pembangunan perumahan dalam rangka ,...
Post on 06-Dec-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DALAM RANGKA ,_____
PEMBANGUNAN EKONOMI
o· l e h
ALBERT KARTAHARDJA
Ministry of ,.ubllc Works 1nd Electric Pow•r
Dir•ctor•t• G•n•r•l of Houslna, Buildlna, Pl1nnina 1nd. Urb1n D..,•lopm•nt
DIRECTORATE 'OF "·BUILDING RESEARCH
( D i 'r e k t o r 1 t P 1 n y e I i d i k 1 n M 1 1 1 I 1 h B 1 n 1 u n 1 n I
& N. REGIONAL HOUSING CENTRE F.OR THE E.S.C.A.P REGION
J.i1q T~m~nurl CPO liox 1&1 - Blndune. 1.._.-Ph_;11012.a1oa-Cabl•: REHOCE
NO. 64/100/9377.
PE~BANGUNAN PERUMAHAN L--
DALAM RANGKA
PEMBANGUNAN E KONOM I •
OLEH
Albert Kartahardja
Siswa SESPPUTL Angkatan VI I 1/76 No. 76278.
•
1\..ITLir"" Dl':'")'")· ..... r~··,. \ H' l "'- l L ... 'l.t U.~ r\.,;">.< .\:'\l
H.\LIIBANG l"U
RHC INTERNAL PAPERS
PEHBANGUNAN PERUM.AHAN
da I am rangka PEMBf\NGUNAN EKONOM I
Oleh Albert KartahardjQ
Siswa SESPPUTL Angkatan VI I 1/76
No. 76278.
PENGANTAF~
J..Naskah (paper) tnt dltulls dalam rangka evaluasl mata kullah "Analls0
dan lndikator Ekonoml dalarn rangka Ekonoml Pembangunan° yang telah dl
berikan oleh Dosen Bapak Marsudi S.E
2. Sesual dengan pengarahan yang dlberlk3n 1 lsi naskah In! didasarkan pe
da bahan kuliah, buku-buku dan tullsan-tulis::m dalam Majalch ':Prlsman
yang dlanjurkan dlbaca oleh Bapak Dosen dlsamplng ketetapan-ketetap3n
yang dicantumkan d3lam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan
Rencana Pembangunan Lima Tahun Ke Dua CREPELITA I 1).
3. Peml llhan judul naskah lnl adalah sesuai dengan petunjuk Bapak Dosen
agar slswa memil ih judul yang sAhubungan dengan pekerjaan slswa. D~n
oleh kar9na penyelldlkan ycng dlselenggarakan oleh Dlrektorat Penyeli
dlkan Masalah B?ngunan adalah di bldang Pemuklman, Perumahan dan Pc
ngembangan Bahan Bangunan, make: penults teL::h merni I ih judul n:~skah se
pertl ditulis dl atas.
4. Kurangnya waktu untuk memb~c~ dan menults tidak memungklnkan penulisan
suatu kertas I lmiah dan pembahasan yang mendalam yang dltinjau dari se
gi ekonoml pembangunan; (suatu bi·dang pengetahuan yang belum b~nyak di
pelajari oleh seorang ahl i dl bldang teknlk).
0 I eh k:'lren?. itu scb:-.g ian besc1r is i nask:"lh T n I merupakan sekedar kum
pulan pendapat-pendapat dar! ahli-ahl i dlbldang ekonomi pembangunun
yang dapat dikutlp dart buku-buku dan majclah-majalah yang masih sem
pat dlbaca.
.., •terima
·- - ·· .. 1 .. ' . ... . -( ., ... ;-,. . . . ~ ' u~ r n • ~. i.:, ... . t. .. ~ , . ..:~ i~ ~.: nJA.A.N . U ho u .v,
B .<\. Ll Ti3 -~ ·'-l3, ?J.
_PERPU :S TAKA .c\ -'J I.
-- . - S4 --1-rl-J H(F-/'L l
2
5. Dalam naskah fni dlcoba untuk menyajlkan hal-hal yang sehubungan dengan
Pembangunan Perumahan dalam rangka Pembangunan Ekonomi.
Pertama-tama ditulls hal-hal yang sehubungan dengan Pembangunan EkonomT
yaitu tentang :
- Batasan/Definisi Pembangunan Ekonomt.
- Masalah Perataan Pendapatan dl Indonesia.
- ~erencanaan Pembangunan dan Perataan Pendapatan.
- Tujuan Pembangunan Nasional.
Dan kemudian dicoba untuk menulfs tentang
- Segi Ekonomi dari Perumahan.
- Masalah Perumahan dalam REPELITA I I.
- Rencana investast di bidang Perumahan.
- Pembangunan Perumahan untuk mengurangi Pengangguran.
6. Khususnya diminta perhatian untuk pernyataan Prof Emt I Salim bahwa be
berapa ah I i ekonomi merasakan kebutuhan untuk menyempumakan konsep
produk-nalonal-bruto (GNP) yang dlanggap kurang mencerminkan segl ke·
sejahteraan sosial dan oleh karena itu diusahakan penyempurnaan dalam
produk-soslal-bruto (Gross Social Product) yang mencakup antara laln
juga segi pemuklman.
7. Berdasarkan pernyataan itu dan mengtngat pula bahwa balk dalam GBHN ma
upun REPELITA I I masalah kesempatan kerja dan perataan pendapatan
merupakan masalah-masalah yang harus dlpecahkan, maka dalam naskah inl
d I tu I Is 1 ag I pendapat-pendapat dari beber2pa ah I i ekonomt dan Juga d<1ri
Bank Dunla yang menyatakan bahwa antara lain dengan Pembangunan Perumahan
dapat dtctptakan cukup banyak kesempatan kerja dan mungkln dlperoleh
perataan-pendapatan penduduk.
3
BATfi,SAN PEMBANGUNAN EKONm11 (ECONOMIC DEVELOPMENT)
8. Gerald H.Meler mengatakan bahwa Pembangunan Ekonoml adalah proses di-
mana pendapatan por kapita yang rieel Creal per capita Income) dl
suatu negara menunjukan kenalkan yang terus menerus dalam jangka waktu
lama.
Jadl ada 3 unsur yang harus dlperhatlkan, yaitu
- Proses;
- Pendapatan per kapita yang rleel; dan
- Jangka waktu lama.
9, Unsur proses mencerminkan adanya faktor-faktor dalam slstlm pembangunan
ekonomi yang sal lng berhubungan dan saling mempengaruhl.
