obligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Post on 21-Jan-2017
1.138 Views
Preview:
TRANSCRIPT
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Obligasi Konversi
Bagian Kedua: Akuntansi Penerbitan Obligasi Konversi menurut
IFRS (Bagian B)
Ini merupakan lanjutan Bagian (A) dari tulisan dengan judul yang sama dimana Bagian
Pertama dan Kedua sudah dibicarakan. Bagian (B) membicarakan Bagian Ketiga dan
Bagian Keempat.
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
Bagian Ketiga : Akuntansi Obligasi Konversi dari Sudut Pandang Perusahaan
Penerbit
Dari bacaan paragraf 29 IAS 32 yang dimuat dalam tulisan Bagian (A) dengan judul yang
sama, dapat kita ketahui bahwa IFRS menghendaki dipisahkannya komponen Liabilitas
Keuangan dan Instrumen Ekuitas yang terkandung dalam nilai penerbitan obligasi konversi.
Tidak hanya itu saja, IAS 32 paragraf 30 1 menghendaki bahwa klasifikasi komponen
Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas dari suatu instrumen konversi tidak akan direvisi
atau diubah sebagai akibat adanya perubahan kemungkinan option konversi ini akan
dijalankan atau di-exercise atau tidak (dalam hal pilihan exercise option tidak membawa
keuntungan secara ekonomis bagi beberapa pihak pemegang obligasi konversi tersebut)2.
Pertanyaan dasar: Bagaimana mengalokasikan dana yang diperoleh dari penerbitan
instrumen keuangan majemuk tersebut ke masing-masing komponen?
IAS 32 paragraf 31 menjelaskan cara “memisahkan” komponen Liabilitas Keuangan dan
Instrumen Ekuitas, sebagaimana dijelaskan di bawah ini3.
[Paragraf 31 IAS 32] IFRS 9 deals with the measurement of financial assets and financial
liabilities. Equity instruments are instruments that evidence a residual interest in the assets
of an entity after deducting all of its liabilities. Therefore, when the initial carrying amount of a
compound financial instrument is allocated to its equity and liability components, the equity
component is assigned the residual amount after deducting from the fair value of the
instrument as a whole the amount separately determined for the liability component. The
value of any derivative features (such as a call option) embedded in the compound financial
instrument other than the equity component (such as an equity conversion option) is
included in the liability component. The sum of the carrying amounts assigned to the liability
and equity components on initial recognition is always equal to the fair value that would be
1 IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and
Requirements. July 2012. IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A967. 2 Adanya perbedaan dampak konversi atas beban pajak masing-masing pemegang atau investor
obligasi konversi dapat berbeda-beda, ini akan membawa konsekuensi kemungkinan masing-masing pihak pemegang atau investor obligasi konversi akan bersikap berbeda-beda terhadap apakah akan di-exercise option konversi atau tidak. 3 IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part A: The
Conceptual Framework and Requirements. IAS 32: Financial Instruments: Presentation. Paragraf 31. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A918.
www.futurumcorfinan.com
Page 3
ascribed to the instrument as a whole. No gain or loss arises from initially recognizing
the components of the instrument separately.
Dari paragraf 31 IAS 32 dapat dikatakan bahwa:
Sejalan dengan definisi Instrumen Ekuitas yang diberikan dalam paragraf 11 IAS 32, yaitu
“Any contract that evidences a residual interest in the assets of an entity after deducting all
of its liabilities”, yaitu bahwa ekuitas menunjukkan kepentingan residual dalam aset neto
suatu perusahaan, maka nilai keseluruhan instrumen keuangan berupa obliges konversi dan
komponen Liabilitas Keuangan wajib ditentukan terlebih dahulu. Nilai komponen Instrumen
Ekuitas adalah sisanya atau berupa residual saja.
Jadi urutannya:
1) Tentukan terlebih dahulu nilai wajar (fair value)4 dari obligasi konversi. Nilai wajar ini
biasanya terwujud dalam uang tunai yang diterima (proceeds) atau harga transaksi
(transaction price) dari penerbitan obligasi konversi. Nilai wajar ini pula yang menjadi
nilai tercatat awal (initial carrying amount) dari obligasi konversi tersebut. Katakan nilai
yang diperoleh dari langkah pertama ini adalah (A).
2) Kemudian, tentukan nilai wajar dari komponen Liabilitas Keuangan, dimana caranya
dijelaskan dalam paragraf 32 IAS 32. Katakan nilai yang diperoleh dari langkah kedua
ini adalah (B).
3) Sisanya atau selisih dari langkah pertama dan kedua di atas yaitu selisih (A) dengan
(B), merupakan bagian yang dialokasikan sebagai Instrumen Ekuitas (= C).
Dengan demikian, jumlah (B) + jumlah (C) diatas akan selalu sama dengan jumlah (A).
Karena Jumlah (B) + jumlah (C) = jumlah (A) pada saat pengakuan awal, maka secara
logika tidak mungkin bisa timbul keuntungan atau kerugian dari pengakuan awal atas
komponen Liabilitas dan Ekuitas dari penerbitan instrumen keuangan majemuk. Hal ini
ditegaskan dalam kalimat terakhir Paragraf 31 IAS 32 di atas bahwa tidak ada keuntungan
atau kerugian yang akan timbul dari memisahkan dan mengakui kedua komponen terpisah
4 IFRS 13 : Fair Value Measurement, mendefinisikan nilai wajar sebagai:
Fair value is the price that would be received to sell an asset or paid to transfer a liability in an orderly transaction between market participants at the measurement date. IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. IFRS 13 : Fair Value Measurement. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Paragraf 9. Halaman A491.
www.futurumcorfinan.com
Page 4
dari suatu instrumen keuangan majemuk. Prinsip ini dikenal sebagai “No Day 1 Gain or
Loss”.
Paragraf 30 IAS 32 menjelaskan lebih lanjut bahwa5:
Classification of the liability and equity components of a convertible instrument is not revised
as a result of a change in the likelihood that a conversion option will be exercised, even
when exercise of the option may appear to have become economically advantageous to
some holders. Holders may not always act in the way that might be expected because, for
example, the tax consequences resulting from conversion may differ among holders.
Furthermore, the likelihood of conversion will change from time to time. The entity’s
contractual obligation to make future payments remains outstanding until it is extinguished
through conversion, maturity of the instrument or some other transaction.
Di sini IAS 32 paragraf 30 mengatur bahwa klasifikasi komponen Liabilitas Keuangan dan
Instrumen Ekuitas yang dilakukan pada saat pengakuan awal dari suatu instrumen
keuangan majemuk tidak akan direvisi sebagai akibat perubahan kemungkinan bahwa
option konversi akan dijalankan atau tidak. Jadi kewajiban kontraktual pihak penerbit
obligasi konversi untuk melakukan pembayaran di masa depan akan terus ada sampai
obligasi konversi tersebut (i) diselesaikan (extinguished) melalui konversi, (ii) jatuh tempo
obligasi konversi (catatan: ada pelunasan), atau (iii) berakhir akibat transaksi lainnya.
Cara Pemisahan Komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas dalam Suatu
Obligasi Konversi
Cara pemisahan komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas dalam suatu obligasi
konversi, sebagaimana diuraikan di atas, dengan dihitung terlebih dahulu nilai wajar dari
komponen Liabilitas Keuangan dan nilai yang tersisa ke komponen Instrumen Ekuitas, ada
yang menamakan “Split Accounting”6 atau “Residual Allocation Method”7. Namun demikian,
5 IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and
Requirements. July 2012. IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A966. 6 Misalnya disebut dalam:
Mackenzie, Bruce; Danie Coetsee; Tapiwa Njikizana; Edwin Selbst; Raymond Chamboko; Blaise Colyvas; dan Brandon Hanekon. 2013 Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2013. Bab 24: Financial Instruments. Halaman 1833.
www.futurumcorfinan.com
Page 5
bacaan atas Basis for Conclusions on IAS 32 Financial Instruments: Presentation paragraf
BC23 – BC31 memberikan kita dasar pertimbangan IASB memilih cara perhitungan di atas.
Paragraf BC23 – BC31 8 menjelaskan bahwa versi IAS 32 sebelum tahun 2003 tidak
menentukan satu metode tertentu untuk “memisahkan” nilai tercatat awal dari suatu
instrumen keuangan majemuk ke komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas,
namun menyarankan [catatan: perhatikan, hanya menyarankan saja, dan tidak mewajibkan
salah satu metode tersebut] 2 (dua) pendekatan yang dapat dipertimbangkan:
1) Metode Dengan-dan-Tanpa-Dengan (With-and-Without Method). Menggunakan
pendekatan ini, langkah pengukuran pertama difokuskan pada komponen instrumen
yang relatif lebih mudah ditentukan nilainya, dan selisih dari nilai keseluruhan
instrumen keuangan majemuk tersebut, akan dialokasikan ke komponen yang relatif
lebih tidak mudah ditentukan nilainya atau diukur (seringkali ini merupakan komponen
Instrumen Ekuitas).
Mengingat bahwa pendekatan ini hanya melihat pada pengukuran komponen
instrumen yang lebih mudah ditentukan, maka dapat saja justru sebaliknya, dimana
nilai wajar komponen Instrumen Ekuitas lebih dapat ditentukan terlebih dahulu, dan
selisih antara dana perolehan dari penerbitan instrumen keuangan majemuk, baru
diberikan ke komponen Liabilitas Keuangan.
Jadi metode ini dimungkinkan bahwa:
Nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan dari suatu instrumen keuangan
majemuk ditentukan terlebih dahulu (karena dapat relatif lebih mudah
ditentukan terlebih dahulu), dan sisa atau selisihnya dengan total nilai
instrumen keuangan majemuk keseluruhan kemudian dialokasikan ke
komponen Instrumen Ekuitas. Atau,
Nilai wajar komponen Instrumen Ekuitas dari suatu instrumen keuangan
majemuk ditentukan terlebih dahulu (karena dapat relatif lebih mudah
Elliot, Barry; dan Jamie Elliott. Financial Accounting, Reporting and Analysis. Edisi
International. Edisi kedua. UK: Pearson Education Limited. 2006. Bab 7: Financial Instruments. Halaman 173
7 Epstein, Barry J.; dan Eva K. Jermakowicz. 2010 Interpretation and Application of International
Financial Reporting Standards. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2010. Bab 15: Financial Instruments – Noncurrent Liabilities. Halaman 645. 8 IFRS Foundation. A Guide Through IFRS. Part B: The Accompanying Documents. July 2012. Basis
for Conclusions on IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman B1372 – B1373.
www.futurumcorfinan.com
Page 6
ditentukan terlebih dahulu), dan sisa atau selisihnya dengan total nilai
instrumen keuangan majemuk keseluruhan kemudian dialokasikan ke
komponen Liabilitas Keuangan.
Contoh:
PT ABC menerbitkan obligasi konversi dengan nilai wajar Rp 10.000.000.000, dimana
nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan dapat ditentukan relatif lebih mudah
Rp 8.000.000.000, maka alokasi total dana yang diterima adalah sebagai berikut:
Total Dana Nilai Wajar Liabilitas
Keuangan
Sisanya dialokasikan ke
Komponen Instrumen
Ekuitas – karena
merupakan residual,
maka tidak diukur pada
nilai wajarnya
10.000.000.000 8.000.000.000 2.000.000.000
Seandainya dalam contoh di atas, nilai wajar komponen Instrumen Ekuitas (misalnya
diukur menggunakan model option pricing) Rp 3.000.000.000 dapat relatif ditentukan
lebih mudah, maka alokasi total dana yang diterima adalah sebagai berikut:
Total Dana Nilai Wajar Komponen
Instrumen Ekuitas
Sisanya dialokasikan ke
Komponen Liabilitas
Keuangan – karena
merupakan residual,
maka tidak diukur pada
nilai wajarnya
10.000.000.000 8.000.000.000 2.000.000.000
2) Metode Nilai Wajar Relatif (Relative Fair Value Method). Dalam metode ini, baik
komponen Liabilitas Keuangan maupun Instrumen Ekuitas akan diukur nilai [wajar]-
nya secara terpisah, dan kemudian perbandingan dari nilai wajar masing-masing
komponen tersebut digunakan untuk membagi nilai perolehan instrumen keuangan
majemuk ke dalam masing-masing komponennya.
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Contoh:
PT ABC menerbitkan obligasi konversi dengan nilai wajar Rp 10.000.000.000, dimana
nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan Rp 8.000.000.000 dan nilai wajar komponen
Instrumen Ekuitas (misalnya diukur menggunakan model option pricing)
Rp 3.000.000.000, maka alokasi total dana yang diterima adalah sebagai berikut:
Komponen
Instrumen
Nilai Wajar
(dalam Rp)
% dari Total
(dibulatkan)
Jumlah yang
Dialokasi ke
Masing-Masing
Komponen
(dalam Rp)
Liabilitas Keuangan 8.000.000.000 73% 7.300.000.000
Instrumen Ekuitas 3.000.000.000 27% 2.700.000.000
Total 11.000.000.000 100% 10.000.000.000
IAS 32 versi sebelum tahun 2003 tidak menentukan pendekatan yang mana yang perlu
dipakai, namun demikian memberikan 2 (dua) pendekatan yang dapat dipertimbangkan,
sebagaimana disebutkan di atas. Sikap ini diambil oleh IAS 32, karena pada saat itu, IAS 32
memang tidak dimaksudkan untuk mengatur pengukuran Aset Keuangan, Liabilitas
Keuangan dan Instrumen Ekuitas. Hal-hal menyangkut pengukuran memang kemudian ada
dalam penerbitan IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement pada tahun
2003. IAS 39 paragraf 43 sendiri kemudian menentukan bahwa Liabilitas Keuangan mesti
diukur pada saat pengakuan awal menggunakan nilai wajar9:
When a financial liability is recognized initially, an entity shall measure it at its fair value
minus, in the case of a financial liability not at fair value through profit or loss, transaction
costs that are directly attributable to the issue of the financial liability.
Akibat pengaturan ini, Metode Nilai Wajar Relatif menjadi tidak dapat dipergunakan lagi,
dengan alasan sebagai berikut.
Pertama, pada saat pengakuan awal (initial recognition): penggunaan metode ini
dapat mengakibatkan pengukuran awal komponen Liabilitas Keuangan tidak
9
International Accounting Standards Committee Foundation. International Financial Reporting Standards: as issued at 1 January 2010. Part A. IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement. London: IASC Foundation Publications Department. 2010. Halaman A884.
www.futurumcorfinan.com
Page 8
dilakukan pada nilai wajarnya, sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan IAS
39 paragraf 43 di atas.
Kedua, menyambung alasan pertama di atas, dimana komponen Liabilitas
Keuangan tidak diukur pada nilai wajarnya pada saat pengakuan awal, maka ini
akan membawa konsekuensi pada pengukuran komponen Liabilitas Keuangan
sesudah pengakuan awal (measurement after initial recognition). IAS 39 paragraf
47 mewajibkan bahwa, sesudah pengakuan awal, Liabilitas Keuangan yang
diklasifikasikan pada nilai wajarnya melalui laba rugi, akan diukur pada nilai
wajarnya sesuai dengan IAS 39, dan Liabilitas Keuangan lainnya diukur
menggunakan biaya yang diamortisasi (amortized cost)10 . Penggunaan Metode
Nilai Wajar Relatif dimana pada awal pengakuan komponen Liabilitas Keuangan
tidak menggunakan nilai wajarnya, maka mengikuti ketentuan IAS 39 di atas,
komponen Liabilitas Keuangan ini jika dikelompokkan diukur pada nilai wajarnya
melalui laba rugi, maka entitas penerbit dimungkinkan untuk mengakui laba atau
rugi seketika (immediate gain or loss) sesudah pengakuan awal. Hal ini jelas
bertentangan dengan ketentuan IAS 32 paragraf 31 yang kita baca di atas, dimana
menyatakan bahwa tidak boleh ada laba atau rugi yang dapat timbul dari
pengakuan pemisahan komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas dari
suatu instrumen keuangan majemuk.
