ornito imma
Post on 31-Oct-2015
160 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. Latar belakang
Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia.
Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi
kekayaan spesies burung pada tingkat lokal. Burung dijumpai hampir di setiap
tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu kekayaan satwa
Indonesia. Jenisnya sangat beranekaragam dan masing-masing jenis memiliki nilai
keindahan tersendiri. Hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu yaitu adanya
kondisi habitat yang cocok dan aman dari segala macam gangguan (Hernowo,
1985).
Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan
timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan
manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan
(Arumasari, 1989). Sebagai salah satu komponen lingkungan, burung dapat
dimanfaatkan langsung atau tidak langsung sebagai bioindikator lingkungan.
Beberapa peneliti (seperti Hardy et al., 1987; Peakall dan Boyd, 1987; Rutschke,
1987) menyimpulkan bahwa burung dapat digunakan untuk mendeteksi
perubahan lingkungan serta dapat mencerminkan stabilitas habitat
Perbedaan jenis-jenis burung pada masing-masing tempat pengamatan
menurut Hernowo (1988), apabila kondisi habitatnya kurang baik dalam
mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau faktor lain
(luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung. Lack (1971),
menyatakan bahwa jumlah jenis burung sangat bergantung pada karakteristik
habitat, jumlah jenis burung juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan sumber
daya yang ada.
Berbagai macam aktivitas manusia telah, sedang dan akan terus
belangsung mengiringi perkembangan pembangunan. Selama itu telah banyak
perubahan terjadi dan salah satunya adalah hilang atau berkurangnya habitat alami
burung. Pada berbagai tempat, habitat alami telah disisipi dan bercampur dengan
habitat buatan seperti pemukiman, kebun dan persawahan. Sementara habitat
alami yang tersisapun jumlahnya sudah menurun.
Terjadinya perubahan habitat alami tersebut dianggap telah mempengaruhi
kondisi satwa liar yang hidup di dalamnya, termasuk burung. Salah satu aspek
satwa liar yang terpengaruh adalah keanekaragaman (komposisi dan kelimpahan)
burung (Balen, 1984:1), sehingga diduga setiap macam habitat (baik yang alami
maupun buatan) yang ada di Tenggarong memiliki keanekaragaman burungnya
masing-masing sesuai dengan kondisi fisik dan biotik yang ada di dalamnya.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keanekaragaman jenis
burung pada habitat-habitat yang berbeda dan melihat jenis-jenis apa saja yang
dominan pada masing-masing habitat tersebut, maka dilakukanlah pengamatan.
Pengamatan terhadap burung sangatlah penting, karena burung adalah petunjuk
atas terjadinya perubahan dalam ekosistem (Balen, 1984). Hal ini dikarenakan
burung peka terhadap perubahan lingkungan (Sujatnika, dkk, 1995).
1. Deskripsi lokasi pengamatan secara umum
Pengamatan burung kali ini dilakukan pada 7 lokasi pengamatan yang berbeda
yang ada di wilayah Surakarta. Lokasi-lokasi pengamatan beserta diskripsinya
adalah sebagai berikut.
A. Lokasi di sekitar persawahan tepatnya di persawahan sekitar Perum UNS
IV Triyagan Sukoharjo. Kawasan ini merupakan daerah persawahan yang
ditanami padi, dan sebagian tanaman padi sedang menguning dan siap
panen. Pengamatan dilokasi ini dilakukan dari tepian sawah. Tepian sawah
terdapat pepohonan yang cukup rindang dan semak-semak belukar. Kira-
kira seperti gambar berikut diskripsi lokasi pengamatan yang dilakukan
pada lokasi ini.
B. Lokasi di wilayah Keraton Solo (sekitar alun-alun Solo dan Kraton Siti
Inggil).
Kraton Solo berada di pusat keramaian karena Kraton Solo merupaka
salah satu tempat wisata favorit. Setiap harinya tempat ini dikunjungi oleh
wisatawan baik dalam kota maupun luar kota. Disekitar pintu masuk selalu
ramai, terutama dibawah pohon beringin digunakan sebagai tempat jualan
pernak pernik kraton solo. Pengamatan di Kraton Solo terbagi menjadi 2
kawasan yaitu, alun-alun kraton dan kraton Siti Inggil. Di alun-alun utara
banyak dinaungi pohon besar terutama pohon beringin yang berumur tua.
