optimalisasi sudut baca sebagai gerakan ...eprints.ums.ac.id/77184/1/naskah publikasi.pdfdata yang...
Post on 15-Nov-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OPTIMALISASI SUDUT BACA SEBAGAI GERAKAN
LITERASI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA SISWA SD
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
LISTYOWATI
A510150244
PROGRA STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
OPTIMALISASI SUDUT BACA SEBAGAI GERAKAN
LITERASI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA SISWA SD
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1)Mendeskripsikan tujuan dan proses sosialisasi
implementasi sudut baca sebagai GLS dalam menumbuhkan minat baca siswa.
2)Mengindentifikasi faktor pendukung dan penghambat dari implementasi sudut
baca dalam menumbuhkan minat baca siswa kelas 1. 3) Menganalisis pengelolaan
sudut baca agar memiliki fungsi yang optimal sebagai GLS dalam menumbuhkan
minat baca siswa kelas 1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan desain penelitian deskriptif kualitaitf. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas 1, serta peserta didik kelas 1 SD N 01
Jantiharjo. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi data. Keabsahan data yang digunakan yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
Sudut baca bertujuan untuk mempermudah peserta didik memperoleh informasi yang
diawali sosialisasi oleh guru dan kepala sekolah, 2) Faktor pendukung implementasi
sudut baca antara lain: motivasi guru dan kelengkapan koleksi buku bacaan,
sedangkan faktor pegghambatnya yaitu: peran orang tua yang kurang memberikan
pembiasaan membaca, peserta didik belum lancar membaca, buku yang rusak.
3)Pengelolaan sudut baca agar memiliki fungsi yang optimal yaitu: pemanfaatan
sudut baca untuk kegiatan literasi di awal pembelajaran, mempercantik sudut baca,
peraturan mengenai cara merawat buku yang baik dan penambahan buku sesuai
dengan minat baca peserta didik.
Kata kunci : sudut baca, minat baca, gerakan literasi sekolah,
Abstract
This study aims to 1) Describe the implementation of the reading angle in fostering
students' interest in reading. 2) Identifying the inhibiting factors of the
implementation of reading angle in growing reading interest in grade 1 students. 3)
Analyzing the management of the reading angle so that it has an optimal function as
literacy movement in growing reading interest in grade 1 students. The type of
research used is qualitative research with a qualitative descriptive research design.
This research uses interview, observation and documentation data collection
techniques. The informants in this study were the principal, grade 1 teachers, and
grade 1 students of SD N 01 Jantiharjo. The results showed that: 1) Reading angle
aims to facilitate students to obtain information that begins with socialization by
teachers and principals, 2) Factors supporting the implementation of reading angles
include: teacher motivation and completeness of the collection of reading books,
while the inhibiting factors are: the role of people parents who do not provide
reading habit, students are not fluent in reading, damaged books. 3) Management of
2
the reading angle in order to have an optimal function, namely: the use of reading
angles for literacy activities at the beginning of learning, beautifying the reading
angle, regulations on how to take good care of books and the addition of books in
accordance with students' reading interests
Keywords: reading corner, reading interest, school literacy movement
1. PENDAHULUAN
Membaca merupakan hal penting yang menjadi dasar dalam proses belajar.
Kundharu, dkk (2014:98) menjelaskan bahwa, kegiatan membaca perlu dimiliki
setiap orang, terlebih lagi oleh para pelajar, guru dan pendidik yang selalu
berhubungan dengan buku. Kegiatan membaca perlu ditingkatkan sejak usia dini
agar siswa atau peserta didik dapat terbiasa dengan aktifitas membaca. Sesuai
dengan pernyataan dari Kundharu, membaca harus dimiliki oleh setiap peserta didik
dalam mencari informasi yang diperlukan melalui buku bacaan. Selain itu Naidoo,
(2014) menyatakan peserta diidk harus mengembangkan berfikir kritis,
memanfaatkan waktu membaca untuk mengenmbangkan kemampun membaca
yang lebih baik. Pentingnya membaca dalam dunia akademik, pemerintah memiliki
terobosan yaitu melalui peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti luhur
kepada peserta didik dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Menurut Abidin (2017:279) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah gerakan sosial
dengan dukungan dari berbagai elemen yang saling berkolaborasi. Upaya yang ingin
ditempuh adalah menjadikan peserta didik mempunyai kebiasaan membaca dengan
adanya program GLS tersebut.