Metode pertama, yaitu Metode Dengan-dan-Tanpa-Dengan, yang pilihannya komponen
Instrumen Ekuitas ditentukan terlebih dahulu nilai wajarnya, dan sisa atau selisihnya dengan
total nilai instrumen keuangan majemuk keseluruhan kemudian dialokasikan ke komponen
Liabilitas Keuangan, juga kemudian diputuskan tidak digunakan, dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut.
Definisi Instrumen Ekuitas sebagai tertuang dalam Conceptual Framework paragraf
4.4(c) dan 4.22-, IAS 39 paragraf 9 dan IFRS 9 paragraf 5.1.1, IAS 32 paragraf 11
menyebutkan bahwa Instrumen Ekuitas adalah :
Equity is the residual interest in the assets of an entity after deducting all of its
liabilities. (paragraf 4.4(c))
The amount at which equity is shown in the balance sheet is dependent on the
measurement of assets and liabilities. (paragraf 4.22).
10
International Accounting Standards Committee Foundation. International Financial Reporting Standards: as issued at 1 January 2010. Part A. IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement. London: IASC Foundation Publications Department. 2010. Halaman A884.
www.futurumcorfinan.com
Page 9
Pendekatan ini tidak diambil adalah lebih karena konsekuensi dari definisi Instrumen
Ekuitas, dimana disebutkan bahwa Ekuitas adalah kepentingan residual dalam aset
suatu entitas sesudah dikurangi semua kewajiban atau liabilitas, atau merupakan aset
neto suatu entitas. Jadi ia merupakan kepentingan residual. Lebih jauh lagi, jumlah
yang ditunjukkan sebagai Ekuitas di neraca entitas TERGANTUNG pada pengukuran
Aset dan Liabilitas. Hal ini mengakibatkan Liabilitas perlu dicatat sebagai nilai wajar
mereka seutuhnya. Kalau tidak dibukukan penuh pada nilai wajarnya, berarti terjadi
penyajian yang lebih rendah (understatement) dari kepentingan (dan klaim) pihak
kreditor atas aset entitas tersebut, dan juga, penyajian yang lebih tinggi
(overstatement) dari kepentingan [para] pemegang saham entitas tersebut. Mengingat
penekanan IASB The Conceptual Framework for Financial Reporting pada “true and
fair presentation”, hal-hal yang diatur ini menjadi tidak terlalu mengherankan.
Dengan demikian, adanya opsi bahwa nilai [wajar] komponen Instrumen Ekuitas ditentukan
terlebih dahulu sebelum nilai [wajar] Liabilitas Keuangan (sebagaimana dimungkinkan dalam
Metode Dengan-dan-Tanpa-Dengan), atau nilai [wajar] komponen Liabilitas Keuangan dan
komponen Instrumen Ekuitas ditentukan bersamaan (sebagaimana diatur menggunakan
Metode Nilai Wajar Relatif) menjadi tidak dimungkinkan lagi.
Hal ini menyisakan hanya ada satu opsi yang dapat dipakai terkait pemisahan nilai
komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas dari suatu instrumen keuangan
majemuk, yaitu Metode Dengan-dan-Tanpa-Dengan dimana komponen Liabilitas Keuangan
ditentukan terlebih dahulu nilai wajarnya (termasuk nilai dari fitur derivatif non-ekuitas yang
terkandung didalamnya, misalnya fitur call option)11, dan baru selisih nilai wajar instrumen
keuangan majemuk dengan nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan, dialokasikan ke
komponen Instrumen Ekuitas. Kalau diperhatikan akibat Metode Dengan-dan-Tanpa
Dengan di atas, mengakibatkan hanya komponen Liabilitas Keuangan (diwakili Instrumen A
dalam tabel di bawah ini) yang diukur pada nilai wajarnya sedangkan, komponen lainnya
tidak, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini12:
11
Kalaupun ada fitur-fitur derivatif (seperti call option) yang tertanam (embedded) dalam suatu instrumen keuangan majemuk, diluar komponen Instrumen Ekuitas (misalnya equity conversion option), maka nilai dari fitur derivatif ini dimasukkan ke dalam komponen Liabilitas Keuangan. 12
Ernst & Young LLP. Financial Reporting Developments : A Comprehensive Guide. Issuer’s Accounting for Debt and Equity Financings. Juni 2013. Halaman 10 dan 11.
www.futurumcorfinan.com
Page 10
Pertimbangan IASB mengadopsi hanya satu metode dengan komponen Liabilitas Keuangan
diukur terlebih dahulu nilai wajarnya akan membawa beberapa manfaat tambahan13:
Entitas penerbit instrumen keuangan majemuk tidak lagi perlu menerapkan model
penilaian option yang kompleks, dan termasuk perlunya melakukan estimasi
variabel-variabel input yang diperlukan untuk penerapan model tersebut, terkait
pengukuran nilai wajar komponen Instrumen Ekuitas.
Pembandingan (comparability) laporan keuangan para penerbit instrumen keuangan
majemuk menjadi relatif lebih mudah karena hanya satu metode yang dipakai.
Dengan demikian, dalam IAS 32 revisi tahun 2003, terlepas apakah nilai wajar komponen
Liabilitas Keuangan atau komponen Instrumen Ekuitas dalam suatu instrumen keuangan
majemuk mana yang lebih andal dapat dihitung, komponen Liabilitas Keuangan wajib
ditentukan terlebih dahulu nilai wajarnya (dalam praktik, memang komponen ini justru lebih
mudah dihitung), dan seluruh nilai wajarnya perlu dibukukan dan diakui terlebih dahulu, dan
baru setelah itu, selisih antara total dana yang diterima dari penerbitan instrumen keuangan
majemuk dikurangi nilai wajar penuh dari komponen Liabilitas Keuangan tersebut, kemudian
dialokasikan sebagai komponen Instrumen Ekuitas.
13
International Accounting Standards Board juga menggarisbawahi bahwa penggunaan Metode Dengan-dan-Tanpa-Dengan, dimana komponen Liabilitas Keuangan diukur terlebih dahulu nilai wajarnya, sudah sesuai dengan proposal dari Joint Working Group of Standard Setters dalam Draft Standard and Basis for Conclusions berjudul “Financial Instruments and Similar Items”, yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Committee pada bulan Desember 2000. Diunduh pada tanggal 28 April 2014 dari laman https://www.frc.org.uk/getattachment/e6f26902-f843-41ea-ad22-ea9994e0c6d7/Joint-Working-Group-of-Standard-Setters-Financial-Instruments-and-similar-items.aspx.
www.futurumcorfinan.com
Page 11
Cara Mengukur Nilai Wajar Komponen Liabilitas Keuangan dalam Obligasi Konversi
Sekarang kita ketahui bahwa nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan perlu dihitung
terlebih dahulu dari suatu instrumen keuangan majemuk, pertanyaan berikutnya: Bagaimana
mengukur nilai wajar komponen ini?
Jawabannya ada di paragraf 32 IAS 32 yang menjelaskan bagaimana mengukur nilai
komponen Liabilitas Keuangan yang terkandung dalam nilai instrumen keuangan majemuk
(misalnya obligasi konversi). Secara implisit, kita tahu bahwa nilai komponen Liabilitas
Keuangan ini identik dengan nilai obligasi biasa (straight atau ordinary debt, atau regular
bond seperti yang disebutkan oleh Reilly dan Brown di atas) atau obligasi tanpa ditempeli
fitur “opsi konversi”.
Levy dan Post menyebutkan bahwa14:
A convertible bond is a corporate bond with an option to convert the bond into a fixed
number of stocks. The bondholder receives coupon payments that are lower than those on
non-convertible bonds with the same risk. Since the bond is convertible, it provides the
possibility to participate in a rise in the stock price. In essence, a convertible bond is an
ordinary bond with a call option added.
Jadi untuk memperoleh nilai komponen Liabilitas Keuangan ini, obligasi yang menjadi acuan
adalah obligasi non-konversi dengan tingkat resiko yang sama, seperti yang disebut oleh
Levy dan Post di atas. Hal inilah yang dituangkan oleh paragraf 32 IAS 32, sebagai berikut15.
Under the approach described in paragraph 31, the issuer of a bond convertible into ordinary
shares first determines the carrying amount of the liability component by measuring the fair
value of a similar liability (including any embedded non-equity derivative features) that does
not have an associated equity component. The carrying amount of the equity instrument
represented by the option to convert the instrument into ordinary shares is then determined
by deducting the fair value of the financial liability from the fair value of the compound
financial instrument as a whole.
14
Levy, Haim; dan Thierry Post. Investments. London: Pearson Education Limited. 2005. Bab 2: Bonds, Stocks and Other Securities. Halaman 32. 15
IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. IAS 32: Financial Instruments: Presentation. Paragraf 32. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A918.
www.futurumcorfinan.com
Page 12
IAS 32 Application Guidance dalam paragraf AG 31 menjelaskan lebih lanjut16:
A common form of compound financial instrument is a debt instrument with an embedded
conversion option, such as a bond convertible into ordinary shares of the issuer, and without
any other embedded derivative features. Paragraph 28 requires the issuer of such a
financial instrument to present the liability component and the equity component separately
in the statement of financial position, as follows:
The issuer’s obligation to make scheduled payments of interest and principal is a financial
liability that exists as long as the instrument is not converted. On initial recognition, the fair
value of the liability component is the present value of the contractually determined stream
of future cash flows discounted at the rate of interest applied at that time by the market to
instruments of comparable credit status and providing substantially the same cash
flows, on the same terms, but without the conversion option. [catatan penulis: cara
pengukuran komponen Liabilitas Keuangan yang terdapat dalam obligasi konversi adalah
dengan mencari nilai kini arus kas pokok dan bunga periodik yang secara kontraktual telah
terikat dijanjikan, dimana akan didiskonto menggunakan tingkat suku bunga pasar untuk
obligasi yang dapat disebandingkan, baik jangka waktu maupun resikonya, namun hanya
saja obligasi sebanding tersebut tidak memiliki fitur option konversi.]
The equity instrument is an embedded option to convert the liability into equity of the issuer.
This option has value on initial recognition even when it is out of the money. [catatan
penulis: ini juga menjadi dasar pengakuan dan pencatatan nilai komponen Instrumen
Ekuitas pada saat pencatatan obligasi konversi oleh perusahaan penerbit, mengingat option
konversi secara teoritis memiliki nilai.]
IAS 32 dalam bagian Contoh Ilustrasi17 memberikan contoh yang mungkin dapat membantu
memahami maksud dari paragraf 32 IAS 32 di atas.
16
IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. Appendix: Application Guidance. IAS 32: Financial Instruments: Presentation. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A936. 17 IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part B: The Accompanying Documents. IAS 32: Financial Instruments: Presentation. Illustrative Examples. Example 9: Separation of a Compound Financial Instrument on Initial Recognition. IE34 – IE36. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman B1440-B1441.
www.futurumcorfinan.com
Page 13
Suatu entitas menerbitkan 2.000 obligasi konversi pada awal tahun pertama. Obligasi
tersebut berjangka waktu 3 tahun, dan diterbitkan pada harga nominal dengan nilai
CU(Currency Unit) 1.000 per obligasi. Dengan demikian, entitas tersebut akan menerima
dana sebesar CU 2.000.000 (2.000 x CU 1.000). Bunga akan dibayarkan pada akhir setiap
tahun sebesar 6%. Setiap obligasi dapat dikonversi setiap saat sampai dengan tanggal jatuh
tempo menjadi 250 saham perusahaan tersebut. Pada saat obligasi tersebut diterbitkan,
suku bunga pasar yang berlalu untuk tipe obligasi atau surat hutang yang sama tanpa
adanya fitur option konversi (conversion option) adalah 9%. Catatan penulis: perhatikan
bahwa ada spread bunga sebesar 3% (9%-6%) yang lebih rendah antara obligasi yang
diterbitkan tanpa fitur option konversi dengan obligasi dengan fitur option konversi. Bagi
penerbit obligasi konversi, jelas ini suatu keuntungan terkait jumlah beban bunga yang mesti
dibayarkan secara periodik kepada pemegang atau investor obligasi konversi. Namun di sisi
lain, pihak pemegang atau investor obligasi konversi memiliki hak untuk menukar obligasi
konversi tersebut ke dalam sejumlah tertentu saham biasa entitas penerbit. Untuk
memperoleh atau membeli option konversi ini, pihak pemegang atau investor akan
membayar premi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
Komponen Liabilitas Keuangan diukur terlebih dahulu nilai wajarnya, dan selisih antara dana
yang diterima dari penerbitan obligasi konversi dan nilai wajar komponen Liabilitas
Keuangan, akan masuk menjadi komponen Instrumen Ekuitas.
Sebagaimana ditunjukkan di atas, dari total dana yang diterima dari penerbitan obligasi
konversi sebesar CU 2.000.000, dialokasikan ke masing-masing komponen:
www.futurumcorfinan.com
Page 14
Liabilitas Keuangan sebesar CU 1.848.122, dan sisanya ke
Instrumen Ekuitas sebesar CU 151.878.
Beberapa catatan tambahan:
a) Komponen Instrumen Ekuitas tidak akan diukur kembali (remeasurement – menurut
IAS 32 paragraf 22, dimana disebutkan bahwa “Changes in the fair value of an equity
instrument are not recognized in the financial statements.”) dan akan tetap di angka
CU 151.878 sampai dengan obligasi konversi tersebut apakah dikonversi atau ditebus
atau dibayar (redeemed). Jika obligasi konversi tersebut dikonversi, komponen
Liabilitas Keuangan sebesar CU 1.848.122 yang ada akan dipindahkan ke bagian
Ekuitas, yaitu Modal Saham, bersama-sama dengan komponen Instrumen Ekuitas
yang sudah dibukukan sebelumnya. Dalam proses pemindahan/transfer, tidak terjadi
pengakuan laba atau rugi, sebagaimana ditunjukkan dalam ilustrasi jurnal di bawah ini.
Akun Debit
(dalam Rp)
Kredit
(dalam Rp)
Hutang obligasi konversi xx
Ekuitas – fitur konversi xx
Diskon hutang obligasi konversi [jika ada] xx
Modal saham xx
Jika obligasi konversi tersebut ditebus, maka komponen Instrumen Ekuitas senilai
CU 151.878 akan tetap di bagian Ekuitas pada neraca penerbit.
Hal di atas sejalan dengan IAS 32 Application Guidance paragraf AG3218:
[Paragraf 32] On conversion of a convertible instrument at maturity, the entity
derecognizes the liability component and recognizes it as equity. The original equity
component remains as equity (although it may be transferred from one line item
within equity to another). There is no gain or loss on conversion at maturity.
18
IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. Appendix: Application Guidance. IAS 32: Financial Instruments: Presentation. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A936-A937.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
b) IAS 32 tidak secara spesifik memberikan nama dari akun Instrumen Ekuitas, hanya
dikatakan bagian dari Ekuitas. Beberapa buku ada yang menggunakan nama akun
“Paid-in Capital – conversion feature” 19 , atau “Paid-in Capital – bond conversion
option”20, atau “Equity – conversion option”21, “Share Premium – conversion equity”22,
sebagaimana ditunjukkan dalam ilustrasi jurnal-jurnal di bawah ini.
