oleh - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/59799/2/pk.bp.47-17 hab p skripsi.pdf · adln...
Post on 03-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H
SKRIPSI
POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN
LELE (Clarias sp.) TERHADAP NILAI KECERNAAN SERAT KASAR DAN
BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN MENGGUNAKAN TEKNIK
PEMBEDAHAN
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
MOH. BAHTIAR YUSUF HABIBI
TULUNGAGUNG – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Moh. Bahtiar Yusuf Habibi
N I M : 141211133093
Tempat, tanggal lahir : Tulungagung, 10 November 1993
Alamat : Njigang, Pakisaji, Kalidawir, Tulungagung
Telp./HP 085852436695
Judul Skripsi : potensi penambahan azolla sp. dalam formulasi pakan ikan
lele (clarias sp.) terhadap nilai kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen menggunakan teknik pembedahan
Pembimbing : 1. Prayogo, S.Pi., MP.
2. Agustono, Ir., M. Kes.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat
adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana
Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).
Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi /
karya tulis sayaini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di
dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila
dikemudian hari terbukti bahwa sayaternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun
dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H
SKRIPSI
POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN
LELE (Clarias sp.) TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR DAN
BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN MENGGUNAKAN TEKNIK
PEMBEDAHAN
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
MOH. BAHTIAR YUSUF HABIBI
NIM. 141211133093
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H
SKRIPSI
POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN
LELE (Clarias sp.) TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR DAN
BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN MENGGUNAKAN TEKNIK
PEMBEDAHAN
Oleh :
MOH. BAHTIAR YUSUF HABIBI
NIM. 141211133093
Telah diujikan pada
Tanggal : 14 November 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP.
Sekretaris : Boedi Setya Rahardja, Ir., MP.
Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
Prayogo, S.Pi., MP.
Agustono, Ir., M.Kes.
.
Surabaya, 14 November 2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RANGKUMAN
Moh. Bahtiar Yusuf Habibi. Potensi Penambahan Azolla sp. Dalam Formulasi
Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) Terhadap Kecernaan Serat Kasar dan Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen Menggunakan Teknik Pembedahan. Dosen
Pembimbing Prayogo S.Pi., M.P., dan Agustono, Ir., M.Kes
Ikan lele tergolong spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan. Pakan
merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele.
Sekitar dua per tiga biaya produksi ikan dibelanjakan untuk pakan. Salah satu cara
untuk menekan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan hijauan terutama yang
berasal dari limbah pertanian yaitu azolla, Azolla sp. yang berasal alam. Azolla
merupakan alternatif yang tepat sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan
pellet karena mudah disediakan, murah dan banyak jenisnya. Kecernaan zat makanan
didefinisikan sebagai jumlah zat makanan yang tidak dieksresikan melalui feses
dengan asumsi bahwa zat makanan tersebut dicerna oleh hewan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan azolla dalam formulasi pakan
ikan lele terhadap kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai bulan Agustus 2016
di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya. Rancangan
yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan lima
perlakuan dan empat ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan azolla pada pakan dalam
formulasi pakan ikan tidak mempengaruhi kecernaan serat kasar dan berpengaruh
pada kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele. Rata-rata nilai kecernaan
serat kasar ikan lele berkisar antara 93,232% - 94,542%. Rata-rata nilai kecernaan
bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele berkisar antara 94,93% - 98,315%.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY
Moh. Bahtiar Yusuf. Potential Addition of Azolla sp. In the Feed Formulation
Catfish (Clarias sp.) Against digestibility Crude Fiber and Material Extracts
Without Nitrogen Use Surgical technique. Academic Advisor Prayogo S.Pi.,
MP. and Agustono, Ir., M.Kes
Catfish species belonging potential to be cultivated. Feed is the most
important component in the cultivation of fish, including catfish. Around two thirds
of production costs spent to feed the fish. One way to reduce the cost of feed is to
utilize forages mainly derived from agricultural waste that Azolla, Azolla sp. which
comes natural. Azolla is an appropriate alternative as a raw material in the
manufacture of pellets for mixing easily available, cheap and of many kinds.
Digestibility of nutrients is defined as the amount of nutrients that are not excreted
through the feces on the assumption that the food substances ingested by animals.
This study aimed to determine the effect of Azolla in catfish feed formulations to the
crude fiber digestibility and digestibility extract materials without nitrogen.
This research was conducted in July 2016 to August 2016 at the Faculty of
Fisheries and Marine Airlangga University, Surabaya. The design used in this study
is Completely Randomized Design with five treatments and four replications.
The results showed that the addition of Azolla in the feed in the fish feed
formulation did not affect the digestibility of crude fiber and the effect on
digestibility extract materials without nitrogen catfish. The average value of crude
fiber digestibility of catfish ranging from 93.232% - 94.542%. The average value of
the extract materials without nitrogen digestibility catfish ranging between 94.93% -
98.315%.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga Penelitian tentang Potensi Penambahan Azolla
sp. Dalam Formulasi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) Terhadap Nilai Kecernaan Serat
Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Menggunakan Teknik Pembedahan yang
dilaksanakan pada Juli 2016 sampai dengan Agustus 2016 dapat selesai.
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih
kepada: Bapak Prayogo S.Pi., MP., dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk, perhatian dan bimbingan
sejak penyusunan Usulan hingga Laporan Penelitian ini, serta semua pihak yang
telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Penelitian ini masih belum sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan Laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan ini
bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak.
Surabaya, 22 September 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan Laporan Penelitian ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari
dukungan moril dan materil dari semua pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, serta kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga.
2. Bapak Prayogo S.Pi., MP., dan bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada
penulis sejak awal pelaksanaan hingga laporan ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes, selaku koordinator skripsi
4. Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku dosen wali.
5. Ibu Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. Dan
bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji.
6. Bapak H.Kusnan Thohari S.Ag., M.Si., dan Ibu Hj. Muawanah selaku Orang Tua
yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungan baik moril maupun
materiil yang sangat berarti bagi penulis.
7. Teman-teman satu tim penelitian Ratna E, Gumelar P, Puji H, Dan Ayu M. yang
telah memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian pada
penulis.
8. Dendy MP, Ryan Dinda, OkkyAb, Yangyang MJ, Moch. Ali L, Dwi A, serta
Barracuda FPK 2012 sebagai sahabat yang telah memberi dukungan semangat
serta mendampingi penulis dalam suka dan duka.
