pembahasan praktikum afr
Post on 28-Dec-2015
95 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan Alat beserta Fungsinya
4.1.1 Analisa Data
Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Pengenalan Alat beserta Fungsinya
No Gambar dan Nama Alat Fungsi
1.
Gambar 4.1
Balp
Digunakan untuk mengambil
larutan dengan menghubungkan
kepipa volumetrik.
2.
Gambar 4.2
Buret
Digunakan sebagai wadah
larutan yang digunakan untuk
menitrasi.
3. Digunakan untuk menolong
ketika memasukan cairan
kedalam wadah dengan
38 Analisa Fluida Reservoir
39
Gambar 4.3
Corong Gelas
diameter sempit.
4.
Gambar 4.4
Gelas Kimia
Digunakan untuk mengukur
volume sampel larutan dengan
skala yang lebih besar.
5.
Gambar 4.5
Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur
volume larutan dalam jumlah
tertentu dengan tidak
memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi.
6.
Gambar 4.6
Digunakan untuk mengukur
specific gravity minyak berat.
Analisa Fluida Reservoir
40
Hydrometer Specific
Gravity Heavy Liquid
7.
Gambar 4.7
HydrometerSpecific
Gravity Light Liquid
Digunakan untuk mengukur
specific gravity minyak ringan.
8.
Gambar 4.8
Labu Erlenmeyer
Digunakan untuk sabagai
wadah penopang titrasi atau
larutan yang dititrasi.
9.
Gambar 4.9
Penjepit Kayu
Digunakan untuk menjepit
tabung reaksi.
Analisa Fluida Reservoir
41
10.
Gambar 4.10
pH Paper
Digunakan untuk mengukur
tingkat keasaman dan
kebasaan dari suatu larutan.
11.
Gambar 4.11
Pipet Tetes
Digunakan untuk mengambil
cairan atau larutan dalam skala
kecil.
12.
Gambar 4.12
Pipet Volumetrik
Digunakan untuk mengambil
larutan dengan skala yang lebih
tepat.
13. Digunakan untuk mereaksikan
bahan kimia dalam skala kecil.
Analisa Fluida Reservoir
42
Gambar 4.13
Tabung Reaksi
14.
Gambar 4.14
Termometer Batang
Digunakan untuk mengukur
skala atau temperatur.
15.
Gambar 4.15
Tiang Statif
Digunakan untuk menegakkan
atau menopang buret untuk
melakukan titrasi.
4.1.2 Pembahasan
Pada praktikum Analisa Fluida Reservoir mengenai
pengenalan alat beserta fungsinya yang telah kita lakukan,
kita dapat mengetahui tujuan dari praktikum kemudian kita
dapat menegenal berbagai macam alat-alat praktikum
sebelum dipergunakan. Pada percobaan pertama memiliki
Analisa Fluida Reservoir
43
tujan untuk mengetahui nama alat-alat laboratorium,
mengetahui fungsi dari alat-alat laboratorium analisa fluida
reservoir, mengetahui bentuk dari alat-alat laboratorium
analisa fluida resrvoir dan mengetahui kegunaan alat-alat
laboratorium analisa fluida reservoir. Hal ini dilakukan agar
dalam proses praktikum, praktikan dapat menggunakan alat-
alat laboratorium sesuai fungsinya dan menggunakan alat
sesuai dengan prosedurnya.
Pada dasarnya semua alat-alat yang ada
dilaboratorium memiliki bahan dasar, bentuk dan fungsinya
yang berbeda-beda. Alat pertama seperti balp misalnya
memiliki kegunaan dan fungsi untuk mengambil larutan
dengan menghubungkan kepipa volumetrik dan terbuat dari
karet. Alat kedua buret memiliki kegunaan dan fungsi untuk
wadah larutan yang digunakan untuk menitrasi dan terbuat
dari kaca. Alat ketiga corong gelas memiliki kegunaan dan
fungsi untuk menolong ketika memasukkan cairan kedalam
wadah dengan diameter sempit dan terbuat dari bahan kaca.
Alat ke empat gelas kimia memiliki kegunaan untuk mengukur
volume sampel larutan dengan skala yang lebih besar, serta
terbuat dari bahan kaca. Alat kelima gelas ukur memiliki
kegunaan dan fungsi untuk mengukur volume larutan dalam
jumlah tertentu dengan tidak memerlukan tingkat ketelitian
Analisa Fluida Reservoir
44
yang tinggi, serta terbuat dari bahan kaca. Alat ke enam
hydrometer specific gravity heavy liquid memiliki kegunaan
dan fungsi untuk mengukur specific gravity minyak berat, serta
terbuat dari bahan kaca. Alat ketujuh hydrometer specific
gravity light liquid memiliki kegunaan dan fungsi untuk
mengukur specific gravity minyak ringan. Alat ke dalapan labu
Erlenmayer memiliki kegunaan dan fungsi untuk wadah
penopang titrasi atau larutan yang dititrasi, serta terbuat dari
bahan kaca. Alat ke sembilan penjepit kayu memiliki
kegunaan dan fungsi untuk menjepit tabung reaksi, serta
terbuat dari kayu. Alat kesepuluh pH paper memiliki kegunaan
dan fungsi untuk tingkat keasaman dan kebasaan dari suatu
larutan, serta terbuat dari kertas. Alat ke sebelas pipet tetes
memiliki kegunaan dan fungsi untuk mengambil larutan dalam
skala kecil, serta terbuat dari bahan kaca. Alat kedua belas
pipet volumetrik memiliki fungsi dan kegunaan untuk
mengambil larutan dengan skala yang tepat, serta terbuat dari
bahan kaca. Alat ketiga belas tabung reaksi memiliki
kegunaan dan fungsi untuk mereaksikan bahan kimia dalam
skala keci serta terbuat dari bahan kaca. Alat keempat belas
termometer batang memiliki kegunaan dan fungsi untuk
mengukur skala atau temperatur, serta terbuat dari bahan
kaca. Alat yang terakhir tiang statif memiliki kegunaan dan
Analisa Fluida Reservoir
45
fungsi untuk menegakkan atau menopang buret untuk
melakukan titrasi, serta terbuat dari bahan besi.
Setelah asisten praktikum memberitahui fungsi, bentuk
dan nama alat-alat laboratorium analisa fluida reservoir,
kemudian kita menggambarkan alat laboratorium serta
mencatat fungsinya pada lembar kerja.
4.1.3 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat-alat pada percobaan pengenalan alat beserta
fungsinya terdiri dari lima belas macam diantaranya,
termometer batang berfungsi untuk mengukur suhu, pipet
volumetrik berfungsi untuk mengambil larutan dengan
skala yang lebih tepat, pipet tetes berfungsi untuk
mengambil cairan dalam skala kecil, gelas ukur untuk
mengukur volume larutan dalam jumLah tertentu dan gelas
kimia berfungsi untuk wadah atau tempat sampel larutan.
2. Alat-alat pada percobaan pengenalan alat beserta
fungsinya terdiri dari tabung reaksi berfungsi untuk
Analisa Fluida Reservoir
46
mereaksikan bahan kimia dalam skala kecil, hydrometer
specific gravity heavy liquid berfungsi untuk mengukur
specific gravity (SG) minyak berat, hydrometer specific
gravity light liquid berfungsi untuk mengukur specific
gravity (SG) minyak ringan, pH paper berfungsi untuk
mengukur kadar keasaman atau kebasaan daru suatu
larutan, dan labu Erlenmeyer berfungsi untuk menampung
titrat.
3. Alat-alat pada percobaan pengenalan alat beserta
fungsinya antara lain buret berfungsi sebagai tempat
larutan yang digunakan untuk menitrasi, corong gelas
berfungsi untuk menolong pada saat memasukkan larutan
kedalam wadah, tiang statif berfungsi untuk menegakan
atau memegang ketika proses titrasi, penjepit kayu
befungsi untuk menjepit tabung reaksi dan Balp berfungsi
untuk mengambil larutan dengan pipet volumetrik.
4. Alat yang terbuat dari kaca terdiri dari termometer batang,
gelas ukur, gelas kimia, tabung reaksi, corong gelas,
hydrometer specific gravity light liquid dan hydrometer
specific gravity heavy liquid.
5. Alat yang terbuat dari besi, yaitu tiang statif.
6. Alat yang terbuat dari karet, yaitu balp.
7. Alat yang terbuat dari kayu, yaitu penjepit kayu.
Analisa Fluida Reservoir
47
4.2 Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang
4.2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Gelas Kimia.
Gelas Ukur.
Penjepit Kayu.
Penutup dari Sterofoam.
Spatula.
Tabung Reaksi.
Termometer Batang.
b. Bahan
Es Batu.
Garam.
Minyak Berat (Heavy Crude Oil).
Minyak Ringan (Light Crude Oil).
4.2.2 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan sebelum melakukan
praktikum.
2. Mengambil 10 mL minyak ringan (Light Crude Oil) dari
gelas kimia dengan cara menuangkannya secara
perlahan–perlahan kedalam gelas ukur.