19
Epstein, Barry J.; dan Eva K. Jermakowicz. 2010 Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2010. Bab 15: Financial Instruments – Noncurrent Liabilities. Halaman 645. 20
Mackenzie, Bruce; Danie Coetsee; Tapiwa Njikizana; Edwin Selbst; Raymond Chamboko; Blaise Colyvas; dan Brandon Hanekon. 2013 Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2013. Bab 24: Financial Instruments. Halaman 1886. 21
Spiceland, J. David; James F. Sepe; dan Mark W. Nelson. Intermediate Accounting. IFRS Integrated. Edisi ketujuh. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2013. Bab 14: Bonds and Long-Term Notes. Halaman 821. 22
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 824. Kieso dkk menyebutkan bahwa dalam praktik, nama akun yang dipergunakan untuk mencatat komponen Instrumen Ekuitas dapat sangat bervariasi.
www.futurumcorfinan.com
Page 16
c) Sebagaimana dijelaskan di atas, akun berisi komponen Instrumen Ekuitas dari
penerbitan obligasi konversi (bisa “Paid-in Capital/Equity – [bond] conversion feature”)
yang timbul dari pengakuan awal atas transaksi penerbitan instrumen keuangan
majemuk, akan merupakan bagian Ekuitas yang permanen. Komponen Liabilitas
Keuangan yang diakui pada awalnya, kalau kemudian dikonversi atau ditukarkan
menjadi saham biasa entitas penerbit obligasi konversi tersebut, maka nilai tercatat
obligasi konversi tersebut (termasuk diskon atau premi dari penerbitan yang belum
teramortisasi seluruhnya) akan dipindahkan ke akun Modal Saham bagian Ekuitas. Ini
secara tidak langsung menggambarkan harga keseluruhan yang dibayarkan oleh
pihak pembeli atau pemegang instrumen keuangan majemuk (ataupun dari sisi
penerbit instrumen keuangan majemuk) terkait dengan saham biasa yang diterbitkan.
Bagaimana bila pihak pemegang obligasi konversi tidak jadi melakukan konversi ke
saham biasa perusahaan penerbit obligasi konversi? Dengan kata lain, option konversi
tidak di-exercise oleh pihak pemegangnya, dan obligasi konversi itu kemudian dibayar
atau dilunasi pada saat jatuh tempo. Hal ini akan mengakibatkan komponen Instrumen
Ekuitas ini yaitu yang dicatat pada akun “Paid-in Capital/Equity – [bond] conversion
feature” tidak akan berubah, dan akan mirip seperti “donated capital” kepada
perusahaan penerbit, karena secara efektif, pemegang obligasi konversi telah
“melepaskan” (forfeited) bagian Ekuitas ini yang sebetulnya telah mereka
kontribusikan kepada perusahaan penerbit obligasi konversi. Menurut penulis, supaya
jelas, bisa saja akun “Paid-In Capital/Equity – [bond] conversion feature” dipindahkan
ke “Paid-In Capital/Equity – forfeited or expired conversion feature” pada saat option
konversi ini tidak jadi di-exercise oleh pemegangnya dan obligasi konversi tersebut
dilunasi oleh perusahaan penerbit.
Biaya Transaksi Penerbitan Obligasi Konversi
Dalam suatu penerbitan instrumen keuangan, termasuk instrumen keuangan majemuk,
dimana didalamnya obligasi konversi, pihak entitas penerbit tentu akan mengeluarkan biaya-
biaya penerbitan yang umum dikenal sebagai biaya transaksi (transaction costs) – silahkan
www.futurumcorfinan.com
Page 17
membaca tulisan penulis berjudul “PSAK 22 (revisi 2010) Tentang Kombinasi Bisnis : BIAYA
TRANSAKSI PENERBITAN INSTRUMEN KEUANGAN” lebih lanjut yang dimuat di
www.futurumcorfinan.com di kelompok “Articles”.
IAS 32 paragraf 38 (untuk penerbitan instrumen keuangan majemuk) dan 37 (untuk
penerbitan instrumen ekuitas) menyebutkan bahwa23:
[Paragraf 38] Transaction costs that relate to the issue of a compound financial instrument
are allocated to the liability and equity components of the instrument in proportion to
the allocation of proceeds. Transaction costs that relate jointly to more than one
transaction (for example, costs of a concurrent offering of some shares and a stock
exchange listing of other shares) are allocated to those transactions using a basis of
allocation that is rational and consistent with similar transactions.
[Paragraf 37] An entity typically incurs various costs in issuing or acquiring its own equity
instruments. Those costs might include registration and other regulatory fees, amounts
paid to legal, accounting and other professional advisers, printing costs and stamp duties.
The transaction costs of an equity transaction are accounted for as a deduction from
equity to the extent they are incremental costs directly attributable to the equity
transaction that otherwise would have been avoided. The costs of an equity transaction
that is abandoned are recognized as an expense.
IAS 39 paragraf 43 terkait penerbitan Liabilitas Keuangan24:
When a financial liability is recognized initially, an entity shall measure it as its fair value
minus, in the case of a financial liability not at fair value through profit or loss, transaction
costs that are directly attributable to the issue of the financial liability.
23
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. July 2012. IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A969-A970. Pembaca bisa membaca lebih lanjut IFRIC (IFRS Interpretations Committee) Update bulan September 2008 (berjudul “IAS 32 Financial Instruments: Presentation – Transaction Costs to be Deducted from Equity”) terkait seputar isu biaya transaksi untuk Instrumen Ekuitas. Dapat dilihat pada laman http://www.ifrs.org/Updates/IFRIC-Updates/2008/Documents/IFRIC0809.pdf, yang diakses penulis pada tanggal 2 Mei 2014. 24
International Accounting Standards Committee Foundation. International Financial Reporting Standards: as issued at 1 January 2010. Part A. IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement. London: IASC Foundation Publications Department. 2010. Halaman A884.
www.futurumcorfinan.com
Page 18
Dari paragraf-paragraf di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk biaya transaksi terkait
penerbitan instrumen keuangan majemuk, wajib dialokasikan ke masing-masing-masing
komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas berdasarkan proporsi atau
perbandingan dana yang diterima (proceeds) dari penerbitan instrumen keuangan majemuk,
(dimana dana tersebut mula-mula dialokasikan ke nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan
dan sisanya ke komponen Instrumen Ekuitas).
Melanjutkan contoh di atas, seumpama untuk penerbitan obligasi konversi diterima dana
sebesar CU 2.000.000 dimana telah dialokasikan dengan cara perhitungan yang telah
diuraikan di atas, maka diperoleh masing-masing jumlah CU 1.848.122 untuk komponen
Liabilitas Keuangan dan CU 151.878 untuk komponen Instrumen Ekuitas. Proporsi atau
perbandingan kedua jumlah tersebut digunakan sebagai dasar alokasi pembagian biaya
transaksi yang telah dikeluarkan guna penerbitan obligasi konversi, katakan biaya tersebut
sejumlah CU 300.000.
Jumlah neto komponen Liabilitas Keuangan, yaitu CU 1.572.122 akan digunakan sebagai
dasar penerapan metode tingkat bunga efektif (effective-interest-rate method) guna
membuat skedul amortisasi obligasi konversi sepanjang usia obligasi tersebut.
Jumlah neto komponen Instrumen Ekuitas, yaitu CU 127.878 akan disajikan sebagai bagian
dari Ekuitas pada neraca pihak entitas penerbit obligasi konversi.
www.futurumcorfinan.com
Page 19
Bagian Keempat: Akuntansi Transaksi Terjadinya Pelunasan Lebih Dini atau
Perubahan Persyaratan Obligasi Konversi yang Mengakibatkan Konversi Lebih Dini
Sebagian besar efek konversi atau instrumen keuangan majemuk mengandung fleksibilitas
bagi entitas penerbitnya, yaitu mengandung ketentuan call option. Artinya, entitas penerbit
bisa meng-call obligasi konversi tersebut sebelum tanggal pelunasan atau tanggal jatuh
tempo obligasi konversi, apakah lewat pembayaran atau pelunasan kembali obligasi
konversi tersebut, atau “memaksa” terjadinya konversi obligasi konversi ke dalam saham
biasa entitas penerbit. Hal ini biasanya akan ditentukan oleh hubungan antara nilai konversi
(catatan: nilai konversi adalah nilai obligasi konversi seandainya obligasi tersebut dikonversi
seketika ke dalam saham biasa dalam jumlah tertentu dikalikan dengan harga per lembar
saham biasa pada harga pasar saat ini, dengan catatan saham biasa tersebut
diperdagangkan di lantai perdagangan bursa efek) dengan harga call25. Harga call adalah
harga dimana obligasi konversi tersebut akan dilunasi oleh pihak penerbit sebelum tanggal
jatuh tempo. Pada umumnya, harga call akan tinggi pada tahun-tahun pertama sesudah
tanggal penerbitan obligasi konversi dan akan cenderung menurun hingga mendekati nilai
par dari obligasi konversi tersebut.
Jadi call option ini ada dipegang oleh pihak entitas penerbit obligasi konversi, dan pada saat
obligasi konversi tersebut di-call, maka pihak pemegang obligasi konversi pada umumnya
memiliki jangka waktu 30 hari untuk memutuskan apakah:
a) Mengkonversi obligasi tersebut ke dalam saham biasa entitas penerbit yang
dilakukan pada rasio konversi; atau,
b) Menyerahkan obligasi kepada pihak entitas penerbit obligasi konversi untuk
dibayar/dilunasi kembali, dan kemudian menerima pembayaran/pelunasan tersebut
sejumlah harga call secara tunai.
Dari sudut pandang pemegang atau investor obligasi konversi, ini dikenal sebagai resiko call
(call risk), dimana dijelaskan sebagai berikut26:
Convertible issues are callable by the issuer. This is a valuable feature for issuers, who
deem the current market price of their stock undervalued enough so that selling stock
25
Brigham, Eugene F.; dan Phillip R. Daves. Intermediate Financial Management. Edisi kesembilan. Mason (USA): Thomson/South-Western, bagian dari The Thomson Corporation. Bab 20: Hybrid Financing: Preferred Stock, Warrants, and Convertibles. Halaman 707. 26
Fabozzi, Frank C. Bond Markets, Anaysis and Strategies. Edisi Internasional. Edisi keempat. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. 2000. Bab 16: Analysis of Convertible Bonds. Halaman 395-396.
www.futurumcorfinan.com
Page 20
directly would dilute the equity of current stockholders. The firm would prefer to raise equity
funds over incurring debt, so it issues a convertible setting the conversion ratio on the basis
of a stock price it regards as acceptable. When the market price reaches the conversion
point, the firm will want to see the conversion happen in view of the risk that the price may
drop in the future. This gives the firm an interest in forcing conversion, even though this is
not in the interest of the owners of the security whose price is likely to be adversely affected
by the call.
Membaca penjelasan di atas mungkin tidak mudah mengartikannya, namun pada dasarnya,
resiko call ini, yang jelas lebih menguntungkan pihak entitas penerbit obligasi konversi, akan
membatasi kemungkinan bagi pihak pemegang atau investor obligasi konversi untuk
memperoleh keuntungan jika kemudian harga pasar per lembar saham biasa penerbit
obligasi konversi bergerak naik. Mengapa disebut resiko? Bayangkan 2 (dua) kemungkinan
skenario bagi pihak pemegang atau investor obligasi konversi:
Pertama, kalau pada saat call, pihak pemegang atau investor obligasi konversi
memutuskan untuk menerima pembayaran/pelunasan atas obligas konversi senilai
harga call, maka kalau nantinya harga pasar per lembar saham biasa entitas penerbit
naik, jelas pihak pemegang atau investor obligasi konversi sudah tidak dapat lagi
menikmati kenaikan harga pasar per lembar saham biasa tersebut.
Namun, bisa sebaliknya, kalau pihak pemegang atau investor obligasi konversi
memutuskan untuk mengkonversi obligasi konversi ke dalam saham biasa entitas
penerbit, namun kemudian, harga pasar per lembar saham biasa tersebut mengalami
penurunan nilai, maka pihak pemegang atau investor obligasi konversi sebelumnya,
akan menanggung kerugian tersebut.
Jadi seperti telah dijelaskan sebelumnya, hak konversi ke saham biasa entitas penerbit ada
pada pemegang atau investor obligasi konversi 27 , dan pada saat yang sama obligasi
konversi yang diterbitkan pada umumnya memiliki tanggal jatuh tempo, yaitu tanggal dimana
27
Pengecualian dalam hal obligasi konversi yang diterbitkan adalah obligasi wajib konversi (mandatorily convertible securities), dimana pihak investor atau pemegang obligasi tidak diberikan option konversi. Pada saat jatuh tempo obligasi, pihak pemegang atau investor obligasi konversi akan serta merta menerima sejumlah tertentu saham biasa pihak entitas penerbit sesuai dengan rasio konversi. Atau bahkan dalam hal obligasi yang diterbitkan adalah obligasi tidak wajib konversi, kadang ada konversi yang bersifat automatic knock-in, dimana konversi akan terjadi secara otomatis begitu terpenuhi syarat tertentu, misalnya, harga pasar per lembar saham biasa pihak entitas penerbit melebihi harga tertentu (threshold price) yang terjadi untuk jumlah hari tertentu yang telah ditentukan di awal.
www.futurumcorfinan.com
Page 21
obligasi konversi akan dilunasi atau dibayar kembali oleh pihak penerbit obligasi konversi.
Namun demikian, hampir semua obligasi konversi memiliki fitur pelunasan kembali
(redemption feature) yang memperbolehkan pihak penerbit obligasi konversi untuk melunasi
obligasi tersebut sebelum tanggal jatuh tempo, kecuali beberapa obligasi konversi
tradisional dan sebagian besar obligasi wajib konversi bersifat tidak dapat dilunasi
(nonredeemable).
Jadi walaupun obligasi konversi dapat dikonversi pada setiap waktu atau dalam periode
waktu tertentu, para pemegang atau investor obligasi konversi kemungkinan akan meng-
exercise option konversi hanya sebagai respons atas pemberitahuan dari pihak penerbit
yang umum dikenal sebagai issuer call. Di sini, dengan kata lain, sebagian besar konversi
terjadi hanya ketika “dipaksa” oleh pihak penerbit.
Bagi pihak pemegang atau investor obligasi konversi, pemberitahuan call dari pihak penerbit
untuk melunasi kembali obligasi konversi tersebut sebelum tanggal jatuh tempo28 menjadi
sangat krusial, karena jelas call ini akan memperpendek jangka waktu option (dimana
semakin lama jangka waktu option, semakin berharga nilai option, atau ada korelasi positif),
dan juga pelunasan kembali obligasi konversi akan serta menghilangkan kemungkinan
mengkonversinya ke saham biasa.
Jadi apa yang harus dilakukan oleh pihak pemegang atau investor obligasi konversi
tersebut? Jelas perkembangan harga pasar per lembar saham biasa entitas penerbit
obligasi konversi tidak dengan mudah ditebak arahnya oleh siapapun29. Jadi apa yang bisa
menjadi dasar pertimbangan untuk memutuskan dibayar obligasi konversi tersebut senilai
harga call, atau dikonversi saja ke saham biasa entitas penerbit? Di sini, pertimbangan
utama sebagaimana disebutkan di atas, adalah nilai konversi versus harga call.
