pemanfaatan museum diponegoro sebagai sumber …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan...
Post on 15-Mar-2019
236 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER
BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK-BENTUK
PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG
KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Arif Widayanto
NIM. 3101407001
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke
sidang panitia Ujian Skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ba‟in, M.Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum
NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sejarah
Arif Purnomo, SS., S.Pd., M.Pd
NIP. 19730131 199903 1 002
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum
NIP. 19631215 198901 1 001
Penguji I Penguji II
Drs. Ba’in, M. Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M. Pd
NIP. 19510808 198003 1 003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan yang lain terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik.
Semarang, Juni 2011
Arif Widayanto
NIP. 3101407001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Orang sukses adalah orang yang tidak pernah berpikir dirinya kalah,ketika ia
terpukul jatuh (gagal) ia bangkit kembali,belajar dari kesalahannya dan bergerak
maju menuju inovasi yg lebih baik.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ibu dan Bapak tercinta (Sofiah dan Muhammad
Teguh, S.Pd), terima kasih atas kasih sayang dan
do‟a yang selalu menyertaiku, semoga skripsi ini
dapat menjadi salah satu tanda baktiku.
Rainbow tersayang (Reni Handayani) yang selalu
memberikan motivasi dan saran untuk selalu
bersemangat serta ingat pada Allah SWT.
Kakakku Puji, dan adikku Vita, Diah, Via dan
Artha yang selalu mendo‟akanku.
Keluarga Besar Kyai H. Sairozi dan H. Sulichan
serta Hj. Rumiyatin yang selalu mendo‟akan dan
memberi motivasi untuk menjadi lebih baik.
Teman-teman pendidikan sejarah angkatan 2007
dan Tim JAC yang kompak.
Semua orang yang telah mendidik dan
mengajarkanku bagaimana berilmu dan berahlak
mulia.
Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung skripsi ini tidak dapat terwujud. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sudijono Satroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di
kampus tercinta ini
2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES yang telah
memberikan ijin penelitian
3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd Ketua Jurusan Sejarah FIS UNNES yang
telah memberikan ijin penelitian
4. Prof. Dr. Ph Dewanto, M.Pd (Alm.) mantan Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi
5. Drs. Ba‟in, M.Hum Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi
vi
6. Dra. Santi Muji Utami, M.Hum Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi
7. Sri Sudartono, S.Pd, M.Pd Kepala SMP Negeri 3 Magelang yang telah
memberikan ijin penelitian
8. Sri Sundari, S.Pd Guru IPS Sejarah kelas VIII yang banyak memberikan
bantuan kepada penulis selama penelitian
9. Djoko Suryo TNC selaku pengelola Museum Diponegoro Kota Magelang
yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di
Museum Diponegoro
10. Para Siswa SMP Negeri 3 Magelang kelas VIII C dan VIII E yang bersedia
menjadi sampel penelitian
11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yakin
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca. Amin
Semarang, Juni 2011
Peneliti
Arif Widayanto
NIM. 3101407001
vii
SARI
Widayanto, Arif. 2011. “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber
Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam
Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Ba‟in, M.Hum. Pembimbing
II : Dra. Santi Muji Utami, M.Hum. 93 halaman.
Kata Kunci : Pemanfaatan Museum, Sumber Belajar Sejarah, Hasil Belajar
Hasil belajar dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh beberapa
faktor diantaranya pemahaman materi. Untuk dapat mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang
Tahun Pelajaran 2010/2011 maka diperlukan penelitian kebih lanjut. Hasil
observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah masih konvensional
dan kurang memanfatkan sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sehingga
hasil belajar masih rendah. Pemanfaatan sumber belajar sejarah dalam penelitian
ini adalah dengan memanfaatkan Museum Diponegoro Kota Magelang.
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana
pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran
sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011? (2)
Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai
sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan
hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan
Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan
Museum Diponegoro terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat dari penelitian ini yaitu
dapat memberikan informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan
Museum untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Eksperimen,
yaitu ada perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen agar
dapat dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP
Negeri 3 Magelang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik Simple Random Sampling dengan Randomized Control Group Pretes-
Postest Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas
kontrol dan siswa kelas VIII E adalah kelas Eksperimen.
Peningkatan hasil belajar yang lebih baik ditunjukan pada kelas
eksperimen, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas eksperimen sebesar 7,423
sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 5,76. Dari hasil uji-t didapatkan thitung =
6,49662 > ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan,
yaitu hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar kelas
kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan
Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dengan materi bentuk-bentuk
viii
perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode
sesudah tahun 1800 lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa
memanfaatkan museum sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar mempermudah
guru dalam mengajar dan memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran dan
menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa
memiliki minat untuk mengikuti pelajaran sejarah. Oleh karena itu, disarankan
agar guru memanfaatan sumber belajar sejarah di lingkungan sekitar siswa
khususnya museum lebih ditingkatkan sebagai alternatif dalam pembelajaran
sejarah yang berdampak pada peningkatan hasil belajar sejarah.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
SARI ..... ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori ..................................................................................... 13
1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya .......................................... 13
2. Sumber Belajar Sejarah ..................................................................... 22
3. Pembelajaran Sejarah ........................................................................ 30
4. Materi Bentuk-bentuk Perlawanan rakyat Indonesia Dalam
Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode sesudah Tahun
1800 ................................................................................................. 39
5. Hasil Belajar ..................................................................................... 42
x
B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 45
C. Hipotesis .............................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 48
B. Variabel Penelitian .............................................................................. 51
C. Lokasi Penelitian ................................................................................. 52
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 53
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 54
F. Analisis Data ....................................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 67
1. Lokasi Penelitian ..............................................................................
2. Pemanfaatan Museum Diponegoro ....................................................
3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum
Diponegoro Sebagai Sumber Belajar .................................................
B. Pembahasan .........................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 91
B. Saran ................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94
LAMPIRAN ................................................................................................... 97
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Kegiatan Guru dan Siswa .......................................................................... 44
2. Desain Openelitian Eksperimen ............................................................. 50
3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah Guru ............ 71
4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ....... 72
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII E Kelompok Eksperimen ............................... 98
2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C Kelompok Kontrol ...................................... 99
3. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 100
4. RPP Kelas kontrol ................................................................................... 107
5. Kisi-kisi Soal Uji Coba Test ........................................................................ 112
6. Soal Uji Coba Test ................................................................................... 113
7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Test .............................................................. 121
8. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ........ 122
9. Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................................. 126
10. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ........................................................ 128
11. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test ..................................................... 129
12. SoalPre Test dan Post Test .................................................................... 130
13. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ........................................... 136
14. Data Hasil Pre Test antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol .............. 137
15. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen ............................ 138
16. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Kontrol .................................. 139
17. Uji Kesamaan Data Nilai Pre Test Antara kelompok Eksperimen
dan Kontrol ........................................................................................... 140
18. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Pre Test Antara Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................................................... 141
19. Data Nilai Hasil Post Test Antara Kelompok Eksperimen dan
Kontrol ................................................................................................. 142
20. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Eksperimen .......................... 143
21. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Kontrol ................................. 144
22. Uji Kesamaaan Data Nilai Pre Test Antara Kelompok Eksperimen
dan Kontrol ........................................................................................... 145
xiii
23. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Post test Antara kelompok
Eksperimen dan Kontrol ........................................................................ 146
24. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP Negeri 3 Magelang ................ 147
25. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Museum Diponegoro ..................... 148
26. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 3 Magelang .................... 149
27. Surat Rekomendasi dari Museum Diponegoro ........................................ 150
28. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 151
29. Dokumentasi Museum Diponegoro dan Koleksi-koleksinya ................... 155
30. CD Koleksi-koleksi Museum Diponegoro .............................................. 164
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Museum merupakan suatu bangunan yang menyimpan koleksi hasil
karya dan prestasi masyarakat di masa lampau. Museum dapat juga berbentuk
suatu situs atau lingkungan fisik tertentu. Benda-benda koleksi di museum
merupakan sumber informasi dan bukti konkrit bagi masyarakat mengenai
kehidupan pada masa lampau.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 766) museum berarti
gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut
mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat
menyimpan barang kuno. Menurut ICOM (International Council of
Museums) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan
memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-
tujuan studi, pendidikan dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).
Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan
yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya
berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan
1
2
budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian
fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau
pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan
secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas.
Museum sebagai suatu institusi yang menyajikan berbagai hasil karya
dan cipta serta karsa manusia pada masa lampau, merupakan tempat yang
tepat sebagai sumber pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan
menjadi lebih berarti jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah, karena
museum memberikan fasilitas belajar yang sangat menguntungkan dan
merupakan bagian sumber belajar sejarah yang nyata.
Melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan di Museum, siswa
dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu
sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa
mendatang. Benda-benda koleksi di museum dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman
terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.
Di Kota Magelang terdapat beberapa museum yang menyimpan
koleksi-koleksi peninggalan sejarah, antara lain 1) Museum Diponegoro yang
terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1
Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum
Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7
Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21
3
Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto
Magelang. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang tersebut berada
dalam perlindungan dan pengawasan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.
Salah satu museum yang terdapat di Kota Magelang adalah Museum
Diponegoro. Museum Diponegoro terletak di Karesidenan Magelang, bagian
barat laut kota Magelang. Museum Diponegoro dahulunya merupakan kamar
rumah Residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat
perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh
Jenderal De Kock. Tetapi dalam perundingan Pangeran Diponegoro dijebak
dan akhirnya di tangkap Belanda pada 25 Maret 1830.
Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, maka kamar
tempat Pangeran Diponegoro dijebak dijadikan Museum Kamar Pengabadian
Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan bukti-bukti atau
peninggalan sejarah dari Pangeran Diponegoro yang ditangkap secara licik
dalam suatu perundingan dengan Belanda, antara lain :
1. Kamar, yaitu kamar di rumah Residen Kedu tempat perundingan
antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, dan merupakan tempat
Pangeran Diponegoro ditangkap.
2. Satu set meja dan kursi perundingan, dahulu dipakai untuk
perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock,
sedangkan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro terdapat guratan.
4
Menurut cerita guratan tersebut adalah bekas guratan kuku Pangeran
Diponegoro karena menahan amarahnya terhadap kelicikan Belanda.
3. Jubah, adalah jubah Pangeran Diponegoro yang dipakai pada saat
berunding dengan Belanda. Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35
m terbuat dari kain shantung dari negeri Tiongkok.
4. Kitab Tahrib.
5. Gambar lukisan Pangeran Diponegoro, yang merupakan reproduksi
dari lukisan aslinya yang disimpan oleh P. Pudjokusumo di
Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal
namanya.
6. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk
sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal
(Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru
agama Islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii.
7. Teko atau poci, yaitu benda milik pribadi Pangeran Diponegoro yang
dipakai beliau pada saat masih berada di Bantul.
8. 7 (Tujuh) buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman
kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air
dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan
kopi.
5
9. Lukisan karya Raden Saleh, yaitu lukisan reproduksi merupakan
suasana penangkapan Pangeran Diponegoro di depan Gedung
Karesidenan Kedu di Magelang.
10. Lukisan karya Dr. Daud Yusuf, yaitu lukisan reproduksi Pangeran
Diponegoro dalam suasana perang.
11. Lukisan karya Hendrajasmoko, yaitu lukisan Pangeran Diponegoro
mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo.
Benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum
Diponegoro merupakan sumber belajar dan informasi konkrit bagi siswa.
Bangunan Museum Diponegoro tidak diubah banyak, bentuknya masih
seperti bangunan kuno, sehingga kharisma Pangeran Diponegoro masih
sangat terasa. Museum Diponegoro dengan koleksi-koleksi peninggalan
sejarah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam
pembelajaran sejarah.
Widja (1989: 61) menjelaskan bahwa sekali peristiwa sejarah itu
terjadi maka peristiwa itu akan lenyap, yang tertinggal hanyalah jejak-jejak
(bekas-bekas) dari peristiwa yang kemudian dijadikan sumber dalam
menyusun sejarah yang sering disebut peninggalan sejarah. Dalam pengajaran
sejarah, untuk membantu murid lebih memahami suatu peristiwa dengan
lebih baik dan lebih menarik, tentu saja peninggalan sejarah itu akan
membantu guru sejarah dalam tugasnya yang mana hal ini bisa dimengerti
6
karena melalui jejak-jejak itu murid akan mudah memvisualisasikan
peristiwanya.
Di dalam Sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari,
yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek-aspek
ini perlu dipelajari dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini akan
bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang
dihadapi di dalam masyarakat apada masa yang akan datang. Oleh karena itu
belajar sejarah memberikan pengalaman yang berguna bagi kehidupan kita
(Soewarso, (2000: 27).
Pendidikan Sejarah memberikan pengertian kepada masyarakat
tentang makna dari peristiwa masa lampau. Sehingga pendidikan sejarah yang
dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan kearifan maka dapat membantu
mewujudkan generasi yang sadar sejarah dan bijaksana dalam menanggapi
masa lampau agar dapat menata masa depan secara lebih baik. Oleh karena
itu, pendidikan sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pendidikan sejarah
bertujuan agar mampu untuk (1) membangun kesadaran peserta didik tentang
pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa
lampau, masa kini, dan masa depan; (2) melatih daya kritis peserta didik
untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada
pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; (3) menumbuhkan apresiasi dan
7
penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti
peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman
peserta didik terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah
yang panjang; (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai
bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air
yang dapat di implementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional
maupun internasional.
Metode pengajaran merupakan salah satu aspek penting bagi
keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah
di sekolah-sekolah adalah metode pengajaran yang kurang menarik bagi
siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi
sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit
untuk dirubah. Guru cenderung tetap memilih ceramah bervariasi, malas
dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang
variatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain mengajak siswa pada
peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar mereka. Lingkungan di
sekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru
untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Umumnya
siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila berhubungan dengan
situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat menggambarkan suatu
peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata di sekitar
8
siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk menggambarkan dan
mengantarkan suatu peristiwa sejarah (Isjoni, 2007: 15).
Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan terjadinya suatu peristiwa
sejarah, misalnya yang terdapat di museum, monumen ataupun berupa situs
sejarah merupakan sumber belajar yang dapat memudahkan siswa memahami
materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses
belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti
peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan
pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa
sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa
yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Tujuannya adalah agar
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan
pada situasi dunia nyata, mendorong siswa agar mampu menghubungkan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajar meningkat.
Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah
merupakan kegiatan pembelajaran berkaitan pada materi bentuk-bentuk
perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat
periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai
1830, adalah perlawanan terbesar rakyat Jawa menentang kolonialisme
bangsa Belanda pada periode sesudah tahun1800, sehingga di sebut Perang
Jawa, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan
oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran melalui
9
pemanfaatan Museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi pelajaran
sejarah yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi
“memahami proses kebangkitan nasional” dengan kompetensi dasar
“menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat,
serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”.
Pemanfaatan Museum akan memberi banyak pengalaman terutama
untuk membuktikan bahwa yang dibaca dalam buku adalah benar, yaitu
melalui observasi di Museum Diponegoro Kota Magelang. Melalui
pemanfaatan sumber-sumber belajar berupa museum inilah kemudian akan
dibangun siswa yang bukan hanya mampu mengerti lewat buku, akan tetapi
juga mengembangkan siswa yang memiliki ide-ide hasil dari pemanfaatan
museum. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan kejenuhan dalam
pembelajaran sejarah.
Melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar,
diharapkan proses pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan
dan nantinya akan mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa. Kegiatan ini
akan menumbuhkan keaktifan siswa dalam mempelajari dan mengamati
peninggalan sejarah secara langsung yang berdampak pada pembelajaran
sejarah yang lebih berkesan, siswa mudah memahami tentang peristiwa
sejarah, dan siswa diperlihatkan bukti-bukti nyata mengenai materi
pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas.
10
Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Pemanfaatan
Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-
Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme
Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran
2010/2011”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang
tahun pelajaran 2010/2011?
2. Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro
sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah
tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
11
1. Mengetahui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang
tahun pelajaran 2010/2011.
2. Mengetahui pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih
efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan
pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas
kontrol VIII C.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar siswa SMP Negeri 3 Magelang.
b. Untuk memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan
memberi konstribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya sejarah.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan tetang model pembelajaran yang lebih
memberikan keleluasaan bagi siswa dalam beraktivitas dan tidak
bersifat class room oriented.
12
2) Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan keterampilan
memilih media pembelajaran yang bermutu dan bermanfaat dalam
proses pembelajaran
b. Bagi Siswa
1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar sejarah dan mudah penyerapan
materi pelajaran sejarah
2) Siswa lebih mengenal Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
c. Bagi Dunia Pendidikan
1) Data hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbang dan saran
dalam penerapan metode pemebelajaran yang sesuai dan efektif
dalam memajukan dunia pendidikan.
2) Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam
menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
d. Bagi Museum
1) Dapat meningkatkan motivasi pengelola Museum Diponegoro
Magelang untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan.
2) Dapat memperkenalkan Museum Diponegoro Magelang sebagai
sebuah sumber belajar sejarah.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya.
Museum berasal dari kata bahasa Yunani museion yaitu bangunan
yang dipersembahkan oleh sembilan dewa kepada Muze putra Zeus
sebagai pelindung dari sembilan dewa pengetahuan dan seni. Dalam
museion terdapat benda-benda persembahan berupa barang-barang seni,
bukti-bukti analisis temuan ilmu pengetahuan, dan benda-benda budaya
lainnya. Museion ini kemudian berkembang menjadi rumah penyimpanan
benda-benda warisan budaya yang selanjutnya berkembang menjadi
museum ( Joharnoto dkk., 2005 : 1).
Menurut ICOM (International Council of Museum) museum adalah
suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani
masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang
berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-
barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian,
pendidikan, dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).
Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya museum
dibedakan menjadi dua yaitu museum umum adalah museum yang
13
14
koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan
lingkungannya dengan dua atau lebih cabang seni, cabang ilmu atau
cabang teknologi, dan museum khusus adalah museum yang koleksinya
terdiri dari kumpulan material manusia dan lingkungan yang berkaitan
dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
Menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional,
museum lokal, dan museum provinsi. Menurut penyelenggaranya,
museum dapat dibagi menjadi Museum pemerintah dan Museum Swasta.
Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola
oleh pemerintah. Museum pemerinyah ini dibagi menjadi dua, yaitu
museum yang dikelola pemerintah daerah dan yang dikelola pemerintah
pusat. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola
oleh swasta (Depdikbud, 2000: 25-27).
Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media
pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan
fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat
dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum
merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini
dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan
pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.
Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran
khususnya sejarah dan sebagai alat peraga budaya masa lampau. Dalam
15
hal ini siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung koleksi dan
peninggalan-peninggalan yang ada di Museum. Koleksi yang dimiliki
museum merupakan sumber belajar konkret bagi peserta didik dan dapat
mengurangi kejenuhan dalam belajar sejarah. Soewarso (2000: 17)
menyatakan bahwa usahakan agar guru mengajar sejarah tidak hanya
didalam kelas terus-menerus sehingga membosankan peserta didiknya,
tetapi juga mengajar diluar kelas, seperti diajak ke tempat peristiwa
sejarah di daerah sekitarnya, misalnya museum.
Magelang sebagai sebuah Kotamadya yang banyak memiliki
peninggalan-peninggalan dan bukti-bukti sejarah antara lain terdapat di
beberapa museum. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang
dilihat dari koleksinya termasuk museum khusus yaitu museum sejarah,
dilihat dari kedudukannya merupakan museum lokal dan apabila dilihat
penyelenggaranya adalah museum Pemerintah yang dikelola oleh
pemerintah daerah, antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang
terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1
Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum
Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7
Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21
Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto
Magelang.
Salah satu museum yang mempunyai nilai sejarah dan arti penting
di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro
16
merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah
peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa dia singgah di kota
Magelang saat terjadi perang. Museum Diponegoro Kota Magelang
merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang
digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro
dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock dan merupakan
tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830,
dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh
Pangeran Diponegoro.
Koleksi yang ada di Museum dapat digunakan sebagai sumber
belajar sejarah bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang. Melalui
pengamatan terhadap koleksi di Museum, siswa akan mendapatkan
informasi mengenai peristiwa masa lampau dan memudahkan siswa
memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru
pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang
terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat
membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa
lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan
hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-
benar terjadi pada masanya.
Kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan museum Diponegoro
ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam
standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan
17
kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan
imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai
daerah”, pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, merupakan salah
satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru dalam
proses pembelajaran.
Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah
dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu
model Contextual Teaching And Learning. Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
nyata, sehingga mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
kontekstual, tugas guru adalah sebagai mediator dan memberikan
kemudahan kepada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi
pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar (Trianto,
2007: 101).
Seorang guru khususnya guru sejarah perlu menerapkan model-
model pembelajaran yang tepat dan memberikan keefektivitasan kepada
siswa. Dewanto (2009: 10) dalam makalah Abstrak Pengukuran dan
18
Evaluasi Pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual
adalah metode atau pendekatan belajar mengajar yang berorientasi pada
pencapaian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui
penerapan pendekatan tersebut. Pendekatan yang dimaksud adalah siswa
akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari berhubungan dengan
apa yang diketahui dan proses belajar akan produktif jika siswa terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar.
Situasi belajar dalam pembelajaran kontekstual cukup menarik,
karena kegiatan pembelajaran sejarah dikaitkan dengan dunia nyata dan
lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa belajar dengan minat dan
motivasi tinggi yang nantinya diharapkan memahami materi dan
mempunyai kesadaran sejarah, serta memperoleh hasil belajar yang baik.
Untuk mata pelajaran sejarah, model pembelajaran kontekstual sangat
mendukung dengan pemanfaatan situs atau museum sebagai sumber
belajar sejarah.
Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sejarah dapat
dilaksanakan dengan widya wisata dengan obyek yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pelajaran. Widya
wisata (Field Study) ialah suatu perjalanan yang disusun oleh sekolah dan
dikerjakan untuk tujuan pendidikan, dimana para peserta didik pergi ke
tempat-tempat dimana bahan yang dikehendaki memungkinkan diselidiki
dan dipelajari langsung ditempat atau lapangan. Metode widya wisata
merupakan suatu penyajian bahan pelajaran dengan membawa peserta
19
didik langsung kepada subyek yang akan dipelajari diluar kelas. Widya
Wisata membuat suasana belajar benar-benar bersifat informatif, rekreatif,
dan bahkan tidak dirasakan secara langsung sebagai kegiatan belajar
mengajar oleh peserta didik (Soewarso, 2000: 68).
Fungsi hubungan sumber sangat penting. Widya wisata biasanya
dibuat mengarah pada tujuan yang menarik pada beberapa tempat seperti
museum, badan pemerintahan, tempat-tempat sejarah dan sebagainya.
Metode widya wisata sangat baik untuk menyampaikan pengajaran sejarah
yang materinya terdapat dilapangan (Soewarso, 2000: 68-69).
Tujuan penggunaan widya wisata adalah sebagai berikut:
a. Merangsang peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri
aspek-aspek tertentu dari obyek sejarah, sesudah guru menjelaskan
secara detail
b. Melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah
c. Melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai
objek sejarah
d. Menanamkan nilai moral pada peserta didik.
Prosedur penggunaan metode widya wisata secara umum meliputi
tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
penyelesaian.
20
1. Tahap persiapan.
Tahap persiapan ini meliputi :
a) Menetapkan tujuan
b) Menetapkan obyek widya wisata
c) Menetapkan lamanya waktu widya wisata
d) Menetapkan jumlah peserta didik yang ikut widya wisata
e) Memperhtungkan, biaya , transportasi akomodasi keamanan dan
sebagainya
f) Mengadakan hubungan dengan sasaran atau survei
g) Memilih cara-cara utnuk meperoleh data selama widya wisata,
misalnya metode ceramah, interview dan selanjutnya menyusun
laporan widya wisata.
h) Pemantapan rencana (Soewarso, 2000: 70).
2. Tahap pelaksanaan dan langkah – langkah yang dilakukan dalam obyek
wisata :
a) Mengadakan pertemuan dengan pimpinan dimana obyek sejarah itu
berada
21
b) Peserta didik secara teratur nelihat mengamati dan menanyakan
tentang obyek yang sedang diteliti
c) Selesai mengadakan pengamatan obyek, pesrta didik dikumpulkan
dan kalau mungkin diadakan tanya jawab atau diskusi dengan
pimpinan atau petugas obyek setempat (Soewarso, 2000: 70).
3. Tahap penyelesaian, meliputi:
a) Peserta didik meyelesaiakan laporan dan menyerahkan kepada guru
b) Guru memberikan keterangan terhdap obyek widya wisata yang
dihubungkan dengan materi pelajaran (Soewarso, 2000: 70-71).
Apabila Museum Diponegoro telah dipilih sebagai sumber
pembelajaran yang dianggap cukup efektif, maka tahapan selanjutnya
adalah merencanakan secara teknis. Sebelum merencanakan terlebih
dahulu dijawab permasalahan seperti di mana akan dilakukan observasi,
kapan pelaksanaan observasi, bagaimana mengatur keberangkatan dan
pelaksanaan observasi, berapa anggaran yang dibutuhkan, masalah
transportasi dan lain sebagainya.
Perencanaan observasi terhadap museum Diponegoro ini meliputi
beberapa tahapan yaitu (1) merumuskan tujuan instruksional secara jelas,
(2) menghubungi pihak museum tentang pelaksanaan kegiatan, (3)
mempersiapkan instrumen observasi bagi siswa, (4) membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, masing-masing dengan permasalahan
22
tersendiri, (5) memberikan pembekalan terhadap siswa sebelum
pelaksanaan observasi.
2. Sumber Belajar Sejarah
Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem
yang tidak lepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di
dalamnya. Salah satu komponen dalam proses belajar mengajar adalah
sumber belajar. Sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar.
Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam, yaitu: 1)
sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau
dipergunakan untuk membantu belajar mengajar atau learning resources by
design. Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slide, film
strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang sengaja dirancang guna
kepentingan kegiatan pengajaran; 2) sumber belajar yang dimanfaatkan
guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala
macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Sumber belajar ini
disebut learning resources by utilization. Misalnya pasar, toko, monumen,
museum, tokoh masyarakat dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar
taman, gedung lembaga negara dan lain-lain (Sudjana dan Ahmad, 1989:
76-77).
23
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam
pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting.
Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-
benda, orang atau lingkungan.
Dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal
dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi
harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang
diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber
belajar yang ada di sekolah, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai
sumber belajar, seperti surat kabar, majalah, monumen, museum dan
internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi
dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam
pola pikir peserta didik. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
diperlukan (Mulyasa, 2009: 177).
AECT (Association For Educational Communication Technologi)
mendefinisikan sumber belajar adalah semua sumber baik yang berupa
data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam
belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar (Sudjarwo, 1989: 141-
24
142). Sumber belajar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
berdasarkan AECT dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan
oleh komponen lainndalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan
data.
b. Orang (people), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari,
penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, guru
pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembidara, instruktur
dan penatar.
c. Bahan (material), yaitu sesuatu tertentu yang mengandung pesan atau
ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri
tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media
atau software, atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah,
film, film strip dan sebagainya.
d. Alat adalah sesuatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan yang tersimpan dalam bahan dan memainkan sumber-sumber
lain. Misalnya proyektor film, proyektor slide, monitor komputer dan
lain-lain.
e. Teknik, yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi antara suatu
teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar contoh: belajar
secara mandiri, simulasi, ceramah, diskusi, pemecahan masalah, tanya
jawab dan sebagainya.
25
f. Lingkungan, yaitu situasi disekitar proses belajar mengajar terjadi.
Latar ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan berbentuk
fisik dan non fisik, yaitu: 1) Lingkungan Fisik, misalnya gedung,
sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium, ruang rapat, museum,
taman dan sebagainya; 2) Lingkungan non fisik, misalnya tatanan ruang
belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca
dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 141-142).
Jadi yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu
yang berwujud benda, data, orang atau lingkungan, baik yang secara
sengaja dirancang maupun sudah tersedia di sekitar lingkungan kita dengan
maksud memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam
mencapai tujuan belajar.
Sumber belajar dari segi tipe atau asal usulnya dapat dibedakan
menjadi 2 kategori :
1) Sumber belajar yang dirancang (Learning resources by design), yaitu
sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional.
Sumber belajar jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional.
Contoh dari sumber belajar yang dirancang ini adalah bahan pengajaran
terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, slide untuk sajian
tertentu, guru bidang studi, film topik ajaran tertentu, video topik
khusus, komputer instruksional, dan sebagainya. Sumber belajar ini
26
meliputi : a). Media Visual Grafis adalah media pembelajaran yang
berisikan ilmu pengetahuan melalui proyeksi seperti peta bagan, model,
gambar diam (foto, lukisan, gambar) dan sebagainya, b). Media Visual
Cetak adalah media pengajaran berupa buku-buku paket pelajaran
sejarah, ensiklopedi, biografi, buletin, koran dan media cetak lainnya,
c). Media papan yang menyangkut penggunaan papan tulis, papan
panel, papan informasi seperti papan oameran dan sebagainya, d).
Media Audio yang berisi pengajaran sejarah yang menyampaikan
pesanya bersifat auditif atau dapat didengar seperti rekaman audio (tape
recorder), radio dan sebagainya, e). Media Audio Visual adalah yang
mampu menyampaikan informasi pengajaran sejarah dengan suara dari
gambar seperti film proyektor, TV, video kaset dan sebagainya
(Sudjarwo, 1989: 142-143).
2) Sumber belajar yang mudah tersedia di sekiling manusia (Learning
resources by utilization), sehingga tinggal memanfaatkan, yaitu sumber
belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan
sumber belajar yang dirancang. Contohnya adalah taman nasional,
museum bahari, museum wayang, museum satria mandala, kebun
binatang, buku biografi Sukarno, biografi Suharto, dan sebagainya,
sumber belajar ini meliputi: a). Monumen didirikan untuk menandai
dan mengenang suatu peristiwa bersejarah pada suatu tempat, b).
