pemanfaatan gaya bahasa dalam film marlina si …
Post on 06-Feb-2022
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM FILM MARLINA
SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK KARYA GARIN NUGROHO;
KAJIAN STILISTIKA PRAGMATIK
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh
Damaris Rambu Sedu Dairu
141224063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul
seperti emas”
(ayub 23:10)
“Badai bagaikan sebuah perjalan hidup
Tetaplah berdiri teguh saat melawannya”
(Damaris Rambu.S. Dairu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Seiring dengan ucapan syukur ke hadirat TYME yang telah memberikan berkat
dan restunya hingga saat ini saya dapat menyelesaikan tugas akhir, karya ini saya
persembahkan bagi:
Secara Khusus bagi kedua orang tua, Bapak Lukas Umbu Siwa dan Ibu Rambu
Ata Dauki yang tentunya selalu setia dan tak hentinya memberikan dukungan baik
secara moril maupun materi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir
ini.
Kakak-kakak saya, Yuliatrike, Yonathan, Rosani, Ferdians, Harsy, dan adik
Hendry. Terima kasih karena selalu memberikan semangat selama proses belajar
dan penyelesaian tugas akhir ini.
Bagi teman-teman saya Sania, Astria, Intan, Rani, Debra, Dewa, Akwan, Egy,
Urnis, Heny, Adian, dan Astry. Yang memberikan semangat dan selalu ada jika
saya membutuhkan sesuatu
Bagi teman-teman organisasi Gailaru Marada. Terima kasih karena sudah menjadi
bagian dari perjalanan hidup saya selama di yogja, telah mengajarkan saya banyak
hal, saya sangat mengasihi kalian
Bagi teman-teman PBSI angakatan 2014 B, khususnya Neta, Rina, Christy,Vera.
Terima kasih sudah menularkan semangat kerja keras dan pantang menyerah
selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Januari 2019
Penulis,
Damaris Rambu Sedu Dairu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Damaris Rambu Sedu Dairu
Nomor Induk Mahasiswa : 141224063
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah ini
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan judul:
PEMANFAATAN GAYA BAHASA DALAM FILM MARLINA
SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK KARYA GARIN NUGROHO;
KAJIAN STILISTIKA PRAGMATIK
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Januari 2019
Yang menyatakan,
Damaris Rambu Sedu Dairu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Dairu, Damaris Rambu S. 2019. Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Film
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho;
Kajian Stilistika Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua masalah utama, yakni (1)
Apa saja gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam film Marlina Si Pembunuh dalam
Empat Babak ditinjau dari perspektif Stilistika Pragmatik? dan (2) Apa saja
makna gaya bahasa dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak
ditinjau dari perspektif Stilistika Pragmatik?
Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung gaya bahasa
dan makna gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik yang terdapat
dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak yang dipadukan dengan
teknik rekam dan teknik catat.
Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik dari penelitian ini berjumlah 71 kalimat. Rincian jenis gaya bahasa
tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa ironi 4 buah, inuendo 16 buah, sarkasme 15
buah, sinisme 12 buah, anafora 1 buah, epizeukis 9 buah, koreksio atau
epanortosis 2 buah, asonansi 4 buah, eufemisme 2 buah, ellipsis 1 buah, apofasis
1 buah, pleonasme 1 buah, polisindenton 1 buah. Penelitian ini juga meneliti
makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan menemukan 9 makna yang
muncul dari penggunaan gaya bahasa berdasarkan konteks dalam tuturan yang
terdapat dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak. Sepuluh makna
yang ditemukan sebagai berikut. ‘menanyakan sesuatu’, makna pragmatik
‘memberikan penjelaskan’, makna pragmatik ‘menggambarkan’, makna
pragmatik ‘menegaskan’, makna pragmatik ‘membandingkan’, makna pragmatik
‘mengancam’, makna pragmatik ‘memberi perintah’, makna pragmatik
‘menunjukkan sesuatu’, dan makna pragmatik ‘menunggu’.
Kata kunci: Tuturan, gaya bahasa, konteks situasi, dan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Dairu, Damaris Rambu S. 2019. The Utilization of Language Style in Marlina is
the Killer of Four Rounds Movie by Garin Nugroho's; Pragmatic Stylistic
Study. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University.
This study attempts to describe two main problems, namely (1) What are
the language style used in Marlina is The Killer of Four Rounds Movie reviewed
from the perspective of the Pragmatic Stylist? and (2)What are the meanings of
the language style in Marlina is the Killer of Four Rounds Movie reviewed from
the perspective of the Pragmatic Stylist?
The data in this study are speeches that contain of the language style and
the meaning of the language style based on the pragmatic context in Marlina is
The Killer of Four Rounds Movie by Garin Nugroho. The research type is
qualitative research. The data collection method used in this study is the referral
method, which is combined with recording technique and taking-note technique.
In this study, there are 71 sentences that contain of the language style
based on the context in pragmatics. The details of the language styles type are 4
pieces irony language style, 16 pieces innuendo, 15 pieces sarcasm, 12 pieces
cynicism, 1 piece anaphora, 9 pieces epizeukis, 2 pieces correction or
epanortosis, 4 pieces assonance, 2 pieces euphemism, 1 piece ellipsis, 1 piece
apophasis, 1 piece pleonasm, and 1 piece polisindenton. This research also
examines the meaning that arises from using language styles, and finding 9
meanings that emerged from the use of the language style based on the context in
speech that is contained in Marlina is the Killer of Four Rounds Movie. The ten
meanings are found as follows: 'Asking something', the meaning of pragmatics
'giving explanation', meaning 'pragmatic', meaning of pragmatics 'asserting',
meaning of pragmatics 'comparing', meaning of pragmatics 'threatening',
meaning of pragmatics 'giving orders', the meaning of pragmatics 'shows
something', and the meaning of pragmatics 'waits'.
Keywords: Speech, language style, situation context, and meaning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TYME yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Film Marlina Si Pembunuh dalam
Empat Babak Karya Garin Nugroho”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi,
dorongan, dukungan doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Kaprodi PBSI yang telah
memberikan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
3. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama
membimbing penulis.
4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan
wawasan kepada penulis selama belajar di Prodi PBSI, sehingga penulis
memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis, dan profesional.
5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-
buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.
6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat PBSI yang telah
membantu penulis dalam hal menyelesaikan skripsi.
7. Bagi kedua orang tua, Bapak Lukas Umbu Siwa dan Ibu Rambu Ata
Dauki yang tentunya selalu setia dan tak hentinya memberikan dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. baik secara moril maupun materi selama proses belajar dan penyelesaian
tugas akhir ini.
2. Kakak-kakak saya, Yuliatrike, Yonathan, Rosani, Ferdians, Harsy dan
adik Hendry. Terima kasih karena selalu memberikan semangat selama
proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.
3. Bagi teman-teman PBSI angakatan 2014 B, khususnya Neta, Rina,
Christy, Vera, Ocha. Terima kasih sudah menularkan semangat kerja keras
dan pantang menyerah selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir.
4. Bagi teman-teman saya, Sani, Astria, Rani, Intan, Debra, adik Sania, adik
Astry, adi Aldo, Dewa, Akwan, kakak Oby, Umbu, Amkhe, Adian, Orkin,
Egy, terima kasih karena selalu membantu saya selama proses
mengerjakan skripsi dan selalu memberikan semangat kepada saya.
5. Bagi teman-teman organisasi Gailaru Marada, terima kasih karena selalu
ada disaat saya butuh dan yang sudah mengajarkan saya banyak hal, saya
sangat mengasihi kalian semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 Januari 2019
Penulis
Damaris Rambu S. Dairu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.5 Batasan istilah ...................................................................................... 4
1.6 Sistem Penyajian .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 8
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 8
2.2 Kajian Teori ......................................................................................... 10
2.2.1 Pragmatik ........................................................................................ 11
2.2.2 Stilistika Pragmatik.......................................................................... 13
2.2.3 Konteks dalam Pragmatik ................................................................ 15
2.2.4 Gaya Bahasa .................................................................................... 17
2.2.5 Jenis Gaya Bahasa ........................................................................... 18
2.2.5.1 Gaya Bahasa berdasarkan Pilihan Kata ................................. 19
2.2.5.2 Gaya Bahasa berdasarkan Nada ............................................. 20
2.2.5.3 Gaya Bahasa berdasarkan Struktur Kalimat .......................... 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.5.4 Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna ......... 22
2.2.5.5 Gaya Bahasa Hiperbola .......................................................... 23
2.2.5.6 Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortosis................................ 24
2.2.5.7 Gaya Bahasa Ironi .................................................................. 24
2.2.5.8 Gaya Bahasa Eufemisme........................................................ 26
2.2.5.9 Gaya Bahasa Paronomasia ..................................................... 26
2.2.5.10 Gaya Bahasa Paralipsis .......................................................... 27
2.2.5.11 Gaya Bahasa Zeugma dan Silepsis ........................................ 27
2.2.5.12 Gaya Bahasa Satire ................................................................ 28
2.2.5.13 Gaya Bahasa Inuendo ............................................................. 29
2.2.5.14 Gaya Bahasa Antifrasis .......................................................... 29
2.2.5.15 Gaya Bahasa Anafora ............................................................. 30
2.2.5.16 Gaya Bahasa Elipsis ............................................................... 31
2.2.5.17 Gaya Bahasa Asonansi ........................................................... 31
2.2.5.18 Gaya Bahasa Anastrof dan Inversi ......................................... 32
2.2.5.19 Gaya Bahasa Epizeukis .......................................................... 32
2.2.5.20 Gaya Bahasa Apofasis dan Preterisio .................................... 33
2.2.5.21 Gaya Bahasa Polisindeton ...................................................... 33
2.2.5.22 Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi ................................. 34
2.2.5.23 Gaya Bahasa Sinisme ............................................................. 34
2.2.5.24 Gaya Bahasa Sarkasme .......................................................... 35
2.3 Film ....................................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 38
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 38
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian .......................................................... 38
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 38
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ......................................................... 40
3.5 Trianggulasi Data .................................................................................. 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 43
4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 43
4.2 Analisis Data.......................................................................................... 44
4.2.1 Wujud Gaya Bahasa .................................................................... 45
4.2.1.1 Gaya Bahasa Ironi ......................................................... 45
4.2.1.2 Gaya Bahasa Inuendo ................................................... 48
4.2.1.3 Gaya Bahasa Sarkasme .................................................. 51
4.2.1.4 Gaya Bahasa Sinisme .................................................... 54
4.2.1.5 Gaya Bahasa Anfora ...................................................... 57
4.2.1.6 Gaya Bahasa Epizeukis ................................................. 57
4.2.1.7 Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortosis ....................... 60
4.2.1.8 Gaya Bahasa Asonansi .................................................. 62
4.2.1.9 Gaya Bahasa Eufemisme ............................................... 63
4.2.1.10 Gaya Bahasa Elipsis ...................................................... 65
4.2.1.11 Gaya Bahasa Apofasis................................................... 66
4.2.1.12 Gaya Bahasa Pleonasme ............................................... 67
4.2.1.13 Gaya Bahasa Polisindeton ............................................ 68
4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa ..................................................... 69
4.2.2.1 Makna Pragmatik ’Menanyakan’ ...................................... 69
4.2.2.2 Makna Pragmatik ‘Menjelaskan’ ....................................... 72
4.2.2.3 Makna Pragmatik ‘Menggambarkan’ ................................ 77
4.2.2.4 Makna Pragmatik ‘Menegaskan ........................................ 77
4.2.2.5 Makna Pragmatik ‘Membandingkan’ ................................ 79
4.2.2.6 Makna Pragmatik ‘Mengancam’ ....................................... 79
4.2.2.7 Makna Pragmatik ‘Memberi Perintah’ .............................. 80
4.2.2.8 Makna Pagmatik ‘Menunjukkan’ ...................................... 81
4.2.2.9 Makna Pragmatik ‘Menunggu’ .......................................... 82
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 85
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5.2 Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87
LAMPIRAN ................................................................................................. 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, jadi bahasa merupakan suatu
sistem yang penting bagi umat manusia. Kita mengenal bahasa dan
mempergunakannya setiap hari. Setiap manusia memiliki cara atau gaya
berbahasanya masing-masing, ada bahasa yang melebih-lebihkan atau bahasa
yang membandingkan seorang dengan yang lain, bahasa sinisme yaitu bahasa
yang digunakan untuk menyindir, gaya bahasa hiperbola yaitu gaya bahasa yang
melebih-lebihkan sesuatu dan masih banyak gaya bahasa lainnya. Banyak gaya
bahasa yang dipergunakan oleh manusia untuk berkomunikasi atau berinteraksi
dengan orang lain.
Dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin
Nugroho terdapat banyak perbedaan dengan film lainnya karena settingan film
tersebut di pulau Sumba NTT, sangat jarang orang yang tertarik mengambil di
tempat kecil seperti itu. Peran Marlina yang diperankan oleh Marsya Timoty.
Marlina seorang janda muda dan tidak memiliki suami tinggal sebatangkara di
pelosok desa. Bahasa yang dipergunakan dalam film tersebut bahasa Indonesia
tetapi memakai dialek sumba, jarang juga orang jawa ataupun orang luar NTT
yang dapat berbicara persis seperti orang NTT khususnya dialek Sumba. Tetapi,
dalam film Marlina terlihat bahwa semua pemain yang memerankan sebuah tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dapat menguasai dialek Sumba dengan baik, sampai ada yang bisa menghafal lagu
daerah Sumba dengan baik. film Marlina mengisahkan seorang janda yang
didatangi perampok dan melecehkannya. Dalam film Marlina menggunakan
berbagai macam gaya bahasa dalam setiap tuturannya. Ada bahasa yang
menyindir, membandingkan, mencela orang lain, dan berbagai gaya bahasa lain.
Seperti yang kita ketahui bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar
(atau pembaca) (Yule, 1996:3). Seperti yang telah diungkapkan oleh Yule bahwa
pragmatik merupakan sesuatu yang dapat kita ketahui maknanya melalui penutur
dan pendengar. Gaya bahasa adalah bahasa yang indah dipergunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu
benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara
singkat gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran,
sopan-santun, dan menarik (Keraf dalam Tarigan 1985 : 5).
Jadi, penulis ingin menganalisis pemanfaatan gaya bahasa yang terdapat
dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak tersebut. Penulis berharap
dengan adanya penelitian ini masyarakat tidak hanya menonton dan mengetahui
jalan cerita dari film tersebut tetapi dapat membuka wawasan masyarakat bahwa
dalam setiap kata-kata yang terdapat dalam film memiliki gaya masing-masing,
tidak hanya itu masyarakat juga dapat menjadi kritikus yang menjadikan film
Indonesia menjadi lebih maju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah antara lain:
a. Apa sajakah wujud gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam film Marlina
Si Pembunuh dalam Empat Babak ditinjau dari perspektif Stilistika
Pragmatik?
b. Apa sajakah makna pragmatik gaya bahasa dalam film Marlina Si
Pembunuh dalam Empat Babak?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dipaparkan
beberapa tujuan penelitiannya antara lain :
a. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam film
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak ditinjau dari perspektif
Stilistika Pragmatik
b. Mendeskripsikan makna pragmatik gaya bahasa dalam film Marlina Si
Pembunuh dalam Empat Babak
1.4 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Beberapa manfaat adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Peneliti dapat menambah koleksi penelitian dalam bidang kajian
stilistika pragmatik, khususnya mengenai pemanfaatan gaya bahasa dalam
film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penelitian ini dapat menamba wawasan pembaca mengenai pemanfaatan
gaya bahasa dalam film, sehingga pembaca dapat menghasilkan gaya bahasa
yang baik saat berkomunikasi.
b. Manfaat Praktis
Bagi para guru bahasa indonesia hasil penelitian ini bisa dijadikan
sebagai salah satu sumber pennjang pembelajaran khususnya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai
sumber referensi bagi para pengarang karya sastra yang ingin
menggunakan gaya bahasa dalam membuat karangannya
1.5 Batasan Istilah
Berikut ini akan dipaparkan mengenai batasan-batasan istilah yang
digunakan dalam penelitian ini agar tidak mengalami kesalahan dalam
pemahaman.
a. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Pendekatan ini
juga perluh menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan
tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi
makna yang dimaksudkan oleh penutur.
b. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu
benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1985:5)
c. Stilistika Pragmatik
Kajian Stilistika Pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam
penggunaan wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra.