9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan skripsi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................. iv
SUMMARY ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Ikan Lele (Clarias sp.) ........................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi .............................................................. 4
2.1.2 Kebiasaan Makan .......................................................................... 5
2.1.3 Kebutuhan Nutrisi .......................................................................... 5
2.2 Azolla .................................................................................................... 7
2.3 Pakan .................................................................................................... 9
2.3 Kecernaan ............................................................................................. 9
2.5.1 Kecernaan Serat Kasar ................................................................... 10
2.5.2 Kecernaan Bahan Ektrak Tanap Nitrogen .................................... 11
2.5 Pengukuran Kecernaan Teknik Pembedahan ....................................... 11
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .................................... 13
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.1 Kerangka Penelitian .............................................................................. 13
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 15
IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 16
4.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 16
4.2 Materi Penelitian ................................................................................... 16
4.2.1 Alat Penelitian ............................................................................... 16
4.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................ 16
4.3 Metode Penelitian .................................................................................. 17
4.3.1 Rancangan Penelitian..................................................................... 17
4.3.2 Pakan Perlakuan............................................................................. 18
4.3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 18
4.3.4 Variabel Penelitian ........................................................................ 22
4.4 Parameter .............................................................................................. 22
4.4.1 Parameter Utama .......................................................................... 22
4.4.2 Parameter Penunjang .................................................................... 23
4.4.3 Analisis Data ................................................................................. 23
V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 25
5.1 Hasil ....................................................................................................... 25
5.1.1 Kecernaan Serat Kasar ................................................................... 25
5.1.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.................................... 26
5.1.3 Kualitas Air .................................................................................... 26
5.2 Pembahasan ........................................................................................... 26
5.2.1 Kecernaan Serat Kasar ................................................................... 26
5.2.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.................................... 28
5.2.3 Kualitas Air .................................................................................... 29
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 31
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 31
6.2 Saran ...................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32
LAMPIRAN ..................................................................................................... 35
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele ........................................................................ 7
2. Komposisi Nilai Kandungan Azolla ............................................................ 8
3. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan ................................................................ 19
4. Komposisi Pakan Penelitian ........................................................................ 20
5. Tabel Rata-rata nilai Kecernaan Serat kasar ............................................... 25
6. Tabel Rata-rata nilai Kecernaan BETN ...................................................... 26
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Ikan Lele (Clarias sp.) ................................................................ 4
2. Azolla .......................................................................................................... 7
3. Bagan Kerangka Konseptual ....................................................................... 15
4. Denah Pengacakan Unit Penelitian .............................................................. 18
5. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 24
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Uji Laboratorium Analisis Pakan ..................................................... 35
2. Hasil Uji Laboratorium Analisis Feses Ikan Lele .................................... 36
4. Data Pakan Pemberian dan Sisa Pakan .................................................... 38
5. Data Konsumsi Pakan dan Berat Feses Ikan Lele .................................... 39
8. Contoh Cara Menghitung Kecernaan Serat Kasar dan BETN ................. 40
9. Data Rata-rata Kualitas Air ..................................................................... 41
10. Nilai Kecernaan Serat Kasar (%) ............................................................. 42
11. Nilai Kecernaan BETN (%) ..................................................................... 43
12a. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar ............................................. 44
12b. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar Setelah
Transformasi √y ....................................................................................... 44
13a. Data Hasil Statistik Kecernaan BETN ..................................................... 45
13b. Data Hasil Statistik Kecernaan BETN Setelah Transformasi √y ............. 45
14. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 48
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Pertumbuhan produksi budidaya air tawar meningkat cukup signifikan
dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sebesar 8,83%. Menurut data Biro
Pusat Statistik dan lnformasi, tingkat konsumsi ikan, termasuk lele di Indonesia
semakin meningkat. Pada tahun 2004, konsumsi lele hanya terhitung 22,58 kg per
kapita per tahun. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 2007, meningkat menjadi
28,28 kg per kapita per tahun. Sementara itu, pada 2008 naik menjadi 29,98 kg
per kapita per tahun. (Muhtadi, 2013).
Ikan lele tergolong ikan omnivora serta mempunyai pertumbuhan yang
cepat, memlikiki kemampuan toleransi terhadap pameter lingkungan dalam batas
yang luas. Oleh karena itu ikan lele tergolong spesies ikan yang potensial untuk
dibudidayakan (Hastuti, 2014). Pengembangan budidaya perikanan tersebut,
tentunya diperlukan pakan berkualitas. Pakan merupakan komponen paling
penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele. Sekitar dua per tiga biaya
produksi ikan dibelanjakan untuk pakan. Pakan memegang peranan penting dalam
kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan selama budidaya dapat mencapai
sekitar 60-70% dari biaya operasional budidaya (Hadadi dkk., 2009).
Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan
hijauan terutama yang berasal dari limbah pertanian yaitu azolla, Azolla sp. yang
berasal alam (Cecep Hidayat dkk., 2011). Azolla merupakan alternatif yang tepat
sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan pellet karena mudah disediakan,
murah dan banyak jenisnya. Azolla potensial digunakan sebagai pakan karena
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
banyak terdapat di perairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan,
serta pertumbuhannya dalam waktu 3-4 hari dapat memperbanyak diri menjadi
dua kali lipat dari berat segar. Tanaman Azolla memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi yaitu 28,12% berat kering (Handajani, 2000). Nilai gizi pakan
tergantung kepada jumlah ketersediaan zat-zat makanan yang digunakan oleh
ikan, yang ditunjukkan dari bagian yang hilang setelah pencernaan, penyerapan,
dan metabolisme. Cara mengukur ketersediaan zat-zat makanan bagi tubuh
tersebut adalah melalui penentuan kecernaan (Cho, et al. 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan meliputi faktor ukuran
ikan, komposisi pakan, jumlah yang dikonsumsi, serta kondisi fisiologi ikan
(Haetami dan Sukaya, 2005). Pengukuran kecernaan merupakan suatu usaha
untuk menentukan jumlah zat pakan yang diserap dalam saluran pencernaan.
Jumlah yang tertinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat pakan yang
dicerna adalah selisih zat pakan yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi
dan zat pakan dalam ekstrak. (Utama dkk, 2006).
Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa pakan
melalui saluran pencernaan, namun keberadaan serat kasar didalam pakan saja
tidak cukup dalam menunjang kecernaan pakan, terdapat faktor faktor lain yang
berpengaruh didalamnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya cerna
pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan yang
dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan
Mudjiman (2002).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Bahan ekstrak tanpa nitrogen terdiri dari gula, pati, pentosa, dan bahan-
bahan penyusun yang lain. Berbeda dengan serat kasar gula dan pati bahan
ekstrak tanpa nitrogen memiliki nilai kecernaan yang tinggi (Budiman dkk.,
2006). Nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen dipengaruhi oleh daya
konsumsi pakan dan jumlah feses yang dihasilkan (Prasetyo 2012 dalam
Agustono 2014).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Apakah tepung azolla dapat meningkatkan nilai kecernaan serat kasar pada
ikan lele (Clarias sp.) ?
2. Apakah tepung azolla dapat meningkatkan nilai kecernaan bahan ekstrak
tanpa nitrogen pada ikan lele (Clarias sp.) ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang dapat diperoleh adalah
1. Mengetahui nilai kecernaan serat kasar dengan pemberian pakan
menggunakan tepung azolla pada ikan lele (Clarias sp.)
2. Mengetahui nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen dengan
pemberian pakan menggunakan tepung azolla pada ikan lele (Clarias sp.)
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi mahasiswa
untuk mengetahui pengaruh kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) pada pakan menggunakan tepung Azolla terhadap ikan lele
(Clarias sp.).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin ( 1984 ) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp.)
(Affandi et al., 1992)
Ikan lele merupakan hewan nokturnal artinya ikan ini aktif pada malam
hari dalam mencari mangsa. Ikan lele dicirikan dengan tubuhnya yang tidak
memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan Lele mempunyai sirip
punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran panjang, yang hampir
menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan bagian
seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele berukuran kecil dengan
mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar mulut
menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor
untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernapasan
tambahan yang dinamakan Arborescent. Pada kedua sirip dada lele terdapat
sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan. Hampir semua
species lele hidup di perairan tawar (Witjaksono, 2009).
2.1.2 Kebiasaan Makan dan Pakan
Lele terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar
hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya
pelet. Lele sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Lele juga dikenal
sebagai pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya, lele mau menerima
segala jenis makanan yang diberikan (Santoso, 1994).
Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, terdiri dari mulut,
rongga mulut, esophagus, lambung usus dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele
lebih pendek dari panjang tubuhnya, sementara itu lambungnya relatif besar dan
panjang (Mahyuddin 2008). Adapun posisi mulut lele tergolong kedalam terminal.
Mulut pada ikan berfungsi untuk memasukkan makanan. Sehubungan dengan
fungsi tersebut maka bukaan mulut ikan menentukan ukuran pakan yang
diberikan.
2.1.3 Kebutuhan Nutrisi
Aspek nutrisi pakan ikan lele yang baik tidak hanya sekedar ditinjau dari
segi teknis semata, melainkan juga melibatkan segi ekonomis. Agar memperoleh
produksi daging ikan sesuai dengan harapan dibutuhkan kualitas pakan yang lebih
baik dibandingkan dengan pakan ikan yang sekedar dipelihara untuk hobi. Pakan
utama untuk ikan lele harus memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Protein sangat esensial bagi keperluan tubuh ikan berfungsi
sebagai sumber energi utama, jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
protein tinggi yaitu lebih dari 35% dari berat ikan, zat gizi yang dibutuhkan adalah
protein, lemak, karbohidrat, vitamin,mineral dan air (Sutikno, 2011).
