optimalisasi minuman kopi non kafein dari bahan...
Post on 05-Mar-2019
242 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OPTIMALISASI MINUMAN KOPI NON KAFEIN DARI BAHAN DASAR
PETAI CINA DENGAN PENAMBAHAN KETAN HITAM
DAN JAHE SEBAGAI AROMA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
NONI TRI HASTUTI
A 420102015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan ini pembimbing skripsi/ tugas akhir :
Nama : Dr. Siti Chalimah, M.Pd.
NIP/NIK/NIDN : 07116125901
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Noni Tri Hastuti
NIM : A 420102015
Program Studi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi :
”OPTIMALISASI MINUMAN KOPI NON KAFEIN DARI BAHAN
DASAR PETAI CINA DENGAN PENAMBAHAN KETAN HITAM DAN
JAHE SEBAGAI AROMA”
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, Januari 2014
Pembimbing
Dr. Siti Chalimah, M.Pd
NIDN. 07116125901
OPTIMIZATION OF DECAFFEINATED COFFEE BEVERAGES MADE
FROM DRIED PETAI CINA (Leucaena leucocephala) WITH THE
ADDITION OF BLACK GLUTINOUS RICE AND GINGER
AS A FLAVOUR
Noni Tri Hastuti1, Dr. Siti Chalimah, M.Pd
2.
Biology Education Studies Program, Faculty of Teacher Training and Education,
University of Muhammadiyah Surakarta, 2014, 1)
Students, noniviolentzain@yahoo.com
2)
Lecturer in Biology Education Program, Teaching Staff,
, sitichalimah@ums.ac.id
ABSTRACT
Petai cina (Leucaena leucocephala) has a potency to be processed to
decaffeinated coffee beverages. The purpose of this study are (1) to determine the
optimal concentration of petai cina in the decaffeinated coffee by panelists test (2)
to know the differences in taste, flavour, color and texture of decaffeinated coffee
beverages from petai cina various concentrations and (3) to determine the
acceptability of decaffeinated coffee beverage from petai cina with the addition of
black glutinous rice and ginger as a flavour. The method used was completely
randomized design (CRD) with 1 factor, namely the concentration of petai cina
using five treatments ( 0, 2 ,4, 6 and 8 g ) was 2 g of dried petai cina with the
addition of 2 g black glutinous rice and ginger mixture (1:1). Data were analyzed
using one way anova. The results showed that the optimal concentration was 2 g
of dried petai cina, 88% of panelists choose this product and give a high
acceptability score. The panelists give 3.56 (very tasty) score for the taste; 3.32
(savory) score for flavour; 2.8 (black) score for colour and 4.0 (smooth) score for
texture.
Keywords: decaffeinated coffee, petai cina, black glutinous rice, ginger
OPTIMALISASI MINUMAN KOPI NON KAFEIN DARI BAHAN DASAR
PETAI CINA DENGAN PENAMBAHAN KETAN HITAM
DAN JAHE SEBAGAI AROMA
Noni Tri Hastuti1, Dr. Siti Chalimah, M. Pd
2.
1Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS, noniviolentzain@yahoo.com
2Staf Pengajar UMS Surakarta sitichalimah@ums.ac.id
ABSTRAK
Petai cina berpotensi untuk diolah sebagai bahan dasar pembuatan
minuman kopi non kafein. Salah satu kelemahan dari kopi non kafein berbahan
dasar petai cina adalah aroma. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui
konsentrasi optimal petai cina untuk minuman kopi non kafein yang paling
disukai oleh panelis (2) mengetahui perbedaan rasa, aroma, warna dan tekstur
minuman kopi non kafein dengan bahan dasar petai cina berbagai konsentrasi
dan (3) mengetahui daya terima panelis terhadap minuman kopi non kafein dari
bahan dasar petai cina dengan penambahan ketan hitam dan jahe sebagai aroma.