Wacana Nonsatra misalnya: Wacana Bahasa Umum. Semuanya adalah
wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan
linguistik umum (linguistik sintaksi), tetapi linguistik terapan. Jadi,
orientasi teorinya adalah linguistik terapan — Stilistika Pragmatik. Kajian
stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan
dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011 : 1).
d. Film
Film merupakan media komunal dan perpaduan dari berbagai
teknologi dan unsur-unsur kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur
hingga musik. Film merupakan perpaduan dari perkembangan teknologi
fotografi dan rekaman suara. Pertumbuhan film sangat tergantung pada
tradisi bagaimana unsur-unsur perpaduan teknologi dan unsur-unsur seni
dari film yang dalam masyarakat berkembang pesat. Dengan demikian
film mampu bersaing dengan teknologi media dan seni lainnya yang lebih
bergengsi (http://www.geocities.com/Paris/7229/film.htm).
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Latar belakang berisi alasan peneliti melakukan penelitian dan masalah
yang ditemukan. Rumusan masalah berisi masalah berupa kalimat tanya.
Tujuan penelitian berisi tujuan yang akan dilakukan peneliti dan sesuai
dengan rumusan masalah yang dibuat. Manfaat penelitian berisi kegunaan
dari hasil penelitian yang dilakukan. Batasan istilah disertakan untuk
membatasi istilah-istilah yang ada dalam penelitian.
Bab II adalah landasan teori, berisi penelitian yang relevan dan
kajian teori. Penelitian relevan digunakan untuk referensi bagi peneliti
agar dapat melihat kajian yang sudah diteliti oleh orang lain sehingga
peneliti dapat mengkaji dengan kritis dan tajam. Kajian teori menunjukkan
kedalaman alat analisis. Kajian teori digunakan sebagai alat pembedah.
Bab III merupakan bab metologi penelitian. Bab ini meliputi jenis
penelitian, data sumber data penelitian, metode dan teknik pengumpulan
data, metode dan teknik analisis data. Jenis penelitian adalah
pengkategorian menurut data yang diperoleh. Data merupakan bahan
kajian. Sumber data merupakan subjek dari mana data didapatkan. Metode
dan teknik pengumpulan data berisi metode maupun teknik yang
digunakan dalam penelitian. Metode dan teknik analisis data berisi metode
dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian.
Bab IV merupakan bab yang berisi hasil penelitian dan
pembahasan. Bab ini merupakan jantung dari karya ilmiah. Bagian
pembahasan membahas tentang rumusan masalah dan sesuai teori yang
digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bab V merupakan penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan berisi uraian yang telah dianalisis dan pokok-pokok pikiran.
Saran berisi imbauan kepada peneli selanjutnya jika ingin meneliti
penelitian yang serupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Terdahulu Yang Relevan
Terdapat 5 (lima) penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan masih relevan untuk dilaksanakan yang pertama adalah
penelitian yang dilakukan oleh Marta Ria Hanesty (2014) yang berjudul ‘Analisis
Kesopanan dan Ketidakkesopanan Level Narrator dalam Novel Ronggeng Dukuh
Paruk (Catatan Buat Emak) Karya Ahmad Tohari Sebuah Kajian Stilistika
Pragmatik. Penelitian ini mengkaji tentang bentuk kesopanan dan bentuk
pelanggaran kesopanan yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
sedangkan Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk (1)
Mendeskripsikan gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam film Marlina Si
Pembunuh dalam Empat Babak, (2) Mendeskripsikan makna pragmatik yang
terkandung gaya bahasa dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak.
Perbedaannya terletak pada analisisnya sedangkan relevansinya terletak pada
kajian stilistika pragmatik yang digunakan dalam meneliti.
Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan Zainah
Asmaniah tahun 2015 yang berjudul “Naskah Drama Rajapati Karangan Ahmad
Bakri (Kajian Struktural dan Pragmatilistik)”. Dalam jurnalnya memuat struktur
dalam naskah drama Rajapati, dan hubungan Pragmatilistik yang ada dalam
naskah drama Rajapati. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan
cerita, struktur dan pragmatilistik yang terdapat dalam naskah drama Rajapati.
Relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pragmatilistik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ingin dikaji dalam penelitiannya, karena penelitian yang akan dilakukan
menggunakan kajian stilistika pragmatik untuk mengkaji gaya bahasa yang
terdapat dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin
Nugroho.
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah penelitian yang dilakukan oleh I Made Bagus Ocky Yogiswara tahun 2013
yang berjudul “Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Artikel Opini Harian Kompas
Januari 2017” penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa
yang terdapat pada artikel opini harian kompas edisi Januari 2017 dan
mendeskripsikan makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa yang terdapat
pada artikel kompas edisi Januari 2017. Adapun kesamaan yang ada dalam
penelitian dengan I Made Bagus Ocky Yogiswara dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah pemanfaatan gaya bahasa dalam opini sedangkan penulis meneliti
tentang pemanfaatan gaya bahasa dalam sebuah film dengan tinjauan stilistika
pragmatik. Perbedaanya pada objek penelitian bahwa dalam penelitian I Made
Bagus Ocky Yogiswara meneliti opini sedangkan penulis ingin meneliti film
dengan memakai tinjauan stilistika pragmatik yaitu mengkaji gaya bahasa
berdasarkan konteks situasinya.
Penelitian keempat yang relevan yaitu dari Sopyan Ali Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret dengan judul “Kajian Stilistika Pragmatik Gaya Bahasa
Pada Puisi Shaykh Hamza Yusuf Hanson”. Penelitian ini mengkaji tentang
penggunaan gaya bahasa yang meliputi analisa unsur metafora, dan pola gaya
bunyi pada puisi-puisi karya Shaykh Hamza Yusuf yang diulas melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pendekatan stilistik. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah dari analisisnya, yaitu Sopyan Ali menganalisis penggunaan gaya bahasa
yang meliputi unsur metafora dan pola gaya bunyi dalam puisi sedangkan peneliti
menganalisis pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam
empat babak.
Penelitian kelima yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
yaitu dari Meila Dwi Ratnasari Universitas Negeri Surabaya berjudul “Suspensi
dalam Wacana Humor Waktu Indonensia Bercanda Net TV: Kajian
Pragmatilistika”. Penelitian ini berfokus pada strategi suspensi, fungsi suspense,
dan efek humor dalam wacana humor waktu Indonesia bercanda. Relevansinya
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada kajian
pragmatilistik yang digunakan dalam meneliti.
Dari hasil penelitian di atas peneliti menggunakan suatu kajian stilistika
pragmatik. Peneliti berharap penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi untuk
kelancaran penelitian ini, karena peneliti terdahulu mengkaji tentang pemanfaatan
gaya bahasa dalam film suatu kajian stilistika pragmatik.
2.2 Kajian Teori
Pada bagian kajian teori akan diuraikan mengenai pragmatik, kemudian
stilistika pragmatik, konteks pragmatik, gaya bahasa, dan jenis-jenis gaya bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule 2006:3). Tipe studi
ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam
suatu konteks khusus itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Membutuhkan
satu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin
dikatakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana,
kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual. Pendekatan ini juga perluh menyelidiki bagaimana cara pendengar
dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu
interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe studi ini menggali
betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakn ternyata menjadi bagian yang
disampaikan.
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Di antara 3 (tiga) bagian perbedaan ini hanya
pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis. Manfaat
belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata
tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan
mereka, dan jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka
perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kerugian yang besar adalah bahwa
semua konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan
objektif. Dua orang teman yang sedang bercakap-cakap mungkin menyatakan
secara tidak langsung beberapa hal dan menyimpulkan suatu hal lain tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
memberikan bukti linguistik apa pun yang dapat kita tunjuk sebagai sumber
‘makna’ yang jelas/pasti tentang apa yang sedang disampaikan. Contoh (1)
adalah sekadar suatu kasus masalah. Saya mendengar penutur dan saya tahu apa
yang mereka katakan, tetapi saya ‘tidak tahu’ (tidak mampunyai) gagasan apa
yang dikomunikasikan oleh penutur.
1) Her : so-did you?
(jadi, saudara?)
Him : hey-who wouldn’t?
(hei, siapa yang tidak mau?)
Jadi pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling
memahami satu sama lain secara linguistik. Tetapi, pragmatik dapat juga
merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini
mengharuskan kita memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka
(Yule 2006:5-6).
Pragmatik diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi
tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa
atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran
(Kridalaksana, 1993:177). Jadi, pragmatik merupakan ilmu yang digunakan untuk
mengetahui penggunaan bahasa yang sesuai konteks.
Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari sudut pemakaiannya
atau bahasa dalam pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo,
2014:137). Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai
oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada
hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu
dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.2 Stilistika Pragmatik
Istilah stilistika berasal dari kata stylistics dalam bahasa inggris. Istilah
stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah
‘pengarangg atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam
mode’. Ics atau ik adalah ‘ilmu, kaji, telaah’. Stilistika adalah ilmu gaya bahasa.
Stilistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang stile. Stile/gaya secara
tradisional telah didefinisikan sebagai cara ekspresi linguistik dalam bentuk prosa
atau sajak bagaimana penutur atau penulis mengatakan apapun yang mereka
nyatakan Wicaksono (2014:4).
Penemu stilistika adalah Charles Bally, seorang linguis Perancis Hough,
1972 (dalam Nur Rohman). Sebenarnya, stilistika tidak dimaksudkan sebagai
studi sastra, tetapi untuk studi bahasa (linguistik) yang dipergunakan dalam
bahasa sehari-hari. Stilistika merupakan bagian lingustik seperti yang
dikemukakan oleh Turner, 1977 (dalam Nur Rohman). Meskipun kesusastraan
(ilmu sastra) dapat memanfaatkan hasil studi linguistik dalam penelitian sastra,
tetapi kesusastraan berbeda dengan lingusitik sebab objeknya berbeda. Objek
studi linguistik adalah bahasa, sedangkan objek studi kesusastraan adalah karya
sastra yang mempunyai konvensi sendiri. Oleh karena itu, ada usaha studi
stilistika yang berkecenderungan pada ilmu sastra dan penelitian stilistika yang
dipusatkan pada karya sastra sebagai sumber gaya dan penggunaan bahasa yang
kompleks. Hakikat stilistika adalah pemakaian atau penggunaan bahasa dalam
karya sastra, tetapi kesadarannya muncul dalam linguistik. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
stilistika dipahami sebagai ilmu gabung antara linguistik dan ilmu sastra (dalam
Nur Rohman).
Stilistika adalah suatu bidang ilmu yang menjembatani kedua disiplin ilmu
tersebut, dan bukan disiplin ilmu tersendiri, tetapi sebagai suatu cara untuk
menghubungan disiplin-disiplin ilmu yang lain. Pragmatik sebagai salah satu
bidang ilmu linguistik yang mengkhususkan pengkajian pada hubungan antara
bahasa dan konteks tuturan. Berkaitan dengan itu, Mey (dalam Rahardi, 2003:15)
mendefinisikan pragmatik bahwa “pragmatics is the study of the conditions of
human language uses as there determined by the context of society”, ‘pragmatik
adalah studi mengenai kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang
ditentukan oleh konteks masyarakat’. Levinson (dalam Rahardi, 2003:13 dan 14)
berpendapat bahwa pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari
relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang
dimaksud telah tergramatisasi dan terkodifikasikan sedemikian rupa, sehingga
sama sekali tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya.
Kajian stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks
mencerminkan dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1).
pragmatik adalah kajian terhadap bahasa dalam penggunaannya (dengan
memperhitungkan unsur-unsur yang tidak dicakup oleh tata bahasa dan semantik),
maka dapat dipahami jika stilistika sekarang menggunakan pragmatika dan
pemahaman-pemahaman yang dapat dihasilkan pragmatika. Kita berada dalam
sebuah dunia makna yang relatif tidak stabil. Peran dari pembaca adalah selalu
sebagai penafsir dan bukan sekadar penerima yang pasif (Black, 2011:1-2). Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
setiap orang yang membaca atau menonton bukan hanya menjadi pembaca dan
pendengar yang baik tetapi menjadi seorang yang dapat menilai dan
mengidentifikasi sesuatu yang telah dibaca maupun didengar. Perpaduan antara
teori-teori pragmatik dan stilistika menghasilkan teori stilistika pragmatik. Kajian
stilististika pragmatik dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dari teori-teori
pragmatik agar bisa menjelaskan aspek-aspek dari teks sastra yang membuat teori-
teori pragmatik menjadi menarik untuk digunakan sebagai sarana penafsiran
(Black, 2011:336). Teori ini dikembangkan oleh Elizabeth Black. Ia
berpandangan bahwa kajian linguistik yang berorientasi pragmatik terhadap
bahasa ternyata berguna bagi pemahaman teks fiksi atau karya sastra. Stilistika
Pragmatik lebih menekankan hubungannya dengan bahasa dalam praktek
penggunaannya.
Peneliti mengambil teori tentang stilistika pragmatik ini agar dapat
membantu peneliti untuk mengkaji film yang ingin dianalisis. Peneliti akan
mendeskripsikan gaya bahasa dan makna gaya bahasa yang terdapat dalam film
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho Kajian Stilistika
Pragmatik.
2.2.3 Konteks dalam Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 1996:3). Tipe
studi ini perluh melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di
dalam suatu konteks khusus itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Diperluhkan satu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang ingin dikatakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di
mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual. Pendekatan ini juga perluh menyelidiki bagaimana cara pendengar
dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu
interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe studi ini menggali
betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakn ternyata menjadi bagian yang
disampaikan.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pragmatik pasti membutuhkan
konteks karena setiap apa yang ingin disampaikan oleh penutur harus berdasarkan
konteks. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum
wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Dalam
sebuah teks tertulis, awal dari teks memberikan orientasi kepada pembaca untuk
memahami wacana, karena tidak ada apapun yang ada sebelum awal dari teks itu
sendiri. Konteks dimana sebuah wacana terjadi dipandang sebagai dunia wacana
sementara topik dari teks adalah dunia teks.
Maka, dapat kita ketahui konteks sangat diperlukan dalam pragmatik
karena setiap makna tuturan yang disampaikan oleh penutur harus memiliki
konteks yaitu situasi yang berada di luar teks yang sedang dibicarakan (Pranowo
2014:65). Konteks merupakan hal yang penting dalam tuturan berdasarkan kajian
pragmatik karena dari konteks dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi
sehingga tuturan itu dituturkan. Konteks dalam pragmatik digunakan untuk
mengetahui situasi dan kondisi dari penutur sehingga peneliti dapat menafsirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
makna pragmatik yang terdapat dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat
Babak karya Garin Nugroho.
2.2.4 Gaya Bahasa
Gaya atau khusunya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam ini untuk menulis
pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas
tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan
dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah
menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata
secara indah. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa
memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seorang yang
mempergunakan bahasa itu, semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula
penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin
buruk pula penilaian diberikan padanya dan style atau gaya bahasa dapat dibatasi
sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf,
1980:113).
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya
bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam
Tarigan, 1985:5). Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi
penyimak dan pembaca.
Gaya bahasa dalam stilistika pragmatik merupakan gaya bahasa
berdasarkan sebuah konteks. Setiap manusia ketika bertutur pasti memiliki gaya
bahasanya sendiri dan setiap tuturan yang keluar pasti memiliki latar belakang.
Maksudnya setiap tuturan yang dituturkan pasti memiliki kontek karena konteks
adalah sesuatu yang sudah ada sebelum tuturan itu dan situasi dari partisipan.
Peneliti mengambil gaya bahasa dalam kajian teorinya karena peneliti
menganalisis sebuah film yang berjudul Marlina Si Pembunuh dalam Empat
Babak karya Garin Nugroho; Kajian Stilistika Pragmatik.
2.2.5 Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Keraf (1984:115-116) membagi gaya bahasa dari dua segi yaitu segi
nonbahasa dan segi bahasa. Gaya bahasa dari segi nonbahasa dibagi atas tujuh
pokok yaitu berdasarkan pengarang, masa medium, subjek, tempat, hadirin dan
tujuan. Berdasarkan segi bahasanya, gaya bahasa dibedakan berdasarkan pilihan
kata, nada yang terkandung dalam wacana, struktur kalimat, dan langsung
tidaknya makna.
