pemberitaan media cetak mengenai kongres iii pdip … · paper. implementation of the third...
Post on 03-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBERITAAN MEDIA CETAK MENGENAI
KONGRES III PDIP DI BALI
(Studi Tentang Kecenderungan Narasi Pemberitaan Kongres III PDIP
2010 di Surat Kabar Nasional Kompas, Republika, dan Media Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
SIWARATRI ERAWATI
D1208617
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
PEMBERITAAN MEDIA CETAK MENGENAI
KONGRES III PDIP DI BALI
(Studi Tentang Kecenderungan Narasi Pemberitaan Kongres III PDIP 2010
di Surat Kabar Nasional Kompas, Republika, dan Media Indonesia)
Karya :
Nama : Siwaratri Erawati
NIM : D1208617
Konsentrasi : Ilmu Komunikasi
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi pada
jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Drs.H. Pawito Ph.D Drs. Surisno Satrijo Utomo, MSi NIP. 19540805 198503 1 002 NIP. 19500926 198503 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh panitia penguji skripsi program Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hari : Selasa Tanggal : 29 Maret 2011 Tim penguji Skripsi : Ketua : Drs. Mursito, SU NIP. 19530727 198003 1 001 ( ) Sekretaris : Mahfud Anshori, S.Sos. M.Si NIP. 19790908 200312 1 001 ( ) Penguji I : Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002 ( ) Penguji II : Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si NIP. 19500926 198503 1 001 ( )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi, SN, SU NIP. 19530128 198103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Laa Qaula wa laa Quwwata illa billah” Tiada daya dan upaya melainkan atas kekuatan dari Allah semata.
v
“Rasa syukur menjauhkan kita dari segala bentuk Kegagalan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Penulisan Karya Ilmiah ini kupersembahkan dan dedikasikan untuk;
Pengukir jiwa ragaku; Ibu dan Bapak : Mbak Aries, Mbak Wahyu, Panji,
Mas Marsudi & “Little Princess” SaQina
My Former Travellers, Fahmi Affandi
Alhamdulillahirobbil’alamin…beruntungnya Aku memiliki kalian....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat berkarya. Penyusunan skripsi ini
dilaksanakan guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dilatarbelakangi penyajian berita politik yang terkadang memiliki
tendensi keberpihakan. Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana berita
politik disajikan dengan cara yang standar dan berimbang. Tujuannya adalah
untuk melihat obyektifitas media dalam menyajikan berita politik terkait dengan
kongres III PDIP yang merupakan sebuah kongres transisi yang mendapat sorotan
dari berbagai pihak. Skripsi dengan judul PEMBERITAAN MEDIA CETAK
MENGENAI KONGRES III PDIP DI BALI (Studi Tentang Kecenderungan
Narasi Pemberitaan Kongres III PDIP 2010 di Surat Kabar Nasional Kompas,
Republika dan Media Indonesia) dapat selesai dengan segala usaha dan bantuan
banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. Supriyadi, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Drs.H. Pawito Ph.D selaku Pembimbing I, dari beliau penulis
belajar bahwa “Guru yang baik tidak akan melepaskan tangan
muridnya yang lemah”, matur sembah nuwun Pak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Drs. Surisno Satrijo Utomo M.Si. Pembimbing II, terima kasih
sedalam-dalamnya atas awal dan akhir yang baik, & sangat membantu
penulis dalam menentukan arah skripsi.
5. Nora Nailul Amal M.MLED,Hons. Selaku Pembimbing Akademik.
6. Teman-teman angkatan 2008 Jurusan Ilmu Komunikasi Swadana
Transfer atas kebersamaannya selama ini.
Kekurangan datangnya dari manusia dan kesempurnaan milik Allah Swt.
Penulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang
membangun diharapkan untuk kemajuan dan kesempurnaan. Semoga karya
kecil ini dapat berguna bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
Siwaratri Erawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Tiada kata yang dapat Saya Ucapkan selain terima kasih yang sedalam-
dalamnya untuk:
Ibu dan Bapak atas doa, perhatian, kepercayaan dan kebebasannya,
hebatnya menjadi orang tua seperti kalian: Mbak Aries, Mase, Kak Jujuk,
Panji, Saqina Raffa sayang bahagiannya memiliki kalian. Mas fahmi
‘andy’ Affandi as knows as Omimi; stay together ya love!. Semua
Sahabatku khususnya teman-teman Komunikasi Swadana Transfer 2008
FISIP UNS, Pupud:beb..beb…makasih sharingnya yah*, Arwan ’meong’,
Abah Ronny,Icha bull-bull, Titi, Irin, Ezi, Teh Alit, Diky, Iswan, Gunawan,
Adit, Terima kasih untuk keceriaan selama ini. Semua penghuni kos
Kinasih II, especially mbak penok, mbak niken, Achie, Anne, Rina,
Winda, thanks for all, mate!: Kos KM3 Dear Nanche & Dhyna “pejah
gesang ndherek mbak nanche he3x”: Juga beberapa sosok yang
menginspirasi: terimakasih untuk Damar Sinuko (TRANSI7): Juru kunci
pintu gerbang memasuki dunia para “wartawan” & dinamikanya di kota
Semarang, mengajari dengan kasih sayang yang ‘keras’ & darinya penulis
belajar banyak hal bahwa; “Tidak perlu menunggu tua untuk menjadi
senior!”. Terimakasih untuk Een Endang Istanti (METROTV): menjadi
figur yang mengukuhkan idealisme ditengah kesimpangsiuran, mengajari
dengan bersahabat, menjadi tempat menyandarkan lelah serta berbagi
canda & tawa. Pak Teguh Hadi Prayitno (Liputan6 SCTV): sosok yang
cerdas, mumpuni & humoris, mengajari bagaimana berfikir ‘Out Of
Border’, dan pribadi yang kaya akan solusi. Last but nOt least….Matur
sembah nuwun kagem sedoy0 J !!
Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian. Semoga rahmat dan
berkah Allah Swt selalu bersama kalian semua, dan semoga silaturahmi ini
terus sampai nanti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................ i
PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
MOTTO ...................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
ABSTRAK .................................................................................................. xi
ABSTRACT ................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
E. Telaah Pustaka ................................................................................. 10
1. Surat Kabar ................................................................................ 10
2. Berita.. ....................................................................................... 19
a. Pengertian Berita ............................................................ 19
b. Struktur Berita ................................................................ 26
c. Kajian Perspektif Berita ................................................. 31
3. Teori Narasi Berita .................................................................... 35
F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 40
1. Jenis Penelitian .......................................................................... 40
2. Obyek Penelitian ....................................................................... 41
3. Metode Penelitian ...................................................................... 41
4. Jenis Data .................................................................................. 44
5. Validitas Data ............................................................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II DESKRIPSI LOKASI .................................................................. 45
A. Kompas…..…… ............................................................................... 45
B. Republika…… .................................................................................. 54
C. Media Indonesia ............................................................................... 60
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ....................................... 67
A. Penyajian Data ................................................................................. 68
B. Analisis Data ................................................................................... 68
1. Surat Kabar Kompas .................................................................. 71
2. Surat Kabar Republika ............................................................... 109
3. Surat Kabar Media Indonesia ..................................................... 127
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 149
A. Kesimpulan ..................................................................................... 149
1. Kompas …………. ..................................................................... 150
2. Republika……… ....................................................................... 151
3. Media Indonesia….……. ........................................................... 152
B. Saran ................................................................................................ 153
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRAK
Siwaratri Erawati. D1208617. Pemberitaan Mengenai Kongres III PDIP di Media Cetak. (Studi Tentang Kecenderungan Narasi Pemberitaan Kongres ke-III PDIP 2010 di Surat Kabar Kompas, Republika dan Media Indonesia).Ilmu Komunikasi FISIP UNS.
Berita politik memang selalu menarik dan hampir memenuhi ruang dalam
surat kabar, pelaksanaan kongres III Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai sebuah peristiwa yang memiliki daya tarik bagi media massa untuk diberitakan. Berbagai hal yang disoroti ialah, tentang kongres itu sendiri, regenerasi partai, juga sikap politik PDIP yang selama ini menjadi oposan pemerintah. Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana berita politik disajikan dengan cara yang standar dan berimbang. Tujuannya adalah untuk melihat netralitas media dalam menyajikan berita politik terkait dengan kongres ke-III PDIP yang merupakan sebuah kongres transisi yang mendapat sorotan dari berbagai pihak.
Metode penelitian yang digunakan ialah studi dokumentasi (Document Study) dimana penelitian tersebut lebih difokuskan pada analisa data. Data primer diperoleh dari dokumentasi surat kabar Kompas, Republika dan Media Indonesia edisi 29 Maret sampai 10 April 2010. Sementara itu data sekunder diperoleh dari studi pustaka seperti teori yang terinspirasi dari buku New Directions in Political Communications, News and Politic oleh Dennis. K Davis dimana dalam gaya pemberitaan seringkali dipengaruhi oleh perspektif-perspektif, salah satunya yang sesuai dalam konteks ini peneliti menggunakan perspektif Narrative Theories Of News, dimana penyajian berita politik seharusnya sesuai dengan standard dan tidak menimbulkan bias serta terkesan menyerang dan memojokkan pihak tertentu. Peneliti mengambil aspek judul (Headline), Teras berita (Lead), Struktur piramida terbalik, dan substansi berita sebagai unit analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhirnya, menurut hemat penulis berita-berita di ketiga surat kabar nasional Kompas, Republika dan Media Indonesia tersebut sedikit banyak telah memenuhi prinsip dalam perspektif “Narrative Theories of News” dimana berita yang disajikan tidak didominasi oleh berita yang mengandung makna bias terhadap pemberitaan politik, penulis memberikan saran agar baik Kompas, Republika maupun Media Indonesia mampu bersifat netral dan seimbang dengan menyuguhkan fakta-fakta yang sesuai dengan fakta lapangan. Sebagai institusi pers, diharapkan ketiga surat kabar nasional tersebut mampu berperan sebaga sarana pembelajaran politik yang sehat bagi masyarakat melalui berita-beritanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRACT
Siwaratri Erawati. D1208617. Coverage of The Third Congress of PDIP in The Print Media. (Study About Narrative Preaching Trend of Third Congress PDIP 2010 in the newspaper Kompas, Republika and Media Indonesia). Science Faculty of Social Communication. Sebelas Maret University.
Political news is always interesting and almost filled the room in the news
paper. Implementation of the third congress of Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan as an event that has a fascination for the media to the news, in highlighting things is about the congress it self, the regeneration of the party's political stance also PDIP which has been the government's opposition. This study intends to look at how the political news served with a standard and balanced manner. The goal is to see the neutrality of the media in presenting political news, related. The third congress of the PDIP is a transition that gets congressional scrutiny of the various parties.
The research method used is document study in which research is more in focus on data analysis. Primary data obtained from National Newspaper Kompas , Republika, and Media Indonesia edition March 29, until 10 April 2010. Meanwhile, the secondary data obtained from literature such as the theory that inspired the book “New directions in political communications”. News and politics by Denis K Davis where the preaching style is often influenced by the perspectives, one of which is appropriate in the context of the researcher uses theories of news where narrative perspective presents news that should be in accordance with the standards and are not triggered repostase biased and attacking party was impressed particular. Researcher author takes aspects of the title (headline), lead, Pyramid structure, and the substance of the news as the unit of analysis.
Results of research shows that ultimately, writer in the third news story of national newspaper Kompas, Republika, Media Indonesia and is a little more in perspective has fulfilled the principle of "Narrative Theories of news”, where news that at present are not dominated by news that contains meaning of biased reporting on political news, the author provides advice for both compass, Republika and Media Indonesia is able to be neutral and balanced in presenting the facts on the ground, as the institution of the press, in the hope that the three national newspapers are capable of acting as a means of learning a goodness political for society through the news.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Awalnya adalah kata yang dicetak pada halaman kertas oleh mesin
ciptaan John Gutenberg. Inilah peristiwa yang kemudian mengubah Eropa pada
abad ke-15 dan melahirkan komunikasi massa melalui penyebaran informasi atau
apa yang kini disebut dengan “berita” (Kusumaningrat, 2006: 3). Ide surat kabar
sendiri sudah setua zaman romawi kuno dimana setiap harinya kejadian sehari-
hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acra Diurna” yang
berarti kegiatan hari. Kemudian Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak
tersebut maka surat kabar pun mulai diterbitkan.
Dalam perkembangannya, surat kabar berangkat sebagai alat propaganda
politik, lalu menjadi perusahaan perorangan yang disertai kebesaran nama
penerbitnya, perubahan ini memberikan dampak baru ketika iklan mulai
menggantikan sirkulasi sebagai sumber dana utama, maka minat para penerbit
justru cenderung pada masyarakat bisnis. Surat kabar memiliki posisi yang
strategis sebagai media yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan
informasi dengan karakteristiknya yang khas. Surat kabar merupakan jenis media
cetak dan memiliki kelebihan yaitu dapat melipatgandakan publikasi, berupa
informasi dan gambar yang dapat disimpan karena terbit dalam bentuk cetakan,
uraian beritannya pun lebih detail dan mengupas secara mendalam. Surat kabar
juga telah menjadi institusi budaya serta fungsi pengawasan sosial antar bagian
dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya. Pesan yang diproduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dalam surat kabar mempunyai karakteristik yaitu berupa peristiwa yang memiliki
news value (nilai berita) yang merupakan hal aktual atau terbaru, karena publik
menyukai berita-berita yang baru, sehingga karena ingin menyajikan hal yang
aktual sampai ada beberapa perusahaan surat kabar yang terbit sampai dua kali
dalam sehari.
Surat kabar menyampaikan informasi menyoroti segala kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah dan dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial dari
masyarakat kepada pemerintah. Surat kabar harus mempunyai daya tarik sebagai
identitas mereka agar dapat menarik khalayak, dan yang tidak kalah pentingnya
surat kabar harus memiliki kredibilitas dalam menyajikan berita dari sumber-
sumber yang ada. Pada bidang politik, media massa juga berfungsi sebagai bahan
rujukan bagi pemahaman (interpretasi) terhadap peristiwa-peristiwa yang penting.
Informasi media kemudian membentuk pendapat dan akhirnya mempengaruhi
tindakan publik. Dengan kata lain publik menggantungkan pemenuhan kebutuhan
informasi politik pada media massa. Ketergantungan ini akan semakin meningkat
ketika situasi politik berkembang menjadi semakin memanas misalnya ketika
diselenggarakannya pemilihan umum (Pawito, 2009:92).
Pada kenyataannya perihal pemilu bukan hanya menjadi satu-satunya
pemicu suhu politik, ada unsur kegiatan lain berkaitan dengan kepartaian yang
cukup disoroti dalam hal ini seperti kongres, musyawarah nasional (Munas),
maupun mukhtamar dan beberapa agenda besar partai politik yang juga menjadi
peserta pesta demokrasi atau Pemilu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Mencermati fenomena politik yang terjadi selama ini, tampaknya sejarah
politik Indonesia dari dulu hingga sekarang pada hakekatnya adalah sejarah
konflik, baik konflik antar partai maupun intra partai. Ironisnya semua itu terjadi
bukan karena perjuangan elit partai politik untuk menegakkan ideologi partai dan
usaha melakukan pembelaan terhadap rakyat, tetapi karena perebutan jabatan dan
kekayaan. Sebagai suatu wadah dan bentuk partisipasi warga negara yaitu partai
politik, oleh Miriam Budiardjo secara umum dikatakan bahwa partai politik
adalah suatu kelompok yang terorganisai yang anggota-anggotannya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara
konstitusionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka
(Prasetyo, 1992: 33).
Surbakti juga mengungkapkan terdapat beberapa kelemahan partai politik,
yaitu seperti ideologi partai yang tidak operasional sehingga sulit mengidentifikasi
antara pola dan arah kebijakan publik yang diperjuangkan seperti seragamnya
tekad partai politik dalam kampanye untuk memberantas KKN, mengentaskan
kemiskinan, mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja.
Sehingga masyarakat sulit membedakan antara program dan platform yang
menjadi perhatian antara partai islam dan nasionalis, karena semua mengajukan
platform dan program aksi yang hampir sama, yaitu bersifat umum dan normatif.
Organisasi partai politik pun dirasa kurang dikelola secara profesional dan
demokratis, akibatnya partai lebih berperan sebagai organisasi pengurus yang elit
dari pada organisasi yang hidup sebagai gerakan anggota partai itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bahkan tidak jarang partai menjadi representasi dari sang ketua umum dan hal ini
terjadi justru di partai-partai besar seperti Golkar, PDIP, PPP, PAN dan PKB.
Selain itu para elit partai sering menganggap bahwa perbedaan pendapat di dalam
tubuh partai sebagai sesuatu yang masih tabu sehingga sanksi keras seperti
pemecatan menjadi hal yang sudah biasa. Tampaknya siapapun yang memimpin
partai memiliki kecenderungan untuk bersikap otoriter dan sentralis (Rinakit &
Swantoro, 2005: 609).
Media banyak disebut sebagai salah satu dari empat pilar dalam
demokrasi, karena media memiliki kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap
proses sejarah perkembangan politik di Indonesia, seperti agenda politik yang
saat ini baru saja diselenggarakan yaitu Kongres III PDIP yang diselenggarakan di
Bali pada tanggal 6-9 April 2010 lalu, dan merupakan salah satu agenda politik
yang cukup disoroti oleh media massa, baik televisi, radio, maupun surat kabar.
Kongres tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk melakukan pemilihan
ketua umum PDIP yang ketiga kalinya, ketua umum yang menjabat dua kali
periode sebelumnya adalah putri dari Bapak proklamator Indonesia yaitu
Megawati Soekarno Putri yang sekaligus pelopor partai banteng tersebut.
Penyelenggaraan Kongres itu sendiri merupakan acara yang biasa
diadakan oleh partai besar sekelas PDIP untuk melaksanakan pemilihan ketua
umum dan pergantian kepengurusan, namun ternyata antusiasme publik dan
media tertuju pada regenerasi di tubuh PDIP itu sendiri, disaat partai lain seperti
Partai Demokrat yang juga akan mengadakan Kongres dengan bursa kandidat
calon ketua umum yang baru dan mengalami regenerasi pimpinan partai setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pimpinan partainya, Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya terpilih menduduki
kursi RI 1, juga partai Golkar yang memilih Aburizal Bakrie sebagai ketua umum
menggantikan Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI), namun tidak demikian
halnya dengan PDIP yang ternyata Megawati Soekarno Putri akhirnya terpilih
kembali menjadi Ketua Umum PDIP secara aklamasi. Pada saat itu semua media
massa cukup terkonsentrasi pada kongres tersebut dan munculah respon yang
beranekaragam mengenai hasil kongres, karena akhirnya Megawati Soekarno
Putri kembali terpilih sebagai Ketua Umum untuk yang ketiga kalinya serta
pengukuhan konsistensi PDIP sebagai partai oposisi pemerintah.
Haris (2005) mengungkapkan sesungguhnya telah sekian lama terdapat
dilema dalam tubuh PDIP yaitu tuntutan pembaruan yang dilontarkan para elit
politik muda hanya berhenti sebagai wacana saat mereka berhadapan langsung
dengan sosok Megawati sang Ketua Umum, atau sekedar menjadi manuver untuk
masuk gerbong Dewan Pimpinan Pusat. Pada akhirnya hanya segelintir kecil
tokoh partai yang benar-benar berani untuk mengungkapkan penolakannya
terhadap Mega. Mereka yang segelintir itu pun sebagian akhirnya memilih untuk
meninggalkan PDIP dan mendirikan partai baru. Secara umum mereka menantang
untuk menjadi partai oposisi ketika Megawati sempat menjabat kursi Presiden
menggantikan Gus Dur. Belajar dari semua itu seharusnya segenap elit partai,
termasuk Megawati dan seluruh jajaran DPP membuka diri untuk melakukan
pembenahan internal, mengembangkan sikap kepemimpinan yang tidak egois dan
feodal, serta bersedia merangkul semua fraksi yang ada di tubuh partai, jika hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tersebut tidak segera dilakukan maka bisa jadi partai tersebut akan kehilangan
para simpatisanya (Rinakit & Swantoro, 2005: 612).
Uraian tersebut diatas merupakan berbagai bahasan yang mewarnai
pemberitaan kongres III PDIP di Bali dan hal inilah yang menjadi ketertarikan
peneliti untuk meneliti tentang pemberitaan seputar Kongres III PDIP di tiga surat
kabar yang berskala nasional yaitu harian umum Kompas, Republika, dan Media
Indonesia. Organisasi media saat ini secara mandiri menjadi pengendali informasi
yang hendak dipublikasikan atau tidak. Hal ini terjadi karena sedari awal berita
hakikatnya adalah proses negosiasi antara editor, jurnalis dan narasumber. Pada
kegiatan operasional pemberitaan, akhirnya editor dan jurnalislah yang
memainkan peran dominan dalam menafsirkan informasi yang dikemukakan oleh
narasumber. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji tentang pemberitaan Kongres
III PDIP di media cetak nasional Kompas, Republika, dan Media Indonesia, yang
sengaja dipilih oleh peneliti karena ketiganya dianggap cukup mewakili ideologi
satu sama lain, hal lain yang menjadi acuan utama ialah dipilihnya adalah
perpektif teori narasi guna mengamati berita di ketiga surat kabar tersebut dalam
memberitakan satu peristiwa yang sama.
Menyampaikan kebenaran kepada pembaca berarti secara konsisten selalu
mengutamakan pembaca saat menulis berita. Tetapi itu bukan berarti berita hanya
untuk memuaskan opini pembaca. Jika koran dipublikasikan oleh komunitas
tertentu itu bukan berarti koran tersebut hanya mempublikasikan berita yang pro
terhadap kelompok tertentu untuk menarik banyak pembaca. Bertindak konsisten
dan fair berarti mengatakan kebenaran dan tidak berpihak pada satu pihak saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berita yang obyektif dan tidak memihak selalu penting dalam masyarakat yang
bebas. Jurnalisme bukan sekedar mengemukakan fakta, jurnalisme lebih dari
sekedar pemberian informasi namun berita itu sendiri harus menarik, menantang,
dan membuat pembaca lebih nyaman dan paham. Fokus dalam penelitian ini
adalah studi tentang berita yang merujuk dari salah satu perspektif yakni
Narrative Theories of News, dimana dengan perspektif tersebut dapat
diidentifikasi ada atau tidaknya bias reportase baik struktural maupun politik
dalam berita, sehingga berita disajikan berimbang tanpa menimbulkan efek yang
tidak sengaja pada sebuah berita politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dari penelitian ini adalah; Bagaimana kecenderungan-
kecenderungan yang ada pada pemberitaan mengenai kongres III PDIP di Bali
2010 oleh surat kabar Kompas, Republika, dan Media Indonesia terutama
berkenaan dengan aspek judul, lead, struktur, dan substansi berita ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan gambaran tentang
bagaimana kecenderungan narasi pemberitaan Kongres III PDIP di Bali 2010 di
Harian Umum Nasional Kompas, Republika, dan Media Indonesia dengan
menitikberatkan pada judul, lead, struktur, dan substansi yang terdapat pada
pemberitaan tersebut dan berguna sebagai sebuah pemahaman terhadap sosialisasi
praktek-praktek jurnalisme dalam menyajikan berita politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dalam ilmu pengetahuan, manfaat penelitian adalah, data dan informasi
yang diperoleh dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang yang
berkaitan.
2. Membantu untuk melihat sebuah peristiwa melalui teropong mata media
yang berbeda-beda, agar masyarakat dapat melihat sajian sebuah peristiwa
khususnya di media cetak secara holistic (menyeluruh) dan berimbang,
bukan hanya parsial.
3. Sebagai tambahan bahan perbandingan baik secara teori maupun perihal
penelitian berita surat kabar di beberapa media yang sudah ada
sebelumnya dalam menyoroti sebuah peristiwa yang magnitude..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. TELAAH PUSTAKA
1. Surat Kabar
Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers
dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat
kabar. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media cetak dan elektronik,
sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik (Effendi, 2003:90). Sejalan
dengan pernyataan diatas, Kusumaningrat mengatakan bahwa media pers lebih
dikenal dengan media persuratkabaran atau koran dan bentuk-bentuk media cetak
lainnya. Media pers lebih tepat disebut media cetak, sebab pesan dikomunikasikan
melalui bentuk tulisan atau cetakan dan komunikan menerima dengan cara
membacanya. Sedangkan pers dalam arti yang lebih luas adalah yang menyangkut
kegiatan komunikasi media cetak maupun media lain seperti elektronik yakni
melalui radio, televisi maupun internet (Kusumaningrat, 2006:17).
Media cetak terdiri dari berbagai macam jenis yakni, surat kabar, majalah,
tabloid, dan sebagainya. Lebih jelasnya surat kabar menurut Djuroto, adalah
kumpulan berita atau artikel, cerita, iklan yang dicetak dalam lembaran kertas
ukuran plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu sekali. Surat
kabar merupakan media massa yang memiliki karakteristik yang khas, serta dilihat
dari isinya surat kabar selalu menyajikan informasi yang terbaru dan berusaha
menyampaikan fakta-fakta kepada masyarakat (Djuroto, 2004:11).
Pada saat ini meskipun sudah ada media massa modern seperti media
elektronik, baik televisi, radio, dan internet namun peran surat kabar tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tergantikan oleh munculnya media elektronik tersebut. Hal ini terjadi karena surat
kabar memiliki keunggulan, yaitu (Pratikno,1982: 253) :
1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar dapat
memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut.
2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan dan disimpan dan
sewaktu-waktu dapat dibaca kembali.
3. Khalayak tidak terikat oleh waktu.
Dalam pelaksanaanya, pers dinilai memiliki peranan yang besar dalam
pemerintahan, sebagaimana yang dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy, yakni
tentang ciri idealisme pers yang tampak dalam pelaksanaan fungsinya. Bahwa
pers bukan sekedar alat untuk menyebarkan informasi (to inform), mendidik (to
educate), dan menghibur (to entertain), melainkan juga berperan dalam
melaksanakan fungsi mempengaruhi (to influence) dan pengawasan masyarakat
(social control). Kedua fungsi terakhir inilah yang menyebabkan pers mendapat
julukan the fourth estate atau ”kekuasaan keempat” (Effendy, 1986: 109).
Masih berkaitan dengan fungsi pers, selanjutnya Curran dalam Pawito
mengidentifikasi enam fungsi yang dapat diperankan oleh pers dalam
pengembangan Demokrasi (Pawito, 2003: 51):
a) Menyediakan diri sebagai forum untuk debat publik.
b) Mengartikulasi pendapat umum.
c) Memaksa pemerintah untuk apa-apa yang di pikirkan oleh rakyat.
d) Mendidik warga Negara untuk dapat memiliki informasi yang
memadai bagi pengambilan keputusan dalam pemilihan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e) Memberikan kepada publik saluran-saluran komunikasi politik di
antara berbagai kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan
yang berbeda-beda.
f) Membela individu penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh
kalangan eksekutif.
Dari keenam fungsi tersebut Curran kemudian menambahkan dengan
menekankan adanya tiga fungsi pokok yang dapat diperankan oleh pers dalam
upaya pengembangan demokrasi, fungsi tersebut : adalah (a) fungsi informasi (b)
fungsi representasi (c) fungsi membantu mencapai tujuan bersama masyarakat.
Fungsi informasi menunjuk pada tugas pers untuk tidak bertindak sebagai
“penonton” atau pelapor peristiwa-peristiwa yang terjadi tetapi juga dituntut untuk
dapat menumbuhkan kemajemukan pemahaman dan perspektif mengenai
peristiwa atau isu-isu yang berkembang. Sedangkan fungsi representasi,
berkenaan dengan tuntutan pers agar dapat membantu menciptakan kondisi
dimana pandangan dan perspektif yang bersifat alternatif dapat berkembang dan
dapat diperhitungkan sepenuhnya oleh masyarakat kendatipun berasal dari
kalangan minoritas.
Fungsi ini menjadi penting dalam demokrasi karena demokrasi sangat
menjunjung tinggi kesederajatan. Kemudian yang terakhir tidak sekedar sebagai
watchdog, pers dituntut untuk dapat membantu mewujudkan “the common
objective of society through agreement or compromise between opposite groups”
(tujuan bersama masyarakat melalui kesepakatan atau kompromi-kompromi
diantara kelompok yang saling berlawanan). Fungsi ini menuntut pers untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
secara ekstensif mempromosikan dan memfasilitasi prosedur-prosedur demokratik
terutama dalam mengatasi konflik-konflik dan mendefinisikan tujuan bersama.
Kaitannya disini adalah media sebagai pembelajaran demokrasi dan politik
bagi masyarakat sebagai bagian dari sebuah bangsa, selain itu juga sebagai
pendukung eksistensi partai politik di Indonesia yang tidak lepas dari agendanya
untuk mempengaruhi khalayak dengan penyampaian visi, misi, maupun kegiatan
mengusung platform partai politik tersebut ke hadapan masyarakat melalui media
agar masyarakat setidaknya mengetahui, dan pada tahap tertentu terkena dampak
konatif atau behavioural yakni hingga sampai pada tahap memilih partai politik
yang tersebut. Sebaliknya, melalui media pula masyarakat dapat melakukan
pengawasan terhadap kinerja pemerintahan incumbent maupun perkembangan
politik yang ada didalamnya termasuk aktivitas politisi, dan agenda politik yang
sedang berlangsung melalui sorotan media. Karena begitu berartinya peran pers
hingga julukan pers sebagai kekuasaan keempat dirasa pantas disandang. Selain
itu secara lugas kembali diungkapkan oleh Onong Uchjana bahwasanya:
“Pers adalah lembaga kemasyarakatan (Social institusion) yang merupakan subsistem dari sistem kemasyarakatan tempat dia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya (Effendy, 1986:91). Kutipan diatas menunjukkan bahwa pers adalah institusi yang tidak dapat
menopang keberadaannya sendiri melainkan terkait dengan kehidupan masyarakat
sekitarnya, pers itu sendiri ada karena tuntutan masyarakat akan adanya informasi
dan pemberitaan serta kebutuhan untuk mempublikasikan kepentingan kelompok
tertentu walaupun pada hakikatnya media bisa memberitakan apa saja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
memang layak untuk diberitakan. Sejalan dengan posisi pers sebagai institusi,
berikut kutipan mengenai kaitan antara pers dan aktivitas politik, oleh Manuel
Castells dalam jurnalnya yaitu “mass communications and dan politic media”.
“Politics is based on socialized communication, on the capacity to influence people's minds. The main channel of communication between the political system and citizens is the mass media system. Until recently, and even nowadays to a large extent, the media constitute an articulated system, in which, usually, the print press produces original information, TV diffuses to a mass audience, and radio customizes the interaction. In our society, politics is primarily media politics. The workings of the political system are staged for the media so as to obtain the support, or at least the lesser hostility, of citizens who become the consumers in the political market” (Castells, 2007:240).
Politik menurut sosialisasi komunikasi, pada kapasitasnya ialah untuk
mempengaruhi pikiran khalayak. Saluran komunikasi yang utama antara sistem
politik dan masyarakat adalah sistem media massa. Sampai pada saat ini, bahkan
ke ranah yang lebih luas, media menciptakan sistem yang mampu diingat, di mana
pada umumnya, media cetak menghasilkan informasi asli, televisi mewacanakan
informasi bagi pemirsanya, dan radio menyesuaikan interaksi. Dalam masyarakat
kita, politik ialah semata politik media. Bekerjanya sistem politik dijadwalkan
untuk media agar supaya memperoleh dukungan, atau sedikitnya meminimalisir
permusuhan, dari masyarakat yang menjadi konsumen di dalam ranah politik.