Protein merupakan nutrien yang harus ada atau esensial untuk
pertumbuhan dan pertahanan hidup semua hewan. Terdapat sedikitnya 2 penentu
nilai protein untuk ikan, pertama adalah kecernaannya, faktor lainnya adalah
komposisi kimiawi dari protein tersebut. Protein sangat diperlukan oleh tubuh
ikan/udang, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Pada
umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat
(unggas, dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada
kebutuhan protein. Kebutuhan protein benih ikan lele sebesar >30% dalam pakan
(SNI, 2006).
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensilnya yaitu
asam-asam lemak tak jenuh antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam
linolenat. Kandungan lemak sangat dipengaruhi oleh factor ukuran ikan, kondisi
lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi
antara 4 – 18% (Sutikno,2012).
Karbohidrat terdiri dari senyawa serat kasar dan bahan bebas tanpa
nitrogen. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Selain
berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga bisa menjdi perekat dalam pembuatan
pakan lele. Kandungan karbohidrat pada pakan lele sebaiknya ada pada kisaran 4-
6%. Dan vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah
kecil, namun perannya sangat vital yaitu untuk mempertahankan kondisi dan daya
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
tahan tubuh ikan. Kebutuhan akan vitamin Sangat dipengaruhi ukuran ikan,
umur, kondisi lingkungan dan suhu air (Sutikno, 2012).
Mineral adalah bahan an organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk
pertumbuhan jeringan tubuh, proses metabolisme dan mempertahankan
keseimbangan osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi
(Sutikno, 2011).
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ikan lele.
Ikan Kebutuhan nutrisi
Protein
(%)
Lemak
(%)
Karbohidrat mineral
(%)
vitamin
(%)
Lele 30-40 9,5-10 20-30 30-40 30-40
Sumber : kordi, 2007
2.2 Azolla
Tumbuhan Azolla dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi
sebagai berikut (Arifin, 1996):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Leptosporangiopsida (heterosporous)
Ordo : Salviniales
Famili : Salviniaceae
Genus : Azolla
Spesies : Azolla sp.
Gambar 2. Azolla sp.
Sumber: feedipedia.org, 2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
Azolla merupakan tumbuhan dengan ukuran yang relative kecil, memiliki
panjang 1,5–2,5 cm. Tipe akar yang dimiliki yaitu akar lateral dimana bentuk
akar adalah runcing atau tajam terlihat seperti rambut atau bulu di atas air. Bentuk
daun kecil dengan ukuran panjang sekitar 1–2 mm dengan posisi daun yang saling
menindih. Permukaan atas daun berwarna hijau, coklat atau kemerah-merahan dan
permukaan bawah berwarna coklat transparan. Daun sering menampakkan warna
merah marun dan air tampak tertutup olehnya. Ketika tumbuh di bawah sinar
matahari penuh, terutama di akhir musim panas dan musim semi, Azolla dapat
memproduksi antosianin kemerahmerahan di dalam daunnya (Dewi, 2007).
Azolla adalah sejenis tumbuhan paku air biasa ditemukan di perairan
tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan. Para petani biasanya
menganggap azola sebagai gulma atau limbah pertanian. Menurut Cho, dkk.
(1982), azola dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati penyusun
ransum ikan, karena mengandung protein yang cukup tinggi tidak mengandung
senyawa beracun.
Tabel 2. Komposis nilai kandungan azolla
Bahan pakan
Kandungan nutrisi
Protein
Kasar
(%)
Lemak
(%)
Serat
Kasar
(%)
Abu
(%)
BETN
(%)
Bahan
Kering
Azolla 21,58 2,22 17,86 23,94 34,39 89,22
Sumber : Lab. Balitnak Bogor (2002)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
2.3 Pakan
Pakan buatan adalah merupakan campuran dari bahan-bahan pakan yang
memiliki kandungan nutrisi dan harga yang berbedabeda. Kesalahan penentuan
bahan-bahan pakan dapat berdampak pada rendahnya kandungan nutrisi dan
tingginya biaya penyediaan pakan buatan yang dihasilkan (Luh dkk, 2011 dalam
Muliantara, 2012). Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi
laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan
ikan menjadi mudah terserang penyakit. Semakin tinggi kandungan protein dalam
pakan maka dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan, dan sintasan ikan
(Mudjiman, 2007).
Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan
kehidupan ikan. Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari
komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar
komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh
ikan dalam kehidupannya (NRC, 1993).
2.4 Kecernaan Pakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan meliputi faktor ukuran
ikan, komposisi pakan, jumlah yang dikonsumsi, serta kondisi fisiologi ikan
(Haetami dan Sukaya, 2005). Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi
dan tidak dikeluarkan menjadi feses (Affandi, et al., 1992). Nilai kecernaan
menyatakan banyaknya komposisi nutrisi suatu bahan maupun energi yang dapat
diserap dan digunakan oleh ikan (NRC, 1993).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
Kecernaan merupakan pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan
yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Kecernaan dapat dipergunakan sebagai salah
satu cara untuk menentukan nilai pakan dan selanjutnya dikatakan tinggi nilainya
kecernaan suatu bahan pakan penting karena; Semakin tinggi nilai kecernaan
suatu bahan pakan makin besar zat-zat makanan yang diserap, walaupun tinggi
kandungan zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah, maka tidak ada gunanya,
untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung pakan yang dapat
diserap untuk kehidupan pokok, pertumbuhan dan produksi. Kecernaan suatu
bahan pakan dapat di ukur dari kecernaan protein kasar, serat kasar, lemak kasar,
bahan kering, bahan organik, BETN, dan energi (Agustono, 2014).
2.4.1 Kecernaan Serat Kasar
Kecernaan serat kasar adalah kemampuan untuk mencerna serat kasar
dalam bahan pakan (Chuzaemi dan Hartutik, 1990). Serat kasar merupakan bahan
organik, bagian dari zat gizi karbohidrat yang tidak mudah larut dalam air
(Agustono, 2014). Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
sebagian besar tidak dapat dicerna dan bersifat sebagai pengganjal (Wahyu,
2004). Serat kasar membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran
pencernaan umtuk disekresikan keluar, tanpa bantuan serat kasar feses dengan
kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami
kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
2.4.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan salah satu bagian dari
karbohidrat setelah dikurangi serat kasar. Bahan ekstrak tanpa nitrogen terdiri dari
gula, pati, pentosan dan bahan bahan penyusun yang lain. Berbeda dengan serat
kasar, gula dan pati dalam bahan ekstrak tanpa nitrogen memiliki kecernaan yang
tinggi (Budiman dkk., 2006). Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian
karbohidrat yang mudah dicerna.
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian yang lebih mudah larut,
yang dapat dipecah menjadi enam ikatan karbon terutama glukosa, untuk
penyerapan di dinding usus kecil menuju aliran darah. Bagian utama dari
pecahnya karbohidrat yang mudah larut atau bahan ekstrak tanpa nitrogen terjadi
di usus kecil. Getah pankreas mengandung amilase, yaitu enzim pemecah pati
yang bertanggung jawab menghidrolisis pati untuk maltosa. Sukrase, maltase dan
laktase ditemukan dalam usus dan mampu menghidrolisis masing masing tiga
sakarida dengan enam rantai karbon (Perry, 1984).
Nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen dopengaruhi oleh daya
konsumsi pakan dalam jumlah feses yang dihasilkan. Nilai kecernaan bahan
ekstrak tanpa nitrogen tinggi bila daya konsumsi dan jumlah feses dalam keadaan
seimbang (Diputro, 2008).