Tarigan (2009:5-6) 11 mengelompokkan gaya bahasa menjadi empat, yaitu
(1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa
pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Tinjauan terhadap gaya bahasa dalam
pembahasan ini ditekankan pada gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa
pertentangan ini dibedakan menjadi; gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa litotes,
gaya bahasa ironi, gaya bahasa eufemisme, gaya bahasa Paronomasia, gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
bahasa paralepsis, gaya bahasa zeugma dan silepsis, gaya bahasa satire, gaya
bahasa inuendo, gaya bahasa antifrasis, gaya bahasa anafora, gaya bahasa elipsis,
gaya bahasa asonansi, gaya bahasa aposrof, gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa
apofasis dan preterisio, gaya bahasa polisindeton, gaya bahasa pleonasme atau
tautologi, gaya bahasa sinisme, dan gaya bahasa sarkasme. Peneliti akan berfokus
pada penggunaan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang
terdapat dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin
Nugroho. Berikut ini uraian singkat tentang gaya bahasa dilihat dari segi bahasa
menuruf Keraf (1984) dan empat gaya bahasa menurut Tarigan.
2.2.5.1 Gaya Bahasa berdasarkan Pilihan Kata
Gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam
menghadapi situasi-situasi tertentu, dalam bahasa standar (bahasa baku). Bahasa
standar dan bahasa baku dibedakan menjadi 3 bagian, yakni: a) gaya bahasa
resmi, b) gaya bahasa tak resmi, c) gaya bahasa percakapan. Berikut ini akan
dipaparkan masing-masing dari gaya bahasa tersebut.
a) Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa yang bentuknya lengkap dan dipergunakan
dalam kesempatan-kesempatan resmi, seperti dalam pidato presiden, berita
Negara, dan khotbah-khotbah mimbar. Cenderung kalimatnya adalah panjang dan
biasanya mempergunakan inversi. Tata bahasanya konservatif dan sintaksisnya
kompleks (Keraf, 1984:117-118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b) Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang dipergunakan dalam standar
khususnya dalam kesempatan yang kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya
dipergunakan dalam karya-karya tulis, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang
baik, perkuliahan, dan sebagainya. Gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa
yang umum dan normal bagi kaum terpelajar (Keraf, 1984:118).
c) Gaya Bahasa Percakapan
Gaya bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang pilihan katanya adalah kata-
kata popular dan kata-kata percakapan (Keraf, 1984: 120).
2.2.5.2 Gaya Bahasa berdasarkan Nada
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan
dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sugesti dipancarkan
oleh rangkaian kata-kata yang berjalan sejajar, sedangkan kata-kata yang berjalan
sejajar akan mempengaruhi yang lain. Dengan latar belakang ini, gaya bahasa
dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya
sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah (Keraf, 1984:121).
a) Gaya Bahasa Sederhana
Gaya bahasa ini biasanya cocok memberi instruksi, pelajaran, perintah,
perkuliahan, dan sejenisnya. Gaya ini cocok pula dalam menyampaikan fakta atau
pembuktian (Keraf. 1984:121).
b) Gaya Mulia dan Bertenaga
Gaya di atas penuh dengan energy maupun vitalitas biasanya dipergunakan untuk
menggerakkan sesuatu. Dibalik kemuliaan dan keagungan itu terdapat tenaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang benar-benar mampu mengggetarkan emosi para pendengar atau pembaca
(Keraf, 1984: 122).
c) Gaya Bahasa Menengah
Gaya ini yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana yang damai.
Nada ini bersifat lemah-lembut. Berdasarkan sifatnya itu pada biasanya nada ini
menggunakan metafora bagi pilihan katanya (Keraf, 1984:122-123).
2.2.5.3 Gaya Bahasa berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya
bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana
tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada
kalimat yang bersifat periodik, bila bagian yang terpenting atau agasan yang
mendapatkan tekanan ditempatkan pada akhir kalimat yang mendapatkan tekanan
ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin
kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi dan jenis ketiga
adalah kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat
atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat (Keraf, 1984:124).
Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat tersebut maka gaya bahasa menurut
Keraf (1984:124-128) dibagi menjadi:
a) Klimak
b) Antiklimaks, terdiri dari : dekrementum, katabasis, batos
c) Paralelisme
d) Antithesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
e) Repetisi, terdiri dari: tautotes, anafora,epistrofa, symploke,
mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis.
2.2.5.4 Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukut dari langsung tidaknya makna
denotatifnya atau sudah ada penyimpagan. Bila acuan yang digunakan masih
mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila
sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah
menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah
memiliki gaya sebagai yang dimaksud disini.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut
sebagai trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti ‘pembalikan
’ atau ‘penyimpangan’., Trope atau figure of speech memiliki macam-macam
fungsi: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulasi
asosiasi, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Gaya bahasa yang disebut
trop atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya
bahasa retoris, yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa
untuk mencari efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan yang merupakan
penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna.
Contoh:
a. Satu kilometre terdiri dari 1000 meter
b. Rumah itu terletak 300 kilometer dari jalan raya
c. Ia memukul adiknya dengan sebuah tongkat
Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa bahasa yang dipergunakan
adalah bahasa biasa, yang masih bersifat polos, bahasa yang mengandung unsur-
unsur kelangsungan makna, dengan konstruksi-konstruksi yang umum dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bahasa Indonesia. Arti yang didukungnya tidak lebih dan tidak kurang dari nilai
lahirnya. Tidak ada usaha untuk menyembunyikan sesuatu di dalamnya (Keraf,
1984:129-130). Jadi, telah dipaparkan empat (4) gaya bahasa menurut Keraf
(1984). Empat gaya bahasa di atas akan digunakan dalam penelitian ini untuk
melihat apakah kata, frasa, klausa dan kalimat yang digunakan dalam film
Marlina si pembunuh dalam empat babak itu termasuk dalam gaya bahasa yang
mana.
2.2.5.5 Gaya Bahasa Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
melebih-lebihkan jumlahnya, ukuranya dan sifatnya dengan maksud memberi
penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan
kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat
(Guntur Tarigan 2009:55) Menurut Keraf (1984:135) hiperbola adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung suatu penyataan yang berlebihan, dengan
membesarbesarkan sesuatu hal.
Contoh:
(1) Dengan new Jupiter Z kamu bisa tampil lebih percaya diri !.
(2) Honda naik kelas
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung ungkapan yang melebih-
lebihkan baik itu jumlah, ukuran, dan sifatnya. Bisa dilihat dari kalimat ‘Dengan
new Jupiter Z kamu bisa tampil lebih percaya diri!’, kalimat tersebut mengandung
sesuatu yang berlebihan karena tidak mungkin semua orang akan merasa percaya
diri dengan memakai new Jupiter Z.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2.5.6 Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortosis
Dalam berbicara atau menulis, ada kalanya kita menegaskan sesuatu, tetapi
kemudian kita memperbaikinya dan mengoreksi kembali. Gaya bahasa yang
seperti ini biasa disebut koreksio atau epanortosis (Keraf, 1984:135). Sejalan
dengan Tarigan (2013:34) bahwa koreksi atau epanortosis adalah gaya bahasa
yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu tetapi kemudian memeriksa
dan memperbaiki mana-mana yang salah (Tarigan, 2013:34). Koreksio atau
epanortosis merupakan gaya bahasa yang dapat digunakan dalam menganalisis
tuturan dalam sebuah karya sastra maupun tuturan dalam film.
Contoh dari gaya bahasa koreksio atau epanortosis yaitu:
Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
Soto eh sop ayam
Gaya bahasa koreksio atau epanortosis merupakan gaya bahasa yang
digunakan untuk membenarkan yang salah. Dapat dilihat dari contoh di atas soto
eh sop ayam. Frasa tersebut merupakan gaya bahasa koreksio atau epanortosis
karena apa yang dikatakan sebelumnya itu salah, setelah itu ia membenarkan
pernyataanya.
2.2.5.7 Gaya Bahasa Ironi
Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang
nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan
itu (Tarigan, 2013:61). Ironi ringan merupakan suatu bentuk humor tetapi ironi
berat atau ironi keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire,
walaupun pembatasan yang tegasa antara hal-hal itu sangat sulit dibuat dan jarang
sekali memuaskan orang (Tarigan, 1985:189). Sejalan dengan Keraf (1984:143)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
bahwa ironi merupakan suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan
makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-
katanya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa ironi merupakan sindiran
dengan menyembunyikan fakta dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Perlu diingat bahwa pemahaman ironi sangat tergantung dari konteks (bahkan
beberapa ahli bahasa membedakan ironi dari majas lainnya, karena hal tersebut).
Apabila konteks tidak mendukung ironi, maka ujaran yang mengandung ejekan
dapat menjadi pujian (Staf UI, 2012).
Contoh :” Wah. pemerintah sekarang memang sukses, ya!”
“Benarkah pendapatmu demikian?”
“Ya. tentu saja, sukses dalam menaikkan harga-harga!”
Di sini, tampak ada dua petanda. Leksem sukses biasanya mengandung
komponen makna positif, tetapi kadang-kadang juga dapat mempunyai makna
negatif apabila konteks mendukungnya. Pada ujaran pertama, leksem sukses
masih mengandung kemungkinan bermakna positif (sebagaimana lazimnya),
namun pada ujaran yang ke- 3 leksem itu diikuti frasa ‘menaikkan harga-harga’
yang secara konotatif mempunyai makna negatif. Oposisi makna ini menunjukkan
adanya ironi. Di sini, konteks bersifat tekstual, sehingga tidak mungkin ada makna
pujian. Berkat konteksnya, ujaran yang mengandung gagasan positif, dapat
menyembunyikan makna yang negatif. Berikut ini dikemukakan bagan wilayah
makna ironi: Sebenarnya, hampir semua majas memerlukan konteks, baik tekstual
maupun situasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Meskipun demikian, ironi selalu terdiri dari unsur pragmatika khusus:
mengujarkan sesuatu dengan ironis selalu kurang lebih ditujukan pada sasaran
bulan-bulanan. Dikatakan bahwa ironi sering kali digunakan untuk mengolok-
olok. Menyampaikan sesuatu dengan ironis adalah menggunakan kosakata yang
seakan meninggikan nilai padahal merendahkannya. Selain perubahan petanda,
dalam ironi juga ada perubahan acuan.
2.2.5.8 Gaya Bahasa Eufemisme
Kata eufemisme berasal dari bahasa Yunani euphemizein yang berarti
“mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”
(Keraf, 1984:132). Sedangkan menurut Dale dan Tarigan, kata eufemisme juga
diturunkan dari eu ‘baik+phanai’ berbicara’. Jadi secara singkat eufemisme berarti
‘pandai berbicara’; berbicara baik’ (Tarigan, 1985:128).
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan, atau yang tidak
menyenangkan. Misalnya: meninggal, bersengggama, tinja, tunakarya. Namun
eufemisme dapat juga dengan mudah melemahkan kekuatan diksi karangan.
Misalnya; penyesuaian harga, kemungkinan kekurangan makan,
membebastugaskan (Moeliono dalam Tarigan, 1985:128). Jadi dapat disimpulkan
bahwa eufemisme adalah ungkapan yang dapat diterima dengan baik oleh
penerima karena memakai bahasa yang halus agar tidak ada yang merasa
tersinggung.
2.2.5.9 Gaya Bahasa Paronomasia
Paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang
berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata- kata yang sama bunyinya tetapi artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
berbeda (Ducrot & Todorov dalam Tarigan, 2013:64). Istilah Paronomasia ini
sering juga disamakan dengan yang mengandung makna yang sama (Keraf,
1984:145).
Contoh: (1) Centralite, lebih terang lebih hemat lebih tahan lama
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa Paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang
berbunyi sama yang memiliki arti yang sama maupun berbeda. Dapat dilihat dari
contoh Centralite, lebih terang lebih hemat lebih tahan lama. Kalimat tersebut
merupakan sesuatu yang memiliki bunyi yang sama.
2.2.5.10 Gaya Bahasa Paralipsis
Paralipsis menurut KBBI adalah alat untuk menyatakan bahwa pembicara
tidak mengucapkan apa yang diucapkan dalam kalimat itu. Paralipsis adalah gaya
bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan sebagai sarana untuk
menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat
itu sendiri (Dacrot dan Todorov dalam Tarigan, 2013:66). Jadi dapat di simpulkan
bahwa paralipsis adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan suatu hal
yang sebenarnya tidak ingin ia katakan tetapi telah ia bicarakan dan dijelaskan
kembali sesuai apa yang sebetulnya ingin diucapkan.
Contoh: Juallah segera ubi itu ke kota (ih....) yang saya maksud ke desa.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menolak doa kita, (maaf) bukan,
maksud saya mengabulkannya
2.2.5.11 Gaya Bahasa Zeugma dan Silepsis
Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua
konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sebenarnya hanya salah satu yang mempunyai hubungan dengan kata pertama
(Keraf, 1984:135). Konstruksi yang dipergunakan secara gramatikal benar, tetapi
secara semantik tidak benar disebut silepsis. Sedangkan dalam zeugma terdapat
gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang
bertentangan (Ducrot & Todorov dalam Tarigan, 2013:68). Dengan kata lain
dapat dirumuskan bahwa ‘dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi
kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu daripadanya,
baim secara logis maupun secara grmatikal’ (Tarigan, 2013:68). Dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa zeugma dan silepsis merupakan gaya bahasa
yang menghubungkan kata dengan kata lain.
Contoh: anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois
Dalam silepsis, konstruksi yang digunakan itu secara gramatikal benar, tetapi
secara semantik tidak benar.
Contoh : ia sudah kehilangan topi dan semangatnya
2.2.5.12 Gaya Bahasa Satire
Uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya disebut
satire. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh berisi
macam-macam buah-buahan. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau
menolak sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik
tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan
secara etis dan estetis (Keraf, 1984:144). Satire merupakan sejenis bentuk
argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara aneh bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
adakalahnya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan tertawaan
(Tarigan,2013:70).
Misalnya: Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah
seperti ini pun kau sudah kewalahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa satire merupakan gaya bahasa yang dapat
menggunakan bahasa yang ramah, kasar dan menusuk yang berupa kritikan.
2.2.5.13 Gaya Bahasa Inuendo
Inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik
dengan sugesti yang tidak langsung, dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau
ditinjau sekilas (Keraf, 1984:144). Terlihat juga dalam buku (Tarigan, 2013:74)
bahwa innuendo adalah sindiran kecil yang mengecilkan sesuatu yang sebenarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa innuendo merupakan gaya bahasa
yang digunakan dapat mengungkapkan kritik yang halus atau tidak membuat
orang lain tersinggung.
Misalnya: Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan
minum.
Jadi dapat dilihat dari contoh ‘Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena
kebanyakan minum.’ bahwa kalimat tersebut digunakan untuk menyindir atau
mengatai seseorang secara halus atau tidak kasar.
2.2.5.14 Gaya Bahasa Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri (Keraf,
1984:144). Perlu diingat bahwa antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan pada kenyataan bahwa yang
dikatakan itu adalah sebaliknya
Bila diketahui bahwa yang hadir adalah seorang yang kurus, lalu dikatakan
bahwa ‘si gendut telah hadir’ maka, jelas gaya bahasa tersebut adalah antifrasis.
Begitu pula siswa yang malas yang berada di tengah teman-temannya disebut
siswa teladan (Tarigan, 2013:76). Dapat dilihat bahwa antifrasis jika tidak
diperhatikan secara baik maka gaya bahasa itu dapat di sebut ironi yang telah di
bahas.
Contoh Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol).
Mari kita sambut kedatangan sang raja (maksudnya si jongos)
Kita dapat melihat dari contoh di atas bahwa kata raksasa adalah kata yang
kasar dan sangat menyindir sehingga kita hampir tidak bisa membedakan
antifrasis dan ironi. Tetapi, kita bisa membedakan kedua gaya bahasa tersebut
yaitu jika ironi merupakan sesuatu yang nyata berbeda dan sangat tergantung
pada konteks, apabila konteks tidak mendukung ironi maka, ujaran yang
mengandung ejekan dapat menjadi pujian. Sedangkan antifrasis adalah kebalikan
dari kenyataan yang terjadi.