Dalam pemberitaan peristiwa yang menyangkut lembaga atau tokoh
tertentu, disadari atau tidak akan membentuk sebuah opini dan akhirnya menjadi
citra yang bakal disandang, baik itu negatif maupun positif. Sejalan dengan itu,
Aceng Abdullah mengatakan, citra positif muncul karena isi pesan yang positif,
dan orang atau lembaganya tentu lebih senang jika diri atau lembaganya muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dalam media massa dalam citra positif. Sedangkan citra negatif muncul karena isi
pesan yang diberitakan adalaha negatif, dan tentu saja setiap orang orang enggan
untuk diberitakan secara negatif (Abdullah, 2004:5). Terlebih bagi sebuah partai
politik, pembentukan citra positif pada lembaganya tentu diupayakan secara terus
menerus agar dapat meraih simpati masyarakat, karena hal tersebut merupakan
pendukung eksistensi sebuah partai disamping tanpa mengabaikan sistem internal
masing-masing partai yang juga harus kokoh, dinamis dan memenuhi tuntutan
para simpatisannya. Sebagai contoh dalam penelitian ini peristiwa yang diolah
oleh ketiga surat kabar nasional, yaitu Kompas, Republika dan Media Indonesia
adalah satu peristiwa yg sama yakni Kongres PDIP III yang diselenggarakan di
Bali 6-9 April 2010. Namun pada prosesnya dari tahap mengumpulkan informasi
hingga ke meja redaksional dan akhirnya dibaca oleh khalayak, tentunya tidak
akan sama persis baik dari judul, penggunaan kata, bahasa, sudut pandang juga
gambar pendukung di masing-masing surat kabar. Tentunya semua itu tergantung
atau disesuaikan pada kebijakan redaksional surat kabar masing-masing.
Pengaruh politik terhadap kehidupan dan perkembangan pers dapat terlihat
dari citra pers, yaitu gambaran tentang realitas pers berdasar kepentingan yang
dilayani. Pers dapat melayani kepentingan politik, memperoleh citra sebagai pers
politik. Menurut A. Muis dalam Redi Panudju, pers politik dapat dibagi paling
sedikit dua tipe yaitu pers sebagai organ partai yang menyuarakan ideologi politik
tertentu (Party directed press). Tipe pertama, adalah pers yang tunduk
sepenuhnya kepada kehendak atau kebijaksanaan partai, dan tipe yang kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
adalah pers yang tidak didominasi oleh partai melainkan hanya mendukung secara
bebas suatu cita-cita politik (Panudju, 2005:20).
Maka dari itu tinggal ditelaah bagaimanakah kecenderungan masing-
masing surat kabar tersebut, apakah termasuk jenis yang pertama atau kedua,
Idealnya sebuah surat kabar haruslah memberitakan peristiwa yang faktual dan
berpihak kepada publik, atau khalayak sebagai pembacanya, apalah gunanya
sebuah surat kabar apabila hanya menyuarakan kepentingan penguasa, media
harus menunjukkan keberpihakannya pada khalayak agar senantiasa mendapat
kepercayaan, kendatipun secara praktek tentu tidaklah mudah karena media
dipegang oleh sekelompok golongan yang memiliki kekuatan modal yang
tentunya besar, walau tidak mungkin bisa melihat fakta secara obyektif tetapi
paling tidak dapat memenuhi harapan masyarakat untuk menyuarakan kebenaran
sampai pada batas tertentu. Seharusnya jenis pers yang kedualah yang dipilih
yaitu pers tidak didominasi oleh partai melainkan hanya mendukung secara bebas
suatu cita-cita politik.
Sekali lagi, media hanya dimiliki dan dikuasai oleh kelompok dominan
tertentu di masyarakat. Akhirnya realitas yang sebenarnya dibentuk untuk
menciptakan kesadaran yang merepresentasikan keberpihakan kelompok
penguasa media. Setiap surat kabar mempunyai perbedaan kebijakan dalam
menyampaikan informasi, hal tersebut tercipta karena harus menyesuaikan dengan
berbagai kepentingan, terutama kepentingan publik sebagai khalayaknya, media
secara moral bertanggungjawab atas opini yang terbentuk dalam masyarakat,
apapun informasi yang dihasilkan seharusnya merupakan representasi peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang berdasarkan fakta. Kemudian menurut Coleman, Morrison dan Svennevig
dalam jurnal berjudul “New Media & Political Efficacy”, menyatakan yakni:
“However, any political intervention in the public space requires presence in the media space. And since the media space is largely shaped by business and governments that set the political parameters in terms of the formal political system, albeit in its plurality, the rise of insurgent politics cannot be separated from the emergence of media space: the space created around the process of mass self communication”.
Bagaimanapun, intervensi politik di ruang publik memerlukan kehadiran
media dan sejak media sebagian besar dipenuhi oleh kepentingan bisnis dan
pemerintahan yang menetapkan parameter pada sistem politik yang formal,
sekalipun dalam keanekaragaman, munculnya pemberontakan politik tidak bisa
dipisahkan dari kemunculan media: dimana ruang tersebut diciptakan pada proses
komunikasi massa itu sendiri. (Coleman, Morrison & Svennevig, 2008: 790).
Kemudian, Menurut Onong Uchjana agaknya istilah “Ich Kenne mein
Volk” yang berarti aku kenal rakyatku dan “Know your audience” yang berarti
kenalilah pembacamu, amat penting untuk diperhatikan oleh wartawan sebagai
ujung tombak dalam media massa karena sasaran tersebut menunjukkan tolok
ukur berhasil tidaknya jurnalistik. Ciri dan sifat media yang melakukan perannya
dalam kegiatan jurnalistik. Juga sangat berpengaruh pada komponen-komponen
proses komunikasi lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berikut ini surat kabar memiliki ciri-ciri (Effendy, 2001: 154-155):
1. Publisitas, adalah bahwa surat kabar dipergunakan secara umum
dengan demikian muatannya harus menyangkut kepentingan umum.
2. Aktualitas, yang dimaksud adalah kecepatan menyampaikan laporan
mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak.
3. Universalitas, merupakan ciri yang menunjukkan bahwa surat kabar
harus memuat aneka berita dari seluruh dunia dan tentang segala
aspek kehidupan manusia.
Dari ciri surat kabar yang dikemukakan diatas nampak bahwasanya surat
kabar telah mampu memenuhi kebutuhan informasi khalayak dengan segala
kelebihannya, walaupun pada aspek Aktualitas, memang tidak sebanding dengan
media elektronik, namun sekali lagi setiap jenis media massa pasti memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kemudian Riyono Pratikno berpendapat, bahwa pada
dasarnya, pekerjaan atau proses di perusahaan surat kabar tidak pernah berubah
walau ratusan tahun lamanya. Sejak dahulu pekerjaan surat kabar adalah mencari
dan mengumpulkan informasi kemudian mengolahnya menjadi berita dan
mencetaknya diatas lembaran kertas. Kalaupun kemudian ada perubahan biasanya
lebih banyak dititikberatkan pada sistem penyampaian informasi dari reporter ke
redaksi,dan hal-hal yang bersifat teknis seperti; tata letak, pengaturan halaman dan
sistem cetaknya (Pratikno, 1982: 9-10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Berita
2.a. Pengertian Berita
Banyak definisi berita atau news yang dapat diketahui dari berbagai
literatur, pada jaman dahulu dikalangan wartawan ada yang mengartikan news
sebagai singkatan dari: North, East, West, South. Berkaitan dengan singkatan
tersebut mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru mata
angin dan laporan dari berbagai tempat di dunia ini.
Pendapat itu tidaklah salah, akan tetapi hanya merupakan salah satu aspek
dari keseluruhan arti berita yang sebenarnya (Effendy, 1986:97). Masih berkaitan
dengan dengan singkatan news diatas, Direktur Institut Jurnalistik di London,
Tom Clarke mengatakan walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya namun
paling tidak definisi tersebut sudah menunjukkan maksudnya, yaitu bahwa berita
ialah ”untuk memuaskan nafsu ingin tahu” pada manusia dengan memberikan
kabar-kabar “dari segala penjuru” (Kusumaningrat, 2009:39). Sejalan dengan itu,
definisi berita menurut Carnley dalam Wonohito 1977, adalah laporan yang
hangat, padat, cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadian itu sendiri.
Dengan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian tidak sama dengan
berita. Berita adalah laporan tentang kejadian, bukan kejadian itu sendiri.
Kejadian baik besar maupun kecil, tidak akan disebut berita kalau kejadian itu
tidak dilaporkan atau disiarkan pers (Mursito,1999: 37).
Kemudian Direktur kantor berita Uni Soviet, TASS. N.G Palgunov,1956
menyatakan bahwa berita harus tidak boleh hanya memperhatikan pelaporan fakta
atau peristiwa ini dan itu saja, berita harus mengejar suatu tujuan yang pasti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
tidak boleh hanya melaporkan fakta dan peristiwa saja, melainkan berita harus
bersifat didaktik dan mendidik (Kusumaningrat, 2009:32).
Dalam prosesnya terdapat 3 aspek penting dalam tahap-tahap penulisan
berita, yakni fakta itu sendiri, news value, dan fit to print. News value adalah
berita yang memiliki nilai berita, yakni berita-berita yang banyak diminati para
pembaca. Jadi yang menentukan bernilainya suatu berita adalah pembaca. Namun
ternyata berita yang news value belum tentu fit to print. News value hanya
berkaitan dengan menarik tidaknya sebuah berita, tetapi fit to print berkaitan
dengan kelayakan informasi yang disiarkan lewat pers (Mursito,1996:29).
Berdasar aspek penting tersebut, berita mengenai Kongres ke-III PDIP di
Bali selain memenuhi news value juga memenuhi unsur fit to print, hal tersebut
karena pemberitaanya banyak diminati masyarakat dan bermanfaat dalam
memberi informasi tentang perkembangan partai politik yakni PDIP, serta
polemik yang menyertainya, pembelajaran juga dapat diambil dari kongres
tersebut yakni, tentang ideologi partai, yang kemudian menyusun platform,
program dan isu yang ditawarkan yang bertujuan untuk memperoleh dukungan
agar suaranya bertambah banyak dan memenangkan pemilu. Proses seperti yang
disampaikan diatas, selain mengandung unsur pendidikan politik, juga sekaligus
membantu terjadinya komunikasi politik yang bermuara pada proses selanjutnya
yaitu partai politik yang kemudian menempatkan para wakilnya dilembaga
legislatif dengan tugas utama yaitu mendengarkan, menampung dan
memperjuangkan aspirasi rakyat (Rinakit &Swantoro, 2005:615).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dikarenakan berita dikonsumsi oleh massa maka berita yang ditayangkan
haruslah memiliki nilai berita, maka berita mempunyai kriteria atau unsur-unsur
nilai berita. Secara umum, kejadian yang dianggap memenuhi nilai berita adalah
yang mempunyai satu atau beberapa unsur di bawah ini (LP3Y, 1990 dalam
Mursito, 1999:39):
a. Significance(penting),yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi
kehidupan orang banyak atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap
kehidupan pembaca.
b. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang
berarti bagi orang banyak atau kejadian yang bila dijumlahkan dalam
angka dapat menarik bagi pembaca.
c. Timeless (waktu), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Kedekatan ini
bersifat geografis maupun emosional.
d. Prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat
dikenal oleh pembaca seperti orang, benda atau tempat.
e. Human Interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan
perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam
situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa.
Bertolak dari nilai berita yang dikemukakan diatas, berita mengenai
kongres III PDIP dipandang memenuhi kelima unsur tersebut, diantaranya adalah
unsur Significance (penting) dan Magnitude (besar) yaitu kongres tersebut
penting dan berpengaruh dalam dunia perpolitikan, baik bagi para elit politik
maupun mengandung informasi yang penting bagi massa partai yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dikatakan menyangkut banyak orang. Lalu unsur Timeless (waktu) juga dapat
dikaitkan, kemudian unsur Prominence (tenar), ialah menyangkut dengan
popularitas baik itu partai, para pengurus partai bahkan ketua umumnya, tidak
dapat dipungkiri PDIP dan sosok Megawati adalah bentuk kepopuleran partai dan
ketua umumnya. Berdasar pada unsur penting, besar, waktu dan ketenaran
tersebut kiranya unsur yang terakhir Human Interest (manusiawi), akan dapat
terbentuk dengan sendirinya, karena pemberitaan mengenai Kongres tersebut
mampu memberi dampak besar bagi khalayak, sesuai dengan kejadian yang
menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa maupun orang besar dalam
situasi biasa yang tentunya tetap penting untuk diberitakan.
Selain beberapa unsur yang dikemukakan diatas, berita harus mampu
menjawab 6 (enam) unsur pertanyaan ; apa, siapa, mengapa, di mana, bilamana,
dan bagaimana. Keenam unsur pertanyaan tersebut biasa di sebut: 5 W + 1 H
(What, Who, Why, Where, When, dan How).
Pertama, ‘apa yang terjadi’ (what) merupakan pertanyaan yang harus dapat
menjawab hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban dalam suatu
peristiwa. Dalam hal ini tindakan tersebut dapat berupa penyebab ataupun dapat
berupa akibat dari suatu kejadian. Kedua, ‘siapa yang terlibat dalam kejadian itu’
(who), dimaksudkan untuk memberikan keterangan fakta yang berkaitan dengan
setiap orang yang terlibat dalam suatu peristiwa. Ketiga, mengapa (apa yang
menyebabkan) kejadian itu timbul’ (why), merupakan jawaban dari latar belakang
suatu tindakan ataupun penyebab suatu kejadian yang telah diketahui. Keempat,
‘di mana kejadian itu’ (where), hal ini berkaitan dengan tempat terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
peristiwa. Kelima, ‘bilamana kejadiannya’ (when), hal ini bersangkutan dengan
waktu kejadian atau kemungkinan-kemungkinan waktu yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut. Keenam, ‘bagaimana kejadiannya’ (how),
merupakan unsur yang memberikan fakta yang yang berkaitan dengan proses
kejadian yang diberitakan (Mursito, 1999:57-60).
Berita juga terdiri dari dua bentuk sesuai dengan sifat pemberitaan, seperti
yang terdapat dalam buku “Catatan-catatan jurnalisme dasar” kategori news
terbagi dalam 2 bentuk, antara lain (Ishwara,2005:58-59):
a. Hard News (Berita Lugas) Berita yang padat berisi informasi fakta
yang disusun berdasarkan urutan yang paling penting, disebut berita
lugas, hard news. Jadi pada awal berita berisikan sari atau inti dari
kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi detail kemudian.
b. Soft News (Berita Halus) Daniel R Williamson, merumuskan bahwa
reoportase dalam bentuk berita halus, seperti feature, sebagai
penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk
menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Penekanan
pada kata-kata kreatif, subyektif, informasi dan hiburan adalah untuk
membedakannya dengan berita yang disampaikan secara langsung
pada berita lugas.
Berita mengenai politik, termasuk dalam berita lugas maka Hard news
oleh Dennis K. Davis disebut dengan berita obyektif memiliki satu kelemahan
yaitu cenderung membosankan, dan yang paling buruk berita tersebut hanyalah
berupa daftar fakta-fakta. Untuk mengatasi masalah ini, wartawan akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengembangkan strategi untuk mendramatisasinya. Akhirnya diterapkanlah
skenario dramatis pada peristiwa yang ambigu atau melebih-lebihkan hal yang
mungkin tersirat dalam suatu kejadian. Sebagai contoh yaitu banyak dari
pemberitaan tentang pemerintahan nasional yang berfokus pada konflik antara
kongres dan presiden. Meskipun bukan distorsi yang jelas dari fakta-fakta untuk
memaksakan skenario seperti itu, hal tersebut dapat menimbulkan kesan bahwa
pemerintah nasional tak berdaya dengan masalah perselisihan partisan. Wartawan
menceritakan kembali peristiwa dengan menyorot elemen konflik, tragedi atau
komedi yang secara selektif dapat ditemukan pada fakta yang belum jelas
(Davis,1990:169).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberitaan tentang kongres
adalah sebuah berita yang berskala nasional namun dapat dipastikan bahwa
apabila berita kongres hanya disuguhkan secara seremonial, maka akan menjadi
berita yang membosankan karena tidak menarik untuk disimak, wartawan
kemudian mencari celah dan analisa yang lebih beraneka ragam dalam melihat
fakta yang ada, dalam beberapa berita yang diperoleh dari proses klipping surat
kabar baik Kompas, Republika maupun Media Indonesia, wacana konflik yang
dikembangkan media pun beraneka ragam, yaitu seperti adanya keputusan dari
partai untuk tidak mengundang presiden RI dalam pembukaan kongres III PDIP di
Bali, kemudian wartawan mengkaitkannya dengan sikap PDIP yang oposan
terhadap pemerintah juga masalah konflik personal Ketua umun PDIP Megawati
Soekarno Putri dengan Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono di masa lalu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dugaan-dugaan semacam itulah yang disampaikan dan diuraikan agar
berita kongres menjadi tidak membosankan dan memiliki daya tarik, Terdapat
dramatisasi didalamnya seolah publik disuguhi cerita drama bersambung antara
pemerintahan dengan parta politik oposisi seperti PDIP. Setelah dikaitkan dengan
pemerintah, hal lain yang tak kalah menarik adalah dihembuskannya dugaan
persaingan pencalonan wakil ketua umum PDIP antara kedua anak Megawati
Soekarno Putri yaitu Puan Maharani dan Prananda Prabowo, walaupun hal
tersebut sudah dibantah oleh Taufik Kiemas, yaitu Suami dari Ketua umum PDIP
tersebut, namun wartawan tetap mengkaitkan hal tersebut dengan latar belakang
bahwa mereka lahir dari ayah yang berbeda sehingga ada kesan terjadinya
persaingan menduduki posisi “putra mahkota” dinasti trah Soekarno di tubuh
PDIP.
Dalam berita mengenai Kongres III PDIP di Bali 6-9April 2010 pada
ketiga surat kabar nasional yakni Kompas, Republika dan Media Indonesia,
periode 29 Maret –10 April 2010 ini bahasa tidak hanya mampu mencerminkan
realitas tetapi juga mampu menciptakan realitas. Pilihan kata dan cara penyajian
menentukan realitas yang terbentuk dan makna yang ditimbulkannya. Berita
mengenai kongres III PDIP di Bali 6-9April 2010 tentu bukan peristiwa yang
biasa saja mengingat PDI Perjuangan bukan partai kecil, dan sikapnya yang selalu
oposisi terhadap pemerintah menjadi magnet tersendiri untuk diberitakan di media
kelas nasional seperti Kompas, Republika dan Media Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2.b. Struktur Berita
Gaya penulisan piramida terbalik ialah bentuk yang paling dasar dari
penulisan berita lugas, hal tersebut muncul karena adanya keterbatasan ruang.
Jika berita terlalu panjang dan tidak sesuai dengan spot yang disediakan dalam
satu halaman maka ia harus segera dipotong, biasanya dari bawah keatas. Jadi
penting bagi wartawan untuk menulis berita berdasarkan arti pentingnya, agar
editor bisa memotong bagian yang paling tidak penting dari bawah. Dalam bentuk
piramida terbalik, berita pada bagian atas ditampilkan lebih penting dibandingkan
dengan bagian bawahnya. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama
oleh media, sedangkan Lead atau paragraf pembuka dari sebuah berita yang
biasanya mengandung unsur kepentingan yang tinggi.
Berita mengikuti urutan tertentu berdasarkan arti pentingnya, yang paling
penting terdapat pada awal berita, dan yang kurang penting diletakkan di belakang
(Passante, 2008:35). Seperti dapat dilihat pada bagan dibawah ini;
Piramida Terbalik
Berita dimulai dengan teras berita yang sangat bagus
Nutgraf (Ringkasan berita dan sedikit konteks)
Hal-hal penting diletakkan disini
Hal yang kurang penting
Tak penting sama sekali
Bisa untuk dibuang
Sering dibuang
Buang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Selain berdasarkan pada tingkat kepentingan informasi, maka gaya
penulisan piramida terbalik ini juga terdiri dari unsur yang membentuknya yaitu,
adanya judul, lead, body dan penutup. Berikut visualisasi bagan yang dikutip dari
buku “Penulisan Jurnalistik” (Mursito, 1999: 63).
Model Piramida Terbalik
Sejalan dengan bagan diatas menurut DJa’far H. Assegaff, untuk lebih
dapat memahami gaya penulisan berita yang disebut “bentuk piramida terbalik”,
penting sekali dikenali anatomi berita, yakni bagian-bagian yang membentuk
sebuah berita. Bagian pertama yang dijumpai ialah judul berita (headline), baris
tanggal (dateline), teras berita (lead atau intro) dan kemudian barulah tubuh
berita. Judul berita (Headline) berfungsi menolong pembaca untuk cepat
mengenal kejadian-kejadian yang diberitakan. Fungsi lainnya adalah dengan
teknik grafika yaitu tipe-tipe huruf, judul berita, untuk menonjolkan berita tadi,
untuk dapat lebih menarik orang untuk membacanya (Assegaff, 1982:50).
Pada berita lugas, wartawan ingin menyampaikan informasi penting. Maka
lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus peristiwa atau
ringkasan apa yang terjadi karena itu disebut pembuka ringkasan (Summary
Lead). Pembukaan ini harus didukung oleh penjelasan yang isinya memperkuat
JUDUL
LEAD
BODY
PENUTUP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
informasi dalam pembuka, misalnya pernyatan-pernyataan atau kutipan yang
menjelaskan masalah utamanya dan keterangan-keterangan lain yang berhasil
digali wartawan (Ishwara, 2007: 117). Sejalan dengan pemahaman yang
dikemukakan diatas, Mursito mengungkapkan bahwasanya kegiatan menulis lead
merupakan pekerjaan yang tersulit. Lead adalah bagian terpenting dan paling
menonjol, serta merupakan inti dari keseluruhan berita. lead menonjolkan bagian-
bagian penting secara ringkas, dan ia bertugas “merayu” pembaca agar membaca
berita tersebut. Ia menjadi “etalase”, wajah depan dari sebuah berita. Kadang-
kadang lead memuat keseluruhan unsur 5W+1H yakni apa, siapa, dimana,
bilamana, mengapa, dan bagaimana, jenis lead semacam ini berusaha merangkum
intisari seluruh berita (Mursito, 1999: 63).
Selain gaya penulisan berita piramida terbalik, dilatarbelakangi proses
benturan antara media cetak (terutama surat kabar) dan media elektronik yang
mengakibatkan surat kabar harus berupaya keras untuk tetap dapat menyajikan
berita dengan cara yang menarik. Saat ini karena kalah cepat dengan media
elektronik maka fokus berita di surat kabar telah bergeser dari ‘apa’ (what news)
ke ‘mengapa’ (why news) dan agar menarik, berita kemudian disajikan dengan
gaya penulisan feature. Status feature mengalami transformasi pada tahun 1960-
an ketika para editor sadar bahwa feature menawarkan jalan bagi surat kabar
untuk bisa memberikan berita kedalaman dan konteks yang sering tidak dijumpai
pada jurnalisme elektronik. Setelah sebelumnya hanya menjadi selingan, lambat
laun feature dalam surat kabar mengalami kematangan yakni ditempatkan
dihalaman muka dengan berita-berita yang penting dan hangat serta menjadi suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bentuk penulisan berita yang diberi kedalaman, arti, dan perspektif. feature
menganalisis, menginterpretasi, dan menyajikan latar belakang dari suatu isu
penting menjadi prosedur standar dari banyak surat kabar. Struktur feature bersifat
organik, ada permulaan cerita, pertengahan, serta penutup, dan semua bagian erat
saling berhubungan. Feature memiliki standar kontinyuitas yang tinggi dan
merupakan proses organik dimana topik-topik yang berhubungan dipersatukan
dan menjadikannya sesuatu yang koheren. Kontinyuitas yang demikian
mengharuskan penulis menaruh perhatian seksama pada detail yaitu pada
ketrampilan dan transisi yang halus, ritme pada kutipan Tidak ada peralihan
mendadak seperti yang banyak ditemui dalam penulisan berita, langsung.
Kemudian perbedaaan antara feature dengan berita piramida terbalik ialah pada
bagian penutup. Berita, dapat dipotong dari bawah keatas sesuai dengan tingkat
kepentingannya, dan feature tidak dapat dipotong (Ishwara, 2007: 137-141).
Bentuk dari feature terdiri dari berbagai macam, salah satunya narasi yang
menurut ahli bahasa Gorys Keraf, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu
peristiwa yang telah terjadi dengan menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan
yang dirangkai dalam urutan waktu serta berusaha menjawab pertanyaan,
memiliki nilai estetika, menekankan susunan secara kronologis (Keraf, 2000:136).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Susunan berita yang benar adalah penting, tetapi masih ada lagi yang tidak
kalah penting dan sering ditemukan dalam penulisan berita yakni; kutipan,
transisi, sumber alternatif, dan ending (penutup).
a. Kutipan adalah cara yang bagus untuk mendukung data atau menambah
warna berita tanpa harus merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal
tersebut dengan kata lain wartawan mendapatkan opini dari luar yang
merupakan sisi lain berita yang mendukung apa yang ditulis wartawan
dalam berita, namun tidak boleh mengulang-ulang informasi yang dengan
menggunakan kutipan. Kutipan bisa dipakai untuk memberi penegasan dan
elaborasi (Passante, 2008:38).
b. Transisi, memudahkan pembaca berpindah dari satu poin ke poin yang
lain, tanpa perubahan mendadak dalam perpindahan informasi atau
pemikiran. Setiap kali wartawan membuat poin baru atau menyebutkan
fakta baru, hendaknya diawali dengan transisi atau kata penghubung,
hindari transisi mendadak yang kasar dan tidak memiliki hubungan dalam
informasinya. (Passante, 2008:39).
c. Ending, pada poin tertentu berita harus diakhiri meskipun memang berita
harus diakhiri saat tidak ada lagi hal yang perlu untuk ditulis, wartawan
yang baik akan mengakhiri tulisannya dengan sebuah poin penting
(Passante, 2008:40).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2.c. Kajian Perspektif Berita
Dalam melihat sebuah peristiwa, pandangan setiap orang tentu tidaklah
sama, apalagi dengan media yang memiliki latar belakang kepentingan yang
berbeda, cara pandang terhadap suatu peristiwa pun pastilah berbeda. Obyek yang
dilihat sama namun tetap saja perspektifnya dapat meraneka ragam. Seperti cerita
menarik tentang seorang Pendeta, ahli Geologi, dan seorang Koboi, yang tentu
memiliki latar belakang yang jauh berbeda dan pada saat yang sama mereka
berdiri di Grand Canyon. Pendeta tersebut berkata “Suatu Keajaiban dari
Tuhan”, lalu sang ahli Geologi mengatakan; “Suatu keajaiban dari ilmu
pengetahuan” sedangkan sang Koboi berkata; “Suatu tempat yang cocok untuk
menggembalakan sapi” (Ishwara, 2007: 42).
Cerita tersebut menarik untuk dijadikan contoh, mereka berdiri di waktu
dan tempat yang sama, namun mereka mengungkapkan kalimat yang berlainan
walaupun pada akhirnya dapat disimpulkan hal yang sama yaitu kekaguman
mereka terhadap Grand Canyon, bertolak dari analogi yang dikemukakan, hal
tersebut tidak jauh berbeda dengan pemberitaan Kongres III PDIP yang soroti
oleh ketiga media yang bebeda latar belakang baik ideologi, dan kebijakan. Hal
tersebut tentu saja akan menghasilkan berita yang berbeda, baik dari segi grafis,
penggunaan bahasa, diksi (pilihan kata) dalam penyusunan naskah serta
pengarahan isu walaupun bersumber pada tema yang seragam. Dari keberagaman
latar belakang itulah, maka terciptalah keanekaragaman pesan yang kemudian
disampaikan oleh media massa dalam hal ini surat kabar dapat dipersepsikan
berbeda-beda oleh pembaca atau dengan kata lain berita yang disajikan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
media massa menimbulkan berbagai macam perspektif dan menunjukkan
obyektivitas tiap media dalam pemberitaan.
Dalam masalah obyektivitas, pendekatan perspektif berita merupakan
kajian yang layak untuk dijadikan pendekatan dalam mengamati berita kongres
sebuah partai yang merupakan berita politik. Seperti beberapa perspektif yang
dikemukakan oleh Dennis K. Davis dalam bukunya New Directions In Political
Communications, dalam buku tersebut Davis mengemukakan 5 perspektif berita
yang muncul dalam dua dekade terakhir ini. Perspektif berita tersebut adalah
sebagai berikut (Davis, 1989: 157-172):
1. The British Cultural Studies Perspective
Perspektif ini dikembangkan di Universitas Birmingham pada 1960 dan
1970-an. Pendekatan dari perspektif ini adalah pada paham Neo-Marxist
yang menunjukkan hubungan antar media massa dan politik. Media
dianggap sebagai Consciousnes Industry yang memberikan dukungan pada
politik status quo dengan memberikan perhatian kepada publik dan
akhirnya mampu mempengaruhi opini publik.
2. The Social Construction Of Reality Perspective
Perspektif yang memiliki pengaruh penting yang kedua dalam penelitian
berita secara modern. Teori ini menunjukkan adanya makna ambigu pada
pemberitaan yang pada akhirnya mempengaruhi opini publik. Dalam
perspektif ini terdapat dua teori terkemuka dalam pendekatan konstruksi
realitas yaitu agenda setting theory dan spiral of silence. Teori agenda
setting mengasumsikan bahwa cara media memberikan prioritas pada isu-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
isu tertentu berpengaruh secara langsung terhadap pemberian prioritas
oleh khalayak mengenai isu-isu yang berkembang. Dengan kata lain,
agenda media berpengaruh terhadap agenda khalayak (McCombs dan
Shaw (1972, 1977). Pendekatan ini merupakan revitalisasi dari pandangan
Mazhab Chicago yang banyak menggunakan konsep-konsep dari tokoh-
tokoh seperti Mead dan Blumer. Pengembang teori konstruksi realitas
sosial seperti Berger dan Luckman, memberikan kontribusi mengenai
konsep pengkonversian dan pelembagaan nilai. Goffman merintis
penggunaan istilah framing yang kemudian menjadi titik awal
berkembangnya tehnik analisis framing.
3. Research On News Organizations
Disini dikemukakan teori bahwa semua berita adalah komoditas komersial
yang dikemas untuk dipasarkan kepada kemungkinan terluas khalayak.
Berita sudah dikembangkan seperti produk komoditas media dan disusun
sesuai dengan standarisasi yang spesifik, diproduksi oleh pekerja praktek
secara rutin dan dipasarkan sesuai target khalayak.
4. Narrative Theories Of News
Teori narasi berita yang berpandangan tentang pembelajaran struktur
berita yang standar. Hal ini diperlukan untuk menjamin obyektivitas berita
yang disajikan. Teori ini menyimpulkan bahwa ada kerangka kerja untuk
membuat laporan dari sebuah kejadian yang mungkin akan menjadi bias
dan memiliki efek yang tidak sengaja pada pemahaman berita politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
5. Agenda Building: Narrative and Preceived Reality
Pespektif Agenda Building menggabungkan dua paham teori narasi dan
konstruksi realitas sosial. Pendekatan ini disebut dengan Agenda Building
yang menggabungkan struktur narasi berita untuk mengubah opini publik.
Dari kelima perspektif tersebut, penelitian ini menggunakan perspektif
Narrative Theories of News yang merupakan pendekatan teoritik narasi berita
yang mencermati struktur berita yang standar yang diperlukan untuk untuk
menjamin obyektivitas berita yang disajikan. Teori tersebut mengatakan bahwa
laporan dari sebuah peristiwa mungkin dapat menimbulkan makna dengan
kecenderungan tertentu, sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak sengaja
berlainan pada pemahaman berita politik yang disajikan oleh media massa.
Perspektif narasi dalam studi tentang berita belum banyak dipergunakan
dalam penelitian kendati memang sudah ada beberapa misalnya penelitian oleh
Wahyuriyanti (2006), berjudul: “Studi tentang Penulisan Berita Terorisme
Harian Kompas” penelitian ini mencermati pemberitaan mengenai terorisme di
Kompas selama periode 1-30 November 2005, dengan menitikberatkan pada
aspek-aspek judul, lead dan struktur penulisan berita. Penelitian ini sampai pada
kesimpulannya bahwa koran Kompas dalam menyajikan berita terorisme masih
sesuai dengan prinsip perspektif teori narasi. Selain itu juga penelitian oleh Prof.