Kenalkan pendapatan per kapita yang rieel harus menjadi salah satu tujuar.
dart pemb~ngunan nasional jlka lngln dlhl langknn kemisklnan dalam masya-
rakat dan ingln dlcapal perataan pendapatan penduduk dan juga oleh ka -
rena kenaikan dalam pendapatan naslonal (national income) dl suatu
negara belum menjamln adanya perbalkan dalam taraf hldup tlap orang
d 1 neg a ra I tu.
10. Kenaikan yang terus menerus dalam jangka waktu lama adalah unsur pentlng
dalam pembangunan oleh karena yang ingln dicapai bukanlah perbalkan dan ke ' -
nalkan untuk jangka waktu pendek saja, misalnya selama m~sa satu Repellta,
tetapi untuk mosa 20-30 tahun Cmasa satu generasl). Dengan demlklan
dltek'mk<m pentlngnya usaha untuk meneruskan (sustaining) pembangunan
dan tidak saja dimulai (Initiating) pembangunan. I)
HASALAH PARATAAN PENDAPATAN Dl INDONESIA
11. Sehubungan dengan batasan tersebut dlatas dan menglngat pula bahwa dalam
Repel ita I I masalah kesempatan kerja dan pembaglan yang merata dart has! I
I). Gerald M.Meler, :;Leading Issues tn Economic DeveloprT'.entn
Oxford University Press, 1970.
4
pembangunan merupak~n masalah-masalah yang harus dlpecahkan, maka di bawah
lni disajikan beberapa pendapat tentang masalah-masalah itu yang dlkutfp
dart tul isan npembaglan Pendapatan di Indonesia: Sketsa Selayang Pandang"
oleh Redaksi Prisma yang dlmunt dalam Majalah Prisma ~~o. I, Pebruari 1976.
12. Yang pertama adalah mengenai 11 Pembangunan dan perataan pendapi?ltan 11
ant~r3 laln dJkut}p
Perkembangan ekonomi modern dan modernlsasi soslal yang menglrlnglnya,
menurut Professor Kuznets, adalah semacam ;;revolusi y:::Jng terkontrol"
suatu proses trans is! yang sui it, di mana pergeseran-pergeseran dalam
kelompok-kelompok kepentlngan dan perubahan strukturll berlangsung dengan
cepat seka I i.
13. Sudah sejak tahun 1954 Ia mula! menginsyafi adanya hubungan dl lemmatis
antara pertumbuhan ekonomi dan pembagian pendcpatan. Pola ketldak merataan
pendapntan digamb3rk~n sebagal huruf U terbal ik, menanjak pada fase -
fase pertarna pertumbuhan ekonomi, kemudlan melandal ke arah kemelar21tar.
sesud~h beberapa puluh tahun.
Namun sampai tahun 1960-an tldak banyak perhatlan yang dlberlkan kepada
masnlah perataan pendapatan lnl. Kerangka GNP yang sebenarnya dlkembangkan
oleh Keynes untuk anal !sa konjungtur, ternyata telah sangat mempengaruhl
perencanaan dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi. Titlk berat pad21 laju
pertumbuhan (rate of growth) yang d I ukur berdasarkan perkembangan Gl\lP
malahan dlcantumkan sebagal sasaran Dekade Pembangunan Pertama PBB.
14. Diperluken waktu sepuluh tahun untuk menyadarl bahwa strategi pembangunan
semacam itu tidak dengan sendirlnya memecahkan masalah kemlskinon dl n0gar~
negara sedang berkembang. Baru dalam tahun 1970-an tnt Dek0de PGmbangunan
Kedua PBB menyatakan bahwa sasaran laju pertumbuh0n perlu dilengkapi dengan
usaha untuk lebih meratak3'1 pendap,,tan dan memperluas kesempata!"l kerjc1,
REPELITA I I menegaskan pula bahwa masalah kesempatan kerJ3 dan pembagian
kembali hasil-hasll pembangunan merupakan masalah-masalah rertama yang
harus dlgarap.
5
15. Sekallpun teori Kuznets mungk!n maslh sangat spekulatif, tetapl lmpl 1-
kas i nya bag i keb i jaksanaan p9mbangunan mungk In t l dak dapat d i aba I kan.
Kenyataan b3hwa di berbagal negara perjal.~nan ke orah sistem ekonoml
rrodern te I :lh d i serta I dengan ane'<a ragam konf I i k, maka pengamatan yang
lebih sungguh-sungguh kepada masalah kesempatan kerja dan pembaglan
pendapatan yang leblh merota barangkall dapct membawa klta kepada penger
tian yong lebih baik tentang batas-batas ketldak merataan yang dcp3t di
tolerir oleh masyarakat.
16. Malangnya, studi tentang pembaglan pend~petan agaknya maslh berBda p~de
taraf yang dinT sekall. Masal:ah-m:'lsalah akademls sepertl lndikator apa
yang akan kita pakal untuk mengukur ketldok merataan pend3patan, kerangka
ycng bagaimana diperlukan untuk menel itt mas3l~h tersebut d8n seperangkat
tetekbengek akademis lalnnya maslh saja mew<'lrnal perblncangan tentanq
pembaglan pendapatan.
17. Kutipan kedua 3dalah tentang Beberapa perklraan pendapatan dl lndonesi~
Sumber data utama tentang pembaglan pendapatan dT Indonesia beresal dari
Survey Sosial Ekonoml Nasional (SUSEt~/\S) yang dlselenggarakan antara
tahun 1963-1964 samp~i 1969-1970. Selam3 perlode tersebut telah
dllakukan empat kal I SUSENAS. yang dibagl dalam kurun w~ktu 1963-1964 (J),
1964-1965 ( I I ) , 1967 ( I I I ) dan 1969-1970 ( IV).
Suatu anal !sa tentang pembaglan pendapatan di Indonesia senantlasa lebih
berslfat perklraan yang sangat kasar, balk karena datanya yang berserak
serak, terbatasnya kurun vmktu, d:1erah S?.lmpe I yang berbeda dar! satu
periode lalnnya, m~uoun karena kekurangan den perubahan dalam metode
yang digunakan. Barangkall bisa pula difah~ml mengapa beberapa peneliti
kadang-kadang mengemukak::!n angka-c-ngka perk Iraan yang berbeda.
18. Untuk tahun 1964-1965 mlsalnya, P.M.Sundrum memperklrakan Glnl ratio
lndonesiJ sebesar 0,389 (tidak tE-rmasuk Jakarta) berdasarkan data
pengeluaran konsumsl lndonesl~. Suatu panel itlan lain yang sedang ber
langsung memperklrakan Glnl ratio Indonesia pada perlode tersebut
sekltar 0,3552.