Adanya GLS yang diselenggarakan pemerintah bertujuan untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik. GLS dapat dilaksanakan melalui kegiatan
membaca selama 15 menit, penyediaan sudut baca, dan adanya perpustakaan
keliling. Ketika kegiatan literasi sudah terlaksana, kegiatan literasi ini memberikan
dampak baik dalam menumbuhkan minat baca peserta didik dalam kegiatan
membaca. Patrisia (2017:5) menjelaskan bahwa budaya literasi telah memberikan
hasil yang memuaskan dengan menjadikan peserta didik lebih adaptif, gemar
membaca, dan mampu menuangkan ide-ide dari hasil bacaan melalui tulisan.
3
Minat baca sangat diperlukan untuk memudahkan peserta didik dalam
meningkatkan prestasi belajar mereka. Dengan membaca pembelajaran akan sangat
bermakna, meningkatkan mutu pembelajaran dan setiap kegiatan membaca akan
terasa menyenangkan tanpa adanya paksaan. Kegiatan membaca tentunya
memberikan dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi,
mengembangkan ide yang mempermudah peserta diidk dalam menyusun sebuah
cerita. Menurut Amalia (2017:499 ) peserta didik menikmati proses menulis naratif
dengan baik karena mereka senang membaca. Membaca akan melatih peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan dalam menulis narasi dan membangun ide-ide
dalam membuat kalimat yang mudah dimengerti untuk pembaca ataupun
sebaliknya.Untuk menumbuhkan minat baca peserta didik, pihak sekolah perlu
memfasilitasi salah satunya adalah dengan cara membuat sudut baca disetiap kelas.
Sudut baca bisa diisi dengan buku-buku sesuai dengan kebutuhan setiap tingkatan
kelas. Philomena (2018:93) Ketersediaan ruang baca adalah hal penting untuk
merangsang peserta didik untuk membaca.
Berdasarkan observasi yang telah di lakukan oleh peneliti di SD N 01
Jantiharjo, kegiatan literasi sudah dilaksanakan pada tahun 2016. Setiap pagi selama
15 menit peserta didik melaksanakan kegiatan literasi. SD ini sudah ada sudut baca,
namun ada 5 peserta didik kelas 1 yang belum terlibat secara aktif dalam
menggunakan sudut baca itu di karenakan adanya perbedaan kemampuan membaca
dengan teman-temannya. Dari penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti lebih dalam mengenai implementasi sudut baca tersebut dengan judul
“Optimalisasi Sudut Baca Sebagai Gerakan Literasi Sekolah dalam Menumbuhkan
Minat Baca Siswa Kelas I Sd Negeri 01 Jantiharjo”.
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan
desain penelitian deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
tentang: penerapan sudut baca, faktor pendukung dari implementasi sudut baca,
hambatan apa saja yang dialami, upaya apa yang dilakukan sekolah dalam
mengoptimalkan sudut baca dalam menumbuhkan minat baca peserta didik.subjek
4
penelitian yang di gunakan adalah kepala sekolah, petugas perpustakaan, guru kelas
1, dan peserta didik kelas 1 di SD N 01 Jantiharjo. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulandata yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber dan teknik.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Implementasi Sudut Baca sebagai GLS dalam Menumbuhkan Minat
Baca Peserta Didik Kelas I di SD N 01 Jantiharjo
3.1.1 Tujuan sudut baca diimplementasikan di SD N 01 Jantiharjo
Tujuan diadakannya sudut baca adalah untuk mempermudah peserta didik dalam
memperoleh bahan pelajaran yang dibutuhkan. Hasil tersebut dapat mendukung
penelitian dari Morrow (2014:3) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tujuan
dari sudut baca yaitu yaitu untuk memudahkan peserta didik dalam mencari
informasi yang mereka butuhkan melalui buku buku-buku bacaan dan dapat
menumbuhkan kembali minat baca peserta didik. Dari penjelasan mengenai tujuan
dapat diketahui bahwa sudut baca ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik
dalam memperoleh informasi.