Pawito Ph.D (2010) yang berjudul “Pemilihan Umum, Media Massa,
Pembangunan Demokrasi: Studi tentang Indonesia Periode Pemilihan Umum
Legislatif 2009”, yang mencermati pemberitaan kampanye Pemilihan Umum di
Indonesia, di beberapa media cetak nasional seperti Kompas & Jawapos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penelitian tersebut sampai pada kesimpulan yaitu media massa di Indonesia
selama periode kampanye pemilihan umum legislatif 2009, ditemukan bias yang
bersifat struktural atau bias karena keterbatasan ruang media, namun sampai pada
tingkat tertentu menunjukkan upaya masih berpegang teguh pada prinsip tersebut.
Berpijak pada penelitian yang dikemukakan diatas, maka peneliti ingin
mengembangkan kajian teori narasi dalam pemberitaan politik namun diterapkan
pada tiga surat kabar Nasional yaitu Kompas, Republika, dan Media Indonesia.
3. Teori Narasi Berita (Narrative Theories of News)
Dalam praktek jurnalistik seringkali terjadi hal yang mengecewakan jika
dilihat dari kepentingan publik, yaitu terjadinya bias reportase. Bias itu sendiri
terwujud dalam dua jenis yaitu bias struktural dan bias politik, bias struktural
merupakan bias pemberitaan terkait dengan kecenderungan yang disebabkan oleh
keterbatasan media (media contraint) atau karena pertimbangan jurnalistik
tertentu bahwa persoalan tertentu diyakini lebih diminati khalayak ketimbang
peristiwa lainnya sehingga laporan-laporan pemberitaan lebih banyak tertuju pada
peristiwa atau persoalan yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan
bias politik ialah bias keberpihakan dalam pada itu lebih menunjuk karakter
keberpihakan media terhadap ideologi, kelompok, partai politik, dan kepentingan-
kepentingan serta gagasan-gagasan politik tertentu (Pawito, 2009:125).
Sejalan dengan itu Christoper Passante mengatakan, bias merupakan
kecenderungan berita berdasarkan opini seseorang, keyakinan atau perasaan
seseorang. Koran yang baik tidak boleh bersikap bias, bahkan sesuatu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menimbulkan emosi harus ditangani dengan hati-hati (Passante 2008:28). Bias
dapat terjadi karena berbagai faktor termasuk adanya keterbatasan ruang, waktu,
keterbatasan sumber daya terutama reporter dan editor, serta kemungkinan
keberpihakan media melalui orang-orang media yang bersangkutan dan telah
membuka peluang bagi wartawan maupun media itu sendiri untuk di kritisi.
Seperti yang diungkapkan (Paul Johnson dalam Pawito 3009:131),
Mengatakan bahwa ada 7 kesalahan yang olehnya disebut sebagai 7 dosa yang
fatal (seven deadly sins) yang sering dilakukan oleh media, yakni sebagai berikut:
a. Melakukan Distorsi. Media massa sengaja atau tidak telah banyak
melakukan distorsi terhadap realitas, dan kebenaran seringkali
terkalahkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang menyebabkan
distorsi terjadi.
b. Memberikan kesan keliru. Media seringkali terhanyut dalam
memberikan kesan keliru kepada khalayak dalam pemberitaan yang
mengarah kepada penciptaan dan pengukuhan stereotype. Media
selayaknya bekerja seperti kaca bening dimana khalayak dapat melihat
kebenaran.
c. Mencuri Privasi. Ikut mencampuri urusan pribadi merupakan
kesalahan paling buruk yang dilakukan oleh media massa pada saat ini
dan tampaknya masih akan terus berkembang. Pada dasarnya setiap
manusia memiliki privasi. Tapi media kadang mengabaikan hal itu
seperti adanya tindakan merekam pembicaraan telepon, memotret
diam-diam hal-hal pribadi, menyebutkan identitas pribadi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terang-terangan untuk suatu pemberitaan yang sensitif atau sangat
pribadi dan tidak menggunakan prinsip impersonasi.
d. Pembunuhan Karakter. Media massa melalui pemberitaan, karikatur
maupun talkshow sering digunakan untuk menghancurkan karir dan
citra seseorang atau mungkin kelompok.
e. Eksploitasi seks. Demi meningkatkan tiras atau rating, media massa
seringkali memberikan kesan kuat mengeksploitasi seks. Untuk
Kepentingan ini, media mengemas erotisme dan seksualitas kedalam
paket pesan gosip para selebritis, “seni”, dan mode.
f. Meracuni pikiran anak-anak. Media seringkali menyuguhkan acara
yang tidak mendidik. Hal ini dapat dicermati melalui berbagai
tayangan yang kental bernuansa konflik dan kekerasan.
g. Penyalahgunaan Kekuasaan. Editor seringkali berfikir bahwa mereka
memiliki kewenangan untuk melakukan “eksekusi” terhadap kasus-
kasus yang berkembang melalui pemberitaan terhadap kasus-kasus
bersangkutan yang kemudian dapat membawa dampak pada
bekerjanya sistem pemerintahan dan sistem politik seperti tindakan
wartawan yang kurang profesional seperti menyalahgunakan
kekuasaan dengan meminta imbalan (uang amplop) atas reportase
yang mereka lakukan.
Seperti yang kita ketahui bahwasanya dewasa ini, laju pemberitaan media
terkadang sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Banyak sekali terjadi pelanggaran
hak terhadap subyek yang diberitakan, terutama dalam hal pelanggaran privasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dan mendiskreditkan pihak tertentu tanpa adanya keputusan yang legal seperti
pengadilan hukum dan sebagainya. Media terkadang menghakimi atau menaikkan
pamor pihak lainnya dengan unsur persuasifnya. Hal demikian seringkali
menimbulkan ketidakpuasan bagi kalangan tertentu dalam masyarakat yang
menjadi subyek pemberitaan, terutama ketika karakter pemberitaan cenderung
tidak memenuhi standar professional pemberitaan yang meliputi tiga hal pokok
yaitu (Pawito, 2009:130):
a) Kejujuran, yaitu tidak membohongi publik, dalam praktek jurnalistik
hal tersebut dapat diupayakan dengan mengutamakan objektivitas
pemberitaan, yaitu tidak ada manipulasi dan tidak ada pencampur
adukan antara fakta dan opini.
b) Keakuratan, yaitu menunjuk pada sifat benar dan memadai, mulai dari
data yang disajikan, penulisan (angka dan ejaan), sajian kutipan
pemberitaan baik itu langsung maupun tidak langsung.
c) Keseimbangan, memiliki arti tidak ada tendensi berpihak, yang karena
itu berita diharapkan ditulis secara adil, misalnya cenderung
memberikan ruang atau waktu bagi pihak yang saling berbeda
kepentingan atau berselisih paham.
Pendekatan teori narasi berita ini sengaja dipilih karena teori ini
berpandangan bahwa sosialisasi praktek-praktek jurnalisme melibatkan
pembelajaran mengenai struktur berita yang standar yang dapat diterapkan sebagai
perangkat informasi yang faktual. Hal ini diperlukan untuk menjaga obyektivitas
pemberitaan sekaligus melakukan seruan kepada khalayak yang beranekaragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
guna menghindari pemberitaan yang bersifat memojokan dan menyerang. Dengan
kata lain perspektif narasi berita memberikan kontribusi bagi pemberitaan dan
lebih menekankan pada struktur-struktur berita yang profesional dan etis
sehingga dapat mendorong media untuk pemberitaan yang lebih obyektif dan
berdasarkan fakta. Berbagai persoalan termasuk struktur pemberitaan hard news
seperti misalnya dalam hal etika pemberitaan, dramatisasi berita, personalisasi
berita, obyektivitas berita menjadi sub bagian dalam perpektif teori narasi ini
(Davis, 1989: 167). Masih mengenai narasi, Bennet & Edelman 1985
mengungkapkan bahwa teori narasi merupakan proses sosialisasi dalam praktik
jurnalistik yang melibatkan pembelajaran pada muatan yang standar dalam
struktur sebuah cerita yang dapat digunakan untuk mengatur tentang informasi
yang faktual (Davis, 1990:167). Pada intinya, hal yang terpenting ialah peran
media sebagai pihak yang bertugas memberikan informasi yang akurat dan
berimbang sehingga khalayak dapat mengambil keputusan berdasar pada
kesimpulan yang mereka ambil setelah membaca berita yang obyektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-
penjelasan (explanation), mengkontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan
prediksi-prediksi, atau untuk menguji teori apapun; tetapi lebih dimaksudkan
untuk mengemukakan gambaran, pemahaman (understanding) mengenai
bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi (Pawito,
2008: 35).
Dengan kata lain pijakan analisis dan penarikan kesimpulan dalam
penelitian komunikasi kualitatif menurut Pawito adalah kategori-kategori
substansif dari makna-makna, atau lebih tepatnya adalah interpretasi-interpretasi
terhadap gejala-gejala yang diteliti yang pada umumnya memang tidak dapat
diukur pada bilangan, dari sisi ini maka dapat dikatakan bersifat (interpretative)
dan setidaknya sampai pada tingkat tertentu dapat bersifat subyektif (Pawito,
2008:38). Kemudian analisis data dalam penelitian kualitatif dikembangkan
dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap data,
menafsirkan (Interpreting), atau mentransformasikan (Transforming) data ke
dalam bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansa
proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan final (Pawito, 2007: 101).
Dalam penelitian kualitatif kesimpulan yang dihasilkan pada umumnya
tidak dimaksudkan sebagai generalisasi, tetapi sebagai gambaran interpretif
tentang realitas atau gejala yang diteliti secara holistik atau menyeluruh dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dalam seting tertentu. Terkandung arti bahwa temuan apapun yang dihasilkan
pada dasarnya bersifat terbatas pada kasus yang diamati. Oleh karena itu prinsip
berpikir induktif lebih menonjol dalam penarikan kesimpulan (Pawito, 2007:102).
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian merupakan seluruh data yang diperoleh sebagai data
penelitian. Obyek dalam penelitian ini yaitu seluruh berita tentang Kongres III
PDIP di Bali yang diselenggarakan pada tanggal 6-9 April 2010 di tiga surat kabar
nasional yaitu Kompas, Republika dan Media Indonesia. Rentang waktu yang
digunakan adalah pada tanggal 29 Maret s/d 10 April 2010, sesuai dengan
dimuatnya pemberitaan tentang kongres tersebut di ketiga surat kabar.
3. Metode Penelitian
Studi dokumen yang sering disebut sebagai analisis dokumen (Document
Analysis) yang dipahami sebagai upaya sistematis untuk mengumpulkan data dari
sumber-sumber tertentu yang dapat dinilai sebagai dokumen baik dalam bentuk
cetakan (suratkabar, majalah, surat-surat, atau arsip dan buku-buku) maupun hasil
rekaman suara dan gambar seperti film dan siaran televisi atau radio serta
dokumen-dokumen lain seperti peraturan perundangan dan catatan-catatan atau
memoir yang kemudian data tersebut dianalisis untuk dapat dibuatkan interpretasi
serta kesimpulan-kesimpulan terhadapnya. (Bowen 2009:1 dalam Pawito 2010: 3)
mengatakan mengenai studi dokumen sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
“Document Analysis is a systematic procedure for reviewing or evaluating documents both printed and electronic (computer-based and Internet Transmitted) material. Like other analyctical methods in qualitative research, document analysis requires that data be examined and interp[reted in order to elicit meaning, gain understanding, and develop empirical knowledge…..Documents contain text (words) and images that have been recorded without a researcher’s invention”.
Bertolak dari pemahaman seperti yang dikemukakan diatas maka dalam
penelitian ini, studi dokumen yang terutama bertujuan sebagai pemanfaatan
sumber-sumber berupa arsip surat kabar sebagai sumber data yang kemudian
diambil yang relevan dalam kaitannya dengan Kongres III PDIP di Bali tahun
2010 untuk kemudian dianalisis. Bahan-bahan dokumen yang dimaksud adalah
suratkabar Kompas, Republika dan Media Indonesia pada kurun waktu dimuatnya
berita Kongres yaitu 29 maret s/d 10 april 2010. Tujuan dari penggunaan metode
studi dokumen ini adalah untuk menemukan dan mengumpulkan data yang dapat
membantu upaya menyajikan gambaran serta pemahaman mengenai kongres III
PDIP serta kecenderungan penyampaian berita pada media massa.
Metode studi dokumen agak berbeda dengan metode analisis isi (content
analysis), terutama dalam pengertian analisis isi secara konvensional yang
biasanya lebih berkonsentrasi pada isi media (media content) bahkan biasanya
menekankan pada isi pesan yang bersifat nyata (manifest content of the media)
sebagaimana dikemukakan oleh Berrelson (Stempel III, 1981:119-131 &
Kripendorff, 1980:21 dalam Pawito 2009). Studi dokumen sebagai suatu metode
ilmiah yang bukan hanya mengkaji kandungan isi pesan tetapi juga cara-cara yang
digunakan media dalam menyampaikan isi pesan. Studi dokumen dapat dikatakan
lebih bersifat interpretif sementara analisis isi (Content analysis) lebih bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
obyektif. Definisi mengenai analisis isi dari Bernard Berrelson yang kerap kali
dikutip oleh para peneliti bahkan menjelaskan data obyektif ini dengan rumusan
bahwa analisis isi sebagai metode lacakan ilmiah, merupakan “a research
technique for the objective, systematic, and quantitative description of the
manifest content of communication” (Stempel III, 1981:120 dalam Pawito 2009).
Studi dokumen pada dasarnya memiliki karakter yang fleksibel dalam
mengumpulkan dan menganalisis data, bersifat interpretatif dalam mencermati
kandungan isi dan sekaligus juga cara penyajian pesan. Studi dokumen dapat
digunakan untuk mencermati segala sesuatu yang dapat dinilai sebagai bahan
dokumen apapun bentuknya tidak hanya terbatas pada media massa saja. Secara
ringkas proses analisis data penelitian ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
jabaran langkah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan berupa koran yang memuat
berita Kongres III PDIP 2010 di Bali (29 Maret s/d 10 April 2010)
2) Dengan Document Analysis, kemudian menganalisa dengan
melakukan interpretasi tiap berita pada unit analisis yang telah
ditentukan yakni pada aspek judul, lead, struktur dan substansi.
3) Membuat Kesimpulan
Kesimpulan umum dalam penelitian ini akan ditarik dari hasil
analisis data yang telah disebutkan diatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu berupa data
primer dan data sekunder.
a) Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber informasi
dalam hal ini adalah surat kabar bersangkutan, yaitu rekap kliping
berita Kongres III PDIP di Kompas, Republika dan Media Indonesia
Edisi 29 Maret s/d 10 April 2010.
b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan menggunakan buku-
buku pendukung teori serta dokumen yang masih linear dengan topik
bahasan, dalam bentuk seperti; buku, artikel, jurnal, internet dsb.
5. Validitas Data
Penelitian selalu bertujuan agar data yang dikumpulkan bersifat valid.
Triangulasi data merujuk pada upaya peneliti untuk mengakses pada sumber-
sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan
yang sama. Triangulasi merupakan hal yang krusial dalam pengumpulan data.
Langkah triangulasi lebih merupakan upaya untuk menunjukan bukti empirik
dalam meningkatkan pemahaman terhadap realitas atau gejala yang diteliti.
Terkadang ditemukan bahwa data dalam penelitian kualitatif itu bersifat sejalan
(consistent), tidak sejalan (inconsistent), atau bahkan bertolak belakang
(contradictory) ketika diuji dengan data lain. Dengan cara seperti ini peneliti
kemudian dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam
perspektif) mengenai gejala yang diteliti (Pawito, 2007: 96-99).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. KOMPAS
1. Sejarah dan Perkembangan
Kompas terbit untuk pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965 dengan
pendiri sekaligus perintisnya adalah PK Ojong dan Jacob Oetama dan dibantu
beberapa wartawan lain seperti Theodorus Purba, Eduard Linggar, Roestam
Affandi, dan Tinon Prabawa. Saat itu Kompas banyak mendapat dukungan dari
masyarakat Katolik, termasuk partai Katolik dan Pemuda Katolik. Namun dalam
perjalanannya Kompas mulai mengambil sikap sosial politiknya dengan berpihak
pada perjuangan sosialisme demokrat golongan profesional dan secara perlahan-
lahan meninggalkan pengaruh politik dari partai Katolik. PK Ojong dan Jacob
Oetama lebih cenderung mendukung kelompok teknokrat dan sayap Partai
Sosialis Indonesia.
Pada awal terbit, Kompas belum memiliki kantor sendiri, melainkan
masih menumpang dikantor redaksi Intisari yang berkantor di percetakan PT.
Kinta, Jl. Pintu besar 86-88, jakarta. Kompas saat itu dicetak di percetakan PN.
Eka Grafika yang beralamat di Jl. Kramat Raya, Jakarta. Namun, dalam
perkembanganya, manajemen Kompas memutuskan untuk pindah tempat
percetakan dengan tujuan memperbaiki kualitas cetakannya. Kemudian dipilih
Masa Merdeka yang dianggap memiliki kualitas cetakan yang lebih baik. Melalui
cetakan Masa Merdeka, ada peningkatan kualitas cetakan yang juga berpengaruh
terhadap peningkatan tiras Kompas dua kali lipat, dari 4.800 eksemplar menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
8.003 eksemplar. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, karena kondisi
politik yang sedang mengalami pergolakan dengan terjadinya peristiwa G 30S
PKI, tahun 1965. Peristiwa ini menyebabkan dibekukannya beberapa media massa
cetak, termasuk Kompas. Saat itu hanya tiga harian yang surat kabar yang
diijinkan terbit, yaitu Berita Yudha, Pemberitaan Angkatan Bersenjata (PAB), dan
LKBN Antara. Baru pada tanggal 6 Oktober 1965, Kompas diijinkan terbit
kembali. Setelah pembredelan, oplah Kompas mengalami kenaikan, yaitu menjadi
26.268 eksemplar, hal ini karena Kompas berpindah cetakan ke PT. Kinta, salah
satu percetakan terbaik pada waktu itu.
Seiring dengan perkembanganya yang terus mengalami peningkatan,
memicu keinginan untuk memiliki mesin cetak sendiri. Adanya mesin cetak milik
sendiri akan memudahkan dan memperlancar pelayanan terhadap konsumen
dalam hal pemberian informasi. Oleh karenanya, Kompas mengajukan
permohonan kredit ke Bank Pemerintah untuk menambah modal. Pada tahun
1972, permohonan kredit dikabulkan oleh Bank. Tepatnya tanggal 25 November
1972, berdirilah Percetakan Gramedia yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan,
Jakarta. Secara bertahap kegiatan redaksional Kompas mulai bisa disatukan di
kompleks Palmerah, Jakarta Pusat, walaupun kegiatan administrasinya masih
dilakukan di gedung Perintis, Jakarta Barat.
Dalam rangka peningkatan kepercayaan pada relasi, pemasang iklan,
pembaca, dan pelanggan, Kompas melakukan pendataan, yang diaudit oleh
akuntan public Drs. Utomo dan Mulia. Tujuan menyewa akuntan public adalah
untuk menggaet pasar iklan, dan juga dipakai untuk mengembangkan sirkulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dan isinya. Selain itu, strategi pemasaran akan dapat ditangani dengan lebih
matang, efektif, dan efisien. Kemudian pada tahun 1978, Kompas resmi menjadi
anggota Audit Beaureas of Circulation, di Sidney, Australia. Lembaga
internasional ini dibentuk bersama oleh penerbit, pemasang iklan dan biro iklan
untuk menyiarkan angka sirkulasi anggotanya sesuai fakta di lapangan. Sampai
sekarang Kompas adalah harian satu-satunya di Indonesia yang menjadi anggota
lembaga tersebut. Hal ini memberikan kebanggaan tersendiri bagi Kompas di
mata dunia persuratkabaran nasional dan internasional.
Pada pertengahan tahun 1978, Kompas sempat mengalami pelarangan
terbit bersama 5 koran ibukota lainnya sebagai sanksi atas pelanggaran rambu-
rambu pemerintah. Setelah beberapa bulan tidak terbit, pada bulan September
1978 Kompas diperbolehkan terbit lagi. Kompas terbit dengan format baru, yaitu
terbit 7 kali seminggu, dengan diterbitkannya Kompas edisi Minggu. Pada saat itu
surat kabar pada umumnya terbit 6 kali seminggu, hari Minggu libur.
Pada tanggal 31 Mei 1980, PK Ojong salah satu pendiri Kompas
meninggal dunia. Kepemimpinan Kompas kemudian dipegang oleh Jakob
Oetama, sebagai pemimpin umum hingga sekarang.
Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pers 1982, dan diberlakukanya
Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUP), semua penerbitan pers di Indonesia
diwajibkan berbadan hukum. Hal ini semakin memperkuat Kompas, yang
kemudian penerbitannya segera dialihkan dari Yayasan Bentara Rakyat ke PT.
Kompas Media Nusantara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Oplah Kompas selalu meningkat dari tahun ke tahun, dan dapat dikatakan
semakin berkembang pesat. Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun juga selalu
mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan Kompas telah memiliki sistem
percetakan yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah. Pada edisi
perdana, Kompas hanya menerbitkan 4.800 eksemplar dan pada tahun 1990,
kwartal pertama oplah Kompas sudah mencapai 526.611 eksemplar perhari.
Menurut The Audit Bureau of Circulation, distribusi Kompas terbanyak berada
di DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek), yaitu sekitar 249.004 eksemplar,
kemudian wilayah Sumatera sebanyak 64.852 eksemplar, Jawa Barat sebanyak
61.272 eksemplar, Jawa Tengah sebanyak 48.584 eksemplar, Indonesia Timur
sebanyak 36.880 eksemplar, Kalimanatan sebanyak 17.910 eksemplar, Jawa
Timur sebanyak 16.518 eksemplar, dan eceran di luar Jakarta sebanyak 31.591
eksemplar.
2. Visi & Misi
Setiap media memiliki pandangan atau visi mengenai permasalahan yang
sedang berkembang dalam masyarakat. Visi inilah yang akan membedakan
tentang isi, susunan, dan bentuk pemberitaan, antara satu media dengan media
lainnya. Visi merupakan seuntai nilai dasar sekaligus diperkaya dan disajikan oleh
wartawan melalui pemberitaannya dan pergulatannya dengan realitas, serta
pemikiran yang mereka olah menjadi bahan berita, laporan, maupun komentar.
Saat pertama kali terbit, sesuai dengan ketentuan perundangan pada waktu
itu yang mengharuskan surat kabar berafiliasi ke salah satu organisasi politik,
Kompas berafiliasi pada partai Katolik. Hal inilah yang kemudian menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
anggapan dari media massa pro komunis, yang menuduh Kompas sebagai corong
umat Katolik, dengan mengatakan Kompas sebagai kependekan dari kata
“Komando Pastur”. Namun sejak semula, terutama perintis surat kabar ini
berpendapat, visi kemasyarakatan Koran haruslah terbuka. Visi dan sikap itu
selain sesuai dengan keyakinan pemimpin, sesuai juga dengan fungsi pers di
Indonesia, yaitu ikut mengembangkan saling pengertian dalam masyarakat yang
majemuk. Hal tersebut sesuai dengan paham Pancasila.
Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan dengan segala
kompleksitasnya, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya,
keagungan dan kehinaannya, adalah faktor yang ingin ditempatkan secara sentral
dalam visi kompas. Oleh karena itu, manusia dan kemanusiaan senantiasa
diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentarnya. Disamping itu, Kompas
juga berusaha senantiasa peka akan nasib manusia dan semestinya berpegang juga
pada ungkapan klasik dalam jurnalistik menghibur yang papa, mengingatkan yang
mapan.
Setiap media memiliki misi tersendiri dalam nafas pemberitaannya, selain
memberikan informasi kepada masyarakat. Pemberitaan di Kompas memiliki
integritas, bukan lagi sekedar mengalirkan informasi, namun lebih merupakan
dialog dengan pembaca, di mana informasi tersebut padat berisi, diulas luas,
menghormati hati nurani, penuh dengan wawasan dan membuat cerdas. Misi
Kompas sendiri adalah mengasah nurani, membuat cerdas. Misi ini juga tersirat
dalam slogan Kompas yang dapat kita lihat di halaman pertama, yaitu “Amanat
Hati Nurani Rakyat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3. Kebijakan Redaksional
Kebijakan redaksional merupakan hasil penjabaran dari beberapa kaidah
filosofis, serta visi dan misi surat kabar yang bersangkutan. Kebijakan redaksional
juga menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa yang
oleh surat kabar tersebut patut diangkat serta dipilih untuk menjadi bahan berita
maupun bahan komentar. Kebijakan redaksional juga menjadi suatu bentuk
tanggung jawab surat kabar dalam pemberitaan-pemberitaannya. Satu ungkapan
dalam dunia jurnalistik yang melukiskan tanggung jawab pers adalah: liput dua
belah pihak, dengarkan suara masing-masing pihak, jangan-jangan masih ada
kemungkinan lain. Lebih jelasnya, kebijakan redaksional Kompas terangkum
dalam beberapa pernyataan berikut:
a. Tdak berpihak pada satu golongan, partai, maupuin agama tertentu.
b. Tidak dibenarkan mengkritik orang mengenai hal-hal yang bersifat
pribadi.
c. Tidak dibenarkan wartawan mencari keuntungan pribadi.
d. Mengutamakan sistem check and recheck dalam proses
pemberitaannya
e. Menghargai hal-hal yang bersifat off the record.
f. Menghormati hak jawab, baik dalam bentuk berita maupun surat
pembaca.
g. Tidak memuat hal-hal yang mengandung unsur SARA.
h. Tidak ada kebijaksanaan prosentase volume atau isi yang akan dimuat
baik politik, ekonomi, dan berita lain. Kompas akan memuat berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
atau komentar dengan pertimbangan mana yang dirasa aktual, dapat
dijadikan proses pemikiran dan pemahaman pembaca seperti yang
dirasakan serta dicoba untuk dikembangkan oleh wartawan.
4. Penyajian Halaman dan Rubrikasi
Perkembangan Kompas dari tahun ketahun, tidak hanya terbaca dalam
bentuk pertumbuhan Kompas yang bersifat vertikal. Demikian pula berbagai
pencapaian lainnya yang lebih bersifat horizontal, menunjukan kondisi yang tidak
banyak berbeda, terjadi pertumbuhan yang positif. Dari halaman terbit misalnya,
hingga semester I tahun 2006 Kompas mampu terbit dengan jumlah halaman
mencapai rata-rata perhari sebanyak 59,2 halaman.
Peningkatan halaman berkonsekuensi pula terjadinya perluasan edisi
penerbitan. Pertama, terjadi perluasan isi dan halaman sejalan dengan terbitnya
edisi daerah. Kompas edisi daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, yogyakarta,
surabaya yang diterbitkan bersama Kompas edisi nasional menjadi contoh
perluasan Kompas sekaligus sebagai bentuk layanan pemuasan konsumen akan
berbagai peristiwa yang terjadi di daerah. Kedua perluasan dalam keragaman
rubrikasi dengan mengakomodasikan kebutuhan spesifik pembaca. Kompas edisi
anak, Muda, Swara, Otomotif, Pustakaloka, dan berbagai rubrikasi spesifik
lainnya menjadi contoh perluasan isi Kompas. Berikut penyajian halaman dan
rubrikasi pada harian Kompas cetak:
a. Halaman Utama Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama tau headline, kolom topik, dan terkadang halaman paling bawah terdapat feature.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Rubrik Politik dan Hukum Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau persoalan politik dan hukum namun yang menyangkut dan biasanya menjadi agenda nasional di Indonesia.
c. Opinion Page Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana) maupun pembaca.
d. Rubrik Internasional Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar
negeri. e. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Merupakan rubrik yang berisi berita atau peristiwa yang berkaitan dengan dunia pendidikan kebudayaan Indonesia.
f. Rubrik Lingkungan dan Kesehatan Merupakan halaman yang berisi ulasan maupu berita yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lingkungan, alam.
g. Rubrik Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berisi tulisan ataupun ulasan maupun artikl yang berkaitan dengan kesehatan.
h. Rubrik Umum Merupakan halaman yang berisi lanjutan berita-berita atau artikel yang terpotong dihalaman-halaman sebelumnya.
i. Rubrik Bisnis dan Keuangan Merupakan rubrik yang khusus memuat uasan dan berisis berita, artikel seputar dunia bisnis, keungan, perbankan, valas, dll. Pada halaman ini, mulai disajikan terpisah dengan halaman utama.
j. Rubrik Nusantara Merupakan rubrik yang berisi berita-berita dari seluruh pelosok negeri.
k. Metropolitan Merupakan rubrik yang berisi berita khusus ibukota Jakarta. Berisi
berbagai macam berita yang terjadi di Jakarta. l. Olahraga
Berisi seputar berita olahraga dari bermacam-macam cabang olahraga dari dalam maupun luar negeri.
m. Rubrik Nama dan Peristiwa Berisi tulisan atau ulasan seputar tokoh-tokoh dari berbagai dunia. Biasanya tokoh-tokoh yang memiliki prestasi atupun dari kalangan pekerja hiburan seperti selebritis.
n. Rubrik Jawa Tengan (edisi Daerah) Rubrik Jawa Tengah memuat berbagai berita maupun tulisan-tulisan tang berhubungan dengan daerah Jawa Tengah mulai dari berita ekonomi, politik daerah, ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
5. Struktur Organisasi
Sebagai salah satu bentuk organisasi, Kompas memiliki struktur
organisasi yang akan memudahkan pelaksanaan kerja di setiap bidang.
Kemampuan manajerial dituntut dalam kinerja masing-masing bidang agar bisa
tercipta efisiensi dan efektivitas kerja yang diinginkan. Susunan redaksional dan
pimpinan surat kabar Kompas adalah sebagai berikut:
Pendiri : P.K. Ojong (1920-1980), Jakob Oetama (1980-sekarang) Pemimpin Umum : Jakob Oetama Wakil Pemimpin Umum : R.B. Sugiantoro Pemimpin Redaksi/ : Suryopratomo Penanggung jawab Wakil Pemimpin Redaksi : St. Sularto, Bambang Sukartiono Redaktur Pelaksana : Trias Kuncahyono Wakil Redaktur Pelaksana : Taufik H. Mihardja Sekretaris Redaksi : Bambang S.P. Wakil Sekretaris Redaksi : Mamak Sutamat Pemimpin Perusahaan : Agung Adiprasetyo Manajer Iklan : Lukas Wijaya Manajer Sirkulasi : Sugeng Hari Santoso (Sumber: www.kompas.com, Kompas &“Kompas” Menulis dari dalam, Jacob Oetama: 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. REPUBLIKA
1. Sejarah & Perkembangan
Republika lahir pada tanggal 5 Desember 1990 di Jakarta, searah dengan
tujuan dan program Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Namun baru
tiga tahun kemudian yaitu tanggal 4 Januari 1993. Republika mulai diterbitkan
Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak masyarakat yang diharapkan
mampu mendorong bangsa mejadi kritis dan beriman yakni bangsa yang mampu
dan sederajat dengan bangsa yang maju lainya yang memegang nilai spiritualitas
sebagai wujud Pancasila dan Filsafat bangsa serta memiliki gerak yang sesuai
dengan UUD 1945.
Adapun salah satu program ICMI adalah ikut mencerdaskan kehidupan
kebangsaan melalui program peningkatan 5K yaitu: Kualitas Iman, Kualitas
Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya dan Kualitas Pikir. Untuk mewujudkan
Program ICMI maka tokoh masyarakat beserta pemerintah yang memiliki
kepedulian dan berkomitmen untuk berpartisipasi dalam pembangunan
masyarakat Indonesia yang beragam membentuk yayasan Abdi Bangsa pada
tanggal 17 Agustus 1992.