Perpustakaan adalah tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka yang
27
diproses secara sistematis agar mudah dan cepat untuk melayani
kebutuhan kebutuhan pemakai jasa perpustakaan, c). Sumber manusia
adalah pelaku sejarah atau pejuang maupun sejarawan serta seorang
guru sejarah merupakan bagian dari sumber belajar di sekolah, d). Situs
Sejarah merupakan peninggalan sejarah seperti candi, masjid, kraton,
makam tokoh sejarah merupakan sumber sejarah, e). Museum
merupakan tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah.
Benda tersebut ada yang asli dan tiruan. Benda-benda sejarah misalnya
miniatur suatu bangunan, fosil manusia, mata uang, dokumen, diorama,
hasil budaya seperti kapak, alat angkutan, alat-alat rumah tangga dan
sebagainya, f). Masyarakat sebagai sumber belajar sejarah tersimpan
pesan-pesan sejarah yang berupa legenda, cerita rakyat, kisah-kisah
kepahlawanan maupun pesan-pesan kebudayaan lainnya (Sudjarwo,
1989: 142-143).
Kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan sumber belajar
sejarah dengan baik akan memudahkan siswa menangkap cerita sejarah
secara benar dan bagi guru secara tidak langsung terbantu tugasnya dan
akan menciptakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Manfaat
penggunaan sumber belajar secara efektif bagi guru akan membiasakan
untuk menguasai materi yang tersimpan dalam belajar dengan baik
sehingga sebelum kegiatan belajar mengajar guru akan menyiapkan dengan
sebaik-baiknya.
28
Adapun prinsip-prinsip mengenai pemanfaatan sumber belajar
menurut Sudjarwo (1989: 159-161) adalah sebagai berikut:
a. Mengacu pada tujuan instruksional
Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar apapun harus
berdasarkan tujuan instruksional. Dengan demikian guru tidak boleh
begitu saja menggunakan sumber belajar yang ada tanpa memikirkan
kesesuaian dengan tujuan instruksional. Kalau prinsip itu diabaikan maka
sudah dapat diduga proses belajar mengajar pasti tidak akan mencapai
yang ditargetkan dan peserta didik yang belajar akan menjadi kelinci
percobaan.
b. Berorientasi pada peserta didik
Ciri pendidikan ayang efektif adalah pendidikan yag berorientasi
pada peserta didik dan disajikan melalui sumber belajar dan teknik yang
menantang, merangsang dan diselenggarakan dengan penuh kasih
sayang.
c. Proses pemanfaatannya berjenjang
Biasanya dalam mendesain dan membuat sumber belajar sudah
disesuaikan dengan jenjang belajar masing-masing bidang studi dan
subsidi, serta dimulai dari yang mudah dan konkrit ke abstrak dan sulit.
Sumber belajar harus terkombinasi dan menyatu dengan proses belajar
mengajar.
29
d. Makin banyak sumber belajar yang dimanfaatkan makin lengkap dan
makin sesuai dengan masing-masing komponen sistem instruksional,
dan makin menyatu dengan komponen-komponen tersebut, maka hasil
belajar yang diperoleh makin baik.
Obyek berbagai peninggalan sejarah seperti mata uang kuno, alat
sejarah, alat rumah tangga, museum, monumen, relief dan sebagainya,
merupakan benda hasil kebudayaan masa lampau, akan sangat menarik jika
guru menunjukan dalam pelajaran di kelas. Begitu juga dengan model
peninggalan sejarah yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas sehingga
tugas guru adalah membawa siswa ke museum atau tempat-tempat sejarah.
Sumber belajar dalam pembelajaran sejarah yang terpenting adalah: a)
peninggalan sejarah seperti jejak tertulis (dokumen), jejak benda dan jejak
tulisan. Jejak benda seperti candi, monumen, museum. Jejak lisan seperti
pelaku sejarah, tokoh pejuang; b) model seperti model tiruan, diorama,
miniatur; c) Bagan seperti silsilah; d) peta seperti atlas, peta dinding, peta
lukisan, peta sketsa; e) Media modern seperti overhead proyektor, TV,
Video, dan sebagainya.
Museum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam
pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini sumber belajar yang
dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah adalah Museum Diponegoro di
Kota Magelang. Museum Diponegoro terletak Karesidenan Magelang, di
jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang.
30
3. Pembelajaran Sejarah
a. Pengertian Belajar dan pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri
(Syah, 2003: 63).
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interkasi
dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar.
31
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar
adalah proses yang ditandai dengan adannya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya
dan aspek lainnya yang ada pada individu (Sudjana, 2009: 28).
Belajar tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup
manusia dan merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan
mencakup segala yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu
dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang
mampu memahami aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis (Anni, 2007:2).
Menurut Shephert dan Ragan (dalam Anni, 2007: 4) pengertian
belajar adalah berbeda dengan pengertian pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan (growth) merupakan karakteristik
individu yang diperoleh dari kehidupan. Pada umumnya, istilah
pertumbuhan digunakan untuk menunjukan pertambahan jumlah
sesuatu, seperti berat, tinggi dan sejenisnya. Belajar (learning) mengacu
pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang
32
dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya.
Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan
dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar.
Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah
laku dari tidak tahu dan belajar merupakan proses pengembangan
pengetahuan. Sebagai upaya perubahan, kegiatan belajar itu sendiri
harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif,
dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa.
Berdasarkan dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar merupakan suatu proses aktifitas yang dilakukan oleh
manusia atau individu untuk memperoleh perubahan kearah yang lebih
baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai hasil dari
pengalaman dan latihan individu itu sendiri.
Kegiatan belajar diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Menurut Isjoni (2007: 11-12) pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
merupakan interaksi terus menerus yang dilakukan individu dengan
lingkungan, dimana lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
33
adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelektual semakin
berkembang.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang
dilakukan guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Siswa ikut aktif dalam
pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak terkesan
membosankan. Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran
untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan. Pendidikan
sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan dan
mengemas suatu proses pembelajaran. Pembelajaran harus diadakan
sebaik mungkin dengan menggunakan model dan metode yang inovatif
agar pembelajaran mendapatkan hasil yang maksimal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan
hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik.
Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh;
kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi
sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama
kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di
lingkungan peserta didik. Faktor eksternal berupa variasi dan tingkat
kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat
34
belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat akan
mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina
T Anni, 2009: 97).
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) faktor internal atau
faktor dari dalam diri siswa, yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa; 2)
faktor Eksternal atau faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa; 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran (Syah, 2003: 144).
Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisik (bersifat
jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Pada aspek fisik
keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi organ-organ siswa,
seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan.
Aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa antara lain
adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa.
Menurut Reber seperti yang dikutip Syah (2003: 147), kecerdasan atau
35
intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat. Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemajuan belajar. Semakin tinggi intelegensi seseoarang, maka semakin
besar peluang individu tersebut untuk meraih sukses dalam belajar; 2)
motivasi siswa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi bisa timbul dari dalam diri
siswa sendiri dan dari luar diri siswa; 3) minat siswa, menurut Reber
adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu; 4) sikap siswa yaitu gejala internal yang
berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif; 5) bakat
siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003: 146-
151).
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial (Syah, 2003: 152-
154). Faktor lingkungan sosial sekolah adalah semua orang atau
manusia lain yang mempengaruhi terhadap proses belajar. Faktor
lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
36
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan siswa disekitar
tempat tinggal siswa tersebut. Faktor lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
c. Pembelajaran Sejarah
Pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan manusia
terutama peserta didik yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya
untuk menjaga peninggalan masa lampau agar manusia dapat bertindak
lebih bijaksana (Soewarso, 2000: 27). Sebagai suatu mata pelajaran di
sekolah, sejarah merupakan yang tertua dibandingkan dengan disiplin
ilmu sosial yang lainnya. Sebagai suatu disiplin ilmu (science), sejarah
mengandung berbagai pelajaran penting bagi generasi kini dan generasi
selanjutnya (Isjoni, 2007: 21-24).
Menurut Meulen (dalam Isjoni, 2007: 40) pembelajaran sejarah
di sekolah bertujuan untuk membangun kepribadian dan sikap mental
anak anak didik, membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi
fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan
peralihan terus menerus dari yang lalu ke arah masa depan),
mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada anak didik
, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusiaan. Arti terpenting
37
pelajaran sejarah adalah dapat memecahkan masalah masa kini dengan
menggunakan masa lampau.
Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan
adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi
waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam
menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu,
masa kini, dan masa depan.
Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan
kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan
tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan
menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta
keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan
jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.
Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya
keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan
adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk
memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman
untuk menghadapi masa yang akan datang (Depdiknas (2003) dalam
Isjoni, 2007: 72-73).
Pembelajaran sejarah memiliki nilai praktis dan pragmatis,
untuk itu pembelajaran sejarah juga menekankan keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari siswa, pemahaman dan kesadaran akan
38
karakteristik cerita sejarah yang tak pernah final, dan perluasan tema
sejarah politik dengan tema sejarah sosial, budaya, ekonomi dan
teknologi. Dalam pembelajaran sejarah, siswa diajak memahami makna
perkembangan suatu masyarakat, baik secara global maupun di
lingkungan sekitarnya serta proses penjatidirian (Isjoni, 2007: 42).
Pembelajaran sejarah adalah kegiatan belajar mengajar yang
membawa informasi serangkaian perkembangan peristiwa yang
mempengaruhi kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau ke
dalam kelas untuk di informasikan ke siswa. Agar pembelajaran sejarah
dapat berhasil, maka harus dapat melibatkan peserta didik untuk aktif
dengan mempunyai niat baca yang tinggi terhadap pelajaran sejarah.
Keterlibatan peserta didik secara aktif dan timbulnya minat dalam
membaca merupakan kecenderungan baru dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Apabila kecenderungan ini dapat dilaksanakan
dalam proses belajar mengajar sejarah, maka peserta didik akan
mampu memahami hakekat belajar sejarah. Sehingga diharapkan akan
mampu menanamkan kesadaran sejarah pada diri pesrta didik dan
muncul kesadaran untuk belajar sejarah.
Tujuan pembelajaran di sekolah agar peserta didik memperoleh
kemampuan berpikir historis dalam pemahaman sejarah. Melalui
pembelajaran sejarah peserta didik mampu mengembangkan
kompetensi untuk berpikir kronologis dan memiliki pengetahuan
tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk menjelaskan proses
39
perkembangan dan perubahan masyarakat serta keseragaman sosial
budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa
ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Tujuan proses pembelajaran adalah membantu para para peserta
didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman
itu tingkah laku peserta didik dapat bertambah. Untuk itulah peran guru
dalam pembelajaran sejarah sangat penting terutama dalam
menggunakan motode pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta
didik dapat tertarik dan termotivasi dengan mata pelajaran sejarah dan
hasil belajar peserta didik dapat dicapai secara maksimal. Selain itu,
dengan mempelajari sejarah akan memperkaya pengetahuan masa
lampau untuk dijadikan pengalaman masa sekarang.
4. Meteri Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam
Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800
Pengaruh kebijakan kolonial secara politik tampak dari reaksi
masyarakat Indonesia dalam bentuk perang-perang besar. Perang itu
meletus di berbagai wilayah Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
merupakan materi pembelajaran sejarah SMP kelas VIII, pada standar
kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar
menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang
40
ditimbulkannya di berbagai daerah. Perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800
merupakan perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda.
Bentuk perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah melawan
kolonialisme Belanda pada periode sesudah tahun 1800 masih bersifat
kedaerahan dan tradisional. Ricklefs (1991: 177-221) menjelaskan bahwa
perlawanan-perlawanan besar oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda
pada periode sesudah tahun 1800 antara lain perlawanan Saparua di
Maluku tahun 1817, Perang Paderi pada tahun 1821 sampai 1837 di daerah
Minangkabau yaitu di pesisir barat Sumatera, Perang Jawa pada tahun
1825 sampai 1830, Perang Aceh pada tahun 1873 sampai 1904, Perang
Banjarmasin pada tahun 1859 sampai 1863, dan Perang Jagaraga di pulau
Bali pada tahun 1846 sampai 1906.
Matroji (2006: 44-51), dalam buku sumber pelajaran sejarah SMP
kelas VIII berdasarkan standar isi 2006 menjelaskan mengenai materi
perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat
periode sesudah tahun 1800, yang tercantum dalam silabus mata pelajaran
sejarah pada standar kompetensi “memahami proses kebangkitan
nasional” dan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan
kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya
di berbagai daerah”. Pada periode sesudah tahun 1800 adalah perlawanan
rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam melawan kolonialisme bangsa
Belanda.
41
Pembelajaran sejarah pada siswa kelas VIII SMP pada Materi
bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme
bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 salah satu perlawanan yang akan
disampaikan adalah Perlawanan Diponegoro (1825-1830). Materi
pelajaran akan lebih menarik dan efektif dengan menggunakan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yaitu dengan
pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Koleksi
dan peninggalan sejarah yang ada di Museum Diponegoro yang terdapat di
jalan Pangeran Diponegoro No. 1 di Karesidenan Kota Magelang,
merupakan sumber bukti nyata dalam materi perlawanan Pangeran
Diponegoro dan rakyat Jawa dalam menentang kolonialisme Belanda pada
tahun 1825 sampai 1830.
Perang Diponegoro (1825-1830) disebut juga Perang Jawa karena
perang tersebut melibatkan seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
terpusat di Yogyakarta (Ricklefs, 1991: 178). Pada tanggal 28 Maret 1830,
Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di kediaman Residen
Kedu, di Magelang. Setelah perundingan tidak menghasilkan kesepakatan,
Diponegoro disergap dan dikepung oleh pasukan Belanda. Peristiwa
penangkapan Pangeran Diponegoro menandai berakhirnya perlawanan
terbesar rakyat Jawa yang menewaskan 7000 serdadu berkebangsan Eropa
dan 8000 serdadu berkebangsaan Indonesia. Sedikitnya 200.000 orang
Jawa telah tewas dalam perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro
melawan kolonialisme Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian ditahan
42
dan diasingkan ke Manado kemudian Makassar, dan di Kota Makassar
Diponegoro Wafat (Ricklefs, 1991: 180).
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:4). Perolehan
aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan
tentang suatu konsep maka perubahan yang diperoleh berupa penguasaan
konsep tersebut.
Hasil belajar tidak terlepas dari tujuan belajar, tujuan belajar yang
ditetapkan dapat mengurangi masalah belajar, dan belajar akan lebih
relevan jika siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam
mempelajari isi pelajaran serta dapat mengetahui seberapa kemajuan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil belajar diperoleh setelah seseorang
melakukan aktivitas, misalnya aktivitas belajar, atau bisa juga berarti hasil
yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan
guru di sekolah yang ditujukan dengan perubahan pengetahuan,
keteranpilan dan sikap. Penilaian hasil belajar yang dilakukan guru setelah
pelajaran memberikan keterangan tentang hasil belajar siswa.
Anni (2007: 5) menyatakan hasil belajar siswa ada tiga macam
ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan
43
dalam setiap proses belajar, yaitu: 1) Ranah kognitif, mencakup hasil
belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan
intelektual; 2) Ranah afektif, mencakup hasil belajar yang berhubungan
dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat; 3) Ranah psikomotorik,
mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau
gerak yang ditunjang oleh pengetahuan psikis.
