oleh: puji yosep subagiyo - primastoria studio | … adalah bahan organik yang bersifat sensitif...
Post on 24-Apr-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Primastoria StudioTaman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510
Desember 2015
Oleh: Puji Yosep Subagiyo
Konservasi LukisanMengenal dan Cara Merawat Lukisan
Kata Pengantar
i
Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) �lm, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Pengertian konservasi itu sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan).
Warisan budaya termasuk di dalamnya benda seni dan budaya di galeri atau museum yang integral dengan sumber daya pengelolanya merupakan aset yang penting. Kekayaan tersebut telah menjadi sasaran pokok pengelolaan (manajemen) dan objek utama yang melahirkan kegiatan penting. Kegiatan penting itu adalah pelestarian; baik melalui pendataan (studi koleksi, dll.) yang menghasilkan artefaktual dokumen sebagai objek penelitian lanjutan, atau konservasi fisik aktuil yang mengupayakan kondisi fisik benda koleksi tetap lestari.
Melalui tulisan “Konservasi Lukisan: Mengenal dan Cara Merawat Lukisan” ini akan dijelaskan tentang tahapan pengenalan lukisan sebagai langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya seni atau benda budaya, mengetahui poses terjadinya kerusakan, dan cara menanganinya. Tertib kelola dalam penyimpanan dan pameran lukisan juga ditunjukkan melalui kertas kerja yang berkaitan dengan pendataan benda (Lembar Inventaris), survai kondisi benda (Lembar Kondisi Koleksi) dan survai klimatologi (Lembar Data Klimatologi). Di sini akan diperkenalkan pula database koleksi dan konservasi untuk mempermudah pencarian koleksi, pemutakhiran data, dokumentasi mutasi dan konservasi, serta integrasi semua seksi atau bidang terkait.
Bekasi, Desember 2015
Puji Yosep Subagiyo
TIDAK ASLI
ADIKARYA(masterpiece)
ARTEFAKTA(Artefact)
Bukan Seni:reproduksi, komersial.
Bukan Budaya:baru, tidak umum.
Seni:asli, tunggal.
Budaya:tradisional,
kolektif.
4.
Sejarah dan Cerita Rakyat
kultural, kerajinan, dll.)
2.
Penemuan Baru(museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.)
3.
Kemahiran membedakankarya seni (museum seni,
1.
Seni-turis, komoditi,souvenir, dll.
ASLI(authentic)
(non-authentic)Ref.: James Clifford (1988:224)
Susan M. Pearce (1994:263)
pasar seni, dll.) (museum etnografi, barang
Gambar 1.SISTEM PERUJUKAN BARANG SENI-BUDAYA
[01]
A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang
bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.
2. Jenis-jenis Lukisan
Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).
kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.
3. Penyebab Kerusakan Lukisan
Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.
4. Kontrol Lingkungan
Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen
untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.
Konservasi LukisanMengenal dan Cara Merawat Lukisan
Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.
Rumus ABC-PQRAge = Umur; Beauty = Keindahan; Condition = Kondisi; Price = Harga;
Quality = Kualitas; Rarity = Kelangkaan
[02]
A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang
bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.
2. Jenis-jenis Lukisan
Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).
kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.
3. Penyebab Kerusakan Lukisan
Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.
4. Kontrol Lingkungan
Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen
untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.
Gambar 2.
PERFORMANS (tatalaku)(distribusi, kegunaan, tekno-
fungsi, sosio-fungsi, dsb.)
STRUKTUR (mikro & makro)(atribut formal, atribut stilistik
dan tipologi)
SIFAT-SIFAT
PROSES MANUFAKTURAL(seleksi bahan, sintesis bahan,
prosesing bahan, desain, manufaktur)
PengetahuanEmpiris
PengetahuanIlmiah
GAMBARAN ILMU DASAR DAN TEKNOLOGI BAHAN
Ref.: Lawrence van Vlack (1985);Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).
(fisik & kimiawi)
1 Yang dimaksud ‘medium’ disini adalah bahan perekat yang digunakan untuk menempelkan pigmen pada substrat, seperti: linseed oil. Medium = something intermediate, an intervening thing through which a force acts or an e�ect is produced (Guralnik, 1982:882). Substrat (substrate atau substratum) adalah sesuatu yang berfungsi sebagai dasar (alas) pijakan. (Guralnik, 1982:1420).
Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.
[03]
Detail Sesudah Pembersihan,Sesudah Penguatan CatDetailSebelum Pembersihan,
Sebelum Penguatan Cat
A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang
bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.
2. Jenis-jenis Lukisan
Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).
kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.
3. Penyebab Kerusakan Lukisan
Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.
4. Kontrol Lingkungan
Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen
untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.
Gambar 3. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN
Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.
cat terkelupas
cat terangkat
Alat pengontrol kelembaban ruangan yang bekerja secara
otomatis
Gambar 5.
Wet & Dry Bulb Psychrometer
Lux Meter(Alat pengukur intensitas cahaya)
Ultra Violet Monitor (4 in 1)(Alat pengukur radiasi ultra violet,
kuat cahaya, suhu dan kelembaban)
Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.
Gambar 6.
Gambar 4.
[04]
A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang
bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.
2. Jenis-jenis Lukisan
Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).
kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.
3. Penyebab Kerusakan Lukisan
Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.
4. Kontrol Lingkungan
Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen
untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.
Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.
2 Iklim mikro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau koleksi. Data iklim mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Koleksi (seperti pada hal 14). Kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang iklim makro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada diluar iklim mikro. Data iklim makro biasanya dicatat di Lembar Data Klimatologi (seperti pada hal 15). Perhatikan hubungan kerusakan berbagai jenis lukisan dan iklim pada Gambar Gra�k 31- 33 pada hal. 28 & 29, dan menunjukkan kenapa cat minyak diatas kanvas (oils on canvas) paling banyak mengalami kerusakan (terutama yang mengandung Timbal [Pb], hal. 33-35). Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas bu�ering (MH) dan rekondisi silicagel.
DehumidifierGambar 7.
BLUEAIR-Air-Purifieralat pembersih udara
Gambar 8.
[05]
B. MENGENAL LUKISANLukisan sebagai suatu karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki
unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan ini terbentuk dari beberapa bahan, seperti: kanvas (sebagai media pelukisan atau disebut sebagai 'substrat') dan cat (campuran antara pigmen dan binder atau zat-perekat), perhatikan gambar 9.
Menurut jenis substrat, macam medium (binder atau pelarut) yang digunakan untuk pigmen serta teknik penerapan zat-warna (pigmen atau bahan-celup), lukisan dapat dikelompokkan menjadi:
1). Lukisan Cat-minyak (Oil Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium minyak, bersubstrat kain kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.
2). Lukisan Cat-air (Water-color Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik kwas dll. Pada bagian warna lukisan – yang termasuk kelompok “aquarel” – ini bersifat tembus pandang/ sinar.
3). Lukisan Akrilik (Acrylic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium resin sintetis (pigmen yang terdispersi pada emulsi akrilik), pada substrat umumnya kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.
4). Lukisan Guase (Gouache Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat kertas dengan teknik bebas; bisa dengan teknik tuang, kwas, tiup, dll. Bagian warna pada lukisan ini tidak tembus pandang (opaque).
5). Lukisan Tempera (Tempera Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (bisa minyak, air, kuning telur, dsb.), bersupport panel atau kayu, yang berbahan penyerap atau ‘gesso’, dan bersubstrat kertas atau kain-kanvas dan dilakukan dengan teknik biasa atau kwas.
6). Lukisan Pastel (Pastel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik langsung tekan. Lukisan dengan menggunakan pensil, crayon, dsb. termasuk dalam kategori lukisan ini.
7). Lukisan Dinding (Mural atau Fresco Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya bermedium plester/ bebas, pada substrat dinding berplester dengan teknik bebas. Berdasarkan atas teknik yang digunakan tipe lukisan ini dibedakan menjadi dua yaitu lukisan fresco dan tempera. Lukisan fresco adalah lukisan dinding yang dilakukan pada saat plester masih basah, sedangkan lukisan tempera dilakukan pada saat plester sudah kering.
Komposisi dan campuran cat (pigmen & binder)
Gambar 9.
Binder
CAT = Pigmen + Binder
PigmenEncer
Warna monokhromatis
Pekat
Warna polikhromatis
P1
P2P3
PigmenBinder
a
b
c
[06]
8). Lukisan Jagrag (Panel atau Easel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat kayu dengan teknik bebas (tetapi biasanya dengan kwas).
9). Lukisan Kaca (Glass Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (ancur, gum arab, dsb.), pada substrat kaca dengan teknik bebas (biasanya dengan kwas).
10). Lukisan Enkaustik (Encaustic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium lilin panas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik tuang-panas. Ingat, lukisan enkaustik ini berbeda dengan lukisan batik.
11). Lukisan Batik (Batik Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya dicelup- kan pada substrat kain, dan proses pencelupan pewarna dilakukan setelah sebagian dari permukaan substrat ditutup lilin (sebagai perintang warna) untuk membentuk subyek pelukisannya.
12). Lukisan Teknologis (Technological Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik elektronis (komputer).
13). Kolase (Collage) adalah suatu bentuk karya seni (lukisan) yang menerapkan bahan- bahan berwarna yang sangat beragam secara �sik, bersubstrat umumnya kain (kanvas) dan berteknik tempel. Pada kolase, bahan yang ditempelkan sangat bervariasi, seperti: kepingan kain, kertas, kayu, kaca, kawat, pasir, dll.
14). Litogra� adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen seperti pastel dan bersubstrat kertas. Tipe lukisan ini menggunakan teknik sablon atau cap dengan blok batu gamping atau sejenisnya.
15). Gra�to adalah lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat dan dilakukan pada dinding dengan teknik gores. Gra�to atau gra�ti adalah menggores dinding yang sudah dicat terlebih dahulu, tetapi sebelum mengering disapu lagi sebanyak dua kali dengan lime-wash (oksida kalsium).
16. Frottage lukisan yang zat-pewarnanya bermedium menyatu, bersubstrat bebas, dan dilakukan dnegan teknik gosok. Frottage adalah teknik membuat gambar dari tekstur (kekasaran suatu permukaan) tertentu seperti batu, kain, dsb. Setelah kertasnya ditempatkan diatas tekstur benda tersebut, maka kertasnya digosok dengan potlot atau crayon. Contoh dari proses ini misalnya pemindahan gambar pada permukaan uang logam.
17. Grattage adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas dan dilakukan dengan teknik gores. Grattage adalah teknik menggores cat yang masih basah dengan beberapa alat seperti sisir, garpu, pena, silet, pecahan kaca, jarum, dsb. Teknik ini memanfaatkan sifat plastis cat yang masih basah tapi sudah disapukan diatas support atau kanvas.
18. Decalcomania adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas atau bebas dan dilakukan dengan teknik tekan atau tempel. Teknik penekanan cat yang masih basah diantara dua permukaan kanvas atau kertas. Selembar kertas ditaburi cat terlebih dahulu, kemudian lembar kertas kedua ditempelkan dan ditekan.