Yayasan Abdi Bangsa merupakan yayasan yang didirikan oleh berbagai
elemen bangsa yang yang diantaranya adalah para pejabat Negara, tokoh
cendekiawan dan tokoh masyarakat. Pendiri yayasan Abdi Bangsa terdiri dari 48
orang, diantaranya adalah Ir. Ginandjar Kartasasmita, H .Harmoko, Muhammad
Hassan, Abu Rizal Bakrie. Pelindung Yayasan adalah H. Muhammad Soeharto,
mantan presiden RI yang kedua, sedangkan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pembina Yayasan Abdi Bangsa. Program Utama yayasan Abdi Bangsa adalah
sebagai berikut:
a) Pengembangan Islamic Center
b) Pengembangan CIDES (Center Of Information and Developments)
c) Penerbitan Harian Umum Republika
Pada tanggal 4 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan
penerbitan PT. Abdi Bangsa dan kemudian pada tanggal 19 desember 1992
memperoleh Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dengan nomor
283/SK/MENPEN/SIUPP/A7/1992. Namun Republika awalnya merupaka ide dari
Presiden Soeharto yang dicetuskan pada saat pengurus ICMI pusat menghadap
untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Pada mulanya
Koran tersebut akan diberi nama “Republik”. Namun nama Republika dirasa lebih
cocok sehingga usulan presiden pada saat itu diterima sebagai nama surat kabar
tersebut.
Harian umum Republika berada dibawah PT. Abdi Bangsa yang
merupakan usaha yang bergerak dibidang usaha penerbitan dan pers. Pengelola
perseroan dilakukan oleh direksi dibawah komisaris. Sedangkan usaha yang
dilakukan PT.Abdi Bangsa adalah menggalang dana untuk pengembangan
usahanya engan maenjual sahamnya kepada masyarakat umum.
Republika merupakan harian yang usianya masih tergolong muda. Namun
Republika telah berhasil mengembangkan dirinya sehingga sejajar dengan Koran
yang lebih tua atau senior. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh hari dari
terbitan edisi perdananya Republika telah mencapai oplah 100.000 eksemplar. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tersebut tentu sangat mengejutkan mengingat perencnaan awal hanyalah sekitar
40.000 eksemplar pada semester pertama tahun 1993. Meskipun usianya masih
tergolong muda, namun distribusi Republika sampai seluruh pelosok Indonesia.
Oplah terbesar adalah kawasan Jakarta dan Jawa Barat, masing-masing sebesar
50,31% dan 17,30% dan sisanya tersebar di daerah lain. Kemajuan yang sangat
mengejutkan juga dapat dilihat dari penghasilan iklan terutama iklan besar yang
banyak dipasang di harian umum ini, disamping iklan mini lainnya. Kemajuan
yang dicapai Republika dikarenakan banyaknya penyempurnaan yang dilakukan.
Berbagai penyempurnaan ditempuh antara lain baik dari segi desain penampilan
maupun dalam bidang produksi. Dalam bidang produksi, Republika telah berhasil
penghargaan bergengsi yaitu predikat perwajahan Koran terbaik pada tahun 1993
dalam lomba perwajahan yang diselenggarakan Serikat Grafika Pers. Selain untuk
mengutamakan desain penampilan, Republika juga sangat memperhatikan muatan
isi beritannya. Untuk memperluas dan menambah jumlah pembaca Republika
maka dibukalah Republika Online, saat itu Republika merupakan harian nasional
pertama yang masuk jaringan internet, tepatnya pada tanggal 17 agustus 1995.
Republika juga menyediakan sarana IMN yaitu Indonesia Media Network yang
diresmikan pada tanggal 7 Desember 1995 oleh Presiden RI saat itu HM.
Soeharto, IMN menyajikan analisis peristiwa yang aktual dalam sajian bahas
inggris agar dapat dikonsumsi masyarakat Internasional.
Sebagai Tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas khususnya pada
kaum dhuafa, juga sekaligus ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan, pada bulan Juli 1993, Republika membuka program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
“Dompet Dhuafa”. Program ini berfungsi untuk menghimpun, mengelola, dan
menyalurkan zakat para pembacanya. Langkah-langkah tersebut dilakukan
Republika senagai upaya pemenuhan tuntutan masyarakat dan peningkatan
kualitas muatan beritanya tanpa meninggalkan rasa tanggungjawab sosialnya
terhadap masyarakat luas.
2. Visi & Misi
Republika Lahir bersamaan dengan perubahan yang melanda Indonesia
baik dalam bidang kehidupa politik, ekonomi, sosial , budaya,. Oleh karena itu
Republika menjadikan keterbukaan sebagai kunci utama dan memiliki posisi
untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis, tanpa
perlu kehilangan segenap kualitas yang dimilikinya. Dengan mottonya yaitu
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” yang sekaligus merupakan visi Republika,
menunjukkan semangat dalam mempersiapkan masyarakat memasuki era baru.
Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan ini berarti pembaharuan segera
mengikuti, bila kita memang menghendaki adanya kemajuan yang bermakna.
Kemudian misi dari Republika sebagai media dalam mempersiapkan
menasuki era baru dan dalam menghadapi sebuah dunia yang lebih baik dan adil,
dalam setiap gerak langkahnya memiliki misi yang diemban, adapun misi tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Bidang Politik
Mendorong terwujudnya demokratisasi dan mengoptimalisasikan lembaga
lembaga Negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat dan
mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b) Bidang Ekonomi
Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika
mempromosikan profesionalisme yang mengindahkan nilai-nilai
kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan
sumber-sumber daya ekonomi dan mempromosikan prinsip-prinsip etika
dan moralitas dalam bisnis.
c) Bidang Budaya
Republika mendukung sikap yang terbuka dan aspiratif terhadap bentuk-
bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dari
manapun datangnya, menpromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan
yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan, perasaan, mempertajam
kepekaan, nurani. Serta bersikap kritis terhadap bentuk kebudayaan yang
cenderung mereduksi manusia dan meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan.
d) Bidang Agama
Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis
terhadap realita sosial ekonomi kontemporer, memnpromosikan semangat
toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal
agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta
mendorong pencapaian titik temu diantara agama-agama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Kebijakan Redaksional
Sebuah surat kabar adalah lembaga yang mengembangkan idealisme dan
bisnis. Republika sejak sebelum kelahirannya telah dicanangkan menjadi sarana
untuk menyalurkan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia yang belum terwujud
secara proporsional dalam percaturan nasional. Baik dibidang politik, ekonomi,
sosial maupun budaya dan berpihak pada mereka.
Republika tidak menggunakan istilah The Watchdog of Government,
melainkan the Watchdog of Environment yaitu penjaga lingkungan sosial karena
penyalahgunaan kekuasaan bukan monopoli pemerintah belaka, tetapi siapa saja
dan terjadi bila lingkungan sosial mendukung. Republika sebagai koran yang
dilahirkan oleh orang-orang yang berpegang teguh pada keimanan dan ketakwaan
dan berbekal pada ilmu pengetahuan dan kebenaran. Selain itu Republika juga
melaksanakan Prophetic Journalism (Jurnalis Profetis) yaitu menyebarkan dengan
cara memberi informasi yang dapat mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat.
4. Struktur Organisasi
SUSUNAN PENGURUS HARIAN “REPUBLIKA”
Pimpinan Redaksi : Ikhwanul Kiram Mashuri Wakil Pimpinan Redaksi : Nashihin Masha Redaktur Pelaksana : Agung Pragitya Vazza Kepala Newsroom : Aris Hilman Kepala Republika Online : Yayat Supriyatna Redaktur Senior : Arif Punto Utomo Redaktur Pelaksana : Eiba Damhuri, Selamat Ginting Wakil Redaktur Pelaksana : Nurul S. Harnami, Subroto
(Sumber: www.republika.co.id & koran Republika)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
C. MEDIA INDONESIA
1. Sejarah dan Perkembangan
Media Indonesia didirikan oleh Teuku Yousli Syah pada tahun 1969,
dengan SIT (Surat Ijin Terbit) No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969. Meskipun
didirikan pada tahun 1969, namun Media Indonesia pertama kali muncul dan
terbit pada tanggal 19 Januari 1970, dan mempunyai terbitan pertama setebal 4
halaman dengan kolom yang amat terbatas. Namun seiring perkembangannya,
pada tahun 1976 Media Indonesia mampu menambah jumlah halaman dari yang
semula hanya 4 halaman menjadi 8 halaman. Media Indonesia pertama kali
berkantor di Jl. MT. Haryono Jakarta dan dibawah pengawasan lembaga
penerbitan yakni Yayasan Warta Indonesia.
Seiring dengan perkembangan Media Indonesia, perkembangan regulasi di
bidang pers dan penerbitan juga ikut terjadi. Salah satu akibat yang ditimbulkan
adalah berubahnya status SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers). Dengan adanya perubahan ini penerbitan dihadapkan pada
realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tetapi juga harus
tumbuh sebagai badan usaha yang sepenuhnya dilindungi oleh hukum.
Hingga pada tahun 1981, surat ijin terbit Media Indonesia dicabut oleh
Departemen Penerangan karena adanya proses perkembangan regulasi tersebut.
Namun setahun kemudian, melalui surat keputusan Menteri Penerangan Republik
Indonesia No. 986/Ditjen PPG/K/1982, Media Indonesia diterbitkan kembali.
Dengan munculnya Undang-Undang Pokok Pers tahun 1982 dan ketentuan SIUPP
yang diwajibkan kepada penerbit pers berbadan hukum, menjadikan Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Indonesia untuk mengubah SIT menjadi SIUPP yang diterima Departemen
Penerangan pada tahun 1986.
Demi kemajuan perusahaan, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah yang
selaku pendiri Media Indonesia melakukan kerjasama dengan Surya Paloh,
mantan pimpinan surat kabar Prioritas yang kala itu sedang mencari SIUPP baru
untuk media yang dipimpinnya. Berdasarkan kerjasama tersebut, maka pada tahun
itu juga Media Indonesia berada dibawah manajemen baru yakni PT Citra Media
Nusa Purnama. Manajemen Media Indonesia yang baru akan dikembangkan
menjadi penerbitan yang profesional dengan dukungan sumber daya manusia yang
kuat dan handal. Selain itu, dari kerjasama ini diharapkan dapat membawa
kekuatan modal dan semangat yang dapat menjadikan penerbitan ini menjadi
semakin profesional.
Dalam manajemen baru ini, Surya Paloh menjabat sebagai Direktur
Utama, Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan
dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, alamat perusahaan dan redaksi juga
dipindahkan ke Jl. Gondangdia Lama No. 46 Jakarta.
Awal tahun 1995, Media Indonesia kembali berpindah lokasi dan kali ini
menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-
D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Perpindahan lokasi ini bertepatan dengan 25
tahun berdirinya Media Indonesia. Di gedung yang ditempati hingga sekarang ini
semua kegiatan berada dibawah satu atap; redaksi, usaha, percetakan, pusat
dokumentasi, perpustakaan, iklan, sirkulasi dan distribusi serta fasilitas lainnnya
untuk menunjang kebutuhan karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sejak menjadi satu kesatuan dalam manajemen baru, Media Indonesia
berubah menjadi sebuah surat kabar inovator yangmana perkembangannya
semakin pesat hingga menurut sejumlah kalangan, Media Indonesia sebagai surat
kabar umum terbesar kedua di Indonesia setelah harian Kompas. Hal tersebut
dibuktikan dengan penciptaan rubrik, mutu berita, tata letak dan perwajahan yang
banyak ditiru oleh media-media serupa. Sebagai industri media massa yang
berfokus pada bisnis, pada perkembangannya Media Indonesia semakin kokoh
karena ditunjang berbagai unit usaha yang berada dibawah logo Group Media
Indonesia, seperti hotel, Indocarter, Lampung Post dan Metro TV.
2. Visi & Misi
Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi untuk mengokohkan dan
mempertahankan citra perusahaan ke publik, begitu halnya dengan Media
Indonesia yang dalam menjalankan sebuah industri media mempunyai visi
berkeinginan untuk menjadi surat kabar yang berpengaruh di Indonesia.
Media Indonesia mempunyai misi menjadi koran refrensi yang berkualitas,
yang dapat mempengaruhi keputusan secara kritis, dinamis dan inovatif dengan
tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan slogan ‘Pembawa Suara
Rakyat’, Media Indonesia ikut mendorong terwujudnya masyarakat Indonesia
yang sejahtera, makmur dan demokratis, yang disalurkan melalui bidang pers. Hal
tersebut diwujudkan dalam isi pemberitaan yang lebih berpihak kepada rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Kebijakan Redaksional
Sebagai surat kabar terdepan yang ingin menjadi refrensi yang berkualitas,
Media Indonesia memiliki misi menyajikan informasi terpercaya secara regional
dan nasional serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan, mempertajam isi
berita agar lebih relevan untuk pengembangan pasar, membangun sumber daya
manusia dan manajemen yang profesional dan unggul, dan mampu
mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, Media Indonesia tidak mau
ketinggalan dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggannya.
Terbukti dengan dibuatnya portal surat kabar online dengan alamat
www.mediaindonesia.com, Media Indonesia membuktikan keeksistensinya dalam
dunia media massa di Indonesia.
4. Penyajian Halaman & Rubrikasi
Berdasarkan Budaya Perusahaan Media Indonesia pada bidang redaksi
periode 2002-2005, yakni menjadi koran refrensi bagi pembaca. Sedangkan
pembaca Media Indonesia, berdasarkan segmentasinya, adalah kelas menengah ke
atas. Oleh karena itu, Media Indonesia memperhatikan unsur kebutuhan pembaca
dengan segmentasi tertentu terkait isu pemberitaan dan pola peliputannya.
Dalam setiap penerbitan yang dilakukan oleh Media Indonesia, Edisi
harian selalu diterbitkan hingga 24 halaman, yang terbagi dalam dua kali masa
cetak. Masa cetak pertama, halaman 13-24 dicetak pada pukul 19.00 WIB setiap
harinya, dengan rubrik berita meliputi Fokus Pemberitaan dan berita kolom
Humaniora. Sedangkan pada masa cetak kedua, yakni halaman 1-12, dicetak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pukul 23.30 WIB dengan isi berita utama (Headline) dan pemberitaan kolom
lainnya. Mengenai pola peliputan, meskipun Media Indonesia tidak memiliki
ketentuan tentang jenis informasi yang disajikan, namun Media Indonesia tetap
memiliki pola penyajian tertentu untuk setiap edisinya. Berita-berita utama selalu
diletakkan pada halaman luar, yang mana halaman luar itu meliputi halaman 1
(halaman muka/cover) dan halaman 12 (halaman belakang/backcover). Pada
halaman muka, Media Indonesia menyajikan berita-berita utama, biasanya diisi
dengan sebuah headline pemberitaan dengan satu foto sebagai visualisasi headline
maupun foto lepas. Seperti surat kabar pada umumnya, dasar penentuan isu atau
topik sebagai headline adalah nilai lebih dari sebuah isu berita yang layak muat,
dan sudah dibahas dalam rapat redaksi. Selain headline, masih ditambah dengan
tiga berita lainnya yang dianggap sebagai bagian isu penting bagi pembacanya.
Dan yang tidak dapat terpisahkan dari ciri khas Media Indonesia yakni penulisan
editorialnya. Bahkan disediakan satu halaman khusus dibagian dalam untuk bedah
editorial dalam menampung pendapat pembacanya.
Untuk halaman belakang, selain menampilkan headline serta foto sebagai
visualisasi headline atau foto lepas, juga menampilkan lima berita utama lainnya.
Dua berita diantaranya berjudul rubrik ‘Sosok’ yang biasanya berisi profil atau
cerita unik dan ringan tentang seorang tokoh tertentu.Pada halaman dalam,
disediakan untuk beberapa topik pemberitaan yang juga menjadi dasar pembagian
desk redaksi Media Indonesia, yakni Bisnis, Opini, Polkam, Metropolitan,
Nusantara, Internasional, Olahraga dan Humaniora.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Media Indonesia memiliki kebijakan fokus untuk masing-masing desk.
Fokus biasanya berisi pendalaman akan isu-isu khusus yang dianggap memenuhi
keingintahuan para pembacanya. Setiap desk mendapat jatah membuat fokus
pemberitaan masing-masing sekali dalam seminggu, dengan rincian sebagai
berikut: pada hari Senin untuk desk Polkam, Selasa untuk Metropolitan, Rabu
untuk Olahraga, Kamis untuk Ekonomi, Jumat untuk Internasional dan Sabtu
untuk Humaniora. Fokus pemberitaan diletakkan pada masa cetak kedua (untuk
halaman 1-12) Media Indonesia. Untuk hari Minggu, Media Indonesia memiliki
pola liputan tersendiri dimana edisi Minggu biasanya memuat sajian informasi
yang bersifat ringan dan penuh dengan artikel-artikel menarik seperti musik, film,
profil, kuliner, gaya hidup dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Struktur Organisasi
Manajemen Media Indonesia termasuk manajemen yang mengalami fase
pergantian yang tidak sedikit. Pergantian manajemen Media Indonesia tentunya
demi kebaikan dan kemajuan perusahaan tersebut. Adanya kerjasama dengan
Surya Paloh menjadikan Media Indonesia terus berkembang hingga saat ini,
dengan susunan organisaasi perusahaan dan redaksi sebagai berikut:
Pendiri : Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si (Alm) Direktur Utama : Rahni Lowhur Schad Direktur Pemberitaan : Saur Hutabarat Dewan Redaksi : Elman Saragih (Ketua), Anna Wijaya Rahni Lowhur Schad, Djafar Husin Assegaf, Saur Hutabarat, Andi F. Noya, Djadjat Sudradjat, Toeti Adhitama, Lestari Moerdijat, Bambang Eka Wijaya, Sugeng Suparwoto, Suryo Pratomo
Redaktur Senior : Saur Hutabarat, Laurens Tato, Elman Saragih Kepala Divisi Pemberitaan : Usman Kansong Deputi Kadiv. Pemberitaan : Kleden Suban Kadiv. Content Enrichment : Gaudensius Suhandi Ass. KCE : Yohanes S. Widada Ass. Kp Divisi Pemberitaan : Abdul Khohar, Ade Alawi, Ono Sarwono, Haryo Prasetyo, Rosmery Christina S.
Sekretaris Redaksi : Teguh Nirwahyudi Ass. Kadiv Foto : Hariyanto Ass. Kadiv MICOM : Tjahyo Utomo, Victor JP Nababan Redaktur : Agus Wahyu Kristianto, Cri Canon Riadewi, Eko Suprihatno, Eko Rahmawanto, Fitriana Siregar, Gantyo Koespradono, Hapsoro Poetro, Henri Salomo, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Lintang Rowe, Mathias S. Brahmana, M. Anwar Surachman, Sadyo Kristriarto Web Programmer : Abraham
(Sumber: www.mediaindonesia.com - Online & Koran Media Indonesia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data
No Judul Berita KOMPAS Waktu Nomor Berita
1 Menangkap Arah PDIP 29 Maret 2010 Berita 1
2 Yudhoyono Tak Diundang dalam Pembukaan Kongres 30 Maret 2010 Berita 2
3 Puan: Sah-sah Saja ada Dinasti Politik 1 April 2010 Berita 3
4 Kader diluar trah Soekarno Perlu Dipertimbangkan 3April 2010 Berita 4
5 Megawati tak tertandingi lagi 4April 2010 Berita 5
6 Menanti lompatan besar sang banteng 5April 2010 Berita 6
7 Bukan partai oposisi? Apa kata Dunia 6April 2010 Berita 7
8 Megawati: Trah Soekarno Tidak Pecah 6April 2010 Berita 8
9 Megawati: Terserah Kehendak Rakyat 7April 2010 Berita 9
10 PDI-P Tetap Oposisi 8April 2010 Berita 10
11 Sebagian Pengurus DPP Orang Muda 9April 2010 Berita 11
12 Terobosan PDI-P Ditunggu 9April 2010 Berita 12
13 Beban Bagi Kebangkitan PDIP 10 April 2010 Berita 13
14 Guruh Soekarnoputra Pertimbangkan Bentuk Partai Baru 10 April 2010 Berita 14
No Judul Berita REPUBLIKA Waktu Nomor Berita
1 Isu Pelengseran Tjahjo Panaskan Kongres PDIP 3 April 2010 Berita 15
2 Kongres PDIP Bahas Majelis Ideologi 4 April 2010 Berita 16
3 PDIP Konsisten Beroposisi 5 April 2010 Berita 17
4 Megawati Bicara Regenerasi PDIP 6 April 2010 Berita 18
5 Dilema Mega 7 April 2010 Berita 19
6 Tidak ada Posisi wakil ketua Umum PDIP 8 April 2010 Berita 20
7 Stuktur Baru PDIP Mengagetkan 9 April 2010 Berita 21
No Judul Berita MEDIA INDONESIA Waktu Nomor Berita
1 Basis PDIP Dukung Oposisi 30 Maret 2010 Berita 22
2 Taufiq Kiemas Minta Hindari Adu Domba 1 April 2010 Berita 23
3 Mega, DPD PDIP Bahas Kongres 2 April 2010 Berita 24
4 Kader Tidak berpengalaman Belum layak Pimpin PDIP 3 April 2010 Berita 25
5 Baliho Guruh Di Kongres Dicabut 4 April 2010 Berita 26
6 PDIP Berproses menuju partai Satu Digit 5 April 2010 Berita 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
7 Pertahankan Megawati, Kaderisasi PDIP Macet 6 April 2010 Berita 28
8 BERJUANG UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT 7 April 2010 Berita 29
9 Struktur Wakil Ketua Umum PDIP Didrop 8 April 2010 Berita 30
10 Bangsa ini Sudah berpikir Pragmatis 8 April 2010 Berita 31
11 Jalan Ideologi Megawati Keras dan Penuh Godaan 9 April 2010 Berita 32
12 PDIP ingin Jadi Penyeimbang 10 April 2010 Berita 33
*Tabel. 1.1. Berita nomor 8 yang berjudul’ Berjuang untuk Kesejahteraan Rakyat’, tidak masuk dalam analisis karena berita tersebut merupakan naskah pidato politik Megawati Soekarnoputri dalam pembukaan Kongres.
B. Analisis Data
Kajian mengenai berita dalam konteks politik termasuk peristiwa Kongres
semacam ini diamati dengan perspektif Narrative Theories of News dan dalam
Bab ini penulis akan melakukan analisis dengan menginterpretasikan
kecenderungan tiap berita Kongres III PDI Perjuangan di Surat kabar nasional
Kompas, Republika dan Media Indonesia. Pada Kompas ditemukan 14 berita,
Republika 7 berita dan Media Indonesia sebanyak 11 berita yang akan diamati dan
dilakukan interpretasi, dengan menitikberatkan pada unit analisis judul, lead,
struktur berita (gaya penulisan berita piramida terbalik atau news feature),
substansi (Topik yang ditonjolkan).
Berikut ini merupakan penjelasan dalam pemilihan unit analisis yang akan
dilakukan pada ketiga surat kabar, yaitu ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a) Judul (Headline) merupakan aspek penting dalam sebuah berita, berfungsi
sebagai informasi yang paling utama dalam sebuah berita, yang akan
menolong pembaca yang bergegas untuk mengetahui kejadian yang
diberitakan, fungsi lain yang dapat ditemui ialah dengan tehnik grafika
dengan tipe-tipe huruf, terkadang berita hanya dibaca pada judulnya saja,
di Amerika hal demikian sering disebut dengan “head-line reader”. Judul
yang digunakan seharusnya mampu merepresentasikan isi berita yang
disuguhkan kepada pembaca. Judul dapat bersifat natural, bombastis, apa
adanya atau bahkan memiliki makna ambigu yang dapat menimbulkan
bias, yang membuat pembaca penasaran dan tertarik untuk membaca berita
tersebut.
b) Lead adalah wajah depan dari berita. Kadang lead memuat keseluruhan
unsur 5W+1H, merangkum intisari seluruh berita. Pembuka berita dibuat
berdasarkan sesuatu yang menarik dari cerita, dan yang ditemukan dalam
berita-berita tersebut ialah (Ishwara, 2007:124):
§ Pembuka yang memfokuskan pada diri seseorang, Jenis pembuka ini
digunakan untuk profil seseorang atau berita tentang isu, dimana orang
tersebut terlibat dalam berita.
§ Pembuka kontras biasanya digunakan untuk cerita mengenai konflik
atau keadaan yang luar biasa.
§ Pembuka Kutipan yaitu pembuka yamg mengambil kutipan, cara ini
dipandang mudah dan efektif, teknik ini juga baik untuk berita-berita
lugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c) Struktur berita yang standar dalam berita lugas ialah struktur piramida
terbalik, dimana secara garis besar terdiri dari Judul, Lead, tubuh berita
dan penutup. Serta dilihat dari tingkat kepentingannya yakni diawali
dengan informasi yang paling penting yang diletakkan diawal paragraf.
Namun tidak jarang ditemukan gaya bercerita dengan kronologi, flashback
atau news feature.
d) Substansi merupakan topik permasalahan yang ditonjolkan dalam setiap
berita atau dengan kata lain merupakan poin penting dalam suatu berita.
e) Perspektif Berita dalam hal ini peneliti mengarah pada kecenderungan
narasi pemberitaan. Sehingga teori yang digunakan ialah Narrative
Theories Of News seperti yang telah dikemukakan pada kerangka teori.
dimana yang digunakan, dalam hal ini mengacu pada perspektif teori
narasi berita. Namun tidak menutup kemungkinan untuk ditampilkannya
perspektif lain, karena memang ditemukan berita dengan perspektif
tersebut.
A. SURAT KABAR KOMPAS
Hasil dari pengumpulan data, diperoleh 14 berita mengenai Kongres III
PDIP di surat kabar Kompas, berita -berita tersebut diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
1. “Menangkap Arah PDIP”
Kompas edisi Selasa, 29 Maret 2010
a. Judul
Mengawali pemberitaan mengenai Kongres III PDIP di Bali, Kompas
menyajikan berita berupa hasil jajak pendapat yang diadakan menjelang
diselenggarakannya Kongres. Berita tersebut dilengkapi dengan gambar
Megawati yang sedang berpidato disertai visualisasi persentase jajak pendapat
yang terdapat dihalaman 5. Kompas memberikan ruang yang cukup besar yaitu
hampir separuh halaman, disitu terlihat perhatian yang cukup besar terhadap sikap
politik PDIP kedepan, judul ditulis dengan font Times New Roman 48, serta
penggunaan istilah “Menangkap Arah” merujuk pada kesan prediksi membaca
langkah politik PDIP yang akan datang. Kata menangkap seolah sikap politik
PDIP dapat diduga, yaitu dengan mengadakan jajak pendapat dan
mendeskripsikan hasilnya, maka pembaca diharapkan mampu melihat dari
berbagai sisi, karena tidak mutlak benar dan juga sebaliknya. Jajak pendapat
tersebut mencakup empat pertanyaan krusial tentang PDIP, diantaranya adalah
mengenai sikap apa yang sebaiknya diambil PDIP terhadap pemerintah,
regenerasi ketua umum, kepuasan masyarakat terhadap kinerja PDIP, dan citra
kader PDIP selama ini.
b. Lead
Apresiasi positif publik tampak tinggi terhadap sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memosisikan diri sebagai kekuatan oposisi. Posisi ini bukan tidak mungkin akan menjadi modal paling kuat untuk kembali menggaet simpatisan di tengah rendahnya apresiasi publik terhadap partai politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Paragraf tersebut di atas, sebagai awal mula yang mengantarkan pembaca
pada apresiasi masyarakat terhadap sikap oposisi PDIP selama ini. Meskipun
apresiasi publik terhadap partai politik dinilai rendah, namun konsistensi jalur
yang dipilih PDIP diharapkan mampu menaikkan popularitas. What: Sikap
oposisi, Who: PDIP, Why: Rendahnya apresiasi publik terhadap Parpol, How:
Usaha PDIP untuk meraih simpati publik. Lead tersebut berupa ringkasan, atau
summary lead. Meskipun berupa ringkasan, tidak nampak kesan menjadi berat,
karena tidak mencakup semua unsur 5W+1H, dalam teras berita tersebut tidak
nampak ditampilkannya semua pertanyaan dasar berita, sehingga berita bisa
dipahami oleh pembaca dan tidak terlalu berat. Seperti yang diungkapkan oleh
Wartawan senior Kompas, Luwi Iswara bahwa teras berita harus menjawab
beberapa, tidak semua pertanyaan dasar: siapa who, apa what, bila when, dimana
where, dan mengapa why. Jika semua unsur dimasukkan dalam pembuka maka
menjadi berat (Ishwara, 2005:121).
c. Struktur
Berita tersebut merupakan berita dengan bentuk penulisan feature yang
menganalisis, menginterpretasi, dan menyajikan latar belakang dari suatu isu
penting. Struktur feature bersifat organik yaitu permulaan, pertengahan, dan
penutup, semua bagian saling berhubungan erat, bersifat kontinyu dimana topik-
topik berhubungan dan menjadikannya sesuatu yang koheren. Transisi yang halus,
ritme pada kutipan. Pada bagian penutup, tidak dapat dipotong dari bawah keatas
sesuai dengan tingkat kepentingannya (Ishwara, 2007: 137-141).
d. Substansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Substansi berita yang ditonjolkan adalah peningkatan apresiasi masyarakat
terhadap kiprah PDIP yang bersumber dari polling telepon oleh Litbang Kompas
dengan melibatkan responden, kemudian mendeskripsikan hasilnya. Jajak
pendapat tersebut berisi empat poin penting yang dirangkai menjadi pertanyaan
mengenai pendapat masyarakat tentang PDIP, yaitu sikap apa yang sebaiknya
diambil PDIP terhadap pemerintah, regenerasi ketua umum, kepuasan masyarakat
terhadap kinerja PDIP, juga citra kader PDIP selama ini. Untuk lebih meyakinkan
pembaca, Kompas melengkapinya dengan grafis hasil polling jajak pendapat
tersebut. Selain itu, poin lain yang mendapat perhatian dalam Kompas edisi ini
ialah masalah regenerasi di tubuh PDIP. Regenerasi dipandang sebagai masalah
serius dan dapat menurunkan pamor PDIP bila tidak disikapi dengan bijak.
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip teori narasi karena jika dilihat dari judulnya
yang natural, berita yang berisi jajak pendapat tersebut tidak memihak, maupun
memojokkan salah satu pihak. Kompas menyajikan data dan analisa secara kritis
tanpa ada kesan subversif. Tidak ditemukan bias reportase yang merupakan
kecenderungan berita berdasarkan opini seseorang, keyakinan seseorang atau
perasaan seseorang. Koran yang baik tidak boleh bersikap bias (Passante
2008:28). Selain itu juga tidak ditemukan unsur dramatisasi, personalisasi atau
pemberitaan dengan frame aktor sentral karena isi berita berupa hasil pendapat
dari masyarakat umum melalui sebuah polling, yang kemudian disajikan hasilnya,
sehingga kesimpulan akhir diserahkan kepada pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. : “Yudhoyono Tak Diundang dalam Pembukaan Kongres”
Kompas edisi Selasa, 30 Maret 2010
a. Judul
Berita tersebut dilihat dari Judulnya menimbulkan kesan bahwasanya
selain PDIP sebagai partai oposisi pemerintah, juga memunculkan asumsi publik
mengenai konflik yang muncul kaitanya dengan hubungan pribadi Megawati yang
kurang baik dengan Soesilo Bambang Yudhoyono, dengan menyebutkan nama
belakang “Yudhoyono”, dengan penyebutan nama belakang subyek tersebut
Kompas memunculkan kesan Yudhoyono sebagai pribadi bukan sebagai presiden.