Analisa Fluida Reservoir
48
3. Menuangkan 10 mL minyak ringan (Light Crude Oil) yang
berada digelas ukur kedalam tabung reaksi secara
perlahan-lahan.
4. Memasukkan es batu kedalam gelas kimia.
5. Menuangkan garam kedalam gelas kimia yang berisi es
batu secukupnya agar es batu tidak mudah mencair
6. Menutup gelas kimia dengan penutup dari sterofoam.
7. Memasukkan tabung reaksi kedalam lubang pada penutup
sterofoam yang telah dipasang untuk menutupi gelas
kimia.
8. Memasukkan termometer kedalam tabung reaksi.
9. Mengamati minyak ringan (Light Crude Oil) sampai terjadi
kabut pada tabung reaksi.
10.Melihat dan mencatat suhu pada skala termometer batang
ketika pada tabung reaksi sudah terlihat adanya kabut.
11.Mengamati kembali minyak ringan (Light Crude Oil)
membeku atau tidak dapat bergerak lagi ketika termometer
digerakkan.
12.Meliihat dan mencatat suhu pada termometer batang
ketika minyak ringan (Light Crude Oil) membeku.
13.Mengangkat tabung reaksi dengan penjepit kayu.
Analisa Fluida Reservoir
49
14.Memiringkan tabung reaksi sampai posisi 90o dengan
termometer masih tetap berada didalam tabung reaksi dan
tetap memegang bagian ujung pada termometer.
15.Mengamati minyak ringan (Light Crude Oil) sampai terjadi
adanya pergerakkan atau minyak ringan (Light Crude Oil)
mulai mengalir.
16.Mengamati dan mencatat suhu pada termometer batang
ketika minyak ringan (Light Crude Oil) sudah bergerak atau
mengalir.
17.Mengulangi langkah dua sampai enam belas dengan
menggunakan minyak berat (Heavy Crude Oil) untuk
menentukan titik kabut, titik beku, titik tuang
18.Menerapkan dan membersihkan alat dan bahan yang telah
dilakukan pada praktikum.
4.2.3 Analisa Data
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang
Crude OilTitik Kabut Titik Beku Titik Tuang
ºC ºF ºC ºF ºC ºF
Minyak Berat 9 48,2 4 39,2 25 77
Analisa Fluida Reservoir
50
Minyak Ringan 12 53,6 10 50 27 80,6
4.2.4 Pengolahan Data
a. Minyak Berat
Titik Kabut
Diketahui : ºC = 12 ºC
Ditanya : ºF = ...?
Jawab : ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 12 ºC) + 32
= 53,6 ºF
Titik Beku
Diketahui : ºC = 10 ºC
Ditanya : ºF = ...?
Jawab : ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 10 ºC) + 32
= 50 ºF
Titik Tuang
Diketahui : ºC = 27 ºC
Ditanya : ºF = ...?
Analisa Fluida Reservoir
51
Jawab : ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 27 ºC) + 32
= 80,6 ºF
b. Minyak Ringan
Titik Kabut
Diketahui : ºC = 9 ºC
Ditanya : ºF = ...?
Jawab : ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 9 ºC) + 32
= 48,2 ºF
Titik Beku
Diketahui : ºC = 4 ºC
Ditanya : ºF = ...?
Jawab : ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 4 ºC) + 32
= 39,2 ºF
Titik Tuang
Diketahui : ºC = 25 ºC
Ditanya : ºF = ...?
Analisa Fluida Reservoir
52
Jawab : ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 25 ºC) + 32
= 77 ºF
4.2.4 Pembahasan
Pada pecobaan penentuan titik kabut, titik beku dan titik
tuang, memiliki tujuan praktikum seperti mengetahui cara
membuat titik kabut, mengetahui cara membuat titik tuang,
mengetahui cara membuat titik beku, menentukan titik kabut,
menentukan titik tuang, menentukan titik beku pada
percobaan praktikum dan mempelajari cara membuat titik
kabut, titik tuang dan titik beku.Titik kabut adalah temperatur
terendah dimana paraffin atau padatan lain mulai mengkristal
atau memisahkan diri dari larutan bila minyak mentah
didinginkan.Titik tuang adalah temperatur terendah dimana
minyak mentah masih dapat dituangkan atau mengalir bila
minyak tersebut didinginkan dengan tanpa diganggu pada
kondisi yang ditentukan.Titik beku adalah temperatur terendah
dimana minyak mentah sudah tidak dapat bergerak lagi.Pada
percobaan ini kita menggunakan alat laboratorium seperti
gelas kimia, gelas ukur, penjepit kayu, penutup dari gabus,
spatula, tabung reaksi dan termometer batang.Bahan yang
Analisa Fluida Reservoir
53
digunakan dalam percobaan ini adalah es batu, garam,
minyak berat dan minyak ringan.
Pada percobaan praktikum penentuan titik tuang, titik
beku dan titik kabut hal yang pertamakali dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan praktikum dilanjutkan dengan
mengambil 10 ml minyak ringan dari gelas kimia dengan cara
menuangkannya secara perlahan-lahan kedalam gelas ukur,
kemudian menuangkan 10ml minyak ringan yang berada di
gelas ukur kedalam tabung reaksi secara perlahan-lahan
setelah itu memasukan es batu kedalam gelas kimia,
kemudian itu menuangkan garam kedalam gelas kimia yang
berisi es batu secukupnya agar es batu tidak mudah mencair
dilanjutkan dengan menutup gelas kimia dengan penutup dari
gabus setelah itu memasukan tabung reaksi kedalam lubang
pada penutup gabus yang telah dipasang untuk menutupi
gelas kimia lalu memasukan termometer kedalam tabung
reaksi dilanjutkan dengan melihat dan mencatat suhu pada
skala termometer batang ketika pada tabung reaksi sudah
terlihat kabut dan mendapatkan nilai 9oC dan dikonversikan
menjadi 48,2oF. Setelah itu mengamati kembali minyak ringan
yang membeku atau tidak dapat bergerak lagi ketika
termometer digerakkan lalu mencatat dan melihat suhu pada
termometer batang ketika minyak ringan membeku dan
Analisa Fluida Reservoir
54
mendapatkan temperatur 4oC dan diconversikan menjadi
29oF, dilanjutkan kembali dengan mengangkat tabung reaksi
dengan penjepit kayu, dan dilanjutkan kembali dengan
memiringkan tabung reaksi sampai posisi 90o dengan
temperatur masih tetap berada didalam tabung reaksi dan
tetap memegang bagian ujung pda termometer lalu
mengamati minyak ringan sampai terjadi adanya gerakan
setelah itu mengamati dan mencatat suhu pda termometer
batang ketika minyak ringan mulai mengalir dan
mendapatkam temperatur 25oC lalu dicoversikan menjadi
77oF.
Setelah melakukan percobaan penentuan titik kabut,
titik beku, dan titik tuang menggunakan minyak ringan,
dilanjutkan dengan minyak berat, pertama mengambil 10 mL
minyak berat dari gelas kimia dengan cara menuangkannya
secar perlahan-lahan dalam gelas ukur, lalu menuangkan 10
mL minyak berat yang berada digelas ukur kedalam tabung
reaksi secara perlahan-lahan, dilanjutkan dengan
memasukkan es batu kedalam gelas kima, setelah itu
menuangkan garam kedalam gelas kima yang berisi es batu
secukupnya agar es batu tidak mudah mencair, kemudian
Analisa Fluida Reservoir
55
menutup gelas kima dengan penutup dari sterofoam, lalu
memasukkan tabung reaksi kedalam lubang pada penutup
gabus yang telah dipasang untuk menutupi gelas kimia,
dilanjutkan dengan memasukkan termometer kedalam tabung
reaksi, setelah itu mengamati minyak berat sampai terjadi
kabut pada tabung reaksi kemudian melihat dan mencatat
suhu pada sekala termometer batang ketika tabung reaksi
terjadi kabut, dan mendapatkan nilai titik kabut adalah 12oC
lalu dikonversikan jadi 53,6oF dilanjutkan mengamati kembali
minyak berat atau tidak dapat bergerak lagi ketika termometer
digerakkan lalu melihat dan mencatat kembali suhu pada
termometer batang pada saaat minyak berat membeku dan
mendapatkan nilai titik beku adalah 10oC lalu dikonversikan
menjadi 50oC, dilanjutkan kembali dengan mengangkat tabung
reaksi dengan penjepit kayu dan kemudian memiringkan
tabung reaksi sampai posisi 90o dengan temperatur masih
tetap berada didalam tabung reaksi dan tetap memegang
bagian ujung pada termometer lalu mengamati minyak berat
sampai terjadi adanya pergerakan setelah itu mengamati dan
mencatat suhu pada termometer batang ketika minyak berat
mulai mengalir dan mendapatkan nilai titik tuang sebesar 27oC
setelah itu dikonversikan menjadi 80,6oF.