Penelitian mengenai tujuan sudut baca juga menjeslakan bahwa tujuan dari
diadakannya sudut baca di sekolah yaitu sebagai sumber belajar yang baik bagi
peserta didik. Dari temuan tersebut dapat mendukung pertanyataan Kemendikbud
(2016:3) menjelaskan bahwa tujuan dari adanya sudut baca yaitu untuk
mengenalkan kepada peserta didik dari beragamnya sumber bacaan yang
dimanfaatkan sebagai sumber belajar peserta didik. Dari penjelasan tujuan adanya
sudut baca di atas dapat diketahui bahwa adanya sudut baca sangat penting dalam
menumbuhkan minat baca siswa. Dengan diadakannya sudut baca di SD N 01
jantiharjo, diharapkan dapat menjadikan peserta didik yang memiliki minat baca
yang tinggi dan menjdi literat yang handal.
3.1.2 Proses sosialisasi implementasi sudut baca dalam menumbuhkan minat baca
peserta didik kelas 1
Guru melaksanakan proses sosialisasi sudut baca dengan mengajak peserta didik
untuk membaca dapat mendukung hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Hartyatni
5
(2018) menjelaskan bahwa Pengelolaan sudut baca kelas dengan menggunakan
langkah sebagai berikut: Sosialisasi dan membaca. Terkait dengan sosialisasi sudut
baca juga di jelaskan dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Huang, dkk (2015)
penelitian ini menunjukkan bahwa ada 4 faktor kunci keberhasilan dalam
mempromosikan atau memperkenalkan kegiatan membaca disekolah dasar yaitu
pengajaran membaca dari guru. Dari penjelasan yang di sampaikan bahwa proses
sosialisasi disampaikan melalui pengajaran membaca guru. Dalam salah satu
penelitian dari Huang menyatakan bahwa kunci yang ke 4 adalah peran orang tua
atau peran keluarga dalam memperkenalkan kegiatan membaca. Hal ini
bertentangan dengan tenemuan di lapangan bahwa berdasarkan hasil wawancara
dengan guru, peran orang tua dikatakan masih kurang dalam membiasakan
membaca pada anaknya, hal ini terjadi karena orang tua peserta didik
mempercayakan proses pendidikan sepenuhnya pada sekolah dan kurang
memperhatiakn proses pendidikan ada anak.
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa proses sosialisasi adalah
proses penting dalam mengenalkan peserta didik dengan sudut baca yang ada
dikelas. Sosialisasi yang di sampaikan dari pihak sekolah peserta didik dapat
mengetahui pentingnya membaca dalam proses pendidikan. Dengan adanya proses
sosialisasi yang berkala akan memberikan dampak baik bagi peserta didik terutama
dalam meningkatkan minat membaca.
3.2 Faktor Pendukung Dan Penghambat dari Implementasi Sudut Baca
sebagai GLS dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Kelas 1 di SD N
01 Jantiharjo
3.2.1 Faktor pendukung dari implementasi sudut baca dalam menumbukan minat
baca peserta didik kelas 1
Faktor pendukung dari sudut baca yang ada di SD N 01 Jantiharjo adalah Guru dan
koleksi buku. Guru sebagai pendukung utama dari implementasi sudut baca,
disekolah guru berkomitmen dan selalu mengingatkan kegiatan membaca melalui
sudut baca. Penjelasan mengenai faktor pendukung di SD N 01 Jantiharjo terdapat
dalam penelitian Ma’rifah (2017) yang menjelaskan bahwa faktor pendukung
implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui pembiasaan membaca pada
peserta didik adalah adanya program penjunjang, motivasi dari Guru Kelas dan
6
sarana prasarana, seperti adanya almari untuk perpustakaan mini, ketersediaan
buku-buku, pepustakaan memiliki koleksi buku yang lengkap ruangan cukup luas
dan nyaman.
