pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan...
Post on 27-Apr-2019
241 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA GURU PAI
DI SMP NEGERI 98 JAKARTA
(Penelitian Kualitatif di SMP Negeri 98 Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Muhammad Rian Padhila NIM. 1110011000064
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LBMBAR PENGESATIAN PEMBIMBING
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKANKINERJA GT}RU PAI DI SMP NEGERI gS JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(s Pd.r)
Oleh
MUHAMMAD RIAN PADHILA
NIM: r110011000064
Dosen Pembimbing:
Drs. Masan AF, M.Pd
NIP. 19sr0716 198103 I 005
JURUS$I PEI{DIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKTILTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGI]RUAN
UNTVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARJT HIDAYATTILLAH
JAKARTA
2At4
LEMBAR PENGESAIIAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Supenrisi Klinis untuk Meningkatkan
Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta disusun oleh Muhammad Rian
Padhila, NIM. 1110011000064, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguman, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta:
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
unhrk diujikan pada sidang muraqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
Jakarta, 1 7 November 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Drs. Masan AF, M-Pd
NrP. 19510716 198103 1 005
llt
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan KinerjaGuru PAr di SMP Negeri 98 Jak*rta disusun oleh MUHAMMAD RIANPADHILA Nomor Induk Mahasiswa 1110011000064, diajukan kepada FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan UfN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telahdinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 02 Februari 2a1,5dihadapan dewan penguji. oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelarSarjana Pendidikan Islam (s.Pd.I) dalam bidang pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 02 Februari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr H. Abdul Majid Khon M AgNIP. 19580707 t98703 I 005
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)
tt Marhamah Saleh. Lc.. MANIP. 19720313 200801 2 010
Penguji I
Prof. Dr. H. Salman HarunNIP. 19450612 196510 I 001
Penguji II
Siti Khadijah. MANIP. 19700727 199703 2 004
Tanggal
Tanggal Tanda'lggan
_1'w+_Lo n--Tot{({ /
Tanggal
Tanggal
Q z : ?!!f-
Mengetahui:Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
ST]RAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Rian Padhila
NIM :1110011000064
Jurusan . Pendidikan Agama Islam
Angkatan : 20l0l20ll
Alamat : Jl. Margonda raya Rt. 03/017 No. 25 Kel. Kemiri muka Kec. Beji
Kota Depokl6423
MEIYYATAI(AN DENGAN SESUNGGUHIYYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Supervisi Klinis Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta adalah benar
hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:
: Drs. Masan AI, M.Pd
: 195107161981031005
Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan penulis siap
menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, I 7 November 2014
Nama
NIP
Menyatakan
vi
ABSTRAK
Muhammad Rian Padhila (1110011000064). Pelaksanaan Supervisi Klinis
untuk Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi
klinis untuk meningkatkan kinerja guru, mengetahui dampak dari pelaksanaan
supervisi klinis yang dilakukan guru PAI, dan untuk mengetahui faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis bagi guru PAI.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September – Oktober 2014 di SMP
Negeri 98 Jakarta.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Kemudian dalam teknik
pengumpulan data penulis melakukan tiga teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data-data yang telah didapat
dari ketiga teknik tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis data yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan supervisi klinis di SMP
Negeri 98 Jakarta sudah berlangsung dengan baik, banyak yang mendukung
pelaksanaan kegiatan supervisi klinis ini. Mulai dari kepala sekolah serta
jajarannya dan guru yang bersangkutan. Dalam supervisi klinis ini setiap tahapan
mampu memberikan makna yang dapat meningkatkan kinerja guru pendidikan
agama islam (PAI), mulai dari tahap pertemuan awal, tahap observasi
pembelajaran sampai pada tahap pasca pertemuan balikan. Dampak yang
dirasakan guru PAI setelah pelaksanaan supervisi klinis adalah meningkatnya
kemampuan kompetensi professional guru. Dalam pembelajaran pendidikan
agama islam guru mulai memperbaiki proses belajar mengajarnya sehingga dapat
meningkatkan kinerjanya didalam mengajar. Faktor pendukung dalam
pelaksanaan supervisi klinis ini yaitu adanya dukungan yang tinggi dari pihak
pengelola sekolah, apresiasi yang tinggi diberikan dari Kepala Sekolah terhadap
pelaksanaan supervisi klinis. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan
supervisi klinis adalah masalah waktu pelaksanaan supervisi klinis, terkadang
waktu sudah ditetapkan untuk pelaksanaannya namun karena ada agenda lain di
sekolah sehingga pelaksanaan supervisi klinis tersebut dibatalkan, padahal dalam
hal ini guru sudah menyiapkan semuanya.
Kata Kunci : Supervisi Klinis, Kinerja Guru PAI.
vii
ABSTRACT
Muhammad Rian Padhila (1110011000064). Implementation of Clinical
Supervision to Improve the Performance of PAI Teachers in Junior High
School 98 Jakarta.
This research aims to determine how the implementation of clinical
supervision to improve the performance of teachers, knowing the impact of the
implementation of clinical supervision conducted PAI teachers, and to determine
the contributing factors and obstacles in the implementation of clinical
supervision for teachers PAI. This study was conducted on September-October
2014 in Junior High School 98 Jakarta.
The research methods used in this study is a qualitative approach with case
study method. Later in the data collection techniques the authors conducted three
data collection techniques are observation, interviews, and documentation. Then
the data that has been obtained from the three techniques is analyzed using data
analysis of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.
The results based on the data of observation, interviews, and documentation
showing that the process of implementation of clinical supervision in SMP Negeri
98 Jakarta has been going well, many of which support the implementation of
clinical supervision. Starting from the principal, his staff and the teacher
concerned. In this clinical supervision every stage capable of giving meaning to
improve the performance of Islamic religious education teachers (PAI), starting
from the initial meeting, the observation stage of learning to the post-meeting
phase reversal. PAI teachers perceived impact after implementation of clinical
supervision is increasing the ability of professional competence of teachers. In the
study of Islamic religious education teachers improve teaching and learning
process started so as to improve its performance in teaching. Contributing factor
in the implementation of clinical supervision is that the high support from the
school administrators, given the high appreciation of the Principal of the
implementation of clinical supervision. While limiting factor in the
implementation of clinical supervision is a matter of timing of clinical
supervision, sometimes the time has been set for implementation, but because
there is another agenda at the school so that the implementation of clinical
supervision is canceled, but in this case the teacher has prepared everything.
Keywords: Clinical Supervision, Teacher Performance PAI.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia
yang telah tercurahkan, sehingga setelah melalui proses yang cukup panjang
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
seluruh penerus perjuangannya yang telah membawa umatnya kepada jalan
kebenaran.
Penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk
Meningkatkan Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta” ini pada
dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Cukup terharu rasanya ketika penulis telah menyelesaikan proses akademik
dan penyusunan skripsi ini, karena dengan media ini penulis telah banyak belajar,
berpikir, berimajinasi, mencurahkan segenap kemampuan dalam hal pemikiran,
kreatifitas dan ketelitian untuk memenuhi kebutuhan kurioritas (rasa ingin tahu)
penulis dalam masalah pendidikan. Dan penulis sadar akan berbagai kelemahan,
kebodohan, dan keterbatasan yang ada dalam diri penulis yang terdapat didalam
tulisan ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati sudah sepantasnya penulis
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyda, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ix
2. Ibu Nurlena Rifai, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA.,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Drs. Masan AF, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang bersedia
meluangkan waktu dan senantiasa memberikan petunjuk, arahan, bimbingan
serta koreksi dengan penuh kesabaran sehingga mencapai hasil yang
maksimal.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang
telah diberikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Dra.Hj.Ida Farida,M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 98 Jakarta yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
yang beliau pimpin.
7. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SMP Negeri 98 Jakarta yang telah
banyak membantu penulis dalam pengumpulan data untuk skripsi ini,
diantaranya adalah: Ibu Dra. Sri Triana Purwaningrum, bapak Drs. Sri
Purwata, bapak Idi Supriyadi, S.Pd.I, dan bapak Jamhari E, S.Pd.I.
8. Orang tua, baik ayahanda Mashud, MM., dan ibunda Maryati, yang selalu
penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan
materil. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan cinta yang
mereka berikan kepada penulis.
9. Kakakku Amelia Solihat, S.Pd beserta suami & anak, dan adikku Nurkamelia
Sopianah yang selalu memberikan dukungan dan doanya selama ini.
10. Seluruh keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan motivasi,
dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Dewanti Mustika Sari, yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi ini
dengan dorongan, motivasi, nasehat, dan masukan-masukannya yang menjadi
inspirasiku dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
x
12. Teman-teman seperjuangan selama menjalani perkuliahan di jurusan
Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 kelas A sampai kelas D, terutama
kelas B yang selalu memberikan motivasi dan saling tukar informasi selama
proses penulisan skripsi ini.
13. Teman-teman kuliah: Aminudur Yusuf Putra, Yuda Setiadi, Ahmad Cahyadi,
Chaerul Umam, Soni Harianto, M. Mujallisin, dan semua teman-teman
seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
14. Teman-teman PPKT: Nurhasanah, Afni, Arfiyani, Atsna, dan Dewa yang
menemani saat praktek mengajar di MTs Islamiyah Sawangan dan semua
siswa/i MTs Islamiyah Sawangan yang telah membantu meringankan beban
ketika praktek mengajar.
15. Guru-guru di MTs Islamiyah Sawangan: Bpk. Sholahuddin, bu Nurhasanah,
bu Zakiyah, dan guru-guru yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang telah memberikan banyak pelajaran yang berharga dalam
mengajar yang baik.
16. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta
perhatian yang luar biasa.
Akhirnya, semoga segala bantuannya yang tidak ternilai ini mendapatkan
balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya, dan semoga penelitian
ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi khasanah ilmu
pengetahuan, Amiiin.
Jakarta, 17 November 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... .. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 7
A. Supervisi Klinis ……………………………….. ........................ 7
1. Pengertian Supervisi Klinis ................................................. 7
2. Ciri-Ciri Supervisi Klinis .................................................... 10
3. Tujuan Supervisi Klinis ...................................................... 11
4. Karakteristik Supervisi Klinis ............................................. 12
5. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis .......................................... 13
6. Proses/Pelaksanaan Supervisi Klinis .................................. 15
a. Tahap pertemuan awal ................................................. 15
b. Tahap observasi ........................................................... 16
c. Tahap pertemuan balikan ............................................. 18
xii
B. Kinerja Guru ……………........................................................... 20
1. Pengertian Kinerja Guru ..................................................... 20
2. Macam-Macam Kinerja Guru ............................................. 23
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru .............. 27
C. Pendidikan Agama Islam ........................................................... 32
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................................. 32
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................ 33
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .......................... 35
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................. 37
D. Penelitian yang Relevan ............................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 42
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 42
B. Latar Penelitian (Setting) ............................................................ 42
C. Metode Penelitian ....................................................................... 54
D. Objek Penelitian ......................................................................... 55
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 55
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 63
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 65
A. Deskripsi Data ............................................................................ 65
B. Pembahasan ................................................................................ 68
1. Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta .... 68
2. Dampak Supervisi Klinis terhadap Peningkatan Kinerja
Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta ................................... 76
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta ........................ 78
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 80
A. Kesimpulan ................................................................................ 80
B. Implikasi ..................................................................................... 81
xiii
C. Saran ........................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Siklus Supervisi Klinis ...................................................................... 20
Tabel 3.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 98 Jakarta ..................................... 47
Tabel 3.2 Data Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah ............................. 48
Tabel 3.3 Data Guru berdasarkan kualifikasi pendidikan ................................. 48
Tabel 3.4 Jumlah guru dengan tugas mengajar ................................................. 49
Tabel 3.5 Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung ....................................... 50
Tabel 3.6 Data Siswa dalam Tiga Tahun Terakhir ........................................... 51
Tabel 3.7 Data Ruang Belajar ........................................................................... 51
Tabel 3.8 Data Ruang Kantor ........................................................................... 52
Tabel 3.9 Data Ruang Penunjang ...................................................................... 52
Tabel 3.10 Data Lapangan Olahraga dan Upacara .............................................. 53
Tabel 3.11 Observasi Penelitian .......................................................................... 57
Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Supervisor ...................................................... 58
Tabel 3.13 Pedoman Wawancara Guru PAI ....................................................... 60
Tabel 3.14 Dokumen Penelitian .......................................................................... 63
Tabel 4.1 Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta .................. 65
Tabel 4.2 Aktivitas Mengajar Guru PAI ........................................................... 67
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Guru
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Supervisor
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru PAI
Lampiran 4 Berita Wawancara Supervisor
Lampiran 5 Berita Wawancara Guru PAI
Lampiran 6 Instrumen Supervisi Klinis
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 8 Daftar Uji Referensi
Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 11 Surat Keterangan Sekolah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan yang
sedang berjalan maupun produk hasil pendidikan itu sendiri. Dari proses
pendidikan khususnya pembelajaran sebagian besar guru kita lebih cenderung
menanamkan materi pelajaran yang bertumpu pada satu aspek kognitif tingkat
rendah seperti mengingat, menghafal dan menumpuk informasi. Rendahnya
kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas proses
penyelenggaraan sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur, namun
proses belajar mengajar merupakan jantungnya pendidikan yang harus
diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah transformasi
berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Oleh karena itu perhatian terhadap kinerja sumber daya manusia adalah
hal yang utama yang perlu diperhatikan untuk menyiapkan SDM yang handal
dan berkualitas. Sebagai suatu upaya, pendidikan berusaha menjadikan
manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa (afektif),
maupun dari segi karsa (psikomotorik). Pembinaan dari segi cipta antara lain
bisa dilakukan melalui peningkatan intelektualitas, pendidikan dan latihan
logika dalam wujud penguasaan dan penerapan ilmu dan teknologi.
Pengembangan dari segi rasa dapat dilakukan melalui kegiatan dan apersepsi
kesenian dalam berbagai bentuk. Sedangkan karsa dikembangkan melalui
penanaman dan pengembangan etika, adat kebiasaan dan pendidikan dalam
rangka membangun kemampuan manusia. Disamping itu juga bahwa
pendidikan berhubungan langsung dalam kehidupan manusia kapan dan
dimana saja berada.
Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, maka keberadaan lembaga
pendidikan diharapkan bermutu yang dikelola secara optimal oleh tenaga
pengajar yang profesional merupakan suatu keharusan. Karena lembaga
2
pendidikan yang bermutu akan menghasilkan out put yang berkualitas,
sehingga dapat bersaing dalam era globalisasi ini. Oleh karena itu pendidikan
sebagai usaha sadar untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik
menuju manusia yang sempurna sebaiknya dikelola oleh tenaga guru yang
memiliki profesionalitas tinggi dan kompeten dalam bidang pendidikan,
karena jika tidak demikian tunggulah kehancurannya. Sebagaimana yang
disebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 135, yang
berbunyi :
........
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
Sesungguhnya akupun berbuat (pula).1
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk
tercapainya tujuan pendidikan. Penanggung jawab dalam proses belajar
mengajar adalah guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak
dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
karena guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan terhadap
siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pendidik
merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa signifikan (berarti penting) posisi guru dalam
dunia pendidikan.
Pada saat ini terdapat perkembangan baru dalam sistem pengajaran dan
pendidikan. Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan
kualitas layanan dalam kualifikasi profesional guru yang perlu dibina dan
ditata kembali kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk mengarahkan program guru. Hal ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2004), h. 195
3
berkewajiban membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan
tugas dengan baik sebagai pendidik maupun pengajar.
Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk
peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di
sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
pengembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu, ia harus
melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip
supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat.
Kepala sekolah sebagai seorang yang bertugas membina lembaganya
agar berhasil mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan harus mampu
mengarahkan dan mengkoordinasi segala kegiatan. Tugas demikian tidak lain
adalah tugas supervisi.2 Jadi dapat tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan
itu sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan kegiatan supervisi pengajaran
mengarah kepada supervisi klinis. Hal ini dapat dipahami karena mengajar
tidak dapat dipandang sekedar proses penyampaian pengetahuan saja, tetapi
suatu perbuatan yang kompleks, yang mengandung secara serempak unsur-
unsur teknologi, ilmu, seni, dan pilihan nilai.
Terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang kondusif tidak terlepas
dari faktor kerjasama semua pihak yang ada di sekolah tersebut. Guru selain
sebagai pengajar dan pendidik, mempunyai tanggung jawab lain yaitu
membantu kepala sekolah agar proses pembelajaran di sekolah lebih baik lagi
dalam semua aspek.
Sebagai pengajar guru berfungsi merencanakan program pengajaran,
melaksanakan program pengajaran, dan mengevaluasi program pengajaran
yang telah dilaksanakan. Sebagai pendidik guru bertugas mendidik agar siswa
menjadi manusia dewasa yang berakhlak mulia, sedangkan sebagai pemimpin
guru dituntut mampu menjadi pemimpin yang baik bagi diri sendiri, siswa,
2 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 2, h.
183
4
maupun masyarakat. Begitu pentingnya peran guru, maka seorang guru harus
profesional dan menunjukkan kinerja yang baik untuk meningkatkan mutu
pelayanan pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Usaha meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sebagian besar
terletak pada peningkatan kegiatan guru dalam mendorong murid-murid
kearah tercapainya tujuan. Agar tugas mendidik dan mengajar dapat
ditingkatkan, guru perlu mendapat pembinaan yang berupa pengertian tentang
pentingnya fungsi supervisi pendidikan. Usaha yang demikian tidak dapat
dipisahkan dari peran kepala sekolah yang harus mampu membina guru agar
peka dan peduli terhadap perubahan serta untuk bersikap inovatif dan selalu
mengembangkan kualitas sumber daya dalam mengajar dan mendidik.
Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kecenderungan kinerja guru di SMP Negeri 98 Jakarta saat ini belum optimal.
Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah rendahnya kemampuan IT
dari guru-guru, sarana prasarana yang masih kurang dan kondisi lingkungan
kerja guru yang kurang kondusif. Dengan demikian kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah dituntut mampu mengendalikan dan
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan manajemen secara
profesional.
Proses belajar mengajar di SMP Negeri 98 Jakarta berjalan dengan baik,
namun terdapat pula hal-hal yang harus di evaluasi seperti kinerja guru PAI
yang belum optimal didalam proses belajar mengajar. Sebagaimana hasil
observasi (pra penelitian) yang penulis lakukan dengan kepala sekolah dan
sebagian guru, terdapat persepsi yang menyatakan bahwa guru kurang
disiplin dalam menjalankan tugasnya seperti tidak menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, rendahnya kualitas IT dari guru PAI, dan juga
kurang disiplin waktu dalam mengajar tatkala kepala sekolah tidak berada di
sekolah atau tidak mengontrol kerja guru, khususnya dalam hal
terselenggaranya proses belajar mengajar.