Analisa Fluida Reservoir
56
Setelah melakukan percobaan penentuan titik kabut,
titik beku dan titik tuang dengan menggunakan minyak ringan
dan minyak berat kemudian membersihkan alat dan bahan
yang telah digunakan pada saat praktikum dilanjutkan dengan
merapihkan alat yang telah dibersihkan dan dikembalikan
ketempat semula.
4.2.6 Analisa Kesalahan
Pada saat praktikum penentuan titik kabut, titik beku,
titik tuang ini terdapat beberapa analisa kesalahan,antara lain:
Menuangkan minyak ringan dan minyak berat kurang
berhati-hati sehingga minyak berceceran dan mengotori
meja praktikum.
Mengangkat tabung reaksi yang berisi minyak mentah yang
telah didinginkan dari gelas kimia tidak memakai penjepit
kayu sehingga tangan menjadi dingin dan membuat kurang
berhati-hati saat memegangnya.
Tidak membersihkan dan merapihkan meja praktikum
setelah digunakan.
4.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan Penentuan Titik Kabut,
Titik Beku dan Titik Tuang pada Crude Oil, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Analisa Fluida Reservoir
57
1. Titik Tuang adalah temperatur terendah dimana crude oil
masih bisa dituangkan atau mengalir apabila didinginkan
dengan tanpa diganggu pada kondisi yang ditentukan.
2. Titik Kabut adalah temperatur terendah dimana padatan lain
mulai mengkristal atau melepaskan diri dari larutan apabila
crude oil didinginkan.
3. Titik Beku adalah temperatur terendah dimana crude oil
sudah tidak dapat bergerak lagi.
4. Titik Kabut pada minyak mentah berat sebesar 12ºC
dikonversikan terhadap ºF menjadi 53,6ºF, titik beku sebesar
10ºC dikonversikan terhadap ºF menjadi 50ºF dan untuk titik
tuang sebesar 27ºC dikonversikan terhadap ºF menjadi
80,6ºF.
5. Titik Kabut pada minyak mentah ringan sebesar 9ºC
dikonversikan terhadap ºF menjadi 48,2ºF, titik beku sebesar
4ºC dikonversikan terhadap ºF menjadi 39,2ºF dan untuk titik
tuang sebesar 25ºC dikonversikan terhadap ºF menjadi 77ºF.
6. Viskositas pada minyak mentah berat lebih besar
dibandingakan dengan minyak mentah ringan.
7. Banyaknya kandungan padatan pada minyak sangat
berpengaruh terhadap titik kabut, titik beku dan titik tuang.
8. Titik kabut, titik beku dan titik tuang minyak berat lebih besar
dibandingkan minyak ringan.
Analisa Fluida Reservoir
58
4.3 Penentuan Specific Gravity (SG)
4.3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Gelas Ukur 500 mL.
Hydrometer Specific Gravity Heavy Liquid.
Hydrometer Specific Gravity Light Liquid.
Termometer Batang.
Tisu.
b. Bahan
Minyak Berat (Heavy crude oil) 500 mL.
Minyak Ringan (Light crude oil) 500 mL.
4.3.2 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
2. Memasukkan hydrometer specific gravity light liquid
kedalam gelas ukur yang berisi minyak ringan sebanyak
500 mL.
3. Mengamati sampai hydrometer specific gravity light liquid
tidak bergerak lagi.
Analisa Fluida Reservoir
59
4. Mengambil atau mengeluarkan hydrometer specific gravity
light liquid kemudian melihat dan membaca skala skala
yang terdapat pada alat.
5. Mencatat skala minyak ringan yang terbaca pada alat
hydrometer specific gravity light liquid.
6. Memasukkan termometer batang kedalam gelas ukur yang
berisi minyak ringan sebanyak 500mL.
7. Mengamati dan melihat termometer batang ketika air raksa
tidak bergerak lagi.
8. Mencatat temperatur yang didapat dari percobaan ini pada
temperatur batang.
9. Memasukkan hydrometer specific gravity heavy liquid
kedalam gelas ukur yang berisi minyak ringan sebanyak
500 mL.
10.Mengamati sampai hydrometer specific gravity heavy liquid
tidak bergerak lagi.
11.Mengambil atau mengeluarkan hydrometer specific gravity
heavy liquid kemudian melihat dan membaca skala skala
yang terdapat pada alat.
12.Mencatat skala minyak ringan yang terbaca pada alat
hydrometer specific gravity heavy liquid.
13.Memasukkan termometer batang kedalam gelas ukur yang
berisi minyak ringan sebanyak 500mL.
Analisa Fluida Reservoir
60
14.Mengamati dan melihat termometer batang ketika air raksa
tidak bergerak lagi.
15.Mencatat temperatur yang didapat dari percobaan ini pada
temperatur batang.
16.Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah
digunakan.
4.3.3 Analisa Data
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Specific Gravity (SG) dan oAPI
Minyak Ringan Minyak Berat
Volume Sampel 500 mL 500 mL
Nilai SG Ukur 0,805 0,93
Nilai oAPI Ukur 44,28 ºAPI 20,65 ºAPI
Temperatur Ukur 31 ºC 87,8 ºF 31 ºC 87,8 ºF
Nilai SG True 0,8906 0,94
Analisa Fluida Reservoir
61
Nilai oAPI True 27,38 ºAPI 19,03 ºAPI
4.3.4 Pengolahan Data
a. Minyak Ringan
Nilai oAPI Ukur
Diketahui : SG Ukur = 0,805
Ditanya : ºAPI Ukur = ...?
Jawab : ºAPI Ukur = 141.5SG ukur
- 131.5
= 141.50,805
- 131.5
= 44,28 ºAPI
Nilai Temperatur Ukur
Diketahui : Temperatur ºC = 31 ºC
Ditanya : Temperatur ºF = ...?
Jawab : Temperatur oF = ( 95
x ºC) + 32
= (95
x 31 ºC) + 32
= 87,8 ºF
Tabel 4.4
Correction of Observed Degress oAPI to Degress oAPI at 60oF
for Light Crude Oil
ºAPI
ºF
Terdekat
43
Terukur
44,28
Terjauh
45
Analisa Fluida Reservoir
62
Terdekat
86 40,9 42,1 42,8
Terukur
87,8 29,32
Terjauh
88 40,7 27,9 42,6
Nilai ºAPI Terukur pada Temperatur Terdekat
Diketahui : ºAPI Terjauh = 59 ºAPI
ºAPI Terukur = 58,4 ºAPI
ºAPI Terdekat = 58 ºAPI
ºAPI Terjauh pada ºF Terdekat = 56,6 ºAPI
ºAPI Terdekat pada ºF Terdekat = 55,6 ºAPI
Ditanya : ºAPI Terukur pada Temperatur Terdekat =...?
Jawab :
API Terjauh❑o - API Terukur❑
o
API Terjauh❑o - API Terdekat❑
o =API Terjauh ❑
o pada o F Terdekat- API Terukur❑o pada o F Terdekat
API Terjauh❑o pada oF Terdekat- API Terdekat ❑
o pada oF Terdekat
45 – 44,2845 - 43
= 42,8 - API terukur❑o pada oF terdekat
42,8 – 40,9
ºAPI Terukur pada Temperatur Terdekat = 42,1 ºAPI
Nilai ºAPI Terukur pada Temperatur Terjauh
Diketahui : ºAPI Terjauh = 45 ºAPI
ºAPI Terukur = 44,28 ºAPI
Analisa Fluida Reservoir
63
ºAPI Terdekat = 40,9 ºAPI
ºAPI Terjauh pada ºF Terjauh = 42,6 ºAPI
ºAPI Terdekat pada ºF Terdekat= 40,7 ºAPI
Ditanya : ºAPI Terukur pada Temperatur Terjauh
Jawab :
API Terjauh❑o - API Terukur❑
o
API Terjauh❑o - API Terdekat❑
o = API Terjauh ❑
o pada o F Terjauh - API Terukur❑o pada o F Terjauh
API Terjauh❑o pada oF Terjauh - API Terdekat ❑
o pada oF Terdekat
45 – 44,2845 - 43 =
42,6 - API terukur❑o pada o F terjauh
42,6 – 40,7
ºAPI Terukur pada Temperatur Terjauh = 27,9 ºAPI
Nilai ºAPI Terukur pada Temperatur Terukur
Diketahui : ºF Terjauh = 88 ºF
ºF Terukur = 87,8 ºF
ºF Terdekat = 86 ºF
ºAPI Terukur pada ºF Terjauh = 27,9 ºAPI
ºAPI Terukur pada ºF Terdekat = 42,1 ºAPI
Ditanya : ºAPI Terukur pada Temperatur Terukur =...?