Hal tersebut sengaja membuat pembaca terusik untuk mengetahui lebih lanjut, apa
yang ditawarkan Kompas dalam penjabara informasi selanjutnya.
b. Lead
Dalam berita berjudul “Yudhoyono Tak diundang dalam Pembukaan
Kongres” ini tidak terdapat lead yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam
inti berita, namun paragraf pembuka dalam berita ini cukup membantu pembaca
untuk menjawab pertanyaan yang timbul setelah membaca judul, yaitu “Mengapa
Yudhoyono tidak diundang dalam pembukaan kongres?” dan jawaban tersebut
terdapat pada paragraf awal, berikut kutipannya:
Panitia Penyelenggaraan Kongres III partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak mengundang Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan kongres yang dijadwalkan pada tanggal 6 April pagi. Panitia beralasan, Presiden terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan sehingga cukup diwakili oleh Gubernur Bali.
Seperti yang tertulis dalam kutipan diatas, Kompas memasukkan pendapat
panitia, sebagai jawaban atas tidak diundangnya Yudhoyono. Alasan panitia
adalah karena presiden sibuk, dan bisa diwakili oleh Gubernur Bali. Pemilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kata “Beralasan” memberikan kesan ketidakpuasan terhadap alasan panitia, seolah
mempertanyakan hal lain yang ada dibalik alasan itu, kesan penasaran terhadap
jawaban panitia yang dinilai terlalu klise, dan bukan jawaban yang dimaksud
karena ada alasan yang lebih ‘berbau konflik’. Paragraf pertama tersebut cukup
mewakili poin masalah sekaligus jawabannya.
c. Struktur
Berita tersebut ditulis dengan struktur yang standar yakni piramida
terbalik. Diawali dari informasi yang paling penting kemudian informasi yang
kurang penting. Berita ini ditutup dengan kutipan tidak langsung oleh Pramono
Anung mengenai informasi detail konferda, penutup yang merupakan informasi
ringan yang bersifat melengkapi sehingga berita menjadi menarik dan tidak
terkesan menggantungkan informasi.
d. Substansi
Berita tersebut sebenarnya ialah ringkasan tentang konferensi pers pihak
PDIP dengan para pimpinan redaksi media massa guna membahas persiapan
Kongres III PDIP di Bali yang akan diselenggarakan pada 6-9April 2010. Namun
justru substansi yang menonjol adalah pertanyaan mengenai siapa yang akan
diundang dalam pembukaan kongres nanti, tentu saja rasa penasaran muncul,
ketika ada wacana tidak diundangnya Presiden Yudhoyono pada pembukaan
Kongres sebuah partai oposisi terbesar di tanah air tersebut, meskipun bukan hal
yang mengagetkan, namun publik menunggu informasi apa yang disajikan media
menyoal isu tersebut. Selain itu juga ditampilkan isu ketua umum yang
dikehendaki oleh internal partai, detail peserta yang akan mengikuti kongres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
tersebut. Setelah masuk pada tubuh berita ditemukan informasi yang berimbang
yang menjelaskan judul, karena dalam berita tersebut disisipkan pendapat, untuk
tidak melibatkan pemerintah dan ditambah pendapat lain yang tidak senada untuk
tetap mengundang karena tergolong tokoh nasional.
e. Perspektif
Jika dilihat dari judulnya saja tentu berita tersebut tidak memenuhi standar
Narrative Theory of News, karena telah terjadi bias reportase dan
ketidakobyektifan dimana Kompas menggunakan judul yang terkesan provokatif,
jelas kiranya dengan tidak diundangnya Yudhoyono seolah menjadi masalah
besar. Dan memunculkan kesan bahwa PDIP tidak wajar dalam hal ini, padahal
hal tersebut wajar saja dilakukan. Kompas disini mencoba memunculkan konflik
dimana memang ada hubungan yang tidak harmonis antara PDIP dan Yudhoyono.
Namun setelah masuk pada inti berita maka dapat ditemukan muatan informasi
yang berimbang karena setiap kutipan pendapat yang dicantumkan seperti
pendapat Tjahjo Kumolo sebagai pihak internal partai misalnya, dikonfrontasikan
dengan pendapat pimpinan redaksi media yang merupakan pihak eksternal yang
berada diluar garis partai. Sehingga kesimpulan akhir dikembalikan kepada
pembaca. Maka berita diatas merupakan berita yg obyektif atau netral.
3. Judul: Puan: “Sah-sah Saja Ada Dinasti Politik”
Kompas edisi Rabu, 1 April 2010
a. Judul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Kompas edisi 1 April 2010, pada edisi ini terdapat berita dengan judul
“Puan: Sah-sah saja ada dinasti Politik” ditempatkan pada halaman 3, disertai
gambar Puan Maharani yakni putri Megawati Soekarno Putri yang bertindak
sebagai ketua panitia penyelenggara Kongres III PDIP di Bali. Penggunaan kata
“sah-sah saja” tersebut dapat diartikan sebagai hal yang dirasa “lazim” atau dapat
diterima. Merepresentasikan pendapat Puan Maharani selaku orang yang memiliki
jabatan dalam PDIP yang memandang lazim adanya dinasti dalam dunia politik,
khususnya dalam tubuh partai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
Dinasti berarti keturunan-raja-raja yang memerintah, semua berasal dari satu
keluarga. Sebuah kedudukan layaknya diperoleh secara Achieved, yang berarti
adanya usaha, pencapaian untuk menduduki sebuah posisi, kata ‘sah-sah’ saja ini
menunjukkan pembenaran politik bagi Ascribed status, yaitu kedudukan yang
diperoleh karena keturunan. Puan adalah anak dari Megawati pimpinan PDIP.
Bila ia akhirnya menduduki jabatan menggantikan ibunya, hal itu dirasa lazim
saja oleh pihaknya sebagai upaya untuk menjaga kekuasaan tetap diemban oleh
silsilah keturunannya.
b. Lead
Tidak ditemukan adanya lead pada berita ini, yang ada ialah informasi
yang berupa penjabaran atau elaborasi yang membantu judul tersebut. Paragraf
awal tersebutlah yang mengantarkan pembaca pada isi berita, berikut kutipan
paragraf pembuka tersebut:
Ketua Panitia penyelenggara Kongres III Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Puan Maharani menyatakan, sah saja jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
ada dinasti di suatu partai politik. Fenomena serupa terjadi di Negara dengan demokrasi lebih maju, seperti Amerika Serikat.
Pada berita ini tidak terdapat Lead, sehingga yang diamati adalah paragraf
permbuka, dimana berita bersumber dari pernyataan Puan Maharani sebagai ketua
penyelenggara kongres. Kompas mengaitkan hal tersebut dengan memberikan
tambahan, pada kalimat terakhir yakni kejadian serupa bahkan terjadi di negara
yang lebih maju, tetap kritis tanpa memojokkan pendapat sumber yang
bersangkutan.
c. Struktur Berita
Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik. Disajikan secara terstruktur sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh
pembaca. Diawali dari informasi yang paling penting mengenai hal yang berkaitan
dengan pernyataan Puan dan memperkuat hal tersebut, kemudian disambung
dengan informasi yang kurang penting. Kompas juga memilih transisi menarik
sebagai penutup meskipun tidak berhubungan dengan topik sebelumnya, penutup
berupa hasil survey obyektivitas mengenai Kompas dan Media Indonesia,
membuat pembaca tetap nyaman. Transisi merupakan perpindahan topik yang
ditemui dalam pemberitaan. Passante menyebutkan bahwasanya transisi
memudahkan pembaca berpindah dari satu poin ke poin yang lain, tanpa
perubahan mendadak dalam isi informasi atau pemikiran. Setiap kali wartawan
membuat poin baru atau menyebutkan fakta baru, hendaknya diawali dengan
transisi atau kata penghubung, hindari transisi mendadak yang kasar dan tidak
memiliki hubungan dalam informasinya (Passante, 2008:39).
d. Substansi Berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Substansi berita yang ditonjolkan adalah mengenai pilihan terjadinya
dinasti politik dalam tubuh PDIP, pihak Partai merasa hal tersebut lazim adanya,
karena ada permintaan untuk dipeliharanya trah soekarno dalam kepengurusan
PDIP. Namun disisi lain yang dikemukakan adalah kemungkinan timbulnya
persaingan yang terjadi antara putra Megawati yakni Puan Maharani dengan
Prananda Prabowo, bahasan mengenai sikap oposisi PDIP seperti biasanya juga
masih terasa kental disajikan di berita ini.
e. Perspektif Berita
Dilihat dari isi berita tersebut, Kompas menyajikan berita yang bersumber
dari pernyataan pihak internal PDIP, terdapat unsur kritisi namun tetap
berimbang. Berita tersebut memenuhi perspektif teori narasi dimana tidak terdapat
bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman berita,
strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat memojokan dan
menyerang, sesuai etika pemberitaan, dan terhindar dari dramatisasi berita
maupun personalisasi berita. Berita tersebut ditulis lebih obyektif dan berdasarkan
fakta sehingga. Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News.
4. Judul: “Kader Diluar Trah Soekarno Perlu Dipertimbangkan”
Kompas edisi Sabtu, 3 April 2010
a. Judul:
Sekilas apabila dilihat dari judul tersebut nampak kesan yang kuat ialah
bahasan mengenai regenerasi partai, menyinggung PDIP yang selama ini
bernuansa kekeluargaan, posisi penting banyak diduduki oleh keturunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Soekarno. Judul ini mengisyaratkan celah untuk orang-orang dari luar yang ingin
berpolitik dalam tubuh PDIP. Serta membuat kesan akan sebuah perubahan yang
dimungkinkan dapat terjadi dalam hal regenerasi, judul ini cukup mengusik
pembaca untuk mengetahui lebih lanjut elaborasi yang terdapat dalam berita ini.
b. Lead
Tidak terdapat Lead dalam berita ini, paragraf pembuka berita diawali
dengan kalimat yang menunjukkan Megawati sebagai figur kuat partai yang
mengawal ideologi partai tetap terjaga, namun dari sudut pandang lain
menunjukkan gagalnya regenerasi partai. Paragraf awal tersebut secara kritis
mampu membawa pembaca untuk mengerti kemanakah arah berita ini akan
dibawa, ternyata tidak jauh dari kaderisasi dan regenerasi partai.
c. Struktur
Meskipun tidak ditemukan adanya lead, namun berita tersebut merupakan
berita yang memenuhi struktur piramida terbalik yang diawali dengan judul, tubuh
berita dan penutup. Disajikan secara terstruktur dari informasi yang paling penting
diawal paragraf dan ditutup dengan informasi yang kurang penting sehingga dapat
dengan mudah dipahami oleh pembaca. Berita diawali dengan paparan Megawati
sebagai figur kuat partai, namun dari sudut pandang lain menunjukkan gagalnya
regenerasi partai. Kemudian diselipkan pandangan kritis beberapa profesional
pihak eksternal seperti lembaga survey, pendapat-pendapat tersebut bersifat saling
mendukung atau memperkuat paparan yang sebelumnya diuraikan, dan ditutup
dengan halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dari paragraf terakhir inilah dapat terlihat, Kompas mengarahkan adanya
harapan atau peluang kearah yang lebih baik yang bertolak pada kritik yang
diuraikan pada awal-awal paragraf tentang regenerasi di tubuh partai, dengan
mengungkapkan bursa calon sekretaris Jendral, dan beberapa nama yang berkaitan
memiliki peluang.
d. Substansi
Berita dengan judul tersebut diatas menonjolkan substansi mengenai
regenerasi partai. Kompas menyoroti topik penting ‘regenerasi’ dan menyusun
informasi secara padat. Demi alasan solidaritas dan menjaga ideologi partai, PDIP
tetap mencalonkan Megawati sebagai ketua umum dan mengabaikan semakin
rendahnya tingkat electoral partai. Selama ini Megawati dianggap mampu
menyatukan semua kelompok yang ada di PDIP. Tanpa kehadiran Megawati,
dikhawatirkan akan banyak kader partai yang lari ke partai lain. Harapan agar
PDIP tidak ragu melakukan kaderisasi karena memiliki potensi kader baik yang
sangat banyak hal tersebut dapat dilihat dari bursa calon sekertaris jendral PDIP
yang mulai marak.
e. Perspektif
Berita tersebut bersifat kritis dan berimbang, pada kenyataannya masalah
kaderisasi dan regenerasi sangat menonjol dalam konteks PDIP, namun secara
wajar hal tersebut dapat dikritisi sesuai porsi yang cukup, dengan tidak
memojokan ataupun sebaliknya. Berita ini termasuk dalam perspektif Narrative
teories of News dimana Kompas menyuguhkan berita yang kritis namun tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
objektif, mempertimbangkan kemajemukan masyarakat sebagai pembaca, dan
tidak terdapat dramatisasi berita didalamnya. Kritik yang ditampilkan tidak
mempersalahkan secara sepihak namun sebagai upaya koreksi yang sehat, dan
akhirnya kesimpulan kembali pada pendapat pembaca.
5. Judul: “Megawati Tak Tertandingi Lagi”
Kompas edisi : Minggu 4 April 2010
a. Judul
Dalam berita tersebut, dilihat dari judulnya yang menggunakan kata “Tak
tertandingi lagi” memberikan kesan bahwasannya selain Megawati merupakan
calon tunggal, namun secara implisit Megawati seolah memiliki kekuatan yg tidak
tertandingi, dengan atau tanpa pesaing sekalipun. Bagi pembaca yang mengikuti
berita perjalanan partai ini maka judul tersebut sudah dapat menjawab, posisi
Megawati jelas tidak akan lengser dari posisi sebelumnya sebagai ketua umum.
b. Lead Berita pada edisi ini tidak ditemukan adanya lead, namun bila dikaitkan
dengan Judul diatas, paragraf awal sebagai pembuka memiliki keterwakilan, dari
judul kemudian disusul dengan paragraf pembuka yang disampaikan dengan
argumen yang memperkuat judul:
Puan menyatakan tidak ada nama lain di luar nama Megawati Soekarno Putri sebagai calon ketua umumPDI-P. Kebulatan tekad memilih kembali Megawati itu disampaikan akar rumput melalui 33 Dewan Pimpinan Daerah di Seluruh Tanah Air. Di kongres ini tidak ada kemungkinan ada nama lain karena sudah selesai di tingkat internal. Konferda (Konferensi Daerah) yang digelar 33 DPD semua mengerucut ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
satu nama yakni Megawati,”kata Puan dihadapan pers di Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu (3/4)”
Paragraf pembuka ini mencakup informasi unsur yang mampu menjawab
seluruh pertanyaan dan memberi gambaran jelas isi berita sebelum masuk ke
paragraf berikutnya.
c. Struktur
Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik yang diawali dari informasi yang paling penting kemudian informasi
yang kurang penting. Disajikan secara terstruktur sehingga dapat dengan mudah
dipahami oleh pembaca. Bagian terpenting sudah dimuat diawal paragraf. Berita
kemudian ditutup dengan transisi yang cukup menarik yakni mengenai simpatisan
kader partai yang berjumlah ribuan yang akan mendukung Kongres. Passante
menyebutkan bahwasanya transisi memudahkan pembaca berpindah dari satu poin
ke poin yang lain, tanpa perubahan mendadak dalam isi informasi atau pemikiran.
Setiap kali wartawan membuat poin baru atau menyebutkan fakta baru, hendaknya
diawali dengan transisi atau kata penghubung, hindari transisi mendadak yang
kasar dan tidak memiliki hubungan dalam informasinya. (Passante, 2008:39).
Transisi tersebut juga merupakan topik yang dijadikan sebagai ending atau
penutup yang merupakan akhir dari uraian dan namun bukan merupan
kesimpulan.
d. Substansi
Substansi yang ditonjolkan dalam berita tersebut ialah mengenai
penegasan Megawati sebagai calon tunggal ketua umum PDIP. Berita tersebut
bersumber dari Konferensi pers yang diadakan PDIP menjelang Kongres III di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Bali. Dari acara tersebut dijelaskan sumber keputusan tersebut berasal dari
konferda yang secara keseluruhan telah memilih Megawati, Kompas mengkritisi
mengenai regenerasi kepemimpinan yang terjadi dalam tubuh PDIP mengenai
tidak berjalannya regenerasi dalam tubuh sebuah partai yang terbatas pada
keluarga karena selama ini banyak partai politik berdiri bukan untuk kepentingan
rakyat dan tidak untuk menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi publik,
melainkan untuk memenangi Pemilu dan hal tersebut sangat menarik karena
selama ini PDIP mengatasnamakan dirinya sebagai partai wong cilik yang berarti
berpihak pada rakyat jelata.
e. Perspektif
Berita ini termasuk dalam prinsip perspektif Narrative teories of News
dimana Kompas menyuguhkan berita yang kritis namun tetap obyektif,
mempertimbangkan kemajemukan masyarakat sebagai pembaca, dan tidak
terdapat dramatisasi didalamnya. Karena tidak ditemukannya bias yang
memojokkan salah satu pihak maupun menimbulkan efek yang tidak sengaja
pada pemahaman sebuah berita politik. Hal tersebut dikarenakan pada berita ini
Kompas menyajikan opini kritis pihak eksternal dengan kenyataan yang ada pada
internal partai, sehingga pembaca dapat menganalisa sendiri, dengan kesimpulan
yang netral karena ada muatan positif dan negatif yang ditawarkan.
6. Judul: “Menanti Lompatan Besar Sang Banteng”
Kompas edisi, Senin 5 April 2010
a. Judul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Kompas, Edisi Senin 5 April 2010 menyajikan berita mengenai Kongres
PDI-Perjuangan dengan judul yang berukuran cukup besar, ruang untuk berita
tersebut juga sebesar separuh muka halaman dan judul dicetak dengan font ukuran
48. Judul “Menanti Lompatan Besar Sang Banteng” seolah mengajak pembaca
untuk membayangkan seekor banteng yang siap melakukan lompatan dengan kata
lain kalimat dalam judul tersebut merepresentasikan PDIP sebagai sosok banteng
yang perkasa sesuai dengan lambangnya, dengan lompatannya yang besar, akan
mampu membuat perubahan keadaan dalam partai tersebut. Dengan kata lain
Kompas menggambarkan penantian publik terhadap terobosan PDIP dalam hasil
Kongres mendatang. Judul tersebut cenderung berkesan bombastis.
b. Lead:
Kongres III PDI-Perjuangan yang akan resmi dibuka Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, Selasa (6/4) besok, praktis tidak akan banyak membahas siapa ketua umum PDI-P periode 2010-2015. Oleh karena itu, seyogyanya kongres ini lebih banyak membahas langkah terobosan, bahkan lompatan besar.
Dalam lead tersebut dikatakan sangat kecil kemungkinan Megawati
Soekarno Putri digeser dari posisinya, Kompas memprediksi bahwa kongres yang
akan diselenggarakan esok hari adalah kongres yang menitikberatkan langkah
terobosan serta sikap PDIP kedepan. Lead tersebut merupakan bentuk ringkasan
atau summary lead, dalam lead ini ditemukan beberapa unsur yakni, Apa:
Kongres III PDI-Perjuangan, Kapan: 6 April, dan Bagaimana: Kongres
membahas langkah terobosan PDIP. Pembuka berita (summary lead) harus
menjawab beberapa, tidak semua, pertanyaan dasar: siapa (who), apa (what),
kapan (when), dimana (where) dan mengapa (why). Jika semua unsur dimasukkan
dalam pembuka, maka akan menjadi berat (Ishwara, 2005:121).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c. Struktur
Berita tersebut terdiri dari judul, lead, tubuh berita dan penutup. Dilihat
sari kelengkapan unsurnya, sajian berita ini lengkap. Disajikan secara terstruktur
sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Diawali dari informasi
yang paling penting kemudian informasi yang kurang penting. Setelah membahas
mengenai proses pemilihan ketua umum dan dinamikanya selama ini, Kompas
mengalihkan berita pada poin lain yakni tentang argumentasi rasional terhadap
keputusan –keputusan partai. Namun dalam pada itu terdapat kronologi atau
flashback dalam berita, dari cara penyampaiannya berita ini justru seperti news
feature standar kontinyuitas yang tinggi dan lebih merupakan proses organik
dimana topik-topik yang berhubungan dipersatukan dan menjadikannya sesuatu
yang koheren. Kompas menyajikan transisi yang menarik dalam hal ini, kedua
topik merupakan bahasan yang krusial bila menyoal PDIP.
d. Substansi
Substansi yang diangkat dalam berita ini ialah mengenai dinamika yang
mewarnai pemilihan ketua umum PDIP dan argumentasi rasional terhadap
keputusan-keputusan yang dibuat dalam tubuh PDIP dalam menghadapi
tantangan. Hal lain uang menarik ialah Kompas menyajikan catatan flashback
yang diperoleh dari Pusat Informasi Kompas, mengenai kongres PDIP
sebelumnya, yaitu kongres I & II . kongres tersebut dibuka oleh Presiden
Abdurrahman Wahid. Dengan dimasukkannya pernyataan Megawati dalam setiap
kongres yakni pada kongres I:
“Saya tahu bahwa secara aklamasi Saya telah terpilih kembali. Saya ingin memberikan catatan, Saya minta pada kongres yang terhormat, bahwa yang namanya Megawati Soekarnoputri tak akan selamanya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
menjadi pimpinan partai maupun sebagai ketua umum partai,” tegasnya setelah terpilih sebagai Ketua Umum PDI-P 2000-2005” (Kompas, 2 April 2000)
Kemudian Kompas juga menyajikan pernyataan Megawati pada Kongres II :
Secara Objektif saya harus sampaikan, kita belum mencapai fase sebagai partai modern yang ideal, tetapi secara bertahap justru kehilangan wataknya sebagai partai kerakyatan, “Kata Megawati dalam pidato pembukaan Kongres ke-2 partai Demikrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di depan sekitar 2.000 peserta kongres. (Kompas, 29 Maret 2005)”
Sedangkan dalam kongres III disajikan pernyataan Megawati sebelum
Kongres, karena berita ini terbit sehari sebelum kongres diselenggarakan, berikut
pernyataanya:
Megawati menegaskan, partai tidak memiliki aturan baku tentang mekanisme koalisi ataupun oposisi. Jika koalisi diidentikkan dengan pembagian kursi dalam kabinet, Megawati mengaku tidak bisa membayangkan jika kader PDI-P turut duduk di pemerintahan. “Lalu siapa yang akan jadi penyeimbang untuk “check” and “balances”? itu bukan tujuan kami, “kata Megawati dalam jumpa pers seusai memanen padi MSP (Mari Sejahterakan Petani) di desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Kompas, 26/3).
Menarik, karena dari berita ini detail, runtut, dan sistematis sehingga
memudahkan pembaca yang tidak mengikuti pemberitaan PDIP sekalipun
menjadi lebih memahami permasalahan yang diangkat setelah membaca berita ini.
e. Perspektif
Berita ini tergolong berita yang memenuhi prinsip Narrative Theories of
News, yakni menyajikan berita dengan struktur berita yang standar. Obyektivitas
berita yang disajikan juga terjamin. Karena tidak ditemukannya bias maupun
menimbulkan efek yang tidak sengaja pada pemahaman sebuah berita politik.
Bias adalah kecenderungan berita berdasarkan opini seseorang, keyakinan
seseorang atau perasaan seseorang. Koran yang baik tidak boleh bersikap bias.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Bahkan sesuatu yang wajar menimbulkan emosi harus ditangani dengan hati-hati
(Passante 2008:28).
Berita tersebut bersifat kritis namun berimbang, pada kenyataannya
masalah regenerasi merupakan aspek yang menonjol dari PDIP, namun secara
wajar hal tersebut dapat dikritisi sesuai porsi yang cukup, dengan tidak
memojokan ataupun sebaliknya. Berita ini termasuk dalam perspektif Narrative
teories of News dimana Kompas menyuguhkan berita yang kritis namun tetap
objektif, mempertimbangkan kemajemukan masyarakat sebagai pembaca, dan
tidak terdapat dramatisasi berita didalamnya. Kritik yang ditampilkan tidak
mempersalahkan secara sepihak namun sebagai upaya koreksi yang sehat, dan
akhirnya kesimpulan kembali pada pendapat pembaca.
7. Judul: “Bukan Partai Oposisi? Apa Kata Dunia…”
Kompas edisi Selasa, 6 April 2010
a. Judul
Berita edisi Selasa 6 April 2010, ditempatkan di sudut atas halaman 5, dicetak
dengan font ukuran 48 pada judul dilengkapi dengan gambar pendukung
Megawati Soekarno Putri dan Puan Maharani yang sedang melihat sebuah
pameran foto perjalanan politiknya dari masa orde baru hingga saat ini.
Judul “Bukan Partai Oposisi?”Apa Kata Dunia…telah secara jelas
tersirat, tentang posisi PDIP yang sekirannya tidak afdol kalau tidak oposisi
terhadap pemerintah, merk dagang PDIP memang ketegasan sikapnya sebagai
oposan dan berdiri diluar lingkaran pemerintahan. Jargon “Apa kata dunia…”
yang diambil dari sebuah film yang digandrungi masyarakat saat itu, kiranya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
berarti, “sangat memalukan, atau mengherankan kalau sampai PDIP tidak menjadi
oposisi”, karena PDIP dikenal dengan konsistensi sikap oposisinya.
b. Lead
Berita ini diawali dengan lead sebagai jembatan penghubung antara judul
dan keseluruhan isi berita, berikut kutipannya:
Selama berhari-hari menjelang keputusan sidang Paripurna DPR pada 3 Maret 2010 atas skandal Bank Century, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri tak kenal lelah memonitor aktivitas tokoh-tokoh kunci PDI-P di DPR dan hampir semua anggota partai yang tergabung didalam Pansus. Wajar ia agak mengkhawatirkan pembelotan orang-orang partai ditengah kondisi rawan tersebut.
Lead tersebut cukup panjang dan merujuk pada bahasan substantif yaitu
kaitan antara sikap oposisi PDIP dengan kasus Century yang terjadi di tanah air.
Dimana Megawati selalu mengontrol kader-kadernya yang duduk di kursi
pemerintahan, untuk selalu bertindak sesuai dengan sikap oposisi dengan menolak
opsi bailed-out terhadap kasus Century. Disisi lain dengan Pembuka berita
(summary lead) harus menjawab beberapa, tidak semua, pertanyaan dasar. Jika
semua unsur dimasukkan dalam pembuka, maka akan menjadi berat (Ishwara,
2005:121). Lead tersebut memang cukup panjang, berupa ringkasan poin penting
dalam berita ini namun tetap memberi kesan ringan dan mendalam.
c. Struktur
Berita yang ditulis oleh wartawan senior Kompas, Budiarto Sambazy
memuat dua poin bahasan, yakni tentang konsistensi megawati melalui PDIP
dalam mengawal Bailed Out Century, kemudian berpindah pada poin lain yaitu
generasi P3 Puan, Puti, Prananda yang merupakan tunas keluarga Soekarno dalam
politik, transisi yang sangat menarik mengingat PDIP memang sarat dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Soekarnoisme. Berita tersebut merupakan berita dengan bentuk penilisan feature
yang menganalisis, menginterpretasi, dan menyajikan latar belakang dari suatu isu
penting. Struktur feature bersifat organik yaitu permulaan, pertengahan, dan
penutup. Semua bagian saling berhubungan erat, bersifat kontinyu dimana topik-
topik berhubungan dan menjadikannya sesuatu yang koheren. Transisi yang halus,
ritme pada kutipan. Pada bagian penutup, tidak dapat dipotong dari bawah keatas
sesuai dengan tingkat kepentingannya (Ishwara, 2007: 137-141).
d. Substansi
Ada dua substansi penting yang menonjol pada berita ini, pertama ialah
sikap PDIP yang dimotori Megawati yang begitu kuat memegang kendali atas
seluruh kadernya yang duduk di kursi pemerintahan terkait dengan keputusan
Bailed-Out Century. Kedua ialah Generasi Soekarno masa kini dengan
menyebutnya P3 yakni (Puan, Puti, Prananda) yang dimungkinkan akan mewarisi
dinasti politik dalam tubuh PDIP. Namun intinya ialah oposisi harus tetap ada,
dan dibutuhkan bagi sebuah Negara demokrasi sebagai tanda masih sehatnya
sistem tersebut.
e. Perspektif
Berita Kompas yang ditulis oleh Wartawan Senior Kompas, Budiarto
Shambazy tersebut cukup kritis dalam menyajikan pandanganya. Namun masih
dalam batas-batas yang wajar. Berita ini tergolong berita yang memenuhi prinsip
Narrative Theories of News, yakni menyajikan berita dengan struktur berita yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
standar. Tidak ditemukan bias reportase yang menimbulkan efek yang tidak
sengaja pada pemahaman sebuah berita politik, namun bertindak sebagai wacana
kritis yang membelajarkan pembaca untuk memahami berita politik.
8. Judul: “Megawati: Trah Soekarno Tidak Pecah”
Kompas Selasa, 6 April 2010
a. Judul Judul tersebut merupakan kutipan langsung dari Megawati, mengenai
pernyataanya bahwa Trah Soekarno Tidak Pecah., penggunaan kata trah
merupakan ungkapan untuk menunjukkan kesakralan, kata trah identik dengan
suku jawa yang bermakna silsilah keturunan. Dari judul tersebut Megawati secara
lugas menyatakan bahwa hubungan dalam trah Soekarno masih utuh atau baik-
baik saja. Juga merupakan sebuah bantahan kepada publik, ketika banyak pihak
mempertanyakan keharmonisan keturunan Soekarno sebagai keluarga terkait
dengan aktivitas politik mereka. Pada dasarnya Judul berita berfungsi sebagai
informasi yang paling utama dalam sebuah berita, dari Judul yang dipilih
seharusnya mampu merepresentasikan isi berita yang disuguhkan kepada
pembaca, judul dapat bersifat netral apa adanya atau bahkan memiliki makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
ambigu, yang membuat pembaca penasaran dan tertarik untuk membaca berita
tersebut.
b. Lead Kompas kali ini menyajikan berita Kongres PDIP dengan ukuran ruang
yang relatif kecil, berita ini ditempatkan di halaman yang sama dan berada tepat
dibawah berita “Bukan partai Oposisi, Apa kata Dunia?...”Tidak terdapat lead
dalam berita ini namun paragraf pembuka sangat representatif terhadap judul yang
diusung, berikut kutipannya:
SANUR, KOMPAS- Ketua Umum Partai Demikrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyatakan trah Soekarno tidak pecah dan tetap solid. Kemunculan mereka dalam dunia politik melalui PDIP adalah bentuk regenerasi di tubuh trah proklamator pertama itu. Judul dan lead merupakan bentuk kesatuan, dimana judul berupa sebuah
kutipan pernyataan, dan paragraf pertama pada edisi ini dapat menggantikan
fungsi lead yang merupakan bentuk elaborasi, atau penjabaran dari judul tersebut.
Sehingga walaupun belum banyak menjawab pertanyaan pembaca, namun
paragraf awal ini memberikan kesan yang ringan dengan gaya elaborasi yang
minim.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik yang diawali dengan judul, tubuh berita dan penutup. Disajikan secara
terstruktur sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Diawali dari
informasi yang paling penting kemudian informasi yang kurang penting. Judul
diambil dari kutipan langsung dari pernyataan Megawati. Kutipan adalah cara
yang bagus untuk mendukung data atau menambah warna berita tanpa harus
merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal tersebut dengan kata lain wartawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
mendapatkan opini dari luar yang merupakan sisi lain berita yang mendukung apa
yang ditulis wartawan dalam berita, namun tidak boleh mengulang-ulang
informasi yang dengan menggunakan kutipan. Kutipan bisa dipakai untuk
memberi penegasan dan elaborasi (Passante, 2008:38).
Selain itu hal yang menarik yang ditemukan pada paragraf akhir ialah
sebuah penutup yang tepat pada sasaran, berupa pendapat pengamat politik,
bahwasanya generasi unggul mungkin bisa lenyap karena PDIP terlalu bergantung
pada bayang-bayang soekarno. Mengenai penutup, pada poin tertentu berita harus
diakhiri, wartawan yang baik akan mengakhiri tulisannya dengan sebuah poin
penting (Passante, 2008:40).
d. Substansi Dalam berita ini ditemukan sebuah substani yang amat menonjol yang
merupakan inti yang menjiwai berita tersebut, yakni mengenai regenerasi partai,
serta peta politik PDIP yang kental dengan nuansa regenerasi trah soekarno.