Perbedaan antara kedua perklraan tersebut memang tldak seberapa, d~n
keduJ-duanya menunjuken bahwa ketldak-mGrataan pembaglan pendapatun
pada periode tersebut maslh berada pnda taraf yang ring~n.
19. Dl samplng Gin I ratio, ukuran ketidak-merataan ltu blsa jug::1 dll ih:st
dari beberapa persen pendapatan yc>ng diterima oleh 40;~ penduduk yang
berpendapatan patfng rendah. Untuk tahun 1969 mlsalnya, stud! bersarna
antara Bank Dunla dan Institute of Development Universitas Sussex
memperklrakan bahwa 40% penduduk berpendapatan terendah menerlma 19,5%
dar! pendapatan naslonal. lnl berartl bahw~ tingkat ketldak-merataan
pembaglan pendapatcn dl Indonesia juga masih dalam taraf yang rlngnn
(low inequality>.
6
Menurut kajian tersebut, k·~tldak-r.erataan pendapi'!tan maslh dapat disebut
'rtngcn.,bila 40% penduduk .dengan pendapatan paling rendah masih menerlma
17% darl pendapatan nasion;,!. Tlngkat ketldak-merataan menjadl 17 Sedangn
(moderate t n.'lqua I tty) b II a 40% penduduk dengan pendapatan terendah me
nerlma kurang dari 17% tet3pi lebih dart 12% darf pendapatan n~sJonal.
Tingkat ketldak-merataan betul-betul menJldi sangat tlmpang (high
Inequality) bila 40% penduduk dengan pendap8tan terendah menerim~
kurang dari 12% pendapatan naslonal.
W. Sement:::~ra ltu, Prof. Sumitro Djojohadikusumo memperklrakan, bahw0 berdasar
kan beberapa lndik3tor yang maslh sementara sif~tnya, pola pembaglan
pendapstan dl Indonesia dapat digambBrken sebagai berlkut :
a. 40% penduduk dengan pendapatar terendah menerlma 15% dart pendapatan
nas lona I;
7
b. 40~b penduduk dengan pendap~tan menengah (middle Income group) menerima
32% dari pendapf!tan nas tor.a I;
c. 20% penduduk dengan pendap~tz:m terti ngg i menerlma 53% dari pendapatan
nas iona I.
21. Pola tersebut menunjukan bahvm ketldak-merataan pendapatan dl Indonesia
maslh dapat dlkatakan'1sedangn (rroderote inequality), malahan maslh ieblh
bdlk daripada Fi I ipina dan Malaysia di mana 40% penduduk dengan pendapatan
terendah hany3 menerlma sekltar I 1,6% dart pendapatan naslonal yang
dengan demlki3n termasuk dalam kategori sangat plncang (high lnequal ity),
Selanjutnya Prof.Sumltro Djojohadikusumo memperkirakan bahwa dengan per
balkan-perbaikan dalam kebljaksana~n m~k3 pada tahun 1990 nantl 40% pen
duduk dengan pendapatan terendah diharapkan akan menerima 18% d~ri pen
dapatan nasion~! dan peda tahun 2000 menerima sekitar 20% dart pendapatan
nas lona I.
22. Suatu penelttian lain yang maslh berlangsung memperklrakan bahwa keadaan
pembagion pendapatan Indonesia pada tahun 1969 cukup balk, karen~ 40% pen
duduk dengan pendap~tan paling rendah telah menerlma 19.48% sedan9 Ginl
ratio pada periode tersebut me~unjukan 0,3394. An9ka-angka tersebut
malahan mengesankan adanya perbalkan keadaan, karena dalam pertode se
belumnya (1964-1965, t3k termasuk Jakarta) 40% penduduk dengan pendapatan
terendah hanya menerlm3 13,66% d~ri pendapat?n naslonal, juga GJnJ ratio
menunjukan angka yang sediklt leblh tlnggl, yaknl 0,3552.
Jikal~u demlklan halnya, rnaka pada perlode tersebut dapat dlkatal<an bchwa
pembag I an pendapatan d I I ndones I z• herada d? I am ket I dak-merata3n yang
"rl ngan" (low I nequa II ty).
23. Akhirnya diberikan juga gambaran tentang
11 Perk I raan tentang gar is kema I a ratan".
~lsamping pembagian pendapatan relatlf sebagal!'11"lna dlur<'llkan dl muk::J,
8
masih ada dtmenst lain daripada kemlsklnan yang btasa dlsebut dengan ttng
kat kemlskinan absolut (3bsolute poverty>. Tingkat inl dlukur dengan stan
dar kebutuhan hldup minimum. lnt bisa dltetapkan berdasark~n kebutuhan
beras minimum, glzi, 9 bahan pokok, dan sebagainya. Batas kebutuhan mi
nimum lni blasanya disebut dengan garis kemelaratan (poverty I tne).
24. Prof. Sajogyo dalam memperktrakan garts kemelaratan tnt telah menggunakan
ttngkat pendapatan 240 kg ekwivalen beras per kapita per tahun bagl da
erah pedesaan dan 360 kg per kap Ita per tahun untuk daerah perkotaan.
Berdasarkan patokan tnT dtperktrakan 46% penduduk pedesaan dan 49% penduduk
perkotaan hldup dt bawah garls kemelaratan pada tahun 1969.
Sementara ltu Dwight Y.King dan Peter Meldor. dengan menggunakan patokan
yang sama telah sampai kepada perkiraan bahwa 50% penduduk Indonesia htdup
dt bawah gar!s kemelaratan. Tetapl kedua penelitl tersebut mengingatkan
bahwa perk iraan berdasa rkan ek\'1 Iva I en beras kurang tepat, sebab perk l raan
tersebut didasarkan atas harga beras yang berlaku pada saat penel lttan
(SUSENAS II) dllakukan. Padahal dalam kenyataannya herga beras bisa
mengalaml fluktuast dari waktu ke waktu dan dapat berbeda dart daerah ke
daerah.
25. Anne Booth yang menggunakan patok~n konsumsl pangan minimum telah sampal
kapada kestmpulan bahwa 51,2% penduduk Indonesia hidup dt bawah garls ke
melaratan (13,4% penduduk daerah perkotaan dan 37,8% penduduk daerah pe
desaan). Sedang Prof.Sumitro Djojohedikusumo dengan menggunakan pstokan
pendapatan $ 75 per kap Ita per tahun dart Bank Dun t a memperk T rakan bahwa
40% penduduk Indonesia hidup dl baw3h garls kemelaratan.
