nama : dr. sakka pati, s,h, m.h. demokrasi, hukum dan...
Post on 14-May-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Nama : Dr. Sakka Pati, S,H, M.H.
Dosen Fak. Hukum Unhas
Lahir Soppeng 11-2- 1971
- Kepala UPT. Unhas Prees
- Kepala Pusat Litbang Konflik,
Demokrasi, Hukum dan Humaniora
Unhas
- Tenaga ahli DPRD Makassar
- Penasihat Pemkot Makassar
- Makassar
- Dewan Smart City Makassar
- Staff Ahli Kapolda Sulsel
• HKI (Hak Kekayaan Intelektual) memberikan perlindungan hukum dan monopoli kepada inventor, penemu, pencipta untuk suatu masa tertentu dengan melarang pihak lain yang tidak terkait untuk memperbanyak, menjual, meniru hasil ciptaan yang didaftarkan
• Dimensi HKI memiliki nilai ekonomi, nilai moral dan manfaat sosial
• Dengan HKI maka kreasi, invensi dan inovasi dapat
dilindungi serta dikembangkan, merangsang
penelitian lebih lanjut
• Dengan HKI maka terdapat kepastian “hak milik”
suatu kreasi, invensi dan inovasi.
• Paten
• Perlindungan Varietas Tanaman
• Rahasia Dagang
• Disain industri
• Disain tataletak sirkuit terpadu
• Copyright/hak cipta
• Trademark/merek
TENTANG
POKOK-POKOK ISI
(PVT)
UU No. 29 Tahun 2000 PVT
Perlindungan Hak Intelektual atas Varietas Unggul
Nilai tambah komersial bagi
penelitian & industri benih
Mendorong upaya perbaikan
varietas secara terus menerus
Varietas unggul yang lebih baik
Daya saing komoditi meningkat
Kualitas hasil
terjamin
Produksi & kondisi
meningkat
Pendapatan petani
meningkat
Strategi
Untuk Mendorong Penemuan Varietas Baru
9
Menciptakan upaya kondusif
Pemberian insentif bagi penemu
Perlidungan Hukum (PVT) bagi penemu varietas unggul
Memperoleh manfaat ekonomis (sebagai penghargaan) sesuai
Pasal 55 UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Pertanian
• Dilakukan oleh pemerintah • Pemerintah wajib memberikan nama • Pendaftaran dan penggunaan di atur pemerintah
VARIETAS LOKAL MILIK MASYARAKAT DIKUASAI NEGARA
• Diberikan sekaligus, • Prosentase, • Dapat berbentuk gabungan:jumlah tertentu, sekaligus
dengan bonus, dan • Dapat berbentuk gabungan: Prosentase dengan
bonus/hadiah
PEMULIA PENGHASIL MENERIMA IMBALAN
Ps (7)
Ps (8)
• Memproduksi atau memperbanyak benih;
• Menyiapkan untuk tujuan propagasi;
• Mengiklankan;
• Menaarkan;
• Menjual atau memperdagangkan;
• Mengekspor;
• Mengimpor;
• Mencadangkan untuk keperluan tertentu.
Hak untuk menggunakan varietas meliputi kegiatan
a. UU No 12 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman;
b. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
c. UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten;
d. PP Nomor 13 Tahun 2004 tentang Penanaman, Pendaftaran dan
Penggunaan Varietas Asal Untuk Pembuatan Varietas Turunan
Esensial;
e. Permentan No 39 Tahun 2006 Tentang Produksi, Sertifikasi dan
Peredaran Benih Bina.
Banyaknya peraturan yang mengatur tentang varietas tanaman
mengakibatan ketidakefektifan pelaksanaan perlindungan
terhadap varietas tanaman itu sendiri, oleh sebab itu disarankan
untuk menggunakan prinsip omnibus law dalam pengaturan
perlindungan varietas tanaman
Serifikasi Liar
Pencurian Benih Jagung
Meniru Cara Bercocok Tanam Perusahaan
Pemalsuan Merek
Sebagai salah satu contoh yang terjadi pada Tahun 2005 silam, seorang petani
bernama Tukirin asal Kediri terkena jeratan hukum atas tuduhan sertifikasi liar
dan pencurian benih jagung milik PT. Bisi.
Padahal Tukirin hanya mencoba melakukan penyerbukan silang dari benih jagung yang
diperoleh dari benih yang dijual bebas secara sah melalui penyalur resmi. Ia kemudian
mengembangkan pengetahuannya terkait budidaya jagung yang dimilikinya, agar benih
jagung dapat digunakan kembali sebagai benih.
Setelah berhasil, Tukirin kemudian membagi pengetahuan dan benihnya pada petani lain
dengan tujuan mengurangi biaya pengeluaran petani dalam hal pembelian benih. Selain
itu, jagung hybrida yang dipanen tidak dapat dijadikan benih untuk musim tanam
berikutnya, karena apabila digunakan kembali, hasil panen benih tersebut akan buruk
Seharusnya negara mampu melindungi petani
dari jeratan-jeratan hukum tersebut dengan
adanya sistem perlindungan Sui Generis.