Jika nilai konversi obligasi lebih tinggi daripada harga call, maka konversi lebih baik
daripada pelunasan obligasi konversi. Dalam hal ini, terjadi penyerahan saham biasa
penerbit ke pihak pemegang atau investor obligasi konversi, yang umum disebut
28
Ada yang namanya soft call, dimana pihak penerbit obligasi konversi hanya dimungkinkan untuk meng-call obligasi tersebut guna dilunasi kembali, jika kondisi tertentu yang telah disepakati terpenuhi, misalnya harga pasar per lembar saham biasa naik ke level (catatan, harga ini bisa juga harga pasar yang diperdagangkan rata-rata dalam 20 hari terakhir) di atas harga tertentu (strike price) sejumlah persentase tertentu. 29
Catatan penulis: kalau bisa memang arah pergerakan harga pasar per lembar saham biasa suatu perusahaan di bursa efek bisa diketahui, jelas, penulis akan berhenti menulis artikel ini, dan langsung membeli atau menjual saham biasa tersebut untuk meraup keuntungan.
www.futurumcorfinan.com
Page 22
sebagai physical settle, dan dalam situasi tertentu bisa juga berupa nilai kas tunai dari
saham biasa tersebut (cash settle option)30. Konversi ke saham biasa yang terjadi
dalam situasi inilah yang dikenal sebagai “konversi terpaksa” (forced conversion),
dimana konversi ini terjadi akibat tindakan “call” dari pihak entitas penerbit obligasi
konversi.
Menarik apa yang dikatakan oleh 31
The [convertible] bonds are almost always callable (i.e., the issuer has the right to
buy them back at certain times at a predetermined prices). The holder always has the
right to convert the [convertible] bond once it has been called. The call feature is
therefore usually a way of forcing conversion earlier than the holder would
otherwise choose. Sometimes the holder’s call option is conditional on the price of
the company’s stock being above a certain level.
Jadi di sini, dikatakan bahwa sebagian besar obligasi konversi selalu memuat
ketentuan “call”, yang merupakan hak pada pihak entitas penerbit obligasi konversi
dan kehadiran ketentuan “call” itu sendiri merupakan suatu cara secara tidak langsung
untuk terjadinya “konversi terpaksa” bagi pihak pemegang atau investor obligasi
konversi tersebut.
Namun sebaliknya, jika nilai konversi lebih rendah daripada harga call, maka lebih baik
bagi pihak pemegang atau investor obligasi konversi untuk dibayar secara uang tunai
pada harga call.
Bagi pihak entitas penerbit obligasi konversi, karena pilihan ada di tangan pihak pemegang
atau investor obligasi konversi, apakah akan bersedia dilunasi pada harga call atau
dikonversi ke saham biasa entitas penerbit, maka hanya akan ada satu kebijakan yang
dapat ditempuh oleh pihak penerbit obligasi konversi guna memaksimalkan nilai pemegang
saham (shareholder value) dan meminimalisasi nilai pemegang obligasi (bondholder value),
atau karena meng-call obligasi konversi tidak akan merubah nilai perusahaan secara
keseluruhan, maka supaya tidak terjadi perpindahan nilai dari salah satu pihak ke pihak
30
Bhattacharya, Mihir (Managing Director, Quellos Capital Management). Bab 60: Convertible Securities and Their Valuation. Tulisan bab ini dimuat dalam buku The Handbook of Fixed Income Securities. Edisi ketujuh. New York: The McGraw-Hill Companies. 2005. Editor: Frank J. Fabozzi dengan Steven V. Mann. Halaman 1374. 31
Hull, John C. Options, Futures, and Other Derivatives. Edisi keenam. New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2006. Bab 21: Credit Derivatives. Halaman 520-521.
www.futurumcorfinan.com
Page 23
lainnya (dimana pasti salah satu pihak, apakah pemegang saham atau pemegang obligasi,
akan keberatan), yaitu: meng-call obligasi konversi pada saat nilai konversi SAMA
DENGAN harga call32.
Namun dalam praktiknya, mengingat bahwa pihak pemegang atau investor obligasi konversi
diberikan jangka waktu 30 hari sebelum keputusan apakah akan melakukan konversi atau
menerima pembayaran sebesar harga call, maka pihak entitas penerbit jika menginginkan
pihak investor untuk memilih alternatif konversi, harga pasar per lembar saham biasa pihak
penerbit wajib lebih tinggi daripada harga call. Banyak perusahaan menganggap bahwa
selisih premium (lebih tinggi) nilai konversi dibandingkan harga call sebesar 15%
dipertimbangkan akan cukup33 jikapun terjadi penurunan harga pasar per lembar saham
biasa, dan tetap dapat mendorong pihak pemegang atau investor obligasi konversi untuk
mengambil pilihan konversi pada akhir hari ke-30. Sebagai contoh, harga konversi dari
suatu obligasi konversi dengan nilai nominal Rp 1.000.000, adalah sebesar Rp 50.000 (atau
dengan kata lain, rasio konversi Rp 1.000.000/Rp50.000 = 20) dan harga call Rp 1.060.000.
Jika nilai konversi obligasi konversi adalah sama dengan harga call, nilai pasar per lembar
saham biasa mesti Rp 1.000.000/20 (rasio konversi), atau Rp 53.000 per lembar saham.
Seandainya obligasi konversi di-call pada saat harga pasar per lembar saham biasa adalah
Rp 53.000, maka dapat diperkirakan bahwa banyak pemegang atau investor obligasi
konversi akan memilih pembayaran sebesar harga call, dibandingkan memilih alternatif
konversi. Jika ini yang terjadi, maka pihak entitas penerbit terpaksa membayar obligasi
konversi tersebut, dan bukannya mengakibatkan pihak pemegang atau investor melakukan
konversi. Tentunya pilihan mana yang diambil oleh pihak pemegang atau investor ada di
luar kendali pihak entitas penerbit, namun untuk memastikan besarnya peluang pihak
pemegang atau investor mengambi pilihan konversi pada saat di- call, pihak penerbit dapat
32
Ross, Stephen A.; Randolph W. Westerfield; dan Jeffrey Jaffe. Corporate Finance. Edisi kesepuluh. New York: McGraw-Hill/Irwin, unit usaha The McGraw-Hill Companies, Inc. 2013. Bab 24: Warrants and Convertibles. Halaman 766. 33
Pada saat penerbitan, obligasi konversi akan dinilai lebih tinggi daripada nilai konversi, dan selisih ini disebut sebagai Premi di atas Nilai Konversi. Misalkan suatu obligasi konversi dijual oleh PT A ke publik sebesar Rp 1.000.000 per unit obligasi, dan setiap Rp 1.000.000 obligasi dapat ditukarkan menjadi 22.860 lembar saham biasa PT A, atau harga konversi sama dengan Rp 43.750. Harga pasar per lembar saham biasa PT A pada saat penerbitan obligasi konversi adalah Rp 38.500. Ini berarti nilai konversi setiap unit obligasi adalah 22.860 x Rp 38.500 = Rp 880.00. Di sini ada selisih harga Rp 120.000 (Rp 1.000.000 – Rp 880.000) yang merupakan Premi di atas Nilai Konversi, atau dapat juga dinyatakan dalam persentase, sebesar Rp 120.000/Rp 880.000 = 13,6%.Van Horne, James C.; dan John M. Wachowicz, Jr. Fundamentals of Financial Management. Edisi ketiga belas. UK: Pearson Education Limited. 2008. Bab 22: Convertibles, Exchangeables, and Warrants. Halaman 579.
www.futurumcorfinan.com
Page 24
menunggu meng-call obligasi konversi hingga nilai konversi adalah 15% di atas harga call,
yaitu nilai yang ekivalen dengan nilai pasar per lembar saham sekitar Rp 61.00034,35.
Masih terkait redemption atau pelunasan kembali obligasi, seperti dijelaskan di atas, tidak
semua obligasi konversi selalu ditahan oleh investor atau dibiarkan oleh pihak entitas
penerbit hingga sampai jatuh temponya tiba. Pelunasan kembali ini bisa dilakukan dalam
bentuk36:
Wajib (mandatory) dimana pihak penerbit obligasi konversi merealisasikan atau
meng-exercise fitur call atau menggunakan sinking fund;
Sukarela (voluntary), dimana fitur put (put feature) merupakan hak investor untuk
menjual obligasi tersebut kepada pihak penerbit sebelum waktu jatuh tempo pada
harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Perlu ditambahkan bahwa dapat saja dalam periode tertentu dimana pihak penerbit obligasi
konversi tidak diperbolehkan untuk menebus atau melunasi obligasi tersebut dengan meng-
call obligasi tersebut. Periode tersebut dikenal sebagai periode non-call atau periode
proteksi call37. Terkait proteksi call, terdapat sedikitnya dua jenis yang ditawarkan kepada
pihak penerbit obligasi konversi38:
a) Proteksi call absolut, dimana pihak penerbit tidak diperkenankan melakukan call atas
obligasi konversi tersebut sebelum tanggal tertentu. Semakin lama waktu proteksi call
absolut ini, semakin bertambah jangka waktu untuk melaksanakan hak konversi dan
menyebabkan bertambahnya nilai relatif obligasi. Pembatasan ini biasanya
diberlakukan dalam periode awal jangka waktu obligasi konversi.
34
Van Horne, James C. Financial Management and Policy. Edisi keduabelas. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 2002. Bab 21: Hybrid Financing through Equity-linked Securities. Halaman 622-623. 35
Asquith, Paul. Convertible Bonds are Not Called Late. Journal of Finance 50. September 1995. Halaman 1275-1289. Asquith, Paul; dan David W. Mullins. Convertible Debt: Corporate Call Policy and Voluntary Conversion. Journal of Finance 46. September 1991. Halaman 1273-1289. Ederington, Louis H.; Gary L. Caton; dan Cynthia J. Campbell. To Call or Not Call Convertible Debt. Financial Management. 1997. Halaman 22-31. 36
Nizar, Muhammad Afdi. Siasat Investasi Dalam Obligasi Konversi. Jakarta: Citra Harta Prima. 1999. Bab 2: Obligasi Konversi. Halaman 20-23. 37
Namun demikian, tetap dimungkinkan dimasukkan fitur call provisional yang memperbolehkan pihak penerbit meng-call obligasi tersebut selama periode non-call apabila harga pasar per lembar saham biasa pihak penerbit mencapai level tertentu. Disebutkan dalam presentasi Rahul Bhattacharya (CEO Risk Latte Company Limited (Hong Kong) – The Financial Engineering Resource) berjudul Mechanics of Convertible Bonds. 2004. 38 Nizar, Muhammad Afdi. Siasat Investasi Dalam Obligasi Konversi. Jakarta: Citra Harta Prima. 1999.
Bab 2: Obligasi Konversi. Halaman 20-21.
www.futurumcorfinan.com
Page 25
b) Proteksi call provisional, dimana ini akan tergantung pada kinerja harga pasar per
lembar saham biasa pihak penerbit obligasi konversi. Obligasi konversi bisa dibeli
kembali pada harga call sebelum masuk periode call apabila harga pasar per lembar
saham biasa pihak penerbit yang diperdagangkan mencapai level persentase tertentu
(biasanya 130% - 150%) dari harga konversi selama beberapa hari yang telah
ditentukan atau disepakati.
IAS 32 juga mengatur terkait dilakukan pelunasan kembali obligasi konversi sebelum
tanggal jatuh temponya.
Dalam paragraf 30 IAS 32 ditegaskan bahwa39:
….The entity’s contractual obligation to make future payments remains outstanding until it is
extinguished through conversion, maturity of the instrument or some other transaction.
Jadi kewajiban kontraktual pihak penerbit obligasi konversi untuk melakukan pembayaran di
masa depan akan terus ada sampai obligasi konversi tersebut:
a) diselesaikan (extinguished) melalui konversi; atau
b) jatuh tempo obligasi konversi (catatan: ada pelunasan); atau
c) berakhir akibat transaksi lainnya.
Walaupun IAS 32 menyebutkan ada 3 cara berakhirnya kewajiban kontraktual pihak
penerbit obligasi konversi kepada pihak pemegang atau investor obligasi konversi tersebut,
namun dapat dikatakan ada 4 cara penyelesaian (settlement) obligasi konversi, yaitu40:
(1) konversi pada saat tanggal jatuh tempo obligasi konversi;
(2) konversi sebelum tanggal jatuh tempo obligasi konversi;
(3) pelunasan kembali obligasi konversi pada saat tanggal jatuh temponya;
(4) pelunasan kembali obligasi konversi sebelum tanggal jatuh temponya;
Untuk ilustrasi dari masing-masing poin di atas, akan digunakan contoh yang diberikan oleh
buku Kieso, Weygandt dan Warfield 41 , yang menurut penulis cukup mewakili untuk
menjelaskan konsep dalam IAS 32.
39
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. July 2012. IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A967. 40
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 824.
www.futurumcorfinan.com
Page 26
Kelompok usaha Roche (DEU) menerbitkan 2.000 obligasi konversi pada awal tahun 2011,
dengan tambahan informasi sebagai berikut:
Jangka waktu obligasi konversi adalah 4 tahun, sehingga akan jatuh tempo pada
akhir tahun 2014.
Tingkat suku bunga 6% per tahun, yang dibayarkan setiap tanggal 31 Desember. Ini
berarti akan ada 4 kali pembayaran bunga, yaitu tanggal 31 Desember 2011, 2012,
2013 dan yang terakhir 31 Desember 2014, yang juga merupakan tanggal jatuh
tempo obligasi konversi tersebut.
Diterbitkan senilai harga par atau nilai nominal sebesar (face value) €1.000 setiap
obligasi, dengan demikian, total dana yang diterima dari penerbitan obligasi konversi
ini oleh Roche Group adalah sebesar €2.000.000 (2.000 x €1.000).
Setiap obligasi dapat ditukarkan menjadi 250 saham biasa Roche Group dengan
nilai par €1. Hal ini berarti akan ada penerbitan saham biasa Roche Group kalau
konversi dilakukan, sejumlah 250 x 2.000 = 500.000 saham biasa.
Tingkat suku bunga pasar untuk obligasi non-konversi adalah 9% per tahun.
Sebagai catatan, beberapa gambar ilustrasi perhitungan dan jurnal diambil dari materi
powerpoint untuk Bab 16 : Dilutive Securities and Earnings per Share dari buku Intermediate
Accounting (Kieso, Weygandt dan Warfield, Edisi IFRS, Volume 2) yang dipersiapkan oleh
Coby Harmon (University of California, Santa Barbara)42.
Pada saat penerbitan obligasi konversi, perlu dihitung terlebih nilai wajar komponen
Liabilitas Keuangan, dengan menggunakan tingkat suku bunga obligasi non-konversi
sebagai tingkat diskonto sebagaimana ditunjukkan dibawah ini.
41
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 823-827. 42
Diunduh pada tanggal 30 April 2014 dari laman jpkc.swufe.edu.cn/up_files/File/ppt/Ch16.ppt.
www.futurumcorfinan.com
Page 27
Dari perhitungan di atas, dari sebesar total dana yang diterima (proceeds) Roche Group dari
penerbitan obligasi konversi sebesar €2.000.000, nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan
ditentukan sebesar €1.805.606, dan sisanya €194.304 dialokasikan ke komponen Instrumen
Ekuitas.
Akun Kelompok Debit (€) Kredit (€)
Kas di Bank Aset 2.000.000
Hutang Obligasi Konversi Liabilitas 1.805.606
Premi atas Saham – Ekuitas Konversi
(Share Premium – Conversion Equity)
Ekuitas 194.394
Ada 2 catatan terkait jurnal di atas:
Pertama, untuk akun “Hutang Obligasi”: Kalau diperhatikan di atas, nilai nominal atau nilai
par (face value) obligasi konversi adalah sebesar €2.000.000, namun dalam jurnal di atas
tampak dibukukan sebesar €1.805.606, dimana selisih sebesar €194.304 merupakan diskon
atas obligasi konversi. Karena pada tanggal jatuh tempo obligasi konversi, yaitu 31
Desember 2014, jumlah yang wajib dilunasi (kalau pihak pemegang atau investor obligasi
konversi tidak melakukan konversi ke saham biasa Roche Group) adalah €2.000.000,
www.futurumcorfinan.com
Page 28
padahal jumlah yang dibukukan adalah €1.805.606, maka selisih ini yang merupakan
“diskon” perlu diamortisasi, selama 4 tahun, dengan menggunakan metode “tingkat bunga
efektif” (sebagaimana diwajibkan IAS 39 Financial Instruments: Recognition and
Measurement paragraf 47 43 ) hingga diperoleh jumlah €2.000.000 pada tanggal 31
Desember 2014.