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor, yaitu
konsentrasi petai cina menggunakan lima perlakuan (0, 2, 4, 6 dan 8 g) dengan
penambahan campuran ketan hitam dan jahe (1:1) sebanyak 2 g. Data kemudian
dianalisis menggunakan one way anava. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi optimal petai cina untuk minuman kopi non kafein yang paling
disukai oleh konsumen dengan daya terima tertinggi 88% yaitu perlakuan 2 g
petai cina. Skor penilaian konsumen terhadap produk terpilih adalah untuk rasa
3,56 (sangat enak); aroma 3,32 (sedap); warna 2,8 (hitam) dan tekstur 4,0
(halus).
Kata kunci : kopi non kafein, petai cina, ketan hitam, jahe
A. Pendahuluan
Minuman kopi banyak
digemari oleh masyarakat seluruh
dunia. Aroma dan rasa yang khas
pada kopi seringkali membuat para
penikmat kopi merasa kecanduan.
Kopi mengandung banyak
antioksidan yang dapat menghambat
penyakit yang disebabkan oleh
kerusakan oksidatif. Kopi bermanfaat
mengurangi resiko stroke, parkinson,
mencegah kanker, meningkatkan
fungsi kognitif, mengobati liver,
meningkatkan kerja fisik dan
membuka peredaran darah. Namun
disi lain kopi memiliki dampak
negatif karena mengandung kafein.
Kafein merupakan stimulan yang
bersifat mencandu dan memberikan
efek merangsang. Kafein ialah
alkaloid yang tergolong dalam
methylxanthine bersama-sama
senyawa tefilin dan teobromin
sebagai penenang sistem saraf pusat
(Fulder dalam Syah, 2008).
Kafein yang berlebihan
mempengaruhi sistem
kardiovaskuler, seperti peningkatan
detak jantung dan tekanan darah.
Kafein mempengaruhi pembuluh
darah dengan cara mempersempit
pembuluh darah ke otak, akibatnya
kerja jantung meningkat dan
terjadilah hipertensi. Konsumsi kopi
setiap hari lebih dari satu kali,
memiliki resiko untuk tejadi
hipertensi 4,52 kali lebih besar
dibandingkan yang mengkonsumsi
kopi satu kali setiap hari atau
kadang-kadang (Saifulah dalam
Ernita, 2011). Nurdiana (2013),
menyatakan bahwa kandungan
kafein pada kopi dapat
mempengaruhi kualitas tidur
sesorang. Tidur orang yang
mendapat kopi kafein 53,3%
berkualitas sedang, 73,3%
berkualitas baik. Oleh karena itu
disarankan, terutama mahasiswa
tidak selalu mengkonsumsi kopi
karena dapat mempengaruhi kualitas
tidur.
Para pecandu kopi bagaikan
dilema karena di satu sisi kopi
mengandung antosianin yang baik
bagi kesehatan tapi disisi lain kafein
yang terkandung pada kopi dapat
mengancam kesehatan bila
dikonsumsi berlebihan. Suatu
terobosan baru untuk menghasilkan
minuman kopi non kafein, yaitu
dengan memanfaatkan biji petai cina
sebagai pengganti biji kopi asli. Di
daerah Jawa petai cina dikenal
dengan sebutan lamtoro. Petai cina
(Leucaena leucochepala)
mengandung alkoloid, saponin,
flavoloid, tanin, mimosin, leukanin,
protein, asam lemak dan serat. Pada
dasarnya petai cina memiliki aroma
menyengat dan kurang sedap, untuk
meminimalisir aroma tersebut
dengan mencampur ketan hitam dan
jahe sebagai aroma sehingga tercipta
minuman kopi non kafein beraroma
sedap, sehat dan berkualitas.
Yanuar (2009), menyatakan
bahwa ketan hitam merupakan salah
satu komoditi yang sangat potensial
sebagai sumber karbohidat,
antioksidan, senyawa bioaktif dan
serat yang penting bagi kesehatan.