Selain itu, Petani juga dapat dilindungi melalui
Prinsip Exhaustion dan Prinsip Kepentingan
Umum
Terkait dengan PVT, terdapat prinsip Exhaustion yang disinggung dalam
Dokumen WIPO-UPOV Symposium on Intellectual Property Rights in Plant
Biotechnology yang rnenyatakan adanya farmer's privilege (pengecualian
untuk petani yang menyimpan benih untuk masa tanam berikutnya)
Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat dilihat bahwa PVT pada satu sisi
digunakan untuk melindungi varietas tanaman yang merupakan hasil pemuliaan
tanaman, tetapi pada sisi lain juga tidak dimaksudkan untuk mempersulit para
petani yang akan menggunakan benih dari varietas tanaman yang dilindungi
tersebut.
Selain Prinsip Exhaustion, PVT di Indonesia juga
mengenal adanya prinsip kepentingan umum.
Dalam pelaksanaan PVT, prinsip kepentingan umum tersebut diperlukan guna
memberikan jaminan agar Hak PVT tidak berbenturan dengan kepentingan
masyarakat secara luas
Prinsip kepentingan umum tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang PVT
yang pada bagian penjelasan umum menyebutkan bahwa " ... dalam
pelaksanaannya undang-undang ini dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar yang
mempertemukan keseimbangan kepentingan umum dan pemegang hak PVT.”
• Undang-Undang 29 tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman diharapkan dapat memberikan
landasan hukum yang kuat bagi upaya mendorong
terciptanya varietas unggul baru dan pengembangan
industri pembenihan
• Pemberian perlindungan varietas tanaman ini bertujuan
untuk mendorong dan memberi peluang kepada dunia
usaha meningkatkan perannya dalam berbagai aspek
pembangunan pertanian.
• Hal ini semakin penting mengingat perakitan varietas
unggul di Indonesia saat ini masih lebih banyak dilakukan
oleh lembaga penelitian pemerintah.
• Pada waktu yang akan datang diharapkan dunia usaha dapat
semakin berperan sehingga lebih banyak varietas tanaman
yang lebih unggul dan lebih beragam dapat dihasilkan.
• Meski demikian, sasaran untuk memberikan peluang dan
mendorong peningkatan aspek pembangunan harusnya tidak
hanya difokuskan pada dunia usaha, melainkan juga kepada
petani lokal maupun petani kecil untuk meningkatkan
kreatifitasnya dalam dunia pertanian
• Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, perkembangan
sistem agribisnis harus diarahkan untuk menggalang seluruh
potensi bangsa dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati
melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menghasilkan varietas unggul baru yang bermanfaat bagi
kesejahteraan petani dan masyarakat luas
• Mengingat pentingnya keberadaan UU PVT ini, maka terdapat
beberapa hal yang perlu diberikan perhatian khusus agar
dapat memberikan kemanfaatan bagi semua pihak, bukan
hanya sekadar perlindungan bagi pemulia tanaman, namun
juga kepada petani kecil dan pihak lain yang memiliki ide-ide
kreatif dalam melakukan pengembangan varietas tanaman
khususnya yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam UU PVT
• Perlu ada keseimbangan antara hak pemulia dalam kaitan dihasilkannya suatu varietas tanaman baru berdasarkan perjanjian kerja maupun berdasarkan pesanan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) UU PVT sebagai berikut:
Ayat (2) bahwa Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan perjanjian kerja, maka pihak yang memberi pekerjaan itu adalah pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia
Ayat (3) bahwa jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan pesanan, maka pihak yang memberi pesanan itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia
• Berdasarkan ketentuan di atas, maka setiap varietas yang dihasilkan oleh pemulia yang didasarkan pada perjanjian kerja atau pesanan tidak lagi menjadi hak pemulia sehingga segala keuntungan yang diperoleh pemegang hak tidak dapat dinikmati oleh pemulia meskipun varietas tersebut merupakan hasil karyanya sendiri.
• Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) bahwa Pemegang hak PVT memiliki hak untuk menggunakan dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi, pasal ini memberikan ruang bagi pihak lain agar dapat menggunakan varietas yang telah dilindungi untuk kegiatan propagasi dengan persetujuan pemegang hak
• dalam ketentuan Pasal 6 ayat (4) UU PVT disebutkan bahwa Penggunaan hasil panen yang digunakan untuk propagasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berasal dari varietas yang dilindungi, harus mendapat persetujuan dari pemegang hak PVT. Pasal ini berarti bahwa untuk menemukan varietas baru dari bibit varietas yang telah dilindungi harus mendapatkan persetujuan dari pemegang hak, meskipun bibit tersebut diperoleh dari cara-cara yang sah misalnya jual beli. Menurut penulis, hal ini kurang tepat karena tidak membuka ruang bagi masyarakat khususnya petani untuk melakukan penelitian menemukan varietas baru yang tujuannya adalah mengambangkan pertanian di Indonesia.
• Pasal 7 ayat (1) UU PVT bahwa “Varietas lokal milik
masyarakat dikuasai oleh Negara”, namun yang menarik
untuk dianalisis yaitu dalam penjelasannya disebutkan
bahwa varietas lokal adalah varietas yang telah ada
dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani,
serta menjadi milik masyarakat. Artinya petani tidak
diberikan kesempatan untuk mengembangkan
kreatifitasnya untuk menghasilkan varietas tanaman baru
berdasarkan varietas lokal.
top related