Jawab :
o F Terjauh - oF Terukuro F Terjauh - oF Terdekat
=API Terukur ❑
o pada o F Terjauh- API Terukur❑o pada oF Terukur
API Terukur❑o pada oF Terjauh- API Terukur ❑
o pada o F Terdekat
88 – 87,888 - 86
= 27,9 - API terukur❑o pada o F terukur
27,9 - 42,1
ºAPI Terukur pada Temperatur Terukur = 29,32 ºAPI
Nilai SG Koreksi
Diketahui: ºAPI Terukur pada Suhu Terukur = 55,96ºAPI
Analisa Fluida Reservoir
64
Ditanya : SG Koreksi = ...?
Jawab : SGKoreksi = 141.5 131.5+ oAPI Terukur pada Suhu Terukur
= 141.5131.5 + 29,32
= 0,88
Nilai SG True
Diketahui : SG Koreksi = 0,88
Faktor Koreksi = 0,00038
Temperatur Ukur = 87,8 ºF
Temperatur Standar = 60 ºF
Ditanya : SG True = ...?
Jawab : SG True = SG koreksi+[faktor konversi]
(T.Ukur-T.Standar)
= 0,88 + [0,00038(87,8- 60)]
= 0,8906
Nilai 0API True
Diketahui : SG True = 0,8906
Ditanya : 0API True = ...?
Jawab : 0API True = 141.5SG True
– 131,5
= 141.50,8906
- 131,5
= 27,38 0API
b. Minyak Berat
Analisa Fluida Reservoir
65
Nilai 0API Ukur
Diketahui : SG Ukur = 0,93
Ditanya : °API Ukur = ...?
Jawab : 0API Ukur = 141.5SG ukur
– 131,5
= 141.50,9 3
– 131,5
= 20,65 0API
Nilai Temperatur Ukur
Diketahui : Temperatur ºC = 31 ºC
Ditanya : Temperatur ºF = ...?
Jawab : Temperatur ºF = ( 95
x ºC) + 32
= ( 95
x 31 ºC) + 32
= 87,8 ºF
Tabel 4.5
Correction of Observed Degress ºAPI to Degress ºAPI at 60 ºF
for Heavy Crude Oil
ºAPI
ºF
Terdekat
19
Terukur
20,65
Terjauh
21
Terdekat
8617,6 19,17 19,5
Terukur 19,05
Analisa Fluida Reservoir
66
87,8
Terjauh
8817,4 19,17 19,4
Nilai ºAPI Terukur pada Temperatur Terdekat
Diketahui : ºAPI Terjauh = 21 ºAPI
ºAPI Terukur =20,65ºAPI
ºAPI Terdekat = 19 ºAPI
ºAPI Terjauh pada ºF Terdekat = 19,5 ºAPI
ºAPI Terdekat pada ºF Terdekat = 17,6 ºAPI
Ditanya : ºAPI Terukur pada Temperatur Terdekat=...?
Jawab :
API Terjauh❑o - API Terukur❑
o
API Terjauh❑o - API Terdekat❑
o =API Terjauh ❑
o pada oF Terdekat- API Terukur❑o pada o F Terdekat
API Terjauh❑o pada o F Terdekat- API Terdekat ❑
o pada oF Terdekat
21 – 20,6521 - 19
= 19,5 - API terukur❑o pada oF terdekat
19,5 – 17,6
ºAPI Terukur pada Temperatur Terdekat = 19,17 ºAPI
Nilai ºAPI Terukur pada Temperatur Terjauh
Diketahui : ºAPI Terjauh = 21 ºAPI
ºAPI Terukur =20,65ºAPI
ºAPI Terdekat = 19 ºAPI
ºAPI Terjauh pada ºF Terjauh = 19,4 ºAP
ºAPI Terdekat pada ºF Terdekat = 17,4 ºAPI
Analisa Fluida Reservoir
67
Ditanya : ºAPI Terukur pada Temperatur Terjauh = ...?
Jawab :
API Terjauh❑o - API Terukur❑
o
API Terjauh❑o - API Terdekat❑
o =API Terjauh ❑
o pada oF Terjauh- API Terukur❑o pada oF Terjauh
API Terjauh❑o pada o F Terjauh- API Terdekat ❑
o pada o F Terdekat
21 - 20,6521 - 19 =
19,4 - API terukur❑o pada o F terjauh
19,4 – 17,4
ºAPI Terukur pada Temperatur Terjauh = 19,05 ºAPI
Nilai ºAPI Terukur pada Temperatur Terukur
Diketahui : ºF Terjauh = 88 ºF
ºF Terukur = 87,8 ºF
ºF Terdekat = 86 ºF
ºAPI Terukur pada ºF Terjauh = 19,4 ºAPI
ºAPI Terukur pada ºF Terdekat = 17,4 ºAPI
Ditanya : oAPI Terukur pada Temperatur Terukur = ...?
Jawab :
Suhu Terjauh - Suhu TerukurSuhu Terjauh - Suhu Terdekat
=API Terukur ❑
o pada o F Terjauh- API Terukur❑o pada o F Terukur
API Terukur❑o pada o F Terjauh- API Terukur ❑
o pada o F Terdekat
88 – 87,888 - 86
= 19,05 - API terukur❑o pada o F terukur
19,05 – 19,17
ºAPI Terukur pada Temperatur Terukur = 19,17 ºAPI
Nilai SG Koreksi
Analisa Fluida Reservoir
68
Diketahui : ºAPI Terukur pada Suhu Terukur= 19,17ºAPI
Ditanya : SG Koreksi= ...?
Jawab : SG Koreksi= 141.5131.5+ oAPI Terukur pada Suhu Terukur
= 141.5131.5 + 19,17
= 0,93
Nilai SG True
Diketahui : SG Koreksi = 0,93
Faktor Koreksi = 0,00037
Temperatur Ukur = 87,8 0F
Temperatur Standar = 60 0F
Ditanya : SG True
Jawab : SG True = SG Koreksi+[Faktor Koreksi]
(T.Ukur – T.Standar)
= 0,903 + [ 0.00037(87,8 - 60)]
= 0,94
Nilai 0API True
Diketahui : SG True = 0,94
Ditanya : 0API True = ...?
Jawab : 0API True = 141.5SG True
- 131.5
= 141.50,94
- 131.5
= 19,03 °API
Analisa Fluida Reservoir
69
4.3.5 Pembahasan
Pada percobaan penentuan specific gravity memiliki
tujuan menentukan specific gravity pada minyak berat dengan
temperatur 60oF, menentukan specific gravity pada minyak
ringan pada temperatur 60oF, menghiung oAPI pada minyak
berat dengan menggunakan hydrometer specific gravity heavy
liquid, menghitung oAPI pada minyak ringan dengan
menggunakan hydrometer specific gravity light liquid dan yang
terakhir mempelajari cara menggunakan hydrometer specific
gravity light liquid. hydrometer specific gravity crude oil
didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas minyak
dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan temperatur
yang sama. Biasanya diukur pada kondisi standar untuk
minyak ringan dengan SG rendah biasanya mempunyai 30
oAPI, untuk minyak sedang 20 sampai 30oAPI. Sedangkan
untuk minyak berat sekitar 10 sampai 20oAPI. Alat yang
digunakan dalam percobaan gelas ukur 500 mL, hydrometer
specific gravity heavy liquid, hydrometer specific gravity light
liquid, termometer batang dan tisu. Bahan yang digunakan
adalah minyak berat dan minyak ringan.
Pada percobaan praktikum penentuan specific gravity
pertama Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum dilanjutkan memasukkan hydrometer specific
Analisa Fluida Reservoir
70
gravity light liquid kedalam gelas ukur yang berisi minyak
ringan sebanyak 500 mL lalu mengamati sampai hydrometer
specific gravity light liquid tidak bergerak lagi dilanjutkan
dengan mengambil atau mengeluarkan hydrometer specific
gravity light liquid kemudian melihat dan membaca skala skala
yang terdapat pada alat lalu mencatat skala minyak ringan
yang terbaca pada alat hydrometer specific gravity light liquid
dilanjutkan memasukkan termometer batang kedalam gelas
ukur yang berisi minyak ringan sebanyak 500mL selanjutnya
mengamati dan melihat termometer batang ketika air raksa
tidak bergerak lagi setelah itu mencatat temperatur yang
didapat dari percobaan ini pada temperatur batang lalu
memasukkan hydrometer specific gravity heavy liquid kedalam
gelas ukur yang berisi minyak ringan sebanyak 500 mL
setelah itu mengamati sampai hydrometer specific gravity
heavy liquid tidak bergerak lagi dan engambil atau
mengeluarkan hydrometer specific gravity heavy liquid
kemudian melihat dan membaca skala skala yang terdapat
pada alat dilanjutkan mencatat skala minyak ringan yang
terbaca pada alat hydrometer specific gravity heavy liquid
selanjutnya memasukkan termometer batang kedalam gelas
ukur yang berisi minyak ringan sebanyak 500mL lalu
mengamati dan melihat termometer batang ketika air raksa
Analisa Fluida Reservoir
71
tidak bergerak lagi setelah itu mencatat temperatur yang
didapat dari percobaan ini pada temperatur batang dan
terakhir membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang
telah digunakan.
