumentasi (Bahasan)
Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca akan
kebenaran pandangan penulis ataupun kesalahan pandangan yang dianut oleh pihak
lain. Argumentasi dapat dilihat dalam karangan editorial atau dalam perdebatan.
Penulis argumentasi yang berniat meyakinkan pembacanya hanya akan berhasil jika
ia menguraikan pendapatnya secara lengkap, dengan objektif, dan dengan akal sehat.
Dalam hal ini logika nalar yang masuk akal, dan pemahaman yang benar tentang
pendapat atau anggapan yang berlawanan merupakan syarat untuk argumentasi yang
efektif.
Jenis-Jenis argumentasi
1. Penalaran induktif.
2. Pelaran deduktif.
3. Perbandingan..
4. Sebab-akibat.
5. Argumentasi dengan kutipan.
6. Argumentasi yang lemah.
Perbedaan Eksposisi dengan Argumentasi
Eksposisi
1. Tulisan ini bertujuan agar pembaca mendapat informasi sejelas-jelasnya.
2. Fakta, grafik, angka, dan statistik digunakan untuk menjelaskan tema.
3. Pendahuluan berisi topik dan tujuan.
4. Penutup berfungsi menegaskan uraian sebelumya.
Argumentasi
1. Tulisan ini bertujuan mempengaruhi pembaca.
2. Fakta, grafik, angka, dan statistik digunakan sebagai pembuktian.
3. Pendahuluan berisi latar belakang dan sejarah persoalan, sistematika, dan
tujuan argumentasi.
4. Penutup berfungsi menyimpulkan uraian sebelumnya.
Persamaan Eksposisi dengan Argumentasi
1. Menjelaskan pendapat dan keyakinan penulis.
2. Memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, peta, grafik, dan sebaginya.
3. Memerlukan analisis.
4. Menggali sumber ide melalui pengalaman, pengamatan, penelitian, serta
sikap dan keyakinan.
Contoh argumentasi:
PASTA GIGI KETINGGALAN ZAMANAda orang yang betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat gigi. Tapi
agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas menyikat gigi pagi hari begitu bangun tidur itu sangat menyengsarakan.Mereka memang melakukannya, tapi dengan perasaan sangat terpaksa. Semua kita meyadari bahwakita perlu menyikat gigi pagi-pagi guna menghalangikerusakan gigi. Namun, ada rasanya yang tidak maju-maju pada alat pencegah kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada promosinya, dan yang tak kalah penting adalah pada rasa dan tekstur pasta itu sendiri.
Kemasan yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal oleh kakek bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara kerjanya berlawanan dengan tujuan nya; tidak pernah ada satu orang pun di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta yang dikemas di dalam tube itu. Ketika Anda menganggap pastanya sudah habis, dan tube itu Anda buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang Anda peroleh akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga pasta di dekat lubang tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube itu akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita menggunakan pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, Walaupun kita menyikat gigi dua puluh empat jam sehari semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang tidak putih, gigin itu tidak akan menjadi putih. Kemudian perhatikan senyum model yang dipakai yang dipakai dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin dilakukan sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya: bagaimanapun tampak indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan benar jika memegang sikat gigi itu hanya dengan ibujari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya, adalah pasta. Hijau, putih bergaris merah atau hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru kelihatan lebih kuning karena kontras), tetap saja pasta itu benda asing di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa yang ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-
anak kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras akan menghasilkan busa, yang menyebabkan mulut rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa mau muntah.
Agaknya jelaslah bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang sekarang ini sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak dahulu kala harus dilakukan oleh produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan zaman, dia sudah ada sejak permulaan abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang sejak permulaan abad ini sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar. Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan dan dicari alat pencegah kerusakan gigi lain yang selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat? Dengan sendirinya ‘ala’t seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan senang hati memasukkan sepotong ‘alat’ ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu nakan benar-banar merasa bangun: siap untuk melaklukan tugas-tugasnya hari itu. (Jo Stralen dalam Marahimin dalam Mulyadi, 2006:62-63).
2.2.2.2.5 Persuasi
Persuasi adalah karangan ilmiah yang meyakinkan , mengajak atau
membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang kadang-
kadang agak emosional.