Untuk mengatasi masalah yang dialami oleh guru-guru di SMP Negeri 98
Jakarta khususnya guru PAI adalah dengan melaksanakan supervisi klinis.
5
Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bantuan profesional yang diberikan
secara sistematik kepada guru/calon guru berdasarkan kebutuhan yang
bersangkutan dengan tujuan membina keterampilan mengajar mereka.
Supervisi klinis juga dapat dikatakan sebagai supervisi yang difokuskan pada
perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan
pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Pelaksanaan supervisi klinis memiliki manfaat yang baik, selain dapat
meningkatkan profesionalisme juga dapat meningkatkan kemampuan meneliti
dari supervisor maupun guru.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka penulis akan menulis
skripsi dengan judul: “Pelaksanaan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka
identifikasi permasalahan yang muncul, sebagai berikut:
1. Kinerja guru yang belum optimal dalam proses belajar mengajar.
2. Kurang disiplinnya guru dalam menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
3. Kurang disiplinnya guru pada ketepatan waktu dalam mengajar.
4. Supervisi klinis merupakan suatu bantuan profesional yang diberikan
secara sistematik kepada guru/calon guru dengan tujuan membina
keterampilan mengajar mereka.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini
dibatasi dengan dua aspek, yaitu:
1. Supervisi klinis yang dimaksud disini adalah pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah yang ada pada suatu lembaga pendidikan,
khususnya di SMP Negeri 98 Jakarta.
6
2. Usaha-usaha kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru PAI dalam
proses belajar mengajar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja
mengajar guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta?
2. Bagaimana dampak pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan
kinerja mengajar guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi
klinis di SMP Negeri 98 Jakarta?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan supervisi klinis terhadap
peningkatan kinerja guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta.
b. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan supervisi klinis dalam
meningkatkan kinerja mengajar guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan supervisi klinis di SMP Negeri 98 Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi:
a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan mengenai proses
pelaksanaan supervisi klinis.
b. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
meningkatkan kinerja guru.
c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan
penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Supervisi Klinis
1. Pengertian Supervisi Klinis
Menelaah pengertian supervisi diawali dulu dengan memahami asal
katanya secara etimologis, “supervisi berasal dari kata super and vision.
Super yang artinya diatas, dan vision mempunyai arti melihat atau
pandangan, jadi supervisi diartikan melihat dari atas”.1 Dengan demikian
supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan
kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan diatas atau lebih
tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Menurut arti katanya, “istilah klinis dikaitkan dengan istilah klinik
dalam dunia kedokteran, yaitu tempat orang sakit yang datang ke dokter
untuk diobati”.2 Dalam supervisi klinis, guru disamakan dengan pasien,
sedangkan pengawas disamakan dengan dokter yang dapat mengobati
pasien. Seperti halnya dokter yang tidak pernah berinisiatif atau memulai
datang ke pasien untuk menanyakan kepada pasien apakah dia sakit atau
memerlukan obat, maka pasienlah yang dengan kemauan dirinya sendiri
datang ke dokter untuk disembuhkan penyakitnya.
Istilah klinis dalam supervisi ini sebagaimana telah disinggung
diatas, memberikan unsur-unsur khusus sebagai berikut:
a. Hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru dalam
proses supervisi terjalin dengan baik.
b. Hubungannya terpusat pada keinginan/kerisauan (concern) guru
yang terpusat pada tingkah laku aktual di kelas.
c. Observasi dilakukan secara langsung dan cermat.
d. Data observasi di deskripsikan secara mendetail.
e. Analisis dan interpretasi observasi dilakukan secara bersama
antara supervisor dan guru.
1 Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 99
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 38
8
f. Pemberian bimbingan oleh supervisor lebih bersifat pembinaan
(pemberian bantuan, bimbingan, layanan, dan tuntunan).3
Dalam prosesnya guru yang merasa mempunyai problema dalam
PBM, datang ke supervisor untuk membicarakan (teknik individual), lalu
mengamati pelaksanaan perbaikannya di kelas (observasi kelas),
kemudian hasil observasi itu dibicarakan kembali secara individual
dengan guru yang bersangkutan, atau kadang-kadang dalam suatu rapat
jika suatu problema diduga sama dihadapi semua guru.
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya administrasi dan
Supervisi Pendidikan, ia berpendapat bahwa “supervisi klinis ialah suatu
proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan
profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan belajar,
berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut”.4
“Pengertian supervisi klinis bisa dibaca dari istilah klinis itu sendiri.
Clinical artinya berkenaan dengan menangani orang sakit. Sama halnya
dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru pun dapat di diagnosis
dalam proses belajar mengajar, untuk menemukan aspek-aspek mana
yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik”.5 Jadi
supervisi klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan
masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.
Cogan mendefinisikan supervisi klinis sebagai berikut:
The rasional and practice designed to improve the teacher’s
classroom performance. It takes its principal data from the
events of the classroom. The analysis of these data and the
relationships between teachers and supervisor from the basis of
the program, procedures, and strategies designed to improve the
3 Ari H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1996), h. 207 4 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 91 5 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.
249-250
9
student’s learning by improving the teacher’s classroom
behavior. 6
Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinis pada dasarnya
merupakan pembinaan performan si guru mengelola proses belajar
mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis serta rasional. Baik
desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data
mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan hubungan antar guru dan
supervisor merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan
perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar murid-murid.
Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai
berikut:
Supervisi klinis adalah supervisi yang di fokuskan pada perbaikan
pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif
terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
mengadakan modifikasi yang rasional. (Clinical supervision may be
defined as supervision focused upon the improvement of instruction
by means of sistematic cycles of planning, observation and intensive
intelectual analysis of actual teaching performances in the interest of
rational modification).7
Adapun Ary H. Gunawan dalam bukunya menjelaskan bahwa
“supervisi klinis merupakan suatu proses kepemimpinan dalam
pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru
khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan
analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan
tingkah laku mengajar tersebut”.8
Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa
supervisi klinis merupakan suatu proses tatap muka antara supervisor
dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada
hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu
6 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional
Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 90 7 Ngalim Purwanto, op. Cit., h. 90
8 Ari H. Gunawan, op. Cit., h. 207
10
pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses
pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada
penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi.
2. Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya
dengan model-model supervisi yang lain. Ciri-ciri yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan di
supervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru
dalam proses belajar mengajar yang spesifik. Misalnya cara
menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas
dalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak
membandel, dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis
bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang
baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar
mengajar.
d. Hipotesis diatas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor
tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang
mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak, atau direvisi.
e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama
yang sudah berhasil diperbaiki, agar muncul kesadaran betapa
pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara
berkelanjutan.
f. Supervisi dilakukan secara kontinu, artinya aspek-aspek perilaku itu
satu-persatu diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja dengan baik.
Atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak kumat
jeleknya.9
La Sulo mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan,
bukan perintah atau instruksi.
b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau
calon guru yang akan di supervisi, dan disepakati melalui pengkajian
bersama antara guru dan supervisor.
9 Made Pidarta, op. cit. h. 250-251
11
c. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai
keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya
pada beberapa keterampilan tertentu saja.
d. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru.
e. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau mengarahkan.
f. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
g. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi, dan diskusi/pertemuan balikan.
h. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau
peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar.10
3. Tujuan Supervisi Klinis
a. Tujuan umum
“Mengajar adalah suatu kegiatan yang dapat dikendalikan, dapat
diamati, dan terdiri dari komponen-komponen keterampilan
mengajar yang dapat dilatih secara terbatas”.11
Maka ketiga kegiatan
pokok dalam supervisi klinis yaitu pertemuan pendahuluan,
observasi mengajar, dan pertemuan balikan memiliki tujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di
kelas.
Adapun Made Pidarta dalam bukunya menjelaskan bahwa
“secara umum supervisi klinis bertujuan memperbaiki perilaku guru-
guru dalam proses belajar mengajar, secara aspek demi aspek dengan
intensif, sehingga mereka dapat mengajar dengan baik”.12
Hal inilah
yang membuat supervisi klinis merupakan kunci untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru.
b. Tujuan Khusus
Sedangkan menurut dua orang teoritis lainnya, yaitu Acheson
dan Gall tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pengajaran di
10
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 91
11 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 6, h.
248
12 Made Pidarta, op. cit., h. 251
12
kelas. Tujuan ini dirinci lagi kedalam tujuan khusus yang lebih
spesifik, sebagai berikut:
1) Menyediakan umpan balik yang objektif terhadap guru,
mengenai pengajaran yang dilaksanakannya.
2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
pengajaran.
3) Membantu guru mengembangkan keterampilannya
menggunakan strategi pengajaran.
4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan
keputusan lainnya.
5) Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan professional yang berkesinambungan.13
4. Karakteristik Supervisi Klinis
Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan
guru diperlukan karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan
rencana program yang ditentukan sebelumnya, adapun karakteristiknya
adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari
keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
b. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan
kepada guru yaitu: keterampilan mengamati dan memahami proses
pengajaran; keterampilan menganalisis proses pengajaran secara
rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat;
keterampilan dalam kurikulum dan mengajar.
c. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara guru melaksanakan
tugas mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
d. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan
pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang
didasarkan atas bukti-bukti pengamatan.
e. Fokus supervisi klinis adalah pada masalah mengajar dalam jumlah
keterampilan yang tidak terlalu banyak, dan juga mempunya arti
vital bagi pendidikan.
f. Fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan
atas keputusan/penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata.
g. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima
yang dinamis. Dalam hal ini supervisor dan guru merupakan teman
sejawat dan mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan
pendidikan.
13
Ibrahim Bafadal, op. cit., h. 91
13
h. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal
mengenai analisis jalannya pengajaran.
i. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk
mengemukakan pokok persoalan, mengajarnya sendiri, dan
mengembangkan gaya mengajarnya.14
Adapun Jerry H. Makawimbang didalam bukunya mengemukakan
bahwa salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi
klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan, sehingga inisiatif tetap berada di
tangan tenaga kependidikan.
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama
kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru
dan supervisor.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan
mendahulukan interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan
supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan
guru.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan
awal, pengamatan, dan umpan balik.
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari supervisor terhadap
perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.15
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis
lebih berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah
tersebut bukan untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan
dilakukan pemecahan masalah secara bersama-sama.
5. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
Dalam melaksanakan supervisi klinis terdapat beberapa prinsip-
prinsip yang dijadikan dasar/patokan dalam setiap kegiatannya, prinsip-
prinsip tersebut antara lain:
a. Terpusat pada guru ketimbang supervisor. Prinsip ini menekankan
tanggung jawab dalam meningkatkan/mengembangkan keterampilan
mengajar dan menganalisis serta mencari cara-cara meningkatkan
14 Syaiful Sagala, op. cit., cet. 6, h. 247-248
15 Jerry H. Makawimbang, Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 35-36
14
keterampilan mengajar itu lebih disesuaikan dengan kebutuhan guru
yang bersangkutan.
b. Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang
direktif. Prinsip ini menekankan bahwa antara supervisor dan guru
pada hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan
kemampuan dan sikap profesionalnya. Disini supervisor sebagai
tenaga pengajar yang sudah lama berpengalaman berkewajiban
membantu guru yang kurang berpengalaman.
c. Demokratik ketimbang otoritatif. Prinsip ini menekankan kedua
belah pihak harus bersifat terbuka, artinya masing-masing pihak,
supervisor dan guru berhak mengemukakan pendapat secara bebas,
namun kedua belah pihak berkewajiban mengkaji dan
mempertimbangkan pendapat pihak lain untuk mencapai
kesepakatan.
d. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru. Prinsip
ini mengemukakan bahwa kebutuhan mendapatkan pelayanan
supervisi itu bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh guru.
e. Umpan balik dari proses belajar mengajar guru diberikan dengan
segera hasil penilaiannya harus sesuai dengan kontrak yang telah
disetujui bersama.
f. Supervisi yang diberikan bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan mengajar dan sikap profesional guru.16
Tidak jauh berbeda dengan diatas, Piet A. Sahertian dalam bukunya
yang berjudul Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia mengidentifikasi prinsip-
prinsip supervisi klinis antara lain:
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari
para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis
sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari
supervisor.
b. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa
kesejawatan.
c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan
apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang
diharapkan guru.
d. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang
mereka sungguh alami.
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus
diangkat untuk diperbaiki.17
16
Ibid., h. 32-33
17 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 39
15
6. Proses/Pelaksanaan Supervisi Klinis
Langkah-langkah dalam proses supervisi klinis adalah sebagai
berikut:
a. Tahap pertemuan awal
Tahap pertama dalam proses supervisi klinis adalah tahap
pertemuan awal (preconference). Pertemuan awal ini dilakukan
sebelum melaksanakan observasi kelas, sehingga banyak juga
teoritisi supervisi klinis yang menyebutnya dengan istilah tahap
pertemuan sebelum observasi (preobservation conference). “Dalam
tahap ini diperlukan identifikasi perhatian utama guru dan
menerjemahkannya dalam tingkah laku yang dapat dipahami.
Dibutuhkan hubungan baik antara supervisor dan guru untuk
melakukan ini secara efektif”.18
Tujuan utama pertemuan awal ini adalah “untuk
mengembangkan secara bersama-sama antara supervisor dan guru,
kerangka kerja observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil
pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract) kerja antara
supervisor dan guru”.19
Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam
pertemuan awal ini tercipta kerja sama dan komunikasi yang baik
antara supervisor dan guru.
Pada pertemuan pendahuluan ini tidak perlu membutuhkan
waktu yang lama. “Dalam pertemuan awal ini supervisor bisa
menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru
mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkan diskusi
panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruang yang
netral, misalnya kafetaria atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang
kepala sekolah atau supervisor kemungkinannya akan membuat guru
menjadi tidak bebas”.20
18 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2012), h. 112
19 Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 39
20 Ibrahim Bafadal, op. cit., h. 96
16
Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan
pertemuan pendahuluan:
1) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru,
2) Melakukan titik ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
3) Melakukan titik ulang komponen keterampilan yang akan
dilatihkan dan diamati,
4) Memilih atau mengembangkan instrumen observasi,
5) Membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan
tentang instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan.21
b. Tahap observasi
Tahap kedua dalam proses supervisi klinis adalah tahap
observasi pengajaran secara sistematis dan objektif. “Pada tahap ini,
guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen
keterampilan yang disepakati dalam pertemuan pendahuluan.
Sedangkan supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara
objektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika
mengajar”.22
Menurut Jerry, ada dua aspek yang harus diputuskan dan
dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan selama melaksanakan
observasi mengajar, yaitu:
Menentukan aspek-aspek yang diobservasi dan bagaimana
cara mengobservasinya. Mengenai aspek-aspek yang akan
diobservasi harus sesuai dengan hasil diskusi bersama antara
supervisor dan guru pada waktu pertemuan awal. Tujuan
utama pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi
yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan tukar
pikiran dengan guru setelah observasi terakhir, sehingga guru
bisa menganalisis secara cermat aktivitas-aktivitas yang telah
dilakukannya di kelas. Disinilah letak pentingnya tehnik dan
instrumen observasi yang bisa digunakan untuk
mengobservasi guru dalam mengelola proses belajar
mengajar.23
21
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. 2, h.
249
22 Jamal Ma’mur Asmani, op. cit., h. 113
23 Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 40
17
Langkah-langkah tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Persiapan. Baik supervisor maupun guru bersiap-siap untuk
melakukan supervisi.
2) Guru dan supervisor mulai memasuki ruang kelas. Guru terus
mengajar dan supervisor duduk di kursi belakang kelas
mengamati guru mengajar.
3) Sikap supervisor. Supervisor harus dapat membawa diri sebaik-
baiknya dalam melaksanakan supervisi di kelas. Supervisor
perlu berhati-hati melakukan tindakan, baik dalam sikap duduk
maupun gerakan-gerakan yang lain.
4) Cara mengamati. Supervisor ketika melakukan supervisi akan
mengamati guru yang disupervisi secara teliti.
5) Mengakhiri supervisi. Pada saat sudah selesai mengajar, guru
dan supervisor mengikuti para siswa keluar kelas.24
Ibrahim Bafadal didalam bukunya mereview beberapa teknik
dan menganjurkan kita untuk menggunakannya dalam proses
supervisi klinis. Beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Selective verbatim. Disini supervisor membuat semacam
rekaman tertulis yang biasa disebut dengan verbatim transcript.
Transkip ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan
bisa juga menyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu
melalui tape recorder.
2) Rekaman observasional berupa seating chart. Disini supervisor
mendokumentasikan perilaku murid-murid sebagaimana mereka
berinteraksi dengan seorang guru selama pengajaran
berlangsung. Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi
dideskripsi secara bergambar.
3) Wide lens techniques. Disini supervisor membuat catatan yang
lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dalam cerita yang
panjang lebar.
4) Checklists and timeline coding. Disini supervisor mengobservasi
dan mengumpulkan data perilaku belajar mengajar. Dalam
analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi tiga kategori
besar, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak
ada pembicaraan.25
Demikianlah beberapa teknik yang telah direview dan
dikemukakan oleh Ibrahim Bafadal didalam bukuya, bisa digunakan
24
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 133-134 25 Ibrahim Bafadal, op. cit., h. 99-100
18
untuk mengarahkan dan mempermudah tahap observasi dalam
proses supervisi klinis.
c. Tahap pertemuan balikan
Tahap ketiga dalam proses supervisi klinis adalah tahap
pertemuan balikan. “Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah
melaksanakan observasi pengajaran, dengan terlebih dahulu
dilakukan analisis terhadap hasil observasi. Tujuan utama pertemuan
balikan ini adalah menindak lanjuti apa saja yang dilihat oleh
supervisor, sebagai observer, terhadap proses belajar mengajar”.26
Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk
mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan
tertentu. Balikan ini harus deskriptif, konkret dan bersifat
memotivasi, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru. Paling tidak
ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, yaitu:
1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan, sehingga bisa
termotivasi dalam mengajarnya.
2) Isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor
dan guru dengan tepat.
3) Supervisor, bila mungkin perlu bisa berupaya mengintervensi
guru secara langsung untuk memberikan bantuan dan
bimbingan.
4) Guru bisa dilatih dengan tehnik ini untuk melakukan supervisi
terhadap dirinya sendiri.
5) Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan
tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.27
Langkah-langkah utama dalam tahap pertemuan balikan ini
adalah:
1) Supervisor memberikan penguatan pada guru tentang proses
belajar yang baru dilaksanakan.