Pengertian hasil belajar berdasarkan kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan pencapaian tujuan
belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar dan latihan-
latihan yang disadari atau disengaja. Hasil belajar berfungsi positif bagi
perkembangan siswa, hasil belajar tersebut juga berguna untuk
perkembangan tingkah laku yang lainnya.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
proses belajar dan pembelajaran telah berjalan efektif. Untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik maka perlu disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan (Dewanto, 2009: 7). Penilaian hasil belajar
dilakukan setiap kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Sebagai
contoh, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat disajikan pada
sebagai berikut:
44
Tabel 1: kegiatan Guru dan Siswa (Sumber : Dewanto, 2009: 9)
No. Guru Siswa
1 Memberikan pre-tes Mengerjakan soal pre-tes
2 Menjelaskan materi tentang
konsep dasar evaluasi
pembelajaran
Mendengarkan penjelasan
dengan menyimak buku ajar
3 Memberikan kesempatan peserta
didik untuk bertanya
Menanyalan materi atau hal-hal
yang terkait dengan materi
4 Membagikan lembar tugas untuk
latihan
Mengerjakan latihan pada
lembar latihan
5 Membagikan soal pos-tes Menjawab pertanyaan pos-tes
Dilihat dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan
gambaran mengenai keefektifan dari pembelajaran yang telah
dilakukannya, apakah model dan pendekatan yang telah digunakan mampu
membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Tes
hasil belajar yang dilakukan kepada siswa akan memberikan suatu
informasi sampai dimana penguasaan yang telah dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses pembelajaran.
45
B. Kerangka Berpikir
Pemanfaatan sumber belajar sejarah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran
terdapat untuk belajar seseorang. Sumber belajar yang dimanfaatkan ini
tentunya harus sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta
didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan peserta didik dalam pembelajaran meliputi: pesan, manusia,
bahan pengajaran, alat dan perlengkapan, teknik dan aktivitas, lingkungan.
Penggunaan museum sebagai sumber belajar, dalam penelitian ini
adalah Museum Diponegoro, merupakan salah satu cara efektif dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam
museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret
kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan
pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran bagi siswa dari pada proses
pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum
sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi,
interpretasi dan generalisasi pelajar.
Penggunaan museum dalam pembejaran sejarah maka akan
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Pemanfaatan museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan
pemanfaatan sumber belajar yang berada di sekitar lingkungan siswa.
46
Pemanfaatan sumber belajar seperti Museum yang sesuai dengan materi
pelajaran akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Sesuai dengan penejelasan dalam landasan teori dan kerangka berpikir
maka penulis menyimpulkan :
Ha (Hipotesis Alternatif)
Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro
pada kelompok eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa kunjungan ke Museum
Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Magelang tahun pelajaran 2010/2011.
Guru Sejarah
Proses Belajar Mengajar
Sumber Belajar
Pemanfaatan Museum
Diponegoro
Siswa Hasil Belajar
Mengajar
47
Ho (Hipotesis Nol)
Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro
pada kelompok eksperimen tidak lebih efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan pembelajaran Sejarah tanpa kunjungan ke
Museum Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP negeri
3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2009:72) menyatakan bahwa
penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Menurut Margono (2009: 110) penelitian eksperimen
merupakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna
membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi
perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, dan
membandingkan hasilnya terhadap satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak menerima perlakuan. Menurut Singarimbun (1985: 4) penelitian
eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan
untuk mengetahui apakah variabel eksperimen efektif atau tidak. Penelitian
eksperimen sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena untuk
mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar terhadap
peningkatan hasil belajar sejarah siswa.
48
49
Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan khusus
tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang
pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Margono, 2009: 110). Kelompok
eksperimen merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan
pemanfaatan Museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah. Kelompok
kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai kelompok pembanding untuk
kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran
tanpa kunjungan ke museum atau konvensional dengan ceramah bervariasi.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum
sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Randomized Control
Group Pretes-Postest Design, yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara
random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono,
2009: 112).
Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen
Kelompok Pre Tes Treatment Post Tes
Eksperimental T1 X T2
Kontrol T1 _ T2
50
Keterangan :
T1 : Pre Tes kedua Kelompok
T2 : Post Tes Kedua kelompok
X : Treatment atau perlakuan dengan kunjungan ke Museum Diponegoro
sebagai sumber belajar sejarah.
Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang akan diteliti, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengambil 3 kelas penelitian, yaitu 2 kelas inti sebagai kelas kontrol dan
kelas eksperimen, sedangkan 1 kelas sebagai kelas uji coba instrumen.
2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Perangkat Pembelajaran,
lembar kerja siswa, lembar observasi, soal Pre-Test dan soal Post-Test.
3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan
reliabilitas.
4. Memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
5. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen
pembelajaran dilakukan dengan kunjungan Museum Diponegoro.
6. Memberikan Post-tes pada kedua kelompok..
51
7. Hitung perbedaan antara hasil Pretest T1 dan Posttest T2 untuk masing-
masing kelompok.
8. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah
penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar
pada kelompok eksperimental.
9. Kenakan Uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu
signifikan.
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek peneliti atau yang menjadi titik perhatian
dalam suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai.
Variabel juga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua
atribut atau lebih (Margono, 2005: 133).
Dalam penelitian eksperimen, ada dua variabel yang menjadi perhatian
utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini
adalah :
1. Variabel Independent /Pengaruh/Bebas (X) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel pengaruh atau bebas dalam
penelitian ini adalah pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber
belajar sejarah. Materi pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan adalah
52
“bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia menentang kolonialisme
bangsa barat periode sesudah tahun 1800”.
2. Variabel Dependent /terpengaruh /Terikat (Y) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat atau terpengaruh dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa tes mata pelajaran
sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011
yang diperoleh setelah proses pembelajaran.
C. Lokasi Penelitian
Pada observasi awal, ditemukan bahwa aktifitas pembelajaran
sejarah masih terpusat pada guru dengan metode konvensional yaitu
ceramah. Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada umumnya adalah proses
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa jarang mengemukakan
pendapat dan melakukan penalaran terhadap bahan pelajaran, dengan
melihat dokumen hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar
siswa belum maksimal.
Sesuai dengan judul yang ditulis dalam rancangan ini maka lokasi
penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Magelang yang terletak di jalan Elo
Jetis No. 33 Kota Magelang. Sekolah ini dipilih berdasarkan observasi
awal dengan guru dan siswa. Pemilihan SMP Negeri 3 Magelang karena
letaknya yang relatif dekat dengan Museum Diponegoro di kota Magelang
sebagai sumber belajar.
53
D. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu dalam wilayah penelitian
yang menjadi subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran
2010/2011.
b. Sampel
Di dalam penelitian hampir tidak mungkin peneliti menjangkau
seluruh populasi. Hal ini disebabkan kurangnya waktu, mahalnya biaya,
dan mungkin sifat populasi, padahal biasanya suatu penelitian dibatasi oleh
waktu (Dewanto dan Tasis, 1995: 53). Di dalam penelitian kuantitatif perlu
digunakan sampel yang representatif untuk memperoleh efisiensi kerja.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.
Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik Simple
Random Sampling yaitu dari suatu populasi yang terbatas atau dari sub-
populasi secara langsung ditugaskan ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol secara random. Populasi dari Simple Random Sampling
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun
pelajaran 2010/2011. Unit-unit atau sub-sub populasi penelitian ini adalah
kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF, dan VIIIG. Cara demikian
dilakukan apabila populasi dianggap homogen.
54
Untuk menentukan sampel penelitian ini dari unit-unit dilakukan
dengan cara mengundi 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel dari 7
unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua
kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok
eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol.
Setelah dilakukan pengambilan sampel random sampling, terpilih kelas
VIII-E untuk kelas eksperimen dan kelas VIII-C untuk kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan alat yang
dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data (Dewanto dan Tarsis, 1995:
5). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang
dapat dijadikan dasar penetapan skor angka (Margono, 2009: 170). Tes
berguna untuk memberikan petunjuk kegagalan dan keberhasilan,
meramal dan menentukan kedudukan siswa dalam kelasnya (Dewanto,
1996: 14). Metode tes merupakan metode pengumpulan data yang
bertujuan untuk mengetahui hasil dari perlakuan. Tes sebagai teknik
pengumpulan data penelitian yang diberikan kepada siswa untuk
55
mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alat pengukur
prestasi peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan proses
pengajaran.
Metode tes ini dipilih karena dianggap sebagai metode yang
paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang
terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan dalam
penelitian ini. Penyusunan tes dilakukan dengan terlebih dahulu
memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, dan
indikator.
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pre Tes
Pre tes merupakan tes awal yang dilaksanakan terhadap
masing-masing kelompok sampel penelitian yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan
(treatmen). Tujuan dilaksanakan pre tes adalah untuk mengetahui
kemampuan awal kedua kelompok dan menyamakan kedudukan
masing-masing kelompok sebelum dilakukan eksperimen.
56
b. Post Tes
Post tes merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu
tes yang dilaksnakan setelah perlakuan atau treatmen. Tujuan post
tes adalah untuk mendapatkan data tentang perbedaan hasil belajar
siswa yang diberi perlakuan (treatmen) dengan siswa yang tidak
diberi perlakuan khusus (kontrol).
2. Observasi
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009: 203) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting dalam suatu observasi adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Melalui pengamatan dapat diketahui
bagaiman sikap dan perilaku individu, kegiatan yang dilakukan,
kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengambil data nilai afektif dan psikomotorik siswa yang dijadikan
sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol selama
proses pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan terhadap kenerja
guru selama proses pembelajaran. Sebelum melakukan observasi,
57
peneliti terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek tingkah laku yang
akan diobservasi dan dibuat pedoman observasi.
3. Teknik Dokumenter
Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen merupakan
suatu teknik pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis data
melalui arsip-arsip, dokumen, dan termasuk juga buku-buku pendapat,
teori atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian (Margono, 2009: 181). Dalam penelitian ini, teknik
dokumenter berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan
yang digunakan di dalam kerangka berpikir atau landasan teori,
penyusunan hipotesis secara tajam.
Studi dokumen dalam penelitian ini juga digunakan untuk
mendapatkan daftar nama-nama siswa kelas VIII, keadaan umum
siswa, silabus, dan RPP. Dengan melakukan pemeriksaan dokumen,
maka peneliti akan mendapatkan gambaran awal tentang pelaksanaan
pembelajaran sejarah di sekolah penelitian. Data ini digunakan untuk
menetukan sampel penelitian dan menguji homogenitas populasi yang
akan dijadikan sebagai subyek penelitian.
58
4. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi dan arus informasi ialah
pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar
pertanyaan dan situasi wawancara ( Singarimbun dan Sofian, 1985:
145).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman yang dugunakan dalam wawancara tidak terstruktur berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,
2009: 194-197). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
59
wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan siswa dan
guru mata pelajaran sejarah sebagai informan.
E. Analisis Data
1. Analisis Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk membuktikan bahwa
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berawal dari titik tolak yang
sama. Data yang digunakan dalam melakukan uji kesamaan pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang setelah penentuan sampel secara
Simple Random Sampling dilakukan.
a. Uji Homogenitas
Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan
antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama
atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :
F =
(Sudjana, 1996: 242)
Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < F tabel, dengan
α= 5 %, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat
dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua
kelompok tersebut homogen.
60
b. Uji Eksperimen
Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Uji-t (Student‟s Test). Dalam penelitian eksperimen sering
dibandingkan dua pengamatan perkembangan antara sebelum
dilakukan treatmen dan sesudah dilakukan treatmen. Kegiatan ini
disebut Uji-t untuk menilai perkembangan atau disebut juga uji pas-pas
(uji purwa dan uji purna) atau pre dan post (Dewanto dan Tarsis, 1995:
82).
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t =
√
(
)
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Keterangan :
: rerata cuplikan :
n : cacah kasus
n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db)
Jk : jumlah kuadrat : ∑X2 −
Perhitungan analisis hipotesis dilakukan untuk menyimpulkan
apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen.
61
2. Analisis Instrumen
Analisis soal tes uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas.
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui soal mana yang valid atau tidak untuk
digunakan sebagai pre tes dan post tes maka dilakukan uji validitas
butir soal. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas soal,
yaitu :
spstrsps
spstrr
tp
tp
pq
222
(Guilford, 1987 : 331)
Keterangan :
= Validitas butir instrumen penelitian
bagian
= total
q = t-p
St = SD total
Sp = SD bagian
Dari hasil perhitungan tingkat validitas diketahui α = 5%
dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339. Berdasarkan perhitungan
62
dengan rumus rpq, maka diperoleh soal yang valid adalah nomor : 2, 5,
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18,19, 21, 23, 25, 26,27,28, 30,
32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, dan 40. Adapun yang tidak valid adalah
nomor : 1, 3, 4, 13, 20, 22, 24, 29, 31, dan 36. Untuk perhitungan uji
validitas selengkapnya terdapat pada lampiran.
b. Reliabilitas
Menurut J.P Gualford (dalam Dewanto, 1996: 143) reliabilita
adalah proporsi dari varian yang sesungguhnya. Selanjutnya secara
verbal reliabilita dapat menjadi tiga hal, yaitu; 1) konsistensi, yaitu
keajegan hasil pengukuran internal; 2) stabilitas, yaitu keajegan hasil
pengukuran untuk jangka waktu tertentu; 3) equivalensi, yaitu
keajegan hasil pengukuran dari kelompok butir yang sama, dua bentuk
tes diberikan pada sekelompok tes dalam waktu singkat.
Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah
KR21, yaitu:
= [
] [1−
–
] (Dewanto, 1996: 140)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
M = skor rata-rata
63
T2
= varian
Dari hasil perhitungan tingkat reliabilitaas diketahui pada α =
5% dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339 dan r11 = 0,866, karena r11 >
rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan
dapat digunakan sebgai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
3. Analisis Hipotesis
a. Uji Normalitas
Sebelum data yang diperoleh di lapangan dianalisis lebih
lanjut, terlebih dahulu harus diuji normalitasnya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah data tes kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Hipotesinya adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi sampel hasil
observasi dengan distribusi sampel yang diharapkan. Rumus yang
digunakan adalah rumus statistik uji Z, yaitu:
Z =
√ (Dewanto dan Tarsis, 1995:70)
Keterangan :
X = Rata-rata sampel
64
µo = kriteria ketuntasan minimal
δ = Simpangan baku rata-rata dari distribusi
n = sampel
b. Uji Homogenitas
Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan
antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama
atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :
F =
(Sudjana, 1996: 242)
Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < Ftabel, dengan α= 5
%, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat dikatakan
kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua kelompok
tersebut homogen (α= 5 %).
c. Analasis Tahap Akhir/Uji Hipotesis
Dalam eksperimen, sering dibandingkan dua pengamatan
perkembangan antara sebelum dan sesudah dilakukan treatment.
Sehingga hal ini dapat disebut uji-t untuk menilai perkembangan
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82).
Analisis tahap akhir dilakukan terhadap data pre tes dan post
tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis tahap akhir
bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian atau hasil penelitian,
65
yaitu apakah Ha diterima atau Ho diterima. Pengujian hipotesis
menggunakan Uji-t dua pihak dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis
statistik yang diajukan adalah:
Ho : ≤
Ha :
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t =
√
(
)
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Keterangan :
= rerata cuplikan :
n : cacah kasus
n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db)
Jk : jumlah kuadrat : ∑X2 –
Perhitungan Uji-t dilakukan untuk menyimpulkan apakah ada
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik
sebelum dan sesudah dilakukan treatmen. Dalam menguji hipotesis
penelitian, apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka perbedaan
66
tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol. Derajat kebebasan
untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α), α =
taraf signifikan. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan α = 5%.