Sayang sekali penelltian yang lebih Jengk2p yang menggunakan ukuran 9
bahan pokok, kebutuhan gizi minimal dan pengeluaran par kaplta belum bis<::.
k Ita keta hut • Namun k i ranya dapat d I dug a bahwa dengan patokan- patokan ter
se but akan dihasilkan angka-angka perkiraan yang leblh besar.
9
26. Gambaran dJ atas mungkin membuat klta bertanya ap~kah yang menjadl pe
nyebab kepincangan pendapatan dan kemelaratan absolut tersebut.
Di samplng berbagai faktor seperti kondisl ekonoml, soslal, budaya,mung
kln juga p0litlk masa l~mpou dan sekarang, tentu ada juga faktor-faktor
subyektif sepertl perbedaan kapasitas masing-masing orang, umur dan
sebagainya. Menurut suatu penel ltlan yang dldasarkan atas data-data
SUSENAS I I, faktor perbedaan pendapatan antar daerah telah menyumbang
sekitar 25% kepada keplncangan pendapatan. Faktor anggota keluarga me
nyumbang sekitar 24% sementara faktor perbedaan lapansan usaha hanya
menyumbang sekitar 2%.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PERATAAN PENDAPATAN
27. Untuk memecahkan masalah perataan pendapatan yang dluralkan dl atas,
Prof. Emi I Salim dalam pldato pengukuhan dl Universitas Indonesia pa
da tanggal 14 Pebruari 1976 ant~ra Jatn mengatakan :
to
Setelah Perang Dunla kedua selesal maka lahirlah banyak negara-negarr.
baru diatas reruntuhan negara jajahan. Dan etta-etta utama settap ne
gara baru adalah untuk membangun bangsa dan tanah-alrnya dalam kemer
dekaan.
Untuk banyak negara-negara berkembang maka sasaran yang terutama ingln
dikejar adalah mencapal laju pertumbuhan pendapatan per jlwa yang op -
tlmal. Hal Tnt diperkirakan dapat dlcapat apabila jumlah produk-na
slonal-bruto (gross national product) menlngkat Jeblh cepat dart per -
tambahan penduduk.
28. Dan produk-nasional-bruto dapat tumbuh cepat apablla modal yang menfm
bulkan produkst lkut bertambah, baik secara kwantltatlf maupun kwalfta
tl f. Antara pertambahan moda I dan kenaI kan produks 1 terja I fn hubungan
yang blsa dlrumuskan dalam suatu angka perbandlngan. Pada tlngkat tehno
logl tertentu maka bagl masing-masing sektor produksl pertanlan, In -
dustri, ekspor dan lmpor, dapat dihltung angka perbandlngan antara
penambahan modal yang diperlukan bagl penambahan produksl sebanyak
satu satuan (incremental capttal output ratio).
29, Proses pembangunan tldaklah berlangsung dalam kehampaan soslal, Pel
bagal faktor soslal, sepertl tingkat pendidlkan, tlngkat kesehatan,
segi kebudayaan masyarakat, faktor sejarah bangsa, faktor trad Is i
dan kebiasaan masyarakat, irama dan pola kehldupan desa, rasa dan ke
sadaran keadllan, rlngkasnya rupa-rupa segl manusiawl dan masyarakat
turut memberi pengaruhnya kepada perkembangan pembangunan. Oleh karena
ltu patut diperhltungkan.
II
~~1aka dalam kerangka flkfran fnllah dlkajf pengaruh faktor- faktor so
sial bagi pembangunan. Dan dalam perencanaan ditelltl teblh tanjut
cara-cara untuk mempengaruhi kelakuan faktor sosial agar secara mi
nimal tldak mengganggu proses pembangunan dan maksimal tu~ut mendorong
pembangunan.
30. Faktor-faktor sosfal yang memflfkf kemampuan untuk mempenga~uhl pem
bangunan dalam hubungan timbal balik adalah cukup besar, sehingga luas
terbentang cakrawala perencanaan ekonomf pembangunan bagl pemfklr dan
pelajar ekonomf untuk menggarap wl layah baru inl.
Dalam menanggapi masalah inl maka beberapa ahll ekonomt merasakan ke
butuhan untuk menyempurnakan konsep produk-naslor.al-bruto, yang diang
gap kurang mencermfnkan segi kesejahteraan soslal. Oleh karena Jtu dl
usahakan penyempurnaan dengan memperluas konsep tnt dengan mencakupt
segl-segi kwalitas hldup, sepertl pendidlkan, kesehatan, pemuktman dan
lain-lain, dalam produk-sosfcl-bruto (Gross Social Product).
31. Bebenpa ahl i ekonomi lalnnya bertolak darl bawah dan berusaha menyem
purnakan ukuran-ukuran dalam memlllh suatu proyek pembengunan. Apablla
blasanya dlpakai angka perbandfngan blaya dan manfaat (cost benefit
ratio} dalam mengukur ketepatan suatu proyek, maka ukuran inl dlrasakan
terlalu berat sebelah dan tfdak mencakup segi-segi non-ekonoml. Lagi
pula yang diperhltungkan dfslni hanyclah yang berlaku bagl pemlltk pro
yek, sedangkan manfaat dan blaya proyek tnt bagi Jingkungan sekltar
dan masyarakat umum dirasakan kurang tertampung dalam angka perbandlngan
tnt. Sehingga diperklrakan bahwa ketlmpangan (distorsl) sudah dtmul~l
pada tingkat proyek. Dan karena perencanaan pembangunan bertumpu pada
~1rencanaan proyek-proyek, maka ketlmpangan lni akan juga menjalar da
lam proses pembangunan. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tnl maka
dlkembangkanlah konsep angka perbandingan bi~ya dan manfaat sosial
(social benefit cost ratio).
12
32. Pengalaman selama Dekade Pembangunan yang Jampau menunjukan keharusan
untuk menjatuhkan plllhan bagi sasaran pembangunan Tnt terutama kepada
rr~reka yang miskln. Oleh karena golongan mlskln lnllah yang menderita
kemunduran dala~ pembagian pendapatan selama proses pembangunan ber
langsung, sedangkan jumlahnya tldak saja besar tetapl aklbat pertam
bahan penduduk senantlasa menlngkat. Sehtngga masa depan kelompok Tnt
tldak bertambah cerah, tetapt sebal lknya bertambah suram.