Amortisasi atas “diskon” (ataupun “premium”) obligasi selama usia obligasi akan
mengakibatkan nilai obligasi pada tanggal jatuh tempo akan sama dengan nilai nominalnya.
Metode amortisasi “diskon” (ataupun “premium”) menggunakan metode tingkat bunga efektif
akan mengakibatkan penyesuaian atas akun “beban bunga obligasi” yang dibukukan. Dalam
situasi “diskon” atas obligasi, sebagaimana contoh Roche Group di atas, maka akun “beban
bunga obligasi” akan bertambah dengan jumlah amortisasi “diskon” atas obligasi tersebut
setiap periode amortisasi.
Sebagai ilustrasi, amortisasi baik “diskon” maupun “premium” atas obligasi sepanjang usia
obligasi, digambarkan di bawah ini.
43
International Accounting Standards Committee Foundation. International Financial Reporting Standards: as issued at 1 January 2010. Part A. IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement. London: IASC Foundation Publications Department. 2010. Halaman A884. Untuk mengetahui cara perhitungan metode tingkat bunga efektif (effective-interest method) atau juga dikenal sebagai amortisasi nilai kini (present value amortization) terkait obligasi, pembaca bisa mempelajarinya di buku Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. Donald E. Kieso; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 14: Non-Current Liabilities. Halaman 725-731.
www.futurumcorfinan.com
Page 29
Skedul amortisasi diskon obligasi sebesar €194.304 untuk 4 tahun sampai dengan tanggal
31 Desember 2014, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, akan membawa nilai tercatat
akun “Hutang Obligasi Konversi” yang semula €1.805.606 akan beranjak naik menjadi
€2.000.000 pada tanggal jatuh tempo, yang merupakan nilai par atau nilai nominal (face
value) obligasi konversi, yaitu jumlah yang secara kontraktual wajib dilunasi oleh Roche
Group.
Kedua, untuk akun “Premi atas Saham – Ekuitas Konversi”: akun ini akan dilaporkan
sebagai bagian dari Ekuitas pada neraca Roche Group setiap tanggal neraca, dan sesuai
dengan paragraf AG32 IAS 32 yang sudah kita bicarakan di atas sebelumnya, jumlah ini
tidak akan berubah, karena ia bagian dari modal tambahan (contributed capital), sepanjang
usia obligasi konversi sampai terjadinya :
konversi obligasi konversi ke dalam saham biasa Roche Group, baik yang dilakukan
pada atau sebelum tanggal jatuh tempo; maupun
pelunasan kembali obligasi konversi sebelum tanggal jatuh tempo obligasi konversi.
Menyangkut penyelesaian (settlement) obligasi konversi, akan dibicarakan terlebih dahulu
penyelesaian melalui konversi obligasi konversi menjadi saham biasa entitas penerbit. Ingat
kembali hak konversi ini dipegang atau berada pada pihak pembeli atau investor obligasi
konversi, dan umumnya konversi ini terjadi sesudah ada pemberitahuan “call” dari pihak
penerbit obligasi konversi.
www.futurumcorfinan.com
Page 30
Van Horne menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan pada umumnya menerbitkan
obligasi konversi dengan maksud agar obligasi tersebut akan dikonversikan menjadi saham
biasa perusahaan44:
Convertible securities, in many cases, are employed as deferred common stock financing.
Technically, these securities represent debt or preferred stock, but in essence they are
delayed common stock. Companies that issue convertibles expect them to be
converted in the future. By selling a convertible security instead of common stock, they
create less dilution in earnings per share, both now and in the future. The reason is that the
conversion price on a convertible security is higher than the issuing price on a new issue of
common stock.
Jadi karena tujuan awal justru supaya pihak pemegang atau investor obligasi konversi
melakukan konversi daripada bagi pihak entitas penerbit untuk melakukan pelunasan
kembali menggunakan uang tunai, maka pihak penerbit cenderung akan meng-call obligasi
konversi tersebut sebelum tanggal jatuh tempo obligasi konversi. Tindakan meng-call
obligasi konversi tentunya dilakukan sesudah melewati periode proteksi call, sebagaimana
pernah dijelaskan di atas, dan apabila sesudah periode proteksi call ini berakhir, dan terjadi
kenaikan nilai konversi di atas harga call, maka ada cukup alasan bagi pihak entitas penerbit
untuk mendorong pihak pemegang atau investor obligasi konversi melakukan konversi
dengan cara meng-call obligasi konversi tersebut.
Jadi kita lihat bahwa terjadinya konversi bisa bersifat:
didorong atau “setengah dipaksa” oleh pihak entitas penerbit obligasi konversi,
melalui tindakan “call”, atau dengan kata lain, terjadi forced conversion, atau
sukarela dilakukan oleh pihak pemegang atau investor obligasi konversi.
Coba kita lihat apa yang menjadi pertimbangan baik pihak pemegang atau investor obligasi
konversi, maupun pihak entitas penerbit obligasi konversi terkait melakukan tindakan “call”
dan konversi, sebagaimana dijelaskan oleh van Horne45.
44
Van Horne, James C. Financial Management and Policy. Edisi keduabelas. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 2002. Bab 21: Hybrid Financing through Equity-linked Securities. Halaman 620. 45
Van Horne, James C. Financial Management and Policy. Edisi keduabelas. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 2002. Bab 21: Hybrid Financing through Equity-linked Securities. Halaman 622.
www.futurumcorfinan.com
Page 31
Forcing or Stimulating Conversion
Companies usually issue convertible securities with the expectation that these securities will
be converted within a certain length of time. Investors can exercise their options voluntarily
at any time and exchange the convertible security for common stock; however, they may
prefer to hold the security, for its price will increase as the price of the common stock
increases. During this time, also, they receive regular interest payments or preferred stock
dividends. For the convertible security in which the common stock pays no dividend, it is to
the convertible security holder’s advantage never to convert voluntarily. In other words, the
investor should delay conversion as long as possible. (When a company pays a
common stock dividend, it may be in the interest of the convertible security holder to convert
voluntarily.)
On the other hand, it is in the company’s interest, on behalf of existing stockholders, to force
conversion as soon as the conversion value exceeds the call price, thereby taking the option
away from the holder. In so doing, it also eliminates the cost of paying interest on the
convertible debenture or dividends on the convertible preferred. Only if the common dividend
paid on conversion is more than the after-tax interest expense for the convertible does the
issuing corporation have reason not to want to force conversion.
Jadi begitu nilai konversi naik lebih tinggi daripada harga call, pihak entitas penerbit obligasi
konversi berkepentingan untuk melakukan “call” atas obligasi konversi tersebut. Di sini,
pihak pemegang atau investor obligasi konversi, dalam 30 hari sejak menerima
pemberitahuan “call” mesti memilih, tetapi kecenderungannya apabila nilai konversi di atas
harga call, akan memilih untuk melakukan konversi dan menerima nilai konversi dalam
bentuk saham biasa, dibandingkan alternatif menerima pembayaran atas obligasi konversi
tersebut pada harga call yang lebih rendah. Tampak bahwa dalam hal ini, keputusan pihak
pemegang atau investor obligasi konversi untuk mengambil pilihan konversi lebih
didasarkan pada tindakan pihak entitas penerbit obligasi konversi, yang melakukan call dan
mengakibatkan mendorong terjadinya konversi. Artinya terjadi konversi terpaksa (forced
conversion), dan bukan konversi melalui proses sukarela (voluntary conversion).
Berita konversi obligasi konversi bisa kita temukan, misalnya dalam berita tanggal 14 April
2014 menyebutkan bahwa IFC melaksanakan konversi atas Obligasi Konversi, menjadi
www.futurumcorfinan.com
Page 32
pemegang saham WINS dengan kepemilikan 4,92% dari seluruh modal yang
dikeluarkan. Berita selengkapnya sebagai berikut46.
WINS dengan bangga mengumumkan bahwa IFC, anggota dari Grup Bank Dunia yang berfokus pada pengembangan sektor swasta, telah melaksanakan konversi atas obligasi konversi (convertible bond) mereka dan menjadi salah satu pemegang saham atas 4,92% dari modal ditempatkan PT Wintermar Offshore Marine Tbk efektif sejak 14 April 2014. IFC merupakan pihak pemberi pinjaman terbesar kepada WINS, dengan memberikan pinjaman sebesar USD45juta pada tahun 2011 dan diikuti dengan pemberian obligasi konversi (convertible loan) sebesar USD10juta dengan harga pelaksanaan sebesar Rp.500,- per saham pada tahun 2012. Dengan dukungan IFC, WINS telah berhasil mencapai strategi pertumbuhan untuk berkembang menjadi Penyedia Kapal Offshore bernilai tinggi melalui akuisisi atas kapal-kapal lebih besar dan berteknologi mutakhir untuk melayani kebutuhan dari industri minyak dan gas bumi laut lepas untuk laut dalam. KOMPOSISI ARMADA WINS Vessels 2010 2011 2012 2013 Low Value 40 38 32 28 High Value 19 29 32 43 Total 50 67 64 71 Selama 3 tahun terakhir, WINS telah menerima pengiriman 26 kapal-kapal bernilai tinggi, sambil menjual 16 kapal yang lebih tua dan benilai rendah. Dengan ini, kapal-kapal yang bernilai tinggi kini merupakan 60% dari jumlah armada kapalnya dibandingkan hanya 32% pada tahun 2010. "Dengan dukungan IFC, kami telah meningkatkan proses tata kelola perusahaan yang baik dan standar lingkungan yang lebih tinggi" ujar Sugiman Layanto, Direktur Utama PT Wintermar Offshore Marine Tbk. "Kemampuan IFC untuk menyediakan pinjaman jangka panjang untuk pembiayaan kapal-kapal kami telah menjadi keuntungan yang sangat berarti bagi kami dalam melakukan ekspansi armada kapal kami, khususnya dalam berapa tahun terakhir ini, seiring dengan pertumbuhan kebutuhan atas pendukung kelautan untuk kegiatan pengeboran laut lepas dari industri minyak dan gas di Indonesia. Kami bersyukur atas kemitraan ini dan menyambut IFC sebagai pemegang saham strategis." Sarvesh Suri, Country Manager IFC di Indonesia menambah "IFC merasa senang sekali dapat menjadi pemegang saham di Wintermar. Perusahaan ini menyediakan layanan logistik kelautan kelas dunia untuk industri minyak dan gas bumi domestik, yang mana merupakan salah satu faktor pendorong penting dalam perkembangan ekonomi Indonesia." Sesuai dengan Peraturan OJK, saham milik IFC tidak dapat diperdagangkan selama 1 tahun.
46
Diakses pada tanggal 30 April 2014 dari laman http://www.antaranews.com/berita/429439/ifc-melaksanakan-konversi-atas-obligasi-konversi-menjadi-pemegang-saham-wins-dengan-kepemilikan-492-dari-seluruh-modal-yang-dikeluarkan.
www.futurumcorfinan.com
Page 33
Mengenai PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) adalah perusahaan offshore marine service yang memiliki lebih dari 70 armada kapal yang siap untuk menangani berbagai macam kebutuhan pendukung aktifitas eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di laut lepas pantai termasuk transportasi crew, peralatan dan pendukung, juga jasa untuk anchor handling, towing dan mooring. Armada kami yang modern dan terus bertambah terdiri dari berbagai macam jenis kapal, yang memungkinkan kami untuk memberikan solusi logistic dan perkapalan yang inovatif kepada klien kami yang terdiri dari perusahaan minyak dan gas bumi multinasional. Pada tahun 2011, WINS menjadi perusahaan shipping pertama di Indonesia yang mendapatkan Integrated Management System dari Lloyd’s Register Quality Assurance, yang terdiri dari ISO 9001:2008 (Quality), ISO 14001:2004 (Environment) dan OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety). Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.wintermar.com. Tentang IFC IFC, anggota Grup Bank Dunia, merupakan institusi pembangunan global terbesar yang berfokus sepenuhnya pada sektor swasta. Bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta di lebih dari 100 negara, kami menggunakan modal, keahlian dan pengaruh kami untuk memberantas kemiskinan tingkat tinggi dan mempromosikan pemerataan kemakmuran. Pada Tahun Buku 2013, investasi kami meningkat menjadi yang tertinggi selama ini yakni hampir mencapai US$25 Milyar, meningkatkan pengaruh sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja dan menghadapi tantangan perkembangan dunia yang paling kritis. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org.
Konversi pada saat Jatuh Tempo Obligasi Konversi
Sesudah kita membicarakan panjang lebar terkait konversi obligasi konversi, di sini kita
bahwa pertama-tama konversi yang dilakukan pada saat tanggal jatuh tempo obligasi
tersebut.
Yang menjadi acuan adalah IAS 32 Application Guidance paragraf AG3247, yang mengatur
hal ini:
On conversion of a convertible instrument at maturity, the entity derecognizes the liability
component and recognizes it as equity. The original equity component remains as equity
(although it may be transferred from one line item within equity to another). There is
no gain or loss on conversion at maturity.
47
IFRS Foundation. International Financial Reporting Standards 2013 (Red Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. Appendix: Application Guidance. IAS 32: Financial Instruments: Presentation. Juli 2012. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A936-A937.
www.futurumcorfinan.com
Page 34
Paragraf 32 IAS 32 jelas mengharuskan, pada saat terjadi konversi obligasi konversi ke
saham biasa entitas penerbit, komponen Liabilitas Keuangan tidak diakui lagi dan sebagai
gantinya, dimunculkan Ekuitas pada neraca pihak entitas penerbit. Yang menarik, ada dua
hal yang perlu penekanan kembali.
(a) Komponen Instrumen Ekuitas yang sebelumnya sudah dibukukan pada saat
pengakuan awal obligasi konversi, yang merupakan pengakuan atas option konversi,
akan tetap berada dalam bagian Ekuitas pada neraca pihak entitas penerbit, walaupun
dapat saja dipindahkan ke akun yang lain, sepanjang masih berada atau dilaporkan
sebagai bagian dari Ekuitas pada neraca pihak entitas penerbit.
(b) Pada saat terjadi konversi ini pada saat tanggal jatuh tempo obligasi konversi, tidak
boleh ada pengakuan laba atau rugi pada laporan laba rugi pihak entitas penerbit
obligasi konversi tersebut.
Melanjutkan obligasi konversi yang diterbitkan oleh Roche Group, jurnal pada saat konversi
pada tanggal jatuh tempo obligasi konversi, tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai
berikut:
Akun Penjelasan Kelompok Debit (€) Kredit (€)
Premi atas Saham – Ekuitas
Konversi (Share Premium –
Conversion Equity)
(i) Ekuitas 194.394
Hutang Obligasi Konversi
(catatan: pada saat jatuh
tempo, jumlah tercatat yang
semula €1.805.606, akan naik
menjadi €2.000.000 akibat
amortisasi diskon obligasi –
lihat kembali skedul
amortisasi obligasi di atas)
Liabilitas 2.000.000
Modal Saham – Saham Biasa
[nilai par atau nilai nominal]
(ii) Ekuitas 500.000
Premi atas Saham Biasa (i) dan (ii) Ekuitas 1.694.394
Total 2.194.394 2.194.394
www.futurumcorfinan.com
Page 35
Penjelasan:
(i) Akun “Premi atas Saham – Ekuitas Konversi (Share Premium – Conversion Equity)”
walaupun didebit, tetapi jumlah ini dipindahkan ke akun “Premi atas Saham Biasa”,
yang tetap merupakan bagian dari Ekuitas pada neraca pihak entitas penerbit obligasi
konversi. Artinya, dalam jumlah €1.694.394 terdapat €194.394 yang berasal dari
reklasifikasi akun dalam Ekuitas. Sisanya €1.500.000 (= €1.694.394 - €194.394)
merupakan akibat dari penerbitan saham biasa baru (lihat penjelasan dalam (ii)).