[07]
Susunan komponen pembentuk lukisan secara umum terdiri dari: support, kanvas, priming, dasar lukisan, gesso, cat dan varnis. Lihat Gambar 10.: Anatomi Lukisan dibawah ini. Adapun yang dimaksud dengan istilah-istilah pada gambar itu adalah sebagai berikut:
}
}}
KANV
ASGE
SSO
CA
TPR
IMIN
GVA
RNIS
SERAT
Cat Dasaran
reta
kan
rongga
reta
kan
Gesso Sottile
Gesso Grosso
Gambar 10. ANATOMI LUKISAN
Keterangan Gambar :
a. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk kategori lukisan jagrag atau panel).Bahan: kayu jati, hard board.
b. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah untuk dilukisi).Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll.
c. Priming (lihat de�nisi butir b diatas)Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko gra�k-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”.
d. Dasar Lukisan (�rst coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksud- kan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO). Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air).
e. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE).Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO4.2H2O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip dengan plaster of Paris ini adalah sebagai berikut: (1). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi CaSO4.1/2H2O; (2). campurkan 1,5 bagian air, dan diamkan sampai membentuk padatan; (3). rendam dalam air untuk membentuk pasta.
f. Cat (de�nisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat).
[08]
Proses pembuatan varnis tradisional adalah dengan cara melarutkan damar dalam minyak terpentin. Pertama-tama damar ditimbang dengan timbangan elektrik yang memiliki skala miligram. Setelah ditimbang, damar dicampur dengan minyak terpentin (grade bagus) pada beaker glass berskala volume mililiter. Damar dibungkus dengan kasa nilon - yang diikat dengan tali panjang untuk pegangan - untuk memudahkan pemindahan endapan damar. Supaya proses pelarutan dapat berjalan dengan baik, hangatkan beaker-glass tersebut diatas kompor listrik (berkasa asbes) pada suhu konstan sekitar 70oC (lihat gambar 11).
Untuk memahami lukisan secara utuh, kita tidak perlu membatasi dari de�nisi umum lukisan sebagai karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi yang memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Tetapi kita akan dapat mencermati jenis dan sifat bahan sebagai komponen pembentuknya, berikut proses pengkaryaannya4. Perhatikan pengertian warna dan zat warna berikut ini.
Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut:1. Underpainting (lapisan cat bawah);2. Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah);3. Glazes atau Scumblings (lapisan seperti �lm yang transparan);4. Isolating varnishes atau veils. (lihat butir g dibawah).[Susunan atau lapisan cat seperti tersebut diatas berbeda dengan pengistilahan warna (cat) sebagai 'monokhromatis dan polikhromatis', lihat gambar 9 diatas].
g. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish). Bahan-bahan: 1. Picture Varnish = campuran damar3 resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture
Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin.
2. Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin.
3. Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35.
4. Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl.
3 Damar = bahan padat bening (agak kuning) berasal dari resin/ getah tanaman damar, Agathis alba Foxw. (Pinaceae). Sifat damar adalah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam hampir semua jenis minyak, seperti: terpentin, minyak tanah. Tanaman damar tumbuh di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya (Malaysia). Damar sering digunakan sebagai bahan campuran malam atau lilin lebah untuk membatik. Ada beberapa kwalitas (grade) damar di pasaran, dengan nama merek dagang “Mata Kucing”, “Pedang”, dll. Damar “Mata Kucing” termasuk jenis damar kualitas nomor 1, dan sangat cocok untuk keperluan konservasi ataupun restorasi.
4 Technically, painting is the art of spreading pigments, or liquid color, on �at surface (canvas, panel, wall, paper) to produce the sensation or illusion of space, movement, texture, and form, as well as the tensions resulting from combination of these elements (Humar Sahman, op. cit.: 55).
[09]
Warna secara khusus dihubungkan dengan gelombang cahaya, serta distribusi panjang gelombangnya. Panjang- gelombang sinar tampak berada antara spektrum cahaya lembayung dan merah, yang mendekati antara 400 dan 700 nm. Secara �sik, warna sebuah benda diukur dan disajikan dengan kurva-kurva spektropotometrik, yang adalah potongan atau bidang fraksi cahaya datang (pantul atau tembus) sebagai sebuah fungsi panjang-gelombang melalui spektrum tampak. [1 nm = 10-9 m].
Secara psikologis dan �siologis, warna adalah hasil penglihatan yang timbul (perception) melalui signal-signal dari receptor cahaya pada mata kita kedalam otak. Sehingga warna dari kebanyakan benda adalah merupakan efek daripada cahaya terhadap pigmen (pigment), bahan- celup (dyestu�), dan bahan penyerap lainnya pada benda yang terlihat.
Zat-warna adalah substansi berwarna yang dapat dikelompokkan menjadi pigmen dan bahan-celup. Bahan-celup adalah zat-warna yang larut dalam medium-pelarut (yang biasanya air). Bahan-celup ini dapat dikelompokkan lagi menjadi bahan-celup alam (natural dyes) dan bahan-celup sintetis (synthetic dyes). Kedua jenis bahan-celup ini memiliki kekuatan tinctorial (kemampuan melarut dan memberikan warna) pada gugus-gugus kimia tertentu yang disebut chromophores. Chromopores ini menyebabkan molekul bahan celup memantulkan panjang-gelombang tertentu. Pada molekul bahan-celup terdapat juga gugus-gugus kimia lain yang disebut auxochromes yang mengatur pelarutan molekul dan membantu pengikatan bahan-celup terhadap substrat (serat). Secara kimiawi (didasarkan pada konstitusi kimianya), bahan-celup dikelompokkan menjadi 25 klas, seperti: carotenoids, anthraquinones, dst. Tetapi menurut keadaan kimiawi dan aplikasinya, bahan-celup biasanya dikelompokkan secara sederhana menjadi: bahan-celup asam (acid-dyes), bahan-celup basa (basic-dyes), bahan-celup bejana (vat-dyes), dst.
Pigmen adalah zat yang tidak larut dalam medium pelarut. Pigmen tidak memiliki daya-ikat (a�nity) dengan substratnya, sehingga dalam aplikasinya memerlukan zat-perekat (binder). Menurut sumbernya, pigmen dapat dibedakan menjadi pigmen organik (organic pigment) yang berasal dari jasad-hidup dan pigmen anorganik (inorganic pigment) yang biasanya diperoleh dari mineral. Tetapi secara kimiawi, pigmen dapat dikelompokkan menjadi pigmen Azo dan pigmen non-Azo (dalam 12 klas).
Warna dan zat-warna pada lukisan adalah unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Karena warna tertentu dihasilkan dari zat-warna tertentu, begitu pula sebaliknya. Komposisi atau perpaduan beberapa (zat-) warna tentunya menghasilkan (zat-) warna tertentu pula. Dalam ilmu bahan, kita memerlukan model pendekatan ilmu tertentu untuk menjabarkan unsur 'warna' dan 'zat-warna' ini secara terinci. Dari de�nisi-de�nisi beserta penjabaran tersebut diatas, kita dapat mempelajari “lukisan” dengan unsur- unsur terpentingnya. Sehingga lukisan dapat ditinjau dari sudut kesenirupaan sampai ke teknik penerapan dan ilmu bahan (gaya dan teknik pelukisan).
Kain Kasa
beak
er
Damar
Kompor
kasa
asb
es
terp
entin
Gambar 11.Cara Membuat VarnisSecara Tradisional
[10]
Warna biasa dipandang sebagai sesuatu yang memiliki ruang bermatra tiga (3D), lihat gambar 12. Suatu pandangan atau konsep ini dikenal sebagai 'sistem warna tiga dimensi' (sistem ini sangat dikenal oleh para pelukis, ilmuwan bahan warna, ataupun konservator). Ada- pun yang dimaksudkan dengan warna-3D adalah sebagai berikut:
1. Warna (hue), yang adalah suatu sebutan warna benda baik secara psikologis ataupun �siologis, dan telah lazim/ dikenal selama bertahun-tahun. Sebagai contoh sehingga kita sering menyebutkan warna benda adalah merah, kuning atau hijau. Dan hanya dengan bekal pengalaman dan pengetahuan warna ini, kita dapat memperoleh warna hijau dengan mencampurkan (zat-) warna biru dengan kuning saja.
2. Kepekatan (saturation), yang adalah sebutan seberapa jauh suatu warna benda mendekati sumbu terang (gray atau lightness axis). Kepekatan pada warna ini biasa dikenal sebagai nada (chroma), karena sebutan ini menyatakan pekat-tidaknya suatu warna. Dengan pengertian ini, satu gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu sendok air dapat disebut sebagai warna kuning yang memiliki kepekatan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan satu gram cat-air yang dicampur dengan lima sendok air. Perhatikan kepekatan yang mempengaruhi komposisi suatu cat pada gambar 9a dan 9b diatas.
3. Gelap/ terang (value atau lightness), yang adalah suatu sebutan warna benda dikaitkan dengan intensitas cahaya. Sebutan ini untuk menyatakan apakah warna-benda itu gelap (hitam) atau terang (putih). Dengan pengertian ini, sepuluh gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu gram cat-air warna hitam akan menghasilkan campuran cat-air yang berwarna kuning lebih gelap, jika dibandingkan dengan sepuluh gram cat air warna kuning yang tidak dicampur.
Gambar 12.
Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)Alat Perekam Data Warna Handheld XRF Spectrometer
Alat Identi�kasi Unsur/ Elemen Logam
Gambar 13.Gambar 14.
Warna 3 Dimensi (3D)
[11]
C. KONSERVASI LUKISANPekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi (selanjutnya
disebut konservator)5 telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Disamping faktor internal dan eksternal tersebut, kerusakan sering terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara pelaksanaan konservasi yang keliru. Dalam kasus semacam ini, konservator benda organik diwajibkan dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidenti�kasikan berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (�sik dan kimiawi).
Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (peng- hambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari
kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai;
Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda;
Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan
Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Perhatikan Tabel 1.: Metode Analisis Benda dan Bahan.
Kesimpulan dari keempat tingkatan konservasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat I dan II merentangkan pendanaan konservasi yang luar biasa besar tetapi
menghasilkan jumlah koleksi yang terbanyak. Tenaga teknis konservasi yang terlatih dibawah supervisi konservator biasanya mampu melaksanakan tugas ini, dan
2. Tingkat III dan IV biasanya diperuntukkan pada pekerjaan-pekerjaan yang cukup penting, yang mana memerlukan cukup biaya dan waktu; serta memerlukan keahlian konservator yang terlatih secara profesional.
Sedangkan Lodewijks dan Leene menyimpulkan bahwa metode konservasi benda koleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Metoda restorasi yang secara prinsip diarahkan pada pengembalian kekondisi aslinya; dan
2. Metoda konservasi yang dimaksudkan untuk melestarian the status quo (keadaan tetap pada suatu saat tertentu).
5 Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) �lm, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran).
dibersihkan dengan bahan-bahan pelarut khusus, seperti dengan white spirits, 2-ethoxyethanol, larutan campuran antara ethanol dengan aceton (1:1), aseton atau dengan toluen. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnish yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.
[12]
Pilihan antara restorasi dan konservasi lukisan terletak pada faktor rasional, sebagian lagi dari faktor irasional seperti estetika dan perasaan-perasaan lain. Ketika sebuah lukisan mewakili suatu fungsi, seperti hiasan dinding, maka lukisan akan lebih diarahkan pada metode restorasi. Pada suatu karya yang pada umumnya tidak memiliki representasi fungsi, maka metode konservasi sebaiknya diputuskan dengan hati-hati. Pada proses paling awal, konservasi dimulai dengan pembersihan, yang kadang-kadang menjadi kon�ik dengan persyaratan tertentu.