Dan siapakah \elompok penduduk yang miskin inl?.
33. Adalah menarik bahwa di hampir semua negara kelo~pok penduduk yang
mlskln lnl memlllkl ciri-clrt yang serupa.
Ciri pertama adalah bahwa baglan terbesar dari kelompok yang miskin lnl
terdapat di daerah pedesaan. Dan umumnya adalah buruh tani yang tldak
mem i II k I tanah send I ri . Ka I au pun ada yang mem i I i k I tanah maka I uasnya
tldaklah seberapa dan tldak cukup untuk membiayai ongkos hidup yang
layak. Ciri kedua adalah bahwa merekr adalah penganggur.
Kalaupun ada pekerjaan maka slfatnya tldcklah teratur, atau pekerjaan
ltu tidaklah memberi pendapatan yang memadal bagl tlngknt hldup yang
waj ar. t-.1ereka in I terdapat ba I k d I perkotaan maupun d I pede sa an.
Clrl ketlga adalah bah\'la rr.t:rJka berusaha sendlrl, biasanya dengan me
nyewa per!latan dart orang lain. Sifat usaha mereka adalah keel! dan
terbatas karena kettadaan modal. Mereka banyak terdapat terutama dl
perkotaan, tetapl dapat dljumpci pula dlpedesaan.
34. Yang menonjol dari kelompok penduduk misktn Tnt adalah bahwa r~ta-rata
semua tldak memllikl peralatan kerja atau modal sendlrl. Kebanyakan
dari mereka tidak berpendldikan, apablla ada maka tlngkat pendldlkan
nya adalah rendah.
umumnya mereka adalah kelompok penduduk yang kurang berkesempatan un
tuk memperoleh dalam jumlah yang cukup bahan kebutuhan pokok,pakalan,
perumahan, fasil itas kesehatan, air mlnum, pendldlkan, angkutan dan
komunlkasi dan fasil itas kesejahteraan soslal pada umumnya.
13
35. : .. Jereka, sebagai keluarga, berusaha rnemenuhi 1-:ebutuhan dengan pelbagai
c?lra dan mengerahkan lebih dar! sc:tu anggota keluarga untuk bekerja.
Lingkungan sosial yang terdapat dis:ekltar mereka dapat turut membantu
kelangsungan hidup mereka melalui rasa dan kesadaran sol ldaritas atau
semangat gotong-royong, yang berbeda-beda tingkat intensltasnya antcrr
negara satu dengar. negara lain, dan daerah satu dengan daerah lain.
36. Dengan memusatkan d i ri pada kelompok oenduduk yang rendah pendap3tan
ini, maka ikhtiar utama adalah memenuhi kebutuhan pokok mereka dan me
ngusahakan agar j urn I ah mereka yang berada d i ba1•1ah batas keme I a rat an
dapat dlkurangl dan dalam jangka waktu tertentu sudah dapat dltladakan.
Kebutuhan pokok yang per I u d I penuh 1 in I mencakup I bah<m makarian v~ng
bernilal gizi, air mlnum yang bersih, fast I ltas kesehatan dan obat
obatan, pakalan, perumahan, tempat ibadah, keperluan rumah-tangga yang
minimal, fasil ltas pendldikan sekolah dasar, pendldfkan diluar sekolah
dan pendldlkan agama.
37. Kebutuhan pckok fnf tldak dlmaksud untuk dlberl gratis, sungguhpun un
tuk kasus-kasus tertentu hal int tak dapat dlhlndarl. Tetapf mereka
dlberl kesempatan untuk memperoleh penghasllan agar dapat memenuhl ke
butuhan pokok fnl. Dan lnl berartl bahwa kesempatan memperoleh peng
has II an l n i per I u d i c i ptakan me I a I ul keb I jaksannan pengadaan I apangan
kerja. Sehlngga kebijaksanaan pengadaan Japangan kerja merupakan unsur
yang pokok da I am keb I j a ksanaan pembangunan.
Melalui bekerja penghasllan diperoleh untuk membel I kebutuhan pokok.
Tetapi sebalfknya kebutuhan pokok int dapat dtprodukst dengan tenaga
kerja dalam negert.
14
38. Mer~usahakan produkst kebutuhan pokok tidak berhentt pada pembuatan
barang jadi. Untuk menghasilkan ketJtuhan pokok dtperlukan b~han baku,
bahan mentah, bahan olahan dan tmpor latnnya. Ia juga memerlukan pra
sarana ekonomf dan prasarana sosial untuk berprodukst. Dan tnt semua
terbuka bagl sasaran kebijaksanaan pencfptaan lapangan kerja.
Tapl kebljaksanaan penclptaan lapangan kerja ttdak dapat berjal3n sen
dirt. Ia perlu dttrtngl oleh kebtjaksanaan pembangunan tndustrl, ke
kebljaksanaan perdagangan, kebijaksanaan kredlt perbankan dan kebtjaksana
an pendidikan, yang semuanya terarahkan pada sasaran penciptaan lapa-
ngan kerja bagi kelompok yang rendah pendapatan ttu.
39. Indonesia baru berada pada tahap permulaan dalam usahanya untuk me
ngetahui leblh mendalam hal fhwal yang menyangkut segt pembagtan pen
dapatan. Maka sudah selayaknya btla peneltttan dlbidang tnt perlu
dltlngkatkan.
Sungguhpun kesimpulan yang mantap belum dapat dftartk dart hast! pe
nelltlan yang tersedia, namun proses perkembangan dlkota membert per
tanda bahwa hal yang serupa dapat berlaku pula pada ruang I lngkup na
slonal. Oleh karena ltu adalah pentfng untuk secara khusus membert
perhatlan pada segi-segt kebtjaksanaan yang dapat memberf sumbangan
pada proses perataan pembangunan ltu.
40. Rangkalan tlndakan yang akhlr-akhf~ lni dlambll berupa proyek-proyek
lnstruksl Preslden dlbldang pendldlkan, kesehatan, pasar, pembangunan
desa, kabupaten, proplnsl, dll. menjurus pada arafl yang benar. Begttu
pula fokus pembangunan yang sejak REPELITA I dipusatkan pada sektor
15
pertanian dan kegiatan daerah pedesaan menunjukan bahwa Indonesia te
lah menglndahkan kekel lruan beberapa negara yang terlalu terburu-buru
merobah skala prloritasnya kejurusa!1 lndustrl dengan mengorbankan
pertanlan.