Pada percobaan ini mendapatkan nilai minyak ringan
0,805 lalu mendapatkan nilai oAPI ukur 44,28 lalu
mendapatkan nilai temperatur batang 31oC yang
dikonversikan menjadi 87,8oF setelah itu nilai oAPI terukur
pada temperatur terdekat 42,1, nilai oAPI terdekat pada
temperatur terdekat adalah 40,9 setelah itu temperatur terjauh
pada temperatur terdekat 42,8 berikutnya menghitung nilai
oAPI terjauh pada temperatur terjauh adalah 42,6 lalu nilai
oAPI terukur pada temperatur terjauh adalah 27,9 setelah itu
menghitung oAPI terdekat dengan temperatur terjauh
mendapatkan nilai 40,7 berikutnya menghitung oAPI terukur
pada tempetratur terukur adalah 29,32 setelah itu nilai oAPI
terdekat adalah 43 setelah itu nilai oAPI terjauh adalah 45
dilanjutkan dengan menghitung oAPI terukur pada temperatur
terjauh adalah 29,32 serta nilai SG koreksi adalah 0,88 dan
SG true adalah 0,8906 lalu nilai oAPI true adalah 27,38.
Setelah itu praktikum dengan menggunakan minyak
berat memiliki nilai SG ukur adalah 0.9 dan nilai oAPI 20,65
dilanjutkan dengan mencatatnya termometer batang 31oC lalu
Analisa Fluida Reservoir
72
dikonversikan menjadi 20,65 dilanjutkan dengan menghitung
nilai oAPI terukur adalah 19,17 serta nilai oAPI terukur pada
temperatur terjauh adalah 19,05 berikutnya menghitung nilai
oAPI terukur pada temperatur terjauh adalah 19,7 setelah itu
nilai SG koreksi 0.93 berikutnya nilai SG true adalah 0.94 dan
yang terakhir menghitung nilai oAPI true adalah 19,03.
Setelah melakukan percobaan penentuan nilai specific
gravity kemudian membersihkan alat dan bahan yang telah
digunakan pada saat praktikum percobaan penentuan nilai
specific gravity dilanjutkan dengan merapihkan alat yang
telah digunakan dan dikembalikan ketempat awal sebelum
praktikum.
4.3.6 Analisa Kesalahan
Pada saat praktikum penentuan specific gravity kali ini
terdapat beberapa analisa kesalahan, antara lain :
Tulisan pada tabel tidak jelas sehingga kurang teliti saat
pembacaan tabel sehingga berindikasi mendapatkan data
yang kurang tepat.
Analisa Fluida Reservoir
73
Termometer batang tertutup crude oil sehingga kurang
tepat pada saat pembacaan temperatur.
Memasukkan hydrometer specific gravity heavy liquid
terlalu dekat dengan sampel sehingga menimbulkan
hydrometer specific gravity heavy liquid tercelup kedalam
crude oil.
4.3.7 Kesimpulan
Pada percobaan Penentuan Specific Gravity (SG) yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Specific Gravity (SG) adalah perbandingan densitas minyak
dengan densitas air pada tekanan dan temperatur yang
sama.
2. Gravitasi bumi adalah suatu besaran yang merupakan fungsi
dari kerapatan relatif.
3. Semakin rendah API, maka mutu minyak semakin rendah
karena banyak mengandung lilin. Semakin tinggi berat jenis
minyak berarti minyak tersebut mempunyai kandungan
panas (heating value) yang rendah.
4. Untuk sampel minyak mentah ringan, nilai SG ukur 0,805
dan nilai 0API ukur 44,280API.
5. Untuk sampel minyak mentah ringan, nilai SG True 0,8906
dan nilai 0API True 27,380API.
Analisa Fluida Reservoir
74
6. Untuk sampel minyak mentah berat, nilai SG ukur 0,93 dan
nilai 0API ukur 20,650API.
7. Untuk sampel minyak mentah berat, nilai SG True 0,94 dan
nilai 0API True 19,030API.
8. Untuk minyak ringan dan berat didapatkan nilai temperature
sama yaitu 87,8oF
4.4 Analisa Kimia Air Formasi I
4.4.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Balp.
Buret.
Corong Gelas.
Gelas Kimia.
Gelas Ukur.
Labu Erlenmayer.
Labu Ukur.
pH paper.
Pipet Tetes.
Pipet Volumetrik.
Tiang Statif.
b. Bahan
Air Formasi.
Analisa Fluida Reservoir
75
Indikator Metyl Orange (MO).
Indikator Phenolpthalein (PP).
Larutan H2SO4 0,02 N.
Larutan NaOH 20%.
4.4.2 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
2. Menuangkan larutan H2SO4 0,02 N dari labu ukur kedalam
gelas ukur dengan menggunakan corong gelas.
3. Menuangkan larutan H2SO4 0,02 N dari gelas ukur kedalam
buret sampai larutan H2SO4 0,02 N mencapai skala nol.
4. Memasukan balp pada pipet volumetrik.
5. Mengambil air formasi dengan menggunakan pipet
volumetrik dan balp sampai air formasi mencapai skala nol
pada pipet volumetrik.
6. Menuangkan dan memasukan 2 mL air formasi dari pipet
volumetrik kedalam labu Erlenmayer.
7. Mengambil pH paper dan memsukan nya kedalam labu
Erlenmayer yang berisi 2 mL air formasi.
8. Mengamati dan mencocokan pH air formasi yang
ditunjukan oleh pH paper dengan daftar pH yang terdapat
pada kotak pH paper.
9. Mencatat hasil pH air formasi yang didapat.
Analisa Fluida Reservoir
76
10.Mengambil larutan NaOH 20% dengan menggunakan pipet
tetes.
11.Memasukan 2 tetes larutan NaOH 20% kedalam labu
Erlenmayer yang berisi 2 mL air formasi.
12.Memasukan dua tetes indikator phenolpthalein (PP)
kedalam labu Erlenmayer yang berisi 2 mL air formasi.
13.Melakukan titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai
larutan pada labu Erlenmayer berubah menjadi bening.
14.Mencatat volume larutan H2SO4 0,02 N yang telah
digunakan dalam titrasi dengan melihat skala pada buret.
15.Memasukan dua tetes indikator Metyl Orange (MO)
kedalam labu Erlenmayer yang berisi larutan yang telah di
titrasi.
16.Menitrasi kembali larutan pada labu Erlenmayer dengan
larutan H2SO4 0,02 N pada buret sampai larutan pada labu
Erlenmayer berubah warna menjadi merah bata.
17.Mencatat volume larutan H2SO4 0,02 N yang telah
digunakan dalam titrasi dengan car melhat skala akhir
pada buret, lalu menguranginya dengan skala awal.
18.Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah
digunakan dalam praktikum.
4.4.3 Analisa Data
Penentuan pH
Analisa Fluida Reservoir
77
pH air formasi = 10
Penenentuan Alkalinitas
Reagenesa = Indikator phenolpthalein
..........................................................dan methyl orange
Volume sampel = 2 mL
Volume P = 8,5 mL
Volume M = 14 mL
Kebasaaan P = 4,25 Me/L
Kebasaaan M = 7 Me/L
Sifat kebasaan disebabkan oleh :
[HCO3-] = 0 Me/L
[CO3-] = 110 Me/L
[OH-] = 30 Me/L
4.4.4 Pengolahan Data
a. Nilai Kebasaan P
Diketahui : Vp = 8,5 mL
Volume Sampel = 2 mL
Ditanya : Kebasaan P = ...?
Jawab : Kebasaan P = Vp
Vsampel
= 8,52
= 4,25 Me/L
b. Nilai Kebasaan M
Analisa Fluida Reservoir
78
Diketahui : Vm = 14 mL
Volume Sampel = 2 mL
Ditanya : Kebasaan M = ...?
Jawab : Kebasaan M = Vm
Vsampel
= 142
= 7 Me/L
c. Nilai Konsentrasi HCO3-, CO3
- dan OH-
Diketahui : Kebasaan P = 4,25 Me/L
Kebasaan M = 7 Me/L
Ditanya : a. [HCO3- ] = ...?
b. [CO3-] = ...?
c. [OH-] = ...?
Jawab :
Tabel 4.6
Kandungan Ion-ion pada Alkalinitas
Hasil Titrasi HCO3- CO3
- OH-
Analisa Fluida Reservoir
79
P= 0 M x 20 0 0
P = M 0 0 20 x P
2P= M 0 40 x P 0
2P < M 20 (M – 2P) 40 x P 0
2P > M 0 40 (M - P) 20(2P – M)
a. [HCO3-] = 0
b. [CO3-]
= 40 (M - P)
= 40 (7 - 4,25)
= 110 Me/L
c. [OH-] = 20 (2P – M)
= 20 (2. 4,25 – 7)
= 30 Me/L
4.4.5 Pembahasan
Pada perobaan analisa kimia air formasi I memiliki
tujuan untuk menentukan alkalinitas, menentukan pH,
mempelajari cara menitrasi larutan dan mengetahui cara
menitrasi suatu larutan. Air formasi biasanya disebut dengan
Oil Field atau Connate Water Atau Internal Water adalah air
formasi yang ikut terproduksi bersamaan dengan minyak dan
gas. Air formasi juga biasanya banyak mengandung
bermacam-macam garam dan asam, terutama larutan NaCl.