2.2.5.15 Gaya Bahasa Anafora
Anafora merupakan salah satu penyiasatan struktur sintaksis yang berbasis
pada repetisi (Nurgiyantoro, 2014:256). Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang
berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat (Tarigan,
2013 :184). Anafora sesuatu kata yang berulang-ulang dipergunakan dalam setiap
baris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Contoh: Lupakah engkau bahwa merekahlah yang membesarkan dan
mengasuhmu?
Lupakah engkau bahwa keluarga itu yang menyekolahkanmu sampai
ke perguruan tinggi?
Kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa anafora merupakan gaya bahasa yang
digunakan untuk mengulang kata pertama. Terlihat dari contoh tersebut memakai
kata lupakah dalam mengawali sebuah kalimat.
2.2.5.16 Gaya Bahasa Elipsis
Elipsis merupakan suatu gaya bahasa yang menghilangkan suatu unsur
kalimat agar ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar (Keraf, 1984:132).
Ellipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau
penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata
bahasa. Atau dengan kata lain: elipsis adalah penghilangan salah satu atau
beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap (Ducrot and
Todorov dalam Tarigan 1985:138).
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu yang lalu (penghilangan predikat :
pergi)
Jadi, ada beberapa kata yang dihilangkan untuk membuat pembaca/pendengar
meneruskan sendiri atau juga karena untuk mempersingkat kalimat yaitu tanpa
mengubah makna yang sebenarnya.
2.2.5.17 Gaya Bahasa Asonansi
Asonansi sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal
yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk
memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 2013:176).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Asonasi suatu perulangan yang digunakan untuk mengulangi vokal yang sama
misalnya:
Muka muda mudah muram
Tiada siaga tiada biasa
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa asonansi merupakan gaya
bahasa yang digunakan untuk mengulang tekanan nada yang sama.
2.2.5.18 Gaya Bahasa Anastrof dan Inversi
Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat (Keraf, 1984:130).
Inversi adalah gaya bahasa yang merupakan permutasi atau perubahan urutan
unsur-unsur konsruksi sintaksis (Ducrot & Todorov dalam Tarigan,2013:85).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anastrof atau inversi
merupakan susunan kata yang disusun secara tidak teratur dalam sebuah kalimat
tetapi dapat dipahami.
Misalnya:
Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan apa-apa.
2.2.5.19 Gaya Bahasa Epizeukis
Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu
kata yang ditekankan atau dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut
(Tarigan, 2013:182). Epizeukis ini dapat digunakan dalam mengkaji puisi maupun
prosa. Dalam sebuah karya sastra maupun non-sastra banyak terdapat epizeukis
yaitu perulangan yang bersifat langsung.
Contoh: ingat, kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat agar dosa-
dosamu diampuni oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa epizeukis merupakan gaya bahasa
yang mengulang kata-kata penting yang ditekankan dalam kalimat itu.
2.2.5.20 Gaya Bahasa Apofasis dan Preterisio
Ada saatnya kita berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu tetapi
sebenarnya kita menaruh perhatian atau menekankan hal tersebut. Berpura-pura
menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu tetapi sebetulnya justru
memamerkannya. Apofasis atau disebut juga dengan preterisio merupakan
sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi
nampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi
sebenarnya ia menekankan hal itu (Keraf, 1984:130).
Misalnya : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara
telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
Dari contoh di atas terlihat bahwa sebenarnya ia telah membicarakan hal itu tetapi
berpura-pura tidak tahu apa yang dia ungkapkan.
2.2.5.21 Gaya Bahasa Polisindeton
Polisindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan di mana beberapa
kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-
kata sambung (Tarigan, 2013:137). Gaya bahasa ini dapat digunakan dalam
menganalisis sebuah karya sastra maupun non-sastra. Peneliti mengambil
polisindeton sebagai salah satu kajian teorinya karena terdapat dalam tuturan film
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho Kajian Stilistika
Pragmatik. Sejalan dengan Keraf (1984) bahwa polisindeton yang berupa acuan,
yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa yang sederajat
dihubungkan dengan kata sambung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Contoh: istri saya menanam nangka dan jambu dan cengkeh dan pepaya
dipekarangan rumah kami
2.2.5.22 Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang
sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong).
(Poerwadarmita dalam Tarigan, 1985:29). Sedangkan Keraf (1984:133)
mengatakan suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu
dihilangkan artinya tetap utuh
Contoh: saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri
Dia telah menebus sawah itu dengan uang tabungannya sendiri.
Para petani menggarap sawah yang luas itu dengan tenaga dan keringat
mereka sendiri
Jadi, pleonasme merupakan pemakaian kata yang berlebihan dan tidak penting.
Dapat kita lihat dari contoh di atas yaitu dengan tangan saya sendiri; kalimat itu
adalah hal yang berlebihan atau mubazir.
2.2.5.23 Gaya Bahasa Sinisme
Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Sinisme adalah ironi lebih kasar sifatnya, namun kadang-kadang sukar ditarik
batas yang tegas antara keduanya (Tarigan, 2013:91). Sinisme adalah gaya bahasa
yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan
tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan (Keraf,
1984:143). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
sinisme adalah gaya bahasa yang dapat dipergunakan dalam mengatakan sesuatu
dengan maksud atau makna berlainan dari apa yang terkandung dalam kata-
katanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Misalnya : Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang
tua seperti aku ini!
Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa apa yang sebetulkan ingin ia katakan itu
sangat menyakitkan tetapi ia menggunakan kata-kata yang lembut walaupun
sangat menusuk hati mitra tutur.
2.2.5.24 Gaya Bahasa Sarkasme
Kata sarkasme berasal dari bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari
kata kerja sakasein yang berarti ‘merobek-robek daging seperti anjing’,
‘menggigit bibir karena marah’, atau ‘bicara dengan kepahitan’ (Keraf, 1984:143).
Bila dibandingkan dengan ironi dan sinisme maka sarkasme ini lebih kasar.
Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olokan atau sindiran pedas
dan menyakiti hati (Poerwadarminta dalam Tarigan 2013:92). Ciri utama gaya
bahasa sarkasme ialah selalu mengandung kepahitan dan celaan yang getir,
menyakiti hati dan kurang enak didengar.
Misalnya : Sikapmu seperti anjing dan sifatmu seperti babi!
Kelakuanmu memuakkan saya
Tingkah lakumu memalukan kami
Kita dapat melihat dari contoh di atas bahwa kata-kata yang dipergunakan
sangat kasar dan membuat orang yang mendengar merasa tersinggung. Gaya
bahasa khususnya dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis lempengan
lilin. Keahlian menggunakan alat ini mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk
menulis indah (Keraf, 1984:112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa dapat
mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1984:5).
Jadi, dari kedua pakar di atas dapat simpulkan bahwa gaya bahasa merupakan
sesuatu bahasa indah yang dirangkai secara khas. Peneliti menggunakan gaya
bahasa dalam penelitiannya karena ingin meneliti tentang pemanfaatan gaya
bahasa yang terdapat dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak karya
Garin Nugroho dan memakai kajian stilistika pragmatik. Artinya peneliti meneliti
gaya bahasa dan maknanya sesuai dengan kajian stilistika pragmatik.
2.3 Film
Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan
dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok
sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk
menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak
ditonton (Lesmana 2009:10). Film bukanlah hasil karya satu orang. Banyak
tenaga, bakat, kepandaian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencipta
sebuah film. Hal ini kiranya telah masuk ke dalam pikiran kita, sementara kita
duduk dalam ruang yang gelap untuk menikmati suatu pertunjukan film. Sebab
selama pertunjukan film itu berlangsung, banyak unsur kita tangkap dengan indra
dan budi kita. Kita melihat gambar-gambar objek, barang atau orang yang diambil
dalam bentuk , potongan, ukuran dan susunan tertentu (Margija 1976:9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Skenario adalah tulang punggung sebuah film, karena dari skenario itulah
semua aktivitas prosuksi film bertumpu. Di dalam skenario, semua informasi
tentang suara (audio) dan gambar (visual) yang akan ditampilkan dalam sebuah
film dikemas dalam sebuah bentuk siap pakai untuk produksi film. Ruang, waktu,
peran, dan aksi semua dibungkus dalam sebuah scenario. Oleh karena itu, semua
sebaiknya segala hal yang terkait scenario terutama soal hak cipta diurus tuntas
sebelum sebuah produksi film dimulai (Lesmana 2009:7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskripsi kualitatif karena pada langkah
awal peneliti mengumpulkan data tuturan dalam Film Marlina Si Pembunuh
dalam Empat Babak karya Garin Nugroho yang dijadikan sebagai data langsung
untuk dianalisis. Selain itu peneliti ini mendeskripsikan kata-kata secara tertulis
yang ada dalam Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. Penelitian
kualitatif adalah kegiatan yang berlangsung secara simulant dengan kegiatan
analisis data (Mahsun, 2005:257).
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian
Data dalam penelitian ini berwujud tuturan yang terkandung gaya bahasa
dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak karya Garin Nugroho,
sedangkan Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan dalam Film
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode dan teknik digunakan untuk menunjukan dua konsep yang berbeda
tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Keduanya adalah “cara” dalam suatu
upaya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan dan teknik
adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto 2015:9).
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode
simak atau penyimakan dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Teknik Rekam
Dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih, alat
perekam yang dimaksud dapat lebih beraneka dengan hasil yang lebih seksama.
Meliputi baik tindakan omong yang mampu didengarkan maupun tingkah laku
atau perbuatan lain yang mampu dilihat, baik yang verbal maupun non-verbal.
Peneliti merekam dengan cara menonton serta mendengarkan tuturan-tuturan
dalam film Marlina. Perekaman terhadap tuturan itu dapat dipandang sebagai
teknik rekam.
b. Teknik Catat
Teknik catat yaitu cara yang dilakukan peneliti untuk mencatat data-data
yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Pencatatan itu dapat dilakukan
langsung. Dengan adanya kemajuan teknologi pencatatan itu dapat memanfaatkan
disket computer atau alat semacamnya yang lebih canggih, akurasi lebih
meyakinkan dengan pembacaan dan pengecekan lewat penayangan di layar
tayangan. Peneliti meneliti dengan cara mencatat atau mengetik tuturan yang
terkandung gaya bahasa dalam film Marlina menggunakan buku serta laptop dan
disimpan dalam sebuah file.
Menurut Mahsun (2007:92) Metode adalah cara yang digunakan untuk
memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa dan teknik
dasar dalam metode ini adalah teknik sadap. Teknik adalah teknik dasar dalam
metode simak karena pada hakikatnya diwujudkan dengan penyadapan. Teknik
dan metode yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian adalah
penyadapan penggunaan bahasa secara lisan dimungkinkan jika peneliti tampil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan sosoknya yang sedang menyadap pemakaian bahasa seseorang yang
sedang bercakap-cakap, berpidato, dan berkhotbah. Jadi, metode dan teknik yang
baik digunakan untuk Menganalisis Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Film
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak adalah metode simak dan dipadukan
dengan teknik rekam dan teknik catat yang dapat mempermudah peneliti
mengumpulkan dan menganalisis data.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah melakukan kegiatan yang terkait dengan pengumpulan data
kegiatan berikutnya adalah analisis. Metode yang digunakan untuk analisis adalah
metode simak. Metode simak berupa suatu penyimakan yang dilakukan untuk
menyimak penggunaan bahasa. Metode simak digunakan untuk menganalisis
pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak
karya Garin Nugroho.
Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa
secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulis (Mahsun, 2007:92).
Peneliti saat ini melakukan penelitian dengan bahasa secara lisan dan
menggunakan teknik rekam dan teknik catat. Sudaryanto (2015:205) menjelaskan
bahwa metode catat yaitu proses pencatatan pada kartu. Dalam proses penelitian
ini metode simak menggunakan teknik catat untuk mencatat atau menyimpan
data. Pencatatan data dilakukan pada sebuah buku maupun langsung pada file
laptop dan teknik rekam dengan cara menonton dan mendengarkan film Marlina.
Data dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang terkandung gaya bahasa.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif. Sudaryanto (1993) mengemukakan bahwa penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
deskriptif kualitatif adalah apabila kegiatan yang berupaya menggambarkan atau
mendeskripsikan dengan kata-kata atau bahasa tentang informasi yang diperoleh
dari suatu latar penelitian. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis markah. Pemarkah menunjukkan kejatian satuan lingual atau
identitas konstituen tertentu. Kemampuan membaca pemarkah atau petunjuk itu
berarti kemampuan untuk menunjukkan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto,
2015:129). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik baca markah untuk
melihat penanda di dalam suatu tuturan yang menunjukkan kriteria gaya bahasa
tertentu. Berdasarkan latar pemikiran tersebut maka teknik analisis yang ditempuh
peneliti adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menganalisis pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho kajian stilistika
pragmatik.
b. Peneliti menganalisis dengan memperhatikan penanda atau ciri-ciri
gaya bahasa berdasarkan kajian stilistika pragmatik.
c. Peneliti menganalisis makna yang munncul dari pemanfaatan gaya
bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya
Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik.
d. Peneliti memasukkan data ke dalam tabel atau tabulasi data
e. Peneliti menunjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah
elemen menunjukkan suatu gaya bahasa berdasarkan kajian stilistika
pragmatik dalam film tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.5 Trianggulasi Data
Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan kesalahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Berdasarkan
pendapat Moleong dapat disimpulkan bahwa trianggulasi merupakan suatu proses
untuk memeriksa suatu data dengan memerluhkan suatu ahli atau menggunakan
metode tertentu agar data yang diperiksa benar serta peneliti lebih memahami apa
yang diteliti.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi
penyidik. Dalam trianggulasi penyidik, adanya penyidik yang turut memeriksa
hasil pengumpulan data dan tabulasi data yang telah diperoleh serta telah dianalisi
oleh peneliti. Peneliti mempercayakan Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai penyidik
trianggulasi ini. Penyidik akan memeriksa dan memberikan masukan terhadap
hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama deskripsi data
penelitian gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak
karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Bagian kedua adalah analisis
data pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat
babak karya Garin Nugroho kaian stilistika pragmatik. Bagian ketiga adalah
pembahasan hasil analisis yang akan mendeskripsikan pemanfaatan gaya bahasa
dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho
kajian stilistika pragmatik.
4.1 Deskripsi Data
Sumber data penelitian ini adalah film Marlina si pembunuh dalam
empat babak karya Garin Nugroho. Film 'Marlina, Si Pembunuh dalam Empat
Babak' yang disutradarai Mouly Surya tayang perdana di La Quinzaine des
réalisateurs, atau Forum Sutradara, kompetisi yang diselenggarakan paralel
dengan Festival Film Cannes di Prancis tahun 2017 dan Tanggal 16 November
2017, film ini tayang di bioskop-bioskop utama di Indonesia
(https://www.cnnindonesia.com).
Gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik yang digunakan
dalam film ini berjumlah 13 jenis gaya bahasa. Konteks merupakan hal yang
penting dalam tuturan berdasarkan kajian pragmatik karena dari konteks
diketahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga tuturan itu dituturkan. Mey
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(dalam Rahardi, 2003:15) mendefinisikan pragmatik sebagai studi mengenai
kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks
masyarakat. Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik dari penelitian ini berjumlah 71 kalimat. Rincian jenis gaya bahasa
tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa ironi 4 buah, inuendo 16 buah, sarkasme
15 buah, sinisme 12 buah, anafora 1 buah, epizeukis 9 buah, koreksio atau
epanortosis 2 buah, asonansi 4 buah, eufemisme 2 buah, elipsis 1 buah, apofasis
1 buah, pleonasme 1 buah, polisindenton 1 buah. Dari penelitian ini juga
meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa. Peneliti
menemukan 9 (sembilan) makna pragmatik yaitu; menanyakan sesuatu,
memberikan penjelaskan, menggambarkan, membandingkan, memberi pujian,
mengancam, memberi perintah, menunjukkan sesuatu, dan menunggu.
4.2 Analisis Data
Subbab ini membahas hasil analisis pemanfaatan gaya bahasa dalam film
Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho kajian stilistika
pragmatik. Analisis pemanfaatan gaya bahasa dilakukan untuk menemukan gaya
bahasa berdasarkan konteksnya dalam pragmatik. Pragmatik pada hakikatnya
adalah studi bahasa dari sudut pemakaiannya atau bahasa dalam pemakaiannya
(language in use) (Levinson dalam Pranowo 2014:137).
Studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh
penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan
antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya. Jadi yang akan dipaparkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dalam analisis ini adalah gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik
yang terdapat dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin
Nugroho kajian stilistika pragmatik serta menginterpretasikan makna dari
penulis menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam filmnya. Analisis
selengkapnya akan terlampir.
4.2.1 Wujud Gaya Bahasa
Dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang peneliti
analisis, peneliti menemukan 13 jenis gaya bahasa berdasarkan konteksnya yang
meliputi gaya bahasa ironi, inuendo, sarkasme, sinisme, anafora, epizeukis,
koreksio atau epanortosis, asonansi, eufemisme, ellipsis, apofasis, pleonasme,
dan polisindenton. Berikut ini akan diberikan masing-masing contoh
analisisnya.
4.2.1.1 Gaya Bahasa Ironi
Kalimat yang mengandung gaya bahasa ironi dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 4 buah. Data yang
berupa percakapan yang disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan
dipaparkan 3 data tersebut.
Data 1. A: Selamat siang, bapak ada keluar?
B: Ho sedikit lagi dorang (mereka) sudah pulang.
A: Lalu bapak ini siapa (menunjuk mayat seorang lelaki)?
Ada sirih? Kopi? Saya ini tamu
Konteks : tuturan itu terjadi karena ada seorang yang datang
bertamu ke rumahnya, orang itu adalah penjahat yang ingin
merampok ke rumahnya. Penjahat itu mengadakan komunikasi
dengan tuan rumah, ia berpura-pura menjadi seorang penagi
hutang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Data 2. A: Kau duduk, baru taufan itu siapa?
B: Bukan kau pu (punya) urusan to
A: cantik tapi sangar sekali, kau bilang bapak sedang keluar,
dari tadi saya duduk manis di sini, utang penguburan yang
lalu belum selesai, sekarang sudah tamba lagi..pasti belum
lama?
B: Bukan kau punya urusan
Konteks : tuturan itu bisa terjadi karena ada seorang penjahat
yang datang ke rumahnya. Penjahat itu sengaja mengadalan
komunikasi dengan tuan rumah sehingga tuan rumah merasa
kesal dan berbicara dengan keras padanya
Data 3. C: sudah kumpul semua?
D: sudah
C: kerbau berapa?
D: babi, kambing, masing-masing 10, ayam 7
Konteks : tuturan itu bisa terjadi karena ada seorang yang
masuk ke dapur yaitu salah satu dari penjahat itu. Ia ingin
menanyakan makanan yang dimasak oleh Marlina yaitu tuan
rumah. Saat itu ia melihat temannya yang bernama Frans
berada di dapur, ia marah pada Frans karena Frans ingin
mencicipi makanan itu terlebih dahulu dan tuturan itu
dituturkannya.
Penunjuk gaya bahasa ironi pada dialog pertama adalah kalimat ada
sirih? Kopi? Saya ini tamu. Kalimat ini merupakan gaya bahasa yang mengolok
artinya bahwa kalimat tersebut dipakai untuk membuat seseorang merasa
tersindir atau diolok, terlihat bahwa Ia menyindir Marlina yang tidak
menjamunya dengan baik. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang
mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan
dengan yang sebenarnya dikatakan itu (Tarigan, 2013:61).
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut yaitu seorang penjahat
yang bernama Markus datang ke rumah Marlina siang hari, mengetuk pintu dan
berusaha berkomunikasi dengan Marlina. Maka, terjadi percakapan seperti itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Marlina tidak mengenal pria yang datang ke rumahnya, tetapi ia telah curiga
melihat gelagat lelaki itu yang berpura-pura menjadi penagi hutang. Konteks
biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi
dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, dapat dikatakan
bahwa konteks merupakan sesuatu yang melingkupi suatu tuturan.
Gaya bahasa ironi pada dialog kedua adalah cantik tapi sangar sekali
merupakan gaya bahasa ironi yang bermaksud menyindir, dalam gaya bahasa
ironi tersebut bermasuk menyindir Marlina yang menjawab pertanyaan dari
penjahat yang bernama Markus. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang
mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan
dengan yang sebenarnya dikatakan itu (Tarigan, 2013:61).
Dalam kalimat tersebut memiliki konteks pragmatik yaitu penjahat itu
masuk ke rumah Marlina siang hari dan berpura-pura menjadi seorang penagi
hutang, dia mengadakan komunikasi dengan Marlina karena ia ingin
mengetahui keadaan di rumah itu sehingga rencananya berhasil. Penjahat itu
menanyakan semua anggota keluarga Marlina tetapi Marlina tidak
menghiraukannya. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada
sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black,
2011:3). Jadi, konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi suatu tuturan
itu bisa terjadi.
Petunjuk gaya bahasa ironi yang terkandung pada dialog ketiga adalah
pada kalimat sudah kumpul semua? Kalimat ini merupakan kalimat yang
menyindir, dapat dilihat dari cara ia menuturkan kata-kata dengan cukup kasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dan suara yang keras. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan
sesuatu yang nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang
sebenarnya dikatakan itu (Tarigan, 2013:61).
Kalimat tersebut memiliki konteks yaitu seseorang datang dari ruang
tamu masuk ke dapur, ia melihat temannya yang bernama Frans ingin mencicipi
makanan yang dimasak oleh Marlina, dia marah karena makanan itu ingin
dicicipi oleh temannya apalagi temannya lebih muda darinya. Setelah itu dia
menanyakan tentang jumlah hewan yang mereka curi dari rumah Marlina.
Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana
dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks
merupakan sesuatu yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.
4.2.1.2 Gaya Bahasa Inuendo
Kalimat yang mengandung gaya bahasa inuendo dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 16 buah. Data yang
disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.
Data 4. A: Kasian sekali kau
B: Saya punya urusan bukan kau punya urusan
A: Janda tidak boleh sanger sudah baik kalau ada laki-laki
yang mau, jangan terlalu bepilih (memilih)
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika penjahat
berkomunikasi dengan tuan rumah ia diabaikan, tuan rumah
tidak mendengarnya dan mengabaikan pertanyaan darinya,
penjahat itu marah dan merasa diabaikan sehingga ia
menuturkan hal tersebut.
Data 5. A: Yang penting kamu bawa minuman saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Konteks : tuturan itu terjadi karena penjahat yang bernama
Markus menunggu teman-temannya pada sore itu, setelah
beberapa jam teman-temannya tiba di tempat itu (di rumah
Marlina), mereka turun dari truk dan menyapa Markus dengan
wajah yang takut karena mereka terlambat dan terjadilah tuturan
tersebut.
Data 6. B: Dia mau coba?
C: Siapa?(sambil melihat temannya) anak kecil mau makan
duluan
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu salah satu teman
Markus masuk ke dapur ingin menanyakan makanan yang
dimasak oleh Marlina apakah masakan itu sudah matang atau
belum karena teman-temannya sudah lapar, dan ia melihat
temannya yang bernama Frans. Frans ingin mencicipi makanan
yang dimasak oleh Marlina dan ia marah, maka terjadilah
tuturan tersebut.
Inuendo adalah sindiran kecil yang mengecilkan sesuatu yang
sebenarnya. Inuendo adalah sebuah sindiran yang tidak terlalu kasar, artinya
peneliti mengatakan itu sebagai sindiran kecil karena intonasi penutur ketika
menuturkan sesuatu lebih halus (Tarigan, 2013:74). Pada dialog pertama dan
kedua yang mengandung gaya bahasa inuendo, tuturannya dapat dilihat di
bawah ini:
a) Janda tidak boleh sanger sudah baik kalau ada laki-laki yang mau
b) Yang penting kamu bawa minuman saja
Dari kedua tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa dari tuturan (a)
terlihat adanya sindiran/kritik secara halus yang disampaikan oleh penjahat
bahwa si janda harus bersyukur, tidak boleh galak karena dia sangat beruntung
jika ada laki-laki yang menyukainya. Pada tuturan kedua (b) adalah kalimat
yang menyindir dengan menerangkan pada temannya dengan membawa
minuman beralkohol saja sudah cukup untuk menutupi rasa bersalah mereka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
karena mereka datang terlambat ke tempat itu untuk mengambil semua ternak
yang dimiliki Marlina. Konteks pragmatik yang terkandung dalam kedua
kalimat di atas adalah:
a) Penjahat itu marah karena ia diabaikan oleh Marlina. Marlina tak
menghiraukannya karena dia sudah mengetahui maksud
kedatangan penjahat itu.
b) Para penjahat itu turun dari truk dengan muka datar karena
terlambat, dan Markus yang tiba terlebih dulu di tempat itu
mengatur mereka untuk mengambil semua ternak yang dimiliki
oleh Marlina, ia menyuruh mereka dan menunjukkan tempat
semua ternak yang dimiliki oleh Marlina.
Kalimat yang mengandung gaya bahasa inuendo pada dialog ketiga
adalah anak kecil mau makan duluan merupakan sesuatu yang dipakai untuk
menyindir temannya karena ingin makan terlebih dulu, dapat dilihat dari kata-
kata yang digunakan dalam percakapan tersebut bahwa dia lebih tua dari orang
yang disindir sehingga ia menyatakan hal itu. Gaya bahasa inuendo sering
digunakan dalam percakapan sehari-hari, contoh lain ketika kita ingin minum
sesuatu dan tidak mau berbicara terus terang, kita akan berbicara ‘kerongkongan
saya kering, percuma ada tuan kos tapi tidak diberikan’ dari contoh tersebut
orang itu akan tahu bahwa kita menyindirnya secara halus.
Konteks pragmatik dari kalimat di atas adalah teman Frans keluar dari
ruang tamu dan masuk ke dapur untuk mengecek makanan, ia marah karena
Frans ingin mencicipi makanannya terlebih dulu, apalagi Frans lebih muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
darinya. Itulah yang membuat ia berkata seperti itu. Jadi, konteks merupakan
sesuatu yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.
4.2.1.3 Gaya Bahasa Sarkasme
Kalimat yang mengandung gaya bahasa sarkasme dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 15 buah. Data yang
disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.
Data 7. B: Jadi ko (kau) datang sini, ko (kau) bilang suka sama saya?
A: Eh saya tidak sendiri, sebentar lagi teman yang lain datang.
B: Siapa?
A: Saya punya kawan
B: Mereka mau apa ke sini?
A: Mau ambil kau punya barang semua kau punya ternak
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat Markus berkomunikasi
dengan Marlina ia memberitahu maksud kedatangannya dan
mengungkapkan perasaannya pada Marlina dan Marlina pun
marah pada Markus, maka terjadilah percakapan tersebut.
Data 8. A: Kalau Masih ada waktu tidur dengan kau, kita bertujuh.
Saya su (sudah) sering liat ko (kau) gaga tapi saya sendiri.
Malam ini kau dapat bonus 7 laki-laki memang… heh su
berapa laki-laki yang kau tiduri? Hanya dia (sambil
menujuk mayat seorang laki-laki) ?
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat Markus berkomunikasi
dengan Marlina dan memberitahu maksud kedatangannya ke
rumah Marlina, sikap Marlina acuh tak acuh dan tak
menghiraukan kata-katanya. Ia menyukai Marlina dan ingin
berniat jahat.
Data 9. D: Mana markus?
C: Lahu (bangsat) ini kau banyak omong sekali, pigi (pergi)
sana
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika ia memarahi
Frans karena ingin mencicipi makananya terlebih dulu tetapi
Frans mengalihkan pembicaraannya, maka terjadilah tuturan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Petunjuk gaya bahasa sarkasme yang terdapat dalam dialog pertama
adalah mau ambil kau punya barang semua kau punya ternak merupakan
pertanyataan yang secara kasar dikeluarkan terlihat dari kata-kata yang
diungkapkan oleh Markus yaitu mau mengambil semua kau punya ternak, kata-
kata itu merupakan kata yang kasar yang dapat membuat seseorang sakit hati.
Kata sarkasme berasal dari bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata
kerja sakasein yang berarti ‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit
bibir karena marah’, atau ‘bicara dengan kepahitan’ (Keraf, 1984:143). Jadi,
sarkasme itu digunakan untuk membuat orang menjadi takut ataupun membuat
orang menjadi sakit hati karena kata-kata yang digunakan dalam sarkasme
adalah kata-kata yang sangat kasar.
Jadi, kontek pragmatik yang terkandung dalam kalimat di atas adalah
penjahat itu datang ke rumah Marlina dengan maksud jahat. Marlina telah
mengetahui itu, ketika penjahat itu memberitahu maksud kedatangannya Marlina
marah karena penjahat itu menyatakan sesuatu yang telah melukai perasaannya.
Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari sudut pemakaiannya atau
bahasa dalam pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo
2014:137). Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai
oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada
hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu
dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.
Petunjuk gaya bahasa sarkasme dalam dialog kedua adalah kalau masih
ada waktu tidur dengan kau, kita bertujuh merupakan gaya bahasa yang kasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
terlihat bahwa ia mengatakan hal yang sangat menyinggung perasaan dan
membuat orang sangat marah dengan kata-kata yang ia tuturkan. Kata sarkasme
berasal dari bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein
yang berarti ‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena
marah’, atau ‘bicara dengan kepahitan’ (Keraf, 1984:143).
Kalimat di atas memiliki konteks yaitu sebelum datang ke rumah Marlina
untuk merampok tenyata penjahat itu telah menyukai Marlina dan ia ingin
berniat jahat sehingga terjadilah percakapan seperti itu. Konteks biasanya
dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari
partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan
yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.
Penunjuk gaya bahasa sarkasme dalam dialog ketiga adalah Lahu
(bangsat) ini kau banyak omong sekali, pigi (pergi) sana merupakan gaya bahasa
yang sangat kasar terlihat dari kata bangsat (lasu) dalam kalimat tersebut, kata
tersebut sangat kasar karena kata tersebut akan membuat orang sensitif, apalagi
dengan kata lasu. Bagi orang Sumba itu adalah kata yang sangat kasar jika
dituturkan untuk laki-laki karena memiliki arti yaitu membicarakan kepunyaan
laki-laki. Kalimat di atas mengandung gaya bahasa sarkasme. Gaya bahasa
sarkasme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan kepahitan
(Keraf, 1984:143).
Adapun konteks dalam tuturan tersebut terjadi karena dia datang dari
ruang tamu, masuk ke dapur dan berbicara dengan Frans tetapi dia marah karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Frans mengalihkan pembicaraan mereka. Jadi, konteks merupakan sesuatu yang
terjadi sebelum tuturan itu dituturkan.
4.2.1.4 Gaya Bahasa Sinisme
Kalimat yang mengandung gaya bahasa sinisme dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 12 buah. Data yang
disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.
Data 10. E: Ini umbu dari bulan lalu tidak bisa pulang, kalau sudah
jadwal lahir, lewat sudah dia
Konteks : tuturan itu tejadi karena saat itu Marlina dan Novi
sedang berbicara tentang kehamilan Novi yang sudah 9 bulan
dan akan melahirkan, dan Novi mengatakan bahwa ia terlambat
melahirkan sebenarnya waktu yang ditentukan untuk
melahirkan itu dua minggu lalu, saat itu juga ia kesal terhadap
suaminya yang sibuk dengan pekerjaannya, maka terjadilah
tuturan tersebut.\
Data 11. G: Kau tidak merasa bersalah nona e
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika Marlina
ingin naik ke truk ia dilarang masuk oleh supir truk. Ia dilarang
karena membawa kepala manusia yang ia penggal tetapi ia
mengancam dengan memakai barang tajam dan salah satu dari
penumpang di truk itu turun dan memarahi Marlina.
Data 12. I: Saya bukannya tidak mau duduk di kau punya samping
(sambil melihat kepala markus yang dipegang oleh Marlina)
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat ibu salah satu
penumpang di truk itu memberitahu Marlina bahwa ia tidak
perluh menodongkan parang/golok pada supir truk itu karena
supir itu tidak akan lari kemana-mana, saat itu juga Marlina
pindah ke belakang untuk duduk dan ibu itu pindah karena
tidak nyaman duduk bersama Marlina yang memegang kepala
manusia.