Pembersihan kotoran dari permukaan lukisan merupakan langkah paling awal daripada pelaksanaan konservasi. Dalam hal ini, konservator lukisan harus dapat mengenali dua kategori kotoran, yakni kotoran yang larut dan kotoran yang tidak larut dengan bahan-bahan pelarut. Bahan pelarut itu dapat berupa air ataupun bahan-pelarut organik seperti etanol, acetone dsb. Ia juga harus dapat membedakan antara kotoran dan komponen daripada lukisan itu sendiri. Selanjutnya, metoda pembersihan yang mudah, efektif, dan bersifat aman haruslah dapat ditunjukkan oleh seorang konservator. Perhatikan gambar potongan melintang pada suatu lukisan yang menunjukkan dimana kotoran itu berada.
Atribut Formal = segala sesuatu yang bisa diukur (ukuran panjang dan lebar, volume, garis-tengah, berat, dll.);Atribut Stilistik = segala hal yang berhubungan dengan rasa atau estetika, seperti: bentuk, pola hias kain
(tata-letak hiasan), motif (bentuk hiasan), warna, dsb.; Atribut Teknologis = segala hal yang berhubungan dengan proses pembuatan (bahan dan teknik).
PROVENANCEEthnographic Features: origin,
function, etc.
COMPLETE OBJECTDescriptionOrientation
SUBJECTSANALYTICAL METHODS
(object and their attributes: formal, stylistic and technical)
Socio Cultural Anthropology,Ethnography, Art History, Semiotic
- Iconography, etc.
STRUCTURAL OR TEXTURAL GREATER THAN 0.1 MM
(fabric construction, metal thread structure, etc.)
Visual Examination (eye, glass, microscope)
Ultra-Violet Light Examination
Diffraction (x-ray, neutron, optical and
electron)
Optical Examination(transmission, reflection)
Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM)Electron Microbeam Analysis
Spectroscopic Examination (neutron, infra-red, optical & x-ray)
Chromatographic Analysis(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)
OBJECT STRUCTURE COMPLETE STRUCTURE(form, design/ layout, etc.)
Typology, Stylistic Analysis, etc.
MACRO STRUCTURE
MICRO STRUCTURE
CRYSTAL STRUCTURE
ELEMENTAL STRUCTUREand
COMPLEX COMPOUNDS
STRUCTURAL OR TEXTURAL SMALLER THAN 0.1 MM
(fiber morphology, cross-section materials, etc.)
METALLIC ELEMENTS AND OTHERS
(weighting metal salts, mordant, corrossion products, etc.)
METALLIC ELEMENTS,DYES AND OTHERS
(pigments, dyes, adhesives,polymers, etc.)
METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN [Perlu disesuaikan untuk Senirupa]
12
3
4
5
6
NoTabel 1.
Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Varnis (G) adakalanya harus
dibersihkan dengan bahan-bahan pelarut khusus, seperti dengan white spirits, 2-ethoxyethanol, larutan campuran antara ethanol dengan aceton (1:1), aseton atau dengan toluen. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnish yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.
[13]
Jenis perlakuan pada lukisan bermedia kertas (gra�s) adalah pencucian dengan cara kering, yakni pembersihan debu dan kotoran lain dengan kapas yang dilembabi dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1) dan sabun Triton X-1006. Pengelantangan dengan hidrogen peroksida (20%)7 dilakukan pada media kertas yang terdiskolorasi oleh jamur (foxing), yang diikuti dengan pembilasan dengan air-distilasi dicampur dengan alkohol.
Dengan mempertimbangkan Lembar Kondisi Lukisan dan Data Klimatologi dibawah, kita dapat membuat skala prioritas dan jenis pekerjaan konservasi secara langsung. Lukisan berkondisi rapuh atau mudah terkelupas, lukisan harus diperkuat sementara dengan kertas penguat khusus atau washi8 yang direkatkan dengan bahan perekat polyvinyl acetat (PVAc). Setelah pembersihan kotoran permukaan lukisan dilakukan, maka lukisan baru dapat diperkuat secara tetap. Caranya adalah dengan menggunakan malam lebah dicampur dengan damar dan minyak turpentin (ramuan bahan khusus ini selanjutnya disebut sebagai WRA-559)9. Pada bagian kanvas yang catnya terkelupas diperlukan tahap pendempulan dengan pasta yang terbuat dari gipsum dengan emulsi polyvinyl acetat (PVAc)10. Jika permukaan dempul (tekstur) sudah disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya, baru proses tusir (inpainting) dapat dilakukan. Penyesuaian tekstur permukaan kanvas ini meliputi arah sapuan kuas atau bentuk alat-tuang cat lain, dan dimaksudkan untuk memberi efek pantul warna yang sesuai.
Pengamatan Struktur Lukisan (kotoran, varnis & cat lukisan)
6 Cara pembersihan debu dan pembilasan dengan kapas atau handuk bersih yang dilembabi ini lazim disebut sebagai swabbing.
7 Pengelantangan dapat pula dilakukan dengan cara perendaman selama lima menit dengan larutan Potasium permanganat (0,5 ~ 5%), yang kemudian diikuti dengan pembilasan dalam larutan Natrium tiosulfat 5%.
8 Yang dimaksud dengan kertas khusus atau washi di sini adalah kertas yang memiliki elastisitas tinggi walaupun dalam keadaan basah. Jenis kertas ini biasanya memiliki serat-serat panjang dan banyak dibuat di Jepang, ada juga yang dibuat diluar Jepang (dengan teknologi pembuatan yang sama atau mirip dilakukan di Jepang, yakni buatan tangan atau hand-made paper), dan di Jepang disebut sebagai kertas washi.
9 Untuk membuat wax-resin-adhesive (WRA-559) dibuat dalam perbandingan volume. Sehingga malam-lebah dan damar yang berbentuk padat setelah ditimbang (untuk diketahui beratnya), baru dicairkan (dipanaskan) untuk mengetahui volumenya. Setelah semua satuan ukuran dikonversi ke volume, kita akan dengan mudah mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Prosedur ini harus diikuti, mengingat grade bahan seperti malam-lebah dan damar tidak selalu tetap.
10 Cara membuat pasta-dempul jenis lain adalah dengan teknik thermosetting (seterika), yaitu dengan cara mencampurkan bubuk gipsum (kalsium sulfat) dalam larutan encer dan panas WRA-559. Adapun perbandingannya adalah 5 sampai 10 gram kalsium karbonat dalam 10 ml larutan panas WRA-559.
A = S
uppo
rt (K
ayu,
Tripl
eks,
Hard
board
, dll.)
; = K
anva
s/ Da
sar L
ukisa
n; C
= Prim
ing; D
= GE
SSO;
E = D
asar
Cat;
F = C
at L
ukisa
n; G
= Va
rnis;
H =
Koto
ran,
Deb
u, d
ll.
F
E
DCB
G
A
12
H
Gambar 15.
Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Varnis (G) adakalanya harus
[14]
Pen
guat
an d
an K
onso
lidas
ipe
ngua
tan
cat d
enga
n pe
reka
t: lili
n, d
sb.
peng
uata
n ka
nvas
/ sub
stra
t dg.
per
ekat
.pe
rbai
kan
kanv
as/ s
ubst
rat.
perb
aika
n/ k
onso
lidas
i cat
, dll.
LEM
BAR
KO
ND
ISI L
UK
ISA
NFo
rm. L
KLu-
Luki
san/
PSI/
2015
isidnoK
Nam
a S
enim
anJu
dul K
arya
.vnI .oN
No.
Uku
ran
dan
Tahu
n
BA
HA
NPE
MB
ENTU
KB
END
A
Loka
si:
Prio
ritas
Tin
daka
n :
A. Se
gera
C. R
enda
hB.
Seda
ng
C.m
inya
kC
at a
irTi
nta
Akr
ilik
Pas
tel
Kra
yon
Oth
er...
Kan
vas
Ker
tas
Kay
uK
aca
Loga
mO
ther
...
C.m
inya
kA
quar
elP
aste
lG
uase
Tem
pera
Lito
graf
iB
atik
Fres
coE
nkau
stik
Kol
ase
Gra
ffito
Frot
tage
Oth
er...
Lain
-lain
Lain
-lain
Lain
-lain
JEN
IS C
AT
JENI
S M
EDIA
(SUB
STRA
T)
TEK
NIK
Kot
orLe
mak
Dep
osit
Rap
uhP
atah
Ret
akD
isto
rsi
Gelom
bang
Gor
esS
obek
Kel
upas
Luba
ngB
asah
Ker
ing
Jam
urS
eran
gga
Bus
ukO
ther
...
Kar
atK
rista
lO
ksid
asi
Pud
ar
Lapu
kB
auN
oda
Oth
er...
FISI
K:
BIO
TIS:
LAIN
:
KIM
IAW
I:
No
Foto
:
Lain
-lain
Lain
-lain
Lain
-lain
Bai
kR
usak
Rin
gan
Rus
akR
usak
Ber
atO
ther
...
KOND
ISI S
PANR
AM:
Lain
-lain
Bai
kR
usak
Rin
gan
Rus
akR
usak
Ber
atO
ther
...
KOND
ISI P
IGUR
A:
Lain
-lain
Pem
bers
ihan
ring
an (k
was,
vac
uum
, dll.)
air
whi
te-s
pirit
turp
entin
air s
abun
(am
onia
)
2-et
hoxy
eth
anol
petro
lium
alko
hol
2-ac
eton
alco
hol
Pen
yem
purn
aan
(fini
shin
g tre
atm
ent)
isol
atin
g (v
arni
sh)
inpa
intin
g (+
mix
ing
varn
ish)
dres
sing
/ ret
ouch
ing
(var
nish
)(r
e)va
rnis
hing
Per
laku
an b
iotis
(fum
igas
i, ds
b.)
Per
laku
an la
in.
CA
TATA
N:
USU
LAN
TIN
DAKA
N K
ON
SERV
ASI :
KON
DISI
IKLI
M D
AN B
ENDA
SAA
T PE
NG
AMAT
AN :
A. In
tens
itas C
ahay
a (L
ux)
B. R
adia
si U
V ( μ
W/L
mn)
-C.
Suh
u U
dara
(0 C)
------
--D.
Suh
u Pe
rmuk
aan
(0 C) -
-
E. K
elem
baba
n Ud
ara
(%)
F. Ka
ndun
gan
Air (
%) -
-G.
Kea
sam
an (p
H) --
----
H. P
olus
i Uda
ra --
------
--I.
Cata
tan:
....
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
.
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
Pem
bers
ihan
lem
ak, v
arni
s, d
sb.
deng
an p
elar
ut:
I.
III.
IV.
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
V. U
SULA
N U
JI BA
HAN
(LAB
) DAN
TAM
BAHA
N :
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
...
VI. T
EKN
IK P
ENG
AMAT
ANA.
Mat
a bi
asa
(tanp
a-al
at)
B. K
aca
Pem
besa
rC.
Mik
rosk
op.
.....
......
.....
XD.
.....
......
......
......
......
......
....
E. ..
......
......
......
......
......
......
.F.
......
......
......
......
......
......
....
VII.
TAN
GG
AL P
ENG
AMAT
AN
Tand
atan
gan
Obs
erva
tor,
Kons
erva
tor,
dll.
Nam
a :
....
......
......
......
......
......
......
......
(DD/
MM
/YYY
Y) ...
......
......
......
......
......
......
.....
A.
B.
C.
C.
B.