2) Supervisor dan guru memperjelas kontrak yang dilakukan mulai
tujuan sampai pelaksanaan evaluasi.
3) Supervisor menunjukkan hasil observasi berdasarkan format
yang disepakati.
26 Ibid., h. 102
27
Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 42
19
4) Supervisor menanyakan pada guru perasaannya dengan hasil
observasi tersebut.
5) Supervisor meminta pendapat guru tentang penilaian dirinya
sendiri.
6) Supervisor dan guru membuat kesimpulan dan penilaian
bersama.
7) Supervisor dan guru membuat kontrak pembinaan berikutnya.28
Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis sebagai
salah satu pendekatan supervisi pengajaran adalah kepercayaan pada
guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu
mengembangkan pengajaran guru.
Demikian tiga tahap pokok dalam proses supervisi klinis. Ketiga
tahap ini sebenarnya berbentuk siklus, yaitu tahap pertemuan awal, tahap
observasi mengajar, dan tahap pertemuan balikan. Rincian ketiga tahap
ini telah dibahas di muka dan terangkum dalam gambar berikut ini.
28 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru:
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 57
20
Tabel 2.1
Siklus Supervisi Klinis
(Sumber: Supervisi Klinis oleh Jerry H. Makawimbang, 2013)
B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
“Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
formance (prestasi kerja nyata) yang dicapai seseorang. Secara
terminologi, pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
TAHAP PERTEMUAN
AWAL
1. Menganalisis
rencana pelajaran.
2. Menetapkan
bersama aspek-
aspek yang akan di
observasi dalam
mengajar.
TAHAP OBSERVASI
MENGAJAR
1. Mencatat peristiwa
selama pengajaran.
2. Catatan harus
objektif dan
selektif.
TAHAP
PERTEMUAN BALIKAN
1. Menganalisis hasil observasi bersama guru.
2. Menganalisis perilaku mengajar.
3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk
membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnya.
21
kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan jabatan atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.29
Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja
atau hasil untuk kerja. Sementara itu menurut August W. Smith,
“performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu
kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia”.30
Kinerja sebagai sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang
terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam satu
unit kerja. Dengan kata lain, kinerja adalah prestasi, kontribusi
sumbangan, atau hasil kerja. Bernardim dan Russell mengatakan bahwa
“kinerja adalah catatan hasil atau keluaran yang dicapai pada suatu fungsi
jabatan atau kegiatan tertentu pada suatu kurun waktu tertentu”.31
Menurut anwar Prabu Mangkunegara, “kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM
persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.32
Kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah “perilaku yang
dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar ketika mengajar didepan kelas, sesuai dengan kriteria
tertentu”.33
Kinerja seorang guru akan tampak pada situasi dan kondisi
kerja sehari-hari, kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam
menjalankan tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas
tersebut.
“Kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru
dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab
29
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), h. 27
30 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 50 31
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet.
3, h. 30
32 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, (Bandung: PT Refika Aditama,
2006), Cet. 2, h. 9
33 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 176
22
dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan
selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan”.34
Berkaitan dengan kinerja guru, “wujud perilaku yang dimaksud
ialah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang
guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan menilai hasil belajar”.35
“Tingkatan kinerja guru dapat diketahui melalui penilaian prestasi
kerja, yakni evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis
tentang kerja atau jabatan seorang guru, termasuk potensi
pengembangannya”.36
Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa kinerja
guru merupakan penampilan perilaku kerja guru yang diperlihatkan
dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang
baik. Oleh karena itu guru harus memenuhi persyaratan yang dituntut
oleh profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap profesional agar
sejalan dengan peranan guru di sekolah sebagai lembaga pendidikan
profesional.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang guru dituntut agar
dapat memiliki kinerja yang baik dan kinerja guru menurut Piet Sahertian
dan Ida Aleida mengacu pada:
a. Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan
b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar
c. Kemampuan mengelola kelas
d. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
e. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
g. Kemampuan menilai prestasi siswa untuk kependidikam dan
pengajaran
h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
dan penyuluhan
i. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
34 Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional: Instrumen Pembinaan,
Peningkatan & Penilaian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 14
35 Rusman, op. cit., h. 50
36
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, op. cit., h. 31
23
j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip guna keperluan
pengajaran.37
2. Macam-Macam Kinerja Guru
Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi
karena guru mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas hanya
dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang dipeloleh melalui
program pendidikan.
Guru mengemban peranan-peranan sebagai berikut:
a. Guru sebagai ukuran kognitif
b. Guru sebagai agen moral
c. Guru sebagai inovator
d. Peranan kooperatif.38
Berbagai kemampuan diatas harus dimiliki oleh pendidik, karena itu
semua merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh para pendidik
di sekolah. Namun demikian, sebelum mereka memiliki ke semua
kemampuan tersebut, terlebih dahulu harus memiliki kompetensi-
kompetensi sebagai pendidik/guru.
Menurut Muhibbin Syah, “kompetensi guru merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak”.39
Kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki guru mencakup empat
macam sebagaimana termaktub dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal 10 ayat (1), yaitu: “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”.40
37
Piet Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program
Inservice Education, (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 5
38 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), Cet. 8, h. 43 39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h. 229
40 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, op. cit., h. 16
24
Adapun keempat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi Kepribadian
Menurut Kunandar didalam bukunya menjelaskan bahwa,
“kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia”.41
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi
guru meliputi:
1) Kemantapan dan integrasi pribadi
2) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
3) Berpikir alternatif
4) Adil, jujur dan objek
5) Disiplin dalam melaksanakan tugas
6) Ulet dan tekun dalam bekerja
7) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
8) Simpatik dan menarik, bijaksana dan sederhana dalam bertindak
9) Bersifat terbuka
10) Kreatif
11) Berwibawa42
Kesebelas point diatas adalah karakter yang harus dimiliki setiap
pendidik sebagai tauladan bagi anak didiknya serta menjadi panutan
bagi masyarakat. Apalah jadinya jika seorang yang disebut sebagai
tauladan dan panutan mempunyai karakter yang bertolak dengan
point diatas, tentulah dapat mengakibatkan kerusakan moral pada
anak didik serta masyarakat pada umumnya.
b. Kompetensi Pedagogik
Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di
kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang
41 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 75 42
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 14-21
25
memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk
menghadapi hidupnya di masa depan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud
dengan kompetensi pedagogis adalah:
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b)
pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan
kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e)
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f)
evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.43
Ada beberapa hal yang terkait dengan kompetensi pedagogik
seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya yaitu:
1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial,
moral, kultural emosional dan intelektual
2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta
didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya
3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang
mendidik
6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran
7) Merangsang pembelajaran yang dididik
8) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
9) Pengevaluasi proses dan hasil pembelajaran44
c. Kompetensi Profesional
Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru
tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi
memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid
harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait
mata pelajaran yang diampunya.
43 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30-31 44
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualitas
Kompetensi & Kesejahteraan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 72-76
26
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, kompetensi
profesional adalah:
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi: (1) konsep, struktur, dan metode
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan
materi bahan ajar; (2) materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah; (3) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
(4) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari;
dan (5) kompetisi secara profesional dalam konteks global
dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.45
Ahmad Samana merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh guru
dalam meniti serta mengembangkan karirnya adalah sebagai berikut:
1) Guru dituntut menguasai bahan ajar.
2) Guru mampu mengelola program belajar mengajar.
3) Guru mampu mengelola kelas.
4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.
6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
7) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan
pengajaran.
8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.
9) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi
sekolah.
10) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan
mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk
kepentingan pengajaran.46
d. Kompetensi Sosial
“Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar”.47
Menurut Achmad Sanusi mengungkapkan “kompetensi sosial
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan
45 Jejen Musfah, op. cit., h. 54
46 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 61-68
47
Kunandar, op. cit., h. 77
27
kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru”. 48
Sudarwan Danim mengemukakan dalam bukunya tentang
“kemampuan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru memiliki
tiga subranah, yaitu”:49
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Kemampuan sosial diatas juga sangat penting dimiliki seorang
pendidik, sebagai tauladan bagi anak didik dan panutan bagi
masyarakat. Apabila seorang guru dipandang baik oleh masyarakat,
akan muncul kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak-
anaknya ke sekolah tempat guru tersebut mengajar. Akan sebaliknya
jika seorang guru dipandang buruk oleh masyarakat, akan timbul
kekhawatiran masyarakat dan enggan menyekolahkan putra-putrinya
ke sekolah tempat guru tersebut mengajar.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Sebagaimana kita ketahui, semua hal itu pasti ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik itu mempengaruhi secara positif maupun faktor
yang mempengaruhi secara negatif, begitu pula dengan kinerja guru
dalam kaitan dengan kinerjanya tidak akan terlepas dari faktor-faktor
tersebut dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan melalui proses
belajar mengajar.
48 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009), h. 63
49 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.
3, h. 24
28
Menurut Kartini, bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
guru antara lain”: 50
a. Faktor dalam diri sendiri (internal faktor)
Diantara faktor dari dalam diri, yaitu:
1) Kecerdasan
2) Keterampilan dan kecakapan
3) Bakat
4) Kemampuan dan minat
5) Motivasi
6) Kesehatan
7) Kebutuhan psikologis
8) Kepribadian
9) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
b. Faktor dari luar diri (eksternal faktor)
1) Lingkungan kerja
2) Lingkungan tempat bekerja
3) Komunikasi dengan kepala sekolah
4) Sarana dan prasarana
5) Kegiatan guru di kelas
6) Kegiatan guru di sekolah.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara didalam bukunya berpendapat
bahwa “ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan
pencapaian kinerja. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara juga
mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi
tingi, yaitu”:51
a. Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi.
b. Berani mengambil resiko.
c. Memiliki tujuan yang realistis.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya.
e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan
yang dilakukannya.
50
Kartini Kartino, Menyiapkan dan Memadukan Karir, (CV Rajawali, 1985), h. 22-29
51 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 68
29
f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Guru yang memiliki kinerja yang tinggi akan bernafsu dan berusaha
meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga
diperoleh hasil kerja yang optimal.
“Sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja
guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor tersebut
adalah”:52
a. Dorongan untuk bekerja
Seorang guru dalam mengembangkan persiapan mengajar, tentu
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan yang ada dalam dirinya. Jika
guru memiliki keinginan yang kuat sesuai peranannya, maka akan
berusaha melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya
penyusunan persiapan mengajar secara optimal.
b. Tanggung jawab terhadap tugas
Guru sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik, melalui kegiatan mengajar,
membimbing, dan melaksanakan administrasi sekolah.
c. Minat terhadap tugas
Minat guru terhadap tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilihat
dari kerajinannya dalam bekerja, ketertarikannya untuk mendalami
tugas yang diberikan, dan gairahnya dalam menerima tugas-tugas
dengan perasaan senang.
d. Penghargaan atas tugas
Penghargaan atas keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja
merupakan salah satu motivasi yang memacu dan mendorongnya
untuk bekerja dan berprestasi lebih baik.
52
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 4, h. 99
30
e. Peluang untuk berkembang
Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru
dituntut untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya
secara optimal, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat.
f. Perhatian dari kepala sekolah
Perhatian kepala sekolah terhadap guru sangat penting untuk
meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru dan tenaga
kependidikan lain di sekolah. Perhatian kepala sekolah dalam
meningkatkan keprofesionalisme guru dapat dilakukan melalui
diskusi kelompok dan kunjungan kelas.
g. Hubungan interpersonal dengan sesama guru
Hubungan interpersonal sesama guru di sekolah dapat
mempengaruhi kualitas kinerja guru, karena motivasi kerja dapat
terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya,
disamping hasil perubahan yang bersifat fisik, seperti suasana kerja,
dan kondisi fisik gedung sekolah.
h. MGMP dan KKG
Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dan kelompok kerja
guru (KKG) merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat
meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru. Dalam MGMP dan
KKG, para guru bisa saling bertukar pikiran, dan saling membantu
memecahkan masalah yang dihadapi, bahkan bisa saling belajar dan
membelajarkan.
i. Kelompok diskusi terbimbing
Diskusi terbimbing dapat membuahkan hasil yang memuaskan,
dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja para guru, dengan
demikian upaya ini perlu dikembangkan dengan cara mencari model-
model pembinaan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan
profesionalisme dan kinerja guru.
31
j. Layanan perpustakaan
Salah satu sarana peningkatan profesionalisme guru adalah
tersedianya buku sumber yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran dan pembentukkan kompetensi guru. Pengadaan buku
pustaka perlu diarahkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru akan materi
pembelajaran.
Sedangkan Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara dalam
bukunya yang berjudul evaluasi kinerja SDM, “yang menjadi faktor
mempengaruhi kinerja diantaranya adalah”:53
a. Faktor kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya,
pimpinan dan guru yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja maksimal.
b. Faktor motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) guru terhadap situasi kerja
dilingkungan kerjanya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya
jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan
menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang
dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim
kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi
kerja.
Semua pekerjaan itu harus dikerjakan bersama-sama antara guru
yang satu dengan guru yang lainnya yaitu dengan cara bermusyawarah.
Untuk meningkatkan kinerja para guru harus melihat pada keadaan
pemimpinnya atau kepala sekolahnya.
53
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, op. cit., Cet. 2, h. 13
32
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menurut Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa yang dikutip oleh
Sudirman, dkk dalam bukunya “pendidikan dalam arti sempit berupa
usaha sadar dari orang dewasa untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan anak didik untuk mencapai kedewasaannya, sedangkan
dalam arti luas dalah proses perubahan tingkah laku manusia untuk
perkembangan kepribadian dan kemampuannya”.54
“Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”.55
“Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan
untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah
keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk
menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT”.56
“Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting
yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak
dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi
tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah”.57
Abdul Majid dan Dian Andayani mendefinisikan Pendidikan Agama
Islam adalah “usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
54
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problema remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. 2, h. 11
55 Sudirman, dkk. Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988), Cet. 2, h. 5
56
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 4 57
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 9, h. 87
33
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.58
Menurut AKBP Soekarno dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
yang dikutip oleh Drs. Sahilun A. Nasir pendidikan agama Islam adalah:
Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang
terkandung didalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna
dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat
mengamalkannya serta menjadikan agama Islam yang telah
dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat
mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.59
Adapun Zakiah Daradjat dalam bukunya menjelaskan bahwa
pendidikan agama Islam merupakan:
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia maupun di akhirat kelak.60
Dari berbagai pengertian, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
agama islam merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh
seseorang atau lembaga pendidikan dalam mempersiapkan anak didik
yang memiliki pribadi muslim, melalui sumber utama ajaran agama
Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani didalam bukunya
menjelaskan bahwa
Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
58 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 132
59 Sahilun A. Nasir, op. cit., Cet. 2, h. 11-12
60
Zakiah Daradjat, op. cit., h. 86
34
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.61
Sedangkan menurut Depdiknas, pendidikan agama Islam di SMP
Bertujuan untuk:
a. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
c. Untuk berkembangnya kemampuan perserta didik dalam
mengembangkan, memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama
Islam, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan
tajwid sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan
wakaf. 62
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama Islam adalah untuk menjadikan siswa mampu menghayati,
memahami, dan mengamalkan pendidikan agama Islam, sehingga
menjadikan siswa muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta
mampu mengaplikasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam perilaku
sehari-hari.
61 Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 132
62 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 8
35
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian dan
keseimbangan antara: 63
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Program pengajarannya meliputi segi iman, Islam dan Ihsan.
b. Hubungan Manusia dengan sesama manusia
Program pengajarannya berkisar pada pengaturan dan kewajiban
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam
kehidupan bermasyarakat, dan mencakup segi kewajiban dan
larangan dalam hubungan dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan
lingkungan
Sebagai Khalifah di bumi manusia bertugas mengolah dan
memafaatkan alam yang telah di anugrahkan Allah manurut
kepentingannya sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan
agama.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) terfokus pada aspek:64
a. Keimanan
Yang dimaksudkan dalam keimanan disini adalah beriman
kepada Allah SWT dan kelima rukun iman lainnya. Jadi, peserta
didik diajarkan bagaimana cara beriman kepada Allah SWT dan
kelima rukun iman lainnya. Karena ini menjadi dasar keyakinan
peserta didik terhadap agama yang dianutnya.
b. Al Quran/Hadits
Sebagaimana diketahui bahwa sumber ajaran Islam yang
pertama adalah Al Qur’an dan kedua adalah Hadits. Al Qur’an
sendiri merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW secara berangsur-angsur. Al Qur’an hanya memuat prinsip-
63
Ibid., hlm. 9
64 Ibid.
36
prinsip dasar dan tidak menjelaskannya secara terperinci khususnya
dalam masalah ibadah. Penjelasan secara terperinci diberikan oleh
Hadits. Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan
namun jarang dikerjakan oleh nabi.
Oleh karena itu, Al Qur’an dan Hadits ini sangat penting untuk
disampaikan kepada peserta didik karena hal itu sebagai sumber
ajaran Islam.
c. Akhlak
Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khuluq”
yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini,
maka akhlak adalah bagian ajaran Islam yang mengatur tingkah laku
perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan
“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran”.
Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada
nabi/rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga,
kepada sesama muslim, kepada non muslim.
Pendidikan akhlak sangat penting diajarkan kepada peserta
didik, hal ini disebabkan karena pendidikan akhlak ini berkisar
tentang persoalan kebaikan, kesopanan dan tingkah laku yang terpuji
serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari
dan bagaimana seharusnya seorang peserta didik bertingkah laku.
d. Fiqh/Ibadah
Ibadah menurut bahasa berarti tunduk hanya kepada Allah,
dalam arti luas ibadah meliputi segala amal saleh yang dikerjakan
manusia karena mengharap ridha Allah. Tujuan ibadah ini
disampaikan kepada peserta didik supaya mereka mengetahui
hukum-hukum agama dan dapat melaksanakannya dengan benar dan
mengharapkan penerimaan dari Allah.
37
e. Tarikh
Sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai peristiwa atau
kejadian di masa lalu dengan memperhatikan dari segi waktu,
tempat, pelaku, latar belakang, dan hikmah yang terdapat dalam
peristiwa tersebut. Arti sejarah sendiri secara harfiah berarti
ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah
terjadi pada masa lampau atau pada masa yang masih ada.
Tujuan dari Tarikh atau sejarah ini disampaikan kepada peserta
didik supaya mereka dapat belajar dari peristiwa yang sudah terjadi
dan dapat mengambil hikmah dari apa yang ada dalam peristiwa
tersebut.