Gaya bahasa sinisme dalam dialog pertama adalah ini umbu dari bulan
lalu tidak bisa pulang, kalau sudah jadwal lahir, lewat sudah dia, ungkapan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
merupakan gaya bahasa yang menyindir terlihat dari kalau sudah jadwal lahir
dia rugi sudah karena tidak bisa melihat anaknya lahir, dia menyindir suaminya
yang sibuk kerja tanpa memikirkan perasaan istri dan anaknya yang akan lahir.
Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal
yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan
menusuk perasaan (Keraf, 1984:143).
Konteks yang terkandung dari kalimat tersebut adalah Novi kecewa
karena suaminya tidak pulang untuk menemuinya, suaminya sibuk kerja sampai
lupa pulang untuk menemui istrinya yang akan melahirkan. Leech (1993) dalam
(Rahardi, 2003:18) memaparkan bahwa konteks situasi tuturan adalah aneka
macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang
muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh penutur maupun mitra tutur serta
aspek-aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadai, serta
melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu.
Gaya bahasa sinisme yang terkandung dalam dialog kedua adalah kau
tidak merasa bersalah nona e merupakan gaya bahasa menyindir terlihat dari
kalimat kau tidak merasa bersalah yaitu ia ingin supaya perempuan itu sadar
akan perbuatannya karena telah memenggal kepala penjahat yang datang
merampok ke rumahnya. Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu
dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir
secara lebih tajam dan menusuk perasaan (Keraf, 1984:143).
Kalimat di atas mengandung konteks dalam pragmatik yaitu seorang
penumpang yang turun dari truk itu marah karena melihat Marlina membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kepala manusia, ia merasa bahwa Marlina adalah orang yang kejam karena telah
membunuh dengan cara memenggal kepala dari penjahat itu. Pragmatik adalah
studi tentang makna kontekstual. Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan
konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan
menekankan pada hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada
hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.
Gaya bahasa sinisme dalam dialog ketiga adalah saya bukannya tidak
mau duduk di kau punya samping merupakan sindiran terlihat dari kata-kata
yang dikeluarkan wanita yang di truk itu karena melihat Marlina membawa
kepala Markus yang ia bunuh. Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan
sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang
tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan (Keraf, 1984:143).
Konteks pragmatik dari kalimat di atas adalah ibu itu menegur Marlina
agar Marlina melepaskan golok yang ia gunakan untuk menodong supir truk itu,
saat itu juga Marlina pindah ke belakang untuk duduk tetapi karena melihat
Marlina memegang kepala Markus ibu itu tidak ingin duduk di samping Marlina.
Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Dalam menstudi bahasa
pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan
tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan
tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang
terlepas dari konteksnya. Jadi, konteks merupakan suatu yang melatarbelakangi
atau suatu peristiwa yang terjadi sebelum tuturan itu terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4.2.1.5 Gaya Bahasa Anafora
Kalimat yang mengandung gaya bahasa anafora dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 1 buah. Data yang
disajikan di sini berjumlah 1 data. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 13. A: Malam ini kau adalah perempuan paling beruntung
B: Saya perempuan paling sial sudah malam ini
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika penjahat itu
berkata bahwa ia ingin meniduri Marlina dan ia mengatakan bahwa
Marlina wanita yang beruntung bisa ditiduri olehnya, maka terjadi
tuturan tersebut.
Gaya bahasa anafora dalam dialog diatas adalah malam ini, frasa ini
merupakan gaya bahasa yang berupa perulangan kata, disini terlihat bahwa frasa
malam ini telah diulang-ulang sehingga dapat dikatakan sebagai anafora.
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada setiap
baris atau setiap kalimat (Tarigan, 2013:184).
Konteks pragmatik dari frasa di atas adalah Marlina merasa dirinya
paling sial atau tidak beruntung karena penjahat itu menyukainya dan ingin
berniat jahat padanya. Penjahat berkata bahwa Marlina harus mensyukuri jika
masih ada laki-laki yang mau dengannya, sehingga tuturan itu bisa terjadi. Jadi,
konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi atau peristiwa yang terjadi
sebelum tuturan itu bisa terjadi.
4.2.1.6 Gaya Bahasa Epizeukis
Kalimat yang mengandung gaya bahasa epizeukis dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah sembilan buah. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang disajikan di sini berjumlah 3 (tiga). Berikut ini akan dipaparkan 3 data
tersebut.
Data 14.
B: Makan! makan malam. Heh! (makanan jatuh), Biar saya ambil
yang baru
A: Tunggu, Kau duduk.. duduk, buka..buka
Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika itu Marlina masuk
ke kamarnya tempat Markus tidur, ia membangunkan Markus
untuk makan malam tetapi Markus malah menyenggol
makanan itu sampai terjatuh, ketika Marlina ingin mengambil
makanan baru Markus menahannya, maka terjadilah tuturan
tersebut.
Data 15. E: Marlina, woy Marlina tunggu
Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika Marlina
menunggu truk di pinggir jalan dan membawa kepala Markus
yang ia penggal, terlihat dari kejauhan Novi memanggilnya
Data 16. F: Hey, turun..turun kau tidak bisa
B: Saya mau pergi kantor polisi (sambil menodongkan
parang/golol)
Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika Marlina ingin naik
ke truk, supir itu turun dan menghentikan Marlina tetapi
Marlina memaksa untuk naik ke truk, maka terjadilah tuturan
tersebut.
Dialog pertama yang mengandung gaya bahasa epizeukis pada kalimat di
atas adalah kau duduk..duduk, buka, buka! merupakan gaya bahasa yang
langsung dan diulang beberapa kali seperti duduk, duduk, buka, buka itu
merupakan kata yang diulang-ulang. Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan
yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau dipentingkan diulang
beberapa kali berturut-turut (Tarigan, 2013:182).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Konteks dalam pragmatik dari dialog tersebut adalah Marlina masuk ke
kamar tempat Markus tidur dan membawa makanan untuknya tetapi Markus
membentak Marlina karena Marlina ingin menghindarinya, sehingga tuturan itu
bisa terjadi. Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai
oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada
hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu
dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.
Gaya bahasa epizeukis pada dialog kedua adalah Marlina, woy Marlina
tunggu. Kalimat ini merupakan gaya bahasa epizeukis karena terlihat dari dialog
tentang kata Marlina yang diulang-ulang. Epizeukis adalah gaya bahasa
perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau dipentingkan
diulang beberapa kali berturut-turut (Tarigan, 2013:182). Dan konteks pragmatik
dalam kalimat di atas adalah Marlina ingin menunggu truk, dan terlihat dari
kejauhan temannya yang bernama Novi mencoba menghentikan langkah
Marlina.
Petunjuk gaya bahasa epizeukis pada dialog ketiga adalah hey,
turun…turun kau tidak bisa. Kalimat ini merupakan gaya bahasa epizeukis
karena terlihat dari penggunaan kata turun, turun yaitu kata tersebut diulang-
ulang. Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu
kata yang ditekankan atau dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut
(Tarigan, 2013:182).
Konteks pragmatik yang terkandung dalam kalimat di atas adalah
Marlina membawa kepala Markus dan membawa barang tajam tetapi supir truk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
itu melarang Marlina untuk naik terpaksa Marlina mengancam dengan
menggunakan parang/golok yang ia bawa. Dalam menstudi bahasa pragmatik
melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan
dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan
pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang terlepas dari
konteksnya.
4.2.1.7 Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortosis
Kalimat yang mengandung gaya bahasa koreksio atau epanortosis dalam
film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 2 buah.
Data yang disajikan di sini berjumlah 2 data. Berikut ini akan dipaparkan 2 data
tersebut.
Data 17. A: Soto eh sop ayam
Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika penjahat itu yang
bernama Markus berkomunikasi dengan Marlina dan
memberitahu maksud kedatangannya di rumah Marlina, ia
menyuruh Marlina untuk masak makan malam untuknya
dan teman-temannya yang akan datang kemudian, maka
terjadilah tuturan tersebut.
Data 18. K: Ehhh yang dua (2) lagi?
B: Iya, salah tujuh (7) maaf
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina berada
di kantor polisi untuk melaporkan para perampok yang
datang ke rumahnya, saat itu polisi itu menanyakan ciri-ciri
dari para perampok, maka terjadilah tuturan itu.
Dialog pertama yang mengandung gaya bahasa koreksio atau epanortosis
adalah Soto eh sop ayam. Kalimat ini merupakan gaya bahasa koreksio atau
epanortosis karena terlihat memperbaiki/mengoreksi ucapan yang salah dari
kalimat soto eh sop ayam. Epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mula ingin menegaskan sesuatu tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki
mana-mana yang salah (Tarigan, 2013:34).
Konteks pragmatik dari tuturan di atas adalah ketika penjahat itu
memberitahu maksud kedatangannya di rumah Marlina, ia menyuruh Marlina
untuk masak makan malam, untuk dia dan teman-temannya yang akan datang.
Dengan wajah marah Marlina bertanya penjahat itu ingin makanan apa dan
terjadilah tuturan tersebut.
Gaya bahasa koreksio atau epanortosis pada dialog kedua adalah Iya,
salah tujuh (7) maaf. Kalimat ini merupakan gaya bahasa yang mengoreksi,
memperbaiki kata, frasa, maupun kalimat yang salah secara langsung, maka
terlihat dari kalimat iya, salah tujuh (7) maaf. Epanortosis adalah gaya bahasa
yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu tetapi kemudian
memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah (Tarigan, 2013:34 ).
Kalimat yang mengandung konteks pragmatik di atas adalah Marlina
pergi ke kantor polisi untuk melaporkan penjahat-penjahat yang datang
merampok ke rumahnya dan polisi menulis jumlah pencuri dan cir-ciri dari para
penjahat yang datang ke rumah Marlina, sehingga terjadi tuturan tersebut. Dalam
menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh
penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan
antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
4.2.1.8 Gaya Bahasa Asonansi
Kalimat yang mengandung gaya bahasa asonansi dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 4 buah. Data yang
disajikan di sini berjumlah 2 data. Berikut ini akan dipaparkan 2 data tersebut.
Data 19. B: Enak-enak sekali ini
L: Kan saya su (sudah) bilang kalo ini sate enak to mama
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina masuk ke
warung dekat kantor polisi, ia ingin makan sesuatu jadi anak
yang bernama Tofan menawarkan makanan pada Marlina,
Marlina mencoba makanan yang ditawarkan oleh Tofan
sehingga terjadilah tuturan tersebut.
Data 20. K: Ciri-cirinya?
B: Umur di atas 50, su (sudah) bisa jadi kakek-kakek, dem
(dia punya) rambut panjang, bauban, krempeng
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina berada di
kantor polisi, ia melaporkan para perampok yang datang ke
rumahnya, ia diminta untuk menjelaskan apa-apa saja yang
mereka ambil dari rumahnya, setelah itu Marlina memberitahu
jumlah para perampok itu, maka terjadilah tuturan tersebut.
Enak-enak sekali ini merupakan dialog pertama yang mengandung gaya
bahasa asonansi, karena terdapat pengulangan vocal yaitu enak-enak. Asonansi
sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama,
biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek
penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 2013:176).
Konteks pragmatik yang terkandung dalam dialog di atas adalah Marlina
menunggang kuda dan sampai di depan kantor polisi. Di samping kantor polisi
ada sebuah warung kecil, di warung itu ada seorang anak yang bernama Tofan
melihat Marlina di luar dan menawarkan makanan sampai Marlina ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
memakan makanan yang ia jual. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual.
Gaya bahasa asonansi pada dialog yang kedua adalah Ciri-cirinya?.
Kalimat ini Merupakan sebuah perulangan vocal yang sama. Asonansi sejenis
gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya
dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek
penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 2013:176).
Konteks pragmatik dari dialog di atas adalah Marlina ke kantor polisi
untuk melaporkan penjahat-penjahat yang datang merampok ke rumahnya dan
menjelaskan ciri-ciri penjahat yang mencuri dan memperkosanya pada polisi
yang mencatat kejadiannya. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual.
Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh
penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan
antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.
4.2.1.9 Gaya Bahasa Eufemisme
Kalimat yang mengandung gaya bahasa eufemisme dalam film Marlina
si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 2 buah. Data yang
disajikan di sini berjumlah 2 data. Berikut ini akan dipaparkan 2 data tersebut.
Data 21. D: Ko (kau) masak apa?
B: Sop ayam, markus yang suruh
D: Sini saya mau coba (sambil menyodorkan mangkuk)
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Frans masuk ke
dapur untuk menanyakan makanan yang ia masak, Marlina
gugup karena ia sedang memegang buah beracun yang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sudah campurkan ke dalam makanan yang ia masak, maka
terjadilah tuturan tersebut.
Data 22. E: Marlina kau tidak percaya sama saya?
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Novi
menceritakan tentang suaminya kepada Marlina, ia merasa
kecewa dengan suaminya yang tidak pulang ke rumah dan
sibuk kerja tetapi Marlina tak menghiraukannya seakan-
akan Marlina tak ingin mendengar karena ia juga memiliki
masalah, maka dari itu Novi ingin meyakinkan Marlina.
Petunjuk gaya bahasa eufemisme pada dialog pertama adalah Sop ayam,
markus yang suruh. Kalimat ini merupakan gaya bahasa eufemisme karena
menggunakan kata-kata yang lebih halus terlihat dari kata-kata yang dikeluarkan
oleh Marlina pada penjahat itu. Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus
sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan,
atau yang tidak menyenangkan (Moeliono dalam Tarigan 1985:128).
Adapun konteks dari kalimat tersebut adalah Frans datang dari belakang
rumah, menegur Marlina yang sedang masak. Frans sengaja masuk ke dapur
karena ingin mencoba masakan itu. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual. Kalimat ini merupakan konteks dalam menstudi bahasa pragmatik
melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan
dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan
pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang terlepas dari
konteksnya.
Penunjuk gaya bahasa eufemisme pada dialog kedua adalah Marlina kau
tidak percaya sama saya?. Kalimat ini Merupakan sesuatu yang baik agar lawan
bicaranya tidak merasa tersinggung karena jika dia kasar Marlina tidak akan
mendengar apa yang Novi bicarakan. Pernyataan ini merupakan kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
penunjuk gaya bahasa eufemisme. Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus
sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan,
atau yang tidak menyenangkan (Moeliono dalam Tarigan 1985:128).
Konteks pragmatik dalam kalimat di atas adalah Novi menceritakan
tentang suaminya pada Marlina karena suaminya tidak pernah pulang ke rumah
dan sibuk dengan pekerjaanya. Novi berbicara seperti itu agar Marlina bisa
menceritakan permasalahannya juga padanya. Novi mencoba meyakinkan
Marlina agar Marlina percaya padanya. Karena Marlina merasa bahwa Novi
sama saja seperti orang lain yang tidak mempercayai dirinya, tetapi Novi
mengejar dan meyakinkan Marlina. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual.
4.2.1.10 Gaya Bahasa Elipsis
Kalimat yang mengandung gaya bahasa elipsis dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 1 buah. Data yang
disajikan di sini terdapat 1 data. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 23. B: (temannya kaget melihat kepala manusia) saya mau ke
kantor polisi
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina berada di
sebelah jalan untuk menunggu truk yang datang, Novi melihat
Marlina dan menghampirinya. Sebelum bertanya raut wajah
Novi terlihat sangat tegang karena melihat Marlina membawa
kepala Markus, sehingga terjadi tuturan tersebut.
Gaya bahasa elipsis pada dialog tersebut yaitu (temannya heran melihat
kepala manusia) saya mau ke kantor polisi merupakan penghilangan kata pergi
terlihat dari kalmat tersebut tetapi tidak menghilangkan makna yang sebenarnya.
Elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
konstruksi sintaksis yang lengkap (Ducrot and Todorov dalam Tarigan
1985:138).
Konteks pragmatik dari kalimat di atas adalah Novi melihat Marlina
membawa kepala manusia yaitu kepala Markus ketua dari penjahat yang
merampok di rumah Marlina, sehingga Novi menunjukkan ekpsresi kaget,
karena itu melihat ekspresi temannya Marlina memberitahukan tujuan ia
membawa kepala Markus itu.