3.2.2 Faktor penghambat dari implementasi sudut baca dalam menumbukan minat
baca peserta didik kelas 1
a. Peserta didik yang belum lancar membaca
Faktor penghambat dari implementasi sudut baca menurut keterangan dari guru
kelas 1 diketahui terdapat 5 anak yang belum terlibat aktif dalam kegiatan
membaca melalui sudut baca. Dari ke 5 anak tersebut ada 2 anak yang belum lancar
membaca. Kemampuan membaca yang kurang juga menjadi faktor penghambat.
Permasalahan membaca juga terdapat dalam penelitian Hendrayani (2016)
mejelaskan bahwa hasil kemampuan membaca kelas bawah masih kurang. Ada
peserta didik yang hingga kelas 3 masih belum lancar membaca dan kurang
memahami isi bacaan dengan baik. implementasi akan berjalan dengan optimal jika
semua peserta didik bisa memanfaatkan sudut baca dengan sering mengunjungi
untuk membaca buku. Dari penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa salah satu
hambatan dari implementasi sudut baca adalah peserta didik tang kurang lancar
membaca.
b. Peran orang tua
Faktor penghambat kedua dari pelaksanaan sudut baca adalah orang tua, disebabkan
karena kurangnya pembiasaan membaca sejak dini. Banyak orang tua yang
memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada pihak sekolah. Mahalnya harga
buku membuat orang tua merasa enggan untuk membelikan buku sebagai sumber
bacaan ketika di rumah. Permasalahan tersebut juga terdapat pada penelitian yang
dilaksanakan oleh Cahyani (2016) menjelaskan bahwa peran orang tua sebagai
belum mampu menjadi model yang baik untuk anak, dapat dibuktikan responden
yang diteliti lebih sering melakukan kegiatan menonton televisi daripada melakukan
kegiatan membaca. Selain itu faktor ekonomi juga menjadi penghambat karena
ketidakmampuan tau orang tua merasa bahwa harga buku masih terbilang mahal.
Permasalahan mahalnya harga buku juga terdapat dalam hasil penelitian Triatma
(2016:167) menjelaskan bahwa rendahnya minat baca disebabkan oleh beberapa hal,
7
salah satunya yaitu mahalnya harga buku. Pernyataan tersebut juga didukung dari
hasil penelitian di SD N 01 Jantiharjo yang memperoleh hasil bahwa peran orang
tua menjadi faktor penghambat implementasi sudut baca.
c. Kondisi buku yang rusak
Faktor penghambat dari implementasi sudut baca yang selanjutnya yaitu kondisi
buku yang rusak. Dapat dibuktikan pada desain rak sudut baca yang kurang
menarik, di sekelilinng area sekitar sudut baca belum terdapat bahan kaya teks
tentang ajakan membaca. Buku-buku yang berada di dalam rak sudut baca ada
beberapa yang sudah rusak bahkan ada halaman buku yang hilang. Dari hasil
penelitian oleh Ma’rifah (2017) faktor penhambat dari pembiasaan membaca yaitu
hilangnya beberapa buku koleksi karena yang meminjam tidak dikembalikan,
perpindahan kelas, buku dibawa pulang oleh siswa sehingga koleksi buku menurun,
beberapa siswa ada yang kurang minat dari adanya perpustakaan mini. Berdasarkan
hasil penelitian Ma’rifah dengan penelitian sekarang terdapat persamaan mengenai
kondisi buku-buku yang terdapat di sudut baca ada yang sudah rusak. Kondisi ini
juga dibenarkan dari hasil wawancara, observasi, dan diperkuat dengan hasil
dokumentasi oleh peneliti menujukkan bahwa ada beberapa buku di sudut baca yang
sampul bukunya hilang atau lepas dan ada juga yang robek.