2.5 Pengukuran Kecernaan Teknik Pembedahan
Pengukuran nilai kecernaan merupakan suatu usaha untuk menentukan
jumlah zat yang dapat diserap oleh saluran pencernaan dengan mengukur jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh jumalah makanan yang dikeluarkan melalui feses
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
(Abum, 2007). Metode yang digunakan untuk koleksi feses adalah menggunakan
teknik pembedahan. Pengumpulan feses yang terdapat di dalam air lebih sulit di
bandingkan mengumpulkan feses di luar air, sehingga untuk mendapatkan nilai
kecernaan pakan yang akurat feses harus bebas dari sisa pakan. Metode
pengukuran daya cerna pada ikan dengan menggunakan teknik pembedahan akan
mengurangi bias pada nilai kecernaan. Sampel feses diambil dengan teknik
pembedahan ini adalah feses yang berasal dari usus besar ( Haetami dkk, 2008).
Metode pengumpulan feses dari usus besar ini dilakukan dengan asumsi bahwa
pencernaan dan penyerapan zat gizi terjadi pada usus halus dan bukan usus besar (
Haetami dan sastrawibawa, 2004).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang
cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung kualitas yang maksimal.
Pakan pada suatu proses budidaya menghabiskan sekitar 60–70 % biaya produksi
yang dikeluarkan (Hadadi dkk., 2009). Beberapa syarat bahan pakan yang baik
untuk diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah
dan bukan sebagai makanan pokok manusia (Handajani,2011). Ada beberapa
alternatif bahan pakan yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan pakan salah
satunya adalah tepung Azolla.
Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di
permukaan air. Hijauan terutama yang berasal dari limbah pertanian merupakan
alternatif yang tepat sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan pellet
karena mudah disediakan, murah dan banyak jenisnya. Menurut Cho, dkk. (1982),
Azolla sp. dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati penyusun
ransum ikan karena mengandung protein yang cukup tinggi. Azolla sp.
mengandung protein kasar 24-30%, kalsium 0,4-1%, fosfor 2-4,5%, lemak 3-
3,3%, serat kasar 9,1-12,7%, pati 6,5%, dan tidak mengandung senyawa beracun.
Efisiensi pakan terhadap ikan dapat dilihat dari nilai kecernaan. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah
perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan yang dapat menyebabkan
perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan Mudjiman (2002), Kecernaan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
merupakan salah satu hal penting untuk menentukan nilai zat makanan suatu jenis
pakan sehingga akan menentukan kelayakan sebagai pakan (Nurhaya, 2001)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai kecernaan serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen terhadap pemberian pakan buatan
menggunakan tepung azolla pada ikan lele. Sehingga dengan adanya penelitian ini
diharapkan akan dapat diketahui pakan menggunakan tepung azolla memberikan
pertumbuhan yang baik pada ikan lele. Bagan kerangka konseptual penelitian
secara garis besar dapat dilihat pada gambar 3.1.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian
3.2 Hipotesis
1 : Penambahan tepung azolla pada formulasi pakan meningkatkan nilai
kecernaan serat kasar pada ikan lele (Clarias sp.).
2 : Penambahan tepung azolla pada formulasi pakan meningkatkan nilai
kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada ikan lele (Clarias sp.).
Budidaya ikan Lele Permintaan meningkat
Produksi meningkat
Salah satu aspek penting dalam
budidaya adalah pakan
Bahan ekstrak tanpa nitrogen
Pakan komersil Pakan Formulasi
Serat kasar
Analisis data nilai kecernaan
Penggunaan pakan pada ikan Lele
Kecernaan
Penambahan Azolla sp.
dalam formulasi pakan
ikan lele
Mudah didapatkan
Protein >20%
Tidak beracun
Harga murah
Biaya mahal
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai bulan Agustus
2016 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya. Analisis proksimat bahan pakan dilakukan di Laboratorium Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium sebanyak 20 buah
dengan ukuran 40x20x20 cm3, blower, aerasi, selang aerasi, batu aerasi,
termometer, nampan, gunting bedah, penggilingan, alat pencetak pelet, loyang,
timbangan digital, pH paper, DO meter, ammonia test-kit, seser, plastik, sendok,
alat sipon dan saringan.
4.2.2 Bahan Penelitian
A. Ikan lele
Bahan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan
lele (Clarias sp.) dengan ukuran 8-9cm. Ikan ini berasal dari pasar ikan gunung
sari. Ikan lele yang digunakan sebanyak 200 ekor.
B. Media Pemeliharaan
Media pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air tawar
sebanyak 10 liter. Air media penelitian berasal dari sumber air, agar tetap
optimum setiap dua hari sekali dilakukan pergantian air sebanyak 50% dari total
volume. Setiap satu minggu sekali dilakukan pergantian air secara keseluruhan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
C. Bahan Pakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung azolla,
tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dedak, tepung tapioka dan vitamin
mix.
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode eksperimental dengan lima perlakuan
dan 4 ulangan. Penelitian ini ingin mengetahui potensi penambahan azola dengan
perlakuan P0,P1,P2,P3, dan P4 terhadap kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen ikan lele. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Model matematika sebagai berikut:
Yij = µ + τi + ɛij
Keterangan :
i = 1,2,3,...t
j = 1,2,3,...t
t = banyaknya perlakuan,
n = banyaknya ulangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum
τ = pengaruh perlakuan ke-i
ɛ = pengaruh acak (kesalahan percobaan) pada perlakuan ke i
ulangan ke-j
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Denah pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Denah Pengacakan penelitian
4.3.2 Pakan Perlakuan
Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Po : pakan formulasi A.
P1 : Pakan formulasi B.
P2 : Pakan formulasi C.
P3 : Pakan formulasi D.
P4 : Pakan formulasi E.
4.3.3 Prosedur Kerja
A. Persiapan Alat dan Bahan
Aklimatisasi ikan lele terlebih dahulu selama satu hari. Menurut Rosadi
(2012) aklimatisasi benih ikan adalah waktu yang diperlukan oleh ikan untuk
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Kemudian dipuasakan selama satu
hari untuk menghilangkan pengaruh pakan yang diberikan sebelumnya.
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele (Clarias sp.)
ukuran 8-9 yang sehat dan tidak terserang penyakit. Benih ikan ditebar saat suhu
sedang rendah, yaitu pagi atau sore hari (Cahyono, 2000). Aklimatisasi ikan lele
terlebih dahulu selama satu hari. Menurut Rosadi (2012) aklimatisasi benih ikan
adalah waktu yang diperlukan oleh ikan untuk beradaptasi dengan lingkungannya
yang baru. Kantung plastik dibiarkan terapung diatas permukaan air selama 5-10
menit, kemudian tambahkan air media sedikit ke dalam kantong plastik sampai
P01
P32
P21
P12
P22
P33
P13
P43
P41
P04
P03
P23
P11
P14
P24
P34
P31
P42
P44
P02
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
kondisi air yang ada didalamnya hampir sama dengan kondisi air yang ada di bak.
Benih ikan lele yang digunakan sebanyak 10 ekor setiap akuarium (1/1L)..
B. Persiapan Pembuatan Pakan
Bahan pakan yang akan digunakan untuk pakan buatan, dianalisis
proximat untuk mengetahui kandungan nutrisinya yang hasilnya terdapat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nutrisi bahan pakan percobaan
Bahan Pakan Protein
Kasar
(%)
Lemak
(%)
Serat
Kasar
(%)
Abu
(%)
BETN
(%)
Bahan
Kering
Tepung Ikan* 43,75 8,174 19,548 17,105 1,978 90,5580
Tepung Azolla* 20,038 1,685 22,003 23,563 15,673 82,9641
Tepung BKK* 43,582 7,559 2,727 7,085 24,633 85,5876
Tepung Jagung** 9,802 4,291 8,486 4,061 73,359 89,104
Dedak Padi** 14,347 16,675 7,281 4,893 56,805 87,818
Tepung Tapioka** 1,223 0,548 2,883 1,745 374,405 91,276
Keterangan :
* Hasil analisis proksimat Laboratorium Pakan Ternak FKH Universitas
Airlangga
** Hasil analisis proksimat Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah
Malang
Komposisi pakan uji antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Penentuan
nilai nutrisi dalam pakan menggunakan metode uji coba.