Alkalinitas adalah larutan untuk menetralkan suatu zat tanpa
Analisa Fluida Reservoir
80
mempengaruhi indikator pH. Definisi lain menyebutkan bahwa
alkalinitas adalah suatu parameter kimia yang menunjukan
jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang memikat asam,
golongan alkali tanah pada perairan.
Alat yang digunakan pada praktium ini adalah Balp,
Buret, Corong Gelas, Gelas Kimia, Gelas Ukur, Labu
Erlenmayer, Labu Ukur, pH Paper, Pipet Tetes, Pipet
Volumetrik dan Tiang Statif. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktikum adalah Air Formasi, Indikator
Metyl Orange (MO), Indikator Phenolpthalein (PP), larutan
H2SO4 0,2 N dan larutan NaOH 20%.
Pada percobaan praktikum Analisa Kimia Air Formasi
I, pertama menyiapkan alat dan bahan sebelum praktikum
dimulai, lalu menuangkan larutan H2SO4 0,2 N dari labu ukur
kedalam gelas ukur menggunakan corong gelas. Kemudian
menuangkan larutan H2SO4 0,2 N dai gelas ukur kedalam
buret sampai larutan H2SO4 0,2 N mencapai skala nol (0),
dilanjutkan dengan memasukan balp pada pipet volumetrik.
Setelah itu mengambil air formasi dengan menggunakan pipet
volumetrik dan balp sampai air formasi mencapai skala nol
pada pipet volumetrik. Lalu menuangkan dan memasukan 2
mL air formasi dari pipet volumetrik kedalam labu Erlenmayer,
kemudian mengambil pH paper dan memasukan kedalam
Analisa Fluida Reservoir
81
labu Erlenmayer yang berisi 2 mL air formasi, dilanjutkan
dengan mengamati dan mencocokan pH air formasi yang
ditunjukan oleh pH paper dengan daftar pH yang terdapat
pada kotak pH paper. Setelah itu mencatat hasil pH formasi
yang didapatkan adalah 10.
Lalu mengambil kembali larutan NaOH 20% dengan
menggunakan pipet tetes, kemudian memasukan 2 tetes
larutan NaOH 20% kedalam labu Erlenmayer yang berisi 20
mL air formasi, dilanjutan memasukan kembali larutan
Phenolpthalein (PP) kedalam labu Erlenmayer yang berisi 2
mL air formasi.Setelah itu melakukan titrasi dengan larutan
H2SO4 0,2 N sampai larutan yang berda di labu Erlenmayer
berubah menjadi bening. Lalu mencatat volume larutan
H2SO4 0,2 N yang telah digunakan dalam titrasi dengan cara
melihat skala buret. Kemudian memasukan 2 tetes indikator
pada labu Erlenmayer yang telah dititrasi, setelah itu menitrasi
kembali larutan pada labu Erlenmayer dengan larutan H2SO4
0,2 N pada buret sampai larutan pada labu Erlenmayer
berubah warna menjadi merah bata, lalu mmencatat volume
larutan H2SO4 0,2 N yang telah digunakan dalam titrasi
dengan cara melihat skala akhir pada buret lalu
menguranginya dengan skala awal (VM) memiliki nilai 14 mL.
Analisa Fluida Reservoir
82
Pada percobaan praktikum ini nilai pH air formasi
adalah 10 (sepuluh). Setelah itu nilai regenesanya adalah
indikator PP dan MO. Lalu volume sampel digunakan pada
praktikum 2 mL, kemudian nilai VP adalah 8,5, dilanjutkan
dengan nilai VM adlah 14 mL. Dilanjutkan dengan nilai
kebasaan P adalah 4,25 serta nilai kebasaan M adalah 7.
Sifat-sifat kebasaan adalah kebasaan disebabkan oleh HCO3-
lalu nilai CO3- adalah 110 dan nilai OH- adalah 30.
Setelah melakukan percobaan analisa air formasi
kemudian membersihkan alat dan bahan yang telah
dipergunakan pada saat praktikum analisa kimia air formasi,
dilanjutkan dengan merapihkan alat yang telah dibersihkan
dan dikembalikan ketempat awal sebelum praktikum dimulai.
4.4.6 Analisa Kesalahan
Pada saat praktikum analisa kimia formasi I kali ini
terdapat beberapa analisa kesalahan, antara lain :
Terlalu lama mentitrasi sehingga warna yang harusnya
berwarna merah bata menjadi merah muda.
Membuka keran buret terlalu besar sehingga volume yang
digunakan menjadi tidak valid.
Analisa Fluida Reservoir
83
Terlalu banyak meneteskan indikator methyl orange
sehingga berpengaruh pada volume H2SO4 yang
digunakan.
4.4.7 Kesimpulan
Pada percobaan Analisa Kimia Air Formasi I dapat
disimpulkan, sebagai berikut :
1. Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukan jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang
mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar.
2. Air formasi merupakan air yang ikut terproduksi bersama-
sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung
bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl.
3. Alkalinitas pada air disebabkan adanya sejumLah ion-ion
yang berlainan tetapi biasanya dihubungkan dengan
keberadaan ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3) dan
hidroksida (OH-).
4. Dari percobaan ini didapatkan kandungan [HCO3-] sebesar 0
Me/L, kandungan [CO3-] sebesar 110 Me/L dan kandungan
[OH-] sebesar 30 Me/L.
5. Dari percobaan ini didapatkan pH dari sampel air formasi
ialah 10, nilai pH tersebut menandakan bahwa air formasi
bersifat basa.
Analisa Fluida Reservoir
84
6. Dari percobaan ini didapatkan nilai untuk asam adalah < 7,
untuk netral = 7 dan untuk basa > 7.
7. Dari percobaan ini didapatkan volume phenolphthalein (Vp)
yang diperoleh sebesar 8,5 mL.
8. Dari percobaan ini didapatkan volume methyl orange (Vm)
yang diperoleh sebesar 14 mL.
4.5 Analisa Kimia Air Formasi II
4.5.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Balp.
Corong Gelas.
Gelas Kimia.
Gelas Ukur.
Labu Erlenmayer.
Labu Ukur.
Pipet Tetes.
Pipet Volumetrik.
Tiang statif.
b. Bahan
Air Formasi.
Aquadest.
Indikator Phenolphthalein.
Analisa Fluida Reservoir
85
Larutan AgNO3 0,1 N.
Larutan EDTA 0,01 N.
Larutan K2CrO4 5%.
Larutan NaOH 20 %.
Larutan NH4OH 21%.
4.5.2 Prosedur Percobaan
a. Penentuan ion Ca2+
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
dalam praktikum.
2. Mengambil sampel air formasi sebanyak 10 mL
menggunakan gelas ukur.
3. Menuangkan 10 mL air formasi tersebut kedalam labu
Erlenmayer.
4. Mengambil larutan NH4OH 21% sebanyak 3 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan balp.
5. Memasukkan larutan NH4OH 21 % sebanyak 3 mL
kedalam labu Erlenmayer yang berisi air formasi.
6. Mengoyang-goyangkan labu Erlenmayer sampai larutan
berubah menjadi keruh dan mencatat hasil perubahan
warnanya.
7. Membuang dan mencuci larutan labu Erlenmayer.
8. Mengambil 10 mL air formasi menggunakan gelas ukur
dan menuangkan kedalam labu Erlenmayer.
Analisa Fluida Reservoir
86
9. Mengambil 1 mL larutan NaOH 20% menggunakan
pipet volumetrik dengan balp.
10.Memasukkan larutan NaOH 20% sebanyak 1 mL
kedalam labu Erlenmayer yang berisi air formasi.
11.Menambah dua tetes indikator phenophthalein (pp)
kedalam labu Erlenmayer yang berisi air formasi dan
larutan NaOH 20%.
12.Mengisi buret dengan larutan EDTA hingga mencapai
skala nol dengan menggunakan corong gelas.
13.Melakukan titrasi air formasi hingga tidak ada endapan
dan berubah warna menjadi lebih bening.
14.Mencatat volume yang dipakai pada saat melakukan
titrasi.
15.Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang
telah digunakan.
b. Penentuan ion Cl-
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum.
2. Menuangkan 10 mL air formasi kedalam gelas ukur.
3. Menuangkan 10 mL air formasi dari gelas ukur kedalam
labu Erlenmayer.
Analisa Fluida Reservoir
87
4. Memasukan satu tetes larutan AgNO3 0,1 N
menggunakan pipet tetes kedalam labu Erlenmayer
yang berisi 10 mL air formasi.
5. Menggoyangkan labu Erlenmayer dan mengamati
perubahan warna yang terjadi dan mencatatnya.