4.2.1.11 Gaya Bahasa Apofasis
Kalimat yang mengandung gaya bahasa apofasis dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 1 buah. Data yang
disajikan di sini terdapat 1 data. Data tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
Data 24. F: Mama jangan naik, saya harus antar dia ke kantor polisi
I: Sa (saya) sudah tahu, sa (saya) su (sudah) lihat
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ada seorang ibu
yang menghentikan truk yang tumpangi oleh Marlina, supir
truk ingin menghentikan ibu itu untuk naik ke truk tetapi ibu
itu bersikeras, maka terjadi tuturan tersebut
Petunjuk gaya bahasa apofasis dari dialog di atas adalah Sa (saya) sudah
tahu, sa (saya) su (sudah) lihat. Kalimat ini merupakan sesuatu yang dia sudah
tahu tetapi dia menyangkal yang sebenarnya berbahaya untuk dirinya. Apofasis
atau disebut juga dengan preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu, tetapi nampaknya menyangkal. Berpura-pura
membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu (Keraf,
1984:130).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Adapun konteks dalam kalimat di atas adalah Ibu itu menghentikan truk
itu walaupun sudah tahu bahwa sopir truk itu di ancam oleh Marlina supaya
mengantarnya ke kantor polisi tetapi ibu itu bersikeras untuk naik ke atas truk,
sehingga tuturan itu bisa terjadi. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual.
4.2.1.12 Gaya Bahasa Pleonasme
Kalimat yang mengandung gaya bahasa pleonasme dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 1 buah. Data yang
disajikan di sini terdapat 1 data. Data tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
Data 25. L: Sam (saya punya) mama kasih nama saya Tofan supaya
saya kuat sama kayak anak laki-laki
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina makan
di warung dekat kantor polisi, ada seorang anak perempuan
yang melayaninya, ketika ia makan dan memuji makanan
yang ia makan di depan anak itu, ia bertanya nama anaknya
sehingga terjadi tuturan tersebut
Dari tuturan di atas yang mengandung gaya bahasa pleonasme adalah
Sam (saya punya) mama kasih nama saya Tofan supaya saya kuat sama kayak
anak laki-laki merupakan gaya bahasa pleonasme karena memakai kata-kata
yang berlebihan dan sebenarnya tidak perlu yaitu seperti saya punya mama kasih
nama saya. Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang
sebenarnya tidak perlu (Poerwadarmita dalam Tarigan, 1985:29).
Dalam gaya bahasa di atas dapat diketahui konteks yang terkandung
dalam kalimat tersebut yaitu Marlina makan di warung dekat kantor polisi, di
warung itu ada seorang anak kecil yang bernama Tofan. Marlina heran kenapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
anak perempuan itu namanya Tofan sehingga Marlina menanyakan arti nama
dari anak tersebut. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual.
4.2.1.13 Gaya Bahasa Polisindenton
Kalimat yang mengandung gaya bahasa polisindenton dalam film
Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 1 buah.
Data yang disajikan di sini terdapat 1 data. Berikut ini akan dipaparkan data
tersebut.
Data 26. B: Kapan?
K: Hari ini belum ada kendaraan, mungkin besok atau lusa
atau kau bisa kasih tinggal nomor telepon
Konteks : tuturan itu terjadi karena ketka Marlina melaporkan
para penjahat itu ke kantor polisi, dari pihak kepolisian
memberitahu bahwa mereka akan melaksanakan olah TKP,
Marlina ingin mengetahui waktu mereka akan ke rumahnya
sehingga terjadi tuturan tersebut.
Petunjuk gaya bahasa polisindenton pada dialog tersebut yaitu Hari ini
belum ada kendaraan, mungkin besok atau lusa atau kau bisa kasih tinggal
nomor telepon merupakan gaya bahasa polisindenton karena memakai kata
sambung yaitu mungkin dan atau. Polisindeton adalah gaya bahasa yang berupa
acuan di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan
satu sama lain dengan kata-kata sambung (Tarigan, 2013:137).
Adapun konteks dalam pragmatik dari kalimat di atas adalah Marlina
pergi melaporkan penjahat-penjahat yang merampok ke rumahnya, ia
memberitahu jumlah dan cirinya dari para perampok tersebut. Polisi akan
mengadakan olah TKP di rumah Marlina, sedangkan di sana terdapat mayat dari
penjahat-penjahat itu. Marlina gugup dan ingin mengetahui kapan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dilaksanakan olah TKP oleh kepolisian. Kalimat ini meruapakan konteks dalam
pragmatik.
4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule 2006:3). Tipe
studi ini perluh melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di
dalam suatu konteks khusus itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Diperluhkan satu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa
yang ingin dikatakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di
mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik adalah studi tentang makna
kontekstual. Makna gaya bahasa dalam penelitian ini dianalisis yang
mereinterpertasikan makna yang ingin disampaikan penulis sehingga
menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam tuturan filmnya. Peneliti
menemukan beberapa makna dari gaya bahasa yang digunakan dalam film
Marlina si pembunuh dalam empat babak. Berikut makna gaya bahasa tersebut.
4.2.1.1 Makna Pragmatik ‘Menanyakan’
Peneliti akan memaparkan 4 analisis makna ‘menanyakan’ yang muncul
dari pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat
babak karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan
dipaparkan data tersebut.
Data 1
A: Selamat siang, bapak ada keluar?
B: Ho sedikit lagi dorang (mereka) sudah pulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
A: Lalu bapak ini siapa (menunjuk mayat seorang lelaki) ada
sirih? Kopi? Saya ini tamu
Konteks: tuturan itu terjadi karena ada seorang yang datang
bertamu ke rumahnya, orang itu adalah penjahat yang ingin
merampok ke rumahnya. Penjahat itu mengadakan komunikasi
dengan tuan rumah, ia berpura-pura menjadi seorang penagi
hutang.
Percakapan di atas mengandung makna ‘menanyakan’ hal ini terlihat
pada kata-kata dari percakapan tersebut bahwa si A (Markus) menanyakan
keberadaan dari Ayah si B (Marlina) serta menanyakan seorang lelaki yang
sudah menjadi mumi di rumah Marlina. Lelaki yang bernama Markus itu adalah
seorang penjahat, secara sengaja dia mengadakan komunikasi dengan Marlina
dan berpura-pura menanyakan Ayah Marlina, serta berpura-pura menjadi
seorang penagi hutang. Dalam KBBI dijabarkan bahwa kata ‘menanyakan’
adalah ‘permintaan keterangan atau meminta penjelasan dari suatu hal’.
Data 2.
K: Berapa orang?
B: Lima (5)
K: Ehhh yang dua (2) lagi?
B: Iya, salah tujuh (7) maaf
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina berada di
kantor polisi untuk melaporkan para perampok yang datang ke
rumahnya, saat itu polisi itu menanyakan ciri-ciri dari para
perampok, maka terjadilah tuturan itu.
Makna ‘menanyakan’ dari percakapan di atas dapat dilihat pada kata-kata
yang digunakan dalam percakapan tersebut karena saat itu Marlina berada di
kantor polisi untuk melaporkan para perampok yang datang mengambil semua
hewan miliknya. pertanyaan si K (polisi) menanyakan (berapa orang?) karena
ingin mengetahui jumlah perampok itu, terlihat dari percakapan di atas yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ingin mengetahui jumlah perampok. saat itu Marlina berada di kantor polisi
untuk melaporkan para perampok yang datang mengambil semua hewan
miliknya. Jadi makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh
penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar atau
pembaca.
Data 3.
E: Marlina kau tidak percaya sama saya?
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu Novi menceritakan
tentang suaminya kepada Marlina, ia merasa kecewa dengan
suaminya yang tidak pulang ke rumah dan sibuk kerja tetapi
Marlina tak menghiraukannya seakan-akan Marlina tak ingin
mendengar karena ia juga memiliki masalah, maka dari itu Novi
ingin meyakinkan Marlina.
Tuturan di atas mengandung makna ‘menanyakan’. Hal ini terlihat pada
kata-kata yang digunakan dalam percakapan di atas bahwa si E (Novi) bertanya
seperti itu karena ingin meyakinkan Marlina bahwa ia bisa dipercayai, terlihat
dari pernyataan dari si E (Novi) yaitu Marlina kau tidak percaya sama saya?.
Meyakinkan merupakan sesuatu cara untuk memberikan penjelasan yang jelas
kepada orang sehingga ia percaya. Jadi makna di atas diketahui melalui tuturan
yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh peneliti
sebagai pendengar atau pembaca.
Data 4.
D: Ko (kau) masak apa?
B: Sop ayam, markus yang suruh
D: Sini saya mau coba (sambil menyodorkan mangkuk)
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu Frans masuk ke dapur
untuk menanyakan makanan yang ia masak, Marlina gugup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
karena ia sedang memegang buah beracun yang di sudah
campurkan ke dalam makanan yang ia masak, maka terjadilah
tuturan tersebut.
Dari percakapan di atas mengandung makna ‘menanyakan’. Hal ini
terlihat pada kata-kata yang digunakan dalam percakapan tersebut bahwa ketika
si D (Frans) bertanya kepada si B (Marlina) karena ingin mengetahui sesuatu.
Yaitu terlihat dari percakapan di atas bahwa Frans menanyakan makanan yang di
masak oleh Marlina karena ia ingin mencicipi makanan tersebut. Maksud dari
ingin mengetahui adalah bahwa mencari tahu tentang sesuatu hal. Jadi makna di
atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya
dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar atau pembaca.
4.2.2.2 Makna Pragmatik ‘Menjelaskan’
Peneliti akan memaparkan 8 analisis makna ‘menjelaskan’ yang muncul
dari pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat
babak karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan
dipaparkan data tersebut.
Data 5.
A: Kasian sekali kau
B: Saya punya urusan bukan kau punya urusan
A: Janda tidak boleh sanger sudah baik kalau ada laki-laki yang
mau, jangan terlalu bepilih (memilih)
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu ketika penjahat
berkomunikasi dengan tuan rumah ia diabaikan, tuan rumah tidak
mendengarnya dan mengabaikan pertanyaan darinya, penjahat itu
marah dan merasa diabaikan sehingga ia menuturkan hal tersebut.
Percakapan di atas mengandung makna ‘menjelaskan’. Hal itu terlihat
pada penggunaan kata-kata (saya punya urusan bukan kau punya urusan) bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
si B (Marlina) menjelaskan ketidaksukaannya kepada si A (Markus) dan karena
ia telah mengetahui maksud kedatangan Markus ke rumahnya. KBBI
menjabarkan bahwa kata menjelaskan berarti menerangkan secara jelas atau
secara terang.
Data 6.
A: Eh saya tidak sendiri, sebentar lagi teman yang lain datang.
B: Siapa?
A: Saya punya kawan
B: Mereka mau apa ke sini?
A: Mau ambil kau punya barang semua kau punya ternak
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat Markus berkomunikasi
dengan Marlina ia memberitahu maksud kedatangannya dan
mengungkapkan perasaannya pada Marlina dan Marlina pun marah
pada Markus, maka terjadilah percakapan tersebut.
Percakapan yang mengandung makna ‘menjelaskan’ terlihat pada kata-
kata yang digunakan dalam percakapan di atas bahwa si A (Markus)
menjelaskan tujuannya ke rumah Marlina yaitu untuk mengambil semua harta
yang dimiliki Marlina. Dalam KBBI dijabarkan bahwa kata ‘menjelaskan’
berarti ‘menerangkan secara jelas atau secara terang’. Pernyataan yang
menunjukkan bahwa itu menjelaskan sesuatu yaitu mau ambil kau punya barang
semua kau punya ternak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Data 7.
E: Ini umbu dari bulan lalu tidak bisa pulang, kalau sudah jadwal
lahir, lewat sudah dia
Konteks: tuturan itu tejadi karena saat itu Marlina dan Novi
sedang berbicara tentang kehamilan Novi yang sudah 9 bulan dan
akan melahirkan, dan Novi mengatakan bahwa ia terlambat
melahirkan sebenarnya waktu yang ditentukan untuk melahirkan
itu dua minggu lalu, saat itu juga ia kesal terhadap suaminya yang
sibuk dengan pekerjaannya, maka terjadilah tuturan tersebut.
Dari pernyataan di atas mengandung makna ‘menjelaskan’. Hal ini
terlihat pada kata-kata yang digunakan dalam percakapan di atas bahwa si E
(Novi) menjelaskan pada Marlina tentang suaminya yang sibuk kerja seperti
pada pernyataannya (ini umbu dari bulan lalu tidak bisa pulang, kalau sudah
jadwal lahir, lewat sudah dia). Pernyataan tersebut menujukkan bahwa ia ingin
menerangkan kepada orang lain bahwa suaminya tidak beruntung jika tidak bisa
melihat anaknya lahir. Dalam KBBI dijabarkan bahwa kata ‘menjelaskan’
berarti ‘menerangkan secara jelas atau secara terang’.
Data 8.
I: Saya bukannya tidak mau duduk di kau punya samping (sambil
melihat kepala markus yang dipegang oleh Marlina)
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat ibu salah satu
penumpang di truk itu memberitahu Marlina bahwa ia tidak
perluh menodongkan parang/golok pada supir truk itu karena
supir itu tidak akan lari kemana-mana, saat itu juga Marlina
pindah ke belakang untuk duduk dan ibu itu pindah karena tidak
nyaman duduk bersama Marlina yang memegang kepala
manusia.
Tuturan di atas mengandung makna ‘menjelaskan’. Hal ini terlihat pada
kata-kata yang digunakan dalam percakapan di atas bahwa si I (seorang Ibu)
menjelaskan dengan mengatakan (saya bukannya tidak mau duduk di samping
kamu (sambil menunjuk kepala manusia yang dipegang oleh Marlina). Ibu itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menjelaskan secara tidak langsung kepada Marlina bahwa ia tidak duduk di
sampingnya karena melihat kepala manusia yang dipegang oleh Marlina.
Data 9.
A: Malam ini kau adalah perempuan paling beruntung
B: Saya perempuan paling sial sudah malam ini
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu ketika penjahat itu
berkata bahwa ia ingin meniduri Marlina dan ia mengatakan bahwa
Marlina wanita yang beruntung bisa ditiduri olehnya, maka terjadi
tuturan tersebut.
Percakapan yang mengandung makna ‘menjelaskan’ terlihat pada kata-
kata yang digunakan dalam percakapan di atas bahwa si A (Markus) dan si B
(Marlina) menjelaskan tentang keberuntungan dan keburukan karena dapat
dilihat dari pernyataan di atas bahwa Marlina merasa dirinya yang paling sial
karena didatangi penjahat yang ingin merampok dan memperkosa dirinya
sedangkan Markus menjelaskan pada Marlina, dia wanita yang beruntung karena
didatangi lelaki sepertinya.
Data 10.
B: (Temannya heran melihat kepala manusia) saya mau ke kantor
polisi
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina berada di
sebelah jalan untuk menunggu truk yang datang, Novi melihat
Marlina dan menghampirinya. Sebelum bertanya raut wajah Novi
terlihat sangat tegang karena melihat Marlina membawa kepala
Markus, sehingga terjadi tuturan tersebut.
Pernyataan di atas mengandung makna menjelaskan bahwa ingin
melapor ke polisi. Ia ingin melapor ke kantor polisi karena ia dirampok oleh
penjahat-penjahat itu, mereka membawa semua ternak miliknya dan bahkan
masih sempat memperkosa dirinya tetapi ia telah membunuh mereka semua. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan
caranya dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar atau pembaca.
Data 11.
F: Mama jangan naik, saya harus antar dia ke kantor polisi
I: Sa (saya) sudah tahu, sa (saya) su (sudah) lihat
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu ada seorang ibu yang
menghentikan truk yang tumpangi oleh Marlina, supir truk ingin
menghentikan ibu itu untuk naik ke truk tetapi ibu itu bersikeras,
maka terjadi tuturan tersebut.
Dari tuturan di atas memiliki makna menjelaskan karena ingin
menghentikan ibu itu untuk naik ke truk karena di dalam truk itu ada seorang
wanita yang bernama Marlina yang sedang menodong supir truk untuk
mengantarnya ke kantor polisi. Makna tersebut terlihat dari cara si F (supir truk)
yang ingin menghentikan langkah ibu itu untuk menumpang ke truk karena
berbahaya tetapi ibu itu tak menghiraukannya karena ia tidak ingin menunda
perjalanannya. Jadi makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan
oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar
atau pembaca.
Data 12.