Pohon beringin ini terdapat pada pintu masuk kraton dan di tengah-tengah
alun-alun. Sedangkan alun-alun sendiri berupa lapangan luas yang ditutupi
rumput. Sedangkan alun-alun selatan hanya terdapat pohon beringin di
tengahnya. Setiap sore hari banyak dilakukan aktivitas di alun-alun seperti
olahraga, rekreasi, ataupun sekedar nongkrong disana.
Foto kiri merupakan gerbang masuk kraton, tengah merupakan foto
alun-alun, dan foto kanan merupakan bagian kraton siti inggil.
C. Jl. Ir. Sutami (Depan UNS)
Lokasi tersebut sangat ramai oleh kendaraan bermotor dan juga terdapat
pohon peneduh di pinggiran jalan.
D. Perumahan Ngoresan Jebres Surakarta
Perumahan tersebut meskipun padat dengan rumah-rumah penduduk tetapi
jumlah pepohonan yang ada cukup banyak dan juga terdapat jalan raya
yang cukup ramai dengan kendaraan bermotor
E. Taman Kota Balekambang
Lokasi ini merupakan taman kota yang terdapat di Surakarta, disana
banyak pepohonan rindang, rerumputan dan danau buatan, serta terdapat
burung-burung yang ditangkarkan. Pohon pohon di tempat ini menjulang
tinggi sehingga masih banyak burung yang terlihat tanpa terganggu
aktivitas manusia yang ada dibawahnya
F. Bekonang dan Tebon, Baki – Pandean, Gemolong-Sragen
Wilayah pengamatan inimemiliki vegetasi yang masih asri dengan banyak
pepohonan dan sawah yang terhampar sehingga masih mudah menemukan
burung pada habitatnya
G. Terminal Tirtonadi
Kawasan ini merupakan wilayah yang jarang terdapat pepohonan dan
sangat dipadati oleh kendaraan bermotor.
2. Hasil Pengamatan
Nama Spesies Lokasi Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7
2a 2b
Bondol jawa (Lonchura
leucogastroides)
- -
Bondol peking (Lonchura punctulata) - - - - - - -
Bentet kelabu (Lanius schach) - - - - - -
Cucak kutilang (Pycnonotus
aurigaster)
- - - - -
Burung Merbah cerucuk (Pycnonotus
sp.)
- - - - - - -
Gereja erasia (Passer montanus) - -
Burung Tekukur (Sterptopelia
chinensis)
- - - - - - -
Wallet sapi (Collocalia esculenta)
Prenjak padi (Prinia inornata) - - - - - - -
Prenjak jawa (Prinia familiaris) - - - - - -
Kipasan Belang (Rhipidura javanica) - - - - - - -
Merpati (Columba livia) - - - -
Ayam (Gallus gallus) - - - - - -
Kalkun (Meleagris) - - - - - - -
Angsa (Cygnus sp.) - - - - - - -
Puyuh (Turnix sylvatica) - - - - - - -
Cici padi (Cistitola juncidis) - - - - - - -
Emprit gantil (Cacomantis merulinus) - - - - - - -
Gagak (Corvus enca) - - - - - - -
Burung pelatuk - - - - - - -
Burung cabe (Dicaeum trochileum) - - - - - - -
Burung kacamata (Zosterops sp.) - - - - - - -
Dederuk jawa - - - - - -
Bondol sawah ( Ardeola spesiosa ) - - - - - - -
Keterangan :
: ditemukan
- : tidak ditemukan
1. lokasi di persawahan (persawahan di sekitar perum UNS Triyagan
Sukoharjo)
2. lokasi di tempat ramai yang banyak dinaungi pohon besar (Keraton Solo)
2a. alun-alun utara
2b. kraton siti inggil
3. lokasi di dekat jalan raya (Boelevard UNS, Jl. Ir Soetami)
4. lokasi di sekitar perumahan (perumahan Ngoresan , Jebres, Surakarta)
5. lokasi di taman kota (Taman Kota Balekambang)
6. lokasi di pedesaan yang vegetasinya masih banyak (Bekonang dan
Pandean, Gemolong)
7. lokasi di tempat yang banyak pencemaran (Terminal Tortonadi)
3. Deskripsi tiap spesies
Nama Spesies KETERANGAN
Bondol jawa
(Lonchura leucogastroides)
Makanan : biji – bijian
Habitat : di areal persawahan, daerah aliran sungai
dan pohon yang rimbun
Ciri – ciri: coklat tua di punggung, sayap dan sisi
atas tubuhnya, tanpa coretan-coretan. Muka, leher
dan dada atas berwarna hitam; dada bawah, perut
dan sisi tubuh putih bersih, nampak kontras
dengan bagian atasnya. Sisi bawah ekor
kecoklatan. Burung ini biasanya bersarang di
pohon rimbun seperti: cemara, pohon mangga, dan
di pohon bambu buluh yang ada di daerah aliran
air. Burung iji biasanya menghasilkan anak 2 – 4
ekor.