Contoh Persuasi :
Melihat prospek bisnis yang menjanjikan, beberapa artis ibu kota pun tak ingin ketinggalan membuka toko di pasar Tanah Abang Blok A ini. Diantaranya Itang Yunaz yabg menjual pakaian dan celana pria dengan tokonya bernama PREVIEW yang terletak di Blok A SLG, Los E 117-118. Mereka ini optimis, berdagang di Tanah Abang Blok A akan memdatangkan banyak keuntungan bagi usaha mereka, Jadi, apakah Anda juga berminat? Datanglah ke pasar Tanah Abang Blok A, maka Anda akan merasakan wisata belanja yang sangat menyenangkan. (Selvy Widuhung) (Dikutip dari Majalah Kartini NO. 2151/27 OKT S/D 14 NOV 2005/hal. 62)
Tes Formatif
(1) Gadis yang baru kukenal itu tingginya semampai. Parasnya ayu,
bibirnya tipis merah basah. Rambutnya hitam kemilau, kulitnya kuning
langsat. Kacamatanya yang trendi bertengger di atas hidungnya yang
mancung, tampak serasi melindungi bulu matanya yang lentik.
Paragraf di atas berjenis …
(2) Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 tahun, belum menulis
sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang ke luar jendela. Ada dahan
bergetar ditiup angin yang kencang. Ingin rasanya ia lari keluar kelas,
meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan
yang terpaksa diingatnya karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir
tentang Keluarga Kami yang Berbahagia, Liburan ke Rumah Nenek, dan
Ibu. Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
Paragraf di atas berjenis …
2.2.3 MEMAHAMI KALIMAT EFEKTIF
2.2.3.1 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan mampu :
1. Memahami isi wacana yang dibaca.
2. Mencatat isi pokok informasi yang terdapat dalam wacana.
3. Memperbaiki kalimat tidak efektif yang terdapat dalam wacana.
4. Menemukan kalimat berisi fakta atau opini yang terdapat dalam wacana.
2.2.3.2 Uraian Materi
2.2.3.2.1 Kalimat Efektif
Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandang banyak sedikitnya kalimat itu
berhasil mencapai sasaran komunikasi. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan
menarik perhatian pendengar atau pembaca karena memiliki ciri keutuhan,
perpautan, penegasan, ekonomi, dan variasi.
Keutuhan dan Koherensi
Kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan kesatuan logika yang
jalin-menjalin. Kesatuan struktur diperoleh dengan adanya subjek dan predikat. Jika
salah satu tidak ada yang ada hanyalah penggalan bukanlah kalimat. Kesatuan logika
akan nyata jika unsur kalimatnya jelas bertalian. Unsur yang tidak relevan yang
dimasukkan merusak kesatuan itu.
Bandingkan:
1. *kepada para pelamar diharap mendaftarkan diri.
2. Para pelamar diharap mendaftar.
3. Para pelamar diminta agar mendaftar.
Kalimat (1) tidak efektif karena informasinya meragukan. Kalimat di atas tidak
mempunyai subjek. Subjek dalam bahasa Indonesia tidak diantarkan oleh partikel
kepada. Agar efektif partikel kepada harus dihilangkan seperti pada (2) dan (3).
Perpautan dan Kohesi
Perpautan dalam kalimat menyangkut masalah pertalian di antara unsur-unsurnya.
Pertalian itu dapat dijelaskan oleh penataan kata, frasa, dan suku kalimat yang tepat;
dengan catatan bahwa kalimat itu secara gramatikal juga tepat. Perpautan akan
semakin nyata jika (1) pemakaian kata ganti diperhatikan, (2) gagasan yang sejajar
dituangkan ke dalam bangun yang sejajar, dan (3) sudut pandangan (ragam, orang)
tetap dipertahankan.
Bandingkan:
(1) *Acara selanjutnya ialah sambutan wakil peserta. Waktu dan tempat kami
persilakan.
(2) Acara selanjutnya ialah sambutan wakil peserta. Bapak Ariel kami
persilakan.
Kalimat (1) tidak kohesif karena tidak jelas pertalian di antara unsur-unsurnya.
Gagasan pertama dalam (1) adalah sambutan wakil peserta, tetapi yang dipersilakan
justru waktu dan tempat.
Penegasan atau Penampilan
Penegasan ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat
yang terpenting. Penegasan dapat dicapai dengan pengubahan urutan yang lazim,
dengan pengulangan, dengan pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan
menggunakan pungtuasi khusus.
Misalnya,
(1) a. Kami ditugasi menyusun acara.
b. Kamilah yang ditugasi menyususn acara.
c. Penyususnan acara ditugaskan kepada kami.
d. Kepada kamilah penyususnan acara ditugaskan.
e. Acara ini penyusunannya ditugaskan kepada kami.
f. Yang ditugasi menyususn acara kamilah.