Tabel 4. Komposisi Pakan Penelitian
Bahan
Perlakuan
0 1 2 3 4
Tepung ikan 46 43 34,6 35,1 40
Tepung azolla 0 5 10 15 20
Tepung BKK 28,5 29 36,2 34,8 28,6
Tepung jagung 7,8 5 5 5 4
Dedak padi 14,5 14,8 11 6,9 4,2
Tepung tapioka 3 3 3 3 3
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
Mineral mix 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Total (%) 100 100 100 100 100
Hasil perhitungan pakan
Abu (%) 10,966118 11,567514 11,63303 12,596902 14,001206
PK (%) 35,427446 35,103351 35,022979 35,045264 35,003451
LK (%) 8,683368 8,49007 7,798302 7,133921 6,65904
SK (%) 11,573418 11,884998 11,262782 12,123973 13,731454
BETN (%) 24,697042 23,66088 23,893364 22,013037 19,099038
C/P (kal/g
protein)* 10,7621 10,63702 10,4901 10,0888 9,62477
ME (Kcal/kg)** 3812,75228 3733,9503 3673,9551 3535,6578 3369,0027
Harga(Rp) 7011 6729 6530 6476,5 6433
Bahan pakan yang telah digiling dilakukan pengayakan terlebih dahulu
sehingga menghasilkan bahan yang halus sebelum dicampur. Bahan pakan yang
telah diayak kemudian ditimbang sesuai dengan formulasi yang dikehendaki.
Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan dilakukan pencampuran secara
homogen. Bahan pakan yang telah tercampur merata dimasukkan ke dalam loyang
Kemudian diangkat dan dicetak dengan menggunakan mesin pelet. Pelet yang
sudah setengah jadi kemudian dikeringkan dengan suhu 60oC selama 24 jam
dengan menggunakan oven, setelah di oven selama 24 jam pelet siap digunakan.
Pakan yang sudah jadi kemudian dianalisis proksimat untuk mengetahui
kandungan nutrisi pakan untuk melihat kandungan protein, lemak, BETN, serat
kasar dan abu.
C. Manajemen Kualitas Air
Air media penelitian berasal dari sumber air, agar tetap optimum setiap
hari pada pukul 07.00 WIB akuarium disipon. Dan setiap dua hari sekali
dilakukan pergantian air sebanyak 50 % dari total volume, kemudian setiap satu
minggu sekali dilakukan pergantian air secara keseluruhan.
D. Pemeliharaan Ikan Lele
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
Ikan lele dipelihara di dalam akuarium dengan ukuran 40x20x20 cm3. Satu
akuarium diisi dengan 15 ekor ikan , ikan dipelihara selama 30 hari. Pakan uji
yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk pelet yang ukurannya disesuaikan
dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari
dengan dosis 4% dari berat total ikan dalam setiap kali makan. Hal tersebut sesuai
yang diungkapkan oleh Andrianto (2005) bahwa pakan diberikan sebanyak 3-5 %
bobot total ikan setiap hari yaitu pada saat pagi, siang dan sore.
Selama pemeliharaan dilakukan penyiponan pada pagi hari untuk
membersihkan pakan yang tersisa dan kotoran-kotoran yang ada. Penyiponan
dilakukan agar kualitas air pada media pemeliharaan tetap baik dan tidak
menimbulkan racun bagi ikan. Parameter kualitas air yang diukur selama
penelitian meliputi oksigen, amonia, suhu dan pH yang diukur selama seminggu
sekali.
4.3.4 Variabel Penelitian
A. Variabel penelitian
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis tepung azolla dalam pakan
yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%.
2. Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah ukuran ikan 8-9, suhu, pH,
salinitas, DO, amoniak, ukuran akuarium, pakan komersial, tepung azolla.
3. Variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu kecernaan serat kasar dan
kecernaan bahan ektrak tanpa nitrogen.
4.4 Parameter
4.4.1 Parameter Utama
Parameter utama yang diamati pada penelitian ini adalah kecernaan serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada pakan ikan lele (Clarias sp.) metode
yang dilakukan yaitu dengan pembedahan terhadap ikan uji dan diambil feses dari
usus hingga anus kemudian di uji proksimat. Menurut Tilman dkk, (2005),
perhitungan kecernaan adalah dapat dihitung dengan rumus :
Kecernaan (%) = Konsumsi nutrisi – nutrisi dalam feses x 100%
Konsumsi nutrisi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Sehingg perhitungan kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
sebagai berikut :
Kecernaan serat kasar (%) = konsumsi SK (g) – SK feses (g) x 100%
Konsumsi SK (g)
Keterangan :
Konsumsi SK = jumlah pakan yang dikonsumsi (g) x % SK pakan x % BK pakan
SK feses = jumlah feses (g) x % serat kasar feses x BK feses
Kecernaan BETN (%) = konsumsi BETN (g) – BETN feses (g) x 100%
Konsumsi BETN (g)
Konsumsi BETN = jumlah pakan yang dikonsumsi (g) x % BETN pakan x % BK
pakan
BETN feses = jumlah feses (g) x % BETN feses x BK feses
4.4.2 Parameter Penunjang
Parameter penunjang yang diamati pada penelitian ini adalah kualitas air,
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH dan amonia.
4.4.3 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, apabila hasil menunjukkan
bahwa perlakuan penambahan asam amino esensial lisin dalam pakan komersial
menunjukkan hasil signifikan maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Jarak
Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test). Diagram alir penelitian ini
dapat di lihat pada gambar 4.2.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2
Ransum
pakan dengan
0% T. Azolla
Analisis Proksimat Bahan Pakan
dan Pembuatan Formulasi pakan
Ikan Lele (Clarias
sp.)
Ransum
pakan
dengan 5 %
T. Azolla
Ransum
pakan dengan
10% T.
Azolla
Ransum
pakan
dengan 15%
T. Azolla
Ransum
pakan dengan
20% T.
Azolla
Perlakuan penelitian (30 hari )
Berat Badan Akhir Ikan Lele
Parameter utama :
- Kecernaan Serat
Kasar
- Kecernaan BETN
Parameter penunjang
Pengamatan kualitas air
yaitu suhu, oksigen, pH
Analisa Data
Simpulan
Mencampur Tepung Azolla dengan
Bahan Pakan Lainnya dan Pembuatan
Pellet
Pengukuran Berat Tubuh Awal Ikan
Lele
Analisa Proksimat
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Parameter pada penelitian ini adalah pengukuran kecernaan serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen. Pada penelitian ini ikan uji yang digunakan adalah
ikan lele (Clarias sp.). Hasil penelitian dapat dilihat pada keterangan di bawah ini.
5.1.1 Kecernaan Serat Kasar
Dari hasil penelitian didapatkan nilai kecernaan serat kasar ikan lele
menunjukkan 93,232% – 94,542%. Data kecernaan serat kasar selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 7. Data rata-rata kecernaan serat kasar terdapat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Nilai Kecernaan Serat Kasar Ikan Lele
Perlakuan Nilai Kecernaan Serat Kasar
(%) ± SD Transformasi (√) ± SD
P0 (0% azolla)
P1 (5% azolla)
P2 (10% azolla)
P3 (15% azolla)
P4 (20% azolla)
93,362 ± 0,374
94,542 ± 1,827
94,082 ± 1,006
93,547 ± 1,610
93,232 ± 1,554
9,662 ± 0,019
9,840 ± 0,093
9,858 ± 0,052
9,893 ± 0,083
9,853 ± 0,063
Keterangan: P0 (penambahan tepung Azolla 0%), P1 (penambahan tepung Azolla
5%), P2 (penambahan tepung Azolla 10%), P3 (penambahan tepung Azolla 15%),
P4 penambahan tepung Azolla 20%). SD = Standar Deviasi
Hasil perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) nilai kecernaan serat
kasar pada Lampiran 7 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar
perlakuan (p>0,05) terhadap nilai kecernaan serat kasar ikan lele.