(ii) Konversi sebanyak 2.000 obligasi konversi menjadi saham biasa Roche Group akan
senilai 2.000 x 250 lembar saham biasa x €1 nilai par = €500.000. Karena nilai
nominal obligasi konversi yang ditukarkan adalah €2.000.000, maka akan ada Premi
atas Saham Biasa sebesar €1.500.000 (= €2.000.000 - €500.000).
Penerbitan dan konversi obligasi konversi menjadi saham biasa Roche Group, kita
perhatikan bahwa bagian Ekuitas pada neraca Roche Group selama 4 tahun telah
bertambah sebesar €2.194.394.
Apa yang dijelaskan di atas terkait akuntansi penerbitan dan konversi obligasi konversi pada
Roche Group seringkali disebut sebagai metode nilai buku (book value method)
sehubungan dengan nilai buku atau nilai tercatat dari obligasi konversi dan komponen
Instrumen Ekuitas akan menentukan jumlah tercatat dalam akun “Saham Biasa” dan “Premi
atas Saham Biasa” pada neraca Roche Group.
Konversi Sebelum Tanggal Jatuh Tempo Obligasi Konversi
Dengan menggunakan ilustrasi obligasi konversi Roche Group, namun ditambahkan
keterangan, untuk mudahnya, bahwa konversi terjadi pada akhir tahun 2012, yaitu tanggal
31 Desember 201248, dimana saldo Hutang Obligasi Konversi adalah sebesar €1.894.441
(lihat skedul amortisasi obligasi di atas).
48
Konversi tidak mesti dilakukan pada tanggal pembayaran bunga, bisa juga pada periode antara 2 tanggal pembayaran bunga, sehingga ada akrual bunga (accrued interest) yang mesti dipertimbangkan juga. Di sini, kalau obligasi konversi dilunasi, maka jumlah akrual bunga tersebut akan ditambahkan ke dalam harga call. Namun sebaliknya, kalau yang terjadi adalah konversi, maka jumlah akrual bunga cenderung diabaikan, atau dengan kata lain, tidak dibayarkan atau terhutang lagi. Oleh karena itu, obligasi konversi dengan resiko akan di-call oleh pihak entitas penerbit obligasi konversi, biasanya diperdagangkan dengan diskonto, agar supaya nilai konversi akan sama atau mendekati jumlah akrual bunga yang kemungkinan besar akan hilang, kalau konversi terjadi.
www.futurumcorfinan.com
Page 36
Jurnal atas transaksi konversi adalah sebagai berikut:
Akun Penjelasan Kelompok Debit (€) Kredit (€)
Premi atas Saham – Ekuitas
Konversi (Share Premium –
Conversion Equity)
(i) Ekuitas 194.394
Hutang Obligasi Konversi
(catatan: pada saat jatuh
tempo, jumlah tercatat yang
semula €1.805.606, akan naik
menjadi €1.894.441 akibat
amortisasi diskon obligasi –
lihat kembali skedul
amortisasi obligasi di atas)
Liabilitas 1.894.441
Modal Saham – Saham Biasa
[nilai par atau nilai nominal]
(ii) Ekuitas 500.000
Premi atas Saham Biasa (i) dan (ii) Ekuitas 1.588.835
Total 2.088.835 2.088.835
Penjelasan:
(iii) Akun “Premi atas Saham – Ekuitas Konversi (Share Premium – Conversion Equity)”
walaupun didebit, tetapi jumlah ini dipindahkan ke akun “Premi atas Saham Biasa”,
yang tetap merupakan bagian dari Ekuitas pada neraca pihak entitas penerbit obligasi
konversi. Artinya, dalam jumlah €1.588.835 terdapat €194.394 yang berasal dari
reklasifikasi akun dalam Ekuitas. Sisanya €1.394.441 (= €1.588.835 - €194.394)
merupakan akibat dari penerbitan saham biasa baru (lihat penjelasan dalam (ii)).
(iv) Konversi sebanyak 2.000 obligasi konversi menjadi saham biasa Roche Group akan
senilai 2.000 x 250 lembar saham biasa x €1 nilai par = €500.000. Karena saldo
terhutang atas obligasi konversi yang ditukarkan adalah €1.894.441, maka akan ada
Premi atas Saham Biasa sebesar €1.394.441 (= €1.894.441 - €500.000).
Pelunasan Kembali pada saat Jatuh Tempo Obligasi Konversi
Pada saat jatuh tempo obligasi konversi, apabila pihak pemegang atau investor tidak meng-
exercise haknya untuk melakukan konversi, maka pihak Roche Group berkewajiban
www.futurumcorfinan.com
Page 37
melakukan pelunasan secara uang tunai atas obligasi konversi tersebut sebesar nilai
nominalnya yaitu €2.000.00049. Jurnal yang dibukukan sebagai berikut:
Akun Kelompok Debit (€) Kredit (€)
Hutang Obligasi Konversi (pada nilai
nominal saat tanggal jatuh tempo)
Ekuitas 2.000.000
Kas di Bank Aset 2.000.000
Bagaimana dengan akun “Premi atas Saham – Ekuitas Konversi (Share Premium –
Conversion Equity)” sejumlah €194.394? Sebagaimana pernah dijelaskan di atas, karena
pihak pemegang atau investor obligasi konversi Roche Group tidak meng-exercise option
konversi, maka ini seperti modal yang disumbangkan (donated atau contributed capital)
kepada para pemegang saham Roche Group. Artinya, pihak pemegang atau investor
obligasi konversi sudah membayar kepada Roche Group supaya bisa memperoleh option
konversi ini, yaitu melalui kesediaan mereka menerima pembayaran bunga periodik yang
lebih rendah (lihat kembali tulisan Bagian Pertama dari Obligasi Konversi yang
membicarakan alasan penerbitan Obligasi Konversi yang dimuat pada laman
www.futurumcorfinan.com yang sama) daripada yang seharusnya mengikuti tingkat suku
bunga pasar untuk obligasi non-konversi, namun kemudian, option konversi ini “dilepaskan”
exercise-nya oleh pihak pemegang atau investor obligasi konversi tersebut.
Pelunasan Kembali Sebelum Tanggal Jatuh Tempo Obligasi Konversi
Pihak penerbit bisa saja melakukan call atas obligasi konversi guna pelunasan kembali lebih
dini, yaitu sebelum tanggal jatuh tempo obligasi konversi, dengan berbagai tujuan, bisa
karena untuk memperbaiki rasio gearing (rasio hutang atas ekuitas), atau dalam tren tingkat
suku bunga pinjaman yang menurun, akan dapat diperoleh pembiayaan kembali dengan
tingkat suku bunga yang lebih rendah, sehingga akan mengurangi jumlah pembayaran
beban bunga periodik di kemudian hari.
49
Kecuali dilakukan lagi pembiayaan kembali (refinancing) melalui penerbitan instrumen keuangan lainnya, artinya Roche Group menerbitkan surat hutang baru (bisa dengan fitur options konversi ataupun non-konversi), dan dana yang diperoleh dari penerbitan surat hutang baru tersebut digunakan untuk melunasi obligasi konversi yang jatuh tempo tersebut. Yang perlu dicermati, pilihan pembiayaan kembali kemungkinan akan berbiaya mahal apabila tingkat suku bunga pinjaman menunjukkan tren kenaikan, yang mana ini berarti Roche Group harus melakukan pembiayaan kembali pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi, suatu pilihan yang jelas tidak akan menyenangkan bagi pimpinan dan pemegang saham Roche Group.
www.futurumcorfinan.com
Page 38
Paragraf Application Guidance AG33 dan AG34 (Pedoman Aplikasi) IAS 32 mengatur
bagaimana perlakuan akuntansi atas pelunasan kembali sebelum tanggal jatuh tempo
obligasi konversi, sebagai berikut50:
[Paragraf AG33] When the entity extinguishes a convertible instrument before maturity
through an early redemption or repurchase in which the original conversion privileges are
unchanged, the entity allocates the consideration paid and any transaction costs for
the repurchases or redemption to the liability and equity components of the
instrument at the date of transaction. The method used in allocating the consideration
paid and transaction costs to the separate components is consistent with that used in the
original allocation to the separate components of the proceeds received by the entity when
the convertible instrument was issued, in accordance with paragraphs 28-32.
[Paragraf AG34] Once the allocation of the consideration is made, any resulting gain or loss
is treated in accordance with accounting principles applicable to the related component, as
follows:
(a) The amount of gain or loss relating to the liability component is recognized in profit or
loss; and
(b) The amount of consideration relating to the equity component is recognized in equity.
Di sini, walaupun cukup panjang, AG33 dan AG34 IAS 32 pada dasarnya menggunakan
pendekatan yang sama dengan pendekatan pada saat pengakuan awal atas obligasi
konversi dimana komponen Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas diakui secara
terpisah, serta nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan dihitung terlebih dahulu. Penting
dicermati bahwa pendekatan yang dijelaskan di atas oleh paragraf AG33 dan AG34 IAS 32
dalam hal terjadi pelunasan kembali obligasi konversi sebelum tanggal jatuh tempo,
dilakukan tanpa adanya perubahan ketentuan persyaratan obligasi konversi. Umumnya hak
untuk terjadinya pelunasan kembali obligasi konversi sebelum tanggal jatuh temponya
memang dicantumkan dalam perjanjian obligasi konversi, hak mana dipegang oleh pihak
entitas penerbit obligasi konversi tersebut.
50
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. July 2012. Application Guidance IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A988.
www.futurumcorfinan.com
Page 39
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat membukukan transaksi pelunasan
kembali obligasi konversi sebelum tanggal jatuh tempo obligasi tersebut adalah sebagai
berikut (perhatikan bahwa 2 langkah pertama tersebut sama dengan langkah awal pada
saat pengakuan atas transaksi penerbitan obligasi konversi):
1) Tentukan terlebih dahulu nilai wajar obligasi konversi yang akan dilunasi. Nilai wajar
obligasi konversi ini akan mencakup baik komponen Liabilitas Keuangan dan
Instrumen Ekuitas, yang pada umumnya akan mengacu ke nilai pasar-nya. Langkah
ini sama seperti pada saat penerbitan dan pengakuan obligasi konversi, yaitu
ditentukan terlebih dahulu nilai wajar obligasi konversi secara keseluruhan. Misalkan,
menggunakan contoh obligasi konversi Roche Group yang akan dilunasi pada tanggal
31 Desember 2012, nilai pasar keseluruhan obligasi konversi adalah €1.965.000.
2) Tentukan nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012,
menggunakan nilai kini dari arus kas yang diharapkan atas 2 tahun yang tersisa (yaitu
tahun 2013 dan 2014), yang didiskonto menggunakan tingkat suku bunga pasar atas
obligasi non-konversi. Apabila tingkat suku bunga obligasi non-konversi telah
mengalami perubahan dari sebelumnya 9% per tahun, menjadi 8,69%, maka nilai kini
dari arus kas yang tersisa, yaitu €120.000 (pembayaran bunga tahun 2013) dan
€2.120.000 (pembayaran bunga dan pokok obligasi konversi tahun 2014), maka akan
diperoleh nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012
sebesar €1.904.900.
Kalau dipecah antara komponen bunga dan pokok, jumlah €1.904.900 akan terdiri dari
€211.979 untuk bunga dan €1.692.921 untuk pokok pinjaman obligasi konversi,
sebagaimana diperlihatkan perhitungannya dibawah ini.
www.futurumcorfinan.com
Page 40
3) Selisih antara nilai wajar komponen liabilitas Keuangan pada tanggal 31 Desember
2012 dengan sisa saldo Hutang Obligasi Konversi pada tanggal 31 Desember 2012
merupakan keuntungan atau kerugian yang mesti diakui. Perhitungan kerugian akibat
pelunasan kembali obligasi konversi pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebagai
berikut:
Karena saldo Hutang Obligasi Konversi (lihat Skedul Amortisasi Obligasi Konversi di
atas) pada tanggal 31 Desember 2012 menunjukkan nilai €1.894.441, dan pihak
Roche Group mesti melunasinya sebesar €1.904.900 (nilai wajarnya), maka Roche
Group menderita kerugian sebesar €10.459.
4) Langkah terakhir, adalah penentuan jumlah komponen Instrumen Ekuitas. Karena
konsep Ekuitas adalah nilai residual, maka kita tinggal membandingkan berapa jumlah
yang tersisa dari nilai wajar obligasi konversi (termasuk komponen Instrumen Ekuitas)
pada tanggal 31 Desember 2012 (dimana ini mirip seperti penentuan nilai wajar
obligasi konversi secara keseluruhan) dikurangi nilai wajar komponen Liabilitas
Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012 (yang sama dengan nilai wajar obligasi
non-konversi untuk jangka waktu yang tersisa 2 tahun).
Perhitungannya sebagai berikut, dimana diperoleh jumlah €60.100, yang merupakan
penurunan nilai komponen Instrumen Ekuitas yang sebelumnya €194.384 pada saat
pengakuan awal penerbitan obligasi konversi. Akibat penurunan ini, saldo akun “Premi
atas Saham – Ekuitas Konversi” akan menjadi €134.294 (=€194.394 - €60.100),
dimana akun ini dapat dipertahankan (artinya tidak perlu direklasifikasi) atau dapat
direklasifikasi ke akun lainnya (misalnya akun “Premium atas Saham Biasa” 51 ),
sepanjang tetap berada dalam kelompok Ekuitas pada neraca pihak penerbit obligasi
konversi52.
51
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 826. 52
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part B: The Accompanying Documents. July 2012. Illustrative Examples IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS
www.futurumcorfinan.com
Page 41
Dari 4 langkah di atas, terlihat bahwa akibat pelunasan kembali obligasi konversi sebelum
tanggal jatuh temponya, yang semestinya tanggal 31 Desember 2014 menjadi tanggal 31
Desember 2012, Roche Group menderita :
Kerugian dari komponen Liabilitas Keuangan sebesar €10.459; dan
Penurunan dari komponen Instrumen Ekuitas sebesar €60.100.
Atau dapat diperlihatkan dengan tabel berikut ini:
Nilai Tercatat
(dalam €)
Nilai Wajar
(dalam €)
Selisih
(dalam €)
Komponen Liabilitas Keuangan:
Nilai kini – komponen bunga obligasi konversi 211.093 211.979
Nilai kini – komponen pokok obligasi konversi 1.683.360 1.692.921
Total 1.894.453*) 1.904.900 10.459*)
Komponen Instrumen Ekuitas 194.394 60.100 134.294
Total 2.088.847 1.965.000
Foundation Publications Department. Halaman B1419. Paragraf IE46: The equity component remains as equity, but may be transferred from one line item within equity to another.
www.futurumcorfinan.com
Page 42
*) selisih €12 (yaitu antara nilai tercatat obligasi konversi pada tanggal 31 Desember 2012
menurut Skedul Amortisasi Obligasi Konversi di atas sebesar €1.894.441 dengan
perhitungan di atas €1.894.453 karena kesalahan pembulatan).
Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Akun Kelompok Debit (€) Kredit (€)
Hutang Obligasi Konversi (saldo hutang
menurut Skedul Amortisasi Obligasi
Konversi di atas)
Liabilitas 1.894.441
Kerugian akibat Pelunasan Kembali Laba Rugi 10.459
Kas di Bank Aset 1.904.900
(untuk mencatat pelunasan komponen
Liabilitas Keuangan, sesuai paragraf
AG34 IAS 32 dimana laba atau rugi
atas pelunasan kembali obligasi
konversi HANYA dapat diakui untuk
komponen Liabilitas Keuangan)
Premi atas Saham – Ekuitas Konversi
(Share Premium – Conversion Equity)
Ekuitas 60.100
Kas di Bank Aset 60.100
(untuk mencatat pembelian komponen
Instrumen Ekuitas, sesuai paragraf
AG34 IAS 32 dimana laba atau rugi
atas pelunasan kembali obligasi
konversi TIDAK dapat diakui untuk
komponen Instrumen Ekuitas)
Konversi Akibat Insentif dari Pihak Penerbit Obligasi Konversi
Di atas, telah dijelaskan bahwa konversi dapat terpaksa akibat tindakan “call” pihak penerbit
obligasi konversi (forced conversion), atau bisa juga sukarela dari pihak pemegang atau
investor obligasi konversi (voluntary conversion). Namun demikian, ada satu lagi konversi
www.futurumcorfinan.com
Page 43
yang memang terjadi lebih dini akibat insentif yang diberikan oleh pihak entitas penerbit
obligasi konversi, atau umum dikenal sebagai “induced conversion”.
Para pemegang atau investor obligasi konversi pada umumnya seringkali enggan untuk
melakukan konversi atau menukarkan obligasi konversinya menjadi saham biasa pihak
entitas penerbit obligasi konversi, meskipun dalam kondisi dimana harga pasar per lembar
saham biasa di lantai perdagangan bursa efek telah naik secara signifikan sejak pihak
pemegang atau investor membeli obligasi konversi tersebut. Pertimbangan utama jelas
bahwa harga pasar obligasi konversi itu sendiri akan naik seiring dengan kenaikan harga
pasar per lembar saham biasa, sebagaimana digambarkan dalam profil standar dari suatu
obligasi konversi dimana nilai obligasi konversi akan naik seiring harga pasar saham biasa,
yang ditunjukkan di bawah ini53.
Mengikuti perkembangan harga pasar di Eropa untuk obligasi konversi (diwakili oleh EXANE
ECI-Europe Convertible Index) dan harga pasar saham biasa (diwakili oleh Index MSCI
Europe) ditunjukkan data untuk tahun 2000 – 2012, tampak bahwa perkembangan harga
53
Allianz Global Investors (Eropa). Convertible Bonds: The Best of Both Worlds? An Alternative to “Classical” Bonds. April 2012. Diunduh pada tanggal 30 April 2014 dari laman https://www.allianzglobalinvestors.de/cms-out/kapitalmarktanalyse/docs/pdf-eng/portfoliopractice-convertibles.pdf. Halaman 8.
www.futurumcorfinan.com
Page 44
pasar kedua instrumen keuangan tersebut dapat dikatakan “beriringan” dengan pola yang
hampir sama54.
Untuk itulah perusahaan-perusahaan penerbit obligasi konversi kadangkala mencoba untuk
mendorong terjadinya konversi. Atau dikenal sebagai “induced conversion”.
“Induced conversion” pada umumnya melibatkan adanya pembayaran tambahan kepada
pihak pemegang atau investor obligasi konversi yang dapat dilihat sebagai “insentif” atau
“pemanis (sweetener)” agar pihak pemegang atau investor obligasi konversi bersedia
melakukan konversi sebelum tiba tanggal jatuh tempo obligasi konversi, atau periode
dimana obligasi konversi sudah dapat dikonversi, baik secara:
langsung (dengan memberikan uang tunai atau bahkan saham biasa tambahan atau
waran) maupun
tidak langsung (melalui perubahan persyaratan dalam instrumen keuangan majemuk
yang menguntungkan pihak pemegang obligasi konversi, misalnya perubahan dalam
rasio konversi).
54
Allianz Global Investors (Eropa). Convertible Bonds: The Best of Both Worlds? An Alternative to “Classical” Bonds. April 2012. Diunduh pada tanggal 30 April 2014 dari laman https://www.allianzglobalinvestors.de/cms-out/kapitalmarktanalyse/docs/pdf-eng/portfoliopractice-convertibles.pdf. Halaman 11.
www.futurumcorfinan.com
Page 45
Motivasi di belakang pemberian insentif ini jelas bisa bermacam-macam, bisa saja pihak
penerbit ingin:
mengurangi rasio gearing-nya (contohnya, rasio hutang-ke-modal) guna memenuhi
ketentuan perjanjian kredit bank;
mengurangi tingkat (level) pinjaman agar profil resiko bagi calon kreditor akan menjadi
lebih rendah.
mengurangi beban pembayaran bunga periodik di masa mendatang;
Kita bahas pertama, insentif berupa pembayaran tambahan dalam bentuk dengan
memberikan uang tunai atau bahkan saham biasa tambahan atau waran kepada pihak
pemegang atau investor obligasi konversi.
Kieso, Weygandt dan Warfield menjelaskan bahwa secara prinsip, pihak penerbit obligasi
konversi wajib membukukan pembayaran tambahan tersebut sebagai biaya periode berjalan
sebesar nilai wajar dari pembayaran tambahan tersebut55. Lebih lanjut, Kieso, Weygant dan
Warfield memberikan satu contoh pencatatannya, sebagai berikut:56
Helloid, Inc. memiliki obligasi konversi dengan nilai nominal sebesar US$1.000.000
(satu juta Dolar AS), yang dapat ditukarkan atau dikonversi menjadi 100.000 lembar
saham biasa Helloid, Inc. dengan nilai par US$1 per lembar. Dengan kata lain, harga
konversi adalah US$1.000.000/100.000 = $10.
Pada saat penerbitan obligasi konversi tersebut, Helloid, Inc. mencatat nilai komponen
Instrumen Ekuitas sebesar US$15.000 yang dibukukan ke akun “Premi Saham –
Ekuitas Konversi” pada kelompok Ekuitas pada neraca Helloid, Inc.
Helloid, Inc. berkeinginan untuk menurunkan beban bunga setiap tahun dan untuk itu,
Helloid, Inc. menawarkan kepada para pemegang atau investor obligasi konversi
tersebut sejumlah uang tunai senilai US$80.000 jika mereka bersedia melakukan
konversi lebih dini.
Diasumsikan pihak pemegang atau investor obligasi konversi bersedia melakukan konversi
menjadi saham biasa Helloid, Inc., maka jurnal yang dibukukan akan sebagai berikut:
55
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 827. 56
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 827.
www.futurumcorfinan.com
Page 46
Akun Kelompok Debit
(dalam US$)
Kredit
(dalam US$)
Biaya Konversi Laba Rugi 65.000
Premi Saham – Ekuitas Konversi Ekuitas 15.000
Hutang Obligasi Konversi Liabilitas 1.000.000
Modal Saham – Saham Biasa Ekuitas 100.000
Modal Saham - Premi Saham Biasa Ekuitas 900.000
Kas di Bank Aset 80.000
Apabila diperhatikan jurnal di atas, dari sejumlah US$80.000 yang dibayarkan sebagai
“insentif” tambahan, hanya US$65.000 yang dibebankan sebagai biaya tahun berjalan dan
sisanya mengurangi akun “Premi Saham – Ekuitas Konversi”57.
Contoh dan jurnal yang diberikan oleh Kieso, Weygandt dan Warfield tidak secara khusus
merujuk ke IAS 32 dalam paragraf AG35, dan argumen dibangun justru merujuk ke U.S.
GAAP, yaitu Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) Nomor 84, bagian C,
Basis for Conclusions, paragraf 24:
SFAS No. 8458 Kieso, Weygant dan Warfield59
Some respondents contended that the cost
associated with a conversion inducement is
a cost of obtaining equity capital that should
be recognized as a reduction of the equity
capital provide in the transaction. The
Some argue that the cost of a conversion
inducement is a cost of obtaining equity
capital. As a result, they contend that
companies should recognize the cost of
conversion as a cost of (a reduction of) the
57
Hal ini sejalan dengan paragraf 36 IAS 32 mengingatkan bahwa: ….Similarly, gains and losses associated with redemptions or refinancing of financial liabilities are recognized in profit or loss, whereas redemptions or refinancing of equity instruments are recognized as changes in equity….. IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. July 2012. IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A969. 58
FASB ASC (Accounting Standards Codification) 470-20-45. [Literatur sebelumnya: “Induced Conversions of Convertible Debt,” Statement of Financial Accounting Standards No. 84 (an amendment of APB Opinion No. 26). Stamford (Connecticut): FASB. 1985. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2014 dari laman http://www.fasb.org/cs/BlobServer?blobcol=urldata&blobtable=MungoBlobs&blobkey=id&blobwhere=1175820930650&blobheader=application%2Fpdf. 59
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weygandt; dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Volume 2. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2011. Bab 16: Dilutive Securities and Earnings per Share. Halaman 827.
www.futurumcorfinan.com
Page 47
SFAS No. 8458 Kieso, Weygant dan Warfield59
[FASB] Board did not agree, noting that a
conversion of debt to equity securities is a
transaction that involves both issuance of
equity securities and extinguishment of debt
securities. Although the cost of issuing equity
securities in a transaction to raise capital is
usually recorded as a reduction of the equity
capital provided, transactions that involve the
issuance of equity securities for other
purposes often require recognition of
expense. The [FASB] Board believes that
expense recognition is appropriate in
circumstances involving an induced
conversion of convertible securities because
the transaction is not solely a capital-raising
transaction.
equity capital acquired and not as an
expense. However, the IASB indicated that
when an issuer makes an additional
payment to encourage conversion, the
payment is for a service (bondholders
converting at a given time) and should be
reported as an expense.
Sekarang coba kita lihat IAS 32 dalam paragraf AG35 dimana “insentif” yang diberikan bisa
perubahan persyaratan konversi atau memberikan pembayaran tambahan kepada pihak
pemegang atau investor obligasi konversi, sebagai berikut60:
An entity may amend the terms of a convertible instrument to induce early conversion, for
example by offering a more favorable conversion ratio or paying other additional
consideration in the event of conversion before a specified date. The difference, at the date
the terms are amended, between the fair value of the consideration the holder receives on
conversion of the instrument under the revised terms and the fair value of the consideration
the holder would have received under the original terms is recognized as a loss in profit or
loss.
Dari bacaan paragraf AG35 IAS 32, dalam hal terjadi “induced conversion”, maka sudut
pandangnya, adalah dari pihak pemegang atau investor obligasi konversi. Ingat bahwa
ini adalah “insentif atau pemanis” yang diberikan oleh pihak entitas penerbit obligasi
60
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. July 2012. Application Guidance IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A988.
www.futurumcorfinan.com
Page 48
konversi, sehingga jelas akan merupakan keuntungan bagi pihak pemegang atau investor
obligasi konversi. Kalau tidak menguntungkan, kemungkinan besar pihak pemegang atau
investor tidak mau melakukan konversi atau penukaran obligasi konversi ke dalam saham
biasa pihak entitas penerbit. Sebaliknya, bagi pihak entitas penerbit, “insentif atau pemanis”
ini akan merupakan kerugian, dan paragraf AG35 IAS 32 mengatur bagaimana jumlah
kerugian tersebut dihitung atau ditentukan, dan perlunya kerugian tersebut dibebankan
sebagai kerugian tahun berjalan pada laporan laba rugi pihak entitas penerbit obligasi
konversi.
Jumlah kerugian ini, pada tanggal persyaratan obligasi konversi mengalami perubahan,
dihitung sebagai selisih antara:
a) Nilai wajar pembayaran yang diterima untuk konversi obligasi tersebut sesuai
ketentuan persyaratan yang baru (atau yang sudah mengalami perubahan),
dibandingkan
b) Nilai wajar pembayaran yang seharusnya diterima oleh pihak pemegang atau
investor obligasi konversi tersebut sesuai dengan ketentuan persyaratan obligasi
konversi yang lama.
IAS 32 bagian Contoh Ilustrasi (Illustrative Examples) Nomor 12 memberikan contoh
penerapan dari ketentuan paragraf AG35 di atas61.
Pada tanggal 1 Januari 20X0, Entitas A menerbitkan obligasi konversi dengan data sebagai
berikut:
Nilai nominal CU (Currency Unit) 1.000.
Jatuh tempo obligasi 31 Desember 20X9, atau berjangka waktu 10 tahun.
Obligasi ini dapat ditukarkan menjadi saham biasa Entitas A pada harga konversi
CU25 per lembar saham.
Tingkat suku bunga 10% per tahun yang dibayarkan setiap 6 bulan secara tunai.
Pada saat penerbitan, tingkat suku bunga untuk obligasi non-konversi dengan jangka
waktu 10 tahun adalah 11% per tahun.
Pada tanggal 1 January 20X1, yaitu 1 tahun kemudian setelah tanggal penerbitan, guna
mendorong pihak pemegang atau investor obligasi konversi melakukan konversi atau
61
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part B: The Accompanying Documents. July 2012. Illustrative Examples IAS 32 Financial Instruments: Presentation. London: IFRS Foundation Publications Department. Example 12: Amendment of the Terms of a Convertible Instrument to Induce Early Conversion. Paragraf IE47-IE50. Halaman B1419-1420.
www.futurumcorfinan.com
Page 49
penukaran segera ke dalam saham biasa Entitas A, maka Entitas A mengurangi harga
konversi dari CU25 per lembar saham menjadi CU20 per lembar saham (ini jelas
menguntungkan pihak pemegang atau investor, karena akan diperoleh jumlah lembar
saham biasa Entitas A yang lebih banyak), dengan syarat konversi dilakukan sebelum
tanggal 1 Maret 20X1 (periode waktu 2 bulan atau 60 hari).
Informasi tambahan: Harga pasar per lembar saham biasa Entitas A pada tanggal terjadinya
perubahan harga konversi yang diumumkan, adalah CU40.
Perhitungan kerugian (atau keuntungan bagi pihak pemegang atau investor obligasi
konversi Entitas A), yang merupakan nilai wajar “insentif” atau pembayaran tambahan yang
diberikan oleh Entitas A kepada para pemegang atau investor obligasi konversi, adalah
sebagai berikut:
Keterangan
Jumlah lembar saham biasa yang akan diterbitkan oleh Entitas A
kepada para pemegang atau investor obligasi konversi,
menggunakan harga konversi yang baru
Nilai nominal obligasi konversi CU 1.000
Harga konversi yang baru CU 20 per
lembar
Jumlah lembar saham biasa baru yang akan diterbitkan dalam rangka
konversi
50 saham
Jumlah lembar saham biasa yang akan diterbitkan oleh Entitas A
kepada para pemegang atau investor obligasi konversi,
menggunakan harga konversi yang lama
Nilai nominal obligasi konversi CU 1.000
Harga konversi yang baru CU 25 per
lembar
Jumlah lembar saham biasa baru yang akan diterbitkan dalam rangka
konversi
40 saham
Jumlah tambahan lembar saham baru Entitas A yang mesti diterbitkan
terkait perubahan harga konversi
10 saham
www.futurumcorfinan.com
Page 50
Keterangan
Nilai pasar per lembar saham biasa Entitas A pada tanggal perubahan
harga konversi
CU 40 per
lembar
Total nilai pasar yang berasal dari tambahan saham biasa Entitas A
akibat perubahan harga konversi
CU 400
Seluruh tambahan saham biasa Entitas A pada harga pasarnya senilai CU 400 dibebankan
seluruhnya menjadi kerugian periode berjalan dan dilaporkan di laporan laba rugi Entitas A.
Ini berarti bahwa efek akuntansinya sama atau identik seakan-akan Entitas A telah
memberikan (grant) pembayaran berupa saham sebanyak 10 lembar dengan vesting segera.