Dengan kriteria sebagai berikut: Apabila thitung < ttabel maka Ho
diterima. Apabila thitung ≥ ttabel maka Ha diterima
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 3 Magelang adalah salah satu sekolah Negeri yang
berada di wilayah kota Magelang dan terletak di Jalan Elo Jetis No. 33
Magelang. Secara umum berdasarkan analisis lingkungan strategis yang
mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang
terdapat beberapa faktor eksternal yang diuraikan sebagai berikut : secara
geografis letak SMP Negeri 3 Magelang berada di pinggiran Kota
Magelang, tepatnya di jalan Elo Jetis No. 33 Magelang, cukup mudah
dijangkau dengan alat transportasi, seperti angkot, motor , mobil dan
sebagainya. Kondisi lingkungan begitu segar dan cukup teduh karena
banyak pepohonan yang rindang melingkupinya, serta terdapat kebun
tanaman anggrek yang sangat lestari. Lokasi SMP Negeri 3 Magelang
tergolong strategis dalam mendukung terciptanya suasana kondusif untuk
pendidikan dan pembelajaran karena jauh dari keramaian kota. Selain itu
dari beberapa sekolah yang terdapat di kota Magelang, SMP Negeri 3
Magelang memiliki lahan yang paling luas sehingga memungkinkan
sekolah untuk membangun infrastruktur pendukung yang memadai untuk
penyelenggaraan pendidikan.
67
68
Saat ini kondisi pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang cukup
baik, meskipun belum menjadi sekolah terfavorit di Kota Magelang,
namun telah menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan. Ini terbukti dari
tahun ke tahun jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung sehingga
perlu diadakana seleksi untuk dapat menjadi peserta didik di SMP Negeri
3 Magelang. Tenaga pendidiknya secara kualitas maupun kuantitas sudah
memadai, secara umum sarana dan prasarana sudah mencukupi, situasi
sekolah juga kondusif untuk belajar. Mutu lulusan juga semakin
meningkat kualitasnya sejak ditetapkan menjadi Sekolah Menengah
Pertama Standar Nasional (SSN), melalui Surat Keputusan Direktur
Pendidikan Lanjutan Pertama, direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Nomor : 960/c3/Kp/2005,
tanggal 19 Juli 2005.
SMP Negeri 3 Magelang dapat dikatakan telah lengkap, dimana
telah tersedia ruang kelas yang representatif untuk pembelajaran, kantor
guru yang baru direnoasi, kantor TU, serta ruang multimedia, ruang
komputer, laboratorium, perpustakaan, lapangan Olahraga, ruang BK,
ruang OSIS, ruang UKS, ruang serbaguna yang baru direnovasi, ruang
kesenian yang telah memadai. Beberapa fasilitas non-pendidikan yang
terdapat di SMP Negeri 3 Magelang antara lain Mushola, kantin, tempat
parkir yang telah tertata dengan baik dan dijaga kebersihannya.
Sebagai salah satu tempat pendidikan untuk mempersiapkan
generasi masa depan, SMP Negeri 3 Magelang memiliki visi dan misi
69
yang sangat jelas. Beberapa kali visi dan misi pendidikan yang diterapkan
di SMP Negeri 3 Magelang mengalami perubahan. Perubahan tersebut
dimaksdukan untuk memenuhi dan menyesuaikan tuntutan perkembangan
dan kebutuhan dunia pendidikan. Adapun visi dan misi sekolah yang telah
disepakati seluruh unsur civitas SMP Negeri 3 Magelang saat ini adalah
sebagai berikut :
a. Visi SMP Negeri 3 Magelang
Indikator terwujudnya visi sekolah :
1) Terwujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan adaptif
2) Terwujudnya proses pembelajaran yang inovatif
3) Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif akademis dan non
akademis
4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional
5) Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang relevan dan
mutakhir
6) Terwujudnya manajemen sekolah yang tangguh
7) Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai
8) Terwujudnya sistem penilaian yang otentik
9) Terwujudnya penataan lingkungan sekolah yang sehat nyaman dan
kondusif yang mampu mendukung kegiatan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif dan meyenangkan.
b. Misi SMP Negeri 3 Magelang
1) Mewujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan kreatif
70
2) Mewujudkan pelaksanaan kurikulum yang didukung kepemimpinan
yang demokratsi dan profesional
3) Mewujudkan proses pembelajaran inovatif
4) Mewujudkan peningkatan pencapaian NUN
5) Mewujudkan pencapaian standar kompetensi lulusan baik akademik
maupun non akademik
6) Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah, dilakukan
berbagai upaya antara lain peningkatan dukungan administrasi dan
manajemen sekolah yang handal, melengkapi media pembelajaran sesuai
dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, pembinaan
kesiswaan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan untuk
pengembangan bakat, prestasi dan potensi siswa di bidang penelitian
ilmiah, lomba mata pelajaran tertentu, seni dan olahraga, memfasilitasi
pengembangan profesi guru dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Keseluruhan guru yang mengajar di SMP Negeri 3 Magelang
berjumlah 48 guru. Hampir semua guru mengajar sesuai dengan bidang
keahliannya, dan beberapa guru mengajar mata pelajaran muatan lokal
untuk memenuhi beban mengajar bagi guru sertifikasi. Lebih jelasnya
mengenai data guru dapat dilihat pada tabel berikut ini :
71
Tabel 3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah dan Status
Guru Jumlah
L P
1. S3 / S2 1 - 1
2. S1 15 25 40
3. D IV - - -
4. D III / Sarmud 1 3 4
5. D II 1 - 1
6. D I 1 1 2
Jumlah 20 28 48
Guru SMP Negeri 3 Magelang yang mengampu mata pelajaran IPS
Sejarah ada 2 orang guru, yaitu Sri Sundari, S.Pd dan Siti Munjayanah,
S.Pd. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Sri Sundari S. Pd selaku guru
yang mengampu mata Pelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII dan IX.
Pada setiap tahun pelajaran baru , SMP Negeri 3 Magelang selalu
diminati oleh calon siswa yang baru lulus SD di wilayah Kota Magelang
yang mayoritas bertempat tinggal di Secang, Menowo, Mertoyudan,
Sambung dan sekitarnya. Pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa SMP
Negeri 3 Magelang berjumlah 652 siswa. Pada kelas VII terdiri dari 6
kelas, dari kelas VII A sampai dengan kelas VII F yang berjumlah 206
72
siswa. Kelas VIII terdiri dari 7 kelas, dari kelas VIII A sampai dengan
kelas VIII G yang berjumlah 229 siswa. Kelas IX terdiri dari 6 kelas, dari
kelas IX A sampai kelas IX F yang berjumlah 217 siswa. Lebih jelasnya
mengenai data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang
No. Kelas Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2010/2011
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 106 100 206
2 VIII 112 117 229
3 IX 113 104 217
Total 331 321 652
2. Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar
Museum memiliki peranan penting di dalam dunia pendidikan,
yaitu sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media
pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi
konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam
pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber
informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat
banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
73
berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa
sejarah bagi siswa. Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang
pelajaran khususnya sejarah dan sebagai peraga budaya masa lampau.
Koleksi yang ada di museum merupakan sumber belajar yang konkret bagi
peserta didik dalam pembelajaran sejarah.
Penggunaan Museum sebagai sumber belajar merupakan salah satu
cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini
dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang
memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa
lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam
pembelajaran sejarah bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang
menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media
pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi
dan generalisasi pelajar. Melaui pemanfaatan peninggalan-peninggalan
sejarah yang terdapat di Museum tersebut maka akan berpengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
Di Kota Magelang terdapat Museum yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah bagi siswa. Sumber
Belajar sejarah yang berupa Museum Diponegoro di Kota Magelang
termasuk dalam Learning resources by utilization atau Sumber belajar
yang terdapat di lingkungan sekitar manusia. Museum yang terdapat di
Kota Magelang antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di
Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2)
74
Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3)
Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4)
Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan
5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang.
Proses pemanfaatan Museum sebagai sumber belajar harus terkait dengan
materi pembelajaran sejarah sesuai standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
Salah satu museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
belajar yang terkait dengan materi pembelajaran sejarah dan sesuai standar
kompetensi dan kompetensi dasar adalah Museum Diponegoro. Museum
Diponegoro menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang dapat
dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang konkret
bagi siswa. Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum
Diponegoro adalah peninggalan sejarah Pangeran Diponegoro. Museum
Diponegoro merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-
benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa singgah
di kota Magelang saat terjadi perang Jawa.
Koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro antara lain
jubah yang dipakai Pangeran diponegoro saat berunding dengan Belanda
di rumah Residen Kedu di Magelang. Jubah yang dipakai saat Pangeran
Diponegoro berunding dan ditangkap oleh Belanda tanggal 25 Maret 1830.
Koleksi-koleksi lain di Museum Diponegoro misalnya adalah satu set meja
dan kursi perundingan yang dipakai untuk perundingan antara Pangeran
75
Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kursi yang diduduki oleh Pangeran
Diponegoro adalah yang terdapat bekas guratan kuku Pangeran
Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikin Belanda dalam
perundingan. Ruang Museum Diponegoro itu sendiri merupakan ruang
yang digunakan untuk perundingan.
Melalui koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro,
siswa diperlihatkan bukti nyata mengenai bukti-bukti sejarah terjadinya
perang Diponegoro yang dikenal juga dengan Perang Jawa dan bukan
hanya cerita dan materi yang terdapat di buku pelajaran. Oleh karena itu,
Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya dapat dimanfaatkan sebagai
sumber belajar sejarah, dan merupakan sumber belajar yang terdapat di
lingkungan sekitar siswa SMP Negeri 3 Magelang.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, selama ini Museum
Diponegoro belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia pendidikan,
khususnya oleh sekolah-sekolah yang berada disekitarnya. Oleh karena itu
peneliti menggunakan metode kunjungan ke museum sebagai sumber
belajar sejarah yang dikaitkan dengan materi pembelajaran bentuk-bentuk
perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa berat
periode sesudah tahun 1800 untuk siswa SMP Negeri 3 Magelang.
Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan
kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat
perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili
76
oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran
Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya
perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Perlawanan Diponegoro merupakan salah satu materi perang yang akan
disampaikan guru dalam materi pembelajaran sejarah kelas VIII SMP pada
materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesdudah tahun 1800, standar
kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar
menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang
ditimbulkannya di berbagai daerah. Khususnya Perlawanan Diponegoro
adalah perang terbesar di Jawa dalam menghadapi kolonialisme Bangsa
Belanda, sehingga dalam perang Diponegoro disebut juga Perang Jawa.
Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah
seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk
mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa
mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi
adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya.
Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai
sumber belajar merupakan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi
pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas yang
bersumber pada buku-buku materi pembelajaran sejarah.
Pada penelitian mengenai pemanfaatan Museum Diponegoro
sebagai sumber belajar ini, peneliti menempuh langkah-langkah sesuai
77
prosedur dalam melakukan penelitian, mulai dari persiapan penelitian
sampai dengan pelaksanaan penelitian. Adapun prosedur penelitian yaitu
sebagai berikut :
a. Persiapan Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum
melaksanakan penelitian adalah menetukan lokasi penelitian, yaitu
SMP Negeri 3 Magelang. Dalam rangka memperoleh data tentang
indikator-indikator yang diteliti, maka dibutuhkan alat pengumpul
data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes
pilihan ganda, berupa pre test dan post test tentang materi
pembelajaran yang berkaitan dengan Pemanfaatan Museum
Diponegoro Kota Magelang sebagai sumber belajar. Instrumen
penelitian Eksperimen pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai
sumber belajar sejarah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang terdiri dari 30 item soal tes
untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sejarah pada materi
bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Magelang dalam penelitian pemanfaatan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah, maka pada sampel kelas
VIII dibagi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diwakili
78
oleh siswa kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa dan kelompok kontrol
yang diwakili oleh siswa kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa. Kelas
Eksperimen yang diwakili oleh siswa kelas VIII E pembelajaran
sejarah diberikan treatment dengan melakukan kunjungan ke Museum
Diponegoro, sedangkan pada kelompok kontrol yang diwakili siswa
kelas VIII C pembelajaran sejarah dilakukan tanpa kunjungan ke
Museum.
b. Pelaksanaan Penelitian
Setelah penentuan sampel penelitian dilakukan, langkah
selanjutnya adalah memberikan pre test berupa soal berbentuk pilihan
ganda kepada kedua kelompok, siswa kelas eksperimen VIII E
berjumlah 31 siswa dan siswa kelas kontrol VIII C berjumlah 31 siswa.
Soal tes dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang
materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia
dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun
1800.
Tahap berikutnya adalah pemberian treatment pada kedua
kelas, yaitu pada kelas eksperimen dengan metode kunjungan ke
Museum Diponegoro dan kelas Kontrol tanpa kunjungan ke Museum
Diponegoro atau dengan metode ceramah bervariasi. Kegiatan
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
79
1) Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas VIII E
dengan jumlah murid sebanyak 31 anak dan semuanya masuk
dalam responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di
dalam dan diluar kelas dengan RPP terlampir. Kegiatan
pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan
yang bervariasi, yaitu ceramah, pemaparan materi dengan
menggunakan slide, pemberian tugas, dan diskusi. Kegiatan
pembelajaran di Museum Diponegoro adalah observasi dan
mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan berkelompok.
Segi positif dalam pembelajaran di kelas eksperimen ini
adalah mampu mengajak siswa untuk aktif, berpikir kritis dan
mengajak siswa untuk lebih mengenal daerah sendiri yang
berkaitan dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
untuk pembelajaran sejarah. Pada eksperimen pemanfaatan
museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak
hanya mendapatkan materi yang bersumber dari buku-buku, tetapi
dihadapkan langsung pada objek nyata sebagai sumber belajar
sejarah. Pada akhir kegiatan, guru memberikan post test untuk
mengetahui hasil belajar siswa dan membandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke museum.
80
2) Kelas Kontrol
Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas VIII C
dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan semuanya masuk
responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam kelas
dengan RPP terlampir. Pada kelas Kontrol pembelajaran dilakukan
di dalam kelas dengan metode ceramah bervariasi tanpa melakukan
kunjungan ke Museum Diponegoro. Pada akhir pembelajaran guru
memberikan post test untuk membandingkan hasil belajar sejarah
siswa dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan metode kunjungan ke museum.