Bondol peking
(Lonchura punctulata)
Makanan : biji-bijian
Habitat : Bondol peking sering ditemui di
lingkungan pedesaan dan kota, terutama di dekat
persawahan atau tegalan. Makanan utama burung
ini adalah aneka biji rumput-rumputan termasuk
padi. Oleh sebab itu bondol peking kerap
mengunjungi sawah, padang rumput, lapangan
terbuka bervegetasi dan kebun
Ciri-ciri : Burung yang berukuran kecil, dari paruh
hingga ujung ekor sekitar 11 cm. Burung dewasa
berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas
tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar
berwarna muda. Sisi bawah putih, dengan lukisan
serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi
tubuh. Perut bagian bawah sampai pantat putih.
Burung muda dengan dada dan perut kuning tua
sampai agak coklat kotor. Jantan tidak berbeda
dengan betina dalam penampakannya. Hidup
berpasangan atau dalam kelompok kecil, bondol
peking sering teramati bergerombol memakan
bulir biji-bijian di semak rerumputan atau bahkan
turun ke atas tanah. Kelompok ini umumnya
lincah dan bergerak bersama-sama, sambil terus
berbunyi-bunyi saling memanggil.
Bentet kelabu
(Lanius schach)
Makanan: belalang, kumbang, tonggeret, serangga
besar.
Habitat : Daerah terbuka, padang rumput,
perkebunan, tegalan. Tersebar sampai ketinggian
1.600 m dpl.
Ciri-ciri : Tubuh berukuran agak besar (25 cm).
Warna hitam, coklat, putih. Ekor panjang.
Dewasa: Dahi, topeng, ekor hitam. Sayap hitam
berbintik putih. Mahkota dan tengkuk abu-abu.
Punggung, tunggir, sisi tubuh coklat kemerahan.
Dagu, tenggorokan, dada, perut tengah putih.
Remaja: Warna lebih suram. Garis di sisi tubuh
dan punggung. Kepala dan tengkuk lebih abu-abu.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam. Duduk pada
tenggeran, mendadak menyambar serangga
terbang atau di atas tanah. Sarang berbentuk
cawan kuat, agak tidak rapih, dari batang rumput,
serat dan akar halus.Telur berwarna putih,
berbercak abu-abu dan coklat, jumlah 2-3 butir.
Berbiak bulan Mei-Agustus, Mei-Juli.
Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
Makanan : buah-buahan dan serangga
Habitat : ladang, kebun, hutan.
Ciri-ciri : Kepal hitam, perut putuh keabuan, ekor
hitam, Punggung abu – abu, sayap hitam, paruh
hitam, Pantat warna kuning terang.
Burung ini memiliki suara yang khas. Burung ini
biasa menghasilkan anak 2 – 3 ekor. Burung ini
termasuk jenis yang aktif. Mereka biasanya
bersarang dipohon yang rimbun dan tenang.
Makanannya meliputi buah seperti : papaya,
pisang, jambu biji dll.
Burung Merbah cerucuk
(Pycnonotus sp.)