5.1.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Dari hasil penelitian didapatkan nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa
nitrogen ikan lele menunjukkan 93,367% – 98,315%. Data kecernaan bahan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
ekstrak tanpa nitrogen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Data rata-rata
kecernaan serat kasar terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Nilai Kecernaan BETN Ikan Lele
Perlakuan Nilai Kecernaan BETN (%) ± SD Transformasi (√) ± SD
P0 (0% azolla)
P1 (5% azolla)
P2 (10% azolla)
P3 (15% azolla)
P4 (20% azolla)
98,315a ± 1,091
93,367c ± 2,718
96,955ab
± 1,988
95,525abc
± 2,063
94,930bc
± 0,709
9,915 ± 0,055
9,661 ± 0,14
9,846 ± 0,101
9,773 ± 0,105
9,744 ± 0,036
Keterangan: P0 (penambahan tepung Azolla 0%), P1 (penambahan tepung Azolla
5%), P2 (penambahan tepung Azolla 10%), P3 (penambahan tepung Azolla 15%),
P4 penambahan tepung Azolla 20%). SD = Standar Deviasi; Superskrip yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan yang nyata
(p>0,05).
Hasil perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) nilai kecernaan bahan
ekstrak tanpa nitrogen pada Lampiran 10 menunjukkan nilai yang berbeda nyata
antar perlakuan (P<0,05) terhadap nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
ikan lele. Hasil dari uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test ),
diketahui bahwa perhitungan analisis duncan (Lampiran 12) perlakuan P0 tidak
berbeda nyata dengan P2 dan P3, sedangkan P0 berbeda nyata dengan P4 dan P1.
5.1.3 Kualitas Air
Data nilai kisaran parameter kualitas air pada pemeliharaan ikan lele
selama 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Kisaran Parameter Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Lele
No. Parameter Satuan Kisaran
1.
2.
3.
Suhu
Oksigen terlarut (DO)
pH
oC
mg/l
-
28 – 30
4
7,5 – 8,0
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
5.2 Pembahasan
5.2.1 Kecernaan Serat Kasar
Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan
menjadi feses (Affandi, et al., 1992). Menurut Silva (1989), kecernaan merupakan
suatu evaluasi kuantitatif dari pemanfaatan pakan maupun komponen nutrisi.
Serat kasar merupakan bahan organik, bagian dari zat gizi karbohidrat yang tidak
mudah larut dalam air (Agustono, 2014). Serat kasar terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin yang sebagian besar tidak dapat dicerna dan bersifat
pengganjal (Wahyu, 2004). Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh bebrapa
faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat kasar dan
aktifitas mikroorganisme (maynard et al., 2005).
Berdasarkan nilai kecernaan serat kasar pada Tabel 3, semua perlakuan
memiliki rata-rata nilai kecernaan serat kasar di atas 90%. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil kecernaan serat kasar tergolong tinggi. Menurut Anggorodi (1995)
dalam Yuniarti dkk. (2015) nilai kecernaan pada kisaran 50 – 60% adalah kualitas
rendah, 60 – 70% kualitas sedang dan di atas 70% kualitas tinggi.
Pada perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (p>0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun kelima pakan tersebut memiliki nilai serat kasar yang relatif
berbeda, namun memberikan nilai kecernaan yang sama.
Tingkat kecernaan terhadap suatu jenis pakan bergantung kepada kualitas
pakan, bahan pakan, kandungan gizi pakan, jenis serta aktivitas enzim- enzim
pencernaan pada sistem pecernaan ikan, ukuran dan umur ikan serta sifat fisik
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
dan kimia perairan (NAS, 1983). Faktor ikan yang mencakup ukuran, jenis dan
umur dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap nilai kecernaan serat kasar
karena penelitian ini menggunakan ikan dari ukuran, jenis, umur dan keadaan
kesehatan yang tidak berbeda. Nilai kecernaan serat kasar yang tidak
menunjukkan adanya perbedaan dapat dikarenakan asal bahan dan penyusun yang
sama dan memiliki kualitas bahan yang sama.
5.2.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) merupakan bagian dari karbohidrat
setelah dikurangi serat kasart. Komponen BETN terbesar adalah karbohidrat
nonstruktural, seperti pati, monosakarida atau gula-gula (Budiman dkk., 2006).
Berdasarkan hasil analisis ragam kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
menunjukkan bahwa pemberian pakan perlakuan memberikan perbedaan yang
nyata terhadap kecernaan BETN (Lampiran 10) yang dapat dilihat Pada
perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) (P< 0,05). Kemudian dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test ), diketahui
bahwa kelima perlakuan pakan terdapat perbedaan pada nilai kecernaan.
Berdasarkan perhitungan analisis duncan (Lampiran 10) perlakuan P0 tidak
berbeda nyata pada P2 dan P3 diduga karena kandungan bahan pakan dalam
kedua pakan tersebut tidak jauh berbeda, sedangkan P0 berbeda nyata dengan P4
dan P1 diduga karena tingkat konsumsi dari kedua perlakuan ini rendah, tingkat
daya cerna suatu pakan ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi dan
kandungan nutrient dari pakan yang dikonsumsi.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Daya cerna bahan ekstrak tanpa nitrogen tiap perlakuan secara statistik
menunjukkan perbedaan yang signifikan, artinya pakan yang diberikan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya cerna bahan ekstrak tanpa
nitrogen. Daya cerna bahan ekstrak tanpa nitrogen yang paling tinggi diperolah
pada perlakuan P0 tanpa azolla dan yang terendah adalah perlakuan P1 dengan
penambahan azolla 5%. Untuk pakan yang ditambah azolla diketahui bahwa P2
memiliki daya cerna yang tinggi setelah P0. Tingginya daya cerna bahan ekstrak
tanpa nitrogen pada perlakuan P0 kemungkinan disebabkan tingginya konsumsi
pelet pakan.
Kecernaan suatu pakan menggambarkan berapa persen nutrien yang dapat
diserap oleh saluran pencernaan tubuh ikan, semakin besar nilai kecernaan suatu
pakan maka semakin banyak nutrien pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan
tersebut (Pramitasari,2013). Nilai nutrien yang dapat diserap oleh tubuh
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kualitas pakan dan jumlah pakan yang
dikonsumsi, bila kualitas suatu pakan baik dan dikonsumsi dalam jumlah banyak
maka semakin banyak nutrien yang dapat diserap oleh saluran pencernaan ikan.
5.2.3 Kualitas Air
Kualitas air pada penelitian ini merupakan data pendukung yang sangat
penting karena air sebagai media untuk hidup yang dapat berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Suhu air pemeliharaan ikan
gurami berkisar antara 28 – 30oC dan keasaman pH berkisar antara 7,5-8,0.
Kualitas air yang ideal untuk hidup lele yaitu bersuhu (28o – 32
oC) dan pada
keasaman ph 7–8 (Nasrudin, 2010). Suhu air sangat mempengaruhi pertumbuhan,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
laju metabolisme, dan nafsu makan pada ikan serta oksigen terlarut (Handoyo,
2008).
Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan ikan lele adalah 4
mg/l. Sesuai dengan Soetomo, (1987) oksigen terlarut untuk budidaya ikan lele
ideal > 4 mg/l. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi nafsu makan ikan
(Djarijah 1995). Semakin rendah kandungan oksigen terlarut dalam air, maka
nafsu makan ikan berkurang. Kurangnya nafsu makan ikan akan mengurangi
jumlah kandungan pakan yang dikonsumsi sehingga nilai kecernaan juga lebih
rendah. Berdasarkan data di atas, kualitas air tidak berpengaruh terhadap
kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele karena
telah sesuai dengan standar kualitas air dalam budidaya ikan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Azolla berpotensi sebagai campuran bahan formulasi pakan dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan serat kasar pada ikan lele
(Clarias sp.) tertingi yaitu P1 dengan penambahan azolla sebesar 5%.