4. Peran Guru PAI
Dalam konsep pendidikan modern telah terjadi pergeseran
pendidikan, diantaranya adalah pendidikan di keluarga bergeser ke
pendidikan sekolah. Guru adalah tenaga yang profesional dari pada
sekedar tenaga sambilan. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan
sekolah merupakan tumpuan utama bagi masyarakat, sehingga menuntut
penanganan yang serius dan profesional terutama dari kalangan gurunya.
Dalam konteks pendidikan nasional, tugas pokok guru yang
profesional adalah mendidik, mengajar, dan melatih, yang ketiga-tiganya
diwujudkan dalam kesatuan kegiatan pembelajaran. Berikut ini peran
guru PAI yang profesional adalah:
a. Menguasai ilmu pengetahuan (agama Islam) sekaligus mampu
melakukan transfer ilmu pengetahuan agama Islam, serta
mengimplementasikannya (amaliah)
b. Mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri
dan masyarakatnya
c. Mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan
bagi peserta didik
d. Memiliki kepekaan informasi, intelektual, dan moral spiritual serta
mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik
38
e. Mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam
membangun peradaban yang di ridhai oleh Allah.65
Guru sebagai ujung tombak dalam pembelajaran tidak dapat dipilih
begitu saja. Guru harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu sebagaimana
yang dikutip oleh Ahmad Susanto, yaitu:
a. Harus cakap dalam bidangnya (profesional), kreatif dalam
pengajarannya, senang dalam pekerjaannya, cinta kepada peserta
didiknya, mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengarahkan
peserta didik dengan tarbiyah (pendidikan) yang baik, membekali
mereka dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat,
mengajarkan mereka akhlak-akhlak mulia dan berusaha keras
menjadikan mereka dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk.
b. Harus menjadi qudwah (uswah atau suri teladan) yang baik bagi
orang lain, baik dalam tutur kata, perbuatan, dan perilakunya.
c. Guru harus mengerjakan hal-hal yang ia perintahkan kepada peserta
didiknya, jangan sampai perkataannya tidak sesuai dengan
perbuatannya. Tuntunan ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa
yang tidak kalian perbuat?. Sangat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.66
(Q.S. ash-Shaf: 2-3)
d. Seorang guru harus mengetahui bahwa pekerjaannya merupakan
penerus pekerjaan nabi yang diutus Allah untuk memberikan
petunjuk kepada manusia, mendidik mereka, dan mengenalkan
mereka pada penciptanya.
e. Guru harus menyadari karakteristik peserta didik berbeda-beda.
Tingkat kecerdasan dan akhlak peserta didik berbeda-beda, menuntut
guru memiliki jiwa lapang dada dalam menghadapi peserta didik.
f. Seorang guru harus menolong guru lainnya dengan cara memberikan
nasihat dan bermusyawarah demi kemaslahatan peserta didiknya
sehingga mereka semua dapat menjadi suri teladan bagi peserta
didik.
g. Tawadhu’ (rendah hati) dalam hal keilmuan.
h. Jujur dan menepati janji. Kejujuran adalah akhlak yang mulia yang
semestinya dimiliki oleh guru dalam perkataan dan perbuatannya.
65
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 51 66
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Naladana, 2004), h. 805
39
Janji guru terhadap peserta didik dapat mengerti dan memahami
kebohongan sekalipun tidak dapat menuding langsung gurunya.
i. Seorang guru harus membekali dirinya dengan sikap sabar.67
Syarat-syarat pendidik yang baik seperti yang dikemukakan diatas,
bukanlah semata-mata harus dimiliki oleh guru agama Islam saja tetapi
merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seluruh guru bidang studi
lainnya.
67 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 292-295
40
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang pelaksanaan supervisi
klinis untuk meningkatkan kinerja guru PAI, terlebih dahulu peneliti
melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan, yaitu:
1. Faisyal Mahdi pada tahun 2013 dengan judul “Pelaksanaan supervisi
klinis pada guru bidang studi rumpun agama Islam di Madrasah
Tsanawiyah Darul Ma’arif Pringapus Kab. Semarang tahun pelajaran
2013/2014”. Suatu Penelitian Kualitatif. Hasil penelitiannya adalah
pelaksanaan supervisi klinis pada guru bidang studi rumpun agama Islam
di MTs Darul Ma’arif dilaksanakan tiap awal semester yang meliputi
administrasi dan melakukan kegiatan kunjungan atau observasi kelas.
Kemudian upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelaksanaan supervisi klinis di MTs Darul Ma’arif adalah
memaksimalkan kedisiplinan guru dan memberikan pelatihan.68
2. Wita Ristyani pada tahun 2009 dengan judul “Usaha Kepala Sekolah
dalam Melaksanakan Supervisi Klinis (Studi Kasus di SMA UII
Yogyakarta)”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan
kuantitatif deskriptif. Hasil penelitiannya adalah usaha yang digunakan
kepala sekolah dalam supervisi klinis yaitu dengan cara membantu guru
tersebut dalam memecahkan dan mengatasi segala permasalahan
pembelajaran, sehingga guru tersebut tidak akan lagi mengalami
kesulitan pada saat mengajar dan proses pembelajaran berjalan lancar dan
optimal kembali.69
3. Hendra Faizal pada tahun 2006 dengan judul “Supervisi Klinis dalam
Mengantisipasi Konflik di SMP Islamiyah Sawangan Depok”. Jenis
penelitiannya adalah metode gabungan kualitatif dan kuantitatif. Hasil
penelitiannya adalah upaya supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala
68 Faisyal Mahdi, “Pelaksanaan supervisi klinis pada guru bidang studi rumpun agama Islam di
Madrasah Tsanawiyah Darul Ma’arif Pringapus Kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014”,
Skripsi pada S1 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga, 2014, h. 70.
69 Wita Ristyani, “Usaha Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Supervisi Klinis (Studi Kasus
di SMA UII Yogyakarta)”, Skripsi pada S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
41
sekolah SMP Islamiyah dalam mengantisipasi konflik cukup bain, karena
dari hasil penelitian yang telah dilakukan guru selalu mempraktekan
segala sesuatu yang kiranya dapat menjadikan konflik didalam kelas,
baik itu merupakan teguran kepaa siswa yang tidak mentaati peraturan
sekolah dan memberikan pujian kepada siswa yang berprestasi. Ini semua
demi tercapainya tujuan belajar mengajar yang ideal.70
70 Hendra Faizal, “Supervisi Klinis dalam Mengantisipasi Konflik di SMP Islamiyah
Sawangan Depok”, Skripsi pada S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2006, h. 75
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 98 Jakarta yang beralamat di Jl.
Raya Depok Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2014 – Oktober 2014.
B. Latar Penelitian (Setting)
1. Sejarah Singkat Sekolah & Identitas Sekolah
a. Sejarah singkat sekolah
SMP Negeri 98 Jakarta berdiri pada tahun 1968 dengan nama
SMPN 41 Filial. Nama SMPN 41 Pilihan diberikan karena pada
waktu pertama berdiri SMPN 98 Jakarta masih menginduk ke SMPN
41 Jakarta. Adapun yang menjadi Kepala Sekolah pada waktu itu
adalah Bp. Adung Supriadi dengan Wakil Kepala Sekolah Bp. H. Ti-
ich Sibi.
Nama-Nama Kepala SMPN 98 Jakarta:
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tahun
2013 – Sekarang
2009 – 2013
2004 – 2009
2000 – 2004
1998 – 2000
1995 – 1998
1993 – 1995
1989 – 1993
1985 – 1989
1981 – 1985
1977 – 1981
Kepala Sekolah
Dra.Hj.Ida Farida,M.Pd
Dra. Hj. Betty Aflinda, MM
Drs. H. Diponegoro Usul, M.Pd
Dra. H. Tjik Ayu Mursyid
H. Surban Batubara
H. Ti-ich Sibi
Drs. Zainudin Lingga
H. Abu Thalib SH
H. Ti-ich Sibi
H. Abdul Syukur
H. Adung Supriadi
43
12 1968 - 1977 H. Adung Supriadi (SMPN 41
Filial)
b. Identitas sekolah
a. Nama Sekolah : SMP Negeri 98 Jakarta
b. No. Statistik Sekolah / NPSN : 201016304069
c. Tipe Sekolah/Jenis Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2/
SSN
d. Alamat Sekolah : JL. Raya Depok Lenteng Agung
Jagakarsa Jakarta Selatan
e. Telepon/HP/Fax : 021 – 7867633 / 021- 78890839
f. Email : smpn98jaksel@yahoo.co.id
g. Status Sekolah : Negeri
h. Nilai Akreditasi Sekolah : Angka : 88 Kualifikasi : A
Tahun : 2009
i. Luas Lahan, dan jumlah rombel :
Luas Lahan : 4.330 m2
jumlah Rombel Kelas VII : 6 ( Pagi : 6 Siang : ………. )
jumlah Rombel Kelas VIII : 6 ( Pagi : 6 Siang : ………. )
jumlah Rombel Kelas IX : 6 ( Pagi : 6 Siang : ………. )
Jumlah Rombel (Kls. VII + VIII + IX) : 18 ( Pagi : 18 Siang
: ………. )
2. Visi Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visi Sekolah
Berkompeten dalam IMTAQ, IPTEK , SENI dan OLAH RAGA
Motto : Membantu mengedepankan kecerdasan sikap dan
intelektual siswa
Indikator :
1) Bersunggu-sungguh dalam menjalankan kewajiban beragama
2) Bersikap sopan dan santun
44
3) Berprestasi dalam bidang akademik dan teknologi
4) Berprestasi dalam bidang seni
5) Berprestasi dalam bidang olah raga
b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan pembiasaan sholat Dhuha serta sholat Dzuhur
berjamaah
2) Melaksanakan pembiasaan membaca Al-Qur’an
3) Menanamkan sikap santun terhadap guru dan warga sekolah
4) Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa kepada seluruh peserta didik
5) Meningkatkan mutu akademik untuk mencapai Standar
Kelulusan
6) Mengembangkan Standar Isi, Proses dan Penilaian
7) Mengembangkan proses pembelajaran variatif
8) Mengembangkan proses pembelajaran inovatif
9) Mengembangkan pembelajaran berbasisi IT
10) Mengembangkan minat dan bakat seni
11) Mengembangkan minat dan bakat olah raga
c. Tujuan Sekolah dalam 4 Tahun Mendatang
1) Sekolah mampu menghasilkan panduan strategi dan model
pembelajaran yang berorientasi pada CTL pada tahun 2018
2) Sekolah mampu menghasilkan sistem penilaian terpadu dan
berkelanjutan untuk kelas 7 s.d 9 semua mata pelajaran pada
tahun 2018
3) Sekolah mampu memiliki guru berkualifikasi S1 dan S2, guru
yang berkualifikasi instruktur tingkat provinsi, semua guru telah
mengikuti pelatihan implementasi kurikulum 2013 dan guru
yang mengajar sesuai bidangnya pada tahun 2018
45
4) Sekolah mampu meningkatkan monitoring dan evaluasi oleh
kepala sekolah terhadap kinerja guru dan TU pada setiap
tahunnya
5) Sekolah mampu meningkatkan kuantitas tenaga kependidikan
baik PNS maupun honorer setiap tahunnya
6) Sekolah mampu menghasilkan standar proses untuk metode dan
strategi pembelajaran dengan KBM yang berorientasi pada
pendekatan saintifik untuk semua mata pelajaran pada tahun
2018
7) Sekolah mampu menghasilkan standar penilaian otentik untuk
kelas 7 s,d 9 semua mata pelajaran pada tahun 2018
8) Sekolah mampu memenuhi bahan dan sumber pembelajaran
untuk kelas 7 s.d 9 semua mata pelajaran pada tahun 2018
9) Sekolah mampu memenuhi media pembelajaran secara lengkap
semua mata pelajaran pada tahun 2018
10) Sekolah mampu menghasilkan standar sarana dan prasarana
meliputi semua sarana prasarana, fasilitas peralatan dan
perawatan yang memenuhi SPM seperti memiliki laboratorium
multimedia dan website pada tahun 2018
11) Sekolah mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
pada setiap tahunnya
12) Sekolah mampu menghasilkan kelulusan 100 % setiap tahunnya
13) Sekolah mampu memiliki standar KKM 80 untuk kelas 7 s.d 9
semua mata pelajaran pada tahun 2018
14) Sekolah mampu meningkatkan kejuaraan lomba-lomba
akademik meliputi : siswa dan guru berprestasi, karya tulis
siswa dan guru, olimpiade untuk mata pelajaran matematika,
fisika dan biologi setiap tahunnya
15) Sekolah mampu meningkatkan kejuaraan lomba-lomba non
akademik meliputi bidang olah raga, kesenian, pramuka,
ketrampilan dan kerajinan pada setiap tahunnya
46
16) Sekolah mampu melengkapi administrasi sekolah yang bersifat
wajib dan tidak wajib pada setiap tahunnya
17) Sekolah mampu mengimplementasi MBS pada setiap tahunnya
18) Sekolah mampu meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi
tentang kinerja sekolah pada setiap tahunnya
19) Sekolah mampu meningkatkan sistem supervisi klinis oleh
kepala sekolah pada setiap tahunnya
20) Sekolah mampu menggalang partisipasi masyarakat pada setiap
tahunnya
21) Sekolah mampu memiliki jaringan informasi akademik di
internal sekolah pada tahun 2017
22) Sekolah mampu memiliki jaringan kerja secara vertikal dan
horizontal yang sinergis pada setiap tahunnya
23) Sekolah mampu meningkatkan aspek-aspek manajemen untuk
pengembangan standar pendidikan setiap tahunnya
24) Sekolah mampu memiliki upaya pendayagunaan potensi sekolah
dan lingkungan yang sehat pada setiap tahunnya
25) Sekolah mampu menghasilkan perangkat model-model penilaian
pembelajaran pada setiap tahunnya
26) Sekolah mampu mengimplementasi model evaluasi
pembelajaran pada setiap tahunnya
27) Sekolah mampu menghasilkan instrumen atau perangkat soal-
soal untuk berbagai model evaluasi pada setiap tahunnya
28) Sekolah mampu menghasilkan prestasi pada lomba-lomba dan
uji coba dalam peningkatan standar nilai pada setiap tahunnya
29) Sekolah mampu menyediakan penerapan model-model
pembelajaran bagi anak berprestasi, bermasalah dan kelompok
anak lainnya pada setiap tahunnya
30) Sekolah mampu melaksanakan kegiatan bidang keagamaan pada
setiap tahunnya
47
31) Sekolah mampu melaksanakan kegiatan bidang tata krama pada
setiap tahunnya
3. Struktur Organisasi
Tabel 3.1
Struktur Organisasi SMP Negeri 98 Jakarta
KOMITE SEKOLAH
PURWANTO KITUNG, SH.SE.MM.MPH
KEPALA SEKOLAH
Dra. HJ. IDA FARIDA, M.Pd
STAFF KURIKULUM
Dra. NELTI SAFRIDA
SITI AMINAH, S.Pd
STAFF KESISWAAN
MOH HASYIM, S.Pd
STAFF SARPRAS
AGUS RAHMADDI, S.Pd
WKL. KEPALA SEKOLAH
Dra. Hj.SRI TRIANA P
Drs. SRI PURWATA
KA. TATA USAHA
SUYATMI, SE
PENDIDIK
PESERTA
DIDIK
48
4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
Tabel 3.2
Data Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
No
Jabatan Nama
Jenis Kelamin
Usia Pend.
Akhir
Masa
Kerja L P
1. Kepala Sekolah Dra. Hj. Ida Farida, M.Pd - P 57 S2 34
2. Wakil Kepala Sekolah Dra. Hj. Sri Triana P - P 47 S1 22
b. Guru
1) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
Tabel 3.3
Data Guru berdasarkan kualifikasi pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah dan Status Guru
Jumlah GT/PNS GTT/Guru Bantu
L P L P
1. S3/S2 - 4 - - 4
2. S1 8 13 3 1 25
3. D-4 - - - - -
4. D3/Sarmud - - - - -
5. D2 - - - - -
6. D1 1 1 - - 2
7. ≤ SMA/sederajat
Jumlah 9 18 3 1 31
49
2) Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar
belakang pendidikan (keahlian)
Tabel 3.4
Jumlah guru dengan tugas mengajar
No. Guru
Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan sesuai dengan tugas
mengajar
Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan yang TIDAK sesuai
dengan tugas mengajar Jumlah
D1/D2 D3/
Sarmud
S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3/
Sarmud
S1/D4 S2/S3
1. IPA - - 3 - - - - - 3
2. Matematika - - 3 1 - - - - 4
3. Bahasa Indonesia - - 2 2 - - - - 4
4. Bahasa Inggris - - 3 - - - - - 3
5. Pendidikan Agama - - 1 - - - - - 1
6. IPS 1 - 3 - - - - - 4
7. Penjasorkes - - 1 - - - 1 - 2
8. Seni Budaya 1 - 1 - - - - - 2
9. PKn - - 2 - - - - - 2
10. TIK/Keterampilan - - 2 - - - - - 2
11. BK - - 1 1 - - - - 1
12.
Lainnya: .............. 3 3
Jumlah 2 - 22 4 - - 4 - 32
50
c. Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung
Tabel 3.5
Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung
No. Tenaga pendukung
Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi
pendidikannya
Jumlah tenaga
pendukung
Berdasarkan Status
dan Jenis Kelamin Jumlah
≤ SMP SMA D1 D2 D3 S1 PNS Honorer
L P L P
1. Tata Usaha - 3 1 - 1 2 2 2 2 1 7
2. Perpustakaan - 1 - - 1 - - - - 2 2
3. Laboran lab. IPA - - - - - - - - - - -
4. Teknisi lab. Komputer - - - - - - - - - - -
5. Laboran lab. Bahasa - - - - - - - - - - -
6. PTD (Pend Tek. Dasar) - - - - - - - - - - -
7. Kantin - - - - - - - - - - -
8. Penjaga Sekolah 1 - - - - - - - 1 - 1
9. Tukang Kebun - 1 - - - - - - 1 - 1
10. Keamanan 1 1 - - - - - - 2 2
11.
Lainnya: ...................
Pesuruh
1 - - - - - - - 1 - 1
Jumlah 3 5 1 - 2 1 2 2 7 3 14
51
5. Data Siswa dalam Tiga Tahun Terakhir
Tabel 3.6
Data Siswa dalam Tiga Tahun Terakhir
Th.