IFRS 2 Share-based Payment paragraf 7 dan 862 juga mengatur pemberian tersebut wajib
dibukukan sebagai biaya pada periode berjalan.
Tambahan dari penulis, jurnal yang perlu dibukukan oleh Entitas A sebagai berikut:
Akun Keterangan Kelompok
Debit
(dalam
CU)
Kredit
(dalam CU)
Kerugian Akibat perubahan harga
konversi
Laba Rugi 400
Hutang Obligasi
Konversi
Nilai tercatat obligasi
konversi yaitu nilai nominal
dikurangi nilai tercatat
Diskon atas Obligasi
Konversi, atau ditambah
Premium atas Obligasi
Konversi
Liabilitas xxx
Modal Saham –
Saham Biasa
Jumlah lembar saham
biasa baru yang diterbitkan
x harga par per lembar
saham biasa
Ekuitas xxx
Modal Saham -
Premi Saham
Biasa
Ekuitas xxx
62
IFRS Foundation. A Guide Through IFRS (Green Book). Part A: The Conceptual Framework and Requirements. July 2012. IFRS 2 Share-based Payment. London: IFRS Foundation Publications Department. Halaman A95.
www.futurumcorfinan.com
Page 51
Apabila kita kembali ke contoh perusahaan Helloid, Inc. di atas dimana diberikan uang
sebanyak US$80.000, maka menurut penulis, seluruh US$80.000 ini dibebankan sebagai
kerugian periode berjalan, dan bukan sebesar US$65.000 sebagaimana diberikan contoh
dalam buku teks tersebut.
Pendapat yang diberikan oleh Mackenzie, Bruce Mackenzie; Danie Coetsee; Tapiwa
Njikizana; Edwin Selbst; Raymond Chamboko; Blaise Colyvas; dan Brandon Hanekon
terkait akuntansi untuk “induced conversion” obligasi konversi juga tidak tepat63, dimana
penulis kutip di bawah ini, yang justru tidak sesuai dengan IAS 32 paragraf AG35 di atas.
A special situation may occur in that conversion privileges of convertible debt are modified
after issuance of the debt. These modifications may take the form of reduced conversion
prices or additional consideration paid to the convertible debt holder. The debtor offers these
modifications or “sweeteners” to induce prompt conversion of the outstanding debt. This is in
addition to the normal strategy of calling the convertible debt to induce the holders to convert,
assuming the underlying economic values make this attractive (debtors often do this when
only a small fraction of the originally issued convertible debt remains outstanding). The
issuance of these “sweeteners” should be accounted for as a reduction in the
proceeds of the share offering, thereby reducing contributed capital from the
transaction.
A previously acceptable alternative accounting treatment, recording the sweetener
payments as an expense in the period of conversion, is no longer deemed appropriate
given the proceeds allocation scheme mandated by revised IAS 32. That latter
approach derived from a recognition that if it had been part of the original arrangement, a
change in the exchange ratio or other adjustment would have affected the allocation of the
original proceeds between debt and equity, and the discount or premium originally
recognized would have been different in amount, and hence periodic amortization would
have differed as well.
63
Mackenzie, Bruce; Danie Coetsee; Tapiwa Njikizana; Edwin Selbst; Raymond Chamboko; Blaise Colyvas; dan Brandon Hanekon. 2013 Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2013. Bab 24: Financial Instruments. Halaman 1890.
www.futurumcorfinan.com
Page 52
Dalam bacaan di atas, justru yang disarankan adalah pembayaran “insentif/pemanis” ini
dibukukan sebagai pengurang dari akun “Premium atas Saham Biasa” (dalam hal, modal
saham diterbitkan menggunakan nilai par, sehingga kelebihannya di atas nilai par dibukukan
ke akun “Premium atas Saham Biasa”) atau langsung ke akun “Modal Saham – Saham
Biasa tanpa nilai par”, dan bukan sebagai biaya, suatu pendekatan yang tidak sesuai
dengan IAS 32 paragraf AG35.
Obligasi Wajib Konversi
Dari laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)64, ada dua Obligasi Wajib Konversi
(disingkat OWK) yang diterbitkan yaitu:
Obligasi Wajib Konversi Bank ICB Bumiputera 201065
Obligasi Wajib Konversi Suba Indah Tahun 2004
OWK adalah obligasi konversi yang memuat ketentuan bahwa pihak pemegang atau
investor OWK tersebut wajib menukarkan atau melakukan konversi OWK tersebut menjadi
saham biasa entitas penerbit. Dengan demikian, pihak pemegang atau investor OWK sudah
tahu sejak tanggal pembelian obligasi, bahwa nilai nominal OWK tidak akan dilunasi dalam
bentuk uang tunai, namun akan ditukarkan pada tanggal tertentu menjadi saham biasa
pihak penerbit. Jadi secara struktur, mengingat bahwa OWK sudah pasti dikonversi menjadi
saham biasa dalam jangka waktu tertentu atau tanggal tertentu yang telah ditentukan, maka
tidak terlalu mengherankan bahwa penerbitan OWK dipandang sebagai emisi saham yang
tertunda (delayed equity offering)66 dan lebih mirip sebagai Instrumen Ekuitas (atau saham
biasa), daripada Liabilitas Keuangan (“debt”)67, atau dapat digambarkan bahwa komponen
Instrumen Ekuitas akan lebih bernilai bagi pihak pemegang atau investor OWK
64
www.ksei.or.id, yang diakses pada tanggal 2 Mei 2014.
65 Pengumuman Pencatatan Obligasi Wajib Konversi PT Bank ICB Bumiputera Tahun 2010 bisa
dibaca pada tanggal 2 Mei 2014 dari laman http://www.ibpa.co.id/LinkClick.aspx?fileticket=uhybGrL3%2Bnc%3D&tabid=126&language=en-US; dan prospektusnya dari laman http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/info-prospektus/2010/sektor_jasa/Bank_ICB_Bumiputera_Tbk_PUT_I_2010.pdf. 66
Loncarski, Igor; Jenke ter Horst; dan Chris Veld. Why Do Companies Issue Convertible Bonds? A Review of Theory and Empirical Evidence. Halaman 24. Dimuat dalam buku Advances in Corporate Finance and Asset Pricing. Editor L.D.R. Renneboog. Amsterdam: Elsevier Science Publishers B.V. North-Holland. 2006. 67
Bhattacharya, Mihir (Managing Director, Quellos Capital Management). Bab 60: Convertible Securities and Their Valuation. Tulisan bab ini dimuat dalam buku The Handbook of Fixed Income Securities. Edisi ketujuh. New York: The McGraw-Hill Companies. 2005. Editor: Frank J. Fabozzi dengan Steven V. Mann. Catatan kaki 15. Halaman 1405.
www.futurumcorfinan.com
Page 53
dibandingkan komponen Liabilitas Keuangan, atau pihak investor lebih tertarik pada nilai
komponen Instrumen Ekuitas, sebagaimana digambarkan di bawah ini68.
OWK wajib dikonversi menjadi saham biasa pihak entitas penerbit OWK, tentunya
pertanyaan berikutnya, apakah saham biasa yang diperoleh:
Jumlah lembar saham biasa yang ditentukan di awal, atau
Nilai saham biasa yang ditentukan di awal (yang berarti jumlah lembar saham biasa
bisa berubah tergantung pada harga pasar per lembar saham biasa)?
Pembaca perlu melihat kembali penjelasan terkait pembedaan Liabilitas Keuangan dan
Instrumen Ekuitas, yang dimuat pada Bagian (A) dari tulisan dengan judul yang sama.
Namun pada prinsipnya,
Kalau nilai saham biasa yang di-fixed, dimana jumlah lembar saham biasa bisa
berubah sesuai dengan perkembangan harga pasar per lembar saham biasa, maka
68
Emcore: History and Characteristics of Convertible Bonds. Diakses pada tanggal 29 April 2014 dari laman http://www.emcore.ch/htm/672/en/3-2-Convertible-Bonds-english.htm.
www.futurumcorfinan.com
Page 54
ini merupakan Liabilitas Keuangan. Artinya, nilai saham biasa akan tetap,
walaupun jumlah lembar saham biasa bisa berubah.
Kalau kuantitas atau jumlah lembar saham biasa yang di-fixed, sehingga bagi pihak
pemegang atau investor OWK, pada saat konversi, nilai saham biasa yang diterima
bisa berubah. Artinya, nilai saham biasa tidak akan tetap, namun jumlah lembar
saham biasa yang akan diterima tetap. Dengan demikian, ini merupakan Instrumen
Ekuitas.
Dalam praktik, penerbitan OWK bisa diikuti ketentuan persyaratan yang variatif, misalnya69:
OWK tidak membayarkan bunga periodik atau kalaupun dapat membayar bunga
hanya dalam kondisi dividen atas saham biasa juga mesti dibayarkan, atau bersifat
diskresioner. Di sini komponen Liabilitas Keuangan pada umumnya tidak ada.
OWK membayarkan bunga periodik hingga OWK dikonversi pada tanggal tertentu
menjadi saham biasa pihak penerbit OWK. Di sini sebagian dari dana yang diterima
dari penerbitan OWK dialokasikan ke komponen Liabilitas Keuangan, dimana nilainya
dihitung dari nilai kini pembayaran bunga periodik yang dijanjikan atau diharapkan
dibayar menggunakan tingkat diskonto tingkat suku bunga obligasi non-konversi atau
instrumen sejenisnya non-konversi dan memiliki tingkat resiko dan jangka waktu yang
sama. Kemudian, selisih nilai komponen Liabilitas Keuangan yang dihitung di atas
dengan total dana yang diterima dari penerbitan OWK, dialokasikan ke komponen
Instrumen Ekuitas.
Sebagai ilustrasi atas OWK sebagai berikut70:
PT Z menerbitkan 600.000 OWK dengan data sebagai berikut:
69
Ada 2 isu menarik yang ditanyakan ke IFRIC (IFRS Interpretations Committee) sebagaimana dimuat dalam IFRIC Update bulan Juli 2013 berjudul:
IAS 32 Financial Instruments : Presentation – Classification of a financial instrument that is mandatorily convertible into a variable number of shares (subject to a cap and a floor) but gives the issuer the option to settle by delivering the maximum (fixed) number of shares.
IAS 32 Financial Instruments: Presentation – Classification of a financial instrument that is mandatorily convertible into a variable number of shares upon a contingent “non-viability” event.
Diunduh pada tanggal 2 Mei 2014 dari laman http://media.ifrs.org/2013/IFRIC/July/IFRIC-Update-July-2013.pdf. 70
PricewaterhouseCoopers LLP. Manual of Accounting: Financial Instruments 2011. London. 2010. Bab 7: Financial Liabilities and Equity. Halaman 7045-7046.
www.futurumcorfinan.com
Page 55
OWK diterbitkan pada nilai nominal atau nilai par sebesar CU (Currency Unit) 100 per
obligasi, atau total dana yang diterima sama dengan 600.000 x CU 100 =
CU 60.000.000, yang juga merupakan nilai wajarnya pada tanggal penerbitan.
OWK berjangka waktu 3 tahun.
Setiap OWK dengan nilai nominal atau nilai par CU 1000 wajib dikonversi pada akhir
tahun ke-3 menjadi 25 lembar saham biasa PT Z.
OWK membayarkan bunga periodik sebesar 6% per tahun, yang terhutang setiap
tahun. Ini berarti akan ada 3 kali pembayaran bunga kepada pihak pemegang atau
investor OWK.
Pada tanggal penerbitan OWK, tingkat suku bunga pasar untuk obligasi non-konversi
adalah 9% per tahun.
Biaya transaksi penerbitan OWK adalah 1% dari total nilai nominal OWK atau sama
dengan 1% x CU 60.000.000 = CU 600.000.
Langkah-langkah analisa OWK:
1) Nilai wajar komponen Liabilitas Keuangan dari OWK perlu ditentukan terlebih dahulu,
dan sisanya ke komponen Instrumen Ekuitas, dimana sesudah dipotong biaya
transaksi penerbitan OWK, akan diperoleh dana neto sebesar CU 59.400.000
(= CU 60.000.000 – CU 600.000) sebagaimana ditunjukkan sebagai berikut:
www.futurumcorfinan.com
Page 56
Jadi dari total dana neto yang diterima sebesar CU 59.400.000, sebanyak CU 9.021.534
dialokasikan ke komponen Liabilitas Keuangan sebesar CU 9.021.534 (15% dari total dana
neto) dan ke komponen Instrumen Ekuitas sebesar CU 50.378.466 (85% dari total dana
neto).
Jurnal yang dilakukan:
Akun Kelompok Debit (CU) Kredit (CU)
Kas di Bank Aset 59.400.000
Hutang Obligasi Wajib Konversi *) Liabilitas 9.021.534
Premi atas Saham – Ekuitas Konversi
(Share Premium – Conversion Equity)
**)
Ekuitas 50.378.466
Sebagai catatan:
*) Nilai tercatat Hutang OWK sebesar CU 9.021.534 akan diukur kembali (remeasured)
selanjutnya pada tahun ke-1, ke-2 dan ke-3 menggunakan “amortized cost” dengan
menerapkan metode tingkat bunga efektif. Untuk itu akan dibuat skedul amortisasi OWK
pada langkah ke-2 di bawah ini, dimana saldo komponen Hutang OWK akan berkurang dari
CU 9.021.534 menjadi nihil sejalan dengan dilakukannya pembayaran bunga pada tahun
ke-1 sampai dengan ke-3.
**) Nilai tercatat akun “Premi atas Saham – Ekuitas Konversi” sejumlah CU 50.378.466 tidak
akan mengalami perubahan atau tidak akan diukur kembali (remeasured) selanjutnya.
www.futurumcorfinan.com
Page 57
2) Untuk menyusun skedul amortisasi OWK, perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat
bunga efektif, dimana dapat digunakan formula IRR (Internal Rate of Return) dari
Microsoft Excel sebagaimana ditunjukkan dibawah ini.
Sesudah diperoleh tingkat bunga efektif sebesar 9,5659%, maka bisa dibuat skedul
amortisasi OWK sebagai berikut.
Dari skedul di atas tampak bahwa pada akhir tahun ke-3, saldo Hutang OWK akan
menjadi nihil.
3) Pada tahun ke-3, OWK tersebut wajib seluruhnya diamortisasi menjadi saham biasa
PT Z. Perhitungannya adalah sebagai berikut, termasuk jumlah yang dialokasikan ke
akun “Premi atas Saham Biasa” (Share Premium).
www.futurumcorfinan.com
Page 58
Akun Kelompok Debit (CU) Kredit (CU)
Premi atas Saham – Ekuitas Konversi
(Share Premium – Conversion Equity)
Ekuitas 50.378.466
Modal Saham – Nilai Par Ekuitas 15.000.000
Premi atas Saham Biasa (Share
Premium)
Ekuitas 35.378.467
Dengan kata lain, tampak dari contoh di atas, bahwa OWK pada dasarnya secara efektif
merupakan suatu kontrak forward untuk menerbitkan atau memberikan sejumlah lembar
saham yang sudah ditentukan fixed, dimana dana pembayaran atas kontrak forward
tersebut sudah dilakukan oleh pihak pemegang atau investor OWK dan sudah diterima oleh
pihak PT Z, sebagaimana sudah tercatat sebesar CU 50.378.466 dan dilaporkan sebagai
Ekuitas pada neraca PT Z sejak tanggal penerbitan OWK. Jadi dalam hal penerbitan OWK,
kontrak itu merupakan kontrak forward, sedangkan dalam hal obligasi konversi dimana
dapat dikonversi setiap saat oleh pihak pemegang atau investor obligasi konversi
merupakan suatu written call option.
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 59
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of
writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have
been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any
representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising
from the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is
not intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your
advisors for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the
authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com
© FUTURUM. All Rights Reserved
top related