(2) Saya sangat senang ditemani para gadis, saya suka akan kecantikan mereka,
saya suka akan kelembutan mereka, saya suka akan kehangatan mereka, dan
saya suka akan kesepian mereka.
Ekonomi
Ekonomi dalam kalimat adalah penghematan dalam pemakaian kata. Hal itu
tidak berarti yang perlu atau yang menambahkan nilai artistik boleh dihilangkan.
Maksudnya ialah pembuangan kata yang mubazir dan konstruksi yang meliuk-liuk.
Bandingkan:
(1) a. *Pengangguran adalah merupakan hambatan utama.
b. Pengaguran merupakan hambatan utama.
(2) a. *Mereka membicarakan tentang rapat yang akan datang.
b. Mereka membicarakan rapat yang akan datang.
Variasi
Kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk kalimat
yang berurutan. Cara-caranya ialah (1) pemakaian berbagai jenis kalimat menurut
struktur gramatikal dan bentuk retorik; (2) pemakaian kalimat yang panjangnya
berbeda-beda; dan (3) pemakaian urutan unsur kalimat yang berselang-seling.
Misalnya,
(1) Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih berhati-hati
memakai bahan bakar dan energi di dalam negeri. Apakah kita menangkap
makna peringatan tersebut?
(2) Aku sebetulnya seorang guru. Kekayaan yang kuperoleh tidak lain karena
nasib. Aku dan temanku semasa di SMA bekerja sama mengirimkan kerang
dari Tanjungbalai ke Medan dan penghasilan yang kami dapat cukup besar.
2.2.3.2.2 Fakta dan Opini
Tujuan utama membaca antara lain untuk memperoleh informasi atau pesan
isi wacana. Informasi yang diperoleh dapat berupa fakta atau opini. Dalam wacana,
fakta dan opini berfungsi saling melengkapi. Pengungkapan sebuah fakta perlu
diperjelas dengan deskripsi yang berupa opini penulis, demikian juga sebaliknya.
Untuk mengungkapkan opini perlu didukung oleh fakta-sehingga opini itu dapat
diterima pendengar atau pembaca. Oleh karena itu diperlukan kecermatan dan
ketelitian untuk menentukan informasi yang berupa fakta atau opini.
Fakta berarti suatu hal nyata, benar-benar terjadi, sedangkan opini merupakan
pendapat atau pikiran sesorang mengenai suatu hal, pertimbangan atau saran-saran.
Contoh fakta:
Piala Dunia 2010 sudah berjalan tiga hari dan telah menggelar delapan pertandingan.
Dari seluruh duel, sosok Steven Gerrad untuk sementara ini muncul sebagai pencetak
gol tercepat. Kapten Inggris itu menceploskan gol pada menit ke-4 saat bertemu
Amerika Serikat, Sabtu (12/6).
Contoh opini:
Gestur Maradona seakan menggambarkan bahwa ia sendiri tak yakin dengan
kemampuan anak buahnya.
Latihan
1. Perbaikilah kesalahan pada kalimat berikut.
1. Komputer dapat memacu meningkatkan mutu pendidikan.
2. Dengan melalui kerja praktik ini siswa diharapkan dapat mengetahui tentang
aplikasi teori-teori ilmiah di lapangan.
3. Teknologi mendorong diciptakannya ilmu pengetahuan yang lebih maju.
4. Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini dibongkat oleh
petugas yang berwajib.
5. Karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun, dan penulis
mengharapkan demi kesempurnaannya.
6. Kepala cabang adalah sebagai penyelenggara usaha bank di wilayah kantor
cabang.
7. Dilantai teratas diperuntukkan sebagai landasan helikopter yang dapat
melakukan pendaratan untuk suatu keadaan darurat.
8. Penulis sangat mengharapkan akan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan memperbaiki demi kesempurnaan makalah ini di kemudian
hari.
9. Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
10. Yang mana pada hari ini kita semua dapat berkumpul di acara perpisahan ini
di mana teman kita akan pindah sekolah.