41. Tetapl kita perlu menyadarl pula bahwa besarnya pendapatan yang dlte
rima oleh maslng-masing kelompok penduduk klta, terutama yang memper
oleh bagian pendapatan dlbawah 20% darl pendap?tan naslonal, adalah
maslh sangat rendah. Oleh karena ltu sudah sewajarnyaluh btta leblh
lagl perlu dlusahakan langkah kebljaksanaan yang secara khusus dipusat
kan pada kelompok berpendapatan rendah lnl.
42. Dan lnl memerlukan dukungan pemiklran llmlah yang bertanggung jawab.
t·1asa I ah pembangunan dengan perataan pendapatan d i nega ra berkembang
adalah masalah baru. Kita berada pada perbatasan wllayah llmu penge
tahuan yang baru dan muda. Padahal ketegangan sosial yang terselubung
dalam permasalahan inl adalah cukup gawat.
Oleh karena ltulah maka semakin mendesak keperluaR untuk mengembang
kan masalah lnl secara lebih luas, lebih dalam dan leblh bertanggung
jawab dalam waktu yang tldak terlalu lama.
16
TUJUAN PEMBANGUNAN NAS JONAL
~3. Dalam GBHN antara lain dltetapkan
Pembangunan Naslonal bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adtl dan rnakmur yang merata matert i I dan sp·irltuil berdasarkan Pancasi Ia didalam wadah Negara Kesatuan Republ ik Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu,dalam suasana p~rlkehldupan Bangsa yang aman, tentram, tertlb dan dinamis serta dalam I Jngkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersah3bat, tertlb dan damal.
44. Pembangunan Nas Jona I d i I aksanakan d ida I am rangka pembangunan r"1anus i a Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh Masyarakat Indonesia. Hal lnl berarti bahwa pembengunan ltu hanya mengajar kemajuan lahlrlah atau kepuasan batlntah saja, melalnkan keselar3san, keseraslan dan keselmbangan antara keduanya; bahwa pembangunan ltu ~erata dlseluruh Tanah Air bchwa bukan hanya untuk sesuatu golongan atau sebag1an dart masyarakat, tetapl untuk seluruh masyarakat dan harus benar-benar dir3sakan oleh seluruh rakyat sebagal perbalkan tlngkat hidup.
~5. Bangsa Indonesia menghendaki keselerasan hubungan ~ntara manusia de -ngan Tuhannya antara sesama m~nusia serta lingkungan alam sek1tarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga kesetarasan antara cita-cita hldup dl dunia dan mengajar kebahagiaan dl akhtrat, karena kehidupan manusla dan masyarakat yang serba selaras adalah tujuan akhlr Pembangunan Naslonal secara rlngkas disebut masyarakat maju, adtl dan mokmur berdasarkan Pancaslln.
SEG I EKONm·11 DAR I PERU~1AHAN
46.Salah satu pandangan tradisionil dari para ahl i dan sarjana dl bldang
ekonoml dan pembangunan ekonoml adalah bahwa pusat-pusat pemukiman
hanya merupakan pusat-pusat dari kegiatan-kegiatan ekonomi dan bahwa
pusat-pusat ltu memerlukan penanaman modal dan blaya banyak untuk
pembangunan dan pemel lharaannya.
Oleh karena ltu pusat-pusat pemuklman dlpandang sebagal unsur yang
pasif saja dalam kerangka slstlm pembangunan ekonoml suatu negara.
17
47.Sekarang pandangan ltu sudah berubah dan para ahll dan sarjana dl
bldang pembangunan ekonomi dan para perencana pembangunan naslonal
sudah menglnsyafi bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembangunan secara
sektoral dengan mengutamakan faktor-faktor ekonomi saja dengan tujuan
mempercepat pertumbuhan ekonoml dan memperbesar GOP dan GNP, akhirnya
dapat membahayakan pembangunan nasion a I • Juga d I sadarl bahwa pemecahan
masalah pemuklman dan lingkungan hldup dapat mempercepat pembangunan
naslonal dan seballknya tujuan pembangunan naslonal akan terhambat ji
ka keadaan pemuklman dan lingkungan hldup kurang diperhatlkan.
48. Oleh karena pertambahan penduduk yang cepat dl Indonesia, masalah
pemuklman yang antara lain terdirl darT mas!lah-masalah perumahan ;
tanah untuk membangun, penyedlaan air mlnum, tenaga llstrlk dan fast I 1-
tas umum lalnnya; menjadl masalah yang peka dl Indonesia. Demiklan
pula masalah kesehatan, pengangguran, pendidikan dan lain-lain masalah
soslal sepertl kejahatan anak-anak, narkotlka, dan sebagainya; banyak
dlpengaruhl oleh pemuklman dan I ingkungan hldup.
18
49. Dalam suatu laporan tentang kegtatan Bank Dunia di bldang Perumahan dl-
k8takan bahwa slfat-slfat sostal dan ekonomls dar! perumahan beraneka
ragam. Antara lain dapat disebut
- 15% sampai 20% dart pengeluaran rumah tangga adalah untuk rumah;
rumah adalah salah satu tujuan dari usaha menabung dart kebanyakan
keluarga, teristlmewa keluarga-keluarga yang berpenghasilan sedfklt;
- penanaman modal dalam rumah sudah dlpandang sebagat suatu usaha yang
menguntungkan dan yang dapat memberlkan penghastlan;
- untuk kelt!arga-keluarga yang berpenghasi lan sedlktt, rumah adalah
suatu tempat untuk berusaha untuk menambah penghasflan;
- rumah adalah benda yang tidak bergerak dan oleh karena ttu merupakan
pusat dart kegtatan seharl-hart dart penghuni yang bekerja, bersekolab,
berbelanja, bermaln, dsb.
50. lnvestasl dalam perumahan dapat berpengaruh atas pendapatan penduduk
dan kesempatan kerja dengan menggunakan tenaga kerja yang menganggur
dan yang setengah menganggur, khususnya d l daerah perkotaan, Lag I pu I a
untuk pembangunan perumahan tfdak diperlukan banyak bahan lmpor dan
dapat dlpakai bahan mentah dan bahan bangunan lokal.
Oleh karena itu usaha pembangunan perumahan dapat bernllal 20%-30%
dar! jumlah Pembentukan Modal Tetap (Fixed Capital Formation) dl ne-
gara-negar3 yang cepat berkembang dan yang sudah mempunyal Kebljaksanaan
dan Rancangan dl · bldang Perumahan (Housing Pol Icy and Housing Pro-
gramme) yang mantap.