Makanan : buah – buahan, serangga, ulat
Habitat : pohon, hutan, perkebunan
Ciri-ciri : kepala putih kecoklatan, dada putih
keabuan, sayap hingga ekor coklat, pantat kuning
keputihan. Paruh hitam dan ada garis hitam hingga
mata. Burung ini biasa ditemui di pepohonan
rimbun, mereka jg memiliki suara yang khas pada
waktu pagi, biasanya berkicau di ujung pohon.
Burung ini biasanya bersarang di pohon yang
rimbun dan menghasilkan anak 2 ekor dengan
jumlah telur 2 butir.
Gereja erasia
(Passer montanus)
Makanan : pemakan segala
Habitat : sawah, ladang, dirumah-rumah
Ciri-ciri : atas kepala coklat, dada hingga ujung
ekor coklat keputihan, pipi berwarna putih dan ada
lingkaran hitam, bulu di tenggorokan berwarna
hitam, paruh hitam. Sayap berwarna coklat dengan
garis hitam dan putih. Burung ini lebih banyak
tingggal di rumah-rumah dan biasanya bersarang
di lubang genting. Burung ini biasanya bertelur 2
– 4 butir. Lingkaran hitam di pipi burung ini
seakan – akan itu adalah mata dari burung ini.
Burung Tekukur
(Sterptopelia chinensis)
Makanan : biji – bijian
Habitat : sawah, ladang, kebun, padang rumput,
hutan.
Ciri-ciri : badan berwarna coklat, sayap berna
coklat dengan garis hitam dan putih, di leher atas
ada ada titik hitam putih dan warna ekor coklat, di
bola mata ada lingkaran merah. Bila musim panen
burung ini sanagt gampang ditemui, burung ini jg
sering hinggap di atas genting rumah, sambil
megeluarkan suaranya yang khas. Burung ini biasa
bersarang di pohon yang tinggi. Burung ini
menghasilkan telur cuma 2 butir tiap sarang, tapi
tidak jarang jumlah anak yang lahir cuma 1 ekor
saja
Wallet sapi
(Collocalia esculenta)
Makanan : serangga kecil
Habitat : sawah yang berair, goa
Ciri-ciri : atas kepala-sayap-punggung-hingga
ekor betwarana hitam kebiruan, pangkal paruh dan
daerah leher berwarna coklat kemerahan, dada
hingga bawah perut putih, diujung – ujung ekor
ada titik putih di masing-masing bulu ekor bagian
atas. Burung ini sering diamanfaatkan sarangnya
oleh manusia sebagai makanan dan obat. Burung
ini biasa tinggal di rumah yang lama tidak
berpenghuni, mereka membuat sarangnya dari air
liur atau ludahnya, sarang mereka biasanya
menenpel di tembok atau kayu. Burung ini
bertelur 2 buitr tiap sarang. Burung ini biasa
terlihat di sawah yang sedang berair untuk
mencari makan, dengan menyambar serangga
yang ada di permukaan air.
Prenjak padi
(Prinia inornata)
Makanan : serangga dan ulat
Habitat : semak, rumput, pohon
Ciri-ciri : Agak sedang (15 cm), berwarna
kecoklatan. Ekor panjang, alis-mata keputih-
putihan. Tubuh bagian atas coklat keabu-abuan
suram, tubuh baian bawah kuning-tua sampai
merah-karat.Iris coklat muda; paruh atas coklat,
paruh bawah kemerahjambuan pucat; kaki
kekuningan. Mirip Perenjak coklat, perbedaan
terletak pada warna punggung yang lebih pucat
dan lebih seragam. Hidup dalam kelompok
kecil. Sering berkicau sambil bertengger secara
mencolok di pohon, batang rumput, atau sewaktu
terbang. Menghuni daerah berumput panjang,
gelagah, paya-paya, kebun jagung dan sawah
sampai ketinggian 1500 mdpl.