3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum
Diponegoro Sebagai Sumber Belajar
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran sejarah melalui
kunjungan Museum Diponegoro dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai siswa. Peneliti membagi kedua kelas tersebut menjadi dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebagai
kelompok eksperimen yang diwakili kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa
dan untuk kelas kontrol diwakili oleh kelas VIII C dengan jumlah 31
siswa. Kelas VIII E sebagai kelompok eksperimen merupakan kelas yang
dalam pembelajaran sejarah melakukan kunjungan ke Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Kelas VIII C sebagai
81
kelompok kontrol merupakan kelas yang melakukan pembelajaran sejarah
dengan ceramah bervariasi di kelas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
sejarah melalui kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
sejarah lebih baik dari dibandingkan hasil belajar siswa tanpa kunjungan
ke Museum Diponegoro. Ini dapat dilihat pada nilai rata-rata post test
kelas yang melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro lebih besar
yaitu 7,423 sedangkan hasil belajar siswa kelas VIII yang tidak melakukan
kunjungan ke Museum Diponegoro memperoleh nilai rata-rata sebesar
5,76 yang berarti dalam pembelajaran yang memanfaatkan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lebih
efektif pada kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa hasil belajar
yang dicapai pada kelas eksperimen, hasil uji t post test menunjukkan
pembelajaran sejarah dengan metode kunjungan ke museum memberi
pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPS Sejarah bila
dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol yang tidak melakukan
kunjungan ke Museum. Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 >
ttabel = 2, 00 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan statistik
hipotesis penelitian yang berbunyi pemanfaatan Museum Diponegoro
sebagai sumber belajar sejarah efektif dalam meningkatkan hasil belajar
sejarah siswa diterima dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
sejarah.
82
Berikut ini adalah analisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran
sejarah dengan melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro :
a. Analisis Data Tes Awal (Pre Test)
1) Uji Homogenitas
Hipotesis yang diajukan :
Ho : Kedua kelompok memiliki varian yang sama
Ha : Kedua kelompok memiliki varian yang berbeda
Dengan taraf signifikansi α = 5 %, Ho diterima jika Fhitung <
Ftabel. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas data menggunakan uji
F diperoleh hasil Fhitung = 1,0267 sedangkan Ftabel dengan dk=31-1=30
adalah 1,84. Fhitung < Ftabel berarti bahwa varians kedua kelompok sama
atau tidak berbeda, sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa
data tes kedua kelompok adalah homogen.
2) Uji t
Uji t atau juga disebut t-test digunakan untuk mengetahui
apakah diantara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan yang berbeda atau tidak. Untuk Uji-t digunakan rumus
statistik sebagai berikut
t =
√
(
)
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82) t =
√
(
)
83
Hipotesis yang diajukan dalam uji-t ini adalah sebagai berikut:
Ho : kedua kelompok memiliki nilai rata rata yang sama
Ha : kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2)
dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian ini
diambil taraf signifikansi α = 5%. Bila thitung < ttabel maka Ho diterima.
Berdasarkan perhitungan, dk =31+31-2 = 60 diperoleh thitung = -1,3997
< ttabel = 2,00 sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama
3) Uji Normalitas Data
Data hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum data dianalisis.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul
memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis
yang digunakan adalah uji Z.
a) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen
Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi,
yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok
eksperimen diperoleh hasil Zhitung = -11,007. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk
= 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -
84
11,007 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test
kelompok eksperimen berdistribusi normal.
b) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol
Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi,
yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok
kontrol diperoleh hasil Zhitung = -9,16. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk
= 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -
9,16 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test
kelompok kontrol berdistribusi normal.
b. Analisis Data Tes Akhir (Post Test)
Setelah proses pembelajaran selesai dengan diberikan perlakuan
yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok
Eksperimen diberikan pembelajaran dengan kunjungan ke Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Hasil analisis data tes akhir
atau post test sebagai berikut :
1) Uji Homogenitas
Hasil perhitungan dalam hal ini digunakan untuk
mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan keompok
kontrol memiliki varians yang sama atau berbeda. Setelah
85
dilakukan analisis varians kemampuan akhir diperoleh Fhitung
sebesar 1,0272 < Ftabel sebesar 1,84 hal ini menunjukan data
kemampuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki
varian yang tidak berbeda atau sama, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tes kedua kelompok adalah homogen.
2) Uji Normalitas
Sebelum data kemampuan akhir dilakukan uji-t, maka data
hasil penelitian terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum
data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji
prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas melalui uji Z. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
(Dewanto dan Tarsis, 1995:70)
a) Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus
uji Z kelas eksperimen diperoleh Zhitung sebesar 2,317. Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi
5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung = 2,317
> Ztabel sebesar 0,4970 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
penelitian kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Z =
√
86
b) Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus
uji Z kelas kontrol diperoleh Zhitung sebesar -6,902. Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi
5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung < Z tabel,
yaitu Zhitung sebesar -6, 902 < Ztabel sebesar 0,4970 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data penelitian kelompok kontrol
berdistribusi normal.
3) Uji t
Uji-t atau juga disebut dengan t-tes/uji kemampuan rata-rata
digunakan untuk mengetahui apakah diantara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang berbeda atau
tidak. Berdasarkan hasil analisis varians bahwa kedua data hasil
post tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki
varians yang tidak berbeda, sehingga untuk menguji perbedaan
rata-rata hasil belajar menggunakan uji-t. Untuk Uji-t digunakan
rumus statistik sebagai berikut :
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 –
2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian
ini diambil taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,49662 > ttabel sebesar
t =
√
(
)
87
2,00 maka dapat diperoleh suatu kesimpulan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang
berbeda. Dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran
sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber
belajar dalam pembelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3
Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonialisme bangsa Barat pada periode sesudah tahun
1800 memberikan hasil lebih efektif dibandingkan pemebelajaran
sejarah tanpa memanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber
belajar.
4) Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen yang
melakukan pembelajaran sejarah dengan kunjungan ke Museum
Diponegoro, hasil uji-t menunjukan bahwa dengan memanfaatkan
Museum sebagai sumber belajar sejarah memberikan pengaruh
yang lebih baik hasil belajar sejarah dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelas
kontrol.
Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 lebih besar
dibandingkan dengan ttabel = 2,00 yang berarti berada didaerah
88
penolakan H0. Ditolaknya Ho sama artinya dengan diterimanya Ha,
maka secara statistik hipotesis alternatif yang berbunyi
pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah
pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat pada periode sesudah
tahun1800 efektif dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa
diterima dan dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah.
B. Pembahasan
Berdasarkan kurikulum tahun 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) pengemasan
pendidikan sejarah diatur sebagai mata pelajaran yang tergabung dalam
rumpun IPS terpadu, yaitu Sejarah, Geografi dan Ekonomi, dan untuk jenjang
SMP, 1 jam pelajaran adalah 40 menit. Mata pelajaran sejarah adalah salah
satu mata pelajaran yang materinya membicarakan tentang peristiwa-peristiwa
yang berkaitan dengan kehidupan masa lampau. Selama ini pembelajaran
sejarah cenderung pada pembelajaran yang tematik dan teoritik sehingga
terkesan hanya hafalan belaka dan membosankan. Sehingga banyak siswa
yang mempunyai tanggapan bahwa mata pelajaran sejarah hanya dihafalkan
saja dan hanya mempelajari masa lampau karena isinya berisi cerita-cerita
masa lampau. Proses pembelajaran sejarah terkesan pasif, hanya duduk,
mencatat, dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya
89
berdampak pada transfer informasi pada proses pembelajaran dari guru pada
siswa yang menyebabkan prestasi belajar sejarah siswa yang rendah dan
apabila tidak ditangani sedini mungkin akan menyebabkan permasalahan baru.
Permasalahan utama yang muncul adalah tidak tahunya generasi muda
terhadap sejarah bangsanya yang menyebabkan siswa kehilangan jati diri
bangsanya, sehingga mudah dipengaruhi oleh berbagai kepentingan negatif.
Selain itu kekhawatiran lainnya adalah bahwa tidak tumbuhnya sikap
nasionalisme dan cinta tanah air.
Pembenahan terhadap rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat
dari beberapa aspek, terutama aspek yang mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain faktor internal
yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal yang
berupa lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor internal dari aspek
psikologis antara lain kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor
ekstrenal berupa lingkungan sosial terdiri atas lingkungan sosial sekolah,
lingkungan sosial masyaratkat, dan lingkungan keluarga. Sementara itu faktor
nonsosial terdiri atas lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, dan faktor
materi pelajaran. Kondisi eksternal yang berupa pemanfaatan sumber belajar
diluar kelas atau sekolah diharapkan memberikan pengaruh terhadap proses
belajar yang akan berdampak pada prestasi dan hasil belajar siswa.
Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah diluar kelas atau sekolah apabila
dimanfaatkan dengan baik maka proses belajar mengajar akan berlangsung
optimal dan menyenangkan.
90
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam
pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting.
Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-benda,
orang atau lingkungan. Untuk mata pelajaran sejarah, jika disadari sumber-
sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sangat beragam, seperti objek-
objek sejarah, museum, perpustakaan daerah, badan arsip, bangunan bangunan
bersejarah, dan lain-lain.
Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah yang berada disekitar
lingkungan sekitar siswa tersebut memberikan manfaat dan makna dalam
proses pembelajaran sejarah. Manfaat pembelajaran sejarah akan memberikan
makna karena guru senantiasa mengaitkan antara materi pembelajaran yang
diajarakan dengan bukti yang nyata dan situasi yang ada di lingkungan siswa,
khususnya sumber belajar yang berupa peninggalan sejarah yang terdapat di
Museum Diponegoro Kota Magelang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh
pemanfaatan benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar sejarah siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawana
rakyat Indonesia terhadap bangsa Barat periode sesudah tahun 1800. Hipotesis
yang diajukan diterima secara signifikan dengan ditunjukan pembuktian
hipotesis melalui analisis statistik uji t.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Pemanfaatan Museum Diponegoro dalam penelitian ini berkaitan dengan
materi pembelajaran sejarah kelas VIII tentang bentuk-bentuk
perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat
periode sesudah tahun 1800. Materi tersebut terdapat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Pemanfaatan museum lokal sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran sejarah memberikan pengaruh yang
lebih efektif pada kelas eksperimen. Pada pre test hasil belajar didapatkan
rata-rata kelas eksperimen adalah 4,761 dan kelas kontrol 5,16. Dari hasil
uji t pre test pada α = 5%, dk = 31+31-2 = 60 didapatkan thitung = -1, 3997
< ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut dalam keadaan memiliki
kemampuan yang sama. Setelah dilakukan treatment kepada kedua
kelompok kemudian dilakukan post test, didapatkan rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen meningkat sejauh 7,423 dan kelompok kontrol
meningkat sejauh 5,76. Dari hasil uji t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel
= 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu
kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dari hasil post test
terlihat hasi belajar sejarah siswa kelas eksperimen lebih tinggi
91
92
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah
tanpa kunjungan ke museum.
2. Berdasarkan perhitungan di atas tampak bahwa thitung = 6,49662 > ttabel =
2,00 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test kelompok
eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Pengaruh
pemanfaatan koleksi-koleksi benda bersejarah di Museum Diponegoro
terhadap peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Magelang diperoleh fakta bahwa dengan keberadaan Museum
Diponegoro tersebut menjadikan dorongan dan motivasi bagi siswa untuk
mendapatkan informasi yang nyata dan pengetahuan yang diambil dari
keberadaan Museum Diponegoro yang merupakan tempat penyimpanan
koleksi-koleksi benda sejarah peninggalan pangeran Diponegoro pada
saat perang melawan Belanda dan merupakan tempat penangkapan
pangeran Diponegoro.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian
diatas, maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu:
1. Bagi guru, khususnya guru sejarah hendaknya lebih meningkatkan
kemampuan mengajarnya, serta cermat dalam memilih metode mengajar
sesuai dengan situasi, kondisi dan materi pelajarannya. Dalam hal belajar
mengajar terutama dalam hal penyampaian materi guru tidaklah harus
93
bersifat teksbook orienterd saja, tetapi juga guru harus mampu
memanfaatkan lingkungan sekitar yang tentunya mempunyai nilai lebih
bagi siswa dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah.
2. Pihak sekolah hendaknya lebih bijak dan lebih selektif dalam menentikan
model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan bagi sekolahnya agar
dalam penyampaian hasil belajar dapat dicapai secara optimal.
3. Disamping peningkatan hasil belajar dalam aspek kognitif, peningkatan
aspek afektif sangat penting dalam proses pembelajaran sejarah untuk
membentuk mental peserta didik dan lebih menghargai hasil budaya
bangsa Indonesia.
94
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Depdikbud. 2000. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Depdikbud
Dewanto. 2009. “Abstrak Pengukuran dan Evaluasi Pembelajaran”. Makalah.
Disajikan Untuk Mahasiswa Jurusan Sejarah Angkatan 2008/2009
Universitas Negeri Semarang.
Dewanto. 1996. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Dewanto. 2005. Metodologi Penelitian. Semarang: UPT UNNES Press.
Dewanto dan Tarsis Tarmudji. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta: Liberty.
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
................. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
95
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rifa‟i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Slameto. 2009. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Soewarso. 2000. Cara-cara Penyampaian Pendidikan sejarah untuk
Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjarwo. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.
Sugandi, Achmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
96
Sutaarga, Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta: Depdikbud
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode
pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
97
98
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII E
KELOMPOK EKSPERIMEN
No. NAMA L/P
1. ANASTASYA APRILIAN PRIYATNA P
2. AULIA SEKAR RIDZKIRANA P
3. AYU NOVITA SARI P
4. BAGUS AULIA RAHMAN L
5. DARISA DARDA HAMKA P
6. DEVITA RAHMA ARDINA P
7. DHANY KUSWINARKO L
8. DIAN AYU WARDANI P
9. EDWIN RISKI INDARTO L
10. EKI GUSTIA PRATIWI P
11. ERWIN RIYANTO L
12. GLADYSIA RAMADANI P
13. HAIDAR ZAQIK L
14. HAJAR KARIMAH P
15. HERNANDA YUSNIL AKSA L
16. INDAH KURNIASARI P
17. KEMAL KSATRIA AKBAR L
18. MAEMUN ARBI SETIAWAN L
19. MARYONO L
20. MUHAMMAD 'AZA MUSTA‟ANA L
21. MUHAMMAD GILANG PURNOMO L
22. MUHAMMAD ULINUHA L
23. NABILA PRILIA PRASWATI P
24. NOVITA GANIS AYUNINGRUM P
25. NUR LAILIA ULINNUHA P
26. PUTRI WAHYU ANDINI SUGIANTO P
27. RENO AZIZ L
28. RESTU RISTANTI P
29. SONIA ARWINDHI PUTRAWATI P
30. YUDHISTIRA INDRA PRATAMA L
31. YUSRINA LUTHFI HANIFAH P
Lampiran 1
99
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII C
KELOMPOK KONTROL
No. Nama Siswa L/P
1. ADITYA ARI DANISWARA L
2. AENI NURLAILIYAH P
3. ARIFATUL NOOR AINA P
4. BAGAS WIDYA SETYAWAN L
5. CHYNTHIA WULAN GUSTI P
6. DANANG TRI WIBOWO L
7. DANU BUDI PRABOWO L
8. DESTI PUTRI CAHYANI P
9. DHIAZ CHRISTOPHER HAUMAHU L
10. DWI ANTIKA SAFITRI P
11. ELMA RIZKY GIOVANNI P
12. GUSTI SURYO TENGGORO L
13. HANINDYA KIRANA MURTI P
14. IMADUDDIN HAFIZH JUNIARDANA L
15. JULIO TIDAR L
16. LISA ANITASARI P
17. MUCHAMMAD SAFRUDDIN H L
18. MUHAMMAD IMAM HIDAYAT L
19. MUHAMMAD BADRU ZAINAN L
20. NOVINDA INTANI PUTRI P
21. NOVIYANTI P
22. PUTRI OKTAVIANI P
23. RISMAWATI NUR FAIZAH P
24. SHANI ALVIAN L
25. SRI WAHYUNI P
26. TIARA NANDA SAPUTRA L
27. VALDIO MALIK AL AKBAR L
28. VIRGIETHA RIZKI ADISYAH PUTRI P
29. WAHYU SURYADI L
30. YOGA WIDAGDA PRIYAHITA L
31. ROSYID NUR SANTOSO L
Lampiran 2
100
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Smester : VIII / semester 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan
Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta
Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai
Daerah
Indikator :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan
rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah
tahun 1800
2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan
rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah
tahun 1800
3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat
Indonesia di berbagai daerah
Alokasi Waktu : 8 x 40 menit (4 x pertemuan)
Lampiran 3
101
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
B. Materi Pembelajaran
1. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
2. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme
bangsa barat periode sesudah tahun 1800
3. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
C. Metode Pembelajaran
1) Ceramah Bervariasi
2) Contekstual teaching and learning
3) Kunjungan Museum Diponegoro
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pertemuan 1
Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan di
capai memberikan motivasi,
setelah itu, guru mulai
memberikan gamabaran
tentang berbagai bentuk
perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonial isme
Siswa menjawab
salam dan
memperhatikan
apersepsi yang
disampaikan oleh
guru dengan
seksama.
