pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha …
Post on 26-Nov-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN
MELALUI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU
DI PULAU PANGGANG
KEPULAUAN SERIBU
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial S.Sos
Oleh
Indah Kurniawati
1112054000028
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
2016/2017
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi inimerupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan unutk
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sastra Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 12 Januari 2017
Indah Kurniawati
1112054000028
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul 'PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN
MELALUI USAHA BUDIDAYA IKAN I(ERAPU DI PULAU
PANGGANG KEPULAUAN SERIBU' telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, tanggal 12
Januari 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai sala6 satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 Sosial (S.Sos) pada Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMD.
Ciputat, 12 Januan2017
Sidang Munaqasyah
Ketua N'Ierangkap Anggota
M.I{udri. N{.AI\IP. 19720606199803 1 003
Anggota
NrP. 19750601201411 1 001
Se
Pembimbing
Penguji II
N{.SiNrP. 19760617200501 I 006
199903 2 002
i
ABSTRAK
INDAH KURNIAWATI (1112054000028)
Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu
Pemberdayaan ekonomi nelayan merupakan program kegiatan dari
pemerintah Suku Dinas Pertanian, Kelautan, dan Ketahanan Pangan di
Kepulauan Seribu dengan melaui usaha budidaya Ikan Kerapu, dengan
cara memberikan bantuan modal untuk nelayan dalam berwirausaha
budidaya ikan. Dengan tujuan untuk nilai tambahan pendapatan
ekonomi nelayan dan untuk mensejahterakan kehidupan nelayan, serta
tidak ada lagi kemiskinan dikalangan nelayan Pulau Panggang
Kepulauan Seribu. Dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah
bersifat bantuan hibah diberikan dengan cuma-cuma. Namun dikelola
oleh setiap kelompok nelayan budidaya ikan tersebut seperti salah satu
kelompok yang diteliti oleh peneliti yakni kelompok UPBL (unit
Pengembangan Usaha Budidaya Laut).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Untuk mengetahui yang
latar belakang dibentuknya pemberdayaan ekonomi nelayan melalui
usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara. Untuk mengetahui metode dan teknik pengembangan
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dan jenis penelitian
adalah deskriftif. Data yang dikumpulkan berasl dari data primer dan
data sekunder. Berupa kata-kata, gambaran, dan bukan angka-angka.
Laporan penelitian ini akan bersifat kutipan-kutipan unutk memberikan
gambaran penyajian laporan tersebut, data tersebut berdasarkan naska
wawancara, catatan, laporan, catattan dan memo, dan dokumentasi resmi
lainnya. Subyek dalam penelitian adalah pimpinan atau kepala Suku
Dinas Pertanian, Kelautan, dan Ketahanan Pangan, Ketua Kelompok
UPBL, dan anggota-anggota nelayan budidaya ikan kerapu. Objek
penelitian ini menggunakan panca indra untuk mengetahui kegiatan
kelompok-kelompok nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu ini,
serta penelitian yang akan diteliti di masyarakat pesisir. Temuan
lapangan menunjukkan bahwa pemberdyaan ekonomi nelayan melalui
usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang, dengan menggunakan
dua metode yakni metode PRA dan RRA.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Al-Hamdulillah, atas puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat
Allah SWT, dengan limpahan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada
umatnya, sehingga pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga selalu dicurahkan Allah SWT kepada
Nabi pilihan yang membawa petunjuk ke jalan yang lurus, penerang
dalam kegelapan, keteladanan bagi ummat, yakni Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga, sahabat dan kepada para pengikutnya yang setia
sampai Akhir Zaman. Amin.
Sebagai tanda syukur atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul
”Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, maka pada kesempatan
yang baik ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Wati Nilamsari, S.Sos, M.Si Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
2. M. Hudri M. Ag, Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam
3. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail MA, Dosen Pembimbing skripsi
yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini
sampai selesai.
4. Seluruh Tenaga Pengajar Jurusan PMI yang telah memberikan
pengalaman ilmu pengetahuan kepada peneliti.
5. Bapak Supriyadi Pimpinan atau Kepala Suku Dinas Pertanian,
Kelautan dan Ketahanan Pangan, Pengurus Kelurahan Pulau
Panggang, dan nelayan Pulau Panggang serta ketua dan anggota-
anggota kelompok UPBL, yang telah membantu dan memebrikan
informasi serta data-data untuk peneliti dalam penyelesaian skripsi
ini.
iii
6. Rusli dan Nurhayati, Kedua orang tua peneliti yang telah mendidik,
mendo’akan dan membantu membiayai selama perkuliahan,
sehingga dapat menyelesaikan pada jenjang Strata Satu (S1) ini.
7. Keluarga besar Muhajar dan Keluarga besar Kusni, atas bantuan
pemikiran, tenaga dan dananya serta saudaraku yang selalu
memberikan semangat dan mengajarkan banyak hal kepada peneliti.
8. Teman-teman PMI 2012, terima kasih atas dukungan dan
motivasinya.
9. Teman-teman SD, SMP dan SMA, terima kasih atas dukungan dan
motivasinya.
Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik atas jasa-jasa
mereka di dunia dan akhirat. Selain itu peneliti juga berdo’a semoga
skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Amin Ya Robbal Aalamin.
Ciputat, 12 Januari 2017
Indah Kurniawati
1112054000028
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 12
D. Metodologi Penelitian……………………………………... 13
E. Kajian Pustaka……………………………………………... 20
F. Sistem penulisan…………………………………………… 22
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pemberdayaan…………………………………. 24
B. Strategi Pemberdayaan…………………………………….. 32
C. Pemberdayaan sebagai Tujuan dan Proses……………........ 33
D. Pembangunan Berbasis Strategi Pemberdayaan…………... 34
E. Pemberdayaan Ekonomi………………………………….... 38
F. Pengertian Nelayan Tangkap dan Budidaya………………. 41
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN
A. Geografi dan Demografi Kelurahan Pulau Panggang
Kepulauan Seribu………………………………………...... 43
B. Profil dan Sejarah berdirinya Unit Pengembangan Budidaya
Laut (UPBL)……………………………………………….. 51
C. Modal untuk Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu………………………………………….. 55
D. Manajemen Pemberdayaan dan Budidaya………………... 59
E. Metode dan Teknik Pendekatan dalam Pembentukan
Kelompok UPBL…………………………………………... 59
F. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Budidaya dan Nelayan
Tangkap……………………………………………………. 72
v
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui
Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu…………………………………………………….... 79
B. Proses Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha
Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu……………………………………………………… 78
C. Metode dan Teknik Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi
Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepulauan
Seribu……………………………………………………… 83
D. Usaha Budidaya Ikan kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu……………………………………………………… 85
E. Keberhasilan Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang
Kepualauan Seribu………………………………………… 90
F. Kemandirian Budidaya Ikan kerapu di Pulau Panggang
Kepualauan Seribu……………………………………….... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… 98
B. Saran……………………………………………………….. 99
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Toko dan Definisi Pemberdayaan………………………... 23
2. Tabel 2 Jumlah Penduduk di Tiap Pulau Permukiman…………… 44
3. Tabel 3 Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendiidkan……… 44
4. Tabel 4 Daftar Nama Masjid di Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Administrasi Kepulauan
Seribu……………………………………………………………... 44
5. Tabel 5 Daftar Nama Mushollah di Kelurahan Kepulauan Seribu
Utara, Administrasi Kepulauan Seribu………………………….... 45
6. Tabel 6 Daftar Nama Majelis Taklim di Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepualaun Seribu Utara, Administrasi Kepulauan
Seribu……………………………………………………………... 46
7. Taebl 7 Perhitungan Kebutuhan Peralatan Keramba Per Unit….... 58
8. Tabelo 8 Jenis dan Sebaran Petani Budidaya di Kelurahan Pulau
Panggang………………………………………………………….. 63
9. Tabel 9 Jenis Penyakit dan Cara Pengobatan Ikan Kerapu………. 64
10. Tabel 10 Cakupan dan Kajian…………………………………….. 69
11. Tabel 11 Ruang Lingkup Analisis Peruntukan dan Pengaturan
Budidaya………………………………………………………….. 70
12. Tabel 12 Waktu Pelaksanaan……………………………………... 71
13. Tabel 13 Data Produksi dan Pendapatan Kelompok Nelayan
Budidaya di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Seribu……… 74
14. Tabel 14 Data Time Series Kelautan dan Perikanan tahun 2010-
2015……………………………………………………………..... 76
15. Tabel 15 Data Pendapatan Perpanen Kelompok UPBL………….. 78
16. Tabel 16 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Budidaya………… 87
17. Tabel 17 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu Tahun 2000-2012…………………………………………. 90
18. Tabel 18 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu Tahun 2012-2013…………………………………………. 90
19. Tabel 19 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu Tahun 2014-2015…………………………………………. 91
vii
20. Tabel 20 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu Tahun 2015-2016…………………………………………. 92
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Peta kawasan Kelurahan Pulau Panggang, Administrasi
Kabupaten Kepulauan Seribu…………………………………...... 47
2. Gambar 2 Struktur Kepengurusan Kelompok UPBL…………….. 53
3. Gambar 3 Pengelolaan Satu Unit Keramba Oleh Kelompok Keluarga
UPBL……………………………………………………………... 53
4. Gambar 4 Penyusunan Draf AD/ART Oleh Pengurus UPBL……. 54
5. Gambar 5 Jenis Keramba Apung Budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang ………………………………………………………… 59
6. Gambar 6 Rencana Strategi dan Aturan Kelembagaan…………... 62
7. Gambar 7 Sampel Gambar Ekonomi Kelurahan Pulau Panggang
Januari 2011……………………………………………………..... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-Negara berkembang.
Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para
akdemis maupun para praktisi. Berbagai teori konsep dan pendekatan pun
terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan misteri kemiskinan
ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang
senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja masalah
kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat
ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan
krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia.1
Meninjau kemiskinan di dalam aspek wilayah memberikan kerangka
yang kompherensif bagi upaya-upaya menghapus kemiskinan. Kemiskinan
di dalam pembangunan wilayah dapat di tinjuan bukan saja sebagai sasaran
atau keluaran yang harus dihapus keberadaannya tetapi juga dapat menjadi
bagian proses analisis yang memandu pembangunan mencapai tujuan-
tujuannya. Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif dimana
seseorang atau sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah karena sebab-
sebab natural, kultural, atau struktural, menyebabkan ia tidak mempunyai
kemampuan untuk mencakupi kebutuhan dasarnya sesuai tata nilai atau
norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan kata lain,
seseorang dikatakan miskin jika dan hanya jika tingkat pendapatanya tidak
memungkinkan orang tersebut untuk mentaati tata nilai dan norma-norma
dalam masyarakat. Tata nilai itu sangat dinamis, semakin lama mengarah ke
sifat materialis. Pandangan ini memperlihatkan luasnya cakupan tantangan
dimensi kemiskinan.2
1Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian StrategiPembengunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung, PT Refika Aditama,2005), h. 131
2Iwan Nugroho &Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif EkonomiSosial Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. 179-180.
2
Dari sapek ekonomi, kemiskinan pada dasarnya memperlihatkan
adanya suatu gap antara lemahnya purchasing power (positive) dan
keinginan untuk memenuhi basic need (normative). Hal tersebut implisit
dengan keadaan-keadan berikut: pertama, kemiskinan mencerminkan
keadaaan rendahnya permintaan agregaet sehingga dapat mengurangi
insentif untuk mengembangkan sistem produksi. Kedua, kemiskinan
berhubungan denganpenggunaan (rasio) modal atau tenaga kerja yang
rendah pula. Dan ketiga, kemiskinan berhubungan dengan keadaan lokasi
beragam sumberdaya alam maupun manusia.3
Dari aspek sosial, kemiskinan mengindikasikan potensi
perkembangan masayrakat yang rendah. Di dalam masyarakat berkembang
aspirasi dan persepsi yang terbatas dan semu, serta mengutamakan atau
mementingkan pengambilan keputusan dalam horison waktu yang pendek.
Akibatnya mengenal kepada pemikiran, rasional yang kompherensif tidak
mudah, apalagi upaya-upaya merubahnya.
Dari aspek politik, kemiskinan berhubungan dengan lemahnya
kemandirian masyarakat. Senantiasa tampak ketergantungan atau eksploitasi
oleh kelompok masyarakat satu terhadap masyarakat yang lain dan
bermuara kepada keadaan ketidakadilan atau kesenjangan. Keadaan
kesenjangan yang terpelihara adalah lebih berbahaya, dan akan menghambat
upaya-upaya penghapusan kemiskinan.4
Dari ketiga aspek kemiskinan yang telah disebutkan di atas bahwa
masyarakat pesisir atau nelayan mengalami tiga pandangan aspek
kemiskinan tersebut. Bahwa masyarakat pesisir atau nelayan itu memiliki
pandangan aspek kemiskinan ekonomi, sosial dan politik. Oleh karena itu
perlunya penghapusan kemiskinan untuk msayarakat pesisir agar lebih
sejahtera dan memiliki kemandirian pada diri masyarakatnya sehingga tidak
bergantung kepada bantuan-bantuan pemerintah dan lembaga-lembaga
masyarakat lainnya.
3Iwan Nugroho & Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif EkonomiSosial Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. 179-180.
4Ibid., h. 180-181.
3
Kemiskinan di kalangan nelayan merupakan sebuah kondisi yang
lazim ditemui pada desa nelayan di Indonesia. Kemiskinan yang begitu
melekat pada nelayan, khususnya nelayan tangkap dan buruh nelayan serta
pembudidaya (usaha budidaya ikan) telah direspon oleh pemerintah dengan
berbagai program. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang
ditujukan kepada nelayan, seperti Program Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir (PEMP), Program Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala
Kecil (PUPTSK), dan Program Bantuan Langsung Masyarakat
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (BLM-PUMP) dan Program
Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu.
Dengan adanya masalah kemiskinan bagi masyarakat yang dapat di
pandang dari apek-aspek kemiskinan ekonomi, sosial, dan politik bahwa
perlu dilakukannya pemberdayaan serta pembangunan kepada masyarakat
untuk melakukan penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat Indonesia
khususnya masyarakat pesisir atau nelayan. Karena masyarakat pesisir atau
nelayan masih memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Dengan yang
diterapkannya program oleh pemerintah untuk masyarakat nelayan dalam
program pemberdayaan masyarakat pesisir (PEMP) yang melalui usaha
budidaya ikan kerapu serta melakukan program pengembangan usaha
budidaya ikan kerapu untuk masyarakat pesisir atau nelayan.
Pemberdayaan menunjukkan pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan, dan menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang-barang
serta jasa-jasa yang mereka perlukan serta berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
4
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya pengertian pemberdayaan sebagai tujuan
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai
sebuah proses.5
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau sekitar 17.508 buah dan garis pantai sepanjang 81 ribu
kilometer. Luas wilayah laut Indonesia termasuk di dalamnya Zona
Ekonomi Eksklusif sekitar 5,8 juta kilometer persegi atau sekitar tiga per
empat dari keseluruhan wilayah Negara Indonesia.6 Jika dimanfaatkan
secara arif, potensi kekayaan tersebut dapat mendukung tercapainya
kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di sector kelautan. Dengan
garis pantai sepanjang sekitar 5,8 juta km² (0,3 juta km² perarian teritorial,
2,8 juta km² perairan nusantara dan 2,7 km² Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia), wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan
dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat di
pulih (seperti perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang) maupun
sumber daya yang tidak dapat pulih seperti (minyak bumi, gas dan barang
tambang lainnya).7
Berdasarkan undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia
Jakarata. Kepulauan Seribu telah ditingkatkan statusnya pemerintahannya
dari tingkat Kecamatan menjadi Kabupaten Administrasi. Kabupaten
5Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 58-59
6Wahyono (2001) dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, SosiologiPedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 195.
7Ibid.,h. 195.
5
Administrasi Kepulauan Seribu selanjutnya dibagi menjadi dua wilayah
Kecamatan : Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Selatan dengan
masing-masing mempunyai tiga wilayah Kelurahan : Kelurahan Pulau
Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan (Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara), Kelurahan Pulau Untung Jawa, Pulau Pari dan Pulau Tidung
(Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan). Perubahan tingkatan status
pemerintahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat setempat melalui intensifikasi
pemberdayaan dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat
Kepulauan Seribu.
Masyarakat Kepulauan Seribu umumnya berprofesi sebagai nelayan
tangkap (71 %) (Kantor Statistik Kotamadya Jakarta Utara, 1999), masih
dalam kondisi diliputi kemiskinan dan penghasilan yang tidak menentu.
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan (UU No. 9/1985). Penangkapan Ikan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk menangkap Ikan diperairan yang tidak dalam dibudidayakan dengan
alat atau cara apapun (UU No. 9/1985).
Kepulauan seribu adalah gugusan pulau-pulau kecil yang memiliki
ekosistem terumbu karang yang indah. Ekosistem di perairan laut dangkal
yang sebagian besar terbentuk oleh karang. Menjadi tempat tinggal,
berkembang biak, dan tempat mencari makan bagi ikan-ikan dan makhluk
laut lainnya. Keutuhan, kelestarian, serta keberlanjutan ekosistem terumbu
karang adalah daya dukung lingkungan untuk menjaga keseimbangan alam.
Pemberi manfaat ekonomis serta keberlangsungan kehidupan baik di laut
sendiri maupun bagi kehidupan masyarakat.
Nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan sumber daya
perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha yang kecil,
dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana.Dalam kehidupan sehari-
hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
sendiri (subsitence). Dalam arti hasil alokasi hasil tangkapan yang dijual
lebih banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,
6
khususnya pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan
skala usaha.8
Sejak krisis mulai merambah keberbagai wilayah pertengahan tahun
1997, nelayan tradisional boleh dikatakan adalah kelompok masyarakat
pesisir yang paling menderita, dan merupakan korban pertama dari
perubahan situasi sosial ekonomi yang terkesan tiba-tiba, namun
berkepanjangan. Bagi nelayan tradisional, musim kemarau yang panjang
bukan saja sama dengan dengan memperlama masa kesulitan mereka dalam
memperoleh hasil tangkap, tetapi juga menyebabkan kehidupan mereka
menjadi miskin, dan mereka terpaksa masuk dalam terperangkap hutang
yang tidak berkesudahan. Keterbatasan kemampuan nelayan-nelayan
tradisional dalam berbagai aspek adalah hambatan potensial bagi meraka
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengatasi kemiskinan yang
membelit mereka selama ini.
Pemerintah sendiri, sebetulnya bukan tidak memahami penderitaan
dan tekanan kemiskinan yan dialami masyarakat pesisir, khususnya para
nelayan tradisional. Salah satu program pembangunan yang dirancang
khusus untuk membantu upaya pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir adalah programa PEMP (Pemberdyaan
Ekonomi Masyarakat Pantai). Sasaran program PEMP adalah nelayan
tradisional, nelayan buruh, pedagang, dan pengelola ikan berskala kecil,
pembudidaya ikan berskala kecil, dan pengelola sarana penunjangan usaha
perikanan berskala kecil, yang mana mereka semua adalah termasuk
kelompok sosial dalam masyarakat pesisir yang memiliki kerentanan
ekonomi.9
Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
pemerintah yakni PEMP memberikan masyarakat untuk melakukan
kewirusahaan untuk masyarakatnya, usaha yang diberikannya untuk
masyarakat pesisir atau nelayan yakni usaha budidaya ikan Kerapu, selain
melakukan pekerjaan sebagai nelayan tangkap maka diberikannya usaha
8Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid, Model-Model PemberdyaanMasayarakat, (Yogyakarat, Pustaka Pesanteren, 2005), h. 31.
9 Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid, Op. Cit., h. 32 & 33.
7
oleh pemerintah Suku Dinas Perikanan dan Kelautan untuk masyarakat
dengan melakukan usaha budidaya ikan Kerapu.
Usaha budidaya Ikan Kerapu ini, dilakukan di daerah Kepulauan
Seribu khusunya berada di desa Pulau Panggang, Pulau Pramuka dan Pulau
Kelapa yang sudah berjalan sejak tahun 2000-an hingga saat ini, tahun 2015
dan 2016 pun masyarakat nelayan masih menjalankan usaha budidaya ikan
Kerapu ini. Dengan berkembangnya usaha budidaya Ikan Kerapu ini dapat
membantu masyarakat dalam pendapatan dan tambahan ekonomi untuk
kehidupan sehari-harinya, yang diibaratkan oleh masyarakat.
Sebelumnya Ikan Kerapu di mata masyarakat Pulau panggang
merupakan jenis Ikan yang tidak memiliki harga jual, karena kurang disukai
selain karena bentuknya juga karena rasanya yang kurang disukai oleh
kebanyakan masyarakat, satu kilogram Ikan Kerapu mati per kilogram
hanya dihargai Rp.7.000,. Budidaya Kerapu berkembang diawali oleh
Pengepul Ikan hidup melalui penampungan Ikan hasil tangkapan hidup
nelayan yang tidak masuk ukuran (size) penjualan ke Jakarta.Pengepul
menampung berbagai jenis Ikan tersebut dalam keramba tancap sampai
mencapai ukuran jual dengan pemberian pakan secara alami. Seiring
dengan meningkatnya harga Ikan Kerapu hidup pada tahun 2005, seperti
Kerapu Lodi ukuran L mencapai Rp.200.000 mendorong masyarakat dan
bahkan pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2005 melalui
Suku Dinas Kelautan dan perikanan melakukan program-program
pengembangan Budidaya di kawasan Kepulauan Seribu khususnya
dikawasan Pulau Panggang, Pramuka dan Pulau Kelapa, dan dukungan dari
Bupati pada saat itu yang merencanakan pengembangan kawasan budidaya
di Kepulauan Seribu.10
Seiring dengan meningkatnya harga Ikan Kerapu hidup pada tahun
2005, seperti Kerapu Lodi ukuran L mencapai Rp. 200.000 mendorong
masyarakat dan bahkan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu pada
tahun 2005 melalui Suku Dinas Kelautan dan perikanan melakukan
10Sumber: Buku Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, UnitPengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten AdministrasiKepulauan Seribu.
8
program-program pengembangan Budidaya di kawasan Kepulauan Seribu
khususnya di kawasan Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa, dan dukungan dari
Bupati pada saat itu yang mencanangkan pengembangan kawasan budidaya
di Kepulauan Seribu.
Namun peralihan mata pencaharian tidak semudah membalikkan
tangan, dari kebiasaan menangkap ke budidaya yang membutuhkan waktu
panjang dan ketrampilan dan kerajinan dalam memelihara. Namun setelah
lewat satu musim dengan dibuktikan oleh beberapa nelayan pembudidaya
yang dapat mengenyam hasil panen yang melimpah, satu demi satu tergerak
untuk mengikuti jejak rekan-rekannya yang mendapatkan hasil lebih dari
sekedar menangkap.
Program PEMP yang di lakukan di wilayah Kepulauan Seribu
khususnya Pulau Panggang yang yakni program pemberdayaan masyarakat
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu untuk nelayan tradisional. Program ini
dilakukan untuk masyarakat agar masyarakat tidak hanya terfokus kepada
satu pekerjaan saja sebagai nelayan tangkap tradisional maupun nelayan
buruh. Oleh karena itu, dengan diadakannya program ini untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di desa pesisir secara
terencana dan berkelanjutan.
Tetapi, yang menjadi masalah di Wilayah dan komunitas tertentu
seperti desa atau pantai, berbagai upaya untuk memberdayakan kegiatan
ekonomi produktif rakyat miskin atau ekonomi rakyat, sering kali gagal
karena kompleksnya permasalahan yang membelenggu komunitas nelayan,
khususnya nelayan tradisional. Bagi nelayan tradisional, persoalan yang
dihadapi bukan sekedar makin terbatasnya sumber daya laut yang bisa
dieksplorasi, tetapi juga karena keterbatasan mereka sendiri. Usaha
perikanan yang ditekuni nelayan tradisional, sebagian besar umumnya
masih didominasi usaha berskala kecil, teknologi sederhana, sangat di
pengaruhi irama musim, dan hasil-hasil produksinya pun terbatas hanya
untuk konsumsi lokal.
Pengalaman selama ini telah menunjukkan bahwa tidak mudah
mengatasi kemiskinan struktural yang membelenggu nelayan tradisional di
9
berbagai segi kehidupan. Kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan
nelayan tradisional, selain dipengaruhi sejumlah kelemahan internal, juga
karena pengaruh faktor eksternal.Keterbatasan pendidikan, kurangnya
kesempatan untuk mengakses dan menguasai teknologi yang lebih modern,
dan tidak dimilikinya modal yang cukup adalah faktor-faktor internal yang
sering kali menyulitkan usaha-usaha untuk memberdayakan kehidupan para
nelayan tradisional. Di lain pihak, ada sejumlah faktor eksternal seperti
semakin terbatasnya potensi sumber daya laut yang bisa dimanfaatkan
nelayan, persaingan yang semakin insentif, mekanisme pasar, posisi tawar
nelayan dihadapan tengkulak, keadaan infrasturktur pelabuhan perikanan
dan yurisdiksi daerah otonomi adalah beban tambahan yang makin
memperparah keadaan.