Prenjak jawa
(Prinia familiaris)
Makanan : serangga dan ulat
Habitat : semak, rumput, pohon
Ciri-ciri : kepala sampai punggung berwarna
abu-abu, leher berwarna putih keabuan, perut
berwarna kuning, ekor berwarna abu-abu dengan
putih di ujung ekor, kaki dan mata berwarna
merah, sayap berwarna abu-abu dengan stripe
putih. Burung ini sering menghabiskan waktunya
bermain di semak. Suara burung ini nyaring dan
beragam. Mereka umumnya bersarang di semak-
semak dan menghasilkan 2 – 3 butir telur.
Kipasan Belang
(Rhipidura javanica)
Makanan : serangga-serangga kecil, ulat
Habitat : Daerah terbuka, hutan sekunder, hutan
mangrove, pekarangan. Tersebar sampai
ketinggian 1.500 m dpl.
Ciri-ciri :
Tubuh berukuran sedang (19 cm).
Dewasa: Tubuh bagian atas abu-abu jelaga. Alis,
dagu, dan tenggorokan putih. Garis hitam khas
pada dada. Tubuh bagian bawah putih. Ujung
bulu ekor putih lebar.Remaja: tunggir dan
penutup ekor atas kemerahan. Pita dada kurang
terlihat. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Bersifat aktif, berpindah dari satu tenggeran ke
yang lain. Kadang sendirian, berpasangan, atau
kelompok keluarga. Kadang bergabung dalam
kelompok campuran.
Sarang berbentuk cawan, dari tumbuhan halus
direkatkan dengan jaring lab-laba, pada dahan
ramping atau tumbuhan merambat, dekat
permukaan tanah. Telur berwarna kuning
tua,berbintik abu-abu, jumlah 2 butir. Berbiak
bulan Maret-Mei, April-Juni.
Merpati
(Columba livia)
Makanan : biji-bijian
Habitat :
Ciri-ciri : Merpati dan dara adalah burung
berbadan gempal dengan leher pendek dan paruh
ramping pendek dengan cere berair. Spesies yang
umumnya dikenal sebagai "merpati"
adalah merpati karang liar, umum digunakan di
banyak kota. Dara dan merpati mebangun
sangkarnya dari ranting dan sisa-sisa lainnya, yang
ditempatkan di pepohonan, birai, atau tanah,
tergantung spesiesnya. Mereka mengerami satu
atau dua telur, dan kedua induknya sangat
memedulikan anaknya, yang akan meninggalkan
sangkarnya setelah 7 hingga 28 hari
Ayam
(Gallus gallus)
Makanan: buah, biji-bijian, serangga, binatang
kecil.
Habitat : Lebih menyukai habitat semak setengah
terbuka. Dapat tinggal di hutan lebat.
Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Ciri-ciri : Tubuh berukuran agak besar (jantan 70
cm, betina 42 cm). Jantan: Jengger bergerigi,
gelambir, muka merah. Bulu tengkuk, penutup
ekor, bulu primer biru perunggu. Mantel coklat
berangan. Bulu ekor panjang. Penutup sayap
hitam kehijauan. Bagian bawah hijau gelap.
Betina: Coklat suram. Coretan hitam pada leher
dan tengkuk. Iris merah, paruh warna tanduk, kaki
abu-abu kebiruan. Jantan cenderung soliter,
kadang bersama beberapa betina atau jantan lain.
Mencari makan di tanah tapi memiliki
kemampuan terbang yang cukup baik. Kadang
juga bertengger di pepohonan. Sarang berupa
gundukan kasar pada semak yang lebat.
Telur berwarna kuning pucat kemerahan, jumlah
4-5 butir. Berbiak sepanjang waktu
Kalkun
(Meleagris)
Makanan : biji-bijian
Habitat : lahan lapang, semak
Ciri-ciri : spesies burung berukuran besar dari
ordo Galliformes genus Meleagris.
Kalkun betina lebih kecil dan warna bulu kurang
berwarna-warni dibandingkan kalkun jantan.
Sewaktu berada di alam bebas, kalkun mudah
dikenali dari rentang sayapnya yang mencapai 1,5-
1,8 meter. Mempunyai gelambir pada bagian
depan paruhnya. Kalkun diketahui mempunyai
kemampuan unik dalam melakukan reproduksi
aseksual. Walaupun tidak ada kalkun pejantan,
kalkun betina bisa menghasilkan telur yang fertil.