6. Membuang dan mencuci larutan pada labu Erlenmayer.
7. Menuangkan 10 mL air formasi kedalam gelas ukur.
8. Menuangkan 10 mL air formasi dari gelas ukur kedalam
labu Erlenmayer.
9. Memasukkan 1 mL K2CrO4 menggunakan pipet
volumetrik dengan balp kedalam labu Erlenmayer yang
berisi air formasi.
10.Mengisi buret dengan larutan AgNO3 0,1 N hingga
mencapai skala nol menggunakan corong gelas.
11.Melakukan titrasi air formasi dengan cara menggoyang-
goyangkan labu Erlenmayer.
12.Mengamati tetesan hingga berubah warna menjadi
merah bata dan menutup kran buret.
13.Mencatat volume yang dipakai pada saat menitrasi air
formasi.
14.Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang
tlah digunakan.
4.5.3 Analisa Data
Analisa Fluida Reservoir
88
a. Penentuan Ion Kalsium (Ca2+)
Kualitatif
Volume sampel = 10 mL
Volume NH4OH 20 % = 3 mL
Indikasi = keruh
Kuantitatif
Volume sampel = 10 mL
Volume NaOH = 1 mL
Indikator Phenolphthalein= 2 tetes
Volume EDTA = 3 mL
Indikasi = Sampel air formasi menjadi
ungu muda setelah titrasi.
b. Penentuan Ion Klorida (Cl-)
Kualitatif
Volume sampel = 1 mL
Volume AgNO3 = 1 tetes
Indikasi = keruh
Kuantitatif
Volume sampel = 10 mL
Analisa Fluida Reservoir
89
Volume K2CrO4 = 1 mL
Volume AgNO3 = 2 mL
Indikasi = Pada sampel air formasi
terdapat tetesan merah bata.
4.5.4 Pengolahan Data
Konsentrasi Ca2+
Diketahui : Volume EDTA = 11 mL
Volume sampel = 10 mL
Ar Ca = 40
Ditanya : a. Konsentrasi Ca2+ (Mg/L) = ...?
b. Konsentrasi Ca2+ (Me/L) = ...?
Jawab : a. Konsentrasi Ca2+ =V EDTA x 1000
VSampel
=11 x 100010
= 1100 mg/L
b. Konsentrasi Ca2+ = Ca 2+ (Mg/L) Ar Ca
= 110040
= 27,5 Me/L
Konsentrasi Cl-
Diketahui : Volume AgNO3 = 2 mL
Volume sampel = 10 mL
Analisa Fluida Reservoir
90
Ar Cl- = 35,5
Ditanya : a. Konsentrasi Cl- (Mg/L)
b. Konsentrasi Cl- (Me/L)
Jawab : a. Konsentrasi Cl- = V AgNO3 x 1000
VSampel
= 2 x 100010
= 200 Mg/L
b. Konsentrasi Cl- = Cl - (Mg/L) Ar Cl -
= 200 35,5
= 5,6 Me/L
Konsentrasi Kation dan Anion
Tabel 4.7
Nilai Kation dan Anion yang Terkandung Dalam Air Formasi
Anion Kation
Ion Me/L Ion Me/L
Cl- 5,6 Ca2+ 27,5
Analisa Fluida Reservoir
91
SO4- 1,042 Mg2+ 0
CO3- 120 Ba2+ 0
HCO3- 320 Fe3+ 0,53
OH- 0
∑ 1469,6 ∑ 28,03
Konsentrasi Na+
Diketahui : ∑ Anion = 1469,6 Me/L
∑ Kation = 28,03 Me/L
Ar Na+ = 23
Ditanya : a. [Na+] (Me/L) = ...?
b. [Na+] (Mg/L) = ...?
Jawab : a. [Na+] = ∑ Anion - ∑ Kation
= 1469,6 – 28,03
= 1441,57 Me/L
b. [Na+] = Na2+ (Me/L) x Ar Na+
= 1441,57 x 23
= 33156,11 Mg/L
Tenaga Ion
Tabel 4.8
Tenaga Ion
Analisa Fluida Reservoir
92
IonKonsentrasi Konsentrasi Faktor
Tenaga IonMe/L Mg/L Ppm Me/L
Na+ 8,57 197,11 2.2 x 10-5 5 x 10-4 433,6 x 10-5
Ca2+ 7,5 300 5.0 x 10-5 1 x 10-3 1500 x 10-5
Mg2+ 0 0 8.2 x 10-5 1 x 10-3 0
Cl- 5,07 180 1.4 x 10-5 5 x 10-4 252 x 10-5
Σ = 2185,6 x 10-5
Tenaga ion = konsentrasi ion (Mg/L) x faktor konversi ion (ppm)
= [Na+] + [Ca2] + [Na+] + [Mg2+] + [Cl-]
= 0,73 + 0,00137 + 0 + 0,0000784
= 0,731
Diagram Stiff
Analisa Fluida Reservoir
CO3- x 10-1
HCO3- x 10-1
OH-
Ba2+
Fe2+ x 101
93
Anion Kation
Gambar 4.16
Diagram Stiff
Nilai Kelarutan (K) berdasarkan Temperatur
Diketahui : ∑ Tenaga Ion = 0,731 µ
Temperatur Pertama = 20 ºC
Temperatur Kedua = 30 ºC
Temperatur Ketiga = 50 º
Ditanya : a. Kelarutan (K) pada 20 ºC = ...?
b. Kelarutan (K) pada 30 ºC = ...?
c. Kelarutan (K) pada 50 ºC = ...?
Jawab : Berdasarkan grafik harga K dengan memplot
µ = 0.731 ke garis temperatur, maka didapat :
a. Kelarutan pada 20 ºC = 3,42
b. Kelarutan pada 30 ºC = 3,22
c. Kelarutan pada 50 ºC = 2,68
Analisa Fluida Reservoir
10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10
Cl-
SO4-
Ca2+ x 10-1
Mg2+
94
Nilai PCa dan PAlka
Diketahui : Ca2+ Mg/L = 300
Alkalinitas Total = [HCO3-]+ [CO3
-]+ [OH-]
= 90 + 180 + 0
= 170 Me/L
Ditanya : a. PCa = ...?
b. PAlka = ...?
Jawab : Brdasarkan grafik nilai PCa dan PAlka dengan
memplot nilai konsentrasi Ca2+ dan total
...................konsentrasi alkalinitas, maka didapat :
a. PCa sebesar 1,75
b. PAlka sebesar 1,93
Nilai Stabilitas Indeks (SI)
Diketahui : pH sampel air formasi = 10
Kelarutan pada 20oC = 3,42
Kelarutan pada 30oC = 3,22
Kelarutan pada 50oC = 2,68
Analisa Fluida Reservoir
95
PCa = 1,6
PAlk = 2,4
Ditanya : a. Stabilitas Indeks (SI) pada 20 ºC = ...?
b. Stabilitas Indeks (SI) pada 30 ºC = ...?
c. Stabilitas Indeks (SI) pada 50 ºC = ...?
Jawab : a. SI pada 10 ºC = pH - K - PCa - PAlk
= 10 – 3,42 – 1,6 – 2,4
= 4,98
Jadi, SI > 0 maka air formasi mengandung
.........endapan.
b. SI pada 50 ºC = pH - K - PCa - PAlk
= 10 – 3,22 – 1,6 – 2,4
= 2,78
Jadi, SI > 0 maka air formasi mengandung
........................................endapan.
c. SI pada 80 ºC = pH - K - PCa - PAlk
= 10 – 2,68 -1,6 – 2,4
= 3,32
Jadi, SI > 0 maka air formasi mengandung
.............................................endapan.
Analisa Fluida Reservoir
96
4.5.5 Pembahasan
Pada percobaan analisa kimia air formasi II memiliki
tujuan untuk menentukan kandungan kalsium (Ca2+) kedalam
air formasi, menentukan kandungan klorida (Cl-) didalam air
formasi, menghitung nilai stabilitas indeks (SI) menentukan
nilai kelurutan (K), menentukan Pca dan PAlk dan menghitung
nilai tenaga ion. Dalam proses pemboran kita dapat
menemukan air formasi didalam produksi minyak dan gas. Air
dikenal dengan larutan yang besar sehingga terdapat begitu
banyak zat inorganik dan organik yang terlarut didalamnya.
Komponen utama yang harus diketahui dalam air
formasi adalah ion-ion yang terkandung didalamnya, serta
sifat fisika air yang berhubungan dengan proses pembentukan
scale. Kation-kation yang terkandung dalam air adalah
kalsium, sodium, besi, barium dan stronsium. Alat yang
digunakan dalam praktikum adalah balp, corong gelas , gelas
kimia, gelas ukur, labu Erlenmayer, labu ukur, pipet tetes,
pipet volumetrik dan tiang statif. Bahan yang digunakan
didalam praktikum adalah Air Formasi, Aquadest, Indikator
Phenolphthalein, Larutan AgNO3 0,1 N, Larutan EDTA 0,01 N,
Larutan K2CrO4 5%, Larutan NaOH 20 % dan Larutan NH4OH
21%.