Jelas klranya bahwa Perumahan merupakan unsur yang pentlng dalam pem-
bangunan ekonoml suatu negara dan merupakan pelengkap dari keglatan
dl sektor lain.!>
2). World Bank, "Housing", Sector Polley Paper, May 1975.
19
MASALAH PERUMAHAN DALAM REPEL ITA II
51. Dalam Bab 4 REPELITA II antara lain tercantum:
Masalah Pemukiman dan Jlngkungan hidup di Indonesia pada hakekatnya
merupakan bagian dart masalah pembangunan sebagat suatu keseluruhan.
Deng3n demlkfan tampaklah bahwa masalah llngkungan hidup df Indonesia
sebagaimana dlalamt oleh negara-negara yang sedang berkembang lafnnya,
adalah masalah rendahnya mutu ltngkungan hldup yang disebabkan justru
oleh faktor keterbelakangan. Oleh karena ftu adalah sewajarnya bflamana
kebijaksanaan dan usaha penanggulangan masalah Jingkungan hldup ~IIi
hat dalam rangka dan sebagai baglan darf usaha mempercepat proses
pembangunan ltu sendiri.
52. 01 samptng itu dlhadapl pula masalah-masalah tlngkungan hidup yang
pada hakekatnya merupakan akibat-aklbat sampingan dart usaha-usaha dan
kemajuan yang dlcapal dalam pembangunan. Hal Jnf antara Jain menyang
kut persoalan keglatan pembangunan yang kurang memperhltungkan hubu
ngan tlmbal bal ik antara kegiatan-kegtatan pembangunan serta keseim
bangan yang berlaku dan yang perlu dijaga dalam I Jngkungan hldup ftu
send I ri.
53. Dalam hubungan ini maka penentuan kebljaksanaan dan pelaksanaan pro
gram-program yang bertal Jan dengan pertumbuhan ekonoml, perubahan so
sial dan perkembangan kebudayaan senantiasa harus memperhltungkan fak
tor-faktor yang mungkin dapat menlmbulkan kerusakan atau pencemaran
llngkungan hldup. Dalam rangk~ kebijaksanaRn tnt perlu senantiAsa dl
perhltungkan pula hktor-faktor yang menycngkut masalah pemel lharaan
kelesterfan dan kelangsungan sumber-sumber alam yang terdapat dl dalam
llngkungan htdup.
54, Pengaruh pembangunan perumahan atas pembangunan naslonal dljelaskan
juga dalam Bab 19 REPELITA I I, antara lain tercantum:
Sejalan dengan ketentuan Garis-garis Besar Haluan Negara maka dalam
rangka menlngkatkan kesejahteraan rakyat, dl samplng penyedfaan pangan
dan sandang pada tfngkat harga yang wajar pembangunan perumahan rakyat
merupakan sasa~an yang pentlng. Oleh karena ttu, dalam Pel ftc Kedua
masalah pembangunan perumahan rakyat memperoleh perhatfan leblh besar.
§5. Perumahan di samplng merupakan kebutuhan pokok, sangat pentlng pula
artlnya dalam meningkatkan stab II ttas sosial, dinamika dan produktlvl
tas kerja, sehingga pemecahan masalah perumahan dapat mempunyai pe
ngaruh posftif bagi proses pembangunan pada umumnya. Perumahan juga
merupakan bldang usaha produksi yang banyak menyerap tenaga kerja dan
membuka luas pasaran hasil lndustrl bangunan.
Pada umumnya pembangunan perumahan rakyat yang merupakan sektor ln
dustri tradlsionil, dapat memanfaatkan tenaga-tenaga kerja yang kurang
terlatih. Latlhan-latihan penlngkatan ketrampllan bagl pembangunan
perumahan rakyat dapat dllaksanakan dl mana-mana dengan relatlf mudah.
56, Juga pen 1 ngkatan pembangunan perumahan rakyat akan banyak member! kan
kemungkinan bagi penlngkatan keglatan usaha para pengusaha dl bldang
bangunan, kontraktor/pemborong kecll maupun perorangan secara tersebar
Bahan-bahan bangunan pun yang banyak dibutuhkan pada umumnya dapat
diusahakan setempat dengan memanfaatkan bahan baku lokal.
Peningkatan pembangunan perumahan rakyat dengan sendirlnya menlngkat
kan kebutuhan akan bahan bangunan. Hal lnl akan memungklnkan makfn
banyak tenaga kerja yang dapat dlserap melalui lndustri bahan bangunan
dan lndustrl konstruksi bangunan,
Dengan demlklan pembangunan perumahan mempunyal fungsl ekonoml yang
besar arttnya dl samplng membuka kesempatan kerja dl daerah.
20
RENCANA I NV EST AS I D I B I DANG PERUMAHAN
57. Garis-garis besar kebljaksanaan dl bidang pemukiman, llngkungan hidup
dan perumahan rakyat yang sudah tercantum da I am GBHN dan REPEL ITA II
masih harus dltuangkan dalam rencana-rencana pembangunan flslk yattu
rencana pembangunan kota dan rencana pembangunan wtlayah.
21
Dalam rencana-rencana Itu ditetapkan antara Jain rencana lokast daerah-
daerah pemuklman, perlndustrlan,perdagangan, pemerlntahan dan rekreasl.
Dan juga rencana-rencana perbaikan kampung; pemugaran perumahan dl da-
erah pedesaan; perbalkan dan perluasan jaringan pipa-ptpa air mtnum dan
saluran-saluran air hujan dan air kotor; dan sebagatnya harus ada dalam
rencana-rencana pembangunan kota.
58, Untuk mewujudkan rencana-rencana pembangunan di bidang pemuktman ltu,
perlu dltetapkan suatu rencana Jnvestast (Investment planning) dt bidang
ltu dan sebaliknya rencana investasi ltu dlsusun bersama-sama dengan
Kebljaksanaan Pemerintah di bidang pemuklman.
3) Dalam suatu laporan studi yang diselesatkan oleh United Nations Centre
for Housing Building and Planning, telah diusulkan suatu model (I ihat
gambar I ) yang menggambarkan I nteraks i anta ra :
- Tujuan, Sasaran dan Standard;
- Perhltungan Naslonal dan Sostal, dan
- Kemampuan Ekonomts.
59. Model Itu dapat dlpakai sebagal kerangka untuk merencanakan kebijaksana-
an dan lnvestasl dl bldang Personalia.