Angsa
(Cygnus sp.)
Makanan : hewan kecil,biji-bijian, kebanyakan
herbivore.
Habitat : di lahan basah, dekat perairan seperti
sungai danau, rawa.
Ciri-ciri : mempunyai leher yang panjang, dapat
mencapai panjang 60 inci dan berat 50 pound.
Bentangan sayap mereka dapat mencapai panjang
tiga meter. Dibandingkan dengan saudaranya,
angsa berleher pendek, angsa berukuran lebih
besar dalam ukuran dan secara proporsional
memiliki kaki dan leher yang lebih besar. Pada
angsa dewasa, mereka mempunyai tanda berupa
kulit yang tidak ditutupi bulu di antara mata dan
paruh. Angsa jantan dan betina mirip, tidak
menunjukkan sifat dimorfisme seksual. Namun
ukuran angsa jantan umumnya lebih besar dan
lebih berat.
Angsa membentuk ikatan monogami yang dapat
berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam
beberapa kasus, ikatan ini dapat berlangsung
seumur hidup. Sarang mereka berada di daratan
dekat perairan, dan jaraknya sekitar satu meter.
Tidak seperti bebek dan angsa berleher pendek,
angsa jantan membantu pembangunan sarang.
Ukuran rata-rata telur angsa adalah (tinggi x
diameter) 113 x 74 mm dan berat 340
g. Inkubasi berlangsung selama 34-45 hari.
Puyuh
(Turnix sylvatica)
Makanan : biji-bijian,serangga
Habitat : Padang rumput, semak belukar.
Ciri-ciri : Tubuh berukuran sangat kecil (14 cm).
Berwarna merah karat, mirip Puyuh.
Perbedaan: Dada merah karat tanpa garis. Ada
coretan putih pada tubuh bagian atas. Warna
kemerahan dan bintik-bintik hitam pada sisi tubuh.
Betina: Tubuh lebih besar. Warna lebih gelap dan
lebih merah. Iris kuning, paruh abu-abu, kaki
keputih-putihan. Kebiasaan hidup mirip dengan
Gemak loreng. Sarang mirip Gemak loreng
Cici padi
(Cistitola juncidis)
Makanan: serangga kecil.
Habitat : Padang rumput, sawah, kebun tebu.
Habitat lebih basah daripada Cici merah. Tersebar
sampai ketinggian 1.200 m dpl.
Ciri-ciri :
Tubuh berukuran kecil (10 cm).
Bercoret coklat. Tunggir merah karat kekuningan.
Ujung ekor putih mencolok.
Perbedaan dengan Cici merah: alis mata putih, sisi
leher dan tengkuk lebih pucat.
Iris coklat, paruh coklat, kaki putih sampai
kemerahan.
Pada waktu terbang bercumbu, jantan
mengelilingi dan melayang tinggi di atas
pasangan sambil bersuara. Masa tak berbiak
bersembunyi dan tidak mencolok.
Sarang berbentuk botol bulat berongga dengan
lubang masuk pada ujung atas, dari serat rumput,
ditenun dengan rumput disekeliling. Telur
berwarna biru pucat, kadang berbintik agak
merah, jumlah 3-5 butir. Berbiak bulan
November, Februari-September.
Emprit gantil
(Cacomantis merulinus)
Makanan: serangga, ulat
Habitat : hutan, daerah aliran sungai, sabana,
pohon-pohon besar
Ciri-ciri : seluruh badan berwarna coklat denagn
garis hitam, paruh hitam
Burung ini sering dijumpai di pohon tinggi dan
sering bertengger di ujung cabang pohon. Burung
jni mempunya kebiasaan unik yaitu dia tidak
membangun sarang tetapi menempatkan telurnya
di sarang burung lain, dan menyerahkan semuanya
kepada burung lain. Burung ini hanya bertelur 1
butir. Burung ini suka berada di tempat yang
sangat sepi, jarang ada manusia yang berlalu
lalang di daerah tersebut.