A.
D.
E. F.
G.
5.
6.
7.
8.
II. K
ON
DISI
SAA
T PE
NGA
MAT
AN :
Baik
Cuku
pRu
sak
Hanc
urAk
tif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
......
......
......
...
Gra
ttage
LEM
BAR
KO
ND
ISI K
OLE
KSI
Form
. LKK
o-U
mum
/PSI
/201
5
No.
No.
Inv.
Nam
a Be
nda
Uku
ran
Kond
isiKe
tera
ngan
I. BA
HAN
:
A. N
on L
ogam
1. B
atu
2. K
aca
3. K
eram
ik4.
Ple
ster
5. S
emen
6. La
inB.
Loga
m1.
Em
as2.
Per
ak3.
Tim
ah4.
Tem
baga
5. Be
si6.
Lain
C. S
elul
ose
1. K
ayu
2. K
ulit
3. B
ambu
4. R
otan
5. A
nyam
an6.
7.
Lain
D. P
rote
in1.
Kul
it2.
Bul
u3.
4.
Lain
E. La
in-la
in1.
Tula
ng2.
Ker
ang
3. P
igm
en/ C
at4.
Man
ik-m
anik
5. R
esin
6. La
in
ORGANIKANORGANIK
II. K
ON
DIS
I SA
AT P
ENG
AM
ATA
N :
A. F
isik
01. R
apuh
02. K
otor
03. L
emak
04. K
elup
as05
. Gor
es06
. Ret
ak07
. Pat
ah08
. Hila
ng09
. Bas
ah10
. Ker
ing
11. L
ain
B. K
imia
wi
1. La
puk
2. P
udar
3. K
oros
i4.
Oks
idas
i
gar
am8.
Lain
5. B
au6.
Nod
a7.
Kris
tal
C. 1.
Jam
ur (F
ungi
)2.
Sera
ngga
(Ins
ect)
3. G
angg
ang (
Alga
e)4.
Lum
ut (M
oss)
5. Lu
mut
-kera
k (Lic
hens
)6.
Lain
[ ....
... %
][ .
......
%]
[ ....
... %
][ .
......
%]
[ ....
.. %
]
No.
Fot
o:
D. C
atat
an:
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
.....
III. K
ON
DISI
IKLI
M D
AN B
ENDA
SAA
T PE
NG
AMAT
AN :
A. In
tens
itas C
ahay
a (L
ux)
B. R
adia
si U
V ( μ
W/L
mn)
-C.
Suh
u U
dara
(0 C)
------
--D.
Suh
u Pe
rmuk
aan
(0 C) -
-
E. K
elem
baba
n Ud
ara
(%)
F. Ka
ndun
gan
Air (
%) -
-G.
Kea
sam
an (p
H) --
----
H. P
olus
i Uda
ra --
------
--I.
Cata
tan:
....
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
= ...
......
(....
....)
IV. U
SULA
N P
ERAW
ATAN
DAN
PEN
GAW
ETAN
:
V. U
SULA
N U
JI BA
HAN
(LAB
) DAN
TAM
BAHA
N :
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
.....
VI. T
EKN
IK P
ENG
AMAT
ANA.
Mat
a bi
asa
(tanp
a-al
at)
B. K
aca
Pem
besa
rC.
Mik
rosk
op.
.....
......
.....
XD.
.....
......
......
......
......
......
....
E. ..
......
......
......
......
......
......
.F.
......
......
......
......
......
......
....
VII.
TAN
GG
AL P
ENG
AMAT
AN
Tand
atan
gan
Obs
erva
tor,
Kons
erva
tor,
dll.
Nam
a :
....
......
......
......
......
......
......
......
(DD/
MM
/YYY
Y) ...
......
......
......
......
......
......
.....
......
......
......
......
.....
......
......
......
.....
F. Ca
tata
n
Prio
ritas
Tin
daka
n :
Loka
si Be
nda
:A.
Sege
raC.
Ren
dah
B. Se
dang
Bioti
s
Teks
til
Teks
til
Baik
Cuku
pRu
sak
......
......
......
......
..Ha
ncur
Aktif
7. Pe
rung
gu
A. P
embe
rsih
an1.
koto
ran/
deb
u de
ngan
:
2. ka
rat,
noda
, dll.
den
gan
cara
:3.
4.
B. P
engu
atan
/ kon
solid
asi
1. P
erla
kuan
ben
da ra
puh
deng
an:
2. P
engu
atan
ben
da ra
puh d
enga
n:
3.
C. R
esto
rasi
1. Pe
ngem
balia
n be
ntuk
/ war
na(p
ende
mpula
n, ar
aldite
, tusir
war
na, d
ll)2.
Perb
aikan
fung
si / m
ekan
is be
nda
(repa
rasi
meka
nis, p
engg
antia
n bah
an, d
ll)3.
Lain
D. P
enga
wet
an1.
Stab
ilisas
i kar
at (m
engh
amba
t, men
ghen
tikan
pr
oses
koro
si, d
ll.)2.
3.
4.
5. La
inE.
Tre
atm
en T
amba
han
dan
Cata
tan
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
Mem
atika
n jam
ur, in
sek d
enga
n:
Mem
atika
n gan
ggan
g, lum
ut, ja
mur k
erak
dg.:
larut
an 1%
Hiv
ar X
L, a
tau
......
......
......
.....
Coati
ng/ l
amin
asi d
enga
n:
Lain
lemak
/ min
yak d
enga
n:
Lain
a. kw
asb.
vacu
umc.
pelar
ut ai
rd.
pelar
ut ki
mia
e. m
ekan
isf.
lain
......
......
......
......
......
......
......
......
.
a. m
ekan
isb.
kim
iac.
elekt
rolis
isd.
lain
......
......
......
......
......
......
......
......
.
a. ai
r + de
terje
n b.
etan
ol + d
eter
jenc.
pelar
ut ki
mia
d. la
in...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
...
b. ko
nsoli
dan (
peny
empr
otan
pere
kat,
dll.)
a. pe
ngua
tan k
onstr
uksi
(mou
nting
, pe
ndob
elan k
ain, d
ll.)
c. la
in...
......
......
......
......
......
......
......
.....
......
......
......
......
......
......
......
......
..
......
......
......
......
......
......
......
......
......
.
a. fu
miga
sib.
pend
ingina
n (fre
ezing
)c.
lain
......
......
......
......
......
......
......
......
a. lil
in m
ikrok
rista
linb.
Para
loid B
72 (..
..... %
w/v
in ...
........
...)c.
lain
......
......
......
......
......
......
......
a. ua
p air
b. m
inyak
d. la
in...
......
......
......
......
......
......
......
....
c. m
erat
akan
......
......
......
......
.....
......
......
......
.....
......
......
......
......
.....
......
......
......
......
......
.....
......
......
......
......
......
......
......
......
...
......
......
......
......
.
......
......
......
......
.
E.
Lembar Kondisi Koleksi dan Lukisan
[15]
LEMB
AR D
ATA
KLIM
ATOL
OGI -
KELE
MBAB
AN &
SUH
U
Kele
mba
ban
Kete
rang
anSu
huG
edun
g da
n Ru
ang
Wak
tuTa
ngga
l
Cata
tan
:Tg
l. Pe
lapo
ran
:
Tand
atan
gan
Nam
a Pe
lapo
r :
Form
. LDK
-KS/
PSI/
2015
Nam
a A
lat :
Tgl.
Tera
khir
Kal
ibra
si:
Min
ggu
:
Pros
edur
K
alib
rasi
:
LEMB
AR D
ATA
KLIM
ATOL
OGI -
CAHA
YA &
UV
- SP,
KA
& pH
Cat
atan
:Tg
l. P
elap
oran
:
Tand
atan
gan
Nam
a P
elap
or :
Inte
nsita
sKe
tera
ngan
Radi
asi
Jeni
s La
mpu
[Merk
, Watt
, Pija
r/ Pen
dar/ L
ED]
Wak
tuG
edun
g, R
uang
,Le
mar
i
Tang
gal :
Nam
a Al
at :
INTE
NSITA
S CA
HAYA
(IC)
dan
RAD
IASI
ULT
RA V
IOLE
T (R
UV)
Form
. LDK
-IC,R
UV,
SP,K
A,pH
/PSI
/201
5
Kete
rang
an
Tang
gal :
Nam
a A
lat :
SUHU
PER
MUKA
AN B
ENDA
Nam
a, N
o. In
v da
nJe
nis
Bend
aW
aktu
Jeni
s La
mpu
Suhu
Jara
kG
edun
g, R
uang
,Le
mar
i
Kete
rang
an
Tang
gal :
Nam
a A
lat :
KAND
UNGA
N AI
R da
n KE
ASAM
AN (p
H) B
ENDA
Nam
a, N
o. In
v da
nJe
nis
Bend
aW
aktu
Kand
unga
n Ai
rpH
Ged
ung,
Rua
ng,
Lem
ari
Ada
3 j
enis
lam
pu :
1.
Pija
r (in
cand
esce
nt);
2. P
enda
r (fl
uore
scen
t);
3.
LED
(li
ght-e
mitt
ing
diod
e).
Inte
nsita
s ca
haya
lam
pu p
ijar
hany
a 15
lum
en p
er w
att,
dan
90%
en
ergi
lis
trik
diub
ah k
e pa
nas.
Usi
a hi
dup
lam
pu h
anya
1.
000
jam
ata
u 4
bula
n (p
emak
aian
8 j
am p
er h
ari).
In
tens
itas
lam
pu p
enda
r 67
lum
en p
er w
att &
usi
a ra
ta-r
ata
lam
pu 1
0.00
0 ja
m. I
nten
sita
s la
mpu
LED
70
- 10
0 lu
men
pe
r wat
t & u
sia
rata
-rat
a la
mpu
50.
000
jam
.
Lembar Survai Klimatologi
Jamur
Jamur
b
a
c
Serat lapuk
Spora jamur
[16]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
Gambar 16. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan;b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui
tingkat kerusakan kanvas/ kain;c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan dan jenis jamur.
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
paku berkarat
a b
[17]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
Gambar 17a. menunjukkan sisi bawah lukisan telah termakan bubuk.
Gambar 17b. menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjukkan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Gambar 18.Membersihkan kotoran debu dan
mengangkat varnis lama untuk memunculkan warna asli.
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
a cb
cat terangkat
Gambar 20.a. Seluruh permukaan kotor, sebagian cat terkelupas dan varnis kuning;b. Pelemasan (relaksasi) sekaligus penguatan cat yang terangkat dengan
perekat thermosetting (WRA-559);c. Setelah proses penguatan cat, permukaan lukisan baru bisa dibersihkan.
[18]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
a bGambar 19. a. Seluruh permukaan kotor dan sebagian cat terkelupas;
b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis.
cat terkelupas
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
[19]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Melamin Board
glass fabric
painting
Seb
elu
m P
emb
ersi
han
Sesu
dah
Pem
ber
sih
an,
Seb
elu
m P
eng
uat
an C
at
Kanvas
Cat
{Priming
GAMBAR ANATOMI LUKISAN
Rongga bawah retakan terisi varnis/ linseed oil
Sesudah Pembersihan,Sebelum Penguatan Cat
Sesudah Pembersihan,Sesudah Penguatan Cat,
Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas
Varnis/ linseed oil begitu tebal & mengkilap
abb
d
eFINISHING TREATMENTS:Priming, Tusir warna (inpainting),
Retouching & protecting varnish.