2. Azolla berpotensi sebagai campuran bahan formulasi pakan dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
pada ikan lele (Clarias sp.) tertingi yaitu P2 dengan penambahan azolla
sebesar 10%.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu digunakan penambahan
azolla sehingga diharapkan dapat menekan biaya budidaya serta disarankan
mengadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh penambahan azolla
terhadap nilai kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
ikan lele (Clarias sp.).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2007. Pengukuran Nilai Kecernaan Ransum Yang Mengandung Limbah
Udang Windu Produk Fermentasi Pada Ayam Petelur. Makalah Ilmiah
Universitas Padjajaran. Jatinagor
Agustono. 2014. Pengukuran Kecernaan Protein Kasar, Serat Kasar, BETN, dan
Energi pada Pakan Ikan (Osphronemus gouramy) dengan Menggunakan
Teknik Pembedahan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1,
April 2014
Affandi, R., D. S. Sjafei, M.F. Raharjo, dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi. Pedoman
Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan daKebudayaan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institus
Pertanian Bogor. Bogor
Andrianto, T. T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Lele. Absolut.Yogyakarta.
Anonim, 2013. Data Statistik Kelautan dan Perikanan: Statistik Perikanan
Budidaya Kolam. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
Arifin, M.Z. 1996. Budidaya lele. Dohara Prize. Semarang.
Arifin, 1996. Azolla Pembudidayaan dan Pemanfaatan pada Tanaman Padi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Balitnak. 2002. Potensi Hijauan Azolla Pinnata Sebagai Pakan Sumber Protein.
P.O. Box 221, Bogor
Budiman, A., Tidi, D., Budi, A. 2006. Uji Kecernaan Serat Kasar dan Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dalam Ransum Lengkap Berbasis
Hijauan Daun Pucuk Tebu (Saccharum officinarum). Jurnal Ilmu Ternak.
UNPAD. Bandung. Vol 6 No 2, 132-135
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta
Cecep, H., A. Fanindi, S. Sopiyana, dan Komarudin. 2011. Peluang Pemanfaatan
Tepung Azolla Sebagai Bahan Pakan Sumber Protein untuk Ternak Ayam.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Balai
Penelitian Ternak.
Cho, C.Y.C.B. Cowey, and R. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition In Asia :
Methodological Approaches Research Centre. Ottawa. 154 pp.
Diputro, F. 2008. Efek Berbagai Pakan Komplit terhadap Daya Cerna Bahan
Kering dan Protein Kasar pada sapi perah [skripsi]. Fakultas Kedokteran
Hewan. Universitas Airlangga
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. Hal 16, 22.
Jaja, Suryani, A., dan Sumatadinata, K., 2013. Usaha Pembesaran dan pemasaran
Ikan Lele serta Strategi Pengembangannya di UD Sumber Rezeki Parung,
Jawa Barat. Jurnal Magister Profesional Industri Kecil Menengah.
8(1):45-58.
Haetami, K., dan S. Sukaya. 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azola Dalam
Ransum Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum, CUVIER 1818).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Jurnal Bionatura, Vol 7, No 3, November 2005: 225-233. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Handajani, H. 2000. Peningkatan kadar protein tanaman Azolla microphylla
dengan mikrosimbion Anabaena azollae dalam berbagai konsentrasi N dan
P yang berbeda pada media tumbuh
Handajani H. 2011. Optimalisasi Substitusi Tepung Azolla Terfementasi pada
Pakan Ikan untuk Meningkatkan Produktifitas Ikan Nila Gift. Jurnal
Teknik Industri, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011
Hadadi, A., Herry, K. T. Wibowo, E. Pramono, A. Surahman, dan E. Ridwan.
2009. Aplikasi Pemberian Maggot Sebagai Sumber Protein Dalam Pakan
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dan Gurame (Osphronemus gouramy
Lac.). Laporan Tinjauan Hasil Tahun 2008. Balai Pusat Budidaya Air
Tawar Sukabumi. hlm 175 – 181.
Hadadi, A. 2007. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit untuk Bahan Pakan Ikan. No
1 mei 2007
Haetami, K., dan S. Sukaya. 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azola Dalam
Ransum Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum, CUVIER
1818). Jurnal Bionatura, Vol 7, No 3, November 2005: 225-233. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Hastuti, S., dan Subandiyono. 2014. Performa Produksi Lele Dumbo (Clarias
gariepinus, Burch) Yang Dipelihara Dengan Teknologi Biofloc. Jurnal
Saintek Perikanan Vol. 10 No.1 : 37-42, Agustus 2014. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan,Universitas Diponegoro. Semarang
Muhtadi. 2013. Ibm Peternak Lele. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, No: 144/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/V
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta. 191 hal.
Muliantara, A. 2012. Penentuan Komposisi Bahan Pakan Ikan Lele yang Optimal
dengan Menggunakan Metode Iwo-Subtractive Clustering.Jurnal Ilmu
Komputer - Volume 5 - No 2 – September 2012
[NAS] National Academy of Sciences. 1983. Nutrient Requirement of
Warmwater Fishes and Shellfishes. National Academy Press: Washington
Dc. p. 1-42.
Nurhaya, A. 2001. Kecernaan bahan kering, serat kasar, selulosa, dan
hemiselulosa kayambang (salvina molesta) pada itik lokal, [SKRIPSI]
sarjana pada jurusan ilmu nutrisi dan makanan ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor
NRC. 1993. Nutrient Requirenment of Fish. National Academy press.
Washington, D.C
Perry, T. W. 1984. Animal Life Cycle Feeding and Nutrition : a Series of
Monograph. Academic Press. Florid. PP. 6-8
Rafli. 2007. Rancang Bangun Mesin Pencetak Pelet. Skripsi, Politeknik Negeri
Medan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Rosadi, T., A. Sadikin. 2012. Pengaruh Pembatasan Konsumsi Pakan Terhadap
Bobot Ikan Nila (Oreochromis sp.) Siap Panen. Jurnal Perikanan Unram,
(I) 1 : 8-13.
Saniin H., 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 2.Binacipta.Bogor
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus)
dan Lokal. Kanisius. Yogyakarta.
Silva D. 1989. Digestibility evaluations of natural and artificial diets, p. 36-45. In
S.S. De Silva (ed.) Fish Nutrition Research in Asia. Proceedings of the
Third Asian Fish Nutrition network Meeting. Asian Fish. Soc. Spec.
Pubhl.4, 166 p. Asian Fisheris Society, Manila, Philippines.
Sudana, S.N., Arga, I.W., dan Suparta, N. 2013.Kelayakan Usaha Budidaya Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan Pengaruhnya terhadapTingkat
Pendapatan Petani Ikan Lele di Kabupaten Tabanan. Jurnal Manajemen
Agribisnis, 1(1):2355-0759.
Sutikno, E. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan bandeng. Pusat penyuluhan
kelautan dan perikanan badan pengenmbangan SDM kelautan dan
perikanan kementrian kelautan perikanan. Hal 3
Tilman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Utama, S., I. Estiningdriati, V. D. Yunianto dan W. Murningsih. 2006. Pengaruh
Penambahan Aras Mineral pada Fermentasi Sorghum dengan Ragi Tempe
terhadap Kecernaan Zat Pakan pada Ayam Petelur. Ejournal-UMM
Yuniarti, M., F. Wahyono dan V. D. Yunianto.2015. Kecernaan Protein dan
Energi Metabolis Akibat Pemberian Zat Aditif Cair Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) pada Burung Puyuh Japonica Betina Umur 16-50
Hari. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan, 25(3): 49.