Selain itu juga ada hal menarik yang dikritisi oleh Kompas, yakni PDIP memang
mengatur sedemikian rupa agar regenerasi trah soekarno tetap ada dalam partai.
Meskipun terdapat sanggahan bahwa banyak generasi diluar trah Soekarno yang
dapat tumbuh subur, namun hal tersebut nyatanya sulit terwujud dalam
pelaksanaanya, tak dapat dipiungkiri generasi trah Soekarno memang memiliki
tempat khusus.
e. Perspektif Berita Kompas edisi tersebut cukup kritis, namun masih dalam batas-batas
yang wajar. Berita ini tergolong yang memenuhi prinsip Narrative Theories of
News, dimana Kompas menyajikan berita dengan struktur berita yang standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tidak ditemukan bias reportase yang menimbulkan efek yang tidak sengaja pada
pemahaman sebuah berita politik, namun bertindak sebagai wacana kritis yang
membelajarkan pembaca untuk memahami berita politik.
9. Judul: “Megawati: Terserah Kehendak Rakyat”
Kompas edisi Rabu, 7 April 2010
Berita dengan judul tersebut dicetak dengan font Times New Roman 28
Bold, ditempatkan di halaman utama Kompas edisi Rabu, 7 April 2010.
Dilengkapi dengan foto beberapa tokoh nasional yang terlihat sedang antri
bersalaman dengan Megawati Soekarnoputri saat pembukaan Kongres III PDIP dI
Bali, diantaranya adalah Wiranto, Prabowo Subiyanto, dan Surya Paloh. Tersirat
keakraban Megawati dengan para tokoh tersebut, serta dukungan dari partai lain
terlihat disana, jika dikaitkan dengan berita Kompas yang berjudul “Yudhoyono
tak diundang dalam Kongres” memang seperti menunjukkan ketidakcocokan
hubungan antara Megawati dengan Yudhoyono saat ini, terkait konflik pribadi
mereka dan keputusan PDIP sebagai partai Oposisi pemerintah. Secara tersirat
Kompas memang menyoroti kaitan antara konflik pribadi Megawati, dan sikapnya
yang selalu memegang kendali arah partai pada kubu oposisi.
a. Judul Dalam berita Kongres yang disajikan oleh Kompas, sering sekali di temui
penggunaan kutipan langsung, untuk membuat judul berita, untuk kesekian
kalinya judul “Megawati: Terserah Kehendak Rakyat” merupakan pilihan yang
cukup mengena dalam membuat judul, sebelum memasuki isi berita, pembaca
sudah dapat menangkap maksud dari judul tersebut, “Terserah Kehendak Rakyat”,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Megawati menyerahkan semua pendapat, atau arah yang menuntun kemana
langkah partai sesuai dengan kehendak rakyat, karena pada dasarnya PDIP adalah
partai yang mengatasnamakan diri sebagai partai wong cilik yang diharapkan
konsisten mengemban amanat rakyat, berperan sebagai oposan membuat partai
tersebut dianggap sebagai satu-satunya partai yang dapat mewakili aspirasi rakyat
dan sebagai check and balances dalam roda pemerintahan.
b. Lead Sedangkan lead berita merupakan alinea pembuka yang menjadi awalan
menuju isi tulisan. Tidak terdapat Lead dalam berita ini namun paragraf pertama
sebagai pembuka yang berfungsi mengantarkan pembaca kepada maksud dari isi
berita berikut kutipannya:
SANUR, KOMPAS-Sebagai partai ideologis, posisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sangat jelas, yakni tidak akan pernah menjadi bagian dari kekuasaan yang tidak berpihak kepada wong cilik, meski demikian tidak berarti PDIP menyerahkan sikap politik itu pada kehendak rakyat, apakah berada di pemerintahan atau menjadi penyeimbang. Kompas menuliskan paragraf awal dalam bentuk ‘pengingkaran’. Dimana
pada awalnya wartawan menuliskan bahwa PDIP menyerahkan pada kehendak
rakyat, namun pada awal paragraf dituliskan tidak berarti PDIP menyerahkan
sikap politik itu pada kehendak rakyat, apakah berada di pemerintahan atau
menjadi penyeimbang. Awalan tersebut membuat pembaca penasaran untuk
membaca lebih lanjut, demi mendapatkan informasi mengenai apakah maksud
dari judul ‘Terserah Kehendak Rakyat’, bagian mana yang diserahkan pada
kehendak rakyat.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik yang diawali dengan judul, tubuh berita dan penutup. Disajikan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
terstruktur sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Diawali dari
informasi yang paling penting kemudian informasi yang kurang penting. Dalam
berita tersebut ditemukan nutgraf atau paragraf inti dipakai untuk menempatkan
informasi penting di dekat bagian atas berita biasanya dalam satu paragraf, dan
berisi sedikit informasi konteks histories dan konteks lain yang berguna. Isinya
memberi tahu pembaca tentang maksud dari berita dan meringkasnya dengan
menambahkan konteks. Ia umumnya sepanjang satu paragraf, atau dua paragraf.
Berita pada umumnya punya satu tema atau poin utama, biasanya diletakkan
dalam satu atau dua paragraf inti yang meringkaskan aspek penting dari berita.
(Passante, 2008:37). Poin utama pada berita tersebut terdapat pada paragraf ke 3,
yang merupakan kutipan langsung dari pidato Megawati, dan mampu menjawab
pertanyaan pembaca yang bersumber dari judul. Berikut kutipannya:
Jika kita harus memegang tampuk pemerintahan, biarkan itu terjadi karena kehendak rakyat. Sebaliknya jika rakyat menghendaki kita menjadi kekuatanpenyeimbang agar prinsip checks and nbalances bisa berjalan, biarkan kehendak rakyat itu terjadi,” tutur Megawat, yang disambut tepuk tangan riuh dan dukungan peserta kongrres. Dideretan belakang, sejumlah peserta kongres juga berteriak “Oposisi”…”Oposisi….”
d. Substansi
Berita tersebut merupakan penjabaran dari pidato politik Megawati dalam
pembukaan Kongres, poin penting yang menjadi substansi ialah isi dari
pernyataan Megawati mengenai kekuatan pergerakan, dalam hal ini rakyat. PDIP
harus menjadi alat perjuangan Rakyat. Serta penguatan sikap oposisi ditengah
godaan koalisi, tekad untuk menjaga agar demokrasi tetap sehat dan berjalan
dengan baik, selain itu juga bahasan terkait adanya degradasi ideologi yang terjadi
dalam tubuh partai.
e. Perspektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Berita tersebut merupakan berita politik yang menggambarkan sikap PDIP
yang terus berpegang teguh ditengah godaan koalisi, serta sedikit kritisi tentang
degradasi ideologi partai. Dari uraian berita diatas tidak ditemukan bias reportase,
yang yang menimbulkan efek yang tidak sengaja pada pemahaman sebuah berita
politik, namun bertindak sebagai wacana yang kritis yang dapat membelajarkan
masyarakat untuk memahami berita politik dalam batas-batas yang wajar. Berita
ini tergolong berita yang memenuhi prinsip Narrative Theories of News, karena
tidak ditemukan bias yakni menurut Passante Bias adalah kecenderungan berita
berdasarkan opini seseorang, keyakinan seseorang atau perasaan seseorang. Koran
yang baik tidak boleh bersikap bias. Bahkan sesuatu yang wajar menimbulkan
emosi harus ditangani dengan hati-hati (Passante 2008:28)
10. Judul: “PDI-P Tetap Oposisi”
Kompas edisi Kamis, 8 April 2010
a. Judul Kompas Edisi Kamis 8 April 2010, memilih judul yang sederhana, lugas,
dan tegas tentang sikap politik PDIP. Dengan judul ini, pembaca tidak melihat ada
pilihan sikap lain, sikap oposisi telah menjadi merk dagang PDIP dalam berpolitik
dan menjaring massa simpatisan. Judul juga dicetak dengan font ukuran 48 dan
bold sehingga memberi kesan tegas. Terdapat sub judul:
Presiden: Saya Menghormati Megawati dan PDIP.
Kompas dalam hal ini, membuat tulisan yang bersifat netral bahkan
cenderung kearah positif, dimana ketika banyak dihembuskan kabar
ketidakcocokan Megawati dan Yudhoyono, sub judul ini tampil untuk menetralisir
hal tersebut, sehingga kesan baik dapat terlihat dalam berita ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
b. Lead SANUR, KOMPAS- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bertekad tetap menjadi
partai oposisi untuk menjalankan fungsinya kontrol dan penyeimbang pemerintah. Hal itu agar terwujud Indonesia yang berdaulat di bidang politik, ekonomi, dan budaya. Judul maupun Lead yang berkaitan dengan oposisi selalu ditemukan dalam
pemberitaan PDIP, hal ini wajar karena partai tersebut tidak lepas dari bahasan
oposisi dan regenerasi. Kali ini Judul “oposisi” disambungkan dengan lead yang
merujuk oposisi guna mencapai tujuan tertentu yakni mewujudkan kedaulatan
Negara dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Lead tersebut berupa kutipan
tidak langsung terhadap poin penting dalam isi berita, serta merupakan lead yang
sederhana karena hanya menjawab pertanyaan Apa & Mengapa namun cukup
dapat merangkum poin penting yang akan disajikan dalam berita.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik yang diawali dengan judul, lead, tubuh berita dan penutup. Disajikan
secara terstruktur sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Diawali
dari informasi yang paling penting kemudian informasi yang kurang penting.
Pada bagian akhir berita terdapat penutup yang bersumber dari pernyataan Soesilo
Bambang Yudhoyono, sebagai wakil dari pihak pemerintahan, dilihat dari
pernyata dan tidak terdapat kesan provokasi. Penutup tersebut bukan merupakan
kesimpulan namun sebagai penutup yang melengkapi berita.
d. Substansi Poin yang ditonjolkan yang bersifat substantif ialah PDIP sebagai partai
yang mengaku memiliki ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Ketika menyebut diri
sebagai partai dengan ideologi kuat, maka tantangannya ialah bagaimana sebuah
ideologi dapat dituangkan dalam kerja yang nyata, karena tidak mudah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
mewujudkanya, partai ideologis harus konsisten dalam menjalankannya dan
terjemahan dari ideologi tersebut harus bisa dirasakan oleh rakyat.
e. Perspektif Berita tersebut merupakan berita politik yang menggambarkan sikap
oposisi PDIP. Dari judul yang netral dan lugas, serta penambahan sub judul yang
tidak provokatif, Kompas telah menunjukan mampu menyajikan berita politik
yang ditulis dengan akurat, berimbang dan tidak ditemukan adanya bias reportase
yang menimbulkan efek yang tidak sengaja pada pemahaman sebuah berita
politik, namun bertindak sebagai wahana yang kritis yang dapat membelajarkan
masyarakat untuk memahami berita politik dalam batas-batas yang wajar. Berita
ini tergolong berita yang memenuhi prinsip Narrative Theories of News.
11. Judul: “Sebagian Pengurus DPP Orang Muda”
Kompas edisi Jumat, 9 April 2010
a. Judul Judul tersebut bersifat netral, tidak terdapat kata yang memngarah pada
provokasi. Judul tersebut secara implisit menunjukkan bahwa regenerasi di tubuh
PDIP tidak sepenuhnya macet, meskipun regenerasi ketua umum tidak terjadi
namun pengurus Dewan Pengurus Pusat buktinya, ialah orang muda. Kata
“sebagian besar” kendati memang bukan seluruhnya namun cukup mewakili
dominasi jumlah pengurus yang dikatakan bahwa sebagian besar adalah orang
muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Lead Tidak ditemukan adanya lead, sehingga unit yang diamati ialah pada
paragraf pembukanya yang menarik karena merupakan rangkuman poin penting
dari isi berita. Paragraf tersebut berupa ringkasan penting pada pembuka berita,
berikut kutipannya,
SANUR, KOMPAS- Seperti telah diduga sebelumnya, Megawati Soekarnoputri kembali memimpin PDIP untuk periode 2010-2015. Ia didampingi 26 anggota pengurus DPP, diantaranya Tjahjo Kumolo sebagai sekretaris jenderal, menggantikan Pramono Anung. Sebanyak dua pertiga pengurus DPP itu adalah orang muda.
Paragraf tersebut merupakan pengantar ringkasan apa yang ingin
dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap.
c. Struktur Berita ini merupakan berita langsung merupakan penjabaran dari hasil
dibentuknya kepengurusan yang baru, memiliki pola piramida terbalik, Terdiri
dari unsur yang penting kemudian kurang penting, diawali dengan judul, tubuh
berita kemudian penutup. Disajikan secara terstruktur sehingga lebih mudah
dipahami oleh pembaca. Berita tersebut menampilkan sebuah kutipan pernyataan
langsung Megawati dalam Kongres, dicetak dalam font yang besar dan diletakkan
ditengah teks berita, sehingga Kompas memberikan kesan menonjol dalam
kutipan ini. Berikut kutipannya:
“Ini muka-muka baru di DPP. Yang telah digodog berhari-hari, bukan saja pada kongres”
Kutipan adalah cara yang bagus untuk mendukung data atau menambah
warna berita tanpa harus merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal tersebut
dengan kata lain watwana mendapatkan opini dari luar yang merupakan sisi lain
berita yang mendukung apa yang ditulis wartawan dalam berita, namun tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
boleh mengulang-ulang informasi yang dengan menggunakan kutipan. Kutipan
bisa dipakai untuk memberi penegasan dan elaborasi (Passante, 2008:38).
d. Substansi Kali ini tidak ditemukan bahasan oposisi. Berita tersebut menyoroti hasil
kongres, yakni terpilihnya kembali Megawati secara aklamasi atau suara
terbanyak, pengumuman susunan kepengurusan PDIP yang baru, termasuk DPP,
juga sekertaris Jendral. Tidak berhenti di situ, mengenai sekjen partai yang baru
yakni Tjahjo Kumolo, dibahas mengenai keterlibatanya sebagai saksi pada sebuah
kasus korupsi, Kompas memperinci hal tersebut dengan menuliskan catatan
Kompas tentang keterlibatan Tjahjo sebagai saksi, dan pendapat dari yang
bersangkutan yang membuatnya menjadi simpul terlemah gerakan oposisi PDIP.
e. Perspektif Berita ini tergolong berita yang memenuhi prinsip Narrative Theories of
News. Berita tersebut merupakan berita politik yang melaporkan hasil kongres dan
polemik yang menyertainya. Dari judul yang netral dan lugas, Kompas telah
menunjukan mampu menyajikan berita politik yang ditulis dengan akurat,
berimbang dan tidak ditemukan adanya bias reportase yang menimbulkan efek
yang tidak sengaja pada pemahaman sebuah berita politik, namun bertindak
sebagai wahana yang kritis yang dapat membelajarkan masyarakat untuk
memahami berita politik dalam batas-batas yang wajar.
12. Judul: “Terobosan PDI-P Ditunggu”
Kompas edisi Jumat, 9 April 2010
a. Judul Sekilas membaca judul tersebut, terkesan biasa saja, namun bila dicermati
kaitannya dengan sub judul yang disisipkan yaitu “Megawati Terpilih Kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
secara Aklamasi” memberikan muatan tanggung jawab yang lebih besar dari
sebelumnya. Kata terobosan disini ialah sebuah penemuan baru, langkah baru apa
yang akan dilahirkan oleh PDIP, setelah konsistensi sikap oposisi yg masih
terjaga, juga ketua umum yang masih sama karena terpilih kembali. Dengan status
quo-nya, masyarakat menanti, sekiranya apakah hal yang baru yang akan dibuat
oleh PDIP. Judul dicetak dalam font Times New Roman ukuran 50, ukuran yang
besar memberi penegasan terhadap pentingnya berita yang disajikan.
b. Lead SANUR, KOMPAS-Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP PDI-P 2010-2015 ditantang untuk mewujudkan agenda yang disampaikan dalam pidato politiknya.
Lead tersebut merupakan elaborasi dari judul, penggunaan kata
“ditantang” seolah merupakan penegasan untuk merealisasikan agenda politik
yang disampaikan dalam pidato Megawati selaku ketua umum. Meskipun
termasuk berita langsung, lead tersebut cukup ringan dan mudah dipahami, yang
merupakan kutipan tidak langsung dari tokoh peneliti, yang kemudian dapat
ditemui pejelasannya pada paragraf pembuka.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita langsung yang memenuhi struktur
piramida terbalik dimana diawali dengan judul dan lead yang merupakan
penjabaran judul, isi, dan penutup. Disajikan secara terstruktur sehingga dapat
lebih mudah dipahami oleh pembaca. Dimulai dari unsur yang penting kemudian
ditutup dengan unsur yang kurang penting. Terdapat transisi yang menandai
perpindahan poin bahasan dari topik realisasi program kerja PDIP ke poin lain
yang tidak kalah penting yakni regenerasi. transisi, memudahkan pembaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
berpindah dari satu poin ke poin yang lain, tanpa perubahan mendadak dalam isi
informasi atau pemikiran. Setiap kali waratawan membuat poin baru atau
menyebutkan fakta baru, hendaknya diawali dengan transisi atau kata
penghubung, hindari transisi mendadak yang kasar dan tidak memiliki hubungan
dalam informasinya. (Passante, 2008:39).
d. Substansi Substansi berita yang diangkat pada berita ini ialah pertanyaan mendasar
tentang realisasi agenda yang dijanjikan dan tersurat dalam pidato Megawati juga
sikap politik PDIP yang merupakan hasil kongres III, di situ tertuang beberapa
sikap politik yang sangat berani, diantaranya ialah sikap akan mendesak
pemerintah untuk menuntaskan kasus century sesuai dengan rekomendasi DPR.
Namun apalah arti sebuah janji bila tidak diwujudkan dalam langkah yang nyata
dalam merealisasikannya.
e. Perspektif Berita ini tergolong berita dengan perspektif Narrative Theories of News.
Merupakan berita politik yang bersumber dari hasil rangkuman sikap PDIP
terhadap kinerja pemerintah, dibuka dengan judul yang netral, lugas, dan kritis,
Kompas telah menunjukan kemmampuanya menyajikan berita politik yang ditulis
dengan berimbang serta tidak ditemukan adanya bias reportase yang menimbulkan
efek yang tidak sengaja pada pemahaman berita politik.
13. Judul: “Beban Bagi Kebangkitan PDIP”
Kompas edisi Sabtu, 10 April 2010 a. Judul
Judul, Beban Bagi kebangkitan PDIP disebutkan dengan lugas. Nampak
kesan PDIP tengah mengalami keterpurukan, dan untuk mencoba bangkit kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
pun masih harus menanggung beban yang dirasa berat dalam perjalanan
politiknya setelah keputusan-keputusan yang diambil dalam Kongres.
b. Lead Anti klimaks! Begitu komentar spontan Ikrar Nusa Bhakti sambil berjalan-jalan di sekitar Pantai Kuta, Bali Kamis (8/4) petang. Ia mengomentari nama-nama pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang baru diumumkan Megawati Soekarnoputri di Sanur.
Dalam sebuah berita, Lead bertugas untuk menggiring pembaca ke
paragraf berikutnya, lead memiliki fungsi yang sangat penting dalam merangkum
pikiran utama dalam awalan sebuah berita. Membuat pembaca sangat antusias
untuk mengetahui kelanjutan dari berita tersebut. Kompas menggunakan kutipan
langsung seorang tokoh. Istilah “Anti Klimaks” berarti sebuah proses yang tidak
terselesaikan, tak mencapai puncaknya. Bagi orang awam yang tidak menyimak
perjalanan politik PDIP memang dirasa sulit mencerna kalimat tersebut, namun
kata “Anti Klimaks” adalah pilihan kata yang paling representatif untuk
mengungkapkan gejolak di tubuh PDIP itu sendiri. Kutipan adalah cara yang
bagus untuk mendukung data atau menambah warna berita tanpa harus
merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal tersebut dengan kata lain wartawan
mendapatkan opini dari luar yang merupakan sisi lain berita yang mendukung apa
yang ditulis wartawan dalam berita, namun tidak boleh mengulang-ulang
informasi yang dengan menggunakan kutipan. Kutipan bisa dipakai untuk
memberi penegasan dan elaborasi (Passante, 2008:38).
c. Struktur Berita tersebut merupakan jenis berita feature karena penulisannya
cenderung pada laporan mendalam, disertai data yang lebih lengkap dengan gaya
penulisan yang menyentuh perasaan pembaca. Terlihat mulai dari paragraf ke-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
sampai dengan ke-6 yang memaparkan masa kepemimpinan Megawati, sisipan
profilnya, juga detail haru yang terekam dalam kutipan ketika pidato, kemudian
berita ditutup dengan pesan penting dari Ir. Soekarno ayahnya, yang mampu
mengaduk emosi pembaca. Pada berita jenis ini struktur penulisannya bersifat
bebas tidak terpaku pada pola piramida terbalik. Berita tersebut merupakan bentuk
penulisan yang menganalisis, menginterpretasi, dan menyajikan latar belakang
dari suatu isu penting. Struktur feature bersifat organik yaitu permulaan,
pertengahan, dan penutup, semua bagian saling berhubungan erat, bersifat
kontinyu dimana topik-topik berhubungan dan menjadikannya sesuatu yang
koheren. Transisi yang halus, ritme pada kutipan. Pada bagian penutup, tidak
dapat dipotong dari bawah keatas sesuai dengan tingkat kepentingannya (Ishwara,
2007: 137-141).
d. Substansi Substansi yang menonjol dari berita ini ialah Kongres III sebagai transisi
dari kongres yang sebelumnya. Bila dikaitkan dengan judul, beban PDIP terletak
pada idealisme ideologinya yang kuat dan berat, walaupun diemban oleh kader
muda yang potensial, namun dipandang sebagai beban berat dalam
mewujudkannya. Poin yang kedua ialah, adanya rangkap jabatan, yakni Mayoritas
anggota DPP ialah anggota DPR maupun kepala daerah, Kompas menyajikan
uraian kritis tentang maksimalisasi kinerja mereka, dengan jabatan yang rangkap,
apakah kinerja sebagai pengurus DPP dapat terealisasi dengan baik jika disisi lain
mereka memiliki jabatan dan amanah rakyat yang harus diemban dalam waktu
bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
e. Perspektif Meskipun ditemukan beberapa titik yang merujuk pada hal-hal yang
menyentuh emosi pembaca, namun terdapat pendapat berbagai pihak yang
mengimbanginya sehingga tidak mengarah ke berita persuasif, serta tidak
ditemukan adanya bias reportase yang menimbulkan efek yang tidak sengaja pada
pemahaman sebuah berita politik, Berita ini tergolong berita yang memenuhi
perspektif Narrative Theories of News.
14. Judul: “Guruh Soekarnoputra Pertimbangkan Bentuk Partai Baru”
Kompas edisi Minggu, 10 April 2010
a. Judul Terjadi kerancuan makna yang ditangkap dalam judul diatas yakni, apakah
Guruh akan membentuk Partai politik yang baru, ataukah Guruh
mempertimbangkan bentuk PDIP yang baru. Mungkin lain halnya jika kata
“bentuk” diimbuhi awalan menjadi “membentuk”. Dari judul tersebut jelas
kiranya siapa sosok guruh, masih memiliki darah soekarno dan merupakan adik
kandung Megawati Soekarnoputri.
b. Lead Tidak terdapat lead, yang ada ialah paragraf pembuka yang menggunakan
ungkapan “memakan korban” dan “menelan korban”. Dua ungkapan tersebut
terdapat dalam satu paragraf, yakni paragraf pertama. Walaupun terdapat
penjelasan arti dari ungkapan tersebut yang dimaksud korban ialah “Ada sejumlah
tokoh yang keluar dari partai”. Namun terdapat kesan tragis dan amat
disayangkan, karena selalu terjadi, padahal yang terjadi ialah logis karena didasari
alasan kuat, yang kemudian tertuang di paragraf ke-5 yang berisi tentang alasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
penolakan guruh yang membuatnya mempertimbangakan untuk keluar dan
membentuk partai baru sebagai kendaraan politiknya.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik yang diawali dengan judul, tubuh berita, dan penutup. Disajikan secara
terstruktur sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Diawali dari
informasi yang paling penting kemudian informasi yang kurang penting.
d. Substansi Substansi yang diangkat dari berita tersebut adalah mengenai Gugurnya
pencalonan Guruh Soekarno Putra karena Megawati meraih suara secara aklamasi
atau suara terbanyak, Kompas dalam hal ini menyajikan pendapat dari Guruh
yang menilai adanya pelanggaran anggaran dasar partai, dimana pemilihan yang
seharusnya dimulai dari anak ranting, telah dipangkas dari tingkat cabang ke Pusat
oleh Dewan pimpinan Pusat PDIP. Sikap Guruh pun diprediksikan akan keluar
dari partai dan membentuk partai baru juga menjadi sorotan, dan diaplikasikan ke
judul untuk menggelitik rasa ingin tahu pembaca.
e. Perspektif Berita ini tergolong berita dengan perspektif Narrative Theories of News.
Merupakan berita politik yang bersumber dari hasil rangkuman sikap PDIP
terhadap kinerja pemerintah, Judul yang netral, lugas,dan kritis Kompas telah
menunjukan kemampuanya menyajikan berita politik yang ditulis dengan
berimbang serta tidak ditemukan adanya bias reportase yang menimbulkan efek
yang tidak sengaja pada pemahaman berita politik.
B. SURAT KABAR REPUBLIKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Hasil dari pengumpulan data diperoleh 7 berita mengenai Kongres III
PDIP di surat Kabar Republika, berikut berita -berita tersebut dan hasil
analisisnya :
1. Judul: “Isu Pelengseran Tjahjo Panaskan Kongres PDIP” Republika edisi Sabtu, 3 April 2010 a. Judul:
Republika Edisi Sabtu, 3 April 2010 tersebut menyuguhkan berita tanpa
disertai foto atau gambar, dicetak dengan font yang tidak lazim yaitu Arial ukuran
36, ditempatkan di halaman 3 dengan judul yang menarik yaitu, isu tentang
pelengseran jabatan Tjahjo Kumolo, akan tetapi terdapat kelemahan dalam judul
tersebut yakni, judul seolah menunjukkan bahwa kongres telah dilangsungkan,
padahal kongres masih dimulai pada tanggal 6 April 2010 nanti, seharusnya
diimbuhkan kata yang mewakili keterangan bahwa isu tersebut terjadi menjelang
diselenggarakannya kongres PDIP.
b. Lead
JAKARTA — Kongres PDI Perjuangan (PDIP) telah memicu
panasnya suhu di internal partai berlambang banteng gemuk itu. Salah satu
pemicunya adalah isu pelengseran kubu Ketua Fraksi PDIP DPR Tjahjo
Kumolo.
Pembuka pada berita tersebut. meringkas seluruh cerita dalam kalimat
pertama dan langsung pada inti masalah. Berita tersebut tidak diawali Lead namun
paragraf pertama cukup mendukung judul yakni terdapat kata “panas” yang
kemudian dapat membuat pembaca tertarik untuk mencari tahu di paragraf
berikutnya, dan bertanya-tanya ‘mengapa atau hal apa yang membuat Tjahjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kumolo dilengserkan?’ Kemudian dalam paragraf selanjutnya dikuatkan dengan
pernyataan Maruarar Sirait sebagai pihak internal partai yakni:
Selain masalah posisi wakil ketua umum dan sekretaris
jenderal, Maruarar mengakui, salah satu tema utama yang memicu suhu
panas di tubuh PDIP adalah isu bakal dilengserkannya kelompok Tjahjo
Kumolo. Ketua Fraksi PDIP di DPR tersebut dinilai gagal dalam
memperjuangkan partai dan mulai bersikap pragmatis.(Par.3)
c. Struktur
Berita mengikuti urutan tertentu yang berdasar pada arti pentingnya, yang
paling penting terdapat pada awal berita, dan yang kurang penting diletakkan di
belakang (Passante, 2008:35). Dalam bentuk piramida terbalik berita pada bagian
atas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. Pada
berita tersebut poin penting terdapat pada paragraph pertama hingga empat,
kemudian setelahnya ialah informasi yang berfungsi sebagai elaborasi dan
pelengkap, kemudian berita ditutup dengan mengutarakan poin penting berupa
penegasan sikap yang diambil dari kutipan pernyataan tidak langsung.
d. Substansi
Substansi yang diangkat dalam berita tersebut cukup bervariasi, namun
intinya adalah mengenai kabar yang meramaikan kondisi pra Kongres III PDIP di
Bali, seperti beredarnya isu pelengseran kubu Tjahjo Kumolo yang dianggap
mulai melenceng dari ideologi partai, Tjahjo dianggap mulai pragmatis. Selain itu
juga usaha untuk memperkuat konsistensi partai terhadap pemerintah, berita
tersebut didomimasi oleh pernyataan 3 tokoh internal parai yakni Maruarar Sirait,
Pramono Anung dan Tjahjo Kumolo yang ketiganya berasal dari internal partai
PDIP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase. Bias adalah kecenderungan berita berdasarkan opini
seseorang, keyakinan seseorang atau perasaan seseorang. Koran yang baik tidak
boleh bersikap bias. Bahkan sesuatu yang wajar menimbulkan emosi harus
ditangani dengan hati-hati (Passante 2008:28). Bias dapat menimbulkan efek tidak
disengaja pada pemahaman berita. Tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan salah satu pihak, berita tersebut ditulis berdasarkan fakta yakni
pernyataan tentang kondisi internal partai oleh orang-orang yang bersangkutan
dan terhindar dari dramatisasi berita.
2. Judul: “Kongres PDIP Bahas Majelis Ideologi” Republika edisi Ahad, 4 April 2010
a. Judul
Berita ini disuguhkan di halaman A2 atau bukan halaman utama, juga
ditulis dengan ukuran judul yang juga tidak lazim yakni font Rockwell ukuran 36,
tanpa disertai gambar, sebagaimana kebanyakan berita tentang Kongres PDIP
yang disajikan di Republika. Berita berjudul “Kongres PDIP akan Bahas Majelis
Ideologi” membuat pembaca penasaran, apakah maksud dari majelis ideologi
tersebut walaupun secara sekilas tidak ada kata yang bermakna konotatif yang
memancing pembaca dalam judul tersebut.
b. Lead
Tidak terdapat Lead pada berita ini, namun paragraf pertama cukup
menjadi pembuka ringkasan (Summary) yang meringkas seluruh cerita dalam
kalimat pertama dan langsung pada inti masalah. Berikut kutipannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Pembentukan Majelis Ideologi, menurut ketua DPP PDIP Tjahjio Kumolo, menjadi salah satu rekomendasi yang akan dibahas dalam kongres di Bali, Kongres III PDIP akan dimulai Selasa (6/4) di Hotel Inna Beach, Sanur, Denpasar.
What: Pembentukan Majelis Ideologi, Why: Rekomendasi yang akan
dibahas dalam Kongre, When: 6 April, Where: Bali. Pada berita lugas, wartawan
ingin menyampaikan informasi penting. Maka lead ditempatkan pada awal berita,
yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan apa yang terjadi. Karena itu
disebut pembuka ringkasan (Summary). Pembukaan ini harus didukung oleh
penjelasan yang isinya memperkuat informasi dalam pembuka, misalnya
pernyatan-pernyataan atau kutipan yang menjelaskan masalah utamanya dan
keterangan-keterangan lain yang berhasil digali wartawan (Ishwara, 2007: 117).
c. Struktur
Berita tersebut memenuhi struktur piramida terbalik, karena dibuka dari
informasi yang paling penting selanjutnya informasi yang kurang penting.