Pelajaran
Jml
Pendaftar
(Cln Siswa
Baru)
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Jumlah
(Kls. VII + VIII
+ IX)
Jml Siswa Jumlah
Rombel Jml Siswa
Jumlah
Rombel Jml Siswa
Jumlah
Rombel Siswa Rombel
2012/2013 366 213 6 208 6 237 6 658 18
2013/2014 483 216 6 216 6 205 6 636 18
2014/2015 669 213 6 216 6 215 6 644 18
1. Sarana dan Prasarana
a. Data Ruang Belajar
Tabel 3.7
Data Ruang Belajar
Jenis Ruangan Jumlah
(buah) Ukuran
(pxl)
Kondisi*) Jenis Ruangan Jumlah
(buah) Ukuran
(pxl)
Kondisi
1. Perpustakaan 1 8x10 Baik 6. Lab. Bahasa 1 9x8 Baik
2. Lab. IPA 1 8x10 Baik 7. Lab. Komputer 1 9x8 Baik
3. Ketrampilan - - - 8. PTD
4. Multimedia - - - 9. Serbaguna/aula 1 7x10 baik
5. Kesenian - - -
52
b. Data Ruang Kantor (di isi dalam angka)
Tabel 3.8
Data Ruang Kantor
Jenis Ruangan Jumlah
(buah) Ukuran
(pxl)
Kondisi*)
1. Kepala Sekolah 1 6x8 Baiik
2. Wakil Kepala Sekolah 1 4x8 Baiik
3. Guru 1 12x8 Baiik
4. Tata Usaha 1 6x8 Baiik
5. Tamu - - -
Lainnya: ……………… - - -
c. Data Ruang Penunjang ( di isi dalam angka )
Tabel 3.9
Data Ruang Penunjang
Jenis Ruangan Jumlah
(buah) Ukuran
(pxl)
Kondisi*) Jenis Ruangan Jumlah
(buah) Ukuran
(pxl)
Kondisi
1. Gudang 1 7x5 Baik 10. Ibadah 1 6x11 Baik
2. Dapur 1 3x2.2 Baik 11. Ganti - - -
3. Reproduksi Baik 12. Koperasi 1 2x6 Baik
4. KM/WC Guru 5 4x6 Baik 13. Hall/lobi - - -
5. KM/WC Siswa 5 2x8 Baik 14. Kantin 7 2x4 Baik
6. BK 1 3x8 Baik 15. Rumah Pompa/ - - -
53
Menara Air
7. UKS 1 3x8 Baik
16. Bangsal
Kendaraan 1 4x10 Baik
8. PMR/Pramuka - - - 17. Rumah Penjaga 1 7x5 Baik
9. OSIS - - - 18. Pos Jaga 1 2x3 Baik
d. Lapangan Olahraga dan Upacara
Tabel 3.10
Data Lapangan Olahraga dan Upacara
Lapangan Jumlah
(buah) Ukuran (pxl) Kondisi Keterangan
1. Lapangan Olahraga
a. Voly/Basket/Bulutangkis
b. Futsal
1
1
10x50
15x28
Baik
Baik
2. Lapangan Upacara 1 10x50 Baik
2. Kegiatan Intrakurikuler & Kegiatan Extrakulikuler
a. Kegiatan Intrakurikuler
Kegiatan Intrakurikuler dilaksanakan pagi hari, mulai pukul 07.30
s/d 14.00 sementara mengacu pada kurikulum.
b. Kegiatan Extrakulikuler
1) Pramuka (wajib untuk kelas VII dan VIII)
2) Kesenian
3) Beladiri (Pencak silat, Karate, Tekwondo)
4) Paskibra
5) Olah raga (futsal, Basket, dan Bulu tangkis)
6) PMR
54
7) KIR
8) Rohis dan Rokris
9) UKS
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinta didalam bukunya yang berjudul
Metode Penelitian Pendidikan, “penelitian deskriptif yaitu suau metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau, penelitian ini
tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas,
tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya”.1 Oleh karenanya tujuan
utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas
dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan kata
lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagaimana keadaan
sesuatu (fenomena) dan melaporkannya.
Menurut Bagdon dan Tayor, yang dikutip oleh S. Margono bahwa
“penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. Ahli psikologi pendidikan dari Universitas of Nebraska,
Lincoln mengemukakan metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah
proses investigasi”.2
Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya menjelaskan, studi kasus (case
study) merupakan “satu metodologi penelitian yang mengunakan bukti
empiris (bukan hasil eksperimen laboratorium) untuk membuktikan apakah
suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu kondisi atau tidak. Studi
kasus didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi
suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 54 2 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 36
55
sumber”.3 Studi kasus menyiratkan peneliti melakukan analisis secara intensif
pada satu unit analisis yang diteliti.
Adapun data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder
tentang pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja guru PAI.
Data primer adalah data atau informasi yang dikumpulkan terutama untuk
tujuan investigasi yang sedang dilakukan. Sedangkan data sekunder adalah
informasi yang dikumpulkan untuk memberikan masukan dan saran, sumber
dalam penelitian adalah kepala sekolah dan guru-guru PAI di SMP Negeri 98
Jakarta.
D. Objek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai
objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam dan apa yang
terjadi didalamnya.
“Pada situasi sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat mengamati
secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada
tempat (place) tertentu”.4 Dengan demikian dalam penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama
Islam yang ada di SMP Negeri 98 Jakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data adalah ketetapan cara-cara yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai sumber dan berbagai cara”.5
3 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 115
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 6, h. 297-298
5 Ibid., h. 308
56
Bila dilihat dari sumbernya, maka pengumpulan datanya dapat
menggunakan:
1. Studi pustaka, yaitu dengan menelaah buku-buku yang ada kaitannya
dengan masalah yang penulis bahas pada skripsi ini sebagai bahan
teoritis.
2. Penelitian lapangan, yaitu peneliti melihat secara langsung kondisi yang
terjadi ditempat penelitian.
Bila dilihat dari caranya, maka teknik pengumpulan datanya dapat
dilakukan dengan:
1. Observasi
Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa
sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki.6
Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan
lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta
aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian
berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.7
Setelah dirumuskan tujuan observasi, langkah erikutnya adalah
membuat panduan (guidelines) observasi. Hampir sama dengan panduan
wawancara, fungsi dari panduan observasi adalah untuk mempermudah
peneliti memberikan patokan dan batasan dari observasi yang dilakukan
agar observasi yang dilakukan tetap pada tujuannya. Adapun observasi
yang dilakukan pada penelitian ini lebih rincinya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
6 S. Margono, op. cit., h. 158 7 Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), Cet. 3, h. 132
57
Tabel 3.11
Observasi Penelitian
No Panduan Observasi Rincian Observasi
1 Siapa atau apa yang
diobservasi ?
Pelaksanaan supervisi klinis
yang dilakukan oleh kepala
sekolah/supervisor.
2 Dimana lokasinya ? di SMP Negeri 98 Jakarta
3 Kapan Observasi dilakukan ?
Observasi dilakukan pada
saat waktu pelaksanaan
supervisi klinis yang sudah
ditentukan oleh supervisor.
2. Wawancara
Merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Definisi wawancara berikutnya dikemukakan oleh Stewart
& Cash yang didefinisikan sebagai berikut:
An nterview is interactional because there is an exchanging, or
sharing of roles, responsibilities, feelings, beliefs, motives, and
information. If one person does all of the talking and the other all of
the listening, a speech to an audience of one, not an interview, is
talking place.8
Berdasarkan definisi menurut Stewart & Cash, wawancara diartikan
sebagai sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau
berbagai aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan
informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu
orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya
mendengarkan.
8 Ibid., Cet. 3, h. 118
58
Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode
pengumpulan data yang utama. Sebagian besar data diperoleh melalui
wawancara.9 Untuk itu, penguasaan teknik wawancara sangat mutlak
diperlukan. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti ketika
melakukan wawancara, jangan sampai subjek merasa seperti di interogasi
oleh peneliti. Jika subjek merasa bahwa dirinya diinterogasi, maka subjek
akan merasa tidak nyaman dan merasa terancam karena dalam interogasi
terkandung unsur tekanan dari salah satu pihaknya.
Penulis melakukan wawancara dengan supervisor dan guru PAI di
SMP Negeri 98 Jakarta mengenai pelaksanaan supervisi klinis dalam
meningkatkan kinerja guru.
Tabel 3.12
Pedoman Wawancara Supervisor
No Variabel Pertanyaan
1 Supervisi Klinis Apakah ibu membicarakan bersama guru mengenai
apa saja yang akan di observasi?
Apakah ibu menciptakan suasana akrab antara
supervisor dengan guru?
Bagaimana hubungan ibu dengan para guru dan
karyawan di sekolah ini?
Apakah ibu menjelaskan kepada guru mengenai
tujuan pelaksanaan supervisi klinis ini?
Apakah cara mengajar guru sudah sesuai dengan
apa yang bapak harapkan?
Apakah guru memberikan tugas-tugas latihan
kepada murid?
Apakah ibu mendiskusikan hasil observasi kepada
9 Ibid, h. 118
59
guru?
Bagaimana perasaan guru setelah di observasi cara
mengajarnya?
apakah bapak membuat catatan yang lengkap
mengenai kejadian-kejadian di kelas?
Apakah banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh
guru mengenai cara mengajarnya?
Manfaat apa yang didapat dari pelaksanaan
supervisi klinis untuk kinerja guru?
Dalam melaksanakan supervisi klinis pihak mana
saja yang ikut terlibat?
Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan
supervisi klinis bagi seorang guru?
2 Kinerja Guru
PAI
Usaha apa yang Bapak lakukan dalam
meningkatkan kinerja guru dalam mengajar?
Apa yang diusahakan oleh guru dalam
meningkatkan kinerjanya kedepan?
Metode pengajaran apa saja yang biasa guru
terapkan dalam pembelajaran PAI?
Bagaimana sikap siswa ketika pelajaran PAI sedang
berlangung?
Problem apa saja yang guru hadapi didalam
pelaksanaan pengajaran PAI?
Apakah kinerja guru PAI lebih baik ketimbang
kinerja guru umum lainnya?
Apakah guru-guru PAI selalu menggunakan
media/sumber belajar ketika proses mengajar?
Apakah guru-guru PAI selalu memberikan motivasi
kepada siswa agar semangat dalam menerima
pengajaran PAI?
60
Apakah guru-guru PAI selalu memberikan tauladan
yang baik kepada murid-muridnya?
Bagaimana dampak supervisi terhadap kinerja guru
PAI?
Tabel 3.13
Pedoman Wawancara Guru PAI
No Indikator Pertanyaan
1 Supervisi Klinis Apakah Bapak bersama kepala sekolah/supervisor
membuat kesepakatan tentang hal-hal yang akan di
observasi?
Apakah Bapak dengan kepala sekolah/supervisor
melakukan komunikasi secara akrab dan terbuka?
Apakah Kepala sekolah/supervisor selalu
menghargai Bapak?
Apakah kepala sekolah/supervisor menjelaskan
tujuan pelaksanaan supervisi klinis?
Apakah kepala sekolah/supervisor menetapkan
waktu/jadwal kegiatan observasi?
Bagaimana pendapat Bapak mengenai pelaksanaan
supervisi klinis?
Apakah pelaksanaan supervisi klinis ini dapat
meningkatkan kinerja guru, khususnya untuk guru-
guru PAI?
Bagaimana perasaannya ketika kepala
sekolah/supervisor sedang mengobservasi kinerja
mengajar Bapak?
Apakah kepala sekolah/supervisor
mendokumentasikan perilaku/interaksi guru dan
61
siswa dalam proses pembelajaran?
Apakah kepala sekolah/supervisor mengamati
proses kinerja mengajar guru?
Apakah kepala sekolah/supervisor menanyakan
perasaan guru setelah melakukan proses
pembelajaran?
Apakah kepala sekolah/supervisor melakukan
analisis terhadap hasil observasi?
Apakah kepala sekolah/supervisor memberitahu
hasil analisisnya kepada guru?
Apakah kepala sekolah/supervisor memberikan
masukan kepada Bapak mengenai kinerja mengajar
yang lebih baik?
Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui
hasil analisis pembelajaran?
Apakah kepala sekolah/supervisor menanyakan
kesan guru terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan?
Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru
pada proses pembelajaran?
Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat
memberikan manfaat untuk Bapak?
Apakah kepala sekolah/supervisor sudah baik
dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor
pada pelaksanaan supervisi klinis?
Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan supervisi
klinis bagi seorang guru?
62
3. Dokumentasi
Merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati berbagai
dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian, teknik ini
sering disebut juga observasi historis. Dokumentasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen baik dokumen tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.10
Dokumen berguna jika peneliti yang ingin mendapatkan informasi
mengenai suatu peristiwa tetapi mengalami kesulitan untuk
mewawancarai langsung para pelaku. Kondisi tersebut mungkin terjadi
jika peneliti melakukan studi pada peristiwa di masa lalu dimana para
pelakunya mungkin sudah meninggal dunia.
Terdapat berbagai macam jenis dokumen yang mungkin dijumpai
peneliti. Tipe-tipe dokumen antara lain:
a. Dokumen personal, privat atau publik seperti: buku harian, notulen
rapat, media massa, laporan tahunan, dan lainnya.
b. Dokumen tertulis dan catatan (records), seperti: akta kelahiran, surat
nikah, SIM, dan lainnya.
c. Dokumen historis atau catatan sejarah
d. Foto, video, dan film dari suatu peristiwa
e. Dokumen elektronik
f. Dokumen di internet.11
Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk mencari data-data
tentang profil lengkap SMP Negeri 98 Jakarta, baik itu tentang sejarah
berdirinya sekolah maupun infrastruktur serta sumber daya manusia yang
ada didalamnya.
Tabel 3.14
Dokumen Penelitian
10
Sugiyono, op. cit., cet. 6, h. 329
11 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 62-63
No Jenis Dokumen Rincian Dokumen
1 Profil Lembaga/Sekolah a. Identitas sekolah SMP
63
F. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Untuk menganalisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:12
1. Pengumpulan informasi, melalui observasi langsung, wawancara dan
hasil uji tes.
12 Sugiyono, op. cit., cet. 6, h. 337
Negeri 98 Jakarta
b. Visi, misi, dan tujuan
c. Struktur organisasi
d. Data pendidik dan tenaga
kependidikan
e. Data siswa dalam tiga tahun
terakhir
f. Sarana dan prasarana
2 Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)
a. Kegiatan intrakurikuler
b. Kegiatan extrakulikuler
c. Prestasi yang dicapai
(prestasi belajar dan kegiatan
sekolah
64
2. Reduksi, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang hal yang tidak perlu.
3. Penyajian, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
dan sebagainya. Menurut Miles and Huberman menyatakan yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
4. Menarik kesimpulan, dalam penelitian kualitatif kesimpulan mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin saja tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau
sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan
kesimpulan.Penyajian data data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif
adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian.
Dalam bab IV ini akan dikemukakan deskripsi data hasil penelitian. Sesuai
dengan data yang diperoleh penulis, maka disajikan data sebagai berikut:
A. Deskripsi Data
Tabel 4.1
Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta
Pelaksanaan
Supervisi
Klinis di SMP
Negeri 98
Jakarta
Selatan
Hasil Observasi
(Pra Pengamatan)
Hasil observasi yang didapat penulis
terdapat 3 tahap kegiatan dalam
pelaksanaan supervisi klinis yaitu pra
pengamatan, observasi pembelajaran
dan pasca pengamatan. Berdasarkan
hasil yang telah dilakukan pada
tanggal 23 September 2014 oleh
Kepala Sekolah dan Guru PAI telah
dihasilkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Tersusunnya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
yang sesuai dengan kegiatan
pembelajaran.
2. Tersusunnya identifikasi
masalah pembelajaran yang
meliputi materi ajar serta
kesulitan belajar peserta didik.
66
Pelaksanaan
Supervisi Klinis
di SMP Negeri 98
Jakarta Selatan
HASIL OBSERVASI
(Observasi Pembelajaran)
Hasil observasi yang dilakukan
oleh penelitian dengan
mengamati guru PAI dan
peserta didik selama proses
pembelajaran. Maka kegiatan
supervisi klinis dilaksanakan
pada hari Selasa di kelas 9.2
Semester 1 tahun 2014/2015
pada SMP Negeri 98 Jakarta
Selatan, lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan.
HASIL OBSERVASI
(Pasca Pengamatan)
Hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti setelah mengamati
guru PAI dan peserta didik
selama pembelajaran. Maka
kegiatan pasca pengamatannya
guru PAI terlebih dahulu
menyampaikan kesan yang ia
dapat selama proses
pembelajaran yang telah
berlangsung sebelum supervisor
menyampaikan saran dan kritik
mereka, lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan.
67
Tabel 4.2
Aktivitas Mengajar Guru PAI
Aktivitas
Mengajar Guru
PAI
HASIL OBSERVASI
Hasil observasi yang dilakukan
peneliti sebagai berikut:
Pembelajaran yang telah
dilakukan oleh guru PAI telah
sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
Namun terdapat kekurangan
dalam proses pembelajaran, yaitu
guru tidak memanfaatkan media
pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman
konsep peserta didik, lebih
jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan.
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti selama
penelitian oleh guru PAI Idi
Supriyadi S.Pd.I pada hari selasa
tanggal 23 September 2014
diruang audio SMP Negeri 98
Jakarta Selatan adalah setelah
pelaksanaan supervisi klinis
selesai guru dapat melakukan
perbaikan proses kegiatan belajar
mengajar serta dapat
meningkatkan kinerja guru dengan
cara menciptakan pembelajaran
yang inovatif dan kreatif. Dengan
pelaksanaan supervisi klinis maka
kompetensi yang dimiliki guru
dapat meningkat sehingga guru
PAI dapat menjadi guru yang
professional, lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan.
68
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta
Supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan performan si
guru mengelola proses belajar mengajar. Supervisi klinis dalam
pelaksanaannya membutuhkan perangkat-perangkat seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrument observasi, dan ada
kesepakatan waktu pelaksanaan observasi kelas. Pelaksanaannya didesain
dengan praktis serta rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya
dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas.
Data dan hubungan antar guru dan supervisor merupakan dasar program
prosedur dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam
mengembangkan belajar peserta didik.
Untuk mengetahui secara langsung bagaimana pelaksanaan supervisi
klinis sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru PAI di SMP
Negeri 98 Jakarta Selatan, maka peneliti mengunjungi langsung ke SMP
Negeri 98 Jakarta Selatan dengan izin dari Kepala Sekolah SMP Negeri
tersebut. Setelah mendapat izin peneliti ikut secara langsung dalam
kegiatan supervisi klinis di SMP Negeri 98 Jakarta Selatan mulai dari
tahap pra pengamatan, observasi pembelajaran dan pasca pengamatan.