3.3 Pengelolaan Sudut Baca Agar Memiliki Fungsi yang Optimal sebagai
Bagian Gerakan Literasi Peserta Didik Kelas 1 di SD N 01 Jantiharjo
3.3.1 Pemanfaatan sudut baca untuk kegiatan literasi sekolah di awal pembelajaran
Kegiatan literasi di SD N 01 Jantiharjo sudah terlaksana. Namun, peserta didik
mengunjungi sudut baca karena atas perintah guru saja. Untuk itu upaya yang
dilaksanakan sekolah dalam mengoptimalkan sudut baca adalah dengan mewajibkan
peserta didik membaca selama 15 menit melalui sudut abca sebelum pembelajaran
dimulai di pagi hari. Upaya tersebut juga terdapat pada penelitian dari Ma’rifah
(2017) pembiasaan membaca peserta didik dilakukan melalui program perpustakaan
mini di setiap kelas, kegiatan dimulai selama 15 menit melalui perpustakaam mini
dan pemberian jadwal wajib berkunjung ke perpustakaan. Penelitian yang
mendukung berikutnya dari Ortlieb (2010) penelitian ini menunjukkan bahwa setiap
8
hari selama 15 menit peserta didik membaca majalah, membaca koran dengan
sistem perputaran artinya siswa membaca secara bergantian.
3.3.2 Mempercantik sudut baca
Untuk lebih mengoptimalkan sudut baca selanjutnya adalah dengan mempercantik
sudut baca. Data ini merujuk dari hasil dokumentasi pada gambar 4.4, dari analisis
peneliti dapat diketahui bahwa dalam sudut baca belum terdapat hiasan dan belum
terdapat bahan kaya teks yang berada di sekitar sudut baca. upaya yang dapat
dilakukan sekolah untuk mengoptimalkan sudut baca yaitu dengan membuat desain
sudut baca menjadi lebih berwarna dan menambah hiasan serta penambahan bahan
kaya teks di sekitar sudut baca agar menarik minat peserta didik untuk mengunjungi
sudut baca. Hasil dari wawancara dengan peserta didik kelas 1 dapat diketahui
bahwa dengan menambahkan hiasan dan mendesain sudut baca dengan memberikan
gambar tulisan di sekitar sudut baca merupakan upaya yang baik untuk menjadikan
sudut baca lebih optimal.
3.3.3 Peraturan mengenai cara merawat buku yang baik
Dalam penelitian ini dikatehui bahwa di sudut baca masih terdapat buku-buku yang
rusak karena perilaku siswa yang kurang dalam merawat buku dengan baik. Untuk
itu upaya yang dilaksanakan oleh sekolah dalam mengoptimalkan sudut baca yaitu
dengan memberikan peraturan membaca buku dengan baik, yaitu : 1) Selesai
membaca buku harus dikembalikan ke tempat semula atau diletakkan di rak yang
telah disediakan. 2)Apabila buku rusak atau hilang harap segera melapor kepada
guru / pengelola perpustakaan. 3) Tidak boleh merobek / menekuk buku.
3.3.4 Penambahan buku sesuai dengan minat anak
Penambahan buku bacaan pada sudut baca di SDN 01 Jantiharjo yaitu dengan
membuat kebijakan bahwa setiap alumni dapat menyumbangkan buku untuk
menambah koleksi buku yang ada di sudut baca dan di perpustakaan sekolah. Untuk
kelas bawah Guru Kelas menambahkan buku-buku latihan membaca berisi
pengenalan huruf-huruf untuk anak yang kurang lancar dan belum bisa membaca.
Selain itu sekolah menambahkan buku sesuai dengan minat kebanyakan anak yaitu
buku-buku yang berwarna dan penuh gambar seperti majalah anak. Hal ini sesuai
dengan hasil dokumentasi yang memperlihatkan beberapa contoh buku hasil
9
pemberian dari alumni. Hasil penelitian yang telah dillaksanakan sesuai dengan
hasil penelitian oleh Masruroh (2017) dalam hasil penelitiannya yang menjelaskan
mengenai upaya dari hambatan pemanfaatan sudut baca terkait dengan buku yaitu
dengan menambah koleksi buku bacaan dari dana bos dan pemberian dari peserta
didik yang sudah lulus dari SD tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa penambahan buku sesuai
minat peserta didik dapat berfungsi sebagai salah satu upaya sekolah dalam
mengoptimalkan sudut baca serta menumbuhkan minat baca peserta didik.