Detail
illus
trate
d by
Prim
asto
ria 2
015 for academic use
c SUPPORTS:Back-up lukisan denganmelamin board yangdilindungi dengan kain organdi
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Gambar 21.
Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
cat terangkat
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
[20]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
1. Abbas Alibasyah 2. Abdul Azis3. Abdullah Sr. 4. A�andi 5. Agus Djaya 6. Agus Kamal 7. Alberto Magnelli 8. Alaydroes 9. Andre Minaox
10. Antonio Blanco11. Anton Huang12. Arie Smit 13. Bagong Kusudiarjo 14. Bahri15. Basuki Abdullah 16. C.L. Dake Jr. 17. C.T. Hokin18. Constantin Makowsky 19. Cristiano20. Da� Dhowo21. Dandung B. Kahono22. Dede Eri Supria23. Dipo Andi24. Dullah25. Edouard Pignon26. Ernest Dezentje27. Fadjar Sidik28. G. Giovanetti29. Handrio30. Hans Arp
31. Hans Hartung32. Hans Reichel 33. Harijadi Sumadidjaja34. Hendra Gunawan35. Hendro Suseno36. Henk Ngantung37. I Gede Padma38. I Ketut Adi Chandra39. Imant40. I Nengah Sujena41. Isa Perkasa42. Ivan Sagito43. I Wayan Gede Santiyasa44. I Wayan Sujana45. IWJ Durus46. Jeihan47. Joko Pekik48. L. Amato49. L. Eland50. Lee Man-fong51. Le Mayeur52. Lux Albert Moreau53. Kadir54. Kartono Yudhokusumo55. Ken Pattern56. Kidro57. Kinsen, Mori K.58. K. Jansma59. Koentjoroningrat60. Kuncana
61. Landriah62. M.D. Sinteg63. Masriadi 64. Muji Harjo65. Nisan Risyanto66. Nyoman Erawan67. Nyoman Gunarsa68. Pierre Soulages69. Popo Iskandar70. Q. Schmeider71. Raden Saleh72. Roland Strasser73. Rudolf Bonnet74. Sadali75. Salim M.76. Sinung Widagdo77. Sj. Notodiningrat78. Soemardi79. Srihadi80. Srihadi Sudarsono81. S. Sudjojono82. Sudjono Abdullah83. Suhadi84. Sumardi85. Tatang Ganar86. Trubus Sudarsono87. Wakidi88. Wassily Kandisky89. Widayat (1923 - 2002)90. Wiantadan lain-lain.[lihat gambar 24]
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
[21]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
a. Pengamatan retakan berskala mikro (sepersejuta) dan konstruksi kanvas lukisan dengan DynoLite.
b. Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
Gambar 22.
Gambar 23.: Telaga Sarangan,karya Dullah (1932)
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.a b
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
Ambron, EmilioCovarrubias, Miguel Dooijeward, Willem (1892-1990)Friend, DonaldIsrael, IsaacMooijen, P. A. J. Meier, Theo (1908-1982)Smit, Arie Sonnega, Auke C.Sten, John
Pelukis Asing(di Bali, dari 1904 - 1967)
1904 > W. O. J. Nieuwenkamp
1938 > Willem & Maria Hofker
1927 > Walter Spies
1941 > Lee Man-fong (1913-1988)
1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880 - 1958) 1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978)
1922 > Rolland Strasser (1895-?)1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886-1946)
1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999)
1990
1980
1970
1960
1950
1940194119421943194419451946194719481949
195119521953195419551956195719581959
196119621963196419651966196719681969
197119721973197419751976197719781979
198119821983198419851986198719881989
1900
1800
1904
[22]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIA
Created by Puji Y. Subagiyo 2015
Gambar 24.f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
Masa Raden Saleh (1814 - 1880)
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942:Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya
Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944:Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah
W. Spies & Gde A. Sukowati PITA MAHA (1935)
Keimin Bunka Shidoso (1944)Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.
Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito.
Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein.
Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)
Pelukis Rakyat (1947)Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso, Sudiardjo, Trubus,
Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi.
Seniman Indonesia Muda (SIM),1946di Yogyakarta: Affandi, Hendra,Trubus, Dullah, Soedarso,
Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo, Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini.
SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambah Trisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto,
Mardian, Wakijan, Srihadi S.
Gabungan Pelukis Indonesia (1948):Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo.
Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)
Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946:di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain.
Masa Terisolir dari Negara Luar:Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat
minyak harus bergantian dengan seniman lain
Masa Abdullah Sr. (1878 - 1941)Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)
1
2
3
4
Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil,
Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono
Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950-1965mempolitikkan kesenian
Pameran ASRI - ITB (>1950)Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, Abas
Alibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso,Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto,
Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya, Harijadi, Sutanto, Adi Munardi.
REVOLUSI FISIK (1945 - 1949) Pelukis AsingAmato, L.Dezentje, Ernest Giovanetti, G.Imandt, Wilhelmus Jean Frederic Kinsen, Mori Kichigoro (1888-1959)Koenig, Arthur Johann Li Shuji (1943 - ?)Makovsky, Konstantin E. (1839-1915)Renato, CristianoSimonettiSnel, Han (1925 - 1998)Talwinski, Igor (1907-1983)
(Lukisan Ada Di Indonesia)
Pelukis Koleksi Istana, dll.AliminHenk Ngantung (1921 - 1990)Ida Bagus Made NaderaI Gusti Putu GedeI Gusti Ketut KobotLim Wasim (1929 - 2004)Mahjuddin S.Nashar (1928 -1994)Sobrat, A. A. Gede SumardiThamdjidin, M.Wayan Sudana
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
[23]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
Gambar 25. KRONOLOGI dan KONDISI88 Lukisan Le Mayeur
Created by Puji Y. Subagiyo 2015
3 buah lukisan pastel diatas kertas [2R/1C]
4 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [4C]
3 buah lukisan cat-minyak diatas hard-board [3C]
27 buah lukisan: 5 cm/knv, 2 cm/tripleks, 18 cm/h.board, 2 cm/kayu. [5R/10C/13B]
Le Mayeur (52) ketemu & menikahi Ni Pollok (18).
3 buah lukisan pastel diatas kertas [1R/2C]
13 buah lukisan: 1pastel/kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu, 1 cm/tripleks [1R/6C/6B]
23 buah lukisan: 22 cat-TB/ bagor, 1 cm/hard-board [14R/7C/2B]
1 buah lukisan cm/knv [1R]
10 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [6R/3C/1B]
MLMB052
MLMB015
MLMB082MLMB021
MLMB035
MLMB012
MLMB075
MLMB045
MLMB084
1957
1945
1942
1938
1937
1935
1928
1921
1927
1929
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
[24]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
Bahan dan alat sederhana untuk keperluan paking dan pemindahan lukisanGambar 26.
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
[25]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-
kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang
baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan
tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini
mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel
bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.
Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,
sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup
dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.
Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap
yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita
akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan
pada sebagian lukisan terserang rayap.
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:
a. Pembersihan
Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan
Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).
Lukisan berjudul Legong
karya Roland Strasser yang
semula berkondisi sangat rapuh
dan sebagian catnya yang tipis
itu terkelupas telah diperkuat
dengan bahan WRA-559 menjadi
kuat kembali. Pekerjaan tusir
warna dilakukan setelah seluruh
permukaan lukisan ditutup
dengan varnis yang berbahan
dasar polyvinyl. Dengan varnis
pelindung ini bahan warna
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai
Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena
tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah
varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan
yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses
pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses
penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek
memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur
yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu
susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan
dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu
dengan pengamatan ultra violet.
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi
Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
f. Fasilitas Kerja Konservasi
Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.
Gambar 27.Bahan kimia dan alat sederhana untuk keperluan konservasi lukisan
Gambar 28.Tataletak Perabot dalam Ruang Kerja Konservasi
Meja Lesehan
Mikroskop Digital
Fum
e Hoo
d Por
tabel
Tem
pat P
erka
kas
c. Penyempurnaan
Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.
MethylPVA Wheat
[26]
Lampu (TL) Ultra Violet
warna merah ini seperti warna merah pada umumnya.
bagian ini tidak menunjukkan adanya restorasi.
PENGAMATAN LUKISAN DENGAN SINAR MATAHARI (POLIKROMATIS).
warna merah pendar menunjukkan cat tertentu.
warna gelap ini menunjukkan bagian cat yang telah ditusir.
PENGAMATAN LUKISAN DENGAN ULTRA VIOLET.
Penerapan untuk Koleksi Lukisan, Tekstil, Kertas, dsb.
Lampu (TL) Ultra Violet
Gambar 29.
Digital MicroscopeAlat Perekam Gambar Mikro
Moisture MeterAlat Pengukur Kadar Air
pH MeterAlat Pengukur Keasaman
pH paper ini harus selalu dipakai untuk mengecek pH larutan apakah aman
terhadap benda yang akan dibersihkan ataupun terhadap alat steamer.
Perhatikan tabel terlampir untuk mengetahui aman tidaknya suatu
larutan kimia.
Weather Station
Pengenalan Alat Ukur Klimatologi dan Identifikasi
Gambar 30.
[27]
D. PENUTUPDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konservasi diarahkan pada pekerjaan
mempertahankan kondisi �sik seperti aslinya. Di sini lukisan cat minyak yang rapuh (sebelum dibersihkan) diperkuat sementara dengan kertas washi yang direkatkan dengan perekat PVAc. Proses berikutnya adalah penguatan tetap dengan cara mengimpregnasi lukisan dengan WRA-559. Pembungkusan lukisan secara thermosetting11 ini dimaksudkan untuk melindungi (bahan) lukisan awet, kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi iklim kita yang cenderung lembab (pada musim hujan) dan panas (pada musim kemarau). Pada kondisi iklim yang menunjukkan suhu rendah, kelembaban dan tekanan udara naik, tekanan uap air yang dikenal dengan tekanan barometrik ini akan mampu mengalirkan uap air menuju ke kesetimbangan pada ruangan yang memiliki celah-celah. Sehingga lukisan yang positif mengandung unsur-unsur logam akan dengan cepat mengalami oksidasi, yang selanjutnya akan menggerogoti kanvasnya. Disamping itu, akibat dari �uktuasi12 ini adalah terbawanya partikel debu dan polutan berbahaya lain kepermukaan lukisan. Fluktuasi kelembaban relatif juga mengakibatkan adanya konstraksi antara kanvas dan lapisan cat, yang akibatnya lukisan cat minyak mudah retak, terkelupas, rapuh, oksidasi pada varnis atau lukisan yang bermedia kertas menjadi bergelombang dan berjamur.
Pembersihan untuk mengangkat debu, varnis lama dan kotoran lain yang terikat WRA-559 dilakukan dengan cara swabbing (pengangkatan dengan kapas yang dilembabi). Bahan pelarut yang digunakan meliputi: campuran air distilasi dan alkohol (1:1), alkohol campur aseton (1:1), aceton atau 2-ethoxy-ethanol. Proses akhir adalah tusir (inpainting) dengan cat-minyak (Winston), berbinder minyak biji rami (linseed oil). Konservasi lukisan bermedia kertas (gra�s) dilakukan dengan cara swabbing, dan bahan pelarutnya adalah air distilasi yang dicampur dengan sabun (Triton X-100). Untuk lukisan bermedia kertas yang terdiskolorasi jamur besi (foxing) dikelantang dengan hidrogen peroksida 20%, yang selanjutnya dibilas dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1, swabbing).