Dalam mengikuti kegiatan ini peneliti melakukan observasi dan
wawancara terkait dengan pelaksanaan supervisi klinis.1
Untuk memperjelas gambaran pelaksanaan supervisi klinis sebagai
upaya untuk meningkatkan kinerja guru PAI, dibawah diuraikan secara
lebih rinci mengenai tahapan-tahapan kegiatannya mulai dari tahap
pertemuan awal, tahap observasi mengajar sampai pada tahap pertemuan
balikan yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 98 Jakarta Selatan pada
tanggal 23 September 2014 Tahun Ajaran 2014/2015. Berikut hasil
pengamatan peneliti terkait kegiatan tahapan-tahapan yang ada dalam
supervisi klinis.
1 Hasil Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23
September 2014
69
a. Tahapan Supervisi Klinis
1) Tahap Pertemuan Awal
Tahap awal persiapan dimulai dengan melakukan
identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar,
kesulitan belajar peserta didik serta pemilihan metode
pembelajaran yang tepat digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan
dengan kurikulum yang sedang berjalan di SMP Negeri 98
Jakarta Selatan. Hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi
identifikasi masalah pembelajaran, serta alternative solusi yang
dipilih. Menurut guru PAI, materi yang harus diajarkan pada
semester yang sedang berlangsung adalah materi Hadits tentang
Menuntut Ilmu. Materi ini dianggap penting karena ilmu sangat
besar pengaruhnya terhadap perjalanan seorang manusia di
dunia ini.2 Dengan ilmu seorang manusia dapat dibedakan
berdasarkan tingkat kehormatannya. Semakin tinggi ilmu
seseorang, maka orang akan memandangnya dengan hormat,
takjub dan orang itu akan mempunyai kedudukan mulia di
dalam masyarakat, tetapi apabila seseorang tidak berilmu, maka
kedudukannya di mata manusia akan dipandang rendah bahkan
mungkin hina.
Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan di
kelas IX dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Selain mempersiapkan materi ajar dan metode
pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar guru pun mempersiapkan supervisor, yang menjadi
supervisor dalam kegiatan supervisi klinis adalah wakil kepala
sekolah/bidang Kurikulum. Pemilihan supervisor berdasarkan
harapan guru yang dapat memberikan bantuan atas kesulitan
2 Hasil Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23
September 2014
70
guru dalam melaksanakan tugas pengajarannya. Pemilihan wakil
kepala sekolah/bidang Kurikulum sebagai supervisor sudah
memenuhi kriteria yang diinginkan oleh guru yang akan
disupervisi karena mempunyai perhatian terhadap segala
kegiatan di sekolah baik pembelajaran maupun manajemen
sekolah, luas pengetahuannya tentang masalah-masalah
pendidikan, administrasi, dan organisasi, serta bersifat simpatik
dan mempunyai perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap
peserta didik dan guru dalam pembelajaran. Kehadiran wakil
kepala sekolah/bidang kurikulum dalam kegiatan tersebut
sangatlah penting karena informasi, saran serta kritik yang
membangun dari kegiatan pembelajaran dikelas dapat menjadi
masukan berharga bagi peningkatan kinerja guru secara khusus
dan peningkatan kualitas sekolah secara umum. Adanya
supervisor dalam kegiatan supervisi klinis ini sedikit banyak
memberi manfaat bagi guru PAI yang bersangkutan, karena
setelah proses observasi mengajar selesai dilakukan dan
berlanjut pada tahap pertemuan balikan supervisor bersama
dengan guru PAI yang bersangkutan dapat mengidentifikasi hal-
hal yang perlu ditingkatkan berdasarkan pengalaman guru PAI
tersebut dan hasil pengamatan supervisor.
Pada tahap pertemuan awal dalam pelaksanaan supervisi
klinis diketahui bahwa setiap guru dituntut mampu membuat
rencana pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik serta dapat mengidentifikasi sumber kesulitan peserta
didik. Hal ini berarti guru secara tidak langsung dapat
meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran dengan cara
memahami karakteristik peserta didik. Menurut penulis pada
tahapan ini sudah menyentuh salah satu aspek kompetensi yang
harus dimiliki guru yakni kompetensi pedagogik, karena guru
sudah berusaha mengelola pembelajaran dengan membuat
71
rencana pembelajaran dan dalam tahapan ini guru berusaha
mengubah pandangan peserta didik terhadap materi
pembelajaran yang dianggap sulit.3
2) Tahap Observasi Mengajar
Tahapan ini dilakukan setelah semua perangkat
pembelajaran siap digunakan. Kegiatan observasi pembelajaran
dilaksanakan pada tanggal 23 September 2014 di SMP Negeri
98 Jakarta Selatan mulai dari jam 08:45 sampai jam 10:00 WIB.
Pembelajaran dilakukan oleh Idi Supriyadi, S.Pd.I di kelas 9.2
dengan mengambil materi Hadits tentang Menuntut Ilmu.
Banyaknya peserta didik dalam kelas ada 36 siswa dan proses
pembelajaran dilakukan secara individu yang nantinya akan
dibuat kelompok-kelompok kecil dengan tata letak tempat
duduk membentuk huruf U serta metode dan model
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru yang
bersangkutan.
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar perlu
dilakukan pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh
supervisor. Pada pertemuan ini, setelah supervisor menjelaskan
secara umum kegiatan supervisi klinis yang akan dilakukan,
selanjutnya sebelum guru PAI memulai pembelajaran, guru PAI
diberi kesempatan mengemukakan rencananya secara singkat.
Informasi ini sangat penting bagi supervisor terutama untuk
merancang rencana observasi yang akan dilakukan di kelas.
Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya supervisor
masuk ke kelas 9.2 untuk mengamati jalannya pembelajaran.
Supervisor dipersilahkan untuk memilih tempat strategis
agar dapat mengamati jalannya pembelajaran secara maksimal.
Kemudian guru PAI melakukan pembelajaran sesuai rencana.
3 Hasil Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23
September 2014
72
Awal pembelajaran dimulai dengan menertibkan suasana kelas
serta mengecek absensi peserta didik kemudian dilanjutkan
dengan apersepsi yang masih berhubungan dengan materi yang
akan diajarkan. Pada pembelajaran ini guru PAI menggunakan
pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL), kontekstual
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
membantu peserta didik untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural) sehingga peserta didik memiliki
pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu
konteks ke konteks lain. Sementara model pembelajarannya
menggunakan Tutor Sebaya yaitu pembelajaran yang
melibatkan peserta didik sebagai tutor membantu guru dalam
proses pembelajaran untuk mendampingi peserta didik dalam
belajar. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan peragaan
atau contoh dan memberikan pertanyaan terbuka untuk
merangsang pemikiran peserta didik. Setelah guru selesai
menjelaskan, peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok
kecil dengan tingkat kemampuan yang heterogen.
Pengelompokkan peserta didik dilakukan dengan cara peserta
didik mengambil kertas dalam wadah yang telah disediakan.
Kemudian peserta didik bergabung dengan kelompoknya
masing-masing sesuai dengan nomor urut kertas yang ada
didalamnya yang mereka ambil, sementara tutor sebaya telah
dipilih oleh guru berdasarkan tingkat kemampuan pemahaman
yang lebih tinggi dibandingkan peserta didik lainnya. Masing-
masing kelompok diberi tugas untuk memahami serta
menjelaskan kembali makna dari hadits tentang menuntut ilmu
dengan bahasanya sendiri. Guru memanggil perwakilan dari
masing-masing kelompok untuk menjelaskan makna dari suatu
73
hadits. Guru memberi apresiasi bagi perwakilan yang telah
menyampaikan hasil diskusi serta memberi pembenaran.
Kegiatan supervisi klinis dihadiri oleh wakil kepala
sekolah/bidang kurikulum sebagai supervisor. Posisi supervisor
berada dibelakang, supervisor melakukan pengamatan dikelas
berdasarkan pada lembar instrument supervisi klinis. Observasi
terutama ditujukan pada interaksi yang terjadi antara peserta
didik dengan peserta didik dalam kelompok, interaksi peserta
didik antara kelompok dalam diskusi kelas, interaksi antara guru
dan peserta didik selama proses pembelajaran, aktivitas peserta
didik dalam belajar, kapan peserta didik mulai belajar, kapan
peserta didik mulai terlihat bosan belajar dan kapan peserta
didik selesai belajar. Supervisor tidak diperkenankan melakukan
intervensi pada kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik,
maupun yang dilakukan oleh guru. Dengan cara seperti itu,
peserta didik tidak terganggu dengan kehadiran supervisor.4
3) Tahap Pertemuan Balikan
Setelah selesai proses pembelajaran, selanjutnya adalah
tahap pasca pengamatan. Pada awal tahapan pasca pengamatan,
guru PAI diberi kesempatan menyampaikan kesan-kesan tentang
aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Dalam kasus
kegiatan supervisi klinis ini, guru menyampaikan bahwa dia
tidak merasa gugup ketika melakukan pembelajaran walaupun
adanya supervisor yang mengamati ketika dia mengajar karena
guru sudah terbiasa berkomunikasi dengan atasan yang dalam
hal ini menjadi supervisor. Setelah guru menyampaikan kesan-
kesannya, supervisor kemudian menyampaikan saran dan kritik
yang dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru yang telah di
supervisi agar kinerja dan profesionalitas semakin meningkat.
4 Hasil Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23
September 2014
74
Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan adalah dalam
hal penggunaan media yang belum bervariasi, misalnya guru
bisa mencari dan menggunakan media yang menarik agar minat
dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat
meningkat, karena terbatasnya media di sekolah tersebut maka
perlu adanya penggunaan media yang lebih variatif, serta SK
dan KD harap ditulis di papan tulis. Kemudian yang harus
ditingkatkan adalah memberikan pertanyaan yang menuntut
proses berpikir peserta didik serta pertanyaan lanjutan yang akan
mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban yang
pertama (problem question).5
b. Manfaat Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta
Selatan
Untuk mengetahui manfaat bagi guru yang telah disupervisi
klinis. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah
dilaksanakan salah satu guru menyatakan bahwa setelah mengikuti
pelaksanaan supervisi klinis :
1) Guru dapat melakukan perbaikan dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
2) Dengan adanya pelaksanaan supervisi klinis dapat
meningkatkan kinerja guru PAI dan meningkatkan kualitas
sekolah secara keseluruhan.
3) Memberikan motivasi guru dan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar.
4) Guru akan mencoba mencari media yang tepat untuk
diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu materi
ajar.
5 Hasil Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23
September 2014
75
5) Guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan
suasana belajar di ruang kelas.6
Selain itu guru juga mampu bersikap terbuka dalam menerima
kritik terhadap kekurangan dalam proses pembelajaran yang ia
lakukan. Guru bisa lebih mengevaluasi dirinya secara objektif karena
sebelum di supervisi ada hal yang tidak mereka sadari untuk
dilakukan, namun setelah disupervisi akhirnya mereka menyadari
bahwa terdapat kekurangan dan ada hal yang harus diperbaiki.
Menurut para guru pada awalnya terasa berat dan sulit untuk
dapat menerima kritikan yang diberikan oleh supervisor saat
pelaksanaan supervisi klinis, tapi sejalan dengan berkembangnya
peserta didik yang semakin beragam maka guru harus mampu
mengendalikan peserta didik. Dengan adanya supervisi klinis di
sekolah masalah yang terkait pembelajaran seperti kurangnya
penggunan media kreatif untuk mendukung terjadinya kegiatan
belajar mengajar yang inovatif serta penggunaan metode yang
monoton sehingga peserta didik merasa jenuh selama kegiatan
belajar mengajar dapat terselesaikan. Menerima kritikan dan saran
dari supervisor saat proses supervisi klinis maka guru akan
memperoleh cara atau inovasi pembelajaran yang mampu
mengendalikan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan lebih baik.
Manfaat pelaksanaan supervisi klinis juga dirasakan oleh guru
Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Dengan masalahnya kurang
terampil dalam mengkondisikan kelas sehingga peserta didik tidak
fokus selama kegiatan belajar mengajar, guru meminta kepada
supervisor untuk mensupervisi ketika mengajar dikelas. Setelah
mendapat saran-saran dari supervisor yaitu memperbesar suara dan
mengulang kembali pada hal-hal yang dianggap penting kemudian
6 Hasil Wawancara dengan guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 23 September
2014
76
guru tersebut menerima saran dan bisa mengajar lebih baik lagi
untuk menjadi guru yang professional.
2. Dampak Supervisi Klinis Terhadap Peningkatan Kinerja Guru PAI
di SMP Negeri 98 Jakarta Selatan.
Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Upaya peningkatan
kompetensi dan kinerja guru harus terus dilakukan karena semakin
beragamnya kemampuan peserta didik serta kebutuhan terhadap
pendidikan yang semakin meningkat. Salah satu kegiatan yang sangat
tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru adalah pelaksanaan
supervisi klinis. Karena dengan adanya supervisi klinis dapat
memperbaiki perilaku guru-guru dalam proses belajar mengajar, terutama
yang kronis, secara aspek demi aspek dengan intensif, sehingga mereka
dapat mengajar dengan baik dan kinerjanya diharapkan dapat meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan guru PAI yang sudah di supervisi di
SMP Negeri 98 Jakarta Selatan ada beberapa hal penting yang dapat
diperoleh melalui kegiatan supervisi klinis, yaitu:7
a. Dengan adanya supervisi klinis terdapat perbaikan/peningkatan
kinerja mengajar guru didalam proses kegiatan belajar mengajar.
b. Biasanya guru akan mencoba mencari media yang tepat untuk di
tunjukkan kepada peserta didik, seperti menggunakan video.
c. Guru bisa lebih kreatif untuk mencari media dan metode yang
bervariasi setelah pelaksanaan supervisi klinis.
Dengan demikian dapat disimpulkan dampak yang terjadi pada guru
setelah melaksanakan Supervisi Klinis adalah adanya peningkatan
kompetensi professional. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
guru PAI mulai memperbaiki proses belajar mengajar, guru dan peserta
didik juga termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar dan adanya
7 Hasil Wawancara dengan Supervisor di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September
2014
77
kepuasan serta keikhlasan dalam bekerja. Dengan dilaksanakannya
Supervisi Klinis dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi peserta didik adanya Supervisi Klinis menyebabkan terjadinya
peningkatan pemahaman terhadap materi pelajaran, peningkatan minat
serta motivasi belajar peserta didik, peningkatan keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Tidak ada rasa cemas, peserta didik gembira
dan percaya diri, tidak takut bertanya, peningkatan efektivitas hasil
belajar, serta adanya kepuasan dalam belajar.
Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi
karena guru mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas hanya
dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang dipeloleh melalui
program pendidikan. Guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran
kognitif, agen moral, innovator, serta peranan kooperatif. Berbagai
kemampuan tersebut harus dimiliki oleh pendidik, karena itu semua
merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh para pendidik di
sekolah. Namun demikian, sebelum mereka memiliki ke semua
kemampuan tersebut, terlebih dahulu harus memiliki kompetensi-
kompetensi sebagai pendidik/guru.
Kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki guru mencakup empat
macam sebagaimana termaktub dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal 10 ayat (1), yaitu: “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”8. Dengan terbentuknya keempat
kompetensi tersebut muncul paradigma baru untuk profil guru Indonesia
yang memiliki kepribadian matang dan berkembang, penguasaan ilmu
yang kuat, keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada
8Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), h. 16
78
sains dan tekhnologi, dan perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
Guru yang memiliki kinerja yang tinggi akan bernafsu dan berusaha
meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga
diperoleh hasil kerja yang optimal.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Supervisi
Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta Selatan
Dalam pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta
Selatan terdapat beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan
supervisi klinis ini sebagai pengupayaan peningkatan kinerja guru yaitu:
adanya dukungan yang tinggi dari pihak pengelola sekolah, apresiasi
yang tinggi diberikan dari Kepala Sekolah terhadap pelaksanaan
supervisi klinis sebagai salah satu upaya peningkatan kinerja guru PAI
sekaligus peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Selain itu sikap
antusias dari guru-guru SMP Negeri 98 Jakarta Selatan yang tinggi untuk
mengikuti dan melaksanakan supervisi klinis.
Sejalan dengan pelaksanaan supervisi klinis sebagai upaya
peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam terungkap beberapa
faktor penghambat atau kendala yang dialami pada saat proses yang
dilaksanakan. Kendala yang paling sering dihadapi ialah “terkendalanya
waktu pelaksanaan supervisi klinis, terkadang waktu sudah ditetapkan
untuk pelaksanaannya namun karena ada agenda lain di sekolah sehingga
pelaksanaan supervisi klinis tersebut dibatalkan, padahal dalam hal ini
guru sudah menyiapkan semuanya”.9
Kendala yang lainnya pun menurut supervisor yang sudah
mensupervisori pelaksanaan supervisi klinis ialah seperti “pembuatan
program pembelajaran. Terkadang juga ditemukan kendala yang datang
9 Hasil Wawancara dengan guru PAI di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September
2014
79
dari guru itu sendiri, biasanya guru yang akan di supervisi merasa tegang
sehingga harus ada persiapan yang bagus agar nantinya mendapatkan
hasil yang bagus pula”.10
Terlepas dari faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
supervisi klinis di SMP Negeri 98 Jakarta Selatan. Para guru sepakat
bahwasanya pelaksanaan Supervisi Klinis sebagai pengupayaan
peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam berlangsung dengan
baik dan perlu dikembangkan secara berkelanjutan guna meningkatkan
kinerja keguruan yang dimiliki guru. Untuk mendapat informasi yang
lebih mendalam terkait pengupayaan Supervisi Klinis dalam peningkatan
kinerja guru Pendidikan Agama Islam, peneliti melakukan wawancara
dengan guru yang sudah pernah disupervisi. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut Supervisi Klinis di SMP Negeri 98 Jakarta Selatan
mendapat banyak dukungan dari banyak kalangan seperti seluruh civitas
sekolah, kepala sekolah serta guru-guru yang bersangkutan dalam rangka
pengupayaan peningkatan kinerja guru sehingga saat ini guru tiap mata
pelajaran sudah mengalami perubahan kearah yang lebih baik dalam
pembelajaran.
10 Hasil Wawancara dengan Supervisor di SMP Negeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September
2014
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk meningkatkan kinerja guru PAI di
SMP Negeri 98 Jakarta Selatan
Sebuah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang
ahli/professional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan
dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan
baik dan berkualitas. Pada kegiatan ini dilakukan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Proses pelaksanaannya pun berlangsung
dengan baik, banyak yang mendukung pelaksanaan kegiatan supervisi
klinis ini. Mulai dari kepala sekolah serta jajarannya dan guru yang
bersangkutan. Dalam supervisi klinis ini setiap tahapan mampu
memberikan makna yang dapat meningkatkan kinerja guru pendidikan
agama islam (PAI), mulai dari tahap pertemuan awal, tahap observasi
pembelajaran sampai pada tahap pasca pertemuan balikan.