Gagak
(Corvus enca)
Makanan : buah-buahan, daging
Habitat : hutan
Ciri-ciri : seluruh badan berwarna hitam.
Burung ini dimasyarakat sering dibagi menjadi
dua jenis yaitu: gagak bunga atau buah dan gagak
bangkai. Gagak buah biasa dipelihara karena dari
segi perawatan lebih mudah dibandingkan gagak
bangkai. Burung gagak biasa bertelur di pohon
tinbggi dan biasa membangun sendiri sarangnya.
Burung gagak biasa bertelur 2 – 3 butir.
Burung pelatuk Makanan : serangga, ulat
Habitat : hutan
Ciri-ciri : Pelatuk biasa : kepala putih dengan
stripe hitam, sayap hitam dengan titik putih
sepajang sayap, punggung – dada hingga perut
berwarna putih, ekor hitam, kepala ada bulu
berwarna merah mirip jambul.
Pelatuk besi : badan lebih besar dari pelatuk biasa,
badan coklat kehitaman, ada jambul di kepala
berwarna merah, paruh hitam, kaki hitam
Burung ini suka mencari makan batang – bantang
pohon, mereka biasanya melubangi pohon
menggunankan paruh mereka yang panjang dan
runcing untuk menangkap ulat yang ada di batang
pohon. Burung ini biasa ditemui di pinggiran
hutan atau dalam hitam. Mereka bersarang di
lubang – lubang pohon yang mereka lubangi
sendiri. Mereka biasanya mengeluarkan telur 2 – 3
butir, tp biasanya yang menetas hanya 2 ekor tiap
sarang.
Burung cabe
(Dicaeum trochileum)
Makanan : buah – buahan, serangga
Habitat : di pohon yang banyak benalu, hutan
Ciri-ciri : kepala, punggung, sayap, hingga ekor
berwarna hitam, dada putih, leher bawah berwarna
merah, paruh hitam, ada juga yang berparuh
merah.Burung ini suka berada di pohon yang
tinggi dan kadang juga di pohon yang rendah,
untuk mencari makan. Kadang burung ini
memakan buah dari pohon benalu. Ukuran dari
burung ini kecil. Burung ini suka bersarang di
pohon yang tinggi dan menghasilkan 2 – 3 butir
telur.
Burung kacamata
(Zosterops sp.)
Makanan : buah – buahan, serangga kecil
Habitat : hutan, kebun,
Ciri-ciri : kepala punggung sayap hingga ekor
berwarna hijau kekuningan, leher hingga perut
berwarna abu – abu, kaki hitam, dan lingkaran
mata berwarna putih.
Burung ini biasa terbang berkelompok atau
berpasangan. Lingkaran putih di mata yang secara
tidak langsung memberikan nam untuk buurng
tersebut. Buurng ini biasa bertelur 2 – 3 butir tipa
sarang.
Dederuk jawa (Streptopelia
bitorquata / Streptopelia
Makanan : biji – bijian
cinensis) Habitat : sawah, ladang, hutan, kebun
Ciri-ciri : badan hingga ekor berwarna putih
kecoklatan, dan ada juga yang berwarna putih,
dengan garis hitam yang berbentuk setengah
lingkaran di leher.
Burung ini juga sama persis kehidupannya dengan
burung tekukur atau kukur yaitu menghasilkan
telur 2 butir dan bersarang di pohon yang rimbun.
Bondol sawah
( Ardeola spesiosa )
Makanan : Di alam burung blekok berburu
mangsa berupa katak, ikan. Kadang dijumpai
burung ini menadapatkan pakan berupa ular atau
belalang, serta avertebrata air
Habitat : Di hutan tropika basah, lahan basah,
lahan terbuka dekat perkebunan. Tersebar di
semenanjung Malaysia, Indochina, Indonesia. Di
daerah makam Mojo - perumahan Ngoresan –
daerah RSJ Surakarta burung ini diduga hidup di
anak sungai bengawan Solo yang memanjang di
sepanjang utara kuburan Mojo hingga muara
sungai ini yaitu di sungai Bengawan Solo
Ciri-ciri : panjang tubuh 45 cm. Burung ini
mempunyai kaki, jari-jari berukuran panjang dan
paruh juga panjang yang berujung lancip. Warna
bulu kepala dan leher coklat-kuning kehijauan,
bagian punggung abu-abu kehitaman, bagian
sayap dan perut, serta ekor berwarna putih. Mata
berbentuk bulat, warna kuning dengan kulit sekitar
mata berwarna kehijauan. Warna kaki, jari-jari
kaki, dan paruh putih-kehijauan
4. Mengapa secara umum habitat yang berbeda kondisi jenis populasi juga berbeda
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu
spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembang
biakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki
kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme.