L: Sam (saya punya) mama kasih nama saya Tofan supaya saya
kuat sama kayak anak laki-laki
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina makan di
warung dekat kantor polisi, ada seorang anak perempuan yang
melayaninya, ketika ia makan dan memuji makanan yang ia
makan di depan anak itu, ia bertanya nama anaknya sehingga
terjadi tuturan tersebut
Tuturan di atas memiliki makna pragmatik menjelaskan arti dari nama
yang berikan oleh ibunya, ia menjelaskan atau menerangkan secara jelas bahwa
ibunya memberinya nama Tofan agar ia kuat sama seperti laki-laki. Jadi makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya
dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar atau pembaca.
4.2.2.3 Makna Pragmatik ‘Menggambarkan’
Makna ‘menggambarkan’ yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa
dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho
kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 13.
A:Kalau masih ada waktu tidur dengan ko (kau), kita bertujuh.
Saya su (sudah) sering liat ko (kau) gaga tapi saya sendiri.
Malam ini kau dapat bonus 7 laki-laki memang… heh su berapa
laki-laki yang kau tiduri? Hanya dia (sambil menujuk mayat
seorang laki-laki) ?
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat Markus berkomunikasi
dengan Marlina dan memberitahu maksud kedatangannya ke
rumah Marlina, sikap Marlina acuh tak acuh dan tak menghiraukan
kata-katanya. Ia menyukai Marlina dan ingin berniat jahat.
Dari pernyataan di atas terkandung makna yaitu menggambarkan
keserakahan dari penjahat/perampok, terlihat dari pernyataan dari perampok
yaitu Kalau masih ada waktu tidur dengan ko (kau). Pernyataan tersebut
menggambarkan atau menunjukkan bahwa penjahat itu bukan hanya ingin
mengambil barang yang dimiliki Marlina tetapi ia ingin meniduri Marlina.
4.2.2.4 Makna Pragmatik ‘Menegaskan’
Peneliti akan memaparkan makna ‘menegaskan’ yang muncul dari
pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak
karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan
data tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Data 14.
G: Kau tidak merasa bersalah nona e
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu ketika Marlina ingin
naik ke truk ia dilarang masuk oleh supir truk. Ia dilarang karena
membawa kepala manusia yang ia penggal tetapi ia mengancam
dengan memakai barang tajam dan salah satu dari penumpang di
truk itu turun dan memarahi Marlina.
Kalimat di atas memiliki makna menegaskan karena si Marlina
membawa kepala Markus yang ia penggal. Si G (penumpang) berbicara seperti
itu agar menyadarkan kesalahan Marlina terlihat dari pernyataan di atas bahwa
(kau tidak merasa bersalah nona e). Jadi makna di atas diketahui melalui tuturan
yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh peneliti
sebagai pendengar atau pembaca.
Data 15.
B: Enak-enak sekali ini
L: Kan saya su (sudah) bilang kalo ini sate enak to mama
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu Marlina masuk ke
warung dekat kantor polisi, ia ingin makan sesuatu jadi anak yang
bernama Tofan menawarkan makanan pada Marlina, Marlina
mencoba makanan yang ditawarkan oleh Tofan sehingga
terjadilah tuturan tersebut.
Tutuan di atas memiliki makna pragmatik yaitu menegaskan terlihat dari
kalimat Kan saya su (sudah) bilang kalo ini sate enak to mama bahwa si L
(Tofan) menegaskan kepada si B (Marlina) bahwa dia sudah mengatakan kalau
makanan yang dia jual itu enak hanya Marlina saja yang tidak yakin makanan itu
enak tetapi setelah dicicipi baru Marlina percaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4.2.2.5 Makna Pragmatik ‘Membandingkan’
Makna ‘membandingkan’ yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa
dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho
kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 16.
C: Nona, ini lebih enak dari sam (saya punya) bini punya masakan
tapi dengan sam (saya punya) mama ko (kau) kalah sedikit
Konteks: tuturan itu terjadi karena saat itu ketika Marlina
menyiapkan makan malam untuk para penjahat yang datang ke
rumahnya. Pada saat mereka makan, salah satu penjahat memuji
masakan Marlina lalu membandingkan masakan Marlina dengan
masakan ibunya
Dari tuturan di atas terkandung makna ‘membandingkan’. Hal ini terlihat
pada kata-kata yang tuturkan oleh penjahat itu bahwa (nona, ini lebih enak dari
saya punya istri punya masakan tapi dengan saya punya mama kau kalah
sedikit), tuturan tersebut terjadi karena saat itu ia sedang memakan masakan
Marlina sehingga ia membandingkan masakan Marlina dengan masakan istri dan
ibunya.
4.2.2.6 Makna Pragmatik ‘Mengancam’
Makna ‘mengancam’ yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam
film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho kajian
stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 17.
F: Hey, turun..turun kau tidak bisa
B: Saya mau pergi kantor polisi (sambil menodongkan
parang/golok)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Konteks: tuturan itu terjadi karena ketika Marlina ingin naik ke
truk, supir itu turun dan menghentikan Marlina tetapi Marlina
memaksa untuk naik ke truk, maka terjadilah tuturan tersebut.
Dari percakapan di atas memiliki makna mengancam dengan
menodongkan parang karena sopir tak mengizinkan ia untuk naik ke truk, ini
terlihat dari percakapan si B (Marlina). Ia seperti itu karena ia membawa kepala
Markus ke kantor polisi tetapi tidak diperbolehkan naik ke truk, jadi ia memilih
jalan yang tidak baik dengan mengancam menggunakan parang/golok. Jadi
makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan
caranya dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar atau pembaca.
4.2.2.7 Makna Pragmatik ‘Memberi Perintah’
Peneliti akan memaparkan 1 analisis makna ‘memberi perintah’ yang
muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam
empat babak karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan
dipaparkan data tersebut.
Data 18.
B: Makan! makan malam. Heh! (makanan jatuh). Biar saya ambil
yang baru
A: Tunggu, Kau duduk..duduk, buka, buka!
Konteks: tuturan itu terjadi karena ketika itu Marlina masuk ke
kamarnya tempat Markus tidur, ia membangunkan Markus untuk
makan malam tetapi Markus malah menyenggol makanan itu
sampai terjatuh, ketika Marlina ingin mengambil makanan baru
Markus menahannya, maka terjadilah tuturan tersebut.
Dari percakapan di atas memiliki makna memberi perintah untuk duduk
terlihat dari pernyataan yang dituturkan oleh si A (Markus) bahwa ia menyuruh
si B (Marlina) untuk duduk. Memberi perintah adalah menyuruh melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sesuatu pekerjaan. Jadi memberi perintah adalah sesuatu yang diperintahkan
untuk dilakukan, dalam kasus ini bahwa Markus menyuruh Marlina untuk duduk
dan membuka baju karena ia ingin berniat jahat. Jadi makna di atas diketahui
melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan
oleh peneliti sebagai pendengar atau pembaca.
4.2.2.8 Makna Pragmatik ‘Menunjukkan’
Dipaparkan analisis makna ‘menunjukkan’ yang muncul dari
pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak
karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan
data tersebut.
Data 19.
A: Yang penting kamu bawa minuman saja
Konteks: tuturan itu terjadi karena penjahat yang bernama Markus
menunggu teman-temannya pada sore itu, setelah beberapa jam
teman-temannya tiba di tempat itu (di rumah Marlina), mereka
turun dari truk dan menyapa Markus dengan wajah yang takut
karena mereka terlambat dan terjadilah tuturan tersebut.
Pernyataan di atas memiliki makna ‘menunjukkan’ kebaikan karena
memiliki maksud lain yaitu terlihat dari pernyataan di atas yang penting kamu
bawa minuman saja. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ia tidak marah karena
mereka terlambat yang penting yang ia inginkan itu ada. Dalam KBBI
dijabarkan bahwa kata ‘menunjukkan’ adalah ‘memperlihatkan, menyatakan dan
menerangkan sesuatu’. Jadi dapat ditunjukkan dari pernyataan di atas bahwa ia
telah menunjukkan sesuatu karena memiliki maksud lain. Jadi makna di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan
ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar atau pembaca.
4.2.2.9 Makna Pragmatik ‘Menunggu’
Makna ‘menunggu’ yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dalam
film Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho kajian
stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 20.
E: Saya tunggu di kampung saja, saya tunggu di sana, sudah di
telepon tapi susah sekali dapat jawaban
Konteks: tuturan itu bisa terjadi karena saat itu Novi berbicara
dengan Marlina tentang tujuannya. Saat Marlina berkata bahwa ia
akan melahirkan, Novi langsung menjawab iya dan menceritakan
kekesalannya itu serta ia merasa marah karena suaminya tidak
memberikan kabar.
Dari tuturan di atas mengandung makna ‘menunggu’. Hal ini terlihat dari
percakapan Novi dan Marlina bahwa Novi menceritakan kepada Marlina, ia
merasa kecewa pada suaminya yang tidak memberikan kabar, dia hanya
menunggu di kampung saja. Ia menunggu tanpa kepastian dari suaminya.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis gaya bahasa
berdasarkan konteks dan makna pragmatik apa saja yang muncul dari
pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak
karya Garin Nugroho kajian stilistika pragmatik. Berdasarkan hasil analisis,
ditemukan beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam film Marlina.
Secara keseluruhan gaya bahasa yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah
13 gaya bahasa. Rincian jenis gaya bahasa tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ironi 4 buah, inuendo 16 buah, sarkasme 15 buah, sinisme 12 buah, anafora 1
buah, epizeukis 9 buah, koreksio atau epanortosis 2 buah, asonansi 4 buah,
eufemisme 2 buah, ellipsis 1 buah, apofasis 1 buah, pleonasme 1 buah,
polisindenton 1 buah.
Tiga belas gaya bahasa tersebut sejalan dengan teori gaya bahasa yang
dikemukakan oleh Tarigan. Tarigan (2009) mengklasifikasikan gaya bahasa ke
dalam empat bagian yaitu (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa
pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan.
Tuturan-tutran dalam film Marlina dominan menggunakan gaya bahasa
inuendo dan sarkasme, disebabkan karena gaya bahasa inuendo merupakan gaya
bahasa yang digunakan untuk menyindir secara kecil atau secara halus. Dengan
menggunakan gaya bahasa inuendo pemain dapat menyampaikan sesuatu yang
kurang disenangi kepada orang lain. Sedangkan gaya bahasa sarkasme
merupakan gaya bahasa yang kasar, yang dapat membuat hati orang terluka.
Pemain biasanya menggunakan gaya bahasa sarkasme dengan mencela orang
lain dan menyindir secara kasar. Peneliti juga menemukan gaya bahasa sinisme
yang merupakan gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan
hal yang berlawanan dengan tujuannya agar orang merasa tersindir (Keraf,
1984:143). Gaya bahasa sinisme hampir mirip dengan gaya bahasa inuendo
tetapi gaya bahasa inuendo menyindir secara halus sedangkan sinisme lebih
kasar dan tajam.
Dari penelitian ini ditemukan 10 makna yang muncul dari penggunaan
gaya bahasa berdasarkan konteks dalam tuturan yang terdapat dalam film
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Marlina si pembunuh dalam empat babak. Sepuluh makna yang ditemukan
sebagai berikut. Menanyakan sesuatu, memberikan penjelaskan,
menggambarkan, membandingkan, memberi pujian, mengancam, memberi
perintah, menunjukkan sesuatu, dan menunggu.
Makna yang paling banyak ditemukan adalah menjelaskan sesuatu hal
atau memberikan penjelasan. Hal ini dapat dilihat dari film Marlina si pembunuh
dalam empat babak karya Garin Nugroho bahwa dalam film tersebut banyak
menjelaskan berbagai macam hal yang terkait dengan penjahat atau orang-orang
yang merampok di rumah Marlina dan kehidupan Marlina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bagaimana pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si pembunuh dalam
empat babak karya Garin Nugroho. Berikut ini disimpulkan gaya bahasa dan
makna berdasarkan konteks dalam pragmatik yang terdapat dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak.
Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik dari penelitian ini berjumlah 71 kalimat. Rincian jenis gaya bahasa
tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa ironi 4 buah, inuendo 16 buah, sarkasme 15
buah, sinisme 12 buah, anafora 1 buah, epizeukis 9 buah, koreksio atau
epanortosis 2 buah, asonansi 4 buah, eufemisme 2 buah, ellipsis 1 buah, apofasis
1 buah, pleonasme 1 buah, polisindenton 1 buah. Dari penelitian ini juga meneliti
makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa.
Peneliti menemukan 9 (sembilan) makna gaya bahasa yang muncul
berdasarkan konteks dalam pragmatik. Gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
tuturan film Marlina si pembunuh dalam empat babak adalah makna pragmatik
‘menanyakan sesuatu’, makna pragmatik ‘memberikan penjelaskan’, makna
pragmatik ‘menggambarkan’, makna pragmatik ‘membandingkan’, makna
pragmatik ‘memberi pujian’, makna pragmatik ‘mengancam’, makna pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
‘memberi perintah’, makna pragmatik ‘menunjukkan sesuatu’, dan makna
pragmatik ‘menunggu’.
5.2 Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti
memberikan saran mengenai penelitian sejenis. Berikut ini merupakan saran dari
peneliti.
1. Hasil penelitian tentang pemanfaatan gaya bahasa dalam film Marlina si
pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho ini dapat dijadikan
bahasan pertimbangan dan referensi pembaca dalam menganalisis hal
yang berkaitan dengan penelitiannya
2. Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan gaya bahasa dalam film
Marlina si pembunuh dalam empat babak karya Garin Nugroho, dalam
penelitian ini mengkaji gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik. Diharapkan bagi peneliti yang akan meneliti terkait dengan
film Marlina agar dapat mengidentifikasi dengan lebih akurat dan lebih
dikembangkan lagi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memunculkan penelitian lain
tentang pemanfaatan gaya bahasa pada daerah lain, subjek lain, serta
dengan rumusan masalah yang bervariatif.
4. Penelitian ini dapat juga dikembangkan dengan menganalisis feminisme
yang terdapat dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak
karya Garin Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Sopyan. 2016. Kajian Stilistika Pragmatik Gaya Bahasa Pada Puisi Shaykh
Hamza Yusuf Hanson. Tesis Program Pascasarjana (S2). Solo: Linguistik
Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sebelas Maret.
Asmaniah, Zainah. 2015. Naskah Drama Rajapati Karangan Ahmad Bakri
(Kajian Struktural Dan Pragmastilistik). Jurnal Program Studi Bahasa
dan Sastra Indonesia. Garut: Bahasa dan Seni. FKIP. STKIP.
Black, Elizabeth. 2011. Stilistika Pragmatik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bradford, Richard. 1997. Stylistic. USA and Canada: Routledge.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Pranowo. 2014. Teori Belajar Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: PT
Dioma.
Ratnasari, Dwi Meila. Suspensi dalam Wacana Humor Waktu Indonesia
Bercanda Net Tv: Kajian Pragmastilistika. Jurnal Program Studi Sastra
Indonesia. Surabaya: Bahasa dan Seni. FKIP. Universitas Negeri
Surabaya.
Rohman, Nur. 2016. Pemanfaatan Aspek Stilistika Pragmatik Sebagai Strategi
Mengritik dalam Wacana Lirik Lagu Campursari. Tesis Program
Pascasarjana (S2). Yogyakata: Linguistik. Fakultas Ilmu Budaya.
Universitas Gadjah Mada.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wahyuni, Indah. 2014. Pragmatik. Diterjemahkan dari George Yule. 1996.
Pragmatics. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wicaksono, Andri. 2014. Stilistika. Bandarlampung: Garudhawaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yogiswara, I Made Bagus Ocky. 2018. Pemanfaatan Gaya Bahasa dalam Artikel
Opini Harian Kompas Edisi Januari 2017. Skripsi Program Studi Bahasa
Sastra Indonesia. Yogyakarta: Bahasa dan Seni. FKIP. Universitas Sanata
Dharma.
https://media.neliti.com/media/publications/11763-ID-transformasi-gaya-bahasa-
dalam-karya-sastra-terjemahan.pdf. Diakses 18 Agustus 2018.
https://core.ac.uk/download/pdf/32452906.pdf tentang Unsur-Unsur Stilistika
dalam Puisi Tiongkok. Diakses 23 Agustus 2018.
http://eprints.uny.ac.id/9514/3/bab%202-08205244019.pdf. Diakses 8 Agustus
2018.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15265/BAB%20III.pdf?s
equence=7&isAllowed=y. Diakses 2 November 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related