Dalam hal ini, bahwa masyarakat nelayan Pulau Panggang memiliki
kesulitan yang dihadapi dalam permasalahan dari faktor eksternal maupun
faktor internal. Musim-musim Ikan, keterbatasan sumber daya manusia,
modal, akses, dan jaringan perdagangan Ikan yang eksploitatif terhadap
nelayan sebagai produsen tetapi juga disebabkan oleh dampak negatif
modernisasi perikanan dan revolusi biru yang mendorong terjadinya
pengurasan sumber daya laut secara berlebihan.11
Program intervensi yang dilakukan oleh pemerintah dapat di
golongkan menjadi dua, yaitu intervensi lansung maupun tidak langsung
(Wahyono-2011).12Intervensi tidak langsung adalah peratura-peraturan
pemerintah yang secara tidak langsung ikut membentu kesejahteraan
masyarakat.Sedangkan intervensi langsung adalah bantuan langsung yang
diberika komunitas nelayan.
Walaupun telah banyak-banyak dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk pengembangan masyarakat nelayan, baik berupa
pengadaan pembangunan, peralatan, pelatihan maupun pemberian pinjaman
uang, namun hasil ternyata belum seperti yang diharapkan. Hal ini tidak
11 Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid, Op. Cit., h. 33-36.12 H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan (Lembaga Penelitian UIN
Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 204.
10
lepas kurang direncanakannya secara cermat terhadap program-program
yang akan dikeluarkan dan lebih bersifat paket dari atas (top down).
Peluang pembangunan kelautan Indonesia yang mampu mengakses
sesuai kepentingan masyarakat merupakan tantangan yang harus dipikirkan
oleh semua pihak. Dalam konteks ini diperlukan adanya pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu, yaiut suatu proses yang menyatukan
pemerintah dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan manajemen, kepentingan
sektor publik perlindungan dan pembangunan ekosistem serta sumberdaya
pesisir (Budiharsono-2001).13Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukannya
paradigma pembangunan baru yang biasa disebutkan dengan paradigma
inklus social (social inclusion paradigma), yaitu paradigma yang
melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan, dari mulai perencanaan
sampai evaluasi dan pemantauan, masyarakat sebagai main stakeholder,
yang memperhatikan hak-hak ulayat dan hak publik lainnya.
Paradigma inkluisi social ini merupakan lawan dari paradigma
ekslusi social yang selama ini diterapkan oleh negara-negara berkembang,
yang menyebabkan timbulnya masyarakat marginal yang miskin dan
mempunyai posisi tawar yang lemah. Selain perubahan paradigma tersebut
juga harus ada perubahan fungsi pemerintah dari pola sentralistik menjadi
desentralistik, dari top down menjadi bottom up.
Berdasarkan hal di atas, penulis merasa tertarik dan ingin
mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah sudin
perikanan untuk kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu
dengan membentuk kelompok nelayan budidaya Ikan Kerapu. Oleh karena
itu, peneliti akan melakukan penelitian kepada kelompok dan masyarakat
nelayan tradisional dalam usaha budidaya Ikan Kerapu dengan judul
penelitian PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN MELALUI
USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU PANGGANG
KEPULAUAN SERIBU.
Alasan peneliti mengangkat permasalahan dan judul tersebut di atas
karena untuk mengetahui pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah
13Ibid.,h. 204.
11
untuk masyarakat nelayan oleh program pemberdayaan ekonomi masyarakat
nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi pembahasan dan penelitian ini dalam program
pemberdayaan ekonomi masyarakat di desa Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara oleh kelompok nelayan melalui usaha bidudaya
ikan kerapu. Karena peneliti hanya ingin mengetahui proses pengembangan
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu.
2. Perumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah diatas maka peneliti, merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya pemberdayaan ekonomi
nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara?
b. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui
usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara?
c. Bagaimana metode dan teknik pengembangan pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui cara pemberdayaan ekonomi nelayan
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
b. Untuk mengetahui yang latar belakang dibentuknya
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan
12
Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara.
c. Untuk mengetahui metode dan teknik pengembangan
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara.
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan dan informasi peneliti mengenai materi yang dibahas
maupun metode yang digunakan dalam meneliti khususnya
keterlibatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan masyarakat
Desanya sendiri.
b. Bagi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
referensi bahan bacaan dan mampu meningkatkan keilmuan bagi
pembaca di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
khususnya dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi pada
umumnya, dan tidak kalah pentingnya sebagai perbendaharaan
perpustakaan jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
c. Bagi Universitas
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para peneliti
selanjutnya dengan tujuan agar keilmuan mereka bisa bertambah dan
bisa sebagai bahan referensi ketika akan melakukan penelitian yang
berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, dan tidak
kalah pentingnya sebagai perbendaharaan perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan ilmiah selanjutnya.
d. Bagi Pemerintah
Agar mendapat perhatian yang lebih dari pembuat Kebijakan
pemerintah terhadap masyarakat dalam rangka mengembangkan
13
potensi masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang maju dan
berkualitas agar masyarakat dapat lebih sejahtera dalam kehidupan
masyarakatnya.
e. Bagi Masyarakat
Masyarakat bisa mengetahui pentingnya suatu pemberdayaan
bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik
dalam aspek sosial maupun ekonomi.
f. Bagi Peneliti Lain.
Dapat memberikan gambaran atau pengetahuan bagaimana
proses pengembangan masyarakat terkait masalah pemberdayaan
ekonomi masyarakat nelayan.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi penelitian
Analisis pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan ini dilakukan
di desa pesisir yakni beralamatkan di wilayah Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara. Alasan memilihi lokasi ini, karena wilayah ini
adalah masih desa sendiri sehingga dapat mempermudahkan untuk
mendapatkan data dan informasi secara cepat serta akurat.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dapat dilakukan dalam waktu 3 bulan dari
mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2016.
3. Pendekatan penelitian
Dalam melakukan penelitian membutuhkan metode pendekatan
penelitian, sehingga peneliti dapat lebih memahami dalam pembahasan
judul yang diambil dalam yakni dengan judul penelitian proses program
pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh kelompok nelayan melalui usaha
budiadaya Ikan Kerapu yang telah dilakukan sebagai proses pengentasan
kemiskinan dan mensejahaterkan bagi masyarakat nelayan taridisonal dalam
usaha budidaya Ikan Kerapu. Oleh karena itu, pendekatan yang diambil
untuk melakukan penelitian yakni dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang
dikutip oleh Lexyi J. Moleong, bahwa pendekatan kualitatif adalah
14
”Prosedur” sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.14
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif ini, mempunyai
beberapa alasan yakni salah satunya adalah bersifat luwes atau fleksibel,
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara penulis dengan subyek
penelitian, serta memberi kemungkinan bagi perubahan - perubahan
manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik
bermakna di lapangan.15
Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti juga dapat
mendeskripsikan dan menganalisis serta mencari tahu informasi mengenai
program pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok
nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara.
4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Mardalis, bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, mencatat,
menganalisa, dan menginterprestasikan kondisi sekarang ini terjadi atau
ada.16
Data-data tersebut berasal dari hasil observasi, wawancara dengan
informan, catatan lapangan, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya.17Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti juga dapat
mendeskripsikan dan menganalisis serta mencari tahu informasi mengenai
program pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok
nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan
14 Lexyi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja RosdaKarya, 2001), Cet. Ke-15 h. 3
15 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. GrafindoPersada, 2003), Cet. Ke-2 h.39
16 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara,2002).
17 Consuelo G. Seviila dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI-Press, 1993),h. 71
15
Kepulauan Seribu Utara, yang memiliki masalah dan gejala ekonomi, sosial
serta politik maupun budaya.
5. Subjek dan objek penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah seseorang pimpinan lembaga usaha
budidaya ikan kerapu dan anggotanya, pemerintah yang memiliki
tugas untuk mengatasidan melayani kebutuhan kelompok mayarakat
nelayan tradisional seperti Sudin Perikanan dan Kelautan, dan
masyarakat nelayan Pulau Panggang yang memiliki usaha budidaya
Ikan Kerapu yang beranekaragaman dalam pekerjaan sebagai
nelayan tangkap yang berbeda-beda, yakni diantaranya ada nelayan
tangkap Ikan Hias, nelayan tangkap Ikan Bubu, nelayan tangkap
ikan menggunakan alat Jaring, nelayan budidaya Ikan, nelayan
tangkap alat pancing, dan nelayan tangkap Siput atau Kerang serta
nelayan tangkap Ikan Teri, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui
dan memperoleh informasi mengenai objek penelitian. Adapun
teknik yang akan digunakan yakni dengan melakukan deskriptif
yaitu sampel dan data yang diambil betul-betul sesuai dengan
maksud dan tujuan peneliti.
b. Objek penelitian
Objek penelitian ini yakni pemberdayaan ekonomi
masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya
Ikan Kerapu. Dengan menggunakan panca indra untuk mengetahui
kehidupan serta kegiatan yang dilakukan kepada kelompok
masyarakat nelayan serta masalah yang telah dihadapi oleh desa
pesisir ini, dalam analisis pemberdayaan ekonomi masyarakat
nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu
yang telah dilaksanakannya.
c. Instrumen dan alat bantu
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
manusia (peneliti) itu sendiri. Manusia (peneliti) menjadi segalanya
dari keseluruhan proses penelitian. Jika menggunakan alat yang
16
bukan manusia maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan
penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.
Dengan alat bantu tape recorder, video kaset atau kamera, checklist,
alat tulis, catatan lapangan, rating scale, dan lain sebagainya, alat ini
dibutuhkan untuk mengumpulkan data dan mendapatkan informasi
data yang ada.
Peneliti menggunakan alat bantu ini, guna untuk
mendapatkan data mengenai pemberdayaan ekonomi nelayan
melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu yang akan diteliti oleh peneliti dengan merekam
menggunakan tape recorder dan menulis serta mencatat semua data
serta informasi.
d. Teknik penelitian
Dalam penelitian membutuhkan teknik agar peneliti tidak
kesulitan untuk mendapatkan sumber data serta menganalisis data
dari informasi yang akan didapatnya teknik penelitian dibagi 2
macam yakni diantaranya sebagai berikut: pertama, Teknik
pengumpulan data dan kedua, Teknik analisis data.
1. Teknik pengumpulan data
Adapun dalam penggunaan teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi.
Berikut penjelasan yang akan digunakan peneliti untuk mendapatkan
sumber data serta informasi sehingga peneliti dapat menganalisis
dan mendeskripsikan hasil penelitian secara akurat, diantaranya
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik untuk menbah kecermatan
pengamatan seperti pengguna stopwatch.Daftar cek dan seterusnya.
Menurut, E.C. Wragg menjelaskan bahwa observasi yaitu
pengamatan secara sistematis dan analisis yang memegang peranan
penting untuk meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan
antar satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi lebih jelas.
17
Menurutnya pula aspek-aspek yang diamati, sifat pribadi, interaksi
verbal, non verbal, aktifitas, pengaturan, keahlian profesional, saran
dan alat yang digunakan, efektif, kognitif dan sosiologi.
Observasi adalah segala sesuatu yang dapat dilihat mata,
kemudian yang dapat di denger oleh telinga yaitu suara, yang dapat
disentuh oleh kulit yaitu rasa. Semua ini hanya dapat dilakukan
secara langsung oleh peneliti.
Penelitian melakukan pengamatan di lapangan dengan cara
mengumpulkan data – data lapangan serta data - data yang ada.
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung aktivitas
masyarakat mengenai pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Untuk
kegiatan – kegiatan yang dilakukan peara nelayan serta kelompok
UPBL dalam usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu. Sedangkan dana bantuan yang diberikan
pemerintah, peneliti mencatat dan mewawancarai langsung bahwa
proses dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat hibah,
dan yang mengatur semua bantuan tersebut di masing - masing
setiap kelompoknya
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data
melalui informasi yang didengarnya dengan panca indra
pendengaran, yang sebelumnya ditanyakan terlebih dahulu kepada
responden. Meskipun ada informasi yang diperoleh tanpa melalui
wawancara, namun informasi tersebut dapat pula dijadikan sumber
data untuk kepentingan triangulasi.18
Peneliti juga melakukan wawancara yang mendalam dalam
subjek penelitian agar dapat menganalisis serta mendapatkan
informasi data yang di butuhkan sebelumnya. Peneliti melakukan
wawancara dengan seseorang pimpinan lembaga usaha budidaya
Ikan Kerapu dan anggotanya yakni bapak Rusli dan 5 anggota
18Ibid., 10 & 39
18
kelompok nelayan lainnya, pemerintah yang memiliki tugas untuk
mengatasi dan melayani kebutuhan kelompok mayarakat nelayan
tradisional seperti Suku Dinas Perikanan dan Kelautan bernama
bapak Supriadi, dan masyarakat nelayan Pulau Panggang yang
memiliki usaha budidaya ikan Kerapu yang beranekaragaman dalam
pekerjaan sebagai nelayan tangkap yang berbeda-beda, yakni
diantaranya ada nelayan tangkap Ikan Hias, nelayan tangkap Ikan
Bubu, nelayan tangkap Ikan menggunakan alat jaring, nelayan
budidaya Ikan, nelayan tangkap alat pancing, dan nelayan tangkap
Siput atau Kerang serta nelaya tangkap Ikan Teri, dan lain
sebagainya.
Theortical Sampling
No Informan Informasi
1. Supriyadi (Kepala Suku Dinas
Pertanian, Kelautan dan
Ketahanan Pangan)
Untuk mengetahui informasi mengenai,latar
belakang pemberdayaan ekonomi nelayan
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu, proses
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui
usaha budidaya ikan kerapu, metode dan
teknik pengembangan pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara, serta modal
bantuan yang diberikan oleh nelayan Pulau
Panggang Kepulauan Seribu.
2. Rusli (Ketua UPBL (Unit
Pengembangan Budidaya
Laut))
Dengan terjun langsung ke lapangan untuk
mewawancarai menganai sejarah, visi dan
misi serta kegiatan-kegiatan yang di
lakukan dalam kelompok UPBL.
Menanyanyakan pendapatan nelayan, serta
keberhasilan dan kemandirian dalam usaha
budidaya ini.
19
3. Lima anggota kelompok UPBL
dan Nelayan Pulau Panggang
Kepulauan Seribu.
Dengan mengajukan beberapa pertanyaan
dan terjun langsung ke lapangan kepada
para nelayan yang sambil melakukan usaha
budidaya ikan Kerapu. Seperti Nelayan
tangkap Ikan menggunakan Bubu, nelayan
tangkap ikan menggunakan jaring, nelayan
tangkap Ikan Hias, dan nelayan tangkap
Ikan menggunakan alat pancing. Menegani
usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepulauan Seribu.
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan, membaca
dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis baik yang
berupa laporan nelayan budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu, buku panduan pelaksanaan nelayan budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu , laporan bulanan
Kelurahan Pulau Panggang, dan laporan tahunan Kelurahan Pulau
Panggang serta data – data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan
bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku
2. Teknik Analisis Data
`Dalam penelitian kualitatif dikenal ada dua strategi analisis
data yang sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah yaitu
model startegi analisis deskriptif dan atau model strategi analisis
verifikatif kualitatif. Kedua model analisis itu memberikan
gambaran bagaimana alur logika analisis data pada penelitian
kualitatif sekaligus member masukan terhadapa bagaimana teknik
analisis data kualitatif digunakan.
Dalam analisis data kualitatif, sebenernya peneliti tidak harus
menutup diri terhadap kemungkinan penggunaan data kuantitatif,
karena data ini sebenernya bermanfaat bagi pengembangan analisis
20
data kualitatif itu sendiri. Data kuantitatif dapat digunakan pada
analisis ini sampai pada batas-batas tertentu sesuai dengan
kebutuhan dalam analisis kualitatif. Penggunaan data kuantitatif
tersebut dimaksud untuk mempertajam dan sekaligus memperkaya
analisis kualitatif itu sendiri. Data kuantitaif tersebut dapat berupa:
jumlah penduduk, komposisi jumlah penduduk, komposisi mata
pencaharian, komposisi tingkat pendidikan masyarakat, jumlah
sarana umum, tempat-tampat ibadah, komposisi mata pencaharian
penduduk, sumberdaya alam, tungkat curah hujan, dan sebagainya.19
Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa
ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Penafsiran hasil
analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model
analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif. Hal ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran
penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi
data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada
bagian-bagianya atau mejelaskan tahap akhir dari proses
perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.20
E. Kajian Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum peneliti mengadakan
penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah,
maka langkah awal yang peneliti lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu
terhadap skripsi - skripsi terdahulu dan melihat buku-buku yang akan
dijadikan referensi oleh peneliti. Setelah peneliti melakukan suatu kajian
kepustakaan, peneliti akhirnya menemukan beberapa skripsi yang
membahas tentang pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah sebagai
berikut:
1. Skripsi Putri Nurul Lita dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga
19Burhan Bungin, Analisis Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis DanMetodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2003), h. 83-84
20 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:Arkola,1994), Cet.Ke-1, h. 658
21
Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera Di Cengkareng Jakarta
Barat”. Kedekatan skripsi ini dengan hasil penelitian Putri Nurul
Lita adalah pada pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan lembaga terkait lainnya telah melaksanakan program-
program pengentasan kemiskinan seperti program nasional
pemberdayaan masayarakat (PNPM), program penanggulangan
kemiskinan (P2KP), program keluarag harapan (PKH), program
pemberdayaan masyarakat sosial melalui kelompok usaha bersama
(KUBE), dan lain-lain. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam
program pemberdayaan ekonomi masyarakat memalaui kelompok
usaha bersama (KUBE) di Cengkareng Jakarta Barat dapat
memperbaiaki kondisi ekonomi sosial di masayarakat seperti
meningkatnya pendapatan usaha, menambah jaringan kerja,
bertambahnya wawasan masyarakat, memperbaiki kondisi
pembangunan di sekitar masyarakat seperti rehab jalan terutama
akses yang digunakan oleh pedagang, rehab rumah bagi yang
memiliki rumah tidak layak. Dengan hasil ini diharapkan kondisi
sosial menjadi lebih baik. Pemberdayaan masyarakat juga
memebentuk karakter masyarakat menajdi lebih mandiri dan kreatif
mengembangkan potensi diri dalam rangka memperbaiki kondisi
kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
dilakukan oleh LKMS Taruna Sejahtera ini tidak terlepas dari
hambatan dalam proses pemberdayaannya seperti rendahnya
sumberdaya manusia, malas untuk merubah kondisi ekonomi
sosialnya yang tergolong tidak sejahtera.
2. Skripsi M. Syahril Samsuddin “Pemberdayaan Ekonomi Umat
Melalui Zakat Produktif (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat
Daerah / BAZDA Kota Tangerang)”. Kedekatan skrpis ini dengan
hasil penelitian M. Syahril Samsuddin yakni pengembangan zakat
bersifat produktif dengan cara dijadikan dana zakat sebagai modal
usaha, unutk pemberdyaaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir
miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupan secara
22
konsisten. Dana zakat unutk kegiatan produktif akan lebih optimal
bila dilaksanakan Lembaga atau Badan Amil Zakat LAZ/BAZ
sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian,
pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak
memberi zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi,
memberi pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-
benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut
memeperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.
Setelah menelaah skripisi sebelumnya terdapat beberapa perbedaan
jika dalam skripsi sebelumnya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui
Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial
Taruna Sejahtera di Cengkareng Jakarta Barat dan Pemberdayaan Ekonomi
Umat Melalui Zakat Produktif (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah
/ BAZDA Kota Tangerang). Sedangkan judul penelitian yang akan diteliti
yakni memiliki perbedaan dengan judul-judul penelitian diatas serta
memiliki perbedaan dalam pokok permasalahan yang terjadi yakni bahwa
judul penelitian atau skripsi adalah “Pemberdayaan Ekonomi Nelayan
Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Desa Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara”.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, tehnik penulisan,
daftar pustaka di akhir halaman dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Pada bab ini, berisi tentang pemberdayaan masyarakat
memliputi pengertian pemeberdayaan, model-model
pemberdayaan, asas pemberdayaan, pendekatan
pemberdayaan masyarakat, tahap-tahap pemberdayaan,
pemberdayaan ekonomi meliputi pengertian ekonomi,
pengertian pemberdayaan ekonomi, langkah-langkah atau
23
strategi pemberdayaan ekonomi, pengertian nelayan tangkap
dan budidaya.
BAB III : Gambaran umum dan objek penelitian
Pada bab ini, berisi tentang geografi dan demografi kelurahan
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, profil dan sejarah
lembaga Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL) meliputi
visi misi dan struktur lembaga, pendapatan dan pengeluaran
nelayan tangap dan budidaya.
BAB IV : Temuan dan analisis penelitian
Pada bab ini, berisi tentang temuan dan analisis tentang usaha
budidaya Ikan Kerapu, temuan dan analisi tentang
keberhasilan usaha budidaya Ikan Kerapu, serta temuan dan
analisis tentang kemandirian usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
BAB V : Penutup
Pada bab ini, berisi tentang kesimpulan secara singkat
berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang
menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
24
BAB II
TIJAUANA TEORITIS
A. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
empowerment yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Berkuasaa itu
sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan
kekuasaan kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung. Pemberdayaan
merupakan upaya untuk membangun eksistensi seseorang dalam
kehidupannya dengan memberi dorongan agar memiliki kemampuan atau
keberdayaan.21
Gagasan pemberdayaan bukanlah merupakan ide atau konsep baru.
Pemberdayaan muncul sebagai solusi atas fakta ketimpangan struktur
kekuasaan (struktur power inequality) yang berlangsung selama ini, dimana
masyarakat bahwa haus akan kebutuhan untuk mendapatkan kekuasaan
dalam mengatur diri mereka sendiri. Konsep pemberdayaan (empowerment)
kemunculannya didasari oleh gagasan yang menempatkan manusia lebih
sebagai subjek dari dunianya sendiri. Pemberdayaan dilaksanakan dengan
bertolak dari situasi ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok
masyarakat baik secara perseorangan, kelompok maupun komunitas.
Keadaan perilaku mereka yang berbeda dari keumuman kerapkali dipandang
sebagai deviant (penyimpangan), dan karenanya mereka seringkali kurang
dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah yang
disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka
merupakan akibat dari ketidakadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek
kehidupan tertentu.22
Konsep pemberdayaan dalam konteks pembangunan masyarakat
selalu dihubungkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja,
dan keadilan. Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan
21Triyanti, 2001 h.35 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, SosiologiPedesaan (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 232.
22Suharto 1997, h.212 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, SosiologiPedesaan (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 232.
25
tingkat individu dan sosial. Teori-teori pemberdayaan dapat dilihat dari tabel
berikut ini.23
Tabel 1
Tokoh dan Definisi Pemberdayaan
No Tokoh Definisi pemberdayaan
1. McArdle dalam Hikmat
(2001, h.3-4)
Sebagai proses pengembalian
keputusan oleh orang-orang yang
secara konsekuen melaksanakan
keputusan tersebut. orang-orang
yang telah mencapai tujuan kolektif
diberdayakan melalui
kemndiriannya, bahkan merupakan
keharusan untuk lebih diberdyakan
melalui usaha mereka sendiri dan
akumulusi pengetahuan,
keterampilan serta sumber lainnya
dalam rangka mencapai tujuan
mereka tanpa tergantung pada
pertolongan dari hubungan
eksternal.
2. Ife (1995, h.182) Pemberdyaan adalah upaya
menyediakan sumber daya, peluang,
pengetahuan, dan keterampilan bagi
masyarakat untuk meningkatkan
kapasitas mereka untuk menntukan
masa depan mereka sendiri dan
untuk mengambil bagian dan
mempengaruhi kehidupan
masyrakat mereka.
3. Kartasasmita (1996, h. 149) Pemberdayaan sebagai strategi
pembangunan adalah upaya untuk
23Ibid.,h. 232
26
membangun daya dengan
mendorong, memotivasidan
membengkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk
mengembangkannya.
Memberdyakan masyarakat adalah
upaya untuk meningkatkan hrkat
dan martabat lapisan masyarakat
yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari
perangkat kemiskinan dan
keterbelakngan.
4. Payne dalam Adi (2002, h.
162)
Membantu klien memperoleh daya
untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia
lakukan yang terkait dengan diri
mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini
dilakukan melalui peningkatan
kemempuan dan ras percaya diri
untuk menggunakan daya yang ia
miliki, antaralian melalui trasfer
daya dari lingkungannya.