2. Tulislah satu kalimat yang berisi fakta!
3. Tulislah satu kalimat yang berisi opini!
2.2.4 MENGAMATI GAMBAR BAGAN, GRAFIK, DIAGRAM, MATRIKS,
TABEL, PETA, ATAU DENAH LALU MEMBAHAS DAN
MENJELASKANNYA
2.2.4.1 Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat:
1. Memahami isi wacana yang dibaca.
2. Mencatat isi pokok informasi yang terdapat dalam wacana.
3. Membuat pernyataan yang berhubungan dengan isi wacana yang dibaca.
4. Menceritakan kembali isi wacana yang telah dibaca secara lisan.
5. Mengungkapkan secara lisan informasi yang terdapat dalam gambar, bagan,
grafik, diagram, matriks, tabel, peta, atau denah.
6. Menuliskan kembali isi wacana yang telah dibaca.
7. Menyampaikan simpulan atas informasi yang terdapat dalam wacana.
2.2.4.2 Uraian Materi
Dalam memahami berbagai jenis informasi dapat dibedakan dalam berbagai
kategori. Ada informasi verbal dan ada pula informasi nonverbal. Informasi verbal
dapat dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat, sedangkan informasi nonverbal
dapat disajikan menggunakan gambar, bagan, grafik, diagram, matriks, tabel, peta,
atau denah. Namun demikian, informasi verbal dapat diubah menjadi informasi
nonverbal maupun sebaliknya.
Secara garis besar, informasi dibedakan menjadi tiga macam; yaitu (1)
informasi verbal, (2) informasi nonverbal, (3) informasi numerik.
Informasi verbal merupakan informasi yang disampaikan dengan kata-kata,
sedangkan informasi nonverbal disajikan dengan bentuk visual, seperti gambar,
bagan, grafik, diagram, matriks, tabel, peta, atau denah. Informasi numerik disajikan
dalam bentuk angka.
2.2.4.2.1 Bagan
Bagan ialah gambar rancangan skema; alat peraga grafis untuk menyajikan
data agar mempermudah penafsiran; gambar secara analisis dan statistik tentang
proses yang terjadi di dalam teknologi dan masyarakat manusia.
Contoh Bagan:
2.2.4.2.2 Grafik
Grafik ialah lukisan pasang surut atau naik turunnya suatu keadaan atau suatu
hasil dengan garis atau gambar.
Contoh grafik:
2.2.4.2.3 Diagram
Diagram ialah gambaran (buram, sketsa) untuk mempelihatkan atau
menerang
2.2.4.2.4 Tabel
Tabel ialah daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya
berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam
lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah
disimak.
No. Tempat Prakerin Jumlah Siswa
1 Pabrik alat-alat tekstil 35
2 Pabrik alat elektronik 65
3 Pabrik kabel 15
4 Pabrik baterai 45
5 Bengkel automotif 15
6 Pabrik mobil 40
7 Pabrik sepeda motor 35
8 Industri pembuatan 55
9 Industri logam 45
10 Developer perumahan 30
11 Kontaktor bangunan 60
2.2.4.2.5 Matriks
Matriks ialah tabel yang disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir
uraian yang diisikan dapat dibaca dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
Contoh matriks:
Data Penempatan Siswa Kelas 2 Melakukan Praktik Kerja Industri pada Tahun
Ajaran 2004/2005
1. Pabrik alat-alat listrik : 35 siswa
2. Pabrik alat elektronik : 65 siswa
3. Pabrik kabel : 15 siswa
4. Pabrik baterai : 45 siswa
5. Bengkel automotif : 15 siswa
6. Pabrik mobil : 40 siswa
7. Pabrik sepeda motor : 35 siswa
8. Industri pembuatan spare parts kendaraan : 55 siswa
9. Industri logam : 45 siswa
10. Developer perumahan : 30 siswa
11. Kontraktor bangunan : 60 siswa
____________________________________________________ +
Jumlah : 450 siswa
2.2.4.2.6 Peta
Peta ialah gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang
menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya.
2.2.4.2.7 Denah
Denah ialah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, gambar rancangan
bangunan, dan sebagainya.
Dalam berkomunikasi penyajian informasi verbal maupun nonverbal saling
melengkapi. Penyajian informasi nonverbal dapat memperjelas informasi verbal.
Demikian juga informasi verbal dapat memperjelas penyajian informasi
nonverbal.
Pengalihan Informasi Nonverbal ke dalam Informasi Verbal
Pengalihan informasi nonverbal ke dalam informasi verbal, yaitu kegiatan
mengubah lambing-lambang visual ke dalam bahasa verbal. Lambang visual
yang berupa grafik, misalnya, diubah menjadi bahasa verbal.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengalihkan informasi
nonverbal ke verbal, yaitu;
1. Memperhatikan secara keseluruhan.
2. Membaca judul dan subjudul.
3. Mencermati lambang-lambang nonverbal yang ada.
4. Mencermati kata-kata, frasa, atau angka-angka dalam informasi
nonverbal.