2. Dampak Supervisi Klinis terhadap peningkatan kinerja guru PAI di SMP
Negeri 98 Jakarta Selatan
Setelah proses supervisi klinis ini dilaksanakan maka dampak yang
dirasakan guru PAI adalah meningkatnya kemampuan kompetensi
professional. Dalam pembelajaran pendidikan agama islam guru mulai
memperbaiki proses belajar mengajarnya sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya didalam mengajar, guru juga dapat memilih dan menerapkan
media dan metode yang bervariasi untuk ditunjukkan dan diterapkan
81
kepada murid didalam proses pembelajaran. Dengan dilaksanakannya
Supervisi Klinis dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis di
SMP Negeri 98 Jakarta Selatan
Peneliti menemukan beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan
supervisi klinis ini yaitu adanya dukungan yang tinggi dari pihak
pengelola sekolah, apresiasi yang tinggi diberikan dari Kepala Sekolah
terhadap pelaksanaan supervisi klinis sebagai salah satu upaya dalam
peningkatan kinerja guru PAI sekaligus peningkatan mutu pembelajaran di
kelas. Selain itu sikap antusias dari guru-guru SMP Negeri 98 Jakarta
Selatan yang tinggi untuk mengikuti dan melaksanakan supervisi klinis.
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis adalah
terkendalanya waktu pelaksanaan supervisi klinis, terkadang waktu sudah
ditetapkan untuk pelaksanaannya namun karena ada agenda lain di sekolah
sehingga pelaksanaan supervisi klinis tersebut dibatalkan, padahal dalam
hal ini guru sudah menyiapkan semuanya. Kendala yang lainnya pun
seperti pembuatan program pembelajaran. Terkadang juga ditemukan
kendala yang datang dari guru itu sendiri, biasanya guru yang akan di
supervisi merasa tegang sehingga harus ada persiapan yang bagus agar
nantinya mendapatkan hasil yang bagus pula.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi penelitiannya adalah
pentingnya pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja guru PAI
yang secara langsung dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.
Program ini juga perlu dijalankan setiap semesternya agar guru itu dapat
memperbaiki keterampilan mengajarnya, selain itu juga perlu ada dukungan
dari pihak sekolah baik itu dari kepala sekolah, guru-guru dan staf sekolah agar
82
pelaksanaan supervisi klinis ini dapat berjalan dengan baik, sehingga kualitas
proses belajar mengajar menjadi lebih efektif serta kualitas dan kuantitas
sekolah dapat meningkat secara keseluruhan.
C. Saran
Dari hasil temuan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan dalam pelaksanaan supervisi klinis dalam upaya meningkatkan
kinerja guru PAI sebagai berikut :
1. SMP Negeri 98 Jakarta Selatan sebagai sekolah yang pernah
mempraktikan supervisi klinis dapat membagi pengalamannya kepada
sekolah lain yang belum mengenal dan mempraktikan supervisi klinis agar
dapat mempraktikannya di sekolah lain.
2. Bagi supervisor, sebaiknya harus melihat kembali proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru yang telah disupervisi klinis, apakah guru
tersebut sudah memperbaiki cara mengajarnya atau belum.
3. Bagi guru jika terdapat kekurangan dalam keterampilan mengajar,
sebaiknya meminta bantuan kepada kepala sekolah atau guru-guru senior
yang ada di sekolah untuk memberikan saran agar kekurangan tersebut
dapat diperbaiki sehingga dapat meningkatkan kinerja mengajarnya.
4. Perlu adanya sikap antusias dan keinginan yang kuat dari para guru untuk
berkeinginan dalam melaksanakan supervisi klinis.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Jogjakarta:
DIVA Press, 2012.
Bafadal, Ibrahim. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina
Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Barnawi., dan Arifin, Mohammad. Kinerja Guru Profesional: Instrumen
Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta,
2013.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Naladana,
2004.
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta:
Depdiknas, 2003.
Faisyal Mahdi, “Pelaksanaan supervisi klinis pada guru bidang studi rumpun
agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Darul Ma’arif Pringapus Kab.
Semarang tahun pelajaran 2013/2014”, Skripsi pada S1 Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga: 2014.
Fathurrohman, Pupuh., dan Suryana, Aa. Guru Profesional, Bandung: PT Refika
Aditama, 2012.
Gunawan, Ari H. Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1996.
H. Makawimbang, Jerry. Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di
Bidang Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
84
Hendra Faizal, “Supervisi Klinis dalam Mengantisipasi Konflik di SMP Islamiyah
Sawangan Depok”, Skripsi pada S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
2006.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Kartino, Kartini. Menyiapkan dan Memadukan Karir, Jakarta: CV Rajawali, 1985.
Kunandar. Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Majid, Abdul., dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: PT Refika
Aditama, 2006.
------------------------. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2000.
Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung:
Alfabeta, 2013
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011.
Nasir, Sahilun A. Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problema
remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
1992.
85
------------------------. Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992.
Rugaiyah., dan Atiek Sismiati. Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011.
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2012.
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Sahertian, Piet., dan Sahertian, Ida Aleida. Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Program Inservice Education, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990.
Samana, A. Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, Jakarta: Indeks, 2012.
Saudagar, Fachruddin., dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru,
Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Soetjipto., dan Kosasi, Raflis. Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Sudirman, dkk. Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.
Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama,
2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Kencana, 2013.
86
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997.
Trianto., dan Tutik, Titik Triwulan. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan
Kualitas Kompetensi & Kesejahteraan, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007.
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Wijaya, Cece., dan Rusyan, Tabrani. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991.
Wita Ristyani, “Usaha Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Supervisi Klinis
(Studi Kasus di SMA UII Yogyakarta)”, Skripsi pada S1 UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta: 2009.
LEMBAR OBSERVASI GURU
Guru yang di Supervisi : Idi Supriyadi, S.Pd.I
Hari/Tanggal : Selasa, 23 September 2014
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : IX. 2
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas mengajar guru
No.
Aspek yang Diamati
Deskriptif
1. Menyampaikan materi yang diajarkan Guru menyampaikan materi tentang
hadits menuntut ilmu. Dari segi
penjelasannya guru sudah baik,
karena selalu mengaitkan materi
kedalam aplikasi dikehidupan
sehari-hari, agar siswa mampu
mengaplikasikan apa yang sudah
diajarkan guru didalam
kehidupannya.
2. Membentuk kelompok kecil Setelah menjelaskan materi
pembelajaran, guru meminta siswa
untuk membentuk kelompok kecil.
Pengelompokkan siswa dilakukan
dengan cara siswa mengambil
kertas dalam wadah yang telah
disediakan. Pengelompokkan siswa
ini sudah cukup baik, karena
pengelompokkan tersebut
dilakukan dengan cara adil dan
tidak memilih-milih.
3. Membimbing siswa dalam diskusi
kelompoknya
Pada saat diskusi berlangsung, guru
mendatangi setiap kelompok satu
persatu, dan juga mengarahkannya
jika terdapat kelompok yang masih
kurang mengerti.
4. Meminta kepada siswa untuk
menjelaskan hasil diskusinya
Guru memanggil perwakilan dari
masing-masing kelompok untuk
menjelaskan makna dari suatu
hadits. Guru memberi apresiasi
bagi perwakilan yang telah
menyampaikan hasil diskusi serta
memberi pembenaran
5. Memberikan kesimpulan tentang
materi yang sudah diajarkan
Guru bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran
yang telah berlangsung.
Jakarta, 23 September 2014
Observer
Muhammad Rian Padhila
PEDOMAN WAWANCARA
Hari / Tanggal :
Yang di wawancarai :
Jabatan :
Tempat :
Yang mewawancarai :
A. Supervisi Klinis
1. Apakah bapak membicarakan bersama guru mengenai apa saja yang akan di
observasi?
2. Apakah bapak menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru?
3. Bagaimana hubungan bapak dengan para guru dan karyawan di sekolah ini?
4. Apakah bapak menjelaskan kepada guru mengenai tujuan pelaksanaan supervisi
klinis ini?
5. Apakah bapak mencatat berapa banyak siswa yang memberikan respon terhadap
pertanyaan guru?
6. Apakah cara mengajar guru sudah sesuai dengan apa yang bapak harapkan?
7. Apakah guru memberikan tugas-tugas latihan kepada murid?
8. Apakah bapak mendiskusikan hasil observasi kepada guru?
9. Apakah bapak menanyakan kepada guru mengenai hasil mengajarnya?
10. Bagaimana perasaan guru setelah di observasi cara mengajarnya?
11. Apakah bapak membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas?
12. Apakah banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh guru mengenai cara mengajarnya?
B. Kinerja Guru PAI
13. Usaha apa yang Bapak lakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam mengajar?
14. Apa yang diusahakan oleh guru dalam meningkatkan kinerjanya kedepan?
15. Metode pengajaran apa saja yang biasa guru terapkan dalam pembelajaran PAI?
16. Bagaimana sikap siswa ketika pelajaran PAI sedang berlangung?
17. Problem apa saja yang guru hadapi didalam pelaksanaan pengajaran PAI?
18. Apakah kinerja guru PAI lebih baik ketimbang kinerja guru umum lainnya?
19. Apakah guru-guru PAI selalu menggunakan media/sumber belajar ketika proses
mengajar?
20. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan motivasi kepada siswa agar semangat
dalam menerima pengajaran PAI?
21. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan tauladan yang baik kepada murid-
muridnya?
22. Bagaimana dampak supervisi terhadap kinerja guru PAI?
PEDOMAN WAWANCARA
Hari / Tanggal :
Yang di wawancarai :
Jabatan :
Tempat :
Yang mewawancarai :
A. Supervisi Klinis
1. Apakah Bapak/Ibu bersama kepala sekolah membuat kesepakatan tentang hal-hal
yang akan di observasi?
2. Apakah Bapak/Ibu dengan kepala sekolah melakukan komunikasi secara akrab dan
terbuka?
3. Apakah Kepala sekolah selalu menghargai Bapak/Ibu?
4. Apakah kepala sekolah menjelaskan tujuan pelaksanaan supervisi klinis?
5. Apakah kepala sekolah menetapkan waktu/jadwal kegiatan observasi?
6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan supervisi klinis?
7. Apakah pelaksanaan supervisi klinis ini dapat meningkatkan kinerja guru,
khususnya untuk guru-guru PAI?
8. Bagaimana perasaannya ketika kepala sekolah sedang mengobservasi kinerja
mengajar Bapak/Ibu?
9. Apakah kepala sekolah mendokumentasikan perilaku/interaksi guru dan siswa
dalam proses pembelajaran?
10. Apakah kepala sekolah mengamati proses kinerja mengajar guru?
11. Apakah kepala sekolah menanyakan perasaan guru setelah melakukan proses
pembelajaran?
12. Apakah kepala sekolah melakukan analisis terhadap hasil observasi?
13. Apakah kepala sekolah memberitahu hasil analisisnya kepada guru?
14. Apakah kepala sekolah memberikan masukan kepada Bapak/Ibu mengenai kinerja
mengajar yang lebih baik?
15. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui hasil analisis pembelajaran?
16. Apakah kepala sekolah menanyakan kesan guru terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan?
17. Apakah pelaksanaan supervisi klinis ini sangat penting untuk dilaksanakan?
18. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi guru pada proses pembelajaran?
19. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memberikan manfaat untuk Bapak/Ibu?
20. Apakah kepala sekolah sudah baik dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor
pada pelaksanaan supervisi klinis?
PEDOMAN WAWANCARA
Hari / Tanggal : Senin, 29 September 2014
Yang di wawancarai : Dra. Hj. Sri Triana Pranawingrum
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah / Bid. Kurikulum
Tempat : Ruang wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 98 Jakarta
Tujuan : Untuk mengetahui pendapat supervisor tentang kegiatan supervisi
klinis yang telah dilakukan dan hasil dari pelaksanaan supervisi
tersebut.
1. Apakah ibu membicarakan bersama guru mengenai apa saja yang akan di
observasi?
Jawab:
Iya, karena saya memberikan formatnya sehingga guru menjadi tahu apa saja yang
akan kita lihat didalam kelasnya nanti.
2. Apakah ibu menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru?
Jawab:
Iya, memang harus akrab supaya guru tidak merasa disalahkan atau dijatuhkan.
Jadi harus dalam suasana akrab.
3. Bagaimana hubungan ibu dengan para guru dan karyawan di sekolah ini?
Jawab:
Hubungan saya sangat baik dengan para guru dan karyawan di sekolah.
4. Apakah ibu menjelaskan kepada guru mengenai tujuan pelaksanaan supervisi
klinis ini?
Jawab:
Iya, saya menjelaskan. Karena tujuan supervisi klinis ini untuk perbaikan cara
mengajar guru dikelas dan beberapa hal disitu.
5. Apakah cara mengajar guru sudah sesuai dengan apa yang ibu harapkan?
Jawab:
Cara mengajar guru banyak yang sudah sesuai, hanya perlu beberapa variasi
metode yang perlu dilakukan oleh guru tersebut.
6. Apakah guru memberikan tugas-tugas latihan kepada murid?
Jawab:
Iya, guru selalu memberikan tugas-tugas latihan kepada murid disaat proses
pembelajaran.
7. Apakah ibu mendiskusikan hasil observasi kepada guru?
Jawab:
Iya mendiskusikan, supaya guru tahu bahwa hasil yang sudah saya amati dari kelas
itu kemudian ada kekurangan-kekurangannya sehingga guru tahu apa yang harus
diperbaikinya.
8. Bagaimana perasaan guru setelah di observasi cara mengajarnya?
Jawab:
Perasaannya baik, karena ada beberapa hal yang mungkin selama ini tidak disadari
untuk dilakukan begitu kita lihat dan amati sehingga menyadari ada kekurangannya
disitu.
9. Apakah ibu membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di
kelas?
Jawab:
Kalau kejadian-kejadian dikelas hanya secara garis besarnya saja jadi tidak secara
detail karena yang kita amati hanya metode dan modelnya, kalau materi kita yakin
beliau sudah bisa sehingga kita hanya mengamati tehnik-tehnik yang perlu
dikembangkan yang kita perhatikan.
10. Apakah banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh guru mengenai cara
mengajarnya?
Jawab:
Tidak banyak, mungkin hanya seperti variasi media kemudian seperti tehnik
bertanyanya perlu ditingkatkan kemudian memancing pertanyaan siswa.
11. Manfaat apa yang didapat dari pelaksanaan supervisi klinis untuk kinerja
guru?
Jawab:
a. Biasanya guru akan mencoba mencari media yang tepat untuk di tunjukkan
kepada murid, seperti menggunakan video.
b. Guru bisa lebih kreatif untuk mencari media yang lain dan juga dapat memilih
metode-metode yang tepat untuk diterapkan didalam pembelajaran.
c. Guru dapat meningkatkan kinerja mengajarnya melalui pelaksanaan supervisi
klinis ini.
12. Dalam melaksanakan supervisi klinis pihak mana saja yang ikut terlibat?
Jawab:
Dalam pelaksanaan supervisi klinis yang terlibat adalah saya sebagai supervisor
dan terkadang juga dengan kepala sekolah.
13. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan supervisi klinis bagi seorang guru?
Jawab:
a. Biasanya guru yang mau di supervisi itu suka tegang jadi harus ada persiapan
yang bagus supaya nanti hasilnya bagus juga.
b. Kemampuan IT yang kurang sehingga guru PAI sangat jarang sekali
menggunakan media pembelajaran disaat proses pembelajaran.
14. Usaha apa yang ibu lakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam
mengajar?
Jawab:
Usaha yang dilakukan adalah mengirim guru untuk mengikuti pelatihan mengenai
metode yang diperlukan oleh beliau, kemudian kami melakukan supervisi tidak
hanya satu kali tapi dua kali dalam satu tahun.
15. Apa yang diusahakan oleh guru dalam meningkatkan kinerjanya kedepan?
Jawab:
Biasanya guru kalau sekolah mengirimkan beliau untuk mengikuti pelatihan dia
harus mau berangkat, kemudian harus memperbaiki kemampuan IT nya, kemudian
karena beliau guru agama tentu pengalamannya diluar juga diperlukan.
16. Metode pengajaran apa saja yang biasa guru terapkan dalam pembelajaran
PAI?
Jawab:
Biasanya menggunakan praktek di musholah, seperti menghafalkan surat-surat
pendek dengan model permainan itu sangat menyenangkan bagi siswa.
17. Bagaimana sikap siswa ketika pelajaran PAI sedang berlangung?
Jawab:
Kalau menggunakan model game pasti senang siswanya, tapi kalau mendengarkan
ceramah biasanya mereka bosan, makanya guru harus bervariasi dalam mengajar.
18. Problem apa saja yang guru hadapi didalam pelaksanaan pengajaran PAI?
Jawab:
Problemnya adalah media, karena di sekolah ini medianya terbatas sehingga
penggunaan media ini yang masih kurang.
19. Apakah kinerja guru PAI lebih baik ketimbang kinerja guru umum lainnya?
Jawab:
Rata-rata sama kualitas mengajarnya antara kinerja mengajar guru PAI dan juga
kinerja mengajar guru umum lainnya.
20. Apakah guru-guru PAI selalu menggunakan media/sumber belajar ketika
proses mengajar?
Jawab:
Kalau sumber belajar salalu menggunakan seperti model cerita kemudian model
permainan, tapi kalau media hambatannya ada disitu.
21. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan motivasi kepada siswa agar
semangat dalam menerima pengajaran PAI?
Jawab:
Iya, semua guru saya rasa begitu. Kita harus memberikan motivasi didalam
pembelajaran khususnya pada pembelajaran PAI.
22. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan tauladan yang baik kepada murid-
muridnya?
Jawab:
Selama ini guru PAI selalu memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya
dan juga tidak ada guru PAI yang bermasalah disini.
23. Bagaimana dampak supervisi terhadap kinerja guru PAI?
Jawab:
Ada peningkatan mengenai metode walaupun itu tidak terlalu besar karena
supervisi klinis itu tidak boleh dlakukan hanya sekali tapi harus berulang-ulang kali
sehingga dapat menghasilkan kinerja guru yang lebih baik lagi.
Jakarta, 29 September 2014
Interviewer Interviewee
Muhammad Rian Padhila Dra. Hj. Sri Triana Pranawingrum
PEDOMAN WAWANCARA
Hari / Tanggal : Selasa, 23 September 2014
Yang di wawancarai : Idi Supriyadi, S. Pd. I
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Tempat : Ruang Audio SMP Negeri 98 Jakarta
Tujuan : Untuk mengetahui pendapat guru model tentang kegiatan supervisi
klinis yang telah dilakukan dan hasil dari pelaksanaan supervisi
tersebut.