Dilihat dari komposisinya di alam, habitat organisme terdiri dari 3
komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan yaitu komponen biotik
meliputi vegetasi, satwaliar, dan organisme mikro. Komponen fisik meliputi air,
tanah, iklim, topografi dll. Komponen kimia meliputi meliputi seluruh unsur
kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun fisik.
Di lingkungan dengan kondisi fisik yang ekstrim, aktivitas biologi relatif
kurang berkembang, sedangkan di lingkungan yang kondisi fisiknya sesuai,
interaksi dalam ekosistem, habitat secara efektif akan membatasi pertumbuhan
populasi satwa. Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis satwa belum tentu
sesuai untuk kehidupan jenis satwa yang lain karena pada dasarnya setiap jenis
satwa memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda. Berkurangnya habitat
disebabkan karena beberapa faktor. Ada tiga faktor utama yang dinilai sangat
mempengaruhi terhadap perubahan habitat, yaitu: aktivitas manusia, satwa liar
dan bencana alam seperti gunung meletus.
Secara fungsional, seluruh komponen habitat di atas menyediakan pakan,
air dan tempat berlindung bagi satwa liar burung. Jumlah dan kualitas ketiga
sumber daya fungsional tersebut akan membatasi kemampuan habitat untuk
mendukung populasi satwa liar. Komponen fisik habitat (iklim, topografi, tanah
dan air) akan menentukan kondisi fisik habitat yang merupakan faktor pembatas
bagi ketersediaan komponen biotic di habitat tersebut.
Setiap burung mempunyai habitat yang berbeda-beda seperti burung
bondol jawa yang banyak ditemukan di area persawaham. Hal ini dikarenakan
burung tersebut merupakan pemakan biji bijian dan area persawahan menyediakan
makanan untuk burung tersebut serta tempat untuk membuat sarang di pohon
sekitar area persawahan tersebut, begitu pula dengan burung cici padi yang
ditemukan pada Tebon, Baki-Pandean Gemolong-Sragen tidak akan di temukan
pada kawasan Terminal Tirtonadi, karena burung tersebut merupakan pemakan
biji-bijian seperti padi . kedua spesies burung ini hanya akan ditemui pada
habitant yang demikian yang tidak ditemukan di tempat lain seperti Terminal
Tirtonadi. Seperti diketahui terminal adalah tempat yang jarang ditumbuhi
tumbuhan dan tidak menyediakan pakan bagi mereka. Aktivitas manusiapun
mempengaruhi populasi burung seperti asap kendaraan yang akan membuat
burung terganggu dan lebih memilih tinggal di kawasan yang masih asri seperti
pedesaan hal itulah yang membuat populasi burung di pedesaan lebih banyak
dibandingkan di perkotaan.
Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya
bagi masyarakat, antara lain :
1. Membantu mengendalikan serangga hama,
2. Membantu proses penyerbukan bunga,
3. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan,
4. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
5. Sebagai sumber plasma nutfah,
6. Objek untuk pendidikan dan penelitian
5. Kesimpulan
Burung yang ada pada suatu habitat memiliki jenis yang berbeda di setiap
habitatnya. Hal ini bekaitan dengan kebutuhan burung tersebut. Ada tiga faktor
utama yang dinilai sangat mempengaruhi terhadap perubahan habitat, yaitu:
aktivitas manusia, satwa liar dan bencana alam. Aktivitas manusia mempengaruhi
jumlah burung yang ada pada suatu habitat, selain itu burung akan memilih
habitat yang menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk berkembang biak
dan bertahan hidup.
top related