5. Sumodiningrat (1996, h.4) Meningkatkan kemampuan atau
meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam kerangka
pembengunan nasional, upaya
pemberdayaan masyarakat dapat
dilihat dari sudut pandang: pertama,
penciptaan suasana atau iklim yang
27
memungkinkan masyarakat yang
berkembang; kedua, peningkatan
kemampuan masyarakat dalam
membangun melalui berbagai
bantuan dana, pelatihan,
pembangunan prasarana, dan sarana
baik fisik maupun sosial, serta
pengembangan kelembagaan
mereka; ketiga, perlindungan
melalui pemihakan kepada yang
lemah untuk mencegah persaingan
yang tidak seimbang, dan
menciptakan kemitraan yang saling
menguntungkan.
6. Oakley dan Marsedn dalam
Priyono (1996, h. 34)
Konsep pemberdayaan memiliki
dua kecendrungan, yaitu
kecendrungan primer ialah
pemberdyaan menekankan pada
proses memberikan atau
mengalihkan sebagai kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada
masyarakat agar inidividu semakin
berdaya. Kecendrungan sekunder
yaitu penekanan pada proses
menstimulasi, mendorng atau
memotivasi individu agar
mempunyai
kemampuan/keberdayaan guna
menentukan apa yang menjadi
pilihan hidup melalui proses dialog.
7. Verhagen (1996, h.25) Kemandirian adalah suatu suasana
atau kondisi tertentu yang membuat
28
individu atau kelompok manusia
yang telah mencapai kondisi itu
tidak lagi tergantung pada bantuan
atau kedermawanan pihak ketiga
untuk mengamankan kepentigan-
kepentingan individu atau
kelompok.
8. Biestek dalam Adi (2001, h.
33)
Pemberdayaan dibidang ilmu
kesejahteraan sosial dikenal dengan
self determination yang merupakan
salah satu prinsip dasar dalam
bidang pekejaan sosial dan
kesejahteraan sosial. Dalam prinsip
ini klien dpat menentukan sendiri
apa yang harus dilakukan berkaitan
dengan upaya penanganan masalah
yang dihadapi.
Sumber : diolah dari berbagai sumber (Nurkhyati,2007)
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagi proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu - individu yang mengalami masalah
kemiskinan.24 Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan daam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang besifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya pengertian pemberdyaaan sebagai tujuan
24Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 59.
29
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai
sebuah proses.
1. Kelompok Lemah dan Ketidakberdayaan
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat khususunya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,
baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun
karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak
adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu
diketahui konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang
dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok
lemah atau tidak berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja
penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
maslah kepribadian dan atau keluarga.25
Dari pemikiran di atas secara teoritis ketidakberdayaan merupakan
sebuah kondisi yang kompleks, berasal dari individu dan masyarakat
sebagai faktor internal dan lingkungan sebagai faktor eksternal. Individu
dan kelompok bukan berarti tidak memiliki potensi, pengetahuan atau
sumber material, akan tetapi mereka belum atau tidak memilikikemampuan,
pengetahuan, untuk mengelola potensi. Pada sisi lain ketidakberdayaan
justru berasal dari luar dirinya seperti ligkungan yang menilai lemah tidak
berdaya yang akan menjadi beban. Mereka terpaksa pasrah dengan kondisi
dimana mereka berada.Mereka tidak berdaya karena mereka tidak
mendapatkan kesempatan, atau mereka tidak mengetahui sumber-sumber
potensi yang ada disekitar mereka atau tidak mengetahui potensi-potensi
yang ada pada diri mereka sendiri.26
25Ibid., h. 60.26H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN
Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 232-234.
30
Menurut Berger dan Nenhaus dan Nisbet, struktur-struktur
penghubung (Mediating Structures) yang memungkinkan kelompok-
kelompok lemah mengekspresikan aspirasi dan menunjukkan
kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih luas, kini cenderung
lemah.
Menurut Sennet dan Cabb dan Conway menyatakan bahwa
ketidakberdayaan ini disebabkan oleh beberpa faktor seperti: ketidaan
jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam pengalaman arena politik,
ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan
pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosiaonal.27Para
teoritis, seperti Seeman, Seligman, dan Learner meyakini bahwa
ketidakberdayaan yang dialami sekelompok masyarakat merupakan akibat
dari proses internalisasi yang dihasilkan oleh interaksi mereka dengan
masyarakat.Mereka menganggap diri mereka lemah, dan tidak berdaya
karena masyarakat memang menganggapnya demikian.28
Menurut Kieffer ketidakberdayaan yang dipersepsi ini merupakan
hasil dari pembentukan interaksi terus-menerus anatar individu dan
lingkungannya yang meliputi kombinasi antar sikap penyalahan diri sendir,
perasaan tidak dipercaya, keterasingan dari sumber-sumber sosial dengan
perasaan tidak mampu dengan perjuangan politik.29Menurut Solmon melihat
bahwa ketidakberdayaan dapat bersumber dari faktor internal maupun
eksternal.30Menurutnya, ketidakberdayaan dapat berasal dari penilaian diri
yang negatif, interaksi negatif dengan lingkungan, atau berasal dari
blockade dan hambatan yang berasal dari lingkungan yang lebih besar.31
27Sennet dan Cabb (1972) dan Conway (1979) dalam buku Edi Suharto, Ph.D,Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama,2005), Cet ke-1, h. 61.
28Seeman (1985), Seligman, (1972), dan Learner (1986)dalam bukuEdi Suharto,Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT RefikaAditama, 2005), Cet ke-1, h. 61.
29Kieffer (1948: 9) dalam bukuEdi Suharto, Ph.D, Membangun MasyarakatMemberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61.
30Solmon (1979) dalam bukuEdi Suharto, Ph.D, Membangun MasyarakatMemberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61.
31Suharto (1997:213-214) dalam buku Edi Suharto, Ph.D, MembangunMasyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1,h. 61.
31
2. Indikator keberdayaan
Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakuo tiga dimensi yang
meiliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi
partisipatif.32 Parson juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang
merujuk pada:
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar.
b. Sebuah keadaan psikologis yang di tandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan
kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah
tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan merubah struktur-struktur
yang masih menekan.33
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara
opersional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat
menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak.Sehingga ketika sebuah
program pemberdayaan sosial diberikan, segenap upaya dapat
dikonsentrasikan pada aspek-aspek aoa saja dari sasaran perubahan
(misalnya keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan.Schuler, Hashemi dan
Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang mereka sebut
sebagai empowerment index atau index pemberdayaan.Keberhasilan
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang
menyangkut kemempuan ekonomi, kemempuan mengakses, manfat
kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut
dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan yaiut kekuasaan di dalam,
32Suharto 1997: 215 dalam buku Edi Suharto, Ph.D, Membangun MasyarakatMemberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 63.
33Parson et.al., 1994: 106 dalam buku Edi Suharto, Ph.D, Membangun MasyarakatMemberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 63.
32
(power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power over),
dan kekuasaan dengan (power with),
B. Strategi Pemberdayaan
Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan
secara individual meskipun pda gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau
sistem lain diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan
dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment
setting): mikro, mezzo, dan makro.
1. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention,.Tujuan
utamanya adalah memebimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-
tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendektan yang
berpusat pada tugas (task centered approach).
2. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai edia
intervensi.Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahn yang dihadapinya.
3. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large-
sistem-strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying,pegorganisasian masyarakat, manajemen
konflik, dalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
33
memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.34
C. Pemberdayaan Sebagai Tujuan Dan Proses
Pemberdayaan dapat diartikan baik sebagai tujuan maupun proses.
Sebagi tujuan, maka pemberdayaan adalah sesuatu keadaaan yang ingin
dicapai, yakni klien yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan yang
mengarah pada kemndirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan. Menurut
Suharto pemberdayaan sebagi proses memuat lima dimensi:35
1. Pemungkinan (enabling), yaitu menciptakan suasana atau iklimyang
memungkinkan potensi klien berkembang secara optimal.
2. Penguatan (empowering), yaitu memeperkuat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan
memenuhhi kebutuhan-kebutuhannya.
3. Perlindungan (protecting), yaitu memlindungi masyarakat terutama
kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat,
menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi
tidak sehat) antara kuat dan yang lemah, da mencegah terjadinya
eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
4. Penyokongan(supporting), yaitu memberikan bimbingan dan
dukungan agar klien mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupannya.
5. Pemeliharaan (fortering), yaitu memelihara kondisi yang
kondusifagar tetap terjaadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara
kelompok dalam masyarakat.
Suharto mengartikan pemberdayaan dari segi tujuan dan proses,
sedangkan Adi mengartikan pemberdayaan dari sisi suatu program dan suatu
proses. Pemberdayaan diartikan sebagai suatu program dimana
pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu
34Suharto 2001, h. 218-219 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah,Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 239-241.
35Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 66-67.
34
tujuan yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya.36 Sebenarnya dari
kedua aspek tersebut adalah sama jika di pandang dari hasil yang ingin
dicapai. Keduanya ada batas waktunya yang telah di tentukan.
Pemberdayaan sebagai suatu proses menurut Adi adalah suatu proses
yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin
melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu
program saja. Dicontohkan dalam proses pemberdayaan individu sebagai
suatu proses yang relatif terul berjalan sepanjang usia manusia.37
Hogan mengambarkan proses pemberdayaan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan
utama:38
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan (recall depowering/empowering experiences)
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
pertidakberdayaan (discuss reasosns for deperwomen/empowerment)
c. Mengidentifkasikan basis daya yang bermakna (indentify useful
power bases)
d. Mengembangkan recana-rencana aksi dan mengimplementasikannya
(develop and implement action plans).
D. Pembangunan Berbasis Strategi Pemberdayaan
Perencanaan merupakan salah satu upaya manusia untuk mengatur
sebuah kondisi dimasa mendatang sesuai dengan keinginan. Perencanaan
dibutuuhkan ketika asumsi pembangunan berupa full employment, equal
produktivity, rational-efficient, dalam kenyataannya tidak terpenuhi.
Munculnya kegagalan pasar menimbulkan berbagai masalah seperti
pengangguran, kesenjangan, dan kemiskinan yang merupakan ruhnya
pembangunan.
36Adi, 2002, h. 171 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, SosiologiPedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 240-241.
37Adi 2002, h. 172 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, SosiologiPedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 241.
38Adi 2002, h. 173 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, SosiologiPedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 241.
35
Persoalan kemiskinan menjadi tntangan grada depan dunia, tidak
hanya Indonesia, tetapi ia menjadi permasalahan terbesar pembangunan di
abad ke-21 ini. Hal tersebut dimuat, salah satunya dalam Millenium
Development Goals, yang disepakati oleh perserikatan bangsa-bangsa
(PBB), berupa target bersama dari 180 negara yang mengurangi sepruh
jumlah penduduk miskin dunia dalam periode 2000-2015.
Di Indonesia, keberpihakan di awali dengan landasan konstitusi kita,
yakni UUD 1945, yang menggaris tujuan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Indonesia, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Tujuan pembangunan tersebut akan terwujud bila masalah pembangunan
kesenjangan, pengangguran, kemiskinan dapat diatasi.
Cara untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, dan dua
permasalahan yang lain, yakni pengangguran dan kesenjangan adalah
melakukan pembangunan terencana dengan mencari modal, baik daari
dalam maupun luar negeri. Perencanaan pembangunan dengan demikian
dapat diterjemahkan menjadi pengendalian dan pengaturan pembangunan
dengan sengaja yang difasilitasi oleh pemerintah dengan mengajak seluruh
stakeholders (forum lintas pelaku) untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Paradigma semacam ini juga mewabah di Indonesia, terutama ketika
pemerintah era sebelumnya runtuh di tahun 1998. Negara sebagai institusi
yang kuat mulai dituntut agar melepaskan dominasi kewenangannya, untuk
berganti menjadi rakyat atau masyarakat lokal sebagai pihak yang
menentukan. Kegiatan yang bersifat top down mulai dikurangi, berganti
dengan mekanisme bottom up yang lebih menekankan peran masyarakat
bawah dalam menentukan keputusan dan menyelesaikan permasalahannya
sendiri.39
39Pengantar Gunawan Sumodiningrat dalam buku Iwan Nugroho & RokhminDahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan, (Jakarta:LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. xvii, xviii, & xix.
36
Dengan demikian, peran pemerintah pada saat ini hanya sebagai
fasilitator, regulator, motivator dalam penyediaan prasarana publik.
Masyarakatlah sebagai pelaku utama pembangunan. Maka untuk kegiatan
perencanaan masyarakat sendiri (yang berhimpun dalam lembaga forum
lintas pelaku setempat) yang selayaknya mampu untuk merumuskan
kegiatan pembangunan apa yang cocok di wiayahnya. Inilah hakikat dari
pembangunan partisipatif. Pola ini disebut sebagai pola pembangunan
partisipatif, yaitu menempatkan masyarakat sebagai subyek atau aktor
pembangunan pemerintah sebagai fasilitator. Dengan kata lain,
pembangunan dilaksakan dengan startegi pemberdayaan masyarakat, yaitu
startegi yang disusun secara komprehensif dan integral, berprinsip
partisipatif, deokratis dan disertai penegakan hukum (low and order) serta
mekanisme pasar yang ideal untuk mewujudkan kepercayaan dan rasa aman
bagi kehidupan masyarakat.40
Prosesi dakwah sebagai kerja pemberdayaan akan melalui tahapan-
tahapan sebagaimana berlaku pada menajemen pengembangan masyarakat,
yakni:
1. Tahap perencanaan, tahap ini meliputi pengkajian masalah dan
potensi kelompok sasaran, penentuan lokasi, pemanfaatan teknologi,
dan sosialisasi.
2. Tahap Pelaksanaan, tahap ini meliputi pembuatan prosedur dan
mekanisme, musyawarah, pelaksanaan programnya. Fasilitator
bekerjasama dengan kelompok sasaran untuk melaksanakan berbagai
kegiatan dalam tahapan pelaksanaan.
3. Tahap pelembagaan, tahap ini meliputi kegiatan dalam penyiapan
untuk kesinambungan program. Kegiatannya adalah penyiapan kader
masyarakat, penggalian sumber pendanaan, dan penguatan
manajemen kelembagaan di tingkat lokal sebagai pengelola program
tersebut.
40Pengantar Gunawan Sumodiningrat dalam buku Iwan Nugroho & RokhminDahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan, (Jakarta:LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. xix&xxiv
37
4. Tahap minotoring dan evaluasi, tahap ini meliputi kegiatan
pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program maupun
pencapaian hasil-hasilnya tersebut. kegunaan monitoring dan evaluasi
ini dalam memberikan rekomendasi bagi kelanjutan program di masa
depan.41
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto Adi 2001 tahapan-tahapan
pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada tahapan ini terdapat dua kegiatan yang perlu dilakukan yaitu
penyiapan petugas dan penentuan lokasi program
b. Tahap assesment
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikai
masalah dan kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan sumber daya
yang dimiliki oleh warga masyarakat. Assesment misalnya dilakukan
melalui metode partisipatory rural appraisial (PRA), focus group
discussion (FGD)
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan
Pada tahap ini, pengelolan program berusaha memfasilitasi warga
masyarakat untuk menyusun perencanaan dan menetapkan program-
program kerja sebagai agenda yang perlu dilaksanakan.
d. Tahap formulasi rencana aksi
Kegiatan utama pada tahap ini adalah pihak agen perubahan
membantu membimbing warga atau kelompok untuk menyusun
proposal kegiatan yang akan diajukan kepada pihak penyandang
dana.
e. Tahap pelaksanaan program
Tahap implementasi program ini merupakan tahap yang paling
penting dalam proses pemberdayaan masyarakat agar pelaksanaan
rencana dapat berjalan dengan lancar, maka hal-hal yang mungkin
menyebabkan terjadinya pertentangan baik antara pengelola program
41Tantan Hermansyah dan Muhtadi, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bogor:Titian Nusa Press, 2010), h. 5-7
38
dengan warga maupun pertentangan diantara warga supaya dapat
dihindari.
f. Tahap evaluasi
Kegiatan evaluasi perlu dilakukan pada semua program
pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengetahui
suatu tingkat keberhasilan program yang telah dilaksanakan.
g. Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran.42
E. Pemberdayaan Ekonomi
1. Pengertian ekonomi
Ekonomi menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah segala
hal yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian
barang-barang dan kekayaan (keuangan).43
Dalam pengertian lain ekonomi adalah studi tentang bagaimana
individu dan masyarakat memilih untuk menggunakan sumber daya yang
langkah untuk memuaskan keinginan mereka akan barang-barang materian
dengan sebaik-baiknya.
Terdapat beberapa ilmu yang mempelajari tentang ekonomi, ilmu
ekonomi dapat dipisah menjadi dua yaitu ilmu ekonomi makro dan ilmu
ekonomi mikro.
a. Ekonomi makro
Ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara
agregat (keseluruhan), variabel tersebut antara lain: pendapatan nasional,
kesempatan kerja, dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi,
pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Ekonomi
makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut:
1. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan dalam
kegiatan ekonomi.
42Ibid., h.7-843Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya Amanah), h.
135
39
2. Sejauh mana kegiatan perekonomian mengalami pertumbuhan
tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaikan tara
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan.
b. Ekonomi mikro
Ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam
lingkup kecil misalnya perusahaan dan rumah tangga. Dalam ekonomi
mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya
yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum,
bersama dengan individu-individu lainnya akan menciptakan keseimbangan
dalam skala makro dan asumsi.44
2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah sebuah langkah yang
harus dilakukan guna memperbaiki kondisi masyarakat terlebih pada tingkat
ekonomi rendah. Di sini masyarakat ditantang untuk lebih keras bekerja,
keratif, dan mandiri dalam berwirausaha.
Pemebrdayaan ekonomi masyarakat, kita saksikan bahwa Indonesia
sudah tertinggal jauh dalam pengajuan dan penguasaan teknologi untuk itu
diperlukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi dan intelektual.
Pemberdayaan ekonomi telah kita ketahui permasalahan kemiskinan
menjadi demikian erat dengan masyarakat dan sudah seharusnya masalah ini
dicari jalan keluarnya dan bukan hanya diratapi. Setiap pribadi ditantang
untuk lebih keras dalam bekerja, berkreasi dan berwirausaha serta lebih
professional dalam mengelola potensi-potensi dan kekuatan yang rill
ekonomi masyarakat.45
3. Strategi Pengembangan Ekonomi Rakyat
Pengembangan ekonomi rakyat, bukan hanya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat bawah, tetapi juga untuk mendukung
kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Tanpa basis luas pertumbuhan
ekonomi tidak dapat berkesinambungan karena terbatasnya pasar, rendahnya
daya beli sebagian besar konsumen, dan yang lebih berbahaya adalah
44Masykur Wiratmo, Pengentar Ekonomi Makro (Jakarta:Guandarrama), h.145Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat
Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2011), h. 41-45
40
meluasnya permasalahan sosial akibat ketimpangan sosial. Jadi,
keberhasilan mengembangkan ekonomi rakyat merupakan syarat bagi
pengembangan perekonomian nasional yang berkesinambungan
(sustainable).
Dalam upaya ini, beberapa langkah strategi harus ditempuh
diantaranya adalah:
Pertama, dengan meningkatkan akses kesempatan (acces of
opportunity) terhadap hal-hal yang selama ini sangat sedikit atau tertutup
peluangnya bagi pengembangan ekonomi rakyat.Misalnya, akses terhadap
asset produksi, seperti tanah, modal, dan teknologi.
Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha antar
pelaku ekonomi. Peningkatan posisi tawar ini bisa dilakukan melalui
pengembangan dan pembangunan prasaran dan sarana perhubungan yang
akan memperlancar pemasaran produknya. Sebagai produsen dan penjual,
posisi dan kekuatan ekonomi rakyat dalam perekonomian sangat
lemah.Oleh karena itu, ekonomi rakyat harus dibantu dalam pemasaran
produknya.Unsur penting dalam informasi pasar adalah kecendrungan
permintaan di pasar domestic maupun pasar internasional, harga, kualitas,
standar dan sebagainya.
Ketiga, Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada
penguatan ekonomi rakyat. Proses industri alisasi harus mengarah
kepedesaan dengan memanfaatkan potensi setempat yang umumnya adalah
agro industri. Dalam proses itu, perlu dihindari terjadinya “penggusuran”
ekonomi rakyat dengan membiarkan industry berskala besar mengambil
lahan subur, merusak lingkungan, menguras sumber daya, dan
mendatangkan tenaga kerja dari luar yang sering kali justru menyaingi
ekonomi rakyat.46
Keempat, meningkatkan mutu SDM yang mengarah pada lahirnya
pada wirausahawan yang kompotitif, termasuk peningkatan semangat kerja
dan entrepreneurship, terutama dikalangan pemuda sebagai pelaksana
pembangunan pada masa yang akan datang. Karena itu Kebijakan
46Adi Sasono, Menjadi Tuan di Negeri Sendiri “Pergulatan Kerakyatan,Kemertabatan, dan Kemandirian” (Jakarta: Grafindo Book Media, 2013), h. 123-127
41
ketenagakerjaan harus merangsang tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai
cikal bakal lapisan wirausaha baru yang berkembang menjadi wirausaha
kecil dan menengah yang kuat dan saling menunjang.
Kelima,adanya perangkat peraturan perundang-undangan yang
benar-benar melindungi usaha rakyat, mengkaji ulang perangkat perundang-
undangan yang tidak kondusif bagi pengambangan usaha menengah dan
kecil, serta dukungan pengambangan industri kecil yang ditujukan khusus
untuk kepentingan rakyat kecil.47
F. Pengertian Nelayan Tangkap dan Nelayan Budidaya
1. Pengertian Nelayan Tangkap (Tradisional)
Nelayan tangkap adalah nelayan menangkap ikan dengan
menggunakan alat-alat tradisional, seperti alat pancing, bubu, jaring,
tubak/tobak dan lain sebagainya, yang tidak banyak mengeluarkan modal
untuk menangkap ikan, serta organisasi yang merupakan penangkapan
relatif sederhana. Di wilayah kepulauan seribu khusunya pulau panggang
memiliki memiliki beberapa perbedaan dalam menangkap ikan serta melaut,
diantaranya yakni:
a. Nelayan pancing ikanyakni nelayan yang menggunakan alat pancing
seperti tangsi, pancingan, serta bulu ayam, dan timah alat tangkap
tradisional di wilayah kepulauan seribu khususnya wilayah pulau
panggang.
b. Nelayan bubu yakni nelayan yang menggunakan alat perangkap ikan
seperti bubu ini yang terdiri dari besi, bambu, jaring, tali,
pelampung, dan batu untuk membuat perangkap ikan seperti bubu
ini.
c. Nelayan jaring yakni nelayan tangkap yang menngunakan alat jaring
untuk mendapatkan ikan di perairan laut dangkal.
d. Nelayan ikan hias yakni nelayan yang menangkap ikan hias dengan
cara menyelam menggunakan alat snorkeling ditabgkap dengan
mengguakan serokan ikan, nelayan ikan hias memiliki ciri tersendiri
47Ibid., h.127-128
42
dalam menangkap ikan hias dengan cara ikan masih hidup, agar
dapat dijual dan dibeli oleh konsumen.
2. Pengertian Nelayan Budidaya
Nelayan budidaya adalah nelayan yang melakukan pemeliharaan
kepada hewan dan tumbuhan air, seperti ikan kerapu ini.dalam melakukan
bidudaya ini memerlukan modal yang cukup banyak dibandingkan dengan
menangkap atau memancing ikan. Karena dengan melakukan budidaya ini
memerlukan pemeliharaan yang cukup lama. Dalam pemeliharaan ikan
kerapu memerlukan waktu 1-12 bulan atau satu tahun untuk memelihara
ikan dari kecil dengan ukuran 0,2 ons (5Cm) hingga 1 Kg ikan kerapu
dalam pemeliharaannya. Tetapi dalam satu tahun memiliki penghasilan atau
pendapatan tinggi jika jumlah ikan yang di produksi banyak oleh nelayan.
Nelayan pulau panggang, kepulauan seribu menampung untuk memelihara
ikan di KJA sekitar 200 ekor ikan kerapu, bahkan bisa lebih dari 200 ekor
bahkan bisa mencapai 1000 ekor ikan kerapu. Semakin banyak ikan yang di
produksi semakin banyak pendapatan yang didapat atau dihasilkan,
meskipun cara pemelihraannya sangat lama. Karena daya jual ikan kerapu
ini banyak diminati oleh restoran serta luar negeri seperti, Singapura,
Taiwan, Hongkong dan lain-lain.
Budidaya perikanan laut bukan menjadi hal yang baru bagi
masyarakat Pulau Seribu. Saat ini, komoditas budidaya unggulan yang
diusahakan adalah beberapa jenis ikan kerapu mulai kerapu bebek, kerapu
macan, kerapu cantang hingga kerapu lodi. Berbekal pengalaman tersebut,
seharusnya menjadi peluang bagi penggiat budidaya untuk mengintroduksi
komoditas lainnya yang juga cukup prospektif untuk dikembangkan.