Susunanya terstruktur dimulai dari judul, kemudian tubuh berita yang padat dan
diakhiri dengan penutup. Jika menggunakan teknik piramida terbalik bagian
terpenting sudah dimuat di awal paragraf dan penutup merupakan akhir dari
uraian dan bukan merupakan sebuah kesimpulan berita. Setelah poin penting pada
isi berita, Republika menyambungkan transisi yang apik, yaitu tentang aksi sosial
yang dilakukan menjelang Kongres. Kemudian berita ditutup dengan informasi
pelengkap berupa persiapan keamanan Kongres nanti. Transisi memudahkan
pembaca berpindah dari satu poin ke poin yang lain, tanpa perubahan mendadak
dalam isi informasi atau pemikiran. Setiap kali waratawan membuat poin baru
atau menyebutkan fakta baru, hendaknya diawali dengan transisi atau kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
penghubung, hindari transisi mendadak yang kasar dan tidak memiliki hubungan
dalam informasinya. (Passante, 2008:39).
d. Substansi
Substansi yang diangkat dalam dalam berita tersebut ialah mengenai rekomendasi
pembentukan majelis ideologi 1 Juni 1945 yang masih dalam pembahasan.
Majelis tersebut dibentuk guna memberikan saran dan masukan bagi kinerja
paertai, menggiring kader agar bekerja sesuai ideologi partai. Serta steering
comitee sebagai perumus rekomendasi. Selain komisi sikap politik komisi lain
diantaranya ialah membahas laporan pertanggungjawaban kepengurusan
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, Sesuai etika
pemberitaan, dan terhindar dari dramatisasi berita, personalisasi berita. dimana
tidak terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada
pemahaman berita, karena strukturnya standar yakni piramida terbalik, tidak
terdapat muatan yang bersifat memojokan dan menyerang pihak manapun, berita
tersebut ditulis secara professional, obyektif dan berdasarkan fakta.
3. Judul: “PDIP Konsisten Beroposisi” Republika edisi Senin, 5 April 2010
a. Judul
Berita yang menempati halaman 3 dan dicetak dengan font 48 yang
mempertegas, isi judul yang diusung yaitu oposisi. Terdapat sub-judul, “Dinilai
sebagai langkah yang tepat”, Judul tersebut diatas terlihat netral dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
menggambarkan posisi PDIP selama ini yang selalu berada di oposisi, dengan
digunakanya kata “konsisten” maka semakin mantaplah julukan PDIP sebagai
partai oposan, karena tidak mengalami perubahan sikap, lalu sub-judul yang
ditambahkan diatas semakin memperkuat pernyataan pada judul yakni, oposisi
dinilai sebagai langkah yang tepat, kata “dinilai” menunjukkan pandangan atau
penilaian banyak orang, baik itu internal atau eksternal partai bahwa sikap PDIP
telah melakukan langkah yang tepat atau benar dalam konteks penilaian tersebut.
b. Lead
Diawali dengan paragraf pembuka yakni sebagai berikut:
JAKARTA — Keinginan sejumlah kalangan dalam PDIP untuk berkoalisi dengan pemerintah agaknya tidak akan terwujud. Ketua DPP PDIP, Maruarar Sirait, menegaskan mayoritas akar rumput PDIP menginginkan agar partai berlambang banteng ini konsisten berada di luar lingkaran pemerintah.
Tidak ditemukan adanya lead, namun paragraph pembuka membantu
pembaca untuk masuk pada isi berita pembuka tersebut meringkas seluruh cerita
dalam kalimat pertama dan langsung pada inti masalah.
c. Struktur
Berita tersebut memenuhi struktur piramida terbalik, karena dibuka dari
informasi yang paling penting selanjutnya informasi yang kurang penting.
Susunanya terstruktur dimulai dari judul, terdapat lead, kemudian tubuh berita
yang padat dan diakhiri dengan penutup. Jika menggunakan tenik piramida terbalik
sebab bagian terpenting sudah dimuat di lead. Penutup merupakan akhir dari uraian dan
bukan kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
d. Substansi
Megawati Soekarnoputri yang hampir dipastikan kembali terpilih sebagai ketua umum PDIP dibutuhkan sebagai penyeimbang (check and balance) pemerintah. "Ada persoalan Bank Century, makelar kasus, kalau semua dalam pemerintah lalu siapa yang akan mengontrol pemerintah," terangnya, Ahad (4/4), sebelum bertolak ke Bali mengikuti kongres ketiga PDIP yang digelar 5-9 April.
Masih terkait dengan penilaian terhadap sikap PDIP yang dipastikan
menjadi oposan pemerintah, hal tersebut juga diperkuat dengan opini dari pihak
eksternal partai. pilihan PDIP untuk beroposisi merupakan pilihan terbaik. Pilihan
menjaga jarak dengan kekuasaan dipastikan Burhanuddin sebagai pilihan yang
paling mewakili suara pemilih PDIP.Burhanuddin mengatakan, berdasarkan
survei LSI, pemilih PDIP merupakan pemilih kritis dengan basis ideologis yang
kuat. "Pilihan beroposisi lantas menjadi pilihan tepat, karena itu tidak
mengkhianati aspirasi pemilih," katanya. Seperti banyak pemberitaan menyoal
Kongres PDIP di Republika, hampir setiap berita tersebut terdapat kalimat bahkan
paragraf yang berisi pernyataan bahwa Megawati dipastikan menjadi calon
tunggal untuk kesekian kalinya yang akan memimpin PDIP hingga kepengurusan
2010-2015 mendatang.
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, etis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta. Sesuai etika pemberitaan, dan
terhindar dari dramatisasi berita, personalisasi berita.
4. Judul: “Megawati Bicara Regenerasi PDIP” Republika edisi Selasa, 6 April 2010
a. Judul
Untuk kesekian kalinya tentang PDIP, Republika bisa dikatakan memberi
ruang yang tidak besar, berjudul “Megawati Bicara Regenerasi PDIP”. Persoalan
yang menarik yang dinantikan banyak kalangan mengenai hal ini mengingat
selama ini PDIP belum pernah mengalami regenerasi kepemimpinan, walau judul
tersebut tidak menjanjikan adanya regenerasi ketua umum, namun cukup
menggelitik pembaca untuk sekedar ingin tahu, apa pendapat Megawati sendiri
sebagai pemimpin partai, dalam hal regenerasi kepemimpinan.
b. Lead
Berita ini tidak terdapat lead dan diawali dengan paragraf pembuka yaitu:
SANUR — PDIP kini memasuki tahapan konsolidasi tersulit dalam sejarahnya. Salah satu tahapan tersulit yang harus dilalui PDIP berkaitan dengan keharusan partai ini melakukan regenerasi. Pembuka pada berita terisebut merupakan pembuka langsung dan langsung
pada inti masalah.
c. Struktur
Berita tersebut memenuhi struktur piramida terbalik, karena dibuka dari
informasi yang paling penting selanjutnya informasi yang kurang penting.
Susunanya terstruktur dimulai dari judul, kemudian tubuh berita yang padat dan
diakhiri dengan penutup. Jika menggunakan tenik piramida terbalik sebab bagian
terpenting sudah dimuat di awal paragraf. Penutup merupakan akhir dari uraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
dan bukan kesimpulan. Berita ditutup dengan ketidakpastian tentang rumor
perebutan posisi wakil ketua umum, karena tidak ada kepastian akan
direalisaikannya keputusan itu.
d. Substansi
Substansi yang diangkat dalam berita tersebut ialah mengenai pandangan
dan pendapat Megawati, mengenai perjuangan membentuk PDIP, peristiwa 27
Juli diutarakan sebagai peristiwa penting dan bagian dari sejarah terbentuknya
PDIP. Namun pada berita ini tidak dijelaskan peristiwa apa yang terjadi pada 27
Juli tersebut, sehingga pembaca yang tidak menyimak dari awal tentang berita
Kongres, akan bertanya-tanya mengenai persitiwa tersebut. atau mengetahui
tentang sejarah PDIP tentu tidak mengerti peristiwa apakah yang dimaksud dan
menjadi bagian sejarah penting PDIP. Masih tentang regenerasi, pada paragraf
kedua tertera diatas pernyataan Megawati memberikan kesan bahwa, para kader
muda tetap “kurang” dipercaya sebagai ujung tombak regenerasi, hal ini tersirat
dalam kalimat “Sekarang, kader muda PDIP sekadar mengetahui peristiwa 27
Juli sebagai bagian dari sejarah” kalimat tersebut seolah mengungkapkan
ketidakpercayaan Megawati terhadap penghayatan dan penjiwaan kader muda
terhadap peristiwa 27 Juli hanya sebatas sebagai sejarah. Juga terlihat bahwa
peristiwa tersebut seharusnya dihayati lebih dari sekedar sejarah. Walaupun
akhirnya ia menginginkan regenerasi sebagai tonggak transisi. Mengenai
perubahan yang ia rasakan antara kepengurusan saat ini dan sepuluh tahun lalu,
“Kala itu, PDIP didominasi oleh mereka yang memahami tragedi 27 Juli” kalimat
ini menjadi jawaban atas pengamatan penulis diatas, bahwasannya pengurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
terdahulu dinilai lebih menghayati tentang peristiwa 27 Juli. Kendatipun demikian
Megawati tetap menginginkan kongres ketiga ini sebagai titik transisi,
dikatakannya hal tersebut merupakan sebuah hal yang “mutlak” atau wajib
dilakukan guna“melestarikan roh PDIP”, penulis menangkap potongan kalimat
tersebut lagi-lagi sebagai penghayatan kader terhadap ideologi PDIP, kata “roh”
yang berarti jiwa, dapat dimaknai penjiwaan, seberapa besar penjiwaan para kader
terhadap ideologi PDIP. Nuansa idealisme tersirat sangat kental pada kalimat
tersebut, atau berkesan bahwa penghayatan terhadap Ideologi PDIP seharusnya
bersifat sakral.
Pada akhirnya tidak ditemukan adanya tulisan yang menyinggung ranah
regenerasi kepemimpinan, ternyata yang diutarakan Megawati adalah regenerasi
kepengurusan partai dan kader cabang serta ranting, itupun disertai dengan
ketidakyakinannya terhadap penghayatan para kader muda saat ini
yangduikhawatirkan bersikap pragmatis, bila dibandingkan dengan mentalitas
kader sepuluh tahun yang lalu. Jelaslah sudah, bahwa posisi Megawati sebagai
pimpinan partai tidak disinggung sama sekali, padahal justru regenerasi
kepemimpinan adalah hal yang mutlak perlu dalam sebuah organisasi.
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, etis
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta. Sesuai etika pemberitaan, terhindar
dari dramatisasi dan personalisasi berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
5. Judul: “Dilema Mega” Republika edisi Rabu, 7 April 2010
a. Judul
Ditempatkan pada halaman utama menyajikan berita yang diberi judul
“PERJALANAN POLITIK MEGAWATI“ Pada berita tersebut judul dicetak
dengan font Arial ukuran 28 bold, serta terdapat grafis berupa gambar Megawati,
dan cerita kilas balik perjalanan politik Megawati sebagai ketua umum PDI
Perjuangan, berikut kutipan berita tersebut; Flashback atau kilas balik
b. Lead
Menabrak kesepakatan keluarga besar Bung Karno untuk tak terjun ke dunia politik,, kehadiran Megawati yang mulanya tak menonjol akhirnya menjadi symbol perlawanan atas Orde baru. Namun, setelah lebih dari satu dekade memimpin PDIP, kini Megawati menghadapi dilema regenerasi partai. Kader Muda diunggulkan sebagai sekjen partai. Kader muda banteng: Maruaranr Sirait, Effendi Simbolon, Ganjar Pranowo, Eva K Sunsari, Trimedya Panjaitan, Hasto Kristianto.
Pembuka pada berita lugas disebut pembuka ringkasan (Summary lead) yang
eringkas seluruh cerita dalam kalimat pertama dan langsung pada inti masalah.
c. Struktur
Dalam berita ini merupakan gaya bercerita atau narasi sebagai struktur
cerita yang efektif. Narasi merupakan suatu bentuk ideal untuk cerita tentang
orang yang pengalamannya reflektif dari suatu situasi atau masalah yang lebih
luas. Diuraikan dengan gaya cerita kronologi, dan memasukkan informasi-
informasi penting, dilakukan dengan kilas balik atau flashback dimana subyek
mengenang kembali situasi sebelumnya. Carole Rich pengarang Writing and
Reporting News, menganggap teknik penulisan narasi ialah untuk penulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
feature. Tapi pada kenyataannya, hal tersebut dapat dijumpai di berita kriminal,
pengadilan, maupun politik (Ishwara, 2007: 137-141).
Berita tersebut merupakan berita dengan bentuk penilisan feature yang
menganalisis, menginterpretasi, dan menyajikan latar belakang dari suatu isu
penting. Struktur feature bersifat organik yaitu permulaan, pertengahan, dan
penutup, semua bagian saling berhubungan erat, bersifat kontinyu dimana topik-
topik berhubungan dan menjadikannya sesuatu yang koheren. Transisi yang halus,
ritme pada kutipan. Pada bagian penutup, tidak dapat dipotong dari bawah keatas
sesuai dengan tingkat kepentingannya (Ishwara, 2007: 137-141).
Penulisan feature jenis narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah
terjadi dengan menonjolkan unsur tindakan yang dirangkai dalam urutan waktu,
memiliki nilai estetika, menekankan susunan secara kronologis (Keraf, 2000:136).
d. Substansi
Substansi yang diangkat dalam berita tersebut ialah mengenai perjalanan
karir Politik Megawati yang mengalami pasang surut, karirnya diawali pada tahun
1986 dengan menjadi wakil DPC PDI Jakarta Pusat, disusul keberhasilannya
menjadi anggota DPR/MPR dan Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Puncaknya ialah
terjadinya tragedi 27 Juli yang menewaskan puluhan pendukung Megawati di
kantor DPP PDIP jalan Diponegoro. Semakin kesini karir Megawati merosot,
setelah perolehan suaranya semakin menurun dalam pemilu, pencalonannya
sebagai Presiden pun gagal selama dua kali. Dalam Kongres I, II dan akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kini dalam kongres III Megawati terpilih kembali menjadi Ketua Umum. Dilema
yang diangkat ialah antara regenerasi dirinya dan para generasi muda partai yang
hanya mentok menjadi Sekjen partai.
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, Sesuai etika
pemberitaan, dan terhindar dari dramatisasi berita, personalisasi berita. tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, etis
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta.
6. Judul: “Tidak Ada Posisi Wakil Ketua Umum PDIP”
Republika edisi Kamis 8 April 2010
a. Judul
Judul “Tidak Ada Posisi Wakil Ketua Umum PDIP” Merupakan judul
yang lugas, ringan dan apa adanya. Tidak ada perumpamaan, atau pilihan kata
yang perlu diterjemahkan, Republika membuat judul yang secara gamblang
menyebutkan ‘tidak adanya posisi wakil ketua umum’ yang informasinya
diperoleh dari perkembangan terbaru hasil kongres yang hampir usai pada tanggal
9 April nanti. Judul dicetak dalam ukuran 38, font Arial.
b. Lead
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Pembuka pada berita lugas disebut lead atau juga disebut pembuka
ringkasan (Summary lead). Meringkas seluruh cerita dalam kalimat pertama dan
langsung pada inti masalah.
SANUR — Rencana memunculkan posisi wakil ketua umum di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kandas. Sidang Kornisi B Bidang Organisasi, AD/ART, dan LPJ, memutuskan kepengurusan partai tetap tanpa struktur tersebut.
c. Struktur
Berita mengikuti urutan tertentu yang berdasar pada arti pentingnya, yang
paling penting terdapat pada awal berita, dan yang kurang penting diletakkan di
belakang (Passante, 2008:35). Dalam bentuk piramida terbalik berita pada bagian
atas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. Pada
berita tersebut poin penting terdapat pada awal paragraf kemudian setelahnya
merupakan informasi yang berfungsi sebagai elaborasi dan pelengkap, kemudian
berita ditutup dengan kutipan tidak langsung, Pada struktur piramida terbalik
bagian terpenting sudah dimuat di lead. Penutup merupakan akhir dari uraian dan
bukan kesimpulan informasi-informasi penting diatasnya.
d. Substansi
Substansi yang diangkat ialah mengenai gagalnya rencana memunculkan
posisi wakil ketua umum di tubuh PDIP, hal tersebut dikarenakan Sidang Komisi
memutuskan kepengurusan partai tetap tanpa struktur tersebut. Meskipun
Megawati memiliki hak formatur tunggal untuk menambah atau mengurangi
struktur pengurus. Selain itu yang tidak kalah penting ialah kritisi politik
Republika yang diambil dari pernyataan pengamat politik, bahwa PDIP harus
mengganti sifat karismatik personal dengan karismatik institusi sebagai langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
menuju kepemimpinan nasional. Megawati didudukkan sebagai posisi perekat
partai, bukan pengambil keputusan. dominan. Harus ada sosok muda dalam
struktur kepengurusan sebagai penyegaran dan menyeimbangkan figur lama
partai. Pemilihan kader penerus yang memiliki kemampuan, bukan hanya
mengacu pada trah Soekarno saja tetapi membuka diri bagi orang diluar trah
Soekarno, tetapi spirit Soekarno tetap melekat, sehingga konstituen tidak akan
meninggalkan PDIP.
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, Bias itu sendiri menurut Passante, adalah kecenderungan berita
berdasarkan opini seseorang, keyakinan seseorang atau perasaan seseorang. Koran
yang baik tidak boleh bersikap bias. Bahkan sesuatu yang wajar menimbulkan
emosi harus ditangani dengan hati-hati (Passante, 2008:28). Meskipun terdapat
pernyataan yang berupa opini dari para politisi, namun disini Republika
menyusunnya menjadi sebuah kritik yang sehat dan membangun. Tidak ada
dramatisasi dan personalisasi berita juga tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang pihak tertentu, Republika mengkritisi secara etis
berdasarkan fakta sehingga lebih obyektif.
7. Judul: “Struktur Baru PDIP Mengagetkan”
Republika edisi Jumat, 9 April 2010
a. Judul
Judul tersebut merupakan judul yang lugas, dan straight to the point. Judul
“Struktur Baru PDIP Mengagetkan” memiliki keterwakilan terhadap informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
yang dikembangkan dalam paragraf pembuka dan hingga penutup. Kata
‘Mengagetkan’ tidak terkesan mendramatisir, kata tersebut memang mampu
mewakili informasi yang akan disajikan dalam berita.Judul dicetak dalam ukuran
36 bold, font Arial Black.
b. Lead
Lead: Kader yang disorot karena masalah hukum jadi sekjen.
Seperti lead pada edisi ini, merupakan bentuk lead yang berupa penguatan
judul karena lead tersebut cukup memberi petunjuk maksud judul. Teaser lead:
teras yang ditulis dengan gaya mengusik pembaca. Pembaca akan tertarik dan
mulai mencari tahu mengapa atau apa alasan hal tersebut dapat terjadi.
c. Struktur
Berita mengikuti urutan tertentu yang berdasar pada arti pentingnya, yang
paling penting terdapat pada awal berita, dan yang kurang penting diletakkan di
belakang (Passante, 2008:35). Dalam bentuk piramida terbalik berita pada bagian
atas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. Pada
berita tersebut poin penting terdapat pada awal paragraf kemudian setelahnya
merupakan informasi yang berfungsi sebagai elaborasi dan pelengkap, kemudian
berita ditutup dengan kutipan tidak langsung, Pada struktur piramida terbalik
bagian terpenting sudah dimuat di lead. Penutup merupakan akhir dari uraian dan
bukan kesimpulan informasi-informasi penting diatasnya.
d. Substansi
Berita ini terbit setelah Kongres selesai, maka substansi yang diangkat
dalam berita juga merupakan akumulasi dua poin penting yang diperoleh dari
Kongres. Terpilihnya Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDIP periode 2010-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
2015 secara aklamasi, juga tidak diloloskannya posisi wakil ketua umum di
sidang komisi yang diperkirakan akan diperebutkan Prananda dengan Puan
Maharani. Hal lain yang cukup krusial ialah melesetnya prediksi berbagai pihak
mengenai struktur kepengurusan DPP PDIP. Pada awal menjelang kongres
sempat beredar isu Tjahjo, Emir Moeis, serta Panda Nababan akan 'dilengserkan'
dari posisi strategis di PDIP karena menjadi sorotan publik terkait kasus hukum,
dalam pemilihan deputi gubernur senior BI, namun mereka justru menduduki
posisi strategis. Hal tersebut dikhawatirkan akan melemahkan posisi PDIP karena
tidak mempertimbangkan faktor trust dalam menentukan orang-orang yang masuk
dalam posisi penting di kepengurusan partai. Orang yang mengisi posisi sekjen,
harus orang yang memiliki integritas agar mendapatkan kepercayaan dari rakyat
atau kepercayaan rakyat akan semakin menurun.
e. Perspektif
Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana
Republika mampu menulis secara kritis tanpa ditemukan adanya upaya
personalisasi dan dramatisasi berita, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, sehingga
lebih obyektif dan berdasarkan fakta. Dan yang paling penting ialah tidak terdapat
bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman berita.
Bias itu sendiri menurut Passante, adalah kecenderungan berita berdasarkan opini
seseorang, keyakinan seseorang atau perasaan seseorang. Koran yang baik tidak
boleh bersikap bias. Bahkan sesuatu yang wajar menimbulkan emosi harus
ditangani dengan hati-hati (Passante, 2008:28).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
C. SURAT KABAR MEDIA INDONESIA
Hasil dari pengumpulan data, diperoleh 11 berita mengenai Kongres III
PDIP di surat kabar Media Indonesia yang akan dilakukan analisis, berita -berita
tersebut diantaranya:
1. Judul: “BASIS PDIP DUKUNG OPOSISI”
Media Indonesia edisi Selasa 30 Maret 2010
a. Judul Judul tersebut ialah judul yang bersifat netral, dan wajar, tentang sikap
PDIP. Basis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti azas atau dasar,
penggunaan kata “Basis” menunjukkan pendukung tingkat bawah seperti daerah
atau akar rumput, jadi dapat diartikan dukungan PDIP untuk bersikap oposisi juga
berasala mulai dari kader pada tingkat paling dasar yaitu tingkat daerah.
b. Lead Dukungan dari kader daerah agar sikap politik partai banteng moncong
putih tetap menjadi oposisi semakin menguat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Lead harus didukung oleh penjelasan yang isinya memperkuat informasi
dalam pembuka, misalnya pernyataan-pernyataan atau kutipan yang menjelaskan
masalah utamanya dan keterangan-keterangan lain yang berhasil digali wartawan
(Ishwara, 2007:117). Lead tersebut berupa informasi tambahan yang memperkuat
judul karena berisi penjelasan dari judul yakni, dukungan yang makin menguat
agar PDIP tetap oposisi.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita yang memenuhi struktur piramida
terbalik yang diawali dengan judul, lead, tubuh berita dan penutup. Disajikan
secara terstruktur sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Diawali
dari informasi yang paling penting kemudian informasi yang kurang penting.
d. Substansi Substansi yang diangkat dalam berita tersebut ialah mengenai seluk beluk
sikap “basis” sebagai massa pendukung partai yaitu para kader di daerah, atau
biasa disebut arus bawah. Fanatisme mereka terhadap partai ini tampak dari
upaya mereka untuk dapat turut serta dalam acara Kongres III PDIP, seperti
dengan membubuhkan cap jempol darah sebagai penegasan sikap mendukung
oposisi dan pernyataan siap untuk membubarkan partai bila PDIP tidak bersikap
oposisi. Namun tekad mereka terbatas pada kapasitas dan peraturan yang ada,
karena Kongres hanya dapat dihadiri oleh perwakilan DPD yang mewakili
provinsi dan serendah-rendahnya ialah DPC yang mewakili kabupaten /kota.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, etis
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta. Sesuai etika pemberitaan, dan
terhindar dari dramatisasi berita.
2. Judul: “Taufiq Kiemas Minta Hindari Adu Domba”
Media Indonesia edisi Rabu, 31 Maret 2010
a. Judul Judul tersebut diambil dari kutipan tidak langsung dari pernyataan Taufiq
Kiemas kepada berbagai pihak untuk tidak melakukan pemberitaan yang bersifat
adu domba terkait dengan kabar persaingan kedua anaknya. Penggunaan istilah
“Adu Domba” mengandung makna peyoratif, karena adu domba merupakan
istilah untuk perbuatan yang tidak baik. Judul dicetak dengan ukuran 48, font
Times New Roman.
b. Lead Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas sama-sama mempunyai komitmen
membuka posisi Wakil Ketua Umum PDIP kepada kaum muda. Lead tersebut merupakan bentuk lead kutipan yang diambil dari sebagian
kecil esensi berita, yang memperkuat aroma “kekeluargaan” antara Megawati dan
Taufiq Kiemas. Hal tersebut karena peran Taufiq sebagai Dewan Pertimbangan
Pusat PDIP yang sekaligus suami dari Ketua Umum PDIP, Megawati
Soekarnoputri.
c. Struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Berita tersebut memenuhi struktur piramida terbalik, karena dibuka dari
informasi yang paling penting selanjutnya informasi yang kurang penting.
Susunanya terdiri dari judul, terdapat lead, kemudian tubuh berita yang padat dan
diakhiri dengan penutup. Terdapat kutipan yang ditonjolkan dalam berita ini,
ditulis dengan font yang cukup besar dan dItempatkan ditengah naskah berita,
berikut kutipannya:
“Masak semua tokoh berlindung dibawah devide et impera (adu domba) kan jelek. Masa mau jadi pemimpin mesti devide et impera, kayak zaman Belanda” (Taufik Kiemas Ketua Deperpu PDIP) Kutipan adalah cara yang bagus untuk mendukung data atau menambah
warna berita tanpa harus merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal tersebut
dengan kata lain wartawan mendapatkan opini dari luar yang merupakan sisi lain
berita yang mendukung apa yang ditulis wartawan dalam berita, namun tidak
boleh mengulang-ulang informasi yang dengan menggunakan kutipan. Kutipan
bisa dipakai untuk memberi penegasan dan elaborasi (Passante, 2008:38).
d. Substansi Poin penting yang menjadi substansi berita ini ialah wacana politik yang
timbul terjadi terkait adanya posisi “wakil ketua umum” dan peluang untuk
masuknya keturunan Megawati dalam posisi tersebut, nama Puan dan Prananda
yang keduanya merupakan anak Megawati, menjadi sorotan utama. Puan disebut
sebagai simbol kubu pragmatis yakni koalisi, dan Prananda mewakili kubu
ideologis partai yakni oposisi. Dari wacana tersebut pihak PDIP mengkhawatirkan
adanya politik ‘devide et impera’ yang berarti adu domba, yang mungkin bisa
mewarnai persaingan anak-anaknya. Selain isu perebutan posisi, bobot kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
kandidat tersebut juga menjadi sorotan, apakah mereka mewarisi kharisma dan
pengalaman politik Megawati.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek yang tidak disengaja pada
pemahaman berita politik, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan
yang bersifat memojokan dan menyerang pihak manapun, berita tersebut ditulis
secara professional, etis dan berdasarkan fakta. Sesuai etika pemberitaan, dan
terhindar dari dramatisasi berita.
3. Judul: “Mega, DPD PDIP Bahas Kongres”
Media Indonesia edisi Kamis, 1 April 2010
a. Judul Judul tersebut merupakan judul yang diplomatis yang bersifat netral dan
mudah dipahami oleh pembaca yang awam sekalipun. Membuat pembaca terusik
untuk mengetahui apa yang akan dibahas oleh Mega dan para kader DPD
menjelang Kongres III nanti.
b. Lead Pertemuan Teuku Umar membahas sikap politik, organisasi, pertanggungjawaban, dan program partai menjelang Kongres Bali.
Pada berita lugas wartawan ingin menyampaikan informasi penting maka
pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus
peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi. Pembukaan ini didukung oleh
penjelasan yang isinya memperkuat informasi. Lead tersebut merupakan summary
lead yang mencakup semua hal namun tetap ringan dan mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
pembaca. Bagi pembaca yang tidak menyimak, Kata Teuku Umar ialah nama
yang asing, karena tidak ada kaitannya dengan PDIP, teuku umar ialah nama jalan
kediaman rumah Megawati.
c. Struktur Berita tersebut memenuhi struktur piramida terbalik, karena dibuka dari
informasi yang paling penting selanjutnya informasi yang kurang penting.
Terstruktur dimulai dari judul, terdapat lead, kemudian tubuh berita yang padat
dan diakhiri dengan penutup. Ditemukan kutipan langsung Pramono Anung yang
ditonjolkan ditengah paragraph, berikut kutipannya:
“Yang jelas PDIP akan konsisten dengan sikap yang diambil.”
Kutipan adalah cara yang bagus untuk mendukung data atau menambah warna
berita tanpa harus merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal tersebut dengan
kata lain wartawan mendapatkan opini dari luar yang merupakan sisi lain berita
yang mendukung apa yang ditulis wartawan dalam berita, namun tidak boleh
mengulang-ulang informasi yang dengan menggunakan kutipan. Kutipan bisa
dipakai untuk memberi penegasan dan elaborasi (Passante, 2008:38). Selain
kutipan yang dijadikan sebagai pendukung, penutup berita pada edisi ini ialah
tentang prediksi pemilihan ketua umum Partai Demokrat, transisi tersebut
dipandang tidak perlu mengingat perpindahan poin interes terkesan kasar dan
tidak berhubungan sama sekali, satu paragraph tersebut juga mengambang karena
penjyajian informasinya tidak tuntas. Padahal seharusnya transisi, memudahkan
pembaca berpindah dari satu poin ke poin yang lain, tanpa perubahan mendadak
dalam isi informasi atau pemikiran. Setiap kali waratawan membuat poin baru
atau menyebutkan fakta baru, hendaknya diawali dengan transisi atau kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
penghubung, hindari transisi mendadak yang kasar dan tidak memiliki hubungan
dalam informasinya. (Passante, 2008:39).
d. Substansi Substansi berita yang diangkat ialah mengenai pertemuan para Pengurus
Perwakilan Daerah PDIP Seluruh Indonesia sebagai konsolidasi partai menjelang
Kongres III PDIP. Terdapat empat poin bahasan pertemuan tersebut diantaranya
terkait sikap politik, organisasi, pertanggungjawaban dan program partai
menjelang kongres Bali. Konsisitensi sikap yang diambil masih tetap menjadi
acuan, juga wacana apakah akan dibuka posisi wakil ketua umum, jika hal
tersebut dianggap dapat meringankan kerja partai maka hal tersebut merupakan
wewenang ketua umum. Selain itu juga bahasan mengenai kekhawatiran adanya
kubu pragmatis dalam tubuh PDIP, karena selama ini PDIP menamakan dirinya
sebagai kubu ideologis.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, Sesuai etika pemberitaan, dan terhindar dari
dramatisasi berita, personalisasi berita. Berita tersebut ditulis secara professional,
etis sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta.
4. Judul: “Kader Tidak Pengalaman Belum Layak Pimpin PDIP”
Media Indonesia edisi Sabtu, 3 April 2010
a. Judul Judul tersebut merepresentasikan bentuk harapan terhadap peningkatan
kinerja kader. Banyak yang pengalamannya kurang, dan dinilai belum layak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
memegang jabatan kepengurusan dalam tubuh PDIP. Nuansa yang terasa ialah
mengenai peraturan internal partai yang mengatur siapakah yang layak dan tidak
layak untuk masuk dalam kepengurusan. Ada sedikit kerancuan dalam
penggunaan kata “Pimpin”, kata tersebut oleh Media Indonesia digeneralisasikan
sebagai “pemegang jabatan” dalam partai, sehingga cukup membuat pembaca
bingung, ternyata setelah dicermati kata “pimpin” bukan semata-mata merujuk
pada pemimpin atau ketua umum, tapi pemegang jabatan dalam partai. Judul
tersebut dicetak dengan font standar ukuran 36.
b. Lead PDI Perjuangan harus merombak total kepengurusannya untuk bisa memenangi Pemilu 2014. Pengurus yang gagal tidak perlu diakomodasi lagi.