Wahyu, J., 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke lima. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Laboratorium Analisis Pakan
36
Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium Analisis Feses Ikan Lele
Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium Analisis Feses Ikan Lele (Lanjutan)
37
38
Lampiran 3. Data Pakan Pemberian dan Sisa Pakan
Perlakuan Ulangan Pakan Pemberian (g) Sisa Pakan (g)
P0
1
2
3
4
4
4
4
4
1,44
1,73
1,6
1,32
P1
1
2
3
4
4
4
4
4
2,13
1,19
1,59
0,8
P2
1
2
3
4
4
4
4
4
1,26
1,85
1,66
1,02
P3
1
2
3
4
4
4
4
4
0,98
2,02
1,58
1,99
P4
1
2
3
4
4
4
4
4
1,62
1,14
2,26
1,43
39
Lampiran 4. Data Konsumsi Pakan dan Berat Feses Ikan Lele
Perlakuan Ulangan Konsumsi Pakan (g) Berat Feses (g)*)
P0
1
2
3
4
2,56
2,49
2,51
2,68
2,91
2,27
2,4
2,75
P1
1
2
3
4
1,87
2,81
2,41
3,2
1,99
2,45
2,22
1,94
P2
1
2
3
4
2,74
2,15
2,34
2,98
2,42
1,97
2,01
1,96
P3
1
2
3
4
3,02
1,98
2,42
2,01
1,47
2,58
2,6
1,86
P4
1
2
3
4
2,38
2,86
1,74
2,57
1,82
1,92
2,02
1,67
Keterangan: *)
= Feses dalam keadaan basah
40
Lampiran 5. Contoh Cara Menghitung Kecernaan Serat Kasar dan BETN
A. Kecernaan serat kasar
a) Konsumsi SK = ∑pakan yang dikonsumsi (g) × % SK pakan × % BK pakan
= 2,56 x 12,33 x 90,88
100 100
= 0,28 g
b) SK feses = Berat feses (g) × % SK feses × % BK feses
= 2,91 × 3,5781 × 17,2131
100 100
= 0,018 g
c) Kecernaan SK = (Konsumsi SK – SK feses) × 100%
Konsumsi SK
= 0,28 – 0,018 × 100%
0,28
= 93,57%
B. Kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
a. Konsumsi BETN = ∑pakan yang dikonsumsi (g) × % BETN pakan × % BK pakan
= 2,56 x 18,33 x 90,88
100 100
= 0,42 g
a. BETN feses = Berat feses (g) × % BETN feses × % BK feses
= 2,91 × 0,28 × 17,2131
100 100
= 0,0014 g
b. Kecernaan BETN = (Konsumsi BETN – BETN feses) × 100%
Konsumsi BETN
= 0,42 – 0,0014 × 100%
0,42
= 99,66%
41
Lampiran 6. Data Rata-rata Kualitas Air
Perlakuan
Parameter
Suhu (oC) DO (mg/l) pH
P0
P1
P2
P3
P4
28 – 30
28 – 30
28 – 30
28 – 30
28 – 30
4
4
4
4
4
7,5 – 8,0
7,5 – 8,0
7,5 – 8,0
7,5 – 8,0
7,5 – 8,0
42
Lampiran 7. Nilai Kecernaan Serat Kasar (%)
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 93.57 93.15 94.8 95.2 91.25
2 93.7 95.86 93.68 93.12 94.21
3 92.85 92.8 92.85 91.5 92.77
4 93.33 96.36 95 94.37 94.7
Total 373.45 378.17 376.33 374.19 372.93
Rata-rata 93.3625 94.5425 94.0825 93.5475 93.2325
SD 0.374 1.827 1.006 1.61 1.554
Transformasi √y
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 9.67 9.65 9.74 9.76 9.55
2 9.68 9.79 9.68 9.65 9.71
3 9.64 9.63 9.63 9.57 9.63
4 9.66 9.82 9.75 9.71 9.73
Total 38.65 38.89 38.8 38.68 38.61
Rata-rata 9.6624 9.7229 9.6995 9.6717 9.6554
SD 0.019 0.093 0.051 0.083 0.080
43
Lampiran 8. Nilai Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%)
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 99.66 92.5 94.44 98 93.96
2 97.8 96.66 98.4 93.33 95.31
3 97.14 90.2 96.29 96.33 94.87
4 98.66 94.11 98.69 94.44 95.58
Total 393.26 373.47 387.82 381.99 379.72
Rata-rata 98.315 93.3675 96.955 95.525 94.93
SD 1.091 2.718 1.988 2.063 0.709
Tranformasi √y
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 9.98 9.62 9.72 9.9 9.69
2 9.89 9.83 9.92 9.66 9.76
3 9.86 9.5 9.81 9.81 9.74
4 9.93 9.7 9.93 9.72 9.78
Total 39.66 38.65 39.37 39.09 38.98
Rata-rata 9.9153 9.6619 9.8462 9.7733 9.7432
SD 0.055 0.14 0.101 0.105 0.036
44
Lampiran 9a. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar
Descriptives
kcSk
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
p0 4 93,3625 ,37447 ,18723 92,7666 93,9584 92,85 93,70
p1 4 94,5425 1,82706 ,91353 91,6352 97,4498 92,80 96,36
p2 4 94,0825 1,00626 ,50313 92,4813 95,6837 92,85 95,00
p3 4 93,5475 1,61062 ,80531 90,9846 96,1104 91,50 95,20
p4 4 93,2325 1,55491 ,77746 90,7583 95,7067 91,25 94,70
Total 20 93,7535 1,32384 ,29602 93,1339 94,3731 91,25 96,36
ANOVA
KcSK
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 4,790 4 1,198 ,630 ,649
Within Groups 28,508 15 1,901
Total 33,298 19
45
Lampiran 9b. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar Setelah
Transformasi √y
Descriptives
kcSK
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
p0 4 9,6624 ,01939 ,00969 9,6316 9,6933 9,64 9,68
p1 4 9,7230 ,09395 ,04697 9,5735 9,8725 9,63 9,82
p2 4 9,6995 ,05191 ,02595 9,6169 9,7821 9,64 9,75
p3 4 9,6717 ,08337 ,04168 9,5391 9,8044 9,57 9,76
p4 4 9,6554 ,08063 ,04032 9,5271 9,7838 9,55 9,73
Total 20 9,6824 ,06835 ,01528 9,6504 9,7144 9,55 9,82
ANOVA
kcSK
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups ,013 4 ,003 ,627 ,651
Within Groups ,076 15 ,005
Total ,089 19
46
Lampiran 10a. Data Hasil Statistik Kecernaan BETN
Descriptives
kcBETN
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
p0 4 98,3150 1,09147 ,54573 96,5782 100,0518 97,14 99,66
p1 4 93,3675 2,71891 1,35946 89,0411 97,6939 90,20 96,66
p2 4 96,9550 1,98878 ,99439 93,7904 100,1196 94,44 98,69
p3 4 95,5250 2,06308 1,03154 92,2422 98,8078 93,33 98,00
p4 4 94,9300 ,70979 ,35489 93,8006 96,0594 93,96 95,58
Total 20 95,8185 2,40094 ,53687 94,6948 96,9422 90,20 99,66
ANOVA
kcBETN
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 57,628 4 14,407 4,164 ,018
Within Groups 51,897 15 3,460
Total 109,526 19
Nilaikc
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
p1 4 93,3675
p4 4 94,9300 94,9300
p3 4 95,5250 95,5250 95,5250
p2 4 96,9550 96,9550
p0 4 98,3150
Sig. ,140 ,164 ,061
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
47
Lampiran 10b. Data Hasil Statistik KecernaanBETN Setelah Transformasi
√y
ANOVA
kcBETN
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups ,151 4 ,038 4,144 ,019
Within Groups ,136 15 ,009
Total ,287 19
Nilaikc
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
p1 4 9,6619
p4 4 9,7432 9,7432
p3 4 9,7733 9,7733 9,7733
p2 4 9,8462 9,8462
p0 4 9,9153
Sig. ,137 ,167 ,063
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Descriptives
kcBETN
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
p0 4 9,9153 ,05501 ,02751 9,8277 10,0028 9,86 9,98
p1 4 9,6619 ,14065 ,07033 9,4381 9,8857 9,50 9,83
p2 4 9,8462 ,10117 ,05058 9,6852 10,0072 9,72 9,93
p3 4 9,7733 ,10547 ,05273 9,6054 9,9411 9,66 9,90
p4 4 9,7432 ,03646 ,01823 9,6851 9,8012 9,69 9,78
Total 20 9,7880 ,12297 ,02750 9,7304 9,8455 9,50 9,98
48
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Aklimatisasi Ikan Penyiponan Akuarium
Pengukuran suhu akuarium Pengukuran DO
49
Pakan ikan sisa pakan
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan)
Pembedahan Ikan Pengambilan Feses Di Usus Besar
Feses yang Akan Dianalis Proksimat
top related