Menurut departemen gizi, dalam 100
g ketan hitam mengandung 17,4 g
karbohidrat, 6,7 g protein, 0,7 g
lemak, 12 g kalsium, 148 g fosfor,
0,8 g besi, 0,16 g vitamin B1 dan 12
g air. Jahe putih mempunyai
kandungan aktif oleoresin. Oleoresin
merupakan minyak dan damar, yaitu
campuran minyak atsiri sebagai
pembawa aroma dan pembawa rasa.
Jahe memiliki banyak manfaat,
antara lain : obat sakit kepala, masuk
angin, batuk, gangguan saluran
pencernaan, karminatif, kolera, diare,
sakit tenggorokan, penawar racun
ular, keseleyo dan obat bengkak
(Ravindran et al, 2005). Dari uraian
tersebut dapat digambarkan bahwa
minuman kopi non kafein yang
dicampur dengan ketan hitam dan
jahe merupakan minuman kopi non
kafein yang berkualitas untuk
kesehatan.
Syamsudin et al (2010),
menyatakan bahwa biji petai cina
berpengaruh untuk mengurangi kadar
gula dalam darah. Hasil identifikasi
komponen bioaktif mengindikasikan
bahwa glykosid pada petai cina
merupakan kelompok galaktosa
monosakarida dan sakarida lain.
Dengan terciptanya produk minuman
kopi non kafein, para pecandu kopi
dapat menikmati kopi sepuasnya
tanpa khawatir bahaya kafein.
Berdasarkan latar belakang diatas,
perlu dilakukan penelitian tentang
“Optimalisasi Minuman Kopi Non
Kafein dari Bahan Dasar Petai Cina
dengan Penambahan Ketan Hitam
dan Jahe Sebagai Aroma”.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL),
1 faktor dengan 5 kali ulangan, yaitu
konsentrasi petai cina menggunakan
lima perlakuan (0, 2, 4, 6, 8 g)
dengan penambahan campuran ketan
hitam dan jahe pada rasio yang sama
(1:1), dan dilarutkan dengan jumlah
air yang sama yaitu 100 cc pada
setiap perlakuan, yang selanjutnya
digunakan sebagai variabel kontrol.
Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan deskriptif kualitatif
dan deskriptif kuantitatif. Deskriptif
kualitatif dari uji organoleptik,
sedang deskriptif kuantitatif dari uji
anava satu jalur dilanjutkan uji BNT.
Uji sampel organoleptik dan daya
terima panelis sebanyak 25 panelis
mahasiswa dengan kriteria pecandu
minuman kopi yang berkafein. Dari
uji tersebut akan dibuat kriteria
sebagai berikut :
Tabel 1 Kriteria Hasil Uji Organoleptik Kriteria Rasa Aroma Warna
1,0 - 1,80 kurang enak kurang sedap coklat
1,81 - 2,61 agak enak agak sedap kurang hitam
2,62 - 3,42 Enak sedap Hitam
> 3,43 Sangat enak Sangat sedap Sangat hitam
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada tabel 2 di bawah sebagai berikut.