Komuditas budidaya prospektif adalah komoditas yang mempunyai
keunggulan komparatif tertentu, baik dari segi kemudahan pasar, dari segi
teknis mudah untuk dibudidaya, mempunyai nilai nutrisi dan nilai ekonomis
yang tinggi, serta mempunyai potensi nilai tambah bagi pelaku usaha
budidaya perikanan. Beberapa komoditas prospektif tersebut diantaranya
adalah Ikan Bawal Bintang, Udang Vaname dan Rajungan. Di Kepulauan
43
Seribu, komoditas prospektif tersebut ada yang telah dikembangkan namun
ada juga yang baru akan dikembangkan (masih tahap penelitian). 48
48 Buku Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan, Administrasi Kabupaten KepulauanSeribu, 2016
44
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG OBYEK PENELITIAN
A. Geografi dan Demografi Kelurahan Pulau Panggang
Berdasarkan surat keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor:
1986/2000 tanggal 27 Juli 2000, tentang Pemecahan, Pembentukan,
Penetapan Batas dan Nama Kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta dengan luas
wilayah kelurahan Pulau Panggang 62,10 Ha dengan batas-batas yakn
Sebelah Utara 05’41’41”LS-05’41’41”LS, Sebelah Selatan 106’44’50”BT,
Sebelah Barat 106’19’30”BT, Sebelah Timur 05’47’00”LD-05’45’14”LS.
Dan dengan Ketinggian tanah dari permukaan laut 1 meter, yang tidak
memiliki banyaknya curah hujan serta topografi, dengan suhu udara rata-
rata 270c-320C.
Kelurahan Pulau Panggang merupakan gugusan pulau-pulau yang
terdiri dari 13 pulau seperti pada tabel dibawah ini, dimana dua pulau di
peruntukan untuk pemukiman yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka, 6
pulau di peruntukan untuk peristirahatan sisanya untuk PHU, parawisata,
PHKA, perkantoran, TPU dan marcusuar. Pulau Panggang terdiri dari 3 RW
dan 21 RT, semuanya merupakan pemukiman penduduk. Pulau Pramuka
terdiri dari 2 RW dan 8 RT, untuk Pulau Pramuka terdapat kantor
Kabupaten, sekolah dan perkantoran lainnya.
Penduduk Pulau Panggang mayoritas bermatapencarian nelayan
sedangkan untuk Pulau Pramuka penduduknya bermatapencarian pedagang,
perkantoran dan persewaan dari pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat. Kelurahan Pulau Panggang memiliki 5 RW dan 29 RT, yakni
wilayah Pulau Panggang memiliki 3 RW dan 21 RT, sedangkan wilayah
Pulau Pramuka hanya memiliki 2 RW dan 8 RT. Sehingga dapat di lihat
bahwa daerah Pulau Panggang yang memiliki kepadatan penduduk dengan
jumlah penduduk pada tabel dibawah ini:49
49 Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara,Adm. Kab. Kep. Seribu
45
Tabel 2.Jumlah Penduduk di Tiap Pulau Pemukiman
No. NAMA PULAU LUASPENDUDUK
JmlKK
JmlLk Pr Lk Pr
1. Pulau Panggang 9 Ha 2.200 2.051 4.251 1.059 174 1.233
2. Pulau Pramuka 16 Ha 903 935 1.838 490 63 553
J U M L A H 25 Ha 3.103 2.986 6.089 1.549 237 1.786
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara,Adm. Kab. Kep. Seribu
Tabel 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Jenjang PendidikanJenis Kelamin
JumlahLaki-laki Perempuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SMA
Tamat Akademi
Tamat Perguruan Tinggi
509
560
1218
267
325
18
23
498
540
1186
262
315
10
9
1.007
1100
2404
529
640
28
32
J u m l a h 2.920 2.820 5.740
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara,Adm. Kab. Kep. Seribu
46
Table 4.Daftar Nama Masjid di Kelurahan Pulau Panggang, Kec.
Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
NONAMA
MASJIDALAMAT
NAMA
PENGURUS
LUASKET
TANAH BANGUNAN
1.
2.
Anni’mah
Al-
Makmuriyah
P.Panggang
RT. 004/02
P.Pramuka
RT. 001/05
Ust.
Muhlisin
Ust. Mahfud
3700 m2
4200 m2
3400 m2
2500 m2 Bersertifikat
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara,
Adm. Kab. Kep. Seribu
Table 5.Daftar Nama Mushollah di Kelurahan Pulau Panggang, Kec.
Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
No. Nama Masjid AlamatNama
Pengurus
LuasKet
Tanah Bangunan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Al-Maghfiroh
Nurul Iman
Al-Mubarokah
Al-Hidayah
Darussalam
Al-Biru
P. Panggang
RT. 005/01
P. Panggang
RT. 001/02
P. Panggang
RT. 003/02
P. Panggang
RT. 007/02
P. Panggang
RT. 005/03
P. Panggang
M. Jurni Hayat
H. Hanafi
Soleha
Hj. Haerani
Aminah
Habib M. Zen
250 m2
68 m2
70 m2
99 m2
200 m2
120 m2
230 m2
68 m2
70 m2
78 m2
110 m2
100 m2
47
7.
8.
Nurul Bahri
Bahrul Ulum
RT. 006/03
P. Pramuka
RT. 002/04
P. Pramuka
RT. 004/05
Kurniati
Mahdia
255 m2
100 m2
255 m2
72 m2
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara,
Adm. Kab. Kep. Seribu
Tabel 6. Daftar Nama Majlis Taklim dan Kepengurusannya
NoNama Majlis
TaklimA l a m a t Nama Pengurus Ket
1. Anni’mah RT. 004/RW.02Muhlisin
Mastur
Ketua
Sekretaris
2. Al-Makmuriyah RT. 001/RW.05Ust. A. Hakim
Nabba
Ketua
Sekretaris
3. Al-Hidayah RT. 004/RW.02Ny. Sailah
Relahati
Ketua
Sekretaris
4. Al-Maghfiroh RT. 002/RW.02Ust. Junaenah
Ny. Maryam
Ketua
Sekretaris
5. Darusalam RT. 004/RW.03Ny. Sukriyah Rahmat
Ny. Aminah Zakariyah
Ketua
Sekretaris
6. Chaerunnisa RT. 003/RW.05Ny. Jamuriyah
Ny. Heni Banjar
Ketua
Sekretaris
7.Remaja
Masjid Anni’mahRT. 004/RW.02
Drs. Moch. Sofi
Musin
Ketua
Sekretaris
8.Remaja Masjid
Al-MakmuriyahRT. 001/RW.05
Rosadi
Hasanudin. M
Ketua
Sekretaris
9. Nur Windah RT. 004/RW.02Ny. Sawiyah
Ny. Sailah
Ketua
Sekretaris
10. Umul Adawiyah RT. 004/RW.02 Juhroh Ketua
48
Robiah Sekretaris
11. Attaubah RT. 005/RW.02Ambas, SE
Maman Hudayah
Ketua
Sekretaris
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara,
Adm. Kab. Kep. Seribu
Secara administratif lokasi pengembangan budidaya kerapu di
Kelurahan Pulau Panggang terletak di kawasan budidaya Cluster 1 Kawasan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.yaitu disekitar kawasan Pulau
Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Karya, Pulau Semak Daun, Pulau Karang
Congkak, Pulau Air, Pulau Karang Beras, Pulau Gosong air dan Pulau
Sekati. Sedangkan Lokasi budidaya (pembesaran) terletak di empat pulau
yaitu di Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun dan Pulau Air.
Dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Peta Kawasan Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu
49
Namanya Kepulauan Seribu bukan berarti pulau-pulau di dalam
gugusan kepualaun itu berjumlah seribu. Jumlah pulau itu hanya sekitar 342
pulau, termasuk pulau-pulau pasir dan terumbu karang yang bervegetasi
maupun yang tidak. Pulau pasir dan terumbu karang itu sendiri berjumlah
158. Tidak semua pulau yang termasuk di dalam gugusan Kepulauan Seribu
didiami manusia. Sebagaimana banyak pulau-pulau lainnya di Indonesia,
sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu tidak berpenghuni. Gugusan
Kepulauan Seribu memiliki potensi yang tidak kecil untuk pengembangan
berbagai macam industri, antara lain pertambangan, perikanan dan
pariwisata.50
Topografi Perairan Kepulauan Seribu rata‐rata landai (0‐15% dengan
ketinggian0‐2 meter di bawah permukaan laut). Luas daratan
masing‐masing pulau dipengaruhi oleh adanya pasang surut yang mencapai
1‐15 meter di atas Pelabuhan Tanjung Priok. Pada umumnya keadaan
geologi di Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur,karang/pasir, dan
sedimen yang berasal dari Pulau Jawa dan Laut Jawa, terdiri dari susunan
bebatuan malihan/metamorfosa dan batuan beku, di atas batuan
dasardiendapkan sedimen epiklastik, batu gamping, batu lempung yang
menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu Kepulauan Seribu
Secara umum keadaan laut di wilayah Kepulauan Seribu mempunyai
kedalamanyang berbeda‐beda, yaitu berkisar antara 0‐40 meter. Di
Kepulauan Seribu tidakterdapat sumber hidrologi permukaan, seperti
sungai, dan mata air. Kondisi air tanah di wilayah Kepulauan Seribu sangat
tergantung dengan kepadatan vegetasinya. Pulau-pulauyang mempunyai
vegetasi padat dan mempunyai lapisan tanah yang cukup tebal,maka kondisi
air tanah akan mempunyai kualitas air tawar yang baik. Hal tersebutkarena
vegetasi dan lapisan tanah tersebut dapat menyimpan air tanah yang berasal
dari hujan
Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin
munsoon yang secara garis besar dapat dibagi menjadi angin musim barat
(Desember‐Maret) dan angin musim timur (Juni‐September). Musim
50Ibid., h. 3
50
pancaroba terjadi antara bulan April‐Mei dan Oktober‐November.
Kecepatan angin pada musim barat bervariasi antara 7‐20 knot, biasanya
terjadi pada bulan Desember‐Februari. Pada musim timurkecepatan angin
berkisar antara 7‐15 knot yang bertiup dari arah Timur Laut sampaitenggara
Musim hujan di Kepulauan Seribu biasanya terjadi antara bulan
November‐April dengan hari hujan antara 10‐20 hari/bulan. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Januari. Musim kemarau terkadang juga terdapat
hujan dengan jumlah hari pada saat hujan berkisar antara 4‐10 hari
perbulannya. Biasanya curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus.
Curah hujan tahun 2013 tercatat mencapai 169,4 mm sedangkan pada saat
bulan‐bulan kering yaitu bulan Juni sampai dengan bulan September. Curah
hujan bermusim yang dominan di wilayah Kepulauan Seribu yaitu musim
barat (musim angin barat disertai hujan lebat) dan musim timur (musim
angin timur sertakering). Musim‐musim tersebut mempunyai pengaruh
besar bagi kehidupan penduduk maupun bagi kegiatan‐kegiatan lainnya
serta kondisi wilayah. Hal tersebutmempengaruhi kegiatan nelayan yang
akan sangat terganggu pada saat musim anginbarat.51
Tipe iklimnya adalah tropika panas dengan suhu rata‐rata berkisar
antara 26,5°‐28,5°C, sedangkan suhu permukaan air pada saat musim barat
berkisar antara 28,5°‐30°C dan musim timur suhu permukaan berkisar
antara 28,5°‐31°C. Salinitas permukaan berkisar antara 30‐34‰ baik pada
musim barat dan musim timur, serta arus permukaan berkecepatan
maksimum 0,5 m/s pada musim barat dan musim timur (Pemprov DKI
Jakarta 2014).52
Dari penjelasan di atas bahwa nelayan tangkap di wilayah Pulau
Panggang, Kepulauan seribu dalam menghasilkan penangkapan serta
pendapatan ikan, dapat dilihat atau tergantung dari musimnya, jadi nelayan
melaut melihat kondisi cuaca alam yang dapat menentukan pendapatan
nelayan Pulau Panggang. Sehingga pendapatan yang dihasilkan kadang
51www.kepulauanseribu.net dalam buku Kajian Rantai Nilai Sector Perikanan diAdmistrasi Kabupaten Kepulauan Seribu
52 Sumber: buku Kajian rantai nilai sector perikanan di admistrasi kabupatenkepulauan seribu, 2016. h. 8-9
51
dapat mengingkat 99 % bahkan bisa menurun 50%. Oleh karena itu, nelayan
tangkap memiliki usaha sampingan yang dapat dibilang sebagai tabungan
apabila datang musim angin atau musim peceklik.Bahkan budidaya ini,
dapat di pergunakan apabila ada kebutuhan mendadak oleh nelayan Pulau
Panggang. Oleh sebab itu, dengan adanya bantuan benih serta KJA
(Keramba Jaring Apung) untuk berbudidaya dari Suku Dinas Kelautan
Pertanian dan Pertahanan Pangan Kepulauan Seribu sangat membantu
nelayan Kepulauan Seribu khusunya wilayah Pulau Panggang, karena
dengan usaha budidaya ini sebagai tabungan atau simpanan bagi nelayan
Pulau Panggang seketika datang kebutuhan mendadak untuk keperluan
keluarga.
Berkembangnya kegiatan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang
diawali dari usaha budidaya rumput laut.Pada tahun 1980-an berjalan
sampai tahun 2000-an. Banyaknya penyakit, penambangan batu karang dan
pasir, penggunaan potasium menyebabkan budidaya rumput laut hancur.
Awalnya kegiatan budidaya ikan di keramba dilakukan
menggunakan sistem keramba tancap (pen culture) hanya untuk menampung
ikan hasil tangkapan sebelum dijualke pengepul dari permintaan ikan hidup
ke restoran. Selanjutnya melalui program yang difasilitasi olehPemerintah
dibentuk kelompok Gertang pada tahun 2000-an dengan kegiatan usaha
penampungan Ikan Kerapu (jenis Lodi dan Macan) dari hasil tangkap di
laut, kemudian berkembang melalui program Sea Farming.
Pada tahun2005-an kerjasama Pemerintah Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu melalui Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Petahanan
Pangan dengan PKSPL-LPPM IPB, bertujuan meningkatkan daya dukung
perairan laut dan mensejahterakan masyarakat Kepulauan Seribu,
masyarakat beralih menggunakan keramba jaring apung (cage culture).
Pada tahun 2006 melalui program Sea Farming membina kelompok baru
yang dibentuk yaitu kelompok Sea Farming dengan jumlah anggota 22
orang dan muncul kelompok baru yang bernama Abalon dengan ketua
Bapak Bustomi. Pada tahun 2009 berdiri kelompok UPBL, terbentuk dari
hasil paket bantuankeramba dari Pemerintah. Kelompok Paus Biru berdiri
52
pada Tahun 2010 dan HNKPS pada Tahun 2012. Pada Tahun 2014 berdiri
kelompok Cantang.53
Dari penjelasan diatas bahwa kelurahan Pulau Panggang pada tahun
2014 memiliki 7 kelompok budidaya Ikan Kerapu, yang mereka semua
mendapatkan bantuan dari pemerintah Suku Dinas Kelautan Pertanian dan
Pertahanan Pangan Kepulauan Seribu, yang memiliki jumlah anggota. Dari
jumlah Penduduk di Kelurahan Pulau Panggang yang berjumlah 5768 jiwa
dengan KK 1468, mayoritas adalah nelayan yaitu 1551 orang. Sementara,
Nelayan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang masih sangat sedikit yaitu
± 220 orang pada tahun 2010.54Namun usaha budidaya oleh masyarakat di
Kelurahan Pulau Panggang dilakukan secara perorangan dan tergabung
dalam kelompok-kelompok budidaya. Jumlah kelompok yang teridentifikasi
sampai Tahun 2014 adalah berjumlah 7 kelompok dengan total pelaku
budidaya yang tergabung dalam kelompok 110 orang.55 Tetapi peneliti
hanya meneliti satu kelompok yakni kelompok UPBL (Unit Pengembangan
Budidaya Laut) sebagai satu sumber untuk penyusunan skripsi. Jumlah
anggota untuk kelompok UPBL yang teridentifikasi setiap tahunnya yakni,
April tahun 2010 anggota yang ikut serta berjumlah 84 anggota, pada
januari tahun 2011 berjumalh anggota 50 orang, pada tahun 2013 20
anggota, dan tahun 2014 yang teridentifikasi, untuk kelompok UPBL (Unit
Pengembangan Budidaya Laut) berjumlah 18 anggota hingga saat ini. Jadi,
setiap tahunnya jumlah anggota kelompok UPBL bagi nelayan tangkap yang
ikut serta berbudidaya menurun tidak semakin meningkat, dikarenakan
faktor lingkungan alam yang disebabkan pencemaran air laut.
B. Sejarah Berdirinya UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
Unit Pengembangan Budidaya Laut adalah sebuah organisasi
masyarakat yang berbentuk kelompok usaha dan bergerak dibidang usaha
53M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Bersama Kawasan Sea FarmingKarang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan Pulau Panggang, KepulauanSeribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014. h. 6
54Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi NelayanBudidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 14
55M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Bersama Kawasan Sea FarmingKarang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan Pulau Panggang, KepulauanSeribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014. h. 8
53
budidaya lautdi Kelurahan Pulau Panggang.berdiri pada tanggal 29
Desember 2009. Awalnya terbentuk kelompok UPBL adalah
dilatarbelakangi oleh adanya program bantuan fisik dan bibit keramba dari
Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu kepada masyarakat
pembudidaya di Kelurahan Pulau Panggang.
Jumlah bantuan yang terbatas yaitu 48 unit, sementara jumlah
pembudidaya yang ada lebih banyak dan tidak mungkin dibagi rata.Melalui
pertemuan antar pembudidaya dengan Sudin kelautan dan pertanian
kemudian muncul usulan dari perwakilan nelayan budidaya supaya dibentuk
wadah untuk mengatur sendiri mekanisme bantuan, supaya tidak
menimbulkan kecemburuan dan konflik bantuan dikemudian hari, yaitu;
pembentukan kelompok nelayan budidaya yang belum tergabung dalam
kelompok budidaya. Dengan disepakatinya usulan pembentukan kelompok
oleh pihak Sudin Kelautan dan Pertanian atas inisiatif masyarakat, maka
dibentuk kelompok dengan nama Unit Pengembangan Budidaya Laut
(UPBL), yang beranggotakan nelayan budidaya yang belum tergabung pada
kelompok yang sudah ada, sementara itu baru ada satu kelompok budidaya
yaitu Sea Farming yang beranggotakan 70 orang.56
Setelah dibentuk kelompok, diatur mekanisme untuk mendapat
bantuan keramba, nelayan budidaya harus mendaftar sebagai anggota dan
membayar iuran wajib keanggotaan. Kemudian ditetapkan oleh Sudin
Kelautan dan Pertanian bahwa 48 unit bantuan Keramba dibagi kepada dua
kelompok yaitu 33 unit ke UPBL dan 15 unit ke Sea Farming. Karena dari
jumlah unit bantuan juga tidak mungkin dibagi rata kepada anggota, maka
melalui kebijakan yang disepakati angota UPBL, pembagian unit keramba
dibagi berdasarkan ikatan keluarga terdekat antar anggota, yaitu satu unit
keramba dikelola oleh kelompok kecil terdiri oleh anggota yang masih
memiliki hubungan darah terdekat. Pembagian keramba berdasarkan
pegelompokan keluarga terdekat disepakati karena mayoritas masyarakat
56Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi NelayanBudidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 21
54
yang tinggal di kepulauan Seribu antara satu dan lainnya masih terikat
saudara dan untuk meminimalisir konflik pengelolaan dikemudian
hari.ikatan kekerabatan yang kuat menjadi modal utama sampai sekarang
tetap dipertahankan dan menjadi ciri dari keanggotaan UPBL untuk
mengembangkan usahanya yang berbasis ikatan keluarga yang terus
dijaga.57
1. Struktur Kepengurusan dan Keanggotaan UPBL
Dengan dibentuknya Kelompok usaha UPBL, dibentuk
kepengurusan untuk menjalankan roda organisasi yang mengemban misi
usaha di bidang budidaya laut.Kepengurusan dan keangotaan UPBL disusun
berdasarkan tugas dan fungsi disesuaikan dengan kebutuhan pencapaian visi
dan misi organisasi sekaligus untuk memudahkan koordinasi antar anggota
budidaya. Struktur, tugas, hak dan wewenang dapat dilihat dibawah ini.
Struktur Pengurus kelompok UPBL
(Unit Pengembangan Budidaya Laut)
Gambar 2. Struktur kepengurusan kelompok UPBL
Upaya untuk menguatkan dan meningkatkan kiprah UPBL ke depan
dirumuskan Perencanaan jangka panjang dan Jangka menengah lima
tahunan.
57Ibid., h.22
55
Gambar 3. Pengelolaan Satu Unit Keramba oleh Kelompok Keluarga UPBL
Gambar 4. Penyusunan draff AD/ART oleh Pengurus UPBL Terbentuk
2. Perencanaan Jangka Panjang UPBL
Penyusunan perencanaan jangka panjang dilakukan seiring dengan
dibentuknya kelompok UPBL yang bergerak di bidang usaha budidaya laut
di Kelurahan Pulau Panggang. Perencanaan jangka panjang disusun untuk
menjadi arahan harapan dan tujuan yang ingin dicapai selama berdirinya
UPBL.58
Perencanaan jangka panjang ini secara umum dirumuskan dalam visi,
misi, kepengurusan dan keanggotaan yang dituangkan dalam Anggaran
Dasar/Rumah Tangga UPBL yang disepakati oleh anggota. Adapun visi dan
misi kelompok UPBL sebagai berikut:
a. Visi
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha
budidaya laut yang berkelanjutan.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi jangka panjang UPBL, dirumuskan 4 misi
sebagai berikut :
58Ibid., h. 22-23
56
1. Membangun anggota pembudidaya, menjadi pengusaha kecil dan
menengah yang memiliki mental kewirausahaan yang mampu
membangun lapangan kerja serta mampu memberikan kontribusi
pembangunan di Kepulauan Seribu melalui usaha-usaha yang
dikelola.
2. Mendorong pengelolaan usaha budidaya yang berbasis
pemberdayaan masyarakat .
3. Mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan untuk menjamin
keberlanjutan usaha budidaya masyarakat.
4. Mengembangkan usaha budidaya yang tertata rapi dan
terorganisir.59
C. Modal Untuk Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu
Dalam melakukan wirausaha membutuhkan modal yang sangat
besar, pada awalnya masyarakat melakukan usaha budidaya dengan modal
sendiri, yakni dengan menggunakan keramba apung melalui drum dan
bambu ada juga yang menggunakan keramba tancap dengan menggunakan
pohon kayu angin. Modal yang dikeluarkan untuk modal dalam usaha
budidaya yakni ± Rp. 10.000.000, untuk satu unit keramba dan menjadi
empat kotak.60Sedangkan dari bantuan pemerintah keluar pada tahun 2013
yakni bantuan yang diberikan oleh nelayan tangkap untuk usaha budidaya
ikan kerapu berupa KJA dengan nilai rupiah sekitar Rp. 165.000.000 dan
ikan kerapu dengan masing-masing jumlah yakni 107 unit keramba dan
30.500 ekor ikan kerapu macan.61Pemerintah memberikan bantuan
bermilyaran kepada nelayan kepulauan seribu, sebagai usaha untuk
mensejahterakan masyarakat kepulauan seribu.
Jenis Sarana budidaya yang digunakan di Pulau Panggang adalah
keramba apung.Jumlah keramba sampai saat ini yang ada di Pulau
59Ibid., h. 2360Wawancara dengan ketua kelompok UPBL bapak Rusli, di Rumah 10 Agustus
2016.61 M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Bersama Kawasan Sea Farming
Karang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan Pulau Panggang, KepulauanSeribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014. h. 9
57
Panggang adalah 66 unit keramba, dengan jumlah kotak 367 buah.Untuk
rata-rata ukuran satu kotak adalah 3x3 M. Adapun bahan dan alat budidaya
kerapu adalah sebagai berikut.
a. Bahan dan Alat Keramba Jaring Apung
Bahan yang dibutuhkan untuk konstruksi satu unit (4 kotak) keramba
jaring apung terdiri dari:
a. Bambu
Ukuran bambu yang dipakai pada konstruksi keramba jaring apung yaitu
6 sampai 9 inch sebanyak 12 batang. Harga bambu untuk satu batang adala
Rp. 20.000. Bambu ini berfungsi sebagai pijakan pada pinggiran setiap
kotak.
b. Drum plastik
Volume drum plastik yang digunakan 220 liter sebanyak 9 sampai 12
buah. Harga sebuah drum plastik adalah Rp. 200.000. Drum plastik
berfungsi sebagai pelampung keramba jaring apung.62
c. Tali pengikat
Tali yang diperlukan sebanyak 15 kgdengan ukuran diameternya 3
sampai 6 inch. Harganya adalah Rp. 40.000 per satu kilogram. Tali
pengikat berfungsi sebagai pengikat antara bambu dengan drum plastik dan
pengikat antara bambu dengan bambu yang lain.
d. Jaring
Ukuran mata jaring yang dipakai pada usaha budidaya ini adalah 1
sampai 1,5 inch atau 3 Cm, dengan kebutuhan jaring sebanyak satu bal atau
40 Kg. Harga jaring yang dipakai sebesar Rp. 40.000 untuk satu
kilogramnya. Bahan ini berfungsi sebagai wadah ikan dalam keramba
jaring apung untuk empat kotak dengan ukuran setiap kotaknya adalah 3x3
M.
e. Pemberat
Jangkar dibutuhkan sebanyak 4 buah.Jenis pemberat yang digunakan
bemacam-macam yaitu bisa terbuat dari semen yang dikeringkan, batu, dan
62Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi NelayanBudidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 11
58
jangkar. Namun kebanyakan yang digunakan adalah pemberat jangkar.