Dalam model tersebut dlgambarkan bahwa dl dalam Perhltungan Naslonal dan
Soslal <National and Accounts) keglatan pembangunan perumahan
sangat erat hubungannya dengan penghasllan penduduk dan oleh karena .Jtu
banyak dlpengaruhl oleh ttngkat pembangunan ekonoml dt suatu negara dan
perkembangan dalam GOP dl negara ttu.
3). United Nations, "An Economic Framework for Investment Planning In f-louslng and Urban Infrastructure" (ST/ECA/186), United Nations New York, 1973.
22
60. Terutama di negara-negara yang sudah maju, rumah-rumah dtbangun untuk
dijual dan disewa. Dan oleh karena ltu upah buruh di bidang pembangunan
rumah dan harga bahan bangunan dan alat-alat pembangunan merupakan un-
sur yang panting dalam pembentukan modal (capital formation) dan dalam
perkembangan GOP.
Dl suatu negara yang terdiri dart daerah-daerah dan wilayah-wilayah,
seperti Indonesia, besarnya investasi dl bldang perumahan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomt dan Gross Regional Product dl wi layah-wllayah ltu.
Dengan memanfaatkan sumber-sumber tenaga dan bahan yang ada setempat,
perataan pendapatan mungk In d i capa i dengcn usaha pembangun:m perumahan
yang merata dl seluruh wilayah.
PEMBANGUNAN PERUMAHAN UNTUK f'-1ENGURANG I PENGANGGURAN
61. Seperti dlketahul, pertambahan penduduk dan angkatan kerja yang sangat
cepat di satu pfhak dan kurang lajunya perluasan kesempatan kerja di
lain pihak menyebabkan masalah pengangguran di Indonesia.
P f S ·t o· · h d.k 4 > t k b h dt b ro • umt ro JOJO a 1 usumo menga a an a wa negara-negara er-
kembang pada dewasa ini jumlah tenaga kerja yang berkeclmpung dt sektor
pertanian masih berl<lsar pada 65% atau lebih. Dan sebagal pengamatan
umum dlkatakan bahwa kesempatan kerja di luar pertanlan harus tumbuh
dengan laju 6% per tahun untuk dapat menyerap tonaga kerja yang bertam
bah dengan 2% per tahun. Hal tnt berartl bahwa kegiatan ekonoml dan
kesempatan kerja dlluar pertanlan harus tumbuh dengan pesat untuk
menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian. Kalau tldak, pertamb~han
penduduk dan angkatan kerja merupakan tekanan berat terhadap tanah per-
tanlan yang tersedla yang mengaklbatkan semakln bertambahnya golongan
penganggur <unemployed) dan penganggur yang tldak kentara (disguised
unemp I oyed > •
4). Sumltro Djojohadikusumo 11 lndonesta dalam Perkembangan Dunta'' hal. 33-34; LP3ES, Jakarta. 1976.
23
62. Dalam hubungan inl menonjol dilemma dalam penetapan kebljaksanaan pengem
bangan Jndustrl, antara lnvestast dalam proyek-proyek padat modal tetapl
kurang menyerap jumlah tenaga kerja dan tnvestasl dalam berbagal rupa
proyek lndustrl kecil dan menengah yang secara menyeluruh menyerap leblh
banyak tenaga kerja.
Prof. Sumltro selanjutnya mengusulkan dua C3ra untuk meluaskan kesempatan
kerja, yaltu :
I) Pengembangan lndustrl, terutama jenJs industrl yang bersifat padat
karya dan yang dapat menyerap relatlf banyak tenaga_dalam proses
produksl, dan
2) Pembangunan proyek-proyek pekerjaan umum sepertl pembuatan jalan,
saluran air, bendungan, jembatan dan sebagalnya.
63. Sehubungan dengan uralan dl atas, dapat dlpertimbangkan kebljaksanaan
untuk mel Jpat gandakan proyek-proyek Pembangunan Perumahan, Perbaikan
Kampung dan Penyedl~an Tanah dan F~sllitas di kota-kota dan proyek Pe
mugaran Rumah-rumah dl daerah pedesaan.
Dengan perencanaan konstruksi dan teknlkpembangunan yang balk, proyek
proyek pembangunan perumahan ltu dapat menyerap relatlf banyak tenaga
kerja, balk yang ahl i dan tramp! I maupun yang tldak trampll (unskll led).
Khususnya dl daerah pedesaan, proyek pemugaran perumahan dapat menyerap
tenaga kerja yang setengah menganggur (under-employed) dan dengan deml
kian menghlndarkan terjadlnya perplndahan penduduk desa ke kota
(urbanlsasJ).
64. Jika dalam rencana dan konstruksl rumah sejauh mungkin direncanakan
pemakalan bahan bangunan lokal, maka akan berkembang pula lndustrl
bahan bangunan, khususnya yang masih bersifat lndustrl rakyat, sepertl
industrl pembuatan batu bata dan genteng,penggergajlan kayu, dsb.
OJ daerah pedesaan, proyek-proyek pembangunan dan pemugaran perumahan
secara gotong-royong memerlukan juga banyak sekal I bahan bangunan.
24
Bahan bangunan ltu dapat dlbuat dan dikumpulkan dalam waktu senggang
oleh petani-petanl, sehingga dengan demikian dapat dlmanfaatkan tenaga
yang tidak trampll dan yang setengah menganggur.
Di llhat darl segl ekonoml, dengan cara gotong-royong ttu dapat dlper
oleh produk yang relatlf mahal dengan lnvestasl modal, tenaga dan bahan
yang relatlf sedlklt.
KES I rllPULAN
65. Pembangunan ekonomi adalah proses dalam rangka Pembangunan Nastonal
yang antara lain bertujuan untuk menghllangkan pengangguran dan ke
misklnan dalam masyarakat dan untuk mencapal perataan pendapatan pen
duduk.
Dan salah satu usaha yang dapat membantu mencapal tujuan ttu adalah
Pembangunan Perumahan.
Dengan Pembangunan Perumahan dapat dlciptakan cukup banyak kesempatan
kerja dan mungkin dlperoleh perataan pendapatan penduduk.
Bandung, II Maret 1977.
KLAS
PENGARANG
JUDUL
No. STB.
Nama Peminjam
TGL. PINJAM HARUS KEMBALI
: Kartaha.rdj a .Albert.
. Pembangunan pcru.rna.han d.alom perabru15Ullan ckonorai,
: 139/85.
Ala mat Peminjam
Tanggal Peminjaman
Tanggal Kembali
.M.JLlK PE'RPUSTAKAAN
TGL. KEMBAU
top related