Tabel 2 Tabel rerata hasil uji organoleptik Perlakuan
C0K
C4K
C3K
C2K
C1K
Rerata
Rasa
1,16
3,56
2,52
2,44
2,08
Aroma
3,60
3,32
2,60
2,40
2,24
Warna
1,16
2,80
2,92
3,16
3,56
Tekstur
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
Keterangan : Kriteria Uji Organoleptik
C0K : 2 g ketan hitam dan jahe Kriteria Rasa Aroma Warna C4K : 2 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe 1,0-1,8 kurang enak kurang sedap coklat
C3K : 4 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe 1,81-2,61 agak enak agak sedap kurang hitam
C2K : 6 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe 2,62-3,42 enak Sedap hitam
C1K : 8 g petai cina : 2 g krtan hitam dan jahe ≥3,43 sangat enak sangat sedap sangat hitam
1. Hasil Uji Organoleptik (hasil
kualitatif)
Hasil pada tabel 2
menunjukkan bahwa perlakuan C0K
memiliki rerata nilai rasa yang paling
rendah diantara kelima perlakuan
yaitu 1,16 sedangkan perlakuan C4K
memiliki rerata paling tinggi yaitu
3,56. Perlakuan C3K nilai rerata
sebesar 2,52 , C2K 2,44 dan C1K
2,08. Secara kualitatif dapat
dikatakan perlakuan C0K
mempunyai rasa kurang enak dan
perlakuan C4K merupakan perlakuan
yang memiliki kualitas rasa paling
enak dan tepat komposisi, yaitu tidak
terlalu pahit dan agak pedas karena
efek zingerol jahe. Perlakuan C3K
memiliki rasa petai cina agak kuat
sedangkan ketan hitam dan jahe tidak
begitu terasa. Rasa yang dihasilkan
perlakuan C2K hampir sama dengan
perlakuan C3K tapi petai cina
semakin kuat. C1K memiliki rasa
petai cina paling kuat dan sangat
pahit. Indra lidah merupakan
instrumen yang paling berperan
untuk mengetahui rasa suatu bahan
pangan. Rasa nilainya sangat relatif,
meskipun rasa dapat dijadikan
standar dalam penelitian mutu
makanan. Pada umumnya bahan
pangan tidak hanya terdiri dari salah
satu rasa, tapi gabungan berbagai
rasa secara terpadu sehingga
menimbulkan cita rasa yang utuh
(Setyowati, 2011). Sedangkan untuk
aroma yang paling disukai oleh
panelis, yaitu C0K memiliki aroma
paling sedap dengan nilai rerata
aroma paling tinggi 3,6. Aroma yang
kurang disukai panelis pada
perlakuan C1K, memiliki nilai rerata
2,24 dengan aroma agak sedap.
Paimin dalam Patmarani (2007),
menyatakan bahwa jahe mengandung
komponen minyak yang mudah
menguap, tidak mudah menguap dan
pati. Minyak yang mudah menguap
disebut minyak atsiri, pemberi bau
yang khas sedangkan minyak yang
tidak mudah menguap disebut
oleoresin (pemberi rasa pedas dan
pahit). Komponen pada oleoresin
merupakan gambaran kandungan
jahe yaitu minyak atsiri dan minyak
tidak menguap terdiri dari zingerol,
shogaol dan resin.
Tabel 2 menunjukkan bahwa
perlakuan C1K memiliki nilai rerata
warna paling tinggi 3,56 sedangkan
perlakuan C0K memiliki rerata
terendah yaitu 1,16. Secara kualitatif
hal ini menunjukkan bahwa kualitas
warna yang dimiliki C1K sangat
hitam, perlakuan C0K berwarna
coklat karena hanya terdiri dari ketan
hitam dan jahe tanpa campuran petai
cina. Perlakuan C2K, C3K dan C4K
menghasilkan warna hitam. Mulato
(2002), menyatakan bahwa waktu
sangrai ditentukan atas dasar warna
biji kopi sangrai atau sering disebut
derajad sangrai. Makin lama waktu
sangrai, warna biji kopi sangrai
mendekati coklat kehitaman. Semua
perlakuan memiliki tekstur yang
sama (halus), terbukti nilai rerata
tekstur yang sama yaitu 4,0. Untuk
memperjelas hasil uji kualitatif
meliputi rasa, aroma, warna dan
tekstur dapat dilihat pada gambar 1
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1 Grafik nilai rerata rasa, aroma, warna dan tekstur
Gambar 1 menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata dari masing-
masing perlakuan terhadap kualitas
rasa, aroma dan warna minuman kopi
non kafein.