11 Perekatan secara thermosetting adalah penerapan perekat (lem) dengan cara pemanasan (seterika), dan akan dapat dibuka kembali (reversible) dengan cara pemanasan lagi.
12 Pada kelembaban relatif 70% atau lebih dan suhu udara diatas 15 oC memungkinkan adanya pertumbuhan mikro-organisme seperti jamur dan serangan serangga. Sehingga pengaturan/ kontrol terhadap kelembaban dan suhu udara sangat menentukan keselamatan koleksi (lukisan). Brimblecombe (1983) dan Karp (1983) telah menjelaskan bagaimana pertukaran uap air di dalam lemari simpan atau pamer di suatu museum dan perhitungan kelembaban udaranya. Kesimpulan dari diskusinya itu adalah adanya substitusi tekanan parsial gas (uap air atau udara basah dan udara kering) yang berhubungan dengan kelembaban dan suhu udara pada suatu ruangan yang ber�uktuasi. Hasil survai menunjukkan bahwa antisipasi suhu udara yang tinggi dengan pemasangan AC (penyejuk ruangan) telah tidak menunjukkan hasil, karena suhu udara yang diturunkan (dengan uap air) dapat menaikkan kelembaban udara. Kelembaban dan Suhu Udara yang baik untuk koleksi di museum adalah Kelembaban Relatif (RH) = 50 - 60% dan Suhu Udara (T) = 20 - 25 oC. Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas bu�ering (MH) dan rekondisi silicagel.
[28]
Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan.
Gambar 32.
Ruang ATemperatur (°C)
Min. Ave. Max. 26 28 29
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.44 50 59
Ruang B.Temperatur (°C)
Min. Ave. Max. 27 28 28,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 75
Ruang C.Temperatur (°C)
Min. Ave. Max. 22 24 26,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 99
Ruang D.Temperatur (°C)
Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.72 74 76
Ruang E.Temperatur (°C)
Min. Ave. Max. 26 27 28
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.76 78 99
Ideal ~Cukup
Beresiko ~Bahaya
Cukup ~Beresiko
1
3
2
Data Iklim Mikro Lukisan
Keterangan :
Gambar 31. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisanterhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
BaikSedangRusak
0
200
400
600
800
1000
PastelCat minyakCat airBatikAkrilik
Jum
lah
Teknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan144 86 1.168268 52
80 %
5 % 8 %
77 %
2 % 7 %
85 %
1 % 9
% 4 %
4 %
4 %62
%
18
%
77 %
Kondisi dan Lokasi
0
100
200
300
400
500
600
Jum
lah
(Per
seba
ran/
Pre
sent
asi &
Kon
disi)
A B C D E
485
(29%
)
448
(26%
)
221
(13%
)
389
(23%
)
151
(9%
)
408
(84%
)6
(1,2
%) 71
(15%
)
371
(82%
)25
(6%
)52
(12%
)
139
(62%
)12
(5%
) 70 (3
2%)
333
(86%
)9
(2%
) 47 (1
2%) 12
3 (8
1%)
12 (8
%)
16 (1
1%)
Jumlah
BaikSedangRusak
Persebaran& Presentase
Kon
disi
[29]
BAHAN ACUAN:
1. Brimblecombe, Peter and B. Ramer (1983): Museum Display Cases And The Exchange Of Water Vapours, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 179-188.
2. Cli�ord, James (1988): Predicament of Culture, Mass., Harvard Univ.
3. Colin Pearson dan Puji Yosep Subagiyo (1995): Profesionalisme Kerja di Museum, Pembentukan Struktur Klasi�kasi Konservator, Majalah Kebudayaan, Jakarta, Depdikbud.
4. Guralnik, David B., Editor (1982): Webster’s NewWorld Dictionary, Second College Edition, New York, Simon & Schuster.
5. Humar Sahman (1993): Mengenali Dunia Seni Rupa, Semarang, IKIP Semarang Press.
6. Karp, Cary (1983): Calculating Atmospheric Humidity, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 24-28.7. Leene, Jentina E. (1972): Textile Conservation, London, Butterworths.8. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber.9. Nicolaus, Knut (1999): The Restauration of Paintings, English edition, Slovenia, Konemann.
10. Oddy, Andrew (1992): Art of Conservator, British Museum, London.11. Pad�eld, T (1992): Trouble In Store, IIC Washington Congress, Washington DC.12. Pearce, Susan M. (1989): Museum Studies In Material Culture, Washington, Smithsonian Instution.13. Pearce, Susan M. (1990): Archaeological Curatorship, Washington DC, Smithsonian Instution.14. Przibram, Karl and John E.C. (1956): Irradiation Colours and Luminescence, London, Pergamon Press Ltd.15. Radley, J.A. and Julius Grant (1954): Fluorescence Analysis in Ultra Violet Light, London, Chapman & Hall Ltd.16. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd.17. Shugar, Gershon J. and Jack T. Ballinger (1990): Chemical Technicians’ Ready Reference Handbook, 3rd. Edn., McGraw-Hill,
Inc., New York.18. Stoves, J.L. (1957): Fiber Microscopy, London, National Trade Press.19. Puji Yosep Subagiyo (1996): Metal Thread Examination for Determining the Date, Origin and Distribution, International
Symposium on Indonesia Textiles, Jambi, Museum Nasional.20. Puji Yosep Subagiyo (2002): Tata Pamer Tekstil di Museum, Bekasi, Primastoria Studio.21. Puji Yosep Subagiyo (2006): Identi�kasi Kanvas Lukisan: Pencarian Identitas dan Penyebab Kerusakan, Balai Konservasi -
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Provinsi DKI Jakarta.22. Supardi Hadiatmodjo (1990): Sejarah Senirupa Eropa, Semarang, IKIP Semarang Press.23. Thomson, G. (1981): Museum Environment, London, Butterworths.24. Vandiver, Pamela B, et.al. (1990): Materials Issues in Arts and Archaeology II, Pittsburg, MRS.25. van Vlack, Lawrence H. (1985): Elements of Materials Science and Engineering, Mass., Addison-Wesley.26. Weintraub, Steven (2002): Demystifying Silica Gel, Object Specialty Group Postprints (vol. 9), Washington, D.C., American
Institute for Conservation (AIC).27. Yurdun, Turkan, Seher Karsli Ceppioglu and R. Gurcan Oraltay (2012): Investigation of Metal Wired Coloured Historical Textile
Using Scanning Electron Microscopy and HPLC-DAD, J. Chem. Chem. Eng. 6 (2012) 591-598.
Perbandingan Jumlah Kerusakan
Lukisan Cat-minyak terhadap Lokasi
dan Media.
Gambar 33.
0
10
20
30
40
50
60 KayuTripleksHard boardKanvas
A.485 B.448 C.221 D.389 E.151
Lokasi, Jumlah Koleksi dan Media
Jum
lah
Ke
rusa
kan
001100 00
22
5
1
4
2
5
391
42
45
56
[30]
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi
Untuk konversi satuan, kunjungi situs: http://www.easyunitconverter.com/
Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.Displai/ monitor harga
hasil pengamatan.
Sensor/ cell penangkap sinar.
Lux Meter(Alat pengukur intensitas cahaya)
1. Kuat Penerangan (Illumination, E)
E =F (Fluks)A (Luas) = Lumen
m2 = Lux.
2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule.
3. Fluks Cahaya (F) = Energi (Joule/m2)
Waktu (Jam)JT =
4. Kuat Cahaya (I) = E.R2
Cos Q = Lumen.m = Candela
Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela.Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).
Sensor suhu dankelembaban udara
Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.
Panel monitor menunjuk-kan besaran angka dan satuan
-
Ultra Violet Monitor (4 in 1)(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)
KONVERSI ENERGI:1 Joule = 107 erg.
Kelembaban Udara (RH) = %Suhu Udara (T) = 0CKuat Penerangan (E) = LuxKuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen
1 kwh = 3.600.000 J.1 Kalori = 4,1868 J.KONVERSI DAYA:1 watt = 1 Joule/ detik.1 HP = 0,746 wattEnergi = kekuatan untuk melakukan usaha.Daya = kekuatan tenaga. Lampu TL Ultra Violet, National,100 volt/ 50 Hz., Type FL 205,Panjang gelombang = 263 nm. Energi = 2 μW/cm2.
Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.
Catatan :1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6
1 n (nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9
CATATAN :E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda,
bersatuan m; Q = menyatakan besarnya sudut antara
sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan.
Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor:
[31]
Wet & Dry Bulb Psychrometer
Suhu dan Kelembaban Udara
Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.
INAKURASI + 2%
Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi
selis
ih h
arga
“Wet & Dry Psychrometer”sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian.Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besar- nya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.
Maintenans Alat:Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.
Sling PsychrometerAlat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Belakangan perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembab- annya.
Thermohygrometer
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.
Tanganan pemegang pena pencatat
Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari
Pena pencatat RH dan T
Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.
INAKURASI (INACCURACY):+ 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)
Referensi:Bachmann (1992:15-22)Thermohygrograph
Kertas grafis
Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.
Catatan:Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasil- kan panas setara dengan 100 watt lampu pijar.
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi
[32]
KELEMBABAN DAN SUHU UDARA
RH = kelembaban absolut suatu udarakelembaban absolut udara jenuh
pada suhu sama
x 100%
2. Satuan-satuan Satuan Suhu (T)Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32}Reamur (R)Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9}Kelvin (K) ===> C = (K-273)
Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)
Thermohygrometer elektronik
Sens
or s
uhu
dan
kele
mba
ban
udar
a.
1. Pengertian/ Definisi
Alat ini dipakai untuk mengukur suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan tanpa kita harus masuk kedalam ruangan yang akan kita ukur. Alat ini dilengkapi sensor yang dapat ditarik dan dilewatkan pada dinding.
Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan.Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun.Kelembaban retatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.
Contoh:Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%.Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”. Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.
Climate Datalogger
Suhu dan Kelembaban UdaraPengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi
Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari,
minggu atau bulan.
[33]
Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:
0020
C.minyakCat air
TintaAkrilik
PastelKrayon
Lain-lain
KanvasKertas
HardboardTripleks
KayuKaca
LogamLain-lain
C.minyakAquarelPastel
TemperaLitografiBatik
KolaseLain-lain
A. KETERANGAN POKOK
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 1
B. SAMPLING1. Nomor Inv.:
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)
2. Judul :
3. Seniman:
4. Tahun:
5. Bahan:
6. Tehnik:
7. Ukuran:
Tema:
Aliran Seniman:
Hutan Wataturi Irian
Abstraktif
1. Jenis Tenunan : Tabby 2/2
2. Kerapatan Tenunan: Agak longgar, regular
3. Jumlah Benang: 28/24
4. Arah Pilinan: Z
5. Kuat Pilinan:
6. Jenis Serat:
7. Keterangan Kanvas:
per 1 cm2
Srihadi Soedarsono
1968
Cat
Media
C. FOTO
No. Sample: 008
Tempat Sample
No. Foto: 0020
E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:
2. Catatan Pengamatan Teknis:
Bagian atas noda ada goresan
20Lamp. LPL
Periode/ Angkatan:
92 x 141 cm
DET
AIL
MED
IAFO
TO D
EPA
ND
etai
l Oby
ek /
Luki
san
Bel
akan
g
[Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%); CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]
Regular
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4).
b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis (Mayer: 244-245). Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat.
c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:
Tanda tanganKonservator
Konservator:
Penjelasan :
[34]
Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:
2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:
Tanda tanganKonservator
Konservator:
0035
C.minyakCat air
TintaAkrilik
PastelKrayon
Lain-lain
KanvasKertas
HardboardTripleks
KayuKaca
LogamLain-lain
C.minyakAquarelPastel
TemperaLitografiBatik
KolaseLain-lain
A. KETERANGAN POKOK
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 2
B. SAMPLING1. Nomor Inv.:
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)
2. Judul :
3. Seniman:
4. Tahun:
5. Bahan:
6. Tehnik:
7. Ukuran:
Tema:
Aliran Seniman:
Ketoprak
Manusia
1. Jenis Tenunan : Tabby 1/1
2. Kerapatan Tenunan: Longgar sekali, regular
3. Jumlah Benang: 12/18
4. Arah Pilinan: Z
5. Kuat Pilinan: Lemah, irregular
6. Jenis Serat:
7. Keterangan Kanvas:
per 1 cm2
S. Sudjojono
1970
Cat
Media
C. FOTO
No. Sample: 038
Tempat Sample
No. Foto: 0035
E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:
2. Catatan Pengamatan Teknis:
Lukisan bertekstur, banyak tambalan di belakang
35Lamp. LPL
Periode/ Angkatan:
118 x 78 cm.