5. Menafsirkan hubungan makna antarbagian serta hubungan makna
secara menyeluruh.
6. Merumuskan hubungan makna antarbagian dalam bentuk verbal.
7. Merumuskan simpulan.
Pengalihan Informasi Verbal ke dalam Nonverbal
Langkah-langkah pengalihan informasi nonverbal ke verbal antara lain sebagai
berikut.
1. Mencermati isi dan sifat informasi/konsep dengan seksama.
2. Menentukan efektif tidaknya informasi/konsep tersebut divisualisasi.
3. Memilih bentuk visual yang tepat, apakah grafik, bagan, atau tabel.
4. Memilih lambang/bentuk/warna yang tepat untuk memvisualisasikan item-
item datanya.
5. Membuat visualisasi yang tepat untuk informasi/konsep tersebut.
Latihan
1. Sebutkan lima contoh informasi nonverbal!
2. Cara apakah yang tepat untuk menyampaikan informasi dari pernyataan-
pernyataan berikut?
a. Kemampuan menulis siswa SMP di pedalaman.
b. Prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SMKN 2 Berastagi kelas X.
c. Cara bertanam mangga bibit unggul.
d. Tahun ini SPP siswa baru dinaikkan.
e. Produksi gabah di kecamatan Maju Kabupaten Jaya Pura tahun 2005-
2010.
f. Peningkatan sumber daya manuasia (SDM) di lingkungan dinas
pendidikan dilakukan secara bertahap.
3. Ubahlah informasi nonverbal berikut menjadi informasi verbal!
Daftar 10 besar nilai ujian nasional siswa SMKN 2.
No Nama Matematika Bahasa Indonesia Bahasa
Inggris
1. Nicholas S. 9,89 10,00 10,00
2. Maya 10,00 9,80 9,60
3. Kalika 9,98 9,96 9,00
4. Alif Nemanja 9,80 10,00 9,50
5. Abi Anggoro 10,00 9,50 10,00
6. Nazriel Ilham 10,00 9,60 9,00
7. Barapatiradjawan
e
9,90 10,00 9,89
8. Shahira 9,80 10,00 9,99
9. Embun Tanzilal 9,90 9,00 10,00
10. Aimee 10,00 10,00 10,00
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
Hal
PRAKATA ……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Deskripsi Modul …………………………………………… 1
1.2 Prasyarat …………………………………………………… 1
1.3 Petunjuk Penggunaan Modul ……………………………… 1
1.4 Tujuan Akhir ……………………………………………… 2
1.5 Kompetensi ……………………………………………….. 2
BAB 2 PEMBELAJARAN……………………………………………. 3
2.1 Menyimak …………………………………………………. 3
2.1.1 Kegiatan Belajar 1 ……………………………… 3
2.1.1.1 Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
yang Lazim/Baku……………………………. 3
2.1.1.1.1 Tujuan Pembelajaran ……………… 3
2.1.1.1.2 Uraian Materi ……………………… 3
2.1.1.1.2.1 Lafal …………………….. 3
2.1.1.1.2.2 Tekanan ………………… 4
2.1.1.1.2.3 Jeda ……………………… 5
2.1.1.1.2.4 Intonasi ………………….. 5
2.1.2 Kegiatan Belajar 2 ……………………………………. 6
2.1.2.1 Memahami Informasi Lisan ………………… 6
2.1.2.1.1 Tujuan Pembelajaran ……………… 6
2.1.2.1.2 Uraian Materi ……………………… 6
2.1.2.1.2.1 Sumber Informasi ………… 7
2.1.2.1.2.2 Identifikasi Sumber Informasi … 7
2.1.2.1.2.3 Isi Pokok Informasi ………….. 8
2.1.2.1.2.4 Ragam/Laras Bahasa ……….. 8
2.1.2.1.3. Menggunakan Imbuhan dengan Benar
dan Tepat Makna…………………… 9
2.2 Membaca ………………………………………………………….. 15
2.2.1 Kegiatan Belajar 1 ……………………………………… 15
2.2.1.1Membaca Cepat untuk Pemahaman …………… 15
2.2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran ………………. 15
2.2.1.1.2 Uraian Materi ………………………. 15
2.2.1.1.2.1 Teknik Membaca Cepat …… 17
2.2.2 Kegiatan Belajar 2 ………………………………………. 27
2.2.2.1 Tujuan Pembelajaran ………………… 27
2.2.2.2 Uraian Materi ………………………… 27
2.2.2.2.1 Narasi ……………………… 27
2.2.2.2.2 Deskripsi ………………….. 31
2.2.2.2.3 Eksposisi ………………….. 33
2.2.2.2.4 Argumentasi ……………… 34