0
2
4
C0K C4K C3K C2K C1K
3,6 3,32
2,6 2,4 2,24
Arom
a
Perlakuan
Rerata Aroma
C0K
C4K
C3K
C2K
C1K
0,00
5,00
C0K C4K C3K C2K C1K
Teks
tur
Perlakuan
Rerata Tekstur
C0K
C4K
C3K
C2K
C1K
0,00
2,00
4,00
C0K C4K C3K C2K C1K
1,16
3,56
2,52 2,44 2,08
Ras
a
Perlakuan
Rerata Rasa
C0K
C4K
C3K
C2K
C1K
0,00
5,00
C0K C4K C3K C2K C1K
1,16
2,80 2,92 3,16 3,56
war
na
Perlakuan
Rerata Warna
C0K
C4K
C3K
C2K
C1K
Gambar 2 Persentase Daya Terima
Minuman Kopi Non Kafein
Berdasarkan gambar 2, secara
kualitatif menunjukkan bahwa
perlakuan C4K merupakan perlakuan
yang paling disukai oleh panelis
dengan persentase penerimaan
tertinggi yaitu 88%.
2. Uji Anava Satu Jalur (hasil
kuantitatif)
Tabel 3 Hasil uji anava satu jalur dan uji lanjut BNT
Uji Anova satu jalur Uji lanjut BNT
Indikator FH F tabel
5% Keputusan
Perlakuan
(notasi)
Rerata Nilai
BNT
Rasa
16,87 2,87 HI diterima C0K 1,16 a 0,62
C1K 2,08 b
C2K 2,44 b
C3K 2,52 b
C4K 3,56 c
Aroma
10,08 2,87 HI diterima C0K 2,24 a 0,55
C1K 2,40 a
C2K 2,60 a
C3K 3,32 b
C4K 3,60 b
Warna
53,33 2,87 HI diterima C0K 1,16 a 0,37
C1K 2,80 b
C2K 2,92 b
C3K 3,16 b
C4K 3,56 c
Tekstur
0 2,87 HI ditolak C0K
C1K
C2K
C3K
C4K
Keterangan :
C0K : 2 g ketan hitam dan jahe
C4K : 2 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe
C3K : 4 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe
C2K : 6 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe
C1K : 8 g petai cina : 2 g ketan hitam dan jahe
0%
50%
100%
C0K C4K C3K C2K C1K
4%
88%
52% 36%
24%
Per
sen
tase
Da
ya T
erim
a
Perlakuan
C0K
C4K
C3K
C2K
C1K
Berdasarkan tabel 3, uji anava
satu jalur indikator rasa
menunjukkan F hitung > F tabel pada
taraf signifikan 5% yaitu 16,87 >
2,87 sehingga H1 diterima, berarti
ada pengaruh perbedaan konsentrasi
petai cina terhadap rasa minuman
kopi non kafein. Setelah diuji lanjut
BNT di dapatkan nilai BNT 0,62.
Perlakuan C1K, C2K dan C3K tidak
berbeda nyata tapi berbeda nyata
dengan perlakuan yang lain,
sehingga diberi notasi b. Perlakuan
C0K berbeda nyata dengan perlakuan
yang lain sehingga diberi notasi a.
Perlakuan C4K berbeda nyata
dengan perlakuan yang lain sehingga
diberi notasi c. Indikator aroma
menunjukkan bahwa F hitung > F
tabel yaitu 10,08 > 2,87 sehingga H1
diterima, berarti ada pengaruh
perbedaan konsentrasi petai cina
terhadap aroma minuman kopi non
kafein. Setelah diuji lanjut BNT
didapatkan nilai BNT 0,55.
Perlakuan C1K, C2K dan C3K tidak
berbeda nyata tapi berbeda nyata
dengan perlakuan yang lain,
sehingga diberi notasi a. Perlakuan
C4K dan C0K tidak berbeda nyata
tapi berbeda nyata dengan perlakuan
yang lain, maka diberi notasi b.
Indikator warna menunjukkan bahwa
F hitung > F tabel yaitu 53,33 > 2,87
sehingga H1 diterima, berarti ada
pengaruh perbedaan konsentrasi
petai cina terhadap warna minuman
kopi non kafein. Setelah diuji lanjut
BNT didapatkan nilai BNT 0,37.
Perlakuan C2K, C3K dan C4K tidak
berbeda nyata tapi berbeda nyata
dengan perlakuan yang lain,
sehingga diberi notasi b. Perlakuan
C0K berbeda nyata dengan perlakuan
yang lain, maka diberi notasi a.