DET
AIL
MED
IAFO
TO D
EPA
ND
etai
l Oby
ek /
Luki
san
Bel
akan
g
[Hasil Identifikasi XRF: Al2O3 (6%); SiO2 (12%); P2O5 (1%); S (8%); K20 (5%); CaO (10%); TiO2 (3%); Fe2O3 (5%); ZnO (33%); SrO (1%); BaO (18%)]
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4), dan Barium Sulphate, serta Silicon Dioxide (SiO2).
b. Alumina Hydrate (Aluminum Hydroxide) dan Titanium White (Pigment White 6) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti
Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
Penjelasan :
[35]
Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:
2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:
Tanda tanganKonservator
Konservator:
0007
C.minyakCat air
TintaAkrilik
PastelKrayon
Lain-lain
KanvasKertas
HardboardTripleks
KayuKaca
LogamLain-lain
C.minyakAquarelPastel
TemperaLitografiBatik
KolaseLain-lain
A. KETERANGAN POKOK
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 3
B. SAMPLING1. Nomor Inv.:
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)
2. Judul :
3. Seniman:
4. Tahun:
5. Bahan:
6. Tehnik:
7. Ukuran:
Tema:
Aliran Seniman:
Kapal
Alam & Benda
1. Jenis Tenunan : Tabby 1/1
2. Kerapatan Tenunan:
3. Jumlah Benang: 16/16
4. Arah Pilinan: Z
5. Kuat Pilinan: Irregular
6. Jenis Serat: Linen?
7. Keterangan Kanvas: Kanvas dibuat dari linen halus
per 1 cm2
Basuki Abdullah
1976
Cat
Media
C. FOTO
No. Sample: 021
Tempat Sample
No. Foto: 0007
E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:
2. Catatan Pengamatan Teknis:
Kondisi cat mengelupas diseluruh permukaan
Lamp. LPL
Periode/ Angkatan: 130 x 100 cm
100 x 130 cm
DET
AIL
MED
IAFO
TO D
EPA
ND
etai
l Oby
ek /
Luki
san
Bel
akan
g
[Hasil Identifikasi XRF: Al2O3 (5%); SiO2 (10%); P2O5 (1%); S (6%); Cl (4%); K20 (2%); CaO (48%); TiO2 (17%); Fe2O3 (2%); ZnO (6%)]
a. Kanvas ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Titanium White (Pigment White 6). Titanium White disebut juga sebagai Titanium.
b. Alumina Hydrate (Aluminum Hydroxide) dan Silicon Dioxide (SiO2) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. Kedua bahan ini tidak berfungsi sebagai cat tetapi sebagai bahan pengisi/ campuran cat (Inert Pigment), pengering, atau mengintensifkan warna cat.
c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
7
Penjelasan :
[36]
War
isan
buda
ya t
erm
asuk
di d
alam
nya
bend
a se
ni d
an b
uday
a di
gal
eri a
tau
mus
eum
yan
g in
tegr
al d
enga
n su
mbe
r da
ya p
enge
lola
nya
mer
upak
an a
set
yang
pe
ntin
g. Ke
kaya
an te
rsebu
t tela
h men
jadi
sasa
ran p
okok
peng
elola
an (m
anaj
emen
) dan
ob
jek u
tam
a ya
ng m
elahi
rkan
keg
iata
n pe
ntin
g. K
egia
tan
pent
ing
itu a
dala
h pe
lesta
rian;
bai
k mela
lui p
enda
taan
(stu
di ko
leksi,
dll.)
yang
men
ghas
ilkan
arte
fakt
ual
doku
men
seb
agai
oby
ek p
eneli
tian
lanj
utan
, at
au k
onse
rvas
i �s
ik ak
tuil
yang
m
engu
paya
kan k
ondi
si �s
ik be
nda k
olek
si te
tap l
esta
ri.M
elalu
i “Bi
mbi
ngan
Tekn
is Ko
nser
vasi
Lukis
an” a
kan m
enjel
aska
n ten
tang
taha
pan
peng
enal
an lu
kisan
seb
agai
lang
kah
awal
unt
uk m
enin
gkat
kan
apre
siasi
terh
adap
ka
rya
seni
ata
u be
nda
buda
ya. T
ertib
kelo
la d
alam
pen
yimpa
nan
dan
pam
eran
lukis
an
juga
ditu
njuk
kan m
elalu
i ker
tas k
erja
yang
berk
aita
n den
gan p
enda
taan
bend
a (Le
mba
r In
vent
aris)
, su
rvai
kon
disi
bend
a (L
emba
r Ko
ndisi
Kol
eksi)
dan
sur
vai
klim
atol
ogi
(Lem
bar D
ata
Klim
atol
ogi).
Di s
ini a
kan
dipe
rken
alka
n pu
la d
atab
ase
kolek
si un
tuk
mem
perm
udah
pen
caria
n ko
leksi,
pem
utak
hira
n da
ta, s
erta
inte
gras
i sem
ua se
ksi a
tau
bida
ng te
rkai
t.
KONS
ERVA
SI LU
KISA
NMa
teri P
okok
- Bim
binga
n Tek
nis
Tipe :
Das
ar - L
anjut
5.00
0 μm
= 5
mm
= 0
,5 cm
1. K
anva
s asli
lu
kisa
n (k
iri)
Perb
. 30X
2. K
anva
s dob
elan
lu
kisa
n (k
anan
). Pe
rb. 3
0X
76
45
Gam
bar 5
ini m
enun
jukk
an c
lose
-up
pada
sem
ua si
si lu
kisa
n. B
agia
n in
i m
enun
jukk
an p
aku
berk
arat
dan
pe
rbed
aan
kanv
as a
sli d
an k
anva
s do
bela
n.
paku
ber
kara
t
DETA
IL
1.00
0 μm
12
Anal
isis K
erus
akan
& G
amba
ran
Kons
erva
si Lu
kisa
n
Pena
ngan
an k
onse
rvas
i dan
rest
oras
i se
tela
h pr
oses
pen
gam
atan
.Pe
ngam
atan
reta
kan
dan
kons
truk
si pe
ndob
elan
kan
vas d
enga
n pe
reka
t.
Varn
is la
ma
haru
s di
angk
at u
ntuk
m
enge
tahu
i war
na &
teks
tur c
at a
sli { K
anva
s 1
Prim
ing
{ Kan
vas
2pe
reka
t kan
vas
1 +
2
cat/
prim
ing
yang
tera
ngka
t ha
rus
dira
taka
npe
ndob
elan
kan
vas
seha
rusn
ya
dila
kuka
n se
tela
h m
enga
tasi
re
taka
n da
n pe
ngan
gkat
an c
at.
Cat
3Ga
mba
r 4 m
enun
jukk
an c
lose
-up,
yan
g m
ana
pada
sisi
baw
ah lu
kisa
n te
lah
term
akan
bub
uk.
Doku
men
tasi
Kole
ksi (
desk
ripsi
visu
alda
n fo
togr
a�)
Tota
l Wak
tu: 2
0 Ja
m
Surv
ei d
an K
ontro
l Klim
atol
ogi
Kont
rol K
erus
akan
Bio
tis
Paki
ng d
an Tr
ansp
orta
si
Tata
-Sim
pan
dan
Pam
er
Man
ajem
en K
olek
si (K
uras
i)
No.
Ma
teri
Hari
dan
Jam
Jeni
sDu
rasi
Hari
1
Hari
2
Hari
3
Hari
1
Hari
1
Hari
2
Hari
2
Hari
2
Hari
3Ha
ri 3
(09:
00 -
11:0
0)
(09:
00 -
12:0
0)
(14:
00 -
16:0
0)
(11:
00 -
12:0
0)
(13:
00 -
16:0
0)
(13:
00 -
14:0
0)
(14:
00 -
15:0
0)
(15:
00 -
16:0
0)
(11:
00 -
12:0
0)(0
9:00
- 11
:00)
Hari
3(1
3:00
- 14
:00)
01 02 03 04 05 06 07 08 09
Teor
i & Pr
aktik
(TP
)
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
Teor
i & Pr
aktik
(TP
)
2 Ja
m
1 Ja
m
1 Ja
m
8 Ja
m
1 Ja
m
1 Ja
m
2 Ja
m
2 Ja
m
2 Ja
m
Peng
enala
n lu
kisan
: je
nis-j
enis
lukis
an,
kons
truks
i dan
sifa
t-sifa
t bah
an.
Surv
ei
kond
isi
lukis
an
dan
peny
usun
an
usul
an ko
nser
vasi.
Kons
erva
si/ r
esto
rasi
lukis
an:
pem
bersi
han
(bru
shin
g, v
acuu
min
g, s
wab
bing
& s
olve
nt),
peng
uata
n (se
men
tara
, per
man
en, li
ning
, dll.)
, fra
min
g-re
fram
ing
(re/s
tretc
hing
, lin
ing,
dll.)
, pe
ngaw
etan
(fu
mig
asi,
dll.),
dan
res
tora
si (p
ende
mpu
lan, in
pain
ting,
dll.)
Pem
egan
g Un
esco
Fel
low
ship
Aw
ard
dari
tahu
n 19
89 s
ampa
i 199
2 in
i men
dapa
tkan
pe
ndid
ikan
sain
s kon
serv
asi d
i Tok
yo N
atio
nal R
esea
rch
Inst
itute
for C
ultu
ral P
rope
rtie
s (T
NRI
CP),
Jepa
ng d
ari 1
989-
1990
; per
nah
men
giku
ti ku
rsus
“sp
ottin
g” d
i Int
erna
tiona
l Fa
bric
are
Inst
itute
(IFI
) di M
aryl
and
- Am
erik
a Se
rikat
; ser
ta m
engi
kuti
berb
agai
kur
sus
anal
isis k
onse
rvas
i di M
useu
m C
onse
rvat
ion
Inst
itute
(MCI
) of t
he S
mith
soni
an In
stitu
tion
di W
ashi
ngto
n D
.C., A
mer
ika
Serik
at (1
991-
1992
). Se
lam
a pe
riode
mag
ang
di S
mith
soni
an In
stitu
tion,
Sub
agiy
o te
lah
men
gada
kan
kunj
unga
n ob
serv
asi d
i lab
orat
oriu
m-la
bora
toriu
m m
useu
m d
an le
mba
ga p
enel
itian
di
kota
New
Yor
k, H
arris
burg
, da
n W
ashi
ngto
n D
.C.