1. Apakah Bapak bersama kepala sekolah/supervisor membuat kesepakatan
tentang hal-hal yang akan di observasi?
Jawab:
Ya, ada kesepakatan antara kami dengan kepala sekolah terkait hal-hal yang akan
di observasi pada pelaksanaan supervisi klinis.
2. Apakah Bapak dengan kepala sekolah/supervisor melakukan komunikasi
secara akrab dan terbuka?
Jawab:
Ya, kami selalu berkomunikasi dengan kepala sekolah dengan akrab dan terbuka.
3. Apakah Kepala sekolah/supervisor selalu menghargai Bapak?
Jawab:
Ya sangat menghargai, bahkan menjunjung untuk memajukan pendidikan agama
islam di sekolah ini.
4. Apakah kepala sekolah/supervisor menjelaskan tujuan pelaksanaan supervisi
klinis?
Jawab:
Ya, kepala sekolah menjelaskan apa itu tujuan pelaksanaan supervisi klinis.
5. Apakah kepala sekolah/supervisor menetapkan waktu/jadwal kegiatan
observasi?
Jawab:
Ya ditentukan waktunya, Biasanya jadwal itu dibuat seminggu sebelum observasi,
kemudian kepala sekolah memberikan tugas itu kepada wakil kepala sekolah.
6. Bagaimana pendapat Bapak mengenai pelaksanaan supervisi klinis?
Jawab:
Menurut saya supervisi klinis itu sangat diperlukan bagi guru untuk perbaikan
proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
7. Apakah pelaksanaan supervisi klinis ini dapat meningkatkan kinerja guru,
khususnya untuk guru PAI?
Jawab:
Ya, pelaksanaan supervisi klinis ini sangat membantu dalam meningkatkan kinerja
guru khususnya untuk guru PAI.
8. Bagaimana perasaannya ketika kepala sekolah/supervisor sedang
mengobservasi kinerja mengajar Bapak?
Jawab:
Pada saat kepala sekolah mengobservasi kinerja mengajar saya, perasaan saya
biasa-biasa saja karena kami biasa berkomunikasi dengan pimpinan.
9. Apakah kepala sekolah/supervisor mendokumentasikan perilaku/interaksi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran?
Jawab:
Benar, kepala sekolah mendokumentasikan perilaku/interaksi guru dan siswa
dalam proses pembelajaran, baik berupa catatan ataupun dengan mengambil
gambarnya.
10. Apakah kepala sekolah/supervisor mengamati proses kinerja mengajar guru?
Jawab:
Ya, kepala sekolah selalu melihat dan mengamati proses kinerja mengajar guru
pada saat pelaksanaan supervisi klinis.
11. Apakah kepala sekolah/supervisor menanyakan perasaan guru setelah
melakukan proses pembelajaran?
Jawab:
Benar, kepala sekolah menanyakan dan timbal baliknya itu sebagai koreksi untuk
guru agar pada saat pertemuan berikutnya guru itu benar-benar siap dengan
materi yang akan disampaikan.
12. Apakah kepala sekolah/supervisor melakukan analisis terhadap hasil
observasi?
Jawab:
Ya, pada saat guru melaksanakan tugas mengajar dan diamati oleh kepala sekolah
setelah itu pada saat pertemuan berikutnya diberitahukan analisis hasil
observasinya.
13. Apakah kepala sekolah/supervisor memberitahu hasil analisisnya kepada
guru?
Jawab:
Ya, disampaikan dengan melalui lewat penilaiannya dan untuk penilaiannya itu
kepala sekolah biasanya memberikan wewenang kepada wakil kepala sekolah,
baik wakil kurikulum, wakil kesiswaan dan staff lainnya yang sudah senior.
14. Apakah kepala sekolah/supervisor memberikan masukan kepada Bapak
mengenai kinerja mengajar yang lebih baik?
Jawab:
Kadang-kadang ada masukan juga dari kepala sekolah mengenai kinerja mengajar
saya, karena dengan adanya masukan dari kepala sekolah itu bisa meningkatkan
kinerja mengajar saya yang lebih baik lagi.
15. Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui hasil analisis pembelajaran?
Jawab:
Perasaan saya senang, karena dengan adanya analisis pembelajaran dapat
berguna untuk perbaikan proses belajar mengajar.
16. Apakah kepala sekolah/supervisor menanyakan kesan guru terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan?
Jawab:
Iya ditanyakan kepada guru, maka guru itu lewat observasi kepala sekolah dan
juga lewat supervisinya ditanyakan kesannya terhadap pembelajaran yang telah
disampaikannya.
17. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi guru pada proses pembelajaran?
Jawab:
Pada pelaksanaan supervisi klinis sebagian dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi guru pada proses pembelajaran di kelas.
18. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memberikan manfaat untuk
Bapak? Dan apa manfaatnya?
Jawab:
Manfaat dari pelaksanaan supervisi klinis sangat banyak, diantaranya adalah
untuk perbaikan proses kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan supervisi klinis
bisa meningkatkan kinerja guru, kemudian memotivasi guru dan siswa dalam
kegiatan belajar.
19. Apakah kepala sekolah/supervisor sudah baik dalam menjalankan tugasnya
sebagai supervisor pada pelaksanaan supervisi klinis?
Jawab:
Secara umum kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor
sudah dapat dinilai baik, karena setiap satu semester itu ada pelaksanaan
supervisi klinis.
20. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan supervisi klinis bagi seorang
guru?
Jawab:
a. Sarananya yang masih kurang, khususnya dalam pengadaan alat media
pembelajaran, sehingga guru PAI sangat jarang sekali dalam menggunakan
media pembelajaran disaat proses pembelajaran.
b. Terkendalanya waktu pelaksanaan supervisi klinis, terkadang waktu sudah
ditetapkan untuk pelaksanaannya namun karena ada agenda lain di sekolah
sehingga pelaksanaan supervisi klinis tersebut dibatalkan, padahal dalam hal
ini guru sudah menyiapkan semuanya,
Jakarta, 23 September 2014
Interviewer Interviewee
Muhammad Rian Padhila Idi Supriyadi, S. Pd. I
DAFTAR REFERENSI
Nama : Muhammad Rian Padhila
Judul : Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Kinerja GuruPAI di SMP Negeri 98 Jakarta
Dosen Pembimbing : Drs. Masan AF, M.Pd
No BABNomor
FootnoteHlm
SkripsiREr'RENSI
ParafPmbimbing
I
1
I 2Departemen Agama R.l, Al-fur'an danTerjemahnya, (Jakarta: CV. Naladan4 2004), h.r95 ltut
2 I J
B. Suryozubroto, Manajemen Pendidikan diSektloh, (Jakarta: Rineka Cipt4 2010), Cet.2,h.183
/
J
2
I 7Rugaiyah dan Atiek Sismiati, ProfesiKependidilmn, @ogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.
99 74 2 7
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 38
5 a., 8
fui H. Gunawan, Administrasi Sekolah:A&nini strasi P endidikan Mikro, (Jakarta: PTRineka Cipt4 1996), h.2A7
6 4 8
Ngalim Purwanto, Administrasi dan SupervisiPendidiksn, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992),h.9t /i.u-t
7 5 IMade Pidart4 Pemikiran Tentang SupervisiPendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 249-254
I
8 6 9Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori danAplilmsinya Dalam Membina Profesiornl Guru,(Jakarta:Bumi Aksar4 1992), h. 90
9 7 9 Ngalim Purwanto, op. Cit., h. 9010 8 9 Ari H. Gunawan, op. Cit., h.2071l 9 l0 Made Pidarta, op. cit. h.250-251t2 t0 ll Ngalim Purwanto, op. cit., h. 91
l3 11 llSyaiful Sagala, Administrasi PendidikanKontemparer, @andung: Alfabeta, 2Al2), cet. 6, h.248
t4 t2 1l Made Pidarta, op. cit., h.25115 l3 t2 Ibrahim Bafadal, op. cit., h. 91
16 t4 l3 Syaiful Sagala, op. cit., cet. 6, h.247-248
l3Jerry H. Makawimbang Supervisi Klinis Teori danPengakurannya : Anali si s di Bidang P endidikan,(Bandung: Alfabeta, 2AB), h. 35-36
Ibid., h. 32-33
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & TefuikSupervisi P endidikan : Dalam RangkaPengembangan Sumber Daya Mamtsia, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), h. 39
Jamal Ma'mur Asmani, Tips Efehf SupertisiP endidilcai Sekolah, (Iogiakarta: DIVA Press,2012),h.712Ierry H. Makawimbang, op. cit., h. 39Ibrahim Bafadal, op. cit., h. 96
Soajipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan,(Jakarta: PT Rineka Cipt4 20A4), Cet. 2,h.249Jamal Ma'mur Asmani, op. cit., h. I 13
Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 40
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontelcstual,(Jakarta: Rineka Cipta, 2OO9), h. 133-134
Ibrahim Bafadal, op. cit., h. 99-100Ibid., h. 102
Jerry H. Makawimbang, op. cit.,h. 42
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajarandan Pengembangan Kapasitas Guru:Memberdayakan P engawa s Se bagai GurunyaGuru, @andung: Alfabet4 z}13),h.57Pupuh Fathurrohman dan AaSwyan4 GuruProfesiorwl, @andung: PT Refika Aditama, 2012\,h.27
Rusman, Mode l-Model Pembelajaran :Mengembanglmn Profe siornlisme Guru, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 50
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efehif(Jogiakarta: Ar-Ruzz Mediq 2010), Cet. 3, h. 30
A A, Anwar Prabu Mangkunegara, EvaluasiKinerja SDM, @andung: PT Refika Aditam42006), Cet.2,h.9Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidilmn,@andung: PT Refika Aditamq 2010), h.176Barnawi & Mohammad Arifrn, Kinerja GuruProfe si onal : Instrumen Pembinaan, P eningkatan& Penilaian, (Jogiakarta: Ar-Ruzz Media, 2Ol2),ht4Rusman, op. cit., h. 50Fupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, op. cit., h.3l
Piet Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, SupervisiPendidilmn dalam Rangla Prograrn InserviceEducafion, (Jakarta: PI Rineka Cipta), h. 5
Oemar Hamalik, P erencanaan Pengaj aran :B erfusarlran P endelmtan Si stem, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. 8, h. 43
Muhibbin Syah, Psikologr Pendidilmn dengunP endekatan Baru, (Bandung: Remaj a Rosdakarya,1997), Cet. 3, h.229Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, op. cit., h.
16
Kunandar, Guru Profe sional . Implementasi KTSPdan Sukses dalarn Sertifilmsi Guru, (Jakarta:PTRaja Grafindo Persada, 20A7),h.75Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, KemampuanDasar Guru Dalam Prases Belajar Mengajar,
1991), h. t4-21Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru:Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori donPrahik, (Jakarta: Kencana, 201 l), h. 30-3 ITrianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Gurudm Uptya Peningkatan Kualitas Kompetensi &Ke se.jahte raan, (Jakarta: Prestasi PustakaPublisher, 2007\, h. 7 2-7 6
jen Musfatq op. cit., h. 54
A. Samana, Profesiornlisme Keguruan,(Yogyakaaa: Kanisius, 1994), h. 6l-68Kunandar, op. cit., h. 77
Fachruddin Saudagar dan AIi Idrus,Pengembangan Profe sionalitas Cnru, (Jakarta:Gaung Persada Press, 2009), h. 63
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan EtikaProfesi Garu, @andung: Alfabeta, 2013), Cet. 3,h.24Kartini Kartino, Menyrapkan dan MemadukanKarir. (CVRaiawali- 1985) h.22-29A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, MarmjemenSumber Duya Marrusia Perusahaan, @andung:PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 68
E. Mulyas4 Implementasi Kurikulum 2004:Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2006), Cet. 4, h. 99
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, op. cit., Cet.2,h. 13
3254Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikm qgamaterhadap peme cahan prob lema remaj a, (Jakarta:Kalam Mulia, 2AAZ), Cet. 2, h. llSudirman, dtrk.Ilmu Pendidilmn, @andung: PTRemaja Rosdakarya, 1988), Cet. 2, h. 5
M. Basyiruddin Usman, Metodologi PembelajaranAgotna Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 4
Zakiah Daradjat, Ilrru Pendidil<an Islam, (Jakarta:Bumi Aksar4 2011), Cet. 9, h. 87
Abdul Majid dan Dian Andayani, PendidilmnAgama Islam Berbasis Kompetensi, @andung: PTRemaja Rosdakary4 2AO4),h. 132
Sahilun A. Nasir, op. cit., Cet.2, h. 11-12ZaktahDaradiat, op. cit., h.86Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 132
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata PelajaranPendidilran Agama Islam Sekolah MenengahPertama dnn Madrasah Tsanawiyah. (Jakarta:Depdiknas, 2003), hlm. 8
Muhaimin, P engembangan Kurikulum P endidikanAgama Islam: di Selealah, Madrasah danPerguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),h51Departemen Agama RJ, Al-Qur'an danTerjemahnya, (Jakarta: CV Naladana, 2004), h.805Ahmad Susanto, Teori Belajar don Pembelajarandi Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h.
292-295
Faisyal Mahdi, "Pelaksanaan supervisi klinis padaguru bidang studi rumpun agama Islam diMadrasah Tsanawiyah Darul Ma'arif PringapusKab. Semarang tahun pelajaran 201312014",Skripsi pada Sl Sekolah Tinggi Agama IslamNegeri Salatiga, Salatiga" 2014, h. 70.
Wita Ristyani, "IJsaha Kepala Sekolah dalamMelaksanakan Supervisi Klinis (Studi Kasus diSMA tm Yogyakarta)", Skripsi pada Sl UINSunan KalljagaYogyakarta, YogyakartU 20A9
Hendra Faizal, "Supervisi Klinis dalamMengantisipasi Konflik di SMP IslamiyahSawangan Depok", Skripsi pada S1 UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Iakart4 2006, h. 7 5
73
J
I 54Nana Syaodih Sukmadinat4 Metode PenelitianPendidilmn, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), Cet. 8, h. 54
74 2 54S. Margono, Metde Penelitian Pendidilan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 36 l
75 J 55Samiaj i Sarosa, P ene litian Kualitatif Dasar-Dasar,(Jakarta: PTIndeks, 20l2\,h. 115 I
76 4 55Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:Pendelmtan Kuantitat$ KualilatiJ dsn R&D,@andung: Alfabetq 2008), Cet. 6, h.297-298
77 5 55 Ibid.. h.308 *\78 6 56 S. Margono.op- cit., h. 158 \
79 7 56Haris Herdiansyah. Metodologi PenelitianKaalilatif untuk llrmt-Ilmu Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 2012\, Cet. 3, h. 132
Y\'t\80 8 57 Ibid., Cel3, h. 118
8l 9 58 Ibid,h. tlg82 10 6l Sugiyono, op. cit., cet. 6, h.329
83 11 62Samiaj i Sarosa, P ene li tian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2Al2\, h. 62-63
84 t2 63 Sugiyono, op. cit., cet. 6, h.337
85
4
I 74Hasil Wawancara dengan guru PAI di SMP Negeri98 Jakarta pada tanggal 23 Septemb er 2014 )
86 2 75Hasil Wawancara dengan Supervisor di SMPNegeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September 2014
87 J 76Pupuh Fathurrohman dan AaSuryan4 GuruProfesional, @andung: PT Refika Aditam4 2012),h. 16
r T
88 4 77Hasil Wawancara dengan guru PAI di SMP Negeri98 Jakarta pada tanggal 29 September 2Al4
89 5 77Hasil Wawancara dengan Supervisor di SMPNegeri 98 Jakarta pada tanggal 29 September 2014
Menyetujui,DosenPembimbing
Drs. Masan AF, M.PdNIP. 19510716198103 I 005
KEMENTERIAN AGAIUAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H" Juada No 95 Cipnat 15412lndo,ne€Sa
FORM (FR)
No. Dokumen ' FITK-FR AfrQfi1Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01
Hal 1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.Olff . llKM .01 3 ldtE20l4Lamp. : -Hal : Bimbingan Skripsi
Jakart4 09 Mei 2014
KepadaYth.
MasanAF, M. PdPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.
As s alamu' al ailatm wr.w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
menjadi pembimbing I/II
Muhammad Rian Padhila
I 1 1001 1000064
Pendidikan Agama Islam
VIII (Delapan)
Upaya Meningkatkan Kinerja Guru dalam Melaksanakan
Supervisi Klinis di MTs Islamiyah Sawangan
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 12
Desember 2013, abstraksr/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahanredaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohonpembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Woss al amu' alaihtm wr.w b.
Agama Islam
MajidKhon, M.Ag80707 198703 1 005
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Tembusan:l. DekanFITK2. Mahasiswaybs.
KEMENTERIAN AGAMA
"ffi utN JAKARTA
i WF-i li'#,,,"*, r" ss cipltat 10412 t*onesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01 /F. 1/KM.01 .St k".pJZAMLamp. : Outtine/ProposatHal : Permohonan lzin Penelitian
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
Jakarta, 16 September 2014
Kepada Yth.
Kepala SekolahSMP Negeri 98 Jakartaf,:Ui
Tempat
A ssal amu' al aiku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Muhammad Rian Padhila
NIM :1110011000064
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : lX (Sembilan)
Judul Skripsi : Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Kinerja
Guru PAI di SMP Negeri gB Jakarta
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakartayang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Ates perhatian dan kerja sarna Saudara, karni r.rcapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb. , I
lslam
. . . DIL'H./Abdul Ma.1id Khon, M.Ag'f NrP. r9s8o7o7 t987o3 I oos
-.s
,Dekan
JA'{{ E {iA
#PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAIGR'TA
DINAS PEI\IDIDIKAF{SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI gS JAKARTA
Jln. RayaDepok Lenteng Agung Jagakarsa Telp. 021-7g67633JAKARTA SELATAN
KodePos 12610
SURAT KETERANGAN
Nomor : 293 /08l.l l l
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala sMp Negeri 9g Jakarta, dengan
ini menerangkan bahwa:
nama
NIM
JUrUSan
je4yang
: Muhammad Rian Padhila
:1110011000064
: Pendidkan Agama Islam
: Strata Satu (S1)
Adalah benar nama tersebut di atas telah mengadakan penelitian di SMp
Negeri 98 Jakart4 guna mendapatkan data yang diperlukan, sebagai bahan dalam
penyusunan Skripsi yang berjudul : Pelaksanaan Supervisi Klinis untukMeningkatkan Kinerja Guru PAr di SMp Negeri 9g Jakarta, sesuai surat
permohonan nomor :un.0 I /F. I /tr(M .01.3 lx,lz}l 4 angenl I 6 september 2ol 4.
Demikian surat keterangan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
dibuat dengan sebenarnya, untuk
, SMPN 98 Jakarta
top related