4. PENUTUP
a) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sudut baca yang bertujuan
untuk memudahkan peserta didik dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Diawali dari sosialisasi yang dilaksanakan kepala sekolah dalam kegiatan upacara
dan cara guru dalam mengenalkan serta memotivasi peserta didik mengenai sudut
baca yang dilakukan secara rutin. b) Guru menjadi faktor pendukung utama dalam
menumbuhkan minat baca peserta didik melalui sudut baca, guru selalu
mengingatkan dan memotivasi pada peserta didik mengenai kegiatan literasi,
kemudian koleksi buku yang sudah cukup memadai. Sedangkan yang menjadi
faktor penghambat implementasi sudut baca yaitu, peserta didik yang belum lancar
membaca, peran orang dan kondisi buku yang rusak di sudut baca. c) Pengelolaan
agar sudut baca dapat memiliki fungsi yang optimal yaitu, pemanfaatan sudut baca
sebagai GLS diawal pembelajaran, mempercantik sudut baca, peraturan cara
merawat buku yang baik, penambahan buku sesuai dengan minat anak dengan
mengajak alumni untuk memberikan sumbangan beberapa buku.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, dkk. 2017. Pembelajarn literasi. Jakarta: Bumi Aksara
Amalia, Nur. 2017. “Narrative Writing Intervention Plan: Anaiysis of Students’
Literacy Lerning Needs”. The 1st International Conference on Languge,
Literature and Teaching. ISSN 2549-5607
Cahyani, Indah Rahma. 2016. Peran Orang Tua dan Guru Dalam Mengembangkan
Literasi Dini (Early Literacy) di kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Malang :
FISIP UA.
10
Han-Cheng Huang, dkk. 2015. The Relevant Factors in Promoting Reading
Activities in Elementary Schools. International journal of Evaluation and
Research in Education (IJERE). Vol 4(2), hal 62-66. ISSN: 2252-8822
Hartyatni, Sri Mujiatun. 2018. Membangun Budaya Baca Melalui Pengelolaan
Media Sudut Baca Kelas dengan “12345”. Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan SD. Vol 6(1) hal 1-11
Hendrayani, Ade. 2016. Peningkatan Minat Baca dan Kemampuan Membaca Peserta
Didik Kelas Rendah melalui Reading Corner, Jurnal Penelitian Pendidikan,
ISSN 1412-565 X, e-ISSN 2541-4135
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Panduan Pemanfaatan dan
Pengembangan Sudut Baca Kelas Untuk Menungkatkan Mutu
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kundharu, Saddhono, dan St. Y. Slamet. 2014. Pembelajaran keterampilan
Berbahasa Indonesia; Teory dan Aplikasi Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ma’rifah, Kurrotu’aini Nurul. 2017. “Implementasi Gerakan Literasi Melalui
Pembiasaan membaca pada Siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3
Yogyakarta”. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Masruroh, R. V. 2017. “Analisis Pemanfaatan Sudut Baca di Lingkungan Sekolah
guna Menumbuhkan Budaya Literasi pada Siswa di SD Negeri Polomarto”.
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Mendikbud, 2015. Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti . Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Morrow, L. M. 2014. Relationships Between Literature Programs, Library Corner
Designs, and Children’s Use of Literature. Journal of Education Research.
Vol 75(6), hal 339-344.
Naidoo U, Reddy K, and Dorasamy N. 2014. Reading Literacy in Primary schools in
south Africa: Educator Perspective on Factor Affecting Reading Literacy
and Strategies for Improvement. Internasional Jounal Education Sci. Vol
7(1), hal 155-167
Ortlieb, Evan T. 2010. Beyond Just Books: Sparking Children’s interest in Reading.
Internasional Journal of Education. Vol 2(2), hal 2-4
Patrisia dkk(2017). Budaya Literasi Siswa dalam mendukung program Ecoshool di
SMPN 23 Surabaya. Jurnal mahasiswa. Vol. 4 (2). Hal 5
Philomena, Chepshiror. 2018. The Occupied Child and Engaged Teaching:
Enviromental Qualities Supporting Emergent Reading in Kenya.
International Journal of Education and Research. Vol 6(1), hal : 93. ISSN :
2411-5681
11
Triatama, I. N. 2016. Minat Baca pada Siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri
Delengan 2 Prambanan Sleman Yogya. E-journal Prodi Teknologi
Pendidikan. Vol 5(6), hal 167
top related