Pada berita lugas terdapat informasi penting yang dalam lead yang isinya
berupa fokus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi, dan didukung oleh
penjelasan yang isinya memperkuat informasi dengan pernyataan yang
menjelaskan masalah utamanya. Lead tersebut merupakan penguatan dari judul,
dan membantu pembaca untuk memperjelas maksud judul sehingga pembaca
tertarik untuk menggali informasi berikutnya.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita dengan struktur yang standar pada berita
lugas, yakni piramida terbalik. Terdiri dari judul, lead, tubuh berita kemudian
diakhiri dengan penutup, secara urut menampilkan informasi yang paling penting,
kemudian kurang penting. Ditemukan kutipan langsung Puan Maharani yang
ditonjolkan ditengah paragraf, berikut kutipannya:
“Tidak mungkin orang tiba-tiba masuk ke partai ini tanpa pernah menunjukkan komitmen, potensi, dan kontribusinya”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Selain kutipan yang dijadikan sebagai pendukung, juga sebagai jalur
penegasan pada pernyataan tertentu yang ingin disampaikan oleh wartawan
kepada pembaca. Kutipan adalah cara yang bagus untuk mendukung data atau
menambah warna berita tanpa harus merekayasa yang jelas melanggar etika. Hal
tersebut dengan kata lain wartawan mendapatkan opini dari luar yang merupakan
sisi lain berita yang mendukung apa yang ditulis wartawan dalam berita, namun
tidak boleh mengulang-ulang informasi yang dengan menggunakan kutipan.
Kutipan bisa dipakai untuk memberi penegasan dan elaborasi (Passante, 2008:38).
d. Substansi Berita tersebut diawali dengan dukungan terhadap adanya posisi wakil
ketua umum, juga syarat mutlak bagi siapapun yang menduduki jabatan tersebut,
yakni memiliki loyalitas, berpotensi, dan menunjung tinggi ideologi partai.
Walaupun pada akhirnya posisi tersebut urung direalisasikan, dikarenakan
keputusan mengenai posisi wakil ketua umum merupakan hak absolut dari ketua
umum terpilih. Berita tersebut juga menyinggung mengenai dugaan persaingan
internal antara Puan dan Prananda.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita politik, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang pihak manapun, berita tersebut ditulis secara
professional, etis sehingga lebih obyektif sesuai etika pemberitaan, dan terhindar
dari dramatisasi berita.
5. Judul: “Baliho Guruh Di Kongres Dicabut”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Media Indonesia edisi Minggu, 4 April 2010
a. Judul Judul tersebut merupakan judul yang cukup lugas, dan tidak provokatif
meskipun mengandung konflik didalamnya. Dapat dengan mudah tersirat oleh
para pembaca, Mengapa Baliho Guruh dicabut? Dan apa yang melatarbelakangi
hal tersebut. Media Indonesia dalam hal ini nampaknya sangat tepat dalam
membuat judul, memunculkan masalah namun tanpa nuansa provokasi.
b. Lead Paragraf pertama bertugas sebagai pembuka pesan setelah pembaca
melihat judul. Paragraf pembuka tersebut memaparkan informasi yang berupa
prediksi kepastian, keyakinan tersebut bersumber dari pernyataan penyelenggara
kongres. Lead tersebut memberikan penjelasan yang berisi pernyataan atau
kutipan yang mampu menjelaskan masalah utamanya juga memperkuat informasi
dalam judul.
c. Struktur Berita tersebut berisi Informasi yang penting kemudian diikuti informasi
yang tingkat keepentingannya menurun, awalnya paragraf pembuka menyatakan
informasi dari sumber yang terpercaya bahwa Megawati dipastikan menduduki
posisi wakil ketua umum untuk ketiga kalinya, sehingga informasi tersebut
mampu menjawab lalu apa (So What?) dalam judul yang menyatakan bahwa
“Baliho Guruh Di Kongres Dicabut”. Kemudian pembaca akan mulai mengikuti
alur cerita yang disuguhkan dan menemukan inti substansi berita tersebut.
Terakhir pembaca memperoleh informasi yang bersifat pelengkap berupa data
jumlah peserta kongres sebagai penutup yang ringan.
d. Substansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Substansi berita tersebut adalah mengenai kepastian terpilihnya megawati
secara aklamasi atau suara terbanyak dari Konferda dan Konfercab, DPC PDIP
sebanyak 495 dan DPD PDIP 33. Pihak partai yang diwakili oleh Puan Maharani
dan Tjahjo Kumolo sudah menyebarkan informasi tersebut meskipun Kongres
belum dilaksanakan. Poin yang juga tidak kalah penting dan menjawab pertanyaan
judul ialah selain Guruh memang kalah telak dalam jumlah pendukung, Ternyata
pencabutan Baliho tersebut diperintahkan oleh Megawati.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, meskipun
tercium adanya konflik, namun berita tersebut tidak bersifat provokatif, dan tidak
ditemukan upaya personalisasi berita dan pemahaman yang tidak sengaja pada
berita politik. Hanya saja ditemukan sedikit kekurangan yakni tidak terdapat
pendapat Guruh Soekarno Putra, sehingga kurang berimbang. Namun penulisan
berita ini juga tidak memojokkan salah satu pihak baik Guruh maupun Megawati.
Pada kenyataanya memang Megawati memenangi posisi Ketua Umum dengan
dukungan hampir seluruh DPC, selain itu sikap Megawati yang memerintahkan
untuk mencabut baliho merupakan hal yang sah namun dinilai kurang etis, berita
ini menyajikan fakta-fakta, yang disusun secara lugas sehingga memberi ruang
pada pembaca untuk memberi penilaian akhir terhadap apa yang disajikan.
6. Judul: “PDIP Berproses menuju Partai Satu Digit” Media Indonesia edisi 5 April 2010
a. Judul
Judul tersebut merupakan judul yang sarat akan interpretasi, kata
‘berproses’ dimaksudkan menjadi atau mencapai tujuan tertentu. ‘Satu Digit’
dimaksudkan menjadi angka tunggal, jumlah yang tentu tidak banyak. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
kata lain PDIP telah menuju pada penurunan kuantitas pendukung dan perolehan
suara. Judul tersebut terkesan hiperbolis, walau hanya berfungsi menggambarkan
anjloknya perolehan suara yang diraih PDIP dari waktu ke waktu. Namun hal
tersebut tidak mustahil terjadi bila PDIP ditinggalkan para simpatisannya.
“12 Tahun Megawati Pimpin PDIP (1998-2010)”
Media Indonesia juga menyisipkan sub judul yang merupakan keterangan
grafik pelengkap yang menguatkan fakta dalam informasi yang disajikan dalam
berita, disana tertera tampilan data berupa angka perolehan kursi di DPR dari
tahun 1998-2005, juga karir politik Megawati dalam roda pemerintahan.
b. Lead Tidak terdapat lead dalam susunan berita tersebut, yang dijumpai ialah
paragraf pembuka yang berisi penguat bagi Judul dan sub-judul, berikut
kutipannya:
PEROLEHAN suara PDIP dalam pemilu legislatif cenderung terjun bebas
menuju satu digit. Kongres III PDIP harus dijadikan momentum untuk
mengevaluasi kegagalan meraih kepercayaan rakyat.
Penjelasan yang isinya memperkuat informasi dalam paragraf pertama ini
mampu menjelaskan masalah utamanya. Dimana poin utama telah terangkum
dalam paragraf pertama, yaitu penurunan perolehan suara dan perbaikan dalam
diri partai agar mampu bangkit mencapai simpati rakyat.
c. Struktur Berita tersebut merupakan berita yang didasarkan pada pengamatan Media
Indonesia selama kurun waktu tertentu dimana terdapat grafik perkembangan
politik PDIP, berita ini memuat informasi yang penting di awal , namun juga
merupakan bentuk penulisan narasi dengan gaya berceritayang diuraikan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
kronologi, dan memasukkan informasi-informasi penting, dilakukan dengan kilas
balik atau flashback mengenang kembali situasi sebelumnya.
d. Substansi Substansi berita yang menonjol disini ialah keadaan PDIP dari masa ke
masa, yang tidak dapat dipisahkan dari pamor dan karir politik ketua umumnya,
antara lain perjalanan karir politiknya selama kurun waktu 1993-2009, dari
terpilihnya ia menjadi ketua umum hingga jatuh bangun dalam kursi kepresidenan
dan Pemilu 2009. Selama kurun waktu kepemimpinannya dalam partai, kurun
waktu 1998 sampai dengan 2010 yang mengalami penurunan jumlah perolehan
suara dalam pemilu legislatif. Media Indonesia menyoroti hal tersebut sebagai
akibat yang terjadi selama ini. Namun pada bahasan yang lebih mendalam saran
kepada PDIP untuk introspeksi dan membenahi diri sangat tajam antara lain
dengan keadaan partai hanya bertahan dalam ‘status quo’ yang mengusung
ideologi Soekarno dan ketua umum dari keluarga Soekarno. Status quo PDIP ialah
dalam hal ideologi, kepemimpinan, dan organisasi. Kongres hanya menjadi ajang
seremonial karena sejauh ini tidak pernah ada nama selain Megawati.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, karena tidak
terdapat dramatisasi berita dan bias reportase yang menimbulkan efek tidak
disengaja pada pemahaman berita, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang pihak tertentu. Kendatipun berisi muatan kritik yang
tajam, namun tidak menghakimi subjek yang diberitakan. Berita tersebut ditulis
secara professional, etis berdasarkan fakta sehingga tetap dalam koridor
obyektivitas dan sesuai etika pemberitaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
7. Judul: “Pertahankan Megawati Kaderisasi PDIP Macet”
Media Indonesia edisi 6 April 2010
a. Judul Judul tersebut merupakan bentuk judul yang kritis, dimana Media
Indonesia menonjolkan aspek regenerasi dalam kata “Kaderisasi ”, kata macet
juga menjadi pilihan kata yang cukup berani, membuat pembaca akhirnya tertarik
untuk membaca berita lebih lanjut. Kata macet, menunjukan gangguan pada
sebuah proses yang harusnya berjalan lancar, harus terhenti karena sebuah sistem
yang mengalami kerusakan. Sehingga judul tersebut mampu menggelitik rasa
ingin tahu pembaca.
b. Lead Tidak terdapat Lead pada berita ini, paragraf pembuka yang merupakan
sebuah prediksi, yang dibuat berdasarkan dari pengamatan sebelumnya, karena
ketika berita ini dimuat ketika Kongres tengah berlangsung sehingga belum
diketahui hasilnya. Hal tersebut nampak dalam kalimat : “Ia (Megawati)
dipastikan terpilih kembali dalam Kongres III PDIP di Bali pada 6 hingga 9
April.Itu berarti regenerasi dalam tubuh PDIP macet”.
c. Struktur Berita ini termasuk berita dengan srtuktur piramida terbalik, karena
informasi yang penting terdapat pada bagian awal berita, kemudian ditutup
dengan informasi yang namun bukan merupakan kesimpulan.
d. Substansi Persoalan utama yang dibahas dalam berita ini ialah dilema utama PDIP
selama ini, mengenai terpilihnya kembali Megawati sebagai ketua umum partai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
yang menjadi kekuatan sekaligus kelemahan partai tersebut, dimana disatu sisi
Megawati menjadi tokoh pemersatu dan penggerak partai, namun disisi lain ia
adalah penghambat regenerasi kepemimpinan. Selain itu terpilihnya kembali
Megawati dikhawatirkan dapat menjadi dimanfaatkan untuk mempertahankan
dinasti politik dan dapat membahayakan partai itu sendiri.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana berita ini
disajikan secara kritis dalam mengulas tentang regenerasi partai. Tidak bersifat
memojokan dan menyerang salah satu pihak, meskipun merupakan pandangan
kritis tentang regenerasi PDIP. Berita tersebut ditulis secara professional, etis
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta.
8. Judul: “Struktur Wakil Ketua Umum PDIP Didrop”
Media Indonesia edisi Kamis 8 April 2010
a. Judul Judul tersebut merupakan bentuk judul dengan menggunakan kata serapan
asing yakni di drop. Namun tetap terkesan lugas, yang berarti dijatuhkan atau
dibatalkan dalam kata lain kandas.Usulan diadakannya posisi wakil ketua umum
yang akhirnya tidak terealisasi.
b. Lead Poin yang dapat diamati ialah paragraf pertama sebagai pembuka berita,
yakni batalnya realisasi posisi wakil ketua umum yang diketahui dari rapat komisi
B yang membahas AD/ART partai. Paragraf tersebut merupakan bentuk
penjelasan yang lugas dari judul.
c. Struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Berita tersebut dapat dikatakan memenuhi struktur piramida terbalik,
berita ditulis dari poin yang penting kemudian dilanjutkan dengan yang kurang
penting, konsistensi isi juga terlihat erat dalam berita ini, walaupun tidak terdapat
Lead namun bukanlah menjadi sebuah kekurangan, karena muatan isi paragraf
pembuka mewakili fungsi lead dalam berita ini. Sangat disayangkan pada bagian
penutup ditemui kutipan yang tidak memiliki hubungan linear terhadap bahasan
berita, dalam hal ini ditemukan penutup yang kurang tepat dalam beberapa berita
Kongres di Media Indonesia.
d. Substansi Sunstansi yang diangkat dalam berita ini ialah terpilihnya kembali
Megawati sebagai ketua umum secara aklamasi serta wacana untuk posisi wakil
ketua umum yang pada awalnya akan direncanakan, ternyata tidak terealisasikan
karena tidak disetujui oleh komisi. Para anggota komisi tersebut menilai
Megawati masih mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ketua umum
tanpa perlu ada posisi wakil.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, etis
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta. Sesuai etika pemberitaan, dan
terhindar dari dramatisasi berita, personalisasi berita.
9. Judul: “Bangsa ini Sudah Berpikir Pragmatis”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Media Indonesia edisi Kamis,8 April 2010
a. Judul “Bangsa ini Sudah Berpikir Pragmatis” begitulah judul berita yang berisi
wawancara mendalam dengan Megawati . Judul tersebut diambil dari
pernyataan Megawati dalam wawancara tersebut, berupa kutipan tidak
langsung. Maksud Pragmatis disini ialah, suatu sikap ingin mendapatkan
sesuatu dengan segala cara untuk jangka pendek Dengan menyebut “Bangsa
ini” Media Indonesia menampilkan generalisasi yang dilakukan oleh
megawati, seolah seluruh bangsa Indonesia adalah orang yang berpikir
pragmatis atau mencapai sesuatu untuk jangka pendek. Hal lain yang dapat
ditangkap ialah kesan bahwa Megawati mengeluh tentang adanya sikap
pragmatis yang banyak ditemui dalam dunia politik di tanah air. Media
Indonesia juga menyisipkan Sub Judul “ Sikap politik PDIP untuk menjadi
penyeimbang terhadap pemerintah bukan persoalan takut atau berani”.
b. Lead Tidak ditemukan adanya Lead dalam berita ini, yang ada ialah paragraph
pembuka yang merupakan penjelasan dari judul yang menjadi sumber informasi,
apa bahasan utama dari berita ini, dari paragraph pertama ditemukan informasi
tersebut bersumber dari antusiasme terhadap pidato Megawati tentang sikap PDIP
sebagai penyeimbang. Kemudian disusul keterangan wawancara tersebut.
c. Struktur Berita tersebut merupakan laporan mendalam mengenai hasil wawancara
langsung, disitu terdapat seluruh pendapat, yang bersumber dari pikiran Megawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
sebagai Ketau Umum PDIP, merupakan gaya penulisan news feature karena
cenderung pada laporan mendalam, disertai dengan gaya penulisan yang
menyentuh perasaan pembaca. Pada berita jenis ini dalam kisahnya umumnya
ditulis karena peristiwa atau masalah yang diberitakan luas cakupannya, ditulis
dengan bebas atau tidak mempertimbangkan piramida terbalik. Tidak seperti gaya
piramida terbalik, struktur feature bersifat organik, ada permulaan cerita,
pertengahan, serta penutup, dan semua bagian erat saling berhubungan. Hal
tersebut dikarenakan sebelum menulis berita, bersumber dari pendekatan penulis
pada seluruh cerita dan berusaha menemukan suatu tema atau “sudut” yang akan
menyatukan artikel dan membangkitkan minat pembaca. Berita tersebut memiliki
standar kontinyuitas yang tinggi dan lebih merupakan proses organik dimana
topik-topik yang berhubungan dipersatukan dan menjadikannya sesuatu yang
koheren. Kontinyuitas menaruh perhatian seksama pada detail yaitu pada
ketrampilan dan transisi yang halus, dan ritme pada kutipan langsung.
d. Substansi Berita tersebut merupakan transkrip wawancara antara wartawan senior
Media Group dengan Megawati Soekarnoputri, kesan yang dimunculkan pertama
kali ialah eksklusif, karena pertanyaan dan jawaban disajikan secara detail dan
berbobot, terlihat dari isi berita yang berupa kutipan langsung dari jawaban demi
jawaban yang dilontarkan Megawati, terasa sekali susunan kalimat, pilihan kata,
dan cara bercerita ala Megawati, seperti sebuah rekaman yang dituang dalam
tulisan. Seperti “Karena Saya melihat bagaimana jadinya kalau suatu
pemerintahan tidak ada yang mengkritisi atau mengontrol”. Substansi yang
diangkat dalam wawancara mendalam tersebut ialah pendapat-pendapat, filosofi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Megawati sebagai figur atau profil Ketua Umum PDIP, pertanyaan yang diajukan
juga cukup mewakili pertanyaan publik tentang pola piker, ideologi dan cara
pandang Megawati sebagai seorang tokoh nasional.
e. Perspektif Berita ini memang tidak menyudutkan pihak tertentu, namun dilihat dari
judulnya mengandung makna ambigu, yaitu makna bias pada pemberitaan yang
akhirnya mampu mempengaruhi opini publik. Terdapat unsur persuasif yang
sengaja dimunculkan pada figure Megawati sehingga perspektif yang sesuai
adalah “The Social Construction Of Reality Perspective”.
10. Judul: “Jalan Ideologi Megawati Keras dan Penuh Godaan”
Media Indonesia edisi Jumat 9 April 2010
a. Judul Judul tersebut menyiratkan adanya kesan dramatisir, kesan sedih,
mendalam dan prihatin terasa kental dalam judul tersebut. Diperkuat dengan
gambar Megawati yang sedang menangis di depan mikrofon dalam pertengahan
pidatonya pada saat acara kongres berlangsung.
b. Lead
Air mata Megawati mewarnai penutupan kongres partai yang memilih berjuang di jalur ideologi itu.
Lead tersebut merupakan penggambaran peristiwa, yang dilakukan setelah
memahami judul, serta mempertegas dramatisasi, yang terdapat pada judul. Pada
berita lugas wartawan ingin menyampaikan informasi penting maka pembukaan
atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus peristiwa
Pembukaan ini didukung oleh penjelasan yang isinya memperkuat informasi.
c. Struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Berita tersebut merupakan berita langsung dan menenuhi struktur piramida
terbalik, dimana berita terdiri dari Judul, Lead, tubuh berita, dan penutup.
Dirangkai dari berita penting kemudian berlanjut ke yang kurang penting.
d. Substansi Substansi berita yang diangkat ialah curahan hati, sisipan emosional
Megawati dalam pidatonya yang dinilai sebagai manifesto politik. Hal tersebut
berkaitan perjalanan panjang yang dirasa berat dan penuh dengan perjuangan.
Media Indonesia menyuguhkan hampir seluruh cakupan isi berita ini dari sudut
pandang emosional manusiawi yang menyentuh perasaan pembaca, sehingga
bersifat persuasif, hal tersebut tidaklah keliru namun sebenarnya bisa dikurangi
porsinya agar lebih objektif. Poin lain yang masih berkaitan ialah ditonjolkannya
dramatisasi “air mata” Megawati dalam isi berita.
e. Perspektif Berita ini, mulai dari judul, hingga lead, membawa pembaca untuk terhanyut
dalam dramatisasi. Tangisan dan kesedihan Megawati menjadi komoditas berita
ini, padahal sebenarnya masih bisa membidik peristiwa tersebut dari sisi lain.
Sehingga menyiratkan makna ambigu, yaitu makna bias pada pemberitaan yang
akhirnya mampu mempengaruhi opini publik. Terdapat unsur persuasif yang
sengaja dimunculkan pada figur Megawati sehingga perspektif yang sesuai adalah
“The Social Construction Of Reality Perspective”.
11. Judul: “PDIP ingin jadi penyeimbang”
Media Indonesia edisi Sabtu 10 April 2010
a. Judul Judul tersebut, merupakan poin utama dari isi berita, merupakan harapan
PDIP dalam perannya sebagai ‘check and balance’ dalam roda pemerintahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Penyeimbag merupakan pilihan kata yang lugas dan terkesan lunak bila
dibandingkan dengan istilah oposisi yang selama ini digunakan dalam berita-
berita sebelumnya.
b. Lead Setelah judul, kemudian langsung menuju pada paragraf pembuka karena
tidak mempunyai lead. Agaknya paragraf ini cukup dapat mewakili fungsi lead
pada berita lugas, menyampaikan informasi penting yang ditempatkan pada awal
berita, yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan informasi yang didukung
oleh penjelasan yang isinya memperkuat informasi dalam pembuka, seperti
pernyataan yang diambil dari pidato Megawati pada pembukaan kongres dan
kemudian mampu menjelaskan masalah utamanya. Berikut kutipannya:
Sikap oposisi yang diputuskan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Kongres III beberapa waktu lalu jangan diartikan sebagai sikap yang berseberangan dengan pemerintah,layaknya yang terjadi dalam system demokrasi liberal. Sikap PDIP hanyalah ingin menjadi penyeimbang dalam sistem ‘check and balance’ pemerintahan.
c. Struktur
Struktur berita tersebut ialah piramida terbalik, dimana berita tersusun dari
informasi yang paling penting di paragraf awal, kemudian disusul informasi
pelengkap yang ringan dan kurang penting jika dibandingkan dengan paragraf-
paragraf sebelumnya, kemudian ditutup dengan kritik sosial melalui kutipan
pernyataan Megawati yang menyinggung tentang pemberian BLT yang dilakukan
oleh pemerintah sebagai kebijakan yang kurang mendidik.
d. Substansi Substansi berita yang diangkat ialah penegasan kembali dalam memaknai
oposisi yang merupakan sikap politik PDIP. Bersumber dari pidato politik
Megawati, bahwa oposisi bukan berarti berlawanan sikap dengan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
pusat. Bahasa oposisi melunak dengan ditegaskanya kata “penyeimbang” dan
sikap sebagai penyeimbang itu tidak perlu dibenturkan atau didikotomikan antara
opartai pemerintah dan partai luat pemerintah. Intinya adalah himbauan Megawati
dalam implementasi sebagai partai penyeimbang harus dilakukan oleh semua
kader dan warga PDIP. Segala macam kebijakan pemerintah yang tidak mendidik
dan tidak pro-rakyat harus ditolak dan disampaikan sebagai aspirasi melalui DPR
sebagai legislator.
e. Perspektif Berita ini memenuhi prinsip Narrative Theories Of News, dimana tidak
terdapat bias reportase yang menimbulkan efek tidak disengaja pada pemahaman
berita, karena strukturnya yang standar, tidak terdapat muatan yang bersifat
memojokan dan menyerang, berita tersebut ditulis secara professional, etis
sehingga lebih obyektif dan berdasarkan fakta. Sesuai etika pemberitaan, dan
terhindar dari dramatisasi berita, personalisasi berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertolak dari perspektif teori narasi terutama pada etika profesional
pemberitaan yang telah dikemukakan pada telaah pustaka, dapat ditarik
kesimpulan bahwa media cetak di Indonesia khususnya Kompas, Republika, dan
Media Indonesia dalam pemberitaan Kongres III PDIP ditemukan bias yang
merupakan bias yang bersifat struktural yakni bias yang terjadi karena adanya
berbagai keterbatasan media secara obyektif (media constraint) seperti peristiwa
tertentu yang lebih diyakini diminati masyarakat daripada peristiwa lain sehingga
laporan pemberitaan lebih banyak tertuju pada peristiwa tersebut. Tidak selalu
dapat benar-benar adil dan berimbang terutama dilihat dari porsi ruang dan waktu
pemberitaan. Kiranya dapat dipahami, jelas tidak mungkin berita disajikan dengan
keadaan atau proporsi yang sama persis.
Selain bias struktural, juga dijumpai bias yang bersifat politis dalam
pemberitaan dalam artian bias keberpihakan media terhadap ideologi, kelompok,
partai politik, dan kepentingan-kepentingan serta gagasan-gagasan politik tertentu.
Hal tersebut dapat terlihat seperti dalam perbedaan cara penyajian kutipan, yang
pada dasarnya sama. Contoh pernyataan Tjahjo Kumolo dalam sajian berita
berjudul “Yudhoyono Tak Diundang Dalam Pembukaan Kongres” pada Kompas
edisi Selasa, 30 Maret 2011 dan berita “Basis PDIP Dukung Oposisi” di Media
Indonesia edisi Minggu, 4 April 2011 yang keduanya sama-sama membahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
perihal tidak diundangnya SBY oleh panitia kongres, dalam berita tersebut
Kompas menyajikan kutipan pernyataan Tjahjo Kumolo:
“Jangan ganggu pemerintah. Pak SBY kan tokoh nasional. Masih banyak pekerjaan rumah untuk presiden, misalnya soal pangan, ekonomi, Century, Markus (Makelar Kasus), Kata Tjahjo”
Pada edisi lain, Media Indonesia menyajikan berita mengenai tidak diundangnya
SBY dengan mencantumkan kutipan langsung Tjahjo Kumolo:
“Mengurusi dulu Negara. Itu lebih penting daripada harus datang ke suatu Kongres Partai” Dari contoh tersebut kiranya dapat diketahui pengarahan tiap media
tersebut pada sebuah peristiwa, bahkan pada penggunaan kutipan dari narasumber
yang sama sekalipun dapat dipotong dan dipilih, sedemikian rupa sehingga
akhirnya memberikan pemahaman dan penekanan yang berbeda.
Berikut ini elaborasi yang merupakan hasil analisis yang telah
diinterpetasikan pada Bab sebelumnya; Kompas, judul cenderung merupakan
ungkapan, dan merupakan judul yang kritis, juga ruangan yang sedemikian besar
diberikan, layout, maka tampak kesan memang Kompas memberikan perhatian
besar terhadap pemberitaan Kongres III PDIP ini sebagai peristiwa yang disoroti
media dan diminati khalayak. Kompas menyajikan lead yang cukup panjang
namun padat, sebagian besar disajikan dengan summary lead yaitu menyampaikan
ringkasan berita. Kompas juga memiliki banyak alternatif narasumber, tulisan
yang panjang, ruang yang besar, menunjukkan perhatian yang besar pada
peristiwa ini, selain juga berita disajikan dengan kritis namun tetap diletakkan
dalam porsi yang berimbang. Berita Kongres III PDIP masih dalam ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
perspektif teori narasi berita, dimana berita yang disajikan oleh Kompas meskipun
menonjolkan kesan bombastis dan penting namun masih bersifat wajar, natural
dan berisi tentang fakta peristiwa itu sendiri, disertai dengan pendapat dari
berbagai pihak ygpro dan kontra, sehingga membuat berita dapat dilihat dari
berbagai sisi, tidak terkesan memojokkan maupun mendukung pihak tertentu.
Pada Republika judul ditulis secara singkat, lugas, dan cenderung pada
kesan natural atau apa adanya. Dari segi tampilan tidak mencolok atau tidak
memberikan kesan penting terkait peristiwa Kongres jika dilihat dari proporsi
ruang yang diberikan, Dari pengamatan terhadap aspek judul, lead, struktur, dan
substansi berita kongres, maka pemberitaan mengenai Kongres III PDIP tidak
begitu mendapat perhatian yang besar dari Republika, dilihat dari ruang (space)
untuk berita kongres juga tidak sebesar ruang yang disediakan oleh Kompas dan
Media Indonesia dalam menyoroti hal ini. Selain penempatan halaman juga tidak
pada halaman utama, berita yang ditemukan juga relatif sedikit jumlahnya bila
dibandingkan dari koran lain. Namun hal tersebut tidak lantas membuat Republika
terkesan mengarahkan berita kearah negatif, karena setelah diamati pada
kontennya, berita-berita yang dianalisa bersifat netral, kritis dan berisi tentang
fakta peristiwa itu sendiri, disertai dengan opini dari berbagai pihak yg tidak
senada, sehingga membuat berita itu berimbang, tidak terkesan memojokkan
maupun mendukung pihak tertentu.
Berkaitan dengan berita yang disajikan oleh Media Indonesia judul
disajikan lebih panjang namun memberi kesan ringan yang menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
pertanyaan pembaca. Berita-berita yang disajikan dengan menunjukkan
penekanan kepentingan sebuah judul berita. Perspektif yang digunakan dalam
mengamati pemberitaan Media Indonesia adalah perspektif Narrative Theories Of
News, namun ditemukan juga perspektif lain yaitu “The Social Contruction Of
Reality Perspective” pada berita yang berjudul “Jalan Ideologi Megawati Keras &
Penuh Godaan” & “Bangsa ini sudah mulai Pragmatis ”yang mengisahkan tentang
Megawati, dari kedua berita tersebut penulis menemukan adanya dramatisasi dan
personalisasi, berita tersebut mengupas mendalam mengenai kesedihan Megawati,
sehingga menimbulkan kesan persuasif kepada pembaca.
Ditemukan juga perspektif lain yaitu “Research On News Organizations“
yang mengemukakan bahwa semua berita adalah komoditas komersial yang
dikemas untuk dipasarkan kepada kemungkinan terluas khalayak. Berita sudah
dikembangkan seperti produk komoditas media dan disusun sesuai dengan
standarisasi yang spesifik. Berita “BERJUANG DEMI KESEJAHTERAAN
RAKYAT” merupakan naskah pidato yang dibacakan oleh Megawati pada
pembukaan Kongres III di Bali tersebut menunjukkan kepentingan berita karena
berita tersebut merupakan ruang yang dipesan oleh pihak partai untuk menyiarkan
manuver politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
B. Saran
Sebagai kajian yang baru dalam Ilmu Komunikasi, metode dan hasil
penelitian ini selayaknya memberi sumbangsih saran terhadap beberapa pihak
yang berkaitan dengan kajian dalam penelitian ini:
a) Bagi peneliti lainnya penelitian ini merupakan interpretasi peneliti
terhadap produksi teks media dalam hal ini surat kabar, setiap orang pasti
memiliki pandangan yang relatif berbeda maka dari itu hasil penelitian ini
dapat dijadikan acuan, ataupun bahan penelitian yang sejenis lainnya
untuk dapat melihat kecenderungan atau sikap yang disimpulkan peneliti
terhadap permasalahan ini.
b) Bagi pembaca media untuk lebih teliti dan jeli dalam melihat setiap hasil
produksi berita dari media, atas berbagai bentuk propaganda stategi yang
dikembangkan media massa dalam bentuk berita maupun grafis. Para
pembaca media diharapkan tidak sekedar membaca tapi memahami lebih
mendalam setiap kalimat yang disajikan sehingga dapat mengetahui
gagasan apa yang coba ditawarkan oleh media tersebut.
c) Bagi Media, kendatipun subyektifitas media tidak terelakkan terdapat pada
berita yang diproduksinya, namun media massa memang selayaknya harus
tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik yang telah disepakati. Hal
ini untuk menghindari berita yang bersifat mendiskreditkan, persuasif pada
pihak tertentu yang akhirnya berdampak terhadap pendapat umum, dalam
hal ini terkait berita politik Kongres III Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
d) Bagi kalangan akademis penelitian dengan menggunakan studi berita yang
merupakan Kajian perspektif tentang berita ini masih jarang dilakukan dan
tergolong baru, penelitian menggunakan metode ini juga jarang
dipergunakan oleh mahasiswa oleh karena itu maka ada baiknya agar studi
berita ini lebih banyak dikaji, dan disempurnakan dengan menutup
kekurangan-kekurangan pada penelitian ini sehingga memperkaya
khasanah studi perspektif narasi berita ini.
top related