Harga perbuahnya yaitu sebesar Rp. 100.000. Pemberat ini berguna sebagai
pemberat sehingga keramba tidak mudah berpindah-pindah tempat.
f. Tali pemberat
Ukuran tali pemberat yaitu 6 sampai 10 inch, dibutuhkan sebanyak 1 rol
tali atau 10,5 kg tali pemberat.Harga tali ini Rp. 40.000 per Kg. Tali ini
berfungsi sebagai pengikat keramba dengan pemberat.63
Perhitungan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan keramba
jaring apung untuk 1 unit (4 kotak) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan(Rp) Total(Rp)
1 Bambu 12 Batang 40,000 480,000
2 Drum Plastik 12 Buah 200,000 2,400,000
3 Tali Pengikat 15 Kg 40,000 600,000
4 Tali Pemberat 10.5 Kg 40,000 420,000
5 Jaring 40 Kg 40,000 1,600,000
6 Jangkar 4 Buah 100,000 400,000
TOTAL 5,480,000
Alat yang dibutuhkan untuk konstruksi satu unit (4 kotak) keramba
jaring apung terdiri dari:
1. Transportasi
Alat transportasi yang digunakan bermacam-macam antara lain perahu
kecil (penganak) dan kapal motor. Alat transportasi kapal motor diperlukan
hanya satu unit saja. Ukuran alat transportasi kapal motor ini adalah 4
sampai 5 M. Alat ini digunakan pada setiap aktifitas yang akan dilakukan di
keramba seperti kegiatan pemberian pakan.
2. Serokan
Sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 15.000, sebagai alat pengambil ikan
di dalam keramba. Alat ini digunakan pada waktu membuang ikan yang
mati, kegiatan panen, pengambilan sampah dalam keramba.
63Ibid,. h. 11-12
59
3. Pisau/gunting
Pisau atau gunting ini digunakan untuk memotong rucah pada saat
pemberian pakan. Alat ini dibutuhkan sebanyak 2 buah. Harga perbuahnya
sebesar Rp. 10.000.64
4. Bak pencuci
Bak pencuci dibutuhkan sebanyak 1 buah. Harganya sebesar Rp 20.000.
Bak pencuci berfungsi sebagai wadah yang digunakan pada saat pencucian
ikan.
5. Tudung saji
Kebutuhan tudung saji pada kegiatan budidaya ini sebanyak 5 buah
dengan harga Rp. 10.000 per buah. Alat ini digunakan untuk kegiatan
penyortiran dan penggradingan ikan.
6. Baskom plastik
Dibutuhkan sebanyak 5 buah dengan harga Rp 10.000 per buah. Baskom
plastik digunakan untuk wadah pakan ikan.
Perhitungan alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan keramba
jaring apung untuk 1 unit (4 kotak) dapat dilihat pada tabel 8.65
Table 7. Perhitungan Kebutuhan Peralatan Keramba per Unit
NO ALAT JUMLAH SATUAN
HARGA
SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
1 Tranportasi 1 Buah 5,000,000 5,000,000
2 Serokan 1 Buah 15,000 15,000
3 Pisau/Gunting 2 Buah 10,000 20,000
4 Bak Pencuci 1 Buah 20,000 20,000
5 Tudung Saji 5 Buah 10,000 50,000
6 Baskom Plastik 5 Buah 10,000 50,000
TOTAL 5,155,000
64Ibid,. h. 1265Ibid,. h. 12-13
60
Dapat terlihat pada kedua tabel di atas bahwa biaya yang akan
dikeluarkan dalam pembuatan satu unit keramba jaring apung dengan
jumlah empat kotak sebesar Rp. 10.635.000,-.Dengan biaya bahan yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp. 5.480.000,- sedangkan biaya alat yang
dikeluarkan sedikit lebih kecil dari pada biaya bahan yaitu sebesar Rp
5.155.000,-.
Gambar 5. Jenis keramba Apung Budidaya Kerapu di Pulau Panggang
D. Manajemen Pemberdayaan dan Budidaya
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selelu ada dan
melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis Henry Fayol
pada awal abad ke-20. Ketika itu, menyebutkan lima fungsi manajemen
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi tiga yaitu;
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi
suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiantan kecil.
61
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan perencanaan manjerial dan usaha.66
E. Metode dan teknik pendekatan dalam pembentukan kelompok
Metode dan pendekatan penyusunan rencana pengelolaan
dilakukan melalui pendekatan partisipatif, yaitu dengan melibatkan
masyarakat, menempatkan masyarakat sebagai aktor utama melakukan
kajian langsung di lapangan, menganalisa dan merumuskan hasil-hasil
kajian dengan didampingi oleh fasilitator.
Manfaat penggunaan pendekatan partisipatif dalam penyusunan
perencanaan adalah :
1. Memperoleh data dan informasi yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena pelaku kajian adalah masyarakat,
dimana pengetahuan terhadap Wilayahnya dimiliki oleh mereka,
fasilitator bertugas memandu penggalian data dengan
menggunakan alat kajian yang didisain memudahkan
masyarakat dalam merekam pengetahuan mereka.
2. Menguatkan pemahaman masyarakat terhadap wilayahnya.
Melalui kajian yang dilakukan bersama, terjadi transfer
pengetahuan dan cross check baik antar masyarakat maupun
masyarakat dengan fasilitator sebagai outsider terhadap potensi
dan permasalahan disekitarnya. Secara rasional dengan
memperhatikan kearifan setempat, masyarakat dipandu fasilitator
menganalisa dan memperoleh solusi yang tepat dan baik untuk
wilayahnya.
3. Keterlibatan masyarakat dalam menganalisa wilayahnya
berfungsi untuk mendorong kesadaran kritis masyarakat.
4. Menimbulkan Aksi kolektif, melalui proses dan rumusan hasil
kajian yang dilakukan bersama oleh masyarakat berdampak pada
meningkatnya kesadaran kritis masyarakat dan mendorong
66Muhtadi Dan Tatan Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam(UIN Jakarta Press, 2013), h. 1-3.
62
munculnya aksi bersama mengatasi permasalahan-permasalahan di
wilayahnya.
Adapun metode dan tehnik kajian yang dilakukan adalah :
a. RRA (Rapid Rural Appraisal), RRA adalah metode kajian
secara cepat untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan,adapun tehnik yang digunakan untuk
menggali data adalah melalui pemetaan potensi dan permasalahan
b. PRA (Partisipatory Rural Appraisal), atau disebut Penilaian
Perdesaan Partisipatif, merupakan metode pengkajian potensi dan
permasalahan wilayah yang dilakukan kepada suatu kelompok atau
masyarakat, dengan menekankan pengetahuan lokal dan
memungkinkan kelompok atau masyarakat membuat penilaian,
menganalisa, dan merencanakan program yang sesuai dengan
kondisi dan permasalahannya.
Kebutuhan akan perencanaan pembangunan dalam
perkembangannya sekarang tidak hanya menjadi kebutuhan pemerintah atau
perusahaan. Namun sudah dan telah menjadi kebutuhan masyarakat
melakukan perencanaan untuk mengembangkan wilayahnya. Pengetahuan
masyarakat yang lengkap terhadap aktifitas dan wilayahnya menjadi
prasyarat utama sebagai basis dalam menyusun sebuah perencanaan yang
terarah dan terfokus (Rustiadi .E).
UPBL sebagai wadah kelompok usaha budidaya laut yang baru
terbentuk, membutuhkan perencanaan untuk menjadi acuan dalam
menjalankan roda organisasi supaya harapan-harapan yang diimpikan oleh
UPBL dapat terwujud.
Kegiatan pemetaan partisipatif adalah salah satu bagian dari
perencanaan masyarakat yang dilakukan melalui pelibatan diri masyarakat
secara aktif dalam merumuskan arahan-arahan kelembagaan ke depan.
UPBL sebagai kelompok yang baru terbentuk memerlukan perencanaan
kelembagaan yang matang dalam bidang usahanya. Untuk menyusun
perencanaan kelembagaan usaha, UPBL secara mandiri mengundang P4W–
IPB khususnya Divisi Perencanaan dan Pengembangan Komunitas untuk
63
mendampingi penyusunan perencanaan kelola Budidaya. Tahapan
penguatan kelembagaan UPBL melalui pendampingan dan fasilitasi
perencanaan yang dilakukan oleh P4W-IPB. Untuk capaian perencanaan
adalah tersusunnya aturan pengembangan budidaya dan arahan kegiatan
yang diterjemahkan dalam AD/ART dan Renstra UPBL selama 5 tahun.
a. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari kegiatan Pemetaan dan perencanaan
kawasan budidaya ini dilakukan untuk merumuskan rencana tata kelola
kawasan budidaya kerapu di kawasan Kelurahan Pulau Panggang. Adapun
tujuan secaara rinci dari kegiatan ini adalah:
1. Menggali data dan informasi peruntukkan sumberdaya laut terkait
dengan pengelolaan budidaya disekitar kawasan perairan laut
kelurahan Pulau Panggang.
2. Merumuskan zonasi pengembangan Budidaya kerapu di Kelurahan
Pulau Panggang.
3. Menyusun Perencanaan tata kelola kawasan Budidaya Kerapu oleh
masyarakat.
b. Indikator Kegiatan
1. Mendapatkan data-data potensi dan permasalahan peruntukan
sumber daya laut dikawasan budidaya di sekitar Pulau Panggang.
2. Dirumuskannya zonasi pengembangan budidaya laut berdasarkan
struktur dan fungsi kawasan perairan laut kelurahan Pulau
panggang.
3. Dirumuskannya rencana strategis dan aturan kelembagaan.
Gambar 6. Rencana Strategis dan Aturan Kelembagaan
64
Dari jumlah Penduduk di Kelurahan Pulau Panggang yang
berjumlah 5768 jiwa dengan KK 1468, mayoritas adalah nelayan yaitu 1551
orang.Sementara, Nelayan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang masih
sangat sedikit yaitu 220 orang. Dari keseluruhan pembudidaya tergabung
dalam dua kelompok usaha Budidaya yaitu Kelompok UPBL berjumlah 119
anggota dan kelompok Sea Farming berjumlah 70 anggota. Adapun jenis
usaha yang terkait langsung dengan budidaya kerapu di kelurahan Pulau
Panggang dapat dilihat padatabel 9. Sedangkan jenis usaha yang tidak
terkait langsung tetapi mendapatkan manfaat dari aktivitas budidaya adalah
usaha jasa transportasi 11 orang, pengepul ikan tangkap (palele), dan
nelayan tangkap.
Tabel 8. Jenis dan Sebaran Petani Budidaya di Kelurahan Pulau Panggang
No JenisJumlah (orang)
TotalP. Panggang P. Pramuka
1 Usaha pembesaran 182 7 189
2 Usaha pendederan 4 - 4
3 Pengepul Pakan 5 - 5
4 Nelayan pencari Pakan 6 5 11
5 Nelayan pencari benih 10 - 10
6 Pengusaha budidaya - 1 1
7 Suplayer benih (lokal) 3 - 3
Jumlah 207 13 220
1 Pengepul ikan tangkap
(Palele)
6 5 11
2 Jasa transportasi 6 2 8
Sumber : UPBL, 2010
Terkait dengan budidaya kerapu, pengetahuan masyarakat terhadap
budidaya telah berkembang yang sebelumnya mengawali dengan sistim
keramba tancap dengan mengandalkan benih dari alam, sekarang
berkembang dengan mengelola benih dari hatchery yang membutuhkan
65
pengetahuan dan perawatan yang lebih inten dari sebelumnya. Pengetahuan
dan ketrampilan dalam budidaya sendiri di Pulau Seribu didapatkan dari
adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dari Dinas kelautan dan
Pertanian dan dari pengalaman antar nelayan sendiri. Adapun ketrampilan
dan pengalaman yang dimiliki oleh petani budidaya adalah baru pada
tahapan Pendederan dan pembesaran. Tehnik dan metode dan tahapan
pembesaran kerapu yang dikembangkan di Pulau seribu adalah sebagai
berikut.
1. Persiapan keramba
Mempersiapkan keramba jenis apung dengan ukuran 3x3 sebanyak
empat kotak. Empat kotak dilaukan untuk mempersiapkan pengsortiran.
Sedangkan ukuran mata jaring adalah 1-1,5 inc.
2. Penebaran benih
Benih yang digunakan harus dipilih yang berkualitas.Benih yang
ditebar untuk pembesaran adalah ukuran antara 12-15 Cm. karena dengan
ukuran tersebut sudah lebih tahan dari penyakit dan kematian.
3. Perawatan
Kegiatan perawatan secara umum terdapat tiga jenis yaitu pemberian
pakan, pencucian jaring, pengobatan dan pemberian vitamin.
a. Pemberian pakan, pemberian pakan
b. Pencucian, pencucian jaring dilakukan dua minggu sekali dan
pencucian ikan secara rutin dilakukan satu minggu sekali.
c. Pengobatan, Pengobatan ikan disesuaikan dengan jenis penyakit
yang terjaid pada ikan, adapun jenis-jenis penyakit dan
penanganannya adalah sebagaimana tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Jenis-Jenis penyakit dan Cara Pengobatan
No Jenis penyakit Faktor penyebab Cara Pengobatan
1 Koreng Gesekan badan dengan
jaring dan bakteri
Betaedin
Tetrasilin
2 Cacingan Bawaan dari kecil Dicuci dengan air tawar
66
dan garam secara rutin
3 Sisik Putih Kutu kecil Betadin (3 tetes)
Tetrasilin
4 Pecah buntut Koreng Betadin, Pk dicampur
air tawar
5 Kutu air Pakan berlebihan Direndam air tawar
d. Pemberian vitamin, dilakukan untuk memberikan daya tahan ikan
terhadap penyakit dan untuk mencegah kematian ikan. Vitamin yang
biasa diberikan adalah B komplek, C, dan E.
4. Penyortiran, dilakukan dengan memilah ikan berdasarkan ukurannya
dan memisahkan pada keramba lain. Hal ini dilakukan untuk
menghindari saling memakan antar ikan.
5. Panen, dilakukan rata-rata 12 bulan setelah benih tebar. Yaitu ikan
kerapu mencapai ukuran 4 ons ke atas.
Manajamen budidaya dalam kewirausahaan yang dilakukan nelayan
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, tidak begitu berjalan dengan baik
karena pelajaran yang diberikan oleh suku dinas kelautan dn perikanan
melalui pelatihan tidak diterapkan atau dipraktikan oleh nelayan Pulau
Panggang karena kebanyakan nelayan mengikuti budayanya atau cara
sendiri dalam budidaya ikan kerapu. Pemerintah sudah pernah melakukan
pelatihan manajemen budidaya dan manajemen kelompok, di masyarakat
kepulauan seribu khusunya pulau panggang, tetapi dengan pengetahuan
yang telah diberikan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang
dibantu oleh P4W-IPB nelayan tidak dapat menerapkan ilmu pengetahuan
manajemen budidaya serta manajemen kelompok, jadi nelayan
menggunakan caranya dan ilmu pengetahuannya sendiri yakni dengan
melakukan memberikan makan ikan di tampungan dari kecil hingga besar
dan dapat dijual ke pengepul ikan kerapu.
Manajemen dalam budidaya sebuah kendala dalam nelayan budidaya
Pulau Panggang, karena nelayan tidak mempelajari manajemen dalam
budidaya.Jadi, inilah titik kelemahan yang dialami oleh nelayan budidaya
67
yang mengakibatkan budidaya tidak berkembang dengan baik, karena
nelayan hanya masih berpikir bahwa ini bukan sebuah usaha melainkan
hanya tabungan atau simpanan untuk kebutuhan yang diperlukan apabila
datang kebutuhan pokok untuk keluarga.67
c. Program kerja dan Kegiatan (Pelaksaanaan) Kelompok UPBL
Ada beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok
UPBL yang dibantu oleh suku dinas perikanan dan kelautan serta bekerja
sama dengan lembaga swadaya masyarakat yakni lembaga P4W-IPB,
termasuk pelatihan yang dillaksanakan dan yang diberikan kepada nelayan
pulau panggang sehingga bisa tercapainya tujuan yang dibuat oleh
kelompok UPBL (Unit Pengembengan Budidaya Laut), diantaranya sebagai
berikut:
1. Meningkatnya kemampuan penguasaan tehnologi dan sarana usaha
budidaya laut, maka dilakukan program dan kegiatan sebagai
berikut.68
67 Wawancara dengan ketua kelompok UPBL bapak Rusli, di Rumah 10 Agustus201668Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya,
Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten AdministrasiKepulauan Seribu, 2010. h. 26
68
2. Terpenuhinya kebutuhan benih dan pakan yang berkualitas. Maka
program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
3. Terjaminnya pemasaran produk hasil panen. maka program dan
kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
4. Menurunnya tingkat ancaman lingkungan perairan laut di sekitar
kawasan budidaya. Maka program dan kegiatan yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut.69
69Ibid., h.26-27
69
5. Terciptanya budaya wirausaha mandiri di lingkungan anggota
UPBL. Program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut.70
d. Tahap kegiatan kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
Untuk mendapatkan data-data potensi yang diinginkan maka dilakukanPenelitian yang melibatkan Anggota UPBl. Adapun tahapan yang dilakukanadalah sebagai berikut:
70Ibid., h. 27-28
70
1. Persiapan Tim, menentukan Tim Kajian dengan melibatkan angotaUPBL
2. Inventarisasi data yang diperlukan terkait kegiatan budidaya.Cakupan data yang diperlukan terkait budidaya antara lain dapatdilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 10. Cakupan Data KajianNo Cakupan data Jenis data
1 Benih Alam
Lokasi, jenis, Ukuran, Musim, harga,
Jumlah, Kualitas, Permasalahan, peralatan
dan cara tangkap
Hatchery
Sumber bibit (Suplayer, Lokasi Bibit),
Jenis, Ukuran, Musim, transportasi,
Jumlah, Harga, Kualitas (resiko, bentuk,
kesehatan), Grade, system Jaminan
pembelian.
2 Pakan Alam
Sebaran, jenis, Musim, Jumlah, harga,
Kualitas, permasalahan, Tehnik
Pengolahan, alat tangkap, nelayan, daya
dukung lingkungan, Suplayer
3 Sarana Budidaya
dan prasarana
Budidaya
Lokasi Budidaya ( sebaran Lokasi, Luas
Areal, Jumlah Keramba
Bahan dan peralatan, Sumber bahan dan
peralatan
4 Pasar Jumlah Pengepul, harga jual, ukuran,
musim, jarignan pasar, permasalahan
5 Sumberdaya
manusia
Teknologi dan Teknik pendederan, teknik
pembesaran, permasalahan
6 Kelembagaan Aturandan manajemen yang sudah
berjalan, Jumlah Anggota, Program,
71
sangsi, mitra usaha, permasalahan
Sumber : Pembahasan Tim kajian, UPBL.
3. Survei kawasan budidaya, dilakukan oleh Tim survei denganmenentukan lokasi dan batasan peruntukan Budidaya di sekitarperairan kawasan Pulau Panggang.
4. Analisa hasil Survei, dilakukanpembahasan hasil-hasil survei danmerumuskan zonasi peruntukan budidaya melalui FGD yang diikutioleh anggota Kelompok UPBL, dengan membuat kriteria analisa,ruang lingkup kajian adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Ruang lingkup Analisis Peruntukan dan Pengaturan Budidaya
No Kriteria Ruang Lingkup Analisis Pemetaan
1 Benih alam Lokasi penangkapan benih kerapu , musim
penangkapan dan peralatan tangkap yang
digunakan oleh nelayan.
Jenis-jenih benih kerapu dan habitat
perkembangbiakan benih kerapu
Jenis-jenis permasalahan yang mempengaruhi
perkembangbiakan benih kerapu dan habitat
pendukungnya
2 Sumber
pakan alami
Lokasi penangkapan pakan , musim
penangkapan dan peralatan tangkap yang
digunakan oleh nelayan.
Jenis-jenih pakan alami dan habitat
perkembangbiakan benih kerapu
Jenis-jenis permasalahan yang mempengaruhi
perkembangbiakan pakan dan habitat
pendukungnya
3 Area
Pembesaran
budidaya
Lokasi keramba, jenis-jenis ikan yang
dibudidayakan, sarana dan prasana yang
digunakan,
Tahapan pembesaran dan panen
Pemasaran; jalur pemasaran, jumlah pengepul
Jenis-jenis permasalahan yang mempengaruhi
72
perkembangbiakan pakan dan habitat
pendukungnya
4 Area
perlindungan
sumber benih
dan pakan
Lokasi pemijahan alami, jenis indukan kerapu,
dan habitat pendukung
Jenis kegiatan yang mendukung terhadap lokasi
pemijahan
Permasalahan dan ancaman yang
mempengaruhi lokasi pemijahan
5 Kelembagaa
n
Aturan-aturan dalam usaha budidaya
dan kerjasama dala bidang usaha (identifikasi
peran para pihak dalam kegiatan usaha
budidaya kerapu).
Permasalahan dan ancaman yang
mempengaruhi
Sumber : FGD anggota UPBL, 2010
5. Perumusan Perencanaan Kelembagaan UPBL, PenyusunanAD/ART, aturan tata kelola Budidaya dan perumusan programkerja Kelompok UPBL jangka menengah.
Tabel 12. Waktu pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Kegiatan
1 Persiapan Tim dan Inventasirasi data
potensi dan permasalahan budidaya
8-9 juni 2010
2 Observasi lapangan 10-11 juni 2010
3 Perencanaan tata kelola kawasan
Budidaya dan peyusunan AD/ART
12 juni -7 juli 2010
5 Perencanaan program jangka
menengah
5-7 oktober 2010
6 Launching perdagangan benih dan
panen perdana
28 Juli 2010
7 Pembuatan dokumentasi UPBL (Buku
dan Film)
Agustus - Oktober 2010
73
F. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Buidiaya Dan Nelayan
Tangkap
1. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Tangkap
Dalam kesehariannya nelayan kepulauan seribu yakni bekerja
menagkap ikan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya. Dalam
arti alokasi hasil tangkapan yang di jual lebih banyak di pergunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, khususnya pangan, dan bukan di
investasikan kembali untuk pengembangan skala usaha. Dalam menangkap
ikan nelayan pulau panggang, Kepulauan Seribu menghasilkan pendapatan
dalam sehari Rp. 50.000 – Rp. 100.000, tergantung dilihat dari jumlah ikan
yang didapatnya apabila dapat banyak bahkan pendapatan atau pemasukan
bisa lebih dari Rp. 100.000 untuk pendapatannya, karena dalam mencari
atau menagkap ikan dilihat dari musimnya. Dengan harga Ikan Rp. 10.000 –
Rp. 35.000 per Kg, tergantung jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan,
banyak jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan. Apabila musim tidak bagus
maka pendapatan menurun 50 % tetapi apabila musim bagus maka
pendapatan menaik hingga 70 %. Nelayan biasa melakukan untuk memulai
pekerjaannya dari pagi sekitar jam 06.00 WIB dan sampai sore sekitar jam
05.00 WIB.
Namun dari hasil pendapatan tersebut nelayan hanya bisa untuk
kebutuhan pokok keluarga seperti kebutuhan pangan untuk kehidupan
sehari-harinya. Di Kepulauan Seribu kami jumpai di sekitar Pulau
Panggang, Pramuka, Harapan, Kelapa, Pari dan Tidung nelayan budidaya
yang mulai mencoba benih kerapu sejak tahun 2000, dibantu oleh
pemerintah Kabupaten sebagai program pemberdayaan untuk masyarakat
nelayan Kepulauan Seribu. Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung
(KJA) membantu nelayan dalam keadaan musim peceklik (musim angin
Barat) maka nelayan Kepulauan Seribu memilliki tabungan dari hasil
budidaya mereka, yang setahun sekali di panen.
2. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Budidaya
Dalam melakukan perdagangan, pembidudaya menjual ikan kepada
pengepul lokal dan perantara (broker) terutama untuk Kerapu dalam kondisi
74
hidup. Sedangkan Kerapu kondisi segar (mati) dijual untuk kebutuhan
warung makan dengan kisaran harga Rp. 60.000-70.000 per Kg. Sedangkan
harga Kerapu hidup untuk restoran di Pulau bervariasi antara Rp. 120.000-
200.000 per Kg untuk kerapu Lodi. Pengepul lokal menjual ke konsume,
restoran dan pengepul kota degan harga Rp. 150.000-300.000 per Kg.