102
Bangsa Barat setelah periode
1800.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Pre-test tentang materi
pembelajaran Bentuk-bentuk
perlawanan Rakyat Indonesia
Menentang Kolonialisme
Bangsa barat Periode setelah
tahun 1800.
Guru menjelaskan materi
perlawanan rakyat Indonesia
dalam perlawanan Saparua di
Maluku (1817), perang Paderi
(1821-1837).
Guru mempersilakan siswa
melakukan tanya jawab.
Siswa Mengerjakan
Pre-test yang
diberikan oleh guru.
Siswa mendengarkan
materi yang
disampaikan oleh
guru.
Siswa mengajukan
pertanyaan tentang
materi.
Kegiatan Penutup
Guru mengecek daftar siswa
yang tidak hadir sekaligus
menutup kegiatan
pembelajaran dengan ucapan
salam.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pertemuan 2
Kegiatan
Pembuka
Guru Memberikan salam, dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan di
capai memberikan motivasi,
setelah itu guru memberikan
gambaran tentang materi
perlawanan selanjutnya yang
akan disampaikan dalam
pembelajaran.
Siswa menjawab
salam dan
mendengarkan
apersepsi yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Guru menjelaskan kompetensi
yang harus dicapai serta
manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan
dipelajari.
Guru melanjutkan materi
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru.
Siswa mendengarkan
materi pembelajaran
103
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan
Siswa
Pertemuan 3
Kegiatan Pembuka Apersepsi guru membuka
pembelajaran dengan
mengucapkan salam,
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan metode
pembelajaran kunjungan
museum.
Guru mengkondisikan siswa
untuk masuk ke kendaraan
transprtasi menuju ke Museum
Diponegoro.
Siswa
mendengarkan
apersepsi guru,
dan penjelasan
dari guru.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Guru mengingatkan kembali
pada siswa tugas-tugas kelompok
yang harus dikerjakan.
Siswa melakukan tanya jawab
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru tentang
tugas kelomok
Siswa bertanya
Konfirmasi
pembelajaran perang
Diponegoro, perang Aceh,
perang Bali dan perang Banjar.
Guru memberikan pembekalan,
membentuk 5-6 kelompok yang
terdiri dari 5-6 siswa, dan
pembagian tugas untuk
pertemuan ke-3 pada kunjungan
ke museum Diponegoro.
Guru mempersilahkan siswa
bertanya seputar materi dan
tugas kelompok kunjungan ke
Museum Diponegoro.
yang disampaikan
guru.
Siswa berkomunikasi
denga anggota
kelompoknya dan
mencatat tugas-tugas
yang diberikan guru
untuk kunjungan
museum.
Siswa bertanya
seputar materi dan
tugas kelompom
kunjungan Museum.
Kegiatan Penutup
Guru mengecek daftar siswa
yang tidak hadir sekaligus
menutup kegiatan pembelajaran
dengan ucapan salam.
104
Konfirmasi
dengan guru maupun pemandu
Museum Diponegoro tentang
sejarah Museum Diponegoro dan
koleksi-koleksinya terkait
dengan materi perlawanan
Diponegoro.
Guru dan pemandu memberi
penjelasan terhadap sejarah
Museum Diponegoro dan
koleksi-koleksi musuem tentang
kaitanya denga materi
perlawanan Diponegoro.
pada guru dan
pemandu
museum yang
terkait dengan
materi
perlawanan
Diponegoro.
Siswa
mendengarkan
penjelasan dan
informasi dari
guru dan
pemandu
museum
tentang sejarah
museum
Diponegoro dan
koleksinya
terkait dengan
perlawanan
Diponegoro
Kegiatan Penutup
Guru dan siswa persiapan
kembali ke Sekolah.
Guru melakukan refleksi materi
yang telah diamati oleh siswa di
Museum Diponegoro.
Menarik kesimpulan materi.
Guru Memberi tugas untuk
membuat laporan tertulis tiap
kelompok tentang apa yang telah
diamatinya di Museum
Diponegoro.
Guru membuat kesimpulan dari
materi yang baru disampaikan
dan menyampaikan apa yang
akan dipelajari pertemuan
berikutnya yaitu melakukan post
test.
Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa persiapan
kembali ke
sekolah dan
mempersiapkan
tugas untuk
laporan tertulis
kelompok
tentang apa
yang diamati di
Museum
Diponegoro,
siswa
mendengarkan
kesimpulan dari
guru tentang
materi yang
baru
disampaikan.
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan
Siswa
105
Pertemuan 4
Kegiatan Pembuka Guru memberi salam guru
melakukan presensi dan melihat
kesiapan siswa untuk mengikuti
pelajaran, serta dilanjutkan
dengan pemberian motivasi.
Siswa
mendengarkan
apersepsi dari
guru.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Guru mempersiapkan siswa
untuk mengumpulkan tugas
laporan kunjungan museum
Diponegoro dan menunjuk salah
satu kelompok untuk
menyampaikan hasil tugas
kelompok di depan kelas.
Guru mempersilakan siswa untuk
membacakan hasil laporan di
depan kelas dan tanya jawab
seputar hasil laporan kunjungan
Museum.
Guru memberikan post-test
tentang materi Bentuk-bentuk
perlawanan Rakyat Indonesia
Menentang Kolonialisme Bangsa
barat Periode setelah tahun 1800.
Guru membahas hasil laporan
dan membahas soal-soal post-
test.
Siswa
mempersiapkan
tugas dan
persiapan untuk
meyampaiakan
hasil tugas
kelopok di
depan kelas.
Siswa
membacakan
hasil laporan di
depan kelas dan
tanya jawab
seputar hasil
laporan
kunjungan
Museum. Siswa
menegerjakan
post-test materi
Bentuk-bentuk
perlawanan
Rakyat
Indonesia
Menentang
Kolonialisme
Bangsa barat
Periode setelah
tahun 1800
Siswa
mendengarkan
hasil laporan
dan penjelasan
dari guru.
Kegiatan Penutup
Guru berterimakasih atas
kerjasamanya. Kemudian
menutup pelajaran
.
106
E. Sumber Belajar
1. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII
2. Buku-buku penunjang yang relevan
3. Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya.
4. Foto-foto koleksi Museum Diponegoro
F. Penilaian
1. Penilaian Tes
a. Pre tes
b. Pos tes
2. Penilaian laporan tugas kelompok
Magelang, 7 April 2011
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Sejarah Peneliti
Sri Sundari, S.Pd Arif Widayanto
NIP. 19610105 198803 2 005 NIM. 3101407001
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 4
107
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Smester : VIII / semester 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan
Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta
Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai
Daerah
Indikator :
4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan
rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah
tahun 1800
5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan
rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah
tahun 1800
6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat
Indonesia di berbagai daerah
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
108
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
B. Materi Pembelajaran
4. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
5. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme
bangsa barat periode sesudah tahun 1800
6. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah Bervariasi dan tanya jawab.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pertemuan 1
Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan di
capai memberikan motivasi,
setelah itu, guru mulai
memberikan gamabaran
tentang berbagai bentuk
perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonial isme
Bangsa Barat setelah periode
1800.
Siswa menjawab
salam dan
memperhatikan
apersepsi yang
disampaikan oleh
guru dengan
seksama.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Pre-test tentang materi
pembelajaran Bentuk-bentuk
perlawanan Rakyat Indonesia
Siswa Mengerjakan
Pre-test yang
diberikan oleh guru.
109
Elaborasi
Konfirmasi
Menentang Kolonialisme
Bangsa barat Periode setelah
tahun 1800.
Guru menjelaskan materi
perlawanan rakyat Indonesia
dalam perlawanan Saparua di
Maluku (1817), perang Paderi
(1821-1837).
Guru mempersilakan siswa
melakukan tanya jawab.
Siswa mendengarkan
materi yang
disampaikan oleh
guru.
Siswa mengajukan
pertanyaan tentang
materi.
Kegiatan Penutup
Guru mengecek daftar siswa
yang tidak hadir sekaligus
menutup kegiatan
pembelajaran dengan ucapan
salam.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pertemuan 2
Kegiatan
Pembuka
Guru Memberikan salam, dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan di
capai memberikan motivasi,
setelah itu guru memberikan
gambaran tentang materi
perlawanan selanjutnya yang
akan disampaikan dalam
pembelajaran.
Siswa menjawab
salam dan
mendengarkan
apersepsi yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Guru menjelaskan kompetensi
yang harus dicapai serta
manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan
dipelajari.
Guru melanjutkan materi
pembelajaran perang
Diponegoro (1825-1830),
perang Aceh (1873-1904),
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru.
Siswa mendengarkan
materi pembelajaran
yang disampaikan
guru.
110
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan
Siswa
Pertemuan 3
Kegiatan Pembuka Guru memberi salam guru
melakukan presensi dan melihat
kesiapan siswa untuk mengikuti
pelajaran, serta dilanjutkan
dengan pemberian motivasi.
Siswa
mendengarkan
apersepsi dari
guru.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Guru mengulas materi
pembelajaran pada pertemuan
yang sebelumnya.
Guru memberikan soal post-test
tentang materi pembelajaran
Bentuk-bentuk perlawanan
Rakyat Indonesia Menentang
Kolonialisme Bangsa barat
Periode setelah tahun 1800.
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru.
Siswa
mengerjakan
soal post-test
yang diberikan
guru tentang
materi
pembelajaran
Bentuk-bentuk
perlawanan
Rakyat
Indonesia
Menentang
Kolonialisme
Bangsa barat
Periode setelah
Konfirmasi
perang Bali (1846-1906) dan
perang Banjar (1859-1863).
Guru mempersilakan siswa
melakukan tanya jawab seputar
materi pembelajaran.
Siswa
mengemukakan
pertanyaan tentang
materi yang belum
dipahami.
Kegiatan Penutup
Guru mengecek daftar siswa
yang tidak hadir sekaligus
menutup kegiatan pembelajaran
dengan ucapan salam.
111
Konfirmasi
Guru membahas soal post-test
dan menyimpulkan materi
pembelajaran.
tahun 1800.
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru
Kegiatan Penutup
Guru berterima kasih atas
kerjasamanya. Kemudian
menutup pelajaran
.
H. Sumber Belajar
5. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII
6. Buku-buku penunjang yang relevan
7. LKS
I. Penilaian
Penilaian Tes :
c. Pre tes
d. Pos tes
Magelang, April 2011
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Sejarah Peneliti
Sri Sundari, S.Pd Arif Widayanto
NIP. 19610105 198803 2 005 NIM. 3101407001
112
KISI-KISI SOAL UJI COBA TEST
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : VIII/1
Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat
Indonesia
dalam Menentang Kolonialisme
Bangsa Barat Periode setelah tahun
1800
Tahun Ajaran : 2010/2011
Jumlah Butir : 40 soal
No. Kompetensi
Dasar
Kelas/
semester
Indikator No. Soal
1. Menjelaskan
Proses
Perkembanga
n
Kolonialisme
dan
Imperialisme
Barat, serta
Pengaruh
yang
Ditimbulkann
ya di Berbagai
Daerah
VIII/1 Mendeskripsikan
bentuk-bentuk
perlawanan rakyat
Indonesia dalam
menentang
kolonialisme bangsa
barat periode sesudah
tahun 1800.
Mengidentifikasi
tokoh-tokoh
perlawanan rakyat
Indonesia dalam
menentang
kolonialisme bangsa
barat periode sesudah
tahun 1800.
Menunjukan lokasi-
lokasi perlawanan
rakyat Indonesia
diberbagai daerah.
1, 2, 5, 6, 7, 8, 9,
11,13, 15, 16, 17, 18,
22, 23, 24, 26, 27,
30, 31, 32, 33 dan 34
4, 12, 14, 20, 21, 25,
28, 29, 35, 37, 38
dan 39
3, 10, 19, 36 dan 40
Lampiran 5
113
SOAL UJI COBA TEST
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang
menurut anda paling tepat!
1. Perjuangan rakyat Indonesia melawan bangsa Barat periode sesudah tahun
1800 bersifat...
a. Nasional dan modern
b. Kedaerahan dan tradisional
c. Nasional dan tradisional
d. Kedaerahan dan modern
2. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap
Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu...
a. Benteng New Victoria c. Benteng Vredeberg
b. Benteng Holandia d. Benteng Duurstede
3. Perlawanan rakyat Saparua terhadap Belanda lebih dikenal dengan
perlawanan Pattimura. Perlawanan Pattimura terjadi di daerah...
a. Manado c. Maluku
b. Kendari d. Makassar
4. Gambar berikut adalah tokoh pejuang wanita yang berasal dari Maluku
yang bernama...
a. Christina Martha Tiahahu
b. Thomas Matulesi
c. Dewi Sartika
Lampiran 6
114
d. Cut Nyak Dien
5. Sebelum memberontak, Thomas Matulesi atau Pattimura masih
menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari...
a. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan
wajib dan wajib kerja
b. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi
tentara belanda
c. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti
uang logam
d. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan
kekerasan
6. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah
kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng...
a. Van der Wijk c. Niew Victoria
b. Ford Van de Capellen d. Duurstede
7. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh
kaum Paderi disebut...
a. Gerakan Dakwah c. Gerakan Sosial
b. Gerakan Budaya d. Gerakan Wahabiah
8. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum
adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh...
a. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat
b. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang
bertentangan dengan Islam
c. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam
pemerintahan
d. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan
Belanda
9. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas
kaum Paderi menunjukan fakta bahwa...
115
a. Berbagai wilayah di Indonesia telah memiliki kesatuan dalam
perjuangan
b. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala
nasional
c. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera
d. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik
10. Perhatikan peta dibawah ini !
Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor...