2.2.2.25 Persuasi …………………… 37
2.2.3 Memahami Kalimat Efektif ………………………….. 38
2.2.3.1 Tujuan Pembelajaran …………......... 38
2.2.3.2.Uraian Materi ………………….......... 38
2.2.3.2.1 Kalimat Efektif …………… 38
2.2.3.2.2 Fakta dan Opini …………… 40
2.2.4 Mengamati Gambar Bagan, Grafik, Diagram, Matriks, Tabel,
Peta, atau Denah lalu Membahas dan Menjelaskannya……. 41
2.2.4.1 Tujuan Pembelajaran …………………………… 41
2.2.4.2 Uraian Materi …………………………………… 41
2.2.4.2.1 Bagan ………………………………… 42
2.2.4.2.2 Grafik ………………………………… 44
2.2.4.2.3 Diagram ……………………………… 45
2.2.4.2.4 Tabel ………………………………… 46
2.2.4.2.5 Matriks …………………………......... 46
2.2.4.2.5 Peta ………………………………… 48
2.2.4.2.6 Denah ……………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena modul ini dapat selesai tepat waktu.
Komponen penting dalam sistem pendidikan dan pelatihan adalah
tersedianya modul. Oleh karena itu, melalui modul ini siswa diharapkan
dapat menguasai modul dan menerapkan sikap, ilmu, dan keterampilan
berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari guna pengembangan diri
dalam bidang keahliannya.
Pernyataan terima kasih penulis sampaikan kepada kolega di SMKN 2
Berastagi. Juga kepada siswa SMKN 2 Berastagi. Disadari atau tidak
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan siswa pada setiap proses belajar
mengajar adakalanya mengilhami penulis untuk memperbaiki isi modul ini.
Penulis menyadari penyajian modul ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan demi
sempurnanya penyusunan dan penyajian modul ini di masa yang akan datang.
Kabanjahe, Juni 2010
Tim penulis
BAB II
PEMBELAJARAN
2.1 MENYIMAK
2.1.1 Kegiatan Belajar 1
2.1.1.1 MENYIMPULKAN INFORMASI LISAN YANG TIDAK BERSIFAT
PERINTAH
2.1.1.1.1 Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari materi kegiatan belajar ini siswa diharapkan
dapat :
1. Membuat catatan, baik verbal maupun nonverbal, sebagai dasar membuat
simpulan (lisan dan tulisan) yang akurat.
2. Menyampaikan simpulan dan pendapat yang akurat dan lugas.
3. Membuat simpulan (lisan dan tulisan) dalam bahasa Indonesia yang baik dan
benar termasuk mengenai kesadaran berbahasa/sikap berbahasa yang positif.
2.1.1.1.2 Uraian Materi
Keterampilan menyimak memerlukan konsentrasi. Penyimak yang baik akan
memperhatikan dengan cermat/seksama simakan sehingga didapatkan informasi
secara rinci.
Jenis-jenis menyimak.
1. Menyimak Ekstensif adalah menyimak bahan atau materi lama dengan cara
baru melalui siaran radio/televisi, misalnya mengenai narkoba, dan lain-lain.
Menyimak ekstensif meliputi:
1.1 Menyimak sosial, misalnya memberikan orang tua memberikan nasihat;
percakapan sesama teman.
1.2 Menyimak sekunder adalah menyimak secara kebetulan karena sedang
melakukan aktifita lain. Misalnya, sambil menulis mendengarkan berita
radio; melukis/menggambar sambil melihat siaran televise atau mendengar
musik.
1.3 Menyimak estetika, misalnya menyimak puisi, drama, cerita lakon yang
dibawakan oleh guru, dan lain-lain.
1.4 Menyimak pasif adalah menyimak suatu bahasa atau menyerap suatu bahasa
tanpa uapaya sadar. Misalnya, tukang becak yang biasa mengantar turis
secara tidak langsung pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing.
2. Menyimak intensif adalah menyimak catatan sambil mengisi bagian-bagian
yang dihilangkan.
Menyimak intensif meliputi:
top related