o rabu 17 18 19 20 21 €> ojan opeb o menyikapi ruu...
Post on 10-Feb-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
/lSEPUTAR INDONESIA ecUNPAD )
aNON UNPAD )
C )o Senin o Selasa o Rabu o Kamis eJumat o Sabtu o Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 €> 23 24 25 26 27 28 29 30 31
OJan OPeb oMar OApr OMei OJun eJul OAgs OSep OOkt ONov ODes
MenyikapiRUU Intelijen
Guru Besar Hukum PidanaInternasional UniversitasPadjadjaran (Unpad) ,
"Pemberianwewenang kepada
badanintelijenuntuk
menangkap,menahan, danmemeriksaseseorangmenuntut
konsekuensibahwa
pelaksanaankewenangan
tersebut harusmelalui suatu..proses pengujiandan evaluasi.
secara tertutupatau terbukadalamsuatumahkamah
praperadilan.
Ruu Intelijen akhir-akhir ini merupakanmomok menakutkan
sebagian besar para penggiatproteksiHAMdilndonesia.Prodan kontra merebak terhadapRUU tersebut sehingga di ka-langan anggota Dewan pesimisdapat menyelesaikan sesuaidengan rencana Prolegnas,
Belum lama ini berbagai pe-ristiwa terorisme merebak dantentu membuat kita amat pri-hatin. Sebut saja peristiwa 'bornbuku' di daerah Utan Kayu dan'born bunuh diri' di MapolrestaCrrebonsertaberitapenangka~an, penahanan, dan tewasnyatersangka teroris diSukoharjo.
Yang terakhir ini sangatmencengangkan karena ter-ungkap jaringan terorismebaru dengan bukti dokumendan senjata api serta persiapanuntuk melakukan pengebom-an yang disita di sebuah rumahdi Sukoharjo. Peristiwa ter-sebut sungguh di luar dugaankita semua dan membuktikanbahwa kegiatan teror dan ke~lompok pegiat teror di wilayahhukum Indonesia masih tetaphidup beraktivitas sejak pe-ristiwa BornBali I (2002).
Sembilan tahun merupa-kan waktu yang panjang untukmerunut kegiatan terorisme diIndonesia. Dan penegakan hu-kum terhadap kegiatan ter-sebut masih didominasi olehpola penegakan hukumreaktif(reactive law enforcement-RLE). Sedangkan setiap ke-giatan terortelah dipersiapkandan direncanakan jauh se-belum eristiwa teri adi.
Belajardari pengalaman ter-sebut pola penegakan hukumRLE terbukti tidak cukup am-puh dan memadai menghadapikegiatan terorisme selama ini.Perlu dipertimbangkan polabaru.penegakan hukum yaitupenegakan hukum proaktif(proactive law enforcement-ProLE) dan pre-emtif (preem-ptiue lawenforcement-PreLE).
Kedua pola terakhir tentuharus diatur dalam undang-undang terkait terorisme ter-masuk UU Intelijen. Karenamelaksanakan tugas keduapola tersebut memerlukaninformasiintelij en yang akurat
dari badan intelijen. Untukmemperoleh informasi akuratdiperlukan penangkapan, pe-nahanan, dan pemeriksaanoleh aparat intelijen sehinggadiperlukan payung hukumyang memadai dan tidak ber-tentangan dengan KonstitusiUUD1945.
MengawasiKewenangan
Kemungkinan badan inteli-jen menangkap dan menahanserta memeriksa seseorang bu-kan hal tabu sepanjang dilak-sanakan sesuai dengan keten-tuan prinsip dueprocessdenganmerujuk kepada ketentuanPasal28 J UUD 1915. Kekha-watiran banyak orang ter-hadap kewenangan tersebutbukan pada keabsahan pe-nangkapan, penahanan, dan
Kliping Humas (lnpad 2011
pemeriksaannya, melainkanpada kewenangannya itu sen-diri; apakah kewenangan ter-sebut dapat dilaksanakan se-suai dan sejalan dengan mak-sud dan tujuan diberikannyawewenang tersebut kepadabadan intelijen berdasarkanundang-undangyang berlaku.
Dalam konteks ini kita ber-bicara mengenai penerapanprinsip due diligence of poweryaitu prinsip yang dijadikandasar pengujian sejauh mana
.kewenangan badan intelijentersebut telah dijalankan se-suai dengan prinsip due process.Dalam praktik, pengujian prin-sip tersebut dilaksanakan olehsuatumahkamah semacam pra-peradilan, sehingga sebelumsampai pada tahap pemeriksa-an, harus dilaksanakan tahappengujian terhadap kewenang-
an menangkap, dan menahandalam batas waktu tertentu.
Pemberian wewenang ke-pada badanintelijen untukme-nangkap, menahan, dan me-meriksa seseorang menuntutkonsekuensi bahwa pelaksana-an kewenangan tersebut harusmelalui suatu proses penguji-an dan evaluasi secara tertutupatau terbukadalamsuatumah-kamah praperadilan. Prosespengujian dan evaluasi ter-sebut mencerminkan prinsipketerbukaan, integritas, danprofesionalisme.
Konsekuensi dari pola pan-dang terse but maka informasiintelijen menjadi alat bukti disamping alat bukti yang diaturdalam KUHAP termasuk alatbukti elektronik. Selain itu, sya-rat yang harus juga dipenuhidalam mewujudkan panda-
ngan baru ini adalah semua ke-tentuan dalam peraturan per-undang-undangan termasukUU Intelijen dan UU Kamnasharusmemenuhisyaratlexcertadan tidak menimbulkan multi-tafsir seperti kalimat" meng-ancam stabilitas keamanan danketertiban" atau "merongrongkewibawaan pemerintah" atau"merusak nilai-nilai moralPancasila dan UUD 1945".
Pembenahan norma subs-tansial dan prose dural dalamperaturan perundang-undang-an tersebut merupakan suatukeharusan dan diperlukan pe-nguatan sistem checks andbalances terhadap tugas danwewenang badanintelijen; baiksistem pengawasan internalmaupun pengawasan ekster-nal. Bahaya dan kekhawatiranpenyalahgunaan kewenangan
oleh badanintelijen tidakdapatdinafikan begitu saja karenapengalaman diTanahAir ketikarezim Orde Lama dan OrdeBaruserta dimancanegara,peristiwapenyalahgunaa tersebut telahterjadi dan memakan banyakkorban tidak berdosa.
Meski demikian, dengan ke-seimbangan prinsip duediligenceofpowerdandueprocessof law serta sistem pengawasandimaksud, sudah tentu peker-jaan badaninte ijen tidakakansemudah tempo dulu. Dalamnegara demokrasi di negaramaju sekalipun peranan badanintelijen sangat menentukanseperti penangkapan Imrondankeberadaa lokasiHambaliserta temuan tempat tinggalOsama Bin Laden sebelumtewas di tanga aparatmiliterAmerika Serikat.e .
top related