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
11. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi
betujuan untuk...
a. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro
b. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi
c. Menarik simpati masyarakat Minangkabau
d. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak
12. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan
suaminya yang dikenal dengan nama...
a. Teuku Imam Leungbata
116
b. Teuku Umar
c. Teuku Cik Ditiro
d. Teuku Ibrahim
13. Dalam menghadapi perang Aceh, pemerintah Belanda mengirimkan Dr.
Snouck Hurgronje ke Aceh yang bertugas untuk...
a. Memimpin serangan kewilayah Aceh
b. Menyelidiki struktur dan kehidupan masyarakat Aceh
c. Melakukan perundingan dengan para pemimpin perjuangan rakyat
Aceh
d. Menghentikan peperangan antara Aceh dan Belanda
14. Sorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk
mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah...
a. Van der Capellen
b. Van Swieten
c. Van Heutz
d. De Kock
15. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut,
kecuali...
a. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai
kewajiban agama
b. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang
c. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian
d. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng
stelsel
16. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah
pada Belanda dengan menandatangani...
a. Traktat Sumatera c. Traktat Pendek
b. Traktat London d. Traktat Aceh
17. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah...
a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan
117
b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan
c. berperang adalah tugas semua warga negara
d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda
18. Perang Banjar berlangsung pada tahun...
a. 1821-1837
b. 1825-1830
c. 1846-1906
d. 1858-1866
19. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah...
a. Kalimantan Timur
b. Kalimantan Barat
c. Kalimantan Selatan
d. Kalimantan Tengah
20. Gambar berikut adalah tokoh pemimpin perlawanan rakyat Banjar
melawan Belanda adalah...
a. Pangeran Anom
b. Pangeran Antasari
c. Sultan Tamjidillah
d. Kyai Demang Leman
21. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena
bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ...
a. Pangeran Anom
118
b. Pangeran Antasari
c. Pangeran Tamjidillah
d. Pangeran Hidayat
22. Terjadinya perang Banjar melawan pemerintah kolonial Belanda antara
lain disebabkan oleh...
a. Belanda merebut tambang batu bara
b. Belanda membangun pangkalan militer di Banjar
c. Perebutan kekuasaan di Kerajaan Banjar
d. Belanda turut ikut campur dalam urusan kerajaan Banjar
23. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaan-
kerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun...
a. 1817
b. 1821-1837
c. 1825-1830
d. 1846-1906
24. Salah satu penyebab Perang Jagaraga antara kerajaan-kerajaan di Bali
dengan Belanda adalah adanya hak tawan karang, yaitu...
a. Hak raja-raja Bali untuk merampas kapal dan muatannya yang
terdampar di pantai Bali.
b. Hak raja-raja untuk mengusir kapal-kapal Belanda.
c. Hak kerajaan di Bali untuk menangkap ikan di perairan Bali.
d. Hak kerajaan di Bali untuk bekerja sama dengan bangsa asing.
25. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali...
a. Raja Buleleng
b. I Gusti Ketut Jelantik
c. Raja Karangasem
d. Prabu Anom
26. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh
rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah...
119
a. Perang Buleleng
b. Perang Paregreg
c. Perang Margarana
d. Perang Puputan
27. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun...
a. 1821-1837
b. 1825-1830
c. 1859-1863
d. 1846-1906
28. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III
yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal
dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah...
a. R. M Antawirya
b. P. Mangkubumi
c. Pangeran Purboyo
d. Kyai Maja
29. Tokoh yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro yang akhirnya
menyerah dan dikirim Belanda untuk menghadapi perang Paderi di
Minangkabau adalah...
a. Kyai Mojo
b. Pangeran Purboyo
c. Pangeran Mangkubumi
d. Sentot Alibasyah Prawirodirjo
30. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan...
a. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan
b. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo
c. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton
d. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah
120
31. Pernyataan berikut yang menjadi penyebab khusus terjadinya perang
Diponegoro adalah...
a. Penderitaan rakyat di Pulau Jawa akibat penjajahan Belanda
b. Penangkapan pangeran Diponegoro oleh pasukan Belanda
c. Masuknya kebudayaan Barat yang telah merusak kebudayaan Jawa
d. Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang
melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro
32. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan
pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan
Mataram terhadap Belanda sebab...
a. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram
b. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro
c. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga
d. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah
Mataram
33. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara
lain adalah, kecuali...
a. Menggunakan siasat berunding
b. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap
Diponegoro
c. Menggunakan siasat Benteng Stelsel
d. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel
34. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda
menggunakan strategi...
a. Perang Gerilya c. Devide et Impera
b. Benteng Stelsel d. Konsentrasi Stelsel
35. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak
membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro
bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda,
yaitu di rumah...
a. Jenderal De Kock c. Letjen Roest
121
b. Kolonel Cleerens d. Residen Kedu
36. Perang Diponegoro berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro
pada saat berunding dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1830 di...
a. Yogyakarta c. Semarang
b. Magelang d. Temanggung
37. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan
akhirnya menghianati perundingan adalah...
a. Jenderal De Kock c. Jenderal Kohler
b. Jenderal Van Heutz d. Jenderal Van
Swieten
38. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi
oleh istrinya yaitu yang bernama...
a. Ratu Ageng c. R.A Mangkarawati
b. Ratu Ayu d. R.A Ratnaningsih
39. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan
melawan Belanda bernama...
a. Kyai Ageng
b. Kyai Gentayu
c. Kyai Badarrudin
d. Kyai Mojo
40. Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di tempat
pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di...
a. Manado c. Makassar
b. Ambon d. Palu
122
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA TEST
1. B 11. A 21. C 31.D
2. D 12. B 22. D 32.A
3. C 13. B 23. D 33.D
4. A 14. C 24. A 34.B
5. D 15. B 25. D 35.D
6. C 16. C 26. D 36.B
7. D 17. D 27. B 37.A
8.B 18. D 28. A 38.D
9. C 19. C 29. D 39.B
10. C 20. B 30. C 40.C
Lampiran 7
123
Lampiran 8
124
125
126
Lampiran 9
127
128
Lampiran 10
129
KISI-KISI SOAL PRE TEST & POST TEST
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : VIII/1
Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat
Indonesia
dalam Menentang Kolonialisme
Bangsa Barat Periode setelah tahun
1800
Tahun Ajaran : 2010/2011
Alokasi Waktu : 40 menit
Jumlah Butir : 30 soal
No. Kompetensi
Dasar
Kelas/
semester
Indikator No. Soal
1. Menjelaskan
Proses
Perkembanga
n
Kolonialisme
dan
Imperialisme
Barat, serta
Pengaruh
yang
Ditimbulkann
ya di Berbagai
Daerah
VIII/1 Mendeskripsikan
bentuk-bentuk
perlawanan rakyat
Indonesia dalam
menentang
kolonialisme bangsa
barat periode sesudah
tahun 1800.
Mengidentifikasi
tokoh-tokoh
perlawanan rakyat
Indonesia dalam
menentang
kolonialisme bangsa
barat periode sesudah
tahun 1800.
Menunjukan lokasi-
lokasi perlawanan
rakyat Indonesia
diberbagai daerah.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 11,
12, 13, 14, 17, 19,
20, 22, 23, 24 dan 25
9, 10, 16, 18, 21, 26,
27, 28 dan 29
7, 15, dan 30
Lampiran 11
130
SOAL PRE TEST DAN POST TEST
Perhatikan soal dibawah ini. Jawablah soal di bawah ini dengan
memberikan tanda ‘X’ pada lembar jawab yang sudah disediakan !
1. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap
Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu...
c. Benteng New Victoria c. Benteng Vredeberg
d. Benteng Holandia d. Benteng Duurstede
2. Sebelum memberontak, Thomas Matulesi atau Pattimura masih
menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari...
e. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan
wajib dan wajib kerja
f. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi
tentara belanda
g. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti
uang logam
h. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan
kekerasan
3. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah
kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng...
c. Van der Wijk c. Niew Victoria
d. Ford Van de Capellen d. Duurstede
4. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh
kaum Paderi disebut...
c. Gerakan Dakwah c. Gerakan Sosial
d. Gerakan Budaya d. Gerakan Wahabiah
5. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum
adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh...
e. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat
f. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang
bertentangan dengan Islam
Lampiran 12
131
g. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam
pemerintahan
h. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan
Belanda
6. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas
kaum Paderi menunjukan fakta bahwa...
e. Berbagai wilayah di Indonesia telah memiliki kesatuan dalam
perjuangan
f. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala
nasional
g. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera
h. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik
7. Perhatikan peta dibawah ini !
Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor...
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
8. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi
betujuan untuk...
e. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro
f. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi
g. Menarik simpati masyarakat Minangkabau
h. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak
9. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan
suaminya yang dikenal dengan nama...
132
e. Teuku Imam Leungbata
f. Teuku Umar
g. Teuku Cik Ditiro
h. Teuku Ibrahim
10. Seorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk
mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah...
e. Van der Capellen
f. Van Swieten
g. Van Heutz
h. De Kock
11. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut,
kecuali...
e. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai
kewajiban agama
f. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang
g. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian
h. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng
stelsel
12. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah
pada Belanda dengan menandatangani...
c. Traktat Sumatera c. Traktat Pendek
d. Traktat London d. Traktat Aceh
13. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah...
a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan
b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan
c. berperang adalah tugas semua warga negara
d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda
14. Perang Banjar berlangsung pada tahun...
e. 1821-1837
133
f. 1825-1830
g. 1846-1906
h. 1858-1866
15. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah...
e. Kalimantan Timur
f. Kalimantan Barat
g. Kalimantan Selatan
h. Kalimantan Tengah
16. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena
bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ...
e. Pangeran Anom
f. Pangeran Antasari
g. Pangeran Tamjidillah
h. Pangeran Hidayat
17. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaan-
kerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun...
e. 1817
f. 1821-1837
g. 1825-1830
h. 1846-1906
18. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali...
e. Raja Buleleng
f. I Gusti Ketut Jelantik
g. Raja Karangasem
h. Prabu Anom
19. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh
rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah...
e. Perang Buleleng
f. Perang Paregreg
g. Perang Margarana
h. Perang Puputan
134
20. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun...
e. 1821-1837
f. 1825-1830
g. 1859-1863
h. 1846-1906
21. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III
yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal
dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah...
e. R. M Antawirya
f. P. Mangkubumi
g. Pangeran Purboyo
h. Kyai Maja
22. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan...
e. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan
f. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo
g. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton
h. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah
23. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan
pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan
Mataram terhadap Belanda sebab...
e. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram
f. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro
g. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga
h. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah
Mataram
24. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara
lain adalah, kecuali...
e. Menggunakan siasat berunding
f. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap
Diponegoro
g. Menggunakan siasat Benteng Stelsel
135
h. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel
25. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda
menggunakan strategi...
c. Perang Gerilya c. Devide et Impera
d. Benteng Stelsel d. Konsentrasi Stelsel
26. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak
membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro
bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda,
yaitu di rumah...
c. Jenderal De Kock c. Letjen Roest
d. Kolonel Cleerens d. Residen Kedu
27. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan
akhirnya menghianati perundingan adalah...
c. Jenderal De Kock c. Jenderal Kohler
d. Jenderal Van Heutz d. Jenderal Van
Swieten
28. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi
oleh istrinya yaitu yang bernama...
c. Ratu Ageng c. R.A Mangkarawati
d. Ratu Ayu d. R.A Ratnaningsih
29. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan
melawan Belanda bernama...
e. Kyai Ageng
f. Kyai Gentayu
g. Kyai Badarrudin
h. Kyai Mojo
30. Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di tempat
pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di...
c. Manado c. Makassar
d. Ambon d. Palu
136
KUNCI JAWABAN SOAL PRES TEST DAN POST TEST
1. D 11. B 21. A
2. D 12. C 22. C
3.C 13. D 23. A
4. D 14. D 24.D
5. B 15. C 25. B
6. C 16. C 26. D
7. C 17. D 27. A
8.A 18. D 28. D
9. B 19. D 29. B
10. C 20. B 30. C
Lampiran 13
137
Lampiran 14
138
Lampiran 15
139
Lampiran 16
140
Lampiran 17
141
Lampiran 18
142
Lampiran 19
143
Lampiran 20
144
Lampiran 21
145
Lampiran 22
146
Lampiran 23
147
Lampiran 24
148
Lampiran 25
149
Lampiran 26
150
Lampiran 27
151
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Lokasi Penelitian SMP Negeri 3 Magelang
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 2. Pembelajaran Sejarah dengan Ceramah Bervariasi di kelas Kontrol
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 28
152
Gambar 3. Proses Pembelajaran Sejarah dengan ceramah bevariasi di kelas
kontrol
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Ruang Museum Diponegoro
(Dahulunya adalah Ruang Kamar Residen Kedu yang Digunakan Sebagai Tempat
Perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh
Jenderal De Kock)
(Sumber: dokumentasi pribadi)
153
Gambar 5. Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 6. Siswa – siswi mengamati benda-benda koleksi Museum Diponegoro
dan melakukan tanya jawab dengan pengelola Museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
154
Gambar 7. Proses Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan museum
Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 8. Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan Museum Sebagai Sumber
Belajar Sejarah
(Sumber: dokumentasi pribadi)
155
DOKUMENTASI MUSEUM DIPONEGORO
DAN KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO
Gambar 9. Papan Nama Museum Diponegoro Kota Magelang
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 10. Kompleks Museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 29
156
Gambar 11. Gedung Museum Diponegoro tampak dari halaman museum
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 12. Museum Diponegoro tampak dari depan pintu ruang museum
(Sumber: dokumentasi pribadi)
157
Gambar 13. Pintu ruang perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal
De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 14. Ruang perundingan tampak dari tangga masuk
(Sumber: dokumentasi pribadi)
158
Gambar 15. Jubah Pangeran Diponegoro yang digunakan pada saat perundingan
dengan Jenderal De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 16. 1 set meja dan kursi perundingan antara Pangeran Diponegoro dan
Jenderal De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
159
Gambar 17. Kursi perundingan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro pada
saat perundingan dengan Jenderal De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 18. Guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarah
terhadap kelicikan Belanda
(Sumber: dokumentasi pribadi)
160
Gambar 19. Kitab Tahrib
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 20. Teko atau poci dan 7 (Tujuh) buah cangkir,
yaitu cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran Pangeran
Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air dlingo bengle, wedang jahe,
air putih matang, air dadap serep, teh dan kopi
(Sumber: dokumentasi pribadi)
161
Gambar 21. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai
untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal
(Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama
islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii.
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 22. Lukisan pangeran Diponegoro
Gambar ini merupakan reproduksi dari lukisan P. Diponegoro saat beliau berusia
35 tahun. Gambar aslinya disimpan oleh keluarga P. Pudjokusumo di Yogyakarta.
Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya.
(Sumber: dokumentasi pribadi)
162
Gambar 23. Lukisan Koleksi Museum Diponegoro
(Lukisan Suasana Penangkapan Pangeran Diponegorodi depan gedung
Karesidenan Kedu di Magelang)
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 24. Lukisan Pangeran Diponegoro dalam suasana peperangan
(Sumber: dokumentasi pribadi)
163
Gambar 25. Lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu
melintasi Sungai Progo
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 26. Silsilah Pangeran Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
164
DVD KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO
Lampiran 30
top related