Broker menjual ke pengepul kota dan restoran dengan harga yang sama Rp.
150.000-300.000 per Kg. Harga merupakan kesepakatan dengan restoran
dan pengepul kota yang terkadang terjadi negosiasi ulang harga karena
permintaan yang tinggi pada musim tertentu seperti imlek.71
Sumber: Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan di Kabupaten AdministrasiKepulauan Seribu, 2016
71 Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2016
75
Tabel 13. Data produksi dan pendapatan kelompok nelayan budidaya dikelurahan pulau panggang, kepulauan seribu, tahun 2013-2014
Sumber: Data UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
Produksi (ekor) Produksi (kg) Pendapatan (Rp)
2013 2014 2013 2014 2013 2014
2066 2506 985.8 1356.7 103,045,000 132,581,500321 323 159.2 160.8 31,220,000 38,014,000
240 166 129.4 95.6 44,098,000 29,955,000
606 817 344.7 506.6 32,786,500 47,952,500
3233 3812 1619.1 2119.7 211,149,500 248,503,000
76
Sumber: Sampel Gambar Ekonomi Kelurahan Pulau Panggang Januari Tahun 2011
77
Tabel 14.Data Time Series Kelautan dan Perikanan 2010-2015
No Jenis DataTahun Keterangan
2010 2011 2012 2013 2014 20151 Jumlah nelayan 4356 3864 3740 3740 3368 3368 RTP/Orang2 Kelompok usaha bersama 15 18 20 25 28 39 KUB3 Jumlah kapal nelayan 1331 1347 1352 1361 1367 1367 Armada4 Jumlah kartu nelayan 0 372 603 1452 1622 1889 KN5 Produksi perikanan tangkap 674.413 1.584.000 1.786.000 1.427.000 1.418.773 1.625.336 Kilo Gram
1 Jumlah pembudidaya ikan 200 215 230 329 336 361 RTP/Orang2 Jumlah pembudidaya rumput
laut118 118 118 146 164 0 RTP/Orang
3 Kelompok pembudidaya ikan 10 12 13 23 25 28 POKDAKAN4 Kelompok pembudidaya
rumput laut10 10 10 13 16 0 POKDAKAN
5 Produksi perikanan budidaya 1.316.840 798.140 450.952 697.980 1.040.098 1.036.436 Kilo Gram6 Produksi rumput laut 372.960 26.600 5.400 160.310 31.780 0 Kilo Gram7 Produksi pembenih ikan 0 0 0 0 98.996.783 62.055.833 Ekor
1 Kelompok masyarakatpengewas
9 9 9 9 9 9 Kelompok
2 Area perlindunganpembudidaya
6 6 6 6 6 6 Kelompok
Sumber: Data Sudin Kelautan, Pertanian Dan Ketahanan Pangan, 2014
78
Tabel 15.Data pendapatan per panen kelompok UPBL (Unit Pengambangan Budidaya Laut)
Sumber: data kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
NO TAHUN JENIS IKANJUMLAH
EKOR
UKURANRATA-
RATA PEREKOR
TOTALPANEN
HARGA JUALPANEN PER
Kg
TOTALPENDAPATAN
(Rp)
TOTALJUMLAH
1 2013-2015 MACAN 1173 92 ONS 697,7 Kg Rp.1.993.000 Rp.87.655.000 Rp.87.655.0002 2013-2015 LODI 262 65 ONS 124,8 Kg Rp.3.065.000 Rp.30.449.000 Rp.30.449.0003 2013-2015 BEBEK 107 41 ONS 60.5 Kg Rp.2.545.000 Rp.19.050.000 Rp.19.050.0004 2013-2015 CANTANG 365 43 ONS 2.598,5 Kg Rp.730.000 Rp.18.670.000 Rp.18.670.000
JUMLAH 1907 241 ONS 3.481,5 ONS Rp.8.333.000 Rp.155.824.000 Rp.155.824.000
79
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui
Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu
Berkembangnya budidaya di Kawasan Kepulauan Seribu dimulai
sejak tahun 1997 yaitu dengan dikembangkannya budidaya rumput laut
di pulau ini. Hal ini dipicu karena semakin menurunnya hasil tangkapan
nelayan yang mayoritas menangkap dengan peralatan tradisional di
sekitar areal kepulauan dengan menggunakan alat pancing, jaring dan
Bubu. Menurunnya hasil tangkapan dikarenakan maraknya penangkapan
yang merusak seperti penggunaan potasium, bom yang menyebabkan
hancurnya rumah-rumah Ikan dan terumbu karang.72
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi
mengatakan bahwa yang melatarabelakangi dibentuknya pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang, Kepulauan Seribu Utara adalah:
Penangkapan nelayan di Kepulauan Seribu kan menurun dandaerah penangakapannya jauh, terus butuh biaya yang sangat tinggiterkadang nelayan mendapatkan ikan terkadang tidak dapat jaditidak berbalik modal, terus pemerintah melihat lingkunganKepulaun Seribu yang belum tercemar. Kemudian pemerintahsecara perlahan, mengubah nelayan tangkap beralih ke budidayatapi nelayan tetap melakukan penangkapan.
Jadi, pemerintah melakukan pemberdayaan ekonomi untuk nelayan
Kepulauan Seribu dalam hasil kajian dari pemerintah dikarenakan
menurunnya hasil penangkapan nelayan di Kepulauan Seribu, serta
daerah penangkapan semakin jauh dan lokasi pesinggronnya juga tidak
pasti, sehingga nelayan dalam melakukan penangkapan mengeluarkan
biaya yang besar dan tidak sesuai yang diharapakan untuk penangkapan
72Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi NelayanBudidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 2
80
yang didapat oleh nelayan tidak berbalik modal jika tidak mendapatkan
Ikan hasil penagkapan dari laut. Kemudian pemerintah melihat dari
potensi yang baik yang ada di Kepulauan Seribu yakni dengan
melakukan budidaya dengan kelestarian lingkungan yang belum
tercemar. Tetapi nelayan tetap melakukan penangkapan, secara perlahan-
lahan beralih ke budidaya.
B. Proses Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha
Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu
Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan ekonomi nelayan
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu diantaranya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam perencanaannya pemberdayaan ekonomi nelayan mealui
usaha budidaya Ikan Kerapu dengan mengunakan perencanaaan
“bottom up planning” artinya adalah perencanaan yang dilakukan
diamankan masyarakat lebih berperan dalam hal pemeberian
gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah
dilaksanakna sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam
suatu jalannya program.
Pemerintah memiliki perencanaan untuk nelayan tangkap menjadi
nelayan budidaya dengan memberikan bantuan berupa sarana dan
prasarana untuk melakukan usaha budidaya serta memfasilitasi
nelayan yang memiliki motivasi dalam usaha budidaya Ikan Kerapu.
Dengan tujuan untuk menambahkan nilai ekonomi nelayan serta
mensejahterakan kehidupan para nelayan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan dalam pemberdayan ekonomi
nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu ini, yakni dengan
melakukan sosialisasi program, memberikan pelatihan-pelatihan
yang mengenai usaha budidaya Ikan Kerapu, pemberian bantuan
teknis, penyediaan sarana dan prasaran, kemudian dibentuk dalam
beberapa kelompok, dengan mengundang para nelayan Pulau
Panggang untuk mengikuti kegiatan – kegiatan dalam pelaksanan
81
program yang sudah direncanakan oleh pemerintah. Dan setelah
terebentuk kelompok. Maka kelompok itu sendiri yang
mendampingi para anggotanya dan nelayan yang ikut serta dalam
melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu. Kemudian membuat
peraturan – peraturan yang telah dibuat oleh kelompok.
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi
mengatakan bahwa proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara
adalah:
Tahun 2012 itu dihasil kajian itu di CPUE kita punya programkendalikan tangkap kembangkan budidaya sejarah budidaya inisudah sejak tahun 80-an tapikan perorangan terus tahun 2005 itukita kerja sama dengan pihak universitas itu, dengan konsep seafarming, jadi budidaya itu, masyarakat kita rombakkan dari nelayanke budidaya untuk merubah itu kita kasih pelatihan bagi yang mau30 orang datang kita latih untuk tehnologi budidaya, manajemenusahanya, terus manajemen kelompoknya, terus tehnologinya kitakasih pelajaran ke mereka setelah itu mereka dapat ilmunya kitakasih bantuan sarana dan prasarana.
Berdasarkan hal di atas, menurut bapak Supriyadi pada tahun 2012
Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan memiliki
program dengan program kendalikan tangkap kembangkan budidaya.
Seperti yang sudah dibentuknya adanya budidaya sejak tahun 1980-an di
Kepulauan Seribu dan pada tahun 2005 Suku Dinas bekerja sama dengan
pihak universitas-universitas dengan konsep Sea Farming dan merubah
nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya, jika ada masyarakat pulau
yang mengininkannya, dengan memberikan pelatihan-pelatihan disetiap
tahunnya pelatihan yang diberikan yakni seperti pelatihan manajemen
usaha, manajemen kelompok, tekhnologi budidaya.
Dalam pelatihan manajemen usha tidak bekerja atau tidak terlaksana
di nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu, tetapi dalam manajemen
kelompok dan teknologi budidaya yang diberikan pelatihan oleh
pemerintah itu bekerja dan berjalan dengan baik karena nelayan Pulau
Panggang di damping oleh kelompok – kelompoknya masing – masing
yang sudah dibentuk sebelumnya. Seperti kelompok UPBL yang
82
memenajemen kelompoknya dalam budidaya dan memberikan
pembelajaran menegnai teknologi budidaya yang telah diberikan dalam
pelatihan tersebut.
Setelah diberikan pelatihan maka nelayan atau masyarakat
kepulauan seribu yang ingin berbudidaya akan diberikan bantuan oleh
pemerintah dengan berupa sarana dan prasana seperti KJA bahan ADPE
(Akuatek) yang terdiri dari 4 unit dalam satu kotak, sebelumnya
menggunakan kayu untuk KJA-nya tetapi dengan teknologi dan zaman
modern yang ini merubah di tahun 2012-2014 merubah ke KJA bahan
ADPE (Akuatek).
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi
mengatakan bahwa modal bantuan yang dikeluarkan untuk usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara
adalah:
Dana sekitar Rp. 165.000.000 dan bantuan bibit atau benih ikankerapu serta pakan, dari setiap kelompok menerima benihtergantung jumlah anggota dari setiap kelompok tersebut, ada yangsatu kelompok menerima 8000 benih dan ada juga yang 5000 benihbermacam-macam jumlah yang diberikan bantuan oleh setiapkelompok nelayan kepulauan seribu karena bantuan pemerintahsangat terbatas.
Pemerintah mengeluarkan dana sekitar Rp. 165.000.000 untuk
pengeluaran dana pemberian Keramba Jaring Apung (KJA), yang terdiri
dari jaring, jangkar, pemberat daln lain-lainnya. Pemerintah memberikan
konplit atau lengkap dalam memberikan KJA nya dan selain KJA yang
diberikan bantuan oleh pemerintah ada juga meberikan bantuan bibit
atau benih ikan kerapu serta pakan, dari setiap kelompok menerima benih
tergantung jumlah anggota dari setiap kelompok tersebut, ada yang satu
kelompok menerima 8000 benih dan ada juga yang 5000 benih
bermacam-macam jumlah yang diberikan bantuan oleh setiap kelompok
nelayan kepulauan seribu karena bantuan pemerintah sangat terbatas.
Dana bantuan untuk nelayan kepulaan seribu merupakan dana hibah dari
pemerintah. Dalam pemberian bantuan pemerintah mensleksi nelayan
yang benar-benar ingin berbudidaya 2005-2010 budidaya mulai
83
berkembang di Kepulauan Seribu lainnya seperti Pulau Pari, Pulau
Lancang, Pulau Tidung, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, terbentuk lah
kelompok-kelompok. Pada tahun 2015 memiliki 28 kelompok tetapi pada
tahun 2016 memiliki penurunan dalam pembentukan kelompok sesuai
dengan sleksi alam yang ada yang efektif di tahun 2016 ini yang masih
bertahan yakni sekitar 17 kelompok, yang lain sudah tidak berusaha
untuk berbudidaya.73
C. Metode dan Teknik Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi
Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau
Panggang Kepulauan Seribu
Dalam metode dan teknik pemeberdayaan ekonomi nelayan melalui
usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu
diantaranya sebagai berikut:
1. Nelayan Kepulauan Seribu yang memiliki motivasi dan
mempunyai usaha budidaya.
2. Tergabung dalam suatu kelompok tidak berdiri sendiri
(personal).
3. Pemerintah akan selalu mendukung orang yang berhasil
melakukan budidaya Ikan Kerapu dan akan terus dibantu oleh
pemerintah sampai menjadi penguasaha budidaya untuk
kedepannya. Sedangkan, bagi orang atau kelompok yang tidak
berhasil harus belajar kepada orang yang sudah berhasil. Karena
pemerintah tidak akan membantu terus-menerus kepada orang
yang tidak berhasil itu akan mengakibatkan ketidakmandirian
nelayan serta negara akan kehabisan dana untuk melakukan
bantuan kepada orang yang tidak berhasil.
Oleh karena itu, pemerintah mendidik kepada nelayan untuk
bertanggungjawab atas bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah
agar dapat berkembang dan menjadikan kesuksesan untuk mereka
sendiri.
73Wawancara pribadi dengan Bapak Supriyadi, dikantor, jam 12.00, tanggal 13 Oktober2016
84
Bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat hibah, tetapi
kelompok nelayan budidaya yang membuat aturannya sendiri dan
mengembangkannya bantuan dan menjadikan bantuan bergulir kepada
anggota yang belum mendapatkan bantuan dan kelompok tersebut
membuat aturan atau AD/ART dalam setiap kelompok, seperti yang
telah dijelaskan di bab tiga.
Tugas yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang sudah
dibentuk oleh para nelayan, seperti kelompok UPBL yang diteliti oleh
peneliti. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di bab tiga bahwa
kelompok UPBL bertugas memanajemen para anggota dengan usaha
budidaya ini, yakni dengan membagi rata bantuan dari pemerintah serta
mengatur segala kegiatan yang akan dilakukan oleh nelayan dengan
perencanaan-perencanaan yang sudah dibuat oleh ketua dan para
anggota kelompok UPBL. Sehingga kelompok UPBL mencapai visi dan
misi yang telah mereka buat. Jadi, kelompok ini hanya bertugas
membantu kagiatan yang dilakukan para nelayan, dan mencatat semua
keperluan yang dibutuhkan oleh para nelayan, serta mencatat
pandapatan dan pemasukan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang. Dapat dibilang UPBL ini sebagai pendamping bagi nelayan
Pulau Panggang Kepulauan Seribu.
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi
mengatakan bahwa metode dan teknik pengembangan pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu Utara adalah:
Dalam teknik dan pengembangan dalam budidaya ini yaknipertama, nelayan kepulauan seribu yang berniat dan memilikimotivasi dan mempunyai usaha budidaya. Kedua, tergabung dalamsuatu kelompok tidak berdiri sendiri (personal). Ketiga, pemerintahakan mensport orang yang berhasil melakukan budiaya ini dan akanterus dibantua oleh pemerintah samapai menjadi penguasah unutkkedepannya sedangkan bagi orang atau kelompok yang tidakberhasil harus belajar kepada orang yang sudah berhasil karenapemerintah tidak akan membantu terus-menerus kepada orang yangtidak berhasil itu kan mengakibatkan ketidakmandirian nelayanserta Negara akan kehabisan dana untuk melakukan bantuan
85
kepada orang yang tidak berhasil oleh karena itu pemerintahmendidik kepada nelayan untuk bertanggungjawab atas bantuanyang telah diberikan oleh pemerintah agar dapat berkembang danmenjadikan kesuksesan untuk mereka sendiri. Bantuan yangdiberikan oleh pemerintah bersifat hibah , tetapi kelompok nelayanbudidaya yang membuat aturannya sendiri dan mengembangkannyabantuan dan menjadikan bantuan bergulir kepada anggota yangbelum mendapatkan bantuan dan kelompok tersebut membuataturan atau AD/ART dalam setiap kelompok.
Masyarakat Kepulauan Seribu rata-rata memiliki pekerjaan sebagai
nelayan tangkap tradisional dari jaman ke jaman hingga kemasa kini,
sebelum adanya budidaya profesi yang unggul di masyarakat kepulauan
seribu khususnya Pulau Panggang mereka bekerja melaut dengan
menangkap ikan dengan menggunakan alat-alat tradisional hanya
pendapatan yang diperoleh dari hasil menangkap Ikan tidak cukup untuk
biaya kehidupan rumah tangga dan kehidupan sehari-harinya, mereka
dengan terkecuali telah datang musim-musimnya Ikan, yang dimana
Ikan dapat berlimpah ruah di Kepulauan Seribu ini khususnya Pulau
Panggang. Tetapi ketika datangnya dimusim peceklik atau yang bisa
dibilang musim angin yang dimana masyarakat nelayan Pulau Panggang
tidak dapat pergi bekerja melaut untuk menangkap ikan, maka
pendapatan ekonomi nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu
menurun. Sehingga masyarakat nelayan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangganya hanya dapat mengutang sembako di warung.Oleh
karena itu, pemerintah Kepulauan Seribu yang memiliki wewenang
untuk mensejahterakan masyarakatnya. Maka pemerintah membentuk
program pemberdayaan ekonomi nelayan dengan melalui budidaya.
D. Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu
Budidaya ikan kerapu merupakan salah satu jenis usaha yang masih
sangat terbatas dan belum banyak dikembangkan di masyarakat. Salah
satunya di wilayah Kepulauan Seribu, dengan melihat kondisi alam yang
berada di Kepulauan Seribu sangat baik dan bagus untuk melakukan
budidaya. Oleh karena itu nelayan Kepulauan Seribu khusunya di
86
wilayah Pulau Panggang, yang diteliti oleh peneliti di wilayah tersebut,
melakukan budidaya ikan.
Temuan lapangan dari hasil wawancara Abang Alwani (Bargo) salah
satu anggota kelompok Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL)
mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah:
Abang ma kerjanya ngebubu yah kalo budidaya ikan kerapu macuma celengan ibarat kita ma tabungan tahunan, asal abis ngelauabang ke keramba kasih makan ikan.
Temuan lapangan dari hasil wawancaraAbang Sardi dan sebagai
anggota kelompok Unit Pengambangan Budidaya Laut (UPBL)
mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah:
Abang kerja yang ditekunin tuh mancing ikan di lau, abis mancingabang ke keramba kasih makan ikan, sebelum mancing pagi abangkasih makan ikan pulang mancing abang kasih makan ikan, dikeramba, yah ini kan celengan abang.
Temuan lapangan dari hasil wawancara Abang Hanafi sebagai
anggota kelompok Unit Pengambangan Budidaya Laut (UPBL)
mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah:
Kerja yang setiap hari ditekunin ma jaring, lumayan buat makansehari-hari. Kalo ngarepin keramba doang ma nda bisa makanabang, keramba ma cuma celengan aja, kalo di butuhin abangpanenin.
Temuan lapangan dari hasil wawancaraAbang Basri sebagai anggota
kelompok Unit Pengambangan Budidaya Laut (UPBL) mengatakan
bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah:
Abang suka nangkep ikan hias, yang biasa sehari-harinya ma, tapikadang suka bawa tamu kalo ada tamunya, jadi gaet.
Dari hasil wawancara melalui para anggota kelompok nelayan
budidaya, menurut bapak Alwani (Bargo), Bapak Sardi, Bapak M.Yusuf,
Bapak Basri, Bapak Hanafi, dan Bapak Kipli. Bahwa, Selain bekerja
menangkap Ikan dengan menggunakan alat Pancing, Bubu, Jaring, dan
ada juga nelayan Ikan Hias. Nelayan Pulau Panggang juga melakukan
pekerjaan budidaya yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan, untuk
menambah nilai tambah ekonomi keluarga. Nelayan Pulau Panggang
87
beranggapan budidaya ini sebagai tabungan, yang seketika di butuhkan
untuk kebutuhan keluarga dapat dipanen.74
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Alwani (Bargo)
mengatakan bahwa awal memulai melakukan usaha budidaya ikan
kerapu adalah:
Sebelum adanya bantuan abang ma udah budidaya ikan kerapucuma nda banya tahun berapa yah, udah lama sih, seinget abang masebelum tahun 2000-an.
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak M.Yusuf
mengatakan bahwa awal memulai melakukan usaha budidaya ikan
kerapu adalah:
Kan syarat buat dapat bantuan bibit harus punya keramba samaudah budidaya jadi sebelum tahun 2000-an udah mulai dah, terusdah dapat bantuan dari sudin.
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Julkifli (Kifli) ,
bapak Sardi, bapak Basri, dan bapak Hanafi mengatakan bahwa awal
memulai melakukan usaha budidaya ikan kerapu adalah:
Tahun 2000
Nelayan Pulau Panggang melakukan usaha budidaya ikan kerapu
menurut nelayan Pulau Panggang yang telah diwawancara sebelum tahun
2000-an. Sebelum adanya bantuan dari pemerintah, mereka melakukan
usaha budidaya ikan kerapu dengan usaha sendiri tetapi tidak banyak
tampungan yang berada didalam keramba, dijaman belum dapatnya
bantuan dari pemerintah nelayan menggunakan keramba jaring tancap
(KJT), dengan membeli sedikit benih dan bibit di suplayer Pulau
Panggang atau UPT Pulau Tidung yang memiliki tampungan bibit atau
benih dan sebagian mendapatkan dari alam.
Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Alwani (bargo),
salah satu anggota kelompok nelayan UPBL mengatakan bahwa bisa
melakukan usaha budidaya ikan kerapu adalah:
74Wawancara pribadi dengan alwani, sardi, M. Yusuf, Basri, Hanafi, dan Kipli, dirumah,tanggal 4-5 November 2016
88
Beli bibit di suplayer pulau dan UPT di Pulau Tidung kadang jugadapat dari alam kalo lagi mau cari ma.Itu kalo belom dapat bantuanyah.
Nelayan dapat membeli bibit atau benih ikan kerapu dengan kisaran
50-100 ekor ikan kerapu.Sedangkan syarat untuk mendapatkan bantuan
dari pemerintah harus memiliki usaha budidaya ikan kerapu sendiri.Oleh
karena itu, nelayan Pulau Panggang dapat melakukan usaha budidaya
ikan kerapu.75
Sebelum melakukan budidaya dibutuhkan teknik dan cara agar dapat
berhasil dalam berbudidaya. Menurut bapak Rusli (ketua kelompok
UPBL), teknik dan cara untuk melakukan pembesaran budidaya ikan
kerapu dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) diantaranya
sebagai berikut:
1. Lokasi yang terlindungi dari gelombang besar
2. Perairan yang tidak tercemar.
3. Pergerakan kecepatan arus secara relatif tidak terlalu deras
4. Salinitas air laut pada kisar standar 28-30 Ppm.
5. Suhu yang bersifat standar 28-30º C.
6. Tingkat kandungan oksigen air laut yang secara relatif tinggi.
7. Kondisi kedalaman perairan antara 7-15 M.
Selain membutuhkan teknik dan cara dalam budidaya Ikan Kerapu
dibutuhkan juga alat dan bahan-bahan untuk memfasilitasi proses
pembesaran budidaya ikan kerapu. alat dan bahan-bahan untuk
pembesaran budidaya ikan kerapu diantaranya sebagai berikut:76
1. Kapal laut (Motor Laut)
2. Alat dan kelangkapan keramba jaring apung (KJA), antara lain
jaring bibit dan jaring pembesaran Ikan Kerapu.
3. Peralatan pendukung antara lain serokan Ikan, peralatan
pencucian seperti baskom atau bak pencuci Ikan, pengobatan
Ikan, dan alat penyimpanan stok air tawar serta pakan Ikan
75Ibid.76Wawancara pribadi dengan Rusli di WhatSapp, Jam 01.40, tanggal 10 November 2016.