Perlakuan C1K berbeda dengan
perlakuan yang lain, sehingga diberi
notasi c. Indikator tekstur
menunjukkan F hitung < F tabel
yaitu 0 < 2,87 sehingga H1 ditolak,
berarti tidak ada pengaruh perbedaan
konsentrasi petai cina terhadap
tekstur minuman kopi non kafein dan
tidak perlu uji lanjut.
D. Simpulan
1. Konsentrasi optimal petai cina untuk
minuman kopi non kafein yang
paling disukai oleh panelis,
perlakuan 2 g petai cina dengan
penambahan 2 g campuran ketan
hitam dan jahe dilarutkan pada 100
cc air mendidih menghasilkan
minuman kopi non kafein tepat
komposisi.
2. Perbedaan rasa, aroma, warna
minuman kopi non kafein berbahan
dasar petai cina berbagai konsentrasi
berbeda nyata, sedang tekstur tidak
berbeda nyata. Perlakuan C4K paling
enak, aroma sedap, warna hitam dan
bertekstur halus. Perlakuan yang lain
tidak tepat komposisi.
3. Daya terima panelis dengan
persentase tertinggi 88% terhadap
minuman kopi non kafein dari petai
cina, pada perlakuan C4K.
E. Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih peneliti
sampaikan kepada yang terhormat
Dr. Siti Chalimah M.Pd. sebagai
pembimbing skripsi atas nasehat,
perhatian, bimbingan dan saran yang
telah diberikan selama penelitian ini
berlangsung sampai selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Ernita. 2011. “Hubungan Kebiasaan
Minum Kopi Terhadap
Kejadian Hipertensi Pada Laki-
Laki di Kota Lhokseumawe
Provinsi Nanggro Aceh
Darussalam”. Tesis.
Yogyakarta. Minat Utama Gizi
dan Kesehatan Program Ilmu
Kesehatan Masyarakat. UGM.
Mulato,Sri.2002.Simposium Kopi
2002 dengan Tema Perkopian
Nasional yang Tangguh
melalui Diversifikasi Usaha
Berwawasan Lingkungan
dalam Pengembangan Industri
Kopi Bubuk Skala Kecil untuk
Meningkatkan Nilai Tambah
Usaha Tani Kopi Rakyat
Denpasar : 16-17 Oktober
2002. Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia.
Nurdiana Binti T Daswin dan Nelly
Samosir. 2013 . Pengaruh
Kafein Terhadap Kualitas
Tidur Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas
Sumatra Utara. E Jurnal FK
USU. Vol 1 (1) : 1 – 5
Patmarani, Asri. 2007. Aplikasi
Minyak Jahe (Zingiber
officinale) Pada Pembuatan
Hand and Body Cream.
Skripsi. Bogor. IPB
Ravindran, P. N, and Babu, K.N.
2005. “ Ginger The Genus
Zingiber “. New York. CRC
Press.
Setyowati, Lilis. 2011. “Kualitas
Fruitghurt Hasil Fermentasi
Kulit Pisang (Musa
Paradisiaca) oleh
Lactobacillus bulgaris dengan
Konsentrasi yang Berbeda “.
Skripsi. Surakarta. FKIP, UNS
Syah, Novianti Fitri. 2008. “
Pengaruh Berat dan Waktu
Penyeduhan Terhadap Kadar
Kafein dari Teh Bubuk “.
Skripsi. Medan. Universitas
Sumatra Utara.
Syamsudin dkk. 2010. “Antidiabetic
Activity of Active Fractions of
Leucaena leucocephala (Imk)
Dewit Seeds in Experiment
Model” European Journal of
Scientific Research. Vol 43 (3):
384-391.
Yanuar, Willy. 2009. “Aktivitas
antioksidan Dan
Immunodulator Serelia Non
Beras “.
Http://Respository.ipb.ac.id .
(diakses 10 Juni 2013).
top related