Analisa Fluida Reservoir
97
Pada percobaan praktikum analisa kimia air formasi II,
pada Penentuan ion kalsium (ca2+) pertama menyiapkan alat
dan bahan yang akan dipergunakan dalam praktikum lalu
mengambil sampel air formasi sebanyak 10mLmenggunakan
gelas ukur kemudian menuangkan 10 mL air formasi tersebut
kedalam labu Erlenmayer serta mengambil larutan NH4OH
21% sebanyak 3mL menggunakan pipet volumetrik dengan
balp kemudian dilanjutkan memasukkan larutan NH4OH 21 %
sebanyak 3 mL kedalam labu Erlenmayer yang berisi air
formasi. Mengoyang-goyangkan labu Erlenmayer sampai
larutan berubah menjadi keruh dan mencatat hasil perubahan
warnanya. Setelah itu membuang dan mencuci larutan labu
Erlenmayer kemudian mengambil 10 mL air formasi
menggunakan gelas ukur dan menuangkan kedalam labu
Erlenmayer. Kemudian mengambil 1mL larutan NaOH 20%
menggunakan pipet volumetrik dengan balp. Lalu
memasukkan larutan NaOH 20% sebanyak 1 mL kedalam
labu Erlenmayer yang berisi air formasi serta menambah dua
tetes indikator phenophthalein (pp) kedalam labu Erlenmayer
yang berisi air formasi dan larutan NaOH 20% dilanjutkan
mengisi buret dengan larutan EDTA hingga mencapai skala
nol dengan menggunakan corong gelas serta melakukan
titrasi air formasi hingga tidak ada endapan dan berubah
Analisa Fluida Reservoir
98
warna menjadi lebih bening. Kemudian mencatat volume yang
dipakai pada saat melakukan titrasi. Dilanjutkan
membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah
digunakan.
Pada percobaan Penentuan ion klorida (Cl-) pertama
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum Penentuan ion klorida. Dilanjutkan menuangkan 10
mL air formasi kedalam gelas ukur. Lalu menuangkan 10 mL
air formasi dari gelas ukur kedalam labu Erlenmayer serta
memasukan satu tetes larutan AgNO3 0,1 N menggunakan
pipet tetes kedalam labu Erlenmayer yang berisi 10 mL air
formasi. Kemudian menggoyangkan labu Erlenmayer dan
mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatatnya.
Setelah itu membuang dan mencuci larutan pada labu
Erlenmayer serta menuangkan 10 mL air formasi kedalam
gelas ukur lalu menuangkan 10 mL air formasi dari gelas ukur
kedalam labu Erlenmayer. Setelah itu memasukkan 1 mL
K2CrO4 menggunakan pipet volumetrik dengan balp kedalam
labu Erlenmayer yang berisi air formasi. Kemudian mengisi
buret dengan larutan AgNO3 0,1 N hingga mencapai skala nol
menggunakan corong gelas sera melakukan titrasi air formasi
dengan cara menggoyang-goyangkan labu Erlenmayer.
Setelah itu mengamati tetesan hingga berubah warna menjadi
Analisa Fluida Reservoir
99
merah bata dan menutup kran buret. Dilanjutkan mencatat
volume yang dipakai pada saat menitrasi air formasi lalu
membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang tlah
digunakan.
Pada percobaan praktikum ini untuk menentukan ion
Ca2+ pada percobaan kualitatif memiliki sampel 10 mL lalu
memiliki nilai VNH4OH adalah 3 mL dan indikasi ion Ca2+
adalah larutan menjadi keruh. Pada penilaian kuantitatif
memiliki V sampel 10 mL, lalu VnaOH adalah 1 mL dan
ditambahkan indikator phenolphthalein satu tetes VEDTA 11
mL serta indikasi kuatitatif penentuan ion Ca2+ adalah larutan
menjadi ungu muda. Penentuan ion Cl- pada data kualitatif
memiliki Vsampel bernilai 1 mL, lalu VagNO3 satu tetes dan
memiliki indikasi larutan menjadi keruh. Pada data ion Cl-
kuantitatif Vsampel memiliki nilai 10 mL, lalu VK2CrO4 bernilai
1 mL serta VagNO3 memiliki nilai Ca2+ adalah 1100 Mg/L
sedangkan nilai konsentrasi Ca2+ Me/L adalah 27,5 Me/L. Nilai
konsentrasi Cl- Mg/L pada praktikum adalah 200 Mg/L nilai
konsetrasi Cl- Me/L adalah 5,6 Me/L.
Nilai jumlah anion dalam praktikum adalah 1469,6 Me/L
sedangkan nilai jumlah kation 28,03 Me/L. Setelah itu nilai
konsentrasi Na+ Me/L adalah 1441,57 Me/L dan nilai
Analisa Fluida Reservoir
100
konsentrasi Na+ Mg/L adalah 33156,1 Mg/L. Tenaga ion
memiliki konsentrasi ion Mg/L adalah 0.731 Mg/L.
Nilai kelarutan (K) pada temperatur pertama 20o C,
kedua 30o C dan ketiga 50o C memiliki nilai µ adalah 0.731
yang diplotkan pada grafik dari harga suhu ke temperatur
memiliki kelarutan pertama 3,42 pada temperatur 20o C, nilai
kelarutan kedua 3,22 pada temperatur 30o C dan kelarutan
2,68 pada temperatur 50o C.
Nilai Pca adalah 1,6 dan nilai PAlk adalah 2,4 pada
praktikum ini. Nilai stabilitas indeks pH bernilai 10 jadi
stabilitas indeks pada temperatur 20o C adalah 4,98, lalu nilai
stabilitas indeks pada temperatur 30o C adalah 2,78 dan nilai
stabilitas indeks pada temperatur 50o C 3,32 memiliki
keterangan bahwa ketiga indeks tersebut memiliki SI lebih
besar dari nol sehingga membuat air formasi mengandung
endapan. Oleh sebab itu terjadi kekeruhan pada endapan.
4.5.6 Analisa Kesalahan
Pada percobaa praktikum analisa kimia air formasi II ini
terdapat beberapa analisa kesalahan, yaitu sebagai berikut :
Kurang teliti dalam melihat skala pada buret, sehingga
berpotensi mendapatkan harga volume yang kurang tepat.
Kurat teliti dalam melihat meniskus pada gelas ukur,
sehingga nilai volume yang didapat kurang pas.
Analisa Fluida Reservoir
101
Keran buret terlalu cepat mengalir, sehingga berpotensi
pada penggunaan volume larutan.
Kurang pas pada saat pengambilan larutan, sehingga
proses titrasi menggunakan volume yang kurang tepat.
Pipet volumetrik telah terkontaminasi larutan lain sebelum
digunakan, berpotensi terjadi data yang kurang valid.
4.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan Analisa Kimia Air Formasi II
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Murexide dipilih sebagai indikator pada penetapan Ca
karena memiliki keefektifan pada pH 6 –13.
2. Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai
pekat dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah
pembuangan yang serius.
3. Dari perolehan stabilitas indeks dengan nilai SI yang
secara keseluruhan lebih besar dari 0 (SI > 0 ) maka
sampel air formasi menunjukan adanya endapan.
4. Pada sampel air formasi terdapat kandungan kalsium (Ca)
dan klorida (Cl).
5. Pada praktikum Analisa Kimia Air Formasi II ini kandungan
kalsium (Ca) dalam air formasi adalah 27,5 Me/L atau 1100
Mg/L.
Analisa Fluida Reservoir
102
6. Pada praktikum Analisa Kimia Air Formasi II kandungan
klorida (Cl) dalam air formasi adalah 5,6 Me/L atau 200
Mg/L.
7. Pada praktikum ini di dapat tenaga ion untuk Na+ sebesar
0,73 Mg/L.
8. Pada praktikum ini di dapat tenaga ion untuk Ca2+ sebesar
0,000137.
9. Pada praktikum ini di dapat tenaga ion untuk Cl- sebesar
0,0000784.
10. Pada praktikum ini di dapat harga stabilisasi indeks pada
suhu 20 0C sebesar 3,42.
11. Pada praktikum ini di dapat harga stabilisasi indeks pada
suhu 30 0C sebesar 3,22.
12. Pada praktikum ini di dapat harga stabilisasi indeks pada
suhu 80 0C sebesar 2,68.
13. Pada praktikum ini di dapat nilai K pada suhu 20 0C
sebesar 3,42.
14. Pada praktikum ini di dapat nilai K pada suhu 30 0C
sebesar 3,22.
15. Pada praktikum ini di dapat nilai K pada suhu 50 0C
sebesar 2,68.
Analisa Fluida Reservoir
103
16. Pada praktikum ini di dapat nilai Pca sebesar 1,6.
17. Pada praktikum ini di dapat nilai Palkalinitas sebesar 2,4.
Analisa Fluida Reservoir
top related