89
4. Rumah Jaga atau pondokan yang berfungsi untuk menjaga ikan
dari pagi, siang dan sore.77
Kemudian dalam melakukan budidaya juga membutuhkan cara dan
proses perawatan budidaya Ikan Kerapu dari Ikan Kerapu berukuran
kecil 2-5 Cm hingga besar yang berukuran 1 Kg sampai dapat dipanen
dan dijual ke tengkulak. Menurut para nelayan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu bapak Alwani (Bargo), Bapak Sardi, Bapak M.Yusuf,
Bapak Basri, Bapak Hanafi, dan Bapak Kipli, cara dan proses untuk
melakukan perawatan Ikan Kerapu yakni: Pertama, memberikan pakan
untuk Ikan Kerapu yang dilakukan sehari 2 kali sehari (pagi dan sore)
pemberian pakan Ikan Kerapu dengan Rucah. Kedua, pencucian atau
pemandian Ikan Kerapu seminggu 2-3 kali, jika Ikan Kerapunya masih
kecil dengan air tawar atau air hujan. Ketiga, pencucian jaring dua
minggu sekali. Keempat, pemberian vitamin jika di perlukan. dan jika
ada Ikan Kerapu yang terkena penyakit dilakukan pengobatan dengan
diberikan obat untuk Ikan Kerapu untuk pemberian obatnya tergantung
di lihat jenis penyakit apa yang berada ditubuh ikan.78
Menurut Bapak Alwani (Bargo), dalam pemeliharaan atau budidaya
Ikan Kerapu membutuhkan perawatan yang sangat bagus dan teliti serta
tekun dalam melakukankannya, dan mebutuhkan waktu yang sangat
lama untuk budidaya Ikan Kerapu.79 Proses perawatannya membutuhkan
waktu 12 bulan (satu tahun), jika benih Ikan Kerapunya bukan
mendapatkan dari alam yakni membeli dari suplayer yang ukuran 2-3
Cm. Tetapi jika benih atau bibit mendapatkan dari alam maka proses
perawatannya tidak cukup lama sekitar 6-9 bulan, karena benih yang
mendapat dari alam berukuran nya cukup besar dibandingkan dengan
membeli dari suplayer bibit dapat dari alam ukuran 4-5 Cm. Tetapi
nelayan tidak mudah mendapatkan bibit atau benih dari alam, kadang
mendapatkannya kadang tidak mendapatkannya ikan kerapu. Jenis ikan
77 Ibid78Wawancara pribadi dengan alwani, sardi, M. Yusuf, Basri, Hanafi, dan Kipli, dirumah,tanggal 4-5 November 201679Wawancara pribadi dengan alwani, dirumah, jam 18.52, tanggal 4-5 November 2016
90
kerapu yang dibudidaya oleh nelayan adalah Ikan Kerapu Macan, Lodi,
Bebek dan Cantang. Tetapi yang lebih banyak di budidaya yakni Ikan
Kerapu Macan.80
E. Keberhasilan Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu
Dari hasil penemuan lapangan yang telah diteliti oleh peneliti,
bahwa keberhasilan dalam budidaya Ikan Kerapu di wilayah Pulau
Panggang. Menurut bapak Rusli (Ketua Kelompok UPBL), pada tahun
2000 sampai tahun 2011, terdapat keberhasilan dalam berbudidaya Ikan
Kerapu, dikarenakan dapat mengembalikan modal usaha budidaya Ikan
Kerapu, serta mendapat keuntungan besar bagi para nelayan yang sambil
melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu. Disebabkan oleh,
perkembangan harga Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu
yang meningkat di tahun 2000 – 2012, dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:81
Tabel 17. Harga Jual Ikan Kerapu
di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2000-2012
No Jenis Ikan Kerapu Harga Ikan Kerapu (Kg)
1. Ikan Kerapu Macan Rp. 135.000 – Rp. 140.000 /Kg
2. Ikan Kerapu Lodi Rp. 180.000 – Rp. 200.000 /Kg
3. Ikan Kerapu Bebek Rp. 300.000 – Rp. 350.000 /Kg
Sedangkan pada tahun 2012 – tahun 2013, harga Ikan Kerapu Macan
menurun hingga 10%, tetapi Ikan Kerapu Lodi dan Bebek tetap
memiliki kestabilan dalam harga pasar Ikan Kerapu, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
80Wawancara pribadi dengan alwani, sardi, M. Yusuf, Basri, Hanafi, dan Kipli, dirumah,tanggal 4-5 November 201681Wawancara pribadi dengan Rusli di WhatSapp, Jam 14.33, tanggal 15 Oktober 2016.
91
Tabel 18.Harga Jual Ikan Kerapu
di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2012-2013
No Jenis Ikan Kerapu Harga Ikan Kerapu (Kg)
1. Ikan Kerapu Macan Rp. 120.000 – Rp. 130.000 /Kg
2. Ikan Kerapu Lodi Rp. 180.000 – Rp. 200.000 /Kg
3. Ikan Kerapu Bebek Rp. 300.000 – Rp. 350.000 /Kg
Kemudian pada tahun 2014 – tahun 2015, harga Ikan Kerapu Macan
tidak ada perkembangannya atau pun meningkat tetapi mengalami
penurunan 20% dari harga sebelumnya ditahun 2012 – 2013.
Disebabkan oleh, adanya jenis Ikan Kerapu dari hasil rekayasa genetic
atau hasil kawin silang anatar induk Kerapu Macan dan Kerapu Gertang
yang namakan hybrid (Kerapu Cantang), sehingga harga Ikan Kerapu
macan menurun. Sedangkan harga Ikan Kerapu Lodi cenderung
meningkat, tetapi harga Ikan Kerapu Bebek tetap memiliki kestabilan
dalam harga pasar atau nilai jual untuk para konsumen. Harga Ikan
kerapu pada tahun 2014 – tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:82
Tabel 19. Harga Jual Ikan Kerapu
di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2014-2015
No Jenis Ikan Kerapu Harga Ikan Kerapu (Kg)
1. Ikan Kerapu Macan Rp. 95.000 – Rp. 100.000 /Kg
2. Ikan Kerapu Lodi Rp. 200.000 – Rp. 210.000 /Kg
3. Ikan Kerapu Bebek Rp. 300.000 – Rp. 350.000 /Kg
Dan terakhir dari hasil wawancara melalui para nelayan yang
melakukan budidaya Ikan Kerapu. Menurut bapak Alwani, Bapak Sardi,
Bapak Basri, Bapak Hanafi, Bapak M.Yusuf dan Bapak Kipli serta ketua
kelompok UPBL Bapak Rusli mengatakan bahwa di tahun 2015 – tahun
2016 ini, Ikan Kerapu macan mengalami peningkatan hingga 20%,
dikarenakan adanya kelangkaan ikan akibat para pembudidaya
82 Ibid
92
mengalami kerugian ditahun sebelumnya sehingga tidak dapat memutar
modal usaha budidaya Ikan Kerapu untuk membeli bibit atau benih Ikan
Kerapu lagi. Mungkin nelayan memiliki tampungan Ikan Kerapu
didalam keramba jaring apungnya tetapi tidak sebanyak di tahun awal
mereka melakukan budidaya yang sebagian besar mendapat bantuan
banyak benih atau bibit dari pemerintah disetiap per individunya yang di
benteuk dalam per kelompok, pada saat ini nelayan hanya memiliki daya
tampung 50 ekor Ikan Kerapu, sedangkan di tahun sebelumnya nelayan
bisa menampung hingga seratusan (100-an). Dan saat ini, nelayan Pulau
Panggang, masih mengharapkan dan menunggu mendapatkan bantuan
bibit atau benih lagi dari pemerintah Suku Dinas Kelautan, Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu agar dapat mejalankan usaha
budidaya Ikan Kerapu. Sedangkan, harga benih atau bibit Ikan Kerapu
senilai Rp. 17.000 per 10 Cm. kemudian untuk harga Ikan Kerapu Lodi
dan Macan meningkat, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.83
Tabel 20. Harga Jual Ikan Kerapu
di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2015-2016
No Jenis Ikan Kerapu Harga Ikan Kerapu (Kg)
1. Ikan Kerapu Macan Rp. 110.000 – Rp. 120.000 /Kg
2. Ikan Kerapu Lodi Rp. 300.000 – Rp. 330.000 /Kg
3. Ikan Kerapu Bebek Rp. 350.000 – Rp. 400.000 /Kg
Penjelasan diatas merupakan hambatan dan permasalahan yang
terjadi selama ini, dalam budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang,
sehingga usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang ini tidak
berkembang dengan baik dan tingkat keberhasilan yang didapat atau
diraihnya tidak sempurna, karena dalam melakukan usaha tidak
semudah kita membalikkan telapak tangan, membutuhkan ketelitian
serta ketekunan untuk semuanya, apa lagi nelayan Pulau Panggang
belum sepenuhnya mempelajari teknik dan cara serta manajemen dalam
83Wawancara pribadi dengan bapak Alwani, Bapak Sardi, Bapak Basri, Bapak Hanafi,Bapak M.Yusuf dan Bapak Kipli, di rumah 4-5 November 2016 serta ketua kelompokUPBL Bapak Rusli, di WhatSapp, jam 14.51, tanggal 15 Oktober 2016
93
usaha budidaya Ikan Kerapu. Mereka masih berpikir ini bukan usaha
yang sungguhan, tetapi masih menganggap sebagai tabungan atau
celengan tahunannya saja. Dan masih berpikir bahwa akan mendapatkan
bantuan lagi dari pemerintah.
Dari hasil penelitian yang diteliti dari hasil wawancara bahwa bapak
Alwani, Bapak Sardi, Bapak Basri, Bapak Hanafi, Bapak M.Yusuf dan Bapak
Kipli, dampak negatif dan positif juga dapat menganalisis keberhasilan
dalam usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang ini, yakni bahwa
dampak negatifnya bila banyak kematian terhadap Ikan sebelum waktu
panen tiba. Disebabkan penyakit yang tumbuh di Ikan Kerapu dan
lingkungan yang tercemar bahkan bisa juga karena arus lautan yang
deras serta kurang pemberian makanan kepada Ikan. Perawatan ikan
yang tidak baik atau bagus dapat mengakibatkan kematian terhadap Ikan
Kerapu, dengan kejadian ini juga dapat mengakibatkan
ketidakberhasilan dalam berbudidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang.
Sedangkan dampak positifnya yakni kebalikkan dari dampak negatif
yakni jika tidak ada kematian terhadap Ikan Kerapu hingga proses panen
tiba maka terdapat tingkat keberhasilan dalam berbudidaya Ikan Kerapu
di Pulau Panggang, karena tidak ada pegurangan ikan jika proses panen
tiba. Dan nelayan bisa memutar modalnya untuk melanjutkan usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Pangang, Kepulauan Seribu jika
pemasaran harga untuk konsumen sesuaikan dengan harga yang
diinginkan oleh nelayan Pulau Panggang. Dan bahwasannya juga
keberhasilan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang ini
merupakan sumber pendapatan tambahan bagi para nelayan Pulau
Panggang, selain melakukan pekerjaan nelayan tangkap (nelayan
tradisional).
F. Kemandirian Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu
Dalam bab empat ini penulis akan menganalisis hasil dari temuan
dilapangan yang sebelumnya dijelaskan di bab tiga. Program
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di
94
Pulau Panggang oleh kelompok unit pengembangan budidaya laut
(UPBL) yang mendapatkan bantuan oleh Suku Dinas Kelautan,
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu sangat efektif dan
membantu meningkatkan pendapatan ekonomi nelayan Kepulauan
Seribu khususnya nelayan di wilayah Pulau Panggang.
Dengan kondisi perekonomian nelayan tradisional (tangkap) yang
semakin menurun, pemerintah melakukan tindakan dan tidak hanya
berdiam diri saja, karena tugas pemerintah memberikan yang terbaik
untuk masyarakatnya agar masyarakat mendapatkan kesejahteraan
dalam kehidupannya.
Beberapa faktor yang menjadi pendukung pengembangan usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu yakni,
pertama faktor alam situasi kondisi alamiah adalah hal yang patut
dipertimbangkan untuk pengembangan usaha budidaya ikan kerapu di
Pulau Panggang. Seperti kondisi perairan dan ekosistem perairan laut
dan faktor-faktor pendukungnya, mulai dari kondisi salinitas tingkat
keasinan air, PH (tingkat keasaman air), suhu, kandungan oksigen, pola
arus laut. Selanjutnya pemilihan lokasi yang strategis dan kontinyuitas
keberadaan pakan ikan serta kondisi transportasi.
Kedua, pengetahuan tekhnik budidaya ikan kerapu, untuk level
masyarakat pengetahuan tekhnik pemeliharaan menjadi hal syarat yang
harus dipahami, mulai dari pemilihan bibit unggul, aklimasi atau tekhnik
penyesuaian ikan dari lokasi asal bibit ikan ke lokasi pemeliharaan ikan,
tekhnik serta pola pemberian pakan ikan dan tekhnik perawatan dan
pengobatan ikan.
Ketiga, faktor modal kerja serta modal usaha sebagai faktor
pendukung pelaksanaan usaha budidaya. Dan terakhir yang keempat
faktor sistem manajemen dan pemasaran.
Dari penjelasan diatas untuk poin pertama dan kedua dapat dinilai
memenuhi syarat untuk kegiatan pengembangan usaha budidaya Ikan.
Namun ketiga dan keempat masih menjadi kendala utama yang
95
menghambat pengelolaan usaha budidaya Ikan Kerapu di wilayah Pulau
Panggang, Kepulauan Seribu Utara.
Hal yang berkaitan dengan upaya kemandirian usaha budidaya Ikan
Kerapu di masayarakat Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Yang
dilakukan membangun sarana dan prasarana budidaya Ikan Kerapu,
pelatihan tekhnik budidaya dan manajemen.
Upaya lain yang juga diupayakan antara lain memfasilitasi dukungan
permodalan usaha mendukung pembangunan fasilitas hecry yang
didanai oleh pemerintah pusat dan daerah. Pencapaian indikator
keberhasilan upaya-upaya yang telah dilakukan masih dilevel teknik
budidaya .artinya pemahaman masyarakat Pulau Panggang naik dari
pemahaman alamiah ketingkat ilmiah. Kondisi ini merupakan implikasi
kegiatan-kegiatan pelatihan dan pengalaman praktek-praktek usaha
budidaya Ikan Kerapu yang dilakukan oleh masyarakat atau nelayan
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
Hal masih kendala berkait dengan upaya kemandirian usaha
budidaya masyarakat antara lain mainset, mentalitas, manajemen usaha
dan pemasaran. Indikator kemandirian dalam kontek usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang meminimalkan bantuan kepada
pemerintah serta dapat memaksimalkan kemampuan modal usaha
dengan strategi manajemen, baik secara teknik maupun permodalan.
Memiliki modal baik secara materil mapupun pengetahuan tekhnik
budidaya serta memiliki peluang pasar.
Dalam penguatan ekonomi kelompok dalam budidaya Ikan Kerapu
yakni, berangkat dari definisi kelompok, tujuan, fungsi serta tugas dan
tanggung jawab, yang telah di jelaskan di bab tiga. Definis kelompok
adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama.
Tujuan kelompok adalah mengembangkan usaha dibidang budidaya
ikan. Dalam kontek pengembangan usaha budidaya Ikan Kerapu sudah
tentu dimaksudkan unutk penguatan ekonomi secara pribadi dan
kelaurag masing-masing anggota kelompok. Sebagai hal yang dimaksud
penguatan ekonomi kelompok adalah suatu upaya untuk meningkatkan
96
ekonomi anggota kelompok yang bersumber dari pendapatan usaha
budidaya. Untuk upaya pencapaian hal sebagaimana dimaksud diatas
maka tugas dan tanggung jawab anggota kelompok adalah berkegiatan
usaha budidaya ikan dalam hal ini budidaya pembesaran Ikan Jenis
Kerapu. upaya pencapaian tujuan, tugas serta tanggung jawab anggota
kelompok memfungsikan kelembagaan kelompok sebagai fungsi
monitoring pelaksanaan kegiatan usaha budidaya anggota kelompok.
Sedangkan, penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu, bahwa anggota kelompok usaha budidaya Ikan merupakan
kepala rumah tangga atau KK dari suatu masyarakat yang secara umum
berprofesi sebagai nelayan yang bertumpu pada sumber potensi kelautan
yang menjadi pendukung utama sumber ekonomi keluarga. Aktifitas dan
produktifitas yang dihasilkan bersumber pada potensi kelautan. Upaya
pengembangan usaha budidaya Ikan yang dilakukan merupakan bagian
dari usaha memanfaatkan sumber potensi kelautan dengan tujuan
meningkatkan serta menguatkan ekonomi keluarga.84
Jadi, nelayan Pulau Panggang dalam konteks kemandirian usaha
budidaya Ikan Kerapu, dalam teknik dan cara usaha budidaya Ikan
Kerapu nelayan bisa menjalankan dengan sendiri dan mandiri tanpa
bantuan dari pemerintah dalam usaha budidaya Ikan Kerapu ini. Dalam
kontek teknik dan cara serta prosesnya, tetapi dalam permodalan
nelayan tidak bisa untuk mandiri, dikarenakan modal yang dibutuhkan
modal yang cukup besar dan mencukupi untuk usaha budidaya.
Dikarenkan juga nelayan masih belum bisa menjalankan manajemen
usaha dalam budidaya Ikan Kerapu.Jadi, nelayan masih mengharapkan
bantuan dari pemerintah. Oleh karena itu, nelayan masih belum bisa
dengan mandiri menjalankan usaha budidayanya yang dibantu oleh
pemerintah.
84Wawancara pribadi dengan Rusli di WhatSapp, Jam 14.33, tanggal 15 Oktober 2016.
97
Tabel 16. Perbandingan Sebelum dan Sesudah Budidaya
Sebelum budidaya Sesudah budidaya
Nelayan
Penangkapan selain untuk kebutuhan
pangan keluarga dan pendapatan
Menjual ikan mati
Pendapatan tergantung musim laut
Waktu keseharian jauh dari kelaurga
sosialisasi kurang dengan intensif di
kampung
Nelayan dan budidaya
Penangkapan untuk pangan keluarga,
pendapatan, dan pakan untuk
budidaya
Tehnik perawatan
Apabila ada kebutuhan mendadak
dapat dipanen setiap waktu
dapat menjadi tabungan
dapat melibatkan anggota keluarga
sosialisasi lebih intensif di kampung
Sumber : FGD UPBL, 2010
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi kepada nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, serta
uraian pada bab-bab sebelumnya yang mengenai pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau
Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
Pertama, bahwa dalam melakukan usaha budidaya ikan kerapu
harus mempunyai modal yang mencukupi dalam berwirausaha, dapat
mempelajarai teknik dan cara, manjemen usaha dan peluang-peluang
pasar yang dimana ikan kerapu yang banyak diminati oleh para-para
konsumen yang menyukai ikan kerapu baik dari dalam negri maupun
luar negri.
Kedua, nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara dapat
melakukan usaha budiaya ikan kerapu karena secara teknik dan cara
serta proses perawatan dalam berbudidaya sudah mengetahui dalam
pembelajarannya dengan mengikuti pelatihan yang diberikna oleh
pemerintah. Tetapi nelayan Pulau Panggang masih sulit untuk
berpindah dari nelayan tangkap ke budidaya karena dalam melakukan
usaha nelayan harus membutuhkan modal yang mencukupi serta
ketekunan dan ketelitian dan rajin serta niat yang sungguh-sungguh
hingga dalam menjalankan usaha budidaya ikan kerapu ini nelayan
dapat berjalan dengan baik dan mencapai tingkat keberhasilan.Sehingga
usaha pemerintah dengan tujuan untuk memberdayakan nelayan Pulau
Panggang dapat berhasil.Tetapi nelayan pulau panggang masih belum
bisa mandiri dalam menjalankan usaha ini, dikarenakan modal yang
sangat besar sehingga nelayan Pulau Panggang tidak sanggup untuk
melanjutkan budidaya ini, jika tidak ada bantuan dari pemerintah. Oeleh
karena itu, nelayan Pulau Panggang masih mengharapkan bantuan dari
99
pemerintah suku dinas perikanan, kelauatan dan ketahanan pangan,
Kepulauan Seribu.
Ketiga, dengan adanya Dengan program pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu ini, dapat
membantu nelayan Pulau Panggang dikarenakan budidaya ini sebagi
sumber tambahan pendapatan ekonomi keluarga bagi mereka.Sehingga
dengan adanya budidaya ini yang dibantu oleh pemerintah sangat
membantu nelayan Pulau Panggang.
Selanjutnya yang melatarbelakangi dengan adanya
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu, bahwa kemiskinan yang semakin
meningkat mengakibatkan perekonomian atau pendapatan nelayan
menurun, ketika musim peceklik tiba atau musim angin yang membuat
nelayan tidak bisa melaut. Oleh karena itu, diadakan program
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu,
untuk menambahkan perekonomian nelayan Pulau Panggang
Kepulauan Seribu.
Proses pemberdayaan seperti yang telah dijelaskan oleh bab tiga
bahwa dalam proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, yang
pertama membuat perencanaan, pelaksanaan yang sudah direncanakan
dengan melakukan serta memberikan pelatihan-pelatihan mengenai
usaha budidaya ini, kemudian dibentuklah beberapa kelompok. Dengan
menggunakan metode dan teknik PRA dan RRA.
B. Saran
Saran-saran peneliti terhadap pemberbadayaan ekonomi nelayan
melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang diantaranya
sebagai berikut:
1. Pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan
kerapu ini, perlu ditingkatkan lagi, berharap pemerintah memiliki
pendampingan yang lebih baik terhadap para nelayan, baik
dalam manajemen dalam berbudidaya dan berwirausaha agar
100
nelayan Pulau Panggang mampu menjalankan usaha budidaya
ikan kerapu dan dapat diterima serta dipahami dengan baik dan
mandiri.
2. Bisa juga pihak pemerintah dari sudin perikanan dan kelautan
mengadakan event khusus atau pameran dari hasil pelatihan-
pelatihan dalam usaha budidaya ikan kerapu. Dengan cara ini
produk hasil dari para kelompok nelayan budidaya dapat dikenal
oleh masyarakat luas. Dengan begitu pasar akan tercipta dengan
sendirinya. Dan pemerintah setempat melakukan kerja sama dari
lain untuk pengembangan usaha budidaya ikan kerapu ini.
DAFTAR ISI
A. BUKU
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat:
Kajian Strategi Pembengunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan
Sosial. 2005, PT Refika Aditama, Bandung.
Nugroho Iwan & Dahuri Rokhmin, Pengembangan Wilayah
Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan. 2012, LP3ES, Jakarta.
Salam Samsir H & Fadilah Amir, Sosiologi Pedesaan. 2008,
Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah, Jakarta.
Suhartini Rr, Halim A, Khambali Imam, Basyid Abd, Model-Model
Pemberdyaan Masayarakat. 2005, Pustaka Pesanteren, Yogyakarat.
Moleong Lexyi J, Metode Penelitian Kualitatif. 2001, PT. Remaja
Rosda Karya, Bandung.
Bungin Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif. 2003, PT.
Grafindo Persada, Jakarta.
G Consuelo, Seviila dkk, Pengantar Metode Penelitian, 1993 UI-
Press, Jakarta.
Hidayati Nurul, Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan
Kualitatif. 2006, Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN
Jakarta Press, Jakarta.
A. Partanto Pius, dan Al-barry Dahlan M. Kamus Ilmiah Populer.
1994, Arkola, Surabaya.
Nasdian Tonny Fredian, Pengembangan Masyarakat. 2014, Yayasan
Pustaka Obor, Jakarta.
Hermansyah Tantan dan Muhtadi, Pengembangan Masyarakat
Islam. 2010, Titian Nusa Press, Bogor.
Yasyin Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya
Amanah
Wiratno Masykur, Pengantar Ekonomi Makro. 1994, Guandrrama
Jakarta.
Machendrawaty Nanih dan Safei Ahmad Agus, Pengembangan
Masyarakat Islam. 2011, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sasoni Adi, menjadi tuan di negeri sendiri “pergulatan kerakyatan,
kemertabatan, dan kemandirian”. 2013, Grafindo Book Media,
Jakarta.
B. Sumber lainnya
Buku Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan, Administrasi
Kabupaten Kepulauan Seribu, 2016.
Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.
Seribu Utara, Adm. Kab.Kep. Seribu
M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumber Daya Bersama Kawasan
Sea Farming Karang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019.
Kelurahan pulau pangganga, kepulauan seribu, DKI Jakarta. P4W
LPPM IPB, Bogor, 2014.
Muhammad Arifin, Rusli, dkk,. Konservasi Dari Dan Untuk
Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut
Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu. 2010
C. Wawancara pribadi
Supriyadi (Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan
Pangan, Wawancara Pribadi, di Kantor, Tanggal 13 Oktober 2016.
Rusli (Ketua Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah dan
Whatsapp tanggal 10 Agustus, 10, November, dan 15 oktober 2016.
Alwani (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah
4 November 2016
Basri (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 4
November 2016
M. Yusuf (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di
Rumah 4 November 2016
Sardi (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 4
November 2016
Hanafi (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah
5 November 2016
Julkifli (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah
5 November 2016.
DAFTAR LAMPIRAN WAWANCARA
A. Wawancara dengan Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian,
dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu
1. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : Tahun 2012 itu dihasil kajian itu di CPUE kita punya
program kendalikan tangkap kembangkan budidaya sejarah budidaya
ini sudah sejak tahun 80-an tapikan perorangan terus tahun 2005 itu
kita kerja sama dengan pihak universitas itu, dengan konsep sea
farming, jadi budidaya itu, masyarakat kita rombakkan dari nelayan
ke budidaya untuk merubah itu kita kasih pelatihan bagi yang mau
30 orang datang kita latih untuk tehnologi budidaya, manajemen
usahanya, terus manajemen kelompoknya, terus tehnologinya kita
kasih pelajaran ke mereka setelah itu mereka dapat ilmunya kita
kasih bantuan sarana dan prasarana.