Ia p
erna
h am
bil
bagi
an d
alam
pe
ngam
atan
ker
usak
an p
akai
an a
stro
nout
di N
atio
nal A
ir an
d Sp
ace
Mus
eum
(NAS
A) d
i Was
hing
ton
D.C
. dan
dem
o pe
ncel
upan
war
na
di C
arne
gie
Mel
lon
Colle
ge, M
aryl
and.
Pad
a ak
hir t
ahun
201
3,
Suba
giyo
m
elak
ukan
ku
njun
gan
obse
rvas
i di
M
useu
m
Nas
iona
l Tok
yo d
an M
useu
m J
oshi
bi U
nive
rsity
of A
rt a
nd
Des
ign,
Kan
agaw
a - J
epan
g.Pu
ji Yo
sep
Suba
giyo
lahi
r di P
urw
orej
o, Ja
wa
Teng
ah. I
a ad
alah
seor
ang
kons
erva
tor s
enio
r ber
sert
i�ka
si in
tern
asio
nal,
dan
seja
k 19
86 te
lah
beke
rja d
i Mus
eum
Nas
iona
l, Ke
men
teria
n Pe
ndid
ikan
dan
Keb
uday
aan.
Sub
agiy
o ya
ng t
elah
mem
iliki
pe
ndid
ikan
leb
ih d
ari
8.00
0 ja
m d
an 2
5 ta
hun
berp
enga
lam
an d
i bi
dang
kons
erva
si, b
anya
k mel
akuk
an p
enel
itian
ane
ka b
ahan
- te
knik
pem
buat
an te
kstil
tr
adisi
onal
dan
luki
san,
pen
ulisa
n, r
anca
ng-b
angu
n da
taba
se k
onse
rvas
i da
n ku
rasi,
m
engi
kuti
dan
pem
bica
ra
pada
be
rbag
ai
sem
inar
in
tern
asio
nal.
Di S
tudi
o Pr
imas
toria
, ia
juga
mel
ayan
i jas
a ko
nsul
tasi
dan
kons
erva
si te
kstil
, luk
isan,
loga
m, d
an a
neka
ben
da e
tnog
ra�.
Pro�
l dan
Riwa
yat In
struk
tur
Alam
at R
umah
dan
Stu
dio
:Ta
man
Ala
man
da Bl
ok BB
2 No.
55-5
9, Be
kasi
1751
0, In
done
siaW
eb: p
rimas
toria
.net
Emai
l: mas
yose
p66@
gmai
l.com
Phon
e : (0
21) 2
210
2913
M
obile
: 081
2 83
60 4
95
S TOR
iAPR
iMA
R
CD insid
e
Memb
angu
n Iko
n dan
Kuali
�kas
iPr
ofes
i Kon
serv
ator
di M
useu
mM
elal
ui B
imbi
ngan
Tekn
isKo
nser
vasi
Teks
til da
n Luk
isan
Spes
ialisa
si &
Kom
pete
nsi
Pres
tasi
dan P
engh
arga
an1.
Pem
egan
g U
nesc
o Fe
llow
ship
Aw
ard
dari
tahu
n 19
89 sa
mpa
i 199
2.2.
Pen
ulis
an a
rtik
el te
ntan
g te
kstil
, kon
serv
asi d
an m
anaj
emen
kol
eksi
mus
eum
(199
3 - 1
995,
M
ajal
ah M
useo
gra�
dan
Maj
alah
Keb
uday
aan,
Dep
dikb
ud -
Jaka
rta)
.3.
Seb
agai
Edi
tor
dan
Anot
ator
unt
uk t
erje
mah
an B
uku
Seni
Bat
ik d
ari B
ahas
a Be
land
a ke
Ba
hasa
Indo
nesi
a (1
994-
5, IS
I Yog
ya -
Yaya
san
Toyo
ta).
4. P
embi
cara
Sem
inar
Inte
rnas
iona
l ten
tang
Tek
stil
Trad
isio
nal
tahu
n 19
94 (J
akar
ta),
1996
(J
ambi
), 19
99 (D
enpa
sar)
dan
200
0 (T
okyo
Uni
vers
ity -
Toyo
ta F
ound
atio
n).
Cata
tan:
Mak
alah
ber
judu
l “T
he C
lass
i�ca
tion
of In
done
sian
Text
iles B
ased
on
Stru
ctur
al, M
ater
ial a
nd T
echn
ical
An
alys
es (
1994
)” m
enja
di r
ujuk
an P
rof.
Basa
vara
j S.
Ana
mi
dan
Prof
. Mah
ante
sh C
. Ele
mm
i da
lam
In
tern
atio
nal
Jour
nal
of S
igna
l Pr
oces
sing
, Im
age
Proc
essi
ng a
nd P
atte
rn R
ecog
nitio
n (Ju
dul
Tulis
an: “
A Ru
le B
ased
App
roac
h fo
r Cla
ssi�
catio
n of
Shad
es o
f Bas
ic C
olor
s of
Fabr
ic Im
ages
” ), V
ol. 8
, No.
2
(201
5), p
p. 3
89-4
00.
5. S
ebag
ai n
ara
sum
ber B
imte
k Pe
rmus
eum
an -
Kons
erva
si (1
996,
Din
as M
useu
m d
an S
ejar
ah
DKI
Ja
kart
a);
Bim
tek
Kons
erva
si
Teks
til
(200
0,
Mus
eum
Te
kstil
Ja
kart
a);
Bim
tek
Perm
useu
man
- K
onse
rvas
i (
2002
, As
dep
Kese
nian
- K
embu
dpar
); su
rvai
kon
disi
luk
isan
, ra
ncan
g-ba
ngun
dat
abas
e da
n pe
nyus
unan
renc
ana
indu
k pr
eser
vasi
(200
2 - 2
003,
Ista
na
Kepr
esid
enan
di J
akar
ta -
Bogo
r - C
ipan
as -
Yogy
a - B
ali).
6. P
embi
cara
Sem
inar
Nas
iona
l ten
tang
War
na A
lam
i (19
99, Y
ogya
kart
a) d
an K
onse
rvas
i Lu
kisa
n (2
002,
Jaka
rta)
.7.
Seb
agai
nar
a su
mbe
r kaj
ian
Batik
Pan
tai U
tara
Jaw
a da
n M
adur
a (1
994,
ISI Y
ogya
- U
niv.
To
kyo
- Yay
asan
Toy
ota)
dan
kaj
ian
kanv
as lu
kisa
n (2
006,
Pen
caria
n Pe
nyeb
ab K
erus
akan
da
n Id
entit
as L
ukis
an, B
alai
Kon
serv
asi -
Jaka
rta)
.8.
Ran
cang
-ban
gun
data
base
kol
eksi
mus
eum
(201
2, M
useu
m N
asio
nal -
Jaka
rta)
.9.
Men
yusu
n ko
mpi
lasi
nask
ah ya
ng b
erhu
bung
an d
enga
n te
kstil
, kon
serv
asi d
an
anal
isis b
ahan
(Prim
asto
ria S
tudi
o, 2
013)
.10
. M
enyu
sun
lapo
ran
hasi
l Obs
erva
si T
ekst
il di
Mus
eum
Nas
iona
l (P
rim
asto
ria
Stud
io, 2
014-
15).
11. S
ebag
ai N
aras
umbe
r Kon
serv
asi T
ekst
il pa
da W
orks
hop
Kons
erva
si di
Bo
robu
dur -
Mag
elan
g, B
ogor
- Ja
wa
Bara
t dan
TM
II Ja
kart
a (2
015)
.
1. P
eren
cana
an d
an p
elak
sana
an p
eker
jaan
kon
serv
asi t
ekst
il da
n lu
kisa
n :
* Su
rvai
kon
disi
(iden
ti�ka
si ba
han
dan
keru
saka
n, m
embu
at u
sula
n tin
daka
n ko
nser
vasi,
pem
buat
an d
okum
enta
si, k
alku
lasi
wak
tu d
an b
iaya
).* P
elak
sana
an p
eker
jaan
kon
serv
asi.
2. Pe
ngua
saan
sain
s kom
pute
r (ka
lkul
asi m
atem
atis,
pem
rogr
aman
data
base
, 3D
mod
ellin
g, ill
ustra
tion,
dsb
.) un
tuk
aplik
asi s
istem
per
enca
naan
dan
pen
gem
bang
an k
onse
rvas
i yan
g be
rbas
is sa
ins k
onse
rvas
i (p
ener
apan
sifa
t �sik
- ki
mia
wi b
ahan
, pen
garu
h ja
sad
hidu
p/ b
iotis
, fak
tor i
klim
, dan
inte
rpre
tasi
alat
uku
r dig
ital/
man
ual):
* Ra
ncan
g-ba
ngun
dat
abas
e un
tuk
surv
ai k
ondi
si ke
tera
wat
an d
an k
ondi
si kl
imat
olog
i unt
uk
eval
uasi
tekn
is ko
nser
vasi
dan
uji k
ompe
tens
i ten
aga
kons
erva
si.*
Ranc
ang-
bang
un s
istem
/ mod
el u
ntuk
sim
ulas
i tat
a le
tak
(map
ping
) ged
ung,
ruan
g, le
mar
i, ko
leks
i be
rikut
kal
kula
si uk
uran
dim
ensi
(obj
ek)
dan
kalk
ulas
i ke
butu
han
sert
a ef
ek a
lat
penu
njan
g di
spla
i-sto
rage
-kon
serv
asi
(kon
sum
si da
ya l
istrik
, ko
nver
si en
ergi
sem
ua j
enis
lam
pu, h
ubun
gan
�ukt
uasi
- tek
anan
bar
omet
rik, k
ebut
uhan
ala
t-ba
han-
biay
a, d
sb.).
* Pem
buat
an p
aket
pel
atih
an e
lekt
roni
s (e-
Lear
ning
Pac
k) u
ntuk
kon
serv
asi &
kur
asi.
3. P
engu
asaa
n sa
ins k
ompu
ter u
ntuk
mem
bant
u pe
renc
anaa
n da
n pe
ngem
bang
an d
okum
enta
si, k
uras
i da
n re
gist
rasi
:*
Ranc
ang-
bang
un d
atab
ase
kole
ksi m
useu
m d
an g
aler
i yan
g m
emili
ki �
tur
untu
k m
emud
ahka
n pe
ncar
ian,
val
idas
i tat
a-le
tak,
val
idas
i sya
rat m
inim
um e
ntri
data
, map
-tra
ckin
g as
al k
olek
si/
seni
man
, pen
angg
alan
rela
tif, c
odin
g tin
gkat
ker
usak
an -
jeni
s ba
han
(kon
vers
i dat
a te
ks k
e nu
mer
ik),
aplik
asi c
ompu
teriz
ed-o
ptic
al-m
icro
scop
e unt
uk m
engu
kur o
bjek
skal
a m
ikro
met
er,
dsb.
[1
mik
ro =
1 p
er se
juta
]4.
Kaj
ian
tekn
is da
n ba
han
kole
ksi u
ntuk
dok
umen
tasi,
kons
erva
si, ku
rasi,
regi
stra
si da
n ka
jian
tingk
at la
njut
.
top related