2. Berapa modal yang di keluarkan untuk usaha budidaya Ikan Kerapu?
Jawaban : Dana sekitar Rp. 165.000.000 dan bantuan bibit atau
benih ikan kerapu serta pakan, dari setiap kelompok menerima benih
tergantung jumlah anggota dari setiap kelompok tersebut, ada yang
satu kelompok menerima 8000 benih dan ada juga yang 5000 benih
bermacam-macam jumlah yang diberikan bantuan oleh setiap
kelompok nelayan kepulauan seribu karena bantuan pemerintah
sangat terbatas.
3. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya pemberdayaan nelayan
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu?
Jawaban : Penangkapan nelayan di Kepulauan Seribu kan menurun
dan daerah penangakapannya jauh, terus butuh biaya yang sangat
tinggi terkadang nelayan mendapatkan ikan terkadang tidak dapat
jadi tidak berbalik modal, terus pemerintah melihat lingkungan
Kepulaun Seribu yang belum tercemar. Kemudian pemerintah secara
perlahan, mengubah nelayan tangkap beralih ke budidaya tapi
nelayan tetap melakukan penangkapan.
4. Bagaimana metode dan teknik pengembangan pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : Dalam teknik dan pengembangan dalam budiaya ini
yakni pertama, nelayan kepulauan seribu yang berniat dan memiliki
motivasi dan mempunyai usaha budidaya. Kedua, tergabung dalam
suatu kelompok tidak berdiri sendiri(personal). Ketiga, pemerintah
akan mensport orang yang berhasil melakukan budiaya ini dan akan
terus dibantua oleh pemerintah samapai menjadi penguasah unutk
kedepannya sedangkan bagi orang atau kelompok yang tidak
berhasil harus belajar kepada orang yang sudah berhasil karena
pemerintah tidak akan membantu terus-menerus kepada orang yang
tidak berhasil itu kan mengakibatkan ketidakmandirian nelayan serta
Negara akan kehabisan dana untuk melakukan bantuan kepada orang
yang tidak berhasil oleh karena itu pemerintah mendidik kepada
nelayan untuk bertanggungjawab atas bantuan yang telah diberikan
oleh pemerintah agar dapat berkembang dan menjadikan kesuksesan
untuk mereka sendiri. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah
bersifat hibah , tetapi kelompok nelayan budidaya yang membuat
aturannya sendiri dan mengembangkannya bantuan dan menjadikan
bantuan bergulir kepada anggota yang belum mendapatkan bantuan
dan kelompok tersebut membuat aturan atau AD/ART dalam setiap
kelompok.
B. Wawancara dengan Ketua kelompok Unit Pengembangan
Budidaya Laut (UPBL) Pulau Panggang Kepulauan Seribu
Nama : Rusli
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1968
Alamat : Pulau Panggang Rt 002 / Rw 002
Pendidikan : SMA
1. Berapa harga ikan kerapu dari tahun 2010 – 2016 di Pulau
Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : perkembangan harga Ikan jenis Kerapu tahun 2010-
2011. Kerapu macan Rp. 135.000 – Rp. 140.000/ Kg. Kerapu
Lodi Rp. 180.000 – Rp. 200.000/Kg. Kerapu Bebek Rp. 300.000
– Rp. 350.000/Kg. Tahun 2012 – 2013 perkembangan harga
jenis Ikan Kerapu Macan cenderung menurun menjadi Rp.
120.000 – Rp. 130.000/Kg. untuk Kerapu Lodi Rp. 180.000 –
Rp. 200.000/Kg. Kerapu Bebek Rp. 300.000 – Rp. 350.000/Kg.
Perkembangan harga tahun 2014 – 2015 untuk jenis Ikan Kerapu
Macan harga mengalami penurunan sampai dengan Rp. 95.000 –
Rp. 100.000/Kg. Hal ini disebabkan ada jenis ikan Kerapu hasil
rekayasa genetic atau hasil kawin silang antara induk Kerapu
Macan dan Kerapu Gertang yang namanya Hybrid atau Ikan
Kerapu Cantang. Sehingga harga Ikan Kerapu macan Menurun.
Unutuk harga Ikan Kerapu Lodi stabil bahakan harga cenderung
naik yakni pada kisaran harga Rp. 200.000 – Rp. 210.000/Kg.
Harga Ikan Kerapu Bebek tetap stabil Rp. 300.000 – Rp.
350.000/Kg. Perkembangan harga jenis Ikan Kerapu tahun 2015-
2016. Ikan Kerapu Macan Rp. 110.000 – Rp. 120.000/Kg.
bahkan saat ini mulai ada kenaikan Ikan akibat para
pembudidaya mengalami kerugian. Harga Ikan Kerapu Cantang
sampai dengan saat ini berkisaran antara Rp. 95.000 – Rp.
100.000/Kg. untuk harga Ikan Kerapu Lodi harga naik saat ini
berkisaran Rp. 300.000 – Rp. 330.000/Kg. Kenaikan harga ini
untuk jenis Kerapu Lodi akibat ketersediaannya diperairan laut
Pulau Seribu cenderung semakin menurun. Harga Ikan Kerapu
Bebek saat ini bergerakan pada kisaran harga Rp. 350.000 – Rp.
400.000/Kg.
2. Apa saja indikator kemandirian dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : indikator kemandirian dalam kontek usaha budidaya
masyarakat meminimalkan ketergantungan pada bantuan
pemerintah serta dapat memaksimalkan kemampuan modal
usaha dengan strategi manajemen, baik secara materil maupun
pengetahuan teknis budidaya serta memiliki peluang pasar.
3. Apa saja indikator-indikator keberhasilan yang ada dalam usaha
budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : apabila hal sebagian tersebut di atas dapat dicapai
maka usaha budidaya masyarakat dapat dikatakan berhasil.
Penilaian keberhasilan usaha budidaya masyarakat di Pulau
Panggang. Poin tambahan untuk item indikator keberhasilan,
usaha budidaya Ikan kerapu menjadi sumber pendapatan selain
pendapatandari hasil kegiatan usaha nelayan.
4. Bagaimana penguatan ekonomi kelompok dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : berangkat dari definis kelompok, tujuan dan fungsi
serta tugas dan tanggung jawab. Definisi kelompok adalah
kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama.
tujuan kelompok adalah mengembangkan usaha dibidang
budidaya Ikan. Dalam kontek pengembangan usaha budidaya
Ikan jenis Kerapu sudah tentu dimaksudkan untuk penguatan
ekonomi secara pribadi dan keluarga masing-masing anggota
kelompok. Sebagai hal dimaksud penguatan ekonomi kelompok
adalah suatu upaya untuk meningkatkan ekonomi anggota
kelompok yang bersumber dari pendapatan usaha budidaya.
Untuk upaya pencapaian hal sebagaimana dimaksud di atas maka
tugas serta tanggung jawab anggota kelompok adalah
berkegiatan usaha budidaya Ikan dalam hal ini budidaya
pembesaran jenis Ikan Kerapu. Upaya pencapaian tujuan, tugas,
serta tanggung jawab anggota kelompok memfungsikan
kelembagaan kelompok sabagai fungsi monitoring pelaksanaan
kegiatan uasaha budidaya anggota kelompok.
5. Bagaiamana penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : bahwa anggota kelompok usaha budidaya Ikan
merupakan kepala rumah tangga atau KK dari suatu masyarakat
secara umum berprofesi sebagai nelayan yang bertumpu pada
sumber potensi kelautan yang menajdi pendukung utama sebagai
sumber ekonomi keluarga. Aktifitas dan produktifitas yang
dihasilkan bersumber pada potensi kelautan. Upaya
pengembangan usaha budidaya Ikan yang dilakukan merupakan
bagian dari usaha memanfaatkan sumber potensi kelautan
dengan tujuan meningkatkan serta memguatkan ekonomi
keluarga.
6. Berapa persen yang diberikan masing-masing individu unutk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : nol persen
7. Bagaimana teknik dan cara untuk usaha budidaya Ikan Kerapu?
Jawaban : secara teknis budidaya pembesaran Ikan Kerapu
sistim keramba jaring apung (KJA) diawali dengan
mempersiapkan fasilitas KJA dan menempatkan KJA dilokasi
dengan kesesuaian lokasi budidaya pembesaran Ikan Kerapu
adalah sebagai berikut: 1. lokasi yang terlindungi dari gelombang
besar lautan. 2. Perairan laut yang tidak tercemar. 3. Pergerakan
kecepatan arus secara relatif tidak terlalu deras atau kencang. 4.
Salinitas air laut pada kisaran 28 – 30 Ppm. 5. Suhu yang bersifat
standar antara 29 - 30º C. 6. Tingkat kandungan oksigen air laut
yang secara relatif tinggi. 7. Kondisi kedalaman perairan anatar 7
– 15 M. dari kesesuaian lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu
dibutuhkan alat serta bahan-bahan kelengkapan sebagai fasilitas
kegiatan usaha budiaya pembesaran Ikan Kerapu. Kelengkapan
alat serta bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Kapal motor. 2. Alat dan kelengkapan fasilitas KJA antara
lain, jaring bibit Ikan dan jaring pembesaran Ikan. 3. Peralatan
pendukung antara lain serokan, peralatan pencucian, pengobatan
Ikan, dan alat penyimpanan stok air tawar serta pakan Ikan. 4.
Fasilitas rumah jaga. Penejlasan lebih lengkap dapat dipelajari
dari buku panduan tekhnis kegiatan pembesaran Ikan Kerapu.
8. Bagaimana analisis kemandirian budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : beberapa faktor yang menjadi pendukung
pengembangan usaha budidaya Ikan. Pertama faktor alam situasi
kondisi alamiah adalah hal yang patut dipertimbangkan untuk
pengembangan usaha budiaya ikan kerapu. 1. Kondisi perairan
dan ekosistem perairan laut dan faktor-faktor pendukungnya,
mulai dari kondisi salinitas tingkat keasinan iar, PH (tingkat
keasaman air), suhu, kandungan oksigen, pola arus laut.
Selanjutnya pemilihan lokasi yang startegis dan kontinyuitas
keberadaan pakan ikan, serta kondisi transportasi. Kedua,
pengetahuan taknik budiaya ikan, untuk level masyarakat
pengetahuan teknik pemeliharaan menjadi hal syarat yang harus
dipahami, mulai dari pemilihan bibit unggul, aklimasi atau
teknik penyesuaian Ikan dari lokasi asal bibit Ikan ke lokasi
pemeliharaan Ikan, teknik serta pola pemberian pakan Ikan dan
teknik perawatan dan pengobatan Ikan. Ketiga, faktor modal
kerja serta modal usaha sebagai faktor pendukung pelaksanaan
usaha budidaya. dan terakhir yang keempat faktor sistem
manajemen dan pemasaran. Dari penjelasan di ats unbutk poin
pertama dan kedua dapat dinilai memenuhi syarat untuk kegiatan
pengembangan usaha budidaya Ikan. Namun ketiga dan keempat
masih menjadi kendala utama yang menghambat pengelolaan
usaha budidaya Ikan Kerapu di wilayah Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu Utara. Hal yang berkaitan dengan upaya
kiemandirian usaha budidaya Ikan Kerapu di masyarakat Pulau
Panggang Kepulauan Seribu. Yang dilakukan membangun
sarana dan prasarana budidaya Ikan kerapu, pelatihan taknik
budidaya dan manajemen. Upaya lain yang juga diupayakan
antara lain memfasilitasi dukungan permodalan usaha
mendukung pembangunan fasilitas Hecry yang didanai oleh
pemerintah pusat dan daerah. Pencapaian indikator keberhasilan
upaya-upaya yang telah dilakukan masih dilevel teknik
budidaya. artinya pemahaman masyarakat Pulau Panggang naik
dari pemahaman alamiah ketingkat ilmiah. Kondisi ini
merupakan implikasi kegiatan-kegiatan pelatihan dan
pengalaman praktek-praktek usaha budidaya Ikan Kerapu yang
dilakukan oleh masyarakat atau nelayan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu. Hal masih kendala berkait dengan upaya
kemandirian usaha budidaya masyarakat antara lain maniset,
mentalitas, amanjemen usaha dan pemasaran.
C. Wawancara dengan angota Kelompok Nelayan Unit
Pengembangan Usaha Budidaya Laut (UPBL) Pulau Panggang
Kepulauan Seribu
Nama : Alwani (Bargo)
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Maret 1978
Alamat : Pulau Panggang Rt 03 / Rw 01
Pendidikan : SD
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan?
Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni!
Jawaban : YA, abang ma kerjanya ngebubu yah kalo budidaya
Ikan Kerapu ma Cuma celengan ibarat kita ma tabungan tahunan,
asal abis ngelau abang ke keramba kasih makan Ikan.
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang?
Jawaban : sebelum adanya bantuan abang ma udah budidaya
Ikan Kerapu Cuma nda banya tahun berapa yah, udh lama sih,
seinget abang ma sebelum tahun 2000-an.
3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : beli bibit di suplayer pualu dan UPT di Pulau Tidung
kadang juga dapat dari alam kalo lagi mau cari ma. itu kalo
belum dapat bantuan yah. Terus gampang-gampang susah
budidaya Ikan Kerapu ma, harus sabar, tekun, sma teliti.
4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepualuan Seribu?
Jawaban : setiap seminggu sekali disalin air hujan, setiap hari
harus dikasih makan sehari sekali dan perbaikan keramba.
5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak?
Jawaban : beli sindiri 50 ekor paling bnyak 100 ekor.
6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya?
Jawaban : Macan dan Lodi
7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : 8 sampe 9 bulan lah
8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : awalnya benih 10 Cm, jaring ukuran 2 x 3, kedalaman
air permukaan ke bawah 1 M, 3 hari sekali harus di cuci dengan
aiar tawar selama 1 bulan.
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan
Kerapu?
Jawaban : jaring, keramba, serokan, tudung saji.
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan
usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan
permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : YA ada, kalo Ikan lagi kena penyaki, perairannya
sedang tercemar, diserang kutu, atau cacing lau.
11. Apakah dengan usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif
dan negatif!
Jawaban : kematian Ikan, tambang pasir itu yang negatifnya yah,
kalo yang positifnya i8tu airnya bagus nda tercemar, terus nda
ada kematian Ikan.
12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu?
Jawaban : kan harganya gag sesuai nih sama harga penjualan
misalnya harga Kerapu Cantang di jual harga Ikan besar nya Rp.
100.000., sedangkan bibitnya mahal Rp. 17.000 per ekor 10 Cm.
yah sekitar 80 % lah perkembangannya.
13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : sekitar 5 juta lah itu belon sama bibitnya kalo sama
bibitnya taro lah 10 juta.
14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA,
bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah!
Jawaban : YA ada, satu Keramba Jaring Apung (KJA), benih,
jaring, tali yah satu paket lah yang dibutuhin buat budidaya.
15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan
menangkap Ikan?
Jawaban : kalo per hari paling ga cuma Rp. 70.000.
16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo
Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 110.000/Kg, Cantang Rp. 100.000/Kg,
Lodi Rp. 270.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual?
Jawaban : tengkulak Pulau
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan
ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang
dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga!
Jawaban : YA, sangat membantu yah lumayan buat bulan puasa,
beli baju, kebutuhan sekolah anak, yah pokoknya kebutuhan
yang diperluin keluarga lah.
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : tidak ada
20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : ada budidaya ini lumayan buat tambahan, sangat
membantu sekali kali adanya budidaya ini soalnya lumayan buat
tambahan – tambahan ekonomi keluarga.
Pulau Panggang, 4 November 2016
(Alwani)
Nama : Sardi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Mei 1983
Alamat : Pulau Panggang Rt 03 / Rw 01
Pendidikan : SMP
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan?
Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni!
Jawaban : Iya ada, Abang kerja yang ditekunin tuh mancing Ikan
di lau, abis mancing Abang ke keramba kasih makan Ikan,
sebelum mancing pagi Abang kasih makan Ikan pulang mancing
Abang kasih makan Ikan, di keramba, yah ini kan celengan
Abang.
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang?
Jawaban : taon 2000-an
3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : ada modal, cari sendiri dapa dari alam 2-3 ekor ma
ukran 1 ons
4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepualuan Seribu?
Jawaban : di cuci seminggu sekali di kasih makan tiap hari
makananya rucah (ikan campuran)
5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak?
Jawaban : beli sendiri 50 ekor paling banyak 100 ekor,itu kalo
nda ada yang mati kalo ada yang mati bisa kurang, tapi kalo yang
bantuan dari pemerintah ma dulu smpe 200 lebih.
6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya?
Jawaban : Macan dan Lodi
7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : 1 taon
8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : cari modal, beli ikan baru buat keramba
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan
Kerapu?
Jawaban : jaring, bambu, drom
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan
usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan
permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : YA ada, kalo ada musim angin kan ombaknya jadi
gede, air keruh, sampah, sama Ikan banyak yang mati
11. Apakah dengan usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif
dan negatif!
Jawaban : negatifnya kematian Ikan bisa rugi, p[encurian.
Positifnya bisa nambah kebutuhan.
12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu?
Jawaban : 50 % lah soalnya modalnya gede
13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : Rp. 10.000.000 – Rp. 15.000.000
14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA,
bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah!
Jawaban : YA ada, bibit sama keramba
15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan
menangkap Ikan?
Jawaban : Rp. 200.000 per hari
16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo
Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 100.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi
Rp. 250.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual?
Jawaban : tengkulak
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan
ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang
dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga!
Jawaban : YA, sangat membantu buat makan sama kebutuhan
pokok sehari-hari lah, kaya beras, yah yang buat keluarga aja.
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : tidak ada
20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : nelayan jadi merasa terbantu soalnya kan budidaya ini
dapat di panen seketika dibutuhin, enaknya disitu.
Pulau Panggang, 4 November 2016
(Sardi)
Nama : M. Yusuf
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1972
Alamat : Pulau Panggang Rt 03 / Rw 01
Pendidikan : SD
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan?
Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni!
Jawaban : Iya ada, ngebubu
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang?
Jawaban : kan syarat buat dapat bantuan bibit harus punya
keramba sama udah budidaya jadi sebelum tahun 2000-an udah
muali dah, terus dah dapat bantuan dari sudin.
3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : perkelompok, punya sendiri terus dibuat kelompok
4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepualuan Seribu?
Jawaban : tiga minggu sekali disalin
5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak?
Jawaban : 200 ekor.
6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya?
Jawaban : Macan dan Lodi
7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : 1 taon
8. Bagaimana teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : dapa dari alam ditampung di keramba
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan
Kerapu?
Jawaban : jaring, bambu, drom, tudung saji, tali, serokan,
jangkar.
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan
usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan
permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : limbah, pek, pencemaran, kutu air
11. Apakah dengan usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif
dan negatif!
Jawaban : negatifnya kematian. Positifnya perairan bagus.
12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu?
Jawaban : 75 %
13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : Rp. 10.000.000 Keramba, Rp.3.000.000 bibit
14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA,
bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah!
Jawaban : YA ada, bibit 100 ekor, KJA, Jaring
15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan
menangkap Ikan?
Jawaban : Rp. 100.000 per hari
16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo
Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 90.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi
Rp. 270.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual?
Jawaban : tengkulak
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan
ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang
dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga!
Jawaban : YA, beli kebutuhan pokok rumah tangga, sekolah atau
pendidikan
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : tidak ada
20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : jadi ada tabungan buat keluarga
Pulau Panggang, 4 November 2016
(M. Yusuf)
Nama : Basri
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1981
Alamat : Pulau Panggang Rt 05 / Rw 01
Pendidikan : SD
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan?
Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni!
Jawaban : Iya, Abang suka nangkep Ikan hias, yang biasa sehari-
harinya ma, tapi kadang suka bawa tamu kalo ada tamunya, jadi
gaet.
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang?
Jawaban : taon 2000-an
3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : beli benih sendiri
4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepualuan Seribu?
Jawaban : Cuci diberi makan
5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak?
Jawaban : 40 ekor, ini lagi tunggu bantuan dari pemerintah lagi
taon ini ma belon ada bantuan.
6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya?
Jawaban : Lodi
7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : 8-9 bulan
8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : yah ada modal lah
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan
Kerapu?
Jawaban : jaring,drom
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan
usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan
permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : YA ada, kematian ikan
11. Apakah dengan usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif
dan negatif!
Jawaban : negatifnya pencemaran air. Positifnya lumayan
penghasilannya.
12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu?
Jawaban : 70 – 80 %
13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 buat modal bibitnya
14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA,
bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah!
Jawaban : YA ada, bibit 200 ekor sama KJA
15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan
menangkap Ikan?
Jawaban : Rp. 40.000 per hari
16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo
Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 100.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi
Rp. 250.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual?
Jawaban : tengkulak atau pengepul Pulau
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan
ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang
dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga!
Jawaban : YA, buat modal, pendidikan, sama rumah tangga
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : tidak ada
20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : lumayan buat tambahna ekonomi keluarga
Pulau Panggang, 4 November 2016
(Basri)
Nama : Julkipli
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Mei 1981
Alamat : Pulau Panggang Rt 03 / Rw 03
Pendidikan : SMA
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan?
Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni!
Jawaban : iya, mancing Ikan
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang?
Jawaban : tahun 2005
3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : perlahan tapi pasti, membeli bibit
4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepualuan Seribu?
Jawaban : sulit, seminggu 3 kali harus mandi air hujan
5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak?
Jawaban : 500 ekor ikan kerapu Lodi, Cantang 200 ekjor, 100
ekor Ikan Macan, 50 ekor Ikan Kerapu Tikus.
6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya?
Jawaban :ikan kerapu lodi, cantang, macan, tikus
7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : Cantang 6 bulan, Lodi 8-9 Bulan, Macan 14 Bulan,
Tikus 2 tahun itu ukuran bibit ikan yang 10 Cm yah.
8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : dimandikan
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan
Kerapu?
Jawaban : modal, umpan (pakan), air hujan.
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan
usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan
permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : YA, kematian, harga jual, semakin merosot mao turun
nda mao nae.
11. Apakah dengan usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif
dan negatif!
Jawaban : negatifnya kematian. Positifnya adanya keuntungan
12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu?
Jawaban : 70 – 80 %
13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : Rp. 50.000.000 – Rp. 70.000.000
14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA,
bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah!
Jawaban : YA, bibit sama keramba
15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan
menangkap Ikan?
Jawaban : Rp. 100.000 per hari
16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo
Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 135.000/Kg, Cantang Rp. 110.000/Kg,
Lodi Rp. 320.000/Kg, Bebek Rp. 400.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual?
Jawaban : tengkulak Pulau
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan
ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang
dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga!
Jawaban : YA, beli bibit dan memperbanyak bibit.
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : tidak ada
20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : sebagai nilai pendapatan tambahan unutk ekonomi
keluarga, karena budidaya ini sebgai tabungan dan simpanan
Pulau Panggang, 5 November 2016
(Julkipli)
Nama : Hanafi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 November 1964
Alamat : Pulau Panggang Rt 05 / Rw 03
Pendidikan : SMA
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan?
Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni!
Jawaban : iya, kerja yang setiap hari di tekunin ma jaring,
lumayan buat makan sehari-hari. Kalo ngarepin kermba doang
ma nda bisa makan abang, keramba ma Cuma celengan aja, kalo
dibutuhin abang panenin.
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang?
Jawaban : tahun 200-an
3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan
Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : beli bibit
4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau
Panggang Kepualuan Seribu?
Jawaban : dikasih makan setiap hari, dimandiin, kalo ikannya
ada penyakinya diobatin
5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak?
Jawaban : kalo sekarang udah nda ada ikan kerapu di
kermabanya, belom ada bantuan dari pemerintah
6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya?
Jawaban : Macan
7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : 8-9 bulan
8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu?
Jawaban : ada modal
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan
Kerapu?
Jawaban : jaring, drom, keramba, bibit, pokoknya bahan dan
alat-alat yang dibutuhin buat budidaya ikan kerapu lah.
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan
usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan
permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : YA ada, kematian yang bikin kita rugi, terus suka ikan
yang kena penyakit
11. Apakah dengan usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif
dan negatif!
Jawaban : negatifnya pencemaran air, ikan terkena penyakit,
kematian, harg pasar ikan. Positifnya lumayan pendapatan
tambahan keluarga
12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan
Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan
Seribu?
Jawaban : 70 – 80 %
13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Kerapu?
Jawaban : kurang lebih Rp. 10.000.000 lah
14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA,
bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah!
Jawaban : YA ada, bibit 100 ekor sama KJA
15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan
menangkap Ikan?
Jawaban : Rp. 50.000 per hari
16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo
Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 100.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi
Rp. 250.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual?
Jawaban : tengkulak atau pengepul Pulau
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan
ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang
dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga!
Jawaban : YA, buat modal, pendidikan sama rumah tangga
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk
kelompok ketika proses panen tiba?
Jawaban : tidak ada
20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya
Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : pendapatan tambahan unutk ekonomi keluarga
Pulau Panggang, 5 November